Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu...

31
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN DARI JALAN PATIMURA KE PASAR OLAH BEBAYA MELAK KABUPATEN KUTAI BARAT RONNY IRAWAN 10.11.1001.7311.086 ABSTRAK Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara, sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya. Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement ), Perkeraaan kaku (rigid pavement ), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku ( rigid pavement ) yang terbuat dari beton semen baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir. Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku ( rigid pavement ) untuk pembangunan prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan berat serta tahan terhadap genangan air. Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang dagangan baik 617

Transcript of Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu...

Page 1: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

PADA RUAS JALAN DARI JALAN PATIMURA KE PASAR OLAH BEBAYA MELAK

KABUPATEN KUTAI BARAT

RONNY IRAWAN 10.11.1001.7311.086

ABSTRAK

Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara, sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya.

Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement) yang terbuat dari beton semen baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir.

Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku (rigid pavement) untuk pembangunan prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan berat serta tahan terhadap genangan air.

Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah melakukan alokasi dana untuk meningkatkan ruas jalan tersebut dengan menggunakan konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement).

Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement) diperlukan penelitian yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh perencanaan tebal perkerasan beton semen serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang mampu mendukung beban yang melintasi ruas jalan tersebut serta besarnya biaya yang digunakan.

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian pada ruas jalan tersebut di atas dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi Sarjana (S1) Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, dengan mengambil judul : “Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”.

617

Page 2: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Jalan

Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

2. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

3. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, hadan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.

4. Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.

Karena Jalan adalah sarana trasnportasi darat yang meliputi sebagai bagian jalan, termasuk bagian pelengkapnya, suatu tempat atau area yang berbentuk jalur yang digunakan sebagai prasarana transportasi, baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki, maka harus memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsinya.

Fungsi transportasi adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat lain, dengan cara aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.

Aman berarti barang atau orang yang dipindahkan tidak rusak atau cidera karena kecelakaan atau gangguan lainnya, dan nyaman berarti selama proses memindahkan/perjalanan pemakai jalan merasa enak dan bisa menikmati tanpa ada gangguan, sedangkan lancar berarti tidak ada hambatan yang berarti, sehingga barang atau orang bisa sampai pada tujuan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selain persyaratan tersebut di atas proses pemindahan orang / barang harus ekonomis, berarti biaya pemakai jalan rendah. Hal ini bisa tercapai apabila jarak diambil jarak yang terletak dan semua standar yang digunakan diambil standar minimal dalam batas aman.

2.2. Klasifikasi dan Fungsi Jalan

2.2.1. Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan

Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan : (1) Sistem Jaringan Jalan Primer, (2) Sistem Jaringan Jalan Sekunder.

1. Sistem Jaringan Jalan Primer Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk kedalam kawasan perkotaan

618

Page 3: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Sistem Jaringan Jalan Primer dimaksud merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.Kawasan yang mempunyai fungsi primer, antara lain : Industri berskala Regional, Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

2.2.2. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan

Klasifikasi Jalan Umum Menurut Fungsi Jalan terdiri atas Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan.

1. Jalan Arteri

Jalan Arteri adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar.Jalan Arteri meliputi jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder.

● Jalan Arteri Primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

Untuk Jalan Arteri Primer Wilayah Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut :

Jalan Arteri Primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 60 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional.

Untuk itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik dan lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.

Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan menggunakan jalan ini.

Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.

Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume lalu lintasnya. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata.

Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain.

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan.

● Jalan Arteri Sekunder merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan. Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

Untuk Jalan Arteri Sekunder Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut :

619

Page 4: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di

daerah permukiman. Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.

2. Jalan Kolektor

Jalan Kolektor adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.Jalan Kolektor meliputi jalan Kolektor Primer dan jalan Kolektor Sekunder.

● Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah. Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

Untuk Jalan Kolektor Primer Wilayah Perkotaan, kriterianya : Jalan Kolektor Primer kota merupakan terusan kolektor primer luar kota. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer. Dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses

langsung lebih dari 400 meter. Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan memalui jalan ini. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume

lalu lintasnya. Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume LHR. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan

pada jam sibuk. Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.

● Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor dalam skala perkotaan. Menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

Untuk Jalan Kolektor Sekunder Perkotaan, kriterianya sebagai berikut : Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter. Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di

daerah permukiman. Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.

