dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang...

17
32 BAB IV HASIL Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi pengalaman anggota keluarga dalam mendukung anak retardasi mental ringan dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang didapat berupa trasnkrip data dan catatan lapangan yang didapat saat wawancara mendalam dengan riset partisipan. Dalam analisa datanya peneliti menggunakan metode Colaizzi dan memunculkan dua tingkatan hasil, yaitu tema dan sub tema. 4.1. Setting Penelitian Penelitian ini dimulai dari beberapa tahap mulai dari tahap pendekatan dengan keluarga, tahap wawancara hingga tahap pembuatan esensial struktur. Penelitian ini diawali pada tanggal 13 April 2013 hingga 21 Mei 2013. Sebelum dilakukannya penelitian ini, terlebih dahulu desain penelitian ini diujicoba dalam pilot project dengan karakteristik partisipan yang berbeda (keluarga dengan anak tunarungu dan tunawicara). Partisipan dalam penelitian ini adalah empat keluarga yang memiliki anak retardasi mental ringan dan sedang yang bersekolah dalam Sekolah Dasar Luar Biasa di Sekolah Luar Biasa Ngadirojo, karakteristik partisipan sebagai berikut;

Transcript of dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang...

Page 1: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

32

BAB IV HASIL

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah

dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi pengalaman

anggota keluarga dalam mendukung anak retardasi mental ringan

dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang didapat

berupa trasnkrip data dan catatan lapangan yang didapat saat

wawancara mendalam dengan riset partisipan. Dalam analisa

datanya peneliti menggunakan metode Colaizzi dan memunculkan

dua tingkatan hasil, yaitu tema dan sub tema.

4.1. Setting Penelitian

Penelitian ini dimulai dari beberapa tahap mulai dari

tahap pendekatan dengan keluarga, tahap wawancara hingga

tahap pembuatan esensial struktur. Penelitian ini diawali pada

tanggal 13 April 2013 hingga 21 Mei 2013. Sebelum

dilakukannya penelitian ini, terlebih dahulu desain penelitian ini

diujicoba dalam pilot project dengan karakteristik partisipan

yang berbeda (keluarga dengan anak tunarungu dan

tunawicara).

Partisipan dalam penelitian ini adalah empat keluarga

yang memiliki anak retardasi mental ringan dan sedang yang

bersekolah dalam Sekolah Dasar Luar Biasa di Sekolah Luar

Biasa Ngadirojo, karakteristik partisipan sebagai berikut;

Page 2: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

33

1. Ny. K (35 tahun) adalah ibu dari anak W . Ny. K yang

kesehariannya berperan sebagai ibu rumah tangga telah

merawat anak W sejak 12 tahun yang lalu. Pendidikan

terakhir dari ibu ini adalah SD. Anak W sendiri merupakan

anak dengan kasus retardasi mental sedang.

2. Ny. I (44 tahun) yang berprofesi sebagai seorang petani ini

adalah ibu dari anak V yang kini berumur 8 tahun.

Pendidikan terakhir beliau adalah SMP. Anak V sendiri

adalah anak dengan kasus retardasi mental sedang.

3. Ny. Y adalah ibu dari anak D beliau berumur 45 tahun,

pendidikan terakhir Ny. Y adalah SD. Ny. Y yang berprofesi

sebagai seorang petani ini telah merawat anak D selama

13 tahun. Anak D sendiri adalah anak dengan kasus

retardasi mental ringan.

4. Ny. U merupakan seorang petani berumur 45 tahun yang

berpendidikan terakhir SD ini adalah ibu dari anak I yang

sekarang berumur 10 tahun. Anak I sendiri adalah anak

dengan kasus retardasi mental ringan.

Semua partisipan adalah ibu karena di Kecamatan Ngadirojo

Wonogirimemiliki sebuah sistem yang ada sejak turun temurun.

Setiap keluarga memiliki ladang yang pada masa bercocok tanam

akan ditanami bersama (istri, suami dan anak), selama menunggu

masa panen, kepala rumah tangga yaitusuami, pergi merantau

Page 3: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

34

keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama menunggu

masa panen, dan ketika panen itu tiba hasil bumi yang telah

ditanami akan dipanen bersama-sama. Penelitian ini dilakukan

pada masa menunggu panen, sehingga hanya ibu yang ada di

rumah dan yang terlibat sebagai partisipan untuk penelitian ini.

