Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

30
1 DAMPAK LINGKUNGAN PENEMPATAN TAILING DI DASAR LAUT OLEH PT NEWMONT NUSA TENGGARA Disusun Oleh: ATIYYA INAYATILLAH NIM 3107120119

Transcript of Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

Page 1: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

1

DAMPAK LINGKUNGAN

PENEMPATAN TAILING DI DASAR LAUT

OLEH PT NEWMONT NUSA TENGGARA

Disusun Oleh:

ATIYYA INAYATILLAH

NIM 3107120119

Page 2: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

i

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas

rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar

Amda ini dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat juga kami ucapkan kepada

teladan kita Muhammad SAW.

Dengan selesainya tugas ini penulis berharap pemahaman terhadap materi

Pengantar Amdal semakin kuat karena harus melakukan studi kasus da analisis

berdasarkan teori yang sudah dipelajari.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam selesainya tugas ini.

Depok, April 2010

Penulis

Page 3: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………...…………………………………. i

Daftar Isi ……………………………...…………………………………………. ii

Daftar Gambar ……………………………...…………………...…...…………. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 1

1.2 Batasan Masalah ……………………………………………………... 2

1.3 Tujuan ………………………………………………….……………. 3

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. 4

2.1 Tailing …………………………………………………….…………. 4

2.2 Proses Terbentuknya Tailing …………………………………...……. 4

2.3 Baku Mutu Tailing di Indonesia …………………………….………. 6

BAB III TINJAUAN TENTANG METODE PENEMPATAN TAILIING DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA …………………………………...…………. 8

3.1 Amdal Penempatan Tailing PT NNT ………………………..………. 8

3.2 Metode Penempatan Tailing PT NNT ………………………...……. 10

3.3 Sekilas Tentang Konstruksi dan Monitoring Infrastruktur Tailing PT NNT …………………………..…………………………………… 13

BAB IV DAMPAK LINGKUNGAN PEMBUANGAN TAILIING DI DASAR LAUT OLEH PT NEWMONT NUSA TENGGARA …………………….…… 16

4.1 Kandungan Kimia Tailing PT NNT …………………..……………. 16

4.2 Perubahan Ekosistem Pesisir Laut Akibat Tailing …………………. 20

4.3 Manajemen Penyebaran dan Tumpahan Tailing ……...……………. 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………...…………. 24

5.1 Simpulan ………………………………………………...…………. 24

5.2 Saran ……………………………………………………..…………. 24

Daftar Pustaka ………………………………...…………………………...……. iv

Page 4: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Produksi PT NNT ……………...…………………..………… 5

Gambar 2.2 Lokasi produksi dan penempatan tailing ……………...……...…… 6

Gambar 3.1 Lokasi Penempatan tailing di Teluk Senunu …………………….. 11

Gambar 3.2 Skema Penempatan tailing di Teluk Senunu …………….………. 12

Gambar 3.3 Kedalaman serta jarak penempatan tailing di dasar laut ……..….. 12

Gambar 3.4 Pipa onshore tailing PT NNT ……………...…………………..… 14

Gambar 3.5 Konstruksi pipa tailing PT NNT di pantai Teluk Senunu ……….. 15

Gambar 3.6 Monitoring pipa offshore dengan ROV ………………..………… 15

Gambar 4.1 Hasil uji endapan atau sedimentasi yang ada di bawah teluk Senunu

dan di luar teluk Senunu ……………...…………….....………… 16

Gambar 4.2 Perbandingan kandungan logam tailing sesuai baku mutu

KEPMENLH 24/2002, KEPMENLH 85/2005, KEPMENLH

236/2007 dan kandungan logam yang dihasilkan dari pembuangan

limbah tailing PT. NNT ……………...…………………..……… 19

Gambar 4.3 Uji toksisitas pada anakan ikan kakap merah dan kerapu macan ... 20

Gambar 4.4 Jumlah species setiap 10 cm2 air laut di Teluk Senunu ………..... 21

Gambar 4.5 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa ……..…. 22

Gambar 4.6 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa hasil riset

Lembaga Pengkajian Oceanography LIPI ……………...……….. 23

Page 5: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kritik dan kasus terhadap pembuangan limbah tambang (tailing) ke sungai

dan badan air lainnya, menyebabkan perusahaan pertambangan mengalihkan

teknik pembuangannya ke laut (dinamakan metode Sub-marine Tailing

Disposal/STD). Selain dianggap dapat menyembunyikan dampak yang terjadi,

ternyata metode pembuangan tailing ke laut ini jauh lebih murah dari segi biaya.

Perusahaan yang menerapkam metode STD mempromosikan bahwa metode ini

adalah metode yang aman dengan asumsi bahwa di laut terdapat lapisan termoklin

yang dapat menahan tailing agar tetap mengendap dan tidak naik ke permukaan

dan mengontaminasi ikan.

Limbah tailing sudah jamak diketahui mengandung berbagai material

beracun yang berasal dari reaksi oksidasi batuan dan bahan kimia yang digunakan

dalam proses pemisahan bijih. Pembuangan tailing ke laut akan menyebabkan

terjadinya sedimentasi dari endapan tailing dan penyebaran tailing ke wilayah laut

yang lebih luas. Semua dampak ini akan semakin mengancam dan memusnahkan

kekayaan keragaman hayati laut, mengganggu kesehatan (beberapa limbah logam

berat terakumulasi dalam rantai makanan), dan semakin memiskinkan masyarakat

pesisir dan pulau-pulau kecil yang sangat tergantung pada laut.

Salah satu contoh masalah yang timbul akibat STD menimpa PT Newmont

Minahasa Raya (PT NMR), salah satu perusahaan pertambangan yang beroperasi

di Indonesia dan menerapkan sistem tailing. PT NMR terbukti bersalah

mencemarkan Teluk Buyat, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Tercemarnya

Teluk Buyat disebabkan pembuangan tailing PT NMR yang tidak sesuai Amdal.

Page 6: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

2

PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) yang masih satu induk dengan PT

NMR dan merupakan kontraktor bagi Pemerintah Indonesia di Batu Hijau, NTB,

telah menerapkan STD sejak awal beroperasi pada 1999. Amdal untuk proyek

Batu Hijau telah disetujui oleh pemerintah Indonesia melalui (KEP-

41/MENLH/10/1996).

Izin operasional tailing pertama PT NNT diterbitkan pada tahun 2002 dan

berlaku hingga tiga tahun kemudian. Dalam masa izin tersebut dilakukan

pemantauan oleh Pemerintah Indonesia dan lembaga penelitian internasional yang

independen terhadap terhadap kinerja Sistem Penempatan Tailing di Dasar Laut.

2004. Pada 2005 PT NNT mendapatkan perpanjangan izin STD hingga 2007.

Pada 2006 terjadi kebocoran pipa tailing sehingga operasinal STD dialihkan

melaui pipa cadangan. Berbagai LSM, pemerintah, hingga masyaratakat luas

mengecam kebocoran tersebut dan secara umum menuntut agar izin operasional

STD PT NNT dicabut atau tidak diperpanjang.

Makalah ini akan membahas tentang perencanaan dan implementasi tailing

di PT NNT setelah diberikan perpanjangan izin oleh pemerintah Indonesia pada

2007 melalui KepMenLH236/2007 yang berlaku selama empat tahun setelah itu

dan disesuaikan dengan studi amdal sebelum proyek Batu Hijau dilaksanakan

serta baku mutu tailing yang ditetapkan oleh pemerintah.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini dibatasi hanya pada publikasi manajemen STD yang

dikeluarkan oleh PT NNT dan hasil riset Lembaga Pengkajian Oceanography

LIPI, CSIRO-Australia, Pusat Pengkajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB,

LAPI ITB, dan konsultan Enesar-Australia tentang penempatan tailing di dasar

laut oleh PT NNT.

Page 7: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

3

1.3 Tujuan

Secara umum tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah amdal yang diberikan oleh pengajar pada semester VI. Secara khusus

tujuan makalah ini sebagai berikut.

a. Untuk mempelajari metode penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT

sesuai dengan pengetatan persyaratan dan sistem pengawasan sesuai syarat

perpanjangan izin pada 2007 dan disesuaikan dengan studi amdal sebelum

proyek Batu Hijau dilaksanakan serta baku mutu tailing yang ditetapkan

oleh pemerintah.

b. Untuk mengetahui implementasi penempatan tailing di dasar laut oleh PT

NNT sesuai dengan pengetatan persyaratan dan sistem pengawasan sesuai

syarat perpanjangan izin pada 2007 dan disesuaikan dengan studi amdal

sebelum proyek Batu Hijau dilaksanakan serta baku mutu tailing yang

ditetapkan oleh pemerintah.

c. Untuk mempelajari isu tentang tuntutan dari LSM, pakar, hingga

masyarakat umum agar izin operasional STD PT NNT dicabut atau tidak

diperpanjang

d. Untuk memberikan pengetahuan kepada penulis dan mahasiswa tentang

underwater construction.

