Dampak Konvergensi Ifrs Terhadap Penyajian Laoran Keuangan Di Indonesia
-
Upload
dharma-bracha-brocho -
Category
Documents
-
view
1.010 -
download
7
description
Transcript of Dampak Konvergensi Ifrs Terhadap Penyajian Laoran Keuangan Di Indonesia
DAMPAK KONVERGENSI IFRS TERHADAP PENYAJIAN LAORAN KEUANGAN DI
INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuanagan, kinerja serta perubahan posisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, sedangkan tujuan
yang bersifat umum dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan
tentang entitas pelaporan yang bermanfaat bagi investor, calon investor, pemberi
pinjaman, dan kreditor lainnya.
Di indonesia dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya harus mengikuti
standar yang telah ditetapkan. Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai
di indonesia adalah Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK). PSAK disusun dan
dikeluarkan oleh ikatan akuntansi indonesia (IAI). IAI adalah organisasi profesi akunan
yang ada di indonesia.
Dari revisi tahun 1994 IAI telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar
PSAK dengan International Financial Reporting standard (IFRS). Harmonisasi yang
telah dilakukan kemudian dirubah menjadi adopsi dan terakhir adopsi tersebut ditunjukan
dalam bentuk konvergensi terhadap international financial reporting standard
(IFRS).Program konvergensi ini dilakukan oleh IAI dengan melakukan adopsi penuh
terhadap IFRS dan IAS. Indonesia merupakan negara yang masih dalam tahap transisi
pada peraturan IFRS. Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada
Desember 2007. Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap dan
ditargetkan akan selesai pada tahun 2012 (BAPEPAM–LK, 2010). Pemerintah Indonesia
sangat mendukung program konvergensi PSAK ke IFRS. Hal ini sejalan dengan
kesepakatan antara negara-negara yang tergabung dalam G20 yang salah satunya adalah
untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang berkualitas yang berlaku secara
internasional. IFRS merupakan jawaban atas kebutuhan standar yang dapat dibandingkan
dengan negara lain, SAK Indonesia merupakan SAK lokal yang sulit untuk dibandingkan
dengan SAK negara lain.
International accounting standard atau yang lebih dikenal sebagai international financial
reporting standards (IFRS), merupakan standar pelaporan akuntansi yang memberikan
penekanan pada penilaian profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan
mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan sehingga mencapai kesimpulan
tertentu. Standar ini muncul akibat dari tuntutan globalisasi yang mengharuskan para
pelaku bisnis disuatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan
suatu standar internasional yang berlaku sama disemua negara termasuk juga
perusahaan-perusahaan dinegara indonesia yang ingin mengembangakan bisnisnya
menuju dunia internasional wajib menggunakan standar yang berbasis internasional
dengan tujuan untuk mempermudah proses rekonsiliasi bisinis. Perbedaan utama standar
internasional ini dengan standar yang berlaku di indonesia terletak pada penerapan
revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar,
sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair.inilah yang menyebabkan
terjadinya perbedaan dalam menyajikan laporan keuangan antara standar PSAK dengan
IFRS. Oleh karena perusahaan-perusahaan yang cakupan bisnisnya sudah menuju dunia
internasional (go public) wajib mengunakan standar internasional, peusahaan-perusahaan
tersebut haruslah menerapkan IFRS menjadi standar yang digunakan jika bisnisnya ingin
diterima oleh dunia internasional, termasuk juga dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuanganya haruslah sesuai dengan IFRS namun untuk merubah sitem yang
telah digunakan sejak lama (PSAK) kedalam bentuk standar yang baru (IFRS) tidaklah
mudah perubahan ini akan berdampak secara keseluruhan terhadap kegiatan perusahaan
termasuk juga jumlah laba yang dihasilkan menurut catatan pada laporan keuangan
setelah menggunakan standar IFRS. Berdasarkan latar belakang terdebut, penulis ingin
mengetahui dampak dari konvergensi IFRS terhadap penyajian laporan keuangan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis dapat merumuskan
masalah yang akan akan dibahas yaitu “apakah ada dampak dari konvergensi IFRS
terhadap penyajian laporan keuangan di Indonesia”
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Sesuai dengan perumusan masalah yang ada maka peper ini memiliki tujuan secara
umum untuk memberikan dan penjelasan mengenai dampak-dampak konvergensi IFRS
terhadap penyajian laporan keuangan di indonesia. Peper ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak antara lain:
1. Dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu akuntansi, terutama bagaimana dan
dampak yang di berikan oleh konvergensi IFRS terhadap pelaporan keuangan di
indonesia.
2. Sebagai gambaran bagi pengguna laporan keuangan mengenai dampak konvergensi
IFRS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. IFRS (International Financial Reporting Standard)
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standar Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional disusun oleh
empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB),
Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan
Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standar Board
(IASB) yang dahulu bernama International Accounting Standar Committee (IASC),
merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini
memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi
global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al.,
1999). Natawidyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi
bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standars (IAS).
IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April
2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang
dilakukan. International Financial Reporting Standars mencakup:
International Financial Reporting Standars (IFRS) – standar yang diterbitkan
setelah tahun 2001
International Accounting Standars (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum
tahun 2001
Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee
(SIC) – sebelum tahun 2001
International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal
pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation)
profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis
transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat
tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta
dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang
berlaku sama di semua negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan
utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada
penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai
wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair„ (IFRS
framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan
keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia
(global market)
2. Konvergensi IFRS di Indonesia
Perkembangan standar akuntansi di indonesia
1. Tahun 1973 – 1984 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) membentuk komite untuk
menetapkan standar-standar akuntansi yang kemudian dikenal dengan prinsip-
prinsip akuntansi indonesia (PAI).
2. Tahun 1984 -1994 komite PAI melakukan revisi mendasar PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan prinsip akuntansi indonesia PAI 1994. Menjelang akih tahun 1994
komite standar akuntansi memulai seuatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi
indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi
tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi ini
menghasilkan35 pernyataan standar akuntansi keuangan yang sebagian besar afalah
hasil harmonisasi dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
3. Tahun 1994 -2004 perubahan patokan standar keuangan dari US GAAP ke
IFRS.hal ini telah menjadi kebijakan komite standar akuntansi keuangan untuk
menggunakan internatioanal accounting standard (IFRS) sebagai dasar membangun
standar keuangan idonesia. Pada tahun 1995. IAI melakukan revisi besar untuk
menerapkan standar-standar akuntansi baru. IAS mendominasi isi dari standar ini
selain US GAAP dan dibuat sendiri.
4. Tahun 2006 -2008 dilakukan konvergensi IFRS tahap 1. Sejak tahun 1995 sampai
dengan tahun 2010, standar akuntansi keuangan (SAK) terus direvisisecara
berkesinambungan, proses revisi ini dilakukan sebanyak enam kali, yakni 1 oktober
1995, 1 juni 1999, 1 april 2002, 1 oktober 2004, 1 juni 2006, 1 september 2007, dan
1 juli 2009. Sampai dengan 2008 jumlaH IFRS yang di adopsi baru 10 standar.
5. Dua puluh sembilan akuntansi keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi
telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material
sesuai dengan IFRS versi 1 januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012.
Program konvergensi yang dilakukan pada tahun 2009 adalah sebanyak 12 standar
meliputi :
a. IFRS 2 Share-based payment
b. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
c. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
d. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
e. IAS 28 Investments in associates
f. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
g. IFRS 8 Operating segment
h. IAS 31 Interests in joint ventures
i. IAS 1 Presentation of financial
j. IAS 36 Impairment of assets
k. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset
l. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 Standar
sebagai berikut:
a. IAS 7 Cash flow statements
b. IAS 41 Agriculture
c. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government
assistance
d. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
e. IAS 24 Related party disclosures
f. IAS 38 Intangible Asset
g. IFRS 3 Business Combination
h. IFRS 4 Insurance Contract
i. IAS 33 Earnings per share
j. IAS 19 Employee Benefits
k. IAS 34 Interim financial reporting
l. IAS 10 Events after the Reporting Period
m. IAS 11 Construction Contracts
n. IAS 18 Revenue
o. IAS 12 Income Taxes
p. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
q. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan.
3. LAPORAN KEUANGAN
Mneurut PSAK nomor 1 (revisi 2009, laporan keuangan aalah suatu pengujian
terstrktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas, tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan , dan arus kas entitas bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan investasi. Laporan keuangan juga menunjukan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
a. Asset
b. Laibilitas
c. Ekuitas
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan , membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas asa depan dan
khususnya dalam halwaktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Laporan
keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan
f. Kebijakan akuntansi penting dam penjelasan lainnya
Karakteristik kualitatif laporan keuangan
• Understandability
• Keandalan
• komparatif
• Relevansi
• Benar dan Adil Lihat / Presentasi Fair
BAB III
PEMBAHASAN
Konvergensi IFRS di indonesia akan berdampak terhadap berbagai hal salah satunya adalah
berdampak pada sistem akuntansi dan pelaporan.
pengukuran.
Dampak IFRS terhadap siste akuntansi dan pelaporan adalah
1. Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair falue)
Tandar IFRS banyak menggunakan nilai wajar, terutama untuk properti investasi,
beberapa aset tak berujud, aset keuangan dan aset biologis. Diperlukan sumber daya
yang kompeten untuk menentukan nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa
konsultan penilai terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.
2. Penggunaan estimasi dan “judgement”
Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip akan banyak dibutuhkan
“judfement” untuk menentukan bagaimana suatu transaksi keuangan dicatat.
Pengungkapan
Persyaratan pengungkapan lebih banyak dan lebih rinci
IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang resiko baik kualitatif
maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan
data/informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh
manajemen.
laporan keuangan menurut IFRS terdiri dari (IAS1.8)
1. Pernyataan Posisi Keuangan
2. Pernyataan Pendapatan Komprehensif atau dua laporan terpisah yang terdiri dari
suatu Laporan Laba Rugi dan terpisah Pernyataan Pendapatan Komprehensif, yang
menyatukan Laba atau Rugi pada laporan laba rugi terhadap total pendapatan
komprehensif
3. Pernyataan Perubahan Ekuitas (SOCE)
4. Pernyataan atau Arus Kas Laporan Arus Kas
5. catatan, termasuk ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
Informasi komparatif diperlukan untuk periode pelaporan sebelumnya (IAS 1,36).
Sebuah entitas mempersiapkan rekening IFRS untuk pertama kalinya harus menerapkan IFRS
secara penuh untuk periode berjalan dan komparatif walaupun ada pengecualian transisi
(IFRS1.7).
Pada tanggal 6 September 2007, IASB menerbitkan revisi IAS 1 Penyajian Laporan
Keuangan. Perubahan utama dari versi sebelumnya adalah untuk mensyaratkan bahwa suatu
entitas harus:
a. Hadir semua perubahan non-pemilik dalam ekuitas (yaitu, 'pendapatan komprehensif')
baik dalam satu Laporan pendapatan komprehensif atau dalam dua pernyataan
(pernyataan pendapatan yang terpisah dan laporan pendapatan komprehensif).
Komponen dari pendapatan komprehensif tidak dapat disajikan dalam Laporan
perubahan ekuitas.
b. Menyajikan laporan posisi keuangan (neraca) pada awal periode komparatif paling
awal dalam satu set lengkap laporan keuangan ketika entitas menerapkan standatd
baru.
c. Menyajikan laporan arus kas.
d. Melakukan pengungkapan yang diperlukan dengan cara catatan.
Revisi IAS 1 yang efektif untuk periode tahunan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2009. Awal adopsi diperbolehkan.
Dalam penyusunan dan penyajian atas laporan keuangan, terdapat suatu konsep atau
pedoman yang mendasari hal tersebut sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat
memenuhi ekspektasi kebutuhan penggunanya. Konsep ini disebut sebagai Kerangka
Konseptual. Kerangka kerja konseptual berfungsi sebagai acuan bagi komite penyusun
standar, penyusun laporan keuangan, auditor, serta pemakai laporan keuangan. Kerangka
kerja konseptual penting untuk meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan
keuangan. Selain itu, masalah-masalah praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat
jika mengacu pada kerangka konseptual yang ada.Kerangka kerja konseptual untuk pelaporan
keuangan terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah tujuan (objectives) yang
mengidentifikasi tujuan dan sasaran akuntansi serta merupakan bangunan inti dari kerangka
kerja konseptual. Pada tingkat kedua terdapat karakteristik kualitatif (qualitative
characteristic) yang membuat informasi akuntansi berguna, dan unsur-unsur
(elements)laporan keuangan (aset, liabiltas,ekuitas,pendapatan dan beban). Sedangkan pada
tingkat ketiga terdapat konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement and
recognition) yang akan digunakan dalam menetapkan dan mengaplikasikan standar-standar
akuntansi. Konsep-konsep ini meliputi asumsi, prinsip, dan kendala yang menjelaskan
lingkungan pelaporan berjalan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, sedangkantujuan pelaporan
keuangan bertujuan umum adalah menyediakan informasi keuangan tentang entitas pelaporan
yang bermanfaat bagi yang telah menjadi maupun yang potensial investor, pemberi pinjaman,
dan kreditor lainnya dalam pembuatan keputusan tentang penyediaan sumber daya
entitas. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari
bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam rangka penyajian laporan
keuangan Perusahaan, salah satu pihak pengguna laporan yang harus dipertimbangkan adalah
investor.
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan No. 1 ( Revisi2009 ) , Laporan Keuangan Dasar (basic financial
statement) terdiri dari: (1) Laporan Posisi Keuangan; (2) Laporan Laba-Rugi Komprehensif;
(3) Laporan Arus Kas; (4) Laporan Perubahan Ekuitas ; (5) Catatan atas Laporan Keuangan.
Pelaporan Keuangan (financial reporting) merupakan “financial statement plus”, karena
terdiri dari: (1) Laporan Keuangan Dasar (basic financial statement) ; (2) Informasi
Pelengkap, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga (SAK 2009) ; (3) Sarana pelaporan keuangan lainnya, contohnya:
analisis dan diskusi manajemen, surat kepada pemegang saham.
Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan dimaksudkan untuk
memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga dapat
memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi
yang disajikan dalam pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan
harus cukup informatif untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang pemakai
yang berpengetahuan. Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengakui bahwa
penyajianinformasi dalam laporan keuangan baik jumlah maupun sifat, harus memenuhi
kaidah keseimbangan antara manfaat dan biaya.Jadi, pelaporan keuangan (financial
reporting) lebih luas daripada laporan keuangan (financial statement). Karena, dalam
pelaporan keuangan perusahaan dapat sekaligus melaporkan hal-hal di luar akuntansi.
DAMPAK KONVERGENSI IFRS TERHADAP KUALITAS PELAPORAN
KEUANGAN
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Adopsi standar internasional juga sangat
penting dalam rangka stabilitas perekonomian. Manfaat dari program konvergensi IFRS
diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi
perusahaan, mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan
mengurangi cost of capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikit
rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Banyaknya standar
yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup
berat bagi publik untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konvergensi
IFRS.
Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan
Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1. Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid,
melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti
untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
2. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi
yang akan kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang
detail sudah disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas
dari IFRS inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan
baik dalam hal mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal
pengauditan. Dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bahwa semua
dokumen serta proses Profesional Judgement itu harus didokumentasikan.
3. Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi
yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai
adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan
adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk nilai aset dan
instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi
pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.
4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan
untuk diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi
pengguna laporan keuangan.