Damelmitra.com-Petunjuk Pelaksanaan (1)

4
damelmitra.com http://www.damelmitra.com/dasar-hukum-dokter-perusahaan/ ariefwm Petunjuk Pelaksanaan Tidak ada tulisan yang spesif ik menyatakan tentang keharusan keberadaan dokter perusahaan. Tapi jika mengacu pada semua Undang – Undang dan Peraturan Negara Republik Indonesia semua hal yang menyangkut kesehatan tidak bisa tidak harus dilaksanakan oleh seorang dokter. Sayangnya dalam pendidikan kedokteran dulu dan saat ini mungkin (saya tidak tahu lagi karena sudah nggak pernah ke kampus) tidak ada satu semester pun atau berapa sesi sekalipun yang mengajarkan peran sebagai dokter perusahaan.Padahal saat ini dokter perusahaan bisa sebagai pilihan karir. Untuk itu ada Kewajiban Pelatihan Hiperkes bagi dokter perusahaan (Per 01/Men/1976) meskipun dijamin selesai pelatihan masih nggak ngerti juga. Jika ditanya apakah perlu dokter di perusahaan ? Pertanyaan ini timbul jika manajemen perusahaan tidak mengerti tentang penyakit yang dapat timbul karena pekerjaan, manajemen seperti ini biasanya hanya memahami dokter sebagai dokter praktek umum atau spesialis di rumah sakit. Jika sekalipun dia ingin mengaji seorang dokter…dokter tersebut hanya ditempatkan di klinik dan praktek 2 jam sehari atau datang semingu dua kali untuk pengobatan yang sebenarnya bisa dilakukan di klinik samping pabrik. Tidak terpikir oleh manajemen bahwa dokter juga berperan dalam upaya mencegah terjadinya penyakit. Berikut tulisan dalam UU dan Peraturan Negara yang menyangkut kebutuhan seorang dokter perusahaan. Pertama yang terpenting adalah Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja dimana tercantum 31 jenis penyakit. Dari Keputusan Presiden ini saja sudah timbul pertanyaan…lalu siapa yang mampu menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Hubungan Kerja yang dimaksud ???…apakah seorang spesialis di rumah sakit atau siapa? Karena untuk melakukan diagnosis diperlukan : 1. Data hasil pemeriksaan kesehatan awal (sebelum tenaga kerja di pekerjakan di perusahaan yang bersangkutan) 2. Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala (pemeriksaan yang di lakukan secara periodik selama tenaga kerja bekerja di perusahaan yang bersangkutan) 3. Data hasil pemeriksaan khusus (pemeriksaan dokter yang merawat tenaga kerja tentang riwayat penyakit yang di deritanya) 4. Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta balai- balainya, atau lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5. Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum di bagian tersebut 6. Riwayat pekerjaan tenaga kerja 7. Riwayat kesehatan tenaga kerja 8. Data medis/rekam medis tenaga kerja 9. Dan lain lain

description

okupasi

Transcript of Damelmitra.com-Petunjuk Pelaksanaan (1)

  • damelmit ra.co m http://www.damelmitra.com/dasar-hukum-dokter-perusahaan/

    ariefwm

    Petunjuk Pelaksanaan

    Tidak ada tulisan yang spesif ik menyatakan tentang keharusan keberadaandokter perusahaan.

    Tapi jika mengacu pada semua Undang Undang dan Peraturan NegaraRepublik Indonesia semua hal yang menyangkut kesehatan tidak bisa tidakharus dilaksanakan oleh seorang dokter.

    Sayangnya dalam pendidikan kedokteran dulu dan saat ini mungkin (sayatidak tahu lagi karena sudah nggak pernah ke kampus) t idak ada satusemester pun atau berapa sesi sekalipun yang mengajarkan peran sebagaidokter perusahaan.Padahal saat ini dokter perusahaan bisa sebagai pilihankarir.

    Untuk itu ada Kewajiban Pelatihan Hiperkes bagi dokter perusahaan (Per 01/Men/1976) meskipun dijaminselesai pelatihan masih nggak ngerti juga.

    Jika ditanya apakah perlu dokter di perusahaan ? Pertanyaan ini t imbul jika manajemen perusahaan tidakmengerti tentang penyakit yang dapat t imbul karena pekerjaan, manajemen seperti ini biasanya hanyamemahami dokter sebagai dokter praktek umum atau spesialis di rumah sakit. Jika sekalipun dia inginmengaji seorang dokterdokter tersebut hanya ditempatkan di klinik dan praktek 2 jam sehari atau datangsemingu dua kali untuk pengobatan yang sebenarnya bisa dilakukan di klinik samping pabrik.

    Tidak terpikir oleh manajemen bahwa dokter juga berperan dalam upaya mencegah terjadinya penyakit.

    Berikut tulisan dalam UU dan Peraturan Negara yang menyangkut kebutuhan seorang dokter perusahaan.

    Pertama yang terpenting adalah Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit YangTimbul Karena Hubungan Kerja dimana tercantum 31 jenis penyakit.

    Dari Keputusan Presiden ini saja sudah timbul pertanyaanlalu siapa yang mampu menegakkan diagnosisPenyakit Akibat Hubungan Kerja yang dimaksud ???apakah seorang spesialis di rumah sakit atau siapa?

    Karena untuk melakukan diagnosis diperlukan :

    1. Data hasil pemeriksaan kesehatan awal (sebelum tenaga kerja di pekerjakan di perusahaan yangbersangkutan)

    2. Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala (pemeriksaan yang di lakukan secara periodik selamatenaga kerja bekerja di perusahaan yang bersangkutan)

    3. Data hasil pemeriksaan khusus (pemeriksaan dokter yang merawat tenaga kerja tentang riwayatpenyakit yang di deritanya)

    4. Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta balai-balainya, atau lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    5. Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum di bagian tersebut6. Riwayat pekerjaan tenaga kerja7. Riwayat kesehatan tenaga kerja8. Data medis/rekam medis tenaga kerja9. Dan lain lain

  • Dari 9 hal diatas siapa yang akan mengurusi kalau bukan seorang dokter perusahaan, disamping itupenegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja mengacu pada :

    1. Diagnosis penyakit harus jelas (ada patof isiologinya)2. Apa penyakit ini mungkin disebabkan oleh agen (bahan, tenaga,pajanan dll) yang diduga?3. Apakah pajanan cukup memadai sehingga menimbulkan penyakit?4. Apakah ada f aktor di luar pekerjaan (hobby, lingkungan rumah dll)5. Apakah jika pekerjaan dihilangkan (cuti, istirahat), penyakit jadi hilang?6. Adakah orang lain di tempat yang sama yang mengalami gejala sama pula? (statistik dan

    epidemiologi)7. Ada pertimbangan lain, misalnya apakah bukan penyakit bawaan sejak lahir, atau f aktor lain yang

    mencurigakan?

    Ke 7 hal diatas malah termasuk pekerjaan seorang dokter perusahaan.

    Jika tidak ada dokter perusahaan malah perusahaan aman karena diagnosis Penyakit Akibat HubunganKerja t idak akan pernah ditemukan.

    Selanjutnya adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 333/Men/1989 Tentang Diagnosis danPelaporan Penyakit Akibat Kerja, ini lucu lagidaf tar penyakitnya hanya 30 sedangkan keputusanPresiden ada 31; yang ditambahkan adalah Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahanobat. Jadi kesannya no 31 tidak perlu dilaporkan karena tidak ada dalam daf tar yang harus dilaporkan.

    Siapakah yang dapat membuat laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja jika bukan dokter ?

    Sampai disini masih belum membahas peraturan yang mengharuskan adanya dokter perusahaan, tapimuncul PER.25/MEN/XII/2008 Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan danPenyakit Akibat Kerja yang lagi lagi t idak membahas bagaimana Penyakit Akibat Hubungan Kerja ituditemukan.

    Lalu muncul juga Keputusan Menakertrans 609 Tahun 2012 Pedoman Penyelesaian KasusKecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja , pedoman untuk apa ? kasusnya juga nggak ada kok (t idakmampu menemukan).

    Bukti yang lain bahwa Undang undang dan peraturan negara menyiratkan sebuah perusahaan harusmemiliki dokter perusahaan adalah Peraturan Menteri Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalamPenyelenggaraan Keselamatan Kerja No. Per 03/Men/1980, keseluruhan pasal dalam peraturan ituhanya bisa dilakukan oleh dokter perusahaan.

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di TempatKerja menerangkan nilai ambang yang dapat diterima tubuh manusia agar t idak menimbulkan penyakit.

    Misalnya pasal 4 bahwa kontak langsung atau tidak langsung tempat kerja atau kerja yang bergetar t idakmelebihi 4 meter per detik kuadrat, lalu siapa yang dapat mengetahui akibat jangka panjang pajanan getaranpada tubuh manusia ini ? apakah gejala yang timbul jika manusia terpajan getaran melebihi ambang, atauapa dampak dari radiasi sinar ultraviolet diatas 0,1 mikro Watt per sentimeter persegi ?

    Sebenarnya dalam Per 03/Men/1982 ada Petunjuk Pelaksanaannya :

    Sayangnya Petunjuk Pelaksanaan itu hanya mengacu pada pelayanan kuratif , pelayanan emergencysekalipun tidak diatur. Bagaimana jika ada dua shif t kerja dengan bahaya yang sama tentunya harus adaklinik 24 jam yang bekerja.

    Petunjuk Pelaksanaan yang tidak pernah saya lihat wujud aslinya ini juga tidak mengatur f ungsi Pelayanan

  • Kesehatan Primer seperti upaya Preventif dan Promotif . Jadi masih jauh dari amanat Undang Undang atauPeraturan Kesehatan Kerja yang lain.

    Tapi Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22 /DJPPK/V/2008Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja. Diretur Jenderal PembinaanPengawasan Ketehagakerjaan sepertinya mirip tapi lebih mendetail, apakah ini merupakan turunannya sayakurang paham. Yang jelas tetap tidak ada pernyataan sebiah perusahaan harus punya Dokter Perusahaanhanya mengambarkan program program yang harus dibuat dan kriterianya. Bisa di download :

    Kepdirjen No. 22 Tahun 2008

    Dari Departemen Kesehatan saya belum menemukan peraturan yang sesuai dengan Dokter Perusahaan,tapi saya pernah melihat

    Keputusan Menteri Kesehatan RI NOMOR 1758/MENKES/SK/XII/2003 Tentang Standar PelayananKesehatan Dasar, tapi saya cari t idak ada di database online Depkes.

    Disamping itu Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang PersyaratanKesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri bisa jadi alasan perlunya Dokter Perusahaanmeskipun bisa juga ditanggani oleh SKM.

    Jadi, meski t idak secara gamblang dituliskan tentang kewajiban perusahaan memiliki Dokter Perusahaan tapikebutuhan (jika merasa) sebuah perusahaan dengan banyaknya exposure (pajanan) yang membahayakankesehatan maka wajib adanya punya seorang Dokter Perusahaan.

    Dalam Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam PenyelenggaraanKeselamatan Kerja Pasal 1 pont (d) disebutkan :

    Dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan PeraturanMenteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Per 10/Men/1976 dan syarat syarat lain yangdibenarkan oleh Diretur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja

    Jadi yang namanya dokter pemeriksa yang menentukan item pemeriksaan dan mereview hasil adalah dokteryang ditunjuk oleh perusahaan, kalau tidak mau repot ya tunjuk saja dokternya sendiri, daripada menunjukdokter lain di luar perusahaan.

    Saya sendiri belum pernah melihat isi dari Per 10/Men/1976 tapi f ormnya beredar dimana mana. Form ituterdiri dari 3 bagian ; bagian pertama adalah Surat permohonan menjadi dokter pemeriksa pada perusahaan.Yang kedua adalah f orm Surat Penunjukkan Perusahaan pada seorang Dokter sebagai dokterpemeriksanya, yang ketiga adalah Surat pernyataan seorang dokter yang bersedia ditunjuk oleh sebuahperusahaan.

    Download Form Dokter Pemeriksa

    Apakah Dokter Pemeriksa seorang Dokter Perusahaan, sepertinya bukan dan berbeda.

    Jika perusahaan melakukan MCU dan tidak punya Dokter Perusahaan saya rasa perusahaan bisa menunjukdokter siapa saja yang sudah Pelatihan Hiperkes, dimana yang paling aman adalah menunjuk Dokter diLaboratorium yang bersangkutan.

    Jika perusahaan punya Dokter Perusahaan maka praktis sekali kalau Dokter Perusahaan yang ditunjuk.

    Dampak dari t idak dipatuhinya Peraturan Menteri ini adalah jika ada penentuan Fit Unf it oleh bukan dokterpemeriksa yang ditunjuk oleh perusahaan maka semua pernyataannya adalah tidak berlaku.

    Keliru kiranya jika sebuah laboratorium MCU mendaf tarkan Dokternya untuk jadi Dokter Pemeriksa, DokterPemeriksa di Laboratorium berarti Dokter Pemeriksa untuk karyawan Laboratorium itu sendiri dan tidakberlaku bagi perusahaan lain atau perusahaan klien Laboratorium tersebut.

  • Kesimpulan : Memang tidak ada Peraturan sebuah perusahaan harus memiliki Dokter Perusahaan, tapiseluruh peraturan RI tentang Kesehatan di perusahaan hanya bisa dipatuhi jika ada Dokter Perusahaan.

    Tentang tipe dan jenis Dokter Perusahaan akan dijelaskan pada Jobdes Dokter Perusahaan.

    Powered by WordPress | Designed by Elegant Themes

    Petunjuk Pelaksanaan