Page 8: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tailing

Tailing yang berasal dari pabrik pengolahan bijih tembaga-emas PT NNT

adalah sisa batuan yang telah digiling/digerus halus, setelah mineral berharga yang

mengandung nilai ekonomi di dalamnya diambil. Tailing memiliki sifat atau

karakteristik yang sama seperti halnya pasir yang banyak ditemukan di pulau

Sumbawa. Hasil uji toksisitas telah membuktikan bahwa tailing tidak menunjukkan

adanya unsur/elemen beracun yang signifikan untuk digolongkan bahan berbahaya.

2.1.2 Proses Terbentuknya Tailing

Batuan hasil galian yang disebut bijih dan berasal dari kegiatan

penambangan PT NNT mengandung mineral tembaga. Seperjuta bagian dari bijih

tersebut mengandung mineral emas dan perak. Mineral-mineral berharga tersebut

diproleh melalui suatu proses pengolahan di dalam pabrik pengolahan yang disebut

dengan ”konsentrator”. Untuk mengekstraksi mineral, konsentrator menerapkan prosedur fisika dan

bukan kimia. Empat tahapan utama dalam proses pengolahan bijih di konsentrator

meliputi crushing (peremukan) grinding (penggerusan), flotation (pengapungan)

guna memisahkan mineral dengan batuan sisa dan penempatan tailing. Sirkuit

crushing memperkecil ukuran bijih, yang dikirim dari kegiatan penambangan

dengan metode penambangan terbuka, menjadikan butiran bijih bergaris tengah

rata-rata 15 sentimeter. Air laut dan /atau air tawar kemudian ditambahkan ketika bijih yang sudah

diremukkan memasuki sirkuit grinding. Semi Autogenous Grinding (SAG) Mill

digunakan pada sirkuit grinding untuk menumbuk bijih sementara bola besi yang

Page 9: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

5

ada di dalam SAG Mill menggerus bijih sampai ukurannya mengecil, tidak lebih

besar dari butiran pasir. Sirkuit grinding mencampur partikel bijih halus tersebut dengan air

sehingga menjadi slurry atau lumpur yang kemudian dipompakan ke tangki

flotasi/pengapungan. Di bagian flotasi ini reagen organik dalam jumlah yang

sangat kecil ditambahkan bersamakapur ke dalam slurry untuk membantu proses

pemisahan mineral berharga. Reagen secara selektif bereaksi dengan permukaan

mineral berharga sehingga menjadikannya bersifat menolak air (hydrophoic). Mineral ini mengandung tembaga, emas dan perak yang kemudian melekat

pada gelembung udara yang terbentuk di bagian flotasi dan selanjutnya gelembung

udara tersebut bergerak dari dasar tangki ke bagian atas tangki flotasi. Mineral ini

kemudian diambil sebagai konsentrat. Konsentrat inilah yang selanjutnya

dikapalkan dan diangkut ke sejumlah smelter (pabrik peleburan) di berbagai

penjuru dunia. Di tempat ini konsentrat dilebur dan diolah lagi untuk memperoleh

mineral dalam bentuk murni. Partikel halus seperti pasir bercampur air yang tersisa di dalam tangki

flotasi setelah mineral berharga tersebut diambil itulah yang disebut tailing.

Secara teori tailing sudah tidak mengandung mineral berharga lagi dan tidak ada

konsentrasi bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu lingkungan.

Gambar 2.1 Alur Produksi PT NNT

Page 10: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

6

Gambar 2.2 Lokasi produksi dan penempatan tailing

2.3 Baku Mutu Tailing di Indonesia

PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) adalah kontraktor bagi Pemerintah

Indonesia. Kesepakatan tertulis yang dibuat oleh dan antara PT NNT dengan

Pemerintah Indonesia disebut dengan Kontrak Karya (KK). Kesepakatan ini

menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT NNT untuk melaksanakan

kegiatan penambangan di Proyek Batu Hijau sesuai dengan undang-undang yang

berlaku.

Secara teknis baku mutu tailing di Indonesia diatur dalam Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup yang terus diperbarui. Baku Mutu terbaru tentang

tailing diatur dalam KepMenLH238/2007. Nilai baku mutu tersebut dapat dilihat

di Bab IV pada grafik perbandingan kandungan kimia tailing PT NNT dengan

baku mutu dari KepMen LH.

