DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum...

31

Transcript of DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum...

Page 1: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal
Page 2: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal
Page 3: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii

SUSUNAN ACARA ……………………………………………………………………………. viii

ABSTRAK

PERSPEKTIF KRITIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN 1% PADA UMKM …. 1

Yuyung Rizka Aneswari

I Nyoman Darmayasa

Elana Era Yusdita

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN

DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) PADA DINAS PENDAPATAN

DAERAH KABUPATEN SERANG …………………………………………………………… 2

Ayu Noorida Soerono

Nana Nofianti

Dwi Septa Mulyani

JERUJI GIJZELINGNOBODY WANTS TO PAY TAXES Versus ORANG

BIJAK TAAT PAJAK(STUDI PADA PERILAKU WAJIB PAJAK

DI KOTA SURABAYA) ……………………………………………………………………….. 3

Erlina Diamastuti

Dewi Prastiwi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PENGGUNAAN E-FILLING DALAM PELAPORAN SPT

OLEH WAJIB PAJAK BADAN ……………………………………………………………… 4

Indra Pahala

Tresno Eka Jaya

Linda Setyorini

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP

PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN

PENAGIHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(PADA KPP PRATAMA CILANDAK JAKARTA SELATAN) …………………………... 5

Diera Darmayani

Eva Herianti

Page 4: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

iii

PREDIKSI MINAT PERILAKU MENGGUNAKAN JASA PAJAK ELEKTRONIK:

ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI ………………………………………………….. 6

Jullie J. Sondakh

KESALAHAN MEKANISME PEMUNGUTAN PPN ………………………………….. 7

Sri Hanggana

LABA KOMPREHENSIP DAN DEFERRED TAX SEBAGAI PREDIKTOR

SANKSI DAN DENDA PAJAK ………………………………………………………….. 8

Tresno Eka Jaya

PENGARUH PENINGKATAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP),

KEMUDAHAN PEMBUATAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP),

PEMBEBASAN FISKAL BAGI PEMILIK NPWP, DAN PELAPORAN PAJAK

PENGHASILAN MENGGUNAKAN E-SPT/E-FILING TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI(STUDI EMPIRIS

WAJIB PAJAK PRIBADI DI WILAYAH KPP TAMANSARI DUA,

JAKARTA BARAT) ………………………………………………………………………… 9

Yuwono

Sugeng Riyadi

PENGARUH KOMPENSASI MANAJEMEN, FASILITAS PERPAJAKAN,

DAN MANAJEMEN LABA TERHADAP MANAJEMEN PAJAK PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 …………………… 10

Indra Pahala

Ratna Anggraini

Ita Wulandari

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM, SURAT TAGIHAN PAJAK,

DAN RESTITUSI PPN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI …………………………………………………………………. 11

Indra Pahala

Santi Susanti

Anieng Pratiwi

PENGGUNAAN E-SYSTEM DAN PERILAKU KEPATUHAN PERSPEKTIF

WAJIB PAJAK KARYAWAN ........................................................................................... 12

Meiliana Wikarsa

Stephanie Febriana Y

Pricillia Lanrence B

MENELISIK PAJAK PENGHASILAN ATAS BISNIS ONLINE SHOP ………………. 13

Elisabeth Ria Viana

Paulina Margareth

Serly

Page 5: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

iv

PERSPEKTIF MAHASISWA STIE PERBANAS SURABAYA

ATAS TAX EVASION ……………………………………………………………………… 14

Supriyati

PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN

PERPAJAKAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

(UMKM) DI SURAKARTA DENGAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN

SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI …………………………………………………… 15

RizkyAkbarAnwar

MuhammadSyafiqurrahman

PENGARUHORGAN-ORGAN PENDUKUNG GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP TAX AVOIDANCE ………………………………………………………… 16

RafikaPutriUtami

MuhammadSyafiqurrahman

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG NIAT MAHASISWA DIPLOMA III

AKUNTANSI MEMILIH KARIR MENJADI PEGAWAI DIREKTORAT

JENDERAL PAJAK ………………………………………………………………….. 17

Yanto Darmawan

Yudi Santara Setyapurnama

MENINGKATKAN KEPATUHAN DAN PENERIMAAN PAJAK MELALUI

WITHHOLDING TAX SYSTEM ……………………………………………………… 18

I Nyoman Darmayasa

Yuyung Rizka Aneswari

Elana Era Yusdita

PENGARUH KESADARAN MEMBAYAR PAJAK, PENGETAHUAN DAN

PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK, PERSEPSI ATAS EFEKTIFITAS SISTEM

PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, DAN SANKSI PERPAJAKAN

TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PULOGADUNG …………………… 19

Tresno Eka Jaya R

Margian Utami

Yunika Murdayanti

PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN INFORMASI TREN MEDIA

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(STUDI KASUS KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA) ………… 20

Devy Yekti Palupi

Eva Herianti

Page 6: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

v

DETERMINAN TINDAKAN TAX EVASION

(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG CANDISARI) ………………. 21

Prabowo Yudo Jayanto

PENGARUH SOSIALISASI, PELAYANAN FISKUS, DAN PENGETAHUAN

PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM

MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

PERKOTAAN (PBB-P2) DI KABUPATEN PONOROGO …………………………… 22

Denty Arista

Ihyaul Ulum

Dhaniel Syam

PENGARUH KUALITAS LAYANAN ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING(STUDI PADA WAJIB

PAJAKORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KARANGPILANG) ………………. 23

Novi Khoiriawati

Lintang Venusita

ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM

PENGAMBILALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN

DAN PERKOTAAN (PBB-P2)

(STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA PEKANBARU) …………………….. 24

Hesty Wulandari

ANALISIS DAMPAK PP NO. 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK

PENGHASILAN UMKM DI WILAYAH SOLO DAN SEKITARNYA ……………… 25

Maria Nirmala Putri

Eko Madyo Sutanto

Titiek Puji Astuti

TAX COMPLIANCE DITINJAU DARITHEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB):

STUDI EMPIRIS PADA WAJIP PAJAK ORANG PRIBADI DAN

BADAN YANG TERDAFTAR PADA KPP DI KOTA PALEMBANG ……………….. 26

Desy Lesmana

Delfi Panjaitan

Mutiara Maimunah

PENGARUH ETNISITAS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

UMKM DI INDONESIA DENGAN VARIABEL INTERVENING

KEPERCAYAAN …………………………………………………………………………… 27

Evans Sembada Sugiarto

Ari Kuncara Widagdo

Page 7: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

vi

PENGARUH PENERAPAN E-SPT PPN, E-SPT PPH 21 TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PENERIMAAN PAJAK ................................ 28

Toyiba

Hamilah

PENGARUH PENAGIHAN AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN

DAN SURAT PAKSA TERHADAP PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK ……………. 29

Surya Trisna Dani Syam

Soeprijadi

ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK UMKM TENTANG PP. NO.46

TAHUN 2013 TERHADAP KEMAUAN WAJIB PAJAK DALAM

MEMBAYAR PAJAK: STUDI PADA WP UMKM DI KOTA PALEMBANG ………… 30

Delfi Panjaitan

Desy Lesmana

Mutiara Maimunah

EFEKTIVITAS PELAYANAN PELAPORAN SPT MASA BAGI WAJIP

PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN MELALUI LAYANANDRIVE THRU

(STUDI PADA KPP PRATAMASINGOSARI) ..……………………………………….. 31

Maya ZukhrifatilJinan

Bambang Haryadi

Gita Arasy Harwida

CORPORATE GOVERNANCE, TAXAVOIDANCE, AUDIT DELAY DAN NILAI PERUSAHAAN

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI PERIODE 2010-2014

……………………………………………………………………….. 32

RonaldTehupuring

PENGARUH LIKUIDITAS SAHAMPERBANKANDANPROFITABILITAS

TERHADAPEFISIENSI PEMBAYARANPAJAK ……………………………………… 33

RonaldTehupuring

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013:

REALITAS SEMU BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

DI KABUPATEN BANGKALAN ………………………………………………………… 34

Dachliyati

Nurhayati

Rahmat Zuhdi

PANDANGAN TERHADAP TAX AMNESTY: SEBUAH TEMUAN AWAL ……….. 35

Nur Sayidah

Page 8: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

vii

PENGARUH MINAT INVESTOR ASING TERHADAP PENGHINDARAN

PAJAK DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR TERDAFTAR BEI 2011-2014 ………… 36

Muhammad Gibran Nadhir

Christine Tjen

PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN TRANSPARANSI TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN

SAHAM TERDAFTAR TAHUN 2011-2014 ………………………………………….. 37

Raisa Dewita Theresia Silalahi

Christine Tjen

PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN

FORMAL BAGI WAJIB PAJAK UMKM DI BLITAR ……………………………… 38

Moh. Chairul Umam

Heru Tjaraka

PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN

TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN LIABILITAS PAJAK

TANGGUHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (Periode 2008 – 2010) ……………. 39

Galih Rhendra Putra

Heru Tjaraka

PERAN AKADEMISI DALAM PERPAJAKAN ……………………………………… 40

Christin Septina Basani

Page 9: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

xiv

6. PANEL VI (Rita Yuliana, SE, Msi, Ak, CA)

No Pemakalah Makalah Instansi

1 Diera Darmayani

Eva Herianti

[email protected]

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan

Pajak Penghasilan Dengan Penagihan

Pajak Sebagai Variabel Moderating

(Pada Kpp Pratama Cilandak Jakarta

Selatan)

Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Jakarta

2 Devy Yekti Palupi

Eva Herianti

[email protected]

Pengaruh Pemeriksaan Dan Penagihan

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dengan Informasi Tren Media Sebagai

Variabel Moderating

(Studi Kasus Kpp Pratama Jakarta

Kebayoran Baru Tiga)

Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Jakarta

3 Tresno Eka Jaya R

Margian Utami

Yunika Murdayanti

Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak,

Pengetahuan Dan Pemahaman Peraturan

Pajak, Persepsi Atas Efektifitas Sistem

Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Dan

Sanksi Perpajakan Terhadap Tingkat

Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Pulogadung

Universitas Negeri Jakarta

SESI II

4 Tresno Eka Jaya

[email protected]

Laba Komprehensip Dan Deferred Tax

Sebagai Prediktor Sanksi Dan Denda

Pajak

Universitas Negeri Jakarta

5 Ronald Tehupuring

[email protected]

Corporate Governance, Audit Delay Dan

Nilai Perusahaan

(Studi Empiris Pada Perusahaan

Perbankan Di Bei

Periode 2010-2014)

Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

6 Ronald Tehupuring

[email protected]

Pengaruh Likuiditas Saham Perbankan

Dan Profitabilitas

Terhadap Efisiensi Pembayaran Pajak

Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Page 10: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

1

LABA KOMPREHENSIP DAN DEFERRED TAX SEBAGAI PREDIKTOR SANKSI

DAN DENDA PAJAK

( Tresno Eka Jaya)

Universitas Negeri Jakarta

[email protected]

ABSTRACT

Tax evasion cases often occur in Indonesia, even a very large value in the prediction, the tax

evasion case can be known after going through various series of examinations, and the results

of the examination form is less tax paid, penalty and fines to be paid by the taxpayer.

This study wanted to test whether there is influence of comprehensive income and the

amount of deferred tax against corporation tax fines and Penalties. Sample of this research is

a group of agricultural companies often publish as one field that is often problematic in the

field of taxation, and the testing performed using multiple linear regression studies.

The test results showed that the comprehensive income affect the amount of tax

penalties and fines, these results indicate that there is a problem when performing a

reconciliation of fiscal, tax Deferred no effect on tax penalties and fines these results indicate

that the size of the deferred tax has no effect on the examiner.

This study enriches research in the field of tax penalties and fines are still very rare in

Indonesia because of the limitations of the tax data which are very difficult to access.

Key word;

Tax evasion, tax penalty, deferred tax, comprehensive income

Page 11: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

2

A. Latar Belakang Masalah

Terungkapnya kasus-kasus mengenai penunggakan pajak yang dilakukan oleh banyak

perusahaan besar yang ada di Indonesia baik BUMN maupun perusahaan swasta bahkan di

perkirakan tunggakan dari perusahaan-perusahaan tersebut mencapai 17,5 triliun (Aris 2010).

Melihat banyaknya kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan

kepatuhan wajib pajak masih rendah khususnya wajib pajak badan dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan wajib pajak sangat berkaitan dengan sanksi pajak dan denda pajak. Wajib

pajak yang tidak patuh akan mendapatkan sanksi dan denda pajak. Sanksi dan denda pajak

sangat tergantung dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak (fiskus).

Perusahaan yang tidak patuh juga mendapat rekasi negative dari public sebagi

stakeholders. Publik akan bereaksi negative terhadap perusahaan yang tidak patuh terhadap

kewajiban perpajakannya (Scott Dyreng 2014). Ketidakpatuhan wajib pajak badan akan

menyebabkan biaya yang terkait dengan reputasi akan meningkat (John Gellemore 2013).

Tindakan tegas dari aparat perpajakan seperti pemeriksaan dan penagihan pajak

sangat dibutuhkan untuk mengurangi penunggak pajak, sehingga penerimaan pajak

penghasilan pun akan optimal dan meningkat.

Pemeriksaan pajak membantu meningkatkan kepatuhan formal maupun material

Wajib Pajak. Menurut Agusti dan Herawaty (2009) tanpa adanya pemeriksaan pajak serta

tidak adanya ketegasan dari instasi pajak, maka ketidakpatuhan Wajib Pajak akan

berkembang sehingga bisa mencapai tingkat dimana sistem perpajakan lumpuh. Hasil dari

pemeriksaan pajak adalah keluarnya surat tagihan pajak yang di dalamnya terdapat pajak

yang kurang dibayar beserta sanksinya.

Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang

merupakan hasil revisi dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan

Page 12: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

3

Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajaka.

Kepatuhan pajak adalah wajib pajak bersedia untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

(Harinurdin,2009 seperti yang di kutip dari Simon, 2003).

Kondisi keuangan akan berpengaruh dalam pembayaran pajak jika mengalami

kesulitan keuangan akan merasa tertekan ketika mereka diharuskan membayar kewajibannya

termasuk pajak (Torgler,2003). (Bloomqis,2003) mengidentifikasi bahwa tekanan keuangan

sebagai salah satu sumber tekanan bagi wajib pajak dan Bloomqist juga berpendapat bahwa

wajib pajak yang mempunyai pendapatan yang terbatas mungkin akan menghindari

pembayaran pajak jika kondisi keuangan wajib pajak tersebut buruk. Hal ini menunjukkan

bahwa perilaku kepatuhan, mematuhi kewajiban pajak bergantung antara lain pada kondisi

keuangan.

Hasseldine dalam Nasucha (2004) menyatakan bahwa kepatuhan pajak adalah

melaporkan semua harta kekayaan wajib pajak yang tercatat pada waktu yang ditentukan dan

pengembalian laporan pertanggung jawaban pajak yang akurat sesuai dengan kode

pemasukkan, peraturan dan penetapan keputusan pengadilan pada waktu dilakukan

pencatatan.

Penelitian dalam bidang perpajakan yang meneliti tentang besaran Sanksi dan Denda

masih sangat jarang dikarenakan dari data yang sangat terbatas dan sulit untuk di akses.

Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian apakah

Laba perusahaan sebelum rekonsialiasi dan Pajak Tangguhannya akan berpengaruh terhadap

Sanksi dan Denda Pajak .

B. Identifikasi Masalah

Page 13: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

4

1. Kecilnya rasio Wajib Pajak Badan yang memenuhi kewajiban perpajaknnya dengan

membayar dan melaporkan pajaknya, hal tersebut mengindikasikan adanya masalah

dalam sistem self assessment dan kepatuhan Wajib Pajak Badan.

2. Penerapan sistem self assessment memungkinkan munculnya kecurangan yang dilakukan

oleh Wajib Pajak dalam pelaporan pajaknya sehingga dibutuhkan pemeriksaan pajak

oleh aparat pajak, sehingga pemeriksaan ini diduga mempengaruhi penerimaan pajak

penghasilan badan.

3. Banyak terjadi kekeliruan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) atau PPh Kurang Bayar.

4. Pengawasan serta Pemeriksaan pajak oleh pemerintah belum maksimal.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh Laba Pajak Sebelum Rekonsialiasi pajak badan terdaftar terhadap

Sanksi?

2. Apakah ada pengaruh Pajak Tangguhan terhadap Sanksi dan Denda pajak perusahaan?

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh

Laba komprehensip dan deferred tax terhadap denda dan sanksi Pajak.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual

bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan

ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

c. Bagi Pemerintah dapat memberikan informasi faktor-faktor apa saja yang harus

diperhatikan untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan.

Page 14: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

5

d. Sebagai bahan evaluasi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan.

A. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan kerangka teoritik yang peneliti buat, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan

terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

2. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh Surat Setoran Pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan badan.

3. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh Surat Pemberitahuan Masa

terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

4. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh dari kepatuhan wajib pajak

badan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

5. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh dari pemeriksaan pajak

terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendeketan regresi

linier berganda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

Laporan keuang perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 .

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada peneltian ini adalah data sekunder. Sumber data

diperoleh dari Laporan Keuangan perusahaan Pertanian mulai tahun 2009 sampai dengan

2014 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia .

2. LANDASAN TEORITIS

Pajak adalah iuran wajib kepada kas negara merupakan hal yang harus dijunjung tinggi

keberlangsungannya, baik ketaatan masyarakat dalam menyetor pajak, ataupun keakuratan

Page 15: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

6

perhitungan pajak itu sendiri. Pembayaran pajak di Indonesia masuk dalam kas negara sekitar

75% dari jumlah kas yang ada.

PSAK juga turut mengatur masalah perhitungan pajak. Tidak hanya hal tersebut namun

dalam perkembangannya Direktorat Jendral Pajak mengeluarkan peraturan tentang

perhitungan pajak, dimana dasar pengenaan pajak khususnya pada unit bisnis mengunakan

Laporan Keuangan Fiskal, artinya laporan keuangan yang dibuat oleh unit bisnis tersebut

kemudian dikoreksi berdasarkan aturan-aturan pajak yang berlaku.

Perkembangan yang terjadi munculnya perlakuan Laporan keuangan komersial dan

fiskal mengalami berbagai permasalah yang timbul akibat perkembangan aturan dari

perpajakan itu sendiri, PSAK No. 46 tentang pajak penghasilan yang memunculkan beberapa

perbedaan dalam pengakuan dan perlakuaannya, yaitu adanya beda tetap dan beda permanen

dalam aturan perpajakan. Keberadaan dua hal tersebut yang memunculkan timbulnya istilah

pajak tangguhan.

2.1 Pajak tangguhan (PSAK 46)

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang

yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan

serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry

forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.

Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa

saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang

lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih

besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa

datang. Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi,

maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan.

Page 16: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

7

Pajak tangguhan diklasifikasikan menjadi Liabilitas pajak tangguhandan asset pajak

tangguhan. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode

masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak sedangkan Aset pajak

tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan

sebagai akibat adanya:

1. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan

2. Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi

3. Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan

mengizinkan.

Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan

yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode. Laba akuntansi

adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba kena pajak

atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu periode yang

dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan

yang terutang (dilunasi).

Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah

pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak

penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak

penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis

penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.

Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak

(rugi pajak) untuk satu periode. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat

aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan

temporer dapat berupa:

Page 17: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

8

1. Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah

kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada

saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.46.

2. Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan

jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode

masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.

2.1.1 Perbedaan permanen dan perbedaan tetap dalam pajak

a. Perbedaan Permanen

Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan pajak yang timbul karena terjadi

transaksi-transaksi pendapatan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial dan tidak

diakui menurut fiskal (pajak). Dimana pengakuan seperti hal tersebut biasanya terdapat pada

kategori dibwa ini, yaitu:

1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh

bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib

pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang

didirikan dan berkedudukan di Indonesia. (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).

2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh

telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final)

sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan penghasilan lainnya dalam menghitung

PPh yang terutang.

3. 3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan PPh

tidak dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000), misalnya biaya-

biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak memenuhi syarat-

syarat tertentu.

b. Beda Sementara

Page 18: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

9

Beda sementara adalah perbedaan yang terjadi secara fiskal karena perbedaan

pengakuan waktu dan biaya dalam menghitung laba. adapun unsur-unsur yang menjadi objek

dalam beda sementara adalah

a) Metode Penyusutan dan atau Amortisasi

b) Metode penilaian persediaan

c) Penyisihan piutang tak tertagih

d) Rugi-laba selisih kurs

e) Kompensasi Kerugian

f) Penyisihan bonus

2.1.2 Metode Penangguhan dalam Pajak penghasilan

a. Deferred Method (Metode Penangguhan)

Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (Income Statement Approach) yang

memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang

laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi

komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan

permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai

pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle

pada periode terjadinya perbedaan tersebut.

b. Asset-Liability Method (Metode Asset dan Kewajiban)

Metode ini menggunakan pendekatan neraca (Balance Sheet Approach) yang

menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan

memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang

perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan

antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini

mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer.

Page 19: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

10

c. Net-of-Tax Method (Metode Bersih dari Pajak)

Metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan

temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai penyesuaian atas

nilai asset atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode

ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak

penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.

a. Pengakuan (Recognition)

Standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan temporer dan tax loss carry

forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan keuangan. Pengakuan ini

menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai tercatat asset pajak tangguhan

atau deferred tax asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak

tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut.

b. Pengukuran (Measurement)

Cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini

pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan

berlaku di masa yang akan datang.

c. Penyajian (Presentation)

Standar yang menentukan cara penyajian di dalam laporan keuangan, baik dalam neraca

ataupun laba rugi. Asset pajak tangguhan (DTA) atau kewajiban pajak tangguhan (DTL)

harus disajikan secara terpisah dari asset atau kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsur

non current dalam neraca.

d. Pengungkapan (Disclosure)

Berkaitan dengan standar informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan

keuangan.Misalnya unsur-unsur utama perbedaan temporer yang menimbulkan pajak

Page 20: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

11

tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan langsung ke laba ditahan, perubahan tarif pajak dan

sebagainya.

2.2 Pajak Tangguhan terhadap Sanksi dan Denda

Pengakuan asset atau kewajiban Pajak Tangguhan didasarkan fakta bahwa adanya

kemungkinan pemulihan asset atau pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran

pajak periode mendatang menjadi lebih kecil atau lebih besar. Tetapi, apabila akan terjadi

pembayaran pajak yang lebih besar dimasa yang akan datang, maka berdasarkan standar

akuntansi keuangan, harus diakui sebagai suatu kewajiban.

Chludek (2011) memberikan dugaan bahwa ada pengaruh diluar laporan keuangan

yang mempengaruhi relevansi nilai pajak tangguhan. Ampa (2011) membuktikan bahwa

penerapan perencanaan pajak yang baik dapat berhasil menghemat pajak dan meningkatkan

kinerja perusahaan dengan mengelola tax saving yang diperoleh untuk program yang

bermanfaat bagi peningkatan kemampuan karyawan di masa mendatang

I Made Dwi Harmana dan Ketut Alit Suardana Pengaruh Pajak Tangguhan

perusahaan menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

yang mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk default karena

ketidakmampuannya membayar kewajiban jangka panjang di masa yang akan datang

H1: Deferred tax perusahaan berpengaruh terhadap sanksi dan denda pajak.

2.3 Laba komprehensif terhadap Sanksi dan Denda Pajak

Laba Komprehensif adalah laba total perusahaan sebelum beban pajak penghasilan.

Laba komprehensif merupakan dasar untuk perhitungan Penghasilan kena pajak (PhKP).

Sesuai dengan PSAK 46 maka setelah rekonsiliasi fiscal maka akan diperoleh Penghasilan

Kena Pajak. Berbagai Koreksi positif dan negative yang dilakukan terhadap pendapatan dan

beban akan sangat menentukan besarnya Penghasilan kena pajak (PhKP) perusahaan.

Page 21: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

12

Sanksi dan Denda pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sanksi dan

denda pajak yang tepat akan meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak(Doran 2009).

Sanksi dan denda pajak yang ringan tidak efektif untuk mencegah wajib pajak untuk

memanipulasi earnings dalam hal ini adalah menurunkan earningsnya untuk memperoleh

hutang pajak yang kecil(Craig M Boise 2005)

.H2 : Laba Konprehensip berpengaruh terhadap Sanksi dan Denda Pajak Perusahaan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam klasifikasi pertanian dengan

tahun pengamatan mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2014. Peneliti hanya mengambil

perusahaan yang men-disclose sanksi dan denda pajak dalam laporan keuangannya selama 5

tahun tersebut. Sampel ini dipilih karena peneliti menemukan banyak perusahaan yang

bergerak dalam bidang pertanian yang terkena, sanksi dan denda pajak. Banyak produk

pertanian yang tidak terkena pajak atau dikenakan pajak 0 %, alan tetapi tidak semuanya.

Wajib pajak dalam bidang pertanian memang harus ekstra hati-hati untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya, jika tidak hati-hati mereka akan terkena denda dan sanksi pajak.

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dependen

3.2.1 Sanksi dan Denda Pajak

Definisi Konseptual

Sanksi dan denda pajak adalah Sanksi dan denda yang di tetapkan oleh Direktorat

Jenderal pajak karena perusahaan tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan yag berlaku.

Definisi Operasional

Page 22: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

13

Pada penelitian ini Sanksi dan Denda pajak diambil dari laporan keuangan perusahaan

dari tahun 2009 sampaidengan tahun 2014

Variabel Independen

3.2.2 Laba Komprehensip

Definisi Konseptual

Laba komprehensip adalah laba total perusahaan yang berasal dari kegiatan operasional dan

non operasional sebelum perhitungan pajak perusahaan.

Definisi Operasional

Pada penelitian ini Laba komprehensip diambil dari laporan keuangan perusahaan dari tahun

2009 sampai dengan tahun 2014

3.2.3 Deferred tax

Definisi Konseptual

Efek pajak yang diakui pada saaat diadakan penyesuaian dengan Beban Pajak Penghasilan

periode yang akan datang.

Definisi Operasional

Dalam penelitian ini Deferred tax diukur dengan diukur dengan Deferred tax an yang

terdapat dalam Laporan Keuangan 2009-2014.

D. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013:29) Statistik Deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk

mengambarkan terhadap objek yang diteliti melalu data sampel atau populasi sebagaiman

adanya. Statistik Deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,

maksimum dan minimum.

2. Uji Asumsi Klasik

Page 23: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

14

2.1 Uji Normalitas

Menurut Sarjono (2011:53)Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya

suatu distribusi data. Uji Normalitas menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki

distribusi normal.

2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Sarjono (2011:68) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat

hubungan di antara variabel bebas (independen) dalam model regresi. Multikorelasi adalah

korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan antar variabel

bebas.

2.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya).

2.4 Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2011 : 139)Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka terjadi

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi

linier berganda yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara lebih dari satu

variabel independen dengan variabel dependen.

Y= α + β1 X1 + β2 X2 …β tXt+ e

4. Pengujian Hipotesis

Page 24: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

4.1 Uji Beda Paired Sample T

Uji t pada dasarnya meunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual (parsial) dalam menerangkan variasi

4.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama

dependen.

4.3 Koefisien Determinasi (R

Menurut Ghozali ( 2011: 98)

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj

�� adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika

nilai Adj �� semakin mendekat angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel depend

3.3 Hasil Penelitian

Setelah di lakukan uji Asumsi klasik diperoleh bahwa data telah lulus semua uji asumsi

klasik yaitu uji normalitas dengan indicator bahwa nilai kolgomorov smirnov (K/S) dengan

nilai signifikasi 0.95 artinya data telah berdistribusi

Model Summaryb

15

Paired Sample T-Test

Uji t pada dasarnya meunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011 : 98).

Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

terminasi (R2)

) Koefisien determinasi (Adj ��) pada intinya adalah mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj

adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj ��berkisar hampir satu, berarti semakin kuat

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika

semakin mendekat angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen.

Setelah di lakukan uji Asumsi klasik diperoleh bahwa data telah lulus semua uji asumsi

klasik yaitu uji normalitas dengan indicator bahwa nilai kolgomorov smirnov (K/S) dengan

nilai signifikasi 0.95 artinya data telah berdistribusi dengan normal.

Uji t pada dasarnya meunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

variabel dependen (Ghozali, 2011 : 98).

Uji f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang

sama terhadap variabel

) pada intinya adalah mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj

berkisar hampir satu, berarti semakin kuat

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika

semakin mendekat angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel

Setelah di lakukan uji Asumsi klasik diperoleh bahwa data telah lulus semua uji asumsi

klasik yaitu uji normalitas dengan indicator bahwa nilai kolgomorov smirnov (K/S) dengan

Page 25: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

16

Uji Auto

Colinieritas terlihat dari indicator nilai DW sebesar 1,745 artinya data terbebas dari masalah

auto colinieritas

Uji Multi Colinieritas terlihat dari indicator nilai tolerance lebih kecil dari 1 dan nilai

VIFnya dibayah 10, artinya data terbebas dari permasalahan multi Colinieritas.

Uji Heteroskedastisitas terlihat indicator bahwa nilainya jauh di atas signifikansi 0.05

sehingga dapat dikatakan bahwa data telah terbebas dari heteroskedastisitas

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 38.872 2 19.436 4.275 .024b

Residual 127.308 28 4.547

Total 166.180 30

a. Dependent Variable: stp

b. Predictors: (Constant), earning, dt

3.4 Laba Komprehensip terhadap Sanksi dan Denda

Hasil uji regresi terlihat nilai t = 2.879 dengan tingkat signifikansi 0.008 artinya laba

komprehensip sangat perpengaruh terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak.

Koefisiennya 0.544 artinya adalah Laba komprehensip berpengaruh signifikan positif

terhadap besaran Sanksi dan Denda yang diterima oleh Perusahaan, setiap kenaikan 1

satuan Laba Komprehensip akan menyebabkan naiknya sanksi dan denda sebesar

0,544 satuan.

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .484a .234 .179 2.13230 1.745

a. Predictors: (Constant), earning, dt

b. Dependent Variable: stp

Page 26: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

17

3.5 Deferred tax terhadap Sanksi dan Denda

Hasil uji regresi menunjukkan nilai t = -1,53 dengan tingkat signifikasi 0,13 artinya

Deferred tax tidak berpengaruh terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak yang diterima

perusahaan. Meskipun tingkat signifikansinya mendekati 10 %, Hasil ini menunjukkan

bahwa besar kecilnya deferred tax perusahaan tidak dipermasalahkan oleh pemeriksa dari

direkorat Jenderal pajak ketika mereka menetapkan Sanksi dan Denda Pajak perusahaan

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 4.909 1.906 2.576 .016

dt -.361 .236 -.338 -1.530 .137 .560 1.786

earning .544 .189 .637 2.879 .008 .560 1.786

a. Dependent Variable: stp

4.3 Diskusi Hasil Penelitian

Laba Komprehensif dan Sanksi dan Denda Pajak

Hasil pengujian statistik terlihat bahwa Laba Konprehensif merupakan prediktor

untuk besaran Sanksi dan Denda pajak. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa pemeriksa pajak

menggunakan laba komprehensip perusahaan sebagai bahan dasar pemeriksaan pajak.

Perusahaan cenderung mengurangi laba kena pajak perusahaan untuk mengurangi besaran

pajak terhutang perusahaan, Hasil uji statistic juga menunjukkan hubungan laba

komprehensif dan dan Besaran Sanksi dan Denda memiliki arah yang positif yang berarti

semakin besar laba komprehensif maka semakin besar pula Sanksi dan Denda pajaknya.

Sanksi dan Denda pajak hanya terjadi jika perusahaan tidak patuh dalam melakukan

kewajiban perpajakannya terutama dalam menghitung berapa besaran penghasilan kena

Page 27: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

18

pajaknya (PhKP) dari hasil pengujian terlihat bahwa perusahaan cenderung mengurangi

jumlah Penghasilan kena pajaknya terlihat dari Sanksi dan Denda yang ada.

Pengurangan Penghasilan Kena Pajak dilakukan pada saat melakukan rekonsiliasi

fiskal. Rekonsiliasi fiskal dengan tidak melakukan koreksi positif atau salah dalam

melakukan koreksi positif akan menyebabkan Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih kecil

dari yang seharusnya. Koreksi fiskal dapat bersifat permanen dan dapat pula bersifat

sementara.

Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kesalahan dalam koreksi fiskal yang

paling berpengaruh terhadap Sanksi dan Denda adalah koreksi fiskal yang sifatnya permanen,

dimana perusahaan memilki laba besar cenderung terlalu banyak melakukan koreksi yang

sifatnya negative sehingga menyebabkan besaran penghasilan kena pajaknya menjadi kecil.

Deferred tax dan Sanksi dan Denda Pajak

Hasil pengujian statistic menunjukkan bahwa deferred tax ternyata bukan prediktor

untuk besaran Denda dan Sanksi pajak. Hasil penelitian ini dapat mengindikasikan 2 hal

yaitu:

Indikasi pertama adalah bahwa perusahaan tidak memiliki kendala dalam perhitungan

deferred tax-nya . Perusahaan telah memiliki pemahaman yang sama dalam hal perhitungan

deferred tax dengan ketentuan umum perpajakan yang berlaku.

Hasil penelitian ini juga dapat pula mengindikasikan bahwa pemeriksaan pajak juga

belum difokuskan pada perbedaan waktu pengakuan pengenaan pajak, tetapi baru pada

jumlah besaran pajak terhutangnya.

Sanksi dan Denda pajak akan timbul dari kondisi yaitu: Pengakuan jumlah besaran

penghasilan yang tidak sesuai atau kurang menurut Ketentuan umum perpajakan dan waktu

pengakuan penghasilan kena pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan umum perpajakan

oleh sebab itu sudah seharusnya pemeriksa juga memperhatikan dan fokus pada waktu

Page 28: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

19

pengakuan penghasilan kena pajak sesuai dengan amanat ketentuan undang undang

perpajakan yang berlaku.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Laba komprehensif berpengaruh positf

terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak perusahaan. Pemeriksa pajak dari Direktorat

Jenderal Pajak masih sangat mengandalkan laba Komprehensif dalam melakukan

pemeriksaan terhadap penghasilan kena pajak perusahaan (PhKP).

Deferred tax tidak berpengaruh terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak Perusahaan.

Waktu pengakuan penghasilan pajak (PhKP) tidak berpengaruh terhadap besaran Sanksi dan

Denda pajak peerusahaan.

SARAN PENELITIAN SELANJUTNYA

1. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengembangkan

sampel yang ada untuk industri yang lain yang memiliki track record yang kurang baik

dalam bidang perpajakan

2. Penelitian selanjutnya dapat memilah deferred tax yang sudah sesuai atau yang masih

belum sesuai dengan Ketentuan umum perpajakan sehingga dapat diketahui lebih lanjut

apakah pengaruh deferred tax terhadap Besaran Sanksi dan Denda dengan lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada

KPP Pratama.” Pada Jurnal Simposium Akuntansi Nasional 12. 2009.

Ampa, Andi. 2011 Implementasi Tax Planning dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan

pada PT Bank Sulsel. Hasanudin

Page 29: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

20

Aris, Achmad. 100 Penunggak Pajak Terancam

Gijzeling.2010.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=8143&q=&hlm=5

(diakses tanggal 14 Februari 2015)

Bwoga, Hanata. Yoseph Agus BBN dan Tony Marsyahrul. Pemeriksaan Pajak di Indonesia.

Jakarta : Penerbit PT Grasindo. 2005.

Chludek, A. K. 2011. Perceived versus Actual Cash Flow Implication of Deffered Taxes An

Analysis of Value Relevance and Reversal under IFRS.Journal of International Accounting

Research 10 (1): 1-25.

Craig M Boise 2005 Tax Fraud and Inflated Corporate Earnings: Is There an Alternative

to the Missing Legislative Fix?, tax note vol 106, 2005

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Dipenogoro. 2011.

John Gellemore, The reputational cost of tax avoidance, contemporary accounting research,

forthcoming, 2014.

Kemenkeu. Realisasi Pendapatan Negara Tahun 2014 Capai Rp 1.537,2 triliun. 2015.

http://www.kemenkeu.go.id/Berita/realisasi-pendapatan-negara-tahun-2014-capai-rp15372-

triliun (diakses tanggal 14 Februari 2015)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak yang

Dapat diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

Mahendra, Putu Putra dan I Made Sukartha. “Pengaruh Kepatuhan , Pemeriksaan dan Penagihan

Pajak pada Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”. Dalam E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 9.3. ISSN : 2302 – 8556. 2014.

Michael Doran, Tax Penalty and Tax Compliance, scholarship@georgetown laws, 2009

Page 30: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

21

Rahmawati, Fajar Nur. Sigit Santoso dan Nurhasan Hamidi. “Pengaruh Pemeriksaan dan

Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Surakarta.” Dalam

Jupe UNS. Vol. 3 No. 1 Hal. 72-82. 2014.

Sari, Maria M Ratna dan Ni Nyoman Afriyanti. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan

Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP

Pratama Denpasar Timur.” 2010

Scott Dyreng, Public Pressure and corpoarate Tax Behavior, Fisher collage of Busines Working

Paper No 3004-02-003, 2014

Suhendra, Eupharasia Susy. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap

Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”. Dalam Jurnal Ekonomi Bisnis. 2010.

Vol. 15 No.1.

Supriadi, Agust. Lebih Dari 50% Wajib Pajak Belum Bayar Pajak. 2014.

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141014175233-78-6372/lebih-dari-50-wajib-

pajak-belum-bayar-pajak/ (diakses tanggal 14 Februari 2015).

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan

Wajib Pajak Non Efektif.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Page 31: DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal

22