KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

12
287 Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau, Teguh Himawan Ronggo Susanto KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN PULAU-PULAU TERPENCIL DI WILAYAH KEPULAUAN RIAU THE SEA TRANSPORT NEEDS WHICH CONNECTING REMOTE ISLANDS IN THE PROVINCE KEPULAUAN RIAU Teguh Himawan Ronggo Susanto Badan Litbang Perhubungan Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110 email: [email protected] ABSTRAK Pulau-pulau terpencil dan terluar pada umumnya merupakan daerah terpencil, miskin, tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian pemerintah. Angkutan laut yang ada saat ini baru dapat menghubungkan ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten, maupun ibukota provinsi, sedangkan pada tingkat desa masyarakat masih menggunakan speed boat dan perahu kecil yang disebut pompong. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah pusat dan pemerintahan provinsi, kabupaten/kota dalam hal pemberian public service obligation, bahwa perlu dikembangkan layanan angkutan laut perintis yang menghubungkan antar desa dengan ibukota kecamatan, dengan kapasitas kapal yang disesuaikan dengan perkiraan jumlah penumpang yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep peningkatan pelayanan angkutan laut pada pulau-pulau terpencil di Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil analisis, dari 19 pulau terluar di Provinsi Kepulaun Riau hanya 4 pulau yang dihuni oleh penduduk dan 1 pulau sebagai pangkalan militer, yakni: Pulau Senoa berada di wilayah Kecamatan Bunguran Timur memiliki indeks konektivitas sebesar 0,05602221, Pulau Subi Kecil berada di wilayah Kecamatan Subi dengan indeks konektivitas sebesar 0,05602221, Pulau Karimun Kecil berada di Kecamatan Tebing dengan indeks konektivitas 0,02433643, dan Pulau Pelampung dan Pulau Nipah berada di Kota Batam, dengan indeks konektivitas 0,0000448. Kata kunci: kebutuhan angkutan laut, pulau terpencil ABSTRACT Remote islands and outermost is generally a remote area, poor, populous and far from the attention of the Govern- ment. Nowadays, sea transport only connecting between the capital district, and the capital district with the capital of regency/city or province, while at the village level people still use a speed boat and a small boat called pompong. Therefore, necessary the role of the central government and the provincial government, regency / city in terms of providing public transport service, that need to be developed pioneering ocean freight service that con- necting between village and village with the capital district, with a capacity of ships that are tailored to the estimated number of the passengers. This study aims to develop the concept to increase sea transport services on remote islands in the Province of Kepulauan Riau. Based on the analysis, from the 19 outer islands only 4 islands inhabited by population and one island as military base, such as: Senoa Island located in the District of East Bunguran have connectivity index of 0,05602221, Small Subi Island is located near the District Subi with connec- tivity index of 0,05602221, Small Karimun Island is located in the District of Tebing with connectivity index 0,02433643. Further, Island Pelampung and Nipah located at Batam territory, with the connectivity index 0,0000448. Keywords: sea transportation needs, remote islands Diterima: 1 April 2014, Revisi 1: 21 April 2014, Revisi 2: 6 Mei 2014, Disetujui: 16 Mei 2014

Transcript of KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Page 1: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

287Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau,Teguh Himawan Ronggo Susanto

KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN PULAU-PULAUTERPENCIL DI WILAYAH KEPULAUAN RIAU

THE SEA TRANSPORT NEEDS WHICH CONNECTING REMOTE ISLANDSIN THE PROVINCE KEPULAUAN RIAU

Teguh Himawan Ronggo Susanto

Badan Litbang PerhubunganJl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110

email: [email protected]

ABSTRAK

Pulau-pulau terpencil dan terluar pada umumnya merupakan daerah terpencil, miskin, tidak berpendudukdan jauh dari perhatian pemerintah. Angkutan laut yang ada saat ini baru dapat menghubungkanibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten, maupun ibukota provinsi, sedangkan pada tingkat desamasyarakat masih menggunakan speed boat dan perahu kecil yang disebut pompong. Oleh karena itu,diperlukan peran pemerintah pusat dan pemerintahan provinsi, kabupaten/kota dalam hal pemberianpublic service obligation, bahwa perlu dikembangkan layanan angkutan laut perintis yang menghubungkanantar desa dengan ibukota kecamatan, dengan kapasitas kapal yang disesuaikan dengan perkiraanjumlah penumpang yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep peningkatan pelayananangkutan laut pada pulau-pulau terpencil di Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil analisis, dari19 pulau terluar di Provinsi Kepulaun Riau hanya 4 pulau yang dihuni oleh penduduk dan 1 pulausebagai pangkalan militer, yakni: Pulau Senoa berada di wilayah Kecamatan Bunguran Timur memilikiindeks konektivitas sebesar 0,05602221, Pulau Subi Kecil berada di wilayah Kecamatan Subi denganindeks konektivitas sebesar 0,05602221, Pulau Karimun Kecil berada di Kecamatan Tebing dengan indekskonektivitas 0,02433643, dan Pulau Pelampung dan Pulau Nipah berada di Kota Batam, dengan indekskonektivitas 0,0000448.