3. Jalan Lokal

620

Page 5: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Jalan Lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi ulang-alik yang tinggi

Jalan Lokal meliputi jalan Lokal Primer dan jalan Lokal Sekunder.

● Jalan Lokal Primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga atau dibawahnya atau dengan persil.

Untuk Jalan Lokal Primer daerah perkotaan, kriterianya : Merupakan terusan lokal primer luar kota. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya. Dirancang dengan kecepatan rencana 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter. Kendaraan angkutan berat dan bus diijinkan melalui jalan ini. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer yang ada.

● Jalan Lokal Sekunder merupakan jalan lokal dalam skala perkotaan. Menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau di bawahnya dan kawasan sekunder dengan perumahan.

Untuk Jalan Lokal Sekunder daerah perkotaan, kriterianya : Dirancang dengan kecepatan rencana 10 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter. Kendaraan angkutan berat dan bus tidak diijinkan memalui jalan ini di

daerah permukiman. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi

jalan lainnya.

4. Jalan Lingkungan

Jalan Lingkungan adalah merupakan yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Jalan Lingkungan meliputi jalan Lingkungan Primer dan jalan Lingkungan Sekunder.

● Jalan Lingkungan Primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten.

● Jalan Lingkungan Sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.

621

Page 6: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara, sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya.

Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement) yang terbuat dari beton semen baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir.

Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku (rigid pavement) untuk pembangunan prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan berat serta tahan terhadap genangan air.

Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah melakukan alokasi dana untuk meningkatkan ruas jalan tersebut dengan menggunakan konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement).

Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement) diperlukan penelitian yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh perencanaan tebal perkerasan beton semen serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang mampu mendukung beban yang melintasi ruas jalan tersebut serta besarnya biaya yang digunakan.

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian pada ruas jalan tersebut di atas dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi Sarjana (S1) Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, dengan mengambil judul : “Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”.

1.1. Rumusan MasalahDari latar belakang seperti tersebut di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah yang

merupakan pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut :1. Berapakah tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie

Bar pada ruas jalan tersebut?2. Berapakah besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement)nya?

1.2. Batasan MasalahSesuai dengan judul Tugas Akhir ini, maka penulis hanya membatasi pembahasan

masalah tentang :1. Penelitian ini dilakukan pada ruas Jalan sepanjang 750 meter dari Jalan Patimura

ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat.

622

Page 7: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

2. Perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.

3. Perhitungan besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.

4. Metode perhitungan menggunakan metode Perhitungan Perencanaan Perkerasan Beton Semen (Pd- T – 2003).

1.3. Maksud dan Tujuan PenulisanMaksud dan tujuan penulisan sesuai dengan judul Tugas Akhir yang penulis ajukan,

adalah sebagai berikut :1. Maksud Penulisan

Maksud penulisan Tugas Akhir ini, adalah untuk :a. Melakukan perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter

Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.b. Melakukan perhitungan besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement)

pada ruas jalan tersebut.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini, adalah untuk :a. Mendapatkan hasil perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta

diameter Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.b. Mendapatkan hasil perhitungan besar biaya pekerjaan tebal perkerasan kaku (rigid

pavement) pada ruas jalan tersebut.

1.4. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini akan berisi beberapa bab-bab yang terdiri dari :BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang judul, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, dan pembatasan masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKABerisikan tentang pengertian jalan, klasifikasi dan fungsi jalan, metode perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) dan perhitungan biaya pekerjaan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIANBerisikan tentang lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, jadwal pelaksanaan penelitian, instrument pengolahan data dan bagan alir (flow chart) penelitian.

BAB IV : PEMBAHASANMenjelaskan tentang data, analisis, perhitungan dan hasil perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut. Analisis dan perhitungan biaya pekerjaan.

BAB V : PENUTUPDalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang penulis lakukan.

623

Page 8: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

624

Page 9: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Jalan

Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

5. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

6. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

7. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, hadan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.

8. Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.

Karena Jalan adalah sarana trasnportasi darat yang meliputi sebagai bagian jalan, termasuk bagian pelengkapnya, suatu tempat atau area yang berbentuk jalur yang digunakan sebagai prasarana transportasi, baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki, maka harus memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsinya.

Fungsi transportasi adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat lain, dengan cara aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.

Aman berarti barang atau orang yang dipindahkan tidak rusak atau cidera karena kecelakaan atau gangguan lainnya, dan nyaman berarti selama proses memindahkan/perjalanan pemakai jalan merasa enak dan bisa menikmati tanpa ada gangguan, sedangkan lancar berarti tidak ada hambatan yang berarti, sehingga barang atau orang bisa sampai pada tujuan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selain persyaratan tersebut di atas proses pemindahan orang / barang harus ekonomis, berarti biaya pemakai jalan rendah. Hal ini bisa tercapai apabila jarak diambil jarak yang terletak dan semua standar yang digunakan diambil standar minimal dalam batas aman.

2.3. Klasifikasi dan Fungsi Jalan

2.2.3. Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan

Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan : (1) Sistem Jaringan Jalan Primer, (2) Sistem Jaringan Jalan Sekunder.

3. Sistem Jaringan Jalan Primer Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk kedalam kawasan perkotaanSistem Jaringan Jalan Primer dimaksud merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

625

Page 10: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.Kawasan yang mempunyai fungsi primer, antara lain : Industri berskala Regional, Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.

4. Sistem Jaringan Jalan Sekunder Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

2.2.4. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan

Klasifikasi Jalan Umum Menurut Fungsi Jalan terdiri atas Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan.

1. Jalan Arteri

Jalan Arteri adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar.Jalan Arteri meliputi jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder.

● Jalan Arteri Primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

Untuk Jalan Arteri Primer Wilayah Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut :

Jalan Arteri Primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 60 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional.

Untuk itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik dan lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.

Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan menggunakan jalan ini.

Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.

Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume lalu lintasnya. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata.

Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain.

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan.

● Jalan Arteri Sekunder merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan. Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

Untuk Jalan Arteri Sekunder Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut : Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.

626

Page 11: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah permukiman.

Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.

2. Jalan Kolektor

Jalan Kolektor adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.Jalan Kolektor meliputi jalan Kolektor Primer dan jalan Kolektor Sekunder.

● Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah. Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

Untuk Jalan Kolektor Primer Wilayah Perkotaan, kriterianya : Jalan Kolektor Primer kota merupakan terusan kolektor primer luar kota. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer. Dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses

langsung lebih dari 400 meter. Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan memalui jalan ini. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume

lalu lintasnya. Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume LHR. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan

pada jam sibuk. Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.

● Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor dalam skala perkotaan. Menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

Untuk Jalan Kolektor Sekunder Perkotaan, kriterianya sebagai berikut : Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter. Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di

daerah permukiman. Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.

3. Jalan Lokal

Jalan Lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

627

Page 12: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi ulang-alik yang tinggi

Jalan Lokal meliputi jalan Lokal Primer dan jalan Lokal Sekunder.

● Jalan Lokal Primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga atau dibawahnya atau dengan persil.

Untuk Jalan Lokal Primer daerah perkotaan, kriterianya : Merupakan terusan lokal primer luar kota. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya. Dirancang dengan kecepatan rencana 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter. Kendaraan angkutan berat dan bus diijinkan melalui jalan ini. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer yang ada.

● Jalan Lokal Sekunder merupakan jalan lokal dalam skala perkotaan. Menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau di bawahnya dan kawasan sekunder dengan perumahan.

Untuk Jalan Lokal Sekunder daerah perkotaan, kriterianya : Dirancang dengan kecepatan rencana 10 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter. Kendaraan angkutan berat dan bus tidak diijinkan memalui jalan ini di

daerah permukiman. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi

jalan lainnya.

4. Jalan Lingkungan

Jalan Lingkungan adalah merupakan yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Jalan Lingkungan meliputi jalan Lingkungan Primer dan jalan Lingkungan Sekunder.

● Jalan Lingkungan Primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten.

● Jalan Lingkungan Sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Tugas Akhir dengan judul ”Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”, seperti pada gambar 3.1 berikut ini.

628

Page 13: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Pemerintah Kutai Barat, 2012

Peta lokasi penelitian secara detail dari tugas akhir Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat seperti pada gambar 3.2 berikut ini.

629

Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian

Page 14: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Data Proyek, 2012

3.2. Jadwal/Waktu Penelitian

Adapun jadwal/waktu kegiatan penulisan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.Tabel 3.1 Jadwal/Waktu Penelitian

No

Bulan Juni Juli Agustus September

OktoberKegiatan

1. Persiapan2. Penyusunan

Proposal3. Seminar I4. Pengumpulan

Data5. Analisis Data6. Penulisan

Laporan7. Seminar II8. Persiapan

Pendadaran9. Pendadaran

Sumber : Analisis, 2012.

3.2. Proses PenelitianUntuk mencapai maksud dan tujuan daripada penulisan tugas akhir ini mencakup

kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan serta keluaran yang dihasilkan dari kegiatan tersebut yaitu sebagai berikut :1. Kegiatan persiapan yaitu, menyediakan format yang dipakai untuk pengambilan data

dilapangan yaitu nilai-nilai CBR rencana dan perhitungan LHR (Lampiran ).2. Mencatat kondisi fisik ruas jalan (existing) panjang, lebar dan lain-lain.3. Menghitung jumlah/jenis kendaraan yang lewat pada jalan tersebut (LHR), yaitu

mulai dari sepeda, sepeda motor, mobil penumpang, truk ringan sampai dengan alat berat.

4. Menetapkan panjang ruas jalan tersebut yang perlu dilaksanakan kontruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti atau akan dibahas, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

630

Page 15: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

1. Teknik kepustakaan yaitu dengan mendapatkan informasi dan data mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari literatur-literatur, bahan kuliah, majalah konstruksi, media internet dan media cetak lainnya.

2. Data dalam pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

3. Wawancara : data yang diperoleh melalui wawancara lagsung (Direct interview) dengan berbagi pihak yang terkait dengan pekerjaan tersebut.

3.3.1 Data Observasi (Data Awal).Data Kota Melak secara makro, dan wilayah lokasi penelitian secara mikro, serta

keadaan geografisnya dan kondisi fisik lokasi.

3.3.2. Data Survey LapanganUntuk merencanakan kontruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), maka diperlukan

data lapangan sebagai berikut :a. Data Geometrik Jalan, data ini diambil dengan menggunakan meteran dan mencakup

pengukuran lebar mulut simpang, panjang serta batas-batas garis pemisah arus, lebar jalan dan lain-lain.

b. Data Volume Lalu Lintas, data ini diambil secara manual berdasarkan Tata Cara Pelaksanaan Survei perhitungan Lalu Lintas No. 016/T/BNKT/1990 yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jendral Bina Marga, dimana survei lapangan dilakukan selama dua hari dengan pertimbangan bahwa arus lalu lintas yang lewat pada setiap harinya dapat terwakili pada hari tersebut. Pangambilan data dilakukan mulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 18.00 sore. Pemilihan jam tersebut adalah berdasarkan survei pendahuluan (preliminary Survey) selama dua hari untuk mengetahui waktu arus lalu lintas puncak terjadi. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.

c. Dokumentasi lokasi penelitian.3.3.3. Data LHR

Lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan pertumbuhan lalu lintas.Ciri pengenalan penggolongan kendaraan adalah seperti dibawah ini, Tabel 3.2. Penggolongan kendaraan berdasarkan Pedoman Teknis No.Pd.T-19-

2004.

No. Type Kendaraan Golongan1.2.3.

4.5.6.7.8.9.10.

Sedan, Jeep, St. WagonOplet, P. Oplet, Sub-urban, Combi, MinibusPick up, M. Truck dan Mobil hantaran atauPick up BoxBus KecilBus BesarTruck ringan 2 sumbuTruck sedang 2 sumbuTruck 3 sumbuTruck GandenganTruck Semi Trailer

234

5a5b6a6b7a7b7c

Sumber :Ari Suryawan, 20053.3.4. Data Curah Hujan

Untuk data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kota Sendawar. Data curah hujan berfungsi menentukan nilai Faktor Regional (Fr). 3.3.5. Data CBR

631

Page 16: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Data CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi sehingga dicapai nilai daya dukung yang dinyatakan dalam persen.

Data CBR dilapangan dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Pengambilan sampel tanah untuk test dilapangan sepanjang trase jalan.

CBR tanah dasar dilapangan dipergunakan untuk mengethui nilai kekuatan tanah dasar.

3.4. Prosedur PerencanaanProsedur perencanaan tebal perkerasan kaku didasarkan atas dua model kerusakan

yaitu :1. Retak fatik (lelah) pada pelat beton.2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan

berulang pada sambungan tempat retak yang direncanakan.

Sumber : Pd T-14- 2003

Gambar 3.3. Sistem Perencanaan Tebal Perkerasan

Gambar 3.4. adalah system

perencanaan perkerasan kaku berawal dari

penilaian CBR tanah dasar sampai perhitungan kerusakan erosi dan fatik terhadap pelat beton yang direncanakan.

