Darah

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah membentuk 6-8 % dari berat tubuh total dan terdiri dari sel- sel darah yang tersusupensi di dalam suatu cairan yang disebut plasma. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45-60 % dari volume darah total. Sel darah merah (SDM) menempati sebagian besar volume sisanya. Sel darah putih dan trombosit, walaupun secara fungsional penting menempati bagian yang relatif kecil dari massa total. Proporsi sel dan plasma diatur dan dijaga dengan relatif konstan. (Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004) Fungsi utama darah adalah untuk transportasi. Sel darah merah tetap berada dalam sistem sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut oksigen hemoglobin. Sel darah putih bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke bagian jaringan tempat sel- sel tersebut melakukan fungsi fisiologiknya. (Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004) Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu : 1. Plasma darah, merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah. Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning- kuningan. Hampir 90 % dari plasma darah terdiri atas air. 5

description

darah

Transcript of Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

Darah membentuk 6-8 % dari berat tubuh total dan terdiri dari sel-

sel darah yang tersusupensi di dalam suatu cairan yang disebut plasma.

Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45-60 % dari

volume darah total. Sel darah merah (SDM) menempati sebagian besar

volume sisanya. Sel darah putih dan trombosit, walaupun secara

fungsional penting menempati bagian yang relatif kecil dari massa total.

Proporsi sel dan plasma diatur dan dijaga dengan relatif konstan. (Ronald

A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004)

Fungsi utama darah adalah untuk transportasi. Sel darah merah

tetap berada dalam sistem sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut

oksigen hemoglobin. Sel darah putih bertanggung jawab terhadap

pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke bagian jaringan tempat sel-

sel tersebut melakukan fungsi fisiologiknya. (Ronald A. Sacher dan

Richard A. McPherson, 2004)

Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu :

1. Plasma darah, merupakan bagian cair darah yang sebagian besar

terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah. Plasma adalah bagian

darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-

kuningan. Hampir 90 % dari plasma darah terdiri atas air.

5

6

2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-

komponen berikut :

a. Eritrosit, Sel Darah Merah (SDM-red blood cell)

Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya

mengandung suatu zat yang disebut Hemoglobin.

Komponen eritrosit :

1) Membran eritrosit.

2) Sistem enzim : enzim G6PD (glucose 6-

phosphatedehydrogenase).

3) Hemoglobin, komponennya terdiri atas :

a. Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan

besi.

b. Globin, bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan

2 rantai beta.

Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap

sel darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat

oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34

ml oksigen. Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang

berkombinasi atau berikatan dengan oksigen. Tugas akhir

hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hydrogen

serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan

dari hemoglobin. Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada

usia ini sistem enzim mereka gagal, membran sel berfungsi

7

dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel sistem retikulo

endothelial.

Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses

penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis).

Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan

terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua

komponen yaitu :

1) Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke

pool protein dan dapat digunakan kembali.

2) Komponen heme akan dipecah menjadi dua yaitu :

a. Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan

digunakan ulang.

b. Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan

empedu.

b. Leukosit, Sel Darah Putih (SDP-white blood cell)

1) Fungsi :

a) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan

bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh

jaringan RES (system retikulo endotel).

b) Sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat

lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke

pembuluh darah.

8

2) Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai

berikut :

Agranulosit : memiliki granula kecil di dalam

protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10-12 mikron.

Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit terbagi menjadi

tiga kelompok berikut ini :

a) Netrofil, granula yang tidak berwarna mempunyai inti

sel yang terangkai, kadang seeperti terpisah-pisah,

protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus/granula,

serta banyaknya sekitar 60-70 %.

b) Eosinofil, granula berwarna merah dengan pewarnaan

asam, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan

netrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar,

banyaknya kira-kira 24 %.

c) Basofil, granula berwarna biru dengan pewarnaan basa,

sel ini lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai

inti yang bentuknya teratur, didalam protoplasmanya

terdapat granula-granula yang besar, banyaknya kira-

kira 0,5 % di sumsum merah.

