DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman...

124
DIPLOMASI MULTILATERAL SIX PARTY TALKS DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003-2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Muhammad Nabil 109083000052 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Transcript of DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman...

Page 1: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

DIPLOMASI MULTILATERAL SIX PARTY TALKS

DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA

PERIODE 2003-2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Nabil

109083000052

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

ii

Page 3: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

iii

Page 4: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

iv

Page 5: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis pengaruh diplomasi multilateral Six Party Talks terhadap

proses denuklirisasi Korea Utara periode 2003-2009. Tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui pencapaian serta kontribusi yang dihasilkan oleh Six Party Talks

dalam mewujudkan denuklirisasi di Korea Utara periode 2003-2009. Peneliti

menemukan bahwa pengembangan nuklir Korea Utara mengundang kritik dari

berbagai negara, karena dianggap mengancam keamanan kawasan. Pendirian awal Six

Party Talks yang bertujuan untuk menyelesaikan isu nuklir Korea Utara ternyata

belum mampu menghentikan nuklir yang dikembangan Korea Utara. Walaupun pada

akhirnya tercapai sebuah kesepakatan, akan tetapi kesepakatan tersebut belum

mampu diimplementasikan. Pendapat ini kemudian dirumuskan melalui tahapan

analisa, yaitu dengan melihat perkembangan nuklir Korea Utara dari tahun ke tahun,

mengamati proses pembicaraan Six Party Talks, serta memperhatikan faktor-faktor

penghambat Six Party Talks dalam melakukan denuklirisasi di Korea Utara.

Kemudian melihat pencapaian-pencapaian yang telah dihasilkan oleh Six Party Talks

selama 2003-2009 dan selanjutnya dianalisa menggunakan kerangka teori.

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah Realis, kebijakan luar

negeri, dan diplomasi multilateral. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian kualitatif. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data menggunakan data

primer dan data sekunder. Dari hasil analisa dengan menggunakan kerangka

pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa Six Party Talks telah memberikan

kontribusi bagi perkembangan isu nuklir Korea Utara, sebagaimana yang tertuang

dalam ketiga kesepakatan bersama yang telah dicapai Six Party Talks. Kontribusi

tersebut antara lain, Six Party Talks mampu menjadi sarana diplomasi dan negosiasi,

mendorong proses pembongkaran program nuklir Korea Utara, memperbaiki

hubungan antar anggota Six Party Talks, menjaga perdamaian dan Stabilitas Kawasan

Semenanjung Korea dan Asia Timur, serta meningkatkan kerjasama antara anggota

Six Party Talks dengan Korea Utara. Kontribusi yang diberikan Six Party Talks

belum dapat menyelesaikan isu nuklir Korea Utara secara keseluruhan karena

hambatan yang dihadapi Six Party Talks. Alasan terhambatnya usaha Six Party Talks,

disebabkan oleh adanya konflik kepentingan antar anggota Six Party Talks, pengaruh

Juche Idea dan Songun Policy, serta ketiadaan aturan yang mengikat secara hukum

(non-legally binding).

Kata Kunci: Denuklirisasi, Korea Utara, Semenanjung Korea, Six Party Talks,

diplomasi multilateral, kebijakan luar negeri.

Page 6: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Pemilik dan

pemelihara seluruh alam raya beserta isinya, atas limpahan nikmat, rahmat, taufik dan

hidayah-Nya. Shalawat bermutiarakan salam, semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang selalu menjadi tauladan dan panutan terbanyak di dunia.

Akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Diplomasi

Multilateral Six Party Talks Dalam Proses Denuklirisasi Korea Utara Periode 2003-

2009.” Tugas akhir ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana Program Studi Hubungan Internasional. Penulis menyadari

bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari proses pembelajaran selama ini,

karena belajar tidak mengenal batas waktu dan tempat.

Terselesaikannya skripsi ini, tentunya tidak lepas dari dorongan dan bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika penulis mengungkapkan rasa

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Teguh Santosa, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu serta banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas nasihat dan masukan yang

diberikan selama proses skripsi ini berjalan.

2. Bapak Drs. Aiyub Mohsin, MA, MM,. dan Ibu Mutiara Pertiwi, MA., selaku

Dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk membaca dan

mengujikan skripsi ini.

3. Bapak Kiki Rizky, M.Si, selaku Ketua Prodi Hubungan Internasional, serta

Bapak Agus Nilmada Azmi, S. Ag M.Si, selaku Sekretaris Prodi Hubungan

Internasional.

4. Bapak Arisman, M.Si, selaku dosen sekaligus mentor penulis yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya di Pusat Kajian Asia

Tenggara (CSEAS) dan banyak memberikan pengalaman berharga selama

bergabung dalam organisasi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Prodi Hubungan Internasional UIN Syarif Hdayatullah,

diantaranya Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., Bapak Armein Daulay,

M.Si., Bapak M. Adian Firnas, M.Si., Ibu Dina Afrianty, Ph.D, Ibu Debbi

Affianty, MA., Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si., Ibu Friane Aurora M.Si,. Tidak

lupa juga seluruh staf Dosen di Prodi Hubungan Internasional FISIP UIN

Syarif Hidayatullah, yang selama masa pendidikan penulis telah banyak

Page 7: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

vii

mengajarkan dan mengarahkan penulis dalam bidang keilmuan Hubungan

Internasional.

6. Ibu Dr. Adriana Elisabeth, terima kasih atas waktu dan bantuan yang

diberikan selama wawancara yang dilakukan dengan penulis.

7. Tidak lupa skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis.

Untuk Papa dan Mama, H. Ahmad Jauhar Tanwiri dan Hj. Eti Cahyati yang

dengan sabar dan tiada hentinya memberikan motivasi serta doa demi

terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat mengeringkan keringat,

menghapus air mata, dan membayar semua pengorbanan yang telah Papa

Mama berikan selama ini.

8. Tidak lupa pula untuk saudara-saudara penulis: Teh Syaima, Aa Romzi,

Irsyad, dan Faiha yang telah mendampingi penulis dengan penuh kasih sayang

dan selalu memberikan dukungan untuk tetap bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini. Tetaplah menjadi anak kebanggaan orang tua.

9. Sahabat terbaik dan seperjuangan penulis dalam menyelesaikan tulisan ini,

yaitu Arif Rahman, Corryatul Fillacano, Fajar Shidiq, Edwin Saputra, Dafi

Hifdzillah, Andri Zainal, dan Amrullah Rafioeddin, yang telah bersama-sama

berjuang dalam suka dan duka, saling berbagi pengalaman, pencerahan,

motivasi, dan banyak memberi masukan kepada penulis.

10. Teman-teman sepermainan, khususnya anggota grup Pakzi: Baihaqi, Rizki,

Mel, Elva, Novi, Ayu, Algi, Riza, Dwi. Terima kasih atas berbagai trip kita

selama ini. Semoga perjalanan kita akan berlanjut di masa yang akan datang.

11. Teman-teman Hubungan Internasional, khususnya kelas B angkatan 2009,

selaku rekan sekelas penulis yang banyak memberi saran dan inspirasi dalam

penulisan penelitian ini.

12. Teman-teman senior penulis yang selalu memberikan senyum dan

memberikan masukan terhadap diri penulis: Kang Wadiin, Mas Zainudin,

Bang Salman, Kiki, Abib, Fitria, Yeni, Dida, Akmal. Para junior kece yang

telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini: Gus Ibad, Bung Arya,

Bisti, Afina, dan Zahra.

13. Teman-teman keluarga besar HMI komisariat FISIP cabang Ciputat yang

telah membentuk karakter kepemimpinan penulis dan memberikan

pengalaman organisasi tiada henti. Serta tidak lupa teman-teman Ma‟had

Sabilussalam angkatan 2009, selaku rekan asrama penulis yang banyak

memberi inspirasi mengenai kesederhanaan dalam hidup dan berbagi ilmu-

ilmu agama.

Page 8: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

viii

14. Kepada seluruh kolega dari berbagai acara dan organisasi yang pernah penulis

geluti selama kuliah, Delegates of UIN Jakarta for HNMUN dengan

pengalaman Amerika nya, Center for Southeast Asian Studies dengan

research dan ASEAN trip, Global Citizen Corps dengan proyek-proyek

sosialnya, International Studies Club dengan Model United Nations,

Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya.

15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

pengalaman dan semangat dalam menjalani proses perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini.

16. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, yang telah berjasa dan terlibat dalam penelitian ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah

membantu menyelesaiakan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.

Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan

bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah dihadapan Allah

SWT. Amin.

Jakarta, Januari 2014

Salam,

Muhammad Nabil

Page 9: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

ix

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK..………………………………...………………………………….....v

KATA PENGANTAR….……………….….……………………………….......vi

DAFTAR ISI…..…………………………………...………………………….....ix

DAFTAR TABEL….…………..………………………………………………..xi

DAFTAR LAMPIRAN….………………...………………………………........xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah...……………………………………………..1

B. Pertanyaan penelitian……………………………………………...9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………....9

D. Kerangka Pemikiran……………………………………………...10

1. Perspektif Realisme……………………………………………10

2. Teori Kebijakan Luar Negeri………………………………….12

3. Konsep Diplomasi Multilateral...……………………………...13

E. Metode Penelitian………………………………………………...15

F. Sistematika Penulisan…………………………………………….16

BAB II PERKEMBANGAN PROGRAM NUKLIR KOREA UTARA

A. Sejarah Perkembangan Program Nuklir Korea Utara……………19

1. Asal Mula Pembangunan Program Nuklir Korea Utara

Tahun 1959-1970)…………….……………………………....20

2. Perkembangan Program Nuklir Korea Utara (Tahun

1970-1994)………………………..………………………….22

3. Peluncuran Uji Coba Nuklir Korea Utara……………………..26

B. Krisis Nuklir di Korea Utara dan Upaya Penyelesaiannya……….28

BAB III TUJUAN DAN PERKEMBANGAN SIX PARTY TALKS DALAM

MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI DI KOREA UTARA

A. Sejarah Pembentukan Six Party Talks……………………………….37

B. Tujuan Pendirian dan Perkembangan Six Party Talks…………….43

BAB IV IMPLEMENTASI TUJUAN-TUJUAN SIX PARTY TALKS DALAM

MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI DI KOREA UTARA

Page 10: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

x

A. Pencapaian Six Party Talks dalam Mewujudkan Denuklirisasi di

Korea Utara..……………………………………………………..55

1. Pencapaian dalam Six Party Talks………………………………..55

2. Implementasi hasil pencapaian Six Party Talks…………………58

a. Six Party Talks sebagai Sarana Diplomasi dan

Negosiasi…………………………………………………59

b. Pembongkaran Program Nuklir Korea Utara…………….60

c. Normalisasi Hubungan antar Anggota Six Party Talks......62

d. Meningkatkan Kerjasama Negara Anggota Six Party Talks

dengan Korea Utara………………………………………66

e. Menjaga Perdamaian dan Stabilitas Kawasan Semenanjung

Korea ……………………...……………………………..69

B. Faktor Penghambat Six Party Talks dalam Mewujudkan

Denuklirisasi di Korea Utara…………………………………….73

1. Konflik Kepentingan (Conflict of Interests)……………………..73

2. Juche Idea dan Songun Policy…………………………………….77

3.Ketiadaan Aturan yang Mengingkat Secara Hukum (Non- Legally

Binding)………………………………………………………….80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………84

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….......xiii

LAMPIRAN

Page 11: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xi

DAFTAR TABEL

Tabel III.B.1 Perkembangan Pertemuan Six Party Talks…………... 50

Tabel IV.A.1 Hasil Pencapaian dalam Six Party TalkS……………. 56

Page 12: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kerangka Persetujuan (Agreed Framework) 1994…..…......... xx

Lampiran II Pernyataan Bersama (Joint Statement) 19 September 2005.….xxiii

Lampiran III Perjanjian 13 Februari 2007 (Beijing Agreement)…………... xxvi

Lampiran IV Perjanjian 3 oktober 2007………………………….………. . xxix

Lampiran V Transkrip Wawancara……………………………...……….. xxxii

Page 13: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Energi nuklir pertama kali dibuat percobaan pada 1896 oleh fisikawan

Perancis yang digunakan sebagai sumber energi. Semakin meningkatnya permintaan

energi setiap negara, maka mendorong negara-negara besar seperti Jerman, Amerika

Serikat, Uni Soviet, Inggris, Perancis, dan Cina untuk mengembangkan sumber

energi baru yang dapat menghasilkan energi dalam jumlah besar. Dengan energi

nuklir, manusia dapat mengekstrak lebih banyak panas dan listrik dari jumlah yang

diberikan dibandingkan sumber lainnnya dengan jumlah yang setara (Herbst 2007,

h.128).

Dengan kelebihan yang dimiliki energi nuklir, maka membuat negara-negara

besar diatas berlomba-lomba memperbaharui energinya dengan mengembangkan

energi nuklir untuk keperluan bahan bakar dan pembangkit tenaga nuklir. Akan

tetapi, pada Desember 1938 seiring kemajuan teknologi, dua fisikawan Jerman, Otto

Hahn dan Fritz Strassman mencoba melakukan percobaan revolusioner dengan

melakukan pemisahan atom uranium yang dapat menghasilkan daya ledak. Kemudian

Jerman tertarik untuk mengembangkan teknologi senjata daya ledak yang belum

dimiliki negara lain ini (Athanasopulos 2000, h.7). Akhirnya teknologi tersebut

Page 14: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

2

mampu dikembangkan menjadi sebuah senjata yang kita kenal saat ini sebagai senjata

nuklir.

Ketika mengetahui Jerman sedang mengembangkan teknologi nuklirnya,

maka Amerika Serikat bersama Inggris dan Kanada pada tahun 1942 membangun

sebuah proyek bersama pembuatan bom atom untuk melawan proyek bom atom Nazi

Jerman yang dikenal sebagai Manhattan Project (Molander dan Nichols 1985, h.33).

Setelah Manhattan Project dianggap berhasil, Uni Soviet, Perancis, dan Cina

mengikuti langkah yang dilakukan Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada tersebut

untuk melindungi negaranya dari berbagai ancaman serangan yang datang dari luar

(Ardisasmita dan Bunjamin 2010, h.56)

Kepemilikan program nuklir yang dilakukan negara-negara di atas ternyata

mendorong negara lain seperti Korea Utara untuk mengembangkan juga program

modern tersebut. Pembangunan program nuklir Korea Utara diawali selama kurun

waktu enam tahun dari 1959-1965. Pada periode ini, bantuan Uni Soviet sangat

membantu dalam pembentukan fasilitas nuklir Yongbyon, karena Uni Soviet

membantu secara langsung dalam pembentukan dan pengawasan terhadap fasilitas

nuklir tersebut (Niksch 2003, h.6).

Kemajuan perkembangan teknologi nuklir yang dimiliki Korea Utara mulai

tampak setelah Korea Utara berhasil melakukan penyulingan, konversi, dan

memproduksi reaktor nuklirnya secara mandiri pada tahun 1970 (Pinkston 2008,

Page 15: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

3

h.47). Hal tersebut membuat Korea Utara percaya diri melakukan tes peluncuran

nuklirnya tahun 1998. Uji coba peluncuran nuklir Korea Utara mengundang berbagai

kritik negara lain, khususnya negara di kawasan Asia Timur seperti Jepang, Korea

Selatan, dan Cina karena dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas kawasan Asia

Timur yang dapat berujung pada peperangan.

Untuk mencegah situasi yang semakin tidak kondusif di Asia Timur, maka

dibuatlah sebuah usaha diplomatik. Dalam upaya tersebut, AS sangat berperan dalam

mendesak denuklirisasi di Korea Utara, yaitu sebuah proses terwujudnya

penghapusan kepemilikan senjata nuklir Korea Utara (Kimball 2012). Usaha

diplomatik yang dilakukan adalah memprakarsai perundingan multilateral yang

dikenal dengan Six Party Talks pada tahun 2003.

Six Party Talks yang dibentuk Agustus 2003 merupakan serangkaian upaya

multilateral untuk menggandeng Korea Utara kembali bergabung ke dalam meja

perundingan yang melibatkan AS, Rusia, Jepang, Cina, Korea Selatan (Ceuster &

Melissen 2008, h.11). Six Party Talks ini bertujuan untuk mengakhiri program nuklir

Korea Utara melalui proses negosiasi. Pembicaraan dibangun sebagai respon terhadap

pengunduran diri Korea Utara dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir pada Januari

2003 (Gershman 2005).

Six Party Talks putaran pertama dimulai pada 27 Agustus 2003 di Beijing

yang membahas normalisasi hubungan Korea Utara dengan AS. Dalam pembicaraan

Page 16: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

4

putaran pertama ini, Wakil Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menguraikan enam

poin konsensus yang telah disepakati pada akhir pertemuan. Salah satu poin tersebut

mewajibkan semua anggota berkomitmen mengatasi isu nuklir secara damai melalui

dialog serta menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi (Liang 2012).

Pada putaran selanjutnya, sikap Korea Utara mulai melunak dan bersedia

berkompromi. Hal ini ditunjukkan dengan penawaran Korea Utara untuk

memusnahkan program senjata nuklirnya, tetapi tetap dengan melanjutkan aktivitas

program teknologi nuklirnya untuk tujuan damai. Sebagai imbalan, Korea Utara

meminta uang ganti rugi untuk proses pembuangan senjata nuklirnya tersebut.

Tawaran tersebut dilanjutkan dalam putaran keempat sesi dua pada September 2005,

ketika para anggota Six Party Talks merumuskan pernyataan bersama (joint

statement) dalam menyetujui langkah terhadap denuklirisasi di Semenanjung Korea

(Ceuster & Melissen 2008, h.11).

Salah satu isi dari Joint Statement tersebut yaitu memaparkan prinsip-prinsip

dan tujuan untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara secara damai, dimana

masing-masing pihak berjanji akan menghormati kedaulatan masing-masing dan

menghindari aksi provokasi yang dapat merusak pembicaraan. Kemudian semua

pihak menyetujui untuk memperbaiki hubungan antar semua anggota Six Party Talks,

pembongkaran program nuklir Korea Utara, serta kesepakatan pemberian bantuan

internasional untuk Korea Utara di bidang energi dan ekonomi (Park dan Kim 2012,

h.82).

Page 17: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

5

Pencapaian Joint Statement telah membuka harapan baru dalam penyelesaian

masalah nuklir Korea Utara. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya ternyata tidak mudah,

dimana perundingan sempat memburuk ketika AS menjatuhkan sanksi dengan

membekukan rekening milik Korea Utara di Banco Delta Asia (BDA) Macau untuk

menghindari pemalsuan dolar oleh Korea Utara (Park dan Kim 2012, h.81).

Akibatnya Korea Utara memboikot penyelenggaraan Six Party Talks dan

meluncurkan kembali serangkaian tes rudal balistiknya pada 5 Juli 2006 (Ceuster &

Melissen 2008, h.46). Uji coba rudal Korea Utara tersebut menyebabkan turunnya

resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam peluncuran rudal Korea Utara.

Pada Februari 2007 Korea Utara berhasil digandeng kembali oleh Cina untuk

dapat kembali ke meja perundingan setelah AS menyetujui untuk menghapus Korea

Utara dari daftar negara penyokong terorisme dan mencairkan dana Korea Utara di

Banco Delta Asia Macau (Ceuster & Melissen 2008, h.47).

Pada Februari 2007 anggota Six Party Talks sepakat merumuskan Beijing

Agreement sebagai implementasi dari Joint Statement sebelumnya. Salah satu poin

dari Beijing Agreement tersebut yaitu normalisasi hubungan antara Korea Utara

dengan AS dan Jepang, komitmen Korea Utara untuk meninggalkan dan

menonaktifkan fasilitas nuklirnya, kembali bergabung ke dalam Perjanjian Non-

Proliferasi Nuklir (NPT), dan mengizinkan pemeriksaan oleh badan atom dunia

(IAEA) (Ceuster & Melissen 2008, h.15)..

Page 18: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

6

Pada Juni 2007, secara resmi Badan Atom Dunia (IAEA) mengonfirmasikan

bahwa reaktor nuklir Yongbyon telah di nonaktifkan dan ditutup. Korea Utara juga

berkomitmen untuk tidak mentransfer bahan nuklirnya.

Pada 13 November 2008 Korea Utara menolak proposal yang diajukan AS

untuk mengizinkan pemeriksaan seluruh situs nuklir Korea Utara. Selama ini,

pemeriksaan hanya dibatasi untuk fasilitas nuklir Yongbyon saja (Ceuster & Melissen

2008, h.32).

AS terus mendesak Korea Utara untuk mengizinkan pemeriksaan di luar

fasilitas nuklir Yongbyon. Namun, Korea Utara tetap teguh pada penolakannya.

Karena tidak adanya mutual understanding antar kedua pihak, maka pertemuan Six

Party Talks dihentikan sementara waktu. Hal ini berujung pada krisis nuklir

berikutnya ketika Korea Utara melakukan kembali tes uji coba rudal balistiknya pada

5 April 2009. Korea Utara sendiri mengundurkan diri dari Six Party Talks pada 14

April 2009. Setelah pengunduran dirinya, Korea Utara kembali melakukan tes uji

coba nuklir bawah tanahnya pada 25 Mei 2009 (Kimball 2012).

Setelah pengunduran dirinya dari keanggotaan Six Party Talks, Korea Utara

gencar melakukan tes peluncuran beberapa rudal balistiknya. Peluncuran beberapa

roket di Semenanjung Korea itu kian mengkhawatirkan negara-negara di sekitarnya

seperti Korea Selatan, Cina, dan Jepang. Hingga saat ini Amerika Serikat bersama

empat negara anggota Six Party Talks lainnya terus berupaya untuk dapat membawa

Page 19: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

7

kembali Korea Utara ke dalam meja perundingan yang sempat terhenti pada tahun

2006.

Pembahasan mengenai keamanan di Semenanjung Korea sudah pernah

dibahas sebelumnya oleh Timothy S. Reed dalam jurnalnya The Korean Security

Dilemma: Shifting Strategies Offer a Way pada 2002. Timothy membahas mengenai

pandangannya terhadap permasalahan dilema keamanan (security dilemma) di

Semenanjung Korea sejak bergulirnya perang tahun 1950-1953.

Amerika Serikat (AS) yang memiliki kepentingan menjaga proliferasi nuklir

dunia, ternyata juga memiliki pengaruh besar menjaga keamanan di Semenanjung

Korea. AS merasa bahwa Korea Utara merupakan ancaman serius bagi masa depan

keamanan di kawasan Semenanjung Korea. Dalam menghadapi ancaman Korut

tersebut, jika dilihat dari sudut pandang Realis, AS akan tetap mengedepankan opsi

militer apabila Korut menyerang Korea Selatan yang merupakan sekutu AS dan

sangat menggantungkan keamanannya kepada AS.

Telah terdapat penelitian yang membahas mengenai Krisis Nuklir Korea

Utara. Aditia Harisasongko dalam skripsinya yang berjudul “Diplomasi Amerika

Serikat terhadap Korea Utara dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir di

Semenanjung Korea (1994-2007)” menjelaskan secara umum mengenai diplomasi

Amerika dalam menangani krisis nukllir Korea selama pemerintahan Clinton dan

Bush.

Page 20: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

8

Dalam skripsinya tersebut dijelaskan bahwa terdapat dua perbedaan mendasar

mengenai kebijakan dalam menangani krisis tersebut. Clinton cenderung

menggunakan hubungan bilateral dengan pendekatan halus. Sementara itu, Bush

cenderung menggunakan forum multilateral yang digabungkan dengan pendekatan

keras seperti sanksi ekonomi, pembekuan aset Korea Utara, hingga ancaman militer.

Namun, walaupun terdapat perbedaan gaya, keduanya tetap memberikan kompensasi

ketika Korea Utara bersedia menutup fasilitas nuklirnya.

Sedangkan Fina dalam skripsinya uang berjudul “Upaya Menuju

Denuklirisasi Korea Utara Oleh Negara Anggota Six Party tahun 2006-2009”

menjelaskan secara umum mengenai peranan Six Party Talks periode 2006-2009.

Dalam penelitiannya, ia menggunakan pendekatan teori resolusi konflik, dimana

mediasi menjadi salah satu cara efektif dalam menyelesaikan konflik secara damai.

Fina juga menganalisa bahwa nuklir yang dikembangkan Korea Utara akan

membuat Korea Utara lebih kuat dari Korea Selatan dan memberikan jaminan

keamanan bagi Korea Utara yang selama ini tidak ditawarkan oleh negara manapun

dalam komunitas internasional. Selain itu, pengembangan nuklir tersebut untuk

menangkal serangan AS dan memperkecil ketergantungan Korea Utara terhadap Cina

dan Uni Soviet.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pembahasan umumnya dilakukan

mengenai konflik di Semenanjung Korea. Namun belum ada penelitian yang secara

Page 21: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

9

khusus menjelaskan mengenai pencapaian dalam Six Party Talks periode 2003-2009

dan hambatan-hambatan yang dihadapai selama pembicaraan berlangsung. Untuk itu

penelitian ini akan difokuskan mengenai apa saja pencapaian yang telah didapat

dalam diplomasi multilateral Six Party Talks terhadap denuklirisasi Korea Utara

periode 2003-2009 dengan menggunakan pendekatan Realisme, teori kebijakan luar

negeri, dan konsep diplomasi multilateral. Pemilihan periode 2003-2009 dikarenakan

Korea Utara mulai menjadi anggota Six Party Talks pada 2003 dan menyatakan

pengunduran dirinya dari keanggotaan Six Party Talks tahun 2009.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Apa pencapaian Six Party Talks dalam mewujudkan denuklirisasi di Korea

Utara periode 2003-2009?