Page 11: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

7

Dalam KepMenLH238/2007 juga diatur tentang pengetatan persyaratan

dan sistem pengawasan melalui kewajiban tambahan yang harus dipenuhi oleh PT

NNT dalam pengelolaan tailing yang dihasilkan. Pengetatan persyaratan dan

sistem pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Pengurangan jumlah tailing yang dapat ditempatkan ke hulu Ngarai Laut

Senunu melalui sistem Submarine Tailing Placement (STP) sebesar

8.000.000 metrik ton kering per tahun. Pada izin sebelumnya PT. NNT

diperbolehkan untuk menempatkan tailing ke Dasar Laut sebesar

58.400.000 metrik ton kering per tahun, di dalam izin yang baru PT. NNT

hanya diperbolehkan menempatkan tailing di dasar laut sebesar

50.400.000 metrik ton kering per tahun. b. Untuk meminimalkan dampak pembuangan tailing terhadap lingkungan,

PT. NNT wajib melakukan upaya-upaya dan kajian untuk pengelolaan

tailing secara keseluruhan, diantaranya mendorong penerapan 3R (Reduce,

Reuse, dan Recycling). c. Jangka waktu berlaku izin diperketat dari tiga tahun menjadi dua tahun.

Perketatan jangka waktu pemberlakuan izin ini untuk memudahkan kaji-

ulang terhadap kinerja pengelolaan tailing dan penaatan izin yang

diberikan kepada PT. NNT secara keseluruhan. Juga untuk melakukan

kajian-kajian sebagaimana tersebut pada butir b di atas. d. KLH akan membentuk tim pemantau independen untuk melakukan

pemantauan terhadap kegiatan penempatan tailing di bawah laut PT. NNT.

Pembentukan tim pemantau independen dengan melibatkan berbagai pihak

dilakukan guna menjamin kredibilitas dan akuntabilitas hasil pemantauan

tersebut. Serta mendorong penerapan prinsip transparansi dalam

pengelolaan lingkungan.

Page 12: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

8

BAB III

TINJAUAN TENTANG METODE PENEMPATAN TAILIING

DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA

3.1 Amdal Penempatan Tailing PT NNT

Pemerintah Indonesia dan PT NNT bersama-sama menetapkan sistem

Penempatan Tailing di Dasar Laut sebagai sistem pilihan pada saat melalukan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Batu Hijau. Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan sebagai bagian dari studi kelayakan yang menganalisis

secara terperinci pilihan alternatif pengelolaan lingkungan untuk dikembangkan di

Batu Hijau diselesaikan pada 1996, sebelum tahap konstruksi dimulai. amdal ini

dibuat untuk memastikan agar semua potensi dampak terhadap tanah, air, udara,

sumber-sumber biologis dan pemukiman manusia harus dipertimbangkan, baik

sebelum, selama, maupun sesudah pengembangan proyek.

Berbagai rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan terdapat di

dalam amdal yang telah disetujui oleh pemerintah Indonesia melalui (KEP-

41/MENLH/10/1996). Amdal tersebut secara khusus dirancang untuk

meminimalkan potensi dampak lingkungan di Batu Hijau, termasuk pengelolaan

penempatan tailing di dasar laut.

Dasar hukum kewajiban menyusun amdal untuk suatu rencana dan atau

kegiatan adalah UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Pasal 22 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap usaha

dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib

memiliki amdal. Sedangkan criteria dampak penting disebutkan dalam UU yang

sama pada pasal 22 ayat (2).

Page 13: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

9

a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/

kegiatan;

b. luas wilayah penyebaran dampak;

c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;

e. sifat kumulatif dampak;

f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau;

g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan kriteria di atas penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT

termasuk dalam usaha dan/atau kegiatan yang wajib memilik amda karena:

a. jumlah penduduk yang terkena dampak cukup banyak, di sepnjang pesisir

Subawa bagian selatan dan barat, selat Alas, hingga pesisir timur dan

tenggara Pulau Lombok;

b. Luas wilayah penyebaran dampak sangat luas dengan cakupan sama

dengan butir a;

c. Intensitas pembuangan tailing setiap saat dan lamanya lebih dari sepuluh

tahun;

d. Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak cukup banyak

mencakup ekosistem yang terapat di butir a;

e. Kandungan logam yang kemungkinan besar terkandung dalam tailing

memberikan dampak kumulatif.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkingan Hidup juga menyatakan bahwa

melakukan penempatan tailing di bawah laut termasuk dalam jenis rencana usaha

dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal untuk semua skala atau

besaran. Alasan ilmiah khususnya adalah Memerlukan lokasi khusus dan

berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri (kontur dasar laut),

ekosistem pesisir dan laut, mengganggu alur pelayaran dan proses-proses alamiah

Page 14: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

10

di daerah pantai termasuk menurunnya produktivitas kawasan yang dapat

menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan kesehatan terhadap nelayan dan

masyarakat sekitar.

3.2 Metode Penempatan Tailing PT NNT

Pada 2003, PT NNT melakukan penelitian laut dalam bersama P2)-LIPI

dalam upaya mendapatkan informasi oseanografi dan lingkungan laut. Informasi

ini digunakan untuk mevalidasi model konseptual Sistem Penempatan Tailing di

Dasar Laut, dan juga untuk mengidentifikasi dampak yang mungkin timbul dan

tidak pernah diprediksi sebelumnya. Dalam penelitian gabungan ini juga, pemahaman yang lebih baik tentang

potensi dampak tailing terhadap kondisi lingkungan laut dalam dapat diketahui.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tailing mengalir dari mulut pipa tailing ke

dalam Ngarai Senunu dan terus turun ke kedalaman 3.000 sampai 4.000 meter di

bawah permukaan laut. Tidak terdapat indikasi dampak yang melebihi apa yang

telah diprediksi sebelumnya tau dampak yang belum teridentifikasi sebelumnya

sebagaimana yang tercantum di dalam dokumen amdal. PT NNT harus memenuhi atau melebihi semua persyaratan yang telah

ditetapkan di dalam rencana pengelolaan lingkungan yang terdapat di dalam amdal,

sesuai dengan peraturan perundangan yang ada di Indonesia.

Keputusan penempatan tailing di dasar laut didasarkan pada banyak faktor.

Beberapa faktor utama yang dipertimbangkan atas keputusan ini antara lain :

a. Penempatan tailing di darat akan menimbulkan dampak terhadap lebih dari

2.310 hektar hutan dan tanah pertanian produktif.

b. Tingkat curah hujan tahunan yang melebihi 2.500 milimeter akan

menyebabkan air di dalam dam penampung tailing di darat sangat sulit

dikelola.

Page 15: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

11

c. Tantangan pengelolaan air di dalam dam penampung tailing yang dibangun

di daerah yang rawan gempa bumi dapat mengancam keselamatan

masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

d. Tailing yang ditempatkan di bawah zona photic laut yang produktif akan

meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Faktor-faktor tersebut diklaim menjadikan sistem Penempatan Tailing di

Dasar Laut lebih aman dan merupakan sistem pengelolaan tailing yang lebih

bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Tailing mengalir secara gravitasi sebagai slurry (campuran air dan sisa

gilingan batuan) melalui pipa dari pabrik pengolahan bijih menuju ke tepi Ngarai

Laut Senunu. Ujung pipa ini berada lebih dari 100 meter di bawah permukaan laut

berjarak 3,2 kilometer dari tepi pantai. Berat jenis lumpur tailing lebih berat dari

pada air laut, sehingga tailing akan tenggelam dan mengalir menuruni dinding

curam Ngarai Laut Senunu layaknya sungai bawah laut.

Gambar 3.1 Lokasi Penempatan tailing di Teluk Senunu

Page 16: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

12

Gambar 3.2 Skema Penempatan tailing di Teluk Senunu

Menurut Amdal, pembuangan tailing seharusnya di bawah 100 sampai 300

meter di permukaan laut atau di bawah lapisan termoklin atau batas kehidupan di

laut. Pipa yang digunakan juga harus mencapai 1.700 meter. Pembuangan tailing

yang tidak sesuai prosedur ini menyebabkan berkurangnya jumlah jumlah bentos

atau spesies di dasar laut.

Secara teknis penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT sudah sesuai

amdal yaitu pada kedalaman 125 meter dan panjang pipa offshore 3400 meter.

Gambar 3.3 Kedalaman serta jarak penempatan tailing di dasar laut

Page 17: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

13

3.3 Sekilas Tentang Konstruksi dan Monitoring Infrastruktur Tailing PT

NNT

Penempatan Tailing di Dasar Laut Proyek tambang Batu Hijau PT NNT

menerapkan Sistem Penempatan Tailing di Dasar Laut yang telah dirancang

bangun dan dikelola serta dipantau secara berkesinambungan. Pada 2006 terjadi kebocoran pipa tailing sehingga operasinal STD

dialihkan melaui pipa cadangan. Perbaikan pada pipa utama dimulai sejak 2007.

Konstruksi tailing PT NNT mulai dikerjakan pada 1997 dan mulai beroperasi

tahun 2000. Pada 2002 PT NNT membangun pipa cadangan.

Secara umum pipa tailing terbagi menjadi dua jenis berdasarkan lokasinya

yaitu onshore (di darat) dan offshore (di laut). Untuk pipa onshore terletak antara

Concentrator 106 hingga SWIS di Teluk Senunu yang panjangnya sekitar 6 km.

Pipa ini memilki diameter 90 cm yang terbuat dari logam. Perletakan pipa

onshore adalah beton pada setiap jarak 2 meter serta sambungan pipa setiap 6

meter.

Monitoring pipa onshore melalui pengamatan external setiap dua jam dan

setiap minggu dilakukan maintenance. Sedangkan pengamatan internal dilakukan

setiap shut down process dua kali setiap tahun.

Pipa offshore terletak di pantai Teluk Senunu. Pipa tersebut berbahan

HDPE (high density poly ethylene) yang semula memiliki ketebalan 90 milimeter.

Untuk konstruksi baru pada 2007 digunakan pipa dengan ketebalan 100

milimeter.

Monitoring pipa offshore dilakukan untuk mengukur ketebalan pipa

menggunakan metode smart PIG (pipeline integrity gauging tool) yang dilakukan

setiap shut down process utnuk seluruh pipa dan pada sambungan dilakukan

setiap minggu karena pipa tersebut selalu mengalami pengikisan. Selain itu juga

dilakukan pengamatan menggunakan ROV (remotely operated vehicle) setiap tiga

bulan.

Page 18: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

14

Gambar 3.4 Pipa onshore tailing PT NNT

Menurut amdal monitoring pipa offshore harus dilakukan maksimal setiap

enam bulan. PT NNT secara regular juga melakukan shut down process dua kali

setiap tahun.

Page 19: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

15

Gambar 3.5 Konstruksi pipa tailing PT NNT di pantai Teluk Senunu

Gambar 3.6 Monitoring pipa offshore dengan ROV

Page 20: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

16

BAB IV

DAMPAK LINGKUNGAN PEMBUANGAN TAILIING DI

DASAR LAUT OLEH PT NEWMONT NUSA TENGGARA

4.1 Kandungan Kimia Tailing PT NNT

Penelitian laboratorium independen yang mendapatkan sertifikasi dari

Pemerintah Indonesia dilakukan pencampuran logam yang terkandung pada sampel

dengan menggunakan asam lemah. Hasil campuran logam menunjukkan perbedaan

yang sangat kecil antara kandungan tailing PT NNT dengan berbagai material alam

seperti sedimen dasar sungai dan laut serta bahan batu bata. Karakteristik kimia padatan tailing PT NNT mirip dengan karakteristik

sedimen yang sudah ribuan tahun berada di dasar sungai yang mengalir melalui

kawasan proyek Batu Hijau. Teknik analisis yang diterapkan oleh laboratorium

disebut sebagai Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP).

Gambar 4.1 Hasil uji endapan atau sedimentasi yang ada di bawah teluk Senunu

dan di luar teluk Senunu Prosedur ini disusun untuk mengekstraksi logam dari suatu padatan untuk

mengetahui apakah material itu harus digolongkan sebagai bahan berbahaya

berdasarkan jumlah logam yang dilepasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tailing

tidak digolongkan sebagai bahan berbahaya.

Page 21: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

17

Uji Toksisitas Tailing Uji biota terhadap tailing PT NNT juga dilakukan

untuk meneliti adanya kemungkinan sifat racun terhadap biota laut. Pengujian ini

dilakukan Pusa Penelitian Oceanologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(P2O-LIPI) dengan menerapkan metode baku yang telah diakui secara

internasional. Uji toksisitas akut dilakukan selama 96 jam (LC50) pada anakan ikan kakap

merah dan kerapu macam. Uji toksisitas kronis (IC50) juga dilakukan pada

plankton (marine diatom). Semua pengujian tersebut dilakukan pada tailing dengan

tingkat konsentrasi yang berbeda-beda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

tailing PT NNT tidak beracun secara akut atau kronis, meskipun pada konsentrasi

tailing sebesar 100 persen.