Kata kunci: kebutuhan angkutan laut, pulau terpencil

ABSTRACTRemote islands and outermost is generally a remote area, poor, populous and far from the attention of the Govern-ment. Nowadays, sea transport only connecting between the capital district, and the capital district with thecapital of regency/city or province, while at the village level people still use a speed boat and a small boat calledpompong. Therefore, necessary the role of the central government and the provincial government, regency / city interms of providing public transport service, that need to be developed pioneering ocean freight service that con-necting between village and village with the capital district, with a capacity of ships that are tailored to theestimated number of the passengers. This study aims to develop the concept to increase sea transport services onremote islands in the Province of Kepulauan Riau. Based on the analysis, from the 19 outer islands only 4 islandsinhabited by population and one island as military base, such as: Senoa Island located in the District of EastBunguran have connectivity index of 0,05602221, Small Subi Island is located near the District Subi with connec-tivity index of 0,05602221, Small Karimun Island is located in the District of Tebing with connectivity index0,02433643. Further, Island Pelampung and Nipah located at Batam territory, with the connectivity index0,0000448.

Keywords: sea transportation needs, remote islands

Diterima: 1 April 2014, Revisi 1: 21 April 2014, Revisi 2: 6 Mei 2014, Disetujui: 16 Mei 2014

Page 2: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 6, Juni 2014288

PENDAHULUAN

Sebagai negara kepulauan yang berwawasannusantara, maka Indonesia harus menjagakeutuhan wilayahnya. Pulau-pulau terluarbiasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkantidak berpenduduk dan jauh dari perhatianPemerintah. Keberadaan pulau-pulau ini secarageografis sangatlah strategis, karena berdasarkanpulau inilah batas negara ditentukan. Pulau-pulauini seharusnya mendapatkan perhatian danpengawasan serius agar tidak menimbulkanpermasalahan yang dapat menggangu keutuhanwilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletakdi wilayah perbatasan dengan negara negara yangtidak/ belum memiliki perjanjian (agreement)dengan Indonesia.

Dari 92 pulau terluar yang ada di Indonesia, 19diantaranya berada di Provinsi Kepulauan Riau yangmerupakan provinsi ke-32 di Indonesia dan terbentukberdasarkan UU No. 25 Tahun 2002 tentangPembentukan Provinsi Kepulauan Riau, dengancakupan wilayah yang terdiri dari Kota Tanjungpinang,Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Secarakeseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5Kabupaten dan 2 Kota, 59 Kecamatan serta 351Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dankecil dimana 40% belum bernama dan berpenduduk.Adapun luas wilayahnya sebesar 8.201,72 km2, dimana 95% dari luas wilayahnya merupakan lautandan hanya 5% berupa wilayah daratan. (KementerianDalam Negeri, 2014).

Wilayah Kepulauan Riau memiliki pulau sebanyak2.408 pulau, yang terdiri dari; (a) pulauberpenghuni sebanyak 366 pulau, (b) pulau belumberpenghuni sebanyak 2.402 pulau, (c) pulauterdepan sebanyak 52 pulau, dan (d) pulau terluarsebanyak 19 pulau berdasarkan Perpres No. 78Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau KecilTerluar. (DPR RI, 2007).

Berdasarkan Perpres No. 78 Tahun 2005, PulauKecil Terluar dapat didefinisikan sebagai pulaudengan luas areal kurang atau sama dengan 2000km2 (dua ribu kilomenter persegi) yang memilikititik-titik dasar koordinat geografis yangmenghubungkan garis pangkal laut kepulauansesuai dengan hukum internasional dan nasional.(PP No. 78 Tahun 2005 Tentang PengelolaanPulau-Pulau Kecil Terluar).

Kondisi geografis Provinsi Kepulauan Riau yangberupa kepulauan dan sebagian besar wilayahnya

yang terdiri dari lautan membuat transportasi lautmemiliki peranan penting untuk menghubungkanantara pulau yang satu dengan yang lain. Namun,kondisi pelayanan transportasi laut yang belumoptimal membuat sebagian pulau-pulau di wilayahKepulauan Riau menjadi daerah yang terpencilatau terisolir (Kompas, 2014). Selain itu, kurangnyakonektivitas antar pulau yang disebabkan olehminimnya sarana dan prasarana transportasi lautmenyebabkan terhambatnya distribusi arus barangdan orang, serta pemerataan hasil-hasilpembangunan. Oleh karena itu, merupakan halyang penting untuk melakukan penelitian tentang“Kebutuhan Angkutan Laut YangMenghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di WilayahKepulauan Riau”, dengan tujuan untukmengetahui tingkat aksesibilitas antar pulau-pulauyang terpencil di Provinsi Kepulauan Riau dantersusunnya konsep peningkatan pelayananangkutan laut.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang terkait dengan angkutan laut padadaerah terpencil, antara lain adalah (1) Studi PolaPenyelenggaraan Angkutan Laut untuk DaerahTerpencil, yang dilakukan pada tahun 2005 olehBadan Penelitian dan Pengembangan Perhubunganbekerjasama dengan Lembaga PengembanganSekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti.Penelitian tersebut dimaksudkan untuk melihatgambaran pola penyelenggaraan angkutan lautyang kelak dapat digunakan sebagai arah kebijakanpemerintah di sub sektor perhubungan laut dalamrangka mengantisipasi tuntutan pelayananmasyarakat terhadap kelancaran mobilitaspenduduk, distribusi barang dan jasa di daerahterpencil. Adapun tujuannya adalah menghasilkanrekomendasi pola penyelenggaraan angkutan lautyang efektif dan efisien pada daerah terpencil,sehingga daerah tersebut dapat tumbuh danbekembang untuk menghasilkan kualitas produksidan jasa. Metodologi studi tersebut melalui beberapatahapan, di antaranya pengumpulan data primerdan sekunder, observasi lapangan, analisismenggunakan pendekatan analisis secara sektoral,regional, atau sektoral-regional, serta statistikadeskriptif. Kesimpulan yang diperoleh, antara lainmasih banyak daerah terpencil yang belummenerima jasa angkutan laut, potensi sumber dayaekonomi pada daerah terpencil tidak dapatterdistribusi ke daerah yang sudah berkembangsebagai pasar daerah terpencil karena keterbatasan

Page 3: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

289Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau,Teguh Himawan Ronggo Susanto

sarana dan prasarana transportasi laut, padadaerah terpencil yang sudah mendapatkanpelayanan angkutan laut dengan waktu yang tidakmenentu tidak dapat berbuat banyak apabila terjadigejolak ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan danlain-lain, pemerintah daerah belum sepenuhnyadapat berkoordinasi dengan pemerintah propinsidan pemerintah pusat atau pihak terkait dalammengupayakan pembangunan daerah melaluipenyelenggaraan angkutan laut dari sisipendanaan, kerjasama, dan lain-lain, serta kesulitanmasyarakat untuk berinteraksi ke luar daerahnyakarena aksesibilitas pelayanan angkutan laut yangsangat rendah. (2) Kondisi Layanan AngkutanLaut Perintis Di Daerah Tertinggal, 2008. Maksuddan tujuan studi ini adalah mengidentifikasi danmendeskripsikan rute dan trayek kapal laut perintisdalam melayani rute-rute/lintasan di daerahtertinggal [11]. Analisis yang digunakan adalahanalisis deskriptif, dengan pengumpulan atauinventarisasi informasi berupa hasil-hasil studi danpustaka yang terkait dengan substansi penelitian,mempelajari dan mencoba memetakan rute jaringanpelayanan transportasi ke daerah tertinggal, sertaketerpaduan dan hirarkinya masing-masingdengan jaringan pelayan transportasi lainnya. Padatahap awal, berorientasi pada inventarisasiinformasi atau data yang berkaitan dengan kondisiprasarana dan saran transportasi wilayah ataudaerah, faktor-faktor pengembangan wilayah,seperti pusat-pusat kegiatan ekonomi dankependudukan. Selanjutnya, pada identifikasi danevaluasi tentang karakteristik pergerakan lalu lintasangkutan laut, dan mengkaji perkembangan daerahlayanan angkutan laut perintis. Dalam kajian inidisimpulkan, bahwa secara umum kondisitransportasi wilayah tertinggal telah dilayani olehangkutan laut perintis, penyeberangan perintis, danpenerbangan perintis. Jumlah rute perintiscenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan jugatelah ada upaya untuk memadukan layananperintis dengan angkutan komersial, namun upayaini belum berhasil. Khusus pulau dan pesisir yangdilayani angkutan laut perintis tergolong tertinggaldengan potensi yang masih bersifat primer.Aktivitas perekonomian wilayah masih bertumpupada pertanian, perikanan, dan usaha-usahaprimer lainnya yang bersifat subsistem, dalam artiproduksinya belum memadai untuk kebutuhansendiri sekalipun. Semua trayek perintismenyinggahi banyak pelabuhan, sehingga jarakpelayaran mencapai ribuan mil. Secara rata-ratajarak pelayaran rute perintis adalah 1.659 Mil dan

frekuensi kunjungan rata-rata 12,88 hari. Kapalyang melayani trayek perintis umumnya kapal tuatipe cargo. Untuk efektivitas dan efisiensi layanantransportasi di daerah tertinggal, perlu ditataketerpaduan dan hirarki semua moda angkutanyang terkait, seperti armada PT. PELNI, armadaperintis laut dan penyeberangan, serta armadakapal cepat milik daerah.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam kajian ini data yang dibutuhkan berupa dataprimer dan sekunder. Data primer berupa data atauinformasi yang diperoleh langsung dari hasiltinjauan di lapangan, berupa hasil wawancara ataupengisian kuesioner dari pihak-pihak terkait didaerah terkait dengan kondisi ketersediaan jaringanyang ada. Sedangkan data sekunder adalah dataatau informasi yang diperoleh dari studi literatur,sumber-sumber atau instansi terkait, berupajaringan prasarana dan sarana transportasi diProvinsi Kepulauan Riau. Dengan demikian,pengumpulan data diperoleh melalui literaturmaupun sumber dari instansi terkait, seperti DinasPerhubungan Provinsi atau Kabupaten / Kota,Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan,BPS Provinsi Kepulauan Riau dan instansi terkaitlainnya.

Selanjutnya data-data tersebut dianalisismenggunakan analisis aksesibilitas dan statistikdeskriptif. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalammetode analisis data, antara lain penjelasan tentangJaringan (Network), Jaringan Planar dan jaringanNonplanar, Jaringan Keterhubungan Minimal(JKM) dan Jaringan Keterhubungan Lengkap (JKL),Matriks Jaringan, serta Matriks Aksesibilitas Total(Matriks T). Untuk memudahkan dalampemecahan permasalahan, perlu disusun pola pikirpendekatan kajian berdasarkan kondisi jaringantransportasi laut yang ada. Pola pikir yangdigunakan dalam kajian ini dapat dilihat padagambar 1.

