DAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) A. Pembiayaan …repository.iainpekalongan.ac.id/444/3/3. TA BAB...
Transcript of DAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) A. Pembiayaan …repository.iainpekalongan.ac.id/444/3/3. TA BAB...
24
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
DAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
A. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian Musyarakah
Secara etimologi, al-syirkah berarti ikhtilath (pencampuran) yaitu
pencampuran antara sesuatu yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.
Sedangkan menurut terminologi atau istilah, syirkah adalah
keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan
sejumlah modal yang dititipkan berdasarkan perjanjian untuk bersama–
sama menjalankan suatu usaha dan pembagian keuntungan atau
kerugian dalam bagian yang ditentukan. Atau bisa dikatakan suatu akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing–masing pihak memberikan kontribusi dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai kesepakatan.1
Pengertian Musyarakah menurut para ulama:
a. Menurut Malikiyah
Musyarakah adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta
yang dimiliki dua orang secara bersama–sama oleh keduannya, yakni
keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
1 Sofiniyh Gufron, et.al., Cara Mudah Memahami Akad- akad Syari`ah, (Jakarta:
Renaissan ITC Cempaka Mas, 2005), Cet. 1. hlm. 43.
25
mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing–masing
memiliki hak untuk bertasharruf.
b. Menurut Syafi`iyah
Musyarakah adalah hak pada suatu yang dimiliki dua orang atau
lebih dengan cara yang masyhur (diketahui).
c. Menurut Hanabilah
Musyarakah adalah hak (kewenangan) atau pengolahan harta
(tasharruf).
d. Menurut Hanafiyah
Musyarakah adalah ungkapan tentang adanya transaksi (akad) antara
dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan. Apabila
diperhatikan secara seksama.
Definisi dari keempat ulama diatas yang paling dapat dipandang
paling jelas adalah definisi terakhir, karena mengungkapkan hakikat
perkongsian, yaitu transaksi (akad).2
Muhammad Syafi`i Antono mengatakan bahwa al–musyarakah
adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing–masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal atau expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.3
2 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 183-185.
3 Muhammad Syafi`i Antonio, Bank Syari`ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press), hlm. 160.
26
Dalam wacana fikih musyarakah (kerjasama) adalah bentuk dari
penerapan prinsip bagi hasil (PLS) yang dipraktekkan dalam sistem
perbankan Islam. Konsep musyarakah digunakan dalam perbankan
Islam.4
Musyarakah dalam sistem perbankan Islam, menurut
International Islamic Bank For Investment and Development (IIBID)
menjelaskan bahwa musyarakah merupakan salah satu cara pembiayaan
yang terbaik yang dimiliki bank–bank Islam. Prinsip ini dijalankan
berdasarkan partisipasi antara pihak bank dengan pencari biaya
(partner) untuk diberikan dalam bentuk proyek usaha dan partisipasi
ini dijalankan berdasarkan sistem bagi hasil, baik dalam keuntungan
(profit) maupun kerugian (loss).
Syarat-syarat yang berkenaan dengan kontrak musyarakah
didasarkan kesepakatan yang di bicarakan antara dua pihak (bank dan
partner). Umumnya, pihak bank menyerahkan modal usaha dan
menyerahkan manajemen usaha tersebut kepada partner.
2. Landasan Syari`ah Musyarakah
Musyarakah merupakan suatu kesepakatan antara lembaga
keuangan dengan anggota untuk membiayai suatu usaha dimana
masing–masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung
jawab atas kerugian.
4 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 107.
27
Hal ini sesuai dengan ketentuan dasar hukum syari`at, yaitu
sebagai berikut:
a. Firman Allah QS. Surat Al – Shad [38] : 24
“... Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang–orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang–orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh ; dan amat sedikitlah mereka ini...”. (QS Shaad : 24)5
b. Firman Allah QS. An – Nisa` [4] : 29
“ Hai orang–orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu...”.
(QS : An – Nisa` : 29)
Ke dua ayat diatas menunjukkan diperkenankan atau
diperbolehkannya pembiayaan musyarakah dan pengakuan Allah
5 Departemen Agama, Al – Qur`an dan Terjemah, (Semarang: cv. Diponegoro, 2000),
hlm.117.
