DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGHAFAL AL …
Transcript of DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGHAFAL AL …
STRATEGI GURU TAHFIDZ
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA
MENGHAFAL AL-QUR’AN JUZ 30 KELAS VI
DI MI PUI PASAR SALASA CIAMPEA BOGOR
Skripsi ini Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Lia Minhatul Fauziah
NIM. 13311285
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
MOTTO
Barang Siapa Bersungguh-sungguh Pasti
Mendapat
v
حيم حمن الر الر بسم الله
KATA PENGANTAR
Segala puja serta puji hanya milik Allah SWT yang
telah menganugerahkan karunia yang begitu besar kepada
manusia, berupa iman, kesehatan, dan ilmu. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada pimpinan para rasul dan
umatnya yang setia melaksanakan perintah serta sunnahnya.
Diantara syarat gelar sarjana strata satu (S1) Program
Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta adalah membuat karya
tulis dalam bentuk skripsi. Berkat anugrah dan kasih sayang-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Strategi Guru Tahfidz dalam Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al-Qur’an Juz 30 Kelas VI di MI PUI Pasar
Salasa Ciampea Bogor”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna
karena terbatasnya ilmu yang penulis miliki.Akan tetapi berkat
pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini
dapat juga penulis selesaikan. Pada kesempatan ini penulis
persembahkan bingkaian rasa terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada: :
vi
1. Rektor Institut Ilmu Al-Quran Jakarta, Prof. Dr. Hj.
Huzaimah T. Yanggo, MA yang telah memimpin
Institut ini dengan baik serta memberikan banyak
kemajuan.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah IIQJakarta Dr. Hj. Umi
Khusnul Khotimah, M. Ag. sekaligus Dosen
Pembimbing dan Instruktur Tahfidz yang banyak
membantu, membimbing dalam memberikan motivasi
dan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi dan tahfidz .
3. Kepada Bapak dan Mama, Bapak H. Oji Madroji dan
Ibu Hj. Siti Khodijah yang selalu mencurahkan
perhatian, kasih sayang dan motivasi serta doa yang tak
pernah putus untuk penulis. Sudah sepantasnya penulis
persembahkan skripsi ini hanya untuk kalian.
4. Untuk adik penulis tercinta Mutiara Aulia terimakasih
atas doa, kasih sayangnya dan dukungannya untuk
kakak.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah yang sangat
berjasa memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan
semoga Allah membalas jasa-jasanya. Tidak lupa juga
kepada seluruh staf Fakultas Tarbiyah (Bu Wasmini
dan Bu Yuyun) dan seluruh staff Institut Ilmu Al-Quran
vii
atas pelayanan dan dukungannya. sertaseluruh
Instruktur Tahfidz IIQ Jakarta.
6. Pemimpin dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-
Quran (IIQ) Jakarta yang telah melayani penulis dengan
baik.
7. Kepala Sekolah MI PUI Pasar Salasa Ibu Hj. Komariah,
A. MA dan seluruh guru-guru MI PUI Pasar Salasa
Ciampea Bogor.
8. Sahabat-sahabatku Siti Sarah, Nur Azizah Fatiati, kak
Fatmawati, Kak Nur Azizah, kak Miskah, Nur Hanifah,
Abiila Zayyinatul Millah yang telah memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Teman-teman Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syariah, dan
Fakultas Ushuluddin angkatan tahun 2013 semoga
Allah SWT. selalu memberikan kemudahan dalam
setiap langkah menuju masa depan yang lebih baik.
10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terimakasih atas do’a, motivasi, bantuan dan
perhatiannya yang tulus dan ikhlas.
Hanya ucapan terima kasih yang mampu penulis
sampaikan dan seraya berdo’a mudah-mudahan segala
viii
kebaikan yang diberikan memperoleh ganjaran amal kebajikan
yang berlipat ganda dari Allah SWT. mudah-mudahan skripsi
ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Jakarta,22 Agustus 2017
Penulis
Lia Minhatul Fauziah
NIM. 13311285
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................. ii
PERNYATAAN PENULIS .............................................. iii
MOTTO ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................... xii
ABSTRAKSI ..................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................... 9
D. Rumusan Masalah ....................................... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................. 9
F. Tinjauan Pustaka ......................................... 10
G. Sistematika Penulisan .................................. 15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Umum Strategi Pembelajaran .......... 17
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ........... 17
x
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran ........... 19
B. Guru Tahfidz ............................................... 20
1. Pengertian Guru Tahfidz ......................... 20
2. Karakteristik Guru Tahfidz ..................... 23
C. Motivasi ....................................................... 24
1. Pengertian Motivasi ................................ 24
2. Jenis-jenis Motivasi ................................ 25
3. Fungsi Motivasi ...................................... 27
4. Tujuan Motivasi ...................................... 28
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Motivasi .................................................. 29
6. Motivasi dalam Perspektif Islam ............ 31
7. Urgensi Motivasi dalam Pembelajaran ... 35
D. Menghafal Al-Qur‟an Juz 30 ....................... 36
1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an Juz 30 36
2. Keutamaan Mengahafal Al-Qur‟an
Juz 30 ...................................................... 41
3. Metode Mengahafal Al-Qur‟an .............. 45
a. Pengertian Metode ............................. 45
b. Macam-macam Metode dalam
Menghafal Al-Qur‟an ......................... 46
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................... 53
B. Metode Penelitian ........................................ 53
C. Sumber Data ................................................ 54
D. Metode Pengumpulan Data ......................... 54
1. Hasil Observasi ....................................... 54
2. Hasil Wawancara .................................... 55
3. Dokumentasi ........................................... 56
4. Analisis Data ........................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah
Persatuan Umat Islam Pasar Salasa Ciampea
Bogor ........................................................... 59
B. Paparan Data dan Analisa Data ................... 66
C. Temuan Penelitian ....................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................. 85
B. Saran ............................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 87
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan
skripsi, tesis dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
tahun 2011.
A. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
Th ط .A 16 أ .1
Zh ظ .B 17 ب .2
„ ع .T 18 ت .3
Gh غ .Ts 19 ث .4
F ف .J 20 ج .5
Q ق .H 21 ح .6
K ك .Kh 22 خ .7
L ل .D 23 د .8
M م .Dz 24 ذ .9
N ن .R 25 ر .10
W و .Z 26 ز .11
H ه .S 27 س .12
„ ء .Sy 28 ش .13
Y ي .Sh 29 ص .14
Dh ض .15
xiii
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a أ : a ي…: ai
Kasrah : I ي: I و...: au
Dhammah: u و: u
C. Kata Sandang
Kata sandang Qamariyyah ditransliterasikan sesuai ال
deengan bunyinya menjadi (al) sedangkan ال syamsiah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan, tasydid
dalam aksara arab digunakan lambang dengan cara dialihkan
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid baik
di tengah kata, di kahir kata ataupun yang terletak setelah akat
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
: Âmannâ billâhi
: wa ar-rukka’i
Penulisan ta marbutah (ة) apabila berdiri sendiri waqaf
dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh: : al-Af’idah
sedangkan ta marbutah yang di washal dengan kata benda
xiv
dialihaksarakan menjadi huruf “t”. Contoh: :
‘Âmilatun Nâshibah. Dan penulisan huruf awal kalimat, huruf
awal nama tempat , nama bulan, nama diri dll, dialihaksarakan
seperti ketentuan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) bahasa
Indonesia seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)
dan ketentuan lainya serta untuk penulisan huruf kapital, untuk
nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang
ditulis kapital adalah awal nama diri bukan kata sandangnya.
Contoh: Ali Hasan al-„Aridh. Khusus untuk penulisan kata
Alqur‟an menggunakan huruf kapital contoh: Al-Qur‟an.
xv
ABSTRAKSI
Lia Minhatul Fauziah (13311285) Prodi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta Skripsi dengan judul “ Strategi Guru Tahfidz Dalam
Meningkatkan Motivasi Menghafal Siswa Kelas VI Di MI
PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor ”, diajukan sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
Masa anak-anak adalah usia yang paling efektif untuk
menghafal Al-Qur‟an, karena pada masak anak-anak
ingatannya masih kuat, sehingga mudah untuk menghafal Al-
Qur‟an. Namun di zaman sekarang ini, anak-anak sudah
terpengaruh oleh gadget sehingga sulit mengarahkan anak
untuk menghafal Al-Qur‟an. Oleh karena itu, seorang guru
harus memiliki strategi yang cocok untuk anak-anak agar
tertarik untuk menghafal Al-Qur‟an.
Penelitian ini merupakan penelitin kualitatif,
pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan
dengan menelaah data, mereduksi, menyusun dan
mengategorisasi kemudian menguji keabsahan data serta
menarik kesimpulan.
Hasil penelitian: (1) Deskripsi pembelajaran tahfidz Al-
Qur‟an dimulai dari kelas IV sampai kelas VI. Setiap kelas
mendapatkan jadwal 2 hari dalam satu minggu. Untuk kelas VI
mendapatkan jadwal hari Senin dan Kamis. Setiap tatap muka
siswa harus menghafal minimal 5 ayat atau 2 ayat untuk ayat
yang panjang (2) Strategi yang dilakukan oleh guru tahfidz
untuk meningkatkan motivasi siswa menghafal Al-Qur‟an Juz
30 kelas VI di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor, antara lain
metode yang digunakan oleh guru tahfidz dalam pembelajaran
tahfidz yaitu memberikan hadiah bagi siswa yang sudah hafal
Juz 30 dan memberikan hukuman kepada siswa yang tidak
xvi
mengikuti kegiatan tahfidz di kelas. (3) Respon siswa terhadap
keberadaan kegiatan tahfidz yaitu bahwa sebagian besar siswa
termotivasi untuk menghafal Al-Qur‟an karena ingin
mendapatkan penghargaan berupa piagam dan hadiah ketika
sudah hafal juz 30 (Juz „Amma).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Allah SWT. telah menurunkan wahyu kepada Nabi
Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril berupa Al-
Qur’an, yaitu firman Allah SWT. bagi siapa saja yang
membacanya merupakan suatu ibadah. Al-Qur’an
merupakan risalah Allah SWT. sebagai pedoman hidup
untuk seluruh umat manusia.
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam
dan sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an
bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya (Hablun min Allah wa hablun min an-
nas) bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.1
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah di tengah-tengah
bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan masih buta
huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu
keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat
kenyataan seperti itu, maka disarankan cara yang selaras
1Choirudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet. 1, h. 25
2
dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-
Qur’an. Nabi Muhammad SAW. menganjurkan dan
memerintahkan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an setiap
kali diturunkan serta memerintahkan para ahli untuk
menulisnya. Dengan cara hafalan dan tulisan para ahli itulah
Al-Qur’an dapat senantiasa terpelihara pada masa Nabi
Muhammad SAW.
Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih asli dan
murni sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. kepada para sahabatnya, hal itu karena
Allah-lah yang menjaga. Penjagaan Allah kepada Al-Qur’an
bukan berarti Allah SWT. menjaga secara langsung fase-
fase penulisan Al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para
hambanya untuk ikut menjaga Al-Qur’an.2Firman Allah
SWT. Q.S Al-Hijr: 9
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9).
Rasulullah SAW. menerima Al-Qur’an melalui
pengajaran malaikat Jibril as. Lafadz-lafadz Al-Qur’an 2 Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat: Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA,) t.th, hlm, 3.
3
didiktekan satu persatu agar bisa ditirukan dan dihafal.
Beliau mengajarkan ayat-ayat itu kepada para sahabat
dengan metode yang sama. Kemudian Beliau
memerintahkan untuk menuliskan ayat-ayat itu dihadapan
Beliau dengan menunjuk beberapa sahabat yang bisa
menulis bersama saksi-saksi. Metode pengajaran seperti itu
disebut talaqqi, yaitu guru membacakan, sementara murid
mendengarkan, lalu menirukan sampai hafal.3
Keberadaan guru (pengajar) sangat penting dalam
penerapan metode belajar Al-Qur’an secara talaqqi. Dengan
metode talaqqi, Al-Qur’an bukan sekedar terjaga huruf-
hurufnya secara lisan dan tulisan, tetapi juga cara
membacanya. Para sahabat, bahkan tabi’in mengajarkan Al-
Qur’an kepada murid-murid mereka dengan talaqqi. Mereka
menghafal Al-Qur’an dengan memahami dan
mengamalkannya. Bahkan, pada periode Madinah,
pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an lebih didahulukan
daripada hafalan.
Sejak kelahirannya manusia telah Allah bekali
dengan potensi-potensi yang tidak dimiliki oleh mahluk
lainnya, demi berkembangnya potensi yang dimiliki
3Deden Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2013) Cet. 1 h. 79-80
4
manusia, Allah SWT. memerintahkan kepada manusia untuk
menggali informasi dan pengetahuan yang berhubungan
dengan hidupnya agar dia dapat berkembang seoptimal
mungkin. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah
akal untuk belajar dan memahami sesuatu oleh karenanya
manusia dapat memanfaatkan hal tersebut dengan
menghafal dan mempelajari Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an boleh dikatakan sebagai
langkah awal dalam suatu proses penelitian besar yang
dilakukan oleh para penghafal Al-Qur’an, mempelajari dan
memahami kandungan ilmu-ilmu Al-Qur’an, tentunya
setelah proses dasar membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar, akan tetapi ada juga yang sebaliknya, yaitu belajar isi
kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu kemudian
menghafalnya.4 Firman Allah SWT:
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar [54]: 17)
4Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 19
5
Menghafal Al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat
mulia, orang yang menghafal Al-Qur’an telah dijanjikan
oleh Allah SWT. akan mendapatkan kemuliaan dan
kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Menghafal Al-Qur’an berbeda dengan menghafal
buku atau kamus. Al-Qur’an adalah kalamullah, yang akan
mengangkat derajat mereka yang menghafalnya.5 Oleh
karena itu, para penghafal Al-Qur’an perlu menegetahui hal-
hal atau upaya agar mutu hafalannya tetap terjaga dengan
baik.
Mengajarkan Al-Qur’an hendaklah dimulai sejak
dini, sebab masa kanak-kanak adalah masa awal
perkembangan manusia sehingga nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-Qur’an akan tertanam kuat dalam
dirinya akan menjadi tuntunan dan pedoman hidupnya di
dunia ini. Selain itu, pembelajaran Al-Qur’an yang dimulai
sejak dini akan lebih mudah karena pikiran anak masih
bersih dan ingatan anak yang masih kuat.
Dalam pandangan Islam, fitrah adalah potensi yang
dapat dikembangkan melalui peranan lingkungan, entah
5Abdul Aziz dan Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4, h. 55
6
lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Oleh karena
itu, peranan pendidikan sangat signifikan dalam ikut
menumbuhkembangkan fitrah yang dibawa sejak anak
dilahirkan.6 Hal ini jelas menekankan bahwa lingkungan
dan pendidikan sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter anak, akan menjadi seperti apa.
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan
oleh pendidikan dan pengalaman yang telah atau sedang
dilaluinya., terutama pada masa-masa pertumbuhan yang
pertama yaitu masa anak-anak yang dimulai dari umur 0-12
tahun.7 Di usia inilah anak masih semangat mencari
pengetahuan baru dan selalu memiliki rasa ingin tahu.
Menghafal Al-Qur’an bukanlah perkara yang mudah,
banyak sekali godaan-godaan yang datang saat kita hendak
menghafal Al-Qur’an, seperti malas, tidak bisa mengatur
waktu untuk mengulang hafalan Al-Qur’an sehingga hafalan
Al-Qur’an yang sudah kita hafal menjadi lupa. Oleh karena
itu, dibutuhkan motivasi dari diri kita sendiri maupun dari
luar agar menghafal Al-Qur’an tidak menjadi beban yang
berat dan aktifitas yang membosankan.
6Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), h. 172 7Nafia Wafiqni dan Asep Ediana, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 242
7
Motivasi untuk menghafal Al-Qur’an inilah yang
menjadi perhatian khusus karena hal tersebut bisa
mendorong proses dan kemajuan hafalan Al-Qur’an. Hasil
dari menghafal Al-Qur’an tidak akan maksimal jika tidak
ada strategi untuk meningkatkan motivasi menghafal Al-
Qur’an. Untuk merealisasikan hal tersebut perlu adanya
tempat dan sistem pembelajaran yang mudah dan
mendukung demi tercapainya hasil yang maksimal.
Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (PUI)
merupakan salah satu sekolah yang mampu merealisasikan
hal tersebut. Sekolah ini memiliki program tahfidz juz 30.
Siswa dan siswi kelas IV sampai kelas VI MI PUI
diwajibkan menghafal juz 30. Jika sudah selesai menghafal
juz 30 dilanjutkan hafalannya ke juz 29 atau Surat-Surat
Pilihan. Tujuannya agar ketika peserta didik melanjutkan ke
jenjang sekolah yang lebih tinggi diharapkan sudah
memiliki hafalan Al-Qur’an Juz 30.
Dalam proses menghafal Al-Qur’an pasti ada
beberapa kendala atau problem yang dihadapi peserta didik.
Apalagi di zaman sekarang ini peserta didik sudah
terpengaruh oleh gedget sehingga peserta didik lebih senang
bermain gedget dibanding menghafal Al-Qur’an, di samping
itu kurangnya motivasi dari orang tua untuk memberikan
8
dorongan kepada peserta didik dalam menghafal Al-Qur’an.
Oleh karena itu, kuat lemahnya semangat peserta didik
tergantung pada strategi yang dilakukan oleh guru tahfidz
dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi kepada
peserta didik untuk menghafal Al-Qur’an agar para peserta
didik tidak putus asa dalam menghafal Al-Qur’an.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Strategi
Guru Tahfidz dalam Meningkatkan Motivasi Siswa
Menghafal Al-Qur’an Juz 30 di MI PUI Pasar Salasa
Ciampea Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Strategi yang dilakukan guru tahfidz dalam
meningkatkan motivasi siswa hafal Al-Qur’an Juz 30
2. Sejauh mana peran guru tahfidz dalam meningkatkan
motivasi siswa menghafal Al-Qur’an Juz 30
3. Faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru
tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa hafal Al-
Qur’an Juz 30
9
4. Hasil dari startegi guru tahfidz dalam meningkatkan
motivasi siswa menghafal Al-Qur’an Juz 30
5. Efektifitas metode yang digunakan oleh guru tahfidz
dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an siswa
6. Hubungan dari motivasi yang diberikan guru tahfidz
terhadap hasil prestasi tahfidz siswa
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi penelitian pada “Strategi yang dilakukan guru
tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa hafal Al-
Qur’an Juz 30”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan menjadi: Bagaimana strategi guru tahfidz dalam
meningkatkan motivasi siswa menghafal Al-Qur’an Juz 30
di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor?
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari beberapa masalah yang penulis rumuskan ,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
10
yang dilakukan guru tahfidz dalam meningkatkan
motivasi siswa hafal Al-Qur’an Juz 30.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah
wawasan keilmuan terutama dalam hal upaya
meningkatkan motivasi menghafal siswa
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sehingga menjadi pertimbangan
semua pihak sekolah sebagai acuan dalam upaya
meningkatkan motivasi siswa menghafal Al-Qur’an
c. Bagi peneliti dan calon-calon pendidik mendapat
pengetahuan tentang upaya dalam meningkatkan
motivasi menghafal Al-Qur’an.
F. Tinjauan Pustaka
1. Ika Nikmah, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta pada Tahun 2007, dalam skripsinya
yang berjudul “Perkembangan Aspek Afektif Anak
dalam Pembelajaran Tahfidzul Qur’an (Studi Kasus di
SD Islamic Center Bin Baz Situmulyo Piyungan Bantul
Yogyakarta)” yang menyimpulkan bahwa perubahan
11
yang terjadi pada sikap siswa dengan pengembangan
aspek afektif setelah pembelajaran Tahfidzul Qur’an.
Hasilnya adalah bahwa kemauan anak untuk menerima
materi hafalan semakin meningkat dan perasaan anak
senang ketika melaksanakan pembelajaran tahfidz, anak-
anak juga semakin termotivasi untuk meningkatkan dan
mempertahankan prestasi hafalan Al-Qur’an. Skripsi
yang akan sama-sama membahas tentang hafalan Al-
Qur’an. Bedanya skripsi ini penulis lebih membahas
tentang strategi guru tahfidz dalam meningkat motivasi
siswa menghafal Al-Qur’an sedangkan skripsi Ika
Nikmah lebih fokus pada perkembangan aspek afektif
siswa pada pembelajaran tahfidzul Qur’an.
2. Fifi Luthfiah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Syarif Hidayatllah Jakarta pada Tahun 2011,
dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Antara
Hafalan Al-Qur’an Dengan Prestasi Belajar Al-Qur’an
hadits Siswa MTs Asy-Syukriyah Cipondoh Tangerang”
yang menyimpulkan bahwa terdapat yang signifikan
antara hafalan Al-Qur’an dengan prestasi belajar Al-
Quran Hadits pada siswa MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh
Tangerang, dengan hubungan yang bersifat kuat atau
tinggi. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil formulasi
12
statistic product moment dengan hasil 0,85 yang terletak
antara 0,70-0,90 pada table angka korelasi “r”. skripsi
yang akan penulis sama-sama membahas tentang hafalan
Al-Qur’an. Bedanya skripsi ini penulis lebih fokus
kepada strategi guru dalam meningkatkan hafalan Al-
Qur’an siswa dan menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan skripsi Fifi Luthfiyah lebih fokus pada
hubungan antara hafalan Al-Qur’an dengan prestasi
belajar Al-Qur’an Hadits dan menggunakan metode
kuantitatif.
3. Mokhamad Zamroni, Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo pada Tahun 2011, dalam
skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode Wahdah
Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok
Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan
Klambu Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2010/2011”
yang menyimpulkan bahwa Metode Wahdah sangat baik
jika diterapkan dalam mengahafal Al-Qur’an.
Metodologi dalam penulisan ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif, dengan tahapan pengumpulan data,
reduksi data, display data dan kesimpulan. Skripsi yang
akan penulis susun sama-sama membahas tentang
hafalan Al-Qur’an. Bedanya dengan skripsi ini penulis
13
menganalisis tentang strategi guru tahfidz dalam
meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an, sedangkan
pada skripsi Mokhmad Zamroni membahas tentang
metode yang diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an.
4. Muh. Zainul Arifin, Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Tahun 2012,
dalam skripsinya yang berjudul “ Metode Menghafal Al-
Qur’an Bagi Anak-anak di Pondok Pesantren Ash-
Sholihah Jonggrangan, Sumberdadi, Mlati, Sleman
Yogyakarta” yang menyimpulkan bahwa metode jama,
metode setor, metode takrir, metode tartil dan metode
Madrosah yang diterapkan di pondok Pesantern dapat
memudahkan santri dalam menghafal Al-Qur’an dengan
baik dan benar sesuai kaidah tajwid, sehingga metode
yang digunakan cukup efektif bagi santri tingkat
SLTP/MTs. Skripsi yang akan penulis susun sama-sama
membahas tentang hafalan Al-Qur’an. Bedanya dengan
skripsi ini penulis lebih fokus terhadap strategi guru
tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa sedangkan
pada skripsi Muh. Zainul Arifin lebih fokus pada metode-
metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an bagi
14
anak-anak di Pondok Pesantren Ash-Sholihah
Jonggrangan, Sumberdadi, mlati, Sleman, Yogyakarta.
5. Mukhamad Iskandar, Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada Tahun 2013, dalam
skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode Al-Qasimi
dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Baitul
Qur’an Garut, Dawung, Sambirejo, Sragen. Tahun 2012-
2013” yang menyimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Al-Qasimi di Pondok
Pesantren Baitul Qur’an Sambirejo Sragen telah sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pesantren, selain
itu pengguanaan metode Al-Qasimi juga berjalan cukup
baik dan efektif. Metodologi penelitian dalam penulisan
ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan
tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan
kesimpulan. Skripsi yang akan penulis susun sama-sama
membahas tentang hafalan Al-Qur’an dan menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Bedanya dengan skripsi
ini penulis lebih fokus pada strategi guru tahfidz dalam
meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an, sedangkan
pada skripsi Mukhamad Iskandar membahas tentang
metode yang diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an.