PELAYANANTRANSPORTASI

EFEKTIVITAS EFISIENSI

AKSESIBILITAS KAPASITAS PELAYANAN

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Page 4: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 6, Juni 2014290

Dalam pengertian transportasi, kinerja pelayanandapat ditinjau dari sisi efektivitas dan efisiensinya.Untuk sisi efektivitas, indikator kinerja pelayanandapat dilihat dari aspek aksesibilitas, kapasitas, dankualitas pelayanannya. Untuk itu, dalam penelitianini, obyek yang akan dianalisis adalah aspekaksesibilitas pada pulau-pulau terpencil yang beradadi Provinsi Kepulauan Riau ditinjau dari: (1) DataOperasional jaringan transportasai laut danpenyeberangan yang ada di Provinsi KepulauanRiau; (2) Matrik Keterhubungan jaringantransportasi laut dan penyeberangan antar pulaudi Provinsi Kepulauan Riau; (3) Indeks Aksesibilitasadalah hasil perhitungan yang menggambarkanbesar atau kecilnya indek keterhubungan jaringantransportasi laut dan penyeberangan antar pulaudi Provinsi Kepulauan Riau; (4) Pulau denganaksebilitas jaringan transportasi laut danpenyeberangan antar pulau dalam satu provinsi diKepulauan Riau yang paling rendah; (5) Dari pulaudengan aksebilitas jaringan transportasi laut danpenyeberangan antar pulau dalam satu provinsi diKepulauan Riau yang paling rendah dapatditingkatkan; (6) Peningkatkan aksebilitas pulaudengan aksebilitas jaringan transportasi laut antarpulau dalam satu provinsi di Kepulauan Riau dapatdilakukan melalui kebutuhan armadanya, kapasitasarmada, frekuensi, waktu operasi, dan infrastukturpelabuhan; dan (7) Rekomendasi. Kemudian, Alurpikir pelaksanaan kegiatan dapat dilihat padagambar 2.

Penelitian ini menggunakan data primer dansekunder, dimana data primer diperoleh langsungdari hasil tinjauan di lapangan yang berupa hasilwawancara atau pengisian kuesioner dari pihak-pihak terkait dan data sekunder diperoleh dari studiliteratur, sumber-sumber atau instansi terkait. Datasekunder terdiri dari jaringan prasarana dan saranatransportasi di Provinsi Kepulauan Riau.

Beberapa alat analisis yang digunakan dalampenelitian ini, antara lain dapat dijelaskan sebagaiberikut:

1. Jaringan (Network)

Suatu jaringan, merupakan susunan kombinasiantara beberapa titik dan segmen garis. Dalamjaringan transportasi, titik dapat digunakanuntuk menyatakan suatu terminal, kota, daerah,wilayah, persimpangan jalan, pelabuhan, bandarudara, dan lain sebagainya. Sedangkan garis atausegmen garis, dapat digunakan untukmerepresentasikan prasarana jalan, prasaranajalan rel, rute pelayaran, rute penerbangan, dansebagainya. Sehingga, titik merupakan pangkalatau ujung suatu garis. Dalam jaringan, biasanya,titik merupakan perpotongan antara dua ataulebih garis. Titik yang tidak terhubung sama sekalioleh garis dikatakan sebagai titik terisolasi. Dalamteori graph, Titik diistilahkan dengan node, point,vertex, atau vertice. Sedangkan garis, seringkalidiistilahkan dengan segmen garis, linkage atauedge. Untuk selanjutnya, dalam naskah ini akandigunakan istilah jaringan, node dan edge. Edgeberarah, adalah edge yang ditandai denganmenempatkan kepala anak panah menghadapke arah yang ditunjuk. Edge berarah yangmenghubungkan node i ke node j, menyatakanbahwa node i dihubungkan dengan node j olehedge tetapi node j tidak terhubung dengan node i.

2. Jaringan Planar dan Jaringan Nonplanar

Jaringan Planar adalah jaringan yang pada tiapperpotongan edge-nya berupa node. Di duniatransportasi, jaringan planar pada umumnyaterjadi pada moda transportasi darat.Sebaliknya, jaringan nonplanar adalah jaringanyang pada perpotongan edge-nya belum tentumerupakan node. Di dunia transportasi, jaringannonplanar pada umumnya terjadi pada modatransportasi laut dan udara.

3. Jaringan Keterhubungan Minimal (JKM) danJaringan Keterhubungan Lengkap (JKL)

Jaringan Keterhubungan Minimal atau JKM,

DATA OPERASIONALJARINGAN ANTAR PULAU

MATRIKSKETERHUBUNGAN

INDEKS AKSESIBILITAS

PULAU DENGANAKSESIBILITAS

MENINGKATKANAKSESIBILITAS

ANGKUTAN LAUT

1. KEBUTUHAN2. ARMADA;3 . KAPASITASARMADA;4. FREKUENSI.

KESIMPULAN DANREKOMENDASI

Gambar 2. ALur Pikir Pelaksanaan Kegiatan

Page 5: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

291Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau,Teguh Himawan Ronggo Susanto

merupakan sekumpulan node yang dirangkaioleh edge-edge, menjadi suatu jaringan. Jumlahedge yang digunakan minimal, dan tidak adanode yang terisolasi. Sedangkan JaringanKeterhubungan Lengkap atau JKL, merupakansuatu jaringan yang tiap node-nya terhubung,oleh edge, ke tiap node yang lain dalam jaringantersebut. Jika dalam suatu jaringan, terdapat Vnode, emin dinotasikan sebagai jumlah edge mini-mal, dan emax dinotasikan sebagai jumlah edgemaksimal, maka:

adalah matriks yang menyatakan adanyak e t e r h u b u n g a n a n t a r a d u a node dengan melaluitepat tiga node antara. Untuk menentukanmatriks C5, C6, dan seterusnya, dapat diperolehdengan cara yang sama.

5. Matriks Aksesibilitas Total (Matriks T).Matriks Aksesibilitas Total atau Matriks-T,adalah suatu matriks yang elemen-elemennyamenyatakan banyaknya cara melakukanpergerakan dari suatu node ke node yang lain,dalam suatu jaringan. Matriks aksesibilitasdiperoleh melalui algoritma sebagai berikut:Langkah 1: susun matriks jaringan awal,berdasarkan suatu obyek peta jaringan. Berinama C1 pada matriks tersebut. Tentukanmatriks T = C1 dan nilai awal n = 1. Selanjutnya,periksa, apakah tiap elemen pada matriks Ttersebut tidak bernilai nol. Jika tidak ada,m = 1dan langsung ke Langkah 5;Langkah 2: hitung m = n + 1 dan Cm = C1 x Cn;Langkah 3: hitung T = T + Cm;Langkah 4: periksa, apakah tiap elemen padamatriks T tersebut tidak bernilai nol ?. Jika adaelemen yang bernilai nol, n = m, Cn = Cm, dankembali ke Langkah 2;Langkah 5: Iterasi dihentikan, T terakhir adalahmatriks aksesibilitas total dan m merupakandiameter jaringan.Berdasarkan matriks aksesibilitas total yangdihasilkan oleh proses iterasi algoritma di atas,maka aksesibilitas node i dalam jaringan adalahjumlah elemen-elemen pada baris ke-i dikurangidengan elemen baris ke-i kolom ke-i. Secaramatematis, hal tersebut dapat dituliskan sebagaiberikut:

emin = V - 1 ............................................ (1)

emax = 3(V – 2)dan, untuk jaringan planar:

............................................ (2)

untuk jaringan nonplanar:

emax= V(V-1)2

......................................... (3)

4. Matriks Jaringan

Matriks Jaringan atau Matriks Keterhubungan,adalah suatu matriks yang tiap elemennyamenyatakan ada atau tidaknya edge yangmenghubungkan antar dua node dalam suatujaringan. Ada atau tidaknya edge yangmenghubungkan antar dua node tersebut, dapatdilihat dari peta jaringan. Jika C merupakanmatriks jaringan dan cij merupakan salah satuelemen matriksC yang terletak pada baris ke-i dankolom ke-j, maka cijmenyatakan ada atau tidaknyaedge yang menghubungkan node i dan node j. Jikacij bernilai satu atau lebih, berarti ada edge yangmenghubungkannya, baik secara langsungmaupun tidak. Sebaliknya, jika bernilai 0, berartitidak ada edge yang menghubungkannya.

Matriks Jaringan Awal, dinotasikan dengan C1,dapat dikatakan sebagai matriks yangmenyatakan adanya keterhubungan antara duanode, dengan menggunakan tepat satu edge.Dengan kata lain, matriks C1 merupakanmatriks keterhubungan antara dua node, tanpamelalui node antara. Matriks C2, diperoleh darimengalikan matriks C1 dengan matriks C1,adalah matriks yang menyatakan adanyaketerhubungan antara dua node dengan melaluitepat satu node antara. MatriksC3, diperoleh darimengalikan matriks C1 dengan matriks C2,adalah matriks yang menyatakan adanyaketerhubungan antara dua node dengan melaluitepat dua node antara. MatriksC4, diperoleh darimengalikan matriks C1 dengan matriks C3,

Aksesibilitas node i = ijj

ij tt

........... (4)

(Sumber: Taeaffe, E.J. et al., 1996)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indone-sia No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, di Provinsi Kepulauan Riauterdapat 19 pulau yang berbatasan dengan negaratetangga yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota, yakni:Kabupaten Kepulauan Anambas, KabupatenNatuna, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,dan Kota Batam. Kemudian, berdasarkan lokasi perkecamatan dapat dilihat pada tabel 1.

Page 6: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 6, Juni 2014292

No. NAMA PULAU KABUPATEN/KOTA KECAMATAN LUAS PULAU / STATUS

1. DamarKab. Kepulauan

AnambasJemaja

0,25 ha / Tidak Berpenghuni

2. Kepala Kab. Natuna Serasan 3 ha / Tidak Berpenghuni

3. MangkaiKab. Kepulauan

AnambasJemaja

30 ha / Tidak Berpenghuni

4. Sebetul Kab. Natuna Pulau Laut 30 ha / Tidak Berpenghuni

5. Sekatung Kab. Natuna Pulau Laut 20 km2 / Tidak Berpenghuni

6. Semiun Kab. Natuna Pulau Laut 8 ha / Tidak Berpenghuni

7. Senoa Kab. NatunaBunguran

Timur

50 ha /Berpenghuni

8. Subi Kecil Kab. Natuna Subi 200 km2 / Berpenghuni

9. Tokong BerlayarKab. Kepulauan

AnambasPalmatak

1 ha / Tidak Berpenghuni

10. Tokong Burung Kab. Natuna N/A 1 ha / Tidak Berpenghuni

11. Tokong Malang Biru Kab. Natuna Siantan 1 ha / Tidak Berpenghuni

12. Tokong NanasKab. Kepulauan

AnambasSiantan

1 ha / Tidak Berpenghuni

13. Sentut Kab. Bintan Bintan Timur 3 ha / Tidak Berpenghuni

14. Iyu Kecil atau TokongHiu Kecil

Kab. Karimun Tebing 0,5 ha / Tidak Berpenghuni

15. Karimun Kecil atauKarimun Anak

Kab. Karimun Tebing 8,10 ha / 12 KK

16. Nipah Kota Batam BelakangPadang

60 ha /Pangkalan TNI

17. Nongsa Kota Batam Nongsa 1 ha / Tidak Berpenghuni

18. Pelampung Kota BatamBelakangPadang

1 ha / 5 KK

19. Batu Berhenti Kota Batam - 90 m2 / Tidak Berpenghuni

Tabel 1. Lokasi Pulau Kecil Terluar di Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan WilayahAdministratif

