Dasar Gagasan Dan Praktek Tanam SRI

25
DASAR GAGASAN DAN PRAKTEK TANAM PADI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) Kuswara PERSPEKTIF Upaya meningkatkan pendapatan dari usahatani padi sawah sudah lama dilakukan, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini cenderung menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan tersebut diantaranya adalah : Pertama, menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, kondisi ini perlu perbaikan karena : Tanah adalah sumber kehidupan. Kualitas dan keseimbangan tanah dengan kandungan: bahan organik, micro-organisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi adalah sangat penting untuk keberlanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatan manusia berhubungan langsung dengan kesehatan tanah. Persoalan menurunnya kesehatan tanah saat ini sedang dihadapi banyak petani namun demikian banyak dari mereka belum menyadarinya. Hal ini menyebabkan prilaku pelaku usahatani umumnya belum melibatkan unsur tanah dalam proses menentukan keputusan pengelolaan lahan maupun dalam hal pengendalian organisme pengganggu tanaman. Kedua, kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata mandeg. dari beberapa pengalaman hal ini terjadi akibat dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada padi untuk berkembang sesuai potensinya. Ketiga, penggunaan unsur kimia anorganik baik pupuk maupun pestisida pada umumnya semakin tinggi kecuali bagi petani yang telah mengikuti program PHT dan mempraktekan dilahannnya. Akibat penggunaan unsur kimia tersebut menyebabkan makro dan mikro-organisme yang ada dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah menjadi tidak seimbang. Keadaan ini menyebabkan suplai nutrisi dari tanah sangat kurang atau bahkan tidak ada maka pada akhirnya tanaman akan menunggu suplai makanan dari kimia anorganik yang ditebarkan oleh petani (melalui Urea, TSP, KCL, dll.) Sementara rantai makan menjadi putus akibatnya Musuh Alami (MA) hanya menunggu KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 1

Transcript of Dasar Gagasan Dan Praktek Tanam SRI

DASAR GAGASAN DAN PRAKTEK TANAM PADI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

Kuswara

PERSPEKTIFUpaya meningkatkan pendapatan dari usahatani padi sawah sudah lama

dilakukan, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini cenderung menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan tersebut diantaranya adalah :

Pertama, menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, kondisi ini perlu perbaikan karena : Tanah adalah sumber kehidupan. Kualitas dan keseimbangan tanah dengan kandungan: bahan organik, micro-organisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi adalah sangat penting untuk keberlanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatan manusia berhubungan langsung dengan kesehatan tanah. Persoalan menurunnya kesehatan tanah saat ini sedang dihadapi banyak petani namun demikian banyak dari mereka belum menyadarinya. Hal ini menyebabkan prilaku pelaku usahatani umumnya belum melibatkan unsur tanah dalam proses menentukan keputusan pengelolaan lahan maupun dalam hal pengendalian organisme pengganggu tanaman.

Kedua, kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata mandeg. dari beberapa pengalaman hal ini terjadi akibat dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada padi untuk berkembang sesuai potensinya.

Ketiga, penggunaan unsur kimia anorganik baik pupuk maupun pestisida pada umumnya semakin tinggi kecuali bagi petani yang telah mengikuti program PHT dan mempraktekan dilahannnya. Akibat penggunaan unsur kimia tersebut menyebabkan makro dan mikro-organisme yang ada dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah menjadi tidak seimbang. Keadaan ini menyebabkan suplai nutrisi dari tanah sangat kurang atau bahkan tidak ada maka pada akhirnya tanaman akan menunggu suplai makanan dari kimia anorganik yang ditebarkan oleh petani (melalui Urea, TSP, KCL, dll.) Sementara rantai makan menjadi putus akibatnya Musuh Alami (MA) hanya menunggu makanan dari keberadaan Hama. Karena jenjang hirarkhis MA lebih tinggi maka hama akan berkembang lebih pesat.

Keempat, prilaku petani saat ini sudah jauh dari kearipan dalam memanfaatkan potensi lokal, misalnya jerami sebagai makanan micro-organisme dalam tanah kini lebih banyak dibakar atau dibiarkan saja, padahal ketika terjadi kerjasama dengan microorganisme akan memanfatkan untuk hidup dan berkembang biak dan dari hasil pengurainnya maka akan menghasilkan nutrisi bagi tanaman dan akan merubah sifat fisik tanah yang lebih baik.

Sebagai bahan kajian adalah apakah pelaku usaha tani menyadari semua persoalan diatas ?, oleh karena itu mungkin sudah saatnya kita melakukan proses penyadaran kesadaran tentang mulai rapuhnya alam pertanian kita, jangan biarkan terjadi proses penggurunan lahan pertanian.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 1

Mengapa kita harus berubah ?

Bila kita cermati prilaku pelaku usaha tani secara umum saat ini setidaknya ditemukan tiga pandangan dan sekaligus prilaku usaha taninya dilapangan, dapat dianalisis dari tiga bagan sebagai berikut :

Pandangan I, Prilaku Pemberantasan

Pandangan II, Prilaku Rintisan PHT

Dua cara pandang dan perilaku pelaku usaha tani diatas bukan konsep pertanian yang berkelanjutan, oleh karena itu sudah saatnya kita berubah pada cara pandang dan prilaku yang holistik, seperti ditunjukan pada cara Pandang III di bawah ini.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 2

HAMA

PESTISIDA

Pandangan ini hanya berpikir bahwa di lahan sawah hanya ada tanaman dan hama, untuk memenangkan persaingan maka hama harus dibunuh. Oleh karena itu pestisidalah yang berkuasa untuk memusnahkan hama. Yang jadi masalah adalah ternyata pestisida tidak bisa mengentaskan masalah yang sebabkan oleh hama, dan dampaknya adalah :

Hama menjadi kebal, peledakan hama yang tiba-tiba (resurgensi), pencemaran lingkungan, terbunuhnya jasad bukan sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, gangguan terhadap kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan.

AMBANGEKONOMI

HAMA

PESTISIDA

MUSUHALAMI

Pandangan ini mulai ada kemajuan bahwa dalam lahan usaha tani ternyata ada serangga/ mahluk hidup yang berguna maka keadaan ini perlu dimanfaatkan namun demikian jika hama dengan perhitungan ambang ekonomi tidak menguntungkan maka pestisida yang dapat menghancurkan serangan hama.

Jika dicermati lebih dalam ternyata yang berubah adalah soal waktu dan legalitas penggunaan pestisida, karena ketika ambang ekonomi digunakan sebagai dasar penyemprotan, maka : dalam prakteknya belum memperhitungakan berapa musuh alami yang ada ?, bagaimana stadia hama tersebut..?

Pandangan dan prilaku ini sebenarnya memulai mempraktekan pengelolaan unsuk ekosistem, tetapi belum sempurna dan pada akhir tetap menggunakan pestisida

Dampaknya tetap masih ada dan cenderung sama dengan pandangan dan prilaku konpenional, yaitu :

Hama menjadi kebal, peledakan hama yang tiba-tiba (resurgensi), pencemaran lingkungan, terbunuhnya jasad bukan sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, gangguan terhadap kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan.

Pandangan III, Prilaku PHT Seutuhnya

Pandangan diatas menunjukan bahwa agro-kosistem itu merupakan satu sistem yang dinamis dan dapat dikelola, berangkat dari pemahaman tersebut maka cara pengelolaan usaha tani dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada, dengan demikian tidak perlu banyak masukan dari luar. Konsep inilah yang menjadi Jiwanya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Lalu bagaimana unsur agroekosistem menjadi bermanfaat dan menjadi sumber kekuatan? Proses inilah yang dipelajari oleh petani melalui kegiatan Sekolah Lapangan.

Berkaitan dengan pengelolaan potensi yang ada, maka proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur agro-ekosistem sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan, contoh kemampuan petani dalam pengelolaan unsur agroekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan :

MATAHARI : Energi Matahari sangat potensial dan mendukung kehidupan di dunia ini, spesifik pengelolaan : 1) mengurangi persaingan antar tanaman sehingga proses fotosinthesis lebih sempurna, untuk itu dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam yang lebar dan tanam tunggal. 2) beberapa hama membutuhkan energi matahari tetapi dalam kondisi tertentu dapat menghambat pertumbuhan mereka, cara mengelolanya : misal untuk Hama Putih gulungan daun padi dibuka dengan alat penyabit dan tanah dikeringkan, kemudian untuk hama Wereng Batang Coklat merubah iklim mikro disekitar tanaman, agar panas matahari bisa masuk maka dilakukan penyuaian, dll.

TANAMAN : Tanaman berpotensi untuk mempertahankan diri dari serangan hama dan penyakit jika tanaman tersebut sehat, agar tanaman sehat dapat dikelola : 1) menanam benih yang bermutu bukan benih yang berlabel, perlakuan pemupukan, 2) memberikan pupuk dengan kandungan unsur makro dan mikro yang seimbang. Pada umumnya pupuk anorganik hanya mengandung bahan tertentu, untuk itu pemberian pupuk organik akan mendukung tanaman untuk tumbuh lebih sehat.

MICRO-ORGANISME : Agar micro-organisme dalam tanah berperan lebih baik maka perlu makanan yaitu dengan cara pemupukan oleh bahan pupuk organik, kemudian Micro-organisme akan mengurai dan memberikan dampak yang baik yaitu : menyediakan nutrisi bagi tanaman, menghasilkan humus yaitu tempat parkir unsur-unsur sebelum dimanfaatkan oleh akar tanaman, dan dari proses terurainya pupuk organik maka akan memberikan efek :1) Memiliki efek sebagai unsur gizi.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 3

Plangton

HAMA

MUSUHALAMI

MICRO-ORGANISME

BO

PENGURAI

M

Serangga/Binatang pemakan plangton

Ketika mati

Nutrisi

Merupakan sumber penyuplaian unsur kecil bersamaan unsur besar seperti : nitrogen, pottassium, asam silikat, kalsium. dsb. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk kompos dan pupuk kandang itu bersifat

efek lambat,dan sangat besar efeknya sebagai nitrogen penyubur tanah.2) Berfungsi sebagai humus stabil

Memperbaiki sifat fisik tanah seperti mempertinggi peredaran udara maupun penembusan air dan memperlembut tanah, dsb.

Berfungsi mempertinggi daya menyimpan pupuk bagi tanah, mencegah terhanyutnya pupuk-pupuk, dan mengatur pembagian unsur-unsur gizi

Berfungsi sebagai material penyangga untuk memperlunak penghambatan oleh kadar asam tanah, kadar alkali, kelebihan zat asam dsb, dan mencegah material yang merugikan.

AIR dan OXYGEN(ZAT ASAM)

Pengelolaan air untuk pengendalian dapat dilakukan misalnya untuk pengendalian Penggerek Batang pada stadia pupa maka melakukan pengelaban agar pupa mati terendam. Sedang untuk pengelolaan oxygen melakukan pengaturan pengairan, pengeringan dan penyiangan, kegiatan ini berfungsi : menyuplai oxygen (zat asam) yang cukup dan memperbaiki pertumbuhan dan fungsi akar . dengan pengeringan pertumbuhan tinggi batang padi akan tertekan karena pengisapan nitrogen terbatasi, maka tangkai daun padi akan besar dan tebal, keras dan kuat, memiliki daya tahan terhadap serangan hama penyakit dan penyimpanan pati akan lebih aktif.

MACRO-ORGANISME (Cacing dan Serangga)

Perlakuan pengurangan air dan pupuk organik akan berfungsi juga untuk menghidupkan makro-organisme misalnya Cacing, Cacing akan hidup aktif, ketika bahan organik banyak tersedia cacing akan memanfaatkannya, dalam aktivitas hidupnya cacing akan menggali lubang dan memindahkan bagian tanah bawah ke bagian permukaan tanah, dengan proses ini maka berfungsi merubah struktur tanah sehingga tercipta ruang-ruang dan dalam ruang-ruang tersebut akan tersedia udara / zat asam.

