DAFTAR PELAKSANA PEKERJAAN

13
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH KANDUI DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO UTARA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh : Dahlan Ibrahim Subdit. Batubara, DIM SARI Daerah Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, tercakup di dalam sebagian Lembar1714-63 dan Lembar 1714-64 Peta Rupa Bumi Indonesia terbitan Bakosurtanal. Terletak di antara 01 o 00’00” – 01 o 15’00” LS dan 115 o 05’00” - 115 o 20’00” BT, meliputi wilayah seluas lebih kurang 75.000 ha. Penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah mengenai diversifikasi energi. Endapan bitumen padat adalah aneka batuan sedimen klastik halus, biasanya berupa serpih yang kaya kandungan material organik dan dapat diproses sehingga menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi. Keterdapatan endapan ini pada beberapa cekungan sedimentasi di Indonesia diperkirakan cukup potensial, sehingga di masa mendatang diharapkan dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber energi alternatif. Daerah penyelidikan secara geologi termasuk kedalam Cekungan Barito. Stratigrafinya tersusun oleh runtunan sedimen Tersier dengan urutan dari tua ke muda : Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Ditinjau dari beberapa aspek geologi terutama lingkungan pengendapan, ciri-ciri litologi dan umur dari formasi, diperkirakan potensi endapan bitumen padat terdapat pada Formasi Tanjung, Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Dari penyelidikan lapangan telah ditemukan sekitar 50 lokasi singkapan batuan sedimen terindikasi endapan bitumen padat pada Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Lapisan ini sering ditemukan berselingan dengan lapisan batubara. Tebal lapisan bervariasi antara 0,20 – 5,0 meter, kemiringan lapisan sekitar 7 o – 20 o . Pada sekuen Formasi Tanjung di daerah penyelidikan tak ditemukan adanya singkapan yang terindikasi endapan bitumen padat, hal ini kemungkinan karena sekuen sedimen Formasi Tanjung di daerah ini merupakan sekuen bagian atas yang terendapkan di lingkungan laut dangkal terbuka dengan pengaruh arus dan material detritus klastik yang cukup kuat, sehingga tidak cukup menunjang untuk pembentukan endapan tersebut. Hasil analisis retorting dari 9 conto menunjukkan kandungan minyak yang sangat kecil yaitu 2,4 – 5 liter/ton. Berdasarkan hal tersebut penghitungan sumberdaya tidak dilakukan. Untuk penyelidikan selanjutnya disarankan untuk menyelidiki Formasi Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah penyelidikan yang mencakup sekuen bagian bawah dan tengah yang diperkirakan berpotensi untuk mengandung endapan bitumen padat. Disarankan juga untuk menyelidiki Formasi Warukin yang tersebar cukup luas di sebelah barat dan selatan dari daerah penyelidikan. PENDAHULUAN Latar Belakang Laju konsumsi dan kebutuhan energi nasional selama beberapa dasawarsa terakhir meningkat dengan cukup pesat, seiring dengan makin meningkatnya pemakaian energi di bidang industri, transportasi dan keperluan rumahtangga. Selama masa tersebut laju konsumsi rata-rata mencapai sekitar 10 % per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang. Di sisi lain terdapat keterbatasan jumlah cadangan energi konvensional khususnya minyak bumi. Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah dengan kebijakan diversifikasi energi

Transcript of DAFTAR PELAKSANA PEKERJAAN

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT

DI DAERAH KANDUI DAN SEKITARNYA

KABUPATEN BARITO UTARA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh :

Dahlan Ibrahim Subdit. Batubara, DIM

SARI Daerah Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, tercakup di dalam sebagian Lembar1714-63 dan Lembar 1714-64 Peta Rupa Bumi Indonesia terbitan Bakosurtanal. Terletak di antara 01o00’00” – 01o15’00” LS dan 115o05’00” - 115o20’00” BT, meliputi wilayah seluas lebih kurang 75.000 ha. Penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah mengenai diversifikasi energi. Endapan bitumen padat adalah aneka batuan sedimen klastik halus, biasanya berupa serpih yang kaya kandungan material organik dan dapat diproses sehingga menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi. Keterdapatan endapan ini pada beberapa cekungan sedimentasi di Indonesia diperkirakan cukup potensial, sehingga di masa mendatang diharapkan dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber energi alternatif.

Daerah penyelidikan secara geologi termasuk kedalam Cekungan Barito. Stratigrafinya tersusun oleh runtunan sedimen Tersier dengan urutan dari tua ke muda : Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Ditinjau dari beberapa aspek geologi terutama lingkungan pengendapan, ciri-ciri litologi dan umur dari formasi, diperkirakan potensi endapan bitumen padat terdapat pada Formasi Tanjung, Formasi Montalat dan Formasi Warukin.

Dari penyelidikan lapangan telah ditemukan sekitar 50 lokasi singkapan batuan sedimen terindikasi endapan bitumen padat pada Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Lapisan ini sering ditemukan berselingan dengan lapisan batubara. Tebal lapisan bervariasi antara 0,20 – 5,0 meter, kemiringan lapisan sekitar 7o – 20o. Pada sekuen Formasi Tanjung di daerah penyelidikan tak ditemukan adanya singkapan yang terindikasi endapan bitumen padat, hal ini kemungkinan karena sekuen sedimen Formasi Tanjung di daerah ini merupakan sekuen bagian atas yang terendapkan di lingkungan laut dangkal terbuka dengan pengaruh arus dan material detritus klastik yang cukup kuat, sehingga tidak cukup menunjang untuk pembentukan endapan tersebut.

Hasil analisis retorting dari 9 conto menunjukkan kandungan minyak yang sangat kecil yaitu 2,4 – 5 liter/ton. Berdasarkan hal tersebut penghitungan sumberdaya tidak dilakukan. Untuk penyelidikan selanjutnya disarankan untuk menyelidiki Formasi Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah penyelidikan yang mencakup sekuen bagian bawah dan tengah yang diperkirakan berpotensi untuk mengandung endapan bitumen padat. Disarankan juga untuk menyelidiki Formasi Warukin yang tersebar cukup luas di sebelah barat dan selatan dari daerah penyelidikan. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Laju konsumsi dan kebutuhan energi

nasional selama beberapa dasawarsa terakhir

meningkat dengan cukup pesat, seiring dengan

makin meningkatnya pemakaian energi di bidang

industri, transportasi dan keperluan

rumahtangga. Selama masa tersebut laju

konsumsi rata-rata mencapai sekitar 10 % per

tahun dan diperkirakan akan terus meningkat di

masa mendatang. Di sisi lain terdapat

keterbatasan jumlah cadangan energi

konvensional khususnya minyak bumi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut

pemerintah dengan kebijakan diversifikasi energi

telah mendorong penggunaan sumber-sumber

energi lain di luar minyakbumi seperti gas-alam,

batubara, gambut, panasbumi, tenaga air, tenaga

surya, biomassa dan lainnya. Disamping itu

pemerintah melalui Departemen Energi dan

Sumberdaya Mineral juga berupaya untuk

mencari bahan energi lain yang bersumber dari

alam di luar yang telah diketahui selama ini.

Endapan bitumen padat merupakan salah

satu potensi bahan galian yang berpeluang untuk

dikembangkan menjadi sumber energi alternatif.

Endapan bitumen padat adalah batuan sedimen

klastik halus biasanya berupa serpih,

mengandung zat organik yang bisa diekstraksi

menghasilkan hidrokarbon cair seperti

minyakbumi, sehingga lazim juga disebut

sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.

Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah

di atas Departemen Energi dan Sumberdaya

Mineral melalui Proyek DIK-S Direktorat

Inventarisasai Sumberdaya Mineral Tahun

Anggaran 2001 telah melakukan penyelidikan

pendahuluan endapan bitumen padat di daerah

Kandui dan sekitarnya, Kabupaten Barito Utara,

Propinsi Kalimantan Tengah.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan penyelidikan ini dimaksudkan

untuk mendapatkan data endapan bitumen padat

yang meliputi : Lokasi dan koordinat singkapan,

jurus dan kemiringan, ketebalan, sebaran lapisan

ke arah lateral, conto endapan, dan aspek-aspek

geologi lainnya yang dapat menunjang

penafsiran bentuk geometris dari lapisan bitumen

padat.

Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi

endapan bitumen padat di daerah tersebut yang

mencakup antara lain : kuantitas, kualitas dan

prospek pengembangannya di masa mendatang. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Daerah penyelidikan terletak di daerah

Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung

Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur,

Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan

Tengah. Secara geografis terletak di antara

115o05’00” – 115o20’00” BT dan 01o00’00” –

01o15’00” LS. Lokasinya terletak lebih kurang

600 km ke arah timurlaut Palangkaraya atau

sekitar 70 km ke arah tenggara Muarateweh,

ibukota Kabupaten Barito Utara. Pencapaian

lokasi dari Palangkaraya bisa dilakukan lewat

darat, sungai maupun udara.

Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan

Penduduk yang bermukim di daerah ini

terdiri atas penduduk asli dan pendatang.

Penduduk asli adalah Suku Dayak sedangkan

pendatang umumya adalah Suku Banjar dari

Kalimantan Selatan dan transmigran yang

berasal dari Pulau Jawa. Profesi penduduk

umumnya sebagai petani, pedagang dan pekerja

pada usaha perkayuan. Agama yang dianut

terbagi atas Agama Islam, Kristen dan

Kaharingan.

Sarana dan pra sarana yang tersedia cukup

memadai. Terdapat sekolah, Puskesmas, dokter

dan sarana transportasi. Sebagian desa telah

memiliki jaringan listrik PLN. Di kota

kecamatan Kandui terdapat sarana telepon yang

menggunakan sistem wireless.

Sebagai mana daerah yang beriklim tropis,

di sepanjang tahun suhu, curah hujan dan

kelembaban rata-rata cukup tinggi. Musim hujan

biasanya berlangsung antara Nopember dan

April, musim kemarau antara Juli dan Oktober,

di antara kedua musim tersebut terdapat musim

transisi.

Lahan di daerah penyelidikan sebagian besar

merupakan areal hutan berstatus Hak

Pengusahaan Hutan dari P.T. Austral Byna dan

P.T. Sindo Lumber. Sebagian lagi merupakan

lahan perkebunan penduduk yang ditanami

pohon karet, rotan, kelapa sawit dan palawija.

Kawasan hutan yang ada umumnya sudah

tidak produktif karena jumlah dan jenis pohon

yang tumbuh sudah sangat berkurang.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Kegiatan penyelidikan mencakup

pekerjaan lapangan dan pasca-lapangan.

Pekerjaan lapangan berupa pemetaan geologi

endapan bitumen padat, sedangkan kegiatan

pasca-lapangan adalah pengujian conto di

labotatorium dan penyusunan laporan akhir.

Pemetaan Geologi Endapan Bitumen Padat

Pemetaan geologi endapan bitumen

padat dilakukan dengan menggunakan peta

topografi skala 1 : 50.000 lembar 1714-63 dan

1714-64, terbitan Bakosurtanal. Untuk penamaan

formasi mengacu pada Peta Geologi Lembar

Buntok, Kalimantan, skala 1 : 250.000, terbitan

Puslitbang Geologi, Bandung.

Pemetaan geologi endapan bitumen padat

mencakup beberapa kegiatan yaitu : Mencari dan

menginventarisir lokasi singkapan bitumen

padat, mengukur kedudukan dan tebal dari

lapisan, mengamati sifat-sifat fisik dan

karakteristik dari endapan bitumen padat,

mencari penyebaran lapisan ke arah lateral,

mengamati aspek-aspek geologi lainnya yang

dapat membantu dalam menafsirkan bentuk

geometris dari lapisan bitumen padat, membuat

parit-parit uji dan pengambilan conto.

Pengujian Conto di Laboratorium

Sejumlah conto telah diuji di

laboratorium untuk mengetahui kualitasnya.

Pengujian dilakukan oleh Laboratorium Penguji

Kimia-Fisika Mineral dan Batubara Direktorat

Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Bandung.

Macam pengujian terdiri atas analisis retorting

(Retort analysis) dan analisis petrografi.

Retort analysis meliputi pengujian

kandungan minyak (oil content), kandungan air

(water content) dan berat jenis minyak (Specific

Gravity of oil), sedangkan analisis petrografi

merupakan pengamatan dan pemerian

mikroskopis dari maseral dan mineral pada conto

bitumen padat yang antara lain meliputi nilai

reflektansi vitrinit (Rv mean), sebaran material

organik (DOM), jenis dan komposisi maseral

dari material organik serta kandungan mineral.

KEADAAN GEOLOGI

Geologi Regional

Di dalam kerangka tektonik Kalimantan

daerah penyelidikan termasuk ke dalam

Cekungan Barito. Secara fisiografi cekungan ini

mempunyai batas-batas sebagai berikut : Di

sebelah utara dibatasi oleh Kuching High dan

Pasternoster Cross High, di timur oleh Meratus

High, di selatan oleh Laut Jawa dan di barat oleh

Paparan Sunda.

Batuan tertua yang tersingkap adalah

batuan Pra Tersier yang merupakan batuan dasar

cekungan. Di atas batuan Pra Tersier diendapkan

tak selaras runtunan sedimen Tersier hingga

Kuarter. Di beberapa tempat khususnya pada

Tersier Awal terjadi kegiatan vulkanisme yang

menghasilkan batuan terobosan.

Sedimentasi Tersier diawali dengan fase

transgresi pada Kala Eosen yang mencapai

puncaknya pada Miosen Awal dan diakhiri oleh

fase regresi pada Kala Pliosen. Urutan sedimen

Tersier dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

Formasi Tanjung, Formasi Montalat yang

menjemari dengan Formasi Berai, Formasi

Warukin dan Formasi Dahor. Endapan Aluvium

berumur Kuarter merupakan endapan termuda

melampar tak selaras di atas batuan-batuan yang

lebih tua.

Kegiatan gunungapi terjadi pada Kala

Eosen-Oligosen, menghasilkan lava bersusunan

andesitis-basaltis dan batuan terobosan hipabisal

berupa sill dan retas bersifat basaltis yang

menerobos sedimen Formasi Tanjung di

beberapa tempat.

Pola struktur geologi regional yang

terbentuk adalah perlipatan dan sesar. Perlipatan

berupa sinklin dan antiklin dengan arah sumbu

berarah relatif timur-barat dan timurlaut-

baratdaya. Sesar berupa sesar naik dengan sumbu

sejajar lipatan, sesar geser sinistral berarah

baratlaut-tenggara dan sesar normal berdimensi

relatif kecil yang terbentuk akibat pengaruh

gravitasi.

Ditinjau dari beberapa aspek geologi

terutama lingkungan pengendapan, ciri litologi

dan umur dari formasi, diperkirakan kondisi

yang memungkinkan untuk terbentuknya

endapan bitumen padat adalah pada Formasi

Tanjung, Formasi Montalat dan Formasi

Warukin.

Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi daerah penyelidikan secara

umum membentuk perbukitan bergelombang

landai dengan elevasi kurang lebih 100 meter di

atas muka laut. Bentuk ini mencerminkan adanya

perselingan batuan dengan tingkat resitensi yang

berbeda terhadap erosi. Sebagian wilayah

penyelidikan di bagian timur menampakkan

bentuk morfologi Karst yang khas berasosiasi

dengan batugamping. Pola aliran sungai di

daerah ini menunjukkan pola dendritik dan

rektangular, mencerminkan kondisi batuan

sedimen dengan sudut kemiringan relatif landai

dan adanya kontrol dari pola struktur baik sesar,

lipatan atau kekar.

Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun

oleh batuan sedimen berumur Tersier, mulai dari

Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi

Montalat hingga Formasi Warukin. Uraian

stratigrafi daerah penyelidikan mulai dari batuan

tua ke muda adalah sebagai berikut :

• Formasi Tanjung

Terdiri atas perselingan batupasir

kuarsa, batulempung dan batulanau.

Batupasir, berwarna kuning muda–

kelabu, berbutir sedang, terpilah baik,

struktur sedimen laminasi paralel,

komponen utama kuarsa, mengandung

glaukonit dan muskovit. Batulempung,

kelabu kehijauan, lunak, mudah

hancur, berlaminasi, kadang

menyerpih. Batulanau, kelabu,

berlaminasi. Formasi ini diendapkan

di lingkungan laut dangkal terbuka.

• Formasi Berai

Formasi ini terdiri atas batugamping,

putih – kelabu kecoklatan, berbutir

halus, keras, kompak, berlapis–

masif, mengandung foraminifera

besar. Bersisipan batulempung

gampingan dan napal. Lingkungan

pengendapan formasi ini adalah laut

dangkal tertutup atau laguna.

• Formasi Montalat

Formasi ini terdiri atas batupasir

kuarsa dan batulempung bersisipan

batulanau, serpih dan batubara.

Batupasir, kuning muda-kelabu,

berbutir halus-sedang, kuarsa

dominan, kekompakan sedang,

struktur sedimen cross-bedding,

laminasi paralel dan bioturbasi.

Batulempung, kelabu–kehijauan,

lunak, plastis, masif-berlaminasi,

mengandung sisipan batulanau,

lempung berkarbon, serpih dan

batubara. Batulanau, kelabu, getas,

berlaminasi, setempat berkarbon.

Serpih, coklat- kehitaman, lunak,

getas, kaya kandungan organik,

mengindikasikan bitumen padat.

Batubara, hitam, banded, keras, getas.

Formasi Montalat diperkirakan

diendapkan di lingkungan laut

dangkal.

• Formasi Warukin

Terdiri atas batupasir kuarsa,

bersisipan batulempung, batulanau,

batubara.

Batupasir, kuning muda, berbutir

sedang-kasar, konglomeratan, kuarsa

dominan, kurang kompak.

Batulempung, kelabu, lunak, setempat

mengandung sisipan lempung

berkarbon dan terindikasi bitumen

padat. Batulanau, kelabu, berlaminasi,

setempat mengandung sisa organik.

Batubara, hitam kecoklatan, kusam,

getas. Formasi ini diendapkan pada

lingkungan paralik.

Pola struktur geologi yang terbentuk di

daerah penyelidikan adalah lipatan dan sesar.

Lipatan berupa antiklin berarah timurlaut-

baratdaya yang menunjam ke arah baratdaya.

Sesar diperkirakan dengan arah relatif baratlaut-

tenggara, terdeteksi di bagian tenggara daerah

penyelidikan.

GEOLOGI ENDAPAN BITUMEN PADAT

Dasar Teori

Keberadaan batuan sedimen yang kaya

kandungan organik di alam sering diasosiasikan

sebagai bahan baku energi fosil. Hutton, 1987,

telah mengklasifikasikan batuan sedimen yang

melimpah akan material organik menjadi tiga

golongan : Batubara, batuan mengandung

bitumen dan endapan bitumen padat.

Endapan bitumen padat didefinisikan

sebagai aneka batuan sedimen berbutir halus,

mengandung material organik yang dapat

diproses sehingga menghasilkan minyak (Yen

and Chilingarian, 1976). Adanya keterkaitan

antara sedimen berbutir halus ini dengan

kandungan minyak atau organik menyebabkan

endapan bitumen padat lazim juga dikenal

sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.

Material organik pada endapan bitumen

padat berasal dari akumulasi sisa-sisa organisme

yang pernah hidup pada suatu lingkungan

tertentu kemudian pada kondisi yang

memungkinkan terendapkan dan terproses

menjadi endapan bitumen padat. Bahan-bahan

organik tersebut berasal dari sisa tetumbuhan

seperti ganggang, spora, serbuk sari dan

kutikula, namun pada umumnya berasal dari

jenis tetumbuhan rendah khususnya ganggang.

Pembentukan bitumen padat

memerlukan beberapa persyaratan tertentu yang

mencakup berbagai aspek baik geologi, biologi,

kimia maupun fisika. Persyaratan tersebut antara

lain : Terdapatnya sumber tetumbuhan

(ganggang) yang melimpah, pembentukan awal

pada kondisi an-aerob, lingkungan pengendapan

dengan kondisi air yang tenang dan pengendapan

sekaligus dari material baik secara autochton

maupun allochton.

Berbagai tipe lingkungan pengendapan

yang dapat berasosiasi dengan endapan bitumen

padat. adalah : Danau-danau air tawar yang kecil

(deltaic), rawa, laguna, danau-danau besar yang

berasosiasi dengan Cekungan intramontan dan

laut dangkal pada paparan yang stabil

Sebaran Endapan Bitumen Padat

Dari pengamatan lapangan telah

ditemukan sekitar 50 singkapan terindikasi

endapan bitumen padat. Singkapan-singkapan

tersebut ditemukan pada Formasi Montalat dan

Formasi Warukin, khususnya pada Formasi

Montalat. Sejauh yang teramati pada sekuen

sedimen Formasi Tanjung di daerah

penyelidikan tidak ditemukan adanya lapisan

sedimen yang terindikasi endapan bitumen padat.

Dari pengamatan pada singkapan

ternyata sedimen yang terindikasi endapan

bitumen padat sering ditemukan sebagai

perselingan dengan lapisan batubara dan batuan

sedimen bertekstur halus seperti batulempung,

batulanau atau batupasir halus. Pada beberapa

lokasi ditemukan juga sebagai sisipan atau

laminasi tipis pada batulempung atau serpih.

Tebal lapisan bervariasi diantara 0,20 – 5 meter,

kemiringan lapisan sekitar 7o – 20o. Kenampakan

endapan ini di lapangan adalah sebagai sedimen

bertekstur halus berukuran butir lempung–lanau,

berwarna coklat kehitaman–kelabu gelap, lunak,

getas, menyerpih atau berlaminasi halus, kaya

kandungan organik, apabila dibakar

mengeluarkan bau khas.

Pada Formasi Tanjung tidak ditemukan

adanya batuan berindikasi endapan bitumen

padat. Dari pengamatan diperoleh data bahwa

litologi formasi ini terdiri dari perselingan

monoton antara lapisan batupasir, batulempung

dan batulanau. Batupasir berwarna kuning

muda–kelabu, berbutir sedang, umumnya

terpilah baik, komposisi utama kuarsa,

mengandung glaukonit, struktur sedimen

laminasi paralel, setempat dijumpai fosil ikan.

Batulempung atau batulanau berwarna kelabu–

kehijauan, lunak, berlaminasi.

Berdasarkan data tersebut di atas

diperkirakan bahwa sekuen litologi Formasi

Tanjung tersebut diendapkan di lingkungan laut

terbuka, kondisi air yang berarus dan pengaruh

detritus klastik cukup besar. Ciri litologi dan

lingkungan pengendapan tersebut mirip dengan

ciri litologi dan lingkungan pengendapan sekuen

Formasi Tanjung bagian atas yang diendapkan di

lingkungan laut terbuka (Supriatna, dkk, 1980).

Kondisi dan lingkungan pengendapan yang

demikian kurang memenuhi syarat untuk

pembentukan endapan bitumen padat

Kualitas Endapan Bitumen Padat

Pengujian kualitas dilakukan dengan

analisis retorting dan analisis petrografi. Hasil

analisis menunjukkan kandungan minyak sangat

sedikit yaitu sekitar 2,4 – 5 liter/ton. Berat jenis

minyak tidak dihitung karena kandungan

minyaknya sangat sedikit. Analisis petrografi dilakukan untuk

mengetahui komposisi dari zat organik, jenis dan

kandungan maseral serta kandungan mineral dari

conto batuan. Hasil analisis dipakai sebagai

pembanding terhadap hasil analisis retorting

khususnya untuk mengetahui hubungan antara

kandungan minyak dengan kandungan zat

organik pada batuan.

Beberapa hal yang dapat disarikan dari

hasil analisis petrografi tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Nilai Disperse Organic Matter

(DOM) berkisar dari common –

abundant, atau sekitar (0,5-2,0) % -

(2,0-10,0) %, menunjukkan

kandungan zat organik tidak cukup

melimpah.

2. Kandungan maseral lebih

didominasi oleh vitrinit

dibandingkan inertinit dan liptinit.

Hampir semua conto mengandung

vitrinit dengan kuantitas berkisar

dari common – abundant.

3. Nilai reflektansi vitrinit berkisar

0,35 % - 0,42 %, tingkat

kematangan rendah – sedang.

4. Liptinit umumnya adalah

Lamalginit, namun persentasenya

sangat kecil yaitu < 0,2 %.

5. Bitumen terdapat pada 4 conto,

terdapat dalam lapisan atau di

antara butiran sedimen.

6. Kandungan mineral terdiri atas

oksida besi (common – abundant)

dan pirit (sparse – major),

menunjukkan kandungan rata-rata

kedua mineral ini cukup banyak.

Pembahasan Hasil Analisis Laboratorium

Kandungan minyak pada conto yang

dianalisis ternyata sangat sedikit. Hal ini

terutama disebabkan kurangnya kelimpahan zat

organik, ini dapat dilihat pada nilai DOM yang <

10 %. Disamping itu kandungan material organik

lebih didominasi oleh vitrinit dibandingkan

dengan liptinit, sehingga tampaknya zat asal

material organik tersebut lebih didominasi oleh

kelompok tetumbuhan yang banyak mengandung

serat kayu yang umumnya berasal dari jenis

tetumbuhan tingkat tinggi. Sedangkan

kandungan organik yang berasosiasi dengan

kandungan minyak yang tinggi lazimnya adalah

liptinit yang berasal dari jenis tetumbuhan

tingkat rendah seperti ganggang atau bagian

tetumbuhan lunak seperti spora, kulit luar, getah

tanaman dan serbuk sari. Dari analisis petrografi

tampak bahwa walupun liptinit dalam hal ini

jenis lamalginit masih ada, namun terdapat

dalam persentase sangat kecil yaitu < 0,2 %.

Ditinjau dari kondisi pengendapan,

kurang melimpahnya material organik khususnya

jenis liptinit dari conto-conto yang dianalisis

kemungkinan disebabkan oleh kurangnya faktor-

faktor yang mendukung proses pembentukan

endapan bitumen padat tersebut dengan cukup

ideal. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi

air tenang dengan pengaruh material detritus

klastik yang minim serta kondisi fisika, kimia

dan biologi yang mendukung untuk tumbuh dan

berkembangnya secara berlimpah organisme

bahan pembentuk endapan.

Sumberdaya Endapan Bitumen Padat

Hasil analisis retorting menunjukkan

bahwa kandungan minyak dari conto batuan

terindikasi endapan bitumen padat di daerah ini

sangat kecil.. Berdasarkan hal tersebut

penghitungan sumberdaya tidak dilakukan.

Prospek Pengembangan Endapan Bitumen

Padat di Daerah Penyelidikan

Ditinjau dari berbagai aspek khususnya

sebaran, kuantitas dan kualitas dari endapan

bitumen padat, dapat disimpulkan bahwa

walaupun dari segi distribusi keterdapatan

singkapan cukup banyak namun persentase

kandungan minyaknya ternyata sangat kecil,

sehingga disimpulkan bahwa daerah

penyelidikan kurang prospek untuk

dikembangkan lebih lanjut dengan tahap

penyelidikan berikutnya.

Walaupun demikian diusulkan adanya

penyelidikan selanjutnya terhadap Formasi

Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah

penyelidikan, yang sebagian wilayahnya

termasuk Propinsi Kalimantan Selatan. Sekuen

litologi Formasi Tanjung di daerah tersebut

diperkirakan mencakup sekuen bagian bawah

dan tengah. Lingkungan pengendapan maupun

ciri-ciri litologi pada sekuen tersebut (antara lain

dengan keterdapatan batubara) cukup menunjang

untuk pembentukan endapan bitumen padat.

Disarankan juga penyelidikan terhadap Formasi

Warukin di sebelah barat dan selatan daerah

penyelidikan.

KESIMPULAN

1. Formasi pembawa endapan yang

berindikasi bitumen padat di daerah

penyelidikan adalah Formasi Montalat

dan Formasi Warukin. Pada Formasi

Tanjung tidak ditemukan adanya

endapan terindikasi bitumen padat,

kemungkinan hal tersebut disebabkan

sekuen Formasi Tanjung di daerah

penyelidikan adalah sekuen bagian atas

yang berfasies marin dan diendapkan di

lingkungan laut dangkal terbuka.

2. Distribusi lokasi singkapan batuan

berindikasi bitumen padat di daerah ini

tersebar cukup banyak namun dengan

ketebalan relatif tipis berkisar 0,20 –

5,00 meter.

3. Kualitas dari 9 conto yang diuji secara

retort analysis menunjukkan kandungan

minyak yang sangat sedikit yaitu sekitar

2,4 – 5,00 liter/ton.

4. Penghitungan sumberdaya endapan

bitumen padat di daerah ini tidak

dilakukan karena kandungan minyaknya

sangat sedikit.

5. Walaupun distribusi singkapan batuan

yang terindikasi bitumen padat tersebar

cukup banyak namun dengan

kandungan minyak yang sangat sedikit,

daerah ini tampaknya kurang prospek

untuk dikembangkan ke tahap

penyelidikan berikutnya. Namun

disarankan untuk menyelidiki Formasi

Tanjung di sebelah timur dan tenggara

daerah penyelidikan, yang sebagian

termasuk wilayah Propinsi Kalimantan

Selatan. Formasi Tanjung di daerah

tersebut mencakup sekuen bagian

bawah dan tengah ,diperkirakan

lingkungan pengendapannya cukup

memungkinkan untuk terbentuknya

endapan bitumen padat. Disarankan

juga untuk menyelidiki Formasi

Warukin di sebelah timur dan selatan

daerah penyelidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hutton, A.C., 1987, Petrographic Classification

of Oil Shale, International Journal of

Coal Geology, p. 203-231, Amsterdam.

Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C., 1980,

Organic Matter in Oil Shales, APEA

Journal, vol. 20, p. 44-62, University of

Wollongong, N.S.W, Australia.

Supriatna, S., dkk., 1980, Laporan Geologi

Lembar Buntok, Kalimantan,

Puslitbang Geologi, Bandung.

Yen, T.F., and Chilingarian, G.V., 1976, Oil

Shale, Elsevier Scientific Publishing

Company, Amsterdam – Oxford – New

York.

Peta 1. Lokasi Daerah Penyelidikan

TABEL 1. KOLOM STRATIGRAFI DAERAH PENYELIDIKAN

UMUR

ZAMAN KALA FORMASI LITOLOGI

LINGK. PENGENDAPAN

AK

HIR

TE

NG

AH

MIO

SE

N

AW

AL

WARUKIN

Batupasir kuar-

sa, bersisipan

batulempung,

batulanau dan

batubara

Paralik

Batupasir kuar-

sa, batulem-

pung bersisip-

an batulanau,

serpih dan

batubara

Laut dangkal

OLI

GO

SE

N

MONTALAT

BERAI

Batugamping,

keras, kompak,

masif-berlapis,

sisipan napal

Laguna

TER

SIE

R

EO

SE

N

TANJUNG

Perselingan

monoton batu-

pasir kuarsa,

batulanau dan

batulempung.

Laut dangkal

terbuka

Tabel 2. Klasifikasi Endapan Bitumen Padat (Hutton, 1987)

Terrestrial Oil shale

Lacustrine Oil shale

Marine Oil shale

Lamosite

Lithotype Cannel

Coal Torbanite

Rundle Type

Green- River Type

Marinite Tasmanite Kuckersite

Precursor- Organisms

Vascular-

Plant

Green-

Algae

Green-

Algae

Blue-

Green

Algae

Green-

Algae

Acritarchs

Dinoflagel-

lates

Green-

Algae

Green-

Algae

Growth Form

Various Planktonic

Colonial

Planktonic

Colonial

unicellular

Benthonic-

Algae

Algae-

ooze

Planktonic

unicellular Unicellular

Planktonic

Colonial

Dominant Maceral/ Constituent

Sporinite

Resinit

Cutinite

Telalginite Lamalginite Lamalginite Lamalginite

Bituminite Telalginite Telalginite

Known Precursors

Anglo-

sperms

Gymno-

sperms

Plio

Rheinechia

Pediastrum

Septodinium

Cleisto

sphaeridium

? Nestocopsis Tasmanites

Lelosphaeri

Gloso-

capso-

morpha

priece

Related Organisms

Various

Extent

Vascular

plants

Batryo-

coccus

braunii

Pediastrum

Extent Blue

Green

Algae

Various

extent

Algae

Acritarche

Dinoflagel-

lates

Pachy-

spaera

pelagic

Botryo-

coccus

braunii

Minor Vitrinite

Inertinite

Vitrinite

Inertinite

Telalginite

Vitrinite Bitumen - - -

Other Org. Matter Trace

Telalginite

Bituminite

Sporinite

Resinite

Sporinite

Bitumen

Vitrinite

Sporinite

Telalginite

Vitrinite

Inertinite

Sporinite

Bitumen

Vitrinite

Inertinite

lamalginite

-

Tabel 3. Hasil Analisa Retorting Conto Bitumen Padat Daerah Kandui, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah

No. No.

Conto Oil Content (Liters/ton)

Water Content (Liters/ton)

Specific Gravity of Oil (Grams/ton)

1 KD-01 5.0 174 IS 2 KD-02 3.0 190 IS 3 KD-03 2.4 184 IS 4 KD-03 3.0 184 IS 5 KD-04 NIL 136 NIL 6 KD-05 NIL 230 NIL 7 KD-06 NIL 116 NIL 8 KD-07 NIL 182 NIL 9 KD-08 NIL 212 NIL

Note : IS is insufficient oil samples to be measured

Peta 1. Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Kandui dan Sekitarnya