Sumber: Biro Pemerintahan Prov. Kepulauan Riau, Kepulauan Riau Dalam Angka 2013, Kementerian Kelautandan Perikanan, BPS Kebupaten Kelulauan Anambas Dalam Angka 2013, BPS Kabupaten NatunaDalam Angka 2013 [9], BPS Kabupaten Bintan Dalam Angka 2013, dan BPS Kabupaten KarimunDalam Angka 2013, Diolah

Page 7: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

293Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau,Teguh Himawan Ronggo Susanto

T0 Bata

m

Kel

arik

Kija

ng

Kua

la M

aras

Letu

ng

Men

gkap

an

Mid

ai

Mor

o

Nat

una

Pula

u Be

rhal

a

Pula

u Bu

ru

Pula

u G

alan

g

Pula

u La

ut

Pula

u Pe

kaja

ng

Pula

u Ti

ga

Ran

ai

Sed

anau

Sela

t Bel

ia

Sena

yang

Sera

san

Subi

Tam

bela

n

Tanj

ung

Bala

i Kar

imun

Tanj

ung

Pina

ng

Tar

empa

Batam 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 8 0Kelarik 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1Kijang 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1Kuala Maras 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1Letung 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2Mengkapan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0Midai 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 2 1 1 0 1 2Moro 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0Natuna 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1Pulau Berhala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0Pulau Buru 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0Pulau Galang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0Pulau Laut 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1Pulau Pekajang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0Pulau Tiga 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1Ranai 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1Sedanau 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1Selat Belia 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0Senayang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0Serasan 0 1 1 1 1 0 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 2Subi 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1Tambelan 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 2 1Tanjung BalaiKarimun 14 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0Tanjung Pinang 8 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 0 2Tarempa 0 1 1 1 2 0 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 2 1 1 0 2 0

Tabel 2. Matrik Karingan/Trayek Angkutan Laut Dalam Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan trayek diatas, maka dapat dilakukananalisis aksesibilitas untuk mengetahui tingkat

konektivitas pulau-pulau terpencil di KepulauanRiau, sebagaimana disajikan dalam tabel 3.

Page 8: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 6, Juni 2014294

Page 9: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

295Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau,Teguh Himawan Ronggo Susanto

Pulau-pulau kecil terluar yang berada di KepulauanRiau pada umumnya belum memiliki jaringanangkutan laut yang secara tetap (liner) melayanipulau tersebut. Terlebih dari 19 pulau-pulau terluarhanya 4 pulau saja yang berpenghuni, yakni: PulauSenoa, Subi Kecil, Karimun Kecil, Nipah danPelampung. Berdasarkan data jaringan atau trayekangkutan laut yang ada di Provinsi Kepulauan Riaudapat dilakukan perhitungan tingkat aksesibilitas,dimana perhitungannya terhenti pada iterasi ke-tiga, yang berarti bahwa untuk berpindah dari satupulau ke pulau lainnya memerlukan perpindahan

moda laut atau penyeberangan sebanyak 3 kali.Kemudian, mempertimbangkan Kapal Perintis R06(KM Sabuk Nusantara 30) dengan ruteTanjungpinang - 226 - Tambelan – 135-Pontianak-175- Serasan-50-Subi-65-Ranai-60-Pulau Laut-38-Kelarik-30-Sedanau-20-Pulau Tiga-52-Midai-112-Tarempa-37-Kuala Maras-175-Tanjung Pinang[12], apabila ditambah rutenya antara Pulau Subi– Subi Kecil, maka diperoleh hasil perhitunganindeks konektivitas pada iterasi terakhir sepertidisajikan pada tabel 4.

No. Nama Daerah IndeksKonektivitita s

Indeks KonektivititasSetelah Dihu bungk an

Subi Kecil1 Batam 0,00000448 0 ,000004492 Kelarik 0,05602221 0 ,055937003 Kijang 0,02321372 0 ,023136344 Kua la Maras 0,05602221 0 ,055937005 Letung 0,03508090 0 ,035008156 Lobam 0,01873152 0 ,018501157 Mengkapan 0,00197470 0 ,002006928 Midai 0,07173194 0 ,071620609 Moro 0,01140454 0 ,01146344

10 Natuna 0,02321372 0 ,0231363411 Pulau Berhala 0,01435208 0 ,0143503412 Pulau Buru 0,01140454 0 ,0114634413 Pulau Galang 0,01140454 0 ,0114634414 Pulau Laut 0,05602221 0 ,0559370015 Pulau Pekaja ng 0,01435208 0 ,0143503416 Pulau Tiga 0,05602221 0 ,0559370017 Ranai 0,05602221 0 ,0559370019 Seda nau 0,05602221 0 ,0559370020 Selat Belia 0,01140454 0 ,0114634421 Senayang 0,01435208 0 ,0143503422 Serasan 0,07173194 0 ,0716206023 Subi 0,05602221 0 ,0562056524 Subi Kecil Belum Terhubung 0 ,0046416625 Tambelan 0,06436647 0 ,0643077726 Tanju ng B alai Karimun 0,02433643 0 ,0247688027 Tanju ng B atu 0,00587845 0 ,0056106828 Tanju ng Pinang 0,07902449 0 ,0793658329 Tanju ng Uban 0,02109975 0 ,0168438130 Tarempa 0,07878161 0 ,07869439