15 G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut
Ilmu Al-Qur’an Jakarta” terbitan tahun 2011.
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Kerangka teori yang didalamnya berisi tentang
pembahasan yang meliputi upaya guru tahfidz
dalam meningkatkan motivasi siswa hafal Al-
Qur’an Juz 30
BAB III Metodologi penelitian yang berisikan tempat
dan waktu penelitian, jenis dan pendekatan
penelitian, metode pengumpulan data.
BAB IV Hasil penelitian, yang akan dijelaskan di
dalamnya meliputi gambaran umum MI PUI
Pasar Salasa Ciampea Bogor, diantaranya letak
dan keadaan geografisnya, sejarah berdirinya,
keadaan guru dan karyawannya, keadaan
peserta didik serta sarana dan prasarana.
16
BAB V Penutup, yaitu penutup dari pembahasan
penelitian yang berisi kesimpulan dan saran
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Umum Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran terdiri atas dua kata yaitu
Strategi dan Pembelajaran.
Strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan
“kata kerja” dalam bahasa Yunani.Sebagai kata benda,
strategos merupakan gabungan kata stratos (militer)
dengan “ago” (memimpin).Sebagai kata kerja, stratego
berarti merencanakan (to plan).1
Secara umum strategi mempunyai pengertian
suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.2
Menurut Abdul Majid, Strategi adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.3Sedangkan menurut Muhibbin
1Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet 4, h. 3 2Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet.6, h. 126 3Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Agama Islam (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 1, h. 29
18
Syah, Strategi adalah sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan mengajar
tertentu.4
Adapun istilah pembelajaran menurut Abdul
Majid adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan
berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan.5 Sedangkan
menurut Eveline Siregar danHartini Nara makna
pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan
secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta
pelaksanaannya terkendali.6
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
4Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 211 5Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h. 4 6Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), Cet. 4, h. 12
19
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada empat jenis strategi pembelajaran dalam
proses belajar mengajar. Berikut keempat jenis strategi
tersebut:
a. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction), yakni strategi yang berpusat pada guru. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah , pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.
b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction), yakni strategi yang berpusat pada siswa, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal (resource person)
c. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive instruction), yakni strategi yang merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Strategi pembelajaran interktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-metode interaktif. Di dalamya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok dan kerja sama siswa secara berpasangan.
d. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (experiental learning), yakni strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, bukan pada hasil belajar. Guru
20
dapat menggunakan strategi ini di dalam kelas maupun di luar kelas.
e. Strategi Pembelajaran Mandiri, yakni strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.7
Dari empat jenis Strategi Pembelajaran di atas,
pembelajaran tergantung pada kebutuhan di
lapangan.Bisa hanya menggunakan satu jenis saja atau
melakukan kombinasi.
B. Guru tahfidz
1. Pengertian Guru Tahfidz
Dalam paradigma jawa, guru berasal dari kata
“gu” dan “ru” yang berarti “digugu” (dipercaya) dan
“ditiru” (dicontoh). Dikatakan digugu (dipercaya) karena
guru memilikiseperangkat ilmu yang memadai, yang
karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang
luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru
(dicontoh) karena guru memiliki kepribadian yang utuh,
7Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,h. 11-12
21
yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan
panutan dan suri teladan oleh peserta didiknya.8
Guru atau pendidik secara etimologi merupakan
orang yang melakukan bimbingan, pengertian ini
memberikan kesan bahwa pendidik atau guru adalah
orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.9
Sedangkan secara terminologi, arti guru menurut
Syaiful Bahri Djamarah, Guru adalah figure seorang
pemimpin atau sosok artitektur yang dapat membentuk
jiwa dan watak anak didik yang bertujuan untuk
membangun kepribadian anak didik menjadi orang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.10Sedangkan
menurut Muhammad Nurdin, Guru dalam Islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya,
baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi
psikomotorik.11
8Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 90 9Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam
Mulia, 2005), h. 49 10Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 36 11Muhammad Nurdin, Kiat menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010), h. 128
22
Dari pengertian guru di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa guru adalah orang yang bertanggung
jawab untuk mendidik dan membimbing peserta didik
terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan seluruh potensinya melalui proses belajar
mengajar.
Adapun definisi tahfidz, berasal dari Bahasa Arab
yang artinya memelihara, menjaga dan ,”حفظ“
menghafal.P11F
12PTahfidz secara etimologi adalah lawan kata
dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.
Tahfidz adalah bentuk masdar dari Haffadza yang
memiliki arti penghafalan dan bermakna proses
menghafal. Sebagaimana lazimnya suatu proses menulis
suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz
adalah proses menghafal sesuatu ke dalam ingatan
sehingga dapat diucapkan dengan metode tertentu.
Sedangkan orang yang menghafal Al-Qur’an disebut
Hafidz/Huffadz atau Hamil/Hamalah Al-Qur’an.13
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
guru tahfidz adalah orang yang bertanggung jawab dalam
12Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya
Agung, 1989), h. 142 13Deden Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur’an,
h. 37
23
membimbing peserta didik dalam menghafal Al-Qur’an,
sehingga peserta didik mampu mengahafal Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
2. Karakteristik Guru Tahfidz
Menurut Sayyid Mukhtar dalam bukunya Adab-
Adab Halaqah Al-Qur’an, ada beberapa karakteristik
guru tahfidz, diantaranya sebagai berikut:
a. Menyucikan hati dan membersihkannya dari akhlak tercela.Seorang penghafal Al-Qur’an dan guru yang mengajarnya harus memiliki akhlak terpuji yang bisa memperindah dan menjadikan martabatnya mulia. Hal itu tidak mungkin diraih kecuali dengan berakhlak mulia.
b. Ikhlas, yaitu selalu memperbagus niatnya dan memfokuskannya hanya demi meraih ridha Allah SWT dan mengamalkan Al-Qur’an.
c. Mengingat ilmu dan menjaga Al-Qur’an, karakter ini merupakan karakter utama yang harus dibiasakan oleh pengemban Al-Qur’an, yakni senantiasa mengingat ilmu dan menjaga Al-Qur’an dengan murajaah yang berkesinambungan, serta semakin meningkatkan hafalannya. Sebab, melupakan terhadap Al-Qur’an merupakan perkara besar. Sebagian ulama salaf dahulu menganggap hal tersebut termasuk dari dosa besar.14
14Sayyid Mukhtar bin Abu Syadi, Adab-adab Halaqah Al-Qur’an,
(Solo: Aqwa, 2016), h. 66
24 C. Motivasi
1. Pengertian motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin “movere”,
yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini,
maka motivasi menjadi berkembang.15
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi
diartikan sebagai usaha-usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak untuk
melakukan sesuatu, karena ingin mencapai tujuan yang
ingin dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.16
Menurut Makmun Khairani, motivasi adalah
energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu
perubahan pada diri seseorang yang nampak pada gejala
kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong
individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu
dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan
yang harus terpuaskan.17Sedangkan Sardiman
berpendapat bahwa motivasi dapat juga dikatakan
15Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,
h. 49 16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. 3, h. 756 17Makmun Khairani, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2013), h. 131
25
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.18
Menurut Hamzah B.Uno, motivasi adalah
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih
baik dalam memenuhi kebutuhannya.19Sedangkan
menurut Abdul Majid, motivasi merupakan kekuatan
yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk
melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.20
Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu perubahan
yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan
sesuatu guna mencapai tujuan.
2. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi merupakan sebuah dorongan yang
timbul dari dalam dan luar diri seseorang yang
18Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014), Cet. 22, h. 75 19Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan pengukurannya, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), h. 3 20Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h. 308
26
mengakibatkan respon untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam hal ini para ilmuan psikologi mengklasifikasikan
jenis-jenis motivasi belajar, diantaranya yaitu:
Menurut Sardiman AM, motivasi dibagi menjadi
dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:
a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik atau agar mendapat hadiah.21
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, jenis-
jenis motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu “pertama,
motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari
dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar,
sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
21Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89-90
27
berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian
nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor
eksternl lainnya yang memiliki daya dorong
motivasional.”22
3. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam proses belajar siswa, karena motivasi akan
menentukan intensitas usaha belajar yang akan dilakukan
oleh siswa.
Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.23
Menurut Sardiman AM, fungsi motivasi adalah
sebagai berikut:
22Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,
h. 50 23Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet.
3, h. 83
28
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.24
4. Tujuan Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto, “tujuan motivasi
secara umum adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau pencapaian tujuan tertentu.”25
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika
tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta
sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh
24Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 85 25Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 73
29
karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi
harus mengenal dan memahami benar-benar latar
belakang kehidupan, dan kepribadian orang yang akan
dimotivasi.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi belajar tidak mungkin tumbuh dengan
sendirinya.Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya motivasi belajar. Menurut Eveline Siregar
dan Hartini Nata, ada enam faktor yang mempengaruhi
terbentuknya motivasi belajar, yaitu:
a. Cita-cita, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
b. Kemampuan pembelajar/siswa, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Seperti dapat dipahami, bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan di bidang tertentu, belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.
c. Kondisi pembelajar/siswa, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik mau kondisi psikis. Jika kondisi fisik sedang kelelahan,
30
maka akan cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar. Sementara, jika kondisi fisik sehat, maka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Selain konidisi fisik, dapat juga diamati dari kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat jika seseorang kondisi psikisnya sedang tidak bagus misalnya stress maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikologis seseorang dalam keadaan bagus maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.
d. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi, dapat diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan social yang mengitari si pembelajar. Misalnya lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh, hal ini dapat diamati dari lingkungan sosial yang ada di sekitar siswa seperti teman sepermainan, lingkungan keluarga, atau teman sekelasnya.
e. Faktor dinamisasi belajar, merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi tersebut dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa, merupakan faktor penting dalam
31
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Upaya guru membelajarkan siswa meliputi hal-hal berikut, menyelenggarakan tata tertib belajar di sekolah, membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan dan membina belajar tertib pergaulan.26
6. Motivasi dalam Perspektif Islam
Motivasi adalah landasan dasar terpenting dalam
belajar. Umumnya manusia tidak akan belajar kecuali ia
mendapatkan satu permasalahan yang memotivasinya
untuk mencari pemecahannya. Untuk memunculkan
motivasi agar manusia mau belajar dan tergerak untuk
belajar, maka bisa ditempuh hal-hal sebagai berikut:
a. Memuculkan motivasi dengan konsep pahala dan hukuman. Islam telah memunculkan konsep pahala dan hukuman untuk memunculkan motivasi dalam diri manusia agar selalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Juga konsisten dalam menjalankan semua ibadah yang diwajibkan dengan menjauhi segala bentuk kejahatan dan maksiat ataupun segala yang dilarang oleh-Nya. Dengan adanya motivasi dalam konsep ini, maka seorang pun akan selalu konsisten dalam Agama Allah, bertakwa dan mengerjakan semua perbuatan baik agar
26Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,
h. 54-55
32
derajatnya terangkat di sisi Allah dan mendapatkan surga-Nya.27
Firman Allah SWT:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)
b. Memunculkan motivasi dengan kisah Kisah memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan, sehingga banyak pendidik sejak zaman dahulu kala menggunakan kisah sebagai salah satu cara dalam mendidik anak dan generasinya. Kisah yang termuat dalan Al-Qur’an sangat banyak dan bervariatif.Semua itu diceritakan kembali untuk menghibur Rasulullah SAW.agar selalu termotivasi menjalankan dakwah islamnya.Dari kisahlah motivasi untuk belajar, berdakwah dan mengambil pelajaran.Dari kisah pulalah
27Musfir bin Said A-Zahrani, Konseling Terapi, (Depok: Gema
Insani, 2005), h. 312
33
manusia dapat mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW.dan mempercayai semua yang dibawa dari Tuhannya. Dalam kisah pula banyak diberikan peringatan akan kisah hidup yang buruk sebagaimana yang terjadi pada kaum kafir dan umat-umat terdahulu.28 Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(QS. Yusuf [12]: 111)
c. Memunculkan motivasi dengan suatu kejadian penting Metode ini mampu menggetarkan perasaan dan menarik perhatian untuk menyibukkan diri pada sesuatu yang lebih penting. Denan demikian, manusia akan mempersiapkan dirinya dalam mempelajari suatu pelajaran
28Musfir bin Said A-Zahrani, Konseling Terapi, h. 320
34
yang terkandung dalam peristiwa tersebut, dan manusia pun akan bisa lebih menerima hikmah dan pelajaran yang yang ada didalamnya serta memahaminya secara menyeluruh. Hal ini tampak seperti halnya peristiwa Hunain, dimana kaum muslimin membangga-banggakan banyaknya kekuatan mereka dan juga yakin bahwa mereka pasti akan dapat mengalahkan kaum kafir. Mereka lupa bahwa kemenangan hanyalah ada atas kekuasaan Allah.29Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan
29Musfir bin Said A-Zahrani, Konseling Terapi, h. 320
35
Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah [9]: 25-26)
7. Urgensi Motivasi dalam Pembelajaran
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nata,
terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar:
a. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan.
b. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai energy yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Dengan demikian, motivasi sangatlah penting
dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat
36
mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut
diperlukan suatu upaya yang dapat meningkatkan
motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat
mencapai hasil belajar yang optimal.
D. Menghafal Al-Qur’an Juz 30
1. Pengertian menghafal Al-Qur’an Juz 30
Menghafal berasal dari kata hafal artinya
memelihara sesuatu, tidak lupa, menjaga. Dalam Bahasa
Arab disebut “الحفظ”. Secara etimologi kata “حفظ” berasal
dari kata “حفظ”yang berarti memelihara, menjaga dan
menghafal.P29F
30
Hafal berarti telah masuk dalam ingatan,
sedangkan menghafal merupakan kata kerja yang berarti
berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat,
berusaha merespon dalam pikiran agar selalu ingat dan
dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku
atau catatan lain).31
30Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, h. 142 31Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 333.
37
Wiwi Alawiyah Wahid menyebutkan dalam
bukunya Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an yang
mengutip pendapat Atkinson salah seorang ahli
psikologi. Sebagai berikut:
a. Memasukkan informasi ke dalam ingatan.Ingatan atau yang disebut Encoding, Encoding ialah proses memasukkan data-data informasi ke dalam ingatan. Peoses ini melalui dua alat indera manusia, yaitu menggunakan pendengaran dan penglihatan.
b. Menyimpan informasi atau materi ke dalam ingatan Penyimpanan informasi yang masuk ke dalam gudang ingatan. Gudang memori tersebut menyimpan dan memasukkan semua informasi yang diterima dan tidak akan pernah hilang dan rusak.
c. Pengungkapan kembali Informasi yang telah disimpan di dalam gudang memori membutuhkan pengulangan kembali.Adakalanya hal ini dilakukan sekaligus atau terkadang butuh pancingan terlebih dahulu, yaitu mengingt informasi sebelumnya dan melanjutkannya.32
Barangsiapa yang ingin menghafal
sesuatu, maka ia harus banyak mengulang-mengulang, selalu melihat kembali apa yang dibaca, direnungi, dipahami dan direnungi, dan
32Wiwi Al-Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-
Quran, (Jogjakarta: diva press, 2013), h.17
38
dipahami dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh pada setiap kalimat yang ada, agar benar-benar tertanam kuat di dalam hati dan otak. Karena mengulang-ulang suatu hafalan bagaikan pena yang jelas dan tajam, sedangkan pengulangan yang sedikit bagaikan pena yang buram,tidak jelas.33
“Dasar-dasar menghafal yang baik adalah
mengurangi jumlah yang ingin dihafal dan selalu diulang-ulang.Karena tidak ada orang alim kecuali dia juga orang yang memiliki banyak hafalan, dan tidak ada yang lebih mulia daripada menghafal. Dan orang alim dimuliakan tidak lain disebabkan banyaknya apa yang dihafal, dipahami, dan disimpan dalam otak”.34
Adapun pengertian Al-Qur’an menurut bahasa
merupakan kata jadian (mashdar) dari kata al-qira’ah,
yaitu: qara’a, yaqra’u, qira’atan wa qur’anan yang berarti
menghimpun atau mengumpulkan. Sebagaimana Firman
Allah SWT:
33Aidh Al-Qarn, TerjemahanCahaya Zaman, (Jakarta: Al-Qalam,
2006), h. 355 34Aidh Al-Qarn, Terjemahan Cahaya Zaman, h. 355
39
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)
Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa
pendapat mengenai pengertian Al-Qur’an.Para ulama
Ushul Fiqh mendefinisikan Al-Qur’an sebagai “kalam
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW.secara bertahap melalui perantara Malaikat Jibril
dan merupakan sebuah pahala dengan membacanya, yang
diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
an-Nas.”35
Sedangkan menurut Dr. H. Anshori dalam
bukunya Ulumul Qur’an yang mengutip dari Muhammad
Ali Shabuni, bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang
mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang
melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para
Nabi dan Rasul (yaitu Muhammad SAW.), melalui
malaikat jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada
kita secara mutawattir, membacanya bernilai ibadah,
35Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan
membaca Al-Qur’an, (Bandung: Ruang Kata, 2012), h. 3
40
dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
An-Nas.36
“Menghafal Al-Quran merupakan fenomena
sangat menakjubkan di dunia Islam. Betapa tidak, jauh
sebelum ditemukan alat tulis, umat islam sudah
menemukan satu cara memelihara kitab suci mereka,
yaitu menghafal. Dengan metode tahfidz inilah Al-Quran
dapat dilestarikan dari generasi ke generasi”.37
Juz 30 merupakan bagian juz terakhir di dalam
Al-Qur’an.Di dalam juz 30 lebih dominan ayat-ayat yang
pendek, sehingga memudahkan peserta didik dalam
memulai menghafal Al-Qur’an. Juz 30 terdiri atas 37
surat, dimulai dari surat An-Naba dan diakhiri surat An-
Nas.
Mulai menghafal dari juz 30 merupakan anjuran
untuk mengajarkan hafalan Al-Quran kepada anak-anak.
Sebab surat dan ayatnya pendek-pendek sehinggamudah
dan cepat untuk dihafal, sesuai dengan nafas anak yang
masih pendek. Mempersembahkan kepada anak satu
36Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016), Cet.
3, h. 18 37Muhaimin Zen, Al-Quran 100% Asli Suni-Syiah Satu Kitab Suci
(Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), h. 84
41
pokok pikiran dengan jumlah kata yang sedikit, mudah
dihafal, tapi pengaruhnya cukup besar.
Dari berbagai pengertian di atas, penulis
berkesimpulan bahwa menghafal Al-Qur’an juz 30
merupakan suatu kegiatan melafalkan ayat-ayat Al-
Qur’an Juz 30 yang telah diingat secara benar, baik dan
berurutan tanpa melihat mushaf Al-Qur’an.
2. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan
yang sangat terpuji dan mulia.Orang-orang yang
mempelajari, membaca dan menghafal Al-Qur’an
merupakan orang-orang pilihan Allah yang memang
dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-
Qur’an.38Allah SWT berfirman:
38Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-
Qur’an, ( Jakarta: Amzah, 2009), Cet. 5, h. 26
42
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.” (QS. Fathir [35]: 32)
Adapun beberapa keutamaan menghafal
Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Orang yang hafal Al-Qur’an akan mendapatkan
derajat yang tinggi.39 Sebagaimana Rasulullah SAW.
bersabda:
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله هما, عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: عنـ
آن اقـرا وارتق ورتل كما كنت يـقال لصاحب القر يا فان منزلتك عند آخر آية نـ تـرتل فى الد
39Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju
Surga, (Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2012), Cet. 6, h. 110
43
40داود)ابو ها(رواهتـقرؤ
“Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Akan dikatakan kepada pemilik Al-Qur’an, ‘bacalah dan naiklah’, serta bacalah dengan tartil sebagaimana dahulu kamu membacanya dengan tartil di dunia, karea sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Abu Dawud).
b. Orang yang hafal Al-Qur’an akan bersama para
malaikat. Rasulullah SAW. bersabda:
ها قالت: قال رسول عن عا ئشة رضي الله عنـالله صلى اللـه عليـه وسـلم: الـذي يـقـرأ القـرأن
الكـرام البــررةو مثـل وهو حافظ له مـع السـفرة الذي يـقرأ وهو يـتـعاهده وهو عليـه شـديد فـلـه
41أجران(رواه البخارى)“Dari ‘Aisyah r.a. Rasulullah SAW. bersabda: perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an
40Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin
Syadad bin Umar Al-Azid, Sunan Abu dawud (Bairut: Al-Maktabah ‘Ashriyah Shida, 1996), Juz 4, h. 275
41 HR. Bukhori dalam Kitab At-Tafsir, Bab Tafsir Surat ‘Abasa, no. 4937
44
sedangkan ia menghafalkannya, ia akan bersama para malaikat yang mulia. sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al-Qur’an dengan tekun, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapatkan dua ganjaran pahala.” (HR. Bukhari)
c. Mendapatkan kenikmatan berupa mahkota
kehormatan dan perhiasan keagungan.42 Sebagaimana
Rasulullah SAW. bersabda:
عن ابى هريـرة رضي الله عنه, عن النبي صلى يـوم الله عليه وسلم قال: يجىء القرآن
القيامة, فـيـقول: يا رب حله. فـيـلبس تاج الكرامة ثم يـقول: يارب زده. فـيـلبس حلة الكرامة ثم يـقول: يارب ارض عنه فـيـرضى عنه. فـيـقال له: اقـرء وارق وتـزاد بكل
43الترمذي) (رواهحسنة ة آي “Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW. bersabda: Penghafal Al-Qur’an akan datang
42Sayyid Mukhtar bin Abu Syadi, Adab-adab Halaqah Al-Qur’an,
h. 34 43Muhammad bin ‘Isa bin Syaroh bin Musa bin Dhohak At-
Tirmidzi, Abu ‘Isa: Al-Jami’ul Kabir, Sunan At-Tirmidzi, (Bairut: Darul Ghorib Al-Islami, 1998), h. 279
45
pada hari kiamat, kemudian Al-Qur’an berkata: ‘Wahai Rabb, bebaskanlah ia, kemudian orang itu dipakaiakan mahkota kehormatan.’ Al-Qur’an kembali meminta:‘Wahai Rabb, tambahkanlah.’ Maka orang itu dipakaikan jubah kehormatan. Kemudian Al-Qur’an memohon lagi: ‘Wahai Rabb, ridhailah ia, maka Allah meridhainya. Dan di perintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yangdibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi)
3. Metode Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Metode
“Kata metode berasal dari bahasa yunani, yaitu
meta dan hodos.Meta berarti melalui dan hodos berarti
jalan atau cara”.44 “Metode bisa diartikan cara, desain,
jalan, kaidah, langkah, modus operandi, organisasi,
pendekatan, pola, program, prosedur, proses, saluran,
siasat, sistem, struktur, tata cara, teknik, trik”.45
“Dalam bahasa arab, metode dikenal dengan
istilah thariqoh yang berarti langkah-langkah strategis
yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
44Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ar-Ruz Media, 2012) cet-1, h. 185 45Departemen Pendidikan Nasional, Teasaurus Alfabetis,(Jakarta:
Mizan, 2009), h. 383
46
pekerjaan.Sementara dalam filosofis pendidikan,
metode merupakan alat yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan”.46
Metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, cara
menyelidiki (dalam mengajar).47tanpa metode, suatu
materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara
efesien dan efektif. metode pendidikan yang tidak
tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalannya
proses belajar mengajar sehingga banyak waktu dan
tenaga yang terbuang sia-sia.48
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang dilakukan
oleh pendidik dalam proses belajar mengajar kepada
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal.
b. Macam-Macam Metode Menghafal Al-Qur’an
46Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 214 47WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai pustaka, 1996), h. 649 48M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
h. 197
47
Setiap penghafal Al-Quran, tentunya
menginginkan waktu yang cepat dan singkat, serta
hafalannya menancap kuat di memori otak dalam
proses menghafalkan alquran. hal tersebut dapat
terlaksana apabila sang penghafal Al-Quran
menggunakan metode yang tepat, serta mempunyai
ketekunan, rajin, dan istiqomah dalam menjalani
prosesnya, walaupun cepatnya menghafal seseorang
tidak terlepas dari otak dan IQ yang dimiliki. metode
yang digunakan para penghafal alquran berbeda-beda
sesuai dengan kehendak dan kesanggupannya.
“Ada dua cara yang ditempuh dalam
melakukan tahfidzul quran, yaitu bin nazar (dengan
melihat) dan bil ghaib (dengan menghafal). Cara
pertama, bin nazar dilakukan bagi pemula dalam
rangka melancarkan bacaan sebelum memasuki bil
ghaib.Cara kedua bil ghaib, dilakukan bagi yang telah
menguasai cara bin sssnazar dengan baik”.49
Metode apapun yang digunakan tidak akan
terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai
dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikit
49Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, (Solo: Zamzam, 2013),
h. 92
48
pun. Proses menghafal Al-Quran dilakukan melalui
proses bimbingan seorang guru tahfidz. Dalam buku 9
cara praktis menghafal Al-Quran karangan Sa’dulloh
menjelaskan ada lima metode menghafal Al-Quran:
1) Bin-Nazhar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Quran yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Quran secara berulang-ulang. prosesbi-nadzar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. hal ini dilakuakan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafaz maupun urutan ayat-ayatnya. agar lebih mudah dalam proses menghafal, maka selama proses bin-nazhar ini diharapkan calon hafidz juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
2) Tahfidz, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Quran yang telah dibaca berulang-ulang secara bin nazhar tersebut. misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimatatau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya dengan sempurna. kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-benar hafal. setelah materi satu ayat dapat dihafal dengan lancar
49
kemudian pindah kepada materi ayat berikutnya.
3) Talaqqi, yaitu menyetorakan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada guru atau instruktur. guru tersebut haruslah seorang hafidz Al-Quran, telah mantap agama dan ma’rifahnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafidz dan mendapatkan bimbingan seperlunya. seorang guru tahfidz juga hendaknya yang benar-benar mempunyai silsilah guru sampai kepada nabi Muhammad SAW.
4) Takrir, Yaitu mengulang hafalan atau men-sima’-kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima’-kan kepada guru tahfidz. takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. selain dengan guru, takrir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. misalnya pagi hari untuk menambah materi hafalan baru, dan sorenya untuk men-takrir hafalan yang telah dihafal.
5) Tasmi’, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain, baik kepada perorangan maupun pada kelompok jamaah. Dengan tasmi’ ini seorang penghafal Al-Quran akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harokat. Dengan tasmi’
50
seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalannya.50
Adapun menurut Ahsin Wijaya Al-hafidz
dalam bukunya Bimbingan Praktis Menghafal Al-
Qur’an, ada beberapa metode untuk mengahafal Al-
Qur’an, antara lain sebagai berikut:
1) Metode Wahdah, yaitu mengahafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebihsehingga proses ini mampu membentuk pola dan bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya.
2) Metode Kitabah, yiatu seorang pengahafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Mengahafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat sambil
50H. Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Depok:
Gema Insani, 2011), h. 52-54
51
memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati. Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal.
3) Metode Sima’i, yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an.
4) Metode Gabungan, yaitu gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja, metode kitabah di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang dihafalnya.
5) Metode Jama’, yaitu metode menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang di hafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, di pimpin oleh seorang insruktur tahfidz.51
Pada prinsipnya, semua metode baik sekali
untuk dijadikan pedoman dalam menghafal Al-Quran,
baik diambil salah satu diantaranya, atau dipakai
semua sebagai alternatif dan membuat variasi dalam
menghafal, sehingga tidak berkesan monoton.
51Ahsin Wijaya al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-
Qur’an, h. 30
52
Menggunakan kombinasi metode diharapkanakan
menghilangkan rasa kejenuhan dalam proses
menghafal Al-Quran.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni sampai
Agustus 2017, bertempat di madrasah Ibtidaiyah Persatuan
Umat Islam (MI PUI) Pasar Salasa Rt. 02 Rw. 01, Desa.
Ciampea Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan deskriptif analisis. “Metode penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan
paradigma, strategi, dan implementasi model secara
kualitatif.1 Pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Metode deskriftif analisis yaitu
menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa
informasi dan data yang berkaitan dengan tema penelitian.
1Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 20
54 C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya,
maka sumber data disebut responden, yaitu merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan
tertulis maupun lisan.2
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah cara yang dilakukan oleh penulis untuk
mendapatkan data yang akurat. Dalam hal ini penulis
menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu metode
pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan
secara sistematis.3
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendektan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 172 3Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara,2003), h. 173
55
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti
perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.
Peneliti melakukan observasi sebanyak 3 kali,
untuk melihat atau mengamati keadaan lingkungan
sekolah, strategi yang dilakukan oleh guru tahfidz dalam
membimbing siswa menghafal Al-Qur’an Juz 30 dan
kegiatan tahfidz yang dilakukan oleh siswa di kelas. Hal
ini dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan data
untuk mendukung data tersebut.
2. Metode Interview (wawancara)
Interview adalah alat untuk mengumpulkan
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara
lisan untuk dijawab dengan lisan pula. Penulis
menggunakan jenis interview bebas teroimoin, yang
dilaksanakan dengan kerangka pertanyaan, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan baru
yang terkait dengan permasalahan.
Wawancara itu mengungkapkan tentang strategi
guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
menghafal Al-Qur’an. Dalam penelitian ini digunakan
56
alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara atau
instrument yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada Kepala Sekolah, Guru Tahfidz dan 6
orang siswa dari kelas VI sebagai subjek penelitian yang
berperan penting dalam proses kegiatan menghafal Al-
Qur’an Juz 30.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
oleh orang lain tentang subjek.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh
data seperti data guru, data jumlah siswa, letak geografi,
sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi dan
dokumen-dokumen lainnya yang ada kaitannya dengan
penelitian di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor.
Penulis yang melakukan pemotretan dokumen
tenntang keadaan sekolah, kegiatan yang dilakukan
ketika pembelajaran tahfidz berlangsung dan ketika
melakukan wawancara.
57 E. Analisis Data
“Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari
berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan
secara terus menerus sampai datanya jenuh.”4
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam
beberapa tahapan, diantaranya:
1. Pengumpulan informasi, melalui observasi dan
wawancara.
2. Mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal
penting, serta dicari tema dan polanya.
3. Penyajian, disajikan dalam bentuk deskriptif dari sumber
informasi yang terpilih.
4. Tahapan akhir adalah dengan menarik kesimpulan yang
dapat disampaikan kepada orang lain.
4Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
h. 243
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Persatuan
Umat Islam Pasar Salasa Ciampea Bogor
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI PUI Pasar Salasa
Ciampea Bogor
Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (MI
PUI) berlokasi di Kp. Pasar Salasa RT 02/01, Desa.
Ciampea Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor.
Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (MI
PUI) telah berdiri sejak tahun 1925, didirikan oleh Bapak
H. Muhammad Hasan. Ketika itu namanya masih
Madrasah Diniyah. Setelah itu diturunkan kepada
anaknya KH.Fahrurozi. Pada saat itu madrasah Diniyah
ini menjadi pusat pembelajaran yang ada di daerah
ciampea.Kemudian pada Tahun 1986, Madrasah Diniyah
diganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat
Islam (MI PUI) yang di pimpin oleh KH. Tjetje Ma’mun,
cucu dari H. Muhammad Hasan. Pada saat itu, Madrasah
Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (MI PUI) memiliki
siswa dengan jumlah 52 siswa Kemudian pada tahun
1991 sampai sekarang, Madrasah Ibtidaiyah Persatuan
60
Umat Islam (MI PUI) dipimpin oleh Ibu Hj. Komariyah
A. Ma. Adik dari KH. Tjetje Ma’mun. Madrasah
Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (MI PUI) ini berada di
bawah naungan yayasan Thoriqussalam As-Salamatul
Aulad yang sekarang di ketuai oleh Dr. H. E. Mujahidin,
M.Si.1
Dari waktu ke waktu, Madrasah Ibtidaiyah
Persatuan Umat Islam (MI PUI) mengalami
perkembangan yang signifikan, baik dari segi jumlah
siswa maupun dari segi proses pembelajarannya. Dari
awal berdirinya MI PUI, MI PUI ini hanyalah Madrsah
swasta biasa, yang menggunakan kurikulum Departemen
Agama, namun di MI PUI ini setiap hari diadakan baca
Iqra’ atau baca Al-Qur’an dengan metode Talaqqi. Pada
Tahun 2006 jumlah siswa meningkat karena adanya
program Tahfidz, ini dianggap sebagai hal baru yang
belum pernah ada di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah
dasar di daerah Ciampea Bogor. Sehingga para Orang
Tua termotivasi untuk memasukkan anaknya ke
Madrasah Ibtidaiyah karena ingin anaknya hafal Al-
Qur’an Juz 30. Selain adanya program Tahfidz, di
1 Wawancara dengan Ibu Hj. Komriah selaku Kepala sekolah MI PUI Pasar Salaca Ciampea Bogor, 05 Juni 2017
61
madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat islam (MI PUI)
setiap harinya diadakan kegiatan Sholat Dhuha dan
Tadarus sebelum masuk jam pelajaran dan setelah pulang
sekolah diadakan sholat dzuhur berjama’ah. Hal ini
dilakukan agar tertanam dalam diri siswa untuk
membiasakan diri melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
setiap harinya.
Sebelum adanya program tahfidz, MI PUI hanya
memiliki 6 kelas dan jumlah guru hanya 8, terdiri dari 6
orang sebagai wali kelas dan 2 orang sebagai guru mata
pelajaran. Namun seiring berjalannya waktu dan semakin
meningkatnya jumlah siswa, MI PUI sekarang memiliki
12 kelas, setiap tingkat terdiri dari dua kelas. Karena
keterbatasan lokal, maka setiap satu lokal dipakai untuk 2
kelas, kecuali kelas VI.
Dari perkembangan yang terjadi tentunya tidak
berhenti sampai disitu saja, namun pengelola terus
berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan yang
tentunya untuk mencapai tingkat yang sebaik-
baiknya.Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan
semakin tingginya tingkat persaingan antara MI maupun
SD di sekitar wilayah Ciampea ini.
62
2. Visi Misi dan Tujuan
a. Visi
Terbentuknya peserta didik yang Berakhlakul
Karimah, berfikir bebas dan berwawasan lokal,
nasional dan global.
b. Misi
Menyiapkan dan mengembangkan potensi
peserta didik untuk mencapai kecerdasan,
keterampilan serta berilmu dengan amalnya dan
beramal sholeh dengan ilmunya.
c. Tujuan
1) Membiasakan diri dengan amalan ibadah, baca tulis
Al-Qur’an dan sholat berjamaah
2) Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana
pendidikan
3) Memupuk kreatifitas dan bakat peserta didik
4) Meningkatkan pengetahuan IMTAK dan IPTEK
bagi warga Madrasah
5) Membiasakan diri dengan membaca dan menghafal
Al-Qur’an.
3. Identitas Sekolah
a. Nama Madrasah: Madrasah Ibtidaiyah Persatuan
Umat Islam (MI PUI)
63
b. Status : Terakreditasi “B”
c. Penyelenggaraa : Pagi, Pukul 07.00 – 12.00
d. Penyelenggara Pendidikan: Dr. H. E. Mujahidin, M. Si
e. Alamat madrasah: Kp. Pasar Salasa Rt. 02/01, Desa.
Ciampea Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor, Kode Pos
16620
f. Nomor Ijin Operasional: wi/ Hk. 003/ 292/ 1991
4. Tenaga Kependidikan
a. Nama Kepala Madrasah : Hj. Komariah, A. Ma
b. Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor, 19 Juni 1955
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Kepegawaian : Non-PNS
e. Pendidikan Terakhir : D2
f. Alamat Kepala Sekolah : KP. Pasar Salasa, Rt. 01/
01, Desa. Ciampea Udik,
Kec. Ciampea, Kab.
Bogor
5. Kondisi Guru
Guru adalah orang tua kedua bagi anak,
keberhasilan pendidikan akan sangat di pengaruhi oleh
guru selain dari orang tua, karena dorongan, semangat,
dan pendekatan seorang guru menjadi faktor yang cukup
menentukan dalam keberhasilan proses belajar mengajar
64
terutama disekolah. Untuk menunjang kelancaran dan
keberhasilan kegiatan pembelajaran, para pendidik MI
PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor adalah guru-guru yang
mempunyai keahlian dan kompetensi di bidangnya
masing-masing. Berikut ini adalah tabel guru MI PUI
Pasar Salasa Ciampea Bogor:
No. Nama Guru L/P Tempat/Tgl Lahir
Pendidikan Terakhir
Jabatan
1. Umiyanih, A. Ma, S. Pd.I
P Bogor, 05 Januari 1968
S1 Wali Kelas VI/
Bendahara 2. Ade Munir
Ahmad, S. Pd.I
L Bogor, 02 Februari
1977
S1 Wali Kelas VI/
Sekretaris
3. Badru Kamaludin,
S. Pd
L Bogor, 25 Agustus
1970
S1 Wali Kelas V
4. Hj. Yayan Hernayani, S.
Pd.I
P Bogor, 01 Januari 1995
S1 Wali Kelas V
5. Dewi Nuryasin S.
Pd.I
P Bandung, 25 Agustus
1977
S1 Wali Kelas IV/ Guru Tahfidz
6. Ela Kusumawati,
S. Pd.I
P Bogor, 13 Desember
1972
S1 Wali Kelas IV
7. Imas Masruroh, S.
Pd.I
P Bogor, 01 Agustus
1974
S1 Wali kelas III
8. Neneng P Bogor, 13 S1 Wali Kelas
65
Jamilah, S. Pd.I
januari 1971 III
9. N. Nuraida Maknunah,
S. Pd.I
P Bogor, 10 Oktober
1980
S1 Wali Kelas II
10. Riah Suhariah, S.
Pd.I
P Bogor, 25 Agustus
1988
S1 Wali Kelas II
11. Maroh Komaroh, S.
Pd.I
P Bogor, 05 Agustus
1966
S1 Wali Kelas I
12. Nenah Sutinah, S.
Pd.I
P Bogor, 29 Juni 1986
S1 Wali Kelas I
6. Keadaan siswa
Siswa (Peserta Didik) adalah faktor yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar, sebab peserta
didik merupakan salah satu subyek pendidikan yang
mendukung keberhasilan sebuah pendidikan.
Adapun keadaan siswa pada saat penelitian
jumlah seluruhnya adalah sebagai berikut:
Kelas I Kelas II Kelas
III
Kelas
IV
Kelas V Kelas
VI
L P L P L P L P L P L P
27 35 29 26 24 25 30 28 29 20 36 28
66 B. Paparan Data dan Analisis Data
1. Deskripsi Pembelajaran Hafalan Al-Qur’an Juz 30 di
MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor.
Pada sub bab ini peneliti mnyajikan uraian
tentang data yang diperoleh melalui pengamatan apa saja
yang terjadi dan hasil wawancara serta deskripsi
informasi lainnya. Uraian tersebut menggambarkan
keadaan alamiah dari setting penelitian yang terletak di
MI PUI Pasar salasa Ciampea Bogor khususnya program
tahfidz Al-Qur’an Juz 30.
Peserta didik atau masih bisa dikatakan anak-anak
merupakan lembaran kertas putih. Apa yang ditorehkan
dikertas putih tersebut, maka itulah hal yang akan
membentuk karakter dari diri mereka. Jika dia
ditanamkan dengan warna agama dan budi pekerti yang
baik maka akan terbentuk pribadi yang baik, seperti rajin
melakukan ibadah, tidak membangkang kedua orang tua
dan jauh dari hal-hal yang negatif. Seperti halnya dalam
Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Ciampea Bogor,
Madrasah Ibtidaiyah ini memiliki kegiatan yang
dilaksanakan sebelum masuk jam istirahat.
Program kegiatan hafalan Al-Qur’an Juz 30 sudah
berjalan cukup lama kurang lebih tahun 2006. Awal mula
67
diadakan program tersebut karena ada salah satu guru
yang sudah hafal Al-Qur’an dan Kepala Sekolah
meminta untuk membimbing siswa menghafal Al-Qur’an
Juz 30. Harapan dengan diadakannya program tahfidz ini
agar ketika anak lulus dari MI PUI, siswa tidak hanya
mampu membaca Al-Qur’an, namun mampu hafal Al-
Qur’an Juz 30.2
Hal di atas sesuai dengan yang disampaikan oleh
Ibu Hj. Komariah selaku Kepala Sekolah, yang
menyatakan bahwa:
“Program tahfidz Al-Qur’an Juz 30 dimulai sejak tahun 2006, yang dibimbing oleh ibu Dewi Nuryasin, S. Pd. Harapan saya ketika anak-anak sudah lulus dari MI PUI Pasar Salasa, mereka tidak hanya mampu membaca Al-Qur’an saja, namun sudah mampu menghafal Al-Qur’an Juz 30, sehingga anak-anak yang ingin melanjutkan ke tingkat SMP/MTs atau ke pondok pesantren, sudah memiliki bekal hafalan Al-Qur’an Juz 30.”3
Program Tahfidz diadakan di MI PUI dengan
tujuan untuk mendekatkan siswa terhadap Al-Qur’an dan
2Hasil Observasi terhadap pelaksanaan program Mengahafal Al-Qur’an Juz 30 3Wawancara dengan Ibu Hj. Komariah selaku Kepala Sekolah MI PUI Pasar Salasa, 05 Juni 2017
68
menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an,
sebagaimana tujuan dari MI PUI yaitu membiasakan diri
dengan membaca dan menghafal Al-Qur’an. 4
Hal di atas sejalan dengan pernyataan Ibu Hj.
Komariah selaku Kepala Sekolah bahwa:
“Tujuan dengan diadakannya program tahfidz ini untuk bisa mendekatkan anak-anak kepada Al-Qur’an dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an, karena kalau anak sudah cinta dengan Al-Qur’an, maka ketika sudah besar pun dia sudah terbiasa untuk membaca bahkan menghafal Al-Qur’an.”5
Pernyataan di atas di perkuat oleh ungkapan Ibu
Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz yang menyatakan
bahwa:
“Tujuan dari program menghafal Al-Qur’an ini supaya anak-anak itu terbiasa membaca Al-Qur’an atau menghafal Al-Qur’an setiap hari, karena kalau sudah dibiasakan sejak kecil, orang tua juga tidak sulit lagi menyuruh anak-anak mereka untuk membaca atau menghafal Al-Qur’an.”6
4Hasil Observasi terhadap Pelaksanaan Program Menghafal Al-Qur’an Juz 30 5Hasil Wawancara dengan Ibu Hj. Komariah selaku Kepala Sekolah di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor, 05 Juni 2017 6 Hasil Wawancara dengan Ibu Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor , 07 Juni 2017
69
Selain memiliki tujuan, program tahfidz ini
menjadi suatu hal yang baru yang ada di lingkunga
masyarakat sekitar. Sehingga banyak orang tua yang
memasukkan anaknya ke MI PUI.7
Hal di atas sesuai dengan pernyataan Ibu Hj.
Komariah yang menyatakan bahwa:
“Sebelum adanya program tahfidz ini, banyak orang tua yang tidak terlalu tertarik anaknya masuk ke madrasah ini, mereka lebih tertarik memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar, tapi setelah adanya program tahfidz ini para orang tua antusias ingin memasukkan anaknya ke MI PUI, karena para orang tua ingin anaknya hafal Al-Qur’an Juz 30. Kegiatan tahfidz ini masih asing di lingkungan masyarakat, karena di Sekolah Dasar atau Madrasah ibtidaiyah lain belum ada program tahfidz seperti disini.”8
Dari uraian di atas dapat dianalisa bahwa
program tahfidz itu sudah berjalan cukup lama mulai
sekitar tahun 2006. Tujuan dengan danya program
tahfidz adalah untuk mendekatkan siswa terhadap Al-
Qur’an dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an.
Harapan dengan adanya program tahfidz tersebut agar 7Hasil Observasi terhadap Pelaksanaan Program Menghafal Al-Qur’an Juz 30 8Hasil Wawancara dengan Ibu Hj. Komariah selaku Kepala Sekolah MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor, 05 Juni 2017
70
siswa terbiasa membaca dan menghafal Al-Qur’an.
Adapun program Tahfidz yang diadakan di MI PUI
mendapat respon yang sangat baik dari para orang tua
siswa, karena melihat kondisi lingkungan masyarakat di
sekitar yang masih asing dengan adanya program
Tahfidz, sehingga banyak orang tua yang termotivasi
untuk memasukkan anaknya ke MI PUI dan hal itu
menjadi daya tarik tersendiri, sehingga setiap tahun
jumlah siswa di MI PUI meningkat.
2. Strategi Guru Tahfidz dalam Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al-Qur’an Juz 30 Kelas VI di MI PUI
Pasar Salasa
Program tahfidz Al-Qur’an telah diselenggarakan
dari kelas IV sampai kelas VI, kegiatannya terjadwal
karena masih minimya guru tahfidz. Kegiatan tersebut
dilaksanakan mulai pukul 09.30-10.00. Adapun jadwal
kegiatan tersebut di kelas IV sampai kelas VI.9
No. Hari Kelas
9Hasil Observasi terhadap pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 30
71
1. Senin dan Kamis VI
2. Selasa dan Jumat V
3. Rabu dan Sabtu IV
Hasil observasi di atas sejalan dengan pernyataan
Ibu Dewi Nuryasin yang menyatakan bahwa:
“Kegiatan tahfidz ini dimulai dari kelas IV sampai kelas VI, karena kebanyakan anak-anak yang sudah bisa membaca Al-Qur’an itu di kelas IV meskipun masih ada sebagian yang belum bisa baca Al-Qur’an. Setiap kelasnya mendapatkan jadwal 2 hari dalam seminggu, karena saya membimbing hanya saya sendiri dan saya pun memegang jabatan sebagai wali kelas. Maka dari itu, saya membagi jadwal agar tetap terkontrol. Untuk kelas VI jadwalnya hari senin dan kamis. Kegiatan tahfidz ini di mulai dari jam 09.30-10.00. Anak-anak harus menghafal minimal 5 ayat tapi kalau ayatnya panjang boleh menyetorkan 2 ayat saja karena tidak setiap hari menghafalnya, kalau tidak ditarget khawatir anak-anak malah menyepelekannya dan tidak bisa mencapai target. Kalau yang belum bisa baca Al-Qur’an tidak diwajibkan mengahafal tapi harus baca Iqra’ setiap hari ke wali kelasnya masing-masing.”10 Dari uraian tersebut dapat dianalisa bahwa
Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an tersebut dimulai dari kelas 10Wawancara dengan Ibu Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor, 07 Juni 2017
72
IV sampai kelas VI, dikarenakan sebagian besar yang
mampu membaca Al-Qur’an adalah siswa kelas IV.
Kemudian Setiap kelas mendapatkan jadwal 2 hari dalam
seminggu, karena kurangnya guru tahfidz. Untuk kelas
VI kegiatan Tahfidz Al-Qur’an dilaksanakan pada hari
senin dan kamis. Adapun Jadwal kegiatan tersebut
dimulai dari pukul 09.30-10.00 (sebelum istirahat). ketika
kegiatan tahfidz berlangsung anak-anak diharuskan
menghafal minimal 5 ayat tetapi jika ayatnya panjang
boleh 2 ayat dan untuk yang belum mampu baca Al-
Qur’an, tidak di wajibkan untuk mengahfal, tetapi harus
membaca Iqra’ setiap hari.
a. Penggunaan Metode dalam Pembelajaran Tahfidz
Metode yang dilakukan oleh guru tahfidz
dalam membimbing siswa menghafal Al-Qur’an Juz
30 adalah dengan menggunakan menggunakan metode
talaqqi, takrir dan tasmi.11
Hal di atas sejalan dengan pernyataan Ibu
Dewi Nuryasin bahwa:
“Metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidz adalah dengan metode menggunakan metode Talaqqi, Takrir dan
11Hasil Observasi terhadap pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 30
73
Tasmi’. Namun, metode yang paling sering saya terapkan adalah metode talaqqi dan metode Takrir, karena menurut saya, metode talaqqi itu metode yang paling efektif dalam menghafal Al-Qur’an dan metode Takrir digunakan untuk hafalan yang sudah dihafal oleh anak supaya hafalan yang telah dihafal oleh anak akan selalu diingat. Adapun metode tasmi’ saya terapkan setiap 6 bulan sekali setelah selesai semester, karena metode tasmi’ ini dilakukan untuk menguji surat yang sudah di hafal oleh anak selama satu semester”12
Dari uraian di atas dapat dianalisa bahwa
menghafal Al-Qur’an itu membutuhkan seorang guru,
agar hafalannya tidak keliru. Salah satunya dengan
menggunakan metode talaqqi. Metode ini merupakan
metode yang sudah banyak digunakan oleh para guru
tahfidz dalam menghafal Al-Qur’an. Selain metode
talaqqi, ada pula metode takrir, ini dimaksudkan agar
hafalan yang sudah di hafal tidak mudah lupa dan
yang terakhir menggunakan metode tasmi’. Metode
tasmi’ ini dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.
Ibu Dewi nuryasin mengatakan bahwa Untuk
surat yang dihafal oleh anak-anak di mulai dari surat
12Hasil Wawancara dengan Ibu Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz, 07 Juni 2017
74
An-Nas sampai An-Naba, supaya anak-anak mudah
menghafalnya dan semangat. Kalau yang sudah selesai
menghafal Juz 30, boleh dilanjutkan ke Juz 29 atau
Surat-Surat pilihan, supaya anak-anak tidak merasa
cukup dengan hanya dengan menghafal Juz 30.13
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa
bahwa siswa menghafal Al-Qur’an dari surat An-nas
karena surat tersebut sudah sering di dengar atau
dibaca bahkan ada yang sudah dibimbing oleh
keluarganya di rumah. Sehingga siswa merasa
semangat untuk menghafal Al-Qur’an.
Juz 30 merupakan Juz yang harus dihafal oleh
siswa, namun bagi siswa yang sudah mampu
menghafal Juz 30 boleh melanjutkan ke Juz 29 dan
setelah itu boleh dilanjutkan ke Surat-Surat Pilihan.
agar siswa tidak merasa cukup dengan hanya hafal Juz
30 saja.
b. Pemberian Hadiah dan Hukuman
Bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan
hafalan Al-Qur’an Juz 30, maka akan diberikan
piagam dan hadiah di akhir tahun dan diadakan
13Hasil Wawancara dengan Ibu Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz, 07 Juni 2017
75
khatam Al-Qur’an. Adapun bagi anak-anak yang tidak
mengikuti kegiatan tahfidz akan dikenakan teguran
dan jika sudah 3 kali tidak mengikuti kegiatan tahfidz
maka akan dikenakan sanksi berupa pemanggilan
orang tua.14
Hal di atas sesuai dengan pernyataan Ibu Dewi
Nuryasin bahwa:
“Anak-anak yang sudah menyelesaikan hafalannya sampai Juz 30, akan di berikan hadiah dan penghargaan ketika acara kenaikan kelas, supaya anak-anak lebih semangat lagi menghafalnya. Selain itu, disini juga setiap tahun selalu mengadakan acara khataman Al-Qur’an buat anak-anak yang sudah hafal Juz 30. Bagi anak-anak yang tidak mengikuti 1 kali kegiatan tahfidz di beri teguran dan kalau sudah 3 kali, akan dipanggil orang tuanya, agar anak-anak tidak menyepelekan kegiatan tahfidz ini.15
Dari hasil wawancara dan observasi di atas
dapat dianalisa bahwa motivasi yang diberikan
kepada siswa dalam meningkatkan semangat
menghafal Al-Qur’an yaitu dengan memberikan
14Hasil Observasi dari pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 30 15 Hasil Wawancara dengan Ibu Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz, 07 Juni 2017
76
penghargaan berupa piagam dan hadiah bagi siswa
yang sudah khatam Al-Qur’an Juz 30 di akhir Tahun
Ajaran. Siswa yang tidak mengikuti kegiatan tahfidz
akan dikenakan teguran dan jika sudah 3 kali akan
dikenakan sanksi berupa pemanggilan orang tua. Bagi
siswa yang sudah mampu hafal Al-Qur’an Juz 30,
diakhir Tahun Ajaran diadakan khatam Al-Qur’an Juz
30 yang dihadiri oleh para wali murid, para guru dan
masyarakat sekitar, sebagai rasa syukur karena sudah
mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur’an Juz 30.
c. Setoran hafalan pada Hari Senin dan Kamis untuk
Kelas VI
Dalam pelaksanaan setoran hafalan di kelas
VI sudah terjadwal pada hari Senin dan Kamis. Pada
hari yang telah ditentukan anak-anak wajib
menyetorkan hafalan yang telah dikuasai. Setiap
pembelajaran tahfidz anak-anak diwajibkan untuk
menyetorkan hafalan minimal 5 ayat.16
Dengan adanya jadwal di hari Senin dan
Kamis ini membuat anak-anak termotivasi untuk
menyetorkan hafalannya, karena kegiatan tahfidznya
16Hasil Observasi terhadap pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 30
77
tidak setiap hari, sehingga anak-anak pun tidak merasa
jenuh. Sesuai dengan pernyataan dari Ibu Dewi
Nuryasin, “Kalau anak-anak tidak menyetorkannya di
hari-hari yang telah dijadwalkan, maka akan
dikenakan hukuman, karena setorannya hanya 2 hari
dalam seminggu.”17
Dari hasil uraian di atas, dapat dianalisa bahwa
dengan adanya waktu yang terjadwal untuk kegiatan
setoran hafalan merupakan salah satu strategi guru
dalam meningkatkan motivasi hafalan tersebut, karena
pada hari yang ditentukan tersebut anak-anak akan
merasa mempunyai beban yang harus dilaksanakan
karena jika tidak menyetorkan hafalannya maka akan
dikenakan teguran.
3. Respon Siswa Terhadap Keberadaan Tahfidz
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap
selain wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru
Tahfidz, penulis juga wawancara dengan 6 orang siswa
dari 64 orang siswa di kelas VI.
17Hasil Wawancara dengan Ibu Dewi Nuryasin selaku Guru Tahfidz, 07 Juni 2017
78
a. Wawancara dengan siswa I
Peneliti : Apakah Anda suka dengan kegiatan
menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 1 : Suka sekali
Peneliti : Kenapa anda menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 1 : Karena saya ingin menjadi orang yang
hafal Al-Qur’an.
Peneliti : Apakah anda sering mengikuti kegiatan
Tahfidz di kelas ?
Siswa 1 : Iya sering, setiap ada pelajaran menghafal
Peneliti : Apakah anda sering merasa kesulitan
dalam menghafal Al-Qur’an?
Siswa 1 : iya, kalau ayatnya panjang-panjang
Peneliti : Sudah berapa surat yang anda hafal?
Siswa1 : Juz ‘Amma, Surat-Surat Pilihan dan
sekarang lagi mengahafal Juz 29
b. Wawancara dengan siswa II
Peneliti : Apakah Anda suka dengan kegiatan
menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 2 : Suka
Peneliti : Kenapa anda menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 2 : Karena ingin dapat hadiah kalau sudah
hafal Juz ‘Amma
79
Peneliti : Apakah anda sering mengikuti kegiatan
tahfidz di kelas ?
Siswa 2 : Iya sering, setiap ada pelajaran tahfidz
Peneliti : Apakah anda sering merasa kesulitan
dalam menghafal Al-Qur’an?
Siswa 2 : Kadang-kadang, kalau lagi banyak PR
Peneliti : Sudah berapa surat yang anda hafal?
Siswa2 : Juz ‘Amma dan beberapa Surat-Surat
Pilihan
c. Wawancara dengan siswa III
Peneliti : Anda suka dengan kegiatan Menghafal
Al-Qur’an ?
Siswa 3 : Suka
Peneliti : Kenapa anda menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 3 : Karena saya ingin mendapatkan hadiah.
Peneliti : Apakah anda sering mengikuti kegiatan
Tahfidz di kelas ?
Siswa 3 : Iya sering.
Peneliti : Apakah anda sering merasa kesulitan
dalam menghafal Al-Qur’an?
Siswa 3 : Iya, kalau lagi banayk PR
Peneliti : Sudah berapa surat yang anda hafal?
Siswa 3 : Juz ‘Amma
80
d. Wawancara dengan siswa IV
Peneliti : Anda suka dengan kegiatan Menghafal
Al-Qur’an ?
Siswa 4 : Iya, suka
Peneliti : Kenapa anda menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 4 : Karena saya ingin mendapatkan hadiah
Peneliti : Apakah anda sering mengikuti kegiatan
Tahfidz di kelas ?
Siswa 4 : Iya sering.
Peneliti : Apakah anda sering merasa kesulitan
dalam menghafal Al-Qur’an?
Siswa 4 : Iya, kalau lagi banyak PR
Peneliti : Sudah berapa surat yang anda hafal?
Siswa 4 : Sampai surat An-Nazi’at
e. Wawancara dengan siswa V
Peneliti : Anda suka kegiatan Menghafal
Al-Qur’an ?
Siswa 5 : Suka
Peneliti : Kenapa anda menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 5 : Karena saya takut dihukum sama bu Guru
Peneliti : Apakah anda sering mengikuti kegiatan
Tahfidz di kelas ?
Siswa 5 : Iya
81
Peneliti : Apakah anda sering merasa kesulitan
dalam menghafal Al-Qur’an?
Siswa 5 : Sering.
Peneliti : Sudah berapa surat yang anda hafal?
Siswa 5 : Surat Al-Muthaffifin
f. Wawancara dengan siswa VI
Peneliti : Apakah Anda suka dengan kegiatan
Menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 6 : Biasa saja
Peneliti : Kenapa anda suka menghafal Al-Qur’an ?
Siswa 6 : Karena saya takut di hukum
Peneliti : Apakah anda sering mengikuti kegiatan
Tahfidz di kelas ?
Siswa 6 : Kadang-kadang
Peneliti : Apakah anda sering merasa kesulitan
dalam menghafal Al-Qur’an?
Siswa 6 : Iya.
Peneliti : Sudah berapa surat yang anda hafal?
Siswa 6 : Surat At-Thariq
Berdasarkan hasil wawancara di atas, sebagian
besar motivasi mereka dalam menghafal Al-Qur’an
adalah karena ingin mendapatkan hadiah. Sehingga siswa
termotivasi untuk mengikuti kegaiatan tahfidz di kelas.
82 C. Temuan Penelitian
Berdasarkan paparan dan analisis data di atas maka
di peroleh temuan penelitian sebagai berikut:
1. Deskripsi Pembelajaran Hafalan Al-Qur’an Juz 30 di
MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor.
Program kegiatan hafalan Al-Qur’an Juz 30
sudadimulai sejak tahun 2006. Harapan dengan
diadakannya program tahfidz ini agar ketika anak lulus
dari MI PUI, siswa tidak hanya mampu membaca Al-
Qur’an, namun mampu hafal Al-Qur’an Juz 30. Program
Tahfidz diadakan di MI PUI tujuannya untuk
mendekatkan siswa terhadap Al-Qur’an dan
menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Selain
memiliki tujuan, program tahfidz ini menjadi suatu hal
yang baru yang ada di lingkungan masyarakat sekitar.
Sehingga banyak orang tua yang memasukkan anaknya
ke MI PUI.
2. Strategi Guru Tahfidz dalam Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al-Qur’an Juz 30 Kelas VI di MI PUI
Pasar Salasa
Program tahfidz Al-Qur’an diselenggarakan dari
kelas IV sampai kelas VI. Kegiatan tersebut dilaksanakan
83
mulai pukul 09.30-10.00. Setiap kelas mendapatkan
jadwal 2 hari dalam seminggu, karena masih minimnya
dan untuk kelas VI kegiatan Tahfidz Al-Qur’an
dilaksanakan pada hari senin dan kamis. Ketika kegiatan
tahfidz berlangsung anak-anak diharuskan menghafal
minimal 5 ayat tetapi jika ayatnya panjang boleh 2 ayat
dan untuk yang belum mampu baca Al-Qur’an, tidak di
wajibkan untuk mengahfal, tetapi harus membaca Iqra’
setiap hari.
a. Penggunaan Metode dalam pembelajaran tahfidz
Metode yang dilakukan oleh guru tahfidz
dalam membimbing siswa menghafal Al-Qur’an Juz
30 adalah dengan menggunakan menggunakan metode
talaqqi, takrir dan tasmi’. metode talaqqi dan takrir
digunakan setiap hari dalam pembelajaran tahfidz
sedangkan metode tasmi’ digunakan setiap 6 bulan
sekali untuk menguji kelancaran hafalan siswa selama
satu semester. Siswa menghafal Al-Qur’an dari surat
An-Nas sampai An-Naba, agar ketika di tahap awal
anak-anak mudah menghafalnya dan semangat.
Adapun yang sudah selesai menghafal Juz 30, boleh
dilanjutkan ke Juz 29 atau Surat-Surat pilihan, supaya
84
anak-anak tidak merasa cukup dengan hanya dengan
menghafal Juz 30.
b. Pemberian Hadiah dan Hukuman
Bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan
hafalan Al-Qur’an Juz 30, maka akan diberikan
piagam dan hadiah di akhir tahun dan diadakan
khatam Al-Qur’an. Adapun bagi siswa yang tidak
mengikuti kegiatan tahfidz akan dikenakan teguran
dan jika sudah 3 kali tidak mengikuti kegiatan tahfidz
maka akan dikenakan sanksi berupa pemanggilan
orang tua.
Sebagian besar motivasi siswa dalam
menghafal Al-Qur’an adalah karena ingin
mendapatkan hadiah. Sehingga siswa termotivasi
untuk mengikuti kegiatan tahfidz dikelas.
c. Setoran hafalan pada Hari Senin dan Kamis untuk
Kelas VI
Setoran hafalan di kelas VI dilaksanakan pada
hari Senin dan Kamis. Pada hari yang telah ditentukan
anak-anak wajib menyetorkan hafalan yang telah
dikuasai. Setiap pembelajaran tahfidz anak-anak
diwajibkan untuk menyeStorkan hafalan minimal
5 ayat.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa Strategi guru tahfidz dalam
meningkatkan motivasi siswa menghafal Al-Qur’an Juz 30
kelas VI di MI PUI Pasar Salasa, Ciampea, Bogor yaitu
dengan memberikan penghargaan berupa piagam dan hadiah
bagi siswa yang sudah mampu hafal Al-Qur’an Juz 30. Guru
juga memberikan teguran bagi siswa yang tidak mengikuti
kegiatan tahfidz, memberikan bimbingan kepada siswa
dengan menghafal 5 ayat per hari dan mengulang hafalan
yang sebelumnya.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidz
menggunakan metode talaqqi, takrir dan tasmi’. Namun
metode yang paling sering digunakan adalah metode talaqqi
dan takrir.
Selain metode yang digunakan, guru tahfidz
membagi jadwal setiap kelas, karena masih minimnya
jumlah guru tahfidz di MI PUI, sehingga untuk setiap kelas
mendapat bagian 2 hari dalam seminggu. Hal ini dilakukan
agar kegiatan tahfidz tetap terkontrol.
86 B. Saran-saran
Dari hasil kesimpulan di atas, penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru tahfidz agar bisa lebih mengatur waktu
pembelajaran tahfidz, sehingga siswa lebih fokus pada
saat pembelajaran tahfidz dan selalu memperhatikan
karakteristik setiap siswa, karena setiap siswa memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlu metode
menghafal Al-Qur’an yang beragam sesuai dengan
kebutuhan para siswa dan dapat lebih mengembangkan
lagi potensi sebagai guru yang dapat memotivasi siswa.
2. Bagi siswa agar lebih istiqomah dalam menghafal
Al-Qur’an dan tidak mudah putus asa dalam
menghafalkannya serta dapat membagi waktu antara
menghafal Al-Qur’an dengan kegiatan lain seperti
mengerjakan PR dan bermain.
3. Bagi penulis agar selanjutnya dapat memperdalam hal-
hal yang terkait dengan motivasi belajar terutama tentang
metode belajar.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013
Al-Azid , Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Umar, Sunan Abu dawud, Bairut: Al-Maktabah ‘AshriyahShida, 1996
Al-Hafidz, Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2009
Al-Qarn, Aidh, Terjemahan Cahaya Zaman, Jakarta: Al-Qalam, 2006
Anshori, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendektan Praktik, Jakarta: PT RinekaCipta, 2010
At-Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa bin Syaroh bin Musa bin Dhohak, Abu ‘Isa: Al-Jami’ul Kabir, Sunan At-Tirmidzi, Bairut: Darul Ghorib Al-Islami, 1998
Aziz, Abdul dan Abdul Rauf, Kiat sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
88 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Depag RI 2001
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Departemen Pendidikan Nasional, Teasaurus Alfabetis, Jakarta: Mizan, 2009
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: RinekaCipta, 2010
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, Jakarta: PT RinekaCipta, 2014
Hadhiri Choirudin, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2003
HR. Bukhori dalam Kitab At-Tafsir, Bab Tafsir Surat ‘Abasa, no. 4937
Khairani, Makmun, Psikologi Umum, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Agama Islam Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012
Makhyaruddin, Deden, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur’an, Bandung: Mizan Media Utama, 2013
89 Muhammad, Ahsin Sakho, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an,
Jawa Barat: Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA,2011
Mujib, Abdul Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006
Mukhtar, Sayyid bin Abu Syadi, Adab-adab Halaqah Al-Qur’an, Solo: Aqwa, 2016
Musfir bin Said A-Zahrani, Konseling Terapi, Depok: Gema Insani, 2005
Nurdin, Muhammad, Kiat menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai pustaka, 1996
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003
Qasim, Amjad, Sebulan Hafal Al-Quran, Solo: Zamzam, 2013
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Depok: Gema Insani, 2011
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009
90 Sardiman, Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2014
Siregar, Eveline dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2015
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Syarbini, Amirullah dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan membaca Al-Qur’an, Bandung: Ruang Kata, 2012
Uno, Hamzah B, Teori Motivasi dan pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2012
Wahid, Wiwi Al-Alawiyah, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Quran, Jogjakarta: diva press, 2013
WinaSanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009
Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Ar-Ruz Media, 2012
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2012
Yunus, Mahmud Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989
Zen, Muhaimin, Al-Quran 100% Asli Suni-Syiah Satu Kitab Suci Jakarta: Nur Al-Huda, 2012
91 Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan
Teoridan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara,2003
Lampiran 1
Pedoman Interview
Untuk Kepala Sekolah:
1. Sejak kapan adanya program tahfidz di MI PUI Pasar
Salasa Ciampea Bogor ?
2. Apa tujuan anda mengadakan program tahfidz di MI
PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor ?
3. Bagaimana respon orang tua terhadap program tahfidz
yang diadakan di MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor?
Untuk Guru Tahfidz:
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran tahfidz
di MI PUI PasarSalasa ?
2. Strategi apa yang anda lakukan dalam meningkatkan
motivasi siswa menghafal Al-Qur’an Juz30?
3. Bagaimana anda memberikan motivasi kepada siswa
untuk meningkatkan semangat dalam menghafal Al-
Qur’an Juz 30 ?
4. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran
tahfidz Al-Quran juz30 ?
5. Metode apa yang paling sering digunakan dalam
pembelajaran tahfidz ?
Lampiran 2
Pedoman Dokumentasi
1. Data tentang sejarah MI PUI Pasar Salasa, Ciampea,
Bogor.
2. Data tentang jumlah siswa MI PUI Pasar Salasa,
Ciampea, Bogor.
3. Data tentang jumlah guru MI PUI Pasar Salasa,
Ciampea, Bogor.
4. Data tentang jadwal pelaksanaan kegiatan tahfidz di MI
PUI Pasar Salasa, Ciampea, Bogor.
No : Istimewa Lampiran : 1 Berkas Hal : Pengajuan Judul Skripsi Kepada Yth; Dekan Fakultas tarbiyah IIQ Jakarta Dr. Hj. Umi Khusnul Khatimah Assalamu’alaikum Wr.Wb Salam silaturahmi kami haturkan semoga senantiasa dalam lindungan Allah Swt dan sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-sehari, amin. Nama : Lia Minhatul Fauziah NIM : 13311285 Memohon kepada Ibu untuk memberikan persetujuan atas proposal judul skripsi serta dapat memberikan rujukan dosen pembimbing untuk memeberikan kemudahan dalam penelitian ini sebagai syarat kelulusan dalam memeperoleh gelar sarjana pada program strata 1 di Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta. Adapun skripsi yang saya ajukan berjudul “Strategi Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Motivasi Siswa Menghafal Al-Qur’an Juz 30 Kelas VI DI MI PUI Pasar Salasa Ciampea Bogor” dengan proposal sebagaimana terlampir.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 29 Mei 2017 Hormat saya,
Lia Minhatul Fauziah 13311285
1
BIOGRAFI PENULIS
Lia Minhatul fauziah, lahir di Kota Bogor
pada tanggal 09 Juli 1993. Anak ke-1 dari
dua bersaudara dari pasangan suami istri
Bapak Oji Madroji dan Ibu Siti Khodijah.
Tempat tinggal di Kp. Pasar Salasa, Rt.01 Rw. 01, Desa.
Ciampea Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor.
Penulis memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Persatuan Umat Islam (PUI) pada usia 6 tahun dan pada usia
12 tahun penulis meneruskan pendidikannya di MTs Negeri
Model Babakan Sirna atau yang sekarang menjadi MTs Negeri
2 Kab. Bogor, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan
menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Leuwiliang
yang sekarang menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Kab. Bogor. Penulis akhirnya menyelesaikan masa
pembelajaran pada tahun ajaran 2011.
Pada tahun ajaran 2011, penulis menyelesaikan hafalan Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an (PPTQ) Al-
Mustaqimiyyah Leuwiliang Bogor
Pada tahun 2013, penulis melanjutkan program pendidikan
jenjang S1 di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, fakultas
Tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
program tahfidz 30 juz.
Ketika belajar di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, penulis
mendapatkan ilmu-ilmu baru yang belum pernah penulis
dapatkan sebelumya, seperti Mata Kuliah Ilmu Qira’at. Rasm
Utsmani, Ushul Fiqh dan ilmu-ilmu lainnya.
Penulis merasa bahagia karena diberikan kesempatan untuk
belajar di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, karena IIQ
memiliki ciri khas, yaitu mengutamakan program tahfidz.
Sehingga mahasiswi IIQ Jakarta selain mendapatkan ilmu-ilmu
yang diberikan oleh para Dosen, juga tidak lupa untuk
mengahafal Al-Qur’an setiap harinya.
Untuk kampus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta teruslah
berkarya dan tingkatkan potensi yang ada, semoga dapat terus
menciptakan generasi Qur’ani, dan semoga kedepan bisa
menjadi kampus yang terdepan. Amiin…