28
akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja
dalam Q.S An-Nisa`: 12 pengkongsian terjadi secara otomatis (Jabr)
karena waris. Sementara dalam Q.S Shad: 24 terjadi atas dasar akad
(Ikhtiyari).6
c. Al – Hadits
Hadits Rasulullah SAW yang dapat di jadikan rujukan dasar akad
transaksi musyarakah, adalah:
Hadits Qudsi Riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah
أن ثلث : ان هللا عزوجل ي قول : قال . م.عن اب هري رة رف عه ال النب ص
ر يكي مال ين احدها صاحبه فاذا خانه خر جت منن ب يذها رواه )الش
(ابود اودو صححه إسناده
“Dari Abu Hurairah yang di rafa’kan kepada Nabi SAW. Bahwa
Nabi SAW Bersabda, “ sesungguhnya Allah SWT. Berfirman, “aku
adalah yang ketiga pada dua orang yang bersekutu, selama seorang
dari keduanya tidak menghianati temanya, aku akan keluar dari
persekutuan tersebut apabila salah seorang menghianatinya.7
6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Geman
Insani Press, 2001), hlm. 91.
7 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 186.
29
Hadits riwayat Abu Dawud, Baihaqi dan Al Hakim
“Rahmat Allah tercurahkan antara dua belah pihak yang sedang
berkongsi selama mereka tidak melakukan penghianatan. Manakala
berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkatanpun akan
sirna dari padanya”. (HR Abu Dawud, Baihaqi dan Al Hakim). 8
Hadits diatas menerangkan bahwa Allah SWT akan menjaga dan
menolong dua orang yang bersekutu dan menurunkan berkah pada
pandangan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu itu
mengkhianati temannya, maka Allah SWT akan menghilangkan
pertolongan dan keberkahannya tesebut.
d. Ijma` Ulama
Ibnu Qudamah dalam bukunya Al-mughni 5/109 telah berkata: “
Kaum muslimin telah berkonsensus akan keabsahan musyarakah
secara umum walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa
elemen dari padanya.9
e. Fatwa Dewan Syari`ah Nasional MUI No. 08/DSN – MUI/IV/2000
Tanggal 13 April 2000, Landasan musyarakah yang keempat adalah
fatwa DSN No.08/DSN -MUI/IV/2000, mengatur tentang ketentuan
pembiayaan musyarakah sebagai berikut:
8 Sofiniyah Ghufron, Konsep dan Implementasi Bank Syariah, (Jakarta: Renaisan,
2005), hlm. 44.
9 Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1992), hlm. 24.
30
1). Ijab dan Qabul
Ijab qobul yang dinyatakan oleh para pihak harus memperhatikan
hal–hal sebagai berikut :
a). Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak (akad).
b). Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c). Akad dituangkan secara tertulis melalui korespondensi atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2). Subjek Hukum
Para pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan
memperhatikan hal–hal berikut ini :
a). Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwalian.
b). Setiap mitra harus menyediakan dana pekerjaan dan setiap
mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.
c). Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah
dalam proses bisnis normal.
d). Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset dan masing–masing dianggap telah diberi
wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan
memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan
kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
31
3). Objek Akad
Objek akad pada musyarakah, terdiri dari modal kerja,
keuntungan dan kerugian. Masing–masing ditentukan hal–hal
sebagai berikut :
a). Modal
1). Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau
yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset
perdagangan seperti barang–barang properti dan
sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih
dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.
2). Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,
menyumbangkan modal musyarakah kepada pihak lain,
kecuali atas dasar kesepakatan.
3). Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada
jaminan. Namun untuk menghindari terjadinya
penyimpangan, bank (LKS) dapat meminta jaminan.
b). Kerja
1). Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah. Tetapi, kesamaan porsi kerja
bukanlah merupakan syarat. Seseorang mitra boleh
melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan
dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan
32
tambahan bagi dirinya.
2). Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas
nama pribadi dan wakil dari mitranya, kedudukan masing–
masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam
kontrak.
c). Keuntungan
1). Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk
menghindari perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi
keuntungan atau ketika penghentian musyarakah.
2). Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara
proporsional atas seluruh keuntungan dan tidak jumlah
yang di tentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang
mitra.
3). Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan
melebihi jumlah tertentu, maka kelebihan atau presentasi
itu dibagikan kepadanya.
4). Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas
dalam akad.10
d). Kerugian
Kerugian harus dibagikan diantara para mitra secara
proporsional menurut saham masing–masing modal.11
10 Himpunan Fatwa Dewan Syari`ah Nasional MUI Edisi Revisi Tahun 2006, Edisi ke3,
(Jakarta: Dewan Syari`ah Nasional Majelis Ulama Indonesia–Bank Indonesia. 2006). hlm. 48–54. 11 Wirdyaningsih, ibid, hlm.149 -152.
33
3. Rukun, Syarat dan macam-macam pembiayaan Musyarakah
a. Rukun Musyarakah
Dalam melakukan usaha maka rukun dan syarat harus
dipenuhi,. Rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian yang
tidak terpisah dari suatu perbuatan.
Adapun rukun musyarakah sebagai berikut:
1. Sighat (ucapan) : ijab dan Qabul ( أجيا ب وقبو ل) (penawaran dan
penerimaan)
Persetujuan kedua pihak merupakan konsekuensi dari prinsip
sama-sama rela, disini kedua belah pihak harus secara rela
bersepakat untuk mengikat dari dalam akad.
2. Pihak yang berkontrak (عا قد انال)
Bahwa rekan dalam musyarakah harus ada minimal dua pelaku,
pihak pertama sebagai pemilik modal (Shahibul Maal),
sedangkan pihak ke dua sebagai pelaksana usaha (Mudharib).
3. Objek kesepakatan berupa modak dan kerja ( املعقو د عليه) 12
Merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan
oleh para pelaku, pemilik modal menyerahkan modalnya
sebagai objek musyarakah, sedangkan pelaksana usaha
menyerahkan kerjanya sebagai objek musyarakah.
12 Sofiniyah Ghufron, Cara Mudah Memahami Akad-akad Syariah, (Jakarta: Renaisan,
2005), hlm.48.
34
b. Syarat-syarat pembiayaan Musyarakah
Dalam kontrak pembiayaan musyarakah memiliki beberapa syarat
antara lain sebagai berikut:
a). Ucapan
Tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah, dapat
berbentuk ucapan yang menunjukkan tujuan. Akad dianggap sah
jika diucapkan secara verbal dan ditulis. Kontrak musyarakah
dikatakan dan disaksikan oleh kedua belah pihak.
b). Pihak yang Berkontrak
Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan
atau diberikan kekuasaan perwalian.
c). Objek Kontrak
Dana dan modal yang diberikan harus berupa uang tunai, emas,
atau bernilai sama. Para ulama menyepakati hal ini. Beberapa
ulama memberi kemungkinan pula bila modal berwujud aset
perdagangan seperti barang–barang properti, perlengkapan dan
sebagainya bahkan dalam bentuk yang tidak terlihat seperti
lisensi, hak paten dan sebagainya, bila itu dilakukan, menurut
kalangan ulama, seluruh modal tersebut harus dinilai dahulu
secara tunai dan disepakati oleh mitranya.13
13 Sofiniyh Gufron, et.al, ibid, hlm. 48.
35
c. Macam-macam pembiayaan Musyarakah
Musyarakah ada dua macam yaitu musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena
warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan
pemilikan atau aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah
ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset
nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset
tersebut.
Sedangakan musyarakah akad, tercipta dengan cara
kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa setiap orang
dari mereka memberi modal musyarakah. Merekapun sepakat
berbagi keuntungan dan kerugian.
Musyarakah akad terbagi menjadi: al-`inan, al – mufawadhah, al –
a`maal, al – wujuh, sebagai berikut :
a. Syirkah al - `inan :
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih dimana setiap pihak
memberikan penyertaan modalnya dengan porsi yang berbeda,
dengan bagi hasil keuntungan yang di sepakati bersama, dan
kerugian yang di tanggung sesuai dengan besarnya porsi modal
masing-masing. Tetapi disesuaikan dengan perjanjian dimuka.
b. Syirkah al – mufawadhah :
36
Adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap
individu memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan
dan kerugian secara sama, syarat utama dari jenis musyarakah
ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab
dan beban untuk dibagikan oleh masing–masing pihak.
c. Syirkah al – a`maal :
Adalah kontrak sama dua orang atau seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.
d. Syirkah al – wujuh :
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual
barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan
dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang
disediakan oleh tiap mitra. Jenis musyarakah ini tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan
pada jaminan tersebut.14
B. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
1. Pengertian dan Jenis-jenis Usaha Kecil dan Menengah
14 Drs.Hasbi Ramli, SE.MM.MBA, Teori Dasar Akuntansi Syari`ah, (Jakarta: Renaisan,
2005), cet. I, hlm. 35.