MUSUH ALAMI dan PENGURAI

Jika dilakukan pemupukan dengan “Pupuk Organik” dan tidak melakukan penyemprotan dengan Pestisida, maka daur energi akan berjalan dengan baik maka keberadaan musuh alami tidak hanya tergantung kepada keberadaan hama tetapi makanan MA akan tersedia dari serangga-serangga lain, misalnya dari golongan Chyromidae dan pengurai.

HAMA Jika hama dalam posisi populasi rendah maka hama akan berfungsi sebagai makanan musuh alami, untuk itu dari berbagai pengalaman misalnya hama Wereng Batang Coklat jika disemprot saat populasi rendah maka akan terjadi populasi akan berkembang dengan pesat, dan menimbulkan hoperburn.

Tawaran Sebuah Gagasan

Mengatasi kompleknya persoalan usaha tani saat ini, sudah saat saatnya memposisikan petani sebagai manager dilahannya oleh karena itu maka petani perlu memahami dan meningkatkan kemampuannya dalam hal analisis, sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat dan menjadi ahli untuk lahannya sendiri, dengan demikian kemandirian petani akan tumbuh dan tidak akan terjajah oleh budaya instan, misalnya dalam hal pemupukan dan pengendalian petani akan mampu mempraktekan budidaya tanaman dengan input dari proses pengelolaan potensi lokal.

Untuk sampainya gagasan tersebut perlu adanya proses pembelajaran yang menitikberatkan pada hal-hal yang praktis dan hal-hal yang menyangkut kepentingan pembebasan, Agar petani mampu memahami realitas dunianya,

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 4

dengan demikian petani menjadi lebih mandiri. Untuk itu dalam prakteknya proses pembelajaran menekankan pada 3 wilayah keberadaan manusia sebagai mahluk sosial yang berbeda satu sama lain, yakni wilayah: Pekerjaan, hubungan antar sesama manusia dan wilayah peran. Wilayah pekerjaan petani menyangkut masalah pengendalian terhadap lingkungan, secara teknis termasuk lingkungan sosial.

APA ITU SRI DAN BAGAIMANA SRI BERKEMBANG ?

SRI (System of Rice Intensification) adalah cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses management sistem perakaran dengan berbasis pada pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air.

Cara tanam ini pertama di kaji di Jaringan IPPHTI yaitu di Kelompok Studi Petani (KSP) Tirtabumi Desa Budiasih Kecamatan Cikoneng Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat, mulai bulan Pebruari 2000 oleh : Enceng Asikin, Euis Holisoh, Iik Mudrikah, Kuswara, Acep Koswara, Dede, Lili, dan Khoer. dengan memadukan praktek pemahaman Pembelajaran Ekologi Tanah (PET).

Informasi tentang SRI diterima dari penggagas SRI di Madagascar melalui FAO-IPM, sebagai bahan kajian dalam rangka meningkatkan kualitas sains petani. Saat ini SRI berkembang cukup baik. Pengkajian dan sosialisasi dilanjutkan oleh KSP: Tirtabumi, Cinta Alam, Turangga, Bunirasa, Alam Sejati, Tirtamukti dan Bumisejati.

Dukungan Pemda dalam pengembangan SRI di Kabupaten Ciamis dimulai tahun 2001 dimulai dari dukungan dana untuk kajian-kajian yang dilaksanakan oleh KSP Tirtabumi, meliputi kegiatan Pembelajaran Ekologi Tanah (PET), kajian pupuk Organik dan SRI, kemudian kegiatan ini dilanjutkan di beberapa kelompok studi petani di Kabupaten Ciamis. TA 2003 Pemda Ciamis Mendukung pengembangan SRI di 3 kecamatan untuk pelatihan dan Implementasi masing-masing 2 Ha, mendukung KSP Tirtamukti Kecamatan Banjarsari dengan 60 ekor Domba untuk mendukung penyediaan pupuk organik. Dukungan pengembangan PET dan SRI juga dilakukan oleh Pemda Jawa Barat di KSP Tirtamukti Kecamatan Banjarsari seluas 10 Ha, dengan dukungan kegiatan : SL Pertanian Ramah Lingkungan, Lab petani untuk mendukung pengembangan Indigeneous Micro Organizem (IMO)= Mikro Organisme Lokal, untuk decomposer dan pupuk cair organik.

Dalam prakteknya SRI yang dilakukan di Jaringan IPPHTI Ciamis dan Jawa Barat umumnya adalah hasil perpaduan gagasan PHT dengan gagasan SRI dan beberapa pengalaman hasil studi petani PHT sebelumnya.

Modal dasar pengembangan “Gagasan SRI” oleh KSP/anggota jaringan IPPHTI adalah :a. Pengalaman praktek penerapan PHT seutuhnyab. Pengalaman mengembangkan sains petani, sehingga kami mampu

mengembangkan micro-organisme lokal, oleh karena itu kami tidak membeli dekomposer, dan mengembangkan makrob sehingga berfungsi sebagai

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 5

penyedia nutri bagi tanaman, diantaranya mengambangkan : sari buah, sari tunas tanaman, sisa makanan, air beras, sisa-sia ikan-ikan yang tersisa, dsb.

c. Pengalaman Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) yang telah dimulai sejak tahun 1999.

d. Hasil kajian “Tanam Dangkal” oleh Aef Saefudin, anggota IPPHTI Kabupaten Tasikmalaya tahun 1997.

Dengan perpaduan gagasan dan pengalaman tersebut maka SRI yang dilakukan oleh jaringan IPPHTI Kabupaten Ciamis adalah pertanian ramah lingkungan seutuhnya dan menghasilkan produk organik, dan dalam prosesnya merupakan proses pemberdayaan petani bukan untuk direkomendasikan. Selain di Kabupaten Ciamis PET dan SRI dikembangkan oleh IPPHTI Jawa Barat di Kabupaten lainnya yaitu, 2002 studi di Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

Pada tahun 2003 PET dan SRI mulai dikembangkan oleh Petani Kabupaten Tasikmalaya, yaitu di Kecamatan Cineam, Sukaratau, Salawu, Cibalong dan Cisayong.

Kemudian kegiatan lainnya PET dan SRI dikembangkan oleh PIAJB (Proyek Irigasi Andalan Jawa Barat) mulai bulan Mei 2003, melalui kegiatan Agriculture Extention melalui kajian efisiensi penggunaan air irigasi di Kabupaten: Cianjur, Bandung: di Kecamatan Ciparay, Garut, Tasikmalaya, Ciamis di Kecamatan Cisaga, Sumedang dan Subang. Di beberapa tempat yang telah melaksanakan kegiatan ini hasilnya cukup baik. Kemudian kegiatan lainnya adalah training bagi 1.600 orang anggota P3A di Jawa Barat dalam rangka kegiatan efiesiensi penggunaan air irigasi di12 Kabupaten.

Dasar Pemahaman Gagasan SRI

Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi. ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan mereka, Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air, serta unsur agro-ekosistem lainnya.

Dalam prakteknya, berdasar pengalaman petani perlu mempunyai keyakinan akan apa yang dilakukan untuk menanam padi metode SRI dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada tanaman setiap saat, maka sebelum petani menanam padi metode SRI, lebih baik jika petani terlebih dahulu memahami : faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi, yaitu, Bahan organik, Oxygen dan Micro-organisme, dan Tanah sehatl ( fungsi dan peran unsur agro-ekosistem)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Hasil Padi

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 6

Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi adalah sebagai berikut:

a. Iklim

Efek Langsung Pada tanaman

Efek Tidak langsung melalui tanah

Energi matahari

Temperatur Udara

Temperatur Tanah

Hujan

b. Tanah Sehat

Struktur Tanah

Ketersediaan Nutrisi

Ketersediaan air Aerasi Daerah perakaran Makro-nutrisi dan Mikro

nutrisi Bahan-bahan lainnya

c. Hama dan penyakit

d. Pengelolaan

Bahan Organik

Bahan organik tanah merupakan sumber utama unsur C, N, P dan S. Rata-rata siklus dan ketersediaan komponen-komponen ini dirubah oleh organisme tanah yang diambil sebagai sumber makanan dan energi. Oleh karena itu, secara luas tanah merupakan sumber kehidupan yang dinamis yang berkualitas/bermutu dan

sehat dalam menyokong pertanian yang berkelanjutan.

Oxygen dan Micro-organisme

Produksi padi didataran rendah dicirikan dengan penggunaan lapisan dasar tanah secara terus menerus selama siklus pertumbuhan tanaman padi. Tipe-tipe lapisan tanah tergantung pada ketersediaan oksigen. Dekat lapisan udara terdapat lapisan tipis tanah yang merupakan daerah terjadinya proses oksidasi, dan hanya beberapa centimeter atau milimeter dapat terbentuk ketika oksigen di atmosphere diikat oleh lapisan air dan adanya suplei oksigen dari algae dan gulma air pada permukaan tanah. Pada daerah ini (permukaan) adanya mikro-organisme aerobik (perlu oksigen) menyebabkan proses oksidasi berlangsung sempurna pada bahan-bahan seperti : Nitrat, sulphate dan besi Fe. sehingga tersedia bagi tanaman. Dibawah lapisan ini terjadi oksidasi yang sama kejadiannya ditemukan pada tanah yang tidak beririgasi.

Pada sawah yang airnya melimpah, daerah utama dari perkembangan akar didominasi oleh suasana an-aerobik (tidak ada oksigen), permukaan dari akar

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 7

Anggota KSP Bumisejati Banjarsari-Ciamis sedang mengikuti Pembelajaran Ekologi Tanah

50 % ruang untuk air dan udara

45 % terdiri dari mineral tanah

5 % Bahan Organik

Konsep tanah sehat adalah seperti ditunjukan dalam gambar diatas

sendiri adalah aerobik sebab adanya oksigen yang dikeluarkan oleh tanaman. Akhirnya pada permukaan akar mikro-organisme aerobik dapat hidup, paling tidak pada fase awal dari perkembangan tanaman. Sebelum pertumbuhan akar berhenti sehingga transportasi media dan elemen-elemen lainnya ke akar.

Tanah Sehat

Tanah sehat secara umum didefisikan sebagai kemampuan tanah secara terus menerus dalam fungsinya sebagai sistem kehidupan yang penting dalam ekosistem dan memanfaatkan tanah untuk berproduksi secara biologi, mengikat banyak udara dan air dari lingkungan untuk menjaga kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Pada dasarnya, tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang sehat pula. Dulu tanah yang sehat ditunjukan dengan meningkatkan kandungan bahan organik, berkurangnya kerusakan daun yang salah satuya oleh hama. Walau fenomena ini sulit untuk dijelaskan, hal itu dapat diperlihatkan dengan jelas

akan pentingnya tanah tidak hanya sebagai media/tempat tumbuh, tetapi juga sebagai faktor penentu terhadap kesehatan tanaman.

Pembelajaran Ekologi Tanah

Bagaimana memahami konsep-konsep diatas dalam praktek pemahaman yang menekankan pada hal-hal yang praktis dan menjadi alat pembelajaran bagi petani ? Pengalaman menunjukan bahwa petani yang menanam SRI sebelumnya mengikuti Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) lebih memahami akan konsep tanah sehat, lebih yakin dan minat untuk mencobanya lebih baik. Mengapa ? PET akan mengajak petani berpikir dan mampu melakukan uji-uji yang praktis terhadap sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah, dengan demikian mereka akan mempunyai pengalaman dan dasar dalam menganalisis dan mengambil keputusan pengelolaan lahannya.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 8

Anggota KSP Tirtamukti Banjarsari –Ciamis sedang melakukan praktek pembuatan kompos

Penampakan lahan untuk tanam metode SRI sebelum ditanami. ( doc. Warsa)

Misalnya, ketika petani akan melakukan pemupukan dengan pupuk organik maka melakuakn tersebut dengan alasan setelah melakukan uji pada lahannya dengan uji: Kemampuan Tanah Mengikat Air (KMA), Aerasi, dll. Ternyata lahannya memerlukan bahan organik, Kemudian petani melakukan pemupukan atas dasar faham akan fungsi bahan organik, proses dekomposisi, bagaimana cara penyediannya dan kapan saat pemberiannya, dengan demikian maka keputusan pengelolaanya akan tepat. Petani yang belum memahami konsep tanah yang sehat pada awal tanam, tanaman mereka daunnya kuning, biasanya gelisah dan ingin segera menaburkan pupuk anorganik, hal ini akan berbeda bagi petani yang sudah memahami proses PET, mereka akan tenang karena mereka paham bahwa pupuk organik memfunyai efek lambat dan tanaman akan berangsur hijau dan hijau sampai panen.