4.2. Hasil Penelitian

Dalam sub bab ini peneliti memaparkan kategorisasi tematik dari

hasil wawancara pengalaman partisipan. Dari tiga tema besar ada

dua tema yang memiliki beberapa sub tema dan tema yang lain

berdiri sendiri dengan satu sub tema. Kategori tema yang muncul

dalam studi ini antara lain ; (1) kulakukan segalanya untuk dia yang

kucintai, (2) ku tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, (3) gejolak

dalam dada.

Berikut gambaran dari pengalaman partisipan dalam mendukung

anak dengan retardasi mental ringan dan sedang.

1. Kulakukan segalanya untuk dia yang kucintai

Segala hal dilakukan untuk memberikan hal yang terbaik

kepada orang yang kita cintai, tidak berbeda dengan

anggota keluarga yang memiliki anak atau saudara yang

memiliki kasus retardasi mental. Dalam tema ini peneliti

membaginya menjadi dua sub tema yang berbeda yaitu

Page 4: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

35

“kubawa kemanapun untuk menyembuhkannya” dan “harus

kupenuhi semua yang dia minta”

a. Kubawa kemanapun untuk menyembuhkannya

Keluarga membawa kemanapun untuk menyembuhkan

anak atau saudara mereka yang mengalami retardasi

mental, mulai dari dukun, pijat syaraf hingga

membawanya ke dokter spesialis anak.

“Ya sudah, sudah saya bawa kemana-mana itu, sudah alternatif sudah pijat syaraf, gara-gara tidak biasa berbicara dan berjalan, ya sudah kemana-mana, pokoknya orang bilang kemana ya saya turuti begitu, empat tahun baru bisa berjalan itu.“ (R1). “Ya sudah saya upayakan to, disuruh memijatkan syaraf kesana ya saya pijatkan, itu biasanya berjalan sama berbicara bersamaan setelah saya pijatkan ke pasar Jumapolo Pak S namanya, kalau sekarang apakah masih atau tidak beliau , lalu saya kesana tiga atau empat kali saya kesana.“ (R2). “Ke khusus anak itu mas, terus disana di ajari begitu, hanya gambar ini dengan gambar yang ini beda atau tidak, begitu lalu kan tidak bisa, lalu ibu dokternya anu, ini terlambat belajar begitu anu anda diminta untuk menyekolahkannya ke SLB, nanti kalau di SD bisa stres begitu, terus saya langsung sekolahkan kesana (SLB), terus sesampainya disana ya sama saja, disuruh membaca tidak mau cuma begitu lho kalau menulis ya bisa huruf-huruf itu ya bisa tapi kok membacanya tidak bisa begitu lho sampai saya terapikan ke Batu (nama kecamatan di Wonogiri) katanya disini belakang sini lemah, kalau di dekati oleh bu guru begitu malah tidak mau mengerjakan malah diam saja, malah melihat kebawah begitu , lha bagaimana supaya cepat bisa begitu sampai saya suwuk (salah satu prosesi perdukunan jawa) suparanya berani supaya mau belajar rajin begitu saya sampai heran mas.” (R4)

Page 5: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

36

b. Harus kupenuhi semua yang dia minta

Harus dipenuhinya semua yang anak atau saudaranya

minta memang menjadi satu hal yang tidak bisa

dilepaskan dari pemberian dukungan dalam studi ini.

Baju, sepatu, ada ataupun tidak ada biaya para

partisipan inipun memberikan apa yang anak-anak

retardasi mental inginkan.

“Ya, kalau minta sesuatu itu harus, kalau tidak hari ini ya besuk kalau belum dibelikan ya belum diam, ya seperti minta ini (binder) ya ini tadi turun pasar, pasar Ngadirojo beli binder “ (R1). “Jajannya itu pokoknya tidak bisa dicegah, sama kalau minta ya harus ada.” (R2). “ya jajannya kuat itu, tidak bisa “direm”, sebenarnya disekolahkan sudah jajan habis tiga ribu empat ribu terus di rumah kan ada “cilok” terus saya bilang udah ndak punya uang begitu ya mengamuk itu, semuanya dibuang begitu, bukunya sendiri saja ya diobrak-abrik kalau tidak cepet dikasih, sebenarnya lima ratus begitu ya mau sebenarnya kalau dikasih, itu jajannya luar biasa kuat.” (R4)

2. Ku tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya

Tidak mengerti apa yang terjadi dengan anak atau saudara

mereka menjadikan dukungan mereka tidak tepat sasaran.