37
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja
juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.
Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dijelaskan,
sebagi berikut:
a. Menurut Istilah UKM mengacu kejenis usaha kecil yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak 200 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan berdiri sendiri.
b. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja usaha kecil merupakan entitas usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja berjumlah 5 sampai dengan 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
c. Menurut Keputusan Presiden RI No.99 tahun 1998
Usaha Kecil dan Menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan badan usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan menengah perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
d. Menurut UU No. 9 tahun 1995
Usaha Kecil dan menengah diartikan sebagai kerja sama usaha
antara usaha kecil dan menengah atau usaha besar disertai
pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha
38
besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan.
e. Menurut UU No.5 tahun 1999
Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dan wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama
melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
dalam bidang ekonomi.
Kriteria Usaha Kecil menurut UU No. 5 tahun 1995 memberi
batasan terhadap UKM sebagai suatu usaha yang :
1. Memiliki kekayaan (Aset) bersih 200 juta, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat tinggal.
2. Hasil penjualan tahunan (Omzet) paling banyak senilai 1 milyar.
3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan.
f. Pada tanggal 4 juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No.20
tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah menyebutkan
definisi UKM adalah entitas yang memiliki kriteria sebagi berikut:
1. Kekayaan bersih lebih dari 50 juta sampai dengan 500 juta,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta sampai
dengan 2 milyar.
39
g. Sementara yang disebut Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yaitu
suatu usaha yang memiliki kriteria :
1. Kekayaan bersih lebih dari 500 juta–10 milyar, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memilki hasil penjualan tahunan lebih dari 2 milyar–50
milyar.15
Dalam Perkembangannya jenis usaha kecil dan menengah
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1). Livelihood Activities
Merupakan Usaha Kecil dan Menengah yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk menafkahi, yang dikenal umum sebagai
sektor informal. (contoh: Pedagang kaki lima)
2). Micro Enterprise
Merupakan Usaha Kecil dan Menengah yang memiliki sifat
penjualan tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3). Small Dynamit Enterprise
Merupakan Usaha Kecil dan Menengah yang memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub kontrak dan
ekspor.
4). Fast Moving Enterprise
15 Online http:// www.smecda.com/Diakses , 16 Januari 2012./pada pukul 20.35 WIB.
40
Merupakan Uasaha Kecil dan Menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha
besar.16
2. Karateristik Usaha Kecil dan Menengah
Secara umum, sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Sistem pembukuan yang relative sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar kadang kala
pembukuan tidak di uptodate sehingga sulit untuk menilai kinerja
usahanya.
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang
sangat tinggi.
c. Modal terbatas.
d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas.
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehinnga sulit untuk
mengharapkan mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi
jangka panjang.
f. Kesimpulan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar
sangat terbatas.
16 Online http://www.Infookm.word prees.com/Diakses 24 mei 2012 pada pukul 21.00
WIB.
41
g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dipasar modal
rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya.
Untuk mendapatkan dana dipasar modal, sebuah perusahaan harus
mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.17
Karateristik yang dimiliki, oleh usaha kecil menyiratkan adanya
kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya
permasalahan. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal, sulit
untuk mendapatkan solusi yang jelas. Peran penting usaha kecil selain
wahana utana dalam penyerapan tenaga kerja, juga sebagai penggerak
roda ekonomi serta pelayanan masyarakat.
3. Keunggulan dan Kelemahan Usaha kecil dan Menengah
Sejak krisis moneter diawali tahun 1997, hampir 80% usaha
besar mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK misal terhadap
karyawannya. Berbeda dengan UKM yang tetap bertahan di dalam
krisis dengan segala keterbatasannya. UKM dianggap sektor usaha
yang tidak cengeng dan tahan banting.
Usaha kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan komparatif,
yaitu :
a. Usaha kecil beroprasi menyebar diseluruh pelosok dengan berbagai
ragam bidang usaha, hal ini karena kebanyakan usaha kecil timbul
untuk memenuhi permintaan (agregat demand) yang terjadi
didaerah regionalnya. Bisa jadi orientasi produksi usaha tidak
17 Pandji Anuraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2000), hlm. 46.
42
terbatas pada orientasi konsumen untuk itu diperlukan suatu
keputusan manajerial yang menuntut kejelian yang tinggi. Dengan
penyebaran usaha kecil, berarti masalah urbanisasi dan
kesenjangan desa, kota minimal dapat ditekan. Setidaknya
mengurangi konsentrasi intensitas lapangan kerja masalah sosial
lain.
b. Usaha kecil beroprasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap
pada tingkat yang rendah. Sebagaimana besar modal terserap pada
kebutuhan modal kerja, karena yang dipertaruhkan kecil,
implikasinya usaha kecil memiliki keterbatasan yang tinggi untuk
masuk atau keluar dari pasar. Dengan demikian, kegiatan produksi
dapat dihentikan sewaktu-waktu, jika kondisi yang dihadapi kurang
menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetap
adalah meng upto date kan produknya. Akibatnya, usaha kecil akan
memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak
perekonomian internasional.
c. Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya (labur
intensive) yang disebabkan penggunaan tekhnologi sederhana
presentase distribusi nilai tambah pada tenaga kerja relatif besar.
Dengan demikian, distribusi pendapatan bisa lebih tercapai, selain
itu, keunggulan usaha kecil terdapat pada hubungan yang erat
antara pemilik dengan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Keadaan ini menunjukkan
43
betapa usaha kecil memiliki fungsi sosial sedangakan kelemahan
usaha kecil diawal dapat saja mengalami kerugian. Beberapa resiko
diluar kendali wirausahawan, seperti perubahan mode, peraturan
pemerintahan, persaingan dan masalah tenaga kerja dapat
menghambat bisnis beberapa jenis bisnis yang cenderung
menghasilkan pendapatan yang tidak teratur, sehingga tidak
memperoleh profit. Mengelola bisnis sendiri juga berarti menyita
waktu sendiri yang cukup banyak, tanpa menghasilkan waktu yang
cukup bagi keluarga dan untuk berekreasi. Bagian penting dalam
hidup kadang kala harus dikorbankan untuk mengoperasikan suatu
bisnis agar sukses.18
4. Kendala-kendala Usaha Kecil dan Menengah
Dalam menjalankan proyeknya usaha kecil mempunyai beberapa
kendala antara lain yaitu:19
a. Aspek Pemasaran
Pengusaha kecil tidak memliki perencanaan dan strategi pemasaran
yang baik, jangkauan pemasaran sangat terbatas, sehingga
informasi produknya tidak sampai kepada calon pembeli potensial.
Mereka hampir tidak memperlihatkan tentang calon pembeli dan
tidak mengerti bagaimana harus memasarkan hasil produksinya.
b. Aspek manajemen
18 Pandji Anuraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2000), hlm.43. 19 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Watamwil(BMT), (Yogyakarta: UII Press,2004),
hlm.24.
44
Pengusaha kecil biasanya tidak memiliki pengetahuan dalam
pengelolaan usahanya, sehingga sulit dibedakan antara asset
keluarga dan usaha. Bahkan banyak diantara mereka yang
memanfaatkan ruang keluarga untuk berproduksi. Perencanaaan
usaha tidak dilakukan sehingga tidak jelas arah dan target usaha
yang akan dijalankan dalam periode waktu tertentu.
c. Aspek teknis
Berbagai aspek teknis yang masih sering menjadi problem
meliputi: cara berproduksi, sistem penjualan, sampai pada ada
tidaknya badan hukum serta perizinan yang lain.
d. Aspek keuangan
Kendala yang sering dalam usaha kecil adalah lemahnya bidang
keuangan pengusaha kecil hampir tidak memiliki akses yang luas
terhadap sumber permodalan (bank). Kendala ini sesungguhnya
dipengaruhi oleh 3 kendala diatas, kebutuhan akan permodalan
tidak dapat dipengaruhi oleh lembaga keuangan modern, karena
pengusaha kecil tidak dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.
5. Sasaran Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Berdasarkan klasifikasinya usaha menurut Departemen koperasi
serta Departemen Perindustrian danm perdagangan, usaha kecil yang
dipasar pada umumnya berskala kecil dan mikro. Hal ini terlihat dari
45
jumlah nilai aset, omset, bentuk usaha, serta jumlah tenaga kerja yang
dimiliki.20
Umumnya sasaran yang dibidik BMT adalah UKM yang
bergerak dibidang jasa, perdagangan, dan konveksi. Jika dilihat dari
nilai asetnya, semuanya memiliki aset dibawah 50 juta rupiah
sehingga para anggota tersebut dapat dikategorikan dalam usaha kecil
dan usaha menengah. Selain itu, juga terdapat data yang
menggambarkan besarnya pendapatan anggota yaitu berkisar antara
500 ribu sampai dengan 5 juta rupiah. Oleh karenanya, sasaran yang
menjadi terget BMT adalah Usaha kecil dan menengah (UKM) yang
dinilai mampu membayar pinjaman yang diberikan untuk usahanya,
sehingga tidak ada lagi pengusaha kecil yang kekurangan modal.
Adapun sasaran jenis Usaha kecil dan Menengah (UKM) untuk
pembiayaan musyarakah di BMT SM NU meliputi :
a. Home Industry
Merupakan suatu bentuk usaha yang melakukan suatu produksi
dalam jumlah yang tidak terlalu besar, baik dari segi modal, tenaga
kerja, maupun hasil produksinya.
b. Usaha kelontong
Merupakan usaha jual beli barang dagangan yang mana dari BMT
akan dipergunakan sebagai modal untuk membeli barang-barang,
dengan tujuan pengembangan usaha yang dijalankan.
20 Nurul Widyaningrum, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005),
.hlm. 40.
46
Efektifitas pembiayaan musyarakah di BMT SM NU juga dapat
penulis contohkan pada salah satu keberhasilan BMT dalam
membantu kesulitan seorang anggota dalam memperoleh modal awal
untuk usahanya, akan tetapi karena keterbatasan penulis dari
memperoleh informasi, maka penulis hanya bisa memberikan 1
contoh gambaran realisasi pembiayaan musyarakah yang dipaparkan
oleh anggota, Bu sinta yang ingin memulai usaha di bidang konveksi
batik, karena beliau tidak mempunyai modal awal, maka beliau
mengajukan pembiayaan ke BMT SM NU Buaran.
Contoh: Kasus Ibu Sinta (konveksi batik), usaha di bidang
sektor industri sudah dijalani ibu sinta selama 4 tahun dengan jenis
produk barang seperti atasan batik pria atau wanita dari anak kecil
sampai dewasa, kaos batik. Ordernya datang dari berbagai daerah
disekitar wilayah Pekalongan yang mana kebanyakan pesanan datang
dari kantor-kantor dan sekolah-sekolah yang ingin menggunakan batik
tersebut sebagai seragam. Ibu sinta sudah mempunyai beberapa
pelanggan tetap.
Dalam usahanya, ibu sinta berfungsi sebagai pencari order atau
meminjam, pekerja ada 4 orang. Beliau mengontrak 1 rumah didekat
tempat tinggalnya sebagai tempat kerja sekaligus penginapan bagi
pekerjanya. Peminjaman pertama digunakan untuk menambah modal
kerja yaitu untuk membeli bahan. Ibu sinta termasuk anggota yang
sering mendapatkan pembiayaan dari BMT. Pembiayaan paling sering
47
adalah untuk menutup biaya order yang diberikan oleh pemesan
dengan kisaran pembiayaan sebesar Rp. 2 juta-5 juta.
Usaha kecil konveksi tersebut sebelum memperoleh pembiayaan
dari BMT SM NU Buaran, pendapatan yang dihasilkan dari usahanya
terbilang sedikit, menurut hasil wawancara sesudah memperoleh
pembiayaan pendapatan yang dihasilkan mengalami peningkatan. Dari
contoh kasus tersebut menunjukkan peningkatan dari sisi nilai omset
yang diperoleh dan aset usaha yang dijalankan, dimana sebelum
memperoleh pembiayaan omset yang diperoleh sebesar 6 juta rupiah
perbulan dan setelah memperoleh pembiayaan, pendapatan yang
diperoleh mengalami peningkatan kurang lebih sebesar 9 juta rupiah
perbulan. Dampak pembiayaan musyarakah di BMT selain dapat
dilihat dari indikasi perubahan nilai pendapatan perbulan juga dapat
dilihat bahwa setelah ibu sinta memperoleh pembiayaan dengan
sistem musyarakah, beliau mendapatkan penghasilan rutin perbulan
karena ada kesinambungan order yakni peningkatan usaha melakukan
investasi dengan membuat kerajinan dari bahan batik yang dilakukan
oleh ibu sinta, seperti Tas dari kain batik, sandal, seprai, sehingga
menambah sumber pendapatan keluarga, dari BMT SM NU tersebut
dapat membantu usaha konveksi batik ibu sinta sehinnga menjadi
lebih berkembang.
48