DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI...

52
1 | Page DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Maksud dan Sasaran Kegiatan 3 1.3 Hasil yang diharapkan 3 1.4 Persoalan yang disasar 3 BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN 4 2.1 Model Pendampingan Lembaga Pendamping 4 2.1.1 Model Pendampingan PERSEPSI 5 2.1.2 Model Pendampingan IDEAS 5 2.1.3 Model Pendampingan Koordinator Nasional 6 A Rencana Aksi Program 6 B Matriks Indikator Keberhasilan Pendampingan 6 BAB III ORGANISASI DAN PELAKSANAAN 11 3.1 Dasar Pelaksanaan 11 3.2 Struktur Koordinasi dan Tim Pendampingan 11 3.3 Kondisi UM PHBM dan Sosial Ekonomi Wilayah Pada Area Proyek 11 3.3.1 UM PHBM Enggal Mulyo 11 3.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi wilayah administrasi Kab. Ponorogo 13 3.3.3 UM PHBM Gawe Makmur 14 3.3.4 Kondisi Sosial Ekonomi wilayah Administrasi Kab.Temanggung 16 3.3.5 UM PHBM Sejahtera 17 3.3.6 Kondisi Sosial Ekonomi wilayah Administrasi Kab.Ciamis 19 BAB IV PELAKSANAAN 21 4.1 Pertemuan antar koordinator Nasional, Koordinator Wilayah, dan Project Officer 21 4.2 Sosialisasi dan Penguatan Kapasitas, masyarakat, dan Otoritas Lokal, sesuai dengan SVLK 25 4.2.1 Program Sosialisasi di Kabupaten Ponorogo 25 4.2.2 Program Sosialisasi di Kabupaten Temanggung 25 4.2.3 Program Sosialisasi Kabupaten Ciamis 26 4.3 Kinerja dan proses Pendampingan 28 4.3.1 Pendampingan pada UM PHBM Enggal Mulyo 28 4.3.2 Pendampingan pada UMPHBM Gawe Makmur 31 4.3.3 Pendampingan pada UMPHBM Sejahtera 34 4.4 Kegiatan Pengembangan Kapasitas Personel dan Kelembagaan 40 4.4.1 Kegiatan Pelatihan di UMPHBM Enggal Mulyo 40 4.4.2 Kegiatan Pelatihan di UMPHBM Gawe Makmur 40 4.4.3 Kegiatan Pelatihan di UMPHBM Sejahtera 41 BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi 43 5.1 Kesimpulan 43 5.2 Saran dan Rekomendasi 44 LAMPIRAN 45

Transcript of DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI...

Page 1: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

1 | P a g e

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Maksud dan Sasaran Kegiatan 3 1.3 Hasil yang diharapkan 3 1.4 Persoalan yang disasar 3 BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN 4 2.1 Model Pendampingan Lembaga Pendamping 4 2.1.1 Model Pendampingan PERSEPSI 5 2.1.2 Model Pendampingan IDEAS 5 2.1.3 Model Pendampingan Koordinator Nasional 6 A Rencana Aksi Program 6 B Matriks Indikator Keberhasilan Pendampingan 6 BAB III ORGANISASI DAN PELAKSANAAN 11 3.1 Dasar Pelaksanaan 11 3.2 Struktur Koordinasi dan Tim Pendampingan 11 3.3 Kondisi UM PHBM dan Sosial Ekonomi Wilayah Pada Area Proyek 11 3.3.1 UM PHBM Enggal Mulyo 11 3.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi wilayah administrasi Kab. Ponorogo 13 3.3.3 UM PHBM Gawe Makmur 14 3.3.4 Kondisi Sosial Ekonomi wilayah Administrasi Kab.Temanggung 16 3.3.5 UM PHBM Sejahtera 17 3.3.6 Kondisi Sosial Ekonomi wilayah Administrasi Kab.Ciamis 19 BAB IV PELAKSANAAN 21 4.1 Pertemuan antar koordinator Nasional, Koordinator Wilayah, dan Project Officer 21 4.2 Sosialisasi dan Penguatan Kapasitas, masyarakat, dan Otoritas Lokal, sesuai

dengan SVLK 25

4.2.1 Program Sosialisasi di Kabupaten Ponorogo 25 4.2.2 Program Sosialisasi di Kabupaten Temanggung 25 4.2.3 Program Sosialisasi Kabupaten Ciamis 26 4.3 Kinerja dan proses Pendampingan 28 4.3.1 Pendampingan pada UM PHBM Enggal Mulyo 28 4.3.2 Pendampingan pada UMPHBM Gawe Makmur 31 4.3.3 Pendampingan pada UMPHBM Sejahtera 34 4.4 Kegiatan Pengembangan Kapasitas Personel dan Kelembagaan 40 4.4.1 Kegiatan Pelatihan di UMPHBM Enggal Mulyo 40 4.4.2 Kegiatan Pelatihan di UMPHBM Gawe Makmur 40 4.4.3 Kegiatan Pelatihan di UMPHBM Sejahtera 41 BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi 43 5.1 Kesimpulan 43 5.2 Saran dan Rekomendasi 44 LAMPIRAN 45

Page 2: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

2 | P a g e

Page 3: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

3 | P a g e

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tahun 2009 Kementrian Kehutanan telah mengeluarkan regulasi terkait dengan Sistem Verifikasi

Legalitas Kayu (SVLK) yang tertuang dalam Permenhut nomor P.38/Menhut-II/2009 dan dijabarkan

dalam Peraturan Dirjen BPK nomor P6/Set-IV/2009 beserta panduan verifikasi yang diatur dalam

P.02/2010. Keluarnya beberapa aturan ini melalui proses yang cukup panjang sejak tahun 2003 atas

desakan keinginan banyak pihak yang peduli pada upaya pemberantasan ilegal logging dan

perdagangan kayu yang lebih bertanggung jawab. Tingkat laju deforestasi yang semakin tinggi dan

kawasan hutan yang semakin tergerus telah dirasakan sebagai ancaman, tidak hanya bagi

masyarakat Indonesia, namun juga dunia terutama dalam konteks kerusakan lingkungan dan

perubahan iklim.

Sadar pada tantangan yang semakin besar, Pemerintah berusaha mengurangi laju kerusakan hutan

baik yang disebabkan oleh penebangan ilegal oleh pelaku legal maupun pelaku ilegal. Tahun 2005

respon pemerintah untuk mengatasi ilegal logging ditunjukkan oleh keluarnya Inpres 4/2005

tentang pemberantasan ilegal logging. Inpres ini tampaknya menjadi “sapu jagad” karena hampir

semua pihak penegak hukum dilibatkan dalam tugas ini seperti: Kepolisian, Kejaksaan, TNI,

Kementrian Kehutanan, Dinas Kehutanan, dan pihak-pihak terkait lainnya. Respon dari luar negeri

terhadap kasus-kasus ilegal logging juga cukup banyak. Beberapa negara sudah menjalin

kesepakatan kerjasama dengan Indonesia untuk memerangi ilegal logging, seperti MoU antara

pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris (2003), dengan pemerintah Jepang (2003),

pemerintah China (2004) dan pemerintah Amerika Serikat (2006).

Dalam konteks perundingan dagang dengan negara Uni Eropa, upaya kontrol terhadap perdagangan

kayu akan diwadahi dalam perjanjian kemitraan sukarela atau Voluntary Partnership Agreement

(VPA) sebagai tindak lanjut dari program Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT).

VPA diharapkan juga sebagai sarana rekognisi terhadap SVLK dan produsen kayu yang telah

mengantongi sertifikat SVLK. Peredaran produk kayu yang berasal dari Indonesia bersumber dari

berbagai unit manajemen hutan: hutan alam, hutan tanaman, dan hutan berbasis masyarakat,

termasuk juga para pihak yang menjadi perantara pemindah tanganan produk kayu. Sumber kayu

dari hutan hak, walaupun tidak ada campur tangan negara dalam pengelolaan hutannya tetap

diprioritaskan untuk diatur mekanisme tata usaha kayunya dan jaminan legalitasnya mengingat

bahwa potensinya cukup besar. Tatausaha kayu dalam hutan hak diatur dalam P.51/Menhut-II/2006

dan yang saat ini akan segera di revisi menjadi peraturan yang lebih simpel dan sesuai dengan

kondisi lapangan. Pertimbangan pengaturan tatausaha kayu rakyat adalah dalam rangka melindungi

hak privat dan mencegah tercampurnya antara kayu legal dan kayu ilegal.

Ketersediaan bahan baku dari hutan alam yang semakin terbatas menyebabkan beberapa industri

pengolah kayu hulu melirik bahan baku kayu yang berasal dari kayu rakyat. Akhir-akhir iniada

kecenderungan beberapa industri kayu lapis mulai menggunakan bahan baku subtitusi meranti

seperti sengon atau jabon yang digunakan untuk bahan core plywood. Bahkan beberapa industri

besar di Jawa Timur telah melakukan kerjasama dengan petani dan pengelola hutan rakyat di daerah

Temanggung untuk menanam jenis-jenis tertentu yang menjadi kebutuhan industri. Mereka

kemudian menciptakan mekanisme profit sharing yang memberikan keuntungan bagi kedua

Page 4: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

4 | P a g e

pihak.Dilihat dari sisi potensi kayu rakyat hitung-hitunganya sangat fantastis. Sebuah kajian potensi

yang dilakukan oleh BPKH IX dan MFP menunjukkan bahwa taksiran potensi kayu hutan rakyat

dengan basis citra Landsat tahun 2006‐2008 adalah sekitar 57 – 103, 5 juta m3 atau total taksiran

rata‐rata potensi kayu pada areal hutan rakyat (indikatif) seluas hampir 2,6 juta ha adalah sekitar

74,7 juta m3.

Potensi yang besar ini disadari maupun tidak telah menciptakan tataniaga baru dalam perdagangan

kayu yang lebih banyak diatur oleh mekanisme lokal yang berbeda untuk masih-masing wilayah. Di

wilayah Temanggung misalnya, selain ada hubungan dagang langsung antara industri dan petani,

tataniaga kayu juga banyak di setir oleh peran pedagang atau perantara (middle-man), demikian

pula disebagian wilayah Wonogiri dan Pacitan peran para “Bakul” amat dominan. Sistem jual beli ini

yang sering menyebabkan aturan tatausaha kayu rakyat khususnya P.51/Menhut-II/2006 tidak

dijalankan sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Mekanisme penerbitan SKAU banyak diatur

oleh Pedagang sehingga banyak dijumpai Dokumen SKAU tidak disimpan di Desa maupun dijadikan

arsip oleh si pemilik kayu.

Mekanisme kontrol yang lemah terhadap peredaran kayu rakyat dapat dimanfaatkan oleh pihak

ketiga yang kurang bertanggung jawab untuk menerbitkan dokumen PUHH pada kayu-kayu ilegal.

Dokumen ini bisa berstatus “ASPAL” asli tapi palsu, produk permainan pengandaan dokumen yang

hanya sekedar memenuhi syarat untuk dokumen pengangkutan. Jika ini berlangsung terus maka

citra kayu rakyat bisa tergerus oleh aktivitas ilegal sebagian masyarakat yang ingin mengambil

keuntungan. Disnilah diperlukan “alat” yang mampu memberikan proteksi pada kayu rakyat

sehingga mereka bisa mendapatkan status halal dan legal yang dibuktikan dengan sistem yang bisa

dipercaya oleh pasar.

Pada saat Menteri Kehutanan menetapkan aturan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard

dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu

(SVLK), masyarakat pengelola hutan hak atau hutan berbasis masyarakat sesungguhnya belum siap

untuk menerapkannya. Selain karena beberapa persoalan diatas, masyarakat masih belum “aware”

pada pentingnya melakukan dokumentasi SKAU maupun SKSKB Cap “KR” dan penertiban dokumen

alas titel yang sah.ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1 (M) memberikan jawaban pentingnya

pengembangan kapasitas personel dan kelembagaan di level petani hutan rakyat. Melalui proyek

ini telah dikembangkan kegiatan pendampingan masyarakat pengelola hutan rakyat untuk

menyiapkan sumberdaya manusia dan institusi lokal pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Telah dipilih tiga propinsi sebagai pilot program implementasi SVLK di hutan hak yaitu Jawa Timur,

Jawa Tengah dan Jawa Barat. Masing-masing UM PHBM tersebut adalah: 1). Gapoktan Enggal Mulyo,

Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, 2) Gapoktan Gawe Makmur,

Desa Gowak, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dan 3). Kelompok Tani

Sejahtera, Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis. Kegiatan Pendampingan yang

dijalankan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2011 (efektif) dilaksanakan oleh dua

Lembaga Pendamping yaitu PERSEPSI telah mendampingi wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan

IDEAS mendampingi wilayah Jawa Barat. Laporan ini memberikan deskripsi perkembangan kegiatan

pendampingan pada masing-masing propinsi dan output yang dihasilkan untuk menuju pada fase

“Readiness towards SVLK Certification”.

Page 5: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

5 | P a g e

1.2. Maksud dan Sasaran

a) Maksud kegiatan ini adalah untuk melaksanakan Aktivitas 1.3 Proyek ITTO TFL-PD 10/09

Pelaksanaan berseri konsultasi dengan stakeholder secara intensif untuk mengarus-

utamakan SVLK/TLAS dan memfasilitasi persiapan dokumentasi dan kegiatan administratif

lainnya yang dipersyaratkan dalam sistem verifikasi legalitas kayu.

b) Sasaran Aktivitas 1.3 Proyek ITTO TFL-PD 10/09

Keberhasilan implementasi SVLK yang dikoordinasikan oleh unit manajemen hutan

rakyat

Implementasi SVLK yang kredibel di unit manajemen hutan rakyat dapat dipromosikan

ke pasar yang lebih luas

1.3. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan sesuai aktivitas 1.3 TFL-PD 10/09: a) Tiga unit manajemen PHBML atau industri pengolahan kayu pada skala kecil telah terpilih

sebagai lokasi pilot untuk mengimplementasikan prosedur-prosedur SVLK b) Tiga unit manajemen PHBML atau industri pengolahan kayu pada skala kecil telah

didampingi dan difasilitasi untuk mempersiapkan semua kebutuhan dokumen dan prosedur yang dipersyaratkan dalam SVLK

c) Pada akhir kegiatan fasilitasi/pendampingan, tiga unit manajemen yang dijadikan sebagai lokasi pilot telah siap untuk disertifikasi oleh pihak ketiga independen (Lembaga Verifikasi terakreditasi)

1.4. Persoalan yang disasar

a) Peraturan dan standar SVLK yang relatif baru belum dipahami oleh seluruh stakeholder kehutanan, terutama pelaku bisnis perdagangan kayu pengelola hutan sebagai sumber bahan baku

b) Unit Manajemen PHBM adalah salah satu entitas yang akan dinilai kinerja SVLK-nya, keterbatasan sistem administrasi di tingkat desa dan sosialisasi yang terbatas akan menghambat kesiapan PHBMdalam menghadapi penerapan SVLK di hutan hak

c) Sumberdaya manusia yang akan mendukung kinerja administrasi Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH) belum memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang SVLK dan penerapan administrasi kayu sesuai aturan yang berlaku (P.51 atau P.33)

d) Pelaksanaan verifikasi legalitas kayu sulit dilakukan tanpa adanya komitmen kuat dari pengelola hutan (Masyarakat) dan penguatan kelembagaan di tingkat Unit Manajemen Hutan Rakyat

e) Pemerintah daerah belum sepenuhnya mendukung program penerapan SVLK di hutan rakyat, bahkan ada kecenderungan menambah rantai birokrasi yang merumitkan masyarakat dalam rangka penerbitan dokumen angkutan (SKAU atau SKSKB Cap KR).

f) Kayu rakyat adalah komoditas yang mulai banyak diminati oleh industri pengolahan hasil hutan sejak semakin terbatasnya bahan baku dari hutan alam, namun kegiatan promosi dan pemasaran kayu rakyat yang legal masih sangat terbatas

Page 6: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

6 | P a g e

BAB II. METODOLOGI PENDAMPINGAN

Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model pendampingan

oleh lembaga pendamping (PERSEPSI dan IDEAS) dan kedua, model koordinasi yang dikembangkan

oleh Konsultan Nasional (Koordinator). Lembaga Pendamping juga mempunyai tugas yang

ditetapkan oleh Project ITTO sesuai dengan aktivitas 1.3 yaitu:

Mengembangkan partisipasi, sikap, pengetahuan dan keterampilan kelompok tani dan anggotanya dalam pelaksanaan/penerapan standard verifikasi legalitas kayu berdasarkan peraturan yang berlaku.

Menjaga agar semangat, kemauan, ide-ide dan gagasan kelompok tani tetap tinggi sehingga kegiatan penerapan pengelolaan hutan lestari dan penyiapan dokumen untuk memenuhi standard verifikasi legalitas kayu dapat berjalan lancar.

Memacu dan meningkatkan kegiatan kelompok tani sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok tani melaksanakan PHL dan standar VLK.

Mengurangi, menghentikan dan mengingatkan apabila ada kegiatan atau sikap yang menyimpang dan tidak mendukung kegiatan penerapan SVLK.

Mendinginkan konflik dan ketegangan yang merugikan kelompok tani.

Membantu kelompok tani dalam menghadapi permasalahan yang muncul khususnya dalam pelaksanaan standar VLK.

Membimbing kelompok tani untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Mengembangkan jaringan kerjasama dalam kelompok tani dan antar kelompok, instansi terkait, lembaga keuangan dan mitra usaha.

2.1. Model pendampingan Lembaga Pendamping

Di dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan, Lembaga PERSEPSI dan IDEAS Consultancy Services

memiliki pendekatan yang sedikit berbeda, namun secara umum kedua lembaga memiliki tujuan dan

sasaran yang sama dalam mewujudkan pemahaman masyarakat dan kesiapan administrasi dalam

implementasi SVLK di setiap Unit manajemen yang dirujuk menjadi pilot sites.

2.1.1. Model pendampingan yang dilakukan oleh PERSEPSI:

a) Kegiatan untuk Mencapai Hasil Kerja I: Pembentukan Satuan Kelola Hutan Rakyat, atau

Forest Management Unit (FMU).

Sosialisasi SVLK untuk UM terplih dan disepakati peran masing-masing pemangku

kepentingan terkait.

Lokakarya tahapan kegiatan penyiapan SVLK dan pembentukan tim penyiapan

dokumen beserta tata waktunya.

Pendampingan kelembagaan UM oleh Tim penyiapan dokumen yang terbentuk

b) Kegiatan untuk Mencapai Hasil Kerja 2: Sosialisasi SVLK untuk unit management terpilih dan

disepakati peran masing-masing pemangku kepentingan terkait.

Pelatihan pembekalan teknis penyiapan dokumen

Pendampingan Tim penyiapan Dokumen dan kelengkapannya

Lokakarya Pengembangan Pemahaman Dokumen yang akan diajukan ke Lembaga

Sertifikasi bagi UM.

Page 7: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

7 | P a g e

Revisi dan penyempurnaan dokumen pengajuan sertifikasi VLK

Perbanyakan Dokumen Pengajuan

Fasilitasi tindaklanjut hasil pendampingan diantaranya kepada kementerian

Kehutanan dan dinas kehutanan setempat

c) Kegiatan untuk mencapai Hasil kerja 3: Lokakarya Tahapan kegiatan penyiapan SVLK dan

Pembentukan Tim penyiapan dokumen pengajuan SVLK.

Penyiapan dan Pembekalan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Sertifiksi VLK

Penjajagan Kebutuhan dan Minat serta kesiapan Masyarakat pada Sertifikasi VLK

Penentuan satuan pengelola (FMU) 4) Penentuan luas wilayah sertifikasi (nama

pemilik, jenis lahan, status lahan)

Penataan kelembagaan satuan kelola hutan.

Penentuan tata Lacak Balak

Penyusunan dan Pembahasan Dokumen Pengajuan

Pengajuan ke LS (Lembaga Sertifikasi).

2.1.2. Model Pendampingan yang dilakukan IDEAS Consultancy Services

IDEAS Consultancy services mengembangkan Pendampingan dengan dua pola pokok yaitu:

a. Meningkatkan kapasitas Kelembagaan masyarakat dalam mendukung implementasi SVLK

melalui beberapa kegiatan yaitu:

Pelatihan penyusunan aturan kelompok tentang penerapan SVLK di Hutan Rakyat

Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Pencapaian SVLK di hutan rakyat

Pendampingan teknis penguatan kelembagaan untuk penerapan SVLK di hutan rakyat

b. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam mendukung implementasi VLK di hutan rakyat

melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

Sosialisasi SVLK bagi masyarakat pengelola hutan rakyat

Pelatihan teknis penerapan VLKL di hutan rakyat

Pendampingan teknis penerapan VLK di hutan rakyat

Secara hirarkis, alur pendampingan yang dilakukan oleh IDEAS Consultancy Services ditunjukkan

pada Gambar 1 sebagai berikut:

Page 8: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

8 | P a g e

Gambar 1. Alur Tujuan pendampingan

2.1.3. Model Koordinasi yang dikembangkan oleh Koordinator Nasional

A. Rencana Aksi Program

Konsultan Nasional (Koordinator Nasional) adalah tenaga ahli yang ditunjuk untuk

mengkoordinasikan kegiatan pendampingan pada tiga propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa tengah, dan

Jawa Barat. Koordinator Nasional memastikan bahwa proses-proses pendampingan masyarakat yang

dilakukan oleh lembaga Pendamping bisa berjalan sesuai dengan tujuan sasaran proyek ITTO TFL-PD

10/09. Mengingat bahwa waktu kegiatan yang short term (hanya 3 bulan) maka Koordinator

Nasional membuat Rencana Aksi Program pendampingan selama 3 bulan yang menghubungkan

kegiatan antara Koordinator dengan : Project Officer ITTO, Koordinator Wilayah Jawa Tengah-Jawa

Timur, dan Koordinator Wilayah Jawa Barat beserta Unit Manajemen PHBM seperti digambarkan

pada Tabel 1.

B. Matriks Indikator Keberhasilan Pendampingan

Matriks Indikator Keberhasilan dikembangkan oleh Koordinator Nasional berdasarkan standard SVLK

yang tertuang dalam Surat Keputusan Dirjen BPK No. P.6/Set-IV/2009 khususnya pada Lampiran 5

Page 9: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

9 | P a g e

dari SK tersebut. Standar inilah yang dipergunakan oleh Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu untuk

menilai kesesuaian Unit manajemen hutan berbasis masyarakat. Dengan mempedomani standar ini,

diharapkan semua yang dikerjakan oleh Lembaga Pendamping dan oleh masyarakat sebagai

pengelola hutan berbasis masyarakat tidak keluar konteks penilaian SVLK di hutan hak. Walaupun

demikian, Matriks ini hanyalah sebuah minimum requirement yang diberlakukan dalam standard

SVLK. Penguatan kapasitas dan kelembagaan juga menjadi faktor penentu yang sangat penting yang

disasar oleh aktivitas 1.3 pada ITTO Project TFL-PD10/09 ini. Pengembangan lebih lanjut proses

pendampingan oleh para pendamping telah sangat membantu kesiapan unit manajemen menuju

proses penilaian SVLK misalnya: penguatan Kelembagaan dan perluasan kelembagaan pada level

Desa atau kelurahan.

Matriks Indikator keberhasilan pendampingan berisi elemen: Verifier, Keabsahan, Kelengkapan, dan

Konsistensi, serta Indikator keberhasilannya. Elemen-elemen ini saling terkait dan menjadi rujukan

auditor/penilai SVLK dalam menjalankan penilaian. Verifier adalah pernyataan pembuktian bahwa

Unit manajemen PHBM telah memenuhi persyaratan indikator. Keabsahan suatu dokumen

menunjukkan bahwa pihak-pihak yang memperoleh otoritas dari regulator telah memberikan

pengesahan. Kelengkapan dokumen adalah pemenuhan semua persyaratan administrasi sesuai

dengan aturan yang berlaku. Konsistensi data adalah kesamaan data dan informasi yang secara logis

dan akademis bisa dipertanggungjawabkan.Untuk menjalankan proses monitoring dan evaluasi,

Koordinator Nasional mengembangkan indikator keberhasilan pendampingan seperti

digambarkanpadaTabel2.

Page 10: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

10 | P a g e

Tabel 1. Rencana Aksi kegiatan pendampingan pada Tiga Propinsi (Jawa Timur-Jawa tengah, dan Jawa Barat)

Program Location Weeks within May-August 2011

May June July Aug 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Regular meeting with National and Field Consultants in terms of fine-tuning program for each areas in three provinces

Bogor-Jakarta Jawa Tengah- Jawa Timur Jawa Barat

Socialization and strengthening Capacity of communities and local authorities in line with Timber Legality Assurance System (SVLK)

Temanggung Ponorogo Ciamis

Observing and Facilitating the process of technical assisstant for Community Forest management units

Temanggung Ponorogo Ciamis

Observing and Facilitating the trainings on SVLK for community conducted by Consultants

Temanggung Ponorogo Ciamis

Developing Progress report and Final Report

Jakarta-Bogor

Rencana aksi yang dikembangkan oleh Koordinator Nasional di atas dijadikan sebagai kerangka kerja menyusun Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir

Program pendampingan SVLK pada 3 Propinsi yang disampaikan kepada Project Officer ITTO.

Page 11: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

11 | P a g e

Tabel 2. MATRIKS INDIKATOR KEBERHASILANPENDAMPINGAN SVLK DI HUTAN HAK/ HUTAN RAKYAT

VERIFIER

KEABSAHAN KELENGKAPAN KONSISTENSI INDIKATOR KEBERHASILAN

Dokumenkepemilikanlahan yang sah (alas titel/ dokumenlan yang diakui)

Disahkanolehinstansi yang berwenang, dapatberupa: tandatangan, cap, dannamainstansi yang mengeluarkandokumenkepemilikanlahan

Jenisdokumen yang sahadalah: Sertifikattanah, Leter C, Leter B, Girik, Rincik, Sertifikat HGU atauHakPakai, sertabuktikepemilikanlainnya yang sah

Dokumenmenunjukkaninformasi yang lengkapmengenaisiapapemiliklahandanberapaluasnya, dan/ataubesertalokasitermasukketeranganbatas-batasnya

Dokumenkepemilikanlahansesuaidenganinformasi yang tertulisdalam: dokumen FMU-HR, Dokumenangkutankayu (SKAU/ SKSKB cap KR)

Tersedianyadokumenkepemilikanlahan yang sah, lengkap, konsistenuntuksemuaanggota unit manajemenHutan Rakyat (UMHR)

Copy dokumenkepemilikanlahanuntuksemuaanggota UMHR tersedia di kantor UMHR

Peta areal hutanhakdanbatas-batasnya di lapangan

Peta areal hutanhakdisepakatiolehsemuaanggota UMHR

Petaberisi: informasilokasi UMHR, jenisvegetasi, pemilikdanbatas-batasnya, jaringanjalan, skalapeta, legenda, daninformasilainnya

Informasi yang ada di dalampetasesuaidengankondisidanbatas-batas di lapangan

Informasi yang ada di petasesuaidengandokumenkepemilikan

Peta areal hutanhak / UMHR tersediadanmenunjukanlokasi yang benar

Tandabataskepemilikantersediadandisepakatiolehsemuaanggota UMHR (dalambentukpematang, tanamanpagar, pal, ataubentukfisiklainnya)

Dokumen SKAU atau SKSKB Cap “KR”

Dokumen SKAU yang sahditerbitkanolehLurahatauKepalaDesaatauPejabatPenerbit SKAU

DitandatanganiolehPenerbit

SKSKB Cap KR memilikiNomor Seri yang sah, Pengirim, Peneriman, Pengangkutan, danTujuanPengankutan, IdentitasKayu, daninformasiPenerbitpadasaatkayudikirimkan

Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR dilengkapidengandokumenSuratIjinTebang (SIT)

SuratIjinTebangmampumenunjukkansiapapemilikkayunyadanlokasipenebangannya

Jeniskayu yang diangkutharussesuaidenganjumlahdan volume yang terteradalamdokumen SKAU maupun SKSKB Cap KR

Jeniskayudanpenggunaandokumenharussesuai

SKAU atau SKSKB cap KR tersedia di kantor UMHR untuksemuapenjualankayudarimasyarakatsetempatanggota UMHR

Dokumen SKAU dan SKSKB cap KR memenuhiaspek-

Page 12: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

12 | P a g e

VERIFIER

KEABSAHAN KELENGKAPAN KONSISTENSI INDIKATOR KEBERHASILAN

Memuat Cap “KR”

denganaturan P 51/2006 danperubahanya P33/2007

Jeniskayu yang ditebangataudiangkutsesuaidenganketentuanatauRencanaTebangan UMHR

aspeklegalnya

Dokumen SKAU dan SKSKB cap KR tersediadandikumpulkanmenurutwaktudalam 1 tahun

Faktur/ KwitansiPenjualan

DokumenkwitansiatauFakturpenjualandikeluarkanolehpihakPemilikKayudanadatandatangannyabermateraicukup

DokumenkwitansiataufakturpenjualandilengkapidenganmateraidantandatanganpemilikkayusertatangaldibuatKwitansi

DokumenkwitansidanFakturpenjualansesuaidengandokumen SKAU danatau SKSKB Cap KR baikjenis, jumlahbatangmaupun volume kayunya

Dokumenkwitansiabsahdanlengkapdantersedia (rekamandikumpulkansetiaptahun)

Dokumenkwitansisesuaidenganfisikkayu yang dijual

Dokumenkwitansiataufakturpenjualansesuaidengandokumen SKAU atau SKSKB cap KR

Page 13: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

13 | P a g e

BAB III. ORGANISASI & PELAKSANAAN

3.1. Dasar pelaksanaan

a) Activities 1.3 of ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1 (M), Carry out series of intensive stakeholders consultation to disseminate SVLK/TLAS and facilitating the preparation of documents and administration required in the legal verification system.

b) Surat Sekditjen BUK No. S 637/Set-4/2011 yang ditujukan kepada Seluruh kepala Dinas kehutanan dalam wilayah studi, Perihal: Surat pengantar Pelaksanaan Fasilitasi hutan rakyat Sekditjen BUK. Pada SK ini juga disebutkan nama-nama konsultan yang terlibat dalam proses pendampingan masyarakat.

c) Kontrak Perjanjian Kerja antara Project Officer ITTO dengan Koordinator Nasional

3.2 Struktur Koordinasi dan Tim Pendampingan

3.2.1. PERSEPSI

a. Koordinator Wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah : Teguh Suprapto

b. Pendamping UM PHBM Enggal Mulyo, Ponorogo, Jawa Timur : Suhartono

c. Pendamping UM PHBM Gawe Makmur, Temanggung, Jawa Tengah : Nuryahya

3.2.2. IDEAS Consultancy Services

a. Koordinator Wilayah Jawa Barat : Wahyu Faturahman Riva

b. Pendamping Unit Manajemen PHBM Sejahtera, Ciamis, Jawa Barat : Idris Abdullah

2.2.3. Koordinator Nasional dan Project Management

a. Project Officer : Ir. Lasmini

b. Koordinator Nasional (National Consultant) : Daru Asycarya

c. ITTO Management Staff : 1. Ditha Astriani Dwi K

2. Irebella Siswondo

3.3. Kondisi Unit Manajemen PHBM dan Sosial Ekonomi Wilayah pada Area Proyek

3.3.1. Unit Manajemen PHBM Enggal Mulyo1

a. Lokasi:

Unit manajemen berlokasi di : Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten ponorogo, Jawa Timur.

Kegiatan pembentukan FMU ini dilaksanakan pada awal bulan Mei 2011 dengan melakukan

pemetaan terhadap institusi-institusi masyarakat yang telah ada, maka disepakati untuk kelompok

1 Sumber: Laporan Kemajuan pendampingan SVLK oleh PERSEPSI

Page 14: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

14 | P a g e

tani Enggal Mulyo ditetapkan sebagai Forest Management Unit (FMU) yang akan digunakan sebagai

institusi masyarakat Ds. Mrayan untuk pengajuan sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu.

b. Susunan pengurus Unit Manajemen:

Jumlah Anggota Unit Manajemen PHBM Enggal Mulyo adalah 3.511 orang dengan susunan pengurus

sebagai berikut:

Ketua : Budi Susilo Sekretaris : Haryoko, SE Bendahara : Mujiono. Anggota : Seluruh warga Desa Mrayan sejumlah 3.511 orang

Gambar 2. Sekretariat UM PHBM Enggal Mulyo

c. Pola budidaya Hutan Rakyat dan Perdagangan Kayu

UM-PHBM Enggal Mulyo telah mengembangkan budidaya tanaman hutan dengan pola Agroforestry

yang didominasi oleh jenis Pinus (pinus merkusii) dikombinasikan dengan tanaman cengkeh, mahoni,

jati, Sengon, Jabon, akasia dan tanaman pertanian. Iklim yang sejuk di daerah Mrayan, Ngrayun

menjadikan pinus bisa tumbuh dengan baik. Disekitar lokasi unit manajemen juga tumbuh tanaman

pinus yang dikelola oleh Perum Perhutani. Masyarakat juga sedang menjajagi kerjasama dengan

Perum Perhutani dalam hal penjualan getah pinus, sehingga masyarakat tidak tergantung hanya

pada jenis kayu tertentu. Selain tanaman hutan, masyarakat juga menanam tanaman palawija

terutama di sekitar rumah atau pekarangan. Kegiatan kelompok dalam wadah Gapoktan tidak hanya

mengurusi masalah komoditas kayu, namun juga mengembangkan budidaya pertanian.

Page 15: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

15 | P a g e

Gambar 3. Tanaman Pinus dan jabon yang dikembangkan oleh UM PHBM Enggal Mulyo

Dalam konteks perdagangan kayu, masyarakat terbiasa menggunakan jasa pedagang atau pembeli

yang langsung datang ke lokasi untuk melakukan “tebas” kayu. Proses negosiasi bisa dilakukan

dengan cepat asal ada kesepakatan kedua pihak. Untuk mendukung tatausaha kayu yang legal,

mereka menggunakan dokumen SKSKB Cap “KR” sebagai dokumen angkutan sesuai dengan

ketentuan P.51/P.33 tentang penggunaan SKAU maupun SKKSKB Cap KR berdasarkan jenisnya.

Mereka mengakui bahwa sebelum ada kegiatan sosialisasi SVLK dan pendampingan, administrasi

kayu dilakukan seadanya, tanpa ada kuitansi jual beli dan pengarsipan yang memadai baik di

masyarakat maupun petugas penerbit SKAU/ SKSKB Cap KR.

3.3.2. Kondisi Sosial Ekonomi wilayah administrasi Kabupaten Ponorogo2

a. Gambaran Wilayah Kabupaten Ponorogo :

Kabupaten Ponorogo secara geografis terletak antara 111o17 - 111o52 BT dan antara 7o49 -8o20 LS.

Kabupaten ini di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun,

Kabupaten Nganjuk, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tulung Agung dan Kabupaten

Trenggalek, disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan sedangkan di sebelah barat

berbatasan dengan kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri. Luas wilayah kabupaten Ponorogo

1.371,78 Km2.Pada tahun 2006 Kabupaten ini mempunyai jumlah penduduk 919.392 jiwa yang

terdiri dari 452.231 jiwa pria dan 467.161 jiwa wanita.

b. Bidang Ekonomi masyarakat

Masyarakat sebagian besar hidupnya menggantungkan pada usaha pertanian, hal ini dapat dilihat

dari besarnya pekerja dalam sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Selain sektor

pertanian, sector lain yang juga menjadi sumber pendapatan petani adalah sektor perdagangan,

serta sektor jasa, serta sisanya dalam bentuk bidang usaha yang lain.

c. Bidang Sosial Kelembagaan

Pengelolaan hutan di wilayah kabupaten Ponorogo dilakukan oleh 3 pihak penting yakni 1) rakyat

yang mengelola hutan yang tumbuh di lahan yang dibebani hak milik, 2) Perum Perhutani, yang

mengelola hutan negara, 3) Dinas Kehutanan dan Perkebunan, sebagai dinas teknis yang selalu

2 Sumber: laporan Kemajuan Pendampingan SVLK PERSEPSI

Page 16: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

16 | P a g e

melakukan pembinaan / pendampingan utamanya terhadap pengembangan hutan rakyat dengan

berbagai programnya.

Pengelolaan oleh rakyat dilakukan secara harian sembari para petani melakukan pengembangan

tanaman palawija. Para petani mengorganisir diri dalam kelompok tani, beberapa dalam satuan

wilayah administrasi tingkat dusun, beberapa dibentuk dalam rangka kesatuan hamparan

pengelolaan yang bisa lintas dusun.

Gambar 4. Pintu gerbang ke arah Hutan Rakyat di UMPHBM Gawe Makmur

3.3.3. Unit Manajemen PHBM Gawe Makmur 3

a. Lokasi

Unit Manajemen berlokasi di: Desa Gowak, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa

Tengah. Pertemuan di Rumah Ketua Gapoktan Bp Sumpeno di Dusun Krajan II, Ds Gowak dengan

dihadiri oleh 9 Anggota Gapoktan dan Pendamping pada tanggal 22/6 2011 menandai

diresmikanya Gapoktan Gawe Makmur sebagai Unit manajemen PHBM Desa Gowak, Pringsurat,

Temanggung.

b. Susunan Pengurus Unit Manajemen:

1. Sumpeno , Krajan II (Ketua)

2. Mardiyanto, Krajan II

3. Kirno, Semampir

4. Nurudin, Banjaran

5. Wardoyo, Duren Sawit

6. Yusak, Duren Sawit

7. Muh Samsi, Pakel

8. Daryoso, Krajan

9. Joko Nugroho, Krajan II

3 Sumber: Laporan Kemajuan pendampingan SVLK PERSEPSI

Page 17: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

17 | P a g e

Anggota: seluruh warga masyarakat di 7 dusun (Krajan I, Krajan II, Jurang, Semampir, Pakel,

Durensawit dan Banjaran ) Desa Gowak yang tergabung dalam Gapoktan Gawe Makmur dengan

jumlah total 3.351 orang.

Struktur Organisasi Unit Manajemen PHBM Gawe Makmur ditunjukkan sebagai berikut:

Struktur Organisasi UM PHBM Gawe Makmur

RapatAnggota Tahunan( RAT )

`

c. Pola budidaya Hutan Rakyat dan Perdagangan Kayu

UM-PHBM Gawe Makmur telah mengembangkan budidaya tanaman hutan dengan pola

Agroforestry yang didominasi oleh jenis Sengon (Albizia falcataria) dikombinasikan dengan tanaman

sonokeling, kelapa, klengkeng, dan pertanian semusim seperti : kopi, palawija, pisang, dan tanaman

pertanian lainnya. Iklim yang cenderung sejuk di daerah Gowak, Pringsurat menjadikan tanaman

sengon bisa tumbuh dengan baik, namun pada beberapa kasus, tanaman sengon di wilayah ini

terserang hama “karatkuru” yang dapat merusak kualitas kayu sengon. Budidaya sengon telah

dimulai sekitar tahun 90-an semenjak terjadi boom permintaan kayu sengon untuk industri vinir dan

laminated board. Kayu sengon diakui sebagai substitusi jenis meranti, terutama digunakan sebagai

bahan baku core kayu lapis. Sebagian masyarakat juga melakukan pekerjaan berskala home industri ,

kerjasama dengan industri disekitarnya me-repair produk vinir yang cacat produksi.

Ketua

Sumpeno

SEKERTARIS Komarodin

BENDAHARA

Yasin Yusuf

SEKSI

Humas

SEKSI

Saprodi

SEKSI

Pengembangan

Organisasi

Lembaga

Keuangan Mikro (

LKM )

Page 18: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

18 | P a g e

Gambar 5. Model Agroforestry di UM PHBM Gawe Makmur Desa Gowak. Gambar paling kanan adalah sengon

yang terserang karatkuru

Dalam konteks perdagangan kayu, masyarakat di desa Gowak terbiasa menggunakan jasa pedagang

atau pembeli yang langsung datang ke lokasi untuk melakukan pembelian kayu. Proses negosiasi bisa

dilakukan dengan cepat asal ada kesepakatan kedua pihak. Untuk mendukung tatausaha kayu yang

legal, mereka menggunakan dokumen SKAU sebagai dokumen angkutan sesuai dengan ketentuan

P.51/P.33 tentang penggunaan SKAU berdasarkan jenisnya. Mereka mengakui bahwa sebelum ada

kegiatan sosialisasi SVLK dan pendampingan, administrasi kayu dilakukan seadanya, tanpa ada

kuitansi jual beli dan pengarsipan yang memadai baik di masyarakat maupun petugas penerbit

SKAU/ SKSKB Cap KR.

Gambar 6. Tumpukan kayu Sengon yang siap diperdagangkan di Desa Gowak

3.3.4. Kondisi Sosial Ekonomi pada wilayah administrasi Kabupaten Temanggung4

a. Gambaran Wilayah Kabupaten Temanggung

Kabupaten Temanggung merupakan Kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal di

sebelah utara, dan sebelah Selatan adalah Kab Magelang, sebelah barat adalah Kab. Wonosobo

dan sebelah utara adalah Kab. Semarang. Secara makro merupakan cekungan yang dikelilingi oleh

pegunungan dan gunung api Sindoro Sumbing.Kabupaten ini mempunyai luas wilayah 87.065 Ha.

Sementara dari data Temanggung dalam angka tahun 2003 jumlah penduduk Kabupaten

Temanggung sebanyak 669.010 jiwa, serta kepadatanya mencapai +/- 768 jiwa / Km2. Jumlah

Kecamatan secara keseluruhan di Kabupaten Temanggung adalah 20 Kecamatan, pertimbangan

4 Sumber: Laporan Kemajuan Pendampingan PERSEPSI

Page 19: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

19 | P a g e

kabupaten ini merupakan daerah kawasan kritis rawan erosi ini bisa digambarkan dalam kawasan

dataran tinggi 50 % dari luas wilayah dan dataran rendah 50 % , sehingga mempunyai posisi

strategis untuk menjaga dan menanggulangi erosi dengan menjaga kelestarian hutan.

b. Bidang Ekonomi masyarakat

Masyarakat sebagian besar hidupnya menggantungkan pada usaha pertanian, hal ini dapat dilihat

dari besarnya pekerja dalam sektor pertanian ini yang mencapai 68,4 %. Selain sektor pertanian di

sektor perdagangan (12,6 %) menempati urutan kedua, serta sector jasa (6,8 %) menempati urutan

ketiga, serta sisanya dalam bentuk bidang usaha yang lain. Disisi hasil produksi di peringkat pertama

adalah industry perkebunan dan hasil hutan dengan (57 %) , sedang peringkat ke dua industry hasil

pertanian ( 22 %) , dan peringkat ke tiga industry Logam dan dibawahnya industry kimia dll.

c. Bidang Sosial Kelembagaan

Pengelolaan hutan di wilayah kabupaten Temanggung dilakukan oleh 3 pemain penting yakni : 1)

rakyat yang mengelola hutan yang tumbuh di lahan yang dibebani hak milik, 2) Perum Perhutani,

yang mengelola hutan negara di wilayah KPH Kedu utara, Magelang, dan 3) Dinas Kehutanan dan

Perkebunan, sebagai dinas teknis yang selalu melakukan pembinaan / pendampingan utamanya

terhadap pengembangan hutan rakyat dengan berbagai programnya. Pengelolaan oleh rakyat

dilakukan secara harian sembari para petani melakukan pengembangan tanaman palawija. Para

petani mengorganisir diri dalam kelompok tani, beberapa dalam satuan wilayah administrasi tingkat

dusun, beberapa dibentuk dalam rangka kesatuan hamparan pengelolaan yang bisa lintas dusun.

3.3.5. Unit Manajemen PHBM Sejahtera

a. Lokasi

Unit Manajemen PHBM Sejahtera berlokasi di Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis.

Sekretariat UM PHBM: Jalan Raya Rancah No. 82, Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis.

Unit manajemen yang merupakan Kelompok Tani berdiri pada tanggal 15 September tahun 2006

b. Susunan Pengurus Unit Manajemen

Susunan pengurus Unit Manajemen PHBM Sejahtera sebagai berikut:

Ketua : Rudi

Sekretaris : Rosyad

Bendahara : Nurhayati

Bidang kehutanan : Jana S

Bidang Tan Pangan : Ade S

Bidang perikanan : Ajat S

Bidang Peternakan : Cecep S

Bidang Saprodi : Herman

Bidang PHT : H. Herry S

Bidang Pemasaran : Andri PE

Bidang Humas : Wawan G

Page 20: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

20 | P a g e

Struktur Organisasi UM PHBMSejahteradapat digambarkan sebagai berikut:

`

c. Pola budidaya Hutan Rakyat dan Perdagangan Kayu

UM-PHBM Sejahtera telah mengembangkan budidaya tanaman hutan dengan pola Agroforestry

yang didominasi oleh jenis Sengon (Albizia falcataria) dikombinasikan dengan tanaman kelapa, jati,

dan sebagian kecil menanam jenis Pulai (Alstonia Scholaris) dan pertanian semusim seperti :

palawija, pisang, dan tanaman pertanian lainnya. Iklim yang cocok di daerah Ciamis menjadikan

tanaman sengon dan beberapa jenis lainnya bisa tumbuh dengan baik. Tanaman pulai yang

ditanam masyarakat merupakan peninggalan kegiatan proyek ITTO sebelumnya sekaligus sebagai

site penelitian.

Gambar 7. Model Agroforestry yang dikembangkan oleh UM PHBM Sejahtera Desa Cisaga

Ketua

RUDI

SEKERTARIS ROSYAD

Bendahara NURHAYATI

Peternakan

CECEP S

Perikanan AJAT S.

Tanaman Pangan

ADE S

Kehutanan

JANA S.

SAPRODI

HERMAN.

PHT

H. HERRY S.

Pemasaran

ANDRI PE

Humas

WAWAN G.

Page 21: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

21 | P a g e

Dalam konteks perdagangan kayu, masyarakat di desa Cisaga telah mengembangkan tatausaha kayu

berdasarkan P51/P33. Sistem administrasi kayu sudah mulai tertata dengan baik ditandai dengan

tersedianya dokumen SKAU di kantor Kepala Desa Cisaga. Kedepan perlu juga dibenahi sistem

pengarsipan dan kwitansi jual beli kayu.

3.3.6. Kondisi Sosial Ekonomi pada wilayah Kabupaten Ciamis5

a. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis

Ciamis sebagai salah satu provinsi di Jawa Barat, letaknya di sebelah Utara berbatasan dengan

kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan

Kota Tasikmalaya, sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan

dengan Samudera Indonesia.Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Ciamis berada pada posisi

strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Provinsi Jawa Barat – Provinsi Jawa Tengah dan jalan

Provinsi lintas Ciamis – Cirebon Jawa Tengah. Letak astronomisnya berada pada 108°20’ sampai

dengan 108°40’ Bujur Timur dan 7°40’20” sampai dengan 7041’20’’ Lintang Selatan. Luas wilayah

Ciamis sebesar 244,479 Ha atau 7,73 persen dari total Iuas daratan Propinsi Jawa Barat. Dalam

konteks pengembangan wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Ciamis mempunyai 2 (dua) Kawasan

Andalan yaitu Kawasan Andalan Priangan Timur dan Kawasan Andalan Pangandaran.

Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar-bergelombang sampai

pegunungan, dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 – 40 % dengan sebaran 0 – 2 % terdapat di

bagian tengah - timur laut ke selatan dan 2-40 % tersebar hamper di seluruh wilayah kecamatan.

Jenis tanah didominasi oleh Latosol, podsolik, alluvial dan grumusol. Sebagian besar

wilayahKabupaten Ciamis termasuk ke dalam DaerahAliran Sungai (DAS) Citanduy, sedangkan

sisanyatermasuk ke dalam DAS Cimedang.

b. Bidang Ekonomi Masyarakat

Ciamis memiliki luas wilayah sebesar 2.740,76 Km2, dengan luas wilayah tersebutkepadatan

penduduk Kabupaten Ciamis adalah 558,74 Jiwa/Km2 . Adapun wilayah dengankepadatan penduduk

terbesar adalah Kecamatan Ciamis dengan kepadatan 2.713Jiwa/Km2 dan Kecamatan Cigugur

merupakan kecamatan dengan kepadatan pendudukterkecil 171,30 Jiwa/Km2.Pada tahun 1980

penduduk Kabupaten Ciamis sebesar 1,368 juta jiwa dan naik lagi pada tahun1990 menjadi sebesar

1, 478 juta jiwa. Sedikit mengalami penurunan pada tahun 2000 menjadi 1,462juta jiwa dan kembali

naik pada tahun 2010 sebanyak 1,531 juta jiwa. Penurunan yang terjadidisebabkan adanya

pemekaran wilayah Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar.

Berdasarkan perbandingan menurut tigasektor utama, pilihan bekerja di sektor pertanian(A) masih

mendominasi pasar kerja di KabupatenCiamis dengan persentase sebesar 43,16 persenpada tahun

2007, yang diikuti dengan sektor jasajasa(S) dengan persentase sebesar 37,12persen. Sementara

pekerja di sektor manufaktur(M) sebanyak 19,72 persen. Komposisi tersebuttampaknya tidak

banyak mengalami perubahanselama kurun waktu 2008-2009. Upah minimum Kabupaten (UMK)

Ciamis terus mengalami peningkatan. Selama periode 2007 - 2009 UMK Kabupaten Ciamis

meningkat dari Rp 526.000 pada tahun 2007 menjadi Rp. 636 100 pada tahun 2009.

5 Statistik Daerah Kabupaten Ciamis, 2010

Page 22: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

22 | P a g e

c. Bidang Sosial Kelembagaan6

Desa Cisaga merupakan salah satu dari 6 Desa di Kabupaten Ciamis yang menjadi Desa Model

Pembangunan Hutan Rakyat Lestari yang awalnya dikembangkan melalui Proyek ITTO sejak tahun

2006. Pemilihan Desa Cisaga sebagai Desa Model didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain

sebagai desa yang berbatasan langsung dengan Kawasan Hutan, berada pada wilayah DAS prioritas

(DAS Citanduy) dan tentunya adanya akumulasi potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

(Kelompok Tani Sejahtera), serta adanya dukungan positif dari pemerintahan Desa. Desa Cisaga

dengan luas wilayah 596,63 Ha, memiliki kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani seluas

170,50 Ha dan luas potensi hutan rakyat 193,12 Ha dimana seluas 152,22 ha merupakan hutan

rakyat produktif.

Pembenahan aspek administratif dan pengadaan Sekretariat Kelompok merupakan aspek penting

yang pertama kali dilakukan oleh Kelompok Tani sejahtera sebagai kelompok tani yang dipercaya

sebagai Desa Model, sebelum menyelenggarakan aktifitas fisik lapangan. Selanjutnya kelompok tani

juga melakukan pendataan potensi lahan di Desa Cisaga menurut potensi penggunaan dan

kepemilikannya serta menggali berbagai potensi sumberdaya alam dalam upaya mensukseskan

program hutan rakyat lestari di desa Cisaga.

6 Selayang Pandang Kelompok Tani sejahtera, 2010

Page 23: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

23 | P a g e

BAB IV. PELAKSANAAN

4.1. Pertemuan antar Koordinator Nasional, Koordinator Wilayah, dan Project Officer

Pertemuan rutin antara Project Officer, Koordinator Nasional dan Koordinator Wilayah telah

dilaksanakan dalam rangka menyelaraskan program untuk tiap area di tiga propinsi (Jatim,

Jateng, dan Jabar). Selain pertemuan langsung juga dilakukan komunikasi aktif melalui e-

mail dan telpon.

a. Waktu Pertemuan : Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2011; 11 Agustus

2011; 12 September 2011; 14 September 2011; dan 15 September 2011

b. Peserta Pertemuan: Project Officer ITTO, Koordinator Nasional, Konsultan pendamping

lapangan, Pejabat Dinas Kehutanan, Pengurus UM PHBM wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah,

dan Jawa Barat

c. Tempat pertemuan:

Jakarta: Sekretariat ITTO Project TFL-PD 10/09, Gedung Manggala Wana Bakti, Blok IV

Lantai 7, suite 715

Temanggung: Balai Desa Gowak, Pringsurat, Temanggung dan Rumah Bapak Sumpeno,

Dusun Krajan

Ponorogo: Balai Desa Mrayan dan Rumah Bapak Haryoko, Desa Mrayan, Ngrayun,

Ponorogo

Ciamis: Balai Desa Cisaga/ Sekretariat Kelompok Tani Sejahtera, JL Raya Rancah No. 82,

Ciamis; Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis

d. Poin-poin penting hasil pertemuan

Tanggal 19 Mei 2011, Sekretariat ITTO, Jakarta.

Program Sosialisasi akan dilaksanakan di tiap lokasi : Ponorogo, Temanggung, dan

Ciamis. Tujuan program ini adalah untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman

berkaitan dengan konsep SVLK, peraturan-peraturan yang terkait dengan SVLK, dan

menindaklanjuti program penerapan SVLK di Desa tertentu.

Perlu untuk menyusun matriks indikator keberhasilan dari program penerapan SVLK di

dalam Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR), dan hal itu akan disampaikan oleh

Konsultan Nasional.

Percepatan program pendampingan harus direncanakan dan penyederhanaan indikator-

indikator tertentu harus diperhitungkan.

Pekerjaan administrasi : Perjanjian kontrak dan pembahasan rencana kerja

Tanggal 11 Agustus, 2011, Sekretariat ITTO, Jakarta

Sampai sejauh ini Unit manajemen hutan rakyat (UMHR) yang sedang dibimbing sangat

antusias dalam memenuhi kriteria atau standar SVLK yang disampaikan oleh Konsultan

Dirasakan bahwa waktu pendampingan selama 3 bulan masih terlalu singkat jika

targetnya sampai pemenuhan aspek-aspek kelembagaan yang dipersiapkan untuk

sertifikasi SVLK. Namun untuk memenuhi persyaratan minimum berupa kelengkapan

Page 24: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

24 | P a g e

dokumen-dokumen pendukung dan kesesuaian dengan kondisi lapangan optimis bisa

dicapai

Masing-masing UMHR telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam program

bimbingan SVLK oleh PERSEPSI maupun IDEAS. Saat ini masih dalam proses

pengumpulan dokumen-dokumen PUHH, alas title, dan perpetaan UMHR di tingkat

desa dengan prosentase di atas 75%

Ada dua tipe UMHR yang dikembangkan berdasarkan luasan Unit Kelola. Tipe 1 adalah

UMHR Enggal Mulyo Ponorogo dan UMHR Gapoktan Gawe Makmur Gowak

Temanggung dengan satuan luas adalah satu desa, sehingga semua penduduk (Kepala

Keluarga) secara otomatis menjadi anggota UMHR. Tipe 2 adalah UMHR Kelompok Tani

Sejahtera Desa Cisaga, Ciamis.

Masing-masing tipe punya nilai plus dan minusnya, Tipe 1 didisain untuk memudahkan

kontrol peredaran bahan baku kayu di tingkat desa dan menyeragamkan administrasi

untuk semua penduduk yang melakukan transaksi jual beli kayu. Aturan desa bersifat

mengikat bagi semua warga desa. Namun demikian proses pendampingan akan

memakan waktu cukup lama. Sedangkan Tipe 2 didisain untuk memudahkan proses

pengembangan aturan dan kelembagaan di tingkat kelompok serta keterlibatan

anggota secara intensif. Namun aturan dan kelembagaan tersebut tidak berlaku atau

akan diberlakukan bagi seluruh anggota masyarakat tergantung pada kebijakan Kepala

Desa dan Pengurus Kelompok Tani. Tipe 2 bisa dikembangkan dengan time frame yang

relatif singkat

Syarat akhir pemenuhan program pendampingan SVLK di hutan rakyat ini adalah

tersedianya dokumen-dokumen pendukung secara lengkap dan sesuai dengan fakta dan

kondisi lapangan

Hasil pendampingan perlu ditindaklanjuti dengan persiapan verifikasi SVLK dan

diupayakan untuk mendapatkan pendanaan dari pihak lain

Pembahasan mengenai rencana training lanjutan untuk para petani/ anggota kelompok

tani, Pemerintah, Fasilitator, industri yg menggunakan kayu rakyat, dan Pihak-pihak

terkait. Pelatihan akan dibagi menjadi 3 paket pelatihan yang berbeda sesuai dengan

target groupnya.

Kegiatan Training akan dimulai dari propinsi Jawa Barat dan lokasi praktek diupayakan

berada di Cisaga, Ciamis pada pertengahan bulan September 2011. Putaran berikutnya

akan dilaksanakan di Jawa Tengah.

6 Juni 2011 dan 8 Juni 2011, Balai desa Gowak, Temanggung

Pertemuan antara Project Officer ITTO, Konsultan Nasional, dan Konsultan Pendamping Jateng dan

Jatim, dilanjutkan dengan Program Sosialisasi di Pringsurat Temanggung

Program penerapan SVLK di tiga propinsi harus dilaksanakan secara simultan

Program tersebut harus memberikan pengaruh positif kepada hutan rakyat yang berada

di sekitar lokasi proyek

Penyusunan matriks indikator keberhasilan Program Penerapan SVLK di Unit

Manajemen Hutan Rakyat (UMHR) akan dilakukan oleh Koordinator Nasional

3 Agustus 2011, Kantor Persepsi, Wonogiri

Page 25: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

25 | P a g e

Pertemuan antara Koordinator Nasional dan Konsultan pendamping wilayah Jatim dan Jateng

Dua wilayah Desa yang menjadi obyek pendampingan PERSEPSI di Kabupaten Ponorogo

dan Kabupaten Temanggung saat ini masih melakukan pengumpulan dokumen terkait

dengan Alas Titel (SPPT, Girik/Letter C), dan dokumen bukti angkutan kayu yang sah

(SKAU dan SKSKB Cap KR)

Mengingat bahwa jumlah anggota cukup besar (sejumlah Kepala Keluarga dalam satu

Desa) sekitar 5000 orang, pelaksanaan pengumpulan dokumen memerlukan waktu

cukup lama

Kelembagaan di tingkat kelompok tani masih perlu penguatan lebih lanjut terkait

dengan: Pemahaman SVLK, peraturan administrasi kelompok yang ditaati,

kepengurusan kelompok, dan tatakelola UMHR

Dalam hal kepemilikan lahan, secara defakto tidak terjadi konflik namun administrasi

kepemilikan lahan di tingkat desa perlu mendapat perhatian dan pembaharuan data.

Dari SPPT yang ada bisa dilengkapi untuk semua anggota masyarakat desa, namun

Dokumen SPPT belum bisa dianggap sebagai dokumen yang sah untuk menunjukkan

alas titel.

Konsultan Nasional memberikan saran agar dokumen SPPT bisa merujuk pada dokumen

Persil atau Girik atau Letter C yang biasanya terkumpul di kantor Desa

Hutan Rakyat di Desa Mrayan Kecamatan Ngrayun sebagian besar didominasi oleh jenis

Pinus, dan sebagian kecil kayu Mahoni dan jati. Sistem PUHH yang sesuai menurut P.51

adalah menggunakan SKSKB Cap KR. Sistem administrasi kayu di desa masih belum

tertib dan dikendalikan oleh para pedagang yang berniat membeli kayu. Kelompok Tani

Enggal Mulyo sedang mengupaykan penertiban surat angkutan dan menerapkan aturan

yang lebih mengikat kepada masyarakat dan para pedagang kayu

Perkembangan bimbingan teknis kepada masyarakat di desa Mrayan dan desa Gowak

akan dilaksanakan pada saat kunjungan lapangan. Konsultan akan memposisikan dirinya

sebagai Auditor VLK dan melihat GAP yang terjadi

Gambar 8. Pertemuan antara Koordinator Nasional dengan Koordinator Wilayah di Kantor

Persepsi

10 Juni 2011, Balai Desa Cisaga, Ciamis

Pertemuan antara Project Officer ITTO, Konsultan Nasional dan Konsultan Pendamping Jabar

Menindaklanjuti program melalui pendampingan kepada masyarakat

Melanjutkan sosialisasi dengan program pelatihan (pengembangan kapasitas)

Page 26: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

26 | P a g e

Gambar 9. Pertemuan Koordinasi di Balai Desa Cisaga

28 Juli 2011, Sekretariat Kelompok Tani Sejahtera dan Kantor Dinas kehutanan Ciamis

Pertemuan antara Project Officer ITTO, Konsultan Nasional, Konsultan Pendamping Jabar, Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Ciamis

Diskusi dengan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis dan Kepala Bidang Planologi

kehutanan Bp. Sudarmanto menunjukkan bahwa Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis

memberikan dukungan yang kuat bagi terwujudnya sistem peredaran kayu rakayat yang

bertanggung jawab

Dukungan tersebut diwujudkan dengan pengintegrasian prinsip-prinsip perdagangan

kayu rakyat yang adil dan bertanggung jawab dalam Raperda terutama terkait dengan

sistem insentif yang diberikan kepada petani yang menjalankan administrasi kayu

secara tertib dan sesuai aturan yang berlaku. Kedepan, peran Dinas Kehutanan akan

lebih intensif memberikan masukan bagi penyempurnaan Raperda yang sedang digodok

di tingkat Propinsi tersebut

Penguatan tatakelola kehutanan masyarakat bisa dilakukan melalui 5 pintu yaitu:

Regulasi, Kelembagaan, Sumberdaya Manusia (Man Power), Pembiayaan, dan

Kemitraan/ Jejaring

Pertemuan di Balai Desa Cisaga antara Ketua Kelompok Tani Sejahtera, Kepala Desa,

Ketua BPD, serta Kepala Bidang Planologi Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis

menjabarkan perkembangan kelompok Tani Sejahtera dan prospek memperoleh

sertifikat SVLK

Akan dikembangkan Perdes yang memberlakukan tatakelola administrasi jual beli kayu

yang sesuai aturan terkait dan memberikan insentif buat masyarakat

Page 27: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

27 | P a g e

Gambar 10. Bp Sudarmanto dari Dinas Kehutanan Ciamis sedang memberikan arahan program.

Gambar kanan memperlihatkan koordinasi dilakukan bersama dengan UMPHBM

4.2. Sosialisasi dan penguatan kapasitas masyarakat dan otoritas lokal sesuai dengan SVLK

SosialisasiSVLK adalahbagian dari Kegiatan 1.3 yang difokuskan pada pengenalan dan pemahaman

Sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK). Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan sasaran para pengurus

kelompok tani/ gabungan kelompok tani, perangkat desa, pemerintahan setempat: Camat, Kapolsek,

Babinsa, dan desa disekitar pilot site. Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui serangkaian acara

pembukaan, sambutan, penjelasan mengenai konsep SVLK, kebijakan Pemerintah mengenai SVLK,

Tujuan dan maksud kegiatan pendampingan masyarakat oleh nara sumber dan fasilitator. Nara

sumber yang telah mengisi acara Sosialisasi adalah: Project Officer ITTO (Ir Lasmini), Koordinator

Nasional, Koordinator Wilayah, Konsultan pendamping, Kepala Dinas Kehutanan, Kepala Kecamatan,

dan Ketua Kelompok (UMPHBM). Dengan adanya sosialisasi ini diharapakan akan memberikan

pemahaman kepada para stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan SVLK di hutan hak dan

memberikan efek penularan (scaling up) pada wilayah-wilayah lainnya.

4.2.1. Program Sosialisasi (Workshop) di Mrayan, Ngrayun, Ponorogo tanggal 6 Juni 2011

Beberapa poin yang telah dilakukan dan didiskusikan:

Telah dibentuk Unit Manjemen Hutan PHBM dengan nama Gapoktan Enggal Mulyo,

lokasi di Desa Mrayan, Ngrayun, Ponorogo

Workshop tersebut dihadiri oleh perwakilan UMH, Dinas Kehutanan dan Perkebunan

kabupaten, staf Kecamatan Ngrayun, Dinas Koperasi kabupaten, Dinas Perindustrian

kabupaten, perwakilan pedagang, Kementrian Kehutanan, dan PERSEPSI.

Workshop tersebut difasilitasi oleh Persepsi (Suhartono) dan beberapa topik

ditampilkan oleh Kemenhut dan Persepsi

Hal-hal yang dibahas dalam workshop : pengertian dari SVLK, Persyaratan SVLK,

bagaimana cara mengajukan verifikasi SVLK, kesulitan dalam mendapatkan legalitas

dari administrasi kayu dan properti (SKAU dan SKSKB cap “KR”), keuntungan

masyarakat dalam pengajuan SVLK, peranan pemerintah, dan tindak lanjut,

4.2.2. Program sosialisasi di Balai Desa Gowak Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung

tanggal 8 Juni 2011

Beberapa poin yang didiskusikan:

Workshop difasilitasi oleh Distanhutbun (Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan)

Workshop tersebut dihadiri oleh Distanhutbun, Perindagkop (Perindustrian,

perdagangan, dan Koperasi), Bappeda (Badan Pembangunan Daerah), Muspika

Pringsurat, Camat, Pemdes Gowak, Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Gowak, PKL

dan Penyuluhan Pertanian, ITTO Project, Persepsi, dan Konsultan Nasional.

Camat mengusulkan untuk memperluas area Program Pendampingan dan melibatkan

desa lain

Distanhutbun berjanji akan menindaklanjuti Program pendampingan dengan

melibatkan desa lain.

Page 28: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

28 | P a g e

Penjabaran dan pemaparan materi sosialisasi yang disampaikan oleh : Ir Lasmini

(Project Officer sekaligus merangkap Pejabat Kementrian Kehutanan; Teguh Suprapto,

Direktur PERSEPSI, dan Pembahasan oleh Koordinator Nasional. Kegiatan Workshop di

fasilitasi oleh Nuryahya dan Suhartono

Rencana tindak lanjut yang berkaitan dengan Program pendampingan setelah acara

sosialisasi. Hal tersebut berhubungan dengan tahapan-tahapan dari Program SVLK

seperti membentuk suatu kelompok kerja di tingkat desa. Kelompok kerja tersebut

bertugas untuk membahas dan menganalisa rencana Program pendampingan termasuk

tata waktu kegiatan

Gambar 11. Kegiatan Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Persepsi di Balai Desa Gowak

4.2.3. Program Sosialisasi (Workshop ) dilaksanakan di Balai Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga,

Kabupaten Ciamis tanggal 17 Juni 2011

Beberapa poin yang dicatat dan didiskusikan:

Workshop dihadiri oleh:

1. Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Ciamis dan Staff 2. Camat Cisaga 3. Kapolsek Cisaga 4. Danramil Cisaga 5. BP4K Ciamis 6. BP3K Cisaga 7. Kepala Desa Cisaga 8. Kepala Desa Mekarmukti 9. Kepala Desa Karya Mulya 10. Kepala Desa Wangunjaya 11. 20 orang anggota Kelompok Tani “Sejahtera”

Page 29: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

29 | P a g e

Gambar 12. Kegiatan Sosialisasi yang dilakukan di Balai Desa Cisaga

Workshop tersebut difasilitasi oleh IDEAS Consultancy Services (Idris Abdullah)

Yang mempresentasikan dalam workshop:

ITTO Project: mempresentasikan tentang tujuan proyek, cakupan proyek, peran pemerintah,

latar belakang SVLK terkait produksi hutan, dsb.

IDEAS Consultancy services : mempresentasikan tentang pemahaman Administrasi Kayu

(PUHH) berdasar pada P.55, P.51, P.33, dan Konteks SVLK untuk Manajemen Hutan

Rakyat

Gambar 13. Ir. Lasmini sebagai wakil Kemenhut dan project Officer memberikan arahan dan

sambutan

Pendamping Lapangan IDEAS: Tindak lanjut program melalui perombakan matriks Program

Pendampingan:

Pertemuan rutin mingguan seperti yang telah disepakati oleh kelompok tani Membentuk kelompok kecil yang bertanggung jawab dalam pengumpulan

dokumen Monitoring dan evaluasi tiap bulan Kelompok Tani “Sejahtera” akan mengumpulkan dokumen-dokumen kepemilikan

tanah, SKAU, SKSKB cap KR, Nota

Workshop juga mengundang Pak Camat Cisaga dan Kadishutbun sebagai pembicara

Page 30: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

30 | P a g e

4.3. Kinerja dan Proses Pendampingan

4.3.1. Pendampingan pada UM PHBM Enggal Mulyo

A. Observasi dan Penilaian tanggal 27 Juni 2011

Pertemuan antara Persepsi (Fasilitator Lapangan) dan Unit Manajemen Hutan Enggal Mulyo

Terdapat tiga kelompok dokumentasi:

• Dokumen pertama: Peta kepemilikan tanah, Profil Unit Manajemen Hutan, Profil

Kelompok Tani

• Dokumen kedua : Rencana kelola hutan lestari, SOP penanaman, SOP perawatan, SOP

pemanenan, dan SOP COC

• Dokumen ketiga : berisi dokumen pendukung seperti Peta blok, salinan dari: sertifikat

kepemilikan tanah, SKSKB cap “KR” dan SKAU

• 50% dari dokument-dokumen ini terpenuhi dalam bulan pertama

Gambar 14. Kegiatan Penyiapan dokumentasi UMPHBM Enggal Mulyo

C. Observasi dan Fasilitasi tanggal 3 Agustus 2011

Koordinator Nasional melakukan identifikasi GAP yaitu pembandingan antara kondisi yang ada

(existing Condition) dengan Indikator Keberhasilan Pendampingan SVLK. Pada observasi ini juga

dinilai berapa persen pencapaian kesesuaian standard.

Beberapa hasil Penilaian dan Analisis:

• Dokumen kepemilikan lahan yang sah (alas titel/ dokumen lain yang diakui)

Kegiatan pengumpulan dokumen SPPT di desa Mrayan telah terpenuhi sekitar 75%.

SPPT merupakan kewajiban pemilik tanah untuk membayar PBB. Di dalam SPPT akan

dilihat NOP (Nomor Obyek Pajak) yang bisa dicek kebenarannya melalui dokumen DHKP

(Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembiayaan) dimana terbit setiap tahunnya sebagai

dasar penerbitan SPPT. DHKP di desa Mrayan telah mengacu pada Nomor Persil yang

bisa dicek pula dalam buku induk DHR (Daftar Hasil Rekaman). Kepemilikan lahan

kemudian bisa di cek di Peta Blok untuk mengetahui nomor dan posisi / urutan letak

bidang lahan. Secara umum pemenuhan terhadap indikator ini sekitar 80%.

Page 31: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

31 | P a g e

Gambar 15: Beberapa Dokumen penting yang bisa dipakai untuk melacak kebenaran Alas Titel

Anggota UMPHBM Enggal Mulyo

• Peta Areal Hutan hak dan batas-batasnya di lapangan

Peta skala besar yang tersedia di Desa Mrayan adalah Peta Blok yang terdiri dari 51 blok

di dalam satu desa. Ada bebera blok yang masih memasukkan wilayah Hutan negara

(Perum Perhutani) namun kepemilikannya tetap sebagai lahan negara (tidak dianggap

sebagai tanah masyarakat). Peta Blok memuat informasi batas-batas kepemilikan dan

luasan. Karena peta ini adalah bagian dari wilayah Desa, Kelompok Tani Enggal Mulyo

akan membuat peta Desa yang berisi deliniasi blok-blok tersebut dengan cara

memperkecil peta blok dan kemudian ditempelkan dalam Peta Desa. Untuk

memberikan data yang informatif, Gapoktan Enggal Mulyo akan melengkapi peta desa

tersebut dengan peta sebaran pohon. Secara umum pemenuhan terhadap indikator ini

sekitar 75%.

Gambar 16. Peta Blok dan Peta Desa Mrayan, Ngrayun, Ponorogo

• Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR

Desa Mrayan di Kecamatan Ngrayun Ponorogo tidak menerapkan secara ketat aturan

pengadaan dokumen SKSKB Cap KR dan SKAU dan kewajiban menyimpan dokumen

Page 32: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

32 | P a g e

tersebut baik di Kantor Desa maupun si Pemilik kayu yang menjual kayunya ke

Pedagang. Namun pada saat ini Gapoktan telah meng copy data SKSKB cap KR dan SKAU

dalam satu tahun dari Dinas Kehutanan Kabupaten. Biasanya Pedagang datang langsung

kepada masyarakat dan melakukan tawar-menawar, dan jika terjadi kesepakatan maka

akan dilakukan transaksi dengan pengurusan administrasi dibebankan kepada

Pedagang. Dalam proses pengadaan surat SKSKB biasanya masyarakat diminta untuk

menyampaikan copian SPPT terakhir. Proses penerbitan surat biasanya dilakukan oleh

Pedagang. SKSKB cap KR biasanya akan dilengkapi dengan SIT (Surat Ijin Tebang) yang

diterbitkan atau disahkan oleh Kepala Desa. Penerbitan SIT harus melalui Berita Acara

Pemeriksaan yang anggotanya terdiri dari Dinas Kehutanan, Perhutani, dan Perangkat

Desa. Penetapan palu Tok akan disaksikan oleh Muspika setempat.

Secara umum pencapaian indikator sudah mencapai sekitar 80%

• Faktur/ Kwitansi Penjualan

Masyarakat di desa Mrayan pada umumnya tidak menerima kwitansi atas transaksi jual

beli kayu yang terjadi. Bukti pembayaran dibawa oleh si Pembeli. Kedepan kwitansi

akan ditetapkan dua copy, satu untuk pembeli dan satu untuk penjual. Secara umum

pencapaian indikator ini masih di bawah 50%.

D. Observasi dan Fasilitasi tanggal 15 September 2011

Koordinator Nasional beserta Project Officer ITTO dan diikuti oleh Observer dari Kemenhut

melakukan identifikasi GAP yaitu pembandingan antara kondisi yang ada (existing Condition)

dengan Indikator Keberhasilan Pendampingan SVLK. Pertemuan ini sekaligus menandai berakhirnya

program pendampingan oleh PERSEPSI sesuai dengan kontrak kerja Proyek ITTO TFL-PD 10/09. Pada

observasi ini juga dinilai berapa persen pencapaian kesesuaian standard.

Beberapa hasil Penilaian dan Analisis:

• Catatan penting dari Project Officer ITTO, PERSEPSI, dan Perwakilan Kemenhut:

Pernyataan selesainya program pendampingan oleh Project Officer

Kegiatan dan prosedur-prosedur kerja Unit manajemen yang telah disepakati oleh

kelompok bisa tetap menjadi pedoman, agar implementasi SVLK di desa ini bisa

berhasil dilakukan

Laporan tugas dan pertanggungjawaban kegiatan PERSEPSI

Pembahasan oleh Koordinator Nasional

Pernyataan dari UM PHBM bahwa pendampingan ini telah dilakukan dengan baik

dan sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh PERSEPSI

Sosialisasi Perubahan/Revisi P.51 yang sedang dilakukan

Perlu di follow up kegiatan paska pendampingan implementasi SVLK dengan

persiapan Verifikasi Legalitas Kayu beserta sumber pendanaan yang memadai

• Dokumen kepemilikan lahan yang sah (alas titel/ dokumen lain yang diakui)

Kegiatan pengumpulan dokumen SPPT di desa Mrayan telah terpenuhi sekitar 90%.

SPPT ini diharapkan bisa menjadi rujukan dalam penilaian SVLK

Page 33: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

33 | P a g e

Dokumen alas titel berupa girik/ letter C bisa diperoleh secara keseluruhan di Kantor

Desa

Telah dilakukan pengecekan kesesuaian antara dokumen alas titel dan kepemilikan

dengan daftar anggota UM PHBM dan dinyatakan telah sesuai

• Peta Areal Hutan hak dan batas-batasnya di lapangan

UM PHBM Enggal Mulyo telah melengkapi semua persyaratan peta yaitu: Peta Blok,

Peta Desa, peta Kecamatan, dan Peta UM PHBM

• Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR

Secara umum pencapaian indikator sudah mencapai sekitar 80%

• Faktur/ Kwitansi Penjualan

Masyarakat di desa Mrayan akan mengikuti aturan PUHH di hutan hak dan

menyediakan Nota atau Kwitansi sebagai bukti pembayaran

4.3.2. Pendampingan pada UM PHBM Gawe Makmur

A. Observasi dan Fasilitasi Awal Mei 2011

Tahap persiapan dan penawaran Program Pendampingan di wilayah ini dengan hasil:

• Dukungan penuh dari Dishuttanbun Kabupaten Temanggung

• Unit Manajemen Hutan dan Kelompok Tani yang akan dibentuk diidentifikasi yaitu Desa

Gowak

B. Observasi dan Fasilitasi tanggal 22 Juni 2011

• Workshop untuk kelompok-kelompok tani dengan agenda dan hasil sebagai berikut :

Satu Kelompok Kerja telah terbentuk :

Sumpeno , Krajan II

Mardiyanto, Krajan II

Kirno, Semampir

Nurudin, Banjaran

Wardoyo, Duren Sawit

Yusak, Duren Sawit

Muh Samsi, Pakel

Daryoso, Krajan

Joko Nugroho, Krajan II

• Pembentukan Unit Manajemen Hutan oleh Gapoktan “Gawe Makmur” Desa Gowak

• Tindak lanjut dari pendokumentasian telah mengumpulkan beberapa dokumen:

Peta Kecamatan

Peta Desa

Peta Blok

Daftar anggota untuk tiap blok dan luas kepemilikan tanah

Dokumen Organisasi Gapoktan (Penyempurnaan Struktur Organisasi, AD/ART, Tugas

dan tanggung jawab pegawai)

Dokumen-dokumen Admistrasi Kayu : SKSKB Cap KR- di Distanhutbun, SKAU-di

kantor kelurahan

Page 34: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

34 | P a g e

Gambar 17. pembentukan UMPHBM Gawe Makmur

C. Observasi dan Fasilitasi tanggal 4-5 Agustus 2011

Koordinator Nasional melakukan identifikasi GAP yaitu pembandingan antara kondisi yang ada

(existing Condition) dengan Indikator Keberhasilan Pendampingan SVLK. Pada observasi ini juga

dinilai berapa persen pencapaian kesesuaian standard.

Gambar 18. Kegiatan Pertemuan di rumah Ketua UMPHBM Gawe Makmur untuk menilai kesesuaian dokumen

dan persyaratan SVLK

Beberapa hasil Penilaian dan Analisis:

• Dokumen kepemilikan lahan yang sah (alas titel/ dokumen lain yang diakui)

Kegiatan pengumpulan dokumen SPPT di desa Gowak telah terpenuhi sekitar 80%.

Dokumen ini sebagai basis untuk menelusuri dokumen kepemilikan tanah yang terdapat

di Kantor Kepala Desa. Petunjuk berikutnya adalah dokumen DHKP yang digunakan

untuk memeriksa keabsahan nomor Persil atau Girik yang disesuaikan dengan SPPT.

Sampai saat ini masih dilakukan sinkronisasi antara dokumen SPPT dan turunannya

sampai ke Dokumen Induk yang memuat data Letter C. Gapoktan Gawe Makmur akan

merapikan data rekapitulasi keanggotaan yang disesuaikan dengan data kepemilikan

tanah. Secara umum pemenuhan terhadap indikator ini sekitar 80%.

• Peta Areal Hutan hak dan batas-batasnya di lapangan

Page 35: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

35 | P a g e

Peta skala besar yang tersedia di Desa Gowak adalah Peta Blok yang dibuat tahun 2008.

Peta Blok memuat informasi batas-batas kepemilikan dan luasan. Karena peta ini

adalah bagian dari wilayah Desa, Gapoktan akan membuat peta Desa yang berisi

deliniasi blok-blok tersebut. Untuk memberikan data yang informatif, Gapoktan akan

melengkapi peta desa tersebut dengan peta sebaran pohon. Secara umum pemenuhan

terhadap indikator ini sekitar 75%.

• Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR

Desa Gowak seperti desa-desa sekitarnya di Temanggung tidak menerapkan secara

ketat aturan pengadaan dokumen SKAU dan kewajiban menyimpan dokumen tersebut

baik di Kantor Desa maupun si Pemilik kayu yang menjual kayunya ke Pedagang.

Biasanya Pedagang datang langsung kepada masyarakat dan melakukan tawar-

menawar, dan jika terjadi kesepakatan maka akan dilakukan transaksi dengan

pengurusan administrasi dibebankan kepada Pedagang. Cara ini disebut sebagai

“Terima Beres” artinya Petani tinggal terima uang saja. Dampak negatif cara ini adalah:

Pertama, Petani tidak memiliki nilai tawar yang kuat terhadap harga kayu dan Kedua,

administrasi kayu hanya dilakukan oleh Pedagang tanpa memberikan salinan SKAU yang

sudah resmi ditandatangani oleh Penerbit SKAU (Kepala Desa). Pada pertemuan

tersebut Kepala Desa berjanji akan menanyakan administrasi berupa arsip SKAU kepada

para pedagang. Kepala Desa juga akan mengundang pertemuan antara Kepala Desa,

warga, dan para Pedagang untuk membuat aturan dan kesepakatan bersama. Secara

umum pencapaian indikator ini baru sekitar 50%

• Faktur/ Kwitansi Penjualan

Masyarakat di desa Gowak pada umumnya tidak menerima kwitansi atas transaksi jual

beli kayu yang terjadi. Mereka baru akan menertibkan jual beli kayu menggunakan

kwitansi setelah proyek ITTO ini jalan di desa ini. Mereka menjanjikan akan mengadakan

pertemuan antara Kepala Desa, warga tertentu, dengan para Pedagang untuk

memastikan bahwa setiap transaksi diharuskan melampirkan kwitansi jual beli yang

diterima oleh dua pihak. Secara umum pencapaian indikator ini masih di bawah 50%.

D. Observasi dan Fasilitasi tanggal 14 September 2011

Koordinator Nasional beserta Project Officer ITTO dan diikuti oleh Observer dari Kemenhut

melakukan identifikasi GAP yaitu pembandingan antara kondisi yang ada (existing Condition)

dengan Indikator Keberhasilan Pendampingan SVLK. Pertemuan ini sekaligus menandai berakhirnya

program pendampingan oleh PERSEPSI sesuai dengan kontrak kerja Proyek ITTO TFL-PD 10/09. Pada

observasi ini juga dinilai berapa persen pencapaian kesesuaian standard.

Beberapa hasil Penilaian dan Analisis:

• Catatan penting dari Project Officer ITTO, PERSEPSI, dan Perwakilan Kemenhut:

Pernyataan selesainya program pendampingan oleh Project Officer

Kegiatan dan prosedur-prosedur kerja Unit manajemen yang telah disepakati oleh

kelompok bisa tetap menjadi pedoman, agar implementasi SVLK di desa ini bisa

berhasil dilakukan

Page 36: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

36 | P a g e

Sosialisasi SVLK dan Prosedur tatausaha kayu telah dilakukan bersama-sama dengan

para pedagang kayu sebagai pemain utama dalam rantai perdagangan kayu di

Gowak, Pringsurat

Laporan tugas dan pertanggungjawaban kegiatan PERSEPSI

Pembahasan oleh Koordinator Nasional

Pernyataan dari UM PHBM bahwa pendampingan ini telah dilakukan dengan baik

dan sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh PERSEPSI

Sosialisasi Perubahan/Revisi P.51 yang sedang dilakukan

Perlu di follow up kegiatan paska pendampingan implementasi SVLK dengan

persiapan Verifikasi Legalitas Kayu beserta sumber pendanaan yang memadai

• Dokumen kepemilikan lahan yang sah (alas titel/ dokumen lain yang diakui)

Kegiatan pengumpulan dokumen SPPT di desa Gowak telah terpenuhi sekitar 90%.

SPPT ini diharapkan bisa menjadi rujukan dalam penilaian SVLK

Dokumen alas titel berupa girik/ letter C bisa diperoleh secara keseluruhan di Kantor

Desa

Telah dilakukan pengecekan kesesuaian antara dokumen alas titel dan kepemilikan

dengan daftar anggota UM PHBM dan dinyatakan telah sesuai

• Peta Areal Hutan hak dan batas-batasnya di lapangan

UM PHBM Gawe Makmur telah melengkapi semua persyaratan peta yaitu: Peta

Blok, Peta Desa, dan Peta UM PHBM

• Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR

UM PHBM masih melengkapi dan menyempurnakan dokumentasi SKAU. Sebagian

besar dokumen masih disimpan oleh pihak pedagang

• Faktur/ Kwitansi Penjualan

Masyarakat di desa Gowak akan mengikuti aturan PUHH di hutan hak dan

menyediakan Nota atau Kwitansi sebagai bukti pembayaran

4.3.3. Pendampingan pada UM PHBM Sejahtera

A. Observasi dan Fasilitasi tanggal 10 Juni 2011

Koordinator Nasional dan Ideas Consultant mengunjungi Unit Manajemen Hutan Desa Cisaga dan

Dishutbun Kabupaten Ciamis untuk berkonsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dan menyusun

Program pendampingan dilakukan oleh IDEAS. Dishutbun secara umum mendukung penuh

program tersebut dan melibatkan stafnya.Desa Cisaga menjadi tempat untuk program dampingan

SVLK Ideas Consultancy Services sesuai dengan arahan Dishutbun Kabupaten Ciamis. Pak Ucup

sebagai Kepala Desa Cisaga menerima dengan baik program pendampingan SVLK dan akan

didukung sepenuhnya. Sebagai penggerak utama kelompok tani Sejahtera adalah Ketua Kelompok

Bp Rudi yang bersedia mendorong kelompoknya mengembangkan sistem legalitas kayu (SVLK) di

desa Cisaga

B. Observasi dan Fasilitasi tanggal 23 Juni 2011

Pertemuan antara fasilitator IDEAS dan Kelompok Tani. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 20

peserta anggota Kelompok Tani dan 2 orang dari Dishutbun

Page 37: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

37 | P a g e

Beberapa kesepakatan:

Pertemuan Rutin setiap seminggu sekali atau sesuai kesepakatan apabila diperlukan.

Pembentukan kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab terhadap dokumen yang di kumpulkan.

Evaluasi kegiatan setiap bulan

Kelompok tani Sejahtera mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti dokumen kepemilikan lahan , SKAU, SKSKB cap KR, Nota

Gambar 19. Kegiatan Pelatihan Penguatan Kelembagaan oleh Pendamping IDEAS

C. Observasi dan Fasilitasi tanggal 23-24 Juli 2011

Kegiatan Pendampingan Lanjutan dilakukan oleh Tim Pendamping IDEAS untuk memperkuat sisi

kelembagaan Unit Manajemen dan dokumentasi.

Gambar 20. Pengecekan kesesuaian antara dokumen dengan kondisi lapangan, dan gambar kanan kayu dari

UMPHBM Sejahtera sudah diolah oleh sebuah Perusahaan penggergajian kayu

Beberapa hasil diskusi dan kesepakatan:

Dari hasil kunjungan ke industri kayu PT Inka Mutiara Mas di Desa Mangun Jaya, Kecamatan Cisaga sebagai industri yang membeli kayu hutan rakyat di Kecamatan Cisaga, dinyatakan bahwa pada prinsipnya industri mendukung adanya SVLK karena akan ada jaminan legalitas kayu

Kelompok Tani Sejahtera telah mengumpulkan sebesