Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

27
DISKURSUS TENTANG PERBEDAAN PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA: KAJIAN FIQH AL-IKHTILAF DAN SAINS A. Latar Belakang Masalah Ada jargon yang menyatakan bahwa “Perbedaan itu indah.” Kita bangsa Indonesia sepertinya sudah mudah terbiasa dengan perbedaan dalam mengawali ibadah puasa Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Bahkan persoalan perbedaan ini semakin “menjadi-jadi” semenjak bergulirnya orde Reformasi di tanah air. Keterbukaan yang menjadi ciri dari orde Reformasi ini membuat berita-berita seputar perbedaan ini terekspos secara luas di media. Selanjutnya akan dipaparkan data tentang perbedaan awal bulan Kamariah di Indonesia. Data yang disajikan oleh http://rukyatulhilal.org hanya menyajikan data penetapan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah berdasarkan sistem hisab yang diakomodir oleh Pemerintah dalam pelaksanaan sidang Isbat (adapun kenyataan perbedaannya di lapangan lebih banyak lagi). Data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1 Penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia Rentang Tahun 1408 H/1988 M – 1432 H/2011 M

Transcript of Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Page 1: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

DISKURSUS TENTANG PERBEDAAN PENETAPAN AWAL BULAN

KAMARIAH DI INDONESIA: KAJIAN FIQH AL-IKHTILAF DAN SAINS

A. Latar Belakang Masalah

Ada jargon yang menyatakan bahwa “Perbedaan itu indah.” Kita bangsa

Indonesia sepertinya sudah mudah terbiasa dengan perbedaan dalam mengawali

ibadah puasa Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Bahkan persoalan perbedaan ini

semakin “menjadi-jadi” semenjak bergulirnya orde Reformasi di tanah air.

Keterbukaan yang menjadi ciri dari orde Reformasi ini membuat berita-berita

seputar perbedaan ini terekspos secara luas di media.

Selanjutnya akan dipaparkan data tentang perbedaan awal bulan Kamariah

di Indonesia. Data yang disajikan oleh http://rukyatulhilal.org hanya menyajikan

data penetapan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah berdasarkan sistem

hisab yang diakomodir oleh Pemerintah dalam pelaksanaan sidang Isbat (adapun

kenyataan perbedaannya di lapangan lebih banyak lagi). Data tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1 Penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia Rentang Tahun 1408

H/1988 M – 1432 H/2011 M

Page 2: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

2

Page 3: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

3

Page 4: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

(Sumber: http://rukyatulhilal.org)

Berdasarkan data sebelumnya, maka diperoleh data tentang perbedaan dalam

penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia rentang tahun 1408 H/1988 M –

1432 H/2011 M sebagai berikut:

Tabel 2 Perbedaan Penentuan Awal Bulan Kamariah Di Indonesia Rentang

Tahun 1408 H/1988 M – 1432 H/2011 M

No Penentuan Awal Bulan Tahun

1 Ramadan 1409 H/ 1989 M, 1422 H/ 2001 M, dan 1433

H/ 2012 M (tambahan data terbaru).

2 Syawal 1412 H/ 1992 M, 1413 H/ 1993 M, 1414 H/

1994 M, 1418 H/ 1998 M, 1423 H/ 2002 M,

1427 H/ 2006 M, 1428 H/ 2007 M, dan 1432

4

Page 5: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

H/ 2011

3 Zulhijah 1409 H/ 1989 M, 1420 H/ 2000 M, 1423 H/

2003 M dan 1431 H/ 2010 M

Data yang disajikan sebelumnya hanya menyajikan data tentang perbedaan

dalam penetapan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah berdasarkan sistem

hisab yang diakomodir oleh Pemerintah dalam pelaksanaan sidang Isbat,

sedangkan kenyataannya di lapangan lebih rumit. Contoh kongkrit perbedaan

penetapan awal bulan tersebut adalah penentuan Idul Fitri 1432 H/ 2011 M lalu.

Pada saat itu umat Islam merayakan Idul Fitri terdapat perbedaan antara

Pemerintah dengan Muhammadiyah saja. Kenyataannya terdapat banyak

perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok lain. Sedikitnya terdapat empat

kelompok yang berbeda dalam merayakan Idul Fitri 1432 H/ 2011 M, sebagai

berikut ini:

1. Kelompok tarekat Naqsabandiyah di Padang lebaran hari Senin, 29

Agustus 2011. Sebanyak 100 jamaah Tarekat Naqshabandiyah Surau

Baitul Makmur Pasar Baru Kelurahan Cupak Tangah, Padang, Sumatra

Barat menggelar takbiran sejak pukul 20.00 WIB Minggu (28/8/2011)

malam menyambut 1 Syawal 1432 Hijriah .

2. Warga Muhammadiyah rayakan lebaran Selasa, 30 Agustus 2011.

Keputusan Pemerintah yang menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada

tanggal 31 Agustus 2011, tidak mempengaruhi keputusan Muhammadiyah

untuk merayakan Idul Fitri pada hari Selasa (30/8/2011).

3. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) putuskan lebaran hari Rabu, 31

Agustus 2011. (PBNU) memutuskan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H jatuh

pada Rabu 31 Agustus 2011, karena tim rukyah yang diterjunkan tidak

berhasil melihat hilal atau bulan sabit. “berdasarkan laporan dari 90 lokasi

rukyah NU tidak satupun yang menyatakan melihat hilal,” kata Ketua

Umum NU, KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Senin (29/8). Ini mengamini

keputusan pemerintah yang menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada

tanggal 31 Agustus 2011. Penetapan tersebut tertuang dalam keputusan

5

Page 6: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Menteri Agama Nomor 148 tahun 2011 tertanggal 29 Agustus 2011

tentang Penetapan 1 Syawal 1432 H. Ketetapan itu menyimpulkan secara

jelas bahwa 1 Syawal 1432 hijriyah jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus

2011.

4. Penganut Islam aboge lebaran Kamis, 1 September 2011. Para penganut

Islam Aboge (Alif Rebo Wage) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah,

merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada 1 September 2011.1

Kasus terakhir adalah awal Ramadan 1433 H/ 2012 M lalu. Sebagian

mulai berpuasa sejak Jumat, 20 Juli 2012 atas dasar hisab dengan kriteria wujudul

hilal dan klaim rukyat Cakung (Jakarta Timur). Sementara sebagian lagi memulai

ibadah puasa Ramadan pada Sabtu, 21 Juli 2012, berdasarkan keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia pada sidang isbat yang mempertimbangkan lebih dari

20 sistem hisab dan 38 laporan rukyat dari segenap penjuru Indonesia yang

semuanya (kecuali Cakung) menyatakan negatif (hilal tidak terlihat).2

Kita bangsa Indonesia punya program studi Astronomi di Institut

Teknologi Bandung (ITB) di Bandung. Program Astronomi ITB telah berdiri

sejak tahun 1951. Semenjak berdirinya prodi ini telah meluluskan ribuan sarjana.

Pada tahun 2007 lalu dibuka program studi Ilmu Falak strata satu di IAIN

Walisongo Semarang. Pada tahun 2008 dibuka pula tingkat Strata tiga dan tingkat

Strata dua pada tahun 2009 pada institusi yang sama. Itu lembaga formal

pendidikan tinggi di Indonesia. Adapula mereka yang dilahirkan dari lembaga

pendidikan pesantren atau yang belajar secara otodidak ataupun mereka yang

belajar di luar negeri. Tapi kemudian timbul pertanyaan, kenapa tidak bisa

diselesaikan dan dituntaskan perbedaan penentuan awal bulan Kamariah di

1 Hanya di Indonesia, Ada Lebaran 1 Syawal Sampai 4 kali: Senin, Selasa, Rabu & Kamis, http://kabarnet.wordpress.com/2011/08/30/hanya-di-indonesia-ada-lebaran-1-syawal-sampai-4-kali-senin-selasa-rabu-kamis/ diakses 15 Nopember 2012

2 Muh Ma’rufin Sudibyo, Kapan Idul Fitri 1433 H?, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/08/13/195703/Kapan-Idul-Fitri-1433-H diakses 15 Nopember 2012

6

Page 7: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Indonesia. Padahal secara teknis, bangsa kita punya pakar atau ahli di bidang

Astronomi dan Ilmu Falak.

Permasalahan apa yang belum tuntas yang tengah dihadapi sehingga masih

terdapat perbedaan dalam penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia? Sehingga

persoalan perbedaan penentuan awal bulan Kamariah ini tak kunjung selesai.

Walaupun secara teknis Pemerintah telah berusaha dan mengupayakan penyatuan

ini. Namun sampai sekarang belum menampakkan hasil (jika tidak disebut hanya

sia-sia belaka).

Menurut Mutoha Arkanuddin ada empat kriteria dalam penentuan awal

bulan Kamariah di Indonesia, yaitu: Kriteria keberhasilan rukyatul hilal (bi

al-fi'li), kriteria Wujudul hilal, Imkanur rukyah MABIMS3 yang

dipedomani oleh pemerintah, Rukyat Global.4 Namun fakta di atas menunjukkan

bahwa masalah perbedaan hari perayaan Idul Fitri di Indonesia lebih luas dari

empat kriteria yang dikemukakan Mutoha. Karena terdapat metode perhitungan

kalangan pengamal Kalender Jawa Islam dan beberapa kalangan penganut tarekat

tertentu yang memiliki kriteria berbeda dengan yang diungkapkan oleh Mutoha

Arkanuddin.

Adanya penetapan awal bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha ganda

ini, meskipun sering diklaim sebagai rahmah dari sebuah perbedaan, tetap saja

menimbulkan sejumlah pertanyaan dan ketidaknyamanan dalam beribadah bahkan

benih-benih friksi di tengah-tengah masyarakat. Mulai dari perselisihan tempat

pelaksanaan salat Id. Mereka yang minoritas atau berbeda dengan ketetapan

mayoritas biasanya tidak diizinkan untuk melaksanakan salat Id di lapangan

ataupun masjid sehingga mereka biasanya melaksanakan salat Id di sekolah

ataupun masjid dan lapangan yang berbeda. Bahkan adanya klaim salah, sesat

terhadap orang yang berbeda dengan mereka.

Perbedaan dalam penentuan awal bulan Kamariah ini akhirnya

membingungkan masyarakat. Kebingungan ini kerap saja melanda anggota

3 MABIMS merupakan kesepakatan Mentri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

4 Mutoha Arkanudin, “Kriteria Hilal”, http://rukyatulhilal.org, diakses 15 Nopember 2012.

7

Page 8: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

masyarakat walaupun persoalan ini bukan hal yang baru mereka alami tapi sudah

kerap dan sering dialami. Perbedaan penentuan awal bulan Kamariah alih-alih

sebagai rahmat justru membingungkan masyarakat atau bahkan menimbulkan

friksi di tengah-tengah mereka.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah problematika yang melatarbelakangi perbedaan awal bulan

Kamariah di Indonesia?

2. Bagaimana Fiqh al-Ikhtilaf dan Sains menganalisis perbedaan awal bulan

Kamariah tersebut?

3. Bagaimana alternatif tawaran bagi penyatuan perbedaan penetapan awal

bulan Kamariah di Indonesia tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan penelitian di atas, maka tujuannya, adalah untuk:

1. Mengetahui problematika yang melatarbelakangi perbedaan awal

bulan Kamariah di Indonesia.

2. Mengetahui dan menganalisis perbedaan awal bulan Kamariah

menurut perspektif Fiqh al-Ikhtilaf dan Sains dalam hal ini ilmu Falak.

3. Menawarkan solusi alternative bagi upaya penyatuan perbedaan

penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi masyarakat diberikan wawasan tentang akar perbedaan awal

bulan Kamariah di Indonesia dan problematika yang

melatarbelakanginya. Sehingga masyarakat memahami permasalahan

perbedaan tersebut. Tentu saja mereka membutuhkan kejelasan

informasi tentang permasalahan perbedaan awal bulan Kamariah di

8

Page 9: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Indonesia sehingga mengurangi bahkan menghilangkan kebingungan,

keresahan atau bahkan Friksi di tengah-tengah mereka.

2. Bagi Pemerintah, penelitian ini memiliki signifikansi bahwa untuk

ketenangan dan kepastian dalam beribadah. Perlu kiranya alternatif

pemikiran untuk memberikan solusi dalam menyelesaikan perbedaan

awal bulan Kamariah di Indonesia.

E. Landasan Teori

Dalam penentuan awal bulan Kamariah terdapat perbedaan. Di antara

ulama, menyatakan harus berdasarkan pada hasil rukyatul hilal sedangkan

sebagian lain menggunakan metode hisab.

Penetapan awal bulan berdasarkan pada keberhasilan rukyatul hilal harus

memenuhi syarat-syarat tertentu. Terdapat perbedaan di kalangan ulama tentang

persyaratan-persyaratan tersebut. Hanafiah mensyaratkan penetapan awal

Ramadan dan Syawal berupa hasil rukyatul hilal satu kelompok besar jika kondisi

cuaca atau langit cerah. Dan memadai kesaksian keberhasilan rukyatul hilal

seorang yang adil pada kondisi berawan, berkabut, dan sejenisnya. Adapun

Malikiah mensyaratkan keberhasilan rukyah dari dua atau lebih orang yang adil.

Dan mencukupi keberhasilan rukyah satu orang yang adil pada kondisi hilal tidak

terdapat keraguan untuk dapat terlihat. Memadai keberhasilan rukyah seorang

yang adil menurut Syafi’iah dan Hanabilah, walaupun pada kondisi terdapat

penghalang menurut Syafi’iah. Namun tidak memadai dalam kondisi tersebut

menurut Hanabilah. Sebagaimana mesti menurut kalangan Hanabilah dan

Malikiah keberhasilan rukyah dua orang yang adil pada rukyah awal Syawal

untuk penentuan Idul Fitri.5 Mereka juga berbeda pendapat tentang kesaksian

keberhasilan rukyah perempuan. Diterima kesaksian atau keberhasian rukayatul

hilal perempuan menurut Hanafiah dan Hanabilah. Namun kesaksian tersebut

tidak dapat diterima menurut kalangan Malikiah dan Syafi’iah.6

5 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, Jilid III, Dimsyiq: Dar al-Fikr, tt, h. 1656

6 Ibid

9

Page 10: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Di kalangan ahli hisab juga terdapat perbedaan dalam penentuan awal

bulan Kamariah. Di antaranya yang berpendapat bahwa awal bulan baru itu

ditentukan hanya oleh terjadinya ijtimak sedangkan yang lain mendasarkan pada

terjadinya ijtimak dan posisi hilal.

Ijtimak/ konjungsi/ iqtirān/ pangkreman yaitu apabila Matahari dan Bulan

berada pada kedudukan/bujur astronomi yang sama. Dalam astronomi dikenal

dengan istilah konjungsi (conjunction) dan dalam bahasa Jawa disebut

pangkreman. Ijtimak dalam ilmu hisab dikenal juga dengan istilah ijtimā’ an-

nayyirain.

Ijtimak itu adakalanya terjadi setelah Matahari terbenam dan pada waktu

yang lain terjadi sebelum matahari terbenam. Ijtimak setelah Matahari terbenam,

posisi hilal masih di bawah ufuk dan pasti tidak dapat dirukyah. Adapun apabila

ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam ada tiga kemungkinan, yaitu:

a. Hilal sudah wujud di atas ufuk dan mungkin bisa dirukyah.

b. Hilal sudah wujud di atas ufuk dan tidak mungkin bisa dirukyah

c. Hilal belum wujud di atas ufuk/masih di bawah ufuk dan pasti tidak

mungkin bisa dirukyah.

Kelompok yang berpegang pada sistem ijtimak menetapkan jika ijtimak

terjadi sebelum Matahari terbenam, maka sejak Matahari terbenam itulah awal

bulan baru sudah mulai masuk. Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan

hilal dapat dirukyah atau tidak.

Sedangkan kelompok yang berpegang pada terjadinya ijtimak dan posisi

hilal menetapkan jika pada saat Matahari terbenam setelah terjadinya ijtimak dan

posisi hilal sudah berada di atas ufuk, maka sejak Matahari terbenam itulah

perhitungan bulan baru dimulai.7

Keduanya sama dalam penentuan awal masuknya bulan Kamariah, yakni

pada saat Matahari terbenam setelah terjadinya ijtimak. Namun keduanya berbeda

dalam menetapkan kedudukan bulan di atas ufuk. Aliran ijtimā’ qabl gurūb sama

7Badan Hisab dan Rukyat. Dep. Agama Pusat, 1981, Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, h. 99

10

Page 11: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

sekali tidak mempertimbangkan dan memperhitungkan kedudukan hilal di atas

ufuk pada saat sunset. Sebaliknya kelompok yang berpegang pada terjadinya

ijtimak dan posisi hilal saat sunset menyatakan apabila hilal sudah berada di atas

ufuk itulah pertanda awal masuknya bulan baru. Bila hilal belum wujud berarti

hari itu merupakan hari terakhir dari bulan yang sedang berlangsung.8

Selanjutnya kedua kelompok ini masing-masingnya terbagi lagi menjadi

kelompok-kelompok yang lebih kecil. Perbedaan ini disebabkan atau dikaitkan

dengan fenomena-fenomena yang terdapat di sekitar peristiwa ijtimak dan gurūb

asy-syams. Dan dalam perkembangan wacana dalam penetapan awal bulan

Kamariah, kelompok yang berpegang pada posisi hilal inilah yang lebih

mendominasi. Selanjutnya akan dibahas tentang kelompok yang berpedoman pada

wujudul hilal dan kelompok yang berpedoman pada imkanur rukyah dalam

penentuan awal bulan. Keduanya merupakan bagian dari mereka yang berpegang

pada posisi hilal dan memiliki standar atau patokan yang berbeda.

Mereka yang berpedoman pada wujudul hilal menyatakan bahwa pedoman

masuknya awal bulan adalah telah terjadi ijtimak sebelum terbenam Matahari dan

pada saat sunset itu hilal telah wujud di atas ufuk. Sementara itu mereka yang

berpedoman pada imkanur rukyah menyatakan bahwa patokan masuknya awal

bulan adalah telah ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari dan pada saat sunset

itu hilal telah berada di atas ufuk pada ketinggian yang memungkinkan untuk

dirukyah.

Dalam menentukan masuknya awal bulan, mereka yang berpedoman pada

wujudul hilal berpatokan pada posisi hilal sudah di atas ufuk tanpa mematok

ketinggian tertentu. Jika hilal telah di atas ufuk otomatis pertanda masuknya awal

bulan. Mereka yang berpedoman pada Imkanur rukyah menentukan ketinggian

tertentu hilal sehingga memungkinkan untuk dirukyah. Kriteria ketinggian hilal

ini pun dimaknai berbeda-beda ada mereka yang menyatakan bahwa ketinggian

hilal untuk memungkinkan untuk dirukyah. Di samping itu ada kriteria-kriteria

lain sebagai pendukung seperti illuminasi bulan, jarak antara Bulan dan Matahari

8 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat; Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan. Cet.1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007, h. 109

11

Page 12: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

saat gurub, posisi hilal terhadap Matahari, jangka waktu antara ijtimak dan

terbenamnya Matahari, dan lainnya.9

F. Kajian Pustaka

Hamdun melakukan penelitian yang berjudul, “Wacana Unifikasi

Penentuan Hari Raya Idul Fitri Di Indonesia ( Suatu Kajian Dengan Analisis

Systems Approach)”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa Pemerintah dan

berbagai kelompok di masyarakat telah menginisiasi berbagai kegiatan ilmiah

yang mereka gelar dengan tajuk penyatuan hari raya. Namun bersamaan dengan

upaya yang terus dilakukan, realitas perbedaan hari dalam merayakan Idul Fitri

terus saja terjadi bahkan dalam variasi yang kian melebar. Upaya penyatuan atau

unifikasi itupun lalu menjadi lebih bernuansa hanya wacana belaka. Meski

demikian, di sisi lain upaya tersebut telah berhasil membangkitkan semangat

ijtihad dan kemajuan ilmu pengetahuan. Pada akhirnya dialektika yang terjadi di

Indonesia tentang permasalahan penetapan awal bulan Kamariah ini dapat

dipandang sebagai suatu proses penyempurnaan pemahaman dan pengamalan

syari‘at Islam bagi umat Islam di Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.10

Ahmad Izzudin menulis “Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, Upaya

Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab”11. Buku ini membahas

9 Misalnya Muhammadiyah dalam hal ini memilih posisi Bulan dan Matahari terhadap ufuk sebagai tanda awal bulan, yakni apabila Matahari lebih dulu terbenam daripada Bulan setelah sebelumnya telah terjadi ijtimak. Inilah yang dikenal dengan wujudul hilal. Kata hilal pada kata wujudul hilal, dengan demikian, bukan hilal dalam arti visual sebagaimana ditunjukkan dalam hadis-hadis Nabi saw. melainkan hilal dalam arti konsepsual, yakni bagian permukaan Bulan yang tersinari Matahari menghadap ke Bumi. Atau lebih tepat lagi, istilah itu harus diartikan Matahari sudah terlampaui oleh Bulan dalam peredarannya dari arah barat ke timur; pembatasnya adalah ufuk. Oman Fathurrohman SW. “Penentuan Awal Bulan Qamariyah menurut Muhammadiyah”. Makalah disampaikan dalam Orientasi Kerukunan Umat Islam dan Tenaga Teknis Hisab Rukyat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 14 s/ d 16 Juni 2005. di Wisma Puas Kaliurang Yogyakarta

10 Hamdun, Wacana Unifikasi Penentuan Hari Raya Idul Fitri Di Indonesia ( Suatu Kajian Dengan Analisis Systems Approach, Tesis, Program Pascasarjana, IAIN Sunan Ampel, 2011.

11 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003

12

Page 13: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

tentang perbedaan-perbedaan dalam menetapkan masalah penetapan awal bulan

Kamariah dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni antara Nahdlatul Ulama

dan Muhammadiyah. Penulis buku ini menawarkan formulasi mazhab imkanur

rukyah.

Thomas Djamaluddin menulis “Menggagas Fiqih Astronomi; Telaah

Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi perbedaan Hari Raya”12. Buku ini merupakan

kumpulan artikel-artikel yang pernah dipublikasikan di berbagai media. Penulis

mengkritisi tentang perbedaan metode penetapan awal bulan Kamariah khususnya

dalam berhari raya baik yang terjadi di Indonesia maupun di berbagai negeri

menurut perspektif astronomis.

Kemudian buku “Hari Raya dan Problematika Hisab Rukyat”,13 karya

Syamsul Anwar. Buku ini berisi 5 tulisan tentang tinjauan hari raya pada masa

Nabi, permasalahan berhari raya mengikuti Arab Saudi, dapatkah rukyat

menyatukan hari raya, apakah hisab Urfi sejalan dengan sunnah Nabi, dan tulisan

tentang perkembangan perumusan Kalender Internasional.

Di lingkungan IAIN Raden Intan sendiri penelitian tentang permasalahan

ini belum pernah dilakukan. Sehingga penelitian ini penting untuk dilaksanakan

sebagai sumbangsih dalam menjawab persoalan yang berkembang di tengah-

tengah masyarakat.

G. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah

prsedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan

tulisan, dan perilaku yang diamati dari subjek penelitian.14 Objek

12 Thomas Djamaluddin, Menggagas Fiqih Astronomi; Telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya, (editor) Asep Nurshobah, Bandung: Kaki Langit, 2005

13 Syamsul Anwar, Hari Raya dan Problematika Hisab Rukyat, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008

14 Arief Furchan , dan Agus Maimun, Studi Tokoh Metode Penelitian Mengenai Tokoh, Jogjakata: Pustaka Pelajar 2005, h. 15

13

Page 14: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

penelitian adalah diskursus tentang perbedaan penetapan awal bulan

Kamariah di Indonesia: kajian fiqh al-ikhtilaf dan sains.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif–kualitatif yang melaporkan dan

memaparkan data sesuai dengan kondisi objek yang diteliti yakni

diskursus tentang perbedaan penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia:

kajian fiqh al-ikhtilaf dan sains.

3. Pendekatan Penelitan

Penelitian ini menggunakan pendekatan fiqh al-ikhtilaf dalam upaya

menjelaskan dan memahami karakter yang terdapat dalaam perbedaan

penentuan awal bulan Kamariah. Dan Pendekatan sains dalam hal ini

pendekatan ilmu Falak sebagai sains yang sangat terkait dengan masalah

peribadatan umat Islam.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan teknik

dokumentasi dan wawancara. Wawancara dilakukan peneliti terhadap

Anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) propinsi Lampung dan para ahli ilmu

Falak dan praktisi yang kepakarannya telah diakui secara luas dalam ilmu

Falak di Propinsi Lampung untuk menggali informasi lebih mendalam

tentang problem perbedaan dalan penentuan awal bulan Kamariah di

Indonesia. Wawancara ini juga berguna untuk menggali pemikiran

mereka dalam upaya penyatuan penetapan awal bulan tersebut. Data

primer adalah hasil wawancara dengan para tokoh dan praktisi ahli ilmu

Falak dan buku ilmu Falak yang membahas tentang upaya perbedaan awal

bulan Kamariah ini. Adapun data sekunder penelitian ini adalah tulisan

tentang diskursus tentang perbedaan penetapan awal bulan Kamariah di

Indonesia: kajian fiqh al-ikhtilaf dan sains yang pernah diteliti sebelumnya

dan juga kitab, buku, dan artikel ilmu Falak yang topiknya relevan dengan

pembahasan dalam penelitian ini.

5. Analisa Data

14

Page 15: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Analisis data secara kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan dan memperoleh data-data penelitian yang dibutuhkan15 dari

hasil pendokumentasian dan wawancara. Data-data tersebut dianalisis

dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dalam penelitian ini. Dalam

hal ini data-data yang telah diperoleh tersebut dipolakan sesuai pola atau

tema tertentu. Selanjutnya mencari hubungan pemikiran-pemikirannya

tersebut dan kemudian diklasifikasi sehingga dapat diperoleh generalisasi

gagasan yang spesifik.

6. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan klasifikasi dan klarifikasi data-data lalu ditariklah

kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Penarikan

kesimpulan ini dilakukan secara Induktif, dari temuan-temuan penelitian

yang bersifat khusus ditariklah suatu kesimpulan yang bersifat umum.

H. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan selama enam bulan, dengan uraian

sebagai berikut:

No Kegiatan Penelitian Bulan Pelaksanaan1 2 3 4 5 6

1 Persiapana. Seminar proposalb. Penyusunan instrumen pengumpul data

X X

2 Pengumpulan data X

3 Pengolahan dan analisa data X X X

4 Penyusunan laporan hasil penelitiana. Penyusunan draf hasil penelitianb. Seminar Draf hasil penelitian

X X

5 Penggandaan dan pengiriman hasil penelitian X

Daftar Pustaka Sementara

Anwar, Syamsul, Hari Raya dan Problematika Hisab Rukyat. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008

15 Ibid, h. 60

15

Page 16: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

Azhari, Susiknan, Hisab dan Rukyat; Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan. Cet.1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007

Djamaluddin, Thomas, Menggagas Fiqih Astronomi; Telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya, (editor) Asep Nurshobah, Bandung: Kaki Langit, 2005

Sudibyo, Muh Ma’rufin, Kapan Idul Fitri 1433 H?, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/08/13/195703/Kapan-Idul-Fitri-1433-H diakses 15 Nopember 2012

Muhyidin, dkk, “Upaya Unifikasi Penentuan Awal Bulan Qamariyah”. Laporan Penelitian IAIN Walisongo: Semarang, 2007

Ruskanda, Farid, Rukyah dengan Teknologi Upaya Mencari Kesamaan Pandangan Tentang Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal. Jakarta, Gema Insani Prees, 1994

Sabiq, Fairuz, Telaah Metodologi Penetapan Awal Bulan Qomariyah Di Indonesia, Tesis Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2007

Shadiq, Sriyatin, “Sistem Hisab Menurut Sullam al Nayyirain Dalam Perspektif Sosiologik,” dalam Depag RI, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Jakarta: Depag RI, 2004

Shihab, M Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2004

Shomad, Ma’muri Abd. “Problematika Penetapan Awal Bulan dan Akhir Ramadan”. Jurnal Menara Tebu Ireng, Vol.2. No.I. Tahun 2, September 2005.

Wafa, Sirril, “Hisab Menurut Kitab Fath al-Rauf al-Mannan,” dalam Depag RI, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Jakarta: Depag RI, 2004

Lampiran I Out Line

DISKURSUS PERBEDAAN PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA: KAJIAN FIQH AL-IKHTILAF DAN SAINS

16

Page 17: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah.B. Rumusan MasalahC. Tujuan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penetapan Awal Bulan KamariahB. Kajian Pustaka

BAB III METODE PENELITIANA.Jenis dan Sifat PenelitianB. Teknik Pengumpulan DataC.Pendekatan PenelitianD. Analisa DataE. Penarikan Kesimpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Penyajian DataB.Interpretasi Data

BAB V PENUTUP A. KesimpulanB. Saran

Lampiran II Biodata Peneliti

Peneliti I:Nama : Jayusman, M.Ag NIP/NIK : 19741106 200003 1 002Tempat /Tanggal Lahir : Bukittinggi/ 06 November 1974

17

Page 18: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Golongan / Pangkat : III/d Penata Tingkat I Jabatan Akademik : Lektor Fakultas : Ushuluddin, IAIN Raden Intan LampungTelp./Faks. : 081360487705Alamat e-mail : [email protected]

Peneliti II:Nama : Dr. Septiawadi, M.AgNIP : 19740903200112 1003Tempat dan Tanggal lahir : Bukittinggi / 3 September 1974Golongan / Pangkat : III d / Penata Tk IJabatan Fungsional : LektorFakultas : Ushuluddin IAIN Raden Intan LampungTelp : 08127981287E-mail : [email protected]

Peneliti III:Nama : Dr. Oki Dermawan, M.PdNip / Nik : 197610302005011001Tempat dan Tanggal Lahir : Bukittinggi, 30 Oktober 1976Golongan / Pangkat : III/d Penata Tingkat IJabatan Akademik : LektorFakultas : Tarbiyah IAIN Raden Intan LampungTelp : 081220749476Alamat e-mail : [email protected]

PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK

DISKURSUS PERBEDAAN PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH

DI INDONESIA: KAJIAN FIQH AL-IKHTILAF DAN SAINS

18

Page 19: Proposal Diskursus Tentang Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah Edited

Oleh;

Jayusman, M.Ag

Dr. Septiawadi, M.Ag

Dr. Oki Dermawan, M.Pd

Diajukan kepada Lembaga Penelitian IAIN Raden Intan Lampung

untuk dibiayai dari Dana Penelitian DIPA

Tahun Anggaran 2013

LEMBAGA PENELITIAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 2013

19