BAGAIMANA PROSES MENANAM PADI CARA SRI ?

a. Pengolahan Tanah dan Pemupukan

Untuk mendapatkan media tumbuh yang baik maka lahan dioalah seperti tanam biasa ( dibajak, digaru kemudian diratakan), tetapi pada saat digaru (pengolahan tanah kedua) dilakukan penaburan pupuk organik. Pupuk organik sebelumnya dikomposkan terlebih dahulu, sehingga kita bisa mendapatkan kompos yang Lapuk dan Jadi, hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mikroorganisme dalam tanah berkembang dengan baik.

Komposisi bahan kompos yang cukup baik adalah :

1. Kotoran sapi (yang bercampur dengan kencingnya akan lebih baik, minimal 40 %

2. Kotoran ayam maksimum 25 % 3. Serbuk gergaji bukan dari kayu jati

dan pohon kelapa sebanyak 5 %4. Abu dapur sebanyak 10 %5. Kapu (Calsit) 2 %6. Bio Lahang

Kebutuhan pupuk organik per hektar antara 7-10 ton, saat penaburan pupuk organik dan meratakan tanah air dijaga agar tidak mengalir supaya nutrisi tidak hanyut. Selanjutnya di pinggir dan

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 9

ditengah petakan dibuat parit agar mudah mengutur air. Setelah tanah diratakan air dijaga tetap macak-macak,jangan sampai kering, baik jika dilakukan selama 3-4 hari sebelum ditanami, hal ini juga akan mempermudah pembuatan garitan.

b. Menyiapkan benih yang bermutu

Menyiapkan benih yang bermutu, anggota KSP melakukan kegiatan ini pada benih yang dihasilkan secara tradisional maupun benih yang diproduksi oleh pengusaha (benih berlabel). Dengan seleksi air garam, langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut:1. prosesnya : Masukan air dalam Keler atau Toples (yang dianggap cukup untuk

menyeleksi benih yang akan ditanam atau dapat dilakukan berulang kali)., selanjutnya masukan telur Ayam atau Itik kedalam larutan air garam, sampai telur ngambang di atas permukaan air, hal tersebut

Langkah 1.

Langkah 2.

Langkah 3.

Langkah 4 : Pisahkan benih yang ngambang dengan yang tenggelam, lama waktu perendaman benih hanya

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 10

Masukan air ke dalam keler palstik, ukuran keler secukupnya , untuk bisa menampung benih , atau dilakukan berulang. (misalnya tiap uji 2 Kg, atau lebih

2. Masukan Telur

Pindahkan telur dalam sudah dalam posisi ngambang keluar keler.Masukan benih padi yang akan diseleksi , upayakan seluruh benih terendam dengan baik, sehingga kelihatan yang ngambang dan yang tenggelam

Masukan Garam, sampai telur berada dipermukaan air

Persemaian SRI menggunakan Pipiti

Tanam padi cara SRI di KSP Tirtabumi Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, MT 2001/2002

sesaat saja untuk memisahkan benih yang hampa dan setengah bernas, kemudian benih yang tenggelam dicuci, hingga bersih, dan siap untuk disemai

2. Kebutuhan benih,Kebutuhan benih untuk tanaman padi cara SRI adalah untuk 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg, sedangkan kebutuhan per Ha adalah 4,9 – 7 Kg per Ha. Bila dibanding dengan cara tanam biasa rata-rata kebutuhan benih per Ha adalah 35 – 45 Kg, bahkan ada yang mencapai 50 – 60 Kg, dengan demikian SRI sangat efisien.

c. Membuat persemaian

Persemaian untuk SRI dapat dilalukan dengan media Pipiti (Besek) atau kotak hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih dapat dilakukan dengan mudah. Kebutuhan Pipiti adalah 60-70 buah ukuran 20x20 Cm, kebutuhan pipiti/ besek per 0,14 Ha (420-490 buah per Ha). Tanah dalam pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1. Cara membuat persemaian dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :1) Mencampur tanah dengan pupuk

organik2) Sebelum Pipiti/Besek diisi dengan

tanah terlebih dahulu dilapisi “Daun Pisang” yang sudah dilemaskan, kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur pupuk organik sebanyak tiga per empatnya, kemudian disiram dengan air sehingga tanah dalam Pipiti/Besek menjadi lembab.3) Penaburan benih, jumlah benih per Pipiti/Besek antara 300 – 350 biji, setelah itu ditutup dengan tanah yang sudah dicampur pupuk organik (lapisan tanah penutup diupayakan tipis) kemudian dibibis lagi., selanjutnya persemaian dapat disimpan di pekarangan, hari pertama dan ke dua persemaian ditutup agar tidak kepanasan atau dapat disimpanditempat yang teduh, jika disimpan di pekarangan diupayakan diletakan pada tempat yang aman dari gangguan Ayam, dll.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 11

Tanam padi cara SRI di KSP Tirtamukti Kecamatan Banjarsari Kab Ciamis, MT 2002/2003

Pengamatan tanaman dilakukan setiap minggu sekali, seperti yang dilakukan oleh Enceng Asikin KSP Tirtabumi, MT 2001

Pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah.

d. Tanam

Benih ditanam pada umur 7-10 Hari setelah semai. jumlah benih per lubangnya hanya satu (tanam tunggal) dan dangkal 1 - 1,5 Cm, kondisi air saat tanam macak-macak. Dasar pemikirannya adalah ketika benih ditanam bareng maka akan bersaing satu sama lain dalam hal, nutrisi, oxygen dan sinar matahari. Benih ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup L, hal ini dilakukan jika akar tertekuk keatas maka benih memerlukan energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru akan tumbuh dari ujung tersebut.

Jarak tanam berdasar pengalaman KSP SRI baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar, antara lain 25 x 25 Cm, 27 x 27 Cm atau 30 x 30 Cm. Semakin lebar jarak tanam semakin meningkatkan jumlah anakan produktif, karena persaingan oxygen, energi matahari dan nutrisi semakin berkurang.

Pemupukan dan Pemeliharaan

Pupuk tambahan untuk SRI, dari kajian yang dilakukan di jaringang IPPHTI tanam padi metode SRI hanya dipupuk dengan pupuk organik, seperti diungkapkan diatas, diberikan pada pengolahan tanah ke dua, selanjutnya pupuk tambahan hanya diberikan dengan menyemprotkan Pupuk Organik Cair. Pupuk tersebut terbuat dari permentasi sisa makan (Juice sari hewani), Juice Tunas, Juice Buah-buahan dan permentasi kotoran hewan. Seluruh pupuk cair tersebut dapat dibuat dengan mudah petani dari bahan-bahan yang tersedia

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 12

IikMudrikah, mengamati pertumbuhan tanaman padi dg metode SRI, April 2000.

Endin, Koordinator KSP Tirtamukti sedang mengapati padinya yang ditanam metode SRI, MT 2003

disekitar tempat tinggal petani Penyemprotan dilakukan pada tanaman berumur 2 Minggu, 4 Minggu, 6 Minggu, 8 Minggu dan setelah pembungaan masak susu.

Pola SRI yang kami kembangkan tidak menggunakan pupuk an-organik seperti Urea, TSP dan KCL maupun pupuk an-organik lainnya, juga dalam Dengan demikian seluruh proses pengelolaannya adalah dengan cara pertanian ramah lingkungan menurut konsep Pengendalian Hama Terpadu. Dalam prakteknya cara tersebut adalah melalui pendekatan pengelolaan unsur agro-ekosistem. Untuk mengelola proses tersebut maka kemampuan petani dalam pengamatan sangat diperlukan, agar petani mampu mengambil keputusan pengelolaan yang tepat.

e. Pengelolaan Air dan Penyiangan,

Tanaman padi sawah berdasar praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhannya membutuhkan air, dengan demikian maka SRI ditanam pada kondisi tanah yang tidak tergenang, dengan tujuan menyediakan oxygen lebih banyak di dalam tanah, kemudian dimanfaatkan oleh akar. Dengan keadaan tidak tergenang akar akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu proses pengelolaan air dan dan penyiangan dilakukan sebagai berikut :umur padi 1-8 hst. keadaan air macak-macak kemudian umur 9-10 hari digenang 2-3 Cm ini untuk memudahkan melakukan penyiangan, setelah disiang tanaman dikeringkan sampai umur 18 hari, 19 -20 tanaman digenang, ini untuk memudahkan penyiangan ke II, selanjutnya

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 13

Anggota KSP Tirtabumi sedang mengamati perangkap hama

Panen SRI di KSP Tirtamukti Desa Kawasen Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis MT 2003.

pengeringan, pengairan kembali dan penyiangan dilakukan dengan interpal yang sama, sampai tanaman berbunga. Pada saat tanaman berbunga tanaman diairi dan setelah padi masak susu tanaman dikeringkan kembali sampai menjelang panen.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dilakukan dengan PHT, yaitu dengan menggelola unsur agro-ekosistem sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Pada prinsipnya pengelolaan potensi usaha tani.

Dalam kaitannya dengan pengelolaan potensi usaha tani proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur agro-ekosistem sebai sebuah potensi yang dapat dikembangkan, contoh kemampuan petani dalam pengelolaan unsur agroekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan.

g. Produksi

Produksi padi dengan cara SRI ini berdasar hasil kajian di KSP/ Jaringan IPPHTI mencapai 7,36 sampai 12,6 ton per hektar, hal ini didukung oleh jumlah tunas produktif perumpun paling rendah 33, pertenganhan 45 dan jumlah tunas tertinggi per rumpun 72 tunas bahkan ada yang mencapai 92 tunas produktif.

Ini bukan sebuah Keajaiban ! Tetapi ini dihasilkan dari proses pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air yang sesuai dengan kebutuhan Tanaman Padi. Perpaduan konsep pemahaman PET dan SRI telah menghasilkan kosep dasar pertanian organik yang benar. Berikut ini data pengalaman lapangan praktek cara tanam padi metode SRI :

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 14

DATA PENGELOLAAN USAHA TANI CARA SRI KSP BUMISEJATI DAN KSP TIRTAMUKTI KEC BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

MT 2002/2003

Desa Luas Varietas Jarak Pupuk ProduksiNo Nama (Ha) Tnm

(cm)N P K Kndg

(ton)Penyiangan

JmlhTunas

Ubinan Produksi(Ton/Ha)

1 H. Suharjadinata Ciherang 1,5 Towuti 27x27 - - - 10 2 kali 29-50 6, 3 10,082 D.Supriatna Ciherang 0,14 Ciherang 25x25 - - - 1 2 kali 25-53 6,1 9,713 Sutar Ratawangi 0,42 Towuti 25x25 - - - 3 2 kali 22-59 6,2 9,92

5 Endin Kawasen 500 Ciherang 25x25 - - - 5 2 kali 28-59 7,6 12,166 Dadan Kawasen 200 Ciherang 27x27 - - - 1,8 2 kali 22-53 4,9 7,847 Omed Kawasen 50 Ciherang 25x25 1 2 kali 25-49 4,6 7,368 Masturmudi Kawasen 200 IR 64 25x25 - - - 2,5 2 kali 24-55 4,7 7,529 Kanang Kawasen 100 Ciherang 25x25 - - - 1,2 2 kali 26-65 6,5 10,40

10 Usin Kawasen 100 Ciherang 25x25 - - - 1,5 2 kali 23-47 5,7 9,1211 Iro Kawasen 40 Ciherang 30x24 - - - 0,7 2 kali 26-37 4,9 7,8412 Totong S Kawasen 60 Sintanur 27x27 - - - 0,25 2 kali 29-59 7,4 11,8413 Hadman Kawasen 80 Ciherang 25x25 - - - 1 2 kali 28-47 6,5 10,4014 Parta Kawasen 140 Ciherang 25x25 - - - 1,2 2 kali 27-74 6,2 9,9215 Darto Kawasen 90 Ciherang 25x25 - - - 1,2 2 kali 26-56 5,8 9,2816 Suherman Kawasen 160 Ciherang 25x25 - - - 3 2 kali 22-49 6 9,6017 Didin Kawasen 50 Ciherang 25x25 - - - 0,4 2 kali 25-32 5,9 9,4418 Endang Kawasen 40 Ciherang 25x25 - - - 0,75 2 kali 28-48 6,8 10,8819 Danu Kawasen 70 IR 64 25x25 - - - 0,7 2 kali 28-49 5,7 9,1220 Sahro Kawasen 40 Ciherang 25x25 - - - 0,5 2 kali 24-46 5,9 9,4421 H. Karsa Kawasen 100 IR 64 25x25 - - - 1 2 kali 26-49 5,6 8,8624 Komarudin Kawasen 100 IR 64 25x25 - - - 0,6 2 kali 25-48 5,6 8,96

Catatan : Hasil tersebut pada uinan telah dikoreksi masing-masing petani dikurangi 0,4 Kg, hal ini dilakukan agar mendekati kenyataan hasil penen.

Hasil Ubinan Padi Cara SRI di KSP Tirtamukti Desa Kawasen Kecamatan BanjarsariKabupaten Ciamis MT 2003

Desa Luas Varietas Jarak Pupuk Tunas ProduksiNo Nama (Ha) Tnm

(cm)Urea

TSP

KCL

Kndg(ton)

Penyiangan

Produktif

Ubinan Produksi(Ton/Ha)

1 H.Dedi Sobandi Kawasen 0,72 Ciherang 25x25 - - - 5,0 2kali 28 - 39 6,0 9,602 Undang Kawasen 0,06 Ciherang 25x25 - - - 0,4 2 kali 28 – 45 6,5 10,403 Darmin Kawasen 0,11 Ciherang 25x25 - - - 0,8 2 kLI 19 – 40 4,7 7,524 Entong Kawasen 0,15 Sintanur 25x25 - - - 1,0 2 kali 30 – 45 6,0 9,605 Kanang Kawasen 0,43 Ciherang 25x25 - - - 3,0 2 kali 28 – 40 5,1 8,166 Uju Kawasen 0,13 Ciherang 25x25 - - - 1,0 2 kali 19 – 35 4,0 6,407 Usin Kawasen 0,23 Ciherang 25x25 - - - 1,6 2 kLI 16 – 24 4,0 5,48 Majid Kawasen 0,13 Ciherang 25x25 - - - 1,0 2 kali 22 – 35 5,2 8,329 Didin Kawasen 0,07 Ciherang 25x25 - - - 0,5 2 kali 14 – 25 3,5 5,60

10 Darto Kawasen 0,36 Rojolele 25x25 - - - 2,5 2 kali 16 – 30 3,95 6,3211 Totong Kawasen 0,06 Kalimas 25x25 - - - 0,4 2 kLI 28 – 45 4,0 6,4012 Danjo Kawasen 0,20 Sintanur 25x25 - - - 1,2 2 kali 19 – 40 4,5 7,2013 Iing Kawasen 0.28 Ciherang 25x25 - - - 1,7 2 kali 30 – 45 4,7 7,5214 Totong Kawasen 0,09 Sintanur 25x25 - - - 0,3 2 kali 28 – 40 5,5 8,815 Karno Kawasen 0,09 Sintanur 25x25 - - - 0,35 2 kLI 19 – 35 4.0 6,416 Hadman Kawasen 0,11 Sintanur 25x25 - - - 1,0 2 kali 16 – 24 3,23 5,1717 Sahro Kawasen 0,12 Sintanur 25x25 - - - 0,9 2 kali 22 – 35 4,5 7,2818 Parta Kawasen 0,34 Ciherang 25x25 - - - ,2,8 2 kali 28 – 40 4,55 7,2119 Irin Kawasen 0,36 Ciherang 25x25 - - - 2,3 2 kLI 15 – 35 4,6 7,3620 Sanim Kawasen 0,29 Ciherang 25x25 - - - 2,2 2 kali 16 – 28 3,5 5,6021 Enjoh Kawasen 0,21 Ciherang 25x25 - - - 1,7 2 kali 21 – 40 5,35 8,5622 Abdul Kawasen 0,17 Ciherang 23x25 - - - 1,5 2 kali 4,0 6,40

Keterangan : Tanaman mulai kekeringan rata-rata mulai umur 30 hst.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 15

Data Pengalaman Petani dalam Kajian SRI di Kabupaten Tasikmalaya Jawa BaratMT 2003

No Nama Alamat Luas Varietas ProduksiDusun Desa Kecamatan (ton/Ha)

1 Sambas Abd. Fatah Cikatubang Sindanggalih Sukaratu 275 bata Sintanur 10,02 Atun Abd.Rohim Cikatubang Sindanggalih Sukaratu 290 bata Widas 9,03 Amay Kamaludin Sindanggalih Sindanggalih Sukaratu 250 bata Sintanur 7,54 Asep Suryaman,SP. Cikatubang Sindanggalih Sukaratu 100 bata Sintanur 7,05 Ae Haerudin Sindanggalih Sindanggalih Sukaratu 300 bata Sintanur Belum panen6 KH. Lukman Sindanggalih Sindanggalih Sukaratu 220 bata Ciherang 7,07 Popon Sukmana Sindanggalih Sindanggalih Sukaratu 250 bata Sintanur Belum panen8 H. Warkoh Cintaraja Cintaraja Singaparna 300 bata IR 64 Belum panen9 H.Entoy Gunungmipir Cipari Mangkubumi 250 bata IR 64 Belum panen