Tabel 4. Hasil Perhitungan Indeks Konektivitas pada Iterasi Terakhir (T3)

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Page 10: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 6, Juni 2014296

Berdasarkan nilai indeks konektivitas pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa beberapa wilayah ataupulau yang memiliki tingkat konektivitas cukuptinggi antara lain; Tanjung Pinang, Tarempa, Midai,Serasan, Tambelan, Pulau Laut, Pulau Tiga, Ranai,Subi, dan Kuala Maras. Selain itu, Pulau Batammemiliki nilai konektivitas yang rendahdikarenakan Pulau Batam belum tersedia jaringantransportasi ke beberapa kecamatan yang memilikipulau-pulau terpencil, dan apabila melihat daritrayek angkutan laut domestik berdasarkan datadari Pemerintah Kota Batam, maka trayekangkutan laut yang ada baru menghubungkan

Pulau Batam dengan Tanjung Uban, Lobam(Bintan), Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang,dan Moro (Pemkot Batam, 2014). Kemudian, agarlebih mudah untuk dipahami hasil perhitunganindeks konektivitas disajikan dalam gambar 1.

Setelah dilakukan perhitungan denganmenghubungkan Pulau Subi dengan Pulau SubiKecil, tidak terjadi penurunan tingkat konektivitaspulau atau daerah yang lain, namun sebaliknyaPulau Subi Kecil menjadi terhubungkan denganPulau Subi dan memiliki tingkat konektivitas sebesar0,00464166, seperti disajikan pada gambar 2.

Sumber: Hasil Analisis, 2014Gambar 1. Hasil Perhitungan Indeks Konektivitas pada Iterasi Terakhir (T3)

Sumber: Hasil Analisis, 2014Gambar 1. Perbandingan Hasil Perhitungan Indeks Konektivitas pada Iterasi

Terkahir (T3)

Page 11: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

297Kebutuhan Angkutan Laut yang Menghubungkan Pulau-Pulau Terpencil di Wilayah Kepulauan Riau,Teguh Himawan Ronggo Susanto

Berdasarkan data pada gambar di atas dapatdiketahui bahwa untuk beberapa Kecamatan yangmemiliki beberapa pulau terpencil dapat dijelaskanpada tabel 5.

Kecamatan Palmatak yang terdapat salah satupulau terluar (Pulau Tokong Berlayar), berdasarkandata yang diperoleh belum dilintasi oleh pelayaranreguler (liner). Wilayah Kecamatan yang ada diProvinsi Kepulauan Riau pada umumnya terdiri daridesa yang berupa pulau-pulau, dimana transportasiantar desa menggunakan kapal motor maupunperahu kecil yang disebut pompong. Sedangkan,untuk pulau-pulau terpencil maupun pulau-pulauterluar yang ada di Provinsi Kepulauan Riau belumdilayani oleh angkutan laut, terutama angkutan lautperintis. Hal ini, salah satunya disebabkan olehketerbatasan sarana dan prasarana yang ada dipulau-pulau terpencil, sehingga pulau-pulau inihanya dihuni oleh masyakarat dalam jumlah yangsangat kecil, sedangkan dikarenakan olehketerbatasan sarana angkutan laut, maka angkutanlaut perintis baru dapat melintasi pulau-pulaudengan jumlah penduduk yang cukup banyak,apalagi angkutan laut komersial yangmemperhitungkan load factor dan biaya yang harusdikeluarkan apabila melewati pulau – pulautersebut.

Selanjutnya berdasarkan informasi yang diperolehdari Pemerintah Provinsi Kepri (http://haluankepri.com, 2014), 19 pulau terluar telahmasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP), dimana pembangunan pulauterluar dimulai di Pulau Tekong Hiu, KabupatenKarimun. RPJP terkait pembangunan pulau terluardimulai pada tahun 2009 sesuai Peraturan Daerah(Perda) Nomor 2 Tahun 2009 yang berlaku hingga2025. Setiap tahun, pulau-pulau terluar akandibangun secara bertahap dan sesuai skala prioritas.Selain itu, potensi pulau terluar yang jumlahnya19 pulau perlu diinventarisir terlebih dulu, jika adaabrasi atau rawan longsor, maka akan dibangunseperti di Pulau Nipah dengan melakukanreklamasi. Sebelumnya, pulau terluar sudahdibangun di Kabupaten Anambas dan KabupatenNatuna, serta pada tahun 2015 Pemerintah ProvinsiKepulauan Riau merencanakan akan menataPulau Tekong Hiu yang luasnya sekitar 0,5 hektardan merupakan pulau yang tidak berpenghuni,serta sangat dekat dengan Pulau Karimun kecil diKabupaten Karimun. (Peraturan Daerah ProvinsiKepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentangRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah(RPJPD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025). Pembangunan pulau terluar akan membawamanfaat bagi perekonomian daerah danPemerintah Provinsi Kepri secara luas dan dilihatdari aspek keamanan dan sebagai batas negaraRepublik Indonesia. Pengembangan pulau terluarbisa dijadikan tujuan wisata atau objek wisatabahari dan perikanan, seperti untuk diving,memancing dan lainnya, sehingga akan membawadampak ekonomi dengan didukung pembangunandi sektor transportasi laut.

No. Pulau-Pulau Terluar Kota KecamatanNilai Index

Konektivitas1 Tebing (Pulau Iyu Kecil dan Karimun Kecil) Tanjung Balai Karimun 0,02433643

2 Siantan (Pulau Tokong Nanas, TokongMalang Biru)

Tarempa 0,07878161

3 Serasan (Pulau Kepala) Serasan 0,071731944 (Pulau Sebetul, Sekatung, dan Semiun) Pulau Laut 0,056022215 Bunguran Timur (Pulau Senoa) Ranai 0,056022216 Subi (Pulau Subi Kecil) Subi 0,056022217 Jemaja (Pulau Damar dan Mangkai) Letung 0,035080908 Pulau Nipah, Nongsa, dan Pelampung Batam 0,000004489 Bintan Timur (Pulau Sentut) Kijang 0,0232137210 Pulau Tokong Berlayar Palmatak N/A

Tabel 5. Hasil Perhitungan Indeks Konektivitas pada Iterasi Terakhir (T3) dan Pulau Pulau Terluar

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Page 12: KEBUTUHAN ANGKUTAN LAUT YANG MENGHUBUNGKAN …

Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 6, Juni 2014298

KESIMPULAN

Pulau-pulau terpencil dan terluar yang ada diProvinsi Kepulauan Riau, memiliki potensi keindahanalam dan perikanan yang perlu menjadi perhatianbagi Pemerintah untuk mengembangkan potensitersebut. Hal ini, perlu didukung oleh pembangunansarana dan prasarana transportasi laut yangmemadai guna mendorong pengembangan ekonomidi Pulau tersebut. Saat ini, semua pulau-pulau yangterpencil di Provinsi Kepulauan Riau belum dilayanioleh angkutan laut perintis, terlebih dari 19 pulauterluar hanya 4 pulau yang dihuni oleh penduduk(Pulau Senoa, Subi Kecil, Karimun Kecil, danPelampung) dan 1 pulau telah digunakan sebagaipangkalan militer (Pulau Nipah). Denganmemanfaatkan Kapal Perintis R06 (KM SabukNusantara 30), maka salah satu pulau terluar (PulauSubi Kecil) dapat dihubungkan dengan Pulau Subimelalui trayek yang reguler, sehingga berdasarkanhasil analisis aksesibilitas Pulau Subi Kecil memilikitingkat konektivitas sebesar 0,00464166.

Jaringan transportasi laut di Provinsi Kepulauan Riauyang ada saat ini, baru menghubungkan antarIbukota Kecamatan dan Ibukota Kecamatan denganIbukota Kabupaten/Kota dan Provinsi. Untuk itu,mengingat kondisi geografis yang merupakanpulau-pulau sangat diperlukan pelayanan angkutanlaut perintis yang dapat menghubungan sampaipada tingkat antar desa dan desa dengan IbukotaKecamatan dalam jadwal layanan yang reguler dantarif yang terjangkau. Dalam hal ini, peranPemerintah Pusat dan Pemerintahan Provinsimaupun Kabupaten/Kota sangat penting dalam halmemberikan layanan angkutan laut perintis melaluipemberian Public Service Obligation, tentunya dengankapasitas kapal yang kecil disesuaikan denganperkiraan jumlah penumpang yang ada.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada DR. Imbang Danandjojo, MTselaku Pembimbing, Kapuslitbang PerhubunganLaut, KSOP Tanjung Pinang, Dinas PerhubunganProvinsi Kepri, dan Badan Pusat Statistik ProvinsiKepri yang telah memberikan data primer dansekunder, serta teman-teman maupun pihak-pihakyang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telahbanyak membantu guna penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik.Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam

Angka 2013. Kabupaten Kepulauan Anambas.

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Natuna DalamAngka 2013. Kabupaten Natuna.

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Bintan DalamAngka 2013. Kabupaten Bintan

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Karimun DalamAngka 2013. Kabupaten Karimun.

Badan Pusat Statistik. Kepulauan Riau Dalam Angka2013. Provinsi Kepulauan Riau.

Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan.2005. Studi Pola Penyelenggaraan Angkutan Lautuntuk Daerah Terpencil. Jakarta.

Haluan Kepri. http://haluankepri.com/tanjungpinang/61164-19-pulau-terluar-di-kepri-akan-dibangun-.html.Download tanggal 15 Mei 2014, pukul 13.30 WIB.

Kementerian Dalam Negeri. http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/21/kepulauan-riau. Downloadpada tanggal 17 Maret 2014, jam 10.30 WIB.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, DirektoriPulau-Pulau Kecil. http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_data. Download tanggal 15 Mei 2014, pukul10.00 WIB.

Kompas,http://regional.kompas.com/read/2011/0 4 / 0 5 / 2 0 1 3 0 4 8 6 /15.Pulau.Terluar.Kepri.Tak.Berpenghuni.Download tanggal 15 Mei 2014, pukul 09.30 WIB.

KSOP Pelabuhan Tanjung Pinang, DitjenPerhubungan Laut. Trayek Angkutan LautDomestik, 2013.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI DalamReses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2007– 2008 Ke Provinsi Kepulauan Riau. Tanggal10 – 14 Desember 2007.

M,Y,Jinca, Raga Paulus. 2008. Kondisi LayananAngkutan Laut Perintis Di Daerah Tertinggal.Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 78Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-PulauKecil Terluar.

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor2 Tahun 2009 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah (RPJPD) ProvinsiKepulauan Riau Tahun 2005-2025.

Pemerintah Kota Batam. Angkutan Laut Domestikdikutip dalam http://batamkota.go.id, Downloadtanggal 15 Mei 2014, pukul 10.30 WIB.

Taaffe, E.J, Gauthier, H.L, O’Kelly, M.E. 1996. Ge-ography of Transportation. Prentice Hall, UpperSaddle River, New Jersey.