Dasar dasar ilmu

7
Dasar-Dasar Ilmu A. Ontologi Setelah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai pengertian ontologi, Amsal Bakhtiar menyimpulkan sebagai berikut. Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada, dan Logos = Ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakekat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (kongkret) maupun rohani (abstrak). Dalam pemahaman ontologi, ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut. 1. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakekat yang berasal dari keseluruhan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran: a. Materialisme Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran yang sering juga disebut dengan naturalisme beranggapan bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya (jiwa dan ruh) tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu. 1

Transcript of Dasar dasar ilmu

Page 1: Dasar dasar ilmu

Dasar-Dasar Ilmu

A.      Ontologi

Setelah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai pengertian ontologi, Amsal Bakhtiar

menyimpulkan sebagai berikut.

Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada, dan Logos =

Ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada.

Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakekat yang ada, yang

merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (kongkret) maupun rohani (abstrak).

Dalam pemahaman ontologi, ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai

berikut.

1.    Monoisme

Paham ini menganggap bahwa hakekat yang berasal dari keseluruhan itu hanyalah satu saja,

tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal

berupa materi ataupun berupa rohani. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan

block universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran:

a.    Materialisme

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran yang

sering juga disebut dengan naturalisme beranggapan bahwa zat mati merupakan kenyataan

dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya (jiwa dan ruh) tidaklah

merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh itu hanyalah merupakan akibat

saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.

Dalam perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul tenggelam seiring

roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai oleh filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran

ini dapat berkembang, sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakekat adalah:

Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan

kebenaran terakhir.

Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu,

peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani

Dalam sejarahnya, manusia memang bergantung pada benda seperti padi.

b.    Idealisme

Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini

beranggapan bahwa hakekat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau

sejenisnya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Alasan aliran ini yang

menyatakan bahwa hakekat benda adalah ruhani, spirit dan sebagainya adalah:

1

Page 2: Dasar dasar ilmu

Nilai ruh lebih tinggi dari badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.

Ruh itu dianggap sebagai hakekat sebenarnya.

Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya

Materi adalah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu

saja.

2.    Dualisme

Aliran ini memandang bahwa hakekat itu ada dua. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri

dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya yaitu hakekat materi dan hakekat ruh.

Materi bukan berasal dari ruh, dan ruh bukan berasal dari benda. Keduanya sama-sama

hakekat.

3.    Pluralisme

Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme

bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.

Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang

menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua

entitas.

4.    Nihilisme

Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada. Doktrin tentang nihilisme sudah

ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias yang memberikan tiga

proposisi tentang realitas.

Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.

Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.

Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang

lain.

5.    Agnostisisme

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik itu

hakekat materi maupun hakekat ruhani. Kata agnostosisme berasal dari bahasa Grik Agnostos

yang berarti unknown. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan

mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat

kita kenal. Aliran ini dengan tegas menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat

trancendent. Jadi agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap

kemampuan manusia mengetahui hakekat benda baik materi maupun ruhani.

B.       Epistimologi

2

Page 3: Dasar dasar ilmu

Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan

lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta

pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan

yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri

dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah.

1. Metode Induktif

Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi

disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.

2. Metode Deduktif

Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah  lebih

lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode

deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada

penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah,

ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan

secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.

3. Metode Positivisme

Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang telah diketahui,

yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian atau persoalan di luar yang

ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode ini menolak metafisika. Apa yang diketahui secara

positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala.

4. Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh

pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya

dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

5. Metode Dialektis

Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan

filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-

metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang

terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, dialektika berarti kecakapan

untuk melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan, ini merupakan bentuk pemikiran

yang tidak tersusun dari satu pikiran, tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak

paling kurang dua kutub.

C.      Aksiologi

3

Page 4: Dasar dasar ilmu

Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti teori. Jadi

aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumatri, aksiologi adalah teori nilai yang

berkaitan dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh.

Amsal bakhtiar telah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai definisi aksiologi dan

menyimpulkan bahwa dalam aksiologi, permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai

yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai

pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu

kepada permasalahan etika dan estetika.

Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti. Pertama, etika merupakan suatu kumpulan

pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Kedua, etika

merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan,

atau manusia-manusia yang lain.

Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika

adalah norma-norma kesusilaan manusia. Dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari

tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang

normatif, yaitu kondisi yang melibatkan norma-norma.

Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia

terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Menurut Kattsoff (2004) estetika

merupakan suatu teori yang meliputi, (1) penyelidikan mengenai yang indah, (2)

penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni, dan (3) pengalaman yang

bertalian dengan seni, termasuk di dalamnya masalah penciptaan seni, penilaian terhadap seni

dan perenungan terhadap seni.

Daftar Rujukan

Jama, Jalius. 2011. Filsafat Ilmu (bahan ajar). Padang. Universitas Negeri Padang.

Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

4