Banyak partisipan yang tidak tahu tentang kondisi yang

sebenarnya dialami oleh oleh yang mereka cintai ini. Tema

ini terbagi menjadi tiga sub tema yang mendampinginya

yaitu “kenyataan yang terlambat”, “perlakuan yang sama”,

dan “tidak ada yang harus kuajarkan”

Page 6: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

37

a. Kenyataan yang terlambat

Sebagian besar keluarga mengerti apa yang terjadi

dengan anak mereka ketika sang anak telah beranjak

pada usia sekolah, karena menurut mereka tidak ada

gejala apapun sewaktu dia kecil.

“Tidak tau mas, perasaannya kok disuruh ke SLB begitu, masak anak saya di taruh di SLB Cuma begitu soalnya di SD itu lha kok takut begitu lho mas, kalau sama teman-temannya itu sudah dibawah sendiri, ini di SLB mengganggap dirinya pintar sendiri, mengganggap dirinya bisa berbicara sendiri, makanya itu di SLB agak centil begitu, terus kalau di mobil (angkutan umum) itu anak SMEA STM itu sampai heran mas, centil itu dalam angkutan umum itu, coba besok bagaimana anak seperti itu centil banget padahal belum pinter saya bilang begitu,sebenarnya sudah dapat berbicara dieja sendiri sudah bisa, iya pokoknya saya ya ini bu sri itu alhamdulilah yang pegang itu agak baik, dulu kan dipegang bu wahyu terus sekarang diganti ibu sri lagi, bu sri semin pokoh sini ya bagus itu. “ (R3) “tidak tahu, tahunya itu ya sekolah tidak bisa anu begitu, kecilnya itu ya tidak papa mas, ya sehat terus tidak tahu kalau seperti itu, tahunya di SD itu lho tahu kalau seperti itu, penakut terus tidak mau mengerjakan begitu , lalau disarankan ke SLB sama kepala sekolahnya disuruh pindah begitu lha ketinggalan pelajaran terus, tidak mau menulis tidak mau anu tahunya, ya seperti itu bayinya ya tidak sakit-sakitan, tidak kenapa-kenaoa ya sehat sebenarnya, apa ya di bawa weton (penganggalan jawa) juga itu wetonnya sabtu pahing (hari dalam jawa seperti kliwon dan sebagainya) kalau itu nakal ya nakal kalau diam ya diam sabtu pahing itu, itu angan-angannya diambil sendiri” (R4).

Page 7: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

38

b. Perlakuan yang sama

Partisipan sebagian besar tidak tahu apa yang harus

dilakukannya dengan kondisi anak yang seperti itu.

Para partisipanpun tidak membedakan perlakuan yang

dia berikan kepada anak tersebut dengan perlakuan

yang dia berikan kepada kakaknya dahulu.

Peneliti: buk kalau seperti adik begini ada perlakuan khusus tidak buk? “Sama saja mas” (R1)

“Tidak, tidak mas malah lebih susah mbaknya itu, mbaknya itu saja jam segini belum mau bekerja samapai SMEA, ya sukurlah ini alhamdulilah sudah bisa ke jakarta sudah bisa, apa mas mandiri begitu, mbaknya tidak pernah bekerja dirumah samapai sekolah SMEA itu ndak mau, ya alhamdulilah lulus SMEA langsung bisa istilahnya berdagang sedikit, sama jadi tukang cuci nyetrika ditempat orang, lalu suaminya jadi tukang pasang plafon” (R3).

Peneliti : buk kalau seperti adik begini ada perlakuan khusus tidak buk? “Tidak “ “ya sama saja” (R4)

c. Tidak ada yang harus kuajarkan.

Berbagai penjelasan partisipan mengungkapkan bahwa

tidak ada hal sebenarnya harus diajarkan kepada anak

ini. Karena sebagian besar anak sudah dapat

mencontoh kegiatan sehari-hari yang dilakukan orang

tuanya di rumah mulai dari menyapu, mengepel dan lain

hal.

Page 8: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

39

“Ya apapun, nyuci piring, apa mandi sendiri sudah bisa, memakai baju sendiri juga sudah bisa sekarang.” (R1)

“Tidak, bisa sendiri nyapu juga bersih itu, terus anu ini tadi pagi sudah terus sorenya belum nyapu.” (R3)

“ lha kalau mau tidak usah disuruh itu juga maunya bersih-bersih terus lha kalau mau bersih-bersih ya malah bikin kotor, kalau nyapu ya, liat ini terus dikerubutin semut begitu kotorannya ya disapu langsung di taruh di cikrak” (R4).

3. Gejolak dalam dada

Rasa sakit, bingung bercampur aduk menimbulkan gejolak

dalam hati para partisipan. Tidak dipungkiri lagi kenyataan

yang cukup pahit dirasakan karena memiliki anak yang

berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Dalam tema ini

hanya didampingi dengan satu sub tema yang

mendampinginya yaitu stres yang berkorelasi langsung

dengan tema yang dimunculkan.

“Ya sedih, pegel sama jengkel mas” (R2)

“Lha kalau bapaknya kan tidak mengurus dia sejak kecil pergi bekerja terus, kalau perasaan saya ya sedih ya, orang sekolah kok tidak bisa,kok tidak begini gitu lho sama temen-temennya, kadang sedih ya dihilangkan saja begitu. “ (R4)

Page 9: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

40

Berbagai hal telah dipaparkan diatas oleh partisipan

mengenai pengalaman mereka dalam mendukung anak dengan

retardasi mental ringan dan sedang di kabupaten Wonogiri. Hasil

dari paparan partisipanpun kemudian peneliti coba untuk

ungkapkan atau deskripsikan secara lengkap dalam sudut pandang

para partisipan. Hasil paparan partisipan peneliti mulai dari tema

besar pertama hingga mengalir ke tema-tema selanjutnya. Adapun

pemaparannya sebagai berikut;

4.3. Deskripsi Fenomena

4.3.1. Kenyataanya, memang ku tak tahu

Berbagai cara, daya dan upaya telah dilakukan oleh

para partisipan mulai dari pergi ke dukun, tukang pijat

syaraf, semua hal yang dilakukan untuk buah hati mereka

yang tersayang. Berbagai hal yang telah dilakukan memang

luar biasa untuk kesembuhan anggota keluarga mereka. Hal

inilah yang sebenarnya menimbulkan sebuah permasalah

yang kompleks. Berbagai hal yang dilakukan sebagian

besar memang tidak berguna bahkan bisa kita sebut

perlakuan untuk menyembuhkan anak mereka adalah

kurang tepat.

Page 10: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

41

Perlakuan yang kurang tepat bukan hanya terjadi

saat kejanggalan-kejanggalan pada anak muncul namun

perlakuan yang kurang tepat pula diberikan setelah

diagnosa akan masalah anak sudah terang terlihat.

Berbagai partisipan memperlakukan anak-anak retardasi

mental sama dengan anak-anak normal pada umunya.

Berbagai penjelasan yang ada memang tidak bisa

dilihat dalam satu sudut pandang. Peneiti tidak dapat

menyalahkan perlakuan yang dilakukan oleh para

partisipan. Kurangnya paparan informasi menjadi hal yang

bisa kita garis bawahi untuk melihat fenomena ini, para

anggota keluarga memang sebenarnya tidak tahu apa yang

harus mereka lakukan dengan tepat untuk proses

perkembangan sang anak nantinya.

4.3.2. Kenyataan yang menyakitkan

Kenyataan terkadang menyakitkan dan juga

datangnya terkadang sudah sangat lama baru dapat

disadari. Hal ini pula juga dirasakan oleh para anggota

keluarga saat menyadari salah satu orang yang mereka

cintai memiliki kondisi yang berbeda dengan orang-orang

pada umumnya. Bingung, sakit hati, jengkel kenapa harus

berbedapun muncul dalam hati mereka. Hal ini memang

menjadi salah satu permasalahan dalam kehidupan mereka.

Page 11: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

42

Namun apa mau dikata semua ini memang mereka jalani

dengan penuh keihlasan mulai dari mengantarkan, hingga

menunggu sampai selesainya sekolah si buah hati. Tak

hanya itu kondisi anak atau saudara mereka yang berbeda

membuat mereka tidak bisa meninggalkannya walau barang

sejenak saja.

4.4. Pembahasan

Tujuan dalam pembahasan ini untuk mendiskusikan tentang

intepretasi hasil yang didapatkan dari penelitian yang berfokus

pada pengalaman anggota keluarga dalam mendukung anak

retardasi mental ringan dan sedang. Intepretasi hasil ini dilakukan

dengan cara membandingkannya dengan konsep-konsep teoretikal

atau bahkan situasi dan penelitian sebelumnya.

Dari hasil ekplorasi pengalaman dukungan anggota keluarga

terhadap anak retardasi mental ringan dan sedang dalam bentuk

deskripsi fenomena. Dalam bagian ini peneliti membahas relevansi

penelitian ini dalam kaitannya dengan penelitian sebelumnya.

Konsep-konsep teoretikal yang muncul pada bab 2 pun akan

menjadi acuan pula dalam bagian ini.

Page 12: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

43

4.3.1. Kenyataannya, memang ku tak tahu

Kenyataan yang memang begitu terlihat bahwa dalam studi

ini para partisipan tidak mengetahui dukungan-dukungan yang

tepat. Kurangnya pengetahuan membuat para keluarga menjadi

bingung bagaimana mendukung anak-anak dengan retardasi

mental ini dengan tepat sasaran.

Hal ini sependapat dengan penelitian di Iran

(Kermanshahi, Vanaki, Ahmadi, Kazemnejad, Mordoch, &

Azadfalah., 2008) yang menjelaskan bahwa beberapa ibu

(caregiver) tidak mengetahui apapun tentang keadaan anak

mereka, yang secara spesifik digambarkan kurangnya

pengetahuan akan perawatan dan juga komunikasi dengan anak.

Kurang pengetahuan dalam konteks studi ini juga

menjadikan keluarga lambat menyadari masalah yang sedang

dialami oleh sang anak. Lambatnya kesadaran keluarga

mempengaruhi tingkat adapatasi mereka akan masalah yang

sedang dihadapi oleh anggota yang lain.

Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang dilakukan di

Tehran Iran, yang menyebutkan bahwa urutan kelahiran anak dan

saat kesadaran akan masalah anak berkaitan erat dengan tingkat

adaptasi pada ibu (Taghvi, Aliakbarzadeh-Arani, & Khari-Arani,

2012).

Page 13: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

44

Kurang pahamnya paparan informasi mengakibatkan

berbagai permasalahan termasuk kurang tepatnya tindakan yang

diberikan (Gordon, Roberts and Odeka., 2007). Hal ini juga muncul

di berbagai penelitian dalam isi yang berbeda seperti dalam

masalah kontrasepsi, pemberian layanan kesehatan untuk keluarga

gay dan lesbian serta masih banyak lagi studi-studi yang

menunjukkan pentingnya sebuah iniformasi untuk meningkatkan

kualiatas tindakan di masa yang akan datang (Lim, Mackey, Liam

and He., 2011; Chapman, Wardrop, Freeman, Zappia, Watkins and

Shields 2012; Dalal, Lao, Gifford, Wang 2012;Khowaja,

Khan,Nizam, Omer & Zaidi., 2012).

Beberapa paparan yang ada dalam kaitannya dengan

fenomena yang terjadi, perawat profesional dapat memberikan

informasi mengenai karakteristik anak dan juga dukungan yang

harusnya dapat diberikan dengan tepat dan dapat dipahami oleh

orang tua sehingga meningkatkan kualitas pengetahuan orang tua

akan keadaan masalah anak. Hal inilah yang akan meningkatkan

kualitas peran orang tua dalam mendukung anak (Lim, Mackey,

Liam and He., 2011). Perawat profesional dapat pula memainkan

peran kunci dalam advokasi untuk program penelitian yang

signifikan untuk populasi dalam areal kecamatan Ngadirojo

Wonogiri, yang mengarah ke pengembangan layanan berbasis

bukti yang akan meningkatkan pengalaman hidup orang tua dan

Page 14: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

45

anak-anak dengan keterbelakangan mental (Kermanshahi, Vanaki,

Ahmadi, Kazemnejad, Mordoch, & Azadfalah., 2008)

4.3.2. Kenyataan yang Menyakitkan

Kenyataan yang menyakitkan dianggap sebagai pernyataan

yang tepat untuk menggambarkan hal yang terjadi dalam deskripsi

fenomena yang telah dijabarkan. Kenyataan yang terjadi memang

membuat para anggota keluarga merasakan hal yang tidak

mengenakan.

Pernyataan tadi juga diperkuat oleh penelitian dari Iran yang

menyebutkan adanya “painful emosional reaction” disaat

mengetahui anak mereka berbeda dengan anak-anak pada

umumnya (Kermanshahi, Vanaki, Ahmadi, Kazemnejad, Mordoch,

& Azadfalah., 2008).

Dalam studi Kenyataan yang menyakitkan memang

dirasakan oleh semua lini dalam keluarga namun rasa yang

menyakitkan itu terkadang harus langsung diusir jauh-jauh dari hati

mereka. Kehidupan yang ada didepan harus terus diperjuangkan

walaupun ada masalah yang sedang membebani mereka saat ini.

Page 15: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

46

Hal ini sependapat dengan penelitian yang mengkaji tentang

perspektif dari kakek dan nenek. Bebagai rasa memang dirasakan

dan menyesakkan namun memberikan pemikiran positif bagi anak-

anak mereka merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan pada

saat usia senja mereka. (Miller, Buys & Woodbridge.,2012).

Untuk mengurangi masalah yang lebih parah mekanisme

koping yang adaptif dapat menjadi suatu solusi yang dapat dicoba

oleh para anggota keluarga saat mendapati kenyataan yang tidak

sesuai dengan keinginan setiap manusia (Pence, Thielman,

Whetten, Ostermann, Kumar, and Mugavero., 2008). Dalam salah

satu penelitian disebutkan bahwa mekanisme koping yang adaptif

dapat meningkatkan harga diri seseorang dan meningkatkan

suasana hati kepada suasana yang lebih nyaman dibandingkan

dengan kita meratapi masalah yang kita hadapi (Pavlickova,

Varese, Smith, Myin-Germeys, Turnbull, Emsley, dan Bentall.,

2012). Mekanisme koping yang adaptif pula dapat digunakan

sebagai prediktor signifikan dari kualitas hidup terkait kesehatan

(D’Souza, Karkada and Somayaji., 2013).

Dalam kaitannya mekanisme koping yang adaptif para

keluarga membutuhkan sebuah wadah untuk mengajarkan atau

memberikan sebuah gambaran mekanisme koping yang adaptif.

Disini peran perawat komunitas dapat digunakan sebagai profesi

Page 16: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

47

yang dapat merangkul masyarakat untuk memberikan penjelasan

dan gambaran mengenai koping yang adaptif. Namun perlu

diketahui bahwa belum ada mekanisme koping yang tepat yang

dapat diterapkan secara baik untuk masyarakat yang memiliki anak

retardasi mental di kecamatan Ngadirojo hal inilah yang masih

memerlukan adanya sebuah penelitian yang cukup mendalam dari

instansi pendidikan keperawatan.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam sebuah penelitian memang tidak dapat

disangkal keberadaanya. Dalam perjalanan studi ini pun peneliti

menemukan keterbatasan yang muncul diantaranya;

4.5.1. Waktu yang cukup singkat yang dimiliki oleh peneliti

membuat penelitian ini kurang dalam untuk gambaran yang

didapatkan dilapangan selama proses penggalian informasi.

4.5.2. Dalam studi ini hanya didapatkan mengenai pengalaman

anggota keluarga dengan kasus anak retardasi mental

ringan dan sedang. Sehingga dirasa penting untuk menggali

pengalaman keluarga dengan kasus anak retardasi mental

berat dan sangat berat.

4.5.3. Penelitian ini menggali pengalaman dukungan ibu terhadap

anaknya yang menyandang retardasi mental dan tidak

menggali kompleksitas tradisi yang mempengaruhi peran

Page 17: dan sedang di Kabupaten Wonogiri. Data penelitian yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3847/5/T1_462009038_BAB IV.pdf34 keluar kota untuk memenuhi kebutuhan hidup selama

48

ibu merawat anak dengan retardasi mental selama

menunggu panen / tanpa kehadiran suami.

Direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya dapat

meneliti pengalaman peran ibu dan seluruh anggota

keluarga mendukung anak retardasi mental di dalam tradisi

Kecamatan Ngadirojo Wonogiri.