DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena...

11
- UNIVERSITAS INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI CINA MAKALAH NON SEMINAR IRENA DEBORA VEGA 1006700305 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI CINA DEPOK FEBRUARI 2014 Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Transcript of DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena...

Page 1: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

-

UNIVERSITAS INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI CINA

MAKALAH NON SEMINAR

IRENA DEBORA VEGA

1006700305

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI CINA

DEPOK

FEBRUARI 2014

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 2: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 3: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 4: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI CINA

Irena Debora Vega S

Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok

E-mail : [email protected]

Abstrak

Jurnal ini membahas tentang dampak dari adanya kebijakan satu keluarga satu anak di Cina selama tahun 1952 hingga

saat ini. Kebijakan ini berhasil menurunkan jumlah penduduk, tetapi di sisi lain menimbulkan masalah baru terutama

perbedaan jumlah angka kelahiran penduduk laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini menimbulkan masalah sosial

seperti masalah ketenagakerjaan dan perdagangan manusia. Munculnya dampak seperti itu dipicu oleh kepercayaan

terhadap kebudayaan tradisional.

Abstract

Impacts of One Family One Child Policy in China. This paper discusses about the impacts of one family one child

policy in China 1952 until now. This policy was success to decrease the population number, but on the other side it

cause a new problem which is the differences of men and woman birth rate. The differences cause social problem such

as employment problem and human trafficking. The impact was caused by their trust in traditional culture.

Keywords :chinese government policy

1. PENDAHULUAN

Masalah kependudukan sudah menjadi masalah

yang cukup menarik perhatian pemerintah Cina

karena pemerintah menyadari bahwa masalah

kependudukan ini akan membawa dampak yang

besar bagi negara Cina dan penduduk Cina

sendiri. Jumlah total penduduk pada tahun 2013

sudah mencapai 1,3 milyar orang merupakan

hasil dari usaha-usaha pemerintah Cina dalam

menangani jumlah penduduk seperti program

Keluarga Berencana dan Kebijakan Satu

Keluarga Satu Anak.

Sejak tahun 1952 pemerintah Cina sudah

mengkampanyekan program Keluarga

Berencana yang lebih menekankan kepada

kesehatan ibu dan anak akan tetapi program

tersebut tidak terlalu membawa dampak yang

signifikan bagi pertumbuhan penduduk

Cinapada masa itu.1

Program tersebut tidak

memberikan dampak yang signifikan karena

hingga tahun 1978, jumlah penduduk Cina

mengalami pertumbuhan sebesar 77,7%.2Oleh

sebab itu pada tahun 1979, pemerintah Cina

memperkeras kebijakan tersebut dengan

program baru yang dikenal dengan Kebijakan

Satu Keluarga Satu Anak. 3

Demi keberhasilan Kebijakan Satu Keluarga

Satu Anak hingga ke pelosok-pelosok Cina,

pemerintah melakukan usaha yang cukup keras.

Walaupun usaha pemerintah Cina dalam

melaksanakan Kebijakan Satu Keluarga Satu

1Elisabeth Croll. “Introduction: Fertility Norms and Family Size in China”, dalam China’s One-Child Family Policy.

1985. hlm. 1-36. 2Pontoh, Coen Husain. “ Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa”. www.indoprogress.blogspot.com/2010/12/mao-

zedong-dan-korban-75-juta-jiwa.html?m=1 diakses pada

tanggal 21 Februari 2014 3Murtiningtyastuti,Sri. Kebijaksanaan Cina Mengenai ‘Satu

Keluarga Satu Anak’. Depok: Fakultas Sastra Universitas

Indonesia. 1989.

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 5: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

Anak sudah cukup keras dan dapat mengontrol

jumlah penduduk, namun dalam kenyataannya

kebijakan ini pun membawa masalah lain bagi

masyarakat Cina seperti adanya upaya untuk

hanya mendapatkan anak laki-laki karena

mereka masih memegang teguh kepercayaan

tradisional. Oleh sebab itu dalam penulisan ini

akan dibahas lebih lanjut lagi mengenai dampak

dari Kebijakan Satu Keluarga Satu Anak.

Apakah penyebab masalah-masalah tersebut

hanyamerupakan dampak dari penerapan

kebijakan pemerintah atau ada faktor lainnya

seperti dampak dari faktor kebudayaan

tradisional Cina yang masih dipertahankan?

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data

dilakukan dengan studi pustaka.

3. KAJIAN TEORETIS DAN

HIPOTESIS

3.1. Kajian Teoretis

Program Keluarga Berencana merupakan

sebuah program yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah Cina semenjak tahun

1952 yang awalnya bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan anak

tetapi pada akhirnya beralih tujan menjadi

program untuk mengontrol jumlah

penduduk berjalan begitu lancar sehingga

angka laju pertumbuhan penduduk Cina

semakin lama semakin bertambah.4 Oleh

karena itu, pada 11 Agustus 1979 wakil

Perdana Menteri Chen Muhua

menjalankan Kebijakan Satu Keluarga

Satu Anak untuk memperkuat program

yang sudah ada sebelumnya, setelah

dijalankannya program tersebut Perdana

Menteri Chen Muhua mengawasi serta

mengontrol jalannya program dengan

sangat ketat.5

Pemerintah Cina

berpendapat bahwa hanya dengan program

seperti ini angka laju pertumbuhan

penduduk Cina akan menurun mencapai

angka 0.

4 Murtiningtyastuti,Sri. Kebijaksanaan Cina Mengenai

‘Satu Keluarga Satu Anak’. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1989. 5Ibid.

Dikarenakan pesebaran penduduk Cina

yang tidak merata di seluruh wilayah,

maka ada perbedaan-perbedaan yang

terjadi dalam pelaksanaan Kebijakan Satu

Keluarga Satu Anak. Kebijakan ini cukup

berhasil di wilayah perkotaan karena

semakin banyak keluarga dari pasangan

muda yang merasa puas jika hanya

memiliki satu orang anak saja. Berbeda

dengan wilayah perkotaan, di wilayah

pedesaan dan di wilayah pedalaman

program ini kurang berhasil karena masih

banyak keluarga yang memiliki konsep

pemikiran semakin banyak memiliki anak,

maka kehidupan semakin makmur dan

bahagia, sehingga keluarga-keluarga

tersebut masih menginginkan sebuah

keluarga yang memiliki anak lebih dari

satu orang. Sebenarnya pemerintah Cina

tidak pernah membuat suatu peraturan

yang keras untuk memiliki hanya satu

orang anak secara khusus di wilayah

perkotaan atau di wilayah pedesaan dan

pedalaman, akan tetapi pemerintah Cina

pada saat itu menyusun sebuah persyaratan

dan petunjuk khusus dari Kebijakan Satu

Keluarga Satu Anak tersebut yaitu

pelaksanaan program bedasarkan

pesebaran penduduk, perbedaan latar

belakang ekonomi, serta latar belakang

kebudayaan, contohnya sebuah keluarga

yang tinggal di wilayah yang pesebaran

penduduknya sangat jarang diperbolehkan

untuk memiliki anak lebih dari satu tetapi

jarak kelahirannya ditentukan dengan tepat

yaitu berjarak sekitar empat tahun.6

Keluarga-keluarga yang sudah ditetapkan

sebagai keluarga yang memiliki seorang

anak akan mendapatkan pembagian uang

tunai sebagai tunjangan hidup.

Berbeda dengan kondisi pelaksanaan

Kebijakan Satu Keluarga Satu Anak di

wilayah yang berpenduduk sedikit, kondisi

pelaksanaan di wilayah perkotaan yang

padat penduduk sangat ketat. Pasangan

yang memiliki anak lebih dari satu, harus

bertanggung jawab pada biaya pengobatan

dan rumah sakit selama sang ibu

mengandung dan melahirkan anak kedua

atau lebih.7 Orang tua yang memiliki anak

6Murtiningtyastuti,Sri. Kebijaksanaan Cina Mengenai ‘Satu

Keluarga Satu Anak’. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1989. 7Ibid.

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 6: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

lebih dari satu harus membiayai biaya

perawatan, biaya sekolah, biaya kesehatan,

dan biaya lainnya dari anak kedua atau

lebih.8

Selain itu, gaji orang tua yang

memiliki anak lebih dari satu akan

dipotong sebesar 10% selama tiga tahun.

Tidak hanya keluarga yang memiliki anak

lebih dari satu saja yang menerima

hukuman-hukuman seperti itu, keluarga

yang sudah ditetapkan sebagai keluarga

beranak tunggal akan dikenai hukuman

apabila keluarga tersebut memiliki anak

lagi setelah ditetapkan sebagai keluarga

yang memiliki anak tunggal, seperti

pembagian uang tunai yang sudah

diberikan oleh pemerintah kepada keluarga

tersebut ditarik kembali dan semua hak

istimewa yang sudah diberikan untuk

keluarga tersebut dikurangi.9

Apabila

keberadaan anak kedua tetap

dipertahankan, maka status sosial keluarga

tersebut akan diturunkan. Jika keluarga

tersebut memiliki seorang anak lagi,

keluarga tersebut akan menerima hukuman

yang lebih berat lagi dari pemerintah Cina

yaitu penghasilan orang tua akan dipotong

sebesar 10% setiap bulannya sampai anak

ketiga tersebut berusia 16 tahun.10

Akan

tetapi ada pengecualian untuk kasus

kelahiran anak ketiga, jika anak ketiga

terlahir sebagai anak kembar, maka gaji

orang tua hanya akan dipotong 5% setiap

bulannya hingga anak tersebut berusia 14

tahun.

Dalam prakteknya, program pemerintah

mengenai Kebijakan Satu Keluarga Satu

Anak ada beberapa pengecualian-

pengecualian yang terjadi pada tahun

1985-2000.11

Setiap propinsi memiliki

pengecualiannya masing-masing,

contohnya jika sebuah keluarga memiliki

anak pertama yang cacat atau bagi

pasangan yang sudah bercerai dan salah

satu dari pasangan tersebut tidak memiliki

anak laki-laki maka akan diperbolehkan

untuk memiliki anak lagi dengan catatan

pasangannya yang baru juga tidak

memiliki anak. Contoh lainnya, di propinsi

8Murtiningtyastuti,Sri. Kebijaksanaan Cina Mengenai ‘Satu

Keluarga Satu Anak’. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1989. 9 Ibid. 10 Ibid. 11 Xin Lin. Family Planning Policy Improves dalam Beijing

Review, Vol. 29 No. 28, July 14, 1986, hlm.4

Guandong terdapat peraturan-peraturan

yang sangat rinci mengenai pengecualian

bagi penduduk yang berada di wilayah

pedesaan untuk memiliki anak kedua,

antara lain :

1. Jika anak pertama cacat

dan tidak mampu

bekerja seperti orang-

orang normal.

2. Jika dalam pernikahan

yang kedua, hanya salah

satu dari pasangan yang

menikah yang memiliki

seorang anak dari

pernikahan sebelumnya,

atau keduanya sudah

memiliki anak tetapi

anak-anak tersebut

diasuh oleh pasangan

sebelumnya.

3. Jika suami dan istri

merupakan anak

tunggal.

4. Jika suami atau istri

sudah bekerja lebih dari

empat tahun bekerja di

tambang bawah tanah

atau di kapal selam,

karena kondisi seperti

ini sangat berat. Selain

itu, kondisi tersebut

menjadi penghalang

untuk mengerjakan hal-

hal rumah tangga serta

menjadi penghalang

untuk bertemu dengan

keluarga.

Selain itu, bagi masyarakat Cina yang

termasuk ke dalam suku minoritas

kebijakan pemerintah tersebut

dilonggarkan agar keberadaan suku

minoritas tersebut tidak punah.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerintah

Cina benar-benar mengawasi dengan ketat

jalannya Kebijakan Satu Keluarga Satu

Anak di masyarakat. Setiap keluarga yang

mematuhi ketetapan pemerintah tersebut

akan mendapatkan bonus, sedangkan

keluarga yang tidak mematuhi ketetapan

tersebut akan diberikan hukuman oleh

12http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2009/10/091012_chinaminorities.shtml. 12 Oktober 2009 diakses pada

tanggal 19 Februari 2014

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 7: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

pemerintah. Akan tetapi pada

kenyataannya, pelaksanaan kebijakan

tersebut masih ada beberapa pengecualian

yang terjadi, adanya pengecualian-

pengecualian tersebut tergantung pada

masing-masing pemerintah daerah

diberlakukannya Kebijakan Satu Keluarga

Satu Anak.

Kebudayaan merupakan salah satu hal

yang tidak mudah dilepaskan atau

dihilangkan dari suatu peradaban

masyarakat karena kebudayaan sudah

diajarkan secara turun-temurun dan

kebudayaan tersebut akan membentuk pola

pikir dari suatu masyarakat, demikian pula

dengan kebudayaan tradisional Cina.

Kebudayaan tradisional Cina tidak hanya

meliputi pakaian atau adat istiadat saja,

tetapi juga termasuk dalam kepercayaan-

kepercayaan yang dianut oleh masyarakat

Cina seperti konfusianisme. Pengajaran-

pengajaran konfusianisme tidak hanya

dijadikan dasar hidup masyarakat Cina

tradisional tetapi juga masyarakat Cina

modern.

Ajaran konfusianisme lebih menekankan

kepada hubungan antar manusia dengan

manusia lainnya, dengan membina

hubungan yang baik antara manusia

dengan manusia maka kehidupan dari

setiap individu akan harmonis terlebih lagi

akan berdampak baik pada negara. Salah

satu Ajaran konfusianisme yang sangat

terkenal adalah Wǔ Lún ( 五论 ). Dalam

Wǔ Lún diajarkan lima hubungan manusia

dengan manusia lainnya,13

yaitu :

a. Hubungan antara raja dengan

menteri-menterinya.

b. Hubungan antara ayah dengan

anak laki-lakinya.

c. Hubungan antara suami

dengan istrinya.

d. Hubungan antara anak laki-

laki dengan saudaranya laki-

laki.

e. Hubungan antara manusia

dengan temannya.

Dalam konfusianisme, khususnya ajaran

mengenai lima hubungan ini, ditetapkan

13J.Y. Tan. “Confusianism and Neo-Confusianism”. hlm. 95 diakses dari http://www.jonathantan.org/essays/Chinese-

NCE-Confucianism.pdf pada tanggal 30 Desember 2013

bahwa setiap menteri harus taat pada raja;

setiap anak khususnya laki-laki harus taat

pada ayahnya; setiap istri harus taat kepada

suaminya; setiap anak harus menjaga

hubungan baik dengan saudaranya; dan

setiap orang juga harus menjaga hubungan

baik dengan sesama temannya. Dalam poin

pertama yang mengatur hubungan antara

raja dan menteri terlihat jelas konfusius

ingin menekankan hubungan antara atasan

dan bawahan, tetapi tersirat dalam poin ini

bahwa yang lebih berhak duduk dalam

sistem pemerintahan yang ada adalah laki-

laki. Dalam poin kedua, terlihat konfusius

ingin menekankan hubungan yang ada

dalam keluarga yaitu antara ayah dengan

anaknya. Akan tetapi di poin ini hanya

disebutkan anak laki-laki saja, karena anak

laki-laki dianggap lebih penting

dibandingkan anak perempuan. Dalam

poin ketiga, terlihat konfusius ingin

menekankan hubunganantara suami

dengan istri dan tampak jelas bahwa

kedudukan perempuan harus berada di

bawah kedudukan laki-laki. Dalam poin

yang keempat, terlihat bahwa konfusius

ingin menekankan hubunganantara kakak

beradik, uniknya di poin ini hanya

digunakan kata anak laki-laki dan

saudaranya laki-laki yang memperjelas

kedudukan anak laki-laki lebih

diunggulkan dalam keluarga Cina. Hampir

sama dengan poin yang keempat, dalam

poin terakhir tersebut konfusius

menekankan hubungan antara manusia

dalam masyarakat. Dari uraian tersebut

disimpulkan bahwa laki-laki yang lebih

dipentingkan oleh masyarakat Cina.

Di mata masyarakat Cina kelahiran

seorang anak merupakan sebuah peristiwa

yang sangat disambut baik. Pada keluarga

Cina tradisional yang juga masih

menganut kebudayaan Cina tradisional,

kelahiran merupakan hal yang sangat

diharapkan terlebih lagi jika anak itu

adalah anak laki-laki dengan kehadiran

anak laki-laki keberlangsungan keluarga

yang didasarkan pada hubungan

kekerabatan yang mengikuti garis

keturunan pria akan berlangsung dengan

baik. Masyarakat Cina meyakini tanpa

anak laki-laki di dalam sebuah keluarga

keberlangsungan keluarga tersebut akan

terhenti. Para orang tua yang tidak

memiliki anak laki-laki pasti akan merasa

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 8: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

khawatir akan kehidupan hari tuanya dan

juga kehidupannya setelah meninggal nanti,

karena diyakini bahwa hanya anak laki-

laki tertua yang harus mengurus dan

merawat orang tua selama di dunia seperti

yang tertulis dalam poin kedua dalamWǔ

Lún ( 五论 ). Selain itu, diyakini bahwa

hanya keluarga anak laki-laki yang dapat

melakukan dan meneruskan pembakaran

dupa di depan pemujaan leluhur sebagai

bentuk ketaatan terhadap orang tua. Oleh

sebab itu jika tidak memiliki anak laki-laki,

setiap keluarga akan mengupayakan untuk

mendapatkan seorang anak laki-laki seperti

mengadopsi anak laki-laki atau menikahi

wanita lain yang dapat memberikan

seorang anak laki-laki.14

Berbeda dengan anak laki-laki yang lebih

diutamakan dalam keluarga Cina, pada

saat seorang ibu melahirkan seorang bayi

perempuan, kabar baik tentang kelahiran

bayi perempuan itu tidak akan diberitakan

secara besar-besaran. Ada juga sebuah

pepatah kuno yang mengatakan bahwa jika

seorang ibu melahirkan anak laki-laki,

bayinya akan diberi permainan dengan

batu giok, sedang jika bayi itu perempuan,

ia akan dibiarkan bermain dengan pecahan

gamping di tanah.15

Hal ini disebabkan oleh

konsep pemikiran keluarga Cina yang

menganggap bahwa anak perempuan pada

suatu hari akan meninggalkan orang

tuanya. Selain itu diyakini bahwa memiliki

anak perempuan merupakan suatu

kerugian karena membesarkan anak

perempuan sama dengan menghabiskan

uang untuk keluarga orang lain,

maksudnya adalah orang tua membiayai

semua kehidupan anak perempuan sampai

dewasa dan ketika sudah dewasa orang tua

akan kehilangan anak perempuannya

karena akan dinikahi oleh seorang laki-laki

dan masuk menjadi anggota keluarga laki-

laki tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga

Cina yang memiliki pemikiran yang selalu

menganggap bahwa kedudukan wanita

jauh di bawah kedudukan pria dan

14 Gondomono. Membanting Tulang Menyembah Arwah: Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina. Depok: Fakultas

Sastra Universitas Indonesia. 1996. 15Kuntjara, Esther. Perempuan Tionghoa dalam Pembentukan Budaya Indonesia Tionghoa. Surabaya:

Fakultas Sastra Universitas Perta, hlm.2

kehadiran anak laki-laki dalam keluarga

akan membawa berbagai keuntungan

dalam keluarga tersebut, sebaliknya

kehadiran anak perempuan di tengah

keluarga akan merugikan keluarga. Hal ini

membuat banyak keluarga Cina yang lebih

mementingkan anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan.

Pandangan-pandangan seperti ini membuat

keluarga Cina lebih mengharapkan

kehadiran anak laki-laki dibandingkan

anak perempuan.

3.2.Hipotesis

Patut diduga bahwa dampak dari kebijakan

Satu Keluarga Satu Anak bukan hanya

sebatas penurunan jumlah penduduk. Akan

tetapi karena adanya pola pikir masyarakat

tradisional, maka akan ada masalah lain

yang muncul. Salah satu masalah tersebut

adalah adanya upaya-upaya untuk hanya

memiliki anak laki-laki.

4. PEMBAHASAN

4.1. Faktor Kebudayaan

Keyakinan keluarga-keluarga Cina yang

masih menganggap bahwa semakin banyak

anak laki-laki semakin membawa kebaikan

dan keuntungan, secara tidak sadar sudah

terbentuk di dalam diri setiap masyarakat

Cina. Oleh sebab itu, setiap keluarga yang

hendak mempunyai seorang anak tentunya

sangat berharap akan mendapatkan anak

laki-laki.

Bagi masyarakat Cina, anak laki-laki lebih

berharga dibandingkan dengan anak

perempuan. Pemikiran seperti ini timbul

karena masyarakat meyakini bahwa hanya

keluarga anak laki-laki yang dapat

melakukan pemujaan roh leluhur serta

hanya anak laki-laki yang dapat

meneruskangaris keturunan keluarga,

sehingga sebagian besar darimasyarakat

Cina lebih menginginkan anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan. Selain itu

konsep pemikiran mengenai anak laki-laki

lebih diutamakan dibanding anak

perempuan didapatkan dari filsafat hidup

yang dipegang teguh oleh keluarga Cina

tradisional yaitu pengajaran konfusianisme

mengenai Wǔ Lún. Pengajaran ini secara

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 9: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

tidak langsung menyiratkan bahwa anak

laki-laki lebih diutamakan daripada anak

perempuan.16

Angka kelahiran bayi laki-laki semakin

meningkat pesat setelah adanya program

pemerintah yang membatasi jumlah anak

dalam keluarga, yaitu Kebijakan Satu

Keluarga Satu Anak. Kebijakan

pemerintah ini dilaksanakan dan diawasi

dengan ketat oleh pemerintah, setiap ada

sebuah keluarga yang melanggar kebijakan

ini maka keluarga tersebut akan dikenakan

sanksi, begitu juga sebaliknya setiap

keluarga yang mematuhi kebijakan

tersebut akan diberikan hadiah. Walaupun

pelaksanaan dan pengawasannya

dilakukan dengan ketat, kenyataannya

masih ada pengecualian-pengecualian

khusus yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah masing-masing wilayah di Cina.

Dengan adanya kebijakan seperti ini,

setiap keluarga di Cina berlomba-lomba

untuk hanya memiliki seorang anak untuk

mendapatkan hadiah berupa tunjangan dari

pemerintah, dan tentunya seorang anak

laki-laki agar keberlangsungan keluarga

masing-masing tetap terjaga. Oleh karena

itu semenjak diberlakukannya kebijakan

ini, banyak keluarga yang secara sengaja

membuang anak-anak perempuan bahkan

ada yang sampai menggugurkan

kandungan ketika mengetahui bahwa anak

yang di dalam kandunganadalah anak

perempuan, hal ini kemudian berdampak

pada penurunan jumlah populasi

perempuan di Cina.17

4.2. Masalah Sosial Akibat Kebijakan

Satu Keluarga Satu Anak

Dampak dari Kebijakan Satu Keluarga

Satu Anak adalah masyarakat Cina tidak

dapat memilih jenis kelamin anak yang

lahir, padahal seharusnya mereka dapat

menerima jenis kelamin anak mereka

nantipermepuan maupun laki-laki. Akan

16

Gondomono. Membanting Tulang Menyembah Arwah:

Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1996. 17Santoso, Budi. Peranan United Nation of Children’s Fund

(UNICEF )Melalui Kampanye Women and Children First pada Tahun 2004 dalam Mengurangi Dampak Kekerasan

Terhadap Perempuan dan Anak di Cina.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/656/jbptunikompp-gdl-budisantos-32760-11-unikom_b-.pdf diakses pada tanggal

19 Februari 2014

tetapi dikarenakan masyarakat Cina

merupakan masyarakat patrilineal,

kepercayaan yang mereka pegang teguh

adalah anak laki-laki yang akan memberi

keuntungan bagi mereka. Oleh sebab itu,

hal tersebut dapat menyebabkan perbedaan

jumlah populasi. Perbedaan jumlah

populasi seperti ini dapat menimbulkan

permasalahan salah satunya adalah

perdagangan manusia atau lebih dikenal

dengan human trafficking khususnya

terhadap perempuan.

Saat ini kasus perdagangan manusia tidak

hanya menjadi sebuah permasalahan dari

suatu negara saja tetapi sudah menjadi

sebuah permasalahan internasional. Hal ini

dikarenakan semakin lama semakinbanyak

negara-negara yang terlibat dengan

masalah perdagangan manusia seperti ini,

negara Cina merupakan salah satu negara

yang terlibat di dalamnya. Dengan

perbedaan jumlah yang cukup jauh, sangat

memungkinkan bagi Cina untuk

melakukan pembelian perempuan dari

negara-negara yang ada di sekitarnya

seperti Korea Utara, Laos, Vietnam, dan

Burma untuk dimasukan ke wilayah Cina

bagian Selatan untuk dijadikan pekerja

seks.18

Kasus mengenai perdangangan

wanita seperti ini tentu saja merupakan

sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusia

(HAM).

Cina dengan kekurangannya dalam

populasi wanita usia produktif harus terus

menerus membeli perempuan dari luar

wilayahnya. Dalam hal ini jelas sekali

terlihat bahwa tidak hanya orang-orang

yang diperjualbelikan saja yang dirugikan

dalam hal ini, Cina sebagai negara yang

melakukan tindak pembelian juga

dirugikan dalam hal perekonomian. Cina

harus mengeluarkan biaya lebih demi

memenuhi kebutuhan jumlah populasi

perempuan pada usia produktif sebagai

akibat dari kebijakannya sendiri yang

membuat perbedaan jumlah populasi

antara laki-laki dan perempuan pada usia

produktif.

18

Sinaga, Obsatar. Karya Ilmiah : Fenomena Human

Trafficking di Asia Tenggara. Jatinangor: UNPAD. 2011.

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 10: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

5. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang penulis peroleh

danpembahasansebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa dampak dari

Kebijakan Satu Keluarga Satu Anak

tergolong ke dalammasalah sosial.

Masalah sosial yang timbul tersebut juga

didukung oleh faktor lain yaitu faktor

kebudayaan, yakni pola pikir masyarakat

yang masih dipengaruhi oleh kebudayaan

tradisional Cina. Kebudayaan Cina

tradisional tersebut secara turun-temurun

diwariskan secara tidak sengaja sehingga

hingga saat ini masih banyak keluarga

Cina yang beranggapan bahwa anak laki-

laki lebih menguntungkan dibandingkan

anak perempuan. Selain itu, adanya

program pemerintah yang mengatur setiap

keluarga hanya diperbolehkan untuk

memiliki seorang anak saja secara tidak

langsung membuat keluarga-keluarga Cina

menelantarkan bahkan membunuh anak-

anak perempuan.

Salah satu contoh masalah sosial yang

timbul adalah maraknya kasus

perdagangan manusia (human trafficking)

secara khusus terhadap perempuan.

Bahkan tanpa disadari, negara Cina sudah

melibatkan negaranya ke dalam sebuah

tindak kriminal karena kasus perdagangan

manusia merupakan sebuah kasus

pelanggaran HAM yang sudah menjadi

permasalahan internasional. Di samping

itu, Cina juga merugikan

perekonomiannya sendiri karena harus

membeli perempuan dari wilayah sekitar

Cina khususnya Asia Tenggara.

DAFTAR ACUAN

BUKU

1. Gondomono. Membanting Tulang

Menyembah Arwah: Kehidupan Kekotaan

Masyarakat Cina. Depok: Fakultas Sastra

Universitas Indonesia. 1996.

2. Tan, Jonathan Y. New Catholic

Encyclopedia : Confusianism And Neo-

Confusianism. hlm. 95

3. 蒙文通. 儒学五论 (Méng wéntōng. Rúxué

wǔ lùn). Madison: the University of

Wisconsin. 2007.

4. Backman, Michael. Asia Future Shock:

Business Crisis and Oportunity in the

Coming Years. Jakarta: Ufuk Press. 2008.

5. Kuntjara, Esther. Perempuan Tionghoa

dalam Pembentukan Budaya Indonesia

Tionghoa. Surabaya: Fakultas Sastra

Universitas Perta, hlm.2

SKRIPSI

1. Murtiningtyastuti,Sri. Kebijaksanaan Cina

Mengenai ‘Satu Keluarga Satu Anak’.

Depok: Fakultas Sastra Universitas

Indonesia. 1989.

PUBLIKASI ELEKTRONIK

1. Anonim. “Kebijakan Satu Anak di Cina

Segera Dicabut.” Tempo 1 November 2012.

17 Desember 2012

http://www.tempo.co/read/news/2012/11/0

1/118438963/p-Kebijakan-Satu-Anak-di-

Cina-Segera-Dicabut

2. Anonim. “Lima Norma Kesopanan ala

Confucius.” SumanSutra. ____. Web. 17

Desember 2012.

http://sumansutra.wordpress.com/lima-

norma-kesopanan-ala-confucius/

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014

Page 11: DAMPAK KEBIJAKAN SATU KELUARGA SATU ANAK DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369078-MK-Irena Debora Vega S.pdf · “ Mao Zedong dan Korban 70 juta ... satu Ajaran konfusianisme

3. Anonim.

http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/s

tory/2009/10/091012_chinaminorities.sht

ml (diakses pada tanggal 19 Februari

2014).

4. Pontoh, Coen Husain. “ Mao Zedong dan

Korban 70 juta Jiwa”.

www.indoprogress.blogspot.com/2010/12/

mao-zedong-dan-korban-75-juta-

jiwa.html?m=1 diakses pada tanggal 21

Februari 2014

5. Sinaga, Obsatar. Karya Ilmiah : Fenomena

Human Trafficking di Asia Tenggara.

Jatinangor: UNPAD. 2011. 17 Desember

2012 www.pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2012/02/pustaka_unpad_f

enomena_human_trafficking_di_asia_teng

gara.pdf

6. Santoso, Budi. Peranan United Nation of

Children’s Fund (UNICEF )Melalui

Kampanye Women and Children First

pada Tahun 2004 dalam Mengurangi

Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan

dan Anak di Cina.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/656/jbp

tunikompp-gdl-budisantos-32760-11-

unikom_b-.pdf diakses pada tanggal 19

Februari 2014

7. Wen Long. “Program Satu Anak di Cina,

400 Juta Janin Terbunuh (1).” Erabaru 15

Oktober 2011. 17 Desember 2012.

http://erabaru.net/opini/65-opini/28077-

program-satu-anak-china-400-juta-janin-

terbunuh-1

8.

www.census.gov/population/international/

data/worldpop/tool_population.php

(diakses tanggal 17 Desember 2012).

Dampak kebijakan ..., Irena Debora Vega S, FIB UI, 2014