DAMPAK KEBIJAKAN INPASSING TERHADAP PROFESI...
Transcript of DAMPAK KEBIJAKAN INPASSING TERHADAP PROFESI...
DAMPAK KEBIJAKAN INPASSING TERHADAP PROFESI
PUSTAKAWAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH
PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Satrata 1 (S.1) Dalam
Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Islam
OLEH
Aidul Fitri
NIM IPT 140313 JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM FAKULTAS ADAB
DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI 2018
NOTA DINAS
Jambi, Mei 2018
Pembimbing I
Pembimbing II
Alamat
: Dr. Hj. Armida M.Pd.I
: Athiatul Haqqi, S.Ag, S.IP, M.I.KOM
: Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Kepada Yth,
Ibu Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi
Di-
Jambi
Assalamualaikum Wr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat
bahwa Skripsi Saudari Aidul Fitri NIM IPT 140313 dengan judul skripsi:
“DAMPAK INPASSING TERHADAP PROFESI PUSTAKAWAN DINAS
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI JAMBI” telah dapat
diajukan untuk di munaqosyahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Jurusan Ilmu
Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Maka kami ajukan Skripsi tersebut agar apat diterima
dengan baik.
Demikianlah keterangan ini kami buat, semoga bemanfaat bagi kepentingan
agama, nusa dan bangsa,atas perhtiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama
NIM
Pembimbing I
Pembimbing II
Fakultas
Jurusan
Judul Skripsi
: Aidul Fitri
: IPT 140313
: Dr. Hj. Armida M.Pd.i
: Athiatul Haqqi, S.Ag, S.IP, M.I.kom
: Adab dan Humaniora
: Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
:Dampak kebijakan inpassing terhadap
profesi pustakawan dinas perpustakaan dan
arsip daerah provinsi jambi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah/skripsi adalah asli bukan
plagiasi serta telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang
berlaku, kecuali kutipan yang tersebut sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan
kekeliruan dalam skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggunng jawab saya
sebagai peneliti atau penulis.
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
PERSEMBAHAN
MOTTO
قم يقوو اعونو اعهي هكَاَ نتكن ا ني عول فسو ف تعهووى
Katakanlah (Muhammad), “Hai kaumku! berbuatlah menurut
kedudukanmu, Akupun akan berbuat (demikian) kelak kamu akan mengetahui”
Qs. Az-zumar [39]: 39
ABSTRAK
AIDUL FITRI : Dampak Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Pembimbing I : Dr. Hj. Armida M.Pd.I
Pembimbing II : Athiatul Haqqi, S.Ag, S.IP, M.I.kom
Penelitian ini berujuan untuk mendiskripsikan dan mengungkapkan dampak
inpassing terhadp profesi pustakawan, pokok permasalahannya: Apakah ada
dampak inpassing terhadap profesi pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah provinsi Jambi.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan
pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi,wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan
teknik Populatif teknik ini dilakukan agar penelitian ini lebih terfokus dikarnakan
informan dipilih yaitu yang sudah terdaftar sebagai pustakawan yang bekerja di
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Dari hasil penelitian dilapangan ini menunjukkan bahwa: Dampak Inpassing
Terhadap Profesi Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi, sangat memberi dampak terhadap keterpakaian sarjana ilmu perpustakaan
dilihat dari aspek pendidikan,pelatihan, pengalaman,uji kompetensi,prestasi kerja,
kualifikasi pendidikan.
Berdasarkan temuan dilapangan, upaya yang harus dilakukan oleh pihak Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi tidak mengikutsertakan para
pegawai untuk mengkuti pelatihan inpassing dan mengrekrut kembali pegawai
yang ada dan membuka lowongan atau kesempatan bagi sarjana Ilmu
Perpustakaan. Agar instansi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
kedepannya akan menjadi contoh bagi perpustakaan lain dengan melihat
perkembangan, kemajuan, tata kelola, dan layanan prima telah di terapkan dengan
baik karna dikelola oleh orang-orang yang memang mempunyai pendidikan dalam
bidang perpustkaan.
Kata Kunci: Inpassing, Profesi Pustakawan, Pustakawan
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah Rabba alam
semesta, pemangku langit dan bumi, penguat seluruh makhluk, yang memberi
anugerah betapa indah hidup dengan ajaran-Nya. Sholawat dan Salam tercurahkan
atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memancarkan ilmu
pengetahuan kepada seluruh ummatnya.
Puji syukur atas anugerah yang tiada terkira berupa kesempatan, kesehatan
yang diberikan penulis untuk menuangkan sebuah karya kecil yang berjudul
“DAMPAK INPASSING TERHADAP PROFESI PUSTAKAWAN DINAS
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI JAMBI”. Sebagai
salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi. Dalam menggarap karya ini penulis banyak mendapat hambatan yang
menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dalam teratasi .untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Hj Armida ,M,Pd.I sebagai pembimbing I dan ibu Athiatul Haqqi
S,Ag,S.IPI. M.I.kom sebagai Pembimbing II yang banyak meluangkan
waktu membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi beserta
seluruh segenap pustakawan dan staf dan petugas perpustakaan.
3. Ibu Prof. Dr. Maisah, M.Pd.I sebagai Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Alfian, M.Ed sebagai Wadek I Bidang Akademik Dan
Pembangunan Lembaga.
5. Bapak Dr.H.Muhammad Fadhil, M.Ag. sebagai Wadek II Bidang
Administrasi, Perencanaan dan Keuangan
6. Ibu Dr.Raudho,S.Ag,SS,M.Pd.I. sebagai Wadek III Bidang
Kemahasiswaan dan Hubungan Kerjasama
7. Bapak Muhammad Rum S.Ag.SS.M.Si sebagai ketua jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Islam dan ibu Masyrisal Miliani,SS,M.Hum
sebagai sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan (IPT) Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Dan rekan-rekan mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora pada
umumnya, dan khususnya pada teman-teman jurusan Ilmu Perpustakaan.
10. Dan Terimakasih untuk semua Keluarga yang telah mendukung dan
mendoakan.
Akhirul kalam mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin ya..
robbal’alamin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................................ ii
PENGESAHAN ............................................................................................................. iii
PERSEMBAHAN ......................................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 11
C. Batasan Masalah ............................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 12
F. Kerangka Teori .................................................................................................. 12
1. Kabijakan ..................................................................................................... 13
2. Inpassing/penyesuaian .............................................................................. 13
3. Sasaran inpassing/penyesuaian .............................................................. 14
4. Persyaratan Administrasi ......................................................................... 16
5. Proses/tata Cara Pengangkatan Jabatan Fungsional Pustakawan
Melalui Inpassing ..................................................................................... 16
6. Pengangkatan dalam jabatan fungsional pustakawan ..................... 18
7. Profesi ........................................................................................................... 18
8. Pustakawan .................................................................................................. 19
9. Profesi Pustakawan ................................................................................... 19
10. Pustakawan Sebagai Profesi ................................................................... 20
11. Kondisi Profesi dan Profesionalisme Pustakawan di Indonesia . 22
12. Keahlian yang Sebaiknya Dimiliki Seorang Pustakawan ........... 24
13. Jabatan ......................................................................................... 25
14. Jabatan Fungsional Pustakawan .................................................. 25
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 26
A. Lokasi Penelitian ............................................................................... 26
B. Jenis Penelitian .................................................................................. 26
C. Data dan Sumber Data ...................................................................... 30
D. Subyek dan objek penelitian ............................................................. 31
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32
1. Observasi ................................................................................... 32
2. Wawancara .................................................................................. 32
3. Dokmentasi ................................................................................ 32
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 33
G. Triangulasi Data ................................................................................ 34
BAB III GAMBARAN UMUM.................................................................. 36
A. Historis ............................................................................................. 36
B. Geografis .......................................................................................... 39
C. Struktur Organisasi ........................................................................... 40
D. Visi dan Misi ..................................................................................... 43
E. Tata Kerja Dinas ............................................................................... 44
F. Anggaran ........................................................................................... 45
G. Sarana Prasarana ............................................................................... 46
H. Koleksi DPAD .................................................................................. 47
I. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian............................................... 49
J. Sub bagian keuangan......................................................................... 50
K. Sumber Daya Manusia ...................................................................... 51
L. Seksi Deposit ..................................................................................... 53
M. Seksi Layanan ................................................................................... 54
N. Seksi Pelestarian ............................................................................................... 54
BAB IV HASIL TEMUAN ....................................................................................... 55
A. Hasil Temuan ..................................................................................................... 52
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 78
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 78
B. Saran ..................................................................................................................... 80
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 82
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Pustakawan dan Perpustakaan pada Tahun 2017 ................ 6
Tabel 3.1 terbitan karya cetak dan karya rekam .................................................... 50
DAFTAR GAMBAR
Bagan 3.1 Struktur Organisasi DPAD Provinsi Jambi ........................................ 39
Grafik 3.1 Jumlah buku di ruang layanan dewasa ................................................ 46
Garfik 3.2 Sumber Daya Manusia (SDM) ............................................................... 48
Grafik 3.3 jenjang pendidikan para pegawai .......................................................... 49
Grafik 3.4 para pegawai berdasarkan golongan ..................................................... 49
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan perpustakaan sangat ditentukan oleh pustakawan, meskipun
perpustakaan memiliki anggaran luar biasa, dilengkapi dengan teknologi yang
canggih, dipercantik dengan layanan yang sangat excellent dan banyak layanan
terbaru.jika tanpa andil pustakawan dengan kapasitas dan kredebilitas maka
dijaminkan roda perpustakaan tidak akan optimal karna antara fasilitas dengan
SDM dua hal yang saling melengkapi.Bilamana perpustakaan tanpa kehadiran
pustakawan maka ibaratkan gudang yang hanya sebagai pajangan atau seonggok
buku.1
Menurut Lasa HS jabatan fungsional adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang,hak seorang pegawai
(negeri/swasta) dalam suatu lembaga/instansi yang dalampelaksanaan tugasnya
didasarkan kepada keahlian/skills, dan/atau keterampilan tertentu, bersifat
mandiri, bertanggung jawab moral dan profesi.kemudian untuk pengangkatan dan
kenaikan jabatan, pangkat dan golongan disyaratkan dengan prestasi tertentu yang
dapat dinilai sebagai angka kredit yang ditentukan.2
1 Testiani Makmur, 2015. Budaya Kerja Pustakawan Di Era Digitalisasi.
Hal 7 2Lasa HS, Jabatan fungsional pustakawan 2014 “makalah workshop
pengelolaan pusat sumber belajar menuju tenaga profesi pustakawan di kampus university Ahmad Dahlan”
Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan fungsional yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 1988. Berdasarkan kepada keputusan
MENPAN Nomor 132/KEP/M. PAN/12/2002 dalam pelaksanaan jabatan
fungsional pustakawan, perpustakaan RI sebagai instansi Pembina koordinasi
dengan Mentri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Badan Kepegawaian
Negara berusaha menyempurnakan keputusan menpan tersebut agar dapat
diimplementasikan secara optimal.
Menurut peraturan kepala arsip nasional reublik Indonesia Nomor 30
tahun 2015 Inpassing adalah proses penyesuaian jabatan pegawai negeri sipil non
arsiparis menjadi fungsional arsiparis kategori keterampilan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang terdapat dalam peraturan kepala ini.3
Latar Belakang Kebijakan Inpassing Forum Pusdokinfo LPNK RIstek 3
UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Moratorium Penerimaan CPNS Reorganisasi Kabinet Kerja. Adanya
Penataan Organisasi yang berdampak pada penataan ASN-PNS pada
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.Adanya Kebijakan Penguatan dan
pengembangan PNS dalam Jabatan Fungsional.Dalam rangka pengembangan
karier dan profesionalisme serta peningkatan kinerja organisasi .Pemenuhan
kebutuhan jabatan fungsional pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah.
3Peraturan menteri pendayagunaan aparatur Negara dan reformasi
birokrasi nomor 26 tahun 2016 ”tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan fungsional pustakawan”
Menurut 132/KEP/M.PAN/12/2002 pejabat fungsional pustakawan yang
selanjutnya disebut pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas,tagging jawab,wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit
perpustakaan, dokmentasi dan informasi dan unit tertentu lainnya.
Munculnya profesi pustakawan mualai tumbuh pada akhir abad ke-
19.dalam sejarah perkembangannya profesi ini mendapat kritikan tajam dari para
sosiolog meneliti masalah profesi. Sejumlah sosiolog meragukan pustakawan
sebagai profesi. Bahkan ada yang berpendapat bahwa pustakawan tidak akan
menjadi profesi penuh.kini profesi pustakawan telah diakui sebagai profesi penuh.
Lebih dari itu, profesi ini telah berkembang dengan pesat seperti profesi lain.
Ledakan informasi yang terjadi pertengahan kedua abad ke-20, telah mengubah
stereotip pustakawan dari “book custodian” menjadi “information specialist”
yang diperlukan oleh disetiap bidang kehidupan umat manusia. Akan tetapi,
pustakawan masih bersifat pegawai suatu organisasi atau lembaga, belum dapat
menjanjikan layanan secara mandiri, seperti dokter atau pengacara.4
Menurut Brown (1998) munculnya profesi pustakawan menerangkan
berbagai sebab, diantaranya:
1. Influence of a dominant leaderyaitu pengaruh dari pimpinan yang
dominan. Dari aspek ini pimpinan yang memiliki karisma dan pengaruhyang
besar terhadap bawahannya, akan memberikan warna khas bagi organisasi ini
4Noorika retno widuri, 2015. “Pena pustakawan: bunga rampai publikasi
perpustakaan” (bandung: yrama widya)
termasuk didalamnya adalah cara berperilaku, bersikap dan beraktivitas
dalam organisasi.
2. Company history and traditionyakni budaya yang terbentuk karena sejarah
dan tradisi.
3. Technology, products and service yakni budaya organisasi yang timbul
karena perkembangan teknologi produk dan layanan.
4. Industry and its competitor yakni industri dan produknya serta adanya
pesaing dapat membentuk budaya organisasi yang dipraktikkan oleh seluruh
anggota organisasi, sehingga dapat bertahan dan persaingan produk industri
yang semakin ketat.
5. Customers di satu pihak tuntutan pelanggan atas peningkatan kualitas
pelayanan dan di lain pihak upaya organisasi untuk mempertahankan
eksistensinya dapat merupakan sumber terciptanya budaya organisasi.
6. Company expectationsatau harapan-harapan. Harapan ini bisa saja dalam
bentuk harapan dari pucuk pimpinan, manajemen pengelola,karyawan dan
rekan kerja.
7. Information and control system sistem informasi dan pengawasan dalam
suatu organisasi dapat merupakan sumber budaya organisasi.
8. Legislation and company environmentbudaya organisasi dapat timbul
karena aturan dan lingkungan organisasi.
9. Procedur and policiesprosedur dan kebijakan baik eksternal maupun
internal dapat menimbulkan budaya organisasi.
10. Rewards system and measurement sistem imbalan dan pengukuran
kinerja dapat merupakan sumber budaya organisasi.5
Munculnya studi Ilmu Perpustakaan begitu banyak minat orang terhadap
persoalan bidang perpustakaan dan informasi,timbul perdebatan apakah ilmu
informasi itu merupakan suatu hal atau merupakan dua ilmu yang berbeda.Apalagi
kita tahu bahwa ilmu perpustakaan dan informasi dapat dikategorikan sebagai
pendatang dalam jajaran ilmu-ilmu lain yang sudah berkembang.sampai saat ini
masih berlangsung perdebatan apakah ilmu perpustakaan merupakan istilah yang
tepat atau apakah tidak lebih tepat menggunakan istilah kepustakawan serta
apakah tidak lebih tepat kalau jurusan Ilmu Perpustakaan itu dikategorikan
sebagai seni keterampilan dan sebagainya.
Dari pendekatan sejarah Ilmu Perpustakaan dan Informasi dimulai dari
seusai perang dunia II.Diawali dari kegiatan dokumentasi maupun organisasi
dokumentasi di Eropa Barat tetap menunjukkan kegiatannya. Hal itu berbalik
seperti yang terjadi di AS pada masa itu organisasi dokumentasi yang ada di AS
bernama America Documentation . dapat dikatakan tidak bergerak selama 50an
dan awal abad 60an.
Ilmu Perpustakaan lebih lama dikenal sebelum istilah kepustakawanan
(librarianship), kajian perpustakaan (library studies), baru Ilmu Perpustakaan
5 Panti Astuti.2015,”budaya organisasi dank ode etik dalam
implementasinya” (vol 9)
(libarary science).Istilah Ilmu Perpustakaan mulai diperkenalkan pada tahun 1923
tatkala Universitas Chichago memulai pendidikan pustaka pada tingkat master.6
Pengelola lembaga secara profesional, lembaga pendidikan Ilmu
Perpustakaan menurut Zulfikar Zein dalam artikelnya “kilas balik 40 tahun
pendidikan perpustakaan di Indonesia 1952-1992” dinyatakan bahwa pendidikan
Ilmu Perpustakaan di Indonesia pada mulanya masih berupa kursus yang
kemudian seiring berjalannya waktu akhirnya semakin berkembang dan
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta baik
itu di Jawa atau di luar Jawa.7
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 26 tahun 2016 tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam
jabatan fungsional pustakawan. Program ini dilaksanakan dalam rangka
pengembangan karir, profesionalisme, peningkatan kinerja organisasi
perpustakaan, dan memenuhi kebutuhan pustakawan di semua jenis perpustakaan.
6Sri rohyanti zulaika.”meninjau ualang kajian Ilmu Informasi dan
Ilmu Perpustakaan: “Telaah Historis” perpaduan Ilmu Informasi dan Ilmu
Perpustakaan”
7Ma’rifatus Sa’adah.”sejarah pendidikan ilmu perpustakaan di
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1998-2012)
Table 1.1:Jumlah Pustakawan dan Perpustakaan pada Tahun 2017
NO JENIS JUMLAH
1 PUSTAKAWAN 3.179
2 PERPUSTAKAAN 154.359
3 PERPUSTAKAAN SEKOLAH 121.287
4 PERPUSTAKAANPERGURUAN 2.428
TINGGI
5 PERPUSTAKAAN UMUM 23.611
6 PERPUSTAKAAN KHUSUS 7.132
7 DIPERLUKAN PUSTAKAWAN 356.049
Yang tersebar diwilayah Indonesia. Momentum terbitnya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tersebut sangat
tepat untuk memenuhi kekurangan jumlah pustakawan di Indonesia.Perpustakaan
nasional, sebagai instansi Pembina jabatan fungsional pustakawan perlu
menindaklanjuti peraturan tersebut dengan menyusun tata cara pengangkatan
pegawai negeri sipil dalam jabatan fungsional pustakawan melalui
penyesuaian/inpassing.8
Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak Hasidungan
Ambarita sebagai kepala coordinator bagian pengolahan bahan pustaka bahwa
dampak dari adanya inpassing mengaju kepada kemampuan bekerja seorang
pustakawan,karna apa kata beliau tidak cukup hanya mengikuti pelatihan
beberapa bulan saja untuk bisa bekerja secara baik dalam sebuah perpustakaan.
Beliau mengatakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi semakin
hari semakin rendah dan menurun dalam hal kinerja (seharusnya tempat
pengolahan yang kami punya ini tidak seperti ini adanya berantakan disana sini,
8Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor:
132/KEP/M/PAN/12/2002 “Jabatan Fustakawan dan Angka Kreditnya”
seharusnya lebih baik mulai dari pengolahan, kepemimpinan karna ini
perpustakaan provinsi, itu karna mereka bekerja hanya melihat dari pengalaman
kerja bukan dari pendidikan yang dijalankan yang memang mempunyai jangka
waktu yang cukup lama dan mempunyai kurikulum) kata beliau. Dan dengan
adanya inpassing beliau juga sangat kecewa karna bukan hanya berdampak pada
kinerja tapi juga berdampak pada sarjana ilmu perpustakaan dan seharusnya yang
bekerja di perpustakaan itu orang yang benar-benar mempunyai kemampuan dan
mempunyai latar belakang Jurusan Ilmu Perpstakaan itu sendiri. Apalagi seorang
pemimpin diperpustakaan jika tidak mempunyai keahlian di bidang perpustakaan
itu sudah menyalahkan peraturan. Memang inpassing sudah di iming-imingkan
diberhentikan akan tetapi sudah ada PERMENPAN tentng inpassing telah
dikeluarkan lagi oleh pemerintah, jika inpassing terus diadakan bagaimana sebuah
perpustakaan itu bisa maju dan berkembang dan akhirnya sarjanaIlmu
Perpustakaan pun tidak digunakan.9
Begitu banyak perpustakaan yang membutuhkan pustakawan untuk
memajukan suatu perpustakaan dan bermanfaat untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan pastinya memerlukan seorang pustakawan yang mempunyai latar
belakang pendidikan perpustakan karna akan lebih mengetahui bagaimana
mengembangkan perpustakaan melalui tugas kepustakawanan. Sedangkan
pustakawan yang tidak mempunyai latar belakang melalui pendidikan
perpustakaan atau bekerja diangkat melalui inpassing akan memberi dampak pada
kinerja yang akan dilakukan mulai dari hal kecil seperti melayani pemustaka.
9 Wawancara penelitian di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi pada tanggal 29 November 2017 jam 08:30 wib
Hal inilah yang peneliti temukan pada Dinas Perpstakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi dimana hampir 70-80% yang diangkat melalui inpassing dan
terlihat perbedaan kinerja antara yang mempunyai latar belakang perpustakaan
dengan yang tidak.
Alasan Penulis mengangkat judul ini karna peneliti melihat adanya
kesenjangan antar kebijakan inpassing tentang pengangkatan pejabat fungsional
pustakawan dengan keterpakaian sarjana ilmu perpustakaan khususnya di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi. Dimana akibat kebijakan
inpassing ini profesi pustakawan kurang dibutuhkan lagi dan dipandang sebelah
mata. Di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi sendiri penulis
melihat yang bekerja disana rata-rata diangkat melalui inpassing, dan dari
pengangkatan tersebut dakan berdampak juga dalam melakukan tugas
kepustakawanan. Karna maju atau berkembangnya sebuah perpustakaan itu
tergantung bagaimana cara pengelolaannya.
Alasan penulis mengambil tempat untuk meneliti di Dinas perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi karna DPAD merupakan sebuah perpustakaan
yang ada di Provnsi Jambi yang menjadi contoh bagi perpustakaan lain mulai dari
koleksi, gedung dan pengelola yang berada didalamnya, sedangkan di DPAD
Provinsi Jambi yang bekerja di dalamnya orang yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda,jadi pemikiran kebanyakan orang siapa saja bisa
bekerja di sebuah perpustakaan yang hanya menyusun buku, menunggu meja
tamu, tempat mengembalikan dan peminjaman buku.
Dari keterangan yang singkat diatas betapa berpengaruhnya pengangkatan
pejabat Fungsional pustakawan melalui penyesuain/inpassing terhadap kinerja
seorang pustakawan dan keterpakaian sarjana ilmu perpustakan kususnya di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi dari dahulu hingga sekarang.
Pengangkatan melalui inpassing ini yang dari non ilmu perpustakaan bisa menjadi
pejabat fungsional pustakawan hanya dengan melalui pelatihan selama kurang
lebih 3 sampai 6 bulan, hal ini sangat berpengaruh pada kinerja pustakawan karna
seorang pustakawan profesioanal itu harus mempunyai budaya kerja.
Budaya kerja merupakan suatu sistem nilai yang diambil maupun
dikembangkan oleh suatu oerganisasi sehingga menjadi aturan,yang dipakai sebagai
pedoman berfikir dan bertindak dalam rangka mencapai tujuan organisasi.Nilai
budaya kerja menunjukkan intensitas budaya kerja,yakni sejauh mana karyawan
menerima dan menjadi budaya kerja sebagai landasan kerja.10
dan sarjana yang
memang murni lulusan dan mempunyai latar belakang pendidikan sarjana ilmu
perpustakaan, apalagi sekarang masyarakat hanya memandang sebelah mata tentang
jurusan ini dan mempunyai citra yang negatif dari berbagai kalangan, mereka
menganggap orang yang bekerja diperpustakaan itu tidak mesti harus lulusan sarjana
ilmu perpustakaan siapa saja bisa karna tugasnya hanya menyusun dan melayani
pemustaka yang datang. Tetapi sebenarnya itu pandangan yang salah, duduk bekerja
dalam sebuah perpustakaan itu mempunyai tanggung jawab yang besar bagaimana
kita bisa membuat perpustakaan yang dianggap mati bisa dihidupkan kembali dan
tidak sangat mudah untuk menjalankan tugas
10 Op.cit Testiani Makmur
kepustakawanan sebagai seorang pustakawan. Memang dahulu lebih dominan
inpassing tetapi dampak yang dirasakan sampai sekarang akibatnya lulusan
sarjana ilmu perpustakaan untuk saat ini memang tidak begitu diperlukan bagi
instansi-instansi yang memang tidak mengerti tentang sebuah perpustakaan, setiap
tahun lulusan sarjana ilmu perpustakaan lumayan banyak sehingga setelah sarjana
bingung mau dibawa kemana, itu juga yang menjadi alasan kenapa di indonesia
jumlah pengangguran relatif banyak.
Dari permasalah diatas dan yang di lihat dilapangan penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi
Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi
Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
2. Apakah solusi menurut Dinas Perpustakaan dan Arsi Daerah provinsi
Jambi untuk mengatasi kebijakan ini demi eksistensi perpustakaan itu
sendiri
C. Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti membatasi masalah
dalam penelitian ini dengan judul Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi
Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi. membatasi
khusus pada keterpakaian terhadap sarjana ilmu perpustakaan di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi.
D. Tujuan Peneliti
Ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh dan solusi dalam mengatasi
Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, kajian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
pengetahuan dan kajian mengenai Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap
Profesi Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
2. Secara praktis,kajian ini diharapkan selain mengandung nilai-nilai
akademis juga dapat memberi informasi tambahan mengenai Dampak
Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
3. Sebagi syarat untuk gelar sarjana Ilmu Perpustakaan jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sulta Thaha Saifuddin Jambi.
F. KERANGKA TEORI
Kerangka Teori dalam kerangka teori ini penulis membahas teori yang
berhubungan dengan permasalahn yang akan dibahas sebagai landasan dasar
dalam penelitian.
1. Kebijakan
kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu
yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan
suatu masalah( a purposive corse of problem or matter of concern).
kebijakan adalah Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang diinginkan.11
kebijakan adalah Suatu keketapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten
dalam mencapai tujuan tertentu.12
2. Inpassing/penyesuaian
Menurut kementrian Pendidikan Nasional (10) inpassing GBPNS adalah
proses kesetaraan jabatan dan kepangkatan GBPNS dengan jabatan dan
kepangkatan Guru Pegawai Negeri Sipil.
Menurut permenpan dan RB RI inpassing adalah proses pengangkatan
PNS dalam Jabatan Fungsional guna memenuhi kebutuhan organisasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan dalam jangka waktu tertentu.13
11
Retno muninggar, 2012. Pengantar ilmu kebijakan 12
http://www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-kebijakan-menurut-para-ahli?m=1. Diakses tanggal 02 November 2017 jam 10:20 wib
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Penyesuaian/Inpassing Pengangkatan PNS ke dalam jabatan fungsional
Pengelola PengadaanBarang/Jasa melalui penyetaraan golongan,pangkat,
masa kerja dan ijazah.
3. Sasaran Inpassing/Penyesuaian
Sasaran inpassing ini ditujukan bagi:
a) Pelaksana, Petugas, Administrator, dan Pejabat Pimpinan Tinggi
yang pernah dan/atau masih melaksanakan tugas di bidang
perpustakaan, Dokumentasi dan informasi.
b) PNS yang pengangkatannya berdasarkan formasi sebagai pejabat
fungsional pustakawan setelah mendapatkan kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi.
c) Pejabat fungsional pustakawan yang dibebaskan sementara dari
jabatannya karena dalam jangka 5 tahun sejak diangkat dalam
jabatan/pangkat tidak dapat memenuhi angka kredit untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi, dapat mengikuti
penyesuain/inpassing sepanjang belum ditetapkan keputusan
pemberhentiannya palinglama 2 tahun sejak dibebaskan sementara.
d) Bagi PNS dengan kualifikasi pendidikan SLTA, dalam waktu paling
lama 5 (lima) tahun setelah diangkat menjadi Pejabat Fungsional
13
Peraturan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi republic Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang “ jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya”
Pustakawan harus lulus pendidikan formal dengan jenjang
pendidikan paling rendah Diploma II (D-II) perpustakaan,
Dokumentasi dan Informasi atau bidang lain serta lulus pendidikan
dan pelatihan teknis perpustakaan dengan pola 150 jam pelatihan.
e) Bagi PNS dengan kualifikasi pendidikan SLTA yang lulus
pendidikan formal dengan jenjang pendidikan paling rendah
Diploma II (D-II) Perpustakan, tidak diwajibkan mengikuti dan lulus
pendidikan pelatihan teknis perpustakaan dengan pola 150 jam
pelatihan.
f) Bagi PNS dengankualifikasi Diploma II(D-II), sampai dengan
Doktor (S3) selain bidang perpustakaan,Dokumentasi dan Informasi
dalam waktu paling lama 2 tahun setelah diangkat menjadi pejabat
fungsional pustakawan harus mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan teknis perpustakaan dengan pola 150 jam pelatihan.
g) Dalam hal PNS tidak dapat memenuhi ketentuan sebagimana
dimaksud pada angka 4 dan angka 6 maka surat keputusan
pengangkatan sebagai pejabat fungsional pustakawan dicabut dan
diberhentikan dari jabatannya.
h) PPK Pusat danPPK Daerah dalam waktu paling lama 3 bulan setelah
PNS dinyatakan lulus ujii kompetensi harus sudah menerbitkan surat
keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional pustakawan sesuai
dengan jabatan yang didudukinya.
4. Persyaratan Administrasi
a) Fotokopi ijazah terakhir yang disahkan oleh bagian kepegawaian
instansi yang bersangkutan.
b) Fotokopi SK pengangkatan jabatan terakhir yang disahkan oleh
bagian kepegawaian instansi yang bersangkutan.
c) Fotokopi SK pembebasan bagi pustakawan yang dibebaskan
sementara.
d) Fotokopi kartu pegawai.
e) Fotokopi penilaian prestasi kinerja 1 (satu) tahun terakhir.
f) Daftar riwayat hidup yang memuat pengalaman tentang pelaksanaan
tugas di bidang kepustakawanan selama paling singkat 2 (dua) tahun.
g) Surat persetujuan dari pimpinana unit kerja.
h) Surat pernyataan bersedia diangkat dalam jabatan fungsional
pustakawan dan tidak rangkap jabatan.
i) Surat tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat/sedang
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
j) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3(tiga) lembar.
5. Proses/tata cara pengangkatan dalam jabatan fungsional pustakawan
melalui inpassing
a) PPK pusat dan PPK Daerah menginformasikan kepada seluruh PNS
dilingkungannya masing-masing perihal inpassing dalam jabatan
fungsioanal pustakawan.
b) PNS mengajukan surat permohonan inpassing kepada pimpinan unit
kerja dengan melampirkan persyaratan administrasi.
c) Pimpinan unit kerja menyeleksi berkas administrasi PNS yang
mengajukan permohonan inpassing.
d) Pimpinan unit kerja menetapkan daftar nama PNS yang dapat
mengikuti inpassing.
e) Pimpinn unit kerja mengusulkan PNS yang memenuhi administrasi
kepada PPK Pusat dan PPK Daerah.
f) PPK Pusat dan PPK Daerah melakukan perivikasi dan validitas atas
usulan dengan memperhatikan:
(1) Kebenaran dan keabsahan usulan beserta berkas pesyaratan
(2) Tingkatan kesesuaian antara PNS yang diusulkan dengan
pormasi jabatan fungsional;
(3) Dan tingkan pendidikan pangkat dan golongan ruang, jabatan,
serta masa kerja kepangkatan terakhir untuk menentukan jenjang
jabatan dan jumlah angka kredit
g) PPK Pusat dan PPK Daerah menyampaikan usulan PNS yang akan
mengikuti uji kompetensi setelah memenuhi persyaratan administrasi
kepada Kepala Perpustakaan Nasional.
h) Kepala Perpustakaan Nasional membentuk panitia untuk
melaksanakan uji kompetensi.
i) Panitia uji kompetensi menyampikan hasil uji kompetensi kepada
Kepala Perpustakaan Nasional.
j) Memberikan rekomendasi atau persetujuan pengangkatan PNS dalam
jabatan fungsional pustakawan kepada PPK Pusat dan PPK Daerah.
k) PPK Pusat dan PPK Daerah menetapkan keputusan pengangkatan
PNS dalam jabatan fungsional pustakawan.
l) PPK Pusat dan PPK Daerah melaporkn hasil pengangkatan PNS
dalam jabatan fungsional pustakawan kepada kepala Perpustakaan
Nasional.
m) Kepala Perpustakaan Nasional melaporkan hasil pelaksanaan.14
6. Pengangkatan dalam jabatan fungsional pustakawan
1. Kualifikasi pendidikan
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pengalaman
4. Uji kompetensi
5. Pencapaian prestasi kerja
6. formasi kebutuhan
7. Profesi
Profesi memiliki arti kata pekerjaan atau sebuah sebutan pekerjaan,
terutama pekerjaan yang memerlukan pendidikan atau latihan. Istilah
“profesi” biasa digunakan untuk mengacu pada jenis perpustakaan tertentu.
Namun demikian,perlu dicatat bahwa istilah profesi tidaklah begitu saja
14Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2015”petunjuk teknis jabatan ungsional pustakawan dan angka kreditnya”
dapat disamakan dengan pekerjaan, karna ada jenis-jenis pekerjaan tertentu,
khususnya yang berkaitan dengan jabatan seseorang dalam organisasi, yang
tidak biasa atau kurang tepat untuk disebut sebagai profesi.15
8. Pustakawan
pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan
perpustakaan dalam usaha pemberian layanankepada masyarakat
sesuaidengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu
perpustakaan, dokumentasi, dan informasi yang diperoleh melalui
pendidikan.16
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untukmelaksanakan pengelolaan dan
pelayan perpustakaan.17
kata pustakawan bersal dari kata “pustaka” dengan demikian
penambahan kata “wan” diartkan sebagai orang yang pekerjaannyaatau
profesinya terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka.
15
Purwono. 2015. Profesi pustakawan.(Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka) Hal 3
16Sulistyo basuki,1993. Pengantar ilmu perputakaan.(Jakarta:
Gramedia pustaka utama) 17
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan. Hal
9. Profesi Pustakawan
Profesi pustakawan adalah suatu pekerjaan kepustakawanan yang
dilakukan di sebuah perpustakaan dengan mengandalkan ilmu yang ditempuh
melalui pendidikan ilmu perpustakaan.
10. Pustakawan sebagai profesi
Para ilmuan sependapat bahwa suatu profesi merupakan pekerjaan
yang memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan profesi tersebut antara lain
sebagai berkut:
a) Pengetahuan dan keterampilan khusus
Suatu profesi memerlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus .pengetahuan dan keterampilan ini tidak dimiliki oleh orang
awam atau mereka yang berasal dari profesi lainnya. Pengetahuan dan
pengetahuan khusus tersebut memberikan kompetensi kepada
professional untuk melaksanakan tugasnya.dalam kode etik pustakawan
disebutkan pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan
perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu
pengetahuan,dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui
pendidikan.
b) Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian
Tenaga professional berkumpul dalam sebuah organisasi yang
teratur dan benar-benar mewakili kepentingan profesi.dalam dunia
pustakawan, dikenal organisasi bernama Library Associaton (inggris),
American Library Association (AS), dan Ikatan Pustakawan Indonesia
(Indonesia).
c) Pendidikan Profesi
Struktur Pendidikan Pustakawan harus jelas, dalam hal ini
organisasi pustakawan Amerika (ALA) lebih berhasil dari pada
rekannya di Inggris dan Indonesia, sebab ALA berhak menentukan
kualifikasi pendidikan formal pustakawan, ALA berhak menentukan isi
intelektual perkuliahan yang sesuai dengan ketentuan ALA. Bagi
sekolah perpustakaan yang belum mendapatkan akreditas dari ALA
lulusannya memperoleh kesulitan bila mencari pekerjaan. d) Adanya
Kode Etik
Kode Etik adalah system norma nilai-nilai atau aturan
professional yang secara tegas – biasanya tertulis – menyatakan apa
yang benar dan apa yang baik.
e) Berorientasi pada jasa
Kepustakawanan berorientasi pada jasa, dengan pengertian jasa
perpustakaan dengan pembaca memerlukan pengetahuan dan teknik
khusus yang harus dimiliki pustakawan.
f) Adanya tingkat kemandirian dan otoritas
Sebagai tenaga professional,pustakawan,harus mandiri dalam
arti bebas campur tangan pihak luar.pada kenyataannya kemandirian
professional sulit diterapkan,khususnya profesi pustakawan.
g) Internship
Untuk menjamin kemampuan menerapkan ilmunya, calon
professional disyaratkan melaksanakan internship atau praktik kerja
waktu mengikuti pendidikan.
h) Budaya profesi
Kebiasaan atau tradisi, norma atau nilai dan symbol baik
yang tertulis maupun tidak tertulis. Nilai budaya profesi merupakan
kepercayaan dasar, suatu premis yang menjadi dasar berpikir dan
berperilaku professional.
i) Perilaku professional
Perilaku professional didasarkan pada ilmu pengetahuan,
kode etik, serta budaya profesi,pustakawan di Indonesia relative masih
lemah. Masyarakat juga sering menstereotip profesi pustakawan
sebagai orang yang berkaca mata tebal, diam, tidak aktif dan tidak
dinamis. j) Standar
Standar berisi tentang ketentuan-ketentuan, norma, dan teknis
untuk melaksanakan layanan profesi. Standar ini merupakan tolak ukur
yang dapat dipergunakan untuk mengukur, menguji dan mengevaluasi
hasil layanan profesi.18
18
Op.cit Noorika retno widuri hal 76
11. Kondisi Profesi dan Profesionalisme Pustakawan d Indonesia
Di Indonesia Profesi Pustakawan belum menampakkan
eksistensinya. Akibatnya masyarakat menggap rendah profesi pustakawan.
Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya penghargaan masyarakat
pada profesi ini, yakni sebagai berikut:
a) Factor Eksternal (masyaratkat)
Kurangnya penghargaan dari masyarakat pada informasi
menyebabkan kurangnya kebutuhan masyarakat akan jasa para profesi
informasi ( information profesion) termasuk pustakawan. Kebutuhan
masyarakat akan layanan informasi melalui lembaga-lembaga informasi
relative rendah.
b) Factor Internal
(1) Pustakawan
Pelayanan informasi yang diberikan pustakawan sering kali kurang
dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
(2) Lembaga
Prinsip right man on the right place belum diterapkan di
perpustakaan. Banyak pustakawan yang berpendidikan tinggi lebih
suka duduk dibelakang meja dan membiarkan tenaga yang kurang
ahli melayani pengguna perpustakaan.
(3) Bahan Pustaka
Koleksi yang disediakan di perpustakaan sudah out of date sehingga
pengguna kesulitan menemukan informasi yang actual dan sesuai
dengan kebutuhannya.19
12. keahlian yang sebaiknya dimiliki seorang pustakawan
a) memiliki keahlian subjek dan keterampilan
b) berorientasi kepada pemakai
c) tidak terkotak-kotak dalam jenis pekerjaan
d) mahir berkomunikasi
e) berjiwa entrepreneur
f) mandiri
g) kreatif
h) berkualitas20
13. Jabatan
Menurut Lasa HS Jabatan pada hakekatnya adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai
dalam rangka memenuhi susunan atau organisasi.mereka diangkat pada
jabatan tertentu.Oleh karna itu untuk menduduki jabatan ini harus ada
seleksi.Kemudian dalam system kepegawaian kita dikenal adanya
pemangku jabatan struktural dan jabatan fungsional.
19
Op.cit noora retno widuri hal 77
20 Op.cit noora retno widuri hal 80
Jabatan struktural adalah jabatan yang jelas tergambar pada
struktu organiasi lembaga induk (fakultas, Universitas, perpustakaan kota
dan perpustakaan provinsi dan lain-lain). Jabatan fungsional adalah jabatan
karir dan jabatan pilihan untuk mencapainya harus melewati beberapa
tahapan dan itu harus ditunjukkan dengan hasil kinerja intelektual dan
strategi tertentu.21
14. jabatan Fungsional Pustakawan
Menurut PERMENPAN Nomor 2 tahun 2017 ( 7 ) jabatan fungsional
pustakawan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan hak untuk melaksanakan kegiatan
kepustakawanan.22
Jabatan fungsional Pustakawan di lingkungan lembaga instansi
perpustakaan, dokumentasi dan informasi lembaga pemerintah telah
berjalan yang pada awalnya diatur dengan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (KEP.MENPAN) Nomor 18 tahun
1988.
Dalam keputusan tersebut jenjang jabatan Pustakawan diatur
dalam 12 tingkat penjenjangan dimulai dari pangkat II/b (Asisten
Pustakawan Madya) sampai dengan pangkat tertinggi IV/e (Pustakawan
21Lasa HS, 2014. Jabatan fungsional pustakawan “makalah workshop
pengelolaan puat umber belajar menuju tenaga profesi pustakawan di kampus university Ahmad Dahlan” ( Yogyakarta:7 juni)
22 Peratran Kepala Perpustakan Nasional Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2017 tentang” tata cara pengangkatan prgawai negrti sipil dalam jabatan fungsional pustakawan melalui penyesuaian/infassing”
Utama).Sistem penjenjangan jabatan Pustakawan bersifat melekat antara
pangkat dan jabatan, artinya setiap jabatan memiliki satu pangkat tertentu
dalam sistem kepangkatan PNS. Salah satu persyaratan untuk
pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional Pustakawan adalah minimal
berpendidikan Diploma II bidang perpustakaan.Meskipun demikian pada
awal masa berlakunya KEP. MENPAN tersebut di atas, pemerintah
Indonesia telah memberi 2 (dua) kali kesempatan pengangkatan “in
passing” kepada semua PNS yang berminat meniti karirnya melalui
jabatan fungsional Pustakawan. Sistem “in passing “ ini tidak akan
diadakan lagi untuk masa berikutnya.
Sejak KEP-MENPAN NO. 18 tahun 1988 diterbitkan, dalam
pelaksanaannya di lapangan ada beberapa kendala yang dijumpai oleh
Pustakawan antara lain bobot angka kredit per satuan kegiatan dari butir-
butir kegiatan yang ada dirasakan terlalu rendah, jenis dan jumlah butir
kegiatan Pustakawan yang tercakup dalam keputusan tersebut juga
dianggap masih kurang.
Untuk mengatasi kendala tersebut Kantor MENPAN bersama
kantor BAKN bersama Perpustakaan Nasional RI berupaya
menyempurnakan/ menata kembali Keputusan tersebut dengan
menerbitkan Keputusan MENPAN Nomor 33/1998 tentang jabatan
fungsional Pustakawan dan angka kreditnya, sebagai pengganti KEPMEN
No. 18 tahun 1988. Keputusan tersebut diikuti dengan terbitnya
Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara No. 07 tahun 1998 dan No. 59 tahun
1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pustakawan dan
Angka Kreditnya, sebagai pedoman dalam pelaksanaan KEP-MENPAN
No. 33/1998. Dalam KEP MENPAN No. 33/1998. Jabatan Fungsional
Pustakawan dibedakan dalam 2 (dua) kelompok yaitu Asisten
Pustakawan dan Pustakawan.
Seiring dengan keluarnya UU No. 22 Tahun 1990 tentang
OTDA, ketentuan yang tercantum dalam keputusan MENPAN No.
33/1998 banyak yang sudah tidak relevan lagi. Ketentuan tersebut antara
lain tentang Tim Penilai Wilayah yang sudah tidak ada lagi, sebagai
konsekuensi hapusnya Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional.
Selain itu dengan keluarnya Keppres No. 87 Tahun 1999, nama jabatan
fungsional pustakawan juga perlu disesuaikan kembali berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam Keppres tersebut. Sehubungan dengan hal
tersebut, terbit keputusan MENPAN No. 132/KEP/MENPAN/12/2002
tentang jabatan fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya yang
mengatur kembali tentang Tim Penilai, nama jabatan dan lain-lain yang
berhubungan seperti pembebasan sementara dan pemberhentian dari
jabatan. Keputusan ini juga dilengkapi dengan terbitnya SKB Kepala
Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 23 Tahun 2003 dan Nomor 21 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pustakawan dan angka kreditnya yang
memuat aturan-aturan pokok yang harus diikuti dalam pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pustakawan.23
23http://haryaniku.wordpress.com/tag/jabatan-fungsional-pustakawan.
Diakses 19:48wiib / 07 Agustus 2017
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilingkungan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi.Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan yaitu
adanya kecenderungan permasalahan yang terkait dengan topik penelitian
tersebut.
B. Jenis penelitan
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatifpendekatan kualitatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistic
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Dalam penelitian
kualitatif, penelitiberperan menjadi instrument. Oleh karna itu dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah orang atau human intrumen.
Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti harusmempunyai bekal teori dan
wawasan yang luas sehingga mampu menganalis dan bertanya dan mampu
mengontsruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.24
dengan
pendekatan deskriptif.
24 Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &B. Hal
15
C. Data dan Sumber Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan tujuan
penelitian, maka perlu data sebagai berikut:
1. Jenis Data
a) Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara) yang dapat berupa opini subjek (orang)
secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.25
Yakni dalam
penelitian ini data primer yang didapat melalui observasi dan
wawancara yang ditemui langsung di lokasi penelitian dengan para
pejabat fungsional pustakawan yang negeri atau yang honorer di Dinas
Perpstakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi.
b) Data Sekunder yakni data yang dikumpulkan diolah dan disajikan
oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal
yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.26
2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam peelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh. Apabila penulis menggunakan kuesioner atau
wawancara dalampengumpulan datanya, maka sumber datadisebut
25
Joko Subagyo.1999, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek . Jakarta , hal 87
26 Op cit Sugiyono. Hal 80
responden (informen), yakni orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan penulis, baik tertulis maupun lisan.27
Sumber data
dalam penelitian ini adalah pejabat fungsional pustakawan di lingkungan
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi.
D. Subyek dan Objek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan tempat kita memperoleh keterangan
atau orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan kepada
kita.adapun subyek penelitian ini adalah para pejabat fungsional
pustakawan di lingkungan DInas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi. Dalam peneltian ini peneliti menggukan teknik purposive sampling,
yakni teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel secara
sengaja, dengan beberapa pertimbangan tertentu sesuai dengan ciri-ciri
khusus yang ditentukan peneliti, adapun ciri-ciri khusus yang dimaksud
adalah orang yang dianggap tahu tentang situasi atau keadaan tempat
penelitian berlangsung.
b. Obyek penelitian
Objek penelitian adalah informasi apa yang ingin kita ketahui dari
orang tersebut,maka dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah
dampak inpassing terhadap profesi pustakawan di Dinas Perpustakaan dan
Arsip daerah Provinsi Jambi.
27 Op.cit Suharsimi Arikunto. Hal 172
c. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.Observasi ini
dilakukan sebagai studi pendahuluan mengenai Dampak Kebijakan
Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi.
2. Wawancara
Wawancaramerupakan kegiatan proses Tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan oleh dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan. Peneliti dalam hal ini menggukan wawancara
terstruktur sebagi pelengkap untuk mengumpulkan data dilapangan tentang
dampak inpassing terhadap profesi pustakawan di DPAD Provinsi Jambi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupkan teknik pengumpulan data yang ditujukan
langsung kepada subjek penelitian sebagai pelengkap dari metode
wawancara yang dilakukan.dokumentasi biasanya dalam bentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang, sumber data yang
dapat menunjang dalam suatu penelitan, sumber-sumber tertulis yang
dapat dijadikan landasan teori gunamemperkuat analisis data dalam
penelitian ini. Dalam penelitia ini dokumentasi yang digunakan seperti:
sejarah perpustakaan,visi dan misi perpustakaan, tujuan perpustakaan,
layanan perpustakaan, peraturan dan tata tertib, dan pelayanan
perpustakaan.
d. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematisyang diperoleh dar hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami dantemuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakkan sesuai dengan tujuan
penelitian. Dlam menganalisis dan menginterprestasikan data, peneliti
menggukan pendekatan analisis Miles dan Huberman yakni empat langkah
dalam analisis data yaitu28
:
a. Reduksi Data
Data yang dperoleh dari lapangan begitu banyak sehingga sulit
bagi penliti dalam menganalisis, oleh karna itu perlu catatan yang lengkap
dn terperinci. Mereduksi data merupkan kegiatan merangkum, memilih
hal-hal pokok, mencari tema serta polanya, sehingga dapat memberikan
gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan
data.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, kemudian dilakukan penyajian data,
penyajian data digunakan untuk lebihmeningkatka pemahaman kasus dan
28 Op.cit ,Sugiyono.Hal 338-345
sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis
data.
c. Penarikan Kesimpulan
Dalam kesimpulan akan mengungkapkan makna atau hasil dari
data yang telah dikumpulkan dan dikembangkan. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal,tetapi mungkin juga tidak, karna
seperti telah dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berlangsung
dilapangan.
Pengumpulan Data
H.Triangulasi
Keabsahan data dapat dilakukan melalui teknik triangulasi yakni teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi
terdiri dari trdiri dari Triangulasi sumber, metode, dan teori. Dalam penelitian
ini peneliti akan mengunakan teknik Triangulasi dengan cara:
1. Membandingkan data hasil wawancara dari narasumber yang satu
dengan data narasumber yang lain;
2. Membandingkan data yang berhasil dikumpulkan dari observasi,
dengan data wawancara;
3. Membandingkan data hasil wawancara dengan teori-teori dari pakar
yang berkitan;
4. Membandingkan data dokumentasi dengan teori-teori dari pakar yang
berkaitan.
BAB III
GAMBARAN UMUM
DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI JAMBI
A. HISTORI
Sebelum diberlakukannya Otonomi Daerah Tahun 2011, Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi (sebelumnya bernama Perpustakaan Nasional
Provinsi Jambi) berdiri sejak tahun 1980 sesuai dengan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0221/a/0/1980 tanggal 2 september 1980,
namun baru perjalanan pada tanggal, 4 april 1980 yang merupakan Unit
Pelayanann Teknis (UPT) dari Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayan dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat
Pembinaan Perpustakaan, Direktur Jenderal Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pada awal berdirinya (masih bernama Perpustakaan Wilayah Provinsi
Jambi) dalam menjalankan tugas dan fungsinya menempati salah satu gedung di
dalam komplek SMP Negeri 2 Jambi dijalan veteran No. 1969 menempati bekas
perumahan guru yang berukuran 95,40 m2.
Pada saat itu jumlah pegawainya hanya 6 orang dan ditunjuk Bapak
Ibrahim Bujdang, SHsebagai kepala, Surul Hendry D sebagai Bandaharawan serta
dibantu Hj. Hinopiah, BBA sebagai pimpinan Proyek Pengembangan
Perpustakaan Wilayah Jambi tahun 1980/1981. Pada tanggal, 15 september 1985
Perpustakaan Wilayah Jambi dipindahkan ke lokasi gedung baru di jalan Rd.
36
Poerboyo Kolopaking Telanaipura dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal, 6
Juni 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Dr. Fuad Hasan.
Seiring dengan tuntutan dan kebutuhan masyarat yang semakin
meningkat akan jasa layanan perpustakaan, pada tanggal 6 Maret 1989 terbit
Keppres Nomor 11 tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional RI. Berdasarkan
Keppres tersebut Perpustakaan Nasional adalah merupakan Lembaga Pemerintah
Non Dapertemen(LPND) yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden. Disebutkan dalam Keppres tersebut Perpustakaan
Nasional RI merupakan wadah integri perpustakaan Nasional RI, pusat pembinaan
perpustakaan dan 26 Perpustakaan Wilayah Depdikbud diseluruh Indonesia.
Perpustakaan Nasional memiliki satuan organisasi yang bernama Perpustakaan
Daerah yang kedudukan masing-masing ibu kota Provinsi yang bertanggung
jawab langung kepada kepala Perpustakaan Nasional RI dan dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya dengan memperhatikan petunjuk Gubernur. Sejak Keppres
Nomor 11 Tahun 1989 inilah nama Perpustakaan Wilayah Jambiberubah menjadi
Perpustakaan Daerah Jambi. Perubahan nama tidak sampai disitu saja, pada
tahun 1997 Perpustakaan Nasional mengalami perubahan cukup besar
dilingkungannya, yakni adanya perluasan struktur satuan organisasi yang berada
didaerah yang ditetapkan melalui Keppres Nomor 50 tahun 1997 tentang
Perpustakaan Nasional RI dimana Perpustakaan Nasional Provinsi ( sebelumnya
Perpustakaan Daerah) disejajarkan dengan Lembaga Pemerintahan Non
Departemen lainnya serta Departemen yang berada diwilayah Provinsi.
Berdasarkan Keppres Nomor 50 tahun 1997 inilah Perpustakaan Daerah
jambi berubah nama menjadi Perpustakaan Nasional Daerah Provinsi Jambi.
Pembentukan lembaga kearsiapan Provinsi jambi pada hakikatnya merupakan
implementasi dari amanat UU No. 7 Tahun 1991 tentang ketentuan-ketentuan
pokok kearsipan yang diperbaharui dengan undang-undang Nomor. 43 Tahun
2009 Tentang Kearsipan.
Melalui Perda No. 6 Tahun 1996 terbentuk Kantor Arsip Daerah dan
berdasarkan Peraturan PemerintahNo. 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Provinsi Jambi menerbitkan Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No. 4 Tahun 2013 Tentang perubahan kedua atas Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No. 15 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jambi yang
didalamnya dibentuk Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi.
Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah, yakni sejak dierahkannya Aset P3D
Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi dari Pemerintahan Pusat kepada
Pemerintahan Provinsi Jambi pada tanggal 22 maret 2001, maka seluruh Aset
Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi diserahkan kepada Provinsi Jambi. Dengan
terbitnya PERDA Provini Jambi No. 17 Tahun 2001 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan Daerah Provini Jambi
berubahmenjadi Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Jambi, selanjutnya
berdasarkan Perda Provinsi Jambi No. 15 Tahun 2008 bergabung 2 institusi yakni
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi menjadi, Perpustakaan dan
Arsip Daerah (BPAD) Provinsi Jambi dan masih merupakan satuan Kerja
Perangkat Daerah ( SKPD) dilingkungan Pemerintah Provinsi Jambi.29
Kemudian pada akhir Tahun 2016 terbitlah Perda Provinsi Jambi No. 8
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jambi,
serta Pergub Jambi No.46 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi, Badan Perpustakaan dan Arsip daerah Provinsi Jambi berubah
nama menjadi “Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Provinsi
Jambi”pada awal tahun anggaran 2017.
B. Geografis
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, beralamat di Jln.
Rd.Peorboyo Kolopaking No. 65 Telanaipura dengan luas bangunan 1.500 m2
berlantai tiga30
. Adapun perputakaan ini berbataan dengan:
1. Sebelah Barat berbataan dengan rumah warga
2. Sebelah Selatan berbataan dngan rumah warga
3. Sebelah Utara berbataan dengan jalan
4. Sebelah Timur berbataan dengan rumah warga31
29
Buku Profil Badan Perpustakaan dan Asrip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015. Hal. 8-10
30Ibid., Hlm.14
31Ibid., Hlm. 16
C. Struktur organisasi perpustakaan DinasPerpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi
Berdasarkan peraturan Gubernur Jambi Nomor 25 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2016 tentang Kedudukan
Susunan organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta tata kerja Dinas Perpustakaan dan
Arsip daerah provinsi Jambi, susunan organisasi terdiri dari:
1. Kepala Badan
2. Sekretaris, terdiri dari:
a) Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
b) Sub. Bagian Keuangan
c) Sub. Bagian Program
3. Bidang Deposit, Pengembangan Koleksi Layanan dan Pelestarian Bahan
Perpustakaan,terdiri dari:
a) Seksi Deposit dan Pengemangan bahan Perpustakaan;
b) Seksi Layanan, Otomasi dan kerjasama Perpustakaan;
c) Seksi Pelestarian dan Alih media bahan perpustakaan;
4. Bidang Pembinaan,Pengembangan Perpustakan dan Pengembangan
Kegemaran Membaca, terdiri dari:
a) SeksiPembinaan dan Pengembangan kelembagaan Perpustakaan;
b) Seksi Pembinaan dan pengembangan Tenaga perpustakaan;
c) Seksi pengembangan Pembudayaan Kegemaran Membaca.
5. Bidang Konservasi Arsip, terdiri dari:
a) Seksi Layanan Arsip;
b) Seksi Pengolahan Arsip;
c) Seksi Akuisis Arsip.
6. Bagian Pembinaan dan Pengembangan Kearipan, terdiri dari:
a)Seksi Pembinaan Tenaga Kearsipan
b)Seksi Pengembangan kearsipan;
c) Seksi Pelestarian Arsip.
7. Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD)
8. Kelompok Jabatan Fungsional.32
Bagan 3.1: Struktur Organisasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi.
KEPALA
KELOMPOK SEKRETARIS
JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB
UMUM DAN KEUANGAN BAGIAN
KEPEGAWAIAN PROGRAM
BIDANG DEPOSIT,
BIDANG
BIDANG
BIDANG
PENGEMBANGAN PEMBINANAAN, KONSERVASI PEMBINAAN
KOLEKSI PENGEMBANGAN ARSIP DANPENGEMBA
SEKSI DEPOSIT SEKSI SEKSI SEKSI
PEMBINAAN DAN
PEMBINAAN DAN
PELAYANAN
KEAERSIPAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN ARSIP
BAHAN KELEMBAGAAN
SEKSI LAYANAN, SEKSI SEKSI SEKSI
PEMBINAAN DAN
PENGELOLAAN
PENGEMBAN OTOMASI DAN
PENGEMBANGAN
ARSIP
GAN KERJA SAMA
TENAGA
KEARSIPAN PERPUSTAKAAN
PERPUSTAKAAN
SEKSI SEKSI SEKSI AKUISISI
SEKSI
PENGEMBANGAN
PELESTARIAN
PELESTARIAN
ARSIP
BAHAN
PEMBUDAYAAN
ARSIP
PERPUSTAKAAN
KEGEMARAN
MEMBACA
D. Visi dan Misi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Visi
Dalam rangka melaksakan tugas dan pokok dan fungsi Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi harus eksis dan unggul,
konsisten dan berkelanjutan dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil yang dituangkan dalam pertanyaan Visi:
“MEWUJUDKAN PELAYANANPRIMA DALAM BIDANG
PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN YANG BAIK MENUJU JAMBI
TUNTAS 2021”
Visi tersebut diatas merupakan gambaran dan harapan yang ingin
dicapai Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah ProvinsiJambi di masa depan,
yakni cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam bentuk masyarakat
informativ dan masyarakat yang sadar arsip.
Misi
Dalam rangka mendukung pencapaian visi Dinas Perputakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi, maka diterapkan misi sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan urusan perpustakaan dan kearsipan yang efisien dan
efektif untuk mewujudkan good governance.
b. Pengembangan sarana dan prasarana serta pemberdayaan masyarakat
dalam urusan perpustakaan dan kearsipan yang berkualitas.
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia berbasis kompetensi danbudaya
kerja yang tinggi.
d. Penyelamatan kandungan informasi dan pengembangan sistem
perpustakaan serta kearsipan daerah yang berintegrasi dengan sistem
nasional berbasis teknologi informasi.
Pejabat Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi yang
pernah memimpim sejak berdiri sampai sekarang adalah sebagai berikut:
1. Ibrahim Bidjang (alm) (1981 s.d 1993)
2. Hj. Hinopitah, BBA (1993 s.d 1995)
3. Dr. Lukman Rahman (1995 s.d 1998)
4. D. aifuddin Ihak, .IP ( 1998 s.d 2000)
5. Hj. Dra. Ria Chazanah (2000 s.d 2002)
6. H. Zayadi, SH (2002 s.d 2005)
7. Ripa’I, SH (2006 s.d 2011)
8. Dre. H. Abd Zaki, M.Si ( Maret s.d Juli 2011 ebg PLT
Kepala)
9. H. Ali Dasril, SH ( 2011 s.d 2012)
10. Drs. H. Edi Erizon (2012 s.d 2013)
11. Drs. H. Asvan Deswan, M.Si (2013 s.d 2016)
12. H. Syamsurizal, SE,M.Si (2016 s.d sekarang)33
E. Tata Kerja Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Semua unit kerja di lingkungan DPAD Provinsi Jambi dalam melaksanakan
tugasnya wajib menerapkanprinsip koordinas, integrasi dan sinkronisasi. Untuk
33 Ibid hal 9
melakukan pembinaan dan pengembangan perpustakaan di daerah Jambi,maka
DPAD Provinsi Jambi secara terus-menerus berupaya meningkatkan peran serta
seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengebangkan minat dan kebiasaan
membaca.dalam halini DPAD Provinsi Jambi selalu melakukan koordinasi dan
hubungan kerja dengan instansi dengan cara fungsional mempunyai kepentingan
yang sama dalam meningkatkan potensi sumber daya insani bangsa Indonesia.
Sehingga sampai saat ini di daerah Jambi telah beberapa wadah dan hubungan
kerjasama, untuk menumbuh kembangkan minat dan kebiasaan membaca serta
pembinaan perpustakaan, yang antara lain adalah:
1. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Jambi;
2. Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Provinsi Jambi;
3. Piagam kerja sama DPADProvinsi dengan Bupati/Walikota se-Provinsi
Jambi tentang Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling;
4. Piagam kerjasama DPAD Provinsi Jambi dengan perpustakaan
umum/kota se-Provinsi Jambi,tentang rotasi buku dinas DPAD provinsi
Jambi ke perpustakaan desadalam Provinsi jambi;
5. Dan beberapa hubungan kerjasama dengan instansi-instansi lain dalam
hal pembinaan perpustakaan di daerah Jambi.
F. Anggaran
Semua unit kerja di lingkungan DPAD Provinsi Jambi dalam anggaran yang
disediakan untuk mendukung kegiatan di DPAD Provinsi Jambi pada awal
berdirinya tahun 1981/1982 hanya Rp. 60.970.000, anggaran ini semakin
meningkat setiap tahun anggran baik rutin maupun proyek seiiring dengan beban
kerja semakin meningkat dan luas dalam pembinaan perpustakaan di daerah
Jambi. Tahun anggran 2016 dari APBD berjumlah Rp. 6.533.416.000,sedangkan
pada tahun anggaran 2017 dari APBD berjumlah 5.913.241.591, mengalami
penurunan jumlah anggaran dari tahun sebelumnya.
G. Sarana dan Prasarana Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi
Gedung Perpustakaan
Pada tahun-tahun pertama berdirinya Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi (masih perpustakaan wilayah Provinsi Jambi),yakni dari tahun
anggaran 1981/1982sampai dengan tahun Anggaran 1985/1986, menempati
gedung sementara yang berlokasi dikomplek SMPN 2 Jambi Jl. Veteran No.
169 jambi, dengan luas bangunan 95,40 m2.
Pembangunan gedung perpustakaan di Jl. RD. Poerboyo Kolopaking (dulu
jalan melur II) telanaipura, yang dimlai tahun anggran 1982/1983,
1983/1984,1984/1985 dan 1985/1986 dengan dana proyek pembangunan
perpustakaan Jambi dengan luas bangunan 1.500m2 berlantai tiga, mulai
ditemapatipada tanggal 15 Desember 1985. Sedangkan peresmian
pemakaiannya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Fuad
Hasan, dilakukan padatanggal 6 Juni 1988. Disamping gedung kantor,juga
terdapat bangunan rumah dinas tipe 70 dibangun annex dengan pembanguan
gedung lantai ke-3 tahunanggaran 1985/1986.
Gedung Arsip
Untuk Gedung Arsip sendiri saat ini masih bergabung dengan Dinas Penelitian
Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), dan Arsip memiliki depo
tersendiri utnuk menyimpan Arsip.
Kendaraan
Sejak tahun 1981 hingga sekarang, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi telah memiliki 49 unit kendaraandiantaranya motor dinas,
mobil dinas, mobil perpustakaan keliling dan mobil sadar arsip.
Asset lainnya
Selain poin-poin sebelumnya, ada beberpa asset yang tersimpan dan dimiliki
oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip DaerahProvinsi Jambi, seperti alat-alat
kantor dan rumah tangga, jaringan, dan buku-buku perpustakaan serta asset
rusak berat yang tidak terpakai lagi namunmasih dalam status milik Negara
berupa kendaraan dan alat-alat kantor dan rumah tangga.
H. Koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah provinsi Jambi
Tahun pertama berdirinya Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi (dahulu masih Perpustakaan Wilayah Jambi) mempunyai jumlah koleki
buku sebanyak 4,210 judul = 8.866 ekemplar. Dengan semakin berkembangnya
minat baca masyarakat dari tahun ketahun koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi juga sealu dikembangkan dengan penambahan melalui
dana rutin dan proyek, hadiah maupun pertukaran antar perpustakaan serta serah
terima karya cetak dan karya rekam.Sampai dengan tahun 2017pengadaan koleksi
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi meningkat dengan pesat
sudah mencapai 57.670 eksemplar.
Berdasarkan hasil stok opname koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi tahun 2017 berkurang dengan koleksi yang rusak berat,
dihadiahkan keperpustakaan lain, dirotasikan keperpustakaan desa dan yang tidak
ditemukan, maka koleksi yang ada dan siap dilayani berdasarkan klasifikasi
adalah sebagai berikut:
Jumlah buku di ruang layanan dewasa berdasarkan klasifikasi buku antara lain
sebagai berikut:
Kelas 000 (karya umum) 3.830 eks
Kelas 100 ( filsafat, psikologi) 2.100 eks
Kelas 200 (agama) 5.324 eks
Kelas 300 (ilmu sosial) 4.949 eks
Kelas 400 (bahasa) 2.345 eks
Kelas 500 (ilmu murni) 6.115 eks
Kelas 600 (ilmu terapan) 3.569 eks
Kelas 700 (olahraga, kesenian) 2.289 eks
Kelas 800 (cerita, kesusteraan) 4.981eks
Kelas 900 (sejarah, georafi) 2.760 eks
Jumlah 38.264
grafik 3.1: Jumlah buku di ruang layanan dewasa berdasarkan klasifikasi buku
7000 6000
5000 4000
3000 2000
1000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
I. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas membantu sekretaris
dalam rangka meyiapkan bahan administrasiperdinasan, kepegawaian dan rumah
tangga. Untuk melakukan tugas tersebut, Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan pengelolaan urusan administrasi file persuratan dan
administrasi perdinasan;
2. Pengurusan administrasi perjalanan dinas dan tugas keprotokolan;
3. Penyusun rencana kebutuhan, pengadaan dan pegelola inventaris
perlegkapan dinas;
4. Pelaksaan perawatan/pemeliharaan, perbikan gedung dan perlengkapan
dinas serta penghapusan bahan invetaris;
5. Pengoordinasian penyusunan rencana kerja dan pelaporan pelaksanaan
kerja;
6. Pelaksaan tata usaha kepegawaian;
7. Pelaksanaan urusan mutasi;
8. Pelaksanaan upayapengembangan karir, kesejahteraan dan disiplin
pegawai;
9. Penyiapan perencanaan bahan ujian dinas, penghargaan jasa dan
sumpahpelantikan pegawai;
10. Penyiapan bahan pelaksanaan analisis jabatan kelembagaan dan
ketatalaksanaan.
J. Sub Bagian Keuangan
Sub bagian keungan bertugas membantu sekretaris dalam rangka menyiapkan
bahan penyusunan rencana anggaran, pengelolaan penatausahaan dan
administarasi keuangan, untuk melaksanakan tugas tersebut, sub bagian keuangan
menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkoordinasian Sub Bagian Keuangan;
2. Pendayaan stap sub Bagian Keuangan;
3. Penyusunan dan menghimpun bahan-bahan usulan rencana anggaran
kerja masing-masing bidang;
4. Pelaksaan administrasi keuangan;
5. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi kegiatan rutin dan pembangunan;
6. Peelitian daftar gaji dan mutasi gaji pegawaiyang diususlkan;
7. Penghimpun, mempelajari, melaksanakan dan menyiapkan peraturan
perundang-undangan tentang keuangan.
K. Sumber Daya Manusia
Dalam melakanakan tugas pokok dan funginya, Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi mempunyai sumber daya manusia (SDM) sebanyak 102
orang pegawai (PNS) yang terdiri dari:
1. Perpustakaan Struktural = 18 orang
2. Pejabat Fungsional = 25 orang
3. Pelaksana = 59 orang
Grafik 3.2: Sumber Daya Manusia (SDM)
pejabat
struktural
pejabatan pelaksana
fungsional
Menurut jenjang pendidikan para pegawai dimaksud, dikelompokkan atas:
a. SD = 1 orang
b. SLTP = 2 orang
c. SLTA/SMK = 29 orang
d. Diploma II = 13 orang
e. Diploma III = 10 orang
f. Starata 1 = 39 orang
g. Strata 2 = 8 orang
Grafik 3.3: jenjang pendidikan para pegawai
Strata 2 SD SLTP SLTA/SMK
Strata 1
Diploma III
Diploma II
Berdasarkan Golongan para pegawai dimaksud terdiri dari:
a. Golongan IV/c g. Golongan III/a
b. Golongan IV/b h. Golongan II/d
c. Golongan IV/a i. Golongan II/c
d. Golongan III/d j. Golongan II/b
e. Golongan III/c k. Gologan II/a
f. Golongan III/b
Grafik 3.4: Para pegawai berdasarkan golongan
II/B II/AIV/C IV/B IV/A
II/D II/C
III/A
III/D
L. Seksi Deposit dan Pengembangan Bahan Perpustakaan III/B
III/C
Seksi deposit dan pengembangan bahan perpustakaan mempunyai tugas
membantu bidang dalam rangka memimpin dan merencanakan kegiatan di bidang
deposit,pengembangan koleksi layanan dan pelestarian bahan perpustakaan sesuai
peraturan perundang-unangan yang berlaku, Seksi Deposit dan Pengembangan
Bahan Perpustakaan menyelenggarakan fugsi:
1. Pelaksanaan penghimpunan,penyimpanan dan pelestarian karya cetak
dan karya rekam, penyusunan Biblografi Daerah (BID) dan Katalog
Induk Daerah (KID) serta layanan deposit;
2. Pengembangan, pengolahan bahan perpustakaan;
3. Pelaksanaan verifiikasi, validasi,pemasukan data ke data base
Tabel 3.1: Dari hasil pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 telah
terkumpul berbagai terbitan karya cetak dan karya rekam dengan
rincian sebagai berikut:
No Jeni Koleki Jumlah
1. Karya Cetak
- Surat Kabar 6.230 Judul/ 12.460 eksemplar
- Majalah/ bulletin 11 Terbitan
- Brouser/ leafleat 20 Terbitan
2. Karya Rekam
- Caset Video 12 Keping
- Caset 120 Keping
- Micro Film 22 kotak
M. Seksi Layanan, Otomasidan Kerjasama perpustakaan
Mempunyai tugas membantu dalam rangka memimpin dan merencanakan
kegiatan seksi layanan, otomasi dan kerjasama perpustakaan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku. Fungsinya sebagai berikut:
1. Pelaksanaan layanan sirkulasi, rujukan, literasi informasi, bibingan
pemustaka, dan layanan ekstensi (perpustakaan keliling, pojok buku
dan sejenisnya);
2. Pengembangan teknologi, informasi, komunikasi perpustakaan, dan
penyusunan literatur sekunder;
3. Pengelolaan jaringan perpustakaan dann supervise-library;
4. Pelaksanaan kerjasama antar perpustakaan.
N. Seksi Pelestarian Bahan Perpustakaan
Seksi Pelestarian dan Alih Media Bahan Perpustakaan mempunyai tugas
membantu bidang dalam rangka memimpin dan merencanakan kegiatan seksi
pelestarian dan alih media bahan perpustakaan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Fungsiny sebagai berikut:
1. Penyimpanan dan perawatan bahan perpustakaan serta naska kuno;
2. Starian isi dan nilai informasi bahan perpustakaan melalui alih media;
3. Pemeliharaan serta penyimpanan master informasi digital;
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Dalam dunia ilmu perpustakaan profesi pustakawan memang sudah
tidak asing lagi didengar karna profesi ini yang akan melakukan tugas
kepustakawanan dan yang akan membantu perpustkaan menjadi populer
ditengah-tengah masyarakat, jika tanpa profesi ini sebuah perpustakaan
akan sulit untuk di manfaatkan oleh pengguna informasi dalam pemenuhan
kebutuhan baik itu penelitian,pembelajaran, rekreasi dan lain sebagainya.
Semakin berkembangnya zaman sebuah perpustakaan akan sangat
membutuhkan profesi ini yakni seorang sarjana ilmu perputakaan
(pustakawan). Akan tetapi kebutuhan akan hal tersebut akan tereliminasi
dengan adanya kebijakan inpasing dimana seorang yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang berbeda misalnya dari sarjana pendidikan akan
bisa menjadi pejabat fungsional pustakawan hanya dengan mengikuti tes
tertulis atau dengan portofolio tanpa melalui pendidikan formal dan
pelatihan. Inilah yang akan menjadi ancaman yang dirasakan untuk masa
sekarang ini dimana kebutuhan akan sarjana ilmu perputakaan disetiap
perpustakaan akan semakin berkurang.
Berdasarkan temuan dilapangan menunjukkan bahwa dampak
kebijakan inpassing terhadap profesi pustakawan Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi memang sangat berpengaruh terhadap
keterpakaian sarjana perpustakaan (pustakawan) hal ini dapat
dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informen yakni
sebagai berikut:
Wawancara bersama H.A yang merupakan pustakawan madya
yang bertugas sebagai kepala coordinator bagian pengolahan beliau
mengatakan bahwa:
“dampak dari kebijakan inpassing bagi profesi pustakawan
ini saya sangat kecewa karna akan berdampak pada sarjana
ilmu perpustakaan yang seharusnya bekerja diperpustakaan
itu ya orang yang benar-benar mempunyai kemampuan dan
mempunyai latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan
agar kinerja semakin baik pula, apalagi pemimpin
perpustakaan jika tidak mempunyai atar belakang
pendidikan ilmu perpustakaan itu sudah menyalahkan
aturan. Kalau ada kebijakan inpassing diadakan bagaimana
prpustakaan bisa maju dan berkembang dan memang ujung-
ujungnya sarjana ilmu perpustakaan memang tidak
digunakan lagi.karna mudahnya menjadi seorang
pustakawan dengan kebijakan ini, seharusnya ruang
pengolahan tdak kayak ini berantakan sano-sini”34
34
Wawancara H.A pada tanggal 29 November 2017 jam 08:30
senada dengan pendapat bapak Z yang merupakan seorang
pustakawan madya beliau mengatakan bahwa:
“sayo berharap jugo kebijakan inpassing ini dak dipakai
karna kasihan bagi mahasiswa yang kuliah bertahun-tahun
dan setelah selesai susah mencari kerjo sesuai dengan ilmu
padahal perpustakaan banyak apalagi di provinsi
jambi,kalo terus di pakai kebijakan ini semakin besar
peluang bagi sarjana yang lain untuk masuk dan menjadi
fungsional pustakawan. Dan akhirnya yang memang
sarjana ilmu perpustakaan dak digunokan lagi”35
Senada dengan pendapat ibu W yang merupakan seorang
pustakawan Penyelia beliau mengatakan:
“di DPAD sekarang ni banyak dari jurusan-jurusan lain
yang kerjo ada yang dari bidang kesehatan kan
sebenarnya dak sesuai, kemarin yang masuki lamaran
kerjo banyak ada beberapaorang yang dari sarjana ilmu
perpustakaan UIN STS JAMBI yang diterimo malah yang
dari latar pendidikan lain, banyak yang dak paham betapo
pentingnya sarjana ilmu perpustakaan untuk
perpustakaan. Apalagi dengan adanya kebijakan inpassing
semakin parah sembarangan orang bisa kerja di DPAD
ini. Ini semenjak DPAD dibawah naungan
35
Wawancara W pada tanggal 29 November 2017
provinsi dulu dibawah naungan pusat tidak ada kayak gini
nian. Kalau terus dikasih peluang bagi orang yang tidak
punya latar belakang pendidikan sarjana ilmu
perpustakaan akhirnya tidak dibutuhkan lagi, Kerja
sekarang melihat keluarga basing-basing diterima.
seharusnya DPAD Provinsi Jambi sudah bagus dari ini”
Senada dengan pendapat E yang merupakan pustakawan Muda
beliau mengatakan bahwa:
“saya sama sekali tidak setuju dengan kebijakan inpassing
ini karna kebijakan ini sangat merugikan terutama bagi
sarjana ilmu perpustakaan karna jika selalu ada kebijakan
ini akan membuka peluang bagi sarjana-sarjana lain untuk
menjadi fungsional pustakawan dan kecil peluang bagi
sarjana ilmu perpustakaan pada akhirnya, perpusakaan jika
tidak dikelola dengan orang yang memang benar-benar
paham sudah dipastikan perpstakaan akan jalan ditempat
dari waktu ke waktu”36
Senada juga dengan pendapat A.L yang merupakan pustakawan
Penyelia beliau mengatakan bahwa:
“saya sebenarnya ikut prihatin dengan kebijakan inpassing
ini karna apa saya takutnya orang yang bekerja di
perpustakaan tertama DPAD Provinsi Jambi ini
36Wawancara E pada tanggal 29 November 2017
sembarangan orang itulah terkadang yang membuat
perpustakaan semakin menurun, karna mereka yang kurang
paham bagaimana cara membuat perpustakaan itu indah
dan menarik dimata masyarakat. Apalagi ada kebijakan
inpassing bisa dilihat nanti jika kebijakan ini terus
digunakan pasti semakin banyak orang yang kurang
memahami perpustakaan akan masuk sedangkan orang
yang memang paham tentang perpustakaan akan tersingkir,
maklum sekarang dalam menerima pegawai yang
mendaftarkan diri dilihat dari siklus keluarga. Padahal
sarjana ilmu perpustakaan itu sangat dibutuhkan dan di
wajibkan disetiap perpustkaan itu harus ada pustakawannya
biar bagus” 37
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa dampak
kebijakan inpassing terhadap profesi pustakawan Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi bisa dikatakan
sangat berpengaruh, hal ini juga terlihat ada fungsional pustakawan
yang bekerja di DPAD Provinsi Jambi sekarang dominan dari latar
pendidikan yang berbeda-beda hal itu bisa mencerminkan untuk
kedepannya jika kebijakan inpassing dilakukan.
37
Wawancara A.L pada tanggal 29 November 2017
1. Pendidikan
Yang mencerdaskan kehidupan bangsa baik dari suku,
agama, ras tidak terlepas dari pendidikan,dimana pendidikan ini
bertujuan untuk membimbing dan membina bagaimana
seseorang bisa merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik.
Begitupun dalam bekerja jika bekerja tidak didasarkan
pendidikan yang sesuai dengan skill bagaimana suatu pekerjaan
bisa berjalan dengan optimal.
Perpustakaan harus merupakan sumber utama bagi seluruh
ilmu pengetahuan, tetapi perpustakaan beserta sarana dan
prasarana harus diolah terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan
oleh pengguna dalam pemenuhan kebutuhan. Jika tidak diolah
dengan semestinya informasi yang terkandung didalamnya
tidak akan bisa dimanfaatkan. Disana tidak semua sarjana yang
mampu mengolah hal tersebut, yang mampu mengerjakannya
dengan maksimal itu ialah sarnaja yang memang sudah di didik
dalam dunia pengolahan perpustakaan yakni sarjana ilmu
perpustakaan.
fungsional pustakawan yang diangkat melalui inpassing
mereka tidak menempuh pendidikan ilmu perpustakaan
bagaimana mereka bisa sepenuhnya melakukan tugas
kepustakawanan secara optimal.
Ada beberapa pendapat tentang fungsional pustakawan
yang diangkatmelalui inpassing tanpa melalui pendidikan
formal:
Wawancara bersama H.A sebagai pustakawan Madya beliau
berpendapat bahwa:
“bekerja disebuah perpustakaan tidak bisa sembarangan
orang dan tidak bisa dilihat dari pengalaman saja karna itu
sangat berpengaruh kepada kinerja yang akan dilakukan.
Sebaiknya orang yang bekerja di perpustakaan itu memang
yang sudah menempuh pendidikan berkurikulum”38
Senada dengan pendapat Z selaku pustakawan Madya beliau
mengatakan bahwa:
“semua orang bisa bekerja tetapi tidak semua orang paham
apa yang dia kerjakan begitulah seorang pustakawan,
mereka hanya tahu menjaga buku tetapi mereka tidak tau
bagaimana cara membuat satu buku itu bisa di gunakan
oleh pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Satu buku
bisa banyak yang dikerjakan mulai dari
mengklasifikasi,kantong dan lain sebagainya. Jadi kalo
semua itu tidak berasal dari pendidikan dari mana bisa tau
38Wawancara H.A pada tanggal 21 juni 2018
melakukan pekerjaan itu yang sudah dididik bertahun-
tahun pun terkadang masih ada yang tidak tahu apalagi
yang tidak sama sekali menempuh pendidikan”39
Senada dengan E sebagai pustakawan Muda beliau mengatakan
bahwa:
“kualitas kerja dilihat dari latar belakang pendidikan yang
ditempuh, pedidikan yang sesuai dengan tempat kita
bekerja”40
Senada dengan pendapat Z sebagai pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“tolak ukur keberhasilan sebuah perpustakaan dilihat dari
siapa yang berada didalamnya siapa yang mengelolanya,
dari latar belakang mana dia berasal. Kalau tidak
menempuh pendidikan ilmu perpustakaan bisa di jamin
tidak akan maju percayalah”41
Senada dengan pendapat A.L sebagai pustakawan Penyelia beliau
mengatakan bahwa:
39 Wawancara Z pada tanggal 21 juni 2018
40Wawancara E pada tanggal 21 juni 2018 41Wawancara Z pada tanggal 21 juni 2018
“pendidikan itu kunci utama bagi keberhasilan dalam
bekerja nah kalo tidak dididik sesuai dengan pekerjaan
yang dibeban bagaimana mau berhasil, asal-asal kerja
daripada dak ad kerjaan sudah banyak contohnya”42
Senada dengan pendapat W sebagai pustakawan Penyelia beliau
mengatakan bahwa:
“kalau tidak mengikuti pendidikan formal bagaimana mau
kerjo, sedangkan yang lah menempuh pendidikan pun
kadang dak memuaskan kerjanya. Pendidikan tu penting
bagi pekerjaan apapun apalagi perpustakaan”43
Bedasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
betapa pentingnya pendidikan formal bagi orang yang bekerja di
perpustakaan. Agar perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh massa
sesuai dengan kebutuhan.
2. Pelatihan
Pelatihan sebenarnya juga tempat mendidik hanya saja
pelatihan ini hanya mempunyai jangka waktu yang singkat.
Walaupun singkat tidak menutup kemungkinan untuk
mendapatkan ilmu yang banyak jika memeng benar-benar
menikuti dengan baik. Ilmu perpustakaan sering mengadakan
42 Wawancara A.L pada tanggal 21 juni 2018
43Wawancara W pada tanggal 21 juni 2018
pelatihan yang berujuan untuk membuka mata agar mereka
tahu betapa pentingnya perpustakaan bagi kehidupan dan
memperlihatkan sekaligus mengajarkan bagaimana cara
mengelola perpustakaan dengan baik agar mudah digunakan.
Ada beberapa pendapat dari pustakawan mengenai
kebijakan inpassing ini tanpa pelatihan:
Wawancara bersama H.A sebagai pustakawan Madya
beliau mengatakan bahwa:
“pelatihan juga sangat membantu dalam hal ilmu
selain pendidikan.pelatihan memang waktunya
singkat tetapi jika diikuti denganbaik akan dapat
ilmu yang banyak juga. Kalau pendidikan formal
tidak pernah pelatihan juga tidak jadi tidak ada
bekal untuk bekerja apalagi diperpustakaan tidak
semudah yang dilihat”44
Senada dengan pendapat Z sebagai pustakawan Madya
beliau mengatakan bahwa:
“ya bagus juga ikut pelatihan kalau tidak mengikuti
pendidikan formal ilmu perpustakaan karna disana
banyak juga ilmu yang disampaikan tentang
perpustakaan. Kalau tidak ikut pendidikan dan
44Wawancara H.A pada tanggal 22 juni 2018
pelatihan bagaimana caranya mau bekerja di
perpustakaan”45
Senada dengan pendapat E sebagai pustakawan Muda
beliau mengatakan bahwa:
“untuk mengikuti pendidikan formal ilmu
perpustakaan mungkin memang butuh waktu yang
lama bertahun-tahun, ya alternative lain ikut
pelatihan agar tau betapa sulitnya mengelola
perpustakaan”
Senada juga dengan pendapat W sebagai pustakawan
Penyelia beliau mengatakan bahwa:
“orang sekarang serba mau instan bekerja tanpa
pendidikan dan terkadang ikut pelatihan pun susah.
Tapi mau kerja enak dari mana bisa.inilah hal nya
kebijakan inpassing ingin menjadi fungsional
pustakawan tetapi tidak ikut pelatihan bisa
dibayangkan kinerjanya gimana”46
Senada dengan pendapat A.L sebagai pustakawan Penyelia
beliau mengatakan bahwa:
45Wawancara E pada tanggal 22 juni 2018 46Wawancara W pada tanggal 23 juni 2018
“orang yang bekerja diperpustakaan itu punya
ilmu,memang semua yang bekerja punya ilmu tetapi
perpustakaan membutuhkan ilmu yang sesuai dngan
dimanatempat kita bekerja biar enak”47
3. Pengalaman
Pengalaman bisa mengajarkan banyak hal terutama dalam
bekerja,semakin banyakpengalaman yang kita punya semakin
luas ilmu pengetahuan yang kita dapatkan. Hanya saja
pengalaman terkadang yang didapatkan hanya sebatas melihat
dan memperhatikan tidak di realisasikan. Sebaiknya
pengalaman yang didapat di realisasikan kedalam pekerjaan
apalagi dalam dunia perpustakaan jika tidak di praktekkan
langsung itu akan sulit untuk diingat karna brsifat teknisi.
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para
pustakawan di DPAD Provinsi Jambi mengenai dampak
kebijakan inpassing ini dilihat dari pengalaman.
Wawancara dengan H.A sebagai pustakawan Madya beliau
mengatakan bahwa:
“tidak cukup dengan pengalaman saja karna ketika
kita punya pegalaman terkadang kita tidak bisa
untuk mempraktekkannya, apalagi dalam dunia
47Wawancara A.L pada tanggal 23 juni 2018
perpustakaan lebih banyak membutuhkan teknis dan
terjun langsung”48
Senada juga dengan wawancara yangdilakukan bersama Z
selaku pustakawan Madya beliau mengatakan bahwa:
“pengalaman mudah untuk didapatkan tapi tidak
mudah untuk mempraktekkan, apalagi dalam dunia
perpustakaan”49
Senada dengan pendapat Z selaku pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“bekerja dengan pengalaman bisa juga alangkah
baiknya setelah kita mendapatkan pengalaman
tersebut langsung diterapkan kedalam perpustakaan.
Apalagi fungsional pustakawan yang ikut inpassing
mereka pasti melihat dari pengalaman yang mereka
lihat dan perhatikan”
berbeda dengan pendapat E sebagai pustakawan Muda
beliau berpendapat bahwa:
“pengalaman tidak bisa menjadi tolak ukur dalam
bekerja apalagi di perpustakaan. Di perpustakaan
48Wawancara H.A pada tanggal 29 november 2017 49Wawancara Z pada tanggal 23 juni 2018
bukan pengalaman yang dibutuhkan tetapi latar
belakang penidikan”50
Wawancara dengan W selaku pustakawan Penyelia beliau
mengatakanbahwa:
“sebenarnya kebijakan inpassing ini ada karna
menghormati orang-orang yang sudah lama bekerja
diperpustkaan langsung diikutkan inpassing dan
juga melihat dari pengalaman yang didapatkan, itu
sebenarnya salah. Pengalaman itu tidak menjamin
dalam keberhasilan bekerja kalau tidak di asah
secara terus-menerus”51
4. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan cerminan bagaimana seseorang
melakukan suatu pekerjaan atau penilaian dalam bekerja, jika
prestasi kerja baik maka bisa dipastikan pekerjaan yang
dilakukan baik pula, jika prestasi kerja tidak baik maka bisa
dipastikan pekerjaan yang dilakukan tidak baik. Prestasi kerja
sangat dibutuhkan dalam bekerja karna bisa menjadi motivasi,
semangat dan sebagai penghargaan dalam bekerja. Begitu juga
dalam dunia perpustakaan ada banyak penghargaan dalam
bekerja hal itu untuk menunjang prestasi kerja bagi para
50Wawancara E pada tanggal 23 juni 2018 51Wawancara W pada tanggal 23 juni 2018
pustakawan. kebijakan inpassing dalam pengangkatan
fungsional pustakawan hanya mengambil atau menilai prestasi
kerja pada 1 tahun terakhir, seharusnya dalam melihat baik atau
tidaknya suatu pekerjaan yang dilakukan di ambil prestasi kerja
mulai dari pertama sampai terakhir bekerja agar valid informasi
yang di dapatkan.
Ada beberapa pendapat para pustakawan tentang
bagaimana pentingnya sebuah prestasi kerja terutama dalam
dunia perpustakaan:
Wawancara bersama H.A selaku pustakawan Madya beliau
mengatakan bahwa:
“ jika melihat prestasi kerja hanya pada 1 tahun
terakhir bagaimana bisa melihat baik atau tidak
baiknya seseorang bekerja”52
Senada dengan pendapat Z sebagai pustakawan Madya
beliau mengatakan bahwa:
“prestasi kerja merupakan suatu penilaian hasil
kerja, dapat diibaratkan jangan menilai seseorang itu
dari luar saja lihat dari hal yang paling kecil yang
dia miliki, begitu juga dengan penilaian
52Wawancara H.A pada tanggal 21 juni 2018
prestasi kerja jangn melihat dari 1 tahun terakhir
saja”53
Senada dengan E sebagai pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“kalau hanya melihat prestasi kerja pada 1 tahun
terakhir saja bagaimana bisa melihat kinerjanya baik
atau buruk. Yang dilihat itu dari awal bekerja karna
hal yang paling penting itu proses dari awal hingga
akhir, apalagi pekerjaan di perpustakaan ini bersifat
teknisi semua”54
5. Uji Kompetensi
Uji kompetensi dimana seseorang melewati masa tes untuk
mendapat pekerjaan yang diinginkan, semua pekerjaan berawal
dari uji atau tes untuk menentukan berhasil atau tidaknya untuk
melangkah ke tahap selanjutnya yaitu pekerjaan.
Dalam hal ini untuk menajadi fungsional pustakawan
kebijakan inpassing mempunyai cara yakni penilaian
portofolio.
Ada beberapa pendapat pustakawan mengenai hal diatas:
Wawancara dengan H.A selaku pustakawan Madyabeliau
mengatakan bahwa:
53Wawancara Z pada tanggal 23 juni 2018 54Wawancara E pada tanggal 23 juni 2018
“sebenarnya penilaian portofolio itu sudah cukup
meyakinkan karna mencakup kumpulan-kumpulan
berkas penting. Tetapi menurut saya jangan hanya
penilaian itu saja bisa juga melakukan tes lisan atau
wawancara agar lebih tau sejauh mana pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki. Hal ini supaya
dianggap tidak mudah dan sepele dalam
mendapatkan jabatan ini”55
Senada dengan pendapat Z selaku pustakawan Madya beliau
berpendapat bahwa:
“saya kurang setuju jika yang dinilai itu hanya
portofolio sebaiknya pengetahuan dalam bekerja
dan pengalamannya dalam bidang perpustakaan.
Bolehlah mengunakan portofolio lebih baik gunakan
juga cara lain agar terlihat menantang”56
Senada dengan pendapat E selaku pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“saya selaku pustakawan yang menempuh
pendidikan ilmu perpustakaan ya saya tidak setuju
hanya penilaian portofolio karna itu terlalu mudah
55Wawancara H.A pada tanggal 25 juni 2018 56Wawancara Z pada tanggal 25 juni 2018
san simple sedangkan alternative lain yang lebih
mendidik banyak”57
Dari asil wawancara diatas menunjukkan bahwa penilaian
portofolio itu dikategorikan kurang baik dikarnakan dianggap
kurang baik dikarnakan terlalu dianggap mudah dalam
pengangkatan fungasional pustakawan.
6. Kualifikasi Pendidikan Formal
Setiap pekerjaan memiliki pendidikan formal hal ini agar
kualitas pekerjaan menjadi baik, contohnya saja disebuah
perpustakaan yang bekerja didalamnya seharusnya orang yang
mempunyai latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan itu
sendiri agar disaat bekerja akan meringankan pekerjaan.
Perpustakaan sudah mempunyai pendidikan formal baik itu
Diploma 1 (D-3) dan Strata 1 (S-1).
Ada beberapa pendapat tentang seberapa pentingnya
pendidikan formal khususnya bagi perpustakaan.
Wawancara dengan H.A yang selaku pustakawan Madya
beliau mengatakan bahwa:
57Wawancara E pada tanggal 25 juni 2018
“kalau ditanya seberapa pentingnya pendidikan
formal bagi perpustakaan ya 100% penting lah,
karna apa jika tidak ada pendidikan bagaimana bisa
tahu bagaimana cara berproses dalam dunia
perpustakaan. Ya memang seharusnya orang bekerja
diperpustakaan itu yang telah menempuh
pendidikan yang sudah berkurikulum”58
Senada dengan pendapat W selaku pustakawan Penyelia beliau
mengatakan bahwa:
“pendidikan formal sangat bagus dan sangat
dibutuhkan apapun pekerjaannya terutama
perpustakaankarna disana diajakan bagaimana
membuat perpustakaan menarik banyak perhatian
selain itu mudah digunakan oleh orang banyak,jika
tidak ada pendidikan formal bagaimana bisa tahu”59
Senada dengan pendapat Z selaku pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“semua yang berbentuk profesi itu pasti memiliki
pendidikan formal ya memang sangat dibutuhkan
karna dari sanalah bisa tergambar dan tersirat
bagaimana cara membuat suatu pekerjaan itu
58Wawancara H.A pada tanggal 29 november 2017 59Wawancara W pada tanggal 25 juni 2018
dengan hasil yang baik tidak merugikan pihak lain
dan saling menguntungkan”60
Dari wawancara dengan beberapa pustakawan diatas dapat
disimpulkan bahwa kualifikasi pendidikan formal memang
sangat dibutuhkan baik itu dalam profesi apapun itu karna
sudah ada bekal untuk bekerja.
B. Apakah solusi menurut Dinas Perpustakaan dan Arsi Daerah provinsi
Jambi untuk mengatasi kebijakan ini demi eksistensi perpustakaan
itu sendiri
Dalam setiap masalah harus ada penyelesaiannya agar tidak
mempersulit dalam pekerjaan, begitupun dalam masalah ini harus ada
solusi agar suatu saat bisa teratasi dengan baik. Ada beberapa solusi Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi mengenai kebijakan
inpassing ini:
1. Mengeliminasi
Maksudnya mengeliminasi disini ialah kebijakan ini semestinya
tidak digunakan lagi atau bahkan dihilangkan langsung. Agar
tidakmemberi kerugian bagi kegunakaan sarjana ilmu perpustakaan
dan bahkan bagi perpustakaan itu sendiri khususnya di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi.
60Wawancara Z pada tanggal 25 juni 2018
Ada beberapa pendapat pustakawan mengenai hal diatas:
Wawancara dengan H.A selaku pustakawan madya beliau mengatakan
bahwa:
“ya sebaiknya dihapuskan saja kebijakan ini karna suatu
saat nanti akan merugikan banyak pihak yang terlibat. Dan
akan menguntungkan pihak yang tidak bersangkutan”61
Senada dengan pendapat Z selaku pustakawan Madya beliau
mengatakan bahwa:
“menghilangkan akan lebih baik dari pada terus
membiarkan hal ini berkembang karna akan merugikan
banyak orang”62
Senada dengan pendapat Z selaku pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“dihapuskan mungkin akan lebih baik, karna jika terus
dibiarkan akan berdampak negative bagi sarjana ilmu
perpustakaan dan bahkan perpustakaan sendiri”63
Senada dengan pendapat E sebagai pustakawan Muda beliau
mengatakana bahwa:
61Wawancara H.A pada tanggal 29 november 2017 62Wawancara Z pada tanggal 26 juni 2018 63Wawancara Z pada tanggal 26 juni 2018
“yang lebih baik itu memang ditiadakan karna hal ini
merugikan nian apalagi bagi sarjana ilmu perpustakaan”64
Dari pendapat diatas menunjukkan bahwa dapat disimpulkan
mengeliminasi kebijakan inpassing adalah solusi yang baik bagi sarjana
ilmu perpustakaan.
2. Memproiritaskan sarjana ilmu perpustakaan untuk membangun
perpustakaan
Memprioritaskan sesuatu sesuai dengan kegunaaannya itu hal yang
wajar dan bagus, dikarnakan hal itu sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan yang dibebani.
Ada beberapa pendapat pustakawan tentang memprioritaskan
sarjana ilmu perpustakaan karna adanya kebijakan inpassing yang akan
mengecam keberadaan sarjana ilmu perpustakaan itu sendiri.
Wawancara bersama pustakawan H.A selaku pustakawan madya
beliau mengatakan bahwa:
“solusi terbaik ya kita tanamkan pada diri masing-masing
untuk mementingkan sarjana ilmu perpustakaan dalam
membangun perpusakaan. Begitupun Perpusnas sebaiknya
tanamkan hal demikian supaya kebijakan inpassing ini tidak
terlaksana”65
64Wawancara E pada tanggal 26 juni 2018 65Wawancara H.A pada tanggal 26 juni 2018
Senada dengan pendapat E selaku pustakawan Muda beliau
mengatakan bahwa:
“saya selaku sarjana ilmu perpustakaan menginginkan utuk
diperhatikan oleh pusat agar keberadaan ini dapat
digunakan oleh dimana pun perpustakaan berada”66
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
memprioritaskan sarjana ilmu perpustakaan.
66Wawancara E pada tanggal 26 juni 2018
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah uraikan pada bab IV, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
a). pendidikan
pendidikan merupakan kunci utama bagi suatu pekerjaan
karna dengan pendidikan pekerjaan lebih mudah untuk dilakukan.
Dalam hal ini betapa pentingnya pendidikan formal bagi orang
yang bekerja di perpustakaan. Agar perpustakaan dapat
dimanfaatkan oleh massa sesuai dengan kebutuhan.
b). pelatihan
pelatihan memang salah satu cara dalam mendidik
seseorang meskipun pelatihan hanya menggunakan waktu yang
cukup singkat dibandingkan pendidikan. Dalam hal ini pelatihan
dianggap penting bagi fugsional pustakawan,karna kebijakan
inpassing ini tidak menerapkan pelatihan dalam pengangkatan.
c). pengalaman
pengalaman merupakan hal yang baik, dalam hal ini dari
pengalaman bisa mengajarkan seseorang banyak hal tetapi
pengalaman tidak bisa menjadi tolak ukur dalam bekerja terkadang
seseorang punya pengalaman tetapi tidak bisa mempraktekkan.
sebaiknya setelah mendapatkan pengalaman langsung
dipraktekkan.
d). Prestasi Kerja
Dalam pengangkatan pejabat fungsional pustakawan
melalui inpassing ini hanya mengambil prestasi kerja 1 tahun
terakhir.dalam hal ini sebaiknya jangan mengambil dan melihat
prestasi kerja dari 1 tahun terakhir saja tetapi dilihat dari proses
yang dilalui.
e). Uji Kompetensi
pengangkatan fungsional pustakawan inpassing melalui
penilaian portofolio jika lulus pada penilaian ini berarti lulus dan
dapat iangkat menjadi fungsional pustakawan. Dalam hal ini uji
kompetensi dianggap kurang baik, dan Sebaiknya tidak penilaian
yang dilakukan tidak hanya sebatas itu saja melainkan melalui
beberapa tahap tes untuk mencapai fungsional pustakawan.
f). kualifikasi pendidikan formal
penidikan formal dimana tempat dimana didik dengan
membutuhkan waktu yang lama disanalah dapat menggali ilmu
sebanyak-banyak untuk bekel dalam bekerja. Dalam hal ini adanya
pendidikan formal untuk perpustakaan sangat didukung oleh
banyak kalangan karna mereka tahu bahwa tidak mudah untuk
bekerja diperpustakaan itu tanpa ada latar pendidikan ilmu
perpustakaan.
2. Apakah solusi menurut Dinas Perpustakaan dan Arsi Daerah
provinsi Jambi untuk mengatasi kebijakan ini demi eksistensi
perpustakaan itu sendiri
a). mengeliminasi
dengan cara menghapus dan menghilangkan kebijakan
inpassing ini kebutuhan akan sarjana ilmu perpustakaan akan
segera tersadarkan pada setiap perpustakaan dalam pengembangan
perpustakaan itu sendiri.
b). memprioritaskan sarjana ilmu perpustakaan
dengan cara ini akan lebih menyadarkan betapa pentingnya
sarjana ilmu perpustakaan untuk perpstakaan. Dan memberi
kesadaran bahwa perpustakaan itu punya sarjana ilmu perpustakaan
sesuai dengan pedidikan yang ditempuh.
B. Saran
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan
penulis dalam penelitian,dapat disarankan beberapa hal yang bertujuan agar
dapat dijadikan pertimbangan untuk permasalahan yang dihadapi yakni
Dampak Kebijakan Inpassing Terhadap Profesi Pustakawan Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah provinsi Jambi untuk kedepannya. Adapun
saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dampak inpassing terhadap profesi pustakawan seharusnya kebijakan ini
tidak di gunakan lagi seiring berkembangnya zaman karna jurusan ilmu
perpustakaan semakin banyak di begitupun dengan peminatnya jika
peminatnya banyak sudah dipastikan setiap universitas mengeluarkan
sarjana ilmu perpustakaan yang banyak pula, jadi tidak perlu lagi untuk
kebijakan inpassing kalau ingin fungsional pustakawan. Dan diharapkan
untuk mengrekrut kembali petugas dan memberi peluang yang banyak
bagi sarjana ilmu perpustakaan khususnya di Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi.
2. solusi dari masalah dalam mengatasi kebijakan inpassing ini demi
eksistensi perpustakaan itu sendiri maka saran yang peulis tuangkan yakni
seharusnya Perpustakaan Nasional lebih memperhatikan sarjana ilmu
perpustakaan karna kebanyakan sarjana ilmu perpustakaan bekerja tidak
sesuai dengan keilmuan yang di dapatkan sedangkan perpustakaan banyak
yang tersebar di provinsi, kota, kecamatan, desa dan sebagainya. Dan
diharapkan kepada Perpustakaan Nasional agar segera menghapus
kebijakan inpassing ini karna sangat merisaukan bagi sarjana ilmu
perpustakaan. Dan lakan memberikan sanksi kepada perpustakaan yang
didalamnya tidak terdapat petugas yang memilikilatar belakang pendidikan
ilmu perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Masri singarimbun, Sofian effendi,1995. Metode penelitian survai,(Jakarta:
LP3ES)
Nasution, 2004.Metode research,( Jakarta: Bumi Aksara)
Noorika retno widuri, 2015. Pena pustakawan: bunga rampai publikasi
perpustakaan(bandung: yrama widya)
Sugiono,2009. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Alvabeta)
Sugiyono,2009.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alvabet)
Sulistyo Basuki,1993. Pengantar ilmu perpustakan. (Jakarta: gramedia pustaka
utama)
Rulam Ahmadi,2016. Metode Penelitian Kualitatif.(Yogyakarta: Ar-ruzz Media,)
Testiani Makmur,2015.Budaya Kerja Pustakawan di Era
Digitalisasi.(Yogyakarta: Graha Ilmu)
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, 2013. Peoman Skripsi Fakultas Adab –
Sastra dan kebudayaan Islam. (Jambi : Fakultas Adab dan Sastra
Kebudayaan islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan
SKRIPSI
Ma’rifatus Sa’adah.”sejarah pendidikan ilmu perpustakaan di fakultas adab dan
ilmu budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
1998-2012” Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Miftahul Jannah,2014. “penetapan angka kredit jabatan fungsional pustakawan
dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja pustakawan di perpustakaan
UIN Sunan Kalijaga” Fakultas adab dan ilmu budaya.
JURNAL
Lasa Hs,2014. Jabatan fungsional pustakawan” makala workshop pengelolaan
pusat sumber belajar menuju tenaga profesi pustakawan dikampus university
Ahmad Dalan” (Yogyakarta: 7 juni)
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia “Jabatan
Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya”
Nomor:132/KEP/M.PAN/12/202.
Retno Muninggar,2012. Pengantar ilmu kebijakan.
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2015”Tata
cara penyesuaian/inpassing jabatan fungsional arsiparis”.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 26 tahun 2016 “tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam
jabatan fungsional pustakawan”
Peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014.“ jabatan fungsional pustakawan
dan angka kreditnya”
Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 tahun
2017“tata cara pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan fungsional
pustakawan melalui penyesuaian/inpassing”.
Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2015 tentang “petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan anggka
kreditnya”
Panti Astuti.2015,”budaya organisasi dank ode etik dalam
implementasinya” (vol 9)
INTERNET
https://haryaniku.wordpress.com/tag/jabatan-fungsional-pustakawan.
http://www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-kebijakan-menurut-para-
ahli.html?m=1