PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA ...digilib.unila.ac.id/55090/3/SKRIPSI TANPA...

117
PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG (Skripsi) Oleh ANIKA AYU PUSPITA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA ...digilib.unila.ac.id/55090/3/SKRIPSI TANPA...

PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

(Skripsi)

Oleh

ANIKA AYU PUSPITA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2018

ABSTRAK

PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

Oleh

ANIKA AYU PUSPITA

Nation Branding merupakan salah satu strategi atau cara untuk membentuk citra negara. Ketepatan strategi ini akan berpotensi membangun citra bagi negara untuk mempermudah interaksi dan kerjasama yang dilakukan baik antar negara, kawasan, dan global. Nation branding memiliki pengaruh yang beragam; baik menguntungkan maupun merugikan sehingga butuh telaah mendalam terhadap faktor-faktor pembangunya di tiap kelompok negara. Penelitian ini bertujuan mencari perbedaan faktor-faktor pembangun nation branding dalam mengelompokkan negara berdasarkan performa perekonomiannya yaitu negara maju dan berkembang. Teori dan konsep yang melandasi penelitian ini adalah nation branding, soft power, negara maju dan berkembang; dengan pendekatan kuantitatif serta analisis multi diskriminan yang didukung oleh data sekunder. Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya perbedaan signifikan baik secara parsial ataupun simultan di kelompok negara maju dan berkembang; khususnya pada keunggulan, kualitas, dan prioritasnya. Seluruh faktor pembangun nation branding penting bagi negara untuk di maksimalisasikan bersama agar mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal. Dalam memaksimalisaikan nation branding negara-negara harus mengidentifikasi distictive advange yang dimilikinya, dan menjalin interdependensi dengan negara lainnya. Hal ini harus dilakukan oleh negara agar kompetisi dan kerjasama yang terjalin positif bagi sistem internasional. Kata Kunci: Nation Brand, Negara Maju dan Berkembang, Interdependensi,

Distictive Advantage, Soft Power.

ABSTRACT

THE DIFFERENCES ON NATION BRANDING BETWEEN DEVELOPED AND DEVELOPING COUNTRIES

By

ANIKA AYU PUSPITA Nation Branding is one of the strategies to shape the country's image. The accuracy of this strategy will potentially build an image for the country to facilitate interactions and cooperation between countries, regions and globally. Nation branding has a diverse influences; both beneficial and detrimental, so that it requires a thorough study of the determinant factors in each group of the countries. This study aims to look for differences in the factors that build nation branding in classifying countries based on their economic performance; developed and developing countries. The theory and concepts underlying this research are nation branding, soft power, developed and developing countries; with a quantitative approach and multi-discriminant analysis supported by secondary data. The results of this study reveal significant differences either partially or simultaneously in developed and developing countries; especially on the performance, quality and the priority. All nation branding determinant factors are important for the country to be maximized together in order to get more profits. In maximizing nation branding countries must identify their distictive advantage, and built the interdependence with other countries. This must be done by the countries so that the competition and cooperation is running positively in international system. Key Words: Nation Brand, Develop and Developing Countries, Interdependence

Distictive Advantage, Soft Power

PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN

NEGARA BERKEMBANG

Oleh

ANIKA AYU PUSPITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pada

Program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2018

Judul Skripsi : Perbedaan Nation Branding Antara Negara Maju dan Negara Berkembang

Nama Mahasiswa : Anika Ayu Puspita Nomor Pokok Mahasiswa : 1416071012 Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. Fahmi Tarumanegara, S.IP., M.Si., M.B.A. NIP. 19721210 200212 1 004 NIP. 19800825 201404 1 001

2. Ketua Jurusan Hubungan Internasional

Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. NIP. 19570728 198703 1 006

MENGESAHKAN

Tim Penguji Ketua : Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. Sekretaris : Fahmi Tarumanegara, S.IP.,

M.Si., M.B.A. Penguji Bukan Pembimbing : Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr. Syarif Makhya, M.Si. NIP. 19590803 198603 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 19 Desember 2018

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Lampung

maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan komisi pembimbing dan penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan sebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 17 Desember 2018 Yang membuat pernyataan,

Anika Ayu Puspita NPM. 1416071012

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 12 Juni 1996

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Buah hati dari

pasangan Bapak Basikin. dan Ibu Asnawati. Penulis

mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK)

Islam Terpadu Qurrota A’yun tahun 2001-2002,

melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Al-Kautsar

Bandar Lampung tahun 2002-2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

22 Bandar Lampung dari tahun 2008-2011, hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)

Al-Kautsar Bandar Lampung tahun 2011-2014. Pada tahun 2014 penulis

melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional

Univesitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kampus.

Pada tahun 2015 penulis pernah aktif sebagai volunteer di Beijing-Tianjin,

Tiongkok. Di tahun yang sama penulis juga menjadi anggota aktif sebagai Talent

Management Manager di AIESEC Unila yang merupakan organisasi kepemudaan

internasional. Penulis pernah menjadi salah satu mahasiswa perwakilan Universitas

Lampung dalam ajang Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-

Indonesia (PNMHII) ke XXVIII tahun 2016 di Universitas Budi Luhur, Jakarta.

Penulis juga terpilih dan diundang sebagai International Facilitator pada Summer

National Leadership Development Conference yang diadakan di Asan, Korea

Selatan pada tahun 2017. Dan pada tahun ini penulis terpilih menjadi National

Support Team AIESEC in Korea sebagai Personal Development Plan Manager.

iii

SANWACANA

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Perbedaan

Faktor-Faktor Pembangun Nation Branding di Negara Maju dan Negara

Berkembang” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hubungan

Internasional di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku pembimbing pertama skripsi dan

Ketua Jurusan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Lampung. Terima kasih atas jasa, ilmu, saran, masukan, serta dukungan moril

yang sangat berguna terhadap pengembangan diri penulis. Mohon maaf

penulis haturkan jika terdapat tindakan tercela ataupun proses bimbingan yang

memakan waktu sangat lama akibat kelalaian yang dilakukan penulis. Doa dan

dukungan Bapak sangat berguna bagi penulis sebagai bekal untuk masa depan.

3. Mas Fahmi Tarumanegara, S.IP., M.Si., M.B.A. selaku dosen pembimbing

kedua skripsi dan konsultan karir serta seorang kakak bagi penulis. Terima

kasih banyak atas waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran dalam membantu

penulis menjadi seorang Anika yang dewasa dalam berfikir, bertindak,

bersikap dan bertata krama. Atas bantuan, konsultasi, dukungan yang telah

diberikan, penulis didukung untuk mencoba berbagai macam pengalaman

yang mengajarkan banyak pembelajaran hidup. Skripsi ini menjadi dedikasi

iv

penulis sebagai bentuk kontribusi sebagai mahasiswa untuk mendukung

tercapainya visi, misi, tujuan, dan budaya akademik di tengah adanya

keterbatasan.

4. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku dosen penhuji skripsi. Terima kasih

atas panduannya, saran, dan masukannya sehingga penulis dapat belajar teknik

analisa baru yang tidak penulis dapatkan pada perkuliahan biasanya. Penulis

juga mengingat pesan Bapak “hidup itu mudah, semudah berlogika dan akan

terasa sulit ketika tidak biasa berlogika”. Pesan ini mendorong penulis untuk

terus mengasah cara berpikir dan berlogika lebih kritis.

5. Papa dan Mama terima kasih atas segala bentuk doa, dukungan, fasilitas yang

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun

tidak tepat waktu. Sebuah pesan kepada penulis untuk tidak mudah menyerah,

tidak mudah bosan, dan tidak mudah lelah akan penulis selalu ingat. Hal ini

membuat penulis semakin kuat, mandiri dan juga bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah penulis mulai. Terima kasih telah menjadikan penulis

seperti hari ini dan tidak henti-hentinya selalu berdoa untuk kesuksesan penulis.

6. Jihan Febika Wijayanti dan Nadia Dwi Safira terima kasih atas perilaku dan

sikap yang selalu membantu penulis pada kehidupan secara pribadi. Terima

kasih telah menjadi saudara dan adik yang baik serta banyak mendengar

dibandingkan berdebat.

7. Staff Jurusan, Dekanat, Universitas terima kasih telah berperan dan membantu

penulis dalam segala urusan administrasi yang diperlukan.

v

8. Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional terima kasih atas seluruh ilmu

yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dengan lancar.

9. Mba Gita Paramita Djausal dan Mba Fitri Juliana Sanjaya terima kasih atas

waktu, ilmu, saran, masukan serta diskusi-diskusi kecil yang sering dilakukan

bersama selama penulis kuliah. Terima kasih pula penulis sampaikan atas

kesempatan-kesempatan kepanitiaan maupun sebagai pembawa acara pada

berbagai kegiatan berskala lokal, nasional ataupun internasional. Hal tersebut

membuat penulis semain mengasah kemampuan dan terus memperbaiki diri

agar menjadi lebih baik lagi.

10. Teman-teman seperbimbingan Masterpiece Squad I-III dari angkatan 2013

hingga 2015. Terima kasih khussusnya kepada Masterpiece Squad II (Dimas

Dwi Santoso, Andika Prasetya, Rima Silviana Azizah, Nurika Amalia, Ria

Aulia Mediana yaitu teman-teman seperbimbingan yang selalu bersama-sama

menanamkan budaya saling mendukung, membantu dan memberi baik itu ilmu

ataupun masukan-masukan yang berguna bagi perkembangan skripsi ataupun

mentalitas sesama keluarga.

11. Ria Aulia Mediana terima kasih telah menjadi saudara dan support system yang

baik di tiap proses penyelesaian skripsi hingga waktu dan tenaga yang telah

diberikan sehingga penulis dapat menjalani tiap poses dengan ringan.

12. Dimas Dwi Santoso terima kasih atas ilmu, saran, pengalaman, skill, waktu dan

juga tenaga yang telah di bagi dan dikeluarkan. Terima kasih telah menjadi

support system yang baik selama 4 tahun lebih dan menjadi orang positif serta

supportive baik bagi karir dan proses berkembangnya penulis.

vi

13. Aprilia Adhani, Lies Deanti, Irma Tata Manggala terima kasih telah menjadi

adik dan mitra kerja yang baik, serta support system selama proses

penyelesaian skripsi.

14. LUPA Team (Dirga Baskara, Dhissa Miranthi Arnis, Nyi Ayu Vandea Rizki

Ravena, Sarah Rizky Ariani, Cynthia) terima kasih atas segala kritik, saran,

masukan, waktu, diskusi, persahabatan, rekan kerja, kekeluargaan, pengalaman

dan ilmu yang telah diberikan dan dibagi. Pengalaman ini sangat berharga bagi

penulis dalam berkarya, pembentukan karakter, peningkatan soft skill maupun

hard skill, juga sebagai sarana konsultasi yang berkaitan dengan msalah

personal ataupun professional.

15. National Support Teammates (Youwon Lim dan Jiyeong Cheon) terima kasih

atas kesempatan dan tanggung jawab yang diberikan kepada penulis sebagai

manager, koordinator dan juga konsultan personal development plan bagi

menejemen sumber daya manusia anggota AIESEC di Korea Selatan. Lalu

kepada Yaeun Jeong dan Jihee Kim yang telah menjadi support system selama

penulis berkarir sebagai anggota nasional AIESEC Korea.

16. Christine Yezzie, Murtika Sari dan Maria Immaculata Hani terima kasih atas

waktu, pengetahuan non-akademik, dukungan dan semangat yang diberikan.

Seluruh hal yang telah diberikan menjadikan penulis semakin percaya diri

dengan kemampuan sendiri dan juga terus selalu berpikiran positif atas seluruh

proses yang sedang sudah, sedang ataupun akan dijalani.

17. Theresia Cassandra SV dan Rina Junita Sugiarto terima kasih atas seluruh

waktu, doa, tenaga yang telah diberikan sebagai rekan, teman, ataupun sahabat

yang selalu mendukung baik secara moril, materil dan non-materil sehingga

vii

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan melewati setiap prosesnya

dengan semangat.

18. Mba Febriani dan Mba Hani terima kasih atas diskusi, dukungan, doa, dan

semangat yang telah diberikan kepada penulis. Hal tersebut menjadi sumber

kekuatan bagi penulis untuk mewujudkan impian dan cita-cita yang dimiliki.

Untuk Mba Febri terima kasih atas tempat, waktu, kemudahan administrasi

hingga memperkenankan penulis untuk berkegiatan di dalam kantor.

19. Teman-teman, sahabat, dan keluarga GC (Cipta Bagus Hariyadi, Ricky Hadi

Pratama, Riki Satria Rainaudi, Raka Satria Rainaudi, Raisa, Revi Veronika,

Suttansyah, Desty Marini, Devira Nurani dan Putri Astari yang selalu

memberikan banyak masukan dan dukungan moril yang sangat berguna

sebagai sumber energi dan semangat bagi penulis untuk selalu bersyukur dan

menikmati setiap proses yang ada. Terima kasih telah memberikan banyak

kekuatan untuk menghadapi proses yang sulit untuk beberapa waktu selama

kuliah hingga lulus.

20. Rosi Triafni dan Septika terima kasih telah menjadi rekan mahasiswa, teman

dan juga sahabat yang selalu memberikan energi positif sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi juga dengan semangat untuk mencapai kelulusan.

21. Muhammad Aji Winata dan Rifqi terima kasih atas seluruh bantuan dalam

mengakses, mencari dan mengunduh beberapa jurnal yang memiliki restriksi

dan keterbatasan akses pada laman tertentu.

viii

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua. Amin

Bandar Lampung, 19 Desember 2018 Penulis,

Anika Ayu Puspita

ix

MOTTO

When you believe and put 100% effort it may go wrong.

If you put away your effort on things whether you like or not, you won’t

satisfy.

And when it comes to the result, it somehow put you down yet you see the

whole process and

try to get positive point from it that makes you grow up. Otherwise you

will never see and realized how incredible you have been through.

-Anika Ayu Puspita

2

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................. i

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 11 2.2. Landasan Teoritis ....................................................................................... 18 2.2.1. Konsep Nation Branding ................................................................... 18 2.2.2. Konsep Soft Power ........................................................................... 24 2.2.3. Konsep Developing and Developed Countries ................................... 26 2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 30 III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 32 3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 32 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 32 3.2.1. Variabel Penelitian ........................................................................... 32 3.2.2. Definisi Operasional ......................................................................... 34 3.3. Sumber Data .............................................................................................. 35 3.4. Teknis Analisis Data .................................................................................. 36 3.4.1. Uji Box-M ....................................................................................... 36 3.4.2. Uji Korelasi Kanonik ....................................................................... 37 3.4.3. Uji Tabel Wilks’ Lambda ................................................................. 37 3.4.4. Uji Tes Rata-Rata Grup ..................................................................... 37 3.4.5. Uji Klasifikasi Koefisien .................................................................. 38 3.4.6. Hasil Uji Klasifikasi ......................................................................... 38 3.5. Hipotesis .................................................................................................... 38 3.6. Populasi Penelitian ..................................................................................... 41 3.7. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 42 3.8. Sistematika Penelitian ................................................................................ 43

3

IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 45

4.1. Dimensi Pembangun Nation Branding ...................................................... 45 4.1.1. Dimensi Ekspor ............................................................................... 45 4.1.2. Dimensi Pariwisata .......................................................................... 49 4.1.3. Dimensi Investasi ............................................................................ 53 4.1.4. Dimensi Pemerintahan .................................................................... 56 4.1.5. Dimensi Masyarakat ........................................................................ 59 4.1.6. Dimensi Budaya .............................................................................. 62 4.1.7. Performa Dimensi Nation Branding ................................................ 65

4.2. Outcome Nation Branding ......................................................................... 66 4.2.1. Dimensi Ekspor ............................................................................... 67 4.2.2. Dimensi Pariwisata ......................................................................... 69 4.2.3. Dimensi Investasi ............................................................................ 72 4.2.4. Dimensi Budaya .............................................................................. 74 4.2.5. Dimensi Pemerintah ........................................................................ 77 4.2.6. Dimensi Masyarakat ........................................................................ 80 4.2.7. Performa Outcome Dimensi Nation Branding .................................. 82

4.3. Kondisi Nation Branding Negara Maju dan Berkembang .......................... 84 4.4. Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang .................................... 87

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 90

5.1. Hasil Pengujian Statistik Analisis Diskriminan Berganda ........................... 90 5.1.1. Hasil Uji Simultan ........................................................................... 91 5.1.2. Hasil Uji Parsial .............................................................................. 94

5.2. Pembahasan ........................................................................................... 103 5.2.1. Dimensi Ekspor ............................................................................. 105

5.2.2. Dimensi Pemerintahan ................................................................... 107 5.2.3. Dimensi Investasi .......................................................................... 109 5.2.4. Dimensi Pariwisata ........................................................................ 112

5.2.5. Dimensi Budaya ............................................................................ 115 5.2.6. Dimensi Masyarakat ...................................................................... 117

5.3. Nation Branding, Soft Power dan Interdependensi dalam Hubungan Internasional .......................................................................................... 119

VI. PENUTUP ............................................................................................. 129

6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 129 6.2. Saran ....................................................................................................... 130 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 133 LAMPIRAN .................................................................................................. 137

4

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1.1. Arah Nation Branding Negara-Negara ..................................... 3 Tabel 1.2. Komparasi Kesuksesan dan Kegagalan Nation Branding ......... 7 Tabel 2.1. Komparasi Penelitian Terdahulu .............................................. 17 Tabel 2.2. Komparasi Tujuan Nation Branding ........................................ 21 Tabel 2.3. Komparasi Klasifikasi Negara Berdasarkan Organisasi ............ 27 Tabel 2.4. Komparasi Klasifikasi Negara Berdasarkan Para Ahli .............. 29 Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................ 35 Tabel 3.2. Populasi Penelitian .................................................................. 41 Tabel 3.3. Jadwal Penelitian ..................................................................... 42 Tabel 4.1. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Ekspor .............................. 46 Tabel 4.2. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Pariwisata ......................... 50 Tabel 4.3. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Investasi ........................... 54 Tabel 4.4. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Pemerintahan .................... 57 Tabel 4.5. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Masyarakat ....................... 60 Tabel 4.6. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Budaya ............................. 63 Tabel 4.7. Indeks Outcome Dimensi Ekspor ............................................. 67 Tabel 4.8. Indeks Outcome Pariwisata ...................................................... 70 Tabel 4.9. Indeks Outcome Dimensi Investasi .......................................... 72 Tabel 4.10. Indeks Outcome Dimensi Pemerintahan ................................... 78 Tabel 4.11. Indeks Outcome Dimensi Masyarakat ...................................... 80 Tabel 4.12. Indeks Outcome Dimensi Budaya ............................................ 75 Tabel 4.13. Tabel Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang ......... 88 Tabel 5.1. Test Result Box-M .................................................................... 91 Tabel 5.2. Eigenvalues ............................................................................. 92 Tabel 5.3. Wilks’ Lambda ......................................................................... 93 Tabel 5.4. Test of Equality of Group Means ............................................. 95 Tabel 5.6. Classification Function Coefficients ......................................... 99 Tabel 5.6. Classification Result .............................................................. 102

5

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Tren Perkembangan Implementasi Nation Branding ........... 4 Gambar 2.1. Piramida Model Branding .................................................... 19 Gambar 2.2. Model Definisi Nation Branding ......................................... 20 Gambar 2.3. Nation Brand Hexagon ....................................................... 22 Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran ............................................................ 30 Gambar 3.1. Variabel Dependen dan Independen .................................... 34 Gambar 4.1. Komparasi Performa Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 48 Gambar 4.2. Komparasi Performa Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 52 Gambar 4.3. Komparasi Performa Dimensi Investasi Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 55 Gambar 4.4. Komparasi Performa Dimensi Pemerintah Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 59 Gambar 4.5. Komparasi Performa Dimensi Masyarakat Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 61 Gambar 4.6. Komparasi Performa Dimensi Budaya Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 64 Gambar 4.7. Komparasi Performa Dimensi Nation Branding Negara Maju dan Berkembang ............................................ 65 Gambar 4.8. Komparasi Performa Outcome Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang ............................................ 68 Gambar 4.9. Komparasi Performa Outcome Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang ............................................ 70 Gambar 4.10. Komparasi Performa Outcome Dimensi Investasi Negara Maju dan Berkembang ............................................ 73 Gambar 4.11. Komparasi Performa Outcome Dimensi Budaya Negara Maju dan Berkembang ............................................ 75 Gambar 4.12. Komparasi Performa Outcome Dimensi Pemerintah Negara Maju dan Berkembang ............................................ 78 Gambar 4.13. Komparasi Performa Outcome Dimensi Masyarakat Negara Maju dan Berkembang ............................................ 81 Gambar 4.14. Komparasi Performa Outcome Dimensi Nation Branding Negara Maju dan Berkembang ............................................ 82 Gambar 4.15. Persebaran Nation Brand Rating vs Nation Brand Value ..... 85

6

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

CIA : Central Intelligence Agency

FDI : Foreign Direct Invesment

GDP : Gross Domestic Product

GDP : Gross Domestic Product

GNI : Gross National Income

GNP : Gross National Product

HDI : Human Development Index

IMF : International Monetary Fund

OECD : The Organisation for Economic Co-operation and

Development

OPEC : The Organisation of the Petroleum Exporting Countries

Organization

UN : United Nations

UNDP : United Nation Development Program

UNESCO : The United Nations Educational, Scientific and Cultural

7

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. DATA SET NEGARA MAJU......................................... 137 1.A. Data Set Kelompok Negara Maju ..................................... 137 1.B. Indeks Dimensi Ekspor Negara Maju ............................... 138 1.C. Indeks Dimensi Pariwisata Negara Maju .......................... 139 1.D. Indeks Dimensi Investasi Negara Maju ............................ 140 1.E. Indeks Dimensi Pemerintah, Masyarakat, dan Budaya Negara Maju ................................................................................ 141 1.F. Indeks Outcome Negara Maju .......................................... 142 1.G. Performa Input dan Outcome Negara Maju ..................... 143 LAMPIRAN 2. DATA SET NEGARA BERKEMBANG ...................... 144 2.A. Data Set Kelompok Negara Berkembang ......................... 144 2.B. Indeks Dimensi Ekspor Negara Berkembang ................... 145 2.C. Indeks Dimensi Pariwisata Negara Berkembang .............. 146 2.D. Indeks Dimensi Investasi Negara Berkembang ................ 147 2.E. Indeks Dimensi Pemerintah, Masyarakat, dan Budaya Negara Berkembang .................................................................... 148 2.F. Indeks Outcome Negara Berkembang ............................. 149 2.G. Performa Input dan Outcome Negara Berkembang .......... 150 LAMPIRAN 3. HASIL UJI STATISTIK ............................................... 151 3.A. Analysis Case Processing Summary ............................... 151 3.B. Group Statistics ............................................................... 151 3.C. Test Equality of Group Means ........................................ 152 3.D. Box’s Test of Equality of Covariance Matrices................ 152 3.E. Summary of Canonical Discriminant Function ............... 152 3.F. Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients ..................................................................... 153 3.G. Structure Matrix ............................................................. 153 3.H. Function at Group Centroids .......................................... 153 3.I. Classification Statistics .................................................... 154 3.J. Classification Result ....................................................... 154

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nation branding merupakan salah satu strategi atau cara untuk membentuk

citra negara. Citra merupakan salah satu hal penting bagi negara untuk

mempermudah interaksi dan kerjasama yang dilakukan baik antar negara dalam

konteks bilateral, multilateral, maupun regional. Interaksi dan kerjasama dalam

konteks pewujudan nation branding menjadi semakin kompleks dan tidak lagi

hanya sebatas potensi dan jasa wisata; melainkan mencakup pula ekspor-impor,

pergerakan modal dan investasi keuangan, foreign direct investment hingga

ketenagakerjaan.1 Citra positif inilah yang ingin dibentuk oleh negara-negara guna

meraih keuntungan, mensejahterakan rakyat, dan membangun negaranya.

Nation branding adalah perluasan dari konsep yang sudah ada dan sering

kali disamakan dan disalahartikan dengan istilah brand dalam bisnis, atau tourism

branding pada kajian pariwisata; yang keduanya membahas mengenai citra suatu

daerah yang pada konteks ini adalah negara. Perbedaan nation branding dan

tourism branding dapat dilihat dari aktor pengelola, tujuan, dan sektor-sektor

pembangunannya. Tourism branding hanya terfokus pada perkembangan dan

1 Nation Branding memegang peranan penting dalam memenangkan kompetisi global. Dirangkum dari Jurnal Qin Sun. 2012. Country Branding Through Olympic Games. Journal of Brand Management. 1350-23IX. Vol 19, 8, 641-654. California: Macmillan Publishers Ltd.

2

promosi sektor pariwisata, sedangkan nation branding memiliki dimensi yang luas

dan tidak hanya terfokus pada sektor pariwisata. Perluasan ini mencakup

kepentingan-kepentingan negara di berbagai aspek seperti: ekonomi, sosial budaya,

pariwisata, hingga keamanan.

Nation branding juga berbeda dengan city branding. Perbedaan ini terletak

pada aktor pengelola dan cakupannya. City branding dikelola oleh aktor

subnasional dan mengembangkan wilayah kota saja, sementara nation branding

dikelola oleh aktor negara. Nation branding meski begitu banyak mengadopsi

kerangka pikir ilmu marketing, yang pada level internasional dan bersamaan dalam

arus globalisasi akan mendukung integrasi negara-negara. Negara dalam hal ini

dianggap sebagai komoditas sedangkan masyarakat dunia sebagai konsumennya.2

Nation branding meskipun memiliki perbedaan dengan konsep city

branding ternyata sedikit beririsan dengan konsep tersebut dan konsep lainnya yaitu

tourism branding. Nation branding mempromosikan kepentingan negara,

sementara tourism branding dan city branding berbicara tata kelola pariwisata dan

perbaikan citra daerah. Adanya perbedaan dan persamaan tersebut membuat nation

branding semakin terus dikaji dalam berbagai bidang keilmuan, salah satunya

adalah Hubungan Internasional.

Nation branding dalam sejarahnya pertama kali diimplementasikan oleh

tujuh negara yang terletak pada tiga kawasan yaitu: Timur Tengah, Eropa Barat dan

Asia Pasifik. Pada awalnya, implementasi nation branding tersebut belum

dilengkapi dengan dimensi dan indikator pembangun yang jelas; serta belum

adanya justifikasi mengenai indeks kesuksesannya sehingga menunjukkan

2 Dirangkum dari buku Keith Dinnie. 2007. “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”. Oxford: Butterworth-Heinemann. Elsevier Ltd. Halaman 22-23.

3

pengaruh dan arah yang berbeda pada tiap negara. Arah nation branding pada

ketujuh negara tersebut dideskripsikan pada tabel berikut:

Tabel. 1.1. Arah Nation Branding Negara-Negara.3

Negara Arah Awal Nation Branding

Output Nation Branding Aspek/ Dimensi Kondisi Awal Perubahan Yang

Diharapkan

Jerman Negara penghasil otomotif dan teknologi

Pusat destinasi sejarah bagi negara-negara di Eropa

Kedatangan turis naik 31% dan investor asing naik 14% Pariwisata

Korea Selatan

Negara konfliktual dan miskin

Pusat K-Pop, fashion dan kosmetik serta destinasi wisata romantis,

Kontribusi 30% pada GDP, konsumsi turis meningkat 250 juta US$, dan ekspor 14.1 milyar US$

Ekonomi dan

Pariwisata

Selandia Baru

Remote Country (Negara pinggiran yang tidak memiliki daya tarik)

Pusat destinasi wisata alam dan tingginya aktifitas produksi

Industri pariwisata meningkat 9.4 milyar US$ dan angka kedatangan turis naik 7% tiap tahunnya

Pariwisata dan

Ekonomi

Skotlandia Negara dengan ekonomi yang tertutup dan sangat protektif

Membuka sistem ekonomi dan sebagai pusat investasi dunia

Kontribusi ekspor sebesar 54.500 US$, dan GDP per kapita tumbuh 12.9%

Ekonomi

Mesir Negara gurun yang tidak memiliki potensi pariwisata

Potensi destinasi wisata dan bisnis internasional

Meningkatnya aktifitas bisnis dan investasi Ekonomi

Britania Raya

Negara yang tidak memiliki proteksi terhadap hak-hak tenaga kerja

Negara pertama pencetus undang-undang proteksi terhadap tenaga kerja

Tenaga kerja dilindungi oleh undang-undang Employment Rights Act of 1996

Sosial dan Budaya

Spanyol Negara tradisionalis dan membatasi hak-hak kebebasan berpendapat

Negara demokrasi yang modern dan dinamis

Masyarakat dan pers mulai memiliki kesempatan dan hak dalam berpendapat

Sosial dan Budaya

Sumber: Keith Dinnie (2007)

Dari rangkuman informasi tersebut, secara umum terlihat bahwa nation

branding membawa dampak positif terutama pada aspek ekonomi dan pariwisata

serta berkontribusi besar bagi pemasukan negara. Nation branding di Jerman dan

Selandia Baru diimplementasikan untuk perbaikan citra, sedangkan Britania Raya

dan Spanyol yang mana keduanya merupakan negara bekas penjajah menggunakan

nation branding sebagai penguatan identitas dan sistem pemerintahan negara.

Skotlandia, Korea Selatan, dan Mesir di sisi lain cenderung protektif terhadap

negaranya justru menerapkan nation branding untuk perbaikan citra dan

3 Dirangkum dari buku Keith Dinnie. 2007. “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”. Oxford: Butterworth-Heinemann. (Elsevier Ltd). Halaman 24-30.

4

membangun sektor perekonomian. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan

bahwa arah dan pengaruh yang ditimbulkan akibat implementasi nation branding

sangat beragam.

Nation branding di tengah belum jelas pengaruh dan arahnya, menunjukkan

perkembangan dan terus diimplementasikan secara luas oleh negara-negara di dunia

yang didorong oleh arus globalisasi. Nation branding kini tidak hanya

diimplementasikan oleh negara-negara di Eropa Barat saja, namun meluas hingga

Eropa Tengah dan Timur, Asia, bahkan Afrika dan Amerika; dimana negara-negara

di kawasan tersebut memiliki latar belakang sejarah, tingkat perekonomian,

ideologi negara, kondisi politik serta fokus keamanan yang berbeda-beda. Saat ini

tercatat sebanyak 99 negara di seluruh dunia telah mengimplementasikan nation

branding yang dirangkum sebagai berikut:4

Dari kasus-kasus yang telah diterangkan di atas, negara-negara yang mampu

mengimplementasikan nation branding pada awal perkembanganya, merupakan

negara yang memiliki tingkat perekonomian dan kekuatan negara yang besar seperti

4 Negara-negara yang mengimplementasi Nation Branding serta berbagai cara implementasinya pertama kali dirangkum dari buku Keith Dinnie. 2007. Nation Branding: Concept, Issues, Practice. Oxford: Elsevier Ltd. Halaman 23-30.

17

29

1

33

29

0 10 20 30 40

Amerika

Eropa

Oceania

Asia

Afrika

1994-2002 2002-2017

Gambar 1.1. Tren Perkembangan Implementasi Nation Branding (1994-2016) Sumber: Nation Brands Index 2016

5

Jerman, Skotlandia, dan Inggris. Hal ini sangat kontras dengan arus globalisasi

dalam sistem internasional, ternyata perekonomian dan kekuatan negara justru

merupakan salah satu hal yang ingin dituju dan dijadikan capaian dalam

mengimplementasikan nation branding, oleh negara-negara lainnya seperti:

Nigeria, Afrika Selatan, Yunani, Thailand dan India.

Penerapan nation branding yang membawa pengaruh dan manfaat positif

bagi perbaikan citra juga terlihat di berbagai negara. Irlandia dapat lepas dari krisis

ekonomi setelah melakukan tinjauan terhadap citra negaranya dengan cara

mengintegrasikan seluruh stakeholders dari berbagai sektor seperti ekonomi,

pariwisata, budaya dan politiknya.5 Di Amerika Latin, Brazil mampu membuktikan

bahwa negaranya mampu berkembang dengan menunjukkan perekonomian yang

stabil pada tahun 2014. Di Asia Pasifik, Singapura pun memperlihatkan manfaat

nation branding dengan capaian keuntungan yang besar melalui pembangunan

sektor pariwisata dan memberikan kontribusi sebesar 5.74% pada total GDP nya

pada tahun 2008.

Meskipun implementasi nation branding semakin meningkat di berbagai

kawasan dunia, namun nyatanya output nation branding tidak serta merta

membawa kesuksesan. Beberapa negara mengalami hambatan bahkan kerugian

setelah mengimplementasikan nation branding, diantaranya adalah Yunani dan

Romania. Yunani mengalami disintegrasi budaya, hutang negara yang besar, dan

buruknya laju ekonomi yang berdampak pada kondisi sosial, serta politik dalam

negaranya. Akibat hal ini pula persepsi masyarakat dunia terhadap Yunani menjadi

5 Kesuksesan nation branding Irlandia juga di rangkum dalam John Fanning. 2011. BRANDING AND BEGORRAH: THE IMPORTANCE OF IRELAND’S NATION BRAND IMAGE. Irish Marketing Review. Dublin: Red Swan Ltd. Vol 21. Number 1 and 2.

6

berubah sehingga terjadi penurunan arus investasi dan berkurangnya laju turis yang

berkunjung. Begitu pula dengan Romania, dalam mengimplementasikan nation

branding dengan tidak memiliki sinergi antar stakeholders, yang menyebabkan visi

Romania tidak tersampaikan dan hanya berlaku untuk jangka waktu yang pendek.

Berdasarkan berbagai sumber terdahulu, nation branding di Romania tidak mampu

mengubah persepsi barat mengenai negaranya yang penuh dengan fenomena

korupsi dengan penduduk yang malas bekerja dan tidak produktif hingga

banyaknya tindak kriminalitas, sehingga negara-negara di Eropa Barat cenderung

mengurangi interaksinya dengan Romania.6

Maksimalisasi yang dilakukan negara-negara di dunia terlihat berbeda-beda

yang terlihat pada aspeknya yang disesuaikan dengan kondisi dan juga modal yang

dimiliki oleh negara tersebut. Hal ini akan menentukan potensi output dan outcome

yang diterima oleh negara tersebut yang nantinya akan menentukan negara tersebut

untung atau rugi. Potensi keuntungan dan kerugian yang diterima negara dari

implementasi nation branding juga memperlihatkan kondisi yang berbeda-beda di

berbagai negara. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesuksesan

nation branding memiliki hubungan dengan kondisi pembangunan perekonomian

negara. Komparasi antara kesuksesan dan kegagalan nation branding di berbagai

negara dapat dilihat sebagai berikut:

6 Andreea Sepi. 2013. Nation Branding: The Case of Romania. E/IR&CD. Diakses melalui: http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-studies/Andrea_Sepi_-Nation_Branding_-_The Case_of_Romania.pdf pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 12.32

7

Tabel 1.2. Tabel Komparasi Kesuksesan dan Kegagalan serta Pengaruh Nation Branding di Beberapa Negara

Negara Fokus Nation Branding

Status Keberhasilan

Nation Branding

Faktor-Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Nation Branding

Output dan Outcome Nation Branding

Iya Tidak

Irlandia (pasca 2010) Perubahan citra

Integrasi seluruh stakeholder dan seluruh sektor (budaya, ekonomi, politik dan geografi)

Naiknya jumlah kedatangan turis

Brazil (2014) Perbaikan perekonomian

Mengembangkan perekonomian, infrastruktur, integrasi masyarakat dan seluruh stakeholders melalui FIFA World Cup

Naiknya jumlah kedatangan turis, investasi, dan foreign spending

Singapura (2008)

Pembangunan sektor pariwisata

dan perekonomian

Penguatan sektor pariwisata serta stakeholders pada bidang pariwisata dan infrastruktur

Naiknya jumlah kedatangan turis, investasi, foreign spending dan country awereness

Jepang (2006) Peningkatan citra

Mengkombinasikan perencanaan pemerintah dan RnD mengenai nation branding negaranya

Meningkatnya nilai ekspor dan angka kedatangan turis

Yunani (2008)

Peningkatan sektor pariwisata

Tidak mampu beradaptasi dengan kondisi Internasional (resesi ekonomi yang melanda Eropa Barat)

Turunnya nilai FDI, GDP dan angka kedatangan turis

Romania (2009) Perbaikan citra

Terjadi disintegrasi antar pemerintah, masyarakat dan stakeholders sehingga lalai dalam menjaga citra negaranya

Turunnya nilai FDI, GDP dan angka kedatangan turis

Sumber: Qin Sun (2009), Hlynur Gudjonsson (2005), Simon Anholt (2013), Ying Fan (2006)

Rangkuman tabel di atas memperlihatkan adanya suatu masalah yang penting

untuk diteliti. Nation branding meski memiliki tujuan dan juga keluaran yang

berupa pendapatan bagi negara dari dimensi yang sama, namun memiliki

keberhasilan yang berbeda-beda pada tiap negara. Perbedaan tersebut merujuk pada

kedua kelompok negara maju dan negara berkembang. Dengan kata lain adanya

potensi, bahwa perbedaan faktor-faktor pembangun nation branding dalam

mengelompokkan negara berdasarkan pembangunan ekonomi butuh diteliti lebih

lanjut. Hal ini penting agar nation branding mampu menjadi strategi yang

bermanfaat bagi kemajuan negara.

8

1.2. Rumusan Masalah

Nation branding merupakan salah satu strategi pembentukan citra suatu

negara. Ketepatan strategi akan berpotensi membangun citra yang dapat membawa

keuntungan ataupun kerugian bagi negara. Oleh karena itu, terdapat dua sisi

dimensi dalam memahami logika ini. Pertama, dalam kenyataannya praktik nation

branding tidak selalu berhasil dalam membangun perekonomian negara, sehingga

diperlukan adanya tinjuan terhadap dimensi-dimensi dan faktor-faktor pembangun

nation branding serta pengaruhnya terhadap pengelompokkan negara berdasarkan

level pembangunan ekonominya. Kedua, dengan kondisi latar belakang dan modal

yang dimiliki negara berbeda, memperlihatkan adanya kemungkinan perbedaan

nation branding di negara maju dan negara berkembang, sehingga butuh telaah

yang lebih mendalam pada kedua kelompok negara tersebut. Berdasarkan latar

belakang di atas, penelitian ini mengangkat pertayaan penelitian sebagai berikut:

“Apakah ada perbedaan nation branding di negara maju dan negara

berkembang?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini disusun untuk menjadi arahan analisis lebih lanjut

guna menjawab pertanyaan penelitian di atas. Pertama, mendeskripsikan dimensi

dan faktor-faktor pembangun nation branding di negara maju dan negara

berkembang. Kedua, mendeskripsikan kondisi nation branding di negara maju dan

negara berkembang. Ketiga, menguji perbedaan dimensi dan faktor-faktor

pembangun nation branding dalam mengelompokkan negara berdasarkan

pembangunan ekonomi yaitu negara maju dan negara berkembang. Keempat,

9

memetakan dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding dalam

mengelompokkan negara berdasarkan perekonomiannya.

1.5 Manfaat Penelitian

Penjabaran analisis dan kesimpulan dari jawaban pertanyaan penelitian ini

diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara keilmuan dan praktis.

Pertama, secara keilmuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan memapankan konsep nation branding di dalam kajian Hubungan Internasional

khususnya dalam melihat perbedaan pengaruh dimensi pembangun nation branding

terhadap pengelompokkan negara di negara negara maju dan negara berkembang.

Kedua, secara praktis agar dapat menjadi rekomendasi strategis yang berupa

gambaran dimensi atau aspek pembangun nation branding yang butuh

diprioritaskan oleh negara maju dan negara berkembang, sehingga kedua kelompok

negara dapat merumuskan dan menentukan nation branding sesuai dengan tujuan

dan kepentingan negaranya.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian nation branding mengkaji bahwa negara dapat dijadikan sebuah

brand dan masyarakat internasional sebagai konsumennya. Nation branding tidak

serta merta lahir dan menjadi fokus penelitian Hubungan Internasional. Kajian ini

pertama lahir dengan mengadopsi berbagai pemikiran kajian management dan

bisnis. Nation branding dalam penelitian ini akan dikaji melalui perspektif

liberalisme interdependensi.

Perspektif liberalisme interdependensi menjelaskan bahwa masing-masing

aktor saling bergantung dalam hubungan internasional sehingga mereka

memerlukan kerjasama untuk mencapai tujuannya. Nation branding juga

diposisikan sebagai alat negara untuk tetap mengamankan posisi negaranya pada

kompetisi global ataupun untuk membangun negaranya. Dengan kondisi ini maka

suatu negara dengan negara lainnya akan cenderung berkompetisi. Sistem

internasional kemudian menjadi kian kompetitif jika negara-negara berkompetisi

pada bidang yang sama. Oleh karena itu negara-negara harus memiliki distinctive

advantage untuk meminimalisir adanya konflik, serta berhak bergantung agar

kerjasama dan hubungan antar negara akan semakin positif dan sistem internasional

juga akan semakin damai.

11

2.1. Penelitian Terdahulu

Nation branding mengadopsi konsep dan asumsi dari kajian marketing atau

pemasaran yang memposisikan produk untuk menjadi kebutuhan yang nantinya

dikonsumsi oleh konsumen sehingga membawa keuntungan bagi perusahaan,

namun dalam hal ini adalah negara.7 Nation branding mulai sering diteliti dan dikaji

dalam berbagai bidang keilmuan sejak tahun 1998, termasuk membangun berbagai

faktor-faktor pembangunnya serta strategi nation branding di berbagai kondisi

negara. Gambaran dan kajian nation branding sebelumnya telah diteliti sebelumnya

oleh Qin Sun, Hlynur Gudjonsson, Simon Anholt, dan Ying Fan.

2.1.1. Qin Sun dalam an Analitical Model of the Determinants and Outcomes

of Nation Branding (2009) 8

Penelitian yang dilakukan oleh Sun bersifat praktis yaitu dengan

mengidentifikasi faktor-faktor dalam membangun nation branding. Sun menelaah

bagaimana keterkaitan faktor pembangun dalam nation branding yang dalam

penelitiannya disebut sebagai determinants dan outcomes. Faktor tersebut terdiri

dari beberapa konsep yaitu country of origin, nation branding, destination

branding, dan international business management. Sun menggunakan model

konseptual untuk mengklarifikasi perbedaan definisi antara nation brands dan

nation branding. Model konseptual ini terdiri dari kondisi ekonomi, infrastruktur,

7 Philip Kotler. 2000. A Framework for Marketing Management: Marketing Management, Millenium Edition. New Jersey: Pearson Custom Publishing. Halaman 4. 8 Disertasi Qin Sun, B.A., M.B.A. 2009. An Analytical Model of the Determinants and Outcomes of Nation Branding. Texas: University of North Texas.

12

dan politik; yang berlaku di 24 negara yang terletak pada enam kawasan pada

periode waktu tahun 1995-2006.9

Sun dalam penelitiannya mendeskripsikan beberapa tujuan nation branding

yaitu: untuk mempromosikan citra positif dari suatu negara, membangun identitas

negara, meningkatkan ekspor produk negara, menarik datangnya turis, dan

menghimpun foreign direct investment. Strategi penerapan nation branding pada

tiap negara akan selalu berbeda-beda. Negara maju cenderung mengedepankan citra

positif dalam menarik investasi dan bisnis, sedangkan negara berkembang

cenderung memiliki kelemahan terhadap pemahaman dan strategi dalam

implementasi nation branding. Hal ini menyebabkan negara berkembang sulit

untuk menemukan dan mengindentifikasikan program nation branding yang tepat

untuk negaranya. Sun menyimpulkan bahwa semakin meningkatnya kuantitas

kedatangan turis, ekspor, dan foreign direct investment di suatu negara, maka akan

berdampak kepada citra negara tersebut.

Penelitian Sun memberikan kontribusi bagi penelitian ini dengan

memberikan informasi penting mengenai faktor-faktor pembangun nation branding

dan outcome yang diperoleh negara. Sun tidak secara eksplisit menerangkan latar

belakang histori dan strategi berbeda yang diimplementasikan negara. Oleh karena

itu, dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding masih butuh ditelaah

lebih mendalam, sehingga hal tersebut menjadi pembaharuan dalam penelitian ini.

9 Data 24 negara dari 6 kawasan yang dimaksud oleh Sun adalah sebagai berikut: Kawasan: Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa, Afrika dan Australia. Negara: Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Denmark, Inggris, Perancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Meksiko, Malaysia, Selandia Baru, Norwegia, Peru, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, Thailand, Turki dan Amerika Serikat.

13

2.1.2. Hlynur Gudjonsson dalam Nation Branding (2005)10

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Gudjonsson fokus pada proses

implementasi nation branding. Gudjonsson menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan tujuan eksploratif, yaitu: mendeskripsikan konsep nation

branding berdasarkan kelompok-kelompok yang telah diklasifikasikan menjadi

absolutist, royalists, dan moderates, 11 dan menjelaskan pentingnya nation

branding, proses nation branding, faktor-faktor pembangun nation branding serta

mengukur nilai keunggulan kompetitif nation branding di suatu negara.

Gudjonsson tidak hanya memberikan penjelasan secara konseptual,

namun juga menjelaskan praktik nation branding sebagaimana dicontohkan

melalui dua negara yaitu: Islandia dan Finlandia. Nation branding di Islandia

dikelola dan dikembangkan guna meningkatkan kemakmuran negaranya. Di

Finlandia nation branding justru diimplementasikan guna menguatkan citra

negaranya terutama aspek dimensi budaya dan pariwisatanya. Gudjonsson

menyimpulkan bahwa pemerintah dan berbagai industri bekerja secara terpisah

karena memiliki fokus yang berbeda-beda dalam pengelolaan nation branding.

Penelitian Gudjonsson memiliki relevansi pada ide dalam mendeskripsikan faktor-

faktor pembangun nation branding. Sebagai revisi penelitian Gudjonsson,

penelitian ini akan berfokus pada aspek pembangun nation branding dalam

pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan perekonomianya.

10 Hlynur Gudjonsson. 2005. Nation Branding. The Journal of Place Branding. Vol. 1, 3, 283–298. London: Henry Stewart Publication. 11 Absolutist percaya bahwa negara dapat dan harus memiliki brand seperti produk dengan menggunakan teknik branding, Moderates percaya bahwa negara tidak dapat dijadikan brand. Namun branding tetap bisa dilakukan dengan meningkatkan nilai-nilai identitas negara oleh negara itu sendiri. Sedangkat Royalist adalah grup yang percaya bahwa citra negara tidak dapat diubah melalui branding karena negara memiliki nilai-nilai holistik nya sendiri. Dirangkum dalam jurnal Ibid

14

2.1.3. Simon Anholt dalam Beyond the Nation Brand: The Role of Image and

Identity in International Relations (2013)12

Penelitian yang dilakukan oleh Anholt pada awalnya hanya berdasarkan

kepada keingintahuannya terhadap nation brand. Anholt menjelaskan bahwa nation

brand dibentuk agar negara dapat dipromosikan dan digunakan untuk kepentingan

para pembuat kebijakan negara. Anholt mengeluarkan argumen ini karena belum

ada studi kasus dan penelitian yang mengkaji nation branding. Oleh karena itu,

Anholt memulai penelitiannya dengan membedah konsep nation branding.

Anholt menerapkan pendekatan ilmu marketing kedalam analisanya.

Sebuah produk, budaya dan kebudayaan, pariwisata, investasi, teknologi,

pendidikan, bisnis, sumber daya manusia yang berkualitas cenderung diproduksi

oleh negara dengan citra yang sudah diterima oleh masyarakat internasional. Citra

yang diterima oleh masyarakat internasional membutuhkan kontribusi dan integrasi

antar aktor, baik negara maupun non negara. Anholt menjelaskan bahwa dimensi-

dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding penting dalam membentuk

persepsi masyarakat internasional dan citra suatu negara.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anholt terletak pada fokus

penelitian. Penelitian ini juga fokus kepada dua kelompok negara yang telah

mengimplementasikan nation branding. Penelitian Anholt memberikan gambaran

dan studi kasus yang langsung merujuk pada dua negara, yaitu Korea Selatan dan

Italia sehingga berkontribusi dalam memberikan informasi, data-data, gambaran

fenomena serta implementasi nation branding di kedua negara tersebut.

12 Simon Anholt. 2013. Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in International Relations. The Journal of Public Diplomacy. Vol 2. Iss. 1, Art. 1. London: Surface Publishing.

15

2.1.4. Ying Fan dalam Branding the Nation: What is being branded? (2006)13

Ying Fan mendeskripsikan perbedaan konsep nation brand dan product

brand untuk menjelaskan kapan nation branding dapat diterapkan, serta kegunaan

nation branding untuk membangun perekonomian negara. Ia menyebutkan bahwa

setiap negara memiliki nation brand masing-masing, baik kuat atau lemah, terarah

atau tidak terarah bagi masyarakat internasional. Fan menjelaskan bahwa setiap

negara memiliki nation brand dengan atau tanpa adanya nation branding. Nation

branding akan menjadi hal penting ketika negara ingin memperbaiki citra dan

mempromosikan berbagai elemen ekonomi dan non ekonomi di negaranya. Nation

branding yang dimaksud oleh Ying Fan didefinisikan sebagai berikut: Nation

branding concerns applying branding and marketing communications techniques

to promote a nation’s image.

Ying Fan menjelaskan bahwa penerapan nation branding membutuhkan

integrasi seluruh stakeholders di seluruh sektor baik budaya, politik, bisnis maupun

olahraga. Integrasi ini memiliki fungsi membentuk ide-ide dan visualisasi citra

negara yang harmonis sehingga tidak ada kesalahan dalam penyampaian citra, dan

nation branding dapat diterima oleh masyarakat internasional. Fan menambahkan

bahwa negara bukan hanya sebuah produk, namun juga sebagai representasi

berbagai faktor seperti: tempat, sumber daya manusia, produk lokal, sumber daya

alam, budaya, politik dan sistem ekonomi, institusi sosial dan infrastruktur.

Nation branding digunakan oleh tiap negara dengan tujuan yang berbeda-

beda. Di negara dunia pertama dan kedua, nation branding atau citra negara

diimplementasikan dengan tujuan maksimalisasi kuantitas produk ekspor dan

13 Ying Fan. 2006. Branding the nation: What is being branded. Journal of Vacation Marketing. Volume: 12 issue: 1, page(s): 5-14. London: SAGE Publication.

16

pendapatan, sedangkan di negara dunia ketiga penerapan citra ini justru bertujuan

untuk memajukan, membangun dan mengembangkan perekonomiannya. Fan

melihat fenomena yang terjadi dan menyimpulkan, ketika suatu negara memiliki

kondisi perekonomian yang tidak stabil dan cenderung menurun, maka nation

branding atau perbaikan citra merupakan satu-satunya jalan untuk keluar dari

masalah tersebut.

Perbedaan penelitian Ying Fan dengan penelitian ini terdapat pada batasan

negara-negara yang akan diuji pengelompokkannya berdasarkan pembangunan

ekonominya yaitu negara maju dan negara berkembang. Relevansi penelitian Ying

Fan dengan penelitian ini terletak pada informasi, data, aspek dan dimensi

pembangun serta peran nation branding dalam membangun ekonomi sebagaimana

dilakukan oleh Jerman dan Amerika Serikat.

Secara keseluruhan peneliti terdahulu memiliki kelebihan dan

kelemahannya masing-masing. Untuk mengisi kelemahan pada peneliti

sebelumnya dan memapankan kajian nation branding di dalam ilmu Hubungan

Internasional; maka penelitian ini akan mendeskripsikan dimesi-dimensi serta

faktor-faktor pembangunnya dalam mengelompokkan negara berdasarkan

pembangunan perekonomianya yaitu negara maju dan negara berkembang.

Mendeskripsikan mengapa negara harus menemukan distictive advantage hingga

relevansi nation branding dalam membentuk interdependensi antar negara di dunia.

Perbedaan dan fokus masing-masing penelitian terdahulu dirangkum dan dipetakan

di dalam tabel berikut ini:

17

Tabel 2.1. Komparasi Penelitian Terdahulu

Peneliti Terdahulu Qin Sun Hlynur Gudjonsson Simon Anholt Ying Fan

Topik Penelitian

Model analitik determinants dan outcomes nation branding

Proses nation branding dan implementasi nya di

Peran citra dan identitas negara

Strategi pembentukan citra negara

Objek Penelitian

Aspek pembangun nation branding pada 26 negara di 6 kawasan

Proses serta implementasi nation branding di Islandia dan Finlandia

Fenomena dan implementasi nation branding di Korea Selatan dan Italia

Perbedaan konsep-konsep branding

Pendekatan Penelitian

Pendekatan: Kuantitatif

Pendekatan: Kualitatif dengan tujuan eksploratif

Pendekatan: Kualitatif

Pendekatan: Kualitatif

Konsep dan Teori

1. nation brand 2. nation

branding 3. citra (image) 4. pembangunan

ekonomi

1. nation branding 2. faktor pembangun

nation branding 3. proses nation

branding 4. implementasi

nation branding

1. nation branding

2. marketing 3. nation brand

1. nation brand 2. product brand 3. nation branding 4. place branding

atau destination branding

5. city branding

Kesimpulan

Semakin meningkat angka tourist arrival, ekspor, dan foreign direct investment suatu negara, maka akan berdampak kepada citra negara tersebut

Dalam proses pengelolaan nation branding, pemerintah dan berbagai industri bekerja secara terpisah karena memiliki fokus yang berbeda-beda.

Untuk memiliki citra yang dapat diterima oleh masyarakat dunia, maka dibutuhkan kontribusi dan integrasi antar aktor baik aktor negara maupun non negara

Jika suatu negara memiliki kondisi perekonomian yang tidak stabil dan cenderung menurun, maka nation branding merupakan jalan satu-satunya untuk keluar dari masalah tersebut

Ciri Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sun memberikan gambaran mengenai faktor-faktor dalam membangun nation branding

Penelitian yang dilakukan oleh Gudjonsson memberikan gambaran dan ide dalam mendeskripsikan faktor-faktor pembangun nation branding

Penelitian Anholt juga berkontribusi dalam memberikan informasi serta data-data terkait nation branding pada kedua negara tersebut.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Ying Fan terhadap penelitian ini terletak pada informasi dan data mengenai peran nation branding dalam meningkatkan perekonomian yang ia contohkan sebagaimana dilakukan oleh Jerman dan Amerika Serikat.

Sumber: Qin Sun (2009), Hlynur Gudjonsson (2005), Simon Anholt (2013), Ying Fan (2006)

18

2.2. Landasan Teoritis

2.2.1. Nation Branding

Nation branding pertama kali dikemukakan oleh Anholt yang

membedakannya dengan konsep nation brand. Anholt menjelaskan brand hanya

merupakan produk, jasa, ataupun organisasi yang dinilai berdasarkan nama, logo,

identititas dan reputasinya saja; sedangkan branding merupakan proses

perancangan, pembangunan, pengelolaan reputasi sebuah brand.14 Sebelum adanya

nation branding, kajian brand dibahas dalam ilmu marketing yang menjelaskan

bahwa citra sebuah brand dibentuk dan direpresentasikan oleh sekelompok

korporasi bisnis yang menginginkan produk dan jasanya memiliki posisi dan

dijadikan kebutuhan untuk mempengaruhi pelanggan menjadi konsumen.

Nation branding pada awalnya merupakan perkembangan dari konsep

destinastion branding atau place branding, yang keduanya masih fokus pada

strategi promosi objek dan industri pariwisata. Place branding atau destination

branding didefinisikan sebagai aktifitas marketing untuk mempromosikan citra

destinasi pariwisata dan mencakup lingkup lokal, regional maupun internasional

guna membangun citra destinasi yang memiliki nilai pembeda dengan destinasi

lainnya, sehingga terbentuk koneksi positif antara destinasi dan wisatawan. Alasan

dibentuknya destinasi branding adalah untuk menarik investasi, membangun

infrastruktur subnasional, memberikan penawaran terhadap konservasi lingkungan

hingga membuat destinasi yang dapat diterima bagi para aktor pariwisata.

14 Simon Anholt. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities and Regions. New York: Palgrave Macmillan.

19

Perkembangan konsep-konsep branding tersebut digambarkan dalam piramida

sebagai berikut:15

Gambar 2.1. Piramida Model Branding Sumber: Disimpulkan berdasarkan definisi, tujuan, dan sektor pembangunan oleh Simon Anholt

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan globalisasi, Keith Dinnie dan

Simon Anholt menemukan bahwa negara juga dapat dijadikan brand dan menjadi

representasi keseluruhan elemen internal negaranya melalui branding di dalam

pasar global. Oleh karena itu nation branding mulai banyak dikaji dalam berbagai

bidang keilmuan. Aktor dalam nation branding semakin luas dan tidak hanya aktor

subnasional saja namun seluruh stakeholder yang ada dalam negara. Ketiga konsep

tersebut diterapkan pada berbagai bidang keilmuan, sehingga memiliki fokus, aktor,

dan sektor yang berbeda.

Nation branding didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Fan

menjelaskan bahwa nation branding merupakan aktifitas marketing dan

komunikasi untuk mempromosikan citra negara. Gudjonsson menambahkan bahwa

aktifitas tersebut berlaku sebagai prosedur dalam membangun model dasar yang

positif dan lingkungan yang efektif dalam membentuk nation brand agar mampu

berkompetisi dalam pasar global. Keith Dinnie justru tidak berbicara dimensi nation

15 Ibid

Nation Branding

City Branding

Place Branding atau Destination Branding

20

branding, namun menjelaskan mengenai fungsi nation branding sebagai elemen

pembeda antar negara. Peneliti lainnya yaitu Simon Anholt menjelaskan bahwa

nation branding merupakan akumulasi hasil keseluruhan persepsi masyarakat

internasional dan strategi yang dibentuk oleh negara untuk meraih keuntungan dan

memenuhi national interest. Cakupan perbedaan definisi dari berbagai ahli

dirangkum dan dapat dilihat melalui gambar berikut:

Sejalan dengan perkembangannya, para ahli dari bebagai bidang dan

berbagai dunia juga mendefinisikan tujuan nation branding dengan gaya dan

pengetahuan yang berbeda-beda. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh situasi,

kondisi, serta implementasi nation branding di berbagai negara sesuai dengan masa

penelitiannya. Selain itu perumusan tujuan nation branding juga akan berbeda-beda

pada tiap negara sesuai dengan kepentingannya saat itu. Meskipun memiliki tujuan

yang berbeda kelima ahli ini sepakat atas satu hal sebagai outcomenya. Komparasi

tujuan nation branding yang telah diungkapkan oleh para ahli dirangkum kedalam

tabel berikut:

Fan dan Gudjonsson

Keith Dinnie

Gambar 2.2. Model Definisi Nation Branding Sumber: Dirangkum dari berbagai jurnal-jurnal nation branding (2005-2010)

Peran atau fungsi nation branding sebagai pembeda antar negara

Simon Anholt Nation branding sebagai strategi pengololaan seluruh elemen dan menghasilkan pembeda

Nation branding dan elemen-elemen pembangunnya

21

Tabel 2.2 Komparasi Tujuan Nation Branding menurut Ahli

Para Ahli Tujuan Nation Branding Outcome

Keith Dinnie Agar memiliki nilai “pembeda” dari negara lain

Untuk dapat meraih keuntungan dan

memenuhi national interest

Anholt Untuk membentuk citra negara yang positif sehingga berpotensi akan membawa keuntungan

Florek Untuk membentuk asosiasi yang positif bagi negara dan produknya

Gudjonsson Untuk membentuk nation brand agar dapat berkompetisi dalam pasar global

Fan Untuk mempromosikan citra dari suatu negara Sumber: Dirangkum dari jurnal Keith Dinnie, Anholt, Florek, Gudjonsson, dan Fan (2005-2010)

Berbagai tujuan nation branding dideskripsikan para ahli sebagai berikut:

pertama, membangun identitas negara. Kedua, meningkatkan daya saing negara

dalam menghadapi kompetisi global. Cara ini dilakukan dengan melakukan sinergi

antar pemangku kepentingan untuk menjaga citra negara yang harmonis sehingga

dapat di terima di mata dunia. Ketiga, meningkatkan nilai investasi dengan menarik

banyak investor asing. Keempat, mendatangkan banyaknya turis asing, penduduk

baru. Kelima, meningkatkan daya saing dan juga nilai produk ekspor serta

pendapatannya.

Keberhasilan nation branding menurut Anholt dapat dievaluasi dengan

Nation Brand Hexagon. Nation Brand Hexagon berisi 6 dimensi ideal yang berisi

masing-masing faktor pembangunnya yaitu: pariwisata, ekspor, investasi, budaya,

masyarakat, pemerintahan. Dimensi-dimensi ini digambarkan dalam segi enam

Nation Brand Hexagon sebagai berikut:16

Negara dalam proses implementasi atau membangun nation branding, harus

mengembangkan seluruh dimensinya agar potensi yang dimiliki dapat dikelola

16 Simon Anholt, Brand New Justice (Oxford: Butterworth Heinemann, 2003) dalam buku Simon Anholt. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities, and Regions. New York. Palgrave Macmillan. Halaman 26.

22

secara optimal dan dikenal oleh masyarakat internasional. Dimensi dan faktor-

faktor nation brand hexagon tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dimensi Ekspor: kemampuan negara dalam mengemas produk ekspor akan

mempengaruhi nilai jual dan besarnya kuantitas permintaan atas barang

tersebut. Dimensi ini dibangun oleh faktor-faktor seperti: local supplier

quality, production process sophistication, dan value chain breadth.

b. Dimensi Pariwisata: kemampuan negara dalam mengelola, mengemas, dan

mempromosikan sektor pariwisata. Dimensi ini dibangun oleh faktor-faktor

yang mempengaruhinya yaitu: quality of tourism infrastructure,

attractiveness of natural assests, quality of air transport infrastructure, dan

visa requirement.

c. Dimensi Investasi dan Imigrasi: kemampuan negara dalam mengelola dan

menjaga lingkungan investasi di negaranya. Dimensi ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti: market size, bussiness impact on FDI, dan quality

of overall infratstructure.

Ekspor Masyarakat

Pariwisata

Kultur dan Warisan Budaya

Investasi

Tata Kelola Pemerintahan

Gambar 2.3. Nation Brands Hexagon oleh Simon Anholt (2005) Sumber: Anholt-Nation Brans IndexSM

23

d. Dimensi Budaya: kemampuan negara dalam menjaga, mengelola, dan

mengembangkan sektor industri kreatif. Dimensi ini dibangun oleh faktor

pembangunnya seperti industry innovation.17

e. Dimensi Pemerintahan: kemampuan negara dalam menjaga dan

menunjukkan kualitas tata kelola pemerintahan dan keadilan hukum bagi

para penduduknya. Dimensi ini dibangun oleh dua faktor yang

mempengaruhinya seperti: government effectiveness dan rule of law.

f. Dimensi Masyarakat: kemampuan negara untuk meningkatkan dan menjaga

kualitas masyarakat. Masyarakat yang berkualitas akan berdampak pada

persepsi masyarakat internasional mengenai skills, abilities, value, culture,

dan behaviour dari sumber daya manusianya. Dimensi ini dibangun oleh

faktor-faktornya seperti quality of human resources.

Dimensi-dimensi tersebut akan berpotensi dalam menentukan arah nation

branding negara yang akan membawa pengaruh yang positif bagi perbaikan,

pengembangan ataupun pembentukan citra. Kentungan ini juga merupakan

kesempatan bagi negara untuk membangun perekonomianya. Nation branding akan

digunakan sebagai teori utama dengan melihat dimensi dan indikator

pembangunnya sebagai modal uji beda di dalam penelitian ini.

17 Budaya bagi Anholt tidak lagi hanya sebatas makanan tradisional, rumah adat, bangunan bersejarah, lagu-lagu daerah melainkan diartikan lebih luas dan modern. Budaya sudah diartikan hingga penguasaan negara dalam beberapa aspek industri kreatif seperti: musik, film, seni dan produk kreatif lainnya.

24

2.2.2 Soft power

Power suatu negara diklasifikasikan kedalam berbagai jenis yaitu: hard

power, soft power dan simbolic power. Perbedaan dari ketiga power tersebut

terletak pada daya mempengaruhinya; jika hard power cenderung akan

menggunakan militer dan violence untuk mendapatkan apa yang negara inginkan,

maka soft power cenderung menggunakan cara-cara yang persuasif, sedangkan

simbolic power merupakan gabungan antara hard power dan soft power.

Soft power menurut Joseph Nye merupakan hal etnosentris dimana terdapat

hubungan antara attractiveness dan kemampuan untuk mempengaruhi negara lain

dalam hubungan internasional. Soft power bagi Joseph Nye adalah suatu hal yang

sulit untuk diprediksi. Pemerintah di berbagai belahan dunia akan meningkatkan

kemampuan dan strategi dalam bercerita mengenai negaranya untuk menargetkan

masyarakat internasional. Hal inilah yang juga disebut Nye sebagai nation

branding.18

Kajian Nation Branding dalam Hubungan Internasional memposisikan

negara mampu bersaing dan menanamkan citra guna mempengaruhi negara lain dan

menguasai pasar global melalui cara-cara kooperatif. Cara tersebut sejalan dengan

wujud softpower sebagaimana disampaikan oleh Joseph Nye. Nation branding

sebagai wujud soft power dimaknai sebagai penggunaan kapabilitas ekonomi, sosial

budaya, pariwisata, dan keamanan untuk kepentingan negara; yang dalam hal ini

digunakan untuk mempromosikan sekaligus memposisikan negara di dalam pasar

global serta sebagai alat untuk mempengaruhi negara lain.19

18 Nation Branding memegang peranan penting dalam memenangkan kompetisi global. Dirangkum dari Jurnal Fan, Ying. 2008. Soft Power: Power of Attraction of Confusion. Place Branding and Public Diplomacy. Volume 4, Issue 2, pp 147-158. London: Palgrave Macmillan Ltd 2008. Halaman 15. 19 Ibid. Halaman 15-17.

25

Banyak negara mengalami permasalahan dalam menjaga dan membentuk

citranya. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan dalam aspek

ekonomi, politik dan sosial di dalam maupun di luar negara. Hal ini kemudian

diperparah dengan adanya globalisasi yang mendorong adanya kemajuan teknologi,

terutama jejaring internet di seluruh belahan dunia. Adanya kondisi tersebut

menyebabkan terjadinya kesenjangan yang sangat besar mengenai pemahaman

antara negara dan budaya.

Negara berkembang dan negara yang sedang mengalami transisi ekonomi

cenderung mengalami kesulitan dalam membangun brand awereness dan

membentuk persepsi yang positif atas negaranya. Joseph Nye beranggapan bahwa

negara berkembang memiliki soft power yang sangat besar terutama pada aspek

budaya, namun permasalahannya negara ini tidak memiliki sumber keuangan yang

cukup untuk merubah potensinya menjadi sebuah realitas.

Dalam konteks soft power, nation branding berpotensi menjadi alat negara

yang sangat penting untuk memposisikan dan mengamankan negaranya dalam

kompetisi di pasar global. Nation branding yang dapat diterima oleh masyarakat

internasional dan memiliki tingkat competitiveness yang tinggi akan berdampak

pada pembentukan citra negara yang positif sehingga nantinya dapat menentukan

seberapa besar pengaruh soft power terhadap posisi negara tersebut dalam

kompetisi global.20

20 Ibid. Halaman 152-163.

26

2.2.3 Developing and Developed Countries

Developing country berdasarkan kamus Cambridge merupakan negara

berkembang yang memiliki standar hidup yang rendah, produksi produk industri

yang rendah dan kemungkinan membutuhkan bantuan secara finansial dan teknis

atau negara yang belum masuk kedalam tahapan industrialisasi. Developed country

merupakan negara yang memiliki kegiatan industri dan masyarakat dengan

pemasukan yang tinggi.21 Oleh karena itu, keadaan ekonomi merupakan salah satu

satuan pengukuran dalam mengklasifikasikan negara.

Pengukuran terhadap perkembangan ekonomi telah mengalami pergeseran.

International Monetary Fund (IMF) Working Paper 2011 mengukur bahwa

perkembangan ekonomi negara dapat ditelaah melalui dua pandangan yaitu:

classical economists dan neo-classical economists. Classical economists

berpendapat bahwa perkembangan ekonomi dapat diukur dengan pendapatan

perkapita suatu negara sedangkan neo-classical economists berpendapat bahwa

perkembangan ekonomi dapat diukur oleh pendapatan perkatipa dan keseluruhan

aspek serta potensi yang dimiliki negara.22

Setelah Perang Dunia Kedua, dekolonisasi mendorong munculnya negara

yang independen dan munculnya klasifikasi terhadap negara-negara di dunia.

Development Economists bernama Bell dalam IMF Working Paper menyatakan

bahwa dengan munculnya negara yang independen maka terindikasi akan adanya

“pioneers” dan juga “latecomers”. Pioneers diartikan sebagai negara yang dahulu

telah memiliki modal atau disebut sebagai negara kaya sedangkan latecomers

21 Diakses melalui http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/developed-country pada tanggal 6 Juni 2017 pukul 21.33. 22 Lynge Nielsen. 2011. IMF Working Paper: Classification of Countries Based on Their Level of Development: How it is Done and How it Could be Done. Washington: International Monetary Fund.

27

merupakan negara yang bergantung kepada pioneers dan disebut sebagai negara

miskin. Beberapa organisasi internasional telah melakukan klasifikasi terhadap

negara-negara di dunia yaitu: International Monetary Fund (IMF), United Nations

Development Program (UNDP), dan juga World Bank. Komparasi klasifikasi

negara menurut beberapa organisasi dapat dirangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Komparasi Klasifikasi Negara berdasarkan Organisasi Internasional.23

Organisasi Internasional IMF UNDP World Bank

Label Negara Maju Advanced country Developed countries High-income countries

Label Negara Berkembang

Emerging and developing country Developed countries Low and middle

income countries

Syarat Berkembangan (tidak dijelaskan) Jika ada kontribusi terhadap

HDI sebesar 75% Jika GNI per kapita mencapai US$6,000

Sub Kategori Negara Berkembang

- Income yang rendah merupakan emerging country

- Low human development countries

- Medium human development countries

- High human development countries

- Low income countries

- Middle income countries

Sumber: IMF Working Paper (2011)

Berdasarkan tabel komparasi antar organisasi internasional di atas, dapat

dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan dari masing-masing organisasi.

Pertama, dari segi label atau penyebutan negara. Ada yang menyebut negara maju

merupakan negara maju seperti UNDP dan IMF, dan ada pula yang menyebutnya

sebagai negara yang memiliki pendapatan yang tinggi seperti World bank. Kedua,

dari segi indikator pengukurannya. International Monetary Fund (IMF) tidak

memberikan standar pengukuran tertentu dalam proses klasifikasi, sedangkan

United Nations Development Program (UNDP) dan World bank menggunakan

23 Ibid

28

indikator yang cederung sama yaitu besaran Human Development Index (HDI) dan

Gross National Income (GNI) per kapita yang dimiliki negara.

Damien Kingsbury mengatakan bahwa adanya klasifikasi negara dunia

pertama dan dunia ketiga dipicu oleh perkembangan pada berbagai aspek seperti:

gender, ekonomi, pengaruh gobal, bantuan internasional. Negara dunia pertama

didefinisikan sebagai negara maju atau negara pemberi bantuan dan negara dunia

ketiga merupakan negara berkembang dan negara kolonialisasi. Dalam dependency

theory, negara maju akan cenderung mengeluarkan kebijakan-kebijakan

perkembangan infrastruktur, industrialisasi, dan teknologi yang membawa

keuntungan maksimal bagi negaranya; dan negara berkembang akan cenderung

hanya menerima akibat dibentuknya kebijakan-kebijakan tersebut dan bergantung

pada negara maju.24

Dos Santos dalam dependency theory menyebutkan bahwa label atas negara

maju negara dan negara berkembang, negara satelite dan negara metropolis, negara

center dan negara periphery; terbentuk berdasarkan kondisi dimana terjadi

ketergantungan antara negara periphery kepada negara center. Hal ini terjadi karena

adanya ekspansi atas negara center yang terintegrasi dalam sistem dunia yang

sifatnya kapitalis.25

Gunder Frank berdasarkan interdependence theory mengatakan bahwa

negara-negara dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu negara satelit dan

negara metropolis. Negara satelit biasanya memiliki kebutuhan terhadap modal dan

24 Damien Kingsbury, Joe Remenyi, John Mckay and Janet Hunt. 2004. Key Issues in Development. Ney York: Palgrave Macmillan. Halaman 8. 25 Alvin S. Yo. 1990. Social Change nd Development: Modernzation, Dependency, and World-System Theories. London: Sage Publications, Inc. Halaman 100-101 Diakses melalui: https://books.google.com/books?isbn=0803935471 pada tangal 12 Juni 2017 pada pukul 22.54

29

investasi dari negara metropolis sedangkan negara metropolis juga akan memiliki

kebutuhan akan bahan mentah (raw materials) dari negara satelit. Dengan

demikian, komparasi-komparasi klasifikasi negara berdasarkan berbagai para ahli

dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 2.4 Komparasi Klasifikasi Negara Berdasarkan Para Ahli

Para Ahli Damien Kingsbury Dos Santos Gunder Frank

Label Negara Maju Negara dunia pertama Negara center Negara satelit Label Negara Berkembang Negara dunia ketiga Negara periphery Negara metropolis

Sebab terjadinya klasifikasi

Adanya kebijakan yang dibuat oleh negara

pertama pengembangan infrasturktur dan

industrialisasi

Ketergantungan antara negara periphery kepada

negara center dan ekspansi

Kebutuhan untuk saling memenuhi kebutuhan

negara

Teori Interdependence theory Dependence theory Dependence theory Paradigma Marxis Kapitalis Marxis

Sumber: Rangkuman dari Damien Kingsbury (2004)

Berdasarkan data komparasi klasifikasi negara di atas, dapat disimpulkan

bahwa tiap ahli menggunakan teori, paradigma yang berbeda sehingga

menghasilkan label yang berbeda pula pada setiap klasifikasi negara-negara. Para

ahli membuat klasifikasi juga didasarkan oleh kondisi aktual yang terjadi pada saat

itu. Klasifikasi-klasifikasi tersebut banyak digunakan oleh para peniliti untuk

menggambarkan adanya hirarki dalam sistem internasional dan dapat menentukan

negara pengirim bantuan dan negara penerima bantuan. Konsep developed dan

developing country digunakan sebagai landasan pembagian negara berdasarkan

pembangunan perekonomiannya.

Negara-negara di dunia juga dapat dikategorikan menjadi dua yaitu negara

maju (more developed countries) dan negara berkembang (less developed country).

Kondisi ini merujuk kepada perbedaan kondisi perekonomian antar negara salah

satunya adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan upaya

30

negara untuk memperbaiki kondisi perekonomian dan kualitas hidup bagi

masyarakat. Pembangunan ekonomi salah satunya ini dapat diukur berdasarkan

Gross Domestic Product (GDP).

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konsep-konsep yang telah dipaparkan keseluruhan Bab II di

atas, maka kerangka teori yang dibangun dalam penelitian ini adalah digambarkan

sebagai berikut:

Gamber 2.4. Kerangka Pemikiran Sumber: Diolah Berdasarkn pemikiran peneliti (2017)

Berdasarkan kerangka teori di atas peneliti melihat bahwa keenam dimensi

pembangun nation branding akan memiliki potensi pengaruh terhadap

pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan ekonomi. Kualitas dan

kemampuan yang ditujukkan oleh keenam dimensi akan berdampak pada beberapa

aspek; kemampuan negara dalam mengelola, mengemas, dan mempromosikan

sektor pariwisata serta budaya dan warisan budaya akan berpotensi dan

berpengaruh terhadap performa wisatawan asing. Kemampuan negara membuka

peluang investasi juga akan berpengaruh pada performa daya serap investasi dalam

negara. Kemampuan negara dalam menunjukkan kualitas tata kelola pemerintahan,

Dimensi dan Faktor Pembangun Nation Branding Kategori

Kelompok Negara

Berdasarkan Pembangunan

Ekonomi

1. Dimensi Ekspor 2. Dimensi Pariwisata 3. Dimensi Investasi 4. Dimensi Budaya

5. Dimensi Pemerintah 6. Dimensi Masyarakat

31

kualitas masyarakat, serta kemasan produksi barang berpotensi memiliki dampak

pada performa negara dalam mengekspor barang dan jasa ke luar negeri.

Dalam konteks nation branding, ketika citra dapat diterima oleh masyarakat

internasional maka akan boerpotensi memunculkan kepercayaan terhadap negara

tersebut. Kepercayaan ini akan menjadi modal negara dalam melakukan kerjasama

baik bilateral, multilateral ataupun regional. Ketika kerjasama mulai muncul maka

negara dapat membangun perekonomiannya dan mensejahterakan rakyatnya.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif yang dibuat dengan

alur logika deduktif.26 Menurut John W. Creswell, pendekatan kuantitatif juga

digunakan untuk menguji teori dengan cara menguji hubungan antar variabel dan

dapat bersifat penjelasan (explanatory) sebagaimana tujuan penelitian ini yaitu

menjelaskan pengaruh dimensi pembangun nation branding terhadap klasifikasi

negara maju dan negara berkembang. Selain itu, penelitian ini juga akan

mendeskripsikan variabel-variabel secara objektif, empiris, terstruktur dan

sistematis. Variabel-variabel yang akan dihitung kemudian dideskripsikan

berdasarkan seperangkat dimensi dan indikator yang dibangun dari konsep nation

branding dan juga pembangunan ekonomi.

3.2 Variabel penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Creswell merupakan karakteristik atau atribut

dalam satu set penelitian yang dapat diukur atau diobservasi. Variabel akan

26 Alan Bryman. 2012. Social Research Methods, 4th Edition. Oxford: Oxford University Press. halaman 35-36

33

berbeda-beda pada tiap objek yang ingin diteliti. Creswell juga membuat klasifikasi

variabel berdasarkan hubungan kausalitas menjadi beberapa jenis27 yang dalam

penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel

independen merupakan variabel penyebab atau variabel yang mempengaruhi

variabel lainnya, sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.28 Variabel

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Variabel Independen: Dimensi-Dimensi dan Faktor-Faktor

Pembangun Nation Branding

Dimensi dan faktor pembangun Nation Branding merupakan variabel

penyebab atau variabel yang dapat mempengaruhi negara masuk kedalam

kelompok negara maju ataupun negara berkembang. Di dalam variabel

terdapat enam dimensi beserta 13 faktor-faktor pembangunnya yang akan

dijelaskan di dalam penelitian ini.

- Variabel Dependen: Kelompok Negara Berdasarkan Pembangunan

Ekonomi

Kelompok negara berdasarkan pembangunan ekonomi merupakan

variabel yang menjadi efek akibat implementasi nation branding di negara

maju dan negara bekembang. Variabel ini juga akan menjalaskan faktor

beserta indikator yang menunjukkan pembangunan ekonomi di negara

maju dan negara berkembang.

27 Ibid. Halaman 52-53. 28 W. Laurence Neuman, 2014, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Seven Edition. Edinburgh: Pearson. Halaman 180-181

34

Gambar 3.1. Variabel Independen dan Dependen Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)

3.2.2 Definisi Operasional

Defisi operasional merupakan penjelasan atau deskripsi variabel

independen dan dependen, serta keterangan dari masing-masing dimensi, faktor,

dan indikator beserta skala ataupun satuan alat ukur guna menjadi dasar

pengumpulan data yang akan digunakan di dalam penelitian ini. 29 Variabel

independen yang digunakan pada penelitian ini berupa indeks yang menggunakan

skala ordinal sedangkan variabel dependennya berupa dua kategori sebagaimana;

“1” adalah kategori negara berkembang dan “2” merupakan kategori negara maju.

Rincian variabel dan indikator dalam penelitian ini terlihat pada tabel berikut ini:

29 Alan Bryman. Op.Cit. Halaman 164

Dimensi dan Faktor Pembangun Nation Branding

Dimensi Ekspor - Local Supplier Quality - Production Process Sophistication - Value Chain Breadth

Dimensi Pariwisata - Quality of Tourism Infrastructure - Attractiveness of Natural Assets - Quality of Air Transport Indrastructure - Visa Requirements Dimensi Investasi - Market Size - Bussiness Impact on FDI - Quality of Overall Infrastructure Dimensi Budaya - Industry Innovation Dimensi Pemerintah - Rule of Law - Government Effectiveness Dimensi Masyarakat - Quality of Human Resource

Negara Maju

Kategori Kelompok

Negara Berdasarkan

Pembangunan Ekonomi

Negara Berkembang

35

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Dimensi Faktor Indikator Satuan Ukur/

Skala Ukur

Variabel Independen:

Dimensi dan Faktor Pembangun

Nation Branding

Dimensi dan faktor pembangun nation branding adalah faktor yang harus dibangun negara

sebagai suatu strategi untuk

membangun citra negara dan meraih

keuntungan

Ekspor - Local Supplier Quality - Production Process

Sophistication - Value Chain Breadth

- Local Supplier Quality Index

- Production Process Sophistication Index

- Value Chain Breadth Index

Ordinal (1-7)

Pariwisata

- Quality of Tourism Infrastructure

- Attractiveness of Natural Assets

- Quality of Air Transport Infrastructure

- Visa Requirement

- Quality of Tourism Infrastructure Index

- Attractiveness of Natural Assets Index

- Quality of Air Transport Infrastructure Index

- Visa Requirement Index

Ordinal (1-7)

Investasi

- Market Size - Bussiness Impact on

FDI - Quality of Overall

Infrastructure

- Market Size Index - Bussiness Impact on

FDI Index - Quality of Overall

Infrastructure Index

Ordinal (1-7)

Pemerintah - Government

Effectiveness - Rule of Law

- Government Effectiveness Index

- Rule of Law Index

Ordinal (-2.5-2.5)

Budaya - Industry Innovation - Global Innovation Index Skala

(0-100)

Masyarakat - Quality of Human Resources

- Global Creativity Index Ordinal (0-1)

Variabel Dependen: Kelompok Negara Maju dan Negara

Berkembang

Klasifikasi negara berdasarkan

pembangunan ekonomi

Pembangunan Ekonomi - GNP - GNP per kapita

1-Negara Berkembang

2-Negara maju

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2017)

3.3. Sumber Data

Sumber data merupakan objek yang menyediakan data yang akan digunakan

dan dikelola dalam penelitian ini. Data berdasarkan sumbernya di klasifikasikan

menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang

diperoleh secara langsung melalui objek dan subjek penelitian serta melibatkan

peneliti secara langsung. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh

dari peneliti-peneliti sebelumnya dan berbagai institusi-institusi negara lainnya

tanpa melibatkan peneliti secara langsung.

36

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh melalui pelbagai literatur utama (primary sources). Sumber-sumber

tersebut seperti; World Bank, World Economic Forum, The United Nations

Conference on Trade and Development, United Nation, The Anholt-GfK Nation

Brands IndexSM, CIA, serta situs pemerintah negara-negara di dunia baik maju

maupun berkembang yang dinilai memiliki nation branding, serta jurnal-jurnal

nasional dan internasional yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisa data menurut pendekatan kuantitatif merupakan deskripsi data-data

yang berupa angka untuk dapat diolah dan dijadikan bagan (charts), tabel (tables),

grafik (graphs), dan pengukuran statistik (statistical measures).30 Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multi dicriminnat analysis.

Analisis data ini dilakukan agar data yang telah terkumpul memiliki makna dan

dapat ditarik kesimpulannya sehingga pertanyaan dan permasalahan penelitian

dapat dijawab. Secara spesifik teknik analisis data atau pengujian tersebut

dilakukan dengan pengujian-pengujian statistika sebagai berikut:

3.4.1 Uji Box-M

Uji Box M merupakan uji kesamaan varians (variance homogenity test)

untuk mengidentifikasi kelayakan dalam menggunakan analisis diskriminan

sebagai alat uji penelitian dan hipotesis. Identifikasi ini dilakukan dengan melihat

nilai signifikasi (sig.).

30 W. Lawrence Neuman. Op.Cit. Halaman 18.

37

3.4.2 Uji Korelasi Kanonik

Uji korelasi kanonik dilakukan untuk melihat hubungan antara sekumpulan

(suatu set) variabel independen dengan suatu set variabel dependen. Korelasi

kanonik ini memiliki parameter interval nilai 0 hingga 1. Nilai ini kemudian di

kuadratkan menjadi nilai koefisien determinasi (R squared) yang akan digunakan

untuk melihat besarnya keragaman variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh

variabel independennya. Nilai korelasi kanonik yang semakin tinggi dan mendekati

angka 1 akan menghasilkan nilai determinasi yang tinggi pula. Hasil inilah yang

akan menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen.

3.4.3 Uji Tabel Wilk’s Lambda

Uji tes Willk’s Lambda Chi Square digunakan untuk melihat apakah ada

perbedaan gejala yang signifikan antar kategori atau kelompok negara maju dan

negara berkembang. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai Wilk’s Lambda dan juga

nilai signifikansinya.

3.4.4 Uji Tes Rata-Rata Grup

Uji tes rata-rata grup dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa

saja yang signifikan dalam membedakan kedua kategori atau kelompok negara.

Identifikasi ini dilakukan dengan melihat nilai Wilks’ Lambda, signifikasi, dan nilai

F. Nilai wilk’s lambda memiliki interval nilai 0 hingga 1 dan semakin nilainya

mendekati 0 menunjukkan semakin signifikan variabel tersebut dalam

membedakan kelompok negara maju dengan kelompok negara berkembang.

38

3.4.5 Hasil Uji Klasifikasi Koefisien

Uji klasifikasi koefisien dilakukan untuk melihat besarnya peran dan

kontribusi pengaruh pada tiap indikator dalam membedakan pengelompokkan

negara yaitu negara maju dan berkembang. Uji ini dilakukan dengan

mengidentifikasi besarnya nilai koefisien dan sifat bilangan koefisien (negatif atau

positif) dari setiap indikatornya.

3.4.6 Hasil Uji Klasifikasi Koefisien

Tabel Hasil Uji Klasifikasi digunakan untuk mengukur ketepatan prediksi

klasifikasi dari model fungsi diskriminan yang dibuat pada tiap indikator dalam

mengelompokkan faktor-faktor pembangun nation branding di dalam dua kategori

negara berdasarkan pembangunan ekonominya yaitu negara maju dan negara

berkembang. Identifikasi yang dilakukan dalam melihat tabel hasil klasifikasi

adalah dengan membandingkan hasil hitung sampel original dan predicted group

membership.

3.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan dalam penelitian yang akan diuji

kebenarannya. Para ahli menjelaskan bahwa nation branding akan membawa

keuntungan-keuntungan bagi negara, namun faktanya implementasi nation

branding juga mengakibatkan kerugian bagi negara. Oleh karena itu butuh adanya

uji beda dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding terhadap

pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan ekonomi. Dengan demikian,

maka hipotesis yang dapat dibangun adalah sebagai berikut:

39

1. Uji Simultan

Ditujukan untuk mengkonfirmasi ada atau tidaknya pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap varibel dependen

berdasarkan hasil uji yang akan dilakukan.

a. Uji Box-M

- H0: Menunjukkan varians dari masing-masing kelompok relatif

sama (homogen) (sig ≥ 0.05).

- H1: Menunjukkan varians dari masing-masing kelompok relatif

berbeda (heterogen) (sig ≤ 0.05).

b. Uji Korelasi Kanonik

- H0: Hubungan keeratan antara variabel independen dan variabel

dependen rendah (nilai canonical correlation dan R square

mendekati 0).

- H1: Hubungan keeratan antara variabel independen dan variabel

dependen tinggi (nilai canonical correlation dan R square

mendekati angka 1).

c. Uji Tabel Wilks Lambda

- H0: Model yang terbentuk antar kelompok cenderung sama (sig ≥

0.05; nilai wilks’ lambda mendekati 1).

- H1: Model yang terbentuk antar kelompok berbeda (sig ≤ 0.05;

nilai wilks’ lambda mendekati 0).

40

d. Uji Tes Rata-Rata Grup

- H0: Variabel independen tidak signifikan berpengaruh terhadap

variabel dependen (sig ≥ 0.05; nilai wilks’ lambda mendekati 1).

- H1: Variabel independen signifikan berpengaruh terhadap

variabel dependen (sig ≤ 0.05; nilai wilks’ lambda mendekati 0).

e. Uji Klasifikasi

- H0: Identifikasi ketepatan klasifikasi rendah (original grouped

correctly classified mendekati 0%).

- H1: Identifikasi ketepatan klasifikasi tinggi (original grouped

correctly classified mendekati 100%).

2. Uji Parsial

Ditujukan untuk mengkonfirmasi ada atau tidaknya pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap varibel dependen

berdasarkan hasil uji yang akan dilakukan.

a. Uji Klasifikasi Koefisien

- H1: Variabel independen memiliki kontribusi tinggi terhadap

klasifikasi di dalam variabel dependen (bentuk koefisien positif

(+); memilki angka koefisien yang besar).

- H1: Variabel independen memiliki kontribusi rendah terhadap

klasifikasi di dalam variabel dependen (bentuk koefisien negatif

(-); memilki angka koefisien yang lebih kecil).

41

3.6 Populasi Penelitian

Penelitian ini khusus mengkaji nation branding dengan melibatkan 99

negara di dunia yang memiliki nation branding dan dikelompokkan berdasarkan

pembangunan ekonomi yaitu negara maju dan berkembang. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih besar tingkat kebenarannya. Rincian

keseluruhan data negara-negara tersebut di paparkan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Populasi Penelitian

Kawasan Sub Kawasan Negara Jumlah Negara

Amerika (17)

Amerika Utara Amerika Serikat, Kanada 2 Amerika Tengah Meksiko,Panama, Guatemala, Costa Rika 4

Amerika Selatan Brazil, Argentina, Chili, Kolombia, Peru, Uruguay, Ekuador, Bolivia, Paraguay 9

Karibia Republik Dominik, Trinida dan Tobago 2

Eropa (32)

Eropa Utara Estonia, Islandia, Latvia, Lithuania, Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Irlandia, Finlandia 10

Eropa Barat Jerman, Perancis, Swiss, Belanda, Austria, Belgia, Luxemburg 7 Eropa Selatan Italia, Spanyol, Portugal, Yunani, Slovenia, Serbia, Kroasia 7 Eropa Timur Rusia, Polandia, Republik Ceko, Romania, Hungaria, Slovakia,

Ukraina, Bulgaria 8

Oceania (2)

Australia & New Zealand Australia, Selandia Baru 2

Asia (34)

Asia Timur Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, Jepang 4

Asia Tenggara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, Myanmar 7

Asia Selatan India, Iran, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Nepal 6

Asia Barat Uni Emirates ArabArab Saudi, Turki, Israel, Qatar, Kuwait, Irak, Oman, Azerbaijan, yemen, Bahrain, Jordan, Lebanon, Cyprus 14

Asia Tengah Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan 3

Afrika (14)

Afrika Utara Mesir, Algeria, Sudan, Moroko, Tunisia, Libya 6

Afrika Timur Kenya, Ethiopia, Tanzania 3 Afrika Tengah Angola, Republik Demokratik Kongo 2 Afrika Selatan Afrika Selatan 1 Afrika Barat Nigeria, Ghana 2

Total 99

Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)

42

3.7 Jadwal Penelitian

Berdasarkan keseluruhan proses pembuatan proposal, rancangan penelitian,

pencarian data, reduksi data, uji statistik, interpretasi statistik hingga analisa nation

branding dalam hubungan internasional memiliki rentang durasi penelitian yang

panjang, Detail waktu durasi penelitian yang dilakukan tergambarkan pada tabel

berikut ini:

Tabel 3.3. Jadwal Penelitian

Aktivitas

Waktu (Bulan dan Minggu)

Juli (2017)

Agustus (2017)

September (2017)

Oktober (2017)

November (2017)

Desember (2017) -

Desember 2018

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pra Riset

Pembuatan proposal penelitian

Bimbingan proposal

Seminar usul penelitian

Pengumpulan data

Kelola data

Analisis data

Bimbingan hasil

Seminar hasil

Penyusunan naskah skripsi

Bimbingan skripsi

Sidang skripsi

Sumber: Dibuat oleh peneliti (2018)

43

3.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini berisi enam bab yang disusun secara sistematis dan terstruktur

sesuai dengan kaidah peraturan penulisan karya ilmiah. Tiap bab pada penelitian

ini berisikan sub bab-sub bab yang berisikan informasi-infomasi penting yang dapat

menunjang proses dan analisa penelitian. Paparan isi tiap bab beserta sub-babnya

akan dijabarkan sebagai berikut:

Bab I (Pendahuluan): Bab ini berisi deskripsi mengenai masalah pergeseran

nation branding di berbagai negara yang melatarbelakangi penelitian ini. Pada bab

ini juga berisi rumusan masalah, batasan penelitian, serta tujuan dan manfaat

penelitian yang dibagi menjadi dua kegunaan yaitu: manfaat praktis dan keilmuan.

Bab II (Tinjauan Pustaka): Bab ini berisi beberapa penelitian terdahulu seperti:

Qin Sun, Hlynur Gudjonsson, Simon Anholt, dan Ying Fan dan menjabarkan

konsep-konsep yang akan digunakan seperti: nation branding, developed dan

developing countries berdasarkan pembangunan ekonomi negara, serta soft power.

Untuk menutup bab II, dalam penelitian ini dipaparkan kerangka berpikir yang

dibangun untuk menjelaskan alur berpikir penulis.

Bab III (Metode Penelitian): Bab ini berisikan keputusan dalam memilih

pendekatan kuantitatif dengan variabel independen yaitu nation branding dan

variabel dependen yaitu klasifikasi negara berdasarkan pembangunan ekonomi

dengan sumber data sekunder, serta pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai

sumber seperti World Bank, World Economic Forum, United Nation, The United

Nations Conference on Trade and Development, The Anholt-GfK Nation Brands

IndexSM, Brand Finance, situs pemerintah negara-negara maju dan negara

44

berkembang. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa diskriminan berganda

yang terdiri atas pengujian-pengujian statistika seperti: test equality of group

means, box-m, canonical correlation, wilks’ lambda, classification function

coefficiemts, dan classification result. Untuk menutup bab III, dalam penelitian ini

dipaparkan hipotesis, populasi penelitian, dan ditutup oleh sistematika penulisan.

Bab IV (Gambaran Umum): Bab ini berisi gambaran umum mengenai kondisi

dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding di dalam kategori negara

maju dan berkembang, performa dimensi dan faktor pembangun nation branding,

outcome nation branding, performa outcome nation branding, kondisi nation

branding negara-negara di dunia berdasarkan rating dan nilainya (value), serta

pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan perekonomiannya yaitu:

negara maju dan berkembang.

Bab V (Pembahasan): Bab ini berisikan hasil uji beda dimensi dan faktor

pembangun nation branding di dalam negara maju dan negara bekembang, analisa

hasil uji beda dimensi dan faktor pembangun nation branding di negara maju dan

negara berkembang, pemetaan dimensi dan faktor pembangunnya, serta terdapat

analisa hubungan antara nation branding, soft power, dan interdependensi dalam

keilmuan hubungan internasional.

Bab VI (Penutup): Bab ini berisi uraian kesimpulan yang akan menjawab

pertanyaan penelitian, memberikan saran dan rekomendasi strategis kepada negara

maju dan negara berkembang dan penelitian selanjutnya.

45

BAB IV

GAMBARAN UMUM

Metode dan variabel yang telah ditetapkan digunakan untuk membantu

memaparkan data aktual dan gambaran keseluruhan penelitian. Pada bab ini kondisi

dan performa variabel-variabel penelitian akan dijelaskan dan dikomparasikan

secara rinci antar negara bahkan dunia. Penjelasan ini yang nantinya akan

digunakan sebagai landasan data penelitian.

4.1. Dimensi Pembangun Nation Branding

Evaluasi terhadap nation branding dalam penelitian ini mengacu pada

nation brand hexagon yang dibangun oleh Anholt, dengan enam dimensi yaitu:

ekspor, pariwisata, investasi, pemerintah, masyarakat, hingga budaya. Kualitas

brand diprediksi akan berpengaruh terhadap nilai pendapatan dari tiap dimensi

yang serupa. Kerangka di atas nantinya digunakan untuk melihat nation branding

mana yang unggul dalam membangun perekonomian negara, baik di negara maju

dan negara berkembang.

4.1.1 Dimensi Ekspor

Dimensi ekspor dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa produk yang akan

diekspor atau dijual sebaiknya memiliki nilai dan kualitas yang unggul. Kualitas ini

nantinya diprediksi akan mempengaruhi pemasukan negara dari ekspor. Dimensi

46

ekspor diukur berdasarkan tiga faktor pembangunnya yaitu local supplier quality,

production process sophistication, dan value chain breadth. Keseluruhan

pengukuran tersebut berasal dari global competitiveness index yang

merepresentasikan tingkat daya saing suatu negara dalam sektor perdagangan

internasional. Ketiga faktor tersebut menggunakan indeks yang sama dengan nilai

antara 1 hingga 7. Nilai indeks 1 merepresentasikan kualitas produk ekspor negara

paling buruk, dan nilai indeks 7 merepresentasikan kualitas produk ekspor negara

paling berkualitas.

Tabel 4.1. Komparasi Faktor-Faktor Pembangun Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang31

Statistics Local Supplier Quality

(Indeks 1-7) Production Process

Sophistication (Indeks 1-7)

Value Chain Breadth (Indeks 1-7)

Negara Maju

Negara Berkembang Global Negara

Maju Negara

Berkembang Global Negara Maju

Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91 37 54 91 37 54 91

Mean 5.2 4.3 4.7 5.0 4.0 4.4 4.6 4.0 4.2

Median 5.3 4.3 4.6 5.1 3.9 4.2 4.4 3.9 4.1

Std. Deviation 0.5 0.5 0.7 1.0 0.7 1.0 0.8 0.6 0.8

Range 2.1 2.7 3.6 3.3 3.3 4.1 2.8 2.9 3.5

Minimum 4.2 2.7 2.7 3.2 2.4 2.4 3.3 2.6 2.6

Maximum 6.3 5.4 6.3 6.5 5.7 6.5 6.1 5.5 6.1 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Local supplier quality merupakan faktor pertama yang sangat penting bagi

kegiatan ekspor. Data aktual negara-negara maju dan berkembang, serta dunia

menunjukkan bahwa secara umum kondisi local supplier quality cenderung berada

pada level menengah ke atas. Hal ini dibutikan sebanyak 56% negara-negara di

dunia memiliki indeks di atas nilai tengah dunia. Adanya nilai rata-rata yang tinggi

baik di negara maju dan negara berkembang ternyata diikuti oleh tingkat

31 Lihat Lampiran 1B dan 2B

47

kesenjangan yang tinggi pula antara negara yang terbaik dan terendah. Berdasarkan

kondisi tersebut negara maju secara umum memiliki nilai local supplier quality

yang berkualitas, sedangkan negara berkembang secara umum lebih rendah dan

cenderung berkualitas buruk.

Production process sophistication menjadi faktor kedua dalam dimensi

ekspor. Data aktual negara-negara maju dan berkembang, serta dunia juga

menunjukkan bahwa kondisi production process sophistication cenderung berada

pada level menengah ke atas. Hal ini dilihat dari 64% negara-negara di dunia

memiliki kualitas di atas nilai tengahnya. Perbedaan juga terlihat pada negara maju

dan negara berkembang yang mana 68% negara maju memiliki indeks di atas rata-

rata dunia atau secara umum unggul dan menjadi production process sophistication

terbaik di dunia. Sedangkan hanya sepertiga negara berkembang yang memiliki

nilai di atas rata-rata dunia.

Faktor ketiga yang juga penting dalam dimensi ekspor adalah value chain

breath. Data aktual negara-negara maju dan berkembang serta dunia menunjukkan

bahwa secara umum kondisi value chain breath cenderung berada pada level

menengah ke atas. Nilai rata-rata dunia cenderung lebih besar dibandingkan dengan

nilai tengahnya, namun jika dibandingkan antara kelompok negara maju dan

berkembang keduanya memiliki beberapa perbedaan. Negara maju memiliki nilai

relatif tinggi dengan simpangan rendah sedangkan negara berkembang memiliki

nilai yang relatif lebih rendah. Atas kondisi tersebut negara maju secara umum hadir

sebagai negara dengan value chain breath terbaik di dunia.

Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bahwa ketiga faktor pada negara

maju dan negara berkembang saat ini tengah berada pada level yang sama yaitu

48

menengah ke atas. Faktor local supplier quality hadir sebagai indikator yang

menajadi nilai paling tinggi disusul faktor production process sophistication, dan

value chain breath. Bagi negara berkembang baik production process

sophistication dan value chain breath memiliki nilai sama, dan berada setelah

setelah local supplier quality. Kondisi dimensi ekspor pada kedua kelompok negara

dapat dirangkum sebagaimana gambar berikut .

Gambar 4.1. Komparasi Performa Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang32 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Gambar di atas menunjukkan bahwa dimensi ekspor negara maju memiliki

performa yang cenderung unggul dibandingkan dengan negara berkembang.

Hampir 80% negara maju berada di atas nilai rata-rata dunia, sedangkan lebih dari

sebagian negara berkembang berada di bawahnya. Kelompok negara maju

menguasai performa di tiga faktor atau keseluruhan faktor yaitu local supplier

quality, production process sophistication, dan value chain breadth. Selain itu

sebaran data di negara maju cenderung lebih heterogen dan tinggi. Sedangkan di

negara berkembang sebaran datanya terlihat lebih homogen dan rendah. Hal ini

32 Lihat Lampiran 1B dan 2B

49

menunjukkan bahwa kualitas dimensi ekspor negara maju jauh lebih unggul

dibandingkan dengan negara berkembang.

4.1.2 Dimensi Pariwisata

Dimensi pariwisata diterjemahkan dalam penelitian ini sebagai kemudahan

dalam izin dan regulasi visa untuk wisatawan asing, kualitas infrastruktur, hingga

manajemen dalam sektor pariwisata; yang sebaiknya memiliki kualitas yang

unggul. Faktor tersebut nantinya diprediksi akan mempengaruhi keputusan para

turis dalam menentukan destinasi wisata, jumlah wisata asing yang datang dalam

suatu negara, serta besarnya pengeluaran yang akan dilakukan wisatawan pada

negara tujuan wisatanya. Atas pertimbangan ini dimensi pariwisata dijelaskan

berdasarkan empat faktor pembangunnya yaitu: quality of tourism infrastructure,

attractiveness of natural assests, quality of air transport infrastructure, dan visa

requirement.

Ketiga elemen tersebut diukur dan didapatkan berdasarkan global

competitiveness index dari the travel and tourism competitiveness report. Faktor-

faktor pembangun dimensi pariwisata menggunakan nilai indeks yang berbeda.

Visa requirement menggunakan indeks nilai 0 hingga 100; semakin mendekati nilai

0 menandakan negara tersebut memiliki regulasi visa yang sangat kompleks dan

adanya restriksi yang cukup tinggi dalam proses penyortiran turis asing. Indeks

yang mendekati nilai 100 menunjukkan negara tersebut memiliki tingkat regulasi

visa yang cenderung lebih terbuka dan memberikan kemudahan pada negara

tertentu dalam mengajukan visa on arrival hingga visa free. Ketiga elemen lainnya

menggunakan nilai indeks yang sama berkisar antara 1 hingga 7. Nilai indeks 1-7

dapat diartikan semakin mendekati 1 berarti quality of tourism infrastructure,

50

attractiveness of natural assests, serta quality of air transport infrastructure sangat

rendah, sedangkan semakin mendekati 7, maka ketiga elemen tersebut memiliki

kualitas sangat unggul.

Tabel 4.2. Komparasi Faktor-Faktor Pembangun Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang33

Statistics Quality of Tourism Infrastructure

(Indeks 1-7) Attractiveness of Natural

Assets (Indeks 1-7)

Quality of Air Transport Infrastructure

(Indeks 1-7) Visa Requirement Index

(Indeks 1-100) Negara Maju Negara

Berkembang Global Negara Maju Negara

Berkembang Global Negara Maju Negara

Berkembang Global Negara Maju Negara

Berkembang Global

N Valid 37 54 91 37 54 91 37 54 91 37 54 91 Mean 5.1 4.6 4.8 5.2 4.8 5 5.1 4.5 4.8 23 36.3 30.9

Median 5.3 4.6 4.8 5.3 5.1 5.2 5.4 4.6 4.8 24 32.5 24 Std.

Deviation 0.8 1.0 0.9 1.0 1.1 1.0 0.9 1.0 1.0 6.5 23.1 19.3

Range 3.0 4.9 4.9 4.1 4.1 4.3 3.1 4.7 4.7 46 89 89

Minimum 3.2 1.8 1.8 2.7 2.5 2.5 3.4 2.2 2.2 4.0 0.0 0.0

Maximum 6.2 6.7 6.7 6.8 6.6 6.8 6.5 6.9 6.9 50 89 89 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Quality of tourism infrastructure merupakan satu dari empat elemen penting

dalam dimensi pariwisata. Negara-negara di dunia menunjukkan kualitas

infrastruktur pariwisata saat ini berada pada level menengah ke atas, dan sebanyak

59% dari keseluruhan negara di dunia berada pada kondisi ini. Jika ditinjau dari dua

kelompok negara, kualitas infrastruktur pariwisata di negara maju lebih baik

dibandingkan dengan di negara berkembang.

Attractiveness of natural assests merupakan faktor kedua dalam dimensi

parwisata. Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan nilai attractiveness of

natural assests berada pada level menengah ke atas. Hal ini ditunjukkan oleh 58%

negara-negara di dunia yang memiliki rata-rata di atas nilai tengah dunia. Negara

maju muncul sebagai negara dengan performa terbaik diikuti oleh nilai rata-rata dan

33 Lihat Lampiran 1C dan 2C

51

nilai maksimal tertinggi, sedangkan negara berkembang menunjukkan performa

yang lebih rendah.

Quality of air transport infrastructure merupakan faktor ketiga berikutnya

yang penting dalam dimensi pariwisata. Data aktual negara-negara di dunia

menunjukkan nilai kualitas infrastruktur transportasi udara yang berada pada level

menengah ke atas. Sebanyak 69% negara-negara berada di atas rata-rata dunia.

Indeks performa quality of air transport infrastructure tertinggi terdapat di negara

maju, dan negara berkembang cenderung berada di bawahnya. Uniknya negara

yang memiliki kualitas tertinggi pada indikator ini adalah negara berkembang

dengan nilai mencapai 6.9 dari 7.0. Meskipun begitu tidak membuat kelompok

negara berkembang memiliki kualitas dan performa yang baik pula di dunia.

Visa requirement merupakan faktor terakhir dalam dimensi pariwisata.

Data-data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa rata-rata nilai indeks

visa negara-negara di dunia bahkan tidak mencapai nilai 50 yang merupakan nilai

tengahnya. Sebanyak 67% negara-negara memiliki indeks di bawah rerata dunia

yang artinya secara umum negara-negara di dunia memiliki peraturan dan regulasi

yang cukup protektif terhadap kedatangan wisatawan asing. Negara maju terlihat

lebih tertutup dan memiliki resriksi yang cukup ketat, sedangkan negara

berkembang lebih memiliki restriksi yang cukup terbuka dan lebih mudah.

Berdasarkan paparan data di atas, keempat faktor menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda. Meskipun infrastruktur dan daya pikat natural assests negara-

negara di dunia cenderung berada pada level menengah ke atas, namun nyatanya

tidak membuat negara tersebut juga mempermudah dengan sebebas-bebasnya

peraturan dan izin masuk bagi wisatawan asing. Attractiveness of natural assests

52

di sisi lain hadir sebagai faktor yang paling unggul dalam elemen pariwisata, hal ini

diikuti oleh kondisi nilai attractiveness of natural assests yang juga sebagai nilai

tertinggi pada tiap negara. Kondisi pada kedua kelompok negara dengan begitu

dapat dirangkum sebagaimana gambar berikut.

Gambar 4.2. Komparasi Performa Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang34 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Performa dimensi pariwisata berdasarkan gambar antara negara maju dan

negara berkembang cenderung serupa, hal ini terlihat bahwa garis rata-rata dunia

hampir segaris dengan rata-rata performa kedua negara. Hanya saja negara maju

sedikit lebih unggul karena sebaran data negara yang memiliki nilai di bawah rata-

rata cenderung lebih sedikit, sedangkan lebih dari sebagian negara berkembang

memiliki populasi yang berada jauh di bawah rata-rata dunia sebesar 6.21 bahkan

ada yang memiliki indeks 3.0 sebagai indeks yang terkecil. Selain itu negara-negara

maju memiliki performa yang lebih homogen dibandingkan negara berkembang

yang cenderung heterogen performanya. Artinya negara maju memiliki kondisi

infratruktur dan daya tarik aset wisata yang berkualitas.

34 Lihat Lampiran 1C dan 2C

53

4.1.3 Dimensi Investasi

Dimensi investasi diterjemahkan dalam penelitian ini sebagai kemampuan

negara dalam menciptakan lingkungan investasi yang baik untuk menarik investor

asing agar tergerak menanamkan sejumlah investasinya di dalam suatu negara.

Lingkungan investasi yang dimaksud berupa kemudahan, keterbukaan investasi,

jaminan regulasi hukum atas kegiatan investasi langsung, kesempatan peluang

investasi, kualitas infrastruktur negara secara keseluruhan, hingga biaya yang harus

dikeluarkan investor untuk memulai bisnis ataupun investasi langsung. Dimensi ini

berpotensi menjadi pemicu banyaknya investor yang datang pada suatu negara dan

meningkatkan nilai investasi negara yang masuk.

Dimensi investasi dijelaskan berdasarkan beberapa faktor-faktor

pembangunnya yaitu: market size, bussiness impact on FDI, dan overall

infrastructure. Ketiga faktor tersebut diukur dari data global competitiveness report

yang merepresentasikan tingkat daya saing suatu negara dalam sektor investasi

dengan nilai indeks yang sama yaitu antara 1 hingga 7. Negara yang memiliki

indeks nilai mendekati 1 menandakan besarnya market size, kualitas bussiness

impact on FDI, dan overall infrastructure yang rendah, sedangkan semakin

mendekati 7 ketiga faktor tersebut memiliki kualitas terbaik. Besarnya indeks

tersebut juga mengindikasikan seberapa baik lingkungan bisnis dan investasi negara

sehingga mampu menjadikannya sebagai negara tujuan investasi.

54

Tabel 4.3. Indeks Indikator Dimensi Investasi di Negara Maju dan Berkembang35

Statistics Market Size (Indeks 1-7)

Bussiness Impact on FDI (Indeks 1-7)

Quality of Overall Infrastructure

(Indeks 1-7) Negara Maju Negara

Berkembang Global Negara Maju Negara

Berkembang Global Negara Maju Negara

Berkembang Global

N Valid 37 54 91 37 54 91 37 54 91

Mean 4.6 4.4 4.5 5.0 4.6 4.7 5.0 4.0 4.4 Median 4.5 4.5 4.5 5.2 4.5 4.8 4.9 4.1 4.4

Std. Deviation 1.0 0.9 1.0 0.7 0.8 0.8 0.8 1.0 1.1 Range 4.4 4.1 4.5 2.7 3.3 3.3 3.3 4.6 4.6

Minimum 2.5 2.9 2.5 3.3 2.8 2.8 3.3 2.0 2.0 Maximum 6.9 7.0 7.0 6.0 6.1 6.1 6.0 6.8 6.8

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Market Size merupakan salah satu faktor yang penting bagi dimensi

investasi. Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa faktor ini berada

pada level menengah ke atas atau memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan

nilai investasinya. Terdapat 52% negara yang memiliki rata-rata market size di atas

nilai tengah dunia. Meskipun hanya sebagian, namun performa negara maju di

dalam faktor ini menjadi yang tertinggi sedangkan negara berkembang cenderung

sedikit lebih rendah dan berada di bawahnya.

Bussiness impact on FDI menjadi faktor penting dalam kegiatan investasi.

Data yang terkumpul menunjukkan bahwa negara-negara di dunia pada faktor ini

memiliki tingkat regulasi dan peraturan yang cukup terbuka. Sebanyak 54% negara-

negara di dunia memiliki indeks rata-rata di atas nilai tengah dunia. Negara maju

memiliki performa lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang. Uniknya

nilai indeks negara berkembang adalah yang tertinggi dan juga terendah di dunia,

serta memunculkan simpangan yang besar pula.

35 Lihat Lampiran 1D dan 2D

55

Quality of overall infrastructure merupakan faktor terakhir dalam dimensi

investasi. Data yang ada menunjukkan kualitas seluruh infrastuktur negara-negara

dunia berada pada level menengah. Hal ini dapat dilihat dari persentase negara yang

memiliki nilai di atas dan di bawah rata-rata dunia sebesar 1:1. Jika dilihat

berdasarkan dua kelompok negara, maka negara maju cenderung memiliki nilai

rata-rata dan nilai tengah yang lebih besar dibandingkan dengan negara

berkembang. Oleh karena itu, negara maju hadir sebagai negara performa quality

of overall infrastructure terbaik.

Berdasarkan paparan di atas, ketiga faktor menunjukkan peforma yang

berbeda-beda. Negara maju unggul di seluruh indikator investasi. Namun khusus

pada indikator bussiness impact on FDI peforma negara maju dan negara

berkembang tidak terlihat begitu berbeda. Hal ini menandakan bahwa negara maju

dan negara berkembang sebenarnya bersaing dalam menguasai dan memperluas

peluang masuknya investasi asing. Kondisi pada kedua kelompok negara dapat

dirangkum sebagaimana gambar berikut:

Gambar 4.3. Komparasi Performa Dimensi Investasi di Negara Maju dan Berkembang36 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

36 Lihat Lampiran 1D dan 2D

56

Gambar di atas menunjukkan performa faktor investasi negara maju jauh

lebih unggul dibandingkan dengan negara berkembang. Hal ini dapat dilihat bahwa

lebih dari setengah negara maju berada di atas garis rata-rata dunia sebesar 6.94 dan

bahkan memiliki rata-rata performa investasi yang lebih tinggi dibandingkan rerata

negara-negara dunia. Sedangkan negara-negara berkembang umumnya justru

berada jauh di bawah rata-rata dunia. Meskipun begitu, nyatanya terdapat negara-

negara yang memiliki nilai tinggi dan rendah yang cukup ekstrem. Singapore dan

Hongkong merupakan negara berkembang yang memiliki rata-rata yang sangat

tinggi atau bahkan setara dengan kelompok negara maju. Kedua negara ini dapat

dikatakan bersaing dengan negara maju. Sedangkan Yemen merupakan negara

dengan performa paling rendah bahkan di dunia.

4.1.4 Dimensi Pemerintahan

Dimensi pemerintahan diterjemahkan dalam penelitian ini sebagai kualitas

pemeritahan negara yang baik (good governance) cenderung menjadikan negara

mampu memiliki pertumbuhan yang pesat, menghasilkan ekonomi yang inklusif

serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Good governance diprediksi

menghasilkan pemerintahan yang efektif dan berkompeten. Sedangkan rule of law

merepresentasikan kecenderungan negara dalam kepatuhan dan penerapan

kedisiplinan terhadap aturan, hukum, dan kedilan yang berlaku demi menjaga

stabilitas negaranya. Negara yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas

cenderung memiliki transparansi, integritas dan akuntabilitas yang tinggi sehingga

akan lebih mudah dalam menjalin kerjasama. Oleh karena itu, faktor government

effectiveness dan rule of law dipilih sebagai salah satu faktor pembangun nation

branding khususnya di dalam dimensi pemerintahan.

57

Government effectiveness dan rule of law diukur dengan menggunakan

indeks dari world economic forum dan world bank. Indeks ini menjelaskan

efektifitas pemerintahan, kualitas tata aturan dan hukum, serta kedilan di negara-

negara dunia. Faktor-faktor tersebut menggunakan indeks nilai dari -2.5 hingga 2.5.

Negara yang memiliki indeks nilai mendekati -2.5 menunjukkan pemerintahan

dalam negara tersebut semakin tidak efektif dan memiliki kualitas tata aturan serta

hukum yang buruk, sedangkan semakin mendekati nilai 2.5 menandakan negara

tersebut memiliki kualiatas pemerintahan yang baik (good governance), kualitas

aturan, hukum, dan keadilan bagi seluruh masyakatnya.

Tabel 4.4. Indeks Indikator Dimensi Pemerintah Negara Maju dan Berkembang37

Statistics Government Effectiveness

Indeks (-2.5 - 2.5) Rule of Law

Indeks (-2.5 - 2.5) Negara Maju

Negara Berkembang Global Negara

Maju Negara

Berkembang Global

N Valid 37 54 91 37 54 91 Mean 1.1 0.03 0.5 1.1 -0.1 0.4

Median 1.3 -0.03 0.3 1.4 -0.2 0.3

Std. Deviation 0.7 0.7 0.9 0.8 0.7 1.0

Range 2.6 4.0 4.0 2.8 3.4 3.7

Minimum -0.6 -1.8 -1.8 -0.8 -1.6 -1.6

Maximum 2.0 2.2 2.2 2.0 1.8 2.0 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Government effectiveness merupakan faktor pertama dalam dimensi

pemerintahan. Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan tingkat efektifitas

pemerintahan cenderung berada pada level menengah. Rata-rata keefektifan

negara-negara di dunia mencapai nilai 0.5 dan lebih besar dibandingkan dengan

nilai nilai tengahnya. Sebanyak 48% negara di dunia memiliki rata-rata di atas nilai

37 Lihat Lampiran 1E dan 2E

58

tengah dunia. Berdasarkan data ini berarti hanya sebanyak 44 negara di dunia yang

memiliki indeks pemerintahan yang efektif sedangkan 47 negara lainnya masih

berada berada di bawah indeks keefektifan pada umumnya. Negara maju

merupakan negara yang memiliki tingkat efektifitas pemerintahan yang tinggi.

Terdapat satu dari negara berkembang memiliki indeks terbaik di dunia, meskipun

negara berkembang sendiri secara umum memiliki perfroma indikator yang lebih

rendah dibandingkan dengan negara maju.

Rule of Law juga merupakan faktor pembangun dimensi pemerintahan. Data

terkumpul menunjukkan tingkat rule of law negara-negara dunia berada pada level

menengah. Artinya negara-negara di dunia cenderung patuh terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku. Negara maju merupakan negara yang memiliki indeks rule

of law tertinggi di dunia, dan negara berkembang cenderung lemah. Terdapat

sebanyak 72% negara maju yang memiliki indeks di atas nilai tengah dunia,

sedangkan 65% negara berkembang jatuh berada di bawah nilai tengah dunia. Hal

ini menunjukkan bahwa performa rule of law negara maju lebih unggul jika

dibandingkan dengan negara berkembang.

Berdasarkan paparan di atas, faktor government effectiveness merupakan

faktor yang unggul dibandingkan dengan rule of law dalam dimensi pemerintahan.

Negara maju hadir sebagai negara yang unggul dalam dimensi ini sedangkan negara

berkembang hanya memiliki nilai indeks yang cenderung tinggi di dalam faktor

government effectiveness. Komparasi performa dimensi ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

59

Gambar 4.4. Komparasi Performa Dimensi Pemerintahan Negara Maju dan Berkembang Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Gambar di atas menunjukkan performa pemerintahan negara maju jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan berkembang. Negara maju umumnya memiliki

performa di atas nilai tengah dunia sebesar 5.61, sedangkan negara berkembang

umumnya berada di bawahnya. Meskipun begitu terdapat beberapa negara yang

dianggap memiliki nilai ekstrem yang tinggi dan rendah di negara berkembang.

4.1.5 Dimensi Masyarakat

Dimensi masyarakat dalam penelitian ini diterjemahkan sebagai kualitas

sumber daya manusia yang bermutu. Hal ini diprediksi dapat meningkatkan

produktifitas, daya saing, dan human development masyarakat dalam suatu negara.

Suatu negara dalam proses perwujudanya, hendaknya tidak hanya berfokus pada

kompetensi sumber daya manusia saja, melainkan dibutuhkan daya toleransi yang

tinggi dan penguasaan yang cukup terhadap teknologi terkini. Atas pertimbangan

di atas maka ketiga faktor tersebut dirangkum kedalam tingkat human resource

creativity negara yang merupakan faktor pembangun pada dimensi masyarakat.

Human resource creativity memiliki rentang nilai indeks 0 hingga 1. Negara dengan

60

nilai indeks mendekati nilai 0 menandakan negara tersebut memiliki nilai

produktifitas, daya saing, dan kompetensi yang rendah; sedangkan semakin

mendekati 1 menunjukkan kualitas masyarakat yang tinggi.

Tabel 4.5. Indeks Indikator Dimensi Masyarakat Negara Maju dan Berkembang38

Statistics Human Resource Creativity

(Indeks 0-1)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91

Mean 0.7 0.4 0.5

Median 0.8 0.4 0.5

Std. Deviation 0.2 0.2 0.3

Range 0.5 0.9 1.0

Minimum 0.4 0.07 0.07

Maximum 0.97 0.9 0.97 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Berdasarkan data yang ada, human resource creativity negara-negara di

dunia saat ini berada pada level menengah, dengan nilai tengah dan nilai rata-rata

0.5 yang juga sebagai batas nilai indeks keumumannya di dunia. Data ini

menunjukkan bahwa kualitas masyarakat pada negara-negara di dunia memiliki

nilai produktifitas, daya saing, dan kompetensi masyarakat yang modern. Jika

dibandingkan kondisi ini pada dua kelompok negara, justru memiliki kondisi

berbeda dan menunjukkan hasil yang berbanding terbalik. Masyarakat di negara

maju memiliki kondisi kualitas masyarakat yang berada pada level menengah

tinggi, sedangkan negara berkembang berada pada level menengah rendah. Di

samping adanya perbedaan tersebut, kedua kelompok negara juga memiliki

persamaan, yaitu nilai simpangan yang sama besarnya. Dengan nilai std. deviation

38 Lihat Lampiran 1E dan 2E

61

sebesar 0.2, yang menunjukkan bahwa human resource creativity yang tersebar di

negara maju dan negara berkembang memiliki keragaman yang relatif sama.

Gambar 4.5. Komparasi Performa Dimensi Masyarakat di Negara Maju dan Berkembang39 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Berdasarkan paparan di atas dapat diartikan bahwa negara maju memiliki

kualitas masyarakat yang lebih unggul dari negara berkembang. Namun terdapat

satu keunikan yang terjadi di negara berkembang. Negara berkembang meski

tertinggal jauh bahkan jika dibandingkan dengan rata-rata dunia, nyatanya terdapat

satu negara berkembang yang memiliki nilai kualitas masyarakat yang ekstrem

tinggi yaitu Singapura. Singapura bahkan dapat dikatakan bersaing dengan negara

maju, hal ini juga tercerminkan bahwa masyakat di Singapura mendapatkan

predikat masyarakat dengan kualitas hidup tertinggi dan menduduki peringkat

kelima di dunia.40

39 Lihat Lampiran 1E dan 2E 40 The Straits Time: Singapore Top in Asia for Quality of Living. 2018. Singapore: The Straits Time Press. Diakses melalui: https://www.straitstimes.com/business/economy/spore-top-in-asia-for-quality-of-living-poll pada tanggal 22 September 2018 pukul 22.47

62

4.1.6 Dimensi Budaya dan Kebudayaan

Dimensi masyarakat diterjemahkan dalam penelitian ini bahwa negara yang

kaya akan budaya dan kebudayaanya tidak hanya dinilai berdasarkan kepemilikan

berbagai bangunan bersejarah, pakaian adat, makanan serta kekayaan traditional

saja melainkan hingga meliputi industri budaya dan industri kreatif yang dalam hal

ini meliputi: musik, film, seni and literatur hingga industri hiburan lainnya. Atas

dasar inilah industry innovation dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi dimensi

budaya.41

Industry innovation berdasarkan namanya menilai industri di dalam suatu

negara berdasarkan empat kompetensinya yaitu; tingkat kreatifitas, inovasi,

teknologi dan RnD. Keempat kompetensi ini diakumulasikan menjadi global

innovation terutama pada bidang industri kreatif. Industry innovation menggunakan

nilai indeks dengan rentang nilai 0 hingga 100. Negara yang memiliki nilai indeks

yang semakin mendekati 0 menggambarkan negara tersebut memiliki inovasi yang

sangat rendah dan buruk sedangkan nilai 100 mencerminkan negara yang memiliki

inovasi tinggi dan concern terhadap hasil dari produk-produk budaya dan kreatif

yang lebih ragam dan modern.

41 Global Innovation Index: Energizing thr World with Innovation. 2017. Geneva. World Intelectual Property Organization. Diakses dari: https://www.globalinnovationindex.org/gii-2018-report, pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 18.43

63

Tabel 4.6. Indeks Indikator Dimensi Budaya Negara Maju dan

Berkembang42

Statistics Industry Innovation

Indeks (0-100)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91 Mean 57.9 41.0 48.0

Median 57.4 41.0 46.9 Std. Deviation 8.3 11.2 13.0

Range 28.7 72.3 72.3 Minimum 41.0 0.0 0.0 Maximum 69.7 72.3 72.3

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Berdasarkan data aktual global innovation index negara-negara di dunia

berada pada level menengah kebawah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

negara-negara di dunia yang mencapai nilai 48 dari rentang nilai 1 hingga 100. Hal

ini menandakan bahwa di dunia tingkat kreatifitas dan inovasi negara-negara

cenderung rendah. Namun kondisi tersebut terlihat berbeda jika dilihat dari masing-

masing kelompok negara maju dan berkembang. Di negara maju industry

innovation berada pada level menengah tinggi sedangkan negara berkembang

cenderung berada pada level menengah rendah.

Negara maju memiliki performa kreatifitas dan inovasi tertinggi serta

unggul di dalam dimensi kebudayaan. Keunggulan ini juga diikuti dengan nilai

simpangan pada std.deviation yang kecil, artinya data-data yang tersebar di negara

maju cenderung seragam, atau negara maju yang memilik industry innovation

dengan nilai terkecil sekalipun ternyata memiliki performa yang cukup baik dalam

dimensi kebudayaan. Hal ini terlihat ketika negara maju cenderung menguasai pasar

42 Lihat Lampiran 1E dan 2E

64

industri kreatif dunia seperti hollywood, broadway, social media, fashion, tv.

Performa dimensi budaya negara-negara di dunia dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.6. Komparasi Performa Dimensi Budaya di Negara Maju dan Berkembang43 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Data di atas menunjukkan bahwa negara maju memiliki rata-rata yang jauh

lebih tinggi dibandingan dengan negara berkembang dan bahkan dunia. Terdapat

satu keunikan yang terlihat di negara berkembang yaitu adanya lima negara

berkembang yang dianggap memiliki nilai tinggi yang sangat ekstrem yaitu:

Singapura, Hongkong, South Korea, Israel, dan United Emirates Arab. Negara-

negara tersebut menunjukkan nilai yang sangat tinggi di negara berkembang dan

bahkan mampu bersaing dengan negara maju, yang juga menjelaskan bahwa bukan

hanya negara maju yang mampu menguasai inovasi, namun begitu juga dengan

negara berkembang. Salah satu contohnya adalah Korea Selatan yang mampu

menguasai trend fashion, musik, film dan drama, hingga kecantikan, tidak hanya di

Asia saja melainkan hingga Eropa dan Amerika.

43 Lihat Lampiran 1E dan 2E

65

4.1.7 Performa Input Nation Branding

Performa input nation branding merupakan performa keseluruhan faktor-

faktor pembangun pada tiap dimensi. Performa input ini didapatkan dengan cara

mengamulasikan seluruh nilai pada faktor-faktor pembangun di tiap masing-masing

keenam dimensi nation branding. Akumulasi keseluruhan nilai faktor

pembangunnya akan menjadi nilai performa dimensi tersebut. Nilai yang melekat

sebagai performa dimensi ini mampu menggambarkan dan menunjukkan beberapa

hal: pertama kualitas dan keunggulan tiap dimensi, kedua komparasi kualitas dan

keunggulan antara kedua kelompok negara maju dan berkembang. Hasil performa

input nation branding dan komparsinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.7. Performa Faktor-Faktor Pembangun Nation Branding44 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Performa input pada gambar di atas menunjukkan bahwa dimensi nation

branding di negara maju dan negara berkembang cenderung serupa. Di negara maju

dimensi budaya dan ekspor menunjukkan performa yang tertinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa seluruh produk-produk barang dan jasa yang diproduksi oleh

44 Lihat Lampiran 1G an 2G

66

negara maju tidak hanya memiliki kualitas produk yang baik, namun juga

pengemasan yang dinilai sangat sophisticated. Sedangkan di negara berkembang

dimensi investasi dan eksporlah yang menunjukkan perfroma tertinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa negara berkembang ternyata memiliki lingkungan investasi

yang baik serta regulasi-regulasi yang cenderung terbuka bagi investor asing dan

memiliki kualitas yang hasil produksi yang yang baik pula.

Jika dilihat secara keseluruhan maka negara maju nyatanya unggul di

seluruh dimensi pembangun nation branding, namun ada beberapa hal unik yang

dapat dilihat pada kedua kelompok negara ini. Dimensi ekspor, pariwisata dan

investasi merupakan dimensi yang memiliki performa tinggi, baik di negara maju

dan negara berkembang. Hal ini juga menunjukkan bahwa kedua negara ini

sebenarnya bersaing pada ketiga dimensi tersebut. Selain itu, di negara berkembang

dimensi masyarakat merupakan dimensi yang menunjukkan performa terendah. Hal

ini menjelaskan mengapa negara tersebut digolongkan menjadi negara berkembang

salah satunya karena negara ini memiliki kualitas sumber daya manusia yang

cenderung rendah.

4.2. Outcome Nation Branding

Pendapatan pada tiap dimensi ini merupakan hasil pendapatan yang diterima

oleh negara berdasarkan besarnya nilai input dan performa dimensinya yang dalam

hal ini berupa US$. Negara yang memiliki nilai input indikator dan performa

dimensi yang tinggi maka diprediksi akan memiliki pendapatan yang tinggi pula

pada dimensi itu dan sebaliknya suatu negara yang menunjukkan nilai input

indikator dan performa dimensi yang kecil maka diprediksi juga akan berpengaruh

pada kecilnya nilai pendapatan yang diterima oleh negara itu sendiri.

67

4.2.1 Dimensi Ekspor

Nilai pendapatan dari dimensi ekspor diukur berdasarkan tiga indikator

pengaruhnya yaitu local supplier quality, production process sophistication, dan

value chain breadth yang diakumulasikan menjadi performa ekspor. Tinggi dan

rendahnya performa ekspor suatu negara akan berpengaruh terhadap besarnya nilai

pendapatan ekspor barang dan jasa yang diperoleh oleh negara tersebut. Data

pendapatan ekspor produk dan jasa ini diperoleh dari world bank pada bagian

ekspor barang dan jasa suat yang ditunjukkan dalam bentuk Dolar Amerika (US$)

sebagai satuan nilai pendapatan internasional. Komparasi besarnya pemasukan

negara akibat aktifitas perdagangan ekspor produk dan jasa dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut:

Tabel 4.7. Komparasi Ekspor Produk dan Jasa di Negara Maju dan Berkembang

Statistics Nilai Pendapatan Ekspor dan Jasa (US$)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91

Mean 317.80 milyar 144.28 milyar 214.83 milyar

Median 155.35 milyar 35.40 milyar 70.31 milyar

Std. Deviation 452.58 milyar 323.71 milyar 388.67 milyar

Range 2.20 trilyun 2.20 trilyun 2.21 milyar

Minimum 9.84 milyar 0 0

Maximum 2.21 trilyun 2.20 trilyun 2.21 milyar

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

68

Gambar 4.8. Komparasi Persebaran Eksport Good & Service di Negara Maju dan Negara Berkembang45

Sumber: Hasil olah data SPSS (2018)

Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa pendapatan yang

diterima negara dari hasil ekspor produk dan jasa menunjukkan hasil yang

cenderung sangat kecil. Hal ini dilihat berdasarkan rata-rata nilai pendapatan

produk dan jasa dunia yang hanya sebesar 214 milyar US$, sedangkan nilai

maksimal mencapai 2 trilyun. Hanya sebanyak 26% negara-negara di dunia

memiliki pendapatan di atas nilai pendapatan rata-rata dunia dan 74% negara

memilki pendapatan yang rendah di bawah rata-rata dunia. Berdasarkan data

tersebut dapat diartikan bahwa negara-negara di dunia cenderung mendapatkan

nilai pendapatan yang cukup kecil dari hasil ekspor produk dan jasa nya. Perbedaan

pendapatan yang diterima oleh negara-negara di dunia terlihat pula di negara maju

dan negara berkembang.

Pendapatan ekspor produk dan jasa di negara maju cenderung lebih tinggi.

Hal ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata negara maju saja lebih besar 48% dari

nilai rata-rata dunia sebesar 0.97. Sebanyak 41% negara maju memiliki rata-rata

45 Lihat Lampiran 1F dan 2F

69

pendapatan yang lebih tinggi dan 59% lebih rendah daripada rata-rata pendapatan

dunia. Hal ini berarti 41% negara yang memiliki pendapatan tinggi merupakan

negara-negara yang mendapatkan pendapatan maksimal dari hasil kegiatan produk

dan jasa serta merupakan negara-negara yang paling banyak melakukan kegiatan

produk dan jasa. Negara berkembang justru memperlihatkan hasil yang bertolak

belakang dengan negara maju. Negara berkembang cenderung memiliki pendapatan

yang rendah dari kegiatan produk dan jasa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata

pendapatan negara berkembang 55% lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata

pendapatan negara maju dan 33% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata

dunia. Selain itu juga hanya dan sebanyak 17% negara berkembang yang memiliki

pendapatan di atas rata-rata dunia. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara

berkembang memiliki performa ekspor produk dan jasa yang cenderung rendah.

4.2.2 Dimensi Pariwisata

Nilai pendapatan dari dimensi pariwisata diukur berdasarkan empat

indikator pengaruhnya yaitu quality of tourism infrastructure, attractiveness of

natural assests, quality of air transport infrastructure, dan visa requirement yang

diakumulasikan menjadi performa pariwisata. Tinggi dan rendahnya performa

pariwisata suatu negara berpotensi berpengaruh terhadap keputusan wisatawan

untuk melakukan belanja di negara tersebut. Banyaknya transaksi belanja baik

berupa pembayaran tunai maupun non tunai dari kegiatan pada turis atau

masyarakat asing yang berkunjung pada suatu negara akan berpengaruh terhadap

besarnya pendapatan yang diterima negara tersebut. Data pendapatan ini diperoleh

dari world trade organization pada bagian international tourist receipt dan nilai

pendapatan yang dimaksud ditunjukkan dalam bentuk satuan US$ sebagai satuan

70

nilai pendapatan internasional. Komparasi besarnya pemasukan negara akibat

aktifitas turis atau masyarakat asing yang berkunjung pada suatu negara, dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut:

Tabel 4.8. Komparasi International Tourist Receipt di Negara Maju dan Berkembang

Statistics Nilai Pendapatan Pengeluaran Turis Asing (US$)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91

Mean 22.13 milyar 8.31 milyar 13.93 milyar

Median 11.43 milyar 4.13 milyar 6.33 milyar Std. Deviation 41.15 milyar 11.30 milyar 28.27 milyar

Range 243.43 milyar 52.47 milyar 244.71 milyar

Minimum 1.28 milyar 0 0

Maximum 244.71 milyar 52.47 milyar 244.71 milyar

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Gambar 4.9. Komparasi Persebaran International Tourist Receipt di Negara Maju dan Negara Berkembang

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan hasil pendapatan negara

yang berasal dari international tourist receipt cenderung rendah. Hal ini dilihat

71

bahwa sebanyak 74% negara memiliki pendapatan international tourist receipt di

bawah rata-rata dunia, dan hanya 26% negara yang memiliki rata-rata di atas rata-

rata dunia. Hal ini menunjukkan bahwa turis asing cenderung tidak banyak

melakukan belanja ketika sedang berwisata.

Negara maju merupakan negara yang memiliki pendapatan dari

international tourist receipt tertinggi dibandingkan dengan negara berkembang dan

dunia. Hal ini dilihat bahwa rata-rata pendapatan international tourist receipt

negara maju hampir dua kali pendapatan negara berkembang dan 40% lebih besar

dibandingkan dengan rata-rata dunia. Dari jumlah tersebut sebanyak 39% negara

maju yang memiliki pendapatan di atas rata-rata dunia, namun begitu turis yang

berkunjung ke negara-negara ini melakukan belanja yang besar-besaran. Pasalnya

meskipun rata-rata pendapatan negara maju cenderung besar, namun masih lebih

banyak negara maju yang memiliki rata-rata di bawah dunia.

Negara berkembang justru memperlihatkan hasil pendapatan yang

cenderung kecil dari international tourist receipt. Pasalnya rata-rata international

tourist receipt di negara berkembang merupakan rata-rata terkecil dibandingkan

dengan negara maju dan dunia. Selain itu juga pendapatan negara berkembang ini

hanya senilai setengah dari pendapatan negara maju. Jika dihitung hanya sebanyak

19% negara berkembang yang memiliki pendapatan dari international tourist

receipt di atas rata-rata dunia. Dengan begitu dapat diartikan bahwa turis asing

banyak tidak melakukan belanja di negara berkembang sehingga mengurangi

international tourist receipt di negara ini cenderung kecil. Sedangkan banyak turis

asing maupun masyarakat asing justru banyak melakukan belanja secara besar-

besaran pada aktifitas wisatanya di negara maju.

72

4.2.3 Dimensi Investasi

Pendapatan dari dimensi investasi diukur berdasarkan tiga indikator

pengaruhnya yaitu market size, bussiness impact on FDI, dan overall infrastructure

yang diakumulasikan menjadi perfroma investasi. Tinggi dan rendahnya performa

investasi suatu negara akan berpengaruh terhadap banyaknya investor asing yang

datang dan transaksi nilai investasi langsung dalam negara tersebut. Jumlah

pendapatan ini diperoleh dari world bank yang ditunjukkan dalam bentuk satuan

US$ sebagai satuan nilai pendapatan internasional. Komparasi besarnya pemasukan

negara akibat aktifitas investasi asing pada suatu negara, dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut:

Tabel 4.9. Komparasi Foreign Direct Investment di Negara Maju dan Berkembang46

Statistics Investasi Langsung Luar Negeri (US$)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91 Mean 38.48 milyar 13.28 milyar 23.53 milyar

Median 6.50 milyar 3.16 milyar 3.55 milyar

Std. Deviation 92.87 milyar 30.16 milyar 64.35 milyar

Range 509.36 milyar 171.12 milyar 509.36 milyar

Minimum -29.95 milyar -561 juta -29.94 milyar

Maximum 479.42 milyar 170.56 milyar 479.42 milyar

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

46 Lihat Lampiran 1F dan 2F

73

Gambar 4.10. Komparasi Persebaran Foreign Direct Investment di Negara Maju dan Negara Berkembang47

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa rata-rata total arus

masuk FDI di dunia adalah sebesar US$ 23 milyar. Dengan nilai rata-rata tersebut

dapat dikatakan bahwa total arus masuk FDI di dunia cenderung kecil. Hal ini

terlihat adanya dominasi negara-negara yang memiliki performa FDI yang

cenderung rendah. Hanya terdapat 22% negara di dunia memiliki arus masuk FDI

di atas rata-rata dunia, sementara 78% negara lainnya memiliki rata-rata pendapatan

yang rendah di bawah rata-rata dunia.

Negara maju merupakan negara yang memiliki total arus masuk FDI yang

lebih unggul dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini dilihat dari rata-rata FDI

yang masuk di negara maju sebesar US$ 38 milyar, nilai ini lebih besar 40% dari

rata-rata arus masuk FDI dunia sebesar 1.04. Meskipun rata-rata ini terbilang lebih

besar namun hanya sebanyak 38% negara maju yang memiliki arus FDI di atas rata-

rata dunia, dan sebanyak 62% lainnya masih berada di bawah rata-rata dunia. Hal

47 Lihat Lampiran 1F dan 2F

74

ini menjadikan rata-rata arus masuk FDI di negara maju lebih unggul dibandingkan

dengan negara lainnya.

Negara berkembang memiliki keadaan yang berbanding terbalik dengan

negara maju. Total arus masuk FDI di negara berkembang hanya sebesar US$ 13

milyar. Nilai tersebut bahkan dua kali lebih kecil dibandingkan dengan negara maju

dan 43% lebih kecil dari rata-rata dunia. Oleh karena itu nilai rata-rata arus masuk

FDI negara berkembang merupakan nilai arus masuk terkecil di dunia. Data

tersebut bahwa tidak banyak negara-negara di dunia yang melakukan investasi ke

negara berkembang serta minimnya arus masuk FDI di negara ini.

4.2.4 Dimensi Budaya

Pendapatan dari dimensi budaya diukur berdasarkan indikator pengaruhnya

yaitu global innovation index yang kemudian merepresentasikan performa budaya.

Indikator ini menunjukkan kekuatan negara dalam memproduksi produk kreatif.

Tinggi dan rendahnya performa budaya suatu negara akan berpengaruh terhadap

besarnya nilai pendapatan ekspor barang kreatif yang diperoleh oleh negara

tersebut. Data pendapatan ini diperoleh dari United Nations Conference on Trade

and Development yang menunjukkan besarnya pendapatan yang negara terima atas

aktifitas budaya meliputi industri kreatif dan nilai pendapatan yang dimaksud

ditunjukkan dalam bentuk satuan US$ sebagai satuan nilai pendapatan

internasional. Komparasi besarnya pemasukan negara dari aktifitas perdagangan

produk dan jasa kreatif, dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

75

Tabel 4.10. Komparasi Exports of Creative Goods di Negara Maju dan Berkembang48

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Gambar 4.11. Komparasi Persebaran Exports of Creative Goods di Negara Maju dan Negara Berkembang49

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa rata-rata hasil

pendapatan ekspor produk kreatif adalah US$ 6,2 milyar. Rata-rata nilai ini dapat

dikatakan homogen dikarenakan negara di dunia, baik negara maju dan negara

berkembang memiliki rata-rata US$ 6 milyar. Hal ini menunjukkan pendapatan

48 Lihat Lampiran 1F dan 2F 49 Lihat Lampiran 1F dan 2F

Statistics Ekspor Barang dan Jasa Kreatif (US$)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91

Mean 6.58 milyar 6.01 milyar 6.42 milyar

Median 1.46 milyar 263.30 juta 746.97 juta

Std. Deviation 10.07 milyar 26.29 milyar 21.16 milyar

Range 41.52 milyar 191.41 milyar 191.41 milyar

Minimum 4.89 juta 13.54 juta 13.54 juta

Maximum 41.52 milyar 191.41 milyar 191.41 milyar

76

ekspor produk kreatif di dunia cenderung sama, tidak ada yang sangat tinggi dan

tidak ada negara dengan pendapatan yang sangat rendah. Namun hanya terdapat

23% negara-negara di dunia memiliki rata-rata di atas dunia dan 77% lainnya

diabwah rata-rata dunia.

Di negara maju hasil pendapatan ekspor produk kreatif mencapai US$ 6,5

milyar. Nilai pendapatan ini menjadi pendapatan tertinggi dibandingkan dengan

negara berkembang bahkan rata-rata pendapatan dunia. Meskipun begitu nyatanya

hanya sebanyak 35% negara maju yang memiliki arus masuk pendapatan ekspor

produk kreatif di atas rata-rata dunia dan 65% lainnya memiliki nilai di bawah rata-

rata. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju tidak serta merta selalu

berpendapatan tinggi terutama pada dimensi budaya.

Di negara berkembang hasil pendapatan dari ekspor produk kreatif adalah

US$ 6 milyar. Dengan nilai ini negara berkembang dapat dikatan mampu bersaing

dengan ekspor produk kreatif dari negara maju bahkan dunia. Pasalnya antara

negara maju dan negara berkembang hanya memiliki selisih arus masuk pendapatan

ekspor produk kreatif sebesar US$ 500 juta dan US$ 200 juta jika dibandingkan

dengan rata-rata dunia. Meskpun selisih tersebut tidak banyak, namun jika dilihat

persentase rata-rata total pendapatan masuk maka ekspor produk kreatif

menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan. Hanya sebanyak 15%

negara berkembang memiliki rata-rata pendapatan di atas dunia dan 85% lainnya

memiliki pendapatan di bawah rata-rata dunia. Hal ini menunjukkan bahwa negara

bekembang didominasi dengan pendapatan ekspor produk kreatif yang cenderung

menengah kebawah. Oleh karena itu persentase yang terlihat juga cenderung kecil.

77

4.2.5 Dimensi Pemerintah

Pendapatan dari dimensi pemerintah diukur berdasarkan dua indikator

pengaruhnya yaitu government effectiveness dan rule of law yang diakumulasikan

menjadi performa pemerintah. Dalam dimensi pemerintahan besar kecilnya nilai

indikator tidak sejalan dengan nilai pendapatan yang diterima seperti dimensi-

dimensi lainnya. Besarnya nilai input indikator dan performa pemerintahan

menunjukkan negara tersebut merupakan negara pemberi bantuan, sedangkan

negara yang cenderung mendapatkan pendapatan yang tinggi dikategorikan sebagai

negara penerima bantuan. Oleh karena itu negara pemberi bantuan biasanya tidak

menerima dana bantuan sehingga pendapatan pada dimensi ini cenderung kecil,

sedangkan negara penerima bantuan cenderung mendapatkan pendapatan yang

lebih tinggi.

Data pendapatan ini diperoleh dari World Organisation for Economic Co-

operation and Development yang menunjukkan besarnya nilai bantuan

pembangunan yang diterima suatu negara. Nilai pendapatan ini ditunjukkan dalam

bentuk satuan US$ sebagai satuan nilai pendapatan internasional. Negara-negara

yang berhak menerima bantuan adalah negara-negara yang memiliki kondisi

perekonomian yang lebih rendah atau disebut sebagai negara berkembang,

sedangkan negara-negara pemberi bantuan adalah negara-negara yang memiliki

kondisi perekonomian yang cenderung lebih stabil atau disebut sebagai negara

maju. Komparasi besarnya pemasukan negara dari nilai bantua yang diterimanya,

dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

78

Tabel 4.11. Komparasi Net Official Development Assistance and Official Aid Receipt di Negara Maju dan Berkembang50

Statistics

Net Official Development Assistance and Official Aid (US$)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91 Mean 58.29 juta 8.30 milyar 516.13 juta

Median 0 2.36 milyar 0 Std. Deviation 268.51 juta 1.31 milyar 963.65 juta

Range 1.52 milyar 4.86 milyar 4.86 milyar Minimum 0 -7.91 juta -7.91 juta Maximum 1.52 milyar 4.10 milyar 4.10 milyar

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Gambar 4.12. Komparasi Persebaran Net Official Development Assistance and Official Aid Receipt di Negara Maju dan Negara Berkembang51

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Data aktual rata-rata net official development assistance dan official aid

receipt negara-negara di dunia menunjukkan rata-rata sebesar US$ 516 juta. Arus

masuk net official development assistance and official aid receipt ini dinilai cukup

kecil. Pasalnya hanya terdapat 26% negara yang mendapatkan net official

50 Lihat Lampiran 1F dan 2F 51 Lihat Lampiran 1F dan 2F

79

development assistance and official aid receipt di atas rata-rata dunia, sementara

74% lainnya memiliki nilai nilai yang rendah di bawah rata-rata di dunia. Meskipun

begitu data ini menunjukkan bahwa negara-negara di dunia hampir seluruhnya

mendapatkan net official development assistance dan official aid receipt sebagai

bantuan pembangunan bagi negara-negara.

Di negara maju net official development assistance and official aid receipt

menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu hanya sebesar US$ 58 juta. Nilai ini

bahkan hampir sembilan kali lebih kecil daripada rata-rata dunia dan 14 kali lebih

kecil dibandingkan dengan rata-rata nilai negara berkembang. Kecilnya nilai net

official development assistance and official aid receipt di negara maju bukan karena

negara maju tidak layak untuk mendapatkan bantuan, namun justru negara majulah

yang paling banyak mengeluarkan sejumlah porsi persentase dari GNI-nya sebagai

net official development assistance and official aid yang banyak diperuntukkan bagi

negara-negara berkembang atau negara yang sedang membangun. Oleh karena itu

di dalam negara maju, rata-rata net official development assistance and official aid

cenderung bernilai rendah dan bahkan ada yang bernilai 0.

Negara berkembang justru memperlihatkan keadaan yang sebaliknya

dengan negara maju. Arus masuk net official development assistance and official

aid di negara ini bahkan 14 kali lebih besar dibandingkan dengan negara maju. Hal

ini dikarenakan negara berkembang merupakan negara penerima bantuan, hal inilah

yang menadi alasan mengapa negara berkembang mendapatkan gelontaran nilai

bantuan yang sangat banyak dari negara maju. Jumlah bantuan yang diberikan

negara pemberi bantuan kepada penerima bantuan juga beragam.

80

4.2.6 Dimensi Masyarakat

Pendapatan dari dimensi masyarakat diukur berdasarkan indikator

pengaruhnya yaitu global creativity index yang merepresentasikan performa

masyarakat. Negara dengan nilai input indikator dan performa masyarakat yang

tinggi cenderung menghasilkan pendapatan yang tinggi pula. Selain itu juga

banyaknya populasi yang tersebar di luar negaranya (home country) juga dapat

menentukan besar kecilnya pendapatan yang diterima. Data pendapatan ini

diperoleh dari World Bank pada bagian ekspor barang dan jasa suatu negara dan

nilai pendapatan yang dimaksud ditunjukkan dalam bentuk satuan US$ sebagai

satuan nilai pendapatan internasional.

Tabel 4.12. Komparasi Personal Remittance Receipt di Negara Maju dan Berkembang52

Statistics Personal Remittance Receipt (US$)

Negara Maju Negara Berkembang Global

N Valid 37 54 91 Mean 3.81 milyar 6.33 milyar 5.31 milyar

Median 2.19 milyar 1.66 milyar 2.10 milyar Std. Deviation 4.90 milyar 11.27milyar 9.26 milyar

Range 24.17 milyar 62.74 milyar 62.74 milyar Minimum 201.46 juta 0 0 Maximum 24.37 milyar 62.74 milyar 62.74 milyar

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

52 Lihat Lampiran 1F dan 2F

81

Gambar 4.13. Komparasi Persebaran Personal Remittance Receipt di Negara Maju dan Negara Berkembang53

Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)

Arus masuk personal remmittance di negara maju cenderung lebih kecil

dibandingkan dengan rata-rata dunia dan negara berkembang. Hal ini salah satunya

dipengaruhi oleh jumlah populasi negara maju yang cenderung lebih sedikit

bekerja, tinggal dan tersebar di berbagai negara. Semakin sedikit yang tersebar

maka personal remmittance di negara maju juga akan menunjukkan nilai yang

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan di dalam negeri dapat dikatakan

terkendali dan memiliki kelayakan hidup yang tinggi sehingga tidak perlu

menyebarkan populasinya ke berbagai negara.

Di negara berkembang justru memperlihatkan nilai personal remmittance

yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena rata-rata negara berkembang

memiliki populasi yang sangat banyak bahkan tersebar di berbagai negara dan

memiliki berbagai kegiatan di host country. Artinya kondisi negara berkembang

sebenarnya tidak cukup untuk menampung seluruh kehidupan populasinya. Namun

uniknya dengan tersebarnya populasi negara berkembang di berbagai belahan

53 Lihat Lampiran 1F dan 2F

82

dunia, membuat home country mendapatkan pemasukan yang besar dari

masyarakat yang berada diluar negaranya.

4.2.7 Performa Outcome Nation Branding

Performa outcome nation branding merupakan performa keseluruhan

faktor-faktor pembangun pada tiap dimensi. Performa outcome ini didapatkan

dengan cara mengamulasikan seluruh nilai pada faktor-faktor pembangun di tiap

masing-masing keenam dimensi nation branding. Akumulasi keseluruhan nilai

faktor pembangunnya akan menjadi nilai performa dimensi tersebut. Nilai yang

melekat sebagai performa dimensi ini mampu menggambarkan dan menunjukkan

beberapa hal: pertama kualitas dan keunggulan tiap dimensi dan kedua komparasi

kualitas dan keunggulan antara kedua kelompok negara maju dan berkembang.

Hasil performa input nation branding dan komparsinya dapat dilihat pada gambar

di bawah ini:

Gambar 4.14. Performa Faktor-Faktor Pembangun Nation Branding54

Sumber: Hasil Olahan Data Excel (2018)

54Lihat Lampiran 1G dan 2G

83

Paparan-paparan di atas menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima

negara berbeda-beda pada tiap dimensinya. Pendapatan negara maju dan negara

berkembang juga terlihat sangat berbeda bahkan bertolak belakang terutama pada

dimensi tertentu seperti yang terlihat pada dimensi pemerintahan. Pada dimensi ini

negara maju dapat dikatakan hampir tidak mendapatkan pendapatan, sedangkan

kondisi yang berbeda justru terlihat di negara berkembang. Di negara berkembang

pemerintah merupakan dimensi yang memberikan pemasukan pendapatan negara

yang paling tinggi diantara dimensi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa negara

berkembang memang membutuhkan bantuan pembangunan dari negara lain guna

membangun dan mensejahterakan masyarakatnya.

Dimensi investasi, masyarakat, budaya, dan ekspor di negara maju

merupakan dimensi yang paling banyak memberikan keuntungan dan pendapatan

terbesar. Hal ini dapat dilihat dari gambar 4.14 bahwa keempat dimensi tersebut

hampir membentuk heksagon, hanya saja performa dari dimensi pemerintah dan

pariwisata tidak sebesar keempat dimensi lainnya. Hal ini dapat menunjukkan

bahwa di negara maju kegiatan investasi, masyarakat di luar negeri, b udaya, dan

kegiatan ekspor memang sangat diminati oleh masyarakat inernasional oleh

karenanya keempat dimensi ini mampu menyumbangkan pendapatan yang tinggi

pada negara tersebut.

84

4.3. Nation Branding

Nation branding negara-negara di dunia memiliki kondisi yang beragam.

Kondisi ini dapat dilihat dari nilai rating dan juga value yang diperoleh negara yang

pada hal ini direpresentasikan dalam bentuk US$. Nation brand rating

menunjukkan penerimaan persepsi brand suatu negara oleh masyarakat

internasional. Artinya sejauh mana brand negara dapat diterima oleh masyarakat

internasional, sedangkan nation brand value menunjukkan besarnya nilai brand

negara jika di konversikan dengan US$. Artinya seberapa berharganya brand

negara jika dinilai dihitung ke dalam US$.

Nation brand rating mengunakan indeks yang dikategorisasikan menjadi

sepuluh penilaian yaitu D hingga AAA+. Negara-negara yang memiliki indeks

semakin mendekati D, maka masyarakat internasional memiliki persepsi buruk

pada negara tersebut, dengan kata lain negara tersebut memiliki citra yang

cenderung negatif; sedangkan negara-negara yang memiliki indeks mendekati

AAA+ maka masyarakat internasional cenderung memiliki persepsi yang sangat

positif pada negara tersebut, dengan kata lain negara tersebut memiliki citra yang

yang dapat diterima oleh hampir seluruh masyarakat internasional.55 Negara-negara

yang memiliki kedua aspek tersebut merupakan negara-negara yang memiliki citra

positif dan brand negara yang bernilai, artinya negara tersebut tidak hanya pedui

dengan value, namun juga peduli dengan rating sehingga antara value dan rating

srimbang. Komparasi dan persebaran antara nation brand rating dan nation brand

value negara di dunia dapat dilihat pada gambar berikut:

55 Brand Finance. Nation Brands 2017. 2017. London: Nation Brands Press.

85

Gambar 4.15. Persebaran Nation Brand Rating vs Nation Brand Value56

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)

Data aktual di atas menunjukkan sebaran nation brand rating dan nation

brand value negara-negara di dunia memiliki kecenderungan yang berbeda. Negara

maju rata-rata banyak tersebar dan memiliki value yang tinggi. Hal ini dapat dilihat

sebanyak 70% negara maju memiliki indeks value di atas rata-rata nilai tengah

dunianya yaitu 5.0. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju cederung peduli

dengan besarnya brand value.

Kuadran I merupakan kelompok negara-negara yang memiliki brand rating

dan brand value yang tinggi. Jika dilihat dari gambar diatas sebanyak 35% negara

maju dan 26% negara berkembang berada pada kuadran ini. Hal ini menunjukkan

bahwa negara-negara yang memiliki brand value dan brand rating yang tinggi

bukan hanya kelompok negara maju saja melainkan juga negara berkembang.

56 Lihat Lampiran 1A dan 2A

Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran IV

86

Kuadran II merupakan negara-negara yang memiliki brand value yang

tinggi namun brand ratingnya rendah. Sebanyak 22% negara maju dan 11% negara

berkembang berada pada kondisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju

sekalipun memiliki rating yang rendah namun tetap mamiliki brand value tinggi.

Kuadran III merupakan negara-negara yang memiliki brand rating yang

tinggi namun brand valuenya rendah. Sebanyak 16% negara maju dan 15% negara

berkembang berada pada kondisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa baik negara

berkembang dan maju yang masuk pada kuadran ini cenderung lebih

memperdulikan bagaimana negaranya dipandang oleh masyarakat internasional

dibandingkan dengan seberapa bernilainya brand value negara tersebut.

Kuadran IV merupakan negara-negara yang memiliki brand rating dan

brand value yang rendah. Sebanayak 22% negara maju dan 31% negara

berkembang berada pada kondisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada negara

berkembang yang belum memiliki brand rating dan brand value yang kuat

sehingga nilai brand rating dan brand valuenya rendah. Sementara negara

berkembang banyak tersebar pada nilai yang rendah baik rating ataupun value.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa negara berkembang dan maju

memiliki nilai yang cukup ragam dan lebih tersebar. Hanya saja jika dilihat dari

presentasenya negara maju jauh lebih unggul dari negara berkembang. Namun ada

keunikan yang terlihat pada kedua kelompok negara ini. Negara maju cenderung

lebih banyak memperoleh brand value yang tinggi dan negara berkembang

cenderung banyak memiliki brand rating yang tinggi. Artinya bagi negara maju

besarnya nilai brand sangat penting dibandingkan dengan rating, sementara bagi

negara berkembang rating merupakan hal yang penting bagi negaranya.

87

4.4 Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang

Negara-negara di dunia memiliki kondisi perekonomian dan non-

perekonomian yang berbeda-beda. Ada negara yang masih bergantung dan

membutuhkan negara lain dalam memenuhi kepentingannya dan adapula negara

yang mampu memberikan bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi ini

menghadirkan adanya klasifikasi-klasifikasi pada negara-negara di dunia

berdasarkan indikator-indikator tertentu. UNDP merupakaan lembaga internasional

untuk pembangunan di bawah PBB yang mengelompokkan negara bukan hanya

berdasarkan faktor ekonomi seperti GNP perkapita saja, melainkan termasuk juga

faktor non ekonomi seperti Human Development Index.

UNDP memberikan label pada negara yang memiliki kondisi berbeda

sebagai negara maju dan negara berkembang. Negara maju umumnya merupakan

negara dengan performa perekonomian yang tinggi, pengekspor minyak dan

angggota OPEC serta OECD, tergolong sebagai high human development

countries, hingga memiliki GNP perkapita lebih dari US$ 9.386. Dalam hal ini ada

negara-negara yang biasanya disebut sebagai negara maju namun menjadi negara

berkembang karena masih memiliki struktur perekonomian yang sama dengan

negara berkembang dan juga merupakan emerging countries yaitu: Hongkong,

Kuwait, Israel, Singapura, Korea Selatan dan Uni Emirates Arab.

Negara berkembang merupakan negara tergolong sebagai medium dan low

human development countries. Selain itu negara-negara yang tergolong dalam

kasifikasi ini memiliki GNP perkapita di bawah US$ 9.386. Persebaran negara maju

dan negara berkembang ini tidak bertumpu pada satu benua ataupun satu kawasan

tertentu saja, melainkan tersebar di berbagai kawasan di dunia. Berikut merupakan

88

persebaran negara-negara maju dan negara berkembang pada benua dan kawasan

tertentu.

4.13. Tabel Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang

Kawasan Sub Kawasan Negara Jumlah Negara

DEVELOPED COUNTRIES

Amerika Amerika Utara Amerika Serikat, Kanada 2

Eropa

Eropa Utara Estonia, Islandia, Latvia, Lithuania, Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Irlandia, Finlandia 10

Eropa Barat Jerman, Perancis, Swiss, Belanda, Austria, Belgia, Luxemburg 7 Eropa Selatan Italia, Spanyol, Portugal, Yunani, Slovenia, Serbia, Kroasia 7 Eropa Timur Rusia, Polandia, Republik Ceko, Romania, Hungaria, Slovakia,

Ukraina, Bulgaria 8

Oceania Australia & New Zealand Australia, Selandia Baru 2

Asia Asia Timur Jepang 1 Total 37

DEVELOPING COUNTRIES

Amerika

Amerika Tengah Meksiko,Panama, Guatemala, Costa Rika 4

Amerika Selatan Brazil, Argentina, Chili, Kolombia, Peru, Uruguay, Ekuador, Bolivia, Paraguay 9

Karibia Republik Dominik, Trinida dan Tobago 2

Asia

Asia Tenggara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, Myanmar 7

Asia Selatan India, Iran, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Nepal 6

Asia Barat Uni Emirates ArabArab Saudi, Turki, Israel, Qatar, Kuwait, Irak, Oman, Azerbaijan, yemen, Bahrain, Jordan, Lebanon, Cyprus 14

Asia Timur Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, 3 Asia Tengah Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan 3

Afrika

Afrika Utara Mesir, Algeria, Sudan, Moroko, Tunisia, Libya 6 Afrika Timur Kenya, Ethiopia, Tanzania 3 Afrika Tengah Angola, Republik Demokratik Kongo 2 Afrika Selatan Afrika Selatan 1 Afrika Barat Nigeria, Ghana 2

Total 62 Sumber: The United Nations Statistics Division (2016)

89

Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa sebanyak 63% negara-negara pada

tabel di atas tergolong menjadi negara berkembang, sedangkan 47% lainnya

tergolong menjadi negara maju. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa negara maju

banyak berasal dari anggota OECD seperti Amerika Serikat, Canada, 18 negara

Eropa hingga Australia, dan Jepang. Negara-negara maju ini juga merupakan

negara-negara pemberi bantuan internasional yang diberikan guna meningkatkan

pembangunan negara berkembang.

Negara berkembang tersebar dan banyak terdapat di Benua Asia dan juga

Afrika. Selain kondisi perkonomian yang rendah, kondisi masyarakat (HDI) yang

rendah serta masih banyak terjadinya tindak ketidaksetaraan di dalam negara

tersebut menjadikan suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang. Asia

Barat dan Afrika Utara merupakan negara-negara yang memiliki tingkat

perekonomian yang cukup tinggi, namun level HDInya rendah dan adanya

ketidaksetaraan yang tinggi sehingga negara-negara tersebut diklasifikasikan

sebagai negara berkembang oleh UNDP.

129

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Nation branding dengan enam dimensi dan 14 faktor pembangunnya

memiliki pengaruh berbeda dalam menentukan negara jatuh pada kelompok negara

maju ataupun negara berkembang. Perbedaan ini terlihat dari hasil uji yang dan

besaran pengaruh faktor-faktor pembangun nation branding di antara kelompok

negara maju dan berkembang. Seluruh dimensi juga penting dan harus

dimaksimalisasikan secara bersama-sama dalam upaya membangun dan

meningkatkan citra suatu negara serta memaksimalissikan pendapatan negara.

- Penelitian ini membuktikan bahwa kelompok negara maju mengunggulkan

dan memaksimalisasikan dimensi dan faktor-faktor pembangunya seperti

ekspor (supply chain), pariwisata (visa requirement) tertutup, investasi

(overall infrastructure), pemerintah (government effectiveness) tinggi,

masyarakat (human resource quality), dan dimensi budaya (industry

creative innovation).

- Kelompok negara berkembang mengunggulkan dan memaksimalisasikan

dimensi dan faktor-faktor pembangunya seperti ekspor (production process

sophictication), pariwisata (visa requirement) terbuka, investasi (bussiness

impact on FDI) yang berubah-ubah, pemerintah (government effectiveness)

130

yang tidak efektif, masyarakat (human resource quality) yang sangat

rendah, serta dimensi budaya (industry creative innovation) dijadikan

dimensi keunggulan terakhir namun memiliki performa yang sebenarnya

tidak jauh dari kelompok negara maju.

- Nation branding mendorong negara harus memaksimalisasi dimensi dan

faktor pembangunnya secara keseluruhan. Namun ketika semua negara

memaksimalisai hal yang sama maka akan muncul persaingan pada dimensi

dan faktor yang sama pula. Persaingan ini akan menimbulkan system

internasional yang semakin kompetitif, karena tiap negara akan mensasar

market dan memproduksi komoditas hingga memiliki target wilayah tujuan

yang juga serupa.

- Nation branding akan menjadi positif bagi negara dan sistem internasional

ketika seluruh negara menemukan dan menciptakan nilai distictive dan

sadar bahwa tiap negara memiliki potensi sumber daya dan kemampuan

berbeda sehingga memerlukan adanya kerjasama dan membangun

interdependensi antar negara agar tendensi persaingan antar negara akan

saling menguntungkan dan kompetisi besar-besaran antar negara di dalam

sistem internasional dapat dimitigasi.

6.2. Saran

Penelitian ini merekomendasikan negara maju dan negara berkembang

untuk memaksimalisasi beberapa faktor yang penting bagi negaranya guna

mencapai performa nation branding dan mendapatkan pendapatan yang maksimal.

Pertama, bagi negara maju khususnya negara-negara yang masih memiliki

performa yang buruk pada indikator production process sophistication, value chain

131

breadth, quality of tourism infrastructure, quality of air transport infrastructure,

visa requirement index, dan juga government effectiveness; harus lebih

meningkatkan kualitas perfroma seluruh faktor agar dapat menghasilkan

pendapatan yang maksimal dan menjaga nilai kompetitifnya. Kedua, bagi negara

berkembang sebaiknya lebih memperhatikan indikator pembangun pada ekspor dan

investasi. Tidak hanya itu saja, negara berkembang mesti mulai

memaksimalisasikan seluruh lini dimensi terutama ekspor, pemerintah, budaya dan

masyarakat untuk mendapatkan pendapatan yang juga maksimal dan dapat

bersaing dengan negara maju.

Secara teoritis, penelitian ini semakin melengkapi teori nation branding

dari Anholt. Nation branding tidak bisa serta merta dapat dilakukan karena akan

menimbulkan adanya persaingan antar negara yang dapat menganggu sistem

internasional. Oleh karena itu dalam perwujudan dan implementasi nation

branding, negara butuh menemukan nilai distinctive advantagenya dan

membangun interdependensi antar negara agar persaingan yang terbentuk dapat

menguntungkan satu sama lain.

Penelitian ini juga memberikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya.

Pertama, karena keterbatasan akses terhadap data, maka penelitian ini hanya

mampu menggunakan 14 indikator, yang hanya mampu menjelaskan 71%

fenomena. Maka dibutuhkan 29% fenomena lainnya agar mampu menjelaskan teori

nation branding agar lebih mendekati kesempurnaan penelitian. Kedua, penelitian

ini hanya mengklasifikasikan negara-negara berdasarkan kelompoknya yaitu

negara maju dan negara berkembang sehingga hasil pembahasannya cenderung

berupa generalisasi dan tidak spesifik merujuk pada kondisi suatu negara tertentu.

132

Ketiga, penelitian ini memiliki kendala dalam konteks sumber data sehingga

peneliti merekomendasikan peneliti selanjutnya untuk mengkaji nation branding

bersama dengan pihak-pihak yang langsung berkenaan langsung dengan nation

branding agar dapat mendapatkan ukuran indikator dan data yang lebih tepat

sehingga hasil analisa yang dilakukan dapat lebih reliabel dan valid.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alvin S. Yo. 1990. Social Change nd Development: Modernzation, Dependency, and World-System Theories. London: Sage Publications, Inc.

Bryman, Alan dan Duncan Cramer. 2005. Quantitative Data Analysis with SPSS 12

and 13 : A Guide for Social Scientists. London dan New York : Rouletge. Bryman, Alan. 2012. Social Research Methods 4th edition. New York : Oxford

University Press. Damien Kingsbury, Joe Remenyi, John Mckay and Janet Hunt. 2004. Key Issues in

Development. Ney York: Palgrave Macmillan. Dunne, Tim, Milja Kurki, dam Steve Smith. 2013. International Relations

Theories: Discipline and Diversity, The 3rd Edition. Oxford: Oxford University Press.

Field, Andy. 2009. Discovering Statistic Using SPSS 3rd Editon. London : Sage

Publication. Keith Dinnie. 2007. “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”. Oxford:

Butterworth-Heinemann. Elsevier Ltd. Philip Kotler. 2000. A Framework for Marketing Management: Marketing

Management, Millenium Edition. New Jersey: Pearson Custom Publishing.

Simon Anholt. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for

Nations, Cities and Regions. New York: Palgrave Macmillan. W. Laurence Neuman. 2014. Social Research Methods: Qualitative and

Quantitative Approaches. Seven Edition. Edinburgh: Pearson.

Andreea Sepi. 2013. Nation Branding: The Case of Romania. E/IR&CD Branding And Begorrah: The Importance Of Ireland’s Nation Brand Image. Irish

Marketing Review. Dublin: Red Swan Ltd. Vol 21. Number 1 and 2. Fan, Ying. 2008. Soft Power: Power of Attraction of Confusion. Place Branding

and Public Diplomacy. Volume 4, Issue 2, pp 147-158. England. Palgrave Macmillan Ltd 2008. Halaman 15.

Fiona Gilmore. 2002. A country- can it be repositioned? Spain- the success story of

country branding. Brand Management. Vol 9, No 4-5, 281-293. London. Henry Stewart Publications.

Hlynur Gudjonsson. 2005. Nation Branding. The Journal of Place Branding. Vol.

1, 3, 283–298 London: Henry Stewart Publication. Qin Sun, B.A., M.B.A. 2009. An Analytical Model of the Determinants and

Outcomes of Nation Branding. Texas: University of North Texas. Qin Sun. 2012. Country Branding Through Olympic Games. Journal of Brand

Management. 1350-23IX. Vol 19, 8, 641-654. California: Macmillan Publishers Ltd.

Simon Anholt. 2013. Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in

International Relations. The Journal of Public Diplomacy. Vol 2. Iss. 1, Art. 1 London: Surface Publishing.

Ying Fan. 2006. Branding the nation: What is being branded. Journal of Vacation

Marketing. Volume: 12 issue: 1, page(s): 5-14 London: SAGE Publication.

JURNAL 134

Alex Haigh, Bryn Anderson, Amneet Bains. Brand Finance. 2017. Nation Brands 2017. London: Brand Finance Press.

Cultural Times: The First Global Map of Cultural and Creative Industries. 2015.

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Global Peace Index Report. 2017. AMFA for the Australian Minister for Foreign

Affairs and NZMFA for the Minister for Foreign Affairs of New Zealand. J.C.M. Buschman. 2005. Globalisation - Flower - Flower Bulbs - Bulb Flowers.

Holland. International Flower Bulb Center.

Klaus Schwab. 2017. Factor for Enabling the Creative Economy. Geneva: World Economic Forum.

Klaus Schwab. 2017. The Global Competitiveness Report 2017-2018. Geneva: The

World Economic Forum. Klaus Schwab. 2017. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2017.

Geneva: World Economic Forum. Lynge Nielsen. 2011. IMF Working Paper: Classification of Countries Based on

Their Level of Development: How it is Done and How it Could be Done. Washington: International Monetary Fund.

Marc Lhermitte, Bruno Perrin, Solenne Blanc. 2017. Cultural Times: The First

Global Map of Cultural and Creative Industries. London: EYDM Ltd. Richard Florida, Charlota Mellander, Karen King. 2017. The Global Creativity

Index 2017. Toronto: Martin Prosperity Institutute. Soumitra Dutta, Bruno Lanvin, Sacha Wunsch-Vincent. 2017. The Global

Innovation Index 2017. Geneva: The World Intellectual Property Organization.

World Investment Report of the United Nations Conference on Trade and

Development (UNCTAD). 2017.

REPORT DAN WORKING PAPER 135