Dampak Sosial Praktis FIP
-
Upload
margaretha-ardhanareswari -
Category
Documents
-
view
79 -
download
1
Transcript of Dampak Sosial Praktis FIP
Dampak Sosial Praktis
Ilmu pengetahuan dikatakan begitu berjasa bagi kehidupan umat manusia karena
melalu ilmu pengetahuan, manusia dimungkinkan memperoleh kemajuan yang sangat
menakjubkan dalam segala bidang kehidupan. Teknologi yang canggih yang semakin
mencengangkan dan fantastis merupakan salah datu produk ilmu pengetahuan (Rapar , 1996).
Ilmu pengetahua yang terus menerus berkembang ternyata meberikan berbagai
damapak dalam kehidupan, salah satunya yaitu dampak sosial praktis. Ilmu pengetehauan
membuat seseorang dapat memanipulasi hukum kausal, diamana suatu akibat dapat
dimanipulasi bila mengetahui sebabnya, dan suatu sebab pun dapat dimanipulasi dengan
menggunakan ilmu pengetahuan sehingga dapat menghasilkan suatu akibat yang diinginkan.
Dengan demikian suatu teori ilmiah dapat menjadi teory of knowledge (teori pengetahuan),
dan disisi lain dapat menjadi teory of action (teori tindakan).
Dalam teori pengetahuan, ilmu pengetahuan berhubungan dengan hukum kausal,
sedangkan dalam teori tindakan, ilmu pengetahuan berbicara mengenai manfaat adanya ilmu
pengetahuan dalam kehidupan terutama bagi kemajuan umat manusia. Beberapa pandangan
tokoh mengenai ilmu pengetahuan diantaranya :
1. Mark
Mark memandang bahwa suatu kesejahteraan dapat diperoleh dengan adanya suatu
control teknik ilmiah. Bila dalam suatu kehidupan terdapat seseorang yang mapu
menguasai ilmu pengetahuan, maka orang tersebut dapat menjadikan orang lain lebih
makmur dengan kelebihan ilmu pengetahuan yang dimilikinya , asalkan segala
sesuatu yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Padahal dalam suatu kehidupan tidak hanya didasarkan atas kontrol terhadap individu
lain, dalam kehidupan juga diperlukan adanya kebebasan dan kreativitas dari masing
– masing individu. Dengan adanya kebebasan dan kreativitas dari masing – masing
individu dalam suatu birokrasi, diharapkan kehidupan akan lebih makmur.
2. Hans Freyer dan Helmut Schelsky
Lain halnya dengan Mark, Hans Freyer dan Helmut Schelsky memandang suatu ilmu
pengetahuan sebagai suatu cara untuk menciptakan suatu teknoligi yang mampu
menjawab setiap aspirasi dari seseorang, mampu menjawab tujuan – tujuan sehingga
membuat kehidupan masyarakat semakin maju dan bebas tanpa adanya pertimbangan
demokratis. Bagi mreka, pertimbangan demokratis merupakan suatu hal yang tidak
relevan dalam membangun suatu masyarakat menjadi lebih maju dan bebas.
Tetapi dalam suatu penciptaan teknologi dibutuhkan suatu aspirasi dari masyarakat,
dimana kepentingan dari setiap masyarakat tersebut dijadikan suatu rencana untuk
membuat suatu teknologi, karena suatu teknologi tidak mampu muncul dengan
sendirinya.
Dampak :
Dampak yang positif dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan sepeti :
Dapat menciptakan suatu tekhnologi yang dapat mengurangi tingkat kejahatan;
mensejahterahkan kehidupan manusia dengan adanya teknologi yang meringankan pekerjaan
manusia seperti ditemukannya listrik, adanya alat transportasi bermotor, alat komunikasi
yang lebih praktis dan efisien; mempertinggi angka kehidupan manusia, dlsb.
Dilain pihak, ilmu pengetahuan juga menimbulkan berbagai dampak negative, seperti
dengan adanya nafsu akan kekuasaan, makan seseorang dapat menggunakan ilmu
pengetahuan untuk membentuk suatu kekuasaan terhadap makhluk lain. Selain itu juga dapat
menimbulkan berbagai sifat baru dalam kehidupan seperti sekurelisme, reifikasi, manipulasi,
pragmatism, dan individualism, dimana semua sikap tersebut membuat seseorang jauh dari
Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Jurgen Habermas, nafsu ini hanya dapat diatasi dengan
mengembangkan suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan diskusi yang bebas dari
pelbagai macam bentuk dominasi.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi tidak digunakan untuk
mengontrol hidup, tetapi teknologi digunakan untuk membantu dalam mensejahterakan
kehidupan.
Daftar Pustaka
Rapar .J.H., 1996, Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan, Kanisius, Yogyakarta,
pp.29.