DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKAL · PDF filereforma agraria di Indonesia masih terus...

download DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKAL · PDF filereforma agraria di Indonesia masih terus berlangsung secara reguler ... berbagai bentuk ekspresi yang akan memperkaya diskursus kita

If you can't read please download the document

Transcript of DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKAL · PDF filereforma agraria di Indonesia masih terus...

  • iPengantar editor

    DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKALPerjuangan Hak Atas Tanah di Indonesia

  • ii dari LokaL ke nasionaL, kembaLi ke LokaL

    agrarian resources Centre (arC) yang didirikan pada tahun 2005 merupakan sebuah lembaga yang memfokuskan aktivitasnya pada penelitian, dokumentasi dan pelatihan yang berhubungan dengan masalah-masalah agraria, pembangunan pedesaan, reforma agraria dan gerakan sosial pedesaan baik di indonesia maupun internasional. arC secara khusus mempunyai misi untuk menyediakan informasi, dokumentasi dan analisis tentang permasalahan agraria yang terbuka untuk publik dan secara khusus bagi kelompok gerakan sosial di indonesia.

    Sekretariat ARC (Agrarian Resource Center):Jalan Terjun Bugi No. 25, Arcamanik, Bandung 40293

    Indonesiaph/fax. +62-22-7208863

    email: [email protected]; website. arc.or.id

  • iiiPengantar editor

    DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKAL

    Perjuangan Hak Atas Tanah di Indonesia

    Editor: Dianto Bachriadi

  • iv dari LokaL ke nasionaL, kembaLi ke LokaL

    DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKAL: Perjuangan Hak atas Tanah di Indonesia

    Editor: Dianto Bachriadi

    Cetakan pertama, ARC Books, Agustus 2012Agrarian Resource Center (ARC), 2012

    Penerbit:ARC BooKS

    Jalan Terjun Bugi No.25 Arcamanik Bandung 40293 - Indonesia

    Layout isi : jiwoDesain Sampul: t.a.s

    Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)DARI LOKAL KE NASIONAL KEMBALI KE LOKAL: Perjuangan Hak atas tanah di Indonesia Editor: Dianto Bachriadi; Bandung, Agustus 2012xii+329 hlm; 14x21 cm

    Diterbitkan pertamakali dalam Bahasa Indonesia atas kerjasama antara Yayasan TIFA dan Agrarian Resource Center (ARC)

  • vPengantar editor

    Daftar Isi

    Daftar Isi iv

    Pengantar Editor vii

    1 Gerakan Sosial Pedesaan sebagai Politik: Sebuah Kacamata Teoritik

    Dianto Bachriadi 1

    2 Dinamika Politik, Kecenderungan Perjuangan Hak atas Tanah, dan Mutasi Gerakan Sosial Pedesaan di Indonesia dari Masa ke Masa