632

Page 17: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Tabel 3.4. Langkah-langkah Perencanaan Tebal Perkerasan Beton SemenSumber : Pd T-14-2009

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data pada perhitungan yang dilakukan adalah meliputi :

1. Perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) diameter Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.

2. Perhitungan biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.

3.5.1. Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)Analisis dan perhitungan tentang tebal perkerasan kaku (rigid pavement), adalah,

meliputi :1. Kekuatan Lapisan Tanah dasar.2. Kekuatan Beton. 3. Perhitungan Lalu Lintas Rencana.4. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course).5. Tebal Pelat Beton.

3.5.2. Perhitungan Diameter Dowel dan Tie Bar

633

Page 18: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Analisis dan perhitungan tentang diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut, meliputi :

1. Perencanaan Dimensi Tulangan Dowel dan Tie Bar.2. Sambungan dan bentuk-bentuk sambungan.3. Geometrik sambungan.4. Dimensi bahan penutup sambungan.

3.5.3. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Analisis dan perhitungan Rencana Anggaran Biaya perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut, meliputi : Biaya Pendahuluan, Biaya Persiapan Badan Jalan, Biaya Pekerjaan Tanah dan Biaya Pekerjaan Struktur.

3.5.4. Hasil Analisis/Perhitungan

Dari hasil analaisis dan perhitungan, akan diperoleh sebagai berikut:1. Tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.2. Diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid

pavement) pada ruas jalan tersebut.3. Rencana Anggaran Biaya perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan

tersebut.

3.6. Bagan Alir Penelitian (Flow Chart)

Adapun bagan alir penelitian (flow chart) pada Tugas Akhir ini, seperti disajikan pada gambar berikut ini:

634

Mulai

Permasalahan :1. Besar tebal perkerasan kaku

sereta Diameter Dowel dan Tie Bar (rigid pavement)?

2. RAB perkerasan kaku (rigid pavement)?

Tinjauan Pustaka : Metode perhitungan

tebal perkerasan dan tulangan rigid pavement.

Metode Perhitungan RAB rigid pavement.

Latar Belakang :Perencanaan

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada Ruas Jalan dari

Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Pengumpulan Data

Data Sekunder :1. Data Proyek2. Data eksisting, Peta

Data Primer :1. Observasi Lapangan2. Dokumentasi

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Analisa / Perhitungan :

1. Tebal perkerasan kaku serta diameter Dowel dan Tie Bar (rigid pavement).

2. RAB perkerasan kaku (rigid pavement).

Page 19: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

Gambar 3.8Bagan Alir Penelitian (Flow Chart)

Sumber : Analisis, 2012.BAB IVPEMBAHASAN

4.1. Data Eksisting

Kondisi Ekisting Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah Bebaya yang terletak di Kota Melak Kabupaten Kutai Barat, adalah ruas jalan dalam kota yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir.

Panjang jalan yang dilakukan penelitian adalah sepanjang 750 meter, lebar jalur utama 2x4 m (perkerasan kaku) dengan median 0,40 m dan bahu jalan 2 x 1 m (tanah), kontruksi Rigid Pavement beton K-350 kg/cm2.

4.2. Data Teknis Perencanaan Perkerasan

Data teknis perencanaan perkerasan kaku pada ruas Jalan Patimura menuju Pasar Olah Bebaya yang terletak di Kota Melak, adalah sebagai berikut :

1. Status Fungsi Jalan : Kolektor lokal kota2. Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah3. Kelandaian Rata-rata : 2 %4. Kondisi Iklim : Curah hujan rata-rata 272 mm per tahun (data

terlampir).5. Usia rencana : 20 tahun6. Rencana jenis Perkerasan : Perkerasan kaku menerus tanpa tulangan.

Gambar 4.1 Kondisi Eksiting Jalan Patimura - Pasar Olah Bebaya, Kota Melak

4.3. Perhitungan Data Teknis Perencanaan

4.3.1. CBR yang mewakili

Berdasarkan hasil pengujian CBR dengan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Test seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1. Pengujian CBR dengan DCP

Titik Km/Sta CBR(%)

123456

0+0500+1000+1500+2000+2500+300

12,00 %8.90 %8,20 %11,60 %11,70 %11,50%

635

4 M 4 M

Median

Page 20: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

789101112131415

0+3500+4000+4500+5000+5500+6000+6500+7000+750

8,40 %8,20 %12,10 %11,10 %11,30 %8,80 %8,20 %11,60 %12,00 %

CBR rata-rata 10,37 %Sumber : Data Perencanaan Proyek, 2012.

4.3.2. Koefisien distribusi kendaraan niaga pada lajur rencanaJalan yang direncanakan 2 lajur 2 arah maka pada tabel 2.4. didapat :- Nilai koefisien distribusi : 0,50

4.3.3. Faktor Keamanan (Fk)Peranan jalan dari perencanaan adalah jalan kolektor/lokal, maka pada tabel 2.5.

didapat : Faktor Keamanan : 1,0

4.3.4. Analisis Lalu LintasTabel 4.2. Analisis Beban Sumbu

Beban Max(Ton)

Persen Per Beban Sumbu(%)

Beban(Ton)

1 2 3=1x2

2 50%50%

1,001,00

9 34%66%

3,065,94

8,3 34%66%

2,825,94

18,2 34%66%

6,1912,01

25 25%75%

6,2518,75

31,4

18%28%27%27%

5,658,798,488,48

26,218%41%41%

4,7210,7410,74

636

Page 21: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

4218%28%54%

7,5611,7622,68

Sumber : Hasil Perhitungan, 2012.

4.3.5. Mutu Beton RencanaDengan data LHR yang diperoleh dan konfigurasi beban sumbu berdasarkan jenis dan

beban kendaraan dihitung untuk memperoleh (f’c) beton dengan agregat pecah = 0,75 (K), sesuai Pd.T-14-2003.

Akan digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 Kg/cm2 atau 35 MPa.- fcr = K. (f’c)0.50 = 0,75 . (35)0,50 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (minimum

yang disarankan)Sumber : Pd T-14-2003

4.4. Perhitungan Tebal Perkerasan KakuPerhitungan dengan menggunakan SNI Pd-T-14-2003Diketahui data parameter perencanaan sebagai berikut :1. CBR Tanah Dasar : 10,37 %2. Kuat tarik lentur (Fcr) : 3,5 Mpa

(f’c) : 350 Kg/cm2, Silinder3. Bahan Pondasi Bawah : BP (Bahan Pengikat) 15 cm (Gambar 2.2)4. Rencana jenis Perkerasan : Perkerasan bersambung tanpa tulangan.5. Koefisien Distribusi : 0,56. Faktor keamanan : 1,07. Bahu Jalan : Ya (tanah)8. Ruji/Dowel : Ya9. Data lalu lintas harian rata-rata (LHR) :

- Mobil Penumpang : 1170- Bus : 54- Truk 2 as kecil : 675- Truk 2 as besar : 63- Truk 3 as : 13

637

Page 22: Web viewKhusus untuk perkeraaan kaku ... Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan

BAB VPENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil survey lapangan, analisis dan perhitungan pada pembahasan Tugas Akhir tentang “Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:1. Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), adalah :

Panjang jalan yang direncanakan adalah sepanjang 750 meter dengan lebar jalan 2 x 4 m, median jalan 0,40 meter, bahu jalan 2x1 m.

Klasifikasi jalan menurut fungsinya adalah termasuk Kolektor Lokal Kota. Umur rencana yang dilakukan adalah 20 tahun. Tebal perkerasan beton (rigid pavement) = 30 cm dengan mutu beton K.350 (350

kg/cm2). Dowel (Ruji) : Ø 38 mm, panjang 45 cm dengan jarak antar dowel = 30 cm. Tie Bar : Ø 16 mm, panjang 100 cm dengan jarak antar tie bar = 60 cm.

2. Besar biaya pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), adalah Rp. 6.858.952.000,- (Enam Milyar Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Dua Ribu Rupiah).

5.1. SaranAdapun saran yang penulis dapat berikan dalam Tugas Akhir ini, adalah sebagai

berikut :1. Pelaksanaan pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) harus diperhatikan dengan

seksama akan mutu beton yang disyaratkan sesuai dengan perhitungan K.350 (350 kg/cm2) , serta umur waktu beton 28 hari dalam proses pembetonannya sehingga tidak mengalami kerusakan pada saat digunakan sesuai beban kendaraan yang direncanakan dalam penelitian ini.

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila dipasaran tidak ditemui diameter besi yang sesuai dengan hasil perencanaan, maka dapat digunakan dengan besi yang diamteter yang mendekati dengan ketentuan harus dilakukan kembali perhitungan pembesian dengan ketebalan perkerasan yang sama dengan 30 cm.

638