Tailing PT NNT tidak berbahaya dan tidak menunjukkan kadar toksisitas

yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil laporan pemantauan kualitas air laut

yang dilakukan oleh PT NNT dan pihak ketiga yang secara konsisten menunjukkan

bahwa tingkat kandungan logam terlarut di dalam air laut di dekat mulut pipa

tailing tetap di bawah baku mutu Konservasi Taman Laut yang ditetapkan oleh

Pemerintah Indonesia.

Page 22: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

18

Page 23: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

19

Gambar 4.2 Perbandingan kandungan logam tailing sesuai baku mutu KEPMENLH

24/2002, KEPMENLH 85/2005, KEPMENLH 236/2007 dan kandungan logam yang

dihasilkan dari pembuangan limbah tailing PT. NNT

Program Pemantauan Sistem Penempatan Tailing di Dasar Laut PT NNT

dipantau secara rutin untuk memastikan agar sistem bekerja sesuai dengan rancang

bangun yang direncanakan untuk meminimalkan potensi dampak terhadap

lingkungan. Para ilmuwan dan pakar independen secara teratur mengevaluasi

dengan cermat hasil-hasil pemantauan terhadap terumbu karang, sedimen laut,

ikan, ekologi daerah pasang surut dan mutu air. Semua upaya ini dilakukan untuk menilai tingkat kesehatan ekosistem laut

dan memastikan agar fungsi Sistem Penempatan Tailing di Dasar Laut dapat

dipertanggung jawabkan terhadap lingkungan. Hasil pemantauan tailing dan mutu

air laut, kadar logam terlarut pada fraksi cairan tailing sebelum dilepaskan ke laut

masih berada jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Pemerintah

Indonesia dan secara umum bahkan memenuhi baku mutu konservasi biota laut.

Page 24: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

20

Kandungan logam terlarut dalam air laut di sekitar daerah mulut

penempatan tailing yang secara konsisten berada jauh di bawah baku mutu

konservasi biota laut Indonesia menunjukkan bahwa tidak ada pencemaran logam

berat yang disebabkan oleh tailing. Pemantauan yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan lembaga

penelitian internasional yang independen terhadap kinerja Sistem Penempatan

Tailing di Dasar Laut. 2004, ilmuwan dari Center for Contaminants Research, dari

Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) Australia

dengan tim pengkaji dari Indonesia melakukan penelitian terhadap mutu air,

sedimen dan ikan di sekitar daerah penempatan tailing PT NNT sampai ke perairan

Lombok dan Selat Alas.

Gambar 4.3 Uji toksisitas pada anakan ikan kakap merah dan kerapu macan

4.2 Perubahan Ekosistem Pesisir Laut akibat Tailing

Ekosistem laut di daerah pembuangan tailing elalau dipantau. Salah satu

parameternya adalah jumlah species setiap satu satuan volum tertentu air laut.

Hasil riset Lembaga Pengkajian Oceanography LIPI, CSIRO-Australia,pada 2008

menunjukkan keragaman species di sekitar Teluk Senunu tidak berbeda dengan

sebelum dimulainya pembuangan tailing di dasar laut.

Page 25: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

21

Gambar 4.4 Jumlah species setiap 10 cm2 air laut di Teluk Senunu

4.3 Manajemen Penyebaran dan Tumpahan Tailing

Kebijakan terhdap tumpahan dalam amdal menuntut upaya untuk mencegah

terjadinya insiden tumpahan, termasuk dalam hal program pemantauan yang

ekstensif. Meskipun PT NNT telah berupaya keras untuk mencegah terjadinya

tumpahan, namun Sistem Penempatan Tailing di Dasar Laut yang pada dasarnya

merupakan sistem mekanis, seperti pipa ledeng yang ada di perumahan, terkadang

juga mengalami kebocoran. Kebijakan PT NNT menetapkan bahwa setiap tumpahan tailing sekecil

apapun baik yang berasal dari jaringan pipa darat dan laut, maka tumpahan tersebut

tetap harus dibersihkan, walaupun sejatinya tailing tersebut tidak membahayakan

lingkungan. PT NNT melaporkan setiap kejadian tumpahan atau kebocoran pipa

tailing kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT) sekaligus Direktur

Jenderal Energi & Sumber Daya Mineral (DJESM), Jakarta dan Pelaksana Inspeksi

Tambang (PIT) pada Dinas Pertambangan & energi Propinsi NTB dalam waktu 24

jam.

Page 26: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

22

Penelitian tersebut secara keseluruhan menemukan bahwa bahwa tailing

tidak menyebar ke bagian pesisir dari Ngarai Senunu atau mengarah ke Selat Alas,

ataupun ke air permukaan pada kedalaman lebih dari 100 meter. Kadar logam di

jaringan ikan yang diambil dari Ngarai Senunu berada dalam kisaran normal, sama

dengan kadar yang ditemukan pada tubuh ikan yang diambil dari lokasi kontrol

maupun dari pasar-pasar ikan yang ada di kabupaten Sumbawa Barat dan Lombok.

Gambar 4.5 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa

Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kandungan logam terlarut di

semua lokasi dan semua kedalaman berada di bawah ketentuan baku mutu yang

ditetapkan. Hasil penelitian independen ini sesuai dengan hasil pemantaua PT

NNT.

Program pengelolaan lingkungan yang kuat sangat penting bagi

pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan harus ditempatkan sebagai

prioritas tertinggi sesuai dengan prinsip-prinsip pemeliharaan dan perlindungan

lingkungan.

Page 27: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

23

Gambar 4.6 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa hasil riset

Lembaga Pengkajian Oceanography LIPI

Page 28: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

24

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Beberapa hal yang bisa ditarik simpulan dari pembahasan sebelumnya

adalah sebagai berikut:

a. Metode penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT telah sesuai

dengan pengetatan persyaratan dan sistem pengawasan sesuai syarat

perpanjangan izin pada 2007 dan disesuaikan dengan studi amdal

sebelum proyek Batu Hijau dilaksanakan

b. Penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT telah sesuai dengan baku

mutu tailing yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan riset pihak

riset lembaga pemerintah dan independen dengan beberapa parameter

yaitu: kandungan logam pada tailing, air aut, ikan, serta keragama species

yang berhubungan dengan ekosistem pada perairan tersebut.

c. Khusus untuk tumpahan, metode dan upaya pencegahan yang dilakukan

melalui amdal dan pengawasan intensif masih memilik kelemahan

terbukti dengan terjadinya beberapa kali kebocoran. Hal ini akan

berdampak pada batimetri pada perairan tempat terjadinya tumpahan

tersebut.

5.2 Saran

a. Pembuagan tailing di dasar laut adalah kegiatan yang wajib amdal

sehingga dalam perencanaan dan pelaksanaannya diperlukan upaya yang

komprehensif oleh pihak-pihak terkait.

b. Tuntutan yang diajukan oleh berbagai pihak agar izin pemuangan tailing

di dasar lau PT NNT dicabut bisa diminamilisir dengan transparansi yang

Page 29: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

25

dilakukan oleh perusahaan bersangkutan dan pemerintah melalui instant

terkait.

c. Upaya reduce, reuse, dan recycle perlu ditingkatkan untuk meminimalisir

dampak akibat pembuangan tailing di dasar laut. Selain itu jika

memungkinkan pihak terkait harus terus melakukan riset dan inovasi

untuk menemukan metode pembuangan limbah pertambangan lain yang

lebih aman.

Page 30: Dampak Lingkungan an Tailing Di Dasar Laut Oleh Pt Newmont Nusa Tenggara

iv

DAFTAR PUSTAKA

Dampak Limbah Tailing Dalam Perspektif Hukum Lingkungan. 2008. Sembiring,

Amstrong. Depok: FH Pasca Sarjana UI

Deep Sea Tailing Placement at Batu Hijau, Sumbawa, Indonesia. 2009. Batterham,

Grant & Woworuntu, Jorina. Engersund: Marine and Lake Disposal of

Mine Tailings and Waste Rock International Conference

Pembuangan Limbah Tailing ke Laut. 2009. www.walhi.or.id <18 Maret 2010>

Pembuangan Limbah Tailing Newmont Tinggi. 2007. Tempo Interakrif

www.tempointeraktif.com <18 Maret 2010>

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkingan Hidup

Perpanjangan Izin Pembuangan Tailing Newmont oleh Menneg LH Dikecam

LSM. 2007. Indonesia Mining Association. www.ima-api.com <18 Maret

2010>

Status Perpanjangan Pembuangan Izin Pembuangan Tailing PT Newmont Nusa

Tenggara (NNT) di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

2009. Jakarta: Siaran Pers Kementrian Lingkungan Hidup Republik

Indonesia

Submarine Tailings Placement Management. 2009. Sumbawa Barat: PT Newmont

Nusa Tenggara

Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup