DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum...
Transcript of DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/laba_komprehensif.pdf · Umum...
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii
SUSUNAN ACARA ……………………………………………………………………………. viii
ABSTRAK
PERSPEKTIF KRITIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN 1% PADA UMKM …. 1
Yuyung Rizka Aneswari
I Nyoman Darmayasa
Elana Era Yusdita
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) PADA DINAS PENDAPATAN
DAERAH KABUPATEN SERANG …………………………………………………………… 2
Ayu Noorida Soerono
Nana Nofianti
Dwi Septa Mulyani
JERUJI GIJZELINGNOBODY WANTS TO PAY TAXES Versus ORANG
BIJAK TAAT PAJAK(STUDI PADA PERILAKU WAJIB PAJAK
DI KOTA SURABAYA) ……………………………………………………………………….. 3
Erlina Diamastuti
Dewi Prastiwi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGGUNAAN E-FILLING DALAM PELAPORAN SPT
OLEH WAJIB PAJAK BADAN ……………………………………………………………… 4
Indra Pahala
Tresno Eka Jaya
Linda Setyorini
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN
PENAGIHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(PADA KPP PRATAMA CILANDAK JAKARTA SELATAN) …………………………... 5
Diera Darmayani
Eva Herianti
iii
PREDIKSI MINAT PERILAKU MENGGUNAKAN JASA PAJAK ELEKTRONIK:
ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI ………………………………………………….. 6
Jullie J. Sondakh
KESALAHAN MEKANISME PEMUNGUTAN PPN ………………………………….. 7
Sri Hanggana
LABA KOMPREHENSIP DAN DEFERRED TAX SEBAGAI PREDIKTOR
SANKSI DAN DENDA PAJAK ………………………………………………………….. 8
Tresno Eka Jaya
PENGARUH PENINGKATAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP),
KEMUDAHAN PEMBUATAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP),
PEMBEBASAN FISKAL BAGI PEMILIK NPWP, DAN PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN MENGGUNAKAN E-SPT/E-FILING TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI(STUDI EMPIRIS
WAJIB PAJAK PRIBADI DI WILAYAH KPP TAMANSARI DUA,
JAKARTA BARAT) ………………………………………………………………………… 9
Yuwono
Sugeng Riyadi
PENGARUH KOMPENSASI MANAJEMEN, FASILITAS PERPAJAKAN,
DAN MANAJEMEN LABA TERHADAP MANAJEMEN PAJAK PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 …………………… 10
Indra Pahala
Ratna Anggraini
Ita Wulandari
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM, SURAT TAGIHAN PAJAK,
DAN RESTITUSI PPN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI …………………………………………………………………. 11
Indra Pahala
Santi Susanti
Anieng Pratiwi
PENGGUNAAN E-SYSTEM DAN PERILAKU KEPATUHAN PERSPEKTIF
WAJIB PAJAK KARYAWAN ........................................................................................... 12
Meiliana Wikarsa
Stephanie Febriana Y
Pricillia Lanrence B
MENELISIK PAJAK PENGHASILAN ATAS BISNIS ONLINE SHOP ………………. 13
Elisabeth Ria Viana
Paulina Margareth
Serly
iv
PERSPEKTIF MAHASISWA STIE PERBANAS SURABAYA
ATAS TAX EVASION ……………………………………………………………………… 14
Supriyati
PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) DI SURAKARTA DENGAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN
SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI …………………………………………………… 15
RizkyAkbarAnwar
MuhammadSyafiqurrahman
PENGARUHORGAN-ORGAN PENDUKUNG GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP TAX AVOIDANCE ………………………………………………………… 16
RafikaPutriUtami
MuhammadSyafiqurrahman
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG NIAT MAHASISWA DIPLOMA III
AKUNTANSI MEMILIH KARIR MENJADI PEGAWAI DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK ………………………………………………………………….. 17
Yanto Darmawan
Yudi Santara Setyapurnama
MENINGKATKAN KEPATUHAN DAN PENERIMAAN PAJAK MELALUI
WITHHOLDING TAX SYSTEM ……………………………………………………… 18
I Nyoman Darmayasa
Yuyung Rizka Aneswari
Elana Era Yusdita
PENGARUH KESADARAN MEMBAYAR PAJAK, PENGETAHUAN DAN
PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK, PERSEPSI ATAS EFEKTIFITAS SISTEM
PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, DAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PULOGADUNG …………………… 19
Tresno Eka Jaya R
Margian Utami
Yunika Murdayanti
PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN INFORMASI TREN MEDIA
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(STUDI KASUS KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA) ………… 20
Devy Yekti Palupi
Eva Herianti
v
DETERMINAN TINDAKAN TAX EVASION
(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG CANDISARI) ………………. 21
Prabowo Yudo Jayanto
PENGARUH SOSIALISASI, PELAYANAN FISKUS, DAN PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN
PERKOTAAN (PBB-P2) DI KABUPATEN PONOROGO …………………………… 22
Denty Arista
Ihyaul Ulum
Dhaniel Syam
PENGARUH KUALITAS LAYANAN ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING(STUDI PADA WAJIB
PAJAKORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KARANGPILANG) ………………. 23
Novi Khoiriawati
Lintang Venusita
ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGAMBILALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN
DAN PERKOTAAN (PBB-P2)
(STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA PEKANBARU) …………………….. 24
Hesty Wulandari
ANALISIS DAMPAK PP NO. 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN UMKM DI WILAYAH SOLO DAN SEKITARNYA ……………… 25
Maria Nirmala Putri
Eko Madyo Sutanto
Titiek Puji Astuti
TAX COMPLIANCE DITINJAU DARITHEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB):
STUDI EMPIRIS PADA WAJIP PAJAK ORANG PRIBADI DAN
BADAN YANG TERDAFTAR PADA KPP DI KOTA PALEMBANG ……………….. 26
Desy Lesmana
Delfi Panjaitan
Mutiara Maimunah
PENGARUH ETNISITAS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
UMKM DI INDONESIA DENGAN VARIABEL INTERVENING
KEPERCAYAAN …………………………………………………………………………… 27
Evans Sembada Sugiarto
Ari Kuncara Widagdo
vi
PENGARUH PENERAPAN E-SPT PPN, E-SPT PPH 21 TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PENERIMAAN PAJAK ................................ 28
Toyiba
Hamilah
PENGARUH PENAGIHAN AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN
DAN SURAT PAKSA TERHADAP PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK ……………. 29
Surya Trisna Dani Syam
Soeprijadi
ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK UMKM TENTANG PP. NO.46
TAHUN 2013 TERHADAP KEMAUAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK: STUDI PADA WP UMKM DI KOTA PALEMBANG ………… 30
Delfi Panjaitan
Desy Lesmana
Mutiara Maimunah
EFEKTIVITAS PELAYANAN PELAPORAN SPT MASA BAGI WAJIP
PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN MELALUI LAYANANDRIVE THRU
(STUDI PADA KPP PRATAMASINGOSARI) ..……………………………………….. 31
Maya ZukhrifatilJinan
Bambang Haryadi
Gita Arasy Harwida
CORPORATE GOVERNANCE, TAXAVOIDANCE, AUDIT DELAY DAN NILAI PERUSAHAAN
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI PERIODE 2010-2014
……………………………………………………………………….. 32
RonaldTehupuring
PENGARUH LIKUIDITAS SAHAMPERBANKANDANPROFITABILITAS
TERHADAPEFISIENSI PEMBAYARANPAJAK ……………………………………… 33
RonaldTehupuring
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013:
REALITAS SEMU BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
DI KABUPATEN BANGKALAN ………………………………………………………… 34
Dachliyati
Nurhayati
Rahmat Zuhdi
PANDANGAN TERHADAP TAX AMNESTY: SEBUAH TEMUAN AWAL ……….. 35
Nur Sayidah
vii
PENGARUH MINAT INVESTOR ASING TERHADAP PENGHINDARAN
PAJAK DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR TERDAFTAR BEI 2011-2014 ………… 36
Muhammad Gibran Nadhir
Christine Tjen
PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN TRANSPARANSI TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN
SAHAM TERDAFTAR TAHUN 2011-2014 ………………………………………….. 37
Raisa Dewita Theresia Silalahi
Christine Tjen
PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN
FORMAL BAGI WAJIB PAJAK UMKM DI BLITAR ……………………………… 38
Moh. Chairul Umam
Heru Tjaraka
PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN
TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN LIABILITAS PAJAK
TANGGUHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (Periode 2008 – 2010) ……………. 39
Galih Rhendra Putra
Heru Tjaraka
PERAN AKADEMISI DALAM PERPAJAKAN ……………………………………… 40
Christin Septina Basani
xiv
6. PANEL VI (Rita Yuliana, SE, Msi, Ak, CA)
No Pemakalah Makalah Instansi
1 Diera Darmayani
Eva Herianti
Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan
Pajak Penghasilan Dengan Penagihan
Pajak Sebagai Variabel Moderating
(Pada Kpp Pratama Cilandak Jakarta
Selatan)
Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jakarta
2 Devy Yekti Palupi
Eva Herianti
Pengaruh Pemeriksaan Dan Penagihan
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dengan Informasi Tren Media Sebagai
Variabel Moderating
(Studi Kasus Kpp Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga)
Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jakarta
3 Tresno Eka Jaya R
Margian Utami
Yunika Murdayanti
Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak,
Pengetahuan Dan Pemahaman Peraturan
Pajak, Persepsi Atas Efektifitas Sistem
Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Dan
Sanksi Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Pulogadung
Universitas Negeri Jakarta
SESI II
4 Tresno Eka Jaya
Laba Komprehensip Dan Deferred Tax
Sebagai Prediktor Sanksi Dan Denda
Pajak
Universitas Negeri Jakarta
5 Ronald Tehupuring
Corporate Governance, Audit Delay Dan
Nilai Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan
Perbankan Di Bei
Periode 2010-2014)
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
6 Ronald Tehupuring
Pengaruh Likuiditas Saham Perbankan
Dan Profitabilitas
Terhadap Efisiensi Pembayaran Pajak
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
1
LABA KOMPREHENSIP DAN DEFERRED TAX SEBAGAI PREDIKTOR SANKSI
DAN DENDA PAJAK
( Tresno Eka Jaya)
Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
Tax evasion cases often occur in Indonesia, even a very large value in the prediction, the tax
evasion case can be known after going through various series of examinations, and the results
of the examination form is less tax paid, penalty and fines to be paid by the taxpayer.
This study wanted to test whether there is influence of comprehensive income and the
amount of deferred tax against corporation tax fines and Penalties. Sample of this research is
a group of agricultural companies often publish as one field that is often problematic in the
field of taxation, and the testing performed using multiple linear regression studies.
The test results showed that the comprehensive income affect the amount of tax
penalties and fines, these results indicate that there is a problem when performing a
reconciliation of fiscal, tax Deferred no effect on tax penalties and fines these results indicate
that the size of the deferred tax has no effect on the examiner.
This study enriches research in the field of tax penalties and fines are still very rare in
Indonesia because of the limitations of the tax data which are very difficult to access.
Key word;
Tax evasion, tax penalty, deferred tax, comprehensive income
2
A. Latar Belakang Masalah
Terungkapnya kasus-kasus mengenai penunggakan pajak yang dilakukan oleh banyak
perusahaan besar yang ada di Indonesia baik BUMN maupun perusahaan swasta bahkan di
perkirakan tunggakan dari perusahaan-perusahaan tersebut mencapai 17,5 triliun (Aris 2010).
Melihat banyaknya kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak masih rendah khususnya wajib pajak badan dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Kepatuhan wajib pajak sangat berkaitan dengan sanksi pajak dan denda pajak. Wajib
pajak yang tidak patuh akan mendapatkan sanksi dan denda pajak. Sanksi dan denda pajak
sangat tergantung dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak (fiskus).
Perusahaan yang tidak patuh juga mendapat rekasi negative dari public sebagi
stakeholders. Publik akan bereaksi negative terhadap perusahaan yang tidak patuh terhadap
kewajiban perpajakannya (Scott Dyreng 2014). Ketidakpatuhan wajib pajak badan akan
menyebabkan biaya yang terkait dengan reputasi akan meningkat (John Gellemore 2013).
Tindakan tegas dari aparat perpajakan seperti pemeriksaan dan penagihan pajak
sangat dibutuhkan untuk mengurangi penunggak pajak, sehingga penerimaan pajak
penghasilan pun akan optimal dan meningkat.
Pemeriksaan pajak membantu meningkatkan kepatuhan formal maupun material
Wajib Pajak. Menurut Agusti dan Herawaty (2009) tanpa adanya pemeriksaan pajak serta
tidak adanya ketegasan dari instasi pajak, maka ketidakpatuhan Wajib Pajak akan
berkembang sehingga bisa mencapai tingkat dimana sistem perpajakan lumpuh. Hasil dari
pemeriksaan pajak adalah keluarnya surat tagihan pajak yang di dalamnya terdapat pajak
yang kurang dibayar beserta sanksinya.
Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang
merupakan hasil revisi dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
3
Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal
Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajaka.
Kepatuhan pajak adalah wajib pajak bersedia untuk memenuhi kewajiban pajaknya.
(Harinurdin,2009 seperti yang di kutip dari Simon, 2003).
Kondisi keuangan akan berpengaruh dalam pembayaran pajak jika mengalami
kesulitan keuangan akan merasa tertekan ketika mereka diharuskan membayar kewajibannya
termasuk pajak (Torgler,2003). (Bloomqis,2003) mengidentifikasi bahwa tekanan keuangan
sebagai salah satu sumber tekanan bagi wajib pajak dan Bloomqist juga berpendapat bahwa
wajib pajak yang mempunyai pendapatan yang terbatas mungkin akan menghindari
pembayaran pajak jika kondisi keuangan wajib pajak tersebut buruk. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku kepatuhan, mematuhi kewajiban pajak bergantung antara lain pada kondisi
keuangan.
Hasseldine dalam Nasucha (2004) menyatakan bahwa kepatuhan pajak adalah
melaporkan semua harta kekayaan wajib pajak yang tercatat pada waktu yang ditentukan dan
pengembalian laporan pertanggung jawaban pajak yang akurat sesuai dengan kode
pemasukkan, peraturan dan penetapan keputusan pengadilan pada waktu dilakukan
pencatatan.
Penelitian dalam bidang perpajakan yang meneliti tentang besaran Sanksi dan Denda
masih sangat jarang dikarenakan dari data yang sangat terbatas dan sulit untuk di akses.
Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian apakah
Laba perusahaan sebelum rekonsialiasi dan Pajak Tangguhannya akan berpengaruh terhadap
Sanksi dan Denda Pajak .
B. Identifikasi Masalah
4
1. Kecilnya rasio Wajib Pajak Badan yang memenuhi kewajiban perpajaknnya dengan
membayar dan melaporkan pajaknya, hal tersebut mengindikasikan adanya masalah
dalam sistem self assessment dan kepatuhan Wajib Pajak Badan.
2. Penerapan sistem self assessment memungkinkan munculnya kecurangan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak dalam pelaporan pajaknya sehingga dibutuhkan pemeriksaan pajak
oleh aparat pajak, sehingga pemeriksaan ini diduga mempengaruhi penerimaan pajak
penghasilan badan.
3. Banyak terjadi kekeliruan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) atau PPh Kurang Bayar.
4. Pengawasan serta Pemeriksaan pajak oleh pemerintah belum maksimal.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh Laba Pajak Sebelum Rekonsialiasi pajak badan terdaftar terhadap
Sanksi?
2. Apakah ada pengaruh Pajak Tangguhan terhadap Sanksi dan Denda pajak perusahaan?
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh
Laba komprehensip dan deferred tax terhadap denda dan sanksi Pajak.
b. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual
bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
c. Bagi Pemerintah dapat memberikan informasi faktor-faktor apa saja yang harus
diperhatikan untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan.
5
d. Sebagai bahan evaluasi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan.
A. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan kerangka teoritik yang peneliti buat, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan
terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.
2. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh Surat Setoran Pajak terhadap
penerimaan pajak penghasilan badan.
3. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh Surat Pemberitahuan Masa
terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.
4. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh dari kepatuhan wajib pajak
badan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.
5. Memberikan fakta dan bukti empiris mengenai pengaruh dari pemeriksaan pajak
terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendeketan regresi
linier berganda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Laporan keuang perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 .
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada peneltian ini adalah data sekunder. Sumber data
diperoleh dari Laporan Keuangan perusahaan Pertanian mulai tahun 2009 sampai dengan
2014 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia .
2. LANDASAN TEORITIS
Pajak adalah iuran wajib kepada kas negara merupakan hal yang harus dijunjung tinggi
keberlangsungannya, baik ketaatan masyarakat dalam menyetor pajak, ataupun keakuratan
6
perhitungan pajak itu sendiri. Pembayaran pajak di Indonesia masuk dalam kas negara sekitar
75% dari jumlah kas yang ada.
PSAK juga turut mengatur masalah perhitungan pajak. Tidak hanya hal tersebut namun
dalam perkembangannya Direktorat Jendral Pajak mengeluarkan peraturan tentang
perhitungan pajak, dimana dasar pengenaan pajak khususnya pada unit bisnis mengunakan
Laporan Keuangan Fiskal, artinya laporan keuangan yang dibuat oleh unit bisnis tersebut
kemudian dikoreksi berdasarkan aturan-aturan pajak yang berlaku.
Perkembangan yang terjadi munculnya perlakuan Laporan keuangan komersial dan
fiskal mengalami berbagai permasalah yang timbul akibat perkembangan aturan dari
perpajakan itu sendiri, PSAK No. 46 tentang pajak penghasilan yang memunculkan beberapa
perbedaan dalam pengakuan dan perlakuaannya, yaitu adanya beda tetap dan beda permanen
dalam aturan perpajakan. Keberadaan dua hal tersebut yang memunculkan timbulnya istilah
pajak tangguhan.
2.1 Pajak tangguhan (PSAK 46)
Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang
yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan
serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry
forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.
Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa
saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang
lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih
besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa
datang. Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi,
maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan.
7
Pajak tangguhan diklasifikasikan menjadi Liabilitas pajak tangguhandan asset pajak
tangguhan. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak sedangkan Aset pajak
tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan
sebagai akibat adanya:
1. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
2. Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi
3. Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan.
Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode. Laba akuntansi
adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba kena pajak
atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu periode yang
dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan
yang terutang (dilunasi).
Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah
pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak
penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak
penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis
penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.
Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak
(rugi pajak) untuk satu periode. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat
aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan
temporer dapat berupa:
8
1. Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah
kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada
saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.46.
2. Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode
masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
2.1.1 Perbedaan permanen dan perbedaan tetap dalam pajak
a. Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan pajak yang timbul karena terjadi
transaksi-transaksi pendapatan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial dan tidak
diakui menurut fiskal (pajak). Dimana pengakuan seperti hal tersebut biasanya terdapat pada
kategori dibwa ini, yaitu:
1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh
bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia. (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).
2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh
telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final)
sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan penghasilan lainnya dalam menghitung
PPh yang terutang.
3. 3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan PPh
tidak dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000), misalnya biaya-
biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak memenuhi syarat-
syarat tertentu.
b. Beda Sementara
9
Beda sementara adalah perbedaan yang terjadi secara fiskal karena perbedaan
pengakuan waktu dan biaya dalam menghitung laba. adapun unsur-unsur yang menjadi objek
dalam beda sementara adalah
a) Metode Penyusutan dan atau Amortisasi
b) Metode penilaian persediaan
c) Penyisihan piutang tak tertagih
d) Rugi-laba selisih kurs
e) Kompensasi Kerugian
f) Penyisihan bonus
2.1.2 Metode Penangguhan dalam Pajak penghasilan
a. Deferred Method (Metode Penangguhan)
Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (Income Statement Approach) yang
memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang
laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi
komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan
permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai
pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle
pada periode terjadinya perbedaan tersebut.
b. Asset-Liability Method (Metode Asset dan Kewajiban)
Metode ini menggunakan pendekatan neraca (Balance Sheet Approach) yang
menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan
memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang
perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan
antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini
mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer.
10
c. Net-of-Tax Method (Metode Bersih dari Pajak)
Metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan
temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai penyesuaian atas
nilai asset atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode
ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak
penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.
a. Pengakuan (Recognition)
Standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan temporer dan tax loss carry
forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan keuangan. Pengakuan ini
menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai tercatat asset pajak tangguhan
atau deferred tax asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak
tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut.
b. Pengukuran (Measurement)
Cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini
pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan
berlaku di masa yang akan datang.
c. Penyajian (Presentation)
Standar yang menentukan cara penyajian di dalam laporan keuangan, baik dalam neraca
ataupun laba rugi. Asset pajak tangguhan (DTA) atau kewajiban pajak tangguhan (DTL)
harus disajikan secara terpisah dari asset atau kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsur
non current dalam neraca.
d. Pengungkapan (Disclosure)
Berkaitan dengan standar informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.Misalnya unsur-unsur utama perbedaan temporer yang menimbulkan pajak
11
tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan langsung ke laba ditahan, perubahan tarif pajak dan
sebagainya.
2.2 Pajak Tangguhan terhadap Sanksi dan Denda
Pengakuan asset atau kewajiban Pajak Tangguhan didasarkan fakta bahwa adanya
kemungkinan pemulihan asset atau pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran
pajak periode mendatang menjadi lebih kecil atau lebih besar. Tetapi, apabila akan terjadi
pembayaran pajak yang lebih besar dimasa yang akan datang, maka berdasarkan standar
akuntansi keuangan, harus diakui sebagai suatu kewajiban.
Chludek (2011) memberikan dugaan bahwa ada pengaruh diluar laporan keuangan
yang mempengaruhi relevansi nilai pajak tangguhan. Ampa (2011) membuktikan bahwa
penerapan perencanaan pajak yang baik dapat berhasil menghemat pajak dan meningkatkan
kinerja perusahaan dengan mengelola tax saving yang diperoleh untuk program yang
bermanfaat bagi peningkatan kemampuan karyawan di masa mendatang
I Made Dwi Harmana dan Ketut Alit Suardana Pengaruh Pajak Tangguhan
perusahaan menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
yang mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk default karena
ketidakmampuannya membayar kewajiban jangka panjang di masa yang akan datang
H1: Deferred tax perusahaan berpengaruh terhadap sanksi dan denda pajak.
2.3 Laba komprehensif terhadap Sanksi dan Denda Pajak
Laba Komprehensif adalah laba total perusahaan sebelum beban pajak penghasilan.
Laba komprehensif merupakan dasar untuk perhitungan Penghasilan kena pajak (PhKP).
Sesuai dengan PSAK 46 maka setelah rekonsiliasi fiscal maka akan diperoleh Penghasilan
Kena Pajak. Berbagai Koreksi positif dan negative yang dilakukan terhadap pendapatan dan
beban akan sangat menentukan besarnya Penghasilan kena pajak (PhKP) perusahaan.
12
Sanksi dan Denda pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sanksi dan
denda pajak yang tepat akan meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak(Doran 2009).
Sanksi dan denda pajak yang ringan tidak efektif untuk mencegah wajib pajak untuk
memanipulasi earnings dalam hal ini adalah menurunkan earningsnya untuk memperoleh
hutang pajak yang kecil(Craig M Boise 2005)
.H2 : Laba Konprehensip berpengaruh terhadap Sanksi dan Denda Pajak Perusahaan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam klasifikasi pertanian dengan
tahun pengamatan mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2014. Peneliti hanya mengambil
perusahaan yang men-disclose sanksi dan denda pajak dalam laporan keuangannya selama 5
tahun tersebut. Sampel ini dipilih karena peneliti menemukan banyak perusahaan yang
bergerak dalam bidang pertanian yang terkena, sanksi dan denda pajak. Banyak produk
pertanian yang tidak terkena pajak atau dikenakan pajak 0 %, alan tetapi tidak semuanya.
Wajib pajak dalam bidang pertanian memang harus ekstra hati-hati untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya, jika tidak hati-hati mereka akan terkena denda dan sanksi pajak.
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dependen
3.2.1 Sanksi dan Denda Pajak
Definisi Konseptual
Sanksi dan denda pajak adalah Sanksi dan denda yang di tetapkan oleh Direktorat
Jenderal pajak karena perusahaan tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan yag berlaku.
Definisi Operasional
13
Pada penelitian ini Sanksi dan Denda pajak diambil dari laporan keuangan perusahaan
dari tahun 2009 sampaidengan tahun 2014
Variabel Independen
3.2.2 Laba Komprehensip
Definisi Konseptual
Laba komprehensip adalah laba total perusahaan yang berasal dari kegiatan operasional dan
non operasional sebelum perhitungan pajak perusahaan.
Definisi Operasional
Pada penelitian ini Laba komprehensip diambil dari laporan keuangan perusahaan dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2014
3.2.3 Deferred tax
Definisi Konseptual
Efek pajak yang diakui pada saaat diadakan penyesuaian dengan Beban Pajak Penghasilan
periode yang akan datang.
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini Deferred tax diukur dengan diukur dengan Deferred tax an yang
terdapat dalam Laporan Keuangan 2009-2014.
D. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2013:29) Statistik Deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mengambarkan terhadap objek yang diteliti melalu data sampel atau populasi sebagaiman
adanya. Statistik Deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
maksimum dan minimum.
2. Uji Asumsi Klasik
14
2.1 Uji Normalitas
Menurut Sarjono (2011:53)Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu distribusi data. Uji Normalitas menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki
distribusi normal.
2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Sarjono (2011:68) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
hubungan di antara variabel bebas (independen) dalam model regresi. Multikorelasi adalah
korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan antar variabel
bebas.
2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya).
2.4 Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2011 : 139)Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka terjadi
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi
linier berganda yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara lebih dari satu
variabel independen dengan variabel dependen.
Y= α + β1 X1 + β2 X2 …β tXt+ e
4. Pengujian Hipotesis
4.1 Uji Beda Paired Sample T
Uji t pada dasarnya meunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual (parsial) dalam menerangkan variasi
4.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama
dependen.
4.3 Koefisien Determinasi (R
Menurut Ghozali ( 2011: 98)
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj
�� adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika
nilai Adj �� semakin mendekat angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel depend
3.3 Hasil Penelitian
Setelah di lakukan uji Asumsi klasik diperoleh bahwa data telah lulus semua uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas dengan indicator bahwa nilai kolgomorov smirnov (K/S) dengan
nilai signifikasi 0.95 artinya data telah berdistribusi
Model Summaryb
15
Paired Sample T-Test
Uji t pada dasarnya meunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011 : 98).
Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terminasi (R2)
) Koefisien determinasi (Adj ��) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj
adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj ��berkisar hampir satu, berarti semakin kuat
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika
semakin mendekat angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Setelah di lakukan uji Asumsi klasik diperoleh bahwa data telah lulus semua uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas dengan indicator bahwa nilai kolgomorov smirnov (K/S) dengan
nilai signifikasi 0.95 artinya data telah berdistribusi dengan normal.
Uji t pada dasarnya meunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
variabel dependen (Ghozali, 2011 : 98).
Uji f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
sama terhadap variabel
) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj
berkisar hampir satu, berarti semakin kuat
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika
semakin mendekat angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel
Setelah di lakukan uji Asumsi klasik diperoleh bahwa data telah lulus semua uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas dengan indicator bahwa nilai kolgomorov smirnov (K/S) dengan
16
Uji Auto
Colinieritas terlihat dari indicator nilai DW sebesar 1,745 artinya data terbebas dari masalah
auto colinieritas
Uji Multi Colinieritas terlihat dari indicator nilai tolerance lebih kecil dari 1 dan nilai
VIFnya dibayah 10, artinya data terbebas dari permasalahan multi Colinieritas.
Uji Heteroskedastisitas terlihat indicator bahwa nilainya jauh di atas signifikansi 0.05
sehingga dapat dikatakan bahwa data telah terbebas dari heteroskedastisitas
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 38.872 2 19.436 4.275 .024b
Residual 127.308 28 4.547
Total 166.180 30
a. Dependent Variable: stp
b. Predictors: (Constant), earning, dt
3.4 Laba Komprehensip terhadap Sanksi dan Denda
Hasil uji regresi terlihat nilai t = 2.879 dengan tingkat signifikansi 0.008 artinya laba
komprehensip sangat perpengaruh terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak.
Koefisiennya 0.544 artinya adalah Laba komprehensip berpengaruh signifikan positif
terhadap besaran Sanksi dan Denda yang diterima oleh Perusahaan, setiap kenaikan 1
satuan Laba Komprehensip akan menyebabkan naiknya sanksi dan denda sebesar
0,544 satuan.
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .484a .234 .179 2.13230 1.745
a. Predictors: (Constant), earning, dt
b. Dependent Variable: stp
17
3.5 Deferred tax terhadap Sanksi dan Denda
Hasil uji regresi menunjukkan nilai t = -1,53 dengan tingkat signifikasi 0,13 artinya
Deferred tax tidak berpengaruh terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak yang diterima
perusahaan. Meskipun tingkat signifikansinya mendekati 10 %, Hasil ini menunjukkan
bahwa besar kecilnya deferred tax perusahaan tidak dipermasalahkan oleh pemeriksa dari
direkorat Jenderal pajak ketika mereka menetapkan Sanksi dan Denda Pajak perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 4.909 1.906 2.576 .016
dt -.361 .236 -.338 -1.530 .137 .560 1.786
earning .544 .189 .637 2.879 .008 .560 1.786
a. Dependent Variable: stp
4.3 Diskusi Hasil Penelitian
Laba Komprehensif dan Sanksi dan Denda Pajak
Hasil pengujian statistik terlihat bahwa Laba Konprehensif merupakan prediktor
untuk besaran Sanksi dan Denda pajak. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa pemeriksa pajak
menggunakan laba komprehensip perusahaan sebagai bahan dasar pemeriksaan pajak.
Perusahaan cenderung mengurangi laba kena pajak perusahaan untuk mengurangi besaran
pajak terhutang perusahaan, Hasil uji statistic juga menunjukkan hubungan laba
komprehensif dan dan Besaran Sanksi dan Denda memiliki arah yang positif yang berarti
semakin besar laba komprehensif maka semakin besar pula Sanksi dan Denda pajaknya.
Sanksi dan Denda pajak hanya terjadi jika perusahaan tidak patuh dalam melakukan
kewajiban perpajakannya terutama dalam menghitung berapa besaran penghasilan kena
18
pajaknya (PhKP) dari hasil pengujian terlihat bahwa perusahaan cenderung mengurangi
jumlah Penghasilan kena pajaknya terlihat dari Sanksi dan Denda yang ada.
Pengurangan Penghasilan Kena Pajak dilakukan pada saat melakukan rekonsiliasi
fiskal. Rekonsiliasi fiskal dengan tidak melakukan koreksi positif atau salah dalam
melakukan koreksi positif akan menyebabkan Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih kecil
dari yang seharusnya. Koreksi fiskal dapat bersifat permanen dan dapat pula bersifat
sementara.
Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kesalahan dalam koreksi fiskal yang
paling berpengaruh terhadap Sanksi dan Denda adalah koreksi fiskal yang sifatnya permanen,
dimana perusahaan memilki laba besar cenderung terlalu banyak melakukan koreksi yang
sifatnya negative sehingga menyebabkan besaran penghasilan kena pajaknya menjadi kecil.
Deferred tax dan Sanksi dan Denda Pajak
Hasil pengujian statistic menunjukkan bahwa deferred tax ternyata bukan prediktor
untuk besaran Denda dan Sanksi pajak. Hasil penelitian ini dapat mengindikasikan 2 hal
yaitu:
Indikasi pertama adalah bahwa perusahaan tidak memiliki kendala dalam perhitungan
deferred tax-nya . Perusahaan telah memiliki pemahaman yang sama dalam hal perhitungan
deferred tax dengan ketentuan umum perpajakan yang berlaku.
Hasil penelitian ini juga dapat pula mengindikasikan bahwa pemeriksaan pajak juga
belum difokuskan pada perbedaan waktu pengakuan pengenaan pajak, tetapi baru pada
jumlah besaran pajak terhutangnya.
Sanksi dan Denda pajak akan timbul dari kondisi yaitu: Pengakuan jumlah besaran
penghasilan yang tidak sesuai atau kurang menurut Ketentuan umum perpajakan dan waktu
pengakuan penghasilan kena pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan umum perpajakan
oleh sebab itu sudah seharusnya pemeriksa juga memperhatikan dan fokus pada waktu
19
pengakuan penghasilan kena pajak sesuai dengan amanat ketentuan undang undang
perpajakan yang berlaku.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Laba komprehensif berpengaruh positf
terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak perusahaan. Pemeriksa pajak dari Direktorat
Jenderal Pajak masih sangat mengandalkan laba Komprehensif dalam melakukan
pemeriksaan terhadap penghasilan kena pajak perusahaan (PhKP).
Deferred tax tidak berpengaruh terhadap besaran Sanksi dan Denda pajak Perusahaan.
Waktu pengakuan penghasilan pajak (PhKP) tidak berpengaruh terhadap besaran Sanksi dan
Denda pajak peerusahaan.
SARAN PENELITIAN SELANJUTNYA
1. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengembangkan
sampel yang ada untuk industri yang lain yang memiliki track record yang kurang baik
dalam bidang perpajakan
2. Penelitian selanjutnya dapat memilah deferred tax yang sudah sesuai atau yang masih
belum sesuai dengan Ketentuan umum perpajakan sehingga dapat diketahui lebih lanjut
apakah pengaruh deferred tax terhadap Besaran Sanksi dan Denda dengan lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada
KPP Pratama.” Pada Jurnal Simposium Akuntansi Nasional 12. 2009.
Ampa, Andi. 2011 Implementasi Tax Planning dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan
pada PT Bank Sulsel. Hasanudin
20
Aris, Achmad. 100 Penunggak Pajak Terancam
Gijzeling.2010.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=8143&q=&hlm=5
(diakses tanggal 14 Februari 2015)
Bwoga, Hanata. Yoseph Agus BBN dan Tony Marsyahrul. Pemeriksaan Pajak di Indonesia.
Jakarta : Penerbit PT Grasindo. 2005.
Chludek, A. K. 2011. Perceived versus Actual Cash Flow Implication of Deffered Taxes An
Analysis of Value Relevance and Reversal under IFRS.Journal of International Accounting
Research 10 (1): 1-25.
Craig M Boise 2005 Tax Fraud and Inflated Corporate Earnings: Is There an Alternative
to the Missing Legislative Fix?, tax note vol 106, 2005
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro. 2011.
John Gellemore, The reputational cost of tax avoidance, contemporary accounting research,
forthcoming, 2014.
Kemenkeu. Realisasi Pendapatan Negara Tahun 2014 Capai Rp 1.537,2 triliun. 2015.
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/realisasi-pendapatan-negara-tahun-2014-capai-rp15372-
triliun (diakses tanggal 14 Februari 2015)
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak yang
Dapat diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.
Mahendra, Putu Putra dan I Made Sukartha. “Pengaruh Kepatuhan , Pemeriksaan dan Penagihan
Pajak pada Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”. Dalam E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 9.3. ISSN : 2302 – 8556. 2014.
Michael Doran, Tax Penalty and Tax Compliance, scholarship@georgetown laws, 2009
21
Rahmawati, Fajar Nur. Sigit Santoso dan Nurhasan Hamidi. “Pengaruh Pemeriksaan dan
Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Surakarta.” Dalam
Jupe UNS. Vol. 3 No. 1 Hal. 72-82. 2014.
Sari, Maria M Ratna dan Ni Nyoman Afriyanti. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan
Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP
Pratama Denpasar Timur.” 2010
Scott Dyreng, Public Pressure and corpoarate Tax Behavior, Fisher collage of Busines Working
Paper No 3004-02-003, 2014
Suhendra, Eupharasia Susy. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”. Dalam Jurnal Ekonomi Bisnis. 2010.
Vol. 15 No.1.
Supriadi, Agust. Lebih Dari 50% Wajib Pajak Belum Bayar Pajak. 2014.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141014175233-78-6372/lebih-dari-50-wajib-
pajak-belum-bayar-pajak/ (diakses tanggal 14 Februari 2015).
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan
Wajib Pajak Non Efektif.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
22