dakwah...............

download dakwah...............

of 13

Transcript of dakwah...............

A. Pengertian Psikologi Dakwah Secara harfiah, psikologi artinya ilmu jiwa berasal dari kata yunani psyce jiwa dan logos ilmu. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya. Dengan demikian, psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Pengertian dari Psikologi Dakwah yaitu Psikologi dan Ilmu Dakwah. Pengetahuan tentang Ilmu Jiwa atau Psikologi diperlukan karena Psikologi Dakwah memang merupakan bagian dari Psikologi, yakni Psikologi terapan. Ilmu Dakwah juga sangat relevan karena Psikologi Dakwah ini adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Boleh jadi pengguna ilmu ini adalah DaI yang psikolog yang suka berdakwah. A.1 Psikologi Secara sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Sedangkan pengertian atau definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku. Definisi tersebut di atas mengesankan bahwa kegunaan psikologi terbatas hanya untuk menguraikan atau mengungkap apa yang ada di balik tingkah laku manusia. Dalam keadaan tertentu, kebutuhan seseorang memang dapat saja terbatas hanya ingin mengetahui faktor kejiwaan apa yang menyebabkan tingkah laku tertentu orang lain, tapi di saat yang lain, misalnya bagi seorang yang sedang merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang di mana banyak kemungkinan bisa terjadi, maka psikologi dapat membantunya

meramalkann kira-kira tingkah laku apa yang bakal dilakukan oleh sebagian atau keseluruhan dari orang-orang yang diamatinya. A. 2 Dakwah Dalam bahasa Arab, dawat atau dawatun biasa digunakan untuk arti-arti: undangan, ajakan dan seruan yang kesemua menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain. ukuran keberhasilan undangan, ajakan atau seruan adalah manakal pihak kedua yakni yang diundang atau diajak memberikan rspon positif yaitu mau datang dan memenuhi undangan itu. jadi kalimat dakwah mengandung muatan makna aktif dan menantang, berbeda dengan kalimat tanligh yang artinya menyampaikan. Ukuran keberhasilan seorang mubaligh adalah menekala ia berhasil menyampaikan pesan islam dan pesannya sampai (wama alaina illa al balagh), sedangkan bagaimana respon masyarakat tidak menjadi tanggung jawabnya. Dari sini kita juga dapat menyebutkan apa sebenarnya tujuan dari dakwah itu sendiri? Adapun tujuan dari dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah/dai. Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa dakwah ialah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh Dai. setiap dai agama pun pasti berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka.dengan demikian pengertian dakwah islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku islami (memeluk agama islam). Sebagai perbuatan atau aktifitas, dakwah adalah peristiwa komunikasi di mana daI menyampaikan pesan melalui lambing-lambang kepada Madu, dan madu menerima pesan itu, mengolahnya dan kemudian meresponnya. Jadi, proses saling mempengaruhi antara daI dan madu adalah merupakan peristiwa mental. Dengan mengacu pada pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang terlibat dalam

dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu. Sasaran Dakwah Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dari aspek kehidupan psikolgis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat ilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. 2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. 3. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa. 4. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 5. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari okupasinal (profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri (administrator). 6. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin. 7. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin berupa golongan wanita, pria dan sebagainya. 8. Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segikhusus berupa golongan masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna karya, naarapidana dan sebagainya.

Dan jika disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah meliputi semua golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan masing-masing memiliki ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-cara yang berbeda-beda dalam berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa madunya, dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan dapat diterima dengan baik oleh madu. Dakwah Psikologis Dakwah psikologis atau dakwah yang dilakukan dengan pendekatan jiwa memang sangat penting, turunnya ayat Al Quran secara bertahap merupakan suatu bukti bahwa pendekatan kejiwaan merupakan sesuatu yang tidak boleh diabaikan, begitu pula dengan berbagai peristiwa dakwah yang dialami oleh Rasul Saw. Mislanya dalam turunnya ayat dilarangnya minum khamar, Allah membuat tiga tahapan: - peringatan tentang mudharat-nya (Qs. 2: 219) - pelarangan sholat dalam keadaan mabuk (4:43) - perintah menjauhi khamar (5:90) SIKAP MENTAL DAI Di atas sudah disebutkan bahwa dakwah merupakan usaha mengubah sikap kejiwaan seseorang dari tidak islami kepada sikap yang islami. Untuk itu, orang yang berdakwah harus memiliki sikap mental yang baik dan ini harus bertul-betul terealisasi dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap mental ini antara lain sebagai berikut: (1) Memiliki kecintaan kepada ajaran Islam, sehingga dalam kapasitasnya sebagai dai, seorang telah merealisasikan pesan-pesan dakwahnya dalam kehidupan nyata. Bila tidak, terdapat hambatan psikologis untuk diterimanya pesan-pesan dakwah oleh mad, bahkan bisa mengakibatkan hilangnya kewibawaan sebagai dai dan di hadapan Allah Swt, ia mendapatkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (As-Shaff:2) (2) Lemah lembut kepada mad-nya agar mereka senang dan mau menerima pesan-pesan dakwah serta mengikuti jalannya. Bila bersikap sebaliknya, yakni bengis dan kasar, kemungkinan besar yang terjadi adalah dai dijauhi mad nya. Ini pula yang dicontohkan oleh Rasul Saw dalam berbagai peristiwa, sehingga mereka yang semula memusuhi berubah menjadi pendukung-pendukung yang setia. (3) Bersikap sabar dan optimis dalam dakwah (4) Menggunakan cara yang baik dan benar dalam berdakwah, sehingga secara psikologis dakwah akan mendapat simpati mereka yang semula tidak suka dan tidak ada alasan untuk menuduh para dai dengan tuduhan yang tidak benar. B. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kalimat dawatun dapat diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan, yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak di mana pihak pertama (dai) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua (madu). pengalaman berdakwah menunjukkan bahwa ada orang yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan dan menyerang balik. Proses penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut psikologi tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh dai dan didengar oleh hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang suara dan tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energy dari alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan pengolahan informasi, maupun pada proses saling mempengaruhi dari kedua belah pihak. C. Pusat Perhatian Psikologi Dakwah

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian psikologi terhadap terhadap proses dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal: 1. Analisa terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah kepada daI, psikologi dakwah melacak sifat-sifatnya dan mempertanyakan; mengapa dai A berhasil mempengaruhi orang-orang yang didakwahi sedang dai B kok tidak. Tentang madu (dn juga dai) sebagai manusia, sifat-sifatnya dan faktor-faktor apa (internal dan eksternal) yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. 2. Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang menimbulkan respon madu 3. Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah oleh madu, faktor-faktor apa (personal dan situasional) yang mempengaruhinya. 4. Bagaimana dakwah dapat dilakukan secara persuasive, yaitu proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku madu dengan pendekatan psikologis atau dengan menggunakan cara berpikir dan cara merasa madu. D. Pendekatan Psikologi Dakwah Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi. Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia menjadi kelompok manusia yang berfungsi. Menurut teori komunikasi, (fisher, 1978, hal 136-142), proses dakwah dapat dilihat sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai berikut: Pertama, diterimanya stimuli (ranngsang) oleh organ-organ penginderaan, berupa orang, pesan, warna atau aroma. Kedua, rangsang yang diterima madu berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan dakwah yang disampaikan dai dai itu kemudian diolah di dalam benak madu (hadirin),

dihubung-hubungkan dengan pengalaman masa lalu masing-masing dan disimpulkan juga oleh masing-masing. Meskipun pesan dakwah oleh dai itu dimaksudkan A, tapi kesimpulan madu boleh jadi B, C, atau D. Ketiga, untuk merespon terhadap ceramah atau seruan ajarkan dai (misalnya tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau karena bosan kemudian meninggalkan ruangan), pikiran hadirin bekerja, mengingat-ingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Dari memori itu para hadirin kemudian meramalkan bahwa jika hadirin melakukan tindakan X, maka dai akan melakukan tindakan Y. jika X maka Y. Ketiga, setelah itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan dai, dan respon dari, dan respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi dai. Sebenarnyalah bahwa dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara dai dan madu sekurang-kurangnya terkandung tiga makna: 1. Bahwa, baik dai maupun madu sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi berpikir maupun dari sudut merasa. Madu belajar kepada dai, tapi dai juga belajar kepada umpan balik yang disampaikan oleh madu. 2. Antara dai dan madu terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam berkomunikasi (tepuk tangan lambing suka, gaduh dan ngantuk lambang penolakan) 3. Adanya mekanisme penyesuaian diri antara dai dan madu. bentuk penyesuaian diri itu bisa permainan peranan,identifikasi, atau agresi. Jika hadirin ramai-ramai meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal mubalighnya masih pidato di atas mimbar, maka apa yang dilakukan hadirin menurut pandangan psikologi sebenarnya merupakan penyesuaian diri dari ceramah yang tidak komunikatif. Proses dakwah dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu sendiri telah tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap, antara lain:

a. Tahap kognitif, adalah ketika seorang madu mampu menangkap, mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang dai. b. Tahap afeksi, adalah tahap berikutnya setelah tahap kognitif. Pada tahap ini, seorang madu diharapkan mampu merasakan dan merenungkan secara lebih mendalam apa yang telah disampaikan oleh dai, tidak hanya sekedar memikirkan saja c. Tahap psikomotor, adalah tahap di mana seorang madu telah mampu mengaplikasikan atau menjalankan apa yang sebelumnya telah disampaikan oleh seorang dai, dan setelah madu melakukan perenungan secara mendalam. Sehingga kesadaran benarbenar muncul dalam diri seorang madu tentang apa sesungguhnya kewajibannya terhadap Tuhannya, apa seungguhnya tugas dan kewajibannya di dunia ini agar pada saat menjalankan tugas dan amanahnya, seorang madu benar-benar melakukan dengan berdasarkan kesadarannya sendiri. E. Tujuan Psikologi Dakwah Oleh karena psikologi dakwah mempedomani kegiatan dakwah, maka tujuan psikologi dakwah adalah: memberikan pandangan tentang mungkinnya dilakukan perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologis sasaran dakwah sesuai dengan pola/pattern kehidupan yang dikehendaki oleh ajaran agama yang didakwahkan/diserukan oleh aparat dakwah/dai

Metode DakwahSerulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Yassiruu walaa tuassiruu, Basysyiruu walaa tunaafiruu (mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan dibuat lari) Hikmah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah perkataan yang benar dan tegas yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Dalam Muhammadiyah ayat ini sudah sangat sering disampaikan dan menjadi dasar Muhammadiyah dalam berdakwah, sehingga terciptalah konsep dakwah cultural.

Dakwah Cultural adalah cara berdakwah dengan cara perdekatan budaya. Budaya, tradisi dan adat istiadat yang sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat dihargai, kemudian dikemas dengan nilai-nilai Islam sehingga lambat laun masyarakat dapat meninggalkan tradisi yang berbau TBC (takhayul, bidah, khurafat) dengan peribadatan sesuai dengan Al-Quran dan sunnah Rosul. Terkait masalah konsep dakwah cultural, terkhusus budaya selamatan, ada 3 opsi yang ditawarkan 1. Mendatangi acara selamatan, namun secara pelan-pelan harus dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa hal tersebut adalah bidah, dan berusaha merubahnya. Mungkin dengan mengkaji ayat-ayat dan dzikir yang dibaca, mengurangi 7harian menjadi 3harian, kemudian menjadi 1hari, dll. 2. Datang tapi terlambat, dalam artian tidak mengikuti tahlilan, namun hanya ceramahnya saja, sebagai kewajiban seorang muslim jika mendapat undangan. Namun, jika seperti ini, masyarakat kurang mendapat pemahaman. 3. Tidak datang, dengan maksud memberikan pelajaran bagi masyarakat bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan. Hal ini menimbulkan konsekwensi yang lebih besar, sebagai ganti tidak mengikuti setiap acara selamatan, orang tersebut harus pintar srawung dan bersosialisasi dengan masyarakat pada kesempatan yang lain. Yang saya bingungkan di sini adalah, apakah cara tersebut efektif untuk menghilangkan tradisi masyarakat? Yogyakarta adalah kota tempat kelahiran Muhammadiyah dan Muhammadiyah pun amat berkembang pesat di Yogyakarta. Namun kenapa di Yogyakarta sendiri tradisi kejawennya masih tumbuh subur? Padahal KHA. Dahlan sendiri dulu tumbuh di lingkungan kraton, sungguh ironis. kemudian jika kita terlalu apatis terhadap kebudayaan tersebut, maka justru orang non-Islam akan berteriak kegirangan karena mendapatkan kesempatan yang baik untuk memurtadkan orang Islam. Hal ini pernah terjadi di Jawa Timur. Ada sebuah desa yang kebudayaan selamatannya telah benar-benar menghilang, namun hal tersebut terjadi karena pemaksaan, bukan penyadaran. maka masyarakat pun mencari celah untuk dapat melestarikan apa yang diyakininya. dan moment ini dimanfaatkan missionaris, mereka mangadakan selamatan untuk orang Islam, namun yang dibaca bukannya dzikir islami, melainkan ayat-ayat injil yang berbahasa Arab. astaghfirullah Guru saya berkata bahwa itulah proses, dan itulah yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk selalu dakwah amar maruf nahi munkar, karena memang sulit sekali berhadapan dengan tradisi masyarakat. Mengingatkan anggota keluarga sendiri saja kadang kita tidak mampu. Dan menurut teori dakwah, dakwah itu harus disesuaikan dengan objek yang didakwahi. Jika orang yang kita dakwahi sudah mampu untuk menerima kebenaran seutuhnya maka katakanlah dengan tegas dan terang, namun jika orang yang kita dakwahi belum mempu untuk menerima kebenaran maka lakukanlah dakwah dengan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Konsep ini juga pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau berdakwah di Makkah, yang pertama kali beliau lakukan adalah menanamkan iman dan tauhidullah di hati umatnya. Dan ketika beliau berdakwah di Madinah, beliau mulai menanamkan hukum-hukum agama, jihad, muammalah, dll. Hal tersebut dikarenakan oleh kondisi umat Islam di Madinah yang lebih

siap menerima kebenaran dibanding kondisi umat Islam di Makkah. Dan dakwah nabi pun terbukti keberhasilannya. Jika kita melihat pada sejarah masuknya Islam ke Indonesia, orang Indonesia pada umumnya menyukai Islam karena ajaran agama Islam yang tidak mengenal sistem kasta, penyebaran Islam dilakukan dengan jalan damai, upacara keagamaanya yang sederhana, dll. Walaupun telah memeluk Islam, umat Islam pada waktu itu masih sulit sekali meninggalkan tradisi animisme, dinamisme maupun ajaran Hindu Budha, sehingga dilakukanlah pendekatan-pendekatan kebudayaan. Seperti para Sunan yang mengundang orang untuk memeluk Islam dengan gamelan, wayang kulit yang dijadikan hiburan dikemas nilai Islam dengan diubahnya bentuk tubuh wayang kulit agar tidak terlalu menyerupai manusia, dll. Dalam babad tanah jawa yang tersimpan di museum Belanda tercatat, bahwa Sunan Kalijaga berkata, aku berharap agar umat Islam di masa mendatang dapat meluruskan apa yang aku perbuat sekarang. Yah, karena memang dakwah di masa dulu tidak akan diterima masyarakat jika langsung saklek, ekstrim dan tidak flexible. Kemudian saya mencoba membandingkannya dengan proses penyebaran agama Kristen. Kebanyakan upacara agama kristen tidak murni dari agama Kristen tapi juga ada akulturasi budaya dengan agama Pagan (penyembah alam). Seperti hari Natal, tanggal 25 Desember diambil dari hari raya kaum Pagan. Dulu hari suci kaum Nasrani adalah hari Sabtu, kemudian digeser 1 hari hari Minggu yang merupakan harinya kaum Pagan untuk menyembah matahari ( SunDay=hari matahari). Umat Kristen saat ini tampaknya tidak terganggu dengan hal semacam itu. Namun umat Islam sangat amat terganggu dengan akulturasi budaya Hindu Budha, animisme dinamisme ke dalam ajaran Islam, karena hal itu amat terkait dengan masalah aqidah. Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah wali songo? Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah Muhammadiyah? Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah umat Islam pada umumya?

Spesifikasi Dan Klasifikasi Madu Dalam Dakwah FardiyahDakwah fardiyah bisa dilakukan dalam setiap bidang kehidupan, terhadap model manusia yang bagaimanapun. Disinilah perlunya mengutamakan atau mendahulukan satu bidang atau objek atas bidang atau objek lainnya. Kejelian meletakkan prioritas ini sangat perlu dan akan menjadi penentu keberhasilan dakwah.

Berdakwah kepada orang muslim yang belum sempurna Islamnya tentu harus didahulukan daripada dakwah kepada non-muslim. Berdakwah kepada sanak kerabat dan tetangga tentu harus didahulukan daripada dakwah kepada orang-orang yang jauh. Berdakwah kepada yang muda harus didahulukan daripada dakwah kepada yang tua. Berdakwah kepada orang yang tawadhu (rendah hati) harus didahulukan daripada dakwah kepada orang yang sombong. Berdakwah kepada yang mutsaqqaf (berwawasan luas) harus didahulukan daripada dakwah kepada yang sempit wawasan.

Berdakwah kepada yang belum intima (bergabung) kepada kelompok tertentu harus didahulukan daripada dakwah kepada orang yang sudah berintima. Berdakwah kepada teman sekerja atau se-profesi harus didahulukan daripada dakwah kepada yang lainnya. Berdakwah kepada orang yang punya karisma dan wibawa harus didahulukan daripada kepada yang tidak punya pengaruh dan wibawa.

Demikianlah daI yang brilian akan memilih untuk objek dakwahnya lahan yang lebih penting dan lebih utama, bidang dan spesifikasi yang banyak mmberikan andil dan memilih siapa yang lebih cepat menyambut seruan dan berpengaruh kepada yang lain. Begitu pula yang tidak banyak menyita waktu dan yang bisa menyesuaikan diri dengan tabiat perjalanan dakwah yang dialaminya.

Memahami Istilah DakwahDalam dialog di acara Mata Najwa, Dr. Surahman Hidayat menjelaskan beberapa isu penting seputar Munas PKS II di Ritz Carlton. Salah satu poin yang ditegaskan oleh Surahman ialah: PKS merupakan partai dakwah dan tetap konsisten dengan dakwah. Salah satu pandangannya, dakwah berlaku untuk semua kalangan, maka PKS membuka diri terhadap semua golongan, termasuk non Muslim. Kalau kita belajar tentang dakwah, maka disana ada beberapa elemen fundamental dakwah Islam, yaitu: Dai (penyeru dakwah), Madu (obyek dakwah), Risalah (pesan dakwah yang disampaikan), dan Manhaj Dakwah (metode menyampaikan dakwah). Belajar dakwah dimanapun, insya Allah tidak akan keluar dari 4 aspek fundamental ini. Dan untuk menilai apakah suatu istilah dakwah telah diterapkan dengan baik atau tidak, juga bisa diukur dengan 4 aspek tersebut. Secara umum, konsep dakwah Islam dijelaskan sebagai berikut: Seorang dai harus memahami nilai-nilai Islam, memahami ilmu, dan telah mengamalkan ilmunya sebelum menyeru orang lain. Selain itu, seorang dai juga harus berakhlak karimah. Obyek dakwah adalah siapa saja yang diajak menuju jalan Islam. Bisa jadi, mereka adalah kalangan non Muslim, kalangan belum beragama, atau kalangan Islam yang lemah iman. Obyek dakwah dimulai dari pihak terdekat yaitu keluarga, sampai pihak terjauh. Materi utama dakwah Islam ialah mengajak manusia beribadah kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya dan menjauhkan diri dari segala kemusyrikan. Selain itu, dakwah juga berisi ajakan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Cara berdakwah seperti yang diajarkan oleh Nabi Saw dilakukan secara hikmah, bertahap, dan disesuaikan keadaan obyek dakwah. Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana cara PKS dalam menerapkan konsep dakwah Islam ini. Apakah mereka benar-benar berjalan di atas rel dakwah yang lurus, atau istilah dakwah itu sendiri sudah mengalami reduksi (bahkan redefinisi) yang terlalu jauh? Mari kita lihat sesuai fakta-fakta yang ada selama ini.

[1] PKS selama ini sangat bernafsu meraih kekuasaan, baik jabatan wakil presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, dan lainnya. Sementara tujuan mendakwahkan tauhid dan memberantas kemusyrikan, mereka abaikan. Beberapa waktu lalu, mereka membuat Munas di Bali dan mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan. Selain itu, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, pernah menjadi pemimpin upacara pemakaman Nurcholish Madjid di TMP Kalibata Jakarta. Bahkan, saat Gus Dur meninggal, PKS ikut mendukung usulan gelar Pahlawan bagi Gus Dur. Dalam kasus Ahmadiyyah, suara PKS nyaris tidak terdengar sama sekali. [2] Para kader PKS tidak mencerminkan akhlak para dai, tetapi lebih menonjol karakter politisinya. Agenda utama kerja mereka ialah memperbesar raihan suara, bukan mengajak manusia mengerti Islam, mengamalkan Islam, dan istiqamah di atas Islam. Kalau mendapat kritik, masukan, koreksi, bukannya bersyukur, tetapi selalu berkelit dan membela diri.Tokohtokoh PKS banyak yang berangkat dari tokoh agama, ustadz, doktor bidang Syariah, dll. Tetapi karya-karya mereka di bidang keagamaan, dakwah Islam, atau kajian fiqih Islam, bisa dibilang minim. Sangat berbeda dengan ketika mereka belum berpartai dulu. Dr. Hidayat Nurwahid sebagai contoh. Dulunya pakar akidah, disertasinya tentang paham Syiah. Tetapi pernahkah kita kini membaca karya-karya dia di bidang studi Islam. Seolah, kalau sudah masuk dunia politik, ilmu dicerai talaq daim. (Ini realitas apa ini? Masak ada aktivis gerakan Islam mem-pensiunkan ilmu? Anda tidak disebut pejuang Islam kalau memutus koneksi dengan ilmu). [3] Risalah gerakan yang diperjuangkan PKS lebih kental bernilai politik daripada perjuangan dakwah. Bahkan risalah KEADILAN yang dulu mereka asaskan, saat ini tidak karuan bentuknya. Adakah komitmen PKS untuk menegakkan keadilan, membela orang-orang kecil yang dizhalimi karena mengambil jagung, kapuk randu, kayu, coklat, semangka, dll.? Adakah komitmen mereka dalam membela aktivis Islam dari penindasan HAM oleh Densus88 dan Polri, menggugat Mega Skandal BLBI, memberantas korupsi, melawan mafia hukum, menggugat ekonomi liberal yang menyengsarakan rakyat, dll. tidak ada. Andi Rahmat yang suaranya sangat lantang dalam Pansus Hak Angket Bank Century, saat ini kesulitan menyembunyikan wajahnya. Malah pemimpin PKS mengklaim, partai mereka sebagai backbone koalisi bersama Partai Demokrat. [4] PKS sangat nafsu ingin memperbesar perolehan suara. Seolah, mereka meyakini bahwa besar-kecilnya suara sangat menentukan besar-kecilnya Keridhaan Allah kepada mereka. Atau mereka terus bermanuver dalam rangka meraih sebanyak-banyaknya porsi kekuasaan. Untuk tujuan itu mereka kesankan diri mereka pluralis, terbuka, moderat, Islam universal, rahmatan lil alamiin, dst. Bahkan tidak jarang, PKS menyakiti hati pendukung mereka sendiri dengan membuat banyak hal yang melanggar Syariat. Demi memperoleh tambahan suara baru, mereka abaikan dukungan yang sudah ada dengan mengesankan diri sebagai partai pluralis. Hal ini jelas tidak sesuai dengan tujuan dakwah Islam, untuk membebaskan manusia dari kegelapan menuju jalan terang. Dari sini tampak jelas, bahwa PKS telah menyalah-artikan makna DAKWAH itu sendiri. Dakwah yang mereka bina tidak berakar dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Mereka membelokkan makna dakwah itu ke arah pengertian: Kendaraan untuk mencapai kekuasaan, bagaimanapun caranya. Hal ini adalah salah, salah, dan merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip dakwah Islam.

Sebagai catatan penting, konsep dakwah seperti yang dibahas di atas ialah konsep yang berlaku secara umum. Hal ini mudah dipahami oleh siapa saja yang belajar ilmu dakwah. Namun dalam konteks Harakah Islam (gerakan Islam), tuntutan yang diminta jauh lebih berat dari dakwah secara umum. Kalau dakwah dalam tataran menyeru manusia ke jalan Islam; maka Harakah Islam, memperjuangkan Islam itu sendiri agar menang. Sekedar contoh, KH. Zainuddin MZ., beliau dianggap sebagai seorang dai yang berdakwah. Tetapi Al Ikhwan Al Muslimun di Mesir, mereka berjuang menegakkan peradaban Islam, lebih dari sekedar berdakwah. Para elit politik PKS, termasuk Dr. Surahman Hidayat, harus jujur kepada para pengikutnya. Mereka harus menjelaskan makna istilah dakwah itu secara lurus, sesuai ajaran Islam. Mereka harus menjelaskan pengamalan dakwah yang benar dalam konteks politik. Jangan sampai kata dakwah itu digunakan hanya untuk mengelabui manusia. Mereka mengklaim sebagai dai, padahal realitasnya memakai dakwah untuk kendaraan politik praktis.