10 H.Momo Sindanggalih Sukagalih Sukaratu 180 bata IR 64 Belum panen11 Dana Rancak Neglasari Salawu 300 bata Gede 9,612 Deri Rancak Neglasari Salawu 100 bata Ciherang Belum panen13 Jenal Kadupandak Serang Salawu 40 bata Widas Belum panen14 Nandang Budiman Nangerang Nanggerang Salawu 300 bata Ciherang Belum panen15 Burhanudin Rancak Neglasari Salawu 70 bata Ciherang Belum panen16 Usman Kadupandak Serang Salawu 60 bata Widas Belum panen17 Apong Bantarbadak Cibanteng Parungponteng 125 bata Cisadane 7,518 Jajat Bantarbadak Cibanteng Parungponteng 50 bata Cisadane 8,019 Endang Bantarbadak Cibanteng Parungponteng 200 bata Cisadane 8,520 Kundang Junaedi Parungponteng Parungponteng Parungponteng 100 bata Widas 7,421 Ustadz Zarkasih Sareupeun Cibalong Cibalong 200 bata Ciherang 8,922 Yadi usyadi Muara Cibalong Cibalong 70 bata Ciherang 9,013 Uho Bukhori Karangjaya Karangjaya Karangjaya 110 bata Widas Belum panen24 Wawan Karangjaya Karangjaya Karangjaya 90 bata IR 64 Belum panen

h. Analisa Usaha Tani

Dari data pengalaman diatas dicoba dilakukan analisis usaha tani adalah sebagai beriku : Untukvarietas Ciherang, dari rata-rata ubinan hasilnya adalah : 9,734 ton per Hektar GKP , sementara cara tanam padi biasa di Blok Cibatukurung 5, 55 ton per hektar GKP, dan cara biasa ditempat lain yaitu di Purwasari dan Ciulu adalah 7,4 ton dan 7,73 ton per hektar GKP. Dari data tersebut SRI masih mempunyai keuntungan lebih baik dengan cara biasa. data analisa sebagai berikut :

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 16

Perbandingan Analisa Usahatani Padi Cara SRI

No URAIAN Cara Biasa(kawasen)

Cara SRI (Ds.Kawasen)

Cara Biasa(Purwasari)

Cara Biasa(Ciulu)

A. Komponen Input/Ha Benih (Rp 3.400/Kg) Pupuk

1. Organik2. Anorganik

Pengolahan tanah Pemeliharaan

1. Pembuatan persemaian2. Pembelian Media semai3. Babut4. Pembuatan Galengan5. Penyiangan6. Pengendalian OTP

Biaya Panen Tenaga kerja pemeiliharaan

harian 90 OH x Rp 15.000,-

166.600,-

-873.250,-500.000,-

105.000,--

75.000,-105.000,-630.000,-100.000,-705.600,-

1.350.000,-

16.660,-

1.050.000,--

500.000,-

30.000,-112.000,-

-105.000,-630.000,-

-835.000,-

1.350.000,-

166.600,-

-889.500,-500.000,-

105.000,--

75.000,-105.000,-630.000,-100.000,-705.600,-

1.350.000,-

166.600,-

-886.500,-500.000,-

105.000,--

75.000,-105.000,-630.000,-100.000,-705.600,-

1.350.000,-

Jumlah 4.5204.50,- 4.778.600,- 4.626.700,- 4.623.700,-B Komponen Output

Hasil Produksi harga Rp 1230,- 6.691.200,- 11.973.312,- 9.102.000,- 9.507.900,-C Keuntungan 2.170.750,- 7.194.712,- 4.475.300,- 4.884.200,-D Selisih bila dibanding dg SRI - 5.023.962,- - 2.719.412,- - 2.310.512,-

Tabel diatas menunjukan bahwa SRI lebih menguntungkan dari tanam biasa, namun demikian ini tidak menjadi patokan keberhasilan SRI di tempat lain karena akan dipengaruhi oleh kondisi tanah dan perlakuan budidaya. Oleh karena itu kiranya SRI kami berharap tidak dijadikan sebuah rekomendasi, tetapi sebaiknya petani menanam dulu dalam skala kecil dan merupakan percobaan dari penerapan praktek setelah PET dan pemahaman SRI dalam proses pembelajaran. Mengapa ? Agar kegiatan PET dan SRI menjadi sebuah pembelajaran, sehingga petani melakukan atas dasar pengalaman dilahannya, bukan karena instruksi.

-----------------------------------------------------------------------doc.ku-swara--------------

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 17

Daftar Bacaan

1. Anonim, 1991. Buku Petunjuk Lapangan untuk PHT Padi.2. Roland, Bunch, 1991. Dua Tongkol Jagung, Pedoman Pengembangan Pertanian

Berpangkal Pada Rakyat.3. Gershuny, Grace, 1993. Start With The Soil4. Killham, Ken, 1994. Soil Ecology5. Louise Flint, Mary and Robert Van Den Bosch, 1990. Pengendalian Hama

Terpadu, Sebuah Pengantar.6. L. Winegardner, Duane, 1996. An Introduction to Soil For Environmental

Professionals7. M. Sylvia, David, Jeffry J. Fuhrmann, Peter G. Hartel and David A. Zuberer,

1999. Principles and Applications of Soil Microbiology.8. Nyoman Oka, Ida, 1995. Pengendalian Hama Terpadu9. Settle, Wiliam, 2000. Living Soils, Training Exercise for Integrated Soils

Management.10.Uphoff, Norman, 1999. How to Help Rice Plants Grow Better and Produce More ;

Teach Yourself and Others.

KSP Mengembangkan Pemikiran untuk Membangun Pengetahuan Petani 18