Dakwah

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dakwah merupakan fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat, bahkan kegiatan dakwah itu dilaksanakan bukan hanya di tempat “ konvensional ’ seperti, majlis ta’lim, masjid maupun pesantren namun banyak juga kegiatan berdakwah dilakukan di hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Aktifitas dakwah merupakan proses komunikasi penyampaian ajaran islam. Aktifitas dakwah merupakan salah satu strategi untuk membentuk perubahan kepada masyarakat ke arah yang lebih baik, dan sebagai proses membentuk masyarakat yang islami, dan proses dakwah haruslah berpedoman pada Al-qur’an dan Al- hadist. Agar pesan dakwah itu bisa diterima oleh para mad’u maka perlu menggunakan metode ataupun cara berkomunikasi dalam melakukan dakwah, salah satunya yaitu dengan cara komunikasi persuasif. Dan kesempatan kali ini kami akan membahas tentang dakwah dengan menggunakan komunikasi persuasif. 1

description

Tugas Dakwah

Transcript of Dakwah

Page 1: Dakwah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dakwah merupakan fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat, bahkan

kegiatan dakwah itu dilaksanakan bukan hanya di tempat “ konvensional ’ seperti, majlis

ta’lim, masjid maupun pesantren namun banyak juga kegiatan berdakwah dilakukan di

hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Aktifitas dakwah

merupakan proses komunikasi penyampaian ajaran islam.

Aktifitas dakwah merupakan salah satu strategi untuk membentuk perubahan

kepada masyarakat ke arah yang lebih baik, dan sebagai proses membentuk masyarakat

yang islami, dan proses dakwah haruslah berpedoman pada Al-qur’an dan Al-hadist. Agar

pesan dakwah itu bisa diterima oleh para mad’u maka perlu menggunakan metode ataupun

cara berkomunikasi dalam melakukan dakwah, salah satunya yaitu dengan cara

komunikasi persuasif. Dan kesempatan kali ini kami akan membahas tentang dakwah

dengan menggunakan komunikasi persuasif.

1

Page 2: Dakwah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MAKNA DAKWAH PERSUASIF

Dakwah merupakan bahasa Arab, berasal dari kata da’wah yang bersumber pada

kata (da’a, yad’u, da’watan) yang bermakna seruan, panggilan, undangan atau do’a.Selain

itu dakwah memiliki pengertian upaya memanggil, menyeru, dan mengajak manusia

menuju Allah SWT. Perluasan berikutnya dari pemaknaan dakwah adalah aktivitas yang

berorientasi pada pengembangan masyarakat muslim, antara lain dalam bentuk

peningkatan kesejahteraan social.

Usaha untuk mempengaruhi pendapat, pandangan, sikap ataupun tingkah laku

seseorang dapat ditempuh dengan cara:

a. Koersif, yaitu dengan cara paksaan bahkan disertai dengan terror yang dapat

menekan batin. Contohnya yaitu adanya penolakan ketidaksetujuan FPI yang

kerapkali kita tahu beritanya di media-media dengan cara mereka yang

memberontak bahkan anarkis.

b. Persuasif, yaitu tanpa adanya paksaan dengan mempengaruhi jiwa seseorang

sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan menerima

suatu tindakan. Persuasif berasal dari istilah bahasa Inggris persuation.

Persuation dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan

sebagainya. Baik koersif ataupun persuasif keduanya bertujuan mengubah

perilaku, kepercayaan, dan sikap. Bedanya ialah terletak pada cara

penyampaiannya.

Sehingga dapat dikatakan Dakwah Persuasif adalah proses kegiatan yang

mempengaruhi jiwa seseorang (mad’u) sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk

mengikuti ajakan pendakwah (da’i) dengan cara halus atau tanpa paksaan.

2

Page 3: Dakwah

2.2 UNSUR-UNSUR DAKWAH

Kondisi psikologis mad'u yang berbeda-beda menyebabkan tingkat pendekatan

persuasif dalam berdakwah juga berbeda-beda.Namun untuk mencapai dakwah yang

persuasif jelas ada unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur yang menyebabkan suatu

dakwah itu persuasif atau tidak ialah:

a. Pribadi Da’i

Sosok Da’i yang memiliki kepribadian sangat tinggi dan tak pernah kering jika

digali dari pribadi Rasulullah sendiri.Ketinggian pribadi Rasul dapat dilihat pada

pernyataan Al-Qur’an.Pengakuan Rasul sendiri dan kesaksian para sahabat yang

mendampinginya.

� �ل �ان �م�ك �ك فيل ول س� �هر� و�ة�الل س�� �ة�أ ن �ح�س� م�ن �ل �ان ج�وك �ر� �ه�ي �و�م�الل �ي و�ال خر� اآل� �ر� �ه�و�ذ�ك االل ير! �ث ك

ق�د�

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang-orang yang (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir, dan dia banyak

menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab/33:21)

Di mata sahabatnya, Rasul SAW adalah guru, teman, orangtua, dan pemimpin, satu

gabungan peran yang sangat ideal bagi seorang Da’i.sehingga Beliau layak disebut sebagai

Da’i agung.

Sesuai dengan teori Gestalt, seseorang itu dipersepsi sebagai suatu

keseluruhan.Oleh karena itu, jika kepribadian seorang Da’i sudah dipandang tinggi oleh

masyarakat mad’u, maka pesan dakwahnya juga dianggap sebagai bagian dari struktur

kepribadiannya. Untuk membuat suatu dakwah itu persuasive, pertama-tama seorang Da’i 

harus memiliki kriteria-kriteria yang dipandang posistif oleh masyarakat. Kriteria-kriteria

itu antara lain :

1. Memiliki Kualifikasi Akademis Tentang Islam

Dalam hal ini seorang Da’i sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan

tentang Al-Qur’an dan Al-Hadis, bahwa Al-Qur’an mempunyai fungsi sebagai

petunjuk hidup, nasihat bagi yang membutuhkan (mau’idzah) dan pelajaran yang

oleh karena itu, selalu menjadi rujukan dalam menghadapi segala macam

persoalan. Cirri seorang Da’i yang berilmu antara lain, ia tidak berani mengatakan

apa yang tidak dikuasainya dengan menggunakan term-term yang digunakan oleh

ahlinya.

2. Memiliki Konsistensi antar Amal dan Ilmunya

3

Page 4: Dakwah

Seorang Da’i sekurang-kurangnya harus mengamalkan apa yang ia serukan

kepada orang lain. Perbuatan seorang Da’i tidak boleh melecehkan kata-katanya

sendiri, apa yang ia demonstrasikan kepada masyarakat haruslah apa yang memang

menjadi keyakinan batinnya, sebab inkonsistensi antara kedua hal tersebut akan

membuat seruan dakwahnya tidak berbobot dan tidak berwibawa di depan

masyarakat.

3. Santun dan Lapang Dada

Sifat santun dan lapang dada yang memiliki seseorang merupakan indicator

dari ketulusan ilmunya dan secara khusus kemampuannya mengendalikan akalnya

(ilmunya) dalam praktek kehidupan.Cirri orang santun adalah lembut tutur

katanya, tenang jiwanya, tidak gampang marah dan tidak suka omong kosong.

Secara psikologis, kepribadian santun dan lapang dada seorang Da’i akan membuat

orang mad’u terikat perasaannya, lebih daripada pemahaman melalui pikirannya

sehingga masyarakat mad’u cenderung ingin selalu mendekatinya

4. Bersifat Pemberani

Daya tarik kepemimpinan seseorang antara lain terletak pada

keberaniannya. Keberanian yang diperlukan oleh seorang Da’i sudah tentu berbeda

dengan keberanian kelompok oposisi yang lebih menekankan asal berbeda, atau

keberanian yang asal berani, tetapi keberanian yang konstruktif, yang sejalan

dengan konsep dasar dakwah, yaitu keberanian mengemukakan kebenaran. Dalam

hal keberanian berargumen, berdialog dan berdebat, seorang Da’i  dituntut untuk

tetap konsisten dengan tujuan dakwah bukan asal menang. Oleh karena itu, seorang

Da’i tidak dibenarkan mencacimaki agama atau keyakinan orang lain.

5. Tidak Mengharapkan Pemberian Dari Orang

Iffah artinya hatinya bersih dari pengharapan terhadap apa yang ada pada

orang lain. Seorang Da’i yang tak terlintas sedikitpun di dalam hatinya keinginan

terhadap harta orang lain, maka ia dapat merasa sejajar atau bahkan lebih tinggi

atau sekurang-kurangnya memiliki kemerdekaan di dalam dirinya.

6. Qana’ah Atau Kaya Hati

Seorang Da’i boleh miskin harta, tetapi tidak boleh miskin hati, karena

kaya hati (qana’ah) itu lebih tinggi nilainya disbanding kekayaan harta. Dalam

perspektif psikologi, orang yang memiliki harta melimpah tetapi masih merasa

banyak kekurangan dan tidak sempat berpikir untuk memberikan pada orang lain,

4

Page 5: Dakwah

maka ia adalah orang miskin. Sebaliknya orang yang sebenarnya tidak memiliki

kekayaan yang berarti tetapi ia merasa berkecukupan, merasa bersyukur dan

bahkan sanggup memberikan sebagian besar milikinya untuk orang lain yang lebih

membutuhkan, maka ia adalah orang kaya.

7. Kemampuan Berkomunikasi

Dakwah adalah mengkomunikasikan pesan kepada mad’u.komunikasi

dapat dilakukan dengan lisan, tulisan atau perbuatan, dengan bahasa kata-kata atau

bahasa perbuatan. Komunikasi dapat berhasil manakala pesan dakwah itu dipahami

oleh mad’u.kaum intelektual lebih mudah memahami bahasa ilmiah sedangkan

orang awam lebih mudah memahami bahasa awam. Jadi, seorang Da’i dituntut

dapat menggunakan metode yang tepat dalam mengkomunikasikan pesan

dakwahnya.

8. Memiliki Rasa Percaya Diri dan Rendah Hati

Seorang Da’i harus memiliki rasa percaya diri, yakni bahwa selama

dakwahnya dilandasi oleh keikhlasan dan dijalankan dengan memakai perhitungan

yang benar dan mengharap ridha Allah, insyaAllah akan membawa manfaat.

Dalam perspektif islam, rendah hati justru akan mendatangkan kehormatan,

sementara kesombongan justru akan mengantar pada kehinaan.

9. Tidak Kikir Ilmu

Pada dasarnya seorang Da’i  dapat diibaratkan sebagai danau menampung

air hujan, menyimpannya dan menyediakan diri bagi orang yang membutuhkan.

Dalam puncak kerjanya, seorang Da’i dapat diibaratkan sebagai ember yang

membawa air dari danau untuk disiramkan ke pohon-pohon yang kekeringan.Jadi,

ilmu yang dipelajari oleh seorang Da’i adalah diperuntukkan bagi kepentingan

mad’u.oleh karena itu, ia tidak pernah kikir terhadap ilmunya.

10. Anggun

Salah satu ciri keanggunan seseorang ialah kepribadiannya tetap

tersembunyi meskipun namanya sudah banyak dikenal.Rahasia keanggunan justru

terletak pada kemampuannya menyembunyikan sisi-sisi pribadinya dari

pengetahuan orang banyak.

11. Selera Tinggi

Artinya ia tidak merasa puas dengan hasil kerja yang tidak sempurna.

5

Page 6: Dakwah

12. Sabar

Seorang Da’i dituntut untuk mampu bersabar dalam menghadapi rintangan-

rintangan itu.Urgensi sabar berkaitan erat, dengan pencapaian tujuan. Oleh karena

itu, Da’i yang selalu ingat akan tujuan utama dakwahnya, ia akan mampu bersabar

dan tabah.

13. Memiliki Nilai Lebih

Manusia cenderung tertarik kepada orang yang memiliki kelebihan dalam

bidang apapun. Seorang Da’i yang juga berperan sebagai pemimpin haruslah

memiliki nilai lebih atau nilai plus dibanding orang lain yang dipimpin. Oleh

karena itu, agar dakwahnya menarik dan mempunyai daya panggil, seorang Da’i

yang tidak memiliki nilai plus, apalagi jika dibawah rata-rata maka meskipun kata-

kata dakwahnya indah didengar, tetapi tidak atau kurang mempunyai daya panggil,

tidak menyentuh hati nurani tak menggores jiwa mad’u.

Kriteria diatas merupakan salah satu pendukung terciptanya dakwah persuasif,

tetapi tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa criteria yang mungkin tidak terdapat

dalam diri seorang Da’i selama dakwah yang diberikan dapat mempengaruhi jiwa mad’u

atas keinginan diri mad’u itu sendiri maka dapat dikatakan bahwa dakwah tersebut adalah

dakwah persuasif. Jadi, kriteria seorang Da’i hanya sebagai standart dalam keilmuan tetapi

kenyataannya seorang Da’i juga memiliki kekurangan sehingga tolak ukur dakwah

persuasive adalah penyampaian dakwah Da’i yang dapat diterima dan dipahami oleh

mad’u dengan  tujuan yang diinginkan (mempengaruhi) mad’unya.

b. Materi Dakwah Persuasif

Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam

mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel

manusia menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga

dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia.

Sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata seseorang,

isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan

maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi pesan,

bahasa dapat digunakan oleh da’i untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan

perilaku masyarakat.

6

Page 7: Dakwah

Al-Qur’an memeberikan istilah-istilah pesan yang persuasive dengan kalimat

“qaulan layyina, qaulan ma’rifah, qaulan baligha, qaulan syadida, qaulan karima, qaulan

maisura, qaulan tsaqilan, dan qaulan ‘adzima.”

1. Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut).

Menurut Asfihani dalam Mu’jam-nya, qaulan layyina mengandung arti

lawan dari kasar, yakni halus dan lembut. Pada dasarnya halus dan lembut itu

dipergunakan untuk mensifati benda oleh indera peraba, tetapi kata-kata ini

kemudian dipinjam untuk menyebut sifat-sifat akhlak dan arti-arti yang lain. Jadi

dakwah yang lemah lembut adalah dakwah yang dirasakan oleh mad’u sebagai

sentuhan yang halus tanpa mengusik atau menyentuh kepekaan perasaannya

sehingga tidak menimbulkan gangguan pikiran dan perasaan.

2. Qaulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)

Menurut Ishfihani dalam Mu’jam-nya, perkataan yang baligh (membekas

atau tajam) mempunyai dua arti:

a. Suatu perkataan dianggap baligh manakala berkumpul pada tiga sifat,

yaitu memiliki kebenaran dari sudut bahasa, mempunyai kesesuaian

dengan apa yang dimaksudkan dan mengandung kebenaran secara

subtansial.

b. Suatu perkataan dinilai baligh jika perkataan itu membuat lawan

bicaranya terpaksa mempersepsi perkataan itu sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh pembicara, sehingga tidak ada celah untuk

mengalihkan perhatian kepermasalahan lain.

3. Qaulan Syadida (perkataan yang benar).

Term qaulan syadida, menurut ibn Manshur dalam lisan al-a’rabnya kata

sadid diyang dihubungkan dengan qaul (perkataan) mengandung arti mengenai

sasaran (yusib al-qashda). Jadi pesan dakwah yang secara psikologis menyentuh

hati mad’u siapa pun mad’unya, adalah jika materi yang disampaikan itu benar,

baik darin segi bahasa atau pun logika, dan disampaikan dengan pijakan takwa.

4. Qaulan Karima (perkataan yang mulia)

Dalam perspektif dakwah, qaulan karima diperlukan jika dakwah itu

ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut.

Psikologi orang usia lanjut biasanya sangat peka terhadap kata-kata yang bersifat

menggurui, menyalahkan apalagi yang kasar, karena meeka merasa lebih banyak

7

Page 8: Dakwah

pengalaman hidupnya, dan merasa dalam kondisi telah banyak kehilangan

kekuatan fisiknya. Oleh karena itu, untuk menjadikan pesan dakwah kepada orang

tua itu persuasif, haruslah disampaikan dengan perkataan yang mulia.

5. Qaulan maisura (perkataan yang ringan)

Kalimat Maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan

Maisura adalah perkataan yang mudah diterima, yang ringan, yang pantas, yang

tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura artinya pesan yang disampaikan

itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat difahami secara spontan tanpa harus

berfikir dua kali.

c. Kondisi Psokologis Mad’u

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dilihat

dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah,

berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah mendapatkan

konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sbb:

1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis.

2. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur

kelembagaan.

3. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi social cultural.

4. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia.

5. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi profesi atau

pekerjaan.

6. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup

sosial-ekonomis.

7.   Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin.

Bila dilihat dari kehidupan psikologis masing-masing golongan masyarakat

tersebut diatas, memiliki crri-ciri khusus, yang menuntut kepada system dan metode

dakwah yang didasari dengan prinsip-prinsip psikologi yang berbeda-beda, yang

merupakan suatu keharusan jika kita menghendaki efektifitas dan efisiensi dalam program

kegiatan dakwah dikalangan mereka

8

Page 9: Dakwah

2.3 LANGKAH-LANGKAH DAKWAH PERSUASIF

Langkah-langkah dakwah dengan menggunakan komunikasi persuasif :

Sebagaimana telah dijelaskan tentang dakwah yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang

bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.

Sedangkan tujuan dakwah ialah untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan yang

lebih baik, lebih Islami, lebih sejahtera lahiriah maupun batiniah, tujuan dakwah tersebut

sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif yaitu merubah situasi tersebut yakni merubah

kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang dengan menggunakan manipulasi psikologis

sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

Dakwah persuasif sendiri ialah kegiatan berdakwah dengan menggunakan metode 

komunikasi persuasif yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon

(sikap atau perilaku) dari penerima atau mad’u. Dan tujuan itu akan berhasil manakala

seorang Da’i mampu menyampaikan dakwahnya dengan pendekatan psikologis.

Dalam surat Ali imran ayat 159 menjelaskan bahwa ada tujuh langkah dakwah

persuasif:

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap

mereka.Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan

diri dari sekitarmu.Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk

mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.Kemudian, apabila

engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.Sungguh, Allah

mencintai orang yang bertawakal.” (Q.S. Ali Imran/3: 159).

Dari ayat tersebut dijelaskan ada tujuh langkah dakwah persuasif yaitu:

a. Mendasarkan kegiatan dakwah atas dasar menebar kasih sayang Allah.

b. Senantiasa bersikap lemah lembut dalam menghadapi umat.

c. Bersikap lapang dada sehingga mudah memaafkan kesalahan umat.

d. Membangun komunikasi personal dengan Allah dengan senantiasa memohon

agar Allah mengampuni dosa dan kesalahan umat.

e. Bermusyawarah dengan umat dalam merencanakan suatu program aksi.

f. Mengambil keputusan yang tepat dan mantap dalam bermusyawarah dengan

kebulatan tekad untuk mewujudkannya.

g. Bertawakal kepada Allah, jika suatu perencanaan sudah dilakukan dengan

cermat dan diputuskan dengan hati yang mantap.

9

Page 10: Dakwah

A. Teknik “red herring”

Teknik komunikasi persuasif “red herring” berasal dari nama jenis ikan yang hidup

di samudera Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan kebiasaannya dalam membuat

gerak tipu ketika diburu oleh binatang lain atau oleh manusia. Dalam hubungannya

dengan komunikasi persuasif, teknik “red herring” adalah seni seorang komunikator untuk

meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah

untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna

dijadikan senjata ampuh untuk menyerang lawan.Jadi teknik ini digunakan pada saat

komunikator berada dalam posisi terdesak.

B. Teknik “pay off idea”

Suatu usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan harapan yang

baik atau mengiming-imingi hal-hal yang baik saja, bahwa pada hari akhir nanti akan ada

pembalasan, sesuai dengan ayat yang ada dalam Al-qur’an bahwa bagi orang yang

melakukan amal baik selama di dunia maka ia akan meraih kebahagiaan di akhirat nanti

dengan diamsukkan ke dalam surga Allah dan kekal di dalamnya. Allah SWT akan ridha

kepada orang-orang yang melakukan amal baik.

C. Teknik “fear arousing”

Usaha menakut-nakuti orang lain atau menggambarkan konsekuensi buruknya,

sesuai dengan ajaran islam yang terkandung dalam Al-qur’an dan hadist bahwa bagi orang

yang durhaka kepada Allah dan orang-orang kafir konsekuensinya yaitu akan mendapat

siksaan di akhirat nanti

Teknik komunikasi “fear arousing” adalah usaha menakut-nakuti orang lain atau

menggambarkan konsekuensi buruknya ( Carld I Hovland, Irving L. Janis, Harold H.

Kelly 1963 : 57 ). Dalam konteks ajaran agama Islam teknik ini secara eksplisit dan inlpisit

terkandung di dalam Al-Quran dan Hadits.Hal tersebut diindikasikan dengan banyaknya

ayat yang menggambarkan konsekuensi berupa siksaan di akhirat nanti bagi orang kafir

dan orang yang durhaka kepada Allah SWT.

Dalam bidang hukum Islam dikenal dengan “hudud” atau ketentuan hukuman bagi

orang-orang yang melanggar aturan Allah SWT; seperti membunuh orang tanpa alasan

syar’i, berzina, minum minuman keras, mencuri dalam kadar tertentu dan dosa-dosa besar

lainnya. Seperti terdapat dalam Al-Maidah ayat 38:

10

Page 11: Dakwah

عزيز الله و الله من نكاال كسبا بما جزاءا أيديهما فاقطعوا والسارقة السارق

حكيم

Terjemahan:

Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan

bagi apa yang telah mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha

perkasa lagi maha bijaksana.

Ayat di atas menggambarkan ancaman bagi seorang yang mencuri dalam jumlah

tertentu, kemudian diproses dan disahkan secara hukum, maka hukumannya adalah

dipotong tangannya supaya menimbulkan efek jera bagi pelakunya dan menimbulkan rasa

takut bagi orang yang hendak melakukan perbuatan serupa.

2.4 PELUANG KEBERHASILAN DAKWAH

Salah satu pusat perhatian psikologi dakwah adalah bagaimana dawah itu bisa

dilakukan dengan cara persuasif. efektifitas suatu kegiatan dakwah memang berhubungan

dengan bagaimana mengkomunikasikan pesan dakwah itu kepada ma'du, persuasif atau

tidak. dakwah persuasif adalah proses mempengaruhi ma'du dengan pendekatakn

psikologis, sehingga ma'du mengikuti ajakan dai tetapi merasa sedang melakukan sesuatu

atas kehendak sendiri. 

Keberhasilan suatu dakwah dimungkinkan oleh berbagai hal:

a. Kemungkinan pertama karena pesan dakwah yang disampaikan oleh dai

memang relevan dengan kebutuhan masyarakat, yang merupakan satu

keniscayaan yang tak mungkin ditolak sehingga mereka menerima pesan

dakwah itu dengan antusias. 

b. Kemungkinan kedua karena faktor pesona dai, yakni dai tersebut memiliki

daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima pesan

dakwahnya, meski kualitas dakwahnya boeh jadi sederhana saja.

c. Kemungkinan ketiga karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus

siraman rohani, dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif kepada setiap

dai, sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri

oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas.

d. Kemungkinan keempat adalah karena kemasan yang menarik. Masyarakat yang

semula acuh tak acuh terhaadap agama dan juga terhadap dai setelah melihat

paket dakwah yang diberi kemasan lain (misal kesenian, stimulasi, atau dalam

11

Page 12: Dakwah

program-program pengembangan masyarakat) maka paket dakwah itu berhasil

menjadi stimuli yang menggelitik persepsi masyarakat, dan akhirnya mereka

pun merespon secara positif.

Kondisi psikoogis madu yang berbeda-beda menyebabkan tingkat pendekatan

persuasif dalam dakwah juga berbeda-beda.Namun untuk mencapai dakwah yang

persuasif jelas ada unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur yang menyebabkan suatu

dakwah itu persuasif atau tidak dapat berasal dari :

a. Pribadi dai c.Kondisi psikologis mad'u.

b. Materi dakwah d. Pertemuan dari ketiga unsur 1,2, dan 3

a. Kelebihan Dakwah Persuasif

1. Relevan

2. Pribadi Da’i

3. Kondisi psikologi mad’u

4. Kemasan menarik

b. Hambatan Dakwah Persuasif

1. Noise factor

2. Semantic factormeliputi penggunaan kata-kata dan istilah

3. Kepentingan

4. Motivasi yang berbeda antara komunikator dengan komunikan

5. Prasangka

2.5 DA’I SEBAGAI PEMIMIPIN

2.5.1 Pengertian Da’i

Kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) yang berarti orang

yang mengajak, kalau muanas (perempuan) disebut da’iyah.[1] Sedangkan dalam kamus

besar bahasa Indonesia, da’i adalah orang yang pekerjaannya berdakwah, pendakwah:

melalui kegiatan dakwah para da’i menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain, da’i

adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak  langsung,

melalui lisan, tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau

menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih

baik menurut Islam.

12

Page 13: Dakwah

Da’i dapat diibaratkan sebagai seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang

yang ingin mendapat keselamatan hidup dunia dan akhirat. Dalam hal ini da’i adalah

seorang petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan

yang boleh dilalui dan yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberi

petunjuk jalan kepada orang lain. Ini yang menyebabkan kedudukan seorang da’i di

tengah masyarakat menempati posisi penting, ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang

selalu diteladani oleh masyarakat di sekitarnya.

Segala perbuatan dan tingkah laku dari seorang da’i akan dijadikan tolak ukur oleh

masyarakatnya. Da’i akan berperan sebagai seorang pemimpin di tengah masyarakat

walau tidak pernah dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin. Kemunculan da’i sebagai

pemimpin adalah kemunculan atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.

Oleh karena itu, seorang da’i harus selalu sadar bahwa segala tingkah lakunya selalu

dijadikkan tolak ukur oleh masyarakatnya sehingga ia harus memiliki kepribadian yang

baik.

2.5.2 Pembagian Da’i:

D’ai dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

1. Da’i menurut kriteria umum yaitu setiap muslim yang berdakwah sebagai

kewajiban yang melekat tak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam,

dan

2. Da’i menurut kriteria khusus yaitu mereka yang mengambil keahlian khusus

dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan

qudwah hasanah.

Dalam aktivitas dakwah, da’i merupakan unsur penting. Tanpa ada da’i agama

Islam akan menjadi sekadar ide atau cita-cita tanpa ada implementasi. Karena da’i lah

agama Isladapat disebarkan sehingga ide dan cita-cita Islam dapat diimplementasikan

dalam realitas kemasyarakatan.

2.5.3 StatusDa’i

13

Page 14: Dakwah

Status da’i dalam dakwah begitu penting di antaranya :

1. Sebagai pemimpin, karena dia adalah penyeru kepada kebajikan dan orang

yang mencegah kemunkaran. Dalam kaitan ini, dā’ī dituntut untuk bisa menjadi

uswah hasanah bagi umat.

2. Sebagai mujahid, artinya sebagai pejuang dan penegak ajaran Allah. Dalam hal

ini da’i dituntut memiliki jiwa besar dan mampu membesarkan jiwa orang lain.

3. Sebagai obyek, karena da’i selain sebagai penyeru kebajikan kepada orang

lain, dia juga harus menyeru dirinya sendiri supaya berbuat kebajikan dan

menjauhi kemunkaran.

4. Sebagai pembawa misi yaitu pembawa amanah Allah.

5. Sebagai pembangun, yaitu pembawa perubahan ke arah yang lebih baik.

14

Page 15: Dakwah

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dakwah Persuasif adalah proses kegiatan yang mempengaruhi jiwa seseorang

(mad’u) sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk mengikuti ajakan pendakwah (da’i)

dengan cara halus atau tanpa paksaan.

Usaha untuk mempengaruhi pendapat, pandangan, sikap ataupun tingkah laku

seseorang dapat ditempuh dengan cara:

a. Koersif, yaitu dengan cara paksaan bahkan disertai dengan terror yang dapat

menekan batin. Contohnya yaitu adanya penolakan ketidaksetujuan FPI yang

kerapkali kita tahu beritanya di media-media dengan cara mereka yang

memberontak bahkan anarkis.

c. Persuasif, yaitu tanpa adanya paksaan dengan mempengaruhi jiwa seseorang

sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima suatu tindakan.

Persuasif dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan

sebagainya.Baik koersif ataupun persuasif keduanya bertujuan mengubah perilaku,

kepercayaan, dan sikap. Bedanya ialah terletak pada cara penyampaiannya.

Al-Qur’an memberikan istilah-istilah pesan yang persuasif atau materi dakwah

persuasif dengan kalimat “qaulan layyina, qaulan ma’rifah, qaulan baligha, qaulan sadida,

qaulan karima, qaulan maisura, qaulan tsaqilan, dan qaulan “adzima.”

Hambatan Dakwah Persuasif yaitu: Noise factor, Semantic factormeliputi

penggunaan kata-kata dan istilah, Kepentingan, Motivasi yang berbeda antara

komunikator dengan komunikan dan Prasangka.

Langkah-langkah dakwah persuasif yaitu:

1. Mendasarkan kegiatan dakwah atas dasar menebar kasih sayang Allah.

2. Senantiasa bersikap lemah lembut dalam menghadapi umat.

3. Bersikap lapang dada sehingga mudah memaafkan kesalahan umat.

4. Membangun komunikasi personal dengan Allah dengan senantiasa memohon

agar Allah mengampuni dosa dan kesalahan umat.

15

Page 16: Dakwah

5. Bermusyawarah dengan umat dalam merencanakan suatu program aksi.

6. Mengambil keputusan yang tepat dan mantap dalam bermusyawarah dengan

kebulatan tekad untuk mewujudkannya.

3.2 SARAN

Demikianlah sedikit uraian tentang. Tentunya tulisan ini masih sangat jauh untuk

mengungkap secara detail dan sempurna tentang dakwah persuasifUntuk itu penulis yakin

makalah ini masih membutuhkan banyak koreksi dan masukan. Sebagai penutup penulis

berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

16