    Dianto Bachriadi 39

    3 Perubahan Penguasaan Tanah di atas lahan Pendudukan Pasca Reformasi

    Tri Agung Sujiwo 83

    4 Kaum Tani Miskin Harus Memimpin Gerakan Tani Agar Gerakan Pendudukan Tanah Dapat Mencapai Tujuannya

    Erpan Faryadi 137

    5 Redistribusi Lahan di Cipari Kabupaten CilacapBaihaqi 143

    6 Struktur Agraria dan Dinamika Gerakan Sosial Pedesaan di Karawang

    Erwin Suryana 183

    7 Kecenderungan Advokasi Gerakan dan Kebijakan Agraria Nasional Pasca Reformasi

    Tim ARC 255

    Lampiran 319

  • vi dari LokaL ke nasionaL, kembaLi ke LokaL

  • viiPengantar editor

    Ada sebuah keinginan untuk menulis atau mengumpulkan tulisan-tulisan tentang dinamika politik dan perjuangan petani atau secara ringkas sebut saja gerakan sosial pedesaan di Indonesia dari masa ke masa. Negeri ini sangat kaya dengan berbagai rangkaian peristiwa politik yang merefleksikan keberadaan dan peran gerakan sosial pedesaan sebagai wahana untuk mengekspresikan aspirasi-aspirasi politik dari para aktor dan massa yang terlibat di dalamnya. Dinamika perubahan politik, pergantian rejim-rejim penguasa, dan beragam kebijakan politik-ekonomi-sosial-dan budaya yang mempengaruhi tatanan kehidupan kaum tani pada khususnya dan di pedesaan pada umumnya sejak masa kolonial hingga kini telah menjadi bagian dari fakor-fakor eksternal atas kemunculan-kematian dan dinamika gerakan sosial pedesaan yang tak ada putusnya.

    Keinginan ini juga didorong oleh kenyataan minimnya bahan bacaan yang komprehensif menggambarkan dinamika gerakan sosial pedesaan di Indonesia dari masa ke masa. Beberapa bahan bacaan dalam tema ini yang telah terbit seolah mengikuti pembabakan waktu yang menjadi konteks historis dari kemunculan dan dinamika gerakan-gerakan tersebut: masa kolonial, masa

    PENgANtAR EDItOR

  • viii dari LokaL ke nasionaL, kembaLi ke LokaL

    revolusi kemerdekaan dan pra Orde Baru, serta masa Orde Baru. Sayangnya keinginan untuk menampilkan gambaran-gambaran dan analisa yang lebih komprehensif tersebut belum bisa terwujud; masih harus ditunda. Sejumlah naskah yang sudah disiapkan untuk itu tidak akan tampil di sini. Semoga tak lama setelah buku terbit, naskah-naskah yang saya maksudkan termasuk 1-2 tulisan dalam buku ini, bisa segera diterbitkan.

    Buku ini sebagian besar hanya memotret dan menganalisa dinamika politik, kebijakan dan gerakan-gerakan menuntut hak atas tanah di sepenggalan sejarah Indonesia masa kini, yakni pasca reformasi 1998. Reformasi 1998 yang ditandai dengan turunnya Soeharto dari tampuk kekuasaan yang digenggamnya hampir selama 32 tahun, sejak 1966 hingga 1998, adalah suatu peristiwa politik yang penting di Indonesia. Demokratisasi telah mengubah tampilan, strategi dan juga orientasi sejumlah kelompok gerakan sosial pedesaan di Indonesia, khususnya dalam rangka memperjuangkan tanah untuk anggota-anggotanya. Gerakan-gerakan dan aksi-aksi yang frontal untuk menduduki tanah misalnya mulai tenggelam, hilang didera perubahan-perubahan politik lokal dan proses-proses kooptasi yang muncul sebagai strategi penguasa untuk menjinakan kelompok-kelompok gerakan. Meskipun gegap-gempita aksi-aksi kampanye, karnaval dan pawai kaum tani dan aktivis-perkotaan yang terdidik untuk menyuarakan perlunya reforma agraria di Indonesia masih terus berlangsung secara reguler paling tidak menjelang dan sesudah 24 September (Hari Tani), atau ketika ada peristiwa-peristiwa kekerasan yang muncul bersamaan dengan konflik-konflik agraria yang masih terus-menerus terjadi di berbagai daerah, greget dan sengatan-sengatan aksi-aksi itu mulai melemah.

    Selain perubahan-perubahan politik dan proses demokratisasi,

  • ixPengantar editor

    sebagian organisasi-organisasi kunci yang menjadi pendukung dan dinamisator utama gerakan sosial pedesaan dan pro reforma agraria khususnya yang mulai tumbuh dan berkembang pada awal tahun 90-an, baik yang bekerja di tingkat nasional maupun lokal, telah berubah menjadi organisasi-organisasi yang semakin birokratik dengan penataan organisasi ala korporasi. Sebagian lagi justru semakin mengukuhkan dirinya menjadi organisasi jaringan tokoh-tokoh gerakan yang terstruktur dan bertingkat-tingkat, dari lokal ke nasional, dimana di dalamnya bekerja prinsip-prinsip dan mekanisme politik yang mengikuti hukum besi oligarki seperti diistilahkan oleh Robert Michels dalam buku klasiknya yang berjudul Political Parties (1949).

    Sebagian besar tulisan di dalam buku ini merupakan hasil dari rangakaian studi yang dilakukan oleh Agrarian Resource Center (ARC) yang bekerjasama dengan Yayasan TIFA Indonesia. Studi, termasuk sejumlah penelitian lapangan, dilakukan pada awal hingga pertengahan tahun 2012. Rangkaian studi ini dilakukan dengan latar belakang pengamatan dan argumen bahwa telah terjadi pergeseran yang cukup signifikan dalam orientasi gerakan sosial pedesaan di Indonesia dalam rangka memperjuangkan hak atas tanah untuk kaum miskin di pedesaan melalui reforma agraria. Orientasi gerakan untuk mendorong pelaksanaan reforma agraria secara nasional telah berubah kepada penguatan perjuangan petani untuk memperoleh tanah di tingkat lokal. Kepentingan-kepentingan petani untuk dapat menguasai tanah baik secara de facto maupun secara legal semakin mengemuka pada masa pasca reformasi. Sementara kemenangan petani untuk menguasai dan/atau memiliki tanah justru telah melemahkan proses konsolidasi gerakan dan melemahkan daya tekan gerakan itu sendiri kepada pemerintah nasional. Selain itu, organisasi-organisasi gerakan yang

  • x dari LokaL ke nasionaL, kembaLi ke LokaL

    memainkan isu dan tuntutan reforma agraria di tingkat nasional justru terjebak untuk berkolaborasi dengan program pemerintah yang secara parsial mengakomodasi tuntutan-tuntutan petani tersebut.1

    Seluruh tulisan dalam buku ini disusun oleh para peneliti ARC, baik secara sendiri-sendiri maupun sebagai satu tim. Dua tulisan yang dibuat oleh Dianto Bachriadi, yang ditulis tidak secara khusus dalam rangka penelitian yang disebutkan di atas, sengaja ditampilkan di sini untuk memberikan kacamata teori untuk membaca keseluruhan isi buku (bab 1), dan tinjauan historis secara umum tentang gerakan sosial pedesaan di Indonesia dan dinamika perubahan-perubahannya sejak masuknya kapitalisme pada abad ke-16 hingga masa kini, pasca reformasi (bab 2). Pada bagian selanjutnya (bab 3), Triagung Sujiwo membahas dinamika perubahan penguasaan tanah yang terjadi pada areal tanah pendudukan yang menjadi bagian dari gerakan Serikat Petani Pasundan (SPP) di Kabupaten Tasikmalaya. Sujiwo menggambarkan dan mengulas bagaimana kecenderungan ketimpangan penguasaan tanah mulai berkembang akibat keinginan untuk meningkatkan produktivitas lahan pendudukan. Satu tulisan yang ditulis oleh Erpan Faryadi (bab 4) merupakan tambahan lain yang harus ditampilkan juga di sini karena merupakan tanggapan atas tulisan Sujiwo sebelumnya. Faryadi di sini berupaya menjelaskan dari perspektif Maois tentang perlunya belajar dari kasus yang disajikan oleh Sujiwo khususnya dalam rangka mengembalikan kepemimpinan gerakan kepada kaum tani miskin atau proletar pedesaan.

    Pada bagian berikutnya (bab 5) Baihaqi Basya mengulas

    1 Pikiran dan argumen yang melatarbelakangi rangkaian studi ini tertuang di dalam proposal studi yang secara lengkap dapat dilihat pada bagian Lampiran.

  • xiPengantar editor

    mengenai program redistribusi tanah di Kabupaten Cilacap yang diklaim oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai bagian dari pelaksanaan reforma agraria di Indonesia masa kini. Redistribusi tanah di bekas tanah HGU ini disemarakan dengan gegap-gempita pemberitaan media massa dikarenakan proses penyerahan sertifikat tanah kepada petani penerima tanah dilakukan secara