Daftar Pustaka TTG ISPA.pdf

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA 2.1.1 Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut : 1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud dalam saluran pernafasan (respiratory tract). 3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).

Transcript of Daftar Pustaka TTG ISPA.pdf

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Umum Tentang ISPA

    2.1.1 Pengertian ISPA

    ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini

    diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

    Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan

    pengertian sebagai berikut :

    1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh

    manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

    2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

    organ adneksanya seperti sinus sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

    ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran

    pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru paru) dan organ adneksa

    saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud dalam

    saluran pernafasan (respiratory tract).

    3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

    hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

    penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

    lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).

  • 2.1.2 Etiologi ISPA

    Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek

    dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300

    lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain

    golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan

    virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus

    hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan

    karinebakterium diffteria (Achmadi, dkk., 2004 dalam Arifin, 2009). Bakteri tersebut

    di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu

    tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang

    kekebalan tubuhnya lemah.

    Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di

    dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus campak) dan adenovirus.

    Virus para-influenza merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan,

    bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influenza

    bukan penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran pernafasan kecuali hanya

    epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus influenza merupakan penyebab

    terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas

    bagian bawah (Siregar dan Maulany, 1995 dalam Arifin, 2009).

    Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak.

    Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal,

    dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).

  • 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA

    Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,

    kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar

    dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas,

    sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan

    dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia),

    bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian

    (Fuad, 2008).

    2.1.4 Patofisiologi ISPA

    Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi

    oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul

    mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga

    hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.

    Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat

    melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-

    daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2008).

    2.1.5 Klasifikasi ISPA

    mengklasifikasikan penyakit Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas

    infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan infeksi saluran pernapasan akut

    bagian bawah.

  • 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas

    Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas

    di sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan

    bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya adalah

    Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut (termasuk Tonsilitis dan

    Faringotositilitis) dan rhinitis (Fuad, 2008).

    2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah

    Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas

    bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit yang

    tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis, Asma

    Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia

    (Suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada brokioli (Fuad,

    2008).

    2.1.6 Berdasarkan Kelompok Umur

    1. Kelompok Pada Anak Umur kurang dari 2 Bulan, Dibagi Atas :

    a. Pneumonia berat

    Pada kelompok umur ini gambaran klinis pneumonia, sepsis dan meningitis

    dapat disertai gejala klinis pernapasan yang tidak spesifik untuk masing-masing

    infeksi, maka gejala klinis yang tampak dapat saja diduga salah satu dari tiga infeksi

    serius tersebut, yaitu berhenti menyusu, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau

    rasa sulit bangun, stidor pada anak yang tenang, mengi (wheezing), demam (38C)

  • atau suhu tubuh yang rendah (dibawah 35,5 C), pernapasan cepat, penarikan dinding

    dada, sianosis sentral, serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.

    b. Bukan pneumonia

    Jika bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan tidak terdapat

    tanda pneumonia.

    2. Kelompok Pada Anak Umur 2 Bulan Hingga 5 Tahun, Dibagi Atas :

    a. Pneumonia berat

    Batuk atau kesulitan bernapas, tarikan dinding dada, tanpa disertai sianosis

    dan tidak dapat minum.

    b. Pneumonia

    Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa disertai penarikan

    dinding dada.

    c. Bukan Pneumonia

    Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding

    dada (WHO, 2002).

    2.1.7 Pencegahan ISPA

    1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat

    anak yang terinfeksi pernapasan.

    2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk

    menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

  • 3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir

    minuman, baju cuci atau handuk.

    4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan,

    mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.

    5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota

    keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin

    dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota

    keluarga lainyang sedang sakit ISPA.

    6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

    7. Hindari anak dari paparan asap rokok

    ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

    2.1.8 Penatalaksanaan ISPA

    Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA pada anak

    adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas yaitu:

    1. Pemeriksaan

    Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada pada

    penderita.

    2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

    Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa minum,

    kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, Demam atau dingin. Tanda bahaya

    pada umur 2 bulan sampai < 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran

    menurun, Stridor dan gizi buruk.

  • 3. Tindakan dan Pengobatan

    Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa pneumonia berat, harus

    segera dibawah ke sarana rujukan dan diberi antibiotik 1 dosis.

    Pada penderita umur 2 bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa pneumonia

    dapat dilakukan perawatan rumah, pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan

    dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan demam dan

    yang ada.

    Penderita di rumah untuk penderita Pneumonia umur 2 bulan sampai kurang

    dari 5 tahun, meliputi :

    1. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah jumlahnya

    setelah sembuh.

    2. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan meningkatkan

    pemberian Asi.

    3. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan sederhana.

    Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa

    pneumonia berat segera dikirim ke rujukan, diberi antibiotik 1dosis serta analgetik

    sebagai penurun demam dan wheezing yang ada.

    Penderita yang diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali dilakukan 2 hari.

    Jika keadaan penderita membaik, pemberian antibiotik dapat diteruskan. Jika keadaan

    penderita tidak berubah, antibiotik harus diganti atau penderita dikirim ke sarana

    rujukan.

  • Obat yang digunakan untuk penderita pneumonia adalah tablet kotrimoksasol

    480 mg, kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol 500 mg dan sablet parasetamol

    100 mg ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

    2.2 Tinjauan Umum Tentang Balita

    Balita yaitu anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan generasi yang

    perlu mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar

    untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat

    kematian balita masih tinggi. Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam

    keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

    Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat angka kesakitan

    dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi.

    Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses

    tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

    Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan perkembangan

    dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan

    penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua

    (Lamusa, 2006).

    2.3 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

    2.3.1 Pengertian Status Gizi

    Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

    secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

    metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

  • kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan

    energi (Supriasa, 2001).

    Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

    variabel tertentu atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variabel tertentu

    (Supriasa, 2001).

    Dalam arifin (2009) dijelaskan bahwa keadaan gizi merupakan hal yang

    penting bagi pencegahan ISPA. Dimana kejadian ISPA dapat dicegah bila anak

    mempunyai gizi yang baik, mendapatkan ASI sampai usia dua tahun karena ASI

    adalah makanan yang paling baik untuk bayi, bayi mendapatkan makanan padat

    sesuai dengan umurnya serta bayi dan anak mendapatkan makanan yang mengandung

    gizi cukup yaitu mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.

    2.3.2 Sumber Status Gizi

    1. Karbohidrat

    Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi monosakarida,

    disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dalam ilmu gizi berarti glukosa, fruktosa,

    dan galaktosa. Galaktosa adalah gula khusus yang terdapat pada bahan hewani, yaitu

    air susu. Selain itu, dijumpai monosakarida yang 3 atom karbon (triosa), atau 5 atom

    karbon (pentosa), 6 atom karbon (heksosa), dan 7 atom karbon (pentosa). Disakarida

    dalam bahan makanan yang penting ialah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Laktosa

    hanya dijumpai pada susu hewan menyusui dan air susu ibu (ASI). Dalam bahan

    makanan nabati terdapat dua jenis polisakarida yang dapat dicerna (yaitu amilum dan

    dekstrin) dan tidak dapat dicerna (seperti selulosa, pentosan, dan galaktan). Dalam

  • bahan makanan hewani terdapat polisakarida yang dapat dicerna yang disebut

    glikogen.

    Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain :

    a. sebagai sumber energi yang paling murah dibandingkan lemak maupun

    protein, setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal.

    b. Memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak paristaltik usus

    sehingga memudahkan pembuangan feces.

    c. Bagian struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan reseptor

    hormon.

    d. Simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah

    dimobilisasi.

    e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak.

    f. Memberi rasa manis pada makanan, dan

    g. Memberi aroma serta bentuk khas makanan.

    2. Lemak

    Berdasarkan bentuknya lemak digolongkan kedalam lemak padat (misalnya

    mentega dan lemak hewan) dan lemak cair atau minyak (misalnya minyak sawit dan

    minyak kelapa). Sedangkan berdasarkan penampakan, lemak digolongkan kedalam

    lemak kentara (misalnya mentega dan lemak pada daging sapi) dan lemak tak kentara

    (misalnya lemak pada telur, lemak pada alvokat, dan lemak susu).

  • Fungsi lemak dalam tubuh antara lain :

    a. Sumber energi menghasilkan kalori 9 kkal setiap gram lemak.

    b. Sebagai sumber asam lemak esensial asam linoleat dan asam linolenat.

    c. Lemak sebagai pelarut vitamin juga membantu transportasi absorpsi vitamin

    A, D, E, dan K.

    d. Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesa protein.

    e. Lemak membantu sekresi asam lambung dan pengosongan lambung.

    f. Memberi tekstur khusus dan kelezatan makanan.

    g. Sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan.

    h. Memelihara suhu tubuh.

    i. Melindungi organ jantung, hati, ginjal dari benturan dan bahaya lainnya.

    3. Protein

    Nilai gizi protein di tentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi

    dalam praktek sehari-hari umumnya dapat di tentukan dari asalnya. Protein hewani

    biasanya memiliki protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan protein nabati.

    Protein telur dan protein susu biasanya di pakai sebagai standar untuk nilai gizi

    protein.

    Nilai gizi protein nabati di tentukan oleh asam amino yang kurang misalnya

    protein kacang-kacangan kekurangan asam amino sulfur mentionin dan sistin

    sedangkan protein bahan makanan tepung kekurangan lisin. Nilai protein dalam

    makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya di perkirakan 60% dari pada nilai gizi

    protein telur.

  • 4. Vitamin

    Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin

    yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah A, D, E, K. Sedangkan

    vitamin yang larut dalam air adalah thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam

    pantothenat, asam folat, biotin, vitamin B12, cholin, inositol dan vitamin C. Kedua

    golongan vitamin tersebut mempunyai sifat umum sendiri-sendiri.

    Fungsi umum vitamin berhubungan erat dengan fungsi enzim, khususnya

    kelompok vitamin B. Enzim merupakan katalisator organik yang berperan mengatur

    dan menjalankan reaksi biokimia dalam tubuh.

    5. Mineral

    Terdapat sekitar 19 macam mineral dalam tubuh. Dari jumlah tersebut hanya

    sekitar 13 yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan. Jumlah mineral di dalam

    tubuh manusia terdiri dari kalsium, khlor, yodium, besi, magnesium, phosphor,

    kalium, fluor, mangan, nikel, selenium, silikon, dan seng.

    Mineral digolongkan dalam makro mineral dan mikro mineral. Mineral makro

    adalah mineral yang dibutuhkan tubuh lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral

    mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.

    Fungsi umum mineral di dalam tubuh sebagai berikut :

    a. Sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh seperti tulang

    dan gigi (Ca dan P), rambut, kuku, dan kulit (S) serta sel darah merah (Fe),

    kalsium dan phosphor merupakan mineral yang terbanyak dalam tubuh.

  • b. Memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh melalui penggunaan

    CI, P, S sebagai pembentuk asam dan Ca, Fe, Mg, K, serta Na sebagai

    pembentuk basa.

    c. Mengatalisis reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak,

    protein maupun mengatalisis pembentukan lemak dan protein tubuh.

    d. Merupakan komponen hormon dan enzim, misalnya mineral Fe merupakan

    komponen cytochrom oksidase dan Cu merupakan komponen enzim

    tyrosinase maupun pembentukan antibody.

    e. Membantu dalam pengiriman isyarat saraf ke seluruh tubuh (Ca, K, dan Na).

    f. Merupakan bagian dari cairan usus (Ca, Mg, K, dan Na).

    g. Mengatur kepekaan saraf dan kontraksi otot (Ca, K, dan Na)

    h. Mengatur proses pembekuan darah (Ca). (S. Teti, 2007).

    Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbagai

    faktor antara lain umur, jenis kelamin, kondisi kesehatannya, fisiologis

    pencernaannya dan macam pekerjaannya. Masukan zat gizi yang berasal dari

    makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh, karena

    konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

    yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat

    digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan,

    produktifitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal.

  • Anak dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA

    dibandingkan dengan anak yang mempunyai gizi normal, karena faktor daya

    tubuhnya yang kurang.

    2.3.3 Penilaian Status Gizi

    Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan berat badan

    anak secara teratur. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

    Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

    berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

    tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).

    Berat badan menurut umur (BB/U) adalah salah satu parameter yang

    memberikan gambaran masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

    yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

    makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

    parameter antropometri yang sangat labil.

    Keadaan normal untuk keadaan kesehatan baik, keseimbangan antara

    konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti

    pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2

    kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih

    lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks

    berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi

    (Supariasi, 2001).

  • Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

    digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :

    1. Mudah digunakan dan dibawah dari salah satu tempat ke tempat lain.

    2. Skalanya mudah dibaca.

    3. Cukup aman menimbang anak balita (Supariasa, 2001).

    Tabel 2.1

    Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U Standart Baku Antropometri

    WHO-NCHS 2005

    No Keterangan Z_Score Status Gizi

    1

    2

    3

    4

    > + 2 SD

    > - 2 SD s/d + 2 SD

    < - 2 SD s/d 3 SD

    < - 3 SD

    Gizi lebih

    Gizi normal

    Gizi kurang

    Gizi buruk

    Sumber : Depkes RI 2004.

    2.3.4 Hubungan Status Gizi Pada Penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

    Kurangnya asupan makanan di dalam tubuh berdampak mengakibatkan

    kurang gizi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat mempermudah

    masuknya kuman dalam tubuh. Salah satu dampak negatif dari kekurangan gizi yaitu

    menurunnya daya tahan tubuh, sehingga mempermudah masuknya kuman penyakit

    ke tubuh. Anak yang keadaan gizinya kurang akan mudah mengalami penyakit

    infeksi, karena disebabkan kurangnya asupan energi dan protein yang tidak

  • mencukupi kebutuhan, maka pembuatan zat antibody terganggu yang dapat beresiko

    tinggi menderita penyakit infeksi terutama ISPA (Almatsier, 2001).

    2.4 Tinjauan Umum Tentang Status Imunisasi

    2.4.1 Pengertian Status Imunisasi

    Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara

    aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpejan pada antigen yang serupa

    tidak akan terjadi penyakit (John, 2006).

    Imunisasi adalah proses pembentukan sistem kekebalan tubuh. Material

    imunisasi disebut immonugen. Immonugen adalah molekul antigen yang dapat

    merangsang kekebalan tubuh. Imunisasi diberikan pada anak-anak, dari masih bayi

    sampai menjelang usia dewasa, atau sekitar usia 15 tahun. Imunisasi sangat penting

    sebagai penunjang kesehatan bayi dan anak-anak. Imunisasi ada yang berbentuk

    serum yang disuntikkan pada bagian tubuh (biasanya bagian lengan atau bokong),

    dan ada juga yang berbentuk cairan yang diteteskan ke dalam mulut. Imunisasi

    merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu

    antigen untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang terkadang belum ada obat

    untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan kepada anak-anak balita

    (usia dibawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang

    merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat

    membuat antibodi sendiri. Tujuan dari imunisasi adalah memberikan kekebalan

    kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

    disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Imunisasi pertama kali dilakukan

  • oleh Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris. Pertama kali dibuat dalam bentuk

    suntikan yang digunakan untuk kekebalan tubuh. Saat itu Jenner termotivasi adanya

    penyebaran virus cacar yang mematikan di Inggris. (Abraham, 2008).

    2.4.2 Manfaat Status Imunisasi

    1. Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan

    cacat atau kematian.

    2. Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

    3. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak-

    anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

    4. Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal

    untuk melanjutkan Negara (RS. Mitra Keluarga Bekasi Timur, 2011).

    2.4.3 Vaksin Status Imunisasi

    Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat

    anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut

    amat sangat berguna.

    ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

    jenis imunisasi vaksin yang berhubungan dengan penyakit ISPA yang diberikan pada

    anak yaitu :

    1. DPT/ DT

    Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus,

    yaitu Difteri, Tetanus dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi

    berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 sampai 6 bulan. Ulangan

  • DPT diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini

    diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI ( Wayan Tulus, 2012).

    a. Perlindungan penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), pertusis (batuk rejan),

    dan tetanus (kaku radang)

    b. Penyebab : bakteri, difteri, pertusis, tetanus.

    c. Waktu pemberian :

    (1) Umur/ usia 3 bulan

    (2) Umur/ usia 4 bulan

    (3) Umur/ usia 5 bulan

    (4) Umur/ usia 1 tahun 6 bulan

    (5) Umur /usia 5 tahun

    (6) Umur / usia 10 tahun.

    2. Imunisasi Campak

    Pemberian imunisasi campak adalah cara pencegahan peyakit campak yang

    paling efektif. Meskipun campak hanya menulari satu kali seumur hidup. Namun

    penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian. Penyakit

    campak yang menimbulkan kematian yaitu apabila telah terjadi komplikasi, misalnya

    radang paru-paru dan radang otak. Bagi anak yang daya tahan tubuhnya sangat baik,

    bisa tidak pernah tertular penyakit campak ( Wayan Tulus, 2012).

    a. Perlindungan penyakit : Campak

    b. Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit.

  • c. Waktu pemberian :

    (1) Umur/ usia 9 bulan atau lebih

    (2) Umur/ usia 5-7 tahun (RS. Mitra Keluarga Bekasi Timur, 2011).

    2.4.4 Hubungan Status Imunisasi Pada Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

    Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari

    penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusi, campak, maka

    peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberatasan

    ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan

    imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila

    menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi

    berat (Prabu, 2009).

  • 2.5 Kerangka Teori Penelitian

    Modifikasi : (Almatsier, 2001 dan Prabu, 2009).

    Status Gizi Status

    Imunisasi

    Kurang asupan makanan

    nan

    Mempermudah masuknya

    kuman penyakit penyakit ke

    tubuh

    Menurunnya daya tahan

    tubuh

    Mempermudah masuknya

    kuman penyakit ke tubuh

    Beresiko menderita

    penyakit infeksi terutama

    ISPA

    Kurangnya cakupan

    imunisasi lengkap

    Meningkatnya cacat,

    kematian atau beresiko

    terserangnya penyakit

    infeksi seperti ISPA

    Terjadinya Penyakit

    ISPA

  • 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan :

    Variabel Independen hubungan antar variabel

    Variabel Dependen

    Status Gizi

    Status Imunisasi

    Kejadian ISPA

  • 2.7 Hipotesis Penelitian

    1. Hipotesis Penelitian

    a. Ada hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah

    Kerja Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango

    b. Ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di

    Wilayah Kerja Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango

    2. Hipotesis Statistik

    a. Ho: Ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi terhadap

    kejadian ISPA

    b. Ha : Tidak ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi terhadap

    kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bonepantai

    Kabupaten Bone Bolango.