Netrofil, eosinofil, dan basofil berfungsi sebagai fagosit

untuk mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan

sisa-sisa sel. Selain itu, basofil bekerja sebagai sel mast

dan mengeluarkan peptide vasoaktif.

9

Granulosit : terdiri atas limfosit dan monosit.

a) Limfosit

Limfosit memiliki nucleus besar bulat dengan

menempati sebagian besar sel limfosit berkembang

dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai

dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25 % dan fungsinya

membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam

jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam yaitu Limfosit T

dan Limfosit B.

b) Monosit

Ukurannya lebih besar dari limfosit,

protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta

mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya

bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam sumsum

tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur

dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag

setelah masuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit.

Jumlahnya 34 % dari total komponen yang ada di sel

darah putih.

c. Trombosit, butir pembeku darah-platelet

Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/l (150.000-

400.000/ml) sekitar 30-40 % terkonsentrasi di dalam limpa dan

sisanya bersirkulasi dalam darah. Trombosit berperan penting

10

dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan

normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

Namun dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu

pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai

responsi terhadap kolagen yang terpajan di lapisan subendotel

pembuluh.

Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan

mengeluarkan beberapa zat serotonin dan histamine yang

menyebabkan terjadinya vasokonstraksi pembuluh. Fungsi lain

dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas

setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit

akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk

sumbat trombosit yang secara efektif menambal daerah yang

luka.

(Wiwik Handayani dkk, 2008)

B. Hemoglobin

Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan

terdapat di eritrosit. Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap

cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah

dalam konsentrasi tertentu mengalami lisis, terjadi pembebasan

hemoglobin yang dapat diukur secara spektrofotometris pada panjang

gelombang ini, yang konsentrasinya setara dengan densitas optis. Semua

bentuk hemoglobin, termasuk oksihemoglobin, deoksihemoglobin,

11

methemoglobin, karboksihemoglobin, diubah menjadi suatu bentuk yang

stabil. Perubahan menjadi cyanmethemoglobin adalah metode yang paling

luas digunakan karena reagen dan instrumen dapat dengan mudah

dikontrol terhadap standar yang stabil dan handal. Untuk laki-laki dewasa,

kadar normal adalah 13,5-18,0 g/dl. Rentang normal untuk perempuan

adalah 12-16 g/dl. (Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004)

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang

dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan

protoporphyrin dan globulin (tetra phirin). Menyebabkan warna darah

merah karena adanya Fe ini. Oleh karena itu hemoglobin dinamakan juga

zat warna darah. Bersama-sama dengan erytrocyt Hb dengan

kabondioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnanya merah tua.

Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung

karbondioksida (CO2). Kegunaan hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam

jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh

jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai

hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.

(Joyce LeFever Kee, 2007)

12

C. Macam-Macam Bentuk Hemoglobin

Hemoglobin terdiri dari beberapa macam bentuk sebagai berikut :

1. Oksihemoglobin

Oksihemoglobin merupakan hemoglobin tanpa oksigen

(hemoglobin tereduksi) yang mempunyai warna ungu muda,

hemoglobin teroksigenasi penuh, dengan tiap pasangan heme +

globulin membawa 2 atom oksigen, berwana kuning merah. Simbol

untuk oksihemoglobin adalah HbO8, tetapi HbO2 adalah konvensional.

2. Karboksihemoglobin

Karboksihemoglobin merupakan karbon monoksida yang

terikat ke hemoglobin 200 kali lebih besar dari pada oksigen.

Sehingga adanya karbon monoksida (karena banyak menghisap rokok)

maka lebih mungkin terbentuk karboksihemoglobin.

Karboksihemoglobin berwarna merah cheri, terutama di dalam larutan

encer.

3. Methemoglobin

Methemoglobin merupakan hemantin-globin, yang

mengandung FeIII-OH (symbol : Hi) methemoglobin tidak dapat

mengangkut oksigen untuk pernafasan.

4. Suiphemoglobin

Suiphemoglobin merupakan struktur yang tak tetap, yang

berhubungan dengan methemoglobin dan juga tidak dapat mengangkut

13

oksigen pernapasan. Ditimbulkan oleh obat-obatan, pengawet

makanan, air minum yang terkena polusi.

5. Hemoglobin terglikosilasi

Hemoglobin terglikosilasi merupakan hemoglobin yang diikat

ke glukosa untuk membentuk derivat yang stabil bagi kehidupan

eritrosit.

6. Mioglobin

Mioglobin merupakan hemoglobin yang disederhanakan,

terdapat di otot rangka dan jantung, di tempat mioglobin dapat bekerja

sebagai reservoir oksigen yang sedikit dan dilepaskan setelah Crush

injury atau iskemia. Karena berat molekulnya rendah, ia cepat

dibersihkan dari plasma dan terdapat sebagai mioglobinuria, yang

merupakan indeks kerusakan sel otot yang sensitif, juga dari gerak

badan yang hebat.

7. Haptoglobin

Haptoglobin merupakan globulin spesifik, yang mengikat

hemoglobin pada globin. Berfungsi untuk mengkonservasi besi setelah

hemeolisa intravakuler, ia mengikat hemoglobin sekitar 1,25 g/l

plasma dan hanya konsentrasi itu ada hemoglobin bebas yang hilang

ke dalam urine atau terikat ke haemopeksin.

8. Haemopeksin

Haemopeksin merupakan glikoprotein yang terikat dengan sisa

hemoglobin. Konsentrasinya di dalam plasma normal sekitar 0,5 g/l.

14

9. Methaemalbumin

Methaemalbumin merupakan komponen hematin + albumin. Ia

berwarna coklat dan adanya dalam plasma selalu abnormal. Penyebab

Methaemalbuminemia lain adalah perdarahan ke kavitas abdominalis

atau pankreatis haemoragika akuta, pencernaan oleh pankreas

mengkonversi hemoglobin menjadi haematin, yang diabsorbsi dan

diikat ke albumin plasma.

(http://shvoong.co.id)

D. Macam Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Pokok-pokok penetapan kadar Hemoglobin antara lain berdasarkan :

1. Membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-

tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua (mulai

10 % sampai 100 %). Misal cara talquist dan dare. Cara ini sangat

kasar dan kesalahan kira-kira 50 %, jarang digunakan dalam

pemeriksaan klinik.

2. Membandingkan warna acid-hematin yang telah dirubah dari

hemoglobin dengan asam-chlorida 0,1 N, dengan warna-warna

standard yang terdapat pada alat hemoglobinometer, misalnya cara

Sahli, Sahli-Hellige, Neucomer, Wintrobe, Hadem-Hausser, dan lain-

lain. Kesalahan cara ini berkisar 10 %.

3. Berdasarkan berat jenis darah (BD) yaitu dengan kuprisulfat metode

(haging falling drop) BD 1,053. Test ini dilakukan hanya untuk orang-

orang yang menyumbang darah (donor), karena disini tidak perlu

15

diketahui dengan tepat kadar Hb. Untuk pemeriksaan klinik tidak dapat

dipakai.

4. Dengan cara photoelektrik kolorimeter. Cara ini lebih teliti dan dapat

dipercaya (Exton dan Sheard-sanford, Osterberg. Klett-Summerson).

Kesalahan cara ini berkisar 2 %.

5. Dengan menetapkan oksigen dalam Hemoglobin (Haldane & Smith,

Van Slyke), 1 gram hemoglobin mengikat oksigen = 1,34 ml.

(Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson, 2004)

Macam-macam metode untuk pemeriksaan hemoglobin (Hb) :

I. Cara Tallquist

Cara ini menentukan kadar Hb tidak teliti, kesalahan kira-kira

50 %. Cara ini hanya mendapat kesan kadar Hb saja. Kecuali bila

tidak ada hemoglobinometer, cara ini dapat dipakai. Sebagai dasar

diambil ialah 100 % = 15,8 gram Hb per 100 ml darah. Tallquist

mempergunakan suatu skala warna dalam suatu baku, mulai dari

merah muda (10 %). Di tengah-tengahnya ada lubang, dimana tempat

darah yang akan dibandingkan dapat dilihat. Jadi darah dibandingkan

secara langsung.

II. Cara Sahli

Terutama untuk klinik rutin, cara Sahli paling banyak dipakai

di Indonesia. Walaupun cara ini tidak tepat 100 % akan tetapi masih

dianggap cukup baik untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan

Hb (darah). Kesalahan biasanya terdapat kira-kira 10 %. Kelemahan

16

cara Sahli ini, ialah berdasarkan kenyataan bahwa hematin-asam itu

bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobinometer itu

sukar ditera (distandarkan). Selain daripada tersebut di atas, tidak

semua macam hemoglobin dapat diubah menjadi hematin, misalnya

Karboxyhemoglobin, Methahemoglobin, dan Sulfhemoglobin.

Alat untuk menetapkan Hb berdasarkan pembentukan hematin

asam ini dinamakan Hemoglobinometer atau Hemometer. Alat ini ada

bermacam-macam merek, misalnya buatan Erka, Hellige Asistent,

Clay-Adams, dan lain-lain. Tiap-tiap alat mempunyai perlengkapan

sendiri, satu sama lain tidak dapat ditukarkan.

Karena tiap Hemometer mempunyai tabung pengencer yang

berlainan, intensitas warna berlainan. Tiap Hemometer Sahli terdiri

dari :

a) Alat pembanding warna (batang standar) yang terdapat dalam alat

tersebut. Batang standar ini tahan terhadap cuaca dan sukar

memucat.

b) Tabung pengencer terbuat dari kaca, ada yang persegi dan ada yang

bulat. Tiap tabung mempunyai garis tanda pada kedua belah

sisinya. Satu menyatakan kadar Hb dalam persen (%) dan satu lagi

menyatakan kadar Hb dalam gram per 100 ml darah.

c) Pipet darah mempunyai garis tanda 20, artinya bila darah diisap

sampai angka ini maka volume darah 20 cm = 0,02 ml.

17

d) Pipet pengencer darah, ialah pipet polos untuk mencampurkan

darah dengan air suling.

Penyebutan kadar Hemoglobin

Kadar Hb dapat dinyatakan sebagai persen (%) dan gram

persen (g%). Tetapi lebih baik penyebutan kadar Hb dengan g% yaitu

jumlah gram Hb per 100 ml darah. Karena dengan cara persen tidak

ada keseragaman pendapat dalam memberikan nilai-nilai normal.

Kadar Hb 100 % misalnya tidak sama pada tiap-tiap orang berkisar

antara 14-18 gram Hb/100 ml darah pada laki-laki dewasa dan 12-16

gram Hb/100 ml darah pada wanita dewasa. Jadi jika disebutkan

dalam persen, maka penilaian itu ada bermacam-macam. Hubungan

persen dengan gram persen ini dapat dilihat pada tabung pengencer

dari alat-alat hemoglobinometer. Tiap alat mempunyai standar (sudah

ditera), beberapa gram Hb/100 ml darah yang sama dengan 100 %.

Contoh :

1. Sahli-Hellige 100 % = 14,5 gHb/100 ml darah (g%)

2. Neowcemer 100 % = 16,92 gHb/100 ml darah (g%)

3. Dare (new) 100 % = 16,0 gHb/100 ml darah (g%)

4. Haldane 100 % = 14,8 gHb/100 ml darah (g%)

5. Tallquist 100 % = 15,8 gHb/100 ml darah (g%)

Oleh karena di Indonesia cara Sahli yang paling banyak

digunakan, maka di Indonesia 100 % disamakan dengan 14,5 g% Hb.

Di Amerika 100 % disamakan dengan 16 g% Hb dan di Perancis 100

18

% disamakan dengan 14,8 g% Hb. Tentu saja penilaian ini bergantung

kepada alat yang digunakan. Jika disebutkan dalam % kadar Hb maka

perbedaan atau selisih banyak sekali.

III. Dengan Kupersulfat B.D 1,053

Cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar Hb dari donor

yang diperlukan untuk transfusi darah. Sehingga tidak mendapat kadar

Hb dengan tepat, tetapi hanya kesan-kesan saja. Untuk pemeriksaan

klinik, cara kupersulfat tidak dapat digunakan. Hasil dari metodik ini

ialah persen Hb. Perlu diketahui bahwa kadar Hb dari seorang donor

cukup kira-kira 80 % Hb. Cara ini masih digunakan pada PMI untuk

mengetahui kadar Hb secara cepat.

IV. Cara Photoelektrik Kolorimeter

Dengan Photoelektrik Kolorimeter, didapatkan kadar Hb lebih

teliti daripada cara visual (Sahli). Kesalahan hanya berkisar 2 %.

Sudah banyak dipergunakan oleh Fakultas-Fakultas Kedokteran,

Rumah Sakit, penyelidikan-penyelidikan maupun klinis. Cara ini ideal

sekali karena memiliki standar Hemoglobin. Standar ini dapat dibeli.

Penetapan kadar Hb dengan Photoelektrik Kolorimeter ini

banyak cara yang dikemukakan, antara lain dapat disebutkan ialah :

a. Cara Cyanmethemoglobin

b. Cara Oxihemoglobin

c. Cara Alkali-hematin

19

Diantara ketiga methodik ini yang paling tepat adalah menurut cara

Cyanmethemoglobin.

a. Cara Photoelektrik Cyanmethemoglobin

Cara ini berdasarkan bahwa semua bentuk-bentuk Hb

(hemoglobin, methahemoglobin, dan karboxyhemoglobin kecuali

sulphemoglobin) diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam

larutan yang berisi kaliumcyanida dan kaliumferrycyanida.

Extensi (absorbsi) larutan diukur dengan photometrik

hemoglobinometer Klett-Summerson (misalnya : IIford 625).

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium dan sangat

dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena

standar cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat

stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai ± 2%.

Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan

memakai cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya

boleh menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal,

melaporkan dua digit sesudah tanda desimal melampaui ketelitian

adanya ketetapan yang dapat dicapai dengan metode ini. Variasi-

variasi fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda

desimal menjadi tanpa makna.

Standar cyanmethemoglobin bersifat stabil, artinya

kadarnya tidak berubah. Pada umumnya standar ini tahan 1 tahun.

Standar ini dijual dengan bermacam-macam nama, salah satu

20

diantaranya ialah “Acuglobin Hemoglobin Standard”. Pada

umumnya larutan standar mengandung rata-rata 60 mg Hb per 100

ml darah (60 mg % Hb). Tetapi kadar tepatnya dapat dilihat pada

etiket larutan standar tersebut.

b. Cara Photoelektrik Oxyhemoglobin

Cara ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode

ini ialah tidak ada larutan standar oxyhemoglobin yang stabil

sehingga photokolorimeter sukar ditera.

Karena tidak ada larutan standar oxyhemoglobin yang

stabil, maka untuk menera photokolorimeter dapat dipakai nilai

hematokrit. Kadar Hb seseorang sehat dihitung dengan g % sama

dengan 1/3 nilai hematokritnya.

c. Cara Photoelektrik Alkali Hematin

Cara ini sebenarnya menetapkan total Hb baik dari

carboxyhemoglobin, methemoglobin atau sulphemoglobin. Cara

ini kurang teliti bila dibandingkan dengan cara

cyanmethhemoglobin dan oxyhemoglobin.

(Depkes RI, 1989)

E. Kerangka Konsep

KadarHemoglobin

Metode Penetapan KadarHemoglobin

21

F. Hipotesis

1) H0 : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar

hemoglobin yang ditetapkan dengan metode semi kuantitatif

(CuSO4) dan kuantitatif (Cyanmethemoglobin).

2) Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar hemoglobin

yang ditetapkan dengan metode semi kuantitatif (CuSO4) dan

kuantitatif (Cyanmethemoglobin).