2. Apa faktor-faktor yang menghambat Six Party Talks dalam mewujudkan

denuklirisasi di Korea Utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Dengan mengetahui pencapaian Six Party Talks, maka dapat memberikan

gambaran mengenai kontribusi yang telah dihasilkan Six Party Talks dalam

mewujudkan denuklirisasi di Korea Utara periode 2003-2009.

2. Menganalisa faktor-faktor penghambat Six Party Talks dalam denuklirisasi di

Korea Utara.

3. Mengetahui peranan diplomasi Six Party Talks dalam mewujudkan

denuklirisasi di Korea Utara periode 2003-2009.

Page 22: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

10

4. Sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa Hubungan Internasional,

khususnya mengenai peranan sebuah diplomasi multilateral.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam menjawab pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini

menggunakan perspektif Realisme, teori kebijakan luar negeri, dan konsep diplomasi

multilateral.

1. Perspektif Realisme

Dalam perspektif Realisme, negara memiliki karakteristik yang sama dengan

manusia. Dalam level internasional, negara direpresentasikan oleh States Men. Oleh

karenanya, negara merupakan aktor utama dalam Hubungan Internasional. Politik

domestik merefleksikan politik internasional. Asumsi dasar Realisme sebagaimana

yang dikemukakan Morgenthau, bahwa dasar dari hubungan internasional yaitu

struktur yang anarki, yang membuat posisi negara menjadi sejajar dalam struktur

internasional (Burchill & Linklater 1996, h.104).

Negara juga bersifat egois, self help, dan kompetitif dalam mencari jaminan

keamanan. Sifat negara yang kompetitif tersebut menciptakan pertarungan power

untuk survival, yang merupakan national interest masing-masing dalam hubungan

internasional. Oleh karena itu, tidak ada yang dapat menjamin keamanan setiap

negara, sehingga setiap negara mencoba untuk meningkatkan power agar dapat

bertahan dari serangan negara lain (Burchill & Linklater 1996, h.100).

Page 23: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

11

Struktur yang anarki membuat setiap negara merasa terancam dari negara

lainnya. Dalam keadaan anarki, setiap negara harus menolong dirinya sendiri (self

help). Negara tidak dapat percaya begitu saja pada negara lain, sehingga setiap negara

harus mencari cara sendiri untuk dapat bertahan, terutama meningkatkan kekuatan

militernya (Hara 2011, h.36).

Jackson dan Sorensen (Suryadipura, terjemah 2005, h.112) menambahkan

bahwa kompetisi yang anarki tersebut menyebabkan adanya distribusi kapabilitas.

Dengan adanya distribusi kapabilitas ini, struktur bersandar pada major units yaitu

great power. Oleh karena itu, setiap negara percaya bahwa semakin besar power

negara, maka akan semakin besar potensinya memenuhi kepentingan nasional

negaranya.

Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan

memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar

untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara (Perwita & Yani 2005, h.35).

Menurut Morgenthau (1948, h.5), kepentingan nasional merupakan kemampuan

minimum negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan

budaya dari gangguan negara lain. Menurutnya, kepentingan nasional sama dengan

usaha negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu yang bisa

mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain.

Page 24: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

12

2. Teori Kebijakan Luar Negeri

Politik Luar negeri suatu negara menentukan interaksi antarnegara dalam

menentukan hubungannya dengan negara lain. Dalam mempelajari politik luar negeri,

pengertian dasar yang harus kita ketahui yaitu politik luar negeri itu pada dasarnya

merupakan “action theory”, atau kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke

negara lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. Secara umum politik luar

negeri (foreign policy) merupakan suatu perangkat formula nilai, sikap, arah, serta

sasaran, untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan

nasional di dalam ruang lingkup dunia internasional (Perwita & Yani 2005, h.47).

Oleh karena itu kebijakan luar negeri (foreign policy) suatu negara merupakan elemen

yang sangat penting dalam upaya pencapaian kepentingan nasional suatu negara.

Holsti menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri adalah ide atau gagasan atau

tindakan yang dirumuskan oleh pembuat keputusan untuk menyelesaikan suatu

masalah, melakukan perubahan dalam kebijakan, sikap atau tindakan suatu negara,

aktor non-negara atau lingkungan dunia (1992, h.82).

Faktor-faktor eksternal mempengaruhi substansi kebijakan luar negeri yang

meliputi kondisi perekonomian dunia, struktur sistem internasional, kebijakan dan

tindakan negara lain, hukum internasional, masalah global dan regional yang muncul

dari kegiatan individual, serta opini global (Holsti 1992, h.271-288).

Sementara itu, faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kebijakan luar

negeri suatu negara yaitu kebutuhan sosio-ekonomi dan keamanan, struktur

Page 25: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

13

pemerintahan, letak geografis, opini publik, pertimbangan etis, serta birokrasi (Holsti

1992, h.271-274).

Holsti dalam bukunya International Politics : A Framework of Analysis

(1992, h.98) menyebutkan bahwa:

Orientasi dasar politik luar negeri ada tiga. Pertama disebut isolasi dimana

untuk menjaga kepentingannya, negara memilih membatasi hubungannya

dengan negara lain. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Korea Utara dalam

setiap kebijakan luar negerinya. Kedua yaitu nonalignment atau non-blok dan

sering juga disamakan dengan netralitas. Ketiga yaitu pembuatan koalisi dan

pembangunan aliansi. Berbeda dengan isolasi, orientasi yang ketiga ini

berangkat dari ketidakmampuan negara, baik dalam pertahanan maupun

ekonomi, untuk berdiri sendiri. Jadi karena itulah mereka berusaha melakukan

koalisi diplomatik dan melakukan aliansi militer untuk melinduungi

pertahanan negaranya.

Kebijakan luar negeri suatu negara akan mempengaruhi hubungan

antarnegara. Kebijakan luar negeri tersebut mencerminkan kepentingan dalam negeri

nya yang akan dipromosikan ke luar negeri. Dengan kata lain kebijakan luar negeri

suatu negara merupakan bagian dari politik dalam negerinya dan oleh karenanya

kebijakan luar negeri dan politik dalam negeri memiliki tujuan yang sama (Dipoyudo

1989, h.47).

3. Konsep Diplomasi Multilateral

Instrumen dalam menjalankan suatu kebijakan luar negeri yaitu dapat berupa

dengan melakukan suatu diplomasi. Kebijakan luar negeri mempengaruhi kegiatan

diplomasi bagi negara-negara yang melakukannya. Maka diplomasi yang dilakukan

negara-negara harus selalu sejalan dengan kebijakan luar negeri untuk mencapai

kepentingan nasional sebuah negara. Menurut Bandoro (1991, h.47) ada dua elemen

Page 26: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

14

dasar yang menyebabkan negara-negara melakukan diplomasi yakni adanya

kepentingan bersama (common interest) dan adanya isu yang dipersengketakan

(issues of conflict).

Hannah Slavik mendefinisikan istilah diplomasi sebagai sebuah seni dari

praktek negosiasi yang dilakukan oleh wakil negara (2007, h.188). Adapun wakil

negara yang dimaksud dapat berarti pejabat senior, menteri, kepala pemerintahan,

diplomat, atau kedutaan besar. Pertemuan yang dilakukan antar wakil-wakil negara

satu dengan wakil negara lainnya bertujuan untuk merundingkan suatu permasalahan

agar dapat mencapai hasil yang bisa diterima oleh semua pihak.

Berdasarkan aktornya, diplomasi ada yang bersifat bilateral (dua negara),

regional (negara-negara kawasan), dan multilateral (banyak negara). Maka dalam

penelitian ini terjadi diplomasi multilateral yang melibatkan banyak negara.

Diplomasi multilateral dapat didefinisikan sebagai negosiasi dan diskusi yang

memungkinkan tindakan kolektif dan kerjasama antar negara ataupun aktor non-

negara (Langhorne 2000).

Pada dasarnya diplomasi multilateral merupakan diplomasi yang dilakukan

oleh lebih dari dua negara. Diplomasi multilateral ini berhasil menjadi cara yang

paling bermanfaat untuk meningkatkan negosiasi antara banyak pihak, selain sebagai

pendorong diplomasi bilateral (Djelantik 2008, h.142). Poin ini mengandung dua

aspek, pertama diplomasi multilateral memberi kesempatan untuk membahas

masalah-masalah di luar agenda formal dan yang menjadi perhatian bersama. Kedua,

Page 27: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

15

mediator yang memiliki kekuasaan penuh dapat menyelenggarakan konferensi

multilateral sebagai upaya memulai negosiasi bilateral untuk membahas masalah

mendasar yang sebelumnya diselenggarakan di tempat lain .

Dalam diplomasi multilateral, komunikasi dilakukan secara verbal melalui

diskusi dan perdebatan. Diplomasi semacam ini ditandai dengan adanya beragam

masalah yang akan dibahas, ruang lingkup yang lebih luas, dan jumlah negara yang

hadir (Rumintang 2008, h.31). Diplomasi multilateral memiliki berbagai keuntungan.

Pertama, kemungkinan mengkonsolidasikan perpecahan. Suatu masalah dapat tetap

diamati terus menerus. Kedua, memunculkan sebuah lobby untuk menyelesaikan

masalah.Selanjutnya, negara-negara yang membutuhkan dapat diberikan bantuan

teknis (Djelantik 2008, h.142).

E. Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian dibutuhkan untuk menganalisis suatu kasus yang

diangkat dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk memunculkan suatu hubungan

antara fenomena dengan kesimpulan yang diambil. Pada penelitian ini, penulis

menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun

tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor

dan Bogdan dikutip Suyanto 2004, h.166). Penelitian kualitatif digunakan untuk

memahami fenomena tentang hal yang diteliti seperti perilaku, motivasi, tindakan,

Page 28: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

16

yang secara utuh dan akan dijelaskan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata

(Moleong 1988, h.6).

Proses penyusunan dilaksanakan melalui beberapa langkah. Pertama, metode

pengumpulan data. Sumber pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti (responden),

seperti wawancara dengan salah satu ahli isu nuklir Korea Utara dan Six Party Talks

(Moleong 1988, h.18). Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung, melalui dokumentasi seperti buku, koran, jurnal, artikel,

laporan resmi, arsip-arsip, dan data dari situs internet lembaga resmi atau institusi.

Kedua, setelah data terkumpul, lalu diadakan pemisahan terhadap data

tersebut dengan mengklasifikasikannya. Dalam tahap ini, maka akan dipilih data

sedemikian rupa sehingga hanya data yang berkaitan saja yang digunakan. Ketiga,

pertanyaan penelitian akan dianalisa sesuai dengan kerangka pemikiran. Setelah

tahap-tahap sebagaimana telah diuraikan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah

menyusun laporan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

G. Pernyataan Masalah

H. Pertanyaan penelitian

Page 29: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

17

I. Tujuan dan Manfaat Penelitian

J. Kerangka Pemikiran

1. Perspektif Realisme

2. Teori Kebijakan Luar Negeri

3. Konsep Diplomasi Multilateral

K. Metode Penelitian

L. Sistematika Penulisan

BAB II PERKEMBANGAN PROGRAM NUKLIR KOREA UTARA

B. Sejarah Perkembangan Program Nuklir Korea Utara

1. Asal Mula Pembangunan Program Nuklir Korea Utara (Tahun

1959-1970)

2. Perkembangan Program Nuklir Korea Utara (Tahun 1970- 1994)

3. Peluncuran Uji Coba Nuklir Korea Utara

B. Krisis Nuklir di Korea Utara dan Upaya Penyelesaiannya

BAB III TUJUAN DAN PERKEMBANGAN SIX PARTY TALKS DALAM

MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI DI KOREA UTARA

C. Sejarah Pembentukan Six Party Talks

D. Tujuan Pendirian dan Perkembangan Six Party Talks

BAB IV IMPLEMENTASI TUJUAN-TUJUAN SIX PARTY TALKS DALAM

MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI DI KOREA UTARA

A. Pencapaian Six Party Talks dalam Mewujudkan Denuklirisasi di

Korea Utara.

1. Pencapaian Six Party Talks

2. Implementasi hasil pencapaian Six Party Talks

a. Six Party Talks sebagai Sarana Diplomasi dan Negosiasi

Page 30: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

18

b. Pembongkaran Program Nuklir Korea Utara

c. Normalisasi Hubungan antar Anggota Six Party Talks

d. Meningkatkan Kerjasama Negara Anggota Six Party Talks

dengan Korea Utara

e. Menjaga Perdamaian dan Stabilitas Kawasan Semenanjung

Korea

B. Faktor Penghambat Six Party Talks dalam Mewujudkan

Denuklirisasi di Korea Utara

1. Konflik Kepentingan (Conflict of Interests)

2. Juche Idea dan Songun Policy

3. Ketiadaan Aturan yang Mengikat secara Hukum (Non- Legally

Binding)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 31: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

19

BAB II

PERKEMBANGAN PROGRAM NUKLIR KOREA UTARA

A. Sejarah Perkembangan Program Nuklir Korea Utara

Perkembangan teknologi nuklir Korea Utara berawal sejak berakhirnya

Perang Korea (1950-1953), sebuah perang yang digambarkan sebagai “Proxy War”

pertama atau perang yang terjadi antara dua negara yang menggunakan pihak ketiga

sebagai pengganti untuk berperang satu sama lain secara langsung pada masa Perang

Dingin (Powell 1990, h.12). Keberpihakan Korea Utara dengan Blok Timur,

membuat Korea merasa terancam dari serangan nuklir yang dilancarkan Amerika

Serikat (AS). Ancaman tersebut memaksa Pyongyang untuk mengembangkan

teknologi nuklir secara reaksioner (Pinkston 2008, h.5).

Michael J. Mazaar dalam bukunya North Korean and The Bomb: A Case

Study in Nonproliferation (1995, h.19) lebih jauh menjelaskan bahwa terdapat lima

motif dasar pengembangan nuklir Korea Utara seiring perjalanan waktu, yaitu: (1)

Kebutuhan pentingnya memiliki senjata nuklir untuk melawan ancaman nuklir AS.

(2) Untuk mendapatkan jaminan keamanan menyusul keunggulan konvensional

Korea Selatan (3) Sebuah cara untuk memperoleh pengaruh diplomatik dari negara

lain (4) Untuk mempromosikan pencapaian ilmiah dalam rangka mencari pengakuan

internasional sehingga memperkuat legitimasi sebelum terjadi peralihan kekuasaan

Page 32: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

20

dari Kim Sung Il kepada Kim Jong Il (5) Untuk mengurangi ketergantungan pada

Cina dan Rusia.

Pendapat Mazaar di atas berbeda dengan pengakuan Korea Utara,

sebagaimana yang disampaikan dalam pidato Kim Jong Un di depan petinggi partai

pekerja Korea Utara menjelaskan bahwa motif pengembangan nuklir Korea Utara

dilandasi oleh beberapa poin yaitu: (1) Terinspirasi oleh gagasan Juche dan Songun

dimana militer memiliki prioritas khusus. Salah satu prioritas tersebut diantaranya

bahwa senjata merupakan garis hidup negara dan sumber kemenangan revolusi. (2)

Adanya ancaman serangan militer dan bom atom dari negara lain. (3)

Memepertahankan warisan penting para leluhur berupa partai dan rakyat yang tidak

terkalahkan serta terciptanya tentara revolusioner yang kuat (Foreign Languange

Publishing House 2012).

Dalam menjelaskan secara rinci perkembangan program nuklir Korea Utara

dari masa ke masa, maka penjelasan akan dibagi ke dalam beberapa fase, yaitu:

1. Asal Mula Pembangunan Program Nuklir Korea Utara (Tahun 1959-

1970)

Sebelum mengembangkan program nuklirnya lebih jauh, Korea Utara pada

awalnya membiayai tambang uranium yang diperkirakan memanfaatkan empat juta

ton bijih uranium berkualitas tinggi. Bijih uranium tersebut diperkirakan dapat

diekstrak lebih banyak dari jumlah yang dihasilkan. Atas melimpahnya potensi

Page 33: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

21

sumber daya alam yang dimiliki dan kebutuhan energi Korea Utara, maka mendorong

Korea Utara untuk mencoba mengembangkan program nuklir (Pinkston 2008, h.15).

Program nuklir Korea Utara dibangun atas bantuan Uni Soviet. Kedua negara

menandatangani sebuah perjanjian kerjasama nuklir pada 1959. Lebih dari 30 tahun

selanjutnya, Moskow membantu Pyongyang dengan memberikan pelatihan dan

pemanfaatan energi dalam mengembangkan dasar teknologi nuklirnya. Bantuan yang

diberikan Uni Soviet tersebut merupakan bentuk pemberian bantuan selama

berlangsungnya Perang Dingin. Dalam perjanjian tersebut, memungkinkan dilakukan

berbagai pertukaran proyek, teknis dan ilmiah. Termasuk pembangunan Pusat

Penelitian Nuklir Yongbyon, pelatihan teknisi Korea Utara, dan peninjauan teknis

untuk penggunaan nuklir (Mazaar 1995, h.21).

Pelatihan teknisi Korea Utara oleh Soviet dilaporkan telah dimulai beberapa

tahun sebelum 1959. Bantuan Soviet tersebut tidak secara spesifik berniat membantu

perkembangan program senjata nuklir, akan tetapi memperbolehkan Pyongyang

memiliki teknologi dasar yang dibutuhkan untuk memproduksi dan pemisahan

plutonium. Untuk itu, pada tahap awal pembangunan program nuklir Korea Utara,

Soviet fokus pada pada pelatihan dan penilitian sampai pada tahap transfer teknologi

(Albright dan Kevin 2000).

Sebuah reaktor riset Soviet IRT-2M dipasang di pusat penelitian Yongbyon

pada 1965. Reaktor IRT-2M tersebut didesain untuk menjadi acuan dasar penelitian

nuklir Korea Utara yang menghasilkan sejumlah kecil isotop dari hasil radiasi dalam

Page 34: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

22

IRT-2M. Reaktor IRT-2M memiliki kekuatan 2 Mega Watt (MW). Namun dalam

perkembangannya, kekuatan IRT-2M ini ternyata mampu dikembangkan menjadi

4MW hingga 8MW. Selama tahun 1965-1970, sepuluh persen pengayaan bahan

bakar untuk kebutuhan energi di Korea Utara dihasilkan dari reaktor IRT-2M

(Kristensen 2006).

Para ahli nuklir Soviet terlibat langsung dalam membantu pembangunan

sebuah fasilitas situs nuklir bawah tanah untuk menyimpan pembuangan radio aktif

dari hasil isotop. Walaupun reaktor IRT-2M dan laboratorium radiokimia ditujukan

untuk penelitian nuklir dasar dan produksi isotop, bahan-bahan serta peralatannya

juga disediakan untuk Korea Utara sebagai sarana untuk melakukan percobaan

dengan membuat dan mengekstrak sejumlah kecil plutonium. (Kristensen 2006).

Dibawah kerangka perjanjian Uni Soviet-Korea Utara tahun 1959, Soviet

telah melatih lebih dari 300 insinyur dan fisikawan Korea Utara di lembaga Soviet.

Termasuk Institut Bersama Penelitian Nuklir di Dubna dan Sekolah Tinggi Teknik

Bauman. Sementara itu, berdasarkan survey geologi yang dilakukan Uni Soviet,

bahwa Korea Utara memiliki banyak simpanan bijih uranium dan grafit yang

kemudian dikembangkan Pyongyang untuk membentuk blok bangunan program

pembuatan plutonium (Park dan Kim 2012 h.132).

2. Perkembangan Program Nuklir Korea Utara (Tahun 1970-1994)

Pada tahun 1970an Korea Utara mencapai teknologi nuklir tercanggihnya,

terutama di bidang penyulingan, konversi, dan produksi. Ilmuwan Korea Utara

Page 35: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

23

berhasil memodernisasi reaktor riset Soviet IRT-2M yang memiliki standar yang

sama dengan Uni Soviet dan negara-negara maju lainnya. Selanjutnya teknisi Korea

Utara mampu menghasilkan reaktor nuklir yang akhirnya menjadi inti dari program

nuklir Korea Utara (Mazaar 1995, h.23). Pada fase ini, Korea Utara telah mampu

melakukan penambangan dan penggilingan uranium secara mandiri, pengubahan

uranium, serta pengolahan bahan bakar. Korea Utara juga mampu mengelola pabrik

serta laboratorium radiokimia (Mazaar 1995, h.24).

Korea Utara mulai melakukan penambangan uranium dalam skala besar di

berbagai lokasi dekat Sunchon dan Pyongsan pada awal tahun 1970. Bijih mentah

uranium dikirim ke pabrik penggilingan uranium di Pakchon dan Pyongsan. Dalam

proses ini, bijih uranium tersebut dihancurkan dan diproses secara kimia untuk

menghasilkan U3O8 yang kemudian dikirim ke pusat penelitian nuklir Yongbyon

untuk diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan bahan bakar reaktor nuklir.

Biasanya satu ton bijih uranium Korea Utara mengandung sekitar satu kilogram

uranium, yang berarti bahwa sekitar 50.000 ton bijih harus ditambang dan diproses

untuk memperoleh 50 ton uranium alam yang dibutuhkan untuk bahan bakar reaktor

nuklir (Bermudez 1999, h.4).

Pada akhir 1970, Korea Utara telah menerima bahan pembuatan rudal kapal

dan rudal udara dari Cina, disamping Pyongyang juga mencari bahan untuk

membangun sendiri programnya dari negara lain. Pada September 1971, Korea Utara

menandatangani perjanjian dengan Cina untuk memperoleh, mengembangkan, dan

Page 36: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

24

memproduksi rudal balistik. Akan tetapi, kerjasama bilateral tersebut tidak juga

dimulai hingga tahun 1977 ketika insinyur Korea Utara berpartisipasi dalam program

pengembangan untuk DF-61 yang menjadi asal mula perkembangan bahan bakar

rudal balistik Korea Utara dengan jarak sekitar 600km. Kemudian program ini

dibatalkan pada tahun 1978 karena alasan politik dalam negeri Cina (Bermudez 1999,

h. 4).

Pengubahan uranium serta pengolahan bahan bakar fasilitas nuklir di

Yongbyon dirancang menghasilkan bahan bakar untuk seluruh reaktor grafit yang

sedang dalam pembangunan di Korea Utara selama tahun 1980. Konstruksi reaktor

grafit tersebut dimulai tahun 1980 dan mulai mendapatkan kritikan dari PBB pada

Agustus 1985. Reaktor ini mulai dioperasikan pada tahun 1986-1994 hingga reaktor

tersebut ditutup berdasarkan Kerangka Persetujuan antara AS dan Korea Utara

(Bermudez 1999, h.5).

Pada tahun 1980, Korea Utara meluncurkan program nasional terpadu untuk

membangun serangkaian fasilitas skala industri yang mampu memproduksi sejumlah

besar plutonium untuk program senjata nuklir, disamping untuk industri tenaga nuklir

negara tersebut. Program senjata nuklir Korea Utara dikembangkan kembali pada

tahun 1980. Pada 1980an Korea Utara sangat fokus pada praktik penggunaan energi

nuklir dan penyelesaian sistem perkembangan senjata nuklir (Pinkston 2008, h.18).

Korea Utara juga mulai mengoperasikan fasilitas untuk pembuatan uranium

dan pengkonversiannya. Pada fase ini, Korea Utara memulai pembangunan reaktor

Page 37: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

25

nuklir MWe 200 dan fasilitas pemrosesan ulang nuklir di Yongbyon dan Taechon

(Kimball 2012). Kemudian Korea Utara melakukan tes peledakan ledak tinggi. Sejak

pertengahan 1980, Korea Utara memang telah melakukan serangkaian tes daya ledak

tinggi yang berkaitan dengan pengembangan sistem ledakan senjata nuklir (Russian

Federation Foreign Intelligence Service, 1995).

Pada akhir tahun 1980, Korea Utara memulai pembangunan reaktor 50MW

berskala besar di Taechon berbasis teknologi yang hampir sama dengan reaktor

sebelumnya. Keunggulan reaktor tersebut yaitu memiliki model yang sama dengan

reaktor G2 yang dimiliki Perancis. Reaktor ini mampu menghasilkan lebih dari 220kg

plutonium sekelas senjata setiap tahunnya jika beroperasi penuh selama 300 hari per

tahun (Dreicer 2000).

Pada tahun 1984, Korea Utara telah memproduksi Hwasong-5 yang diketahui

memiliki jangkauan 320km. Perbaikan dalam sistem propulsi rudal membuat

Hwasong-5 menjadi lebih unggul dibanding pendahulunya. Pada tahun yang sama,

Korea Utara juga menambah pembangunan sebuah pabrik pengolahan skala industri

untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar nuklir di pusat penelitian nuklir

Yongbyon. Pengoperasian pabrik ini berdasarkan proses ekstraksi uranium

plutonium, yaitu sebuah prosedur standar penggunaan secara luas dalam industri

nuklir, dimana uranium dan plutonium dipisahkan dari limbah nuklir dan kemudian

satu sama lain dipisahkan melalui serangkaian proses kimia (Pinkston 2008, h.22).

Page 38: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

26

Korea Utara juga mencoba menambahkan reaktor terbesar di Yongbyon yang

pembangunannya dimulai akhir tahun 1984. Pembangunan reaktor tersebut

menggunakan bahan dasar dan teknologi yang sama dengan reaktor 5MW

sebelumnya. Walaupun secara konsep sama dengan reaktor G2 milik Perancis, namun

proses dan cara pengoperasiannya berbeda. Reaktor ini hanya mampu menghasilkan

55kg plutonium (Dreicer 2000).

Korea Utara melaporkan memulai pengembangan Nodong pada tahun 1989.

Sebagian besar literatur menegaskan bahwa Nodong tersebut dirancang dan

dikembangkan oleh para insinyur Korea Utara dengan sedikit bantuan asing.

Perkembangan pesat ini tanpa adanya uji coba yang signifikan selain penyebaran

teknologi tersebut dan ekspor sistem teknologi dari Uni Soviet ke Korea Utara

(Bermudez 1999, h.20).

3. Peluncuran Uji Coba Nuklir Korea Utara

Pembangunan dan perkembangan nuklir Korea Utara yang telah dibangun

sejak 1959, mendorong Korea Utara untuk melakukan peluncuran uji coba program

nuklir yang selama ini dikekembangkan negara tersebut. Pada 1998 Korea Utara

berhasil mengembangkan misil Nodong dengan perkiraan jangkauan jelajah sejauh

900mil yang mampu mencakup wilayah Jepang dan Korea Selatan. Korea Utara

dilaporkan mengerahkan produksi hampir 100 rudal Nodong pada tahun 2003

(Niksch 2003 h.6).

Page 39: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

27

Untuk itu, pada 31 Agustus 1998 pertama kalinya Korea Utara meluncurkan

sebuah roket tiga tingkatan, yang merupakan bentuk dasar dari roket Taepodong-1.

Ketiga tingkatan roket tersebut rupanya merupakan usaha Korea Utara untuk

meluncurkan sebuah satelit. Roket Taepodong-1 memiliki jarak jelajah 1.500-

2.000km yang mampu mencapai Alaska, dan sempat terbang diatas perairan Jepang.

Pyongyang mengumumkan bahwa roketnya tersebut berhasil ditempatkan pada

sebuah satelit dalam orbit (Niksch 2003 h.6).

Merasa belum puas dengan uji coba nuklir pertamanya, Korea Utara kembali

melakukan uji coba pada 5 Juli 2006 dengan menembakkan tujuh roket, termasuk

roket terpanjang, Taepo Dong-2. Keenam roket lainnya termasuk gabungan dari roket

jarak pendek dan menengah, Scud-C dan roket Nodong. Ketujuh roket tersebut

diluncurkan dari tempat uji coba Kittaraeyong. Walaupun uji coba roket jarak pendek

Korea Utara tersebut terlihat sukses, akan tetapi roket Taepo Dong-2 gagal meluncur

dan jatuh kurang dari satu menit setelah peluncuran (Andrea 2006).

Korea Utara melakukan peluncuran nuklir selanjutnya pada 5 April 2009

dengan meluncurkan roket Unha-2. Roket tersebut diyakini menjadi versi modifikasi

dari rudal balistik jarak jauh Taepo Dong-2 yang membawa misi penempatan satelit

Kwangmyongsong-2 ke dalam orbit (KCNA 2009). Walaupun Korea Utara

menyatakan roket tersebut menempati sebuah satelit dalam orbit, Komando AS

melaporkan bahwa roket tingkat pertama mendarat di laut Jepang dan sisanya jatuh di

lautan pasifik (Kimball 2012).

Page 40: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

28

Berbagai aksi peluncuran uji coba nuklir didukung oleh rezim Kim Jong Il

yang sudah pasti dapat meningkatkan perhatian dunia terhadap Korea Utara. Hal

terebut tentu saja mengundang kritik dan sanksi yang sangat keras dari PBB. Aksi ini

dinilai sebagai tindakan provokatif yang melanggar moratorium sukarela Korea Utara

dalam uji coba peluncuran rudal jarak jauh.

Peluncuran beberapa roket di Semenanjung Korea itu kian mengkhawatirkan

beberapa negara di kawasan karena dikhawatirkan mengganggu stabilitas keamanan

regional yang dapat berujung pada konflik antar kedua Korea. Ketegangan antara

kedua negara Korea tersebut menimbulkan dibentuknya zona demiliterisasi. Akan

tetapi, pengaturan latihan militer bersama antara AS dan Korea Selatan ternyata

semakin menambah masalah baru di kawasan tersebut (Branigan, 2010).

B. Krisis Nuklir di Korea Utara dan Upaya Penyelesaiannya

Keberhasilan Korea Utara dalam pengembangan nuklir, akhirnya tertangkap

mata dunia internasional. Sehingga pada 1977 Korea Utara menandatangani

perjanjian dengan Badan Energi dan Atom Internasional (IAEA) yang mengizinkan

IAEA melakukan pemeriksaan terhadap reaktor riset yang dibangun atas bantuan Uni

Soviet tersebut (Ceuster dan Melissen 2008, h.9).

Atas desakan dunia Internasional dan meningkatnya laporan intelijen AS

mengenai pembangunan reaktor nuklir di negara tersebut, maka Pyongyang juga

terpaksa mengabulkan Perjanjian Non-proliferasi Nuklir (NPT) pada 12 Desember

Page 41: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

29

1985. NPT merupakan suatu perjanjian yang membatasi kepemilikan senjata nuklir.

Dengan masuknya Korea Utara ke dalam NPT, maka mewajibkan Korea Utara

melakukan proses denuklirisasi, yaitu proses terwujudnya penghapusan kepemilikan

senjata nuklir (Kimball 2012).

Pada tahun 1992, ketika pemeriksa IAEA pertama kalinya diizinkan

mengakses reaktor, Pyongyang mengklaim bahwa reaktor mengalami kesulitan dalam

menghidupkan reaktor dan mengalami kesulitan kontrol yang mencegah

pengoperasian daya secara penuh dan mengakibatkan mesin sering mati selama

beberapa tahun pertama beroperasi (Pinkston 2008, h.24).

Sebelum tahun 1992, Korea Utara melakukan uji coba pengembangan terkait

nuklir ledak tinggi di Pusat Penelitian Nuklir Yongbyon. Hal ini sebagaimana

laporkan Komite Keamanan Rusia pada 22 Februari 1990 yang dibocorkan kepada

media Rusia pada Maret 1992. Badan intelijen Soviet telah menyimpulkan bahwa

Korea Utara telah berhasil mengembangkan bom nuklir di Pusat Penelitian Nuklir

Yongbyon (Badan Intelijen Rusia, 1995). Padahal selama kunjungan inspeksi IAEA

terhadap situs ini pada 1992, IAEA tidak menemukan bukti bahan nuklir.

Selanjutnya, IAEA terus berusaha mengakses dua terduga situs pembuangan

untuk menentukan apakah limbah radioaktif yang diproduksi oleh aktivitas

pemrosesan ulang yang tidak dilaporkan kepada IAEA disimpan di lokasi tersebut

atau tidak. Pada September 1992, pengawas IAEA diizinkan untuk mengunjungi

bangunan yang menjadi pusat pembuatan kendaraan militer Korea Utara (Mazaar

Page 42: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

30

1995, h.79). Korea Utara menyatakan bahwa bangunan tersebut tidak memiliki ruang

bawah tanah. Setelah Korea Utara berulang kali menolak tuntutan untuk pemeriksaan

yang lebih luas, IAEA tetap meminta izin dilakukan pemeriksaan khusus pada

Februari 1993 di situs yang diduga menjadi pembuangan uranium (Mazaar 1995,

h.81).

Keikutsertaan Korea Utara dalam perjanjian NPT, ternyata tidak membuka

jalan bagi terciptanya hubungan diplomatik yang lebih harmonis antara Korea Utara

dan dunia internasional pada dekade berikutnya. Korea Utara berulang kali

menjelaskan bahwa situs yang selama ini dicuriggai IAEA merupakan sebuah

fasilitas militer non-nuklir diluar jangkauan pemeriksaan IAEA. Karena IAEA terus

menerus mendesak, maka Pyongyang menanggapi desakan IAEA tersebut dengan

mengajukan pengunduran diri dari Perjanjian Non-proliferasi Nuklir pada Maret 1993

(Kimball 2012).

Penolakan Korea Utara untuk bekerjasama dengan IAEA serta laporan jumlah

produksi plutonium Korea Utara hingga pada mundurnya Korea Utara dari NPT

tahun 1993 menyebabkan krisis nuklir yang terjadi tahun 1993-1994 (Mazaar 1995,

h.102). Untuk mengakhiri krisis tersebut, maka pada 11 Mei 1993, Majelis Umum

PBB segera mengeluarkan resolusi yang menghimbau Korea Utara untuk

bekerjasama dengan IAEA dan mengimplementasikan persetujuan denuklirisasi.

Resolusi itu juga menghimbau semua pihak mendorong Korea Utara untuk

Page 43: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

31

menanggapi resolusi ini dan memfasilitasi penyelesaiannya (Ceuster dan Melissen

2008, h.10).

Amerika Serikat kemudian segera mengambil langkah cepat untuk

menanggapi resolusi tersebut dan mencoba meredakan krisis nuklir yang terjadi.

Amerika Serikat menggelar pembicaraan tingkat politik bersama Korea Utara pada

awal Juni 1993. Pembicaraan tersebut menjadi asal mula perumusan “Agreed

Framework” yang menjadi prinsip dasar untuk melanjutkan dialog AS-Korut.

Akhirnya berkat pembicaraan tersebut, Korea Utara menunda pengunduran dirinya

dari NPT (Niksch 2003 h.6).

Kemudian pembicaraan putaran kedua dilanjutkan pada 14-19 Juli 1993 di

Geneva. Pembicaraan tersebut menentukan pedoman untuk menyelesaikan masalah

nuklir, meningkatkan hubungan AS-Korut, dan memulai kembali pembicaraan kedua

Korea. Namun, negosiasi ini menemukan jalan buntu (Lee 2004, h.107).

Pada Juni 1994 mantan Presiden AS, Jimmy Carter mengunjungi Pyongyang

untuk membantu meredakan ketegangan dan mencoba bernegosiasi dengan Korea

Utara agar Pyongyang bersedia menghentikan program senjata nuklirnya dan bersedia

melanjutkan pembicaraan tingkat tinggi dengan AS. Kemudian pembicaraan putaran

ketiga antara AS-Korut dibuka di Geneva pada 8 Juli 1994. Akan tetapi kematian

Kim Il Sung pada 8 Juli 1994 menunda rencana pertemuan (Mazaar 1995, h.166).

Atas kematian Kim Il Sung tersebut, maka pembicaraan ditunda dan

dilanjutkan pada bulan Agustus. Pembicaraan ini menghasilkan kesepakatan Agreed

Page 44: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

32

Framework pada 21 Oktober 1994 (Park dan Kim 2012 h.76). Di bawah kerangka

persetujuan tersebut, Korea bersedia menghentikan dan secepatnya membongkar

keberadaan program nuklir yang dicurigai selama ini, termasuk reaktor grafit-moderat

50MW dan 200MW yang sedang dalam pembangunan, selain reaktor 5MW dan

fasilitas pemrosesan ulang bahan bakar nuklirnya. Dalam Agreed Framework juga

dibahas mengenai perbaikan hubungan bilateral secara bertahap antara AS-Korut

dalam bidang politik serta ekonomi, dan memasukkan Korea Utara kedalam dialog

Utara-Selatan (Lihat lampiran I).

Sebagai gantinya, Pyongyang akan disediakan energi alternatif, dalam bentuk

minyak berat, kemudian secepatnya akan dibangun dua reaktor air ringan bertekanan

udara masing-masing berkapasitas 1.000MW disertai dua alat pendingin. Dua reaktor

nuklir air ringan 1.000MW tersebut lebih aman dan mampu menghasilkan cukup

plutonium untuk membantu menambah pasokan listrik di Korea Utara, yang sedang

mengalami krisis energi (Park dan Kim 2012 h.133).

Berdasarkan kesimpulan dari Agreed Framework, Korea Utara harus

bekerjasama dengan AS dan IAEA. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya

bahwa hasil pokok dari Agreed Framework yaitu pembangunan reaktor air ringan

yang akan dibiayai dan dibangun di bawah Organisasi Pengembangan Energi

Semenanjung Korea (KEDO). Oleh karena itu, setelah penandatanganan Agreed

Framework, maka AS, Korea Selatan, dan Jepang menyelenggarakan sebuah

Page 45: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

33

konferensi di New York pada Maret 1995 yang menghasilkan pendirian KEDO

secara resmi (Lee 2004, h.110).

KEDO menjadi sebuah organisasi internasional non-profit berbentuk badan

konsorsium multinasional yang didirikan untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip

pokok dari Agreed Framework. Dalam perjanjian KEDO tersebut dijelaskan bahwa

KEDO bertugas mengirimkan energi sementara hingga reaktor air ringan pertama

selesai dibangun. Sebagai tambahan, KEDO juga melaksanakan berbagai bentuk

tindakan lainnya yang dianggap perlu demi tercapainya tujuan Agreed Framework

(Lee 2004, h.110).

Selanjutnya IAEA melakukan pemeriksaan terhadap kandungan isotop

radioaktif dalam limbah nuklir yang disampaikan Korea Utara bahwa pihaknya telah

mengekstrak sekitar 24kg plutonium. Oleh karenanya, Korea Utara diperkirakan telah

menghasilkan 0,9 gram plutonium per megawat setiap harinya dalam periode empat

tahun dari 1987-1991. Jika dijumlahkan selama empat tahun dengan sebuah reaktor

30 megawat dan rasio pengoperasian sebesar 60% per tahun, maka Korea Utara telah

berhasil menghasilkan 23kg plutonium (Leventhal dan Steven 1994).

Pada November 1994, IAEA mengumumkan bahwa pihaknya telah

mengkonfirmasi pembangunan program nuklir Korea Utara dihentikan di fasilitas

nuklir Yongbyon dan Taechon milik Korea Utara. IAEA juga menegaskan bahwa

kedua fasilitas ini sudah tidak beroperasi (Kristensen 2006). Sesuai dengan ketentuan

dari Agreed Framework antara AS-Korut tahun 1994, Pemerintah AS pada Januari

Page 46: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

34

menanggapi keputusan Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya serta

bekerjasama dengan Amerika Serikat dan upaya verifikasi IAEA dengan menghapus

sanksi ekonomi terhadap Korea Utara (Mazaar 1995, h.175).

Dalam Kesepakatan Kuala Lumpur untuk Agreed Framework Geneva, Korea

Utara setuju untuk bernegosiasi langsung dengan KEDO dalam isu yang berkaitan

dengan proyek reaktor air ringan. Pada tanggal 15 Desember 1995, Korea Utara

menandatangani Perjanjian Pasokan Reaktor Air Ringan. Tim KEDO telah

melakukan sejumlah perjalanan ke Korea Utara untuk meninjau lokasi reaktor yang

diusulkan. Pada musim semi 1996, KEDO dan Korea Utara memulai negosiasi pada

pelaksanaan protokol Perjanjian Pasokan Reaktor Air Ringan (Lee 2004, h.112).

Sejak perjanjian pemasokan energi untuk Korea Utara disetujui pada bulan

Desember 1995, maka enam protokol terkait telah mulai berlaku dan tiga putaran

perundingan tingkat ahli telah menghasilkan keputusan penuh (Park dan Kim 2012,

h.133). Korean Electric Power Corp (KEPCO), perusahaan listrik Korea Selatan

menjadi kontraktor utama dalam proyek ini yang mengemban tugas menentukan

bentuk, manufaktur, kontruksi, dan pengelolaan reaktor. Akhirnya pada 19 Agustus

1997, KEDO dan Korea Utara menggelar upacara peletakan batu pertama untuk

memulai pembangunan dua reaktor air ringan (Lee 2004, h.113).

Akhirnya pembangunan reaktor air ringan Korea Utara telah selesai dan mulai

beroperasi pada 1998. Namun, Korea Utara tidak menepai janjinya bahwa pihaknya

akan menerima pemeriksaan umum dan khusus oleh IAEA. Korea Utara tetap

Page 47: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

35

menolak pemeriksaan fasilitas nuklir yang tidak dilaporkan kepada IAEA. Pyongyang

juga menolak untuk bergabung dalam Perjanjian Larangan Uji Komprehensif dan

menolak berpartisipasi dalam konferensi tahunan PBB mengenai perlucutan senjata

nuklir pada 25 Februari 1997 (Park dan Kim 2012, h.133).

Insiatif AS menginsiasi pembicaraan bilateral dengan Korea Utara yang

menghasilkan Agreed Framework diatas ternyata tidak berjalan lancar sesuai yang

diharapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya sikap saling percaya antar kedua pihak.

Oleh karena itu, Korea Utara mulai melangkah lebih jauh dengan mengembangkan

kembali senjata nuklirnya yang ditandai dengan uji coba peluncuran roket

Taepodong-1 pada tahun 1998.

Pada Oktober 2002, utusan khusus AS, James Kelly mengunjungi Korea

Utara, dimana Kelly mencurigai program pengayaan uranium masih berlangsung.

Sebagai tanggapannya, maka rezim Kim Jong Il menyatakan penundaan penghentian

program nuklirnya dan menghidupkan kembali fasilitas nuklir negara tersebut pada

12 Desember 2002. Setelah itu, Korea Utara mengundurkan diri dari Perjanjian Non-

proliferasi Nuklir pada 10 Januari 2003 (Park dan Kim 2012, h.133).

Ketika Amerika Serikat membahas presentasi mengenai isu nuklir Korea

Utara di Dewan Keamanan PBB, juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara

mengeluarkan pernyataan pada 2 Oktober 2003 yang mengakui bahwa Korea Utara

akan melakukan pengayaan uranium dan mengubah plutonium yang dieksktrak dari

bahan bakar bekas dengan tujuan memperkuat pertahanan nuklir (KCNA 2003). AS

Page 48: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

36

menganggap tindakan Korea Utara telah melanggar Kerangka Persetujuan dan

perjanjian lainnya.

Setelah upaya pembicaraan bilateral antara AS-Korut tersebut mencapai

kebuntuan, maka AS berusaha mencari cara yang tepat untuk membawa kembali

Korea Utara ke dalam meja perundingan. Untuk itu, dibentuklah sebuah upaya

multilateral yang melibatkan AS, Cina, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan Korea

Utara yang dikenal dengan “Six Party Talks” pada tahun 2003.

Page 49: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

37

BAB III

TUJUAN DAN PERKEMBANGAN SIX PARTY TALKS DALAM

MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI DI KOREA UTARA

Pengunduran diri Korea Utara dari keanggotaan perjanjian non-proliferasi

nuklir (NPT) pada Januari 2003 menambah deretan panjang aksi Korea Utara dalam

uji coba nuklir yang dimilikinya. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mengganggu

stabilitas kemanan di Semenanjung Korea. Oleh karena itu, pada Agustus 2003

Amerika Serikat (AS) bersama Cina membentuk sebuah pembicaraan multilateral

untuk menggandeng kembali Korea Utara ke dalam meja perundingan dengan

melibatkan Rusia, Jepang, dan Korea Selatan. Pembicaraan multilateral tersebut yang

saat ini kita kenal dengan nama Six Party Talks.

A. Sejarah Pembentukan Six Party Talks

Pada 16 Oktober 2002, AS dibawah kepemimpinan Presiden Bush

menegaskan bahwa Korea Utara telah menyatakan jika negaranya memiliki sebuah

program senjata nuklir rahasia berbasis pengayaan uranium. Laporan tersebut

diterima langsung oleh Asisten Menteri luar Negeri AS, James Kelly di Pyongyang

pada 5 Oktober 2002 (Park dan Kim 2012, h.133). Program nuklir tersebut ternyata

dihasilkan dari proses pengayaan uranium, dimana proses ini jauh berbeda dengan

program nuklir Korea Utara sebelum tahun 1995 yang hanya berbasis pemrosesan

ulang plutonium (Zhongying 2009, h.12).

Page 50: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

38

Sebelumnya, tugas AS hanyalah mengawasi keputusan Organisasi

Perkembangan Energi Sememenanjung Korea (KEDO) untuk menyelesaikan

pengiriman minyak ke Korea Utara yang telah dilaksanakan sesuai dengan Kerangka

Persetujuan tahun 1994 (Niksch 2005). Oleh karena itu, para pejabat AS merasa

terkejut atas meningkatnya intensitas Korea Utara pada akhir Desember 2002, dimana

Korea Utara memulai kembali fasilitas nuklirnya berbasis plutonium di Yongbyon.

Selain itu, Korea Utara juga mengusir para pejabat IAEA yang ditempatkan disana

berdasarkankan Kerangka Persetujuan antara AS dan Korea Utara untuk mengawasi

penghentian fasilitas nuklirnya tersebut.

Setelah mengusir pejabat IAEA yang ditempatkan disana, Korea Utara

menghidupkan kembali reaktor nuklir lima megawatt yang sempat ditutup atas

kesepakatan dengan AS di bawah “Agreed Framework”. Selanjutnya, Korea Utara

menyatakan akan membuka kembali pabrik pengolahan plutonium yang pernah

beroperasi hingga tahun 1994. Korea Utara juga akan memproses ulang 8.000 batang

bahan nuklir yang telah disimpan sejak tahun 1994. Terakhir, Korea Utara menarik

diri dari keanggotaan NPT pada Januari 2003 (Niksch 2005).

Ketika AS mengetahui aksi Korea Utara tersebut, maka AS langsung

menghentikan pengiriman bahan bakar ke Korea Utara. Presiden Bush yang

mengetahui hal itu merasa telah dipermainkan oleh Korea Utara dan Bush

merencanakan sebuah penyerangan fasilitas nuklir Korea Utara sebagai upaya

Page 51: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

39

pencegahan agar Korea Utara tidak mengambil langkah lebih jauh lagi (Mun 2009,

h.115).

Merasa sudah tidak terikat lagi dengan aturan yang berlaku, Korea Utara

mengancam akan menguji coba kembali rudal jarak jauh dengan melakukan

proliferasi bahan-bahan nuklir ke berbagai negara, serta melakukan uji coba senjata

nuklirnya. Pembukaan kembali fasilitas nuklir Yongbyon telah membuktikan bahwa

Korea Utara benar-benar serius dalam mengembangkan program nuklir dengan

memproduksi secara terbuka senjata nuklir melalui pemrosesan 8.000 batang bahan

bakar. Dengan pemrosesan 8.000 batang bahan bakar tersebut, maka Korea Utara

dapat menghasilkan 4 hingga 6 bom atom (Martin 2009, h.3).

Sebelum Six Party Talks dibentuk, Presiden Bush pada awal tahun 2003,

mengajukan dibentuknya forum pembicaraan multilateral yang difokuskan membahas

isu nuklir Korea Utara melalui jalur diplomatik. Kemudian diselenggarakanlah

pertemuan tiga negara yang dikenal dengan forum Trilateral Talks, Forum pertemuan

tiga negara tersebut melibatkan AS, Cina, Korea Utara pada April 2003 di Beijing

(Mun 2009, h.118).

Pada awalnya Korea Utara tetap menginginkan pembicaraan bilateral dengan

AS untuk mengatasi isu nuklir negaranya. Oleh karena itu, sejak awal Korea Utara

menentang keras saran AS untuk membangun kerangka multilateral. Hal tersebut

dikarenakan Korea Utara beranggapan bahwa melalui pembicaraan multilateral, AS

berusaha meyakinkan komunitas internasional bahwa isu nuklir di Semenanjung

Page 52: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

40

Korea merupakan sebuah isu internasional dan AS membentuk opini publik bahwa

Korea Utara lah penyebab krisis nuklir tersebut (KCNA 2003).

Sikap Korea Utara mulai berubah ketika mengetahui aksi agresi AS ke Iraq

pada 2003 serta melihat antusiasme Cina untuk aktif ke dalam pembicaraan.

Akhirnya Korea Utara bersedia menerima pembahasan isu nuklirnya diselesaikan

secara multilateral (Mun 2009, h.119). Pada 12 April 2003, Juru Bicara Kementerian

Luar Negeri Korea Utara menyatakan bahwa Korea Utara mencari pembicaraan

langsung yang bertujuan untuk memastikan apakah AS akan mengubah kebijakan

politik untuk menghentikan kebijakan permusuhan terhadap Korea Utara atau tidak.

Jika AS tidak siap mengubah kebijakan terhadap Korea untuk menyelesaikan isu

nuklir, maka Korea Utara tidak akan lagi masuk ke dalam dialog bersama AS (KCNA

2003).

Oleh karena sikap multilateralisme AS yang kuat, kebijakan komitmen Cina

untuk aktif dalam penyelesaian isu nuklir Korea Utara, serta sikap fleksibilitas yang

diperlihatkan Korea Utara, maka pada akhirnya ketiga sikap tersebut mampu

menghasilkan multilateralisasi isu nuklir Korea Utara melalui format dialog bersama

(Mun 2009, h.120).

Selama pertemuan Trilateral Talks, Korea Utara berkali-kali menyuarakan

bahwa dirinya memiliki bom nuklir yang siap diuji coba, serta akan mengekspor

material-material nuklir ke berbagai negara jika AS tidak merespon permintaan Korea

Page 53: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

41

Utara (Sanger 2003). Korea Utara mengajukan sebuah proposal yang berisi empat

langkah aksi bersama untuk membongkar program nuklir milik Korea Utara.

Berdasarkan proposal tersebut, langkah pertama yang seharusnya dilakukan

adalah melanjutkan pengiriman bahan bakar minyak untuk Korea Utara. Maka

sebagai gantinya, Korea Utara bersedia untuk meninggalkan ambisi mengembangkan

program senjata nuklir. Langkah kedua, yaitu Korea Utara akan bersikap terbuka atas

pemeriksaan fasilitas nuklir negaranya dibawah pengawasan Badan Energi Atom

Dunia (IAEA). Namun, sebagai gantinya AS harus menjamin keamanan Korea Utara

dengan menandatangani sebuah kesepekatan non-agresi (Bluth 2005, h.98).

Pada langkah ketiga, isu-isu lainnya seperti normalisasi hubungan diplomatik

antara AS-Korea Utara harus segera dibangun sebagai pengganti dari penerimaan

Korea Utara atas pembatasan internasional terhadap program misil negaranya.

Kemudian langkah terakhir yaitu Korea Utara berjanji akan membongkar program

senjata nuklirnya jika pembangunan reaktor air ringan untuk keperluan pembangkit

listrik di Korea Utara telah selesai dibangun (Bluth 2005, h.99).

Akan tetapi, proposal Korea Utara untuk menyelesaikan isu nuklir negaranya

tersebut tidak diterima oleh AS. Ketua delegasi AS, James Kelly berulang kali

menekankan opsi kebijakan dasarnya yaitu AS hanya ingin dilakukannya perlucutan

senjata yang tidak dapat diubah dan dapat diverifikasi (CVID) terhadap Korea Utara.

Jika telah mencapai tahap CVID, maka perjanjian politik dan ekonomi mungkin dapat

dipertimbangkan (Bluth 2005, h.101).

Page 54: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

42

Sejak penyelenggaraan Trilateral Talks di Beijing pada April 2003, AS

memulai strategi tekanan dan dialognya terhadap Korea Utara. AS terus menyuarakan

keinginannya untuk menghasilkan sebuah solusi diplomatik melalui format

multilateral dengan melibatkan aktor regional lainnya. Hal ini dilakukan AS karena

AS meyakini bahwa semua aktor regional memiliki perhatian yang besar terhadap isu

perdamaian di Semenanjung Korea (Olsen 2003).

Pada saat bersamaan, AS juga meningkatkan kemampuan militer dan aksi

diplomatiknya untuk mengisolasi Korea Utara. Bahkan, Presiden Bush sempat

mengadakan pertemuan tingat tinggi dengan Presiden Korea Selatan, Perdana

Menteri Jepang, serta Presiden Cina untuk memperoleh dukungan publik terhadap AS

yang menuntut Korea Utara untuk meninggalkan program nuklirnya (TCOG 2003).

Korea Utara tetap menolak permintaan AS untuk meninggalkan program

nuklirnya terlebih dahulu sebelum memulai kembali berbagai pembicaraan. Korea

Utara menuduh desakan AS terhadap perlucutan nuklir Korea Utara, hanya untuk

melemahkan Korea Utara. Terlebih, Korea Utara menyoroti haknya untuk memiliki

sebuah kekuatan pertahanan nuklir sebagai pertahanan diri. Disamping itu,

konfrontasi nuklir antara AS dan Korea Utara seharusnya diselesaikan melalui aksi

bersama (Mun 2009, h. 123).

Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh seorang Juru Bicara

Kementerian Luar Negeri Korea Utara, AS dan Korea Utara menyetujui dilakukannya

pembicaraan bilateral dalam kerangka Six Party Talks (KCNA 2003). Adanya

Page 55: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

43

kesepakatan tersebut memungkinkan Korea Utara untuk berharap bahwa forum tersebut

memungkinkan dilakukannya diskusi masalah nuklir dengan AS secara bilateral ketika

dibutuhkan. Dengan demikian, Six Party Talks memberikan kesempatan kepada Korea

Utara tidak hanya sebagai forum untuk melakukan negosiasi bilateral, juga agar AS

lebih mengerti dengan keinginan Korea Utara.

Isu perlucutan program nuklir Korea Utara memang tidak menandakan adanya

kemajuan yang dihasilkan selama pembicaraan ketiga negara itu berlangsung. Hal ini

disebabkan sebuah sistem kekuatan bersama seperti kesepakatan pembentukan forum

Trilateral Talks berjalan tanpa membentuk institusi formal. Namun, sebuah forum

kekuatan yang disepakati bersama tersebut dapat menjadi check & balance berbagai

aktivitas dan kepentingan-kepentingan anggotanya melalui berbagai pola pertemuan

yang teratur.

Pada pertemuan teakhir Trilateral Talks, tercapailah sebuah persetujuan untuk

membentuk forum multilateral yang lebih luas, yaitu membentuk forum yang kita

kenal saat ini sebagai Six Party Talks. Forum multilateral yang lebih luas tersebut

melibatkan juga Rusia, Jepang, dan Korea Selatan. Sehingga anggota dari Six Party

Talks ini berjumlah 6 negara yaitu AS, Korea Utara, Cina, Rusia, Jepang, dan Korea

Selatan. Forum ini menjadi langkah penting terhadap sebuah forum kesepakatan

bersama melalui jalur diplomasi.

B. Tujuan Pendirian dan Perkembangan Six Party Talks

Page 56: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

44

Kekhawatiran AS akan pengembangan program nuklir Korea Utara sudah

disampaikan AS sejak pengembangan program nuklir tersebut dimulai atas bantuan

Uni Soviet. Seperti halnya negara-negara besar lain yang menggunakan berbagai cara

untuk menghentikan aktivitas yang mengancam negaranya, maka AS pun terus

menerus mencoba menghentikan program nuklir Korea Utara dengan cara membujuk

Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya hingga memberikan sanksi

ekonomi terhadap Korea Utara.

Salah satu cara AS untuk menghentikan program nuklir Korea Utara yaitu

melalui jalur diplomasi, baik diplomasi bilateral maupun multilateral. Pendirian Six

Party Talks berawal dari dibentuknya Trilateral Talks yang bertujuan untuk

membahas peyelesaian isu nuklir yang terjadi di Korea Utara. Sejak

pembentukannya, Six Party Talks bertujuan untuk mengakhiri program nuklir Korea

Utara dan membongkar program nuklirnya melalui proses negosiasi. Pembicaraan

dibangun sebagai respon terhadap pengunduran diri Korea Utara dari Perjanjian Non-

Proliferasi Nuklir pada Januari 2003 (Gershman 2005).

Pembicaraan Six Party Talks terbentuk bukan hanya karena adanya usaha AS

semata, akan tetapi peran Cina juga sangat membantu dalam pembentukan forum Six

Party Talks. Keterlibatan Cina dalam proses pembentukan forum Six Party Talks

telah memberikan kontribusi bagi kemajuan forum tersebut. Beijing telah membujuk

semua pihak terkait untuk tetap menyelesaikan isu nuklir Korea Utara secara damai

melalui proses pembicaraan Six Party Talks. Kolaborasi Cina dan AS dalam isu

Page 57: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

45

nuklir Korea Utara merupakan sebuah contoh nyata dalam perkembangan pembagian

tanggung jawab global dan regional antara dua kekuatan regional yang sangat penting

(Kim 2006).

Sebuah kerangka multilateral kedua untuk mengatasi isu nuklir Korea Utara,

yakni Six Party Talks dibentuk pada Agustus 2003. Putaran pertama Six Party Talks

diselengarakan di Beijing pada 27-29 Agustus 2003. Pada putaran pertama ini, topik

yang dibahas masih seputar tujuan dan prinsip Six Party Talks yang menyangkut

teknis formasi sebuah konsensus untuk melakukan denuklirisasi serta prinsip damai

mengatasi isu nuklir Korea Utara melalui sebuah dialog (Mun 2009, h.124).

Dalam pertemuan pertama ini, AS juga mendesak Korea Utara agar bersedia

meninggalkan program nuklir sebelum melangkah ke pembahasan lebih lanjut.

Namun, Pyongyang membantah bahwa program nuklir yang dikembangkan

negaranya disebabkan oleh sikap AS yang menciptakan permusuhan menentang

Pyongyang. Sehingga Pyongyang meminta AS untuk menghentikan permusuhannya

melawan Pyongyang serta mengimplementasikan tindakan yang diperlukan dibawah

prinsip aksi bersama (Park dan Kim 2012 h.79).

Putaran Kedua Six Party Talks diselenggarakan kembali di Beijing pada 25-28

Februari 2004. Pada putaran ke dua, AS menegaskan kepada Korea Utara untuk

mengakhiri pengayaan program uranium yang telah dikerjakannya dengan bantuan

Pakistan. AS juga menekankan kembali kepada Korea Utara bahwa pembongkaran

program nuklir secara lengkap yang dapat diverifikasi dan tidak dapat diubah kembali

Page 58: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

46

harus segera dilaksanakan Pyongyang. Namun AS tidak akan menentang bantuan

energi untuk Korea Utara yang disediakan oleh Korea Selatan, Cina, Jepang, dan

Rusia (Kementerian Luar Negeri Jepang 2004).

Bagaimanapun juga Korea Utara menyanggah tuduhan AS mengenai program

uranium milik Pyongyang. Korea Utara menegaskan akan mengembangkan program

nuklinya untuk tujuan damai. Korea Utara juga menuntut penggantian kompensasi

atas penghentian program nuklirnya dengan bantuan ekonomi. Kemudian dalam

putaran kedua ini, semua anggota juga menyepakati pembentukan sebuah kelompok

kerja yang bertugas mengatur pertemuan berikutnya (Park dan Kim 2012 h.80).

Cina mengeluarkan pernyataan resminya melalui pimpinan rapat Six Party

Talks pada hari terakhir pertemuan. Berdasarkan pernyataan tersebut, pimpinan rapat

menyatakan bahwa para anggota Six Party Talks sudah mulai terlihat saling

memahami posisi mereka satu sama lain melalui dialog dalam semangat saling

menghormati, serta berunding di atas kedudukan yang setara (FMPRC 2004). Cina

sangat mengapresiasi hasil dari pertemuan putaran kedua tersebut sebagai pencapaian

berarti dari sebuah pendekatan multilateral. Wakil Menteri Luar Negeri Cina, Wang

Yi menyatakan:

“Sebagai pihak yang memiliki sikap serius dan positif, pertemuan tersebut

mengisyaratkan bahwa pembicaraan akan berlanjut sebagai kerangka

multilateral. Dalam hal ini, maka Cina menegaskan bahwa penting bagi para

pihak untuk membuat usaha bersama dalam tiga elemen dasar dalam rangka

meningkatkan pemahaman timbal balik diantara mereka. Pertama, perspektif

kunci dari isu-isu penting dan resolusi yang diajukan selama pembicaraan

harus benar-benar di pahami dan diperiksa terlebih dahulu oleh semua pihak.

Kedua, dalam rangka mempersiapkan untuk pertemuan putaran berikutnya,

Page 59: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

47

sebuah kelompok kerja harus dibentuk secepat mungkin. Ketiga, mencegah

segala bentuk pernyataan ataupun tindakan yang mungkin akan meningkatkan

ketegangan untuk mempertahankan lingkungan yang kooperatif dalam proses

pembicaraan (Wang 2004).

Selanjutnya, putaran ketiga dilaksanakan pada 23-26 Juni 2004. Selama

putaran ketiga, AS mengajukan dua pilihan solusi bagi Pyongyang. Pertama, AS

menawarkan waktu tiga bulan bagi Pyongyang untuk mendiskusikan pembongkaran

nuklir Pyongyang seluruhnya. Termasuk menghentikan pengayaan uranium yang

dikembangkan Pyongyang. Selama penghentian program tersebut, Pyongyang akan

mendapatkan bantuan pasokan minyak dari anggota Six Party Talks. Selain itu,

Pyongyang juga akan mendapatkan jaminan keamanan sementara dari AS. Proposal

tersebut diberikan kepada Korea Utara sebagai antisipasi masa persiapan tiga bulan

untuk menghentikan program nuklirnya (Kimball 2012).

Dalam opsi kedua, AS menawarkan Pyongyang untuk membongkar seluruh

program nuklir sepenuhnya. Maka sebagai bentuk kompensasi, AS akan menjamin

keamanan Pyongyang selamanya, memperbaiki hubungan AS-Korea Utara, serta

memberikan bantuan ekonomi yang lebih luas lagi. Proposal tersebut diajukan AS

pada puncak pertemuan (Mun 2009, h.132).

Seperti biasa Korea Utara tetap menolak terdapat pengayaan uranium di

wilayahnya sebagaimana yang selalu dituduhkan AS. Namun, sepertinya Korea Utara

mulai bersedia bernegosiasi, terbukti dengan permintaan Korea Utara menuntut jika

AS bersedia memasok bantuan energi yang setara dengan dua juta kilo watt,

menghapus Pyongyang dari daftar negara penyokong terorisme, menghentikan sanksi

Page 60: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

48

ekonomi, serta menawaran kompensasi lain kepada Korea Utara. Maka, Korea Utara

akan membongkar semua fasilitas nuklirnya (Park dan Kim 2012 h.80).

Pada sesi kedua putaran keempat yang dilaksanakan di Beijing pada 13-19

September 2005 menghasilkan sebuah pernyataan bersama (Joint Statement) yang

akan menjadi sebuah pedoman atas prinsip damai untuk mengakhiri krisis nuklir

Korea Utara. Menurut pernyataan bersama yang dideklarasikan pada 19 September

tersebut, semua pihak yang terlibat sepakat untuk menyiapkan Semenanjung Korea

yang bebas nuklir dan diverifikasi secara damai. Semua pihak juga berjanji untuk

membuat upaya bersama untuk mewujudkan perdamaian abadi dan stabilitas di

Timurlaut Asia (Park dan Kim 2012, h.80).

Pada akhir pertemuan, suasana forum negosiasi memburuk secara signifikan.

Sanksi AS terhadap entitas perdagangan Korea Utara di Banco Deltas Asia (BDA)

Macau memicu kemarahan Pyongyang (Mun 2009, h.78). Korea Utara memboikot

penyelenggaraan Six Party Talks dan kembali melakukan uji coba rudal balistik dan

nuklirnya pada 9 Oktober 2006 (Sanger 2006). Atas tindakannya tersebut, Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) mengeluarkan Resolusi 1718 pada

14 Oktober 2006 yang berisi himbauan kepada Korea Utara untuk menahan diri dari

uji coba nuklir, meninggalkan senjata pemusnah massal dan segera kembali

bergabung kedalam Six Party Talks (UNSC 2006).

Akibat kejadian Banco Delta Asia (BDA) Macau yang berlarut-larut, AS dan

Korea Utara mengadakan pertemuan bilateral untuk mengatasi kasus tersebut. Atas

Page 61: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

49

bantuan Cina, akhirnya Korea Utara menyetujui untuk bergabung kembali ke dalam

pembicaraan Six Party Talks (Mun 2009, h.79). Dengan kembalinya Korea Utara ke

dalam pembicaraan, maka semua anggota Six Party Talks mengharapkan isu BDA

harus segera dipecahkan.

Pada sesi ketiga, putaran kelima pertemuan yang dilaksanakan di Beijing pada

8-13 Februari 2007 mencapai sebuah kesepakatan dalam “Initial implementations

measures of the September 19 Joint Statement (February 13 Agreements)”.

Kesepakatan ini lebih dikenal dengan nama “Beijing Agreement”. Pembicaraan ini

dirancang untuk menunjukkan langkah-langkah awal membongkar program senjata

nuklir Korea Utara. Berdasarkan Beijing Agreement pada 13 Februari 2007, keenam

pihak kembali menegaskan pentingnya upaya multilateral dengan menyatakan bahwa

semua pihak sepakat mengambil langkah-langkah terkoordinasi untuk melaksanakan

pernyataan bersama secara bertahap, dimana sejalan dengan prinsip “action for

action” (Lihat table III.B.1).

Perundingan Six Party Talks putaran keenam diselenggarakan pada 19-22

Maret 2007. Pada kesempatan ini dibahas laporan lima kelompok kerja, termasuk

tentang rencana denuklirisasi, mekanisme perdamaian dan keamanan di Asia Timur,

normalisasi hubungan AS-Korea Utara dan Jepang-Korea Utara, serta kerjasama

energi dan ekonomi (Park dan Kim 2012, h.81).

Pada 3 Oktober 2007, sesi kedua putaran keenam pertemuan merilis sebuah

kesepakatan yang tertuang dalam “Joint statement for second phase denuclearization

Page 62: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

50

(October 3 Agreement)”. Dalam hal tertentu, perjanjian ini dirancang untuk

mengidentifikasi proses penghentian fasilitas nuklir Korea Utara. Namun, secara

umum Beijing Agreement 3 Oktober tahun 2007 juga dapat dilihat sebagai salah satu

kesuksesan dari koordinasi multilateral (Mun 2009, h.127).

Tabel III.B.1 Perkembangan Pertemuan Six Party Talks

Putaran Waktu Pembahasan

Pertama Aug. 27-29,

2003

• Pembentukan konsensus tentang

denuklirisasi Semenanjung Korea dan prinsip

resolusi damai melalui dialog

Kedua Feb. 25-28,

2004

• Penegasan kembali konsensus tentang

denuklirisasi Semenanjung Korea dan prinsip

resolusi damai

Ketiga Jun. 23-26,

2004

• Pembentukan konsensus tentang perlunya

tindakan awal untuk denuklirisasi

Semananjung Korea dan proses bertahap

berdasarkan prinsip “commitment for

commitment, action for action”

Sesi 1

Keempat

____________

Sesi 2

Jul. 26-Aug. 7,

2005

_____________

Sep. 13-19,

2005

• Pengangkatan Pernyataan Bersama 19

September

Sesi 1

_____________

Kelima Sesi 2

______________

Sesi 3

Nov. 9-11,

2005

_____________

Dec. 18-22,

2006

_____________

Feb. 8-13,

2007

• Penegasan kesediaan untuk sepenuhnya

melaksanakan Pernyataan Bersama 19

September

• Penegasan kembali keinginan untuk

sepenuhnya melaksanakan Pernyataan

Bersama 19 September dan kesepakatan untuk

mengambil langkah-langkah yang

terkoordinasi dalam pelaksanaannya

• Perjanjian mengenai fase tindakan awal

untuk implementasi Pernyataan Bersama 19

September (Pernyataan 13 Februari)

Sesi 1

Mar. 19-22,

2007

Page 63: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

51

Keenam

____________

Sesi 2

_____________

Sep. 27-30,

2007

• Perjanjian tentang fase tindakan kedua untuk

pelaksanaan Pernyataan Bersama 19

September (Perjanjian 3 Oktober)

Sumber: Ministry of Foreign Affairs and Trade, 2007 Diplomatic White Paper, p.38; 2008 Diplomatic White Paper, pp.27-28

Pada 13 Maret 2007, Dirketur IAEA, Mohamed ElBaradei mengunjungi

Korea Utara dan bertemu tiga pejabat resmi Korea Utara. Salah satunya termasuk

pimpinan departemen energi atom Korea Utara, Ri Je Son. Selama pertemuan

ElBaradei membujuk Korea Utara untuk kembali masuk sebagai negara anggota

IAEA dan mendiskusikan monitoring yang akan dilakukan IAEA dan peran verifikasi

berdasarkan kesepakatan Six Party Talks pada 13 Februari sebelumnya (Mun 2009,

h.130).

Akhirnya pada Juni 2007, IAEA mengkonfirmasi bahwa 5 megawatt reaktor

nuklir Yongbyon telah ditutup dan diamankan. Ketiga sesi dalam putaran keenam

berlangsung selama September-Oktober 2007. Rencana implementasi tahap kedua

telah disepakati yang menyerukan pemadaman tiga fasilitas nuklir utama di kompleks

Yongbyon. Korea Utara berkomitmen untuk tidak mentransfer bahan nuklir,

teknologi, ataupun pengetahuannya ke pihak lain. Para anggota Six Party Talks

lainnya juga sepakat untuk meningkatkan bantuan kepada Korea Utara dengan total

satu juta ton bahan bakar minyak sebagai kelanjutan dari proses normalisasi

diplomatik (Park dan Kim 2012, h.83).

Sebenarnya setelah perjanjian 3 oktober 2007 disepakati, Korea Utara telah

memberikan laporan lengkap mengenai semua program nuklir milik negaranya dan

Page 64: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

52

menutup fasilitas nuklir yang ada dalam laporan tersebut sesuai dengan isi perjanjian.

Korea Utara menyerahkan laporan tersebut kepada Cina sebagai ketua forum Six

Party Talks pada 26 Juni 2006 (Kimball 2012).

Seiring berjalannya negosiasi panjang, pada 15 Juli 2008 AS mengeluarkan

sebuah konsep protokol pengesahan yang menggambarkan prosedur pelaksanaan

untuk memeriksa semua elemen program nuklir Korea Utara, termasuk pengayaan

uranium, senjata, dan proliferasi. Protokol AS itu juga memasukkan ketentuan untuk

menjangkau beberapa situs yang telah dilaporkan Korea Utara atau tidak. Dengan

kata lain, AS ingin memperluas pemeriksaan terhadap program nuklir Korea Utara.

Satu minggu setelahnya, Asisten menteri luar negeri AS, Christopher Hill

menyatakan bahwa Korea Utara terlihat keberatan dalam menerima konsep protokol

AS (Ceuster dan Melissen 2008, h.17).

Korea Utara memang keberatan atas draft yang diajukan AS itu. Oleh

karenanya, Korea Utara mengusulkan juga sebuah konsep protokol untuk memeriksa

aktivitas nuklirnya. Namun menurut AS, proposal yang diajukan Korea Utara tidak

cukup menjawab konsep protokol yang diajukan oleh AS sebelumnya (Kimball

2012). Dengan demikian terjadi perbedaan perspektif antara Korea Utara dan AS.

Perbedaan perspektif tersebut tidak menemukan titik temu hingga akhirnya tercapai

perjanjian verifikasi mengenai pemeriksaan lima belas situs nuklir Korea Utara yang

telah dilaporkan disamping situs yang tidak dilaporkan dengan persetujuan bersama.

Page 65: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

53

Disamping masalah perbedaan perspektif antara AS dan Korea Utara

mengenai konsep protokol untuk memeriksa nuklir Korea Utara, terdapat juga

masalah mengenai penundaan penghapusan Korea Utara dari daftar negara

pendukung terorisme sebagaimana yang dijanjikan oleh AS sejak Joint Statement

2005. Akhirnya AS menghapus Korea Utara dari daftar negara pendukung terorisme

setelah semua anggota Six Party Talks menyetujui perjanjian verifikasi (Ceuster dan

Melissen 2008, h.18).

Ketika AS menghapus Korea Utara dari daftar negara pendukung terorisme,

Korea Utara secara resmi menyatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan

pembongkaran fasilitas nuklir (KCNA 2008). Akan tetapi, satu bulan setelah

pernyataan resminya tersebut, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menarik kata-

katanya dan mengeluarkan pernyataan bahwa Pyongyang menunda pemberian izin

pengawas IAEA untuk mengambil sample di fasilitas nuklirnya. Pihaknya

menambahkan bahwa pemeriksaan dibatasi hanya pada situs yang ditentukan (KCNA

2008).

Sistem verifikasi yang terus tertunda ternyata menimbulkan masalah baru.

Ketika AS mengusulkan untuk memverifikasi semua situs nuklir di seluruh Korea

Utara ditolak dengan tegas oleh pihak Korea Utara. Korea Utara dengan tegas

menyatakan bahwa pemeriksaan hanya dibatasi di kawasan Yongbyon saja. Karena

adanya ketidaksepahaman tersebut, Korea Utara mencabut pernyataannya mengenai

penghentian program nuklir yang dikembangkannya. Hal ini berakibat pada

Page 66: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

54

kegagalan pencapaian sebuah kesepakatan yang telah dirumuskan. (Park dan Kim

2012, h.84)

Perkembangan pembicaraan enam negara tersebut mulai terlihat menurun

ketika pada November 2008 Korea Utara membantah bahwa pihaknya telah

berkomitmen dalam perjanjian verbal yang memungkinkan pengumpulan sampel di

Yongbyon. Kemudian pada 14 April 2009, Korea Utara menyatakan pengunduran

dirinya dari forum Six Party Talks dan tidak lagi terikat oleh perjanjian yang dicapai

sebelumnya (Kimball 2012). Setelah penarikan dirinya dari keanggotaan Six Party

Talks, Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya pada 25 Mei 2009 yang

mendapat kecaman dari dunia internasional.

Page 67: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

55

BAB IV

IMPLEMENTASI TUJUAN-TUJUAN SIX PARTY TALKS DALAM

MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI DI KOREA UTARA

Tujuan utama dari Six Party Talks sebagaimana yang pernah dibahas pada bab

sebelumnya yaitu untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara dan membongkar

program nuklirnya melalui proses negosiasi. Dengan kata lain, tujuan utama Six Party

Talks tersebut adalah untuk mewujudkan denuklirisasi di Korea Utara, yaitu sebuah

proses terwujudnya penghapusan kepemilikan senjata nuklir di Korea Utara.

A. Pencapaian Six Party Talks dalam Mewujudkan Denuklirisasi di Korea

Utara

1. Pencapaian Six Party Talks

Untuk mencapai tujuan utamanya dalam mewujudkan denuklirisasi di Korea

Utara, Six Party Talks harus menjalani serangkaian proses negosiasi yang berliku

demi sebuah pencapaian yang maksimal. Pencapaian tujuan utama Six Party Talks

sudah mulai menemukan titik terang ketika semua anggota Six Party Talks

menyetujui dirumuskannya Joint Statement tahun 2005 yang diimplementasikan ke

dalam Beijing Agreement tahun 2007. Tercapainya Joint Statement tersebut

membuktikan bahwa upaya Six Party Talks selama ini mulai menampakkan

perkembangannya.

Page 68: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

56

Joint Statement yang disepakati pada sesi kedua putaran keempat Six Party

Talks 19 September 2005 secara umum berisi mengenai komitmen Korea Utara untuk

meninggalkan semua senjata nuklir dan program nuklir yang ada. Korea Utara juga

akan menerima berbagai bentuk pemeriksaan oleh Badan Energi dan Atom

Internasional (IAEA) (Park dan Kim 2012, h.80).

Pada sesi ketiga putaran kelima 8-13 Februari 2007 di Beijing, Six Party Talks

kembali mencapai terobosan baru dimana semua pihak menyetujui “Action Plan”

sebagai langkah awal untuk melaksanakan Joint Statement 19 September 2005.

Kesepakatan ini lebih dikenal dengan nama Beijing Agreement (Park dan Kim 2012,

h.84).

Kemudian pertemuan putaran keenam Six Party Talks pada 27 Oktober - 3

Oktober 2007 mendiskusikan cara memulai fase kedua berdasarkan Perjanjian 13

Februari. Pada 3 Oktober semua anggota Six Party Talks mengeluarkan sebuah

pernyataan bersama dimana Korea Utara menyetujui bahwa pihaknya akan membuat

deklarasi yang benar dan lengkap dari semua program nuklirnya (Lihat table IV.A.1).

Tabel IV.A.1 Hasil Pencapaian dalam Six Party Talks

Nama

Perjanjian

Poin-Poin Penting

Pembongkaran program nuklir Korea Utara dan Penghapusan Fokus

Keamanan Korea

- Korea Utara berkomitmen untuk meninggalkan semua senjata

nuklir dan program nuklir yang ada.

- AS menegaskan bahwa negaranya tidak memiliki senjata nuklir

di Semenanjung Korea dan tidak memiliki niat untuk menyerang

atau menginvasi Korea Utara.

- Korea Utara menyatakan bahwa negaranya memiliki hak untuk

Page 69: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

57

Joint

Statement

on

September

19,

2005

menggunakan energi nuklir secara damai.

Normalisasi Hubungan

- AS dan Korea Utara berjanji akan menghormati kedaulatan

masing-masing, hidup bersama secara damai, dan mengambil

langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan mereka.

- Korea Utara dan Jepang mengambil langkah-langkah untuk

memperbaiki hubungan mereka.

Bantuan Internasional untuk Korea Utara

- Keenam pihak berusaha meningkatkan kerjasama ekonomi di

bidang energi, perdagangan, dan investasi.

- Cina, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan AS menyatakan

keinginannya menyediakan bantuan energi untuk Korea Utara

Visi Perdamaian dan Stabilitas di Semenanjung Korea dan Asia

Timur

- Para pihak yang terkait secara langsung akan menegosiasikan

rezim perdamaian permanen di Semenanjung Korea pada sebuah

forum terpisah yang sesuai.

- Enam pihak sepakat untuk mengeksplorasi cara dan sarana untuk

meningkatkan kerjasama keamanan di Asia Timur.

Prinsip-prinsip untuk Implementasi

- Enam pihak sepakat untuk mengambil langkah-langkah

terkoordinasi untk melaksanakan konsensus tersebut secara

bertahap sesuai dengan prinsip “komitmen per komitmen” dan

“tindakan per tindakan”.

Agreement

on

February

13,

2007

Rencana Aksi untuk Tahap Awal: Dalam 60 hari pertama.

- Korea Utara akan menutup dan menyegel fasilitas nuklir yang

ada, termasuk fasilitas pemrosesan kembali, dan mengundang

kembali para pemeriksa IAEA.

- Korea Utara akan mendiskusikan dengan pihak lain mengenai

daftar semua program nuklir Korea Utara.

- Korea Utara dan AS akan memulai pembicaraan bilateral yang

bertujuan untuk bergerak menuju hubungan diplomatik penuh.

AS akan mulai memproses mengeluarkan penetapan Korea

Utara sebagai negara sponsor terorisme dan mengakhiri

penerapan “Trading with Enemy Act” dengan menghormati

Korea Utara.

- Korea Utara dan Jepang akan memulai kembali pembicaraan

bilateral yang bertujuan untuk mengambil langkah-langkah

untuk memperbaiki hubungan mereka.

- Semua pihak setuju untuk pemberian bantuan energi darurat

setara dengan 50.000 ton bahan bakar minyak berat ke Korea

Utara.

Page 70: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

58

Pembentukan Kelompok Kerja Lima: Pertemuan Pertama

Kelompok Kerja dalam waktu 30 hari ke depan

- Denuklirisasi Semenanjung Korea, Normalisasi Hubungan

Korea Utara-AS, Normalisasi Hubungan Korea Utara-Jepang,

Kerjasama energi dan ekonomi, Perdamaian dan mekanisme

keamanan Asia Timur Laut.

Rencana Aksi untuk Tahap berikutnya: Setelah penyelesaian tahap

awal.

- Korea Utara akan membuat deklarasi lengkap semua program

nuklir dan mematikan semua fasilitas nuklir yang ada.

- Para pihak lain akan memberikan energi, ekonomi, dan bantuan

kemanusiaan setara dengan 950.000 ton bahan bakar minyak berat

kepada Korea Utara.

Pertemuan tingkat Menteri: Setelah penyelesaian tahap awal.

Rezim perdamaian di Semenanjung Korea: Para pihak yang terkait

langsung akan menegosiasikan rezim perdamaian permanen di

Semenannjung Korea pada Forum terpisah yang sesuai.

Agreement

on

October 3,

2007

Korea Utara setuju untuk me non-aktifkan semua fasilitas nuklir

yang ada pada ahir tahun.

Korea Utara setuju untuk mengumumkan semua program nuklirnya

pada akhir tahun.

Korea Utara menegaskan kembali komitmennya untuk tidak

mentransfer bahan nuklir, teknologi, atau keterampilannya.

AS akan memulai proses mengeluarkan penetapan Korea Utara

sebagai negara pendukung terorisme.

AS akan meningkatkan proses mengakhiri penerapan perdagangan

dengan Enemy Act sehubungan dengan Korea Utara.

AS dan Jepang akan membuat upaya sungguh-sungguh untuk

memperbaiki hubungan dengan Korea Utara.

Kelima pihak akan memberikan energi, bantuan ekonomi, serta

bantuan kemanusiaan yang setara dengan satu juta ton bahan bakar

minyak berat. Sumber: Dong-So, Kim, Park Kap-So, dkk. Understanding North Korea. 2012. Seoul: Ministry of

Unification.

2. Implementasi hasil pencapaian Six Party Talks

Untuk mengetahui secara terperinci mengenai imlementasi pencapaian Six

Party Talks, maka akan dibahas lebih lanjut di bawah ini. Untuk itu, selama

Page 71: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

59

berlangsungnya penyelenggaraan Six Party Talks, forum multilateral ini telah

memberikan kontribusi bagi perkembangan isu nuklir Korea Utara, yaitu:

a. Six Party Talks sebagai Sarana Diplomasi dan Negosiasi

Kebijakan luar negeri mempengaruhi kegiatan diplomasi bagi negara-negara

yang melakukannya. Maka diplomasi yang dilakukan negara-negara harus selalu

sejalan dengan kebijakan luar negeri untuk mencapai kepentingan nasional sebuah

negara. Menurut Bandoro (1991, h.47) ada dua elemen dasar yang menyebabkan

negara-negara melakukan diplomasi yakni adanya kepentingan bersama (common

interest) dan adanya isu yang dipersengketakan (issues of conflict).

Barston dalam bukunya Modern Diplomacy (1997, h.1), mendefinisikan

diplomasi sebagai sebuah pengaturan hubungan antar negara atau hubungan antar

negara dengan aktor-aktor hubungan internasional lainnya. Negara, dalam hal ini

direpresentasikan oleh Presiden atau melalui perwakilan resmi dan aktor-aktor

hubungan internasional lain berusaha untuk menyampaikan, mengkomunikasikan,

serta mengamankan kepentingan nasionalnya, yang dilakukan melalui surat

menyurat, pembicaraan tidak resmi, saling menyampaikan perspektif, lobbying,

melakukan kunjungan kenegaraan, serta aktivitas diplomasi lainnya yang terkait.

Six Party Talks menjadi salah satu forum diplomasi multilateral karena

melibatkan banyak negara di dalamnya. Keterlibatan AS, Cina, Jepang, Rusia, Korea

Selatan, dan Korea Utara dalam Six Party Talks didasarkan pada keterkaitan negara-

negara tersebut dalam isu yang dipersengketakan. Dalam hal ini, yaitu mengenai isu

Page 72: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

60

denuklirisasi di Korea Utara. Disamping itu, isu tersebut juga dapat mempengaruhi

keamanan kawasan negara-negara tersebut. Dengan demikian, diplomasi multilateral

berhasil menjadi cara yang paling bermanfaat untuk meningkatkan negosiasi antara

banyak pihak, selain tentunya sebagai pendorong diplomasi bilateral.

Salah satu kontribusi nyata Six Party Talks yaitu Six Party Talks mampu

mengumpulkan pihak-pihak terkait secara langsung untuk merundingkan rezim

perdamaian permanen di Semenanjung Korea dalam forum yang sesuai. Hal ini

sebagaimana yang disampaikan Menteri luar negeri Cina pada 19 September 2005

mengenai efektifitas diplomasi multilateral seperti Six Party Talks. Menurutnya,

Keenam negara sepakat untuk mengeksplorasi cara dan sarana untuk membahas

denuklirisasi di Korea Utara (Zhongying, 2009).

Meskipun pada akhirnya sifat kelembagaan non-formal pada Six Party Talks

menjadi penghambat atas keberlangsungan forum multilateral ini, Six Party Talks

dijalankan sebagai sebuah forum untuk mengatasi isu keamanan bersama dalam

menyikapi isu nuklir Korea Utara. Dengan demikian, forum multilateral seperti ini

mampu mendorong kerjasama antar aktor yang terlibat, khususnya di kawasan Asia

Timur dengan cara mengedepankan upaya dan solusi diplomatik serta menghindari

solusi peperangan sebagaimana yang seringkali terjadi.

b. Pembongkaran Program Nuklir Korea Utara

Pencapaian Six Party Talks paling utama adalah proses pembongkaran

program nuklir Korea Utara sebagaimana yang disepakati dalam Joint Statement 19

Page 73: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

61

September 2005. Dalam perjanjian antar anggota Six Party Talks tersebut terdapat

poin utama yang selama ini diharapkan tercapai. Korea Utara berkomitmen untuk

meninggalkan semua senjata nuklir dan program nuklir yang ada. Sebagai

kompensasi, Korea Utara meminta disediakan reaktor air ringan untuk penggantian

program nuklir yang akan dibongkarnya (Lihat table IV.A.1).

Ternyata permintaan Korea Utara mengundang perdebatan antara AS dan

Korea Utara selama pertemuan berlangsung. Oleh karenanya, pada akhir pertemuan

terdapat kompromi antara Korea Utara dan AS. Korea Utara bersikeras menganggap

bahwa pernyataannya untuk meminta disediakan reaktor air ringan untuk memiliki

program energi nuklir yang damai. Namun, AS menganggap bahwa Korea Utara

seharusnya tidak menerima reaktor nuklir.

Pada akhir pertemuan Korea Utara menegaskan bahwa negaranya memiliki

hak untuk menggunakan energi nuklir secara damai. Kemudian pihak-pihak lain

menyatakan rasa hormat mereka dan setuju untuk membahas pada waktu yang tepat,

mengenai penyediaan reaktor air ringan untuk Korea Utara (Lihat lampiran II) .

Kesediaan Korea Utara untuk membongkar program nuklirnya disampaikan

kembali oleh Korea Utara dalam Beijing Agreement 13 Februari 2007. Menurut

Action Plan yang terdapat dalam perjanjian tersebut, Korea Utara akan menghentikan

operasi fasilitas nuklirnya di Yongbyon selama fase awal 60 hari dan memberikan

laporan lengkap semua program nuklirnya dan menonaktifkan semua fasilitas nuklir

yang ada.

Page 74: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

62

Kemudian pada perjanjian 3 Oktober 2007, Korea Utara setuju bahwa

pihaknya akan membuat deklarasi yang benar dan lengkap dari semua program nuklir

yang dimilikinya. Termasuk klarifikasi mengenai isu uraniumnya selama ini dan

menonaktifkan fasilitas nuklir Yongbyon. Pyongyang juga setuju untuk membongkar

semua fasilitas nuklir lainnya berdasarkan Joint Statement 2005 dan pihaknya tidak

akan mentransfer material dan teknologi nuklirnya ke negara lain (Lihat lampiran

IV).

Pembongkaran program nuklir Korea Utara belum dapat diimplementasikan

dalam aksi nyata. Isu pembongkaran program nuklir Korea Utara tersebut hanyalah

sampai pada titik kesepakatan semata. Walaupun Korea Utara sempat menutup

fasilitas nuklirnya pada Juni 2007 sebagaimana yang dilaporkan IAEA, namun

penutupan tersebut hanya sementara. Buktinya Korea Utara menghidupkan dan

melanjutkan kembali program nuklirnya setelah pembicaraan menemui jalan buntu.

Untuk itu, tujuan utama Six Party Talks untuk melakukan denuklirisasi di Korea

Utara belum berhasil diwujudkan.

Hambatan dalam mencapai tujuan Six Party Talks tersebut dikarenakan

konflik internal antar negara anggota Six Party Talks itu sendiri. Selain itu, konflik

kepentingan menjadi pemicu gagalnya mengimplementasikan kesepakatan yang telah

dibuat.

c. Normalisasi Hubungan antar Anggota Six Party Talks

Page 75: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

63

Normalisasi hubungan antar anggota Six Party Talks menjadi salah satu

pencapaian Six Party Talks. Pencapaian ini sangat penting mengingat hubungan antar

anggota Six Party Talks sebelum pendirian forum multilateral ini sangat renggang.

Khususnya hubungan antara Korea Utara-AS, Korea Utara-Korea Selatan, dan Korea

Utara-Jepang yang selalu mengalami pasang surut.

Setelah negara-negara tersebut dipertemukan dalam forum multilateral seperti

Six Party Talks, perlahan hubungan antar negara di atas mulai membaik. Hal ini

terlihat ketika AS yang sebelumnya menyatakan tidak akan membuka dialog dengan

Korea Utara, akhirnya bersedia membuka dialog dengan Korea Utara dibawah

kerangka multilateral. Forum multilateral seperti Six Party Talks memungkinkan

dilakukannya pembicaraan bilateral antar anggotanya.

Bahkan lebih jauh, salah satu poin dalam Joint Statement yang telah

disepakati oleh semua negara anggota Six Party Talks 19 September 2005, AS dan

Korea Utara berjanji akan menghormati kedaulatan masing-masing, hidup bersama

secara damai, dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan

mereka. Korea Utara dan Jepang juga mengambil langkah-langkah kongkrit untuk

memperbaiki hubungan antar kedua negara (Lihat tabel IV.A.1).

Pembicaraan bilateral antara AS dan Korea Utara mengenai masalah Banco

Delta Asia (BDA) Macau merupakan rangkaian pembicaraan bilateral kedua negara

untuk memperbaiki hubungan mereka. Jadi pembicaraan bilateral ini bukanlah kali

pertama digerlar antar kedua negara. Sebelumnya pada 9 Juli 2005, pembicaraan

Page 76: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

64

bilateral antara AS dan Korea Utara sempat digelar untuk membahas mengenai

ketegangan yang sempat terjadi akibat AS memberikan sanksi dengan cara

pemutusan hubungan ekonomi dengan Korea Utara. Akan tetapi, setelah pembicaraan

bilateral tersebut diselenggarakan, akhirnya kedua negara sepakat untuk

menyelesaikan masalahnya secara damai.

Normalisasi hubungan antar anggota Six Party Talks mulai terlihat kembali

setelah perjanjian 3 Oktober 2007 disepakati. Terdapat kemajuan dalam hubungan

Korea Utara dengan Jepang. Dimana pembicaraan bilateral kedua negara pada 13

Agustus 2008 menghasilkan sebuah kesepakatan mengenai normalisasi hubungan

antara Korea Utara dan Jepang. Kemudian kedua belah pihak sepakat untuk mencabut

larangan bepergian warganya ke Korea Utara dan Jepang, serta mendiskusikan

penghapusan larangan bagi Korea Utara mengakses pelabuhan Jepang (Mun 2009,

h.124).

Selain itu hubungan bilateral Korea Utara dengan Korea Selatan juga semakin

dekat. Hal ini dapat dilihat ketika Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun melakukan

kunjungan ke Pyongyang pada 4 Oktober 2007. Kunjungan tersebut dilakukan untuk

bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il. Pertemuan ini membahas

prospek rekonsiliasi dan kerjasama ekonomi antar kedua negara. Pertemuan ini

adalah pertemuan kedua kalinya dalam sejarah dimana diskusi tingkat tinggi tersebut

telah terselenggara (Ceuster dan Melissen 2008, h.15).

Page 77: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

65

Pertemuan tingkat tinggi antara presiden Korea Utara dan Korea Selatan

berakhir dengan menghasilkan delapan poin deklarasi bersama dimana kedua belah

pihak setuju mengambil langkah-langkah menuju reunifikasi, meredakan ketegangan

militer, memperluas pertemuan keluarga yang terpisah, serta terlibat dalam

pertukaran sosial dan budaya. Deklarasi ini juga menandakan adanya pemahaman

bersama oleh kedua negara sebagai suatu kebutuhan untuk mengakhiri mekanisme

gencatan senjata saat ini dan membangun mekanisme perdamaian abadi.

Pertemuan Korea Utara dan Korea Selatan ternyata tidak menghasilkan

tindakan nyata. Hal ini disebabkan terpilihnya Presiden Lee Myung-bak sebagai

Presiden Korea Selatan pada 25 Februari 2008 yang merubah arah kebijakan negara

tersebut. Dalam kepemimpinannya, Lee Myung-bak mencoba meninjau kembali

kebijakan rekonsiliasi sebelumnya yang dianggap hanya bersifat jangka pendek. Lee

Myung-bak lebih mendukung penerapan sikap keras terhadap Korea Utara untuk

segera melakukan denuklirisasi.

Sifat fleksibiltas forum multilateral Six Party Talks yang memungkinkan

terjadinya pembicaraan bilateral menjadi poin istimewa bagi negara-negara yang

ingin melakukan pembicaraan empat mata untuk menyelesaikan masalah mereka

secara damai melalui dialog. Hal ini seperti yang dilakukan AS - Korea Utara dan

Korea Selatan - Korea Utara. Sejumlah pembicaraan bilateral tersebut mungkin tidak

akan pernah terjadi apabila tidak didorong oleh forum multilateral seperti Six Party

Talks.

Page 78: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

66

Berbagai kesepakatan yang tercapai antar kedua negara di atas memang tidak

semua terlaksana sepenuhnya. Jika melihat implementasinya, terdapat kesepakatan

yang belum dapat dilaksanakan hingga forum ini berhenti pada 2009. Oleh

karenanya, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kesepakatan yang telah tercapai

antar kedua negara hanya bersifat sementara dan berlaku jangka pendek karena

ketiadaan aturan hukum yang mengikat. Dengan demikian kehangatan hubungan

antar anggota Six Party Talks hanya berlaku jangka pendek dan sementara.

d. Meningkatkan Kerjasama Negara Anggota Six Party Talks dengan Korea

Utara

Dalam menyetujui Joint Statement 19 September 2005 mengenai

pembongkaran program nuklir Korea Utara, Pyongyang tentu mengharapkan

kompensasi atau imbalan yang akan diberikan. Imbalan tersebut salah satunya

pemberian bantuan internasional bagi Korea Utara oleh negara anggota Six Party

Talks, di samping penghapusan sanksi ekonomi yang selama ini dibebankan kepada

Korea Utara.

Keenam pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di bidang

energi, perdagangan, dan investasi. Cina, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan AS

menyatakan keinginannya menyediakan bantuan energi untuk Korea Utara. Bahkan,

Korea Selatan menegaskan kembali proposalnya pada 12 Juli 2005 tentang

penyediaan 2 juta kilowatt tenaga listrik sebagai bantuan energi bagi Korea Utara.

Page 79: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

67

Pemberian bantuan oleh negara anggota Six Party Talks kepada Korea Utara

menjadi salah satu bentuk kerjasama di bidang energi. Pemberian bantuan ini

dianggap sebagai insentif, yaitu sebuah keuntungan yang tidak mungkin dapat

tercapai kecuali melalui kerjasama. Insentif ini diharapkan dapat mendorong Korea

Utara untuk menghentikan program nuklirnya, dimana dengan menghentikan

program nuklirnya tersebut, maka Korea Utara akan mendapatkan keuntungan berupa

bantuan energi dan peningkatan ekonomi.

Dalam meningkatkan kerjasama ekonomi bidang perdagangan, Korea Utara

meminta penghapusan sanksi ekonomi yang dilakukan AS terhadap Korea Utara.

Termasuk mencairkan aset Korea Utara yang ada di Banco Delta Asia Macau yang

telah dibekukan AS. Sanksi tersebut dilakukan setelah AS mendapatkan laporan

mengenai pencucian uang oleh Korea Utara dari hasil perdagangan senjata dan

perdagangan obat terlarang. Untuk itu, AS mengabulkan permintaan Korea Utara

dengan mencairkan aset Korea Utara di Banco Delta Asia Macau.

Selain mencairkan aset Korea Utara di Banco Delta Asia Macau, AS setuju

untuk memulai proses menghapus Pyongyang dari daftar negara sponsor terorisme

dan menghentikan penerapan “Trading with the Enemy Act” terhadap Korea Utara.

Dengan dihapusnya penerapan “Trading with the Enemy Act” terhadap Korea Utara,

maka Korea Utara dapat membuka kembali perdagangannya dengan AS (Ceuster dan

Melissen 2008, h.17).

Page 80: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

68

Untuk mengimplementasikan bantuan energi bagi Korea Utara, maka

dilakukan pengiriman awal sebesar 50.000 ton bahan bakar minyak berat untuk Korea

Utara sebagai kompensasi atas rencana penghentian program nuklir Korea Utara.

Bantuan ini sebagaimana yang tercantum dalam Beijing Agreement 13 Februari 2007

dimana action plan tersebut menjelaskan bahwa semua anggota Six Party Talks

menyetujui pemberian bantuan energi, ekonomi, dan bahan bantuan kemanusiaan

yang setara dengan 950.000 ton bahan bakar minyak berat bagi Korea Utara (Lihat

table IV.A.1). Hingga Desember 2008, Korea Utara telah menerima bantuan energi

sekitar 550.000 ton bahan bakar minyak berat.

Pengiriman bantuan energi ini dihentikan ketika Korea Utara menolak

perjanjian verifikasi program nuklirnya hingga akhirnya melakukan serangkaian

peluncuran roket sebagai bagian dari tes uji coba nuklirnya pada 5 April 2009.

Peluncuran roket tersebut mengundang kritik keras dari DK PBB yang mengeluarkan

Resolusi 1874 pada 13 April 2009 (UNSC 2009). Resolusi tersebut menyebabkan

Korea Utara memutuskan mundur dari Six Party Talks.

Keluar-masuknya Korea Utara dari Six Party Talks menandakan adanya

sebuah masalah dalam forum ini. Berbagai perjanjian yang telah disepakati oleh

anggota Six Party Talks memang tidak mengikat secara hukum karena Six Party

Talks hanyalah institusi ad hoc (sementara). Tidak adanya aturan yang mengikat

secara hukum menjadi hambatan atas kelancaran forum multilateral ini. Untuk itu,

ketiadaan aturan yang mengikat ini membuat Korea Utara dengan mudahnya dapat

Page 81: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

69

keluar-masuk Six Party Talks dan melanggar perjanjian-perjanjian yang telah

disepakati bersama.

Pemberian bantuan bagi Korea Utara yang selama ini dilakukan Six Party

Talks ternyata belum menandakan adanya hasil yang nyata dalam membongkar

program nuklir Korea Utara. Bantuan tersebut memang telah mendorong Korea Utara

untuk menutup fasilitas nuklir dan kegiatan dalam mengembangkan program

nuklirnya walaupun hanya memiliki efek jangka pendek. Walaupun begitu,

setidaknya Six Party Talks mampu mengurangi produksi bahan bakar nuklir yang

dilakukan Korea Utara.

e. Menjaga perdamaian dan Stabilitas Kawasan Semenanjung Korea dan

Asia Timur

Korea Utara berlokasi di jantung timur Benua Asia. Terletak di Semenanjung

Korea yang memanjang ke Selatan mulai dari bagian Timur Laut benua Asia yang

merentang sekitar 1000 kilometer dari Utara ke Selatan. Sejak 1948 semenanjung ini

dibagi menjadi dua bagian, Republik Korea di Selatan dan Republik Rakyat

Demokratik Korea di Utara (Korean Overseas Information Services 1988).

Pemisahan dua Korea ini telah menimbulkan berbagai konflik sejak berdirinya

kedua negara itu. Berbagai konflik paska Perang Korea telah mewarnai wilayah ini

sebelum pendirian Six Party Talks. Bahkan masalah ini meluas hingga wilayah Asia

Timur, dimana hubungan Korea Utara dengan Jepang yang kadang terganggu. Oleh

karena itu, masalah konflik ini menjadi isu penting selama pembicaraan Six Party

Page 82: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

70

Talks berlangsung. Untuk menjaga stabilitas kawasan yang damai, negara anggota Six

Party Talks mendorong Korea Utara untuk segera menghentikan perkembangan

program nuklirnya.

Dalam mewujudkan stabilitas kawasan Semenanjung Korea dan Asia Timur

yang damai, Six Party Talks berinsiatif untuk memberikan insentif bagi Korea Utara

agar Korea Utara bersedia meninggalkan program nuklirnya. Insentif tersebut berupa

pemberian bantuan energi dan ekonomi untuk Korea Utara. Perlahan-lahan Korea

Utara mulai bersedia meninggalkan program nuklirnya akibat dari pemberian insentif

tersebut sejak Six Party Talks berdiri pada 2003. Upaya ini diyakini mampu

mendorong Korea Utara memperkecil konflik yang terjadi di Semenanjung Korea.

Pembahasan mengenai pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas

kawasan Semenanjung Korea telah dimasukkan dalam agenda pembicaraan Six Party

Talks. Sebagaimana yang tertuang pada salah satu poin dalam Joint Statement bahwa

para pihak Six Party Talks yang terkait secara langsung akan menegosiasikan rezim

perdamaian permanen di Semenanjung Korea pada sebuah forum terpisah yang

sesuai. Keenam pihak juga sepakat untuk mengeksplorasi cara dan sarana untuk

meningkatkan kerjasama keamanan di Asia Timur (Lihat tabel IV.A.1)

Setelah melihat perkembangan Six Party Talks sejak pendiriannya, kawasan

Semenanjung Korea terlihat lebih stabil dimana aksi provokasi Korea Utara yang

dapat menganggu stabilitas kawasan dapat diminimalisir berkat kehadiran Six Party

Talks. Hal ini dikarenakan terdapat penurunan aktivitas nuklir Korea Utara sejak

Page 83: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

71

Korea Utara masuk menjadi anggota Six Party Talks tahun 2003 hingga Korea Utara

keluar dari forum ini tahun 2009. Untuk itu, Six Party Talks dianggap mampu

membawa perubahan dengan menjaga perdamaian dan meredakan ketegangan di

Semenanjung Korea dan kawasan Asia Timur.

Bantuan energi yang disediakan negara anggota Six Party Talks ternyata

mampu memberikan dampak positif bagi kemajuan perdamaian dan stabilitas

kawasan Semenanjung Korea selama tahun 2003-2009. Terbukti dengan masuknya

Korea Utara ke dalam Six Party Talks, aktivitas Korea Utara mampu dikendalikan

dengan menawarkan insentif bagi Korea Utara walaupun cara ini hanya berdamapak

sementara. Six Party Talks tidak dapat memberikan sanksi hukum yang tegas, karena

ketiadaan aturan yang mengikat.

Untuk melihat seberapa jauh pencapaian sebuah institusi, maka dapat dilihat

kontribusi yang telah diberikan institusi tersebut dalam mencapai tujuan utamanya.

Beberapa kontribusi Six Party Talks yang telah dijabarkan di atas menjadi gambaran

seberapa besar peran Six Party Talks dalam menyelesaikan isu dan masalah penting

yang dihadapi oleh negara anggotanya. Mempertemukan keenam negara dalam forum

Six Party Talks sebenarnya merupakan pencapaian besar sebagai langkah awal

sebelum masuk ke dalam pembahasan substantif.

Menurut pakar politik internasional, Adriana Elisabeth menganggap bahwa

Six Party Talks tidak memiliki efek yang cukup signifikan, karena biasanya sesuatu

yang memiliki efek signifikan pasti berlaku long-term. Namun, sebenarnya pencapain

Page 84: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

72

terbesar dalam Six Party Talks ini yaitu mampu menghasilkan sebuah kesepakatan

yang dinamakan Joint Statement dan Beijing Agreement yang mampu mengehentikan

perkembangan program nuklir Korea Utara untuk sementara waktu. Akan tetapi

kesepakatan tersebut memiliki efek yang berlaku short-term (Lihat Lampiran).

Berdasarkan pernyataan diatas, penulis setuju sepenuhnya bahwa peran Six

Party Talks tidak memiliki efek secara signifikan dalam mewujudkan denuklirisasi di

Korea Utara. Hal ini terbukti dengan pencapaian yang dihasilkan dari Six Party Talks

hanya berlaku sementara. Pada awalnya ketika Korea Utara menyetujui Joint

Statement dan Beijing Agreement, Korea Utara bersedia membongkar program

nuklirnya. Akan tetapi, karena tidak adanya mutual understanding antara Korea Utara

dan AS, maka Korea Utara menghidupkan serta melanjutkan kembali pengembangan

program nuklirnya yang ditandai dengan peluncuran uji coba nuklir pada 5 April

2009.

Walaupun tidak memiliki efek signifikan, Six Party Talks telah berusaha

membangun kembali pembicaraan antar pihak yang bertikai dengan semangat

kebersamaan. Selain itu, Six Party Talks juga berhasil mempertemukan negara-negara

yang berhubungan langsung dalam menyelesaikan isu nuklir Korea Utara selama

tahun 2003-2009. Pertemuan antar anggota Six Party Talks diharapkan dapat

membangun pemahaman bersama dalam menyelesaikan isu nuklir Korea Utara.

Serangkaian pembicaraan dalam Six Party Talks yang berjalan lambat

akhirnya menghasilkan Joint Statement 19 September 2005, Bejing Agreement 13

Page 85: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

73

Februari 2007, dan Agreement 3 Oktober 2007 yang belum mampu dilaksanakan

sepenuhnya. Walaupun pencapaian tersebut belum dapat diimplementasikan

sepenuhnya dalam aksi yang nyata, akan tetapi setidaknya Six Party Talks yang telah

berjalan selama enam tahun berhasil menghentikan sementara program nuklir Korea

Utara dan menciptakan perdamaian untuk meredam aksi agresif Korea Utara dalam

mengembangkan nuklirnya tahun 2007.

B. Faktor Penghambat Six Party Talks dalam Mewujudkan Denuklirisasi di

Korea Utara

Dalam sebuah proses negosiasi atau diplomasi terkadang tidak berjalan mulus.

Hal ini disebabkan terdapat beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi

jalannya sebuah negosiasi atau diplomasi. Berbagai faktor penghambat tersebut

sebaiknya terus dievaluasi agar sebuah diplomasi dapat berjalan dengan lancar,

sehingga tercapai kata mufakat.

Diplomasi multilateral seperti Six Party Talks sedianya dapat menjadi trigger

bagi keberlangsungan proses denuklirisasi di Korea Utara. Namun, hingga

berakhirnya pembicaraan tahun 2009, proses denuklirisasi yang menjadi tujuan utama

menemui jalan buntu dengan vakumnya Six Party Talks dalam mencari solusi untuk

mengakhiri program senjata nuklir di Korea Utara. Kevakuman Six Party Talks ini

diawali dengan keluarnya Korea Utara dari forum tersebut pada April 2009 (Kimball

2012). Adapun faktor penghambat Six Party Talks diantaranya:

1. Konflik Kepentingan (Conflict of Interests)

Page 86: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

74

Ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea pada dasarnya tidak akan

pernah terlepas dari warisan sejarah, yakni Perang Dingin. Perang ideologi tersebut

telah menyisakan serpihan nuklir di berbagai kawasan. Kompleksitas kepentingan

antara negara besar (core country) dan negara aliansi (pheriphey) serta hubungan

antar pheriphey menimbulkan konflik kepentingan yang cukup rumit untuk

diselesaikan dan memerlukan kesabaran serta kecermatan dalam mengambil sebuah

keputusan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa anggota Six Party Talks terdiri dari Korea

Utara, Korea Selatan, Cina, Jepang, AS, dan Rusia. Alasan keterlibatan Korea Utara,

Korea Selatan, Cina, dan Jepang dalam Six Party Talks sudah pasti karena keempat

negara tersebut memiliki keterkaitan langsung terhadap isu nuklir Korea Utara,

dimana keempat negara tersebut berada dalam satu kawasan. Akan tetapi keterlibatan

AS dan Rusia dalam forum tersebut diposisikan sebagai dua negara yang memiliki

concern dan pengaruh terhadap isu nuklir dunia serta pengaruh yang kuat di kawasan

ini.

Keterlibatan negara besar serta negara aliansi di dalam Six Party Talks inilah

yang menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dalam forum multilateral tersebut.

Oleh karena itu, secara garis besar forum multilateral ini terbagi ke dalam dua aliansi.

Pertama, aliansi AS dengan Jepang dan Korea Selatan. Kemudian yang kedua yaitu

aliansi Rusia dengan Cina dan Korea Utara. Kedua aliansi ini terkadang memiliki

Page 87: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

75

perbedaan perspektif dan silang kepentingan yang cukup menghambat penyelesaian

isu nuklir Korea Utara.

Perbedaan perspektif tersebut misalnya dalam hal kepemilikan nuklir Korea

Utara. AS, Jepang, dan Korea Selatan menginginkan pembongkaran program nuklir

Korea Utara secara keseluruhan. Akan tetapi, Korea Utara yang memposisikan

sebagai aktor menganggap bahwa kepemilikan nuklir tersebut merupakan hak setiap

negara dan Korea Utara tidak akan menutup semua program nuklirnya, karena akan

digunakan untuk kepentingan energi dalam negeri. Sikap Korea tersebut didukung

Cina dan Rusia yang mendukung program nuklir Korea Utara untuk tujuan damai.

Terlebih, kepemilikan nuklir merupakan hak Korea Utara yang memiliki kedaulatan

negara secara penuh.

Adapun silang kepentingan yang terjadi dalam Six Party Talks yaitu mengenai

motif keterlibatan negara-negara tersebut dalam Six Party Talks. Keterlibatan Korea

Selatan dan Jepang dalam Six Party Talks sangat mudah ditebak karena posisi negara

tersebut yang berdekatan dengan Korea Utara. Kedua negara tersebut sebenarnya

merasa terancam oleh nuklir Korea Utara karena kedua negara tersebut merupakan

aliansi AS. Sehingga kedua negara tersebut menginginkan pembongkaran nuklir

Korea Utara dan menghendaki pergantian rezim Korea Utara yang berkuasa agar

Korea Utara segera mengakhiri program nuklirnya.

AS sebagai aktor penting dalam Six Party Talks sudah dapat kita lihat motif

atau kepentingannya dalam Six Party Talks. Tentara AS yang dahulu sempat

Page 88: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

76

membantu Korea Selatan melawan Korea Utara dalam Perang Korea serta terciptanya

Perang Dingin antara AS dengan Uni Soviet beserta aliansinya menambah deretan

panjang keterlibatan AS di kawasan ini. AS berkepentingan mengamankan wilayah

Korea Selatan dan Jepang yang menjadi aliansi AS. AS juga memberikan prioritas

tinggi mengenai isu nuklir ini, karena isu nuklir Korea Utara tersebut dapat

membahayakan stabilitas kawasan dan internasional.

Akan tetapi, di sisi lain Cina dan Rusia memiliki silang kepentingan terhadap

isu nuklir Korea Utara. Walaupun paska keruntuhan blok sosialis, Cina dan Rusia

mencoba merubah dukungannya kepada Korea Utara bukan karena faktor ideologi.

Akan tetapi lebih menekankan pada faktor ekonomi (Park dan Kim 2012, h.90).

Terlebih paska Perang Dingin, Cina memang menjadi satu-satunya sekutu Korea

Utara yang dapat dipercaya diantara beberapa negara sosialis yang masih tersisa.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Cina saat ini memainkan peran penting

dalam sektor perekonomian dan pertahanan. Cina akan selalu menjaga stabilitas

kawasan Semenanjung Korea untuk mengamankan kepentingan ekonomi dan

pertahanannya. Korea Utara menjadi pasar berbagai produk Cina, sehingga Cina

memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas pasarnya. Disamping itu, dari segi

pertahanan, Cina secara tidak langsung membutuhkan Korea Utara untuk mencegah

terjadinya serangan darat yang bisa dilakukan kapanpun oleh AS melalui pasukannya

di Jepang.

Page 89: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

77

Adapun kepentingan Rusia dalam perundingan Six Party Talks ini yaitu

memperkuat eksistensi Rusia di kawasan, dimana situasi geopolitik Rusia tidak dapat

diabaikan dalam menjaga stabilitas Semenanjung Korea. Di sisi lain, Rusia yang

merupakan pewaris dari Uni Soviet tetap akan diperhitungkan sebagai negara besar

yang memiliki pengaruh cukup besar, terutama di kawasan Asia. Kedekatan Rusia-

Korea Utara cukup terjalin erat yang ditandai oleh terciptanya kerjasama di bidang

politik dan ekonomi kedua negara. Sama halnya dengan Cina, Rusia pun lebih

menekankan kerjasama dengan Korea Utara atas motif ekonomi semata, bukan lagi

karena faktor ideologi. Oleh karena itu, Rusia pun tidak ingin stabilitas pasarnya

terganggu.

2. Juche Idea dan Songun Policy

Sebelum menjelaskan lebih jauh, mari kita lihat terlebih dahulu mengenai arti

dari Juche dan Songun itu sendiri. Menurut sumber resmi Korea Utara, Juche itu

sendiri bermakna sebuah ideologi dimana semua rakyatlah pemilik revolusi dan

pembangunan. Rakyat juga mempunyai kekuatan untuk mendorong tercapainya

revolusi dan pembangunan tersebut (Foreign Languange Publishing House 2012,

h.1). Sedangkan Songun secara singkat merupakan sebuah ide melanjutkan revolusi

dan pembangunan, dimana militer menjadi kekuatan utama di Korea Utara. (Foreign

Languange Publishing House 2012, h.2).

Juche sendiri dapat diartikan sebagi sebuah ideologi dimana manusialah yang

dapat mengatur nasibnya sendiri dan dia mempunyai kekuatan untuk menentukan

Page 90: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

78

nasibnya. Artinya nasib Korea Utara berada di tangan pemerintah Korea Utara itu

sendiri dan pemerintah memiliki andil sangat besar untuk menentukan arah kebijakan

negaranya. Sehingga Korea Utara tidak bisa menggantungkan nasibnya kepada

negara lain.

Hal ini sejalan dengan asumsi Realis, dimana setiap negara memiliki

kedaulatan yang sama untuk mencapai kepentingan nasionalnya (Perwita & Yani

2005, h.14). Semakin besar power negara, maka akan semakin besar potensinya

untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Oleh karena itu, setiap negara akan

berlomba-lomba meningkatkan power karena tidak ada negara lain yang dapat

menjamin keamanan negaranya. Sehingga, ketika negara dituntut untuk

mengamankan sendiri negaranya, maka negara tersebut tidak dapat menggantungkan

kedaulatan negara kepada negara lain.

Peningkatan power yang dimaksud yaitu berupa peningkatan militer

(pertahanan), dimana saat ini Korea Utara sedang meningkatkan pertahanan militer

yang dipersiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mempertahankan negaranya.

Jadi, ideologi Juche tersebut menuntut Korea Utara untuk tidak bergantung kepada

negara lain seperti Korea Selatan yang bergantung kepada AS. Korea Utara

mempercayai bahwa dengan memiliki power besar (militer yang kuat), maka

negaranya akan maju dan tidak akan mudah diintervensi negara lain. Alasan tersebut

membuat Korea Utara terus menerus mengembangkan program nuklirnya walaupun

mendapat berbagai kecaman.

Page 91: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

79

Juche menjelaskan prinsip pertahanan dan pencapaian kebebasan rakyat dan

negara, prinsip penguatan mengendalikan kekuatan revolusi dan meningkatkan

perannya, serta prinsip memahami pikiran rakyat sebagai faktor utama dalam revolusi

dan pembangunan. Dengan prinsip-prinsip tersebut, Korea Utara menyadari bahwa

untuk menjadi bangsa dan negara yang maju dan kuat, maka diperlukan kekuatan

serta semangat untuk mencapai dan mempertahankan tujuan tersebut. Terutama

bertahan dari serangan luar yang mungkin menghambat revolusi dan pembangunan di

Korea Utara.

Adapun keterkaitan antara ideologi Juche dan Songun dengan Six Party Talks,

yaitu bahwa Korea Utara tidak mungkin meninggalkan program nuklirnya karena

program nuklir tersebut menjadi salah satu bukti kemandirian Korea Utara dalam

melaksanakan revolusi dan pembangunan yang tidak ingin bergantung kepada negara

lain. Rakyat maupun pemerintah bersama-sama membangun untuk memajukan

negara tersebut. Sementara tujuan Six Party Talks itu sendiri adalah mengakhiri

program nuklir Korea Utara.

Walaupun berbagai bantuan energi dan ekonomi telah diberikan oleh anggota

Six Party Talks bagi Korea Utara sebagai kompensasi atas pembongkaran program

nuklirnya, akan tetapi Korea Utara sadar bahwa negaranya tidak boleh terus

bergantung kepada bantuan negara lain. Hal ini disebabkan sifat ketergantungan

tersebut bertolak belakang dengan ajaran Juche yang mengajarkan bahwa negaranya

Page 92: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

80

tidak boleh bergantung kepada negara lain karena nasib sebuah negara hanya dapat

diatur oleh negara tersebut melalui kebijakannya.

Menurut pakar politik internasional, Adriana Elisabeth. Juche menjadi prinsip

pedoman rakyat Korea utara yang mempengaruhi setiap kebijakan yang diambil oleh

Korea Utara. Rakyat Korea Utara juga dikenal sangat patuh dan mengagungkan

pemimpinnya akibat dari ideologi ini. Rakyat sudah diajarkan dan diperkenalkan pada

ideologi Juche ketika mereka mendapatkan pelajaran di sekolah sejak usia dini. Tidak

heran jika semangat Juche ini melekat kuat dalam berbagai sektor kehidupan

masyarakat, khususnya dalam bidang politik dan keamanan (Lihat lampiran III).

Gagasan Juche memang selalu dijadikan pedoman dan arahan dalam setiap

kebijakan yang diambil Korea Utara untuk tetap memprioritaskan aspek

pembangunan. Kepatuhan rakyat terhadap pemimpinnya tersebut disimbolkan dengan

menjadikan Juche sebagai ideologi dan mengimplementasikan ideologi tersebut

dalam kehidupan masyarakat. Ideologi Juche membuat rakyat begitu mengagungkan

Kim Il Sung, mantan pemimpin Korea Utara yang telah wafat yang dijuluki sebagai

Presiden Abadi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semangat Six Party Talks untuk

menghentikan program nuklir Korea Utara tidak akan menghasilkan sesuatu yang

diharapkan selama Korea Utara menganut ideologi Juche dan Songun yang telah

diwariskan oleh pemimpin-pemimpin rezim Korea Utara sejak pendirian negara

tersebut untuk mewujudkan kemandirian Korea Utara.

Page 93: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

81

3. Ketiadaan Aturan yang Mengikat secara Hukum (Non-Legally Binding)

Dalam berbagai situasi, pada dasarnya diplomasi multilateral memang telah

menjadi pionir dalam perkembangan diplomasi di abad ke-20. Diplomasi multilateral

memberi kemungkinan besar untuk keberhasilan sebuah negosiasi. Dalam pertemuan

sebuah diplomasi multilateral, pembahasan difokuskan pada suatu masalah sehingga

pikiran peserta terkonsentrasikan pada satu isu. Kesempatan ini mendorong berbagai

pihak yang terlibat bersama-sama mencapai kesepakatan, selain dimungkinkan untuk

diselenggarakan dalam suasana tidak resmi.

Keuntungan yang dicapai dalam diplomasi multilateral seperti disebutkan di

atas, tidak dapat terpisahkan dari peraturan yang mengikatnya. Six Party Talks

sebagai salah satu diplomasi multilateral telah berupaya menyelesaikan isu nuklir

Korea Utara, walaupun belum terlihat hasil yang signifikan. Hal ini dikarenakan Six

Party Talks merupakan institusi non-formal yang tidak memiliki peraturan mengikat

secara hukum (non-legally binding) bagi anggotanya, sehingga tidak memiliki

kewenangan untuk memberikan sanksi kepada negara anggotanya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Six Party Talks merupakan institusi

insidentil dan bersifat ad hoc (sementara). Artinya negara anggota Six Party Talks

tidak terikat secara hukum oleh kesepakatan yang dibuat dalam pertemuan Six Party

Talks. Peraturan yang tidak mengikat secara hukum dalam institusi ad hoc seperti Six

Party Talks memang menjadi hambatan tersendiri bagi kemajuan forum multilateral

yang beranggotakan enam negara tersebut. Peraturan yang tidak terikat secara hukum

Page 94: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

82

juga menyebabkan kinerja Six Party Talks berjalan lambat yang mempengaruhi

gagalnya pelaksanaan hasil pencapaian Six Party Talks itu sendiri.

Contoh nyata dapat dilihat dalam setiap aksi Korea Utara selama menjadi

anggota Six Party Talks pada 2003-2009. Pembicaraan sempat terhenti pada 2006

karena Korea Utara melakukan serangakaian uji coba rudal balistik. Setelah

peluncuran uji coba Korea Utara tersebut, pembicaraan dihentikan sementara sebagai

bentuk kekecewaan anggota Six Party Talks atas tindakan Korea Utara tersebut yang

dinilai menghambat pembicaraan yang sedang berlangsung.

Dalam menghadapi tindakan Korea Utara tersebut, Six Party Talks tidak dapat

memberikan sanksi secara tegas karena peraturan dalam Six Party Talks tidak

mengikat secara hukum. Selama ini Six Party Talks hanya dapat melakukan

peringatan dan penghentian insentif semata yang terlihat kurang efektif memberikan

efek jera bagi Korea Utara. Untuk itu perlu disadari bahwa peraturan yang tidak

mengikat secara hukum, akan merugikan para anggota di dalamnya. Hal ini dapat

dilihat dari kelemahan Six Party Talks dalam menghadapi aksi Korea Utara yang

dapat mengganggu keamanan di Semenanjung Korea. Pentingnya membuat peraturan

yang mengikat ini tidak akan dapat tercapai jika status Six Party Talks masih bersifat

ad hoc.

Pengambilan keputusan dalam Six Party Talks menggunakan metode

konsensus, sama seperti kebanyakan diplomasi multilateral lainnya. Konsensus dapat

dicapai apabila semua peserta sepakat, atau dengan kata lain diperoleh suara bulat

Page 95: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

83

dari para anggota. Jadi jika terdapat anggota yang tidak setuju, maka keputusan

belum dapat diambil.

Adapun keuntungan pengambilan berdasarkan konsensus yaitu untuk

mendapatkan kesepakatan dari semua peserta diplomasi multilateral tanpa perlu

melakukan pemungutan suara dan menghindarkan kemungkinan terjadinya

perpecahan yang tidak diharapkan (Djelantik 2007, h.157). Perpecahan tersebut

terjadi karena adanya perpecahan suara akibat perbedaan perspektif antar anggota

mengenai keputusan yang akan dipilih.

Dalam institusi multilateral seperti Six Party Talks, lobi yang terjadi antar

pihak terkesan menjanjikan harapan yang berlebihan. Hal ini dikarenakan, agar pihak

yang dijanjikan tersebut dapat menerima segala keputusan yang disepakati di akhir.

Sebagai contoh mengenai kesediaan Korea Utara melucuti semua senjata nuklir dan

program nuklir yang ada. Kesediaan Korea Utara tersebut dianggap sesuatu yang

tidak mungkin tercapai, karena program nuklir tersebut menjadi sebuah kebutuhan

Korea Utara untuk mempertahankan negaranya dari kemungkinan ancaman yang

datang. Hal ini terbukti ketika Korea Utara melanggar kesepakatan dan mulai

mengembangkan kembali program nuklirnya.

Page 96: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembicaraan multilateral yang dibangun Six Party Talks dalam mencapai

tujuan utamanya dibuktikan melalui penyelenggaraan serangkaian proses negosiasi

panjang demi terwujudnya denuklirisasi di Korea Utara. Untuk mewujudkan

denuklirisasi di Korea Utara tersebut, Six Party Talks telah berhasil mencapai

berbagai kesepakatan bersama seperti Joint Statement 19 September 2005 yang

diimplementasikan ke dalam Beijing Agreement 13 Februari 2007 dan Agreement 3

Oktoober 2007. Ketiga kesepakatan tersebut menjadi pencapaian besar Six Party

Talks secara umum.

Selama pembicaraan berlangsung dari tahun 2003-2009, Six Party Talks telah

memberikan kontribusi bagi perkembangan isu nuklir Korea Utara sebagaimana yang

tertuang dalam ketiga kesepakatan yang telah dicapai Six Party Talks. Kontribusi

tersebut diantaranya Six Party Talks mampu menjadi sarana diplomasi dan negosiasi,

mendorong proses pembongkaran program nuklir Korea Utara, memperbaiki

hubungan antar anggota Six Party Talks, meningkatkan kerjasama antara anggota Six

Party Talks dengan Korea Utara, serta menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan

Semenanjung Korea dan Asia Timur.

Page 97: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

85

Sejak pendiriannya, Six Party Talks dinilai mampu menndorong penyelesaian

isu nuklir Korea Utara dalam format pembicaran multilateral yang mengedepankan

resolusi damai melalui dialog. Namun, peran Six Party Talks selama tahun 2003-2009

tidak memiliki efek secara signifikan dalam mewujudkan denuklirisasi di Korea

Utara. Hal ini terbukti dengan pencapaian yang dihasilkan dari Six Party Talks hanya

berlaku sementara dan bersifat jangka pendek saja.

Walaupun tidak memiliki efek signifikan, Six Party Talks telah berusaha

membangun kembali pembicaraan antar pihak yang bertikai dengan semangat

kebersamaan. Selain itu, Six Party Talks juga berhasil mempertemukan negara-negara

yang berhubungan langsung dalam menyelesaikan isu nuklir Korea Utara selama

tahun 2003-2009. Pertemuan antar anggota Six Party Talks selama tahun 2003-2009

tersebut memberikan pelajaran betapa pentingnya penyelesaian suatu isu melalui

sebuah negosiasi damai. Sehingga kedepannya forum multilateral lain diharapkan

dapat membangun pemahaman bersama dalam menyelesaikan isu nuklir Korea Utara.

Kontribusi yang diberikan Six Party Talks memang belum dapat

menyelesaikan isu nuklir Korea Utara secara keseluruhan sebagaimana yang

diharapkan. Bahkan awal tahun 2008, pembicaraan sempat vakum karena hambatan

yang dihadapi Six Party Talks. Alasan terhambatnya usaha Six Party Talks,

disebabkan oleh adanya konflik kepentingan antar anggota Six Party Talks, pengaruh

Juche Idea dan Songun Policy, serta ketiadaan aturan yang mengikat secara hukum

Page 98: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

86

(non-legally binding). Oleh sebab itu, ketiga elemen tersebut menjadi faktor

penghambat Six Party Talks dalam mewujudkan denuklirisasi di Korea Utara.

Dengan demikian, perundingan Six Party Talks yang sudah berjalan selama

enam tahun, dianggap berhasil menciptakan perdamaian untuk meredam aksi agresif

Korea Utara dalam mengembangkan nuklirnya tahun 2007. Terbukti dengan

penutupan dan penghentian aktivitas beberapa fasilitas nuklir Korea Utara. Namun,

tidak dapat dipungkiri bahwa usaha Six Party Talks untuk melakukan denuklirisasi di

Korea Utara belum maksimal, sehingga dianggap gagal menghentikan pengembangan

program nuklir Korea Utara. Karena hingga keluarnya Korea Utara dari Six Party

Talks yang mengakibatkan terhentinya pembicaraan Six Party Talks pada April 2009,

Korea Utara masih tetap mengembangkan dan melanjutkan program nuklirnya.

Keluarnya Korea Utara dari keanggotaan Six Party Talks dan usaha Korea

Utara kembali mengembangkan program nuklirnya, menjadi tantangan baru bagi Six

Party Talks untuk membuat formula baru dalam menciptakan sebuah pembicaraan

yang cocok demi mencari solusi penyelesaian isu nuklir Korea Utara. Hal tersebut

harus diupayakan untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan yang mana dapat

berdampak juga pada stabilitas keamanan internasional.

Page 99: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agung Banyu Perwita, Anak dan Yanyan Mochammad Yani. 2005.Pengantar

Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Albright, David dan Kevin O‟Neill, Solving the North Korea Nuclear Puzzle.

2000. Washington: The Institute for Science and International Security.

Athanasopulos, Haralambos. “Nuclear Disarmament in International Law”. 2000.

Jefferson, NC: McFarland & Co.

Bandoro, Bantarto. 1991. Diplomasi Indonesia : Dahulu, Kini dan Masa Depan.

Jakarta : CSIS

Burchill, Scott dan Andrew Linklater. 2009. Teori-teori Hubungan Internasional.

Terjemahan M. Sobirin. Bandung: Nusamedia.

Central Intelligence Agency, Publication 2011, The World Factbook: North

Korea. Washington.

De Ceuster, Koen dan Jan Melissen. 2008. Ending The North Korean Nuclear Crisis:

Six Parties, Six Perspective. Den Hag: Desiree Davidse.

Dipoyudo, Kirdi. 1989. Aspirasi Perdamaian : Garis-garis Besar Politik Luar

Negeri Indonesia. Analisis CSIS tahun XVIII.

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Dong-So, Kim, Park Kap-So, dkk. Understanding North Korea. 2012. Seoul:

Ministry of Unification.

Ford, Glyn. 2008. North Korea in the Brink: Struggle for Survival. Ann Arbor,

MI: Pluto Press

Government Information Agency 1988, Facts About Korea 1988. Seoul: Korean

Overseas Information Services.

Government Information Agency 2006, Facts About Korea. Seoul: Korean

Overseas Information Services,

Hara, Abu Bakar Eby. 2011. Pengantar Analisis Politik Luar Negeri dari Realisme

sampai Konstruktivisme. Bandung: Nuansa.

Page 100: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xiv

Herbst, Alan M dan George W. Hopley. 2007. Nuclear Energy Now: Why the

Time Has Come for the World’s Most Misunderstood Energy Source. New

Jersey: New Willey and Sons Inc.

Holsti, K.J. 1992. International Politics : A Framework for Analysis. Englewood

Cliffs : Prentica Hall Inc.

Kim, Djun Kil. 2005. The History of Korea. Westport, CT: Greenwood Press

Library of Congress, Country Studies 1994, North Korea: A Country Study.

Washington.

Martin, Matthew. 2008. The Six Party talks and New Opportunities to Strengthen

Regional Nonpoliferation and Disarmament Efforts. Beijing: The Stanley

Foundation.

Mazaarr, Michael J. 1995. North Korea and the Bomb: A Case Study in

Nonpoliferation. London: Macmillan Press.

Molander, Roger dan Robbie Nichols. Who Will Stop the Bomb? A Primer on

Nuclear Poliferation. New York: Roosevelt Center for American Policy

Studies.

Moloeng, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Morganthau, Hans. 1948. Politics Among Nations: The Struggle for Power and

Peace. New York: Knopf.

Pinkston, Daniel A. 2008. The North Korean Ballistic Missile Program. Washington:

Strategic Studies Institute.

Robert, Jackson dan George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan

Internasional. Terjemahan Dadan Suryadipura. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rumintang, Lusiana. 2009. Bekerja Sebagai Diplomat. Jakarta: Erlangga

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2004. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenadan Media Group.

Yong, Kim. 2012. Korea Focus: Committee for the Peaceful Reunification of the

Fatherland . Seoul: Korea Foundation.

Zhongying, Pang. The Six Party Process, Regional Security Mechanism, and

China-US Cooperation: Toward a Regional Security Mechanism For a

New Noortheast Asia. 2009. Washington: The Brookings Institution.

Jurnal

Bermudez, Joseph S. 1999. “A History of Ballistic Missile Development in the

DPRK”. ., Center for Nonproliferation Studies, Occasional Paper no. 2

November.

Page 101: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xv

Bluth, C. 2005. “Between a Rock and an Incomprehensible Place: The United

States and the Second North Korean Nuclear Crisis.” The Korean Journal of

Defense Analysis, XVII (2): 87-109.

Dreicer, J. “How Much Plutonium Could Have Been Produced in the DPRK IRT

Reactor?.” Science and Global Security, vol. 8, no. 3, 2000.

Eric Yong dan Jong Lee. 2004. “North Korea Nuclear Crisis”. ASIAN Pacific Law

& Policy Journal Vol.5.

Han S. Park. 2000. “North Korean Perceptions of Self and Others: Implications for

Policy Choices.” Pacific Affairs 73: 503-516.

Jano, Dorian. 2010. “Aspect of Security Dilemma: What We Have Learned from the

Macedonian Case.” Journal of International Affairs.

Jean-Fabrice Pietri. 2002. Manipulating humanitarian crisis in North Korea.

Humanitarian Practice Network, 20: 13-15.

Langhorne 2012. “The Unique Challenges Presented by Multilateral Diplomacy.”

Social Science Research Network.

Niksch, Larry A 2006. „North Korea‟s Nuclear Weapon Program‟. CRS Issue Brief of

Congress IB91141:1-15.

Olsen, J. 2003. “China‟s Proliferation Practices and The North Korean Nuclear

Crisis”. Washington: U.S.-China Economic and Security Review

Commission, h. 93.

Powell, Robert. Nuclear Deterrence Theory: The Search for Credibility. 1990.

Cambridge: Cambridge University Press.

Samuel S. Kim. 2006. “China‟s Conflict-Management Approach to The Nuclear

Standoff on The Korean peninsula,” Asian Perspective, vol. 30, no. 1

Sha, Z. 2003. “How to Cope with the DPRK‟s Withdrawal from the NPT.” Pidato

Duta Besar SHA Zukang pada pertemuan NPT. Annecy, Perancis, 14

Maret 2003.

Skripsi

Harisasongko, Aditia. 2008 Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara dalam

Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir di Semenanjung Korea (1994-2007).

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga.

Page 102: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xvi

Fina. 2012. Upaya Menuju Denuklirisasi Korea Utara Oleh Negara Anggota Six

Party tahun 2006-2009. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Surat Kabar

Giacomo, Carol. 2003. “U.S. Seen Cracking Down on North Korea‟s Exports”.

Reuters, 15 Mei.

Sanger, D 2011, “North Korea Says Dictator Is Dead After 17-Years Rule.” New

York Times 19 Desember 2011, A1.

Internet

“Chairman’s Statement for The Second Round of Six Party Talks,” 2004.

Kementerian Luar Negeri Cina. Diunduh 10 September 2013

(http://www.fmprc.gov.cn)

“China urges direct DPRK-US dialogue: says Chinese FM.” Xinhuanet. 6 Maret

2003. Diunduh 21 September 2013

(http://news.xinhuanet.com/english/2003-03/06content_762578.htm)

“DPRK FM sends letter to president of UNSC”. 28 Juni 2003. Korean Central

News Agency. Diunduh 19 Juli 2013

(http://www.kcna.co.jp)

“DPRK Foreign Ministry Spokesman on Six-Party Talks”. 4 Agustus 2003.

Korean Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013

(http://www.kcna.co.jp)

Faustinus Andrea. “Krisis Nuklir Semenanjung Korea”. 2006. Center for Strategic

and International Studies. Diunduh 15 September 2012

(http://www.csis.or.id/Publications-OpinionsDetail.php?id=501)

“Foreign Ministry Spokesman on DPRK’s Will to Cooperate in Verification of

Objects of Nuclear Disablement” 13 Oktober 2008. Korean Central News Agency.

Diunduh 20 September 2013

(http://www.kcna.co.jp)

Page 103: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xvii

“Foreign Ministry Spokesman Holds Some Forces Accountable for Delayed

Impementation of Agreement”. 13 November 2008. Korean Central News

Agency. Diunduh 20 September 2013

(http://www.kcna.co.jp)

“Joint Statement Between the United States of America and the Republic of

Korea.” 2003. Kedutaan Besar AS untuk Republik Korea. Diunduh

19 Agustus 2013 (http://seoul.usembassy.gov/joint_statement.html)

“Joint Statement of the Fourth Round of the Six-Party Talks,.” 2005. Kementerian

Luar Negeri Cina. Diunduh 19 Agustus 2013

(http://www.fmprc.gov.cn/eng/zxxx/t212707.html)

“Joint Statement of the Trilateral Coordination and Oversight Group (Honolulu)

2003.” Departemen Luar Negeri AS. Diunduh 15 Agustus 2013

( http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2003/21571.htm)

“KCNA urges negotiations based on equality and trust.” 21 Juli 2003.Korean

Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013

(http://www.kcna.co.jp)

“Konferensi Pers Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina 24 April 2003,”

Kementerian Luar Negeri Cina Diunduh 10 September, 2013

(http://www.fmprc.gov.cn/eng/xwfw/2510/2511/t22747.htm)

“Kronologi Program Nuklir Korea Korea Utara.” 2013. Communications

Commission. Diunduh 12 November 2013

(http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/news_02.htm)

“Poilcy and Inciative”. 2012. Kementerian Unifikasi. Diunduh 30 Oktober 2013

(http://eng.unikorea.go.kr/CmsWeb/viewPage.req?idx=PG0000000694)

“President Bush Meets with Japanese Prime Minister Koizumi,” 2003. White

House Report. Diunduh 15 Agustus 2013

(http://www.whitehouse.gov/news/releases/2003/05/print/20030523-

4.html)

“Security Council Condemns Nuclear Test by Democratic People’s Republic of

Korea: Unanimously Adopting Resolution.” 2006. Dewan Keamanan

PBB. Diunduh 14 September 2013

Page 104: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xviii

(https://www.un.org/News/Press/docs/2006/sc8853.doc.htm)

“Spokesman for DPRK Foreign Ministry on peaceful solution to nuclear issue”. 12

April, 2003. Korean Central News Agency. Diunduh 19 Juni 2013

(http://www.kcna.co.jp)

“Spokesman for DPRK Foreign Ministry on Recent DPRK-U.S. Contact”. 1 Agustus 2003. Korean Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013 (http://www.kcna.co.jp) “The Nuclear Potential for Individual Countries.” 1995. Russian Federation

Foreign Intelligence Service. Diunduh 15 September 2012

(http://www.fas.org/irp/threat/svr_nuke.htm)

“U.S. insistence on “five-party talks” rebuffed.” 31 Mei 2003. Korean Central

News Agency. Diunduh 19 Juli 2013

(http://www.kcna.co.jp)

“U.S. urged not to fault DPRK‟s self-defensive measure.” 11 Mei, 2003. Korean

Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013 (http://www.kcna.co.jp)

“U.S. urged to make switchover in its DPRK policy”. 5 Mei 2003. Korean

Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013

(http://www.kcna.co.jp)

“U.S. urged to make switchover in its Korea policy”. 16 Juli 2003. Korean Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013 (http://www.kcna.co.jp) “U.S. urged to respond to DPRK-U.S. direct talks.” 26 Maret 2003. . Korean

Central News Agency. Diunduh 19 Juli 2013 (http://www.kcna.co.jp)

Armitage, R. L. 2003. “Weapons of Mass Destruction Developments on the

Korean Peninsula” Departemen Luar Negeri AS. Diunduh 21 September

2013

(http://usinfo.state.gov/utils/printpage.html)

Bush, G. W. 2003 “President Bush Urges Multilateral Effort on North Korea.”

Departemen Luar Negeri AS. Diunduh 21 September 2013

(http://www.state.gov/p/eap/rls/rm/2003/18521.htm)

Cha, Victor dan Hoffmeister, Chris. 2004. “North Korea‟s Drug Habit”. New

York Times, 3 Juni 2003. h. A27. Diunduh 1 Agustus 2013

(http://www.nytimes.com/2004/06/03/opinion/north-korea-s-drug- habit.html)

Page 105: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xix

Choe Sang-Hun. 2013. “North Korea Claims to Conduct 2nd

Nuclear Test” New

York Times, 24 Mei. Diunduh 16 Oktober 2013

(ww.nytimes.com/2009/05/25/world/asia/25nuke.html)

Daryl Kimball. 2012. “Chronology of U.S.-North Korean Nuclear and Missile

Diplomacy.” Diunduh 15 September 2012

(http://www.armscontrol.org/factsheets/dprkchron#1985)

John Gershman. 2005. “The Six Party Talks Agreement.” Diunduh 17 September

2012 (http://www.fpif.org/reports/the_six -party_talks_agreement)

Kelly, J. 2001. “U.S. Policy in East Asia and the Pacific: Challenges and

Priorities,” Kementerian Luar Negeri AS. Diunduh 15 September 2013

(http://www.state.gov/p/eap/rls/rm/2001/3677.htm)

Kristensen, Hans. M. 2006. “Nuclear Weapons Program.” Diunduh 15 September

2012 (http://www.fas.org/nuke/guide/dprk/nuke/)

Rice, C. “Remarks With South Korean Foreign Minister Ban Ki-Moon After

Meeting,” 20 Maret 2005. Sekretaris Pemerintahan AS. Diunduh 19

Agustus 2013 (http://www.state.gov/secretary/rm/2005/43665.htm)

Sanger, D. 2003. “North Korea Says It Now Possesses Nuclear Arsenal,” The

New York Times, 25 April. Diunduh 15 Agutus 2013

(http://www.nytimes.com/2003/04/25/world/north-korea-says-it-now-

possesses-nuclear- arsenal.html)

Sanger, D. 2006. “North Koreans Say They Tested Nuclear Devices” New York

Times, 9 Oktober. Diunduh 16 Oktober 2013

(http://www.nytimes.com/2006/10/09/world/asia/09korea.html?pagewante

d=all&_r=0)

Wang, Yi. 2004. “Chinese Vice FM Follows up Six-Party Talks,” Xinhua News

Agency, 5 Maret 2004. Diunduh 10 September 2013

(http://www.china.org.cn/english/international/89318.htm)

Wines, M. 2003. “Warning to North Korea on Nuclear arms.” The New York

Times, 12 April. Diunduh 21September 2013

(http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/n

orthkorea/nucl ear_program/)

Page 106: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xx

LAMPIRAN I: Kerangka Persetujuan (Agreed Framework) 1994

Agreed Framework between the United States of America and the Democratic

People's Republic of Korea

Geneva, October 21, 1994

Delegations of the governments of the United States of America (U.S.) and

the Democratic People's Republic of Korea (DPRK) held talks in Geneva from

September 23 to October 21, 1994, to negotiate an overall resolution of the nuclear

issue on the Korean Peninsula.

Both sides reaffirmed the importance of attaining the objectives contained in

the August 12, 1994 Agreed Statement between the U.S. and the DPRK and

upholding the principles of the June 11, 1993 Joint Statement of the U.S. and the

DPRK to achieve peace and security on a nuclear-free Korean peninsula. The U.S.

and the DPRK decided to take the following actions for the resolution of the nuclear

issue:

I. Both sides will cooperate to replace the DPRK's graphite-moderated reactors and

related facilities with light-water reactor (LWR) power plants.

1) In accordance with the October 20, 1994 letter of assurance from the U.S.

President, the U.S. will undertake to make arrangements for the provision to

the DPRK of a LWR project with a total generating capacity of approximately

2,000 MW(e) by a target date of 2003.

The U.S. will organize under its leadership an international consortium to

finance and supply the LWR project to be provided to the DPRK. The U.S.,

representing the international consortium, will serve as the principal point of

contact with the DPRK for the LWR project.

The U.S., representing the consortium, will make best efforts to secure the

conclusion of a supply contract with the DPRK within six months of the date

of this Document for the provision of the LWR project. Contract talks will

begin as soon as possible after the date of this Document.

As necessary, the U.S. and the DPRK will conclude a bilateral agreement for

cooperation in the field of peaceful uses of nuclear energy.

2) In accordance with the October 20, 1994 letter of assurance from the U.S.

President, the U.S., representing the consortium, will make arrangements to

offset the energy foregone due to the freeze of the DPRK's graphite-moderated

reactors and related facilities, pending completion of the first LWR unit.

Alternative energy will be provided in the form of heavy oil for heating and

electricity production.

Page 107: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxi

Deliveries of heavy oil will begin within three months of the date of this

Document and will reach a rate of 500,000 tons annually, in accordance with

an agreed schedule of deliveries.

3) Upon receipt of U.S. assurances for the provision of LWR's and for

arrangements for interim energy alternatives, the DPRK will freeze its

graphite-moderated reactors and related facilities and will eventually

dismantle these reactors and related facilities.

The freeze on the DPRK's graphite-moderated reactors and related facilities

will be fully implemented within one month of the date of this Document.

During this one-month period, and throughout the freeze, the International

Atomic Energy Agency (IAEA) will be allowed to monitor this freeze, and the

DPRK will provide full cooperation to the IAEA for this purpose.

Dismantlement of the DPRK's graphite-moderated reactors and related

facilities will be completed when the LWR project is completed.

The U.S. and the DPRK will cooperate in finding a method to store safely the

spent fuel from the 5 MW(e) experimental reactor during the construction of

the LWR project, and to dispose of the fuel in a safe manner that does not

involve reprocessing in the DPRK.

4) As soon as possible after the date of this document U.S. and DPRK experts

will hold two sets of experts talks.

At one set of talks, experts will discuss issues related to alternative energy and

the replacement of the graphite-moderated reactor program with the LWR

project.

At the other set of talks, experts will discuss specific arrangements for spent

fuel storage and ultimate disposition.

II. The two sides will move toward full normalization of political and economic

relations.

1) Within three months of the date of this Document, both sides will reduce

barriers to trade and investment, including restrictions on telecommunications

services and financial transactions.

2) Each side will open a liaison office in the other's capital following resolution

of consular and other technical issues through expert level discussions.

3) As progress is made on issues of concern to each side, the U.S. and the DPRK

will upgrade bilateral relations to the Ambassadorial level.

III. Both sides will work together for peace and security on a nuclear-free Korean

peninsula.

Page 108: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxii

1) The U.S. will provide formal assurances to the DPRK, against the threat or

use of nuclear weapons by the U.S.

2) The DPRK will consistently take steps to implement the North-South Joint

Declaration on the Denuclearization of the Korean Peninsula.

3) The DPRK will engage in North-South dialogue, as this Agreed Framework

will help create an atmosphere that promotes such dialogue.

IV. Both sides will work together to strengthen the international nuclear non-

proliferation regime.

1) The DPRK will remain a party to the Treaty on the Non-Proliferation of

Nuclear Weapons (NPT) and will allow implementation of its safeguards

agreement under the Treaty.

2) Upon conclusion of the supply contract for the provision of the LWR project,

ad hoc and routine inspections will resume under the DPRK's safeguards

agreement with the IAEA with respect to the facilities not subject to the

freeze. Pending conclusion of the supply contract, inspections required by the

IAEA for the continuity of safeguards will continue at the facilities not subject

to the freeze.

3) When a significant portion of the LWR project is completed, but before

delivery of key nuclear components, the DPRK will come into full

compliance with its safeguards agreement with the IAEA (INFCIRC/403),

including taking all steps that may be deemed necessary by the IAEA,

following consultations with the Agency with regard to verifying the accuracy

and completeness of the DPRK's initial report on all nuclear material in the

DPRK.

Kang Sok Ju Robert L. Gallucci Head of the Delegation of Head of the Delegation of

the Democratic People's Republic of Korea, United States of America,

First Vice-Minister of Foreign Affairs of Ambassador at Large of the

the Democratic Peoples‟s Republic of Korea United States of America

Sumber: International Atomic Energy Agency Publications 2 November 1994

Page 109: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxiii

Lampiran II: Pernyataan Bersama (Joint Statement) 19 September 2005

Joint Statement of the Fourth Round of the Six-Party Talks

Beijing, 19 September 2005

The Fourth Round of the Six-Party Talks was held in Beijing, China among the

People's Republic of China, the Democratic People's Republic of Korea, Japan,

the Republic of Korea, the Russian Federation, and the United States of America

from July 26th to August 7th, and from September 13th to 19th, 2005.

Mr. Wu Dawei, Vice Minister of Foreign Affairs of the PRC, Mr. Kim Gye

Gwan, Vice Minister of Foreign Affairs of the DPRK; Mr. Kenichiro Sasae,

Director-General for Asian and Oceanian Affairs, Ministry of Foreign Affairs of

Japan; Mr. Song Min-soon, Deputy Minister of Foreign Affairs and Trade of the

ROK; Mr. Alekseyev, Deputy Minister of Foreign Affairs of the Russian

Federation; and Mr. Christopher Hill, Assistant Secretary of State for East Asian

and Pacific Affairs of the United States attended the talks as heads of their

respective delegations.

Vice Foreign Minister Wu Dawei chaired the talks.

For the cause of peace and stability on the Korean Peninsula and in Northeast

Asia at large, the Six Parties held, in the spirit of mutual respect and equality,

serious and practical talks concerning the denuclearization of the Korean

Peninsula on the basis of the common understanding of the previous three rounds

of talks, and agreed, in this context, to the following:

1. The Six Parties unanimously reaffirmed that the goal of the Six-Party

Talks is the verifiable denuclearization of the Korean Peninsula in a

peaceful manner.

The DPRK committed to abandoning all nuclear weapons and existing

nuclear programs and returning, at an early date, to the Treaty on the Non-

Proliferation of Nuclear Weapons and to IAEA safeguards.

The United States affirmed that it has no nuclear weapons on the Korean

Peninsula and has no intention to attack or invade the DPRK with nuclear

or conventional weapons.

The ROK reaffirmed its commitment not to receive or deploy nuclear

weapons in accordance with the 1992 Joint Declaration of the

Page 110: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxiv

Denuclearization of the Korean Peninsula, while affirming that there exist

no nuclear weapons within its territory.

The 1992 Joint Declaration of the Denuclearization of the Korean

Peninsula should be observed and implemented.

The DPRK stated that it has the right to peaceful uses of nuclear energy.

The other parties expressed their respect and agreed to discuss, at an

appropriate time, the subject of the provision of light water reactor to the

DPRK.

2. The Six Parties undertook, in their relations, to abide by the purposes and

principles of the Charter of the United Nations and recognized norms of

international relations.

The DPRK and the United States undertook to respect each other's

sovereignty, exist peacefully together, and take steps to normalize their

relations subject to their respective bilateral policies.

The DPRK and Japan undertook to take steps to normalize their relations

in accordance with the Pyongyang Declaration, on the basis of the

settlement of unfortunate past and the outstanding issues of concern.

3. The Six Parties undertook to promote economic cooperation in the fields

of energy, trade and investment, bilaterally and/or multilaterally.

China, Japan, ROK, Russia and the US stated their willingness to provide

energy assistance to the DPRK.

The ROK reaffirmed its proposal of July 12th 2005 concerning the

provision of 2 million kilowatts of electric power to the DPRK.

4. The Six Parties committed to joint efforts for lasting peace and stability in

Northeast Asia.

The directly related parties will negotiate a permanent peace regime on

the Korean Peninsula at an appropriate separate forum.

The Six Parties agreed to explore ways and means for promoting security

cooperation in Northeast Asia.

Page 111: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxv

5. The Six Parties agreed to take coordinated steps to implement the afore-

mentioned consensus in a phased manner in line with the principle of

"commitment for commitment, action for action".

6. The Six Parties agreed to hold the Fifth Round of the Six-Party Talks in

Beijing in early November 2005 at a date to be determined through

consultations.

Sumber: “Six Party Talks on North Korean Issues: Joint Statement 2005”. 2005.

Ministry of Foreign Affairs of Japan. Diunduh 30 September 2013.

(http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/n_korea/6party/index.html)

Page 112: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxvi

Lampiran III : Perjanjian 13 Februari 2007 (Beijing Agreement)

Initial Actions for the Implementation of the Joint Statement

13 February 2007

The Third Session of the Fifth Round of the Six-Party Talks was held in Beijing

among the People's Republic of China, the Democratic People's Republic of

Korea, Japan, the Republic of Korea, the Russian Federation and the United

States of America from 8 to 13 February 2007.

Mr. Wu Dawei, Vice Minister of Foreign Affairs of the PRC, Mr. Kim Gye

Gwan, Vice Minister of Foreign Affairs of the DPRK; Mr. Kenichiro Sasae,

Director-General for Asian and Oceanian Affairs, Ministry of Foreign Affairs of

Japan; Mr. Chun Yung-woo, Special Representative for Korean Peninsula Peace

and Security Affairs of the ROK Ministry of Foreign Affairs and Trade; Mr.

Alexander Losyukov, Deputy Minister of Foreign Affairs of the Russian

Federation; and Mr. Christopher Hill, Assistant Secretary for East Asian and

Pacific Affairs of the Department of State of the United States attended the talks

as heads of their respective delegations.

Vice Foreign Minister Wu Dawei chaired the talks.

I. The Parties held serious and productive discussions on the actions each

party will take in the initial phase for the implementation of the Joint

Statement of 19 September 2005. The Parties reaffirmed their common

goal and will to achieve early denuclearization of the Korean Peninsula in

a peaceful manner and reiterated that they would earnestly fulfill their

commitments in the Joint Statement. The Parties agreed to take

coordinated steps to implement the Joint Statement in a phased manner in

line with the principle of "action for action".

II. The Parties agreed to take the following actions in parallel in the initial

phase:

1. The DPRK will shut down and seal for the purpose of eventual

abandonment the Yongbyon nuclear facility, including the

reprocessing facility and invite back IAEA personnel to conduct

all necessary monitoring and verifications as agreed between

IAEA and the DPRK.

Page 113: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxvii

2. The DPRK will discuss with other parties a list of all its nuclear

programs as described in the Joint Statement, including plutonium

extracted from used fuel rods, that would be abandoned pursuant

to the Joint Statement.

3. The DPRK and the US will start bilateral talks aimed at resolving

pending bilateral issues and moving toward full diplomatic

relations. The US will begin the process of removing the

designation of the DPRK as a state-sponsor of terrorism and

advance the process of terminating the application of the Trading

with the Enemy Act with respect to the DPRK.

4. The DPRK and Japan will start bilateral talks aimed at taking steps

to normalize their relations in accordance with the Pyongyang

Declaration, on the basis of the settlement of unfortunate past and

the outstanding issues of concern.

5. Recalling Section 1 and 3 of the Joint Statement of 19 September

2005, the Parties agreed to cooperate in economic, energy and

humanitarian assistance to the DPRK. In this regard, the Parties

agreed to the provision of emergency energy assistance to the

DPRK in the initial phase. The initial shipment of emergency

energy assistance equivalent to 50,000 tons of heavy fuel oil

(HFO) will commence within next 60 days.

The Parties agreed that the above-mentioned initial actions will be

implemented within next 60 days and that they will take coordinated steps

toward this goal.

III. The Parties agreed on the establishment of the following Working Groups

(WG) in order to carry out the initial actions and for the purpose of full

implementation of the Joint Statement:

1. Denuclearization of the Korean Peninsula

2. Normalization of DPRK-US relations

3. Normalization of DPRK-Japan relations

4. Economy and Energy Cooperation

5. Northeast Asia Peace and Security Mechanism

The WGs will discuss and formulate specific plans for the implementation

of the Joint Statement in their respective areas. The WGs shall report to

the Six-Party Heads of Delegation Meeting on the progress of their work.

In principle, progress in one WG shall not affect progress in other WGs.

Page 114: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxviii

Plans made by the five WGs will be implemented as a whole in a

coordinated manner.

The Parties agreed that all WGs will meet within next 30 days.

IV. During the period of the Initial Actions phase and the next phase - which

includes provision by the DPRK of a complete declaration of all nuclear

programs and disablement of all existing nuclear facilities, including

graphite-moderated reactors and reprocessing plant - economic, energy

and humanitarian assistance up to the equivalent of 1 million tons of

heavy fuel oil (HFO), including the initial shipment equivalent to 50,000

tons of HFO, will be provided to the DPRK.

The detailed modalities of the said assistance will be determined through

consultations and appropriate assessments in the Working Group on

Economic and Energy Cooperation.

V. Once the initial actions are implemented, the Six Parties will promptly

hold a ministerial meeting to confirm implementation of the Joint

Statement and explore ways and means for promoting security

cooperation in Northeast Asia.

VI. The Parties reaffirmed that they will take positive steps to increase mutual

trust, and will make joint efforts for lasting peace and stability in

Northeast Asia. The directly related parties will negotiate a permanent

peace regime on the Korean Peninsula at an appropriate separate forum.

VII. The Parties agreed to hold the Sixth Round of the Six-Party Talks on 19

March 2007 to hear reports of WGs and discuss on actions for the next

phase.

Sumber: “Six Party Talks on North Korean Issues: Beijing Agreement 2007”.

2007. Ministry of Foreign Affairs of Japan. Diunduh 30 September 2013

(http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/n_korea/6party/index.html)

Page 115: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxix

Lampiran IV: Perjanjian 3 oktober 2007

Second-Phase Actions for the Implementation of the Joint Statement

3 October 2007

The Second Session of the Sixth Round of the Six-Party Talks was held in

Beijing among the People's Republic of China, the Democratic People's Republic

of Korea, Japan, the Republic of Korea, the Russian Federation and the United

States of America from 27 to 30 September 2007.

Mr. Wu Dawei, Vice Minister of Foreign Affairs of the PRC, Mr. Kim Gye

Gwan, Vice Minister of Foreign Affairs of the DPRK, Mr. Kenichiro Sasae,

Director-General for Asian and Oceanian Affairs, Ministry of Foreign Affairs of

Japan, Mr. Chun Yung-woo, Special Representative for Korean Peninsula Peace

and Security Affairs of the ROK Ministry of Foreign Affairs and Trade, Mr.

Alexander Losyukov, Deputy Minister of Foreign Affairs of the Russian

Federation, and Mr. Christopher Hill, Assistant Secretary for East Asian and

Pacific Affairs of the Department of State of the United States, attended the talks

as heads of their respective delegations.

Vice Foreign Minister Wu Dawei chaired the talks.

The Parties listened to and endorsed the reports of the five Working Groups,

confirmed the implementation of the initial actions provided for in the February

13 agreement, agreed to push forward the Six-Party Talks process in accordance

with the consensus reached at the meetings of the Working Groups and reached

agreement on second-phase actions for the implementation of the Joint Statement

of 19 September 2005, the goal of which is the verifiable denuclearization of the

Korean Peninsula in a peaceful manner.

I. On Denuclearization of the Korean Peninsula

1. The DPRK agreed to disable all existing nuclear facilities subject to

abandonment under the September 2005 Joint Statement and the February

13 agreement.

The disablement of the 5 megawatt Experimental Reactor at Yongbyon,

the Reprocessing Plant (Radiochemical Laboratory) at Yongbyon and the

Nuclear Fuel Rod Fabrication Facility at Yongbyon will be completed by

31 December 2007. Specific measures recommended by the expert group

Page 116: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxx

will be adopted by heads of delegation in line with the principles of being

acceptable to all Parties, scientific, safe, verifiable, and consistent with

international standards. At the request of the other Parties, the United

States will lead disablement activities and provide the initial funding for

those activities. As a first step, the US side will lead the expert group to

the DPRK within the next two weeks to prepare for disablement.

2. The DPRK agreed to provide a complete and correct declaration of all its

nuclear programs in accordance with the February 13 agreement by 31

December 2007.

3. The DPRK reaffirmed its commitment not to transfer nuclear materials,

technology, or know-how.

II. On Normalization of Relations between Relevant Countries

1. The DPRK and the United States remain committed to improving their

bilateral relations and moving towards a full diplomatic relationship. The

two sides will increase bilateral exchanges and enhance mutual trust.

Recalling the commitments to begin the process of removing the

designation of the DPRK as a state sponsor of terrorism and advance the

process of terminating the application of the Trading with the Enemy Act

with respect to the DPRK, the United States will fulfill its commitments to

the DPRK in parallel with the DPRK's actions based on consensus

reached at the meetings of the Working Group on Normalization of

DPRK-U.S. Relations.

2. The DPRK and Japan will make sincere efforts to normalize their

relations expeditiously in accordance with the Pyongyang Declaration, on

the basis of the settlement of the unfortunate past and the outstanding

issues of concern. The DPRK and Japan committed themselves to taking

specific actions toward this end through intensive consultations between

them.

III. On Economic and Energy Assistance to the DPRK

In accordance with the February 13 agreement, economic, energy and

humanitarian assistance up to the equivalent of one million tons of HFO

(inclusive of the 100,000 tons of HFO already delivered) will be provided to the

DPRK. Specific modalities will be finalized through discussion by the Working

Group on Economy and Energy Cooperation.

Page 117: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxi

IV. On the Six-Party Ministerial Meeting

The Parties reiterated that the Six-Party Ministerial Meeting will be held in

Beijing at an appropriate time.

The Parties agreed to hold a heads of delegation meeting prior to the Ministerial

Meeting to discuss the agenda for the Meeting.

Sumber: “Six Party Talks on North Korean Issues: Agreement 3 Oktober 2007”.

2005. Ministry of Foreign Affairs of Japan. Diunduh 30 September 2013.

(http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/n_korea/6party/index.html)

Page 118: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxii

Lampiran V: Hasil Wawancara

Narasumber : Dr. Adriana Elisabeth

Jabatan : Kabid. Perkembangan Politik Internasional LIPI, Pusat Penelitian

Politik LIPI

Hari/ Tanggal: Selasa, 9 Juli 2013

Waktu : 14.00-14.45

Tempat : Gedung Widya Graha LIPI Jakarta Lt. IX Ruang 11.10

1. Menurut ibu, sebenarnya apa yang sedang terjadi di semenanjung korea?

Apakah perlombaan senjata yang terjadi di semenanjung korea tersebut

murni karena adanya struktur internasional yang anarki dimana setiap

negara berhak mempertahankan negaranya dari negara lain atau karena

sengaja dibentuk oleh negara-negara besar untuk menciptakan proxy war?

Struktur internasional yang anarki memang membuat negara-negara

dalam hal ini Korea Utara dan Korea Selatan akan mempertahankan negaranya

dari serangan negara lain (self help) karena tidak ada yang dapat menjamin

keamanan suatu negara selain negara itu sendiri, sehingga pada akhirnya negara-

negara akan meningkatkan kapabilitas power nya. Selain itu,

faktor eksternal juga mempengaruhi kebijakan sebuah negara. Dimana ketika

power negara lain meningkat, maka akan diikuti juga oleh negara-negara

dekatnya karena akan dianggap sebagai ancaman. Dalam kasus konflik Korea,

maka sangat kental dengan kepentingan negara-negara besar seperti AS, Jepang,

Rusia, dan Cina. Semua negara-negara tersebut mempunyai kepentingannya

masing-masing yang tidak mungkin sama.

2. Menurut ibu apakah sebenarnya korea utara benar-benar menginginkan

perang dengan tetangganya korea selatan?

Page 119: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxiii

Keamanan di semenanjung Korea memang tidak pernah sepi dari

berbagai aksi, namun aksi tersebut berjalan up & down. Korea Utara sebenarnya

tidak terlalu menginginkan perang, akan tetapi bila itu terjadi maka Korea Utara

memang sudah siap dengan skenario terburuk tersebut. Oleh karena itu Korea

Utara terus menerus mengembangkan program nuklirnya.

Korea Utara hanya ingin menunjukan bahwa negaranya kuat dan

menunjukkan keesksistensian mereka sehingga tidak dianggap remeh oleh

negara lain. Di sisi lain, Korea Utara ingin negara-negara lain memperhatikannya

dan tidak mengabaikannya (mencari perhatian). Ketika dilihat dari segi strategi

Korut hingga saat ini, maka belum ada tanda-tanda kea rah sebuah peperangan

yang sangat besar. Korea Utara juga sudah memperhitungkannya. Hanya

terkadang AS terlalu berlebihan dalam menyikap tindakan Korea Utara.

3. Hal apa yang menjadi motivasi utama Korea Utara untuk mengembangkan

program nuklirnya, khususnya dalam mengembangkan program senjata

nuklir?

Motivasi utama penegembangan nuklir Korea Utara sudah pasti karena

Korea Utara memiliki kepentingan dan ingin menunjukkan keeksistensian Korea

Utara dibawah rezim komunis. Dapat dikatakan juga bahwa pengembangan

program nuklirnya tersebut juga sebagai cara diplomasi bentuk berbeda dalam

pandangan Korea Utara. Walaupun rakyat Korea Utara sangat miskin, tapi

mereka tetap mempertahankan program nuklirnya khususnya senjata nuklir.

Selain sebagai kebutuhan energi dan cadangan energi yang terbarukan,

Korea Utara meyakini dengan kekuatan negaranya maka dapat mendapatkan apa

yang ingin dicapainya. Jadi nuklir dijadikan sebagai alat untuk mencapai

kepentingan nasional Korea Utara itu sendiri. Saya melihat bahwa Korea Utara

ini tidak mau didikte oleh negara lain dan memiliki karkater sangat keras.

Page 120: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxiv

4. Dalam skripsi ini, saya mencoba untuk menjelaskan berbagai faktor yang

mempengaruhi kebijakan LN Korea Utara dalam mengembangkan

program nukllirnya. Sebagaimana yang dijelaskan Holsti bahwa ada dua

faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara yaitu faktor

internal dan eksternal seperti kebutuhan sosio ekonomi, struktur

pemerintahan, kebutuhan sosio ekonomi, sistem internasional, kondisi

perekonomian dunia, kebijakan dan tindakan negara lain. Jadi seberapa

besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi kebijakan luar negeri

Korea Utara dalam mengembangkan program nuklirnya?

Memang benar bahwa faktor internal dan eksternal yang dijelaskan

oleh Holsti tersebut memang sangat berpengaruh dalam setiap kebijakan luar

negeri sebuah negara, khususnya dalam hal ini kebijakan luar negeri Korea Utara

dalam mengembangkan program nuklirnya. Contohnya struktur pemerintahan

yang sangat hierarkis dan berlandaskan komunis tersebut mampu

mempertahankan sikap Korea Utara yang tertutup dan provokatif. Para ahli

menyatakan komunis di Korea Utara merupakan komunis terkejam yang pernah

ada di dunia.

Kebutuhan sosio ekonomis juga telah membuat Korea Utara

mengembangkan program nuklirnya dan ternyata sumber daya yang dimiliki

Korea Utara sangat banyak dan kaya. Kondisi rakyat Korea Utrara memang

sangat memperihatinkan, akan tetapi pemerintah tetap lebih memilih untuk

mengembangkan program nuklir dari pada ekonomi rakyatnya, mengingat

pentingnya keamanan sebuah negara.

5. Apakah Juche Idea dan Songun Policy muncul sebagai prinsip dasar untuk

semua kebijakan Korea Utara?

Rakyat Korea Utara memang berada dibawah tekanan pemerintah dan

kediktatoran pemimpinnya, Akan tetapi, Juche Idea dan Songun Policy yang

Page 121: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxv

menjadi prinsip rakyat Korea utara sangat mempengaruhi setiap kebijakan yang

diambil Korea Utara. Rakyat Korea Utara juga dikenal sangat patuh dan

mengagungkan pemimpinnya akibat dari ideologi Juche ini. Rakyat sudah

diajarkan dan diperkenalkan pada ideologi Juche dan Songun ini ketika mereka

mendapatkan pelajaran sekolah sejak usia dini. Sehingga hingga saat ini rakyat

masih tetap bertahan pada ajaran tersebut.

6. Berbicara mengenai usaha diplomatik dalam mencipatakan zona bebas

nuklir di Korea Utara atau proses denuklirisasi di Semenanjung Korea. AS,

Jepang, Rusia, dan Cina telah ikut terlibat kedalamnya untuk mengakhiri

masalah ini. Contohnya membentuk The Agreed Framework dan Six Party

Talks antara AS, Jepang, Korea Selatan, Cina, Rusia, dan Korea Utara. Apa

alasan Korea Utara bergabung ke dalam dialog seperti Six Party Talks ini

jika pada akhirnya Korea Utara keluar dari dialog ini?

Setiap negara berdaulat tentu membutuhkan arena atau forum

internasional untuk menujukkan keeksistensian negara tersebut di mata dunia

internasional agar lebih dikenal dan diperhitungkan musuh Korea Utara yang

mencoba menyerangnya. Alasan inilah yang mendorong Korea Utara mau diajak

bergabung ke dalam forum-forum internasional seperti Six Party Talks, ASEAN

Regional Forum, dan forum internasional lainnya.

Walaupun dalam Six Party Talks pada akhirnya Korea Utara mencabut

dirinya, akan tetapi sebenarnya Korea Utara masih membutuhkan forum-forum

tersebut untuk menunjukkan dan mengemukakan keinginan Korea Utara

sebenarnya. Dengan dialog dalam forum tersebut, setiap negara memiliki hak

untuk menyatakan pendapat dan dapat mempengaruhi negara lainnya agar

mendukung setiap kebijakan yang akan diambilnya.

Page 122: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxvi

7. Bagaimana hubungan antara anggota-anggota Six Party Talks itu sendiri?

Apakah ada masalah antar anggotanya sehingga Korea Utara sempat

mengancam akan keluar dari forum tersebut pada 2006?

Sebenarnya masalah terbesar dalam Six Party Talks ini karena sudah

tidak adanya sikap saling percaya antar anggotanya dan masing-masing negara

selalu saling curiga dan tidak percaya satu sama lain (mistrust). Terlebih jika

anggota-anggota nya sudah saling melabeli (labeling) satu sama lain, maka

forum tersebut sudah tidak akan berjalan lancer. Terbukti Six Party Talks tidak

bertahan lama dan ditengah perjalanannya diwarnai pengunduruan diri

anggotanya seperti yang dilakukan Korea Utara pada tahun 2006 yang

mengancam akan keluar dari forum tersebut hanya karena AS melabeli Korea

Utara sebagai Axis of Evil dan mendaftar hitamkan Korea Utara dari negara

pendukung terorisme.

8. Apakah Ibu percaya bahwa Six Party Talks ini merupakan alat negosisasi

dan diplomasi yang cocok bagi penyelesaian masalah Korea Utara?

Untuk saat ini dan sejauh ini saya masih percaya bahwa Six Party

Talks merupakan alat diplomasi dan negosiasi yang cocok bagi penyelesaian

masalah Korea Utara karena jika dilihat sebelumnya, pembicaraan-pembicaraan

dengan Korea Utara yang digagas AS tidak mampu bertahan lama. Namun

sebenarnya tidak menutup kemungkinan terdapat cara diplomasi dan negosiasi

yang lebih baik lagi. Intinya dalam setiap forum apapun, Korea Utara tidak

pernah bersedia untuk didikte atau menjadi negara yang diperintah atau menjadi

budak negara lain karena Juche Idea yang melekat dalam dirinya.

Seharusnya perlu juga dicoba untuk pembicaraan bilateral agar tidak

terlalu banyak kepentingan yang masuk, karena dalam diplomasi multilateral

sangat sulit untuk menyatukan kepentingan-kepentingan yang ada yang dimiliki

masing-masing negara yang tidak mungkin sama satu sama lain. Sehingga

Page 123: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxvii

pembicaraan tidak akan fokus pada masalah utama karena terlalu banyaknya

kepentingan yang bermain. Contohnya AS berkepentingan mengamankan

kawasan. Adapun Cina, Rusia, dan Jepang berkepentingan memperluas

ekonominya.

9. Seberapa besar Six Party Talks dapat mempengaruhi program nuklir Korea

Utara?

Menurut saya Six Party Talks tidak memiliki efek yang cukup

signifikan, maksudnya tidak ada efek yang signifikan karena biasanya sesuatu

yang memiliki efek signifikan pasti berlaku long-term. Namun, sebenarnya

pencapain terbesar dalam Six Party Talks ini yaitu mampu menghasilkan sebuah

kesepakatan yang dinamakan Beijing Agreement yang kemudian dituangkan ke

dalam sebuah perjanjian yang dinamakan Joint Statement yang mampu

mengehentikan perkembangan program nuklir Korea Utara untuk sementara

waktu. Akan tetapi kesepakatan tersebut memiliki efek yang berlaku short-term.

Jadi saya melihatnya hanya terjadi sedikit pencapaian dan itu pun berlaku hanya

jangka pendek saja, dimana setelah kesepakatan itu dianggap gagal maka Korea

Utara tidak lagi terikat dengan kesepakatan tersebut dan menghidupkan serta

melanjutkan kembali pengembangan program nuklirnya. Korea Utara juga

terlihat sudah tidak ingin lagi melanjutkan forum tersebut, sehingga untuk apa

dilanjutkan jika anggotanya sendiri sudah tidak merasa nyaman dalam forum

tersebut.

10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung Six Party Talks ini hingga bisa

berhenti di tengah jalan tanpa ada keputusan yang berarti?

Page 124: DALAM PROSES DENUKLIRISASI KOREA UTARA PERIODE 2003 … · Volunteer Nation dengan pengalaman volunteerism nya. 15. Wanita-wanita hebat yang selalu menemani penulis dalam berbagai

xxxviii

a. Faktor penghambat: Tidak adanya legally binding, tidak ada roadmap yang

nyata, tidak ada mutual trust antar anggotanya.

b. Faktor pendukung: Terdapat dua kekuatan besar (AS dan Cina), Didukung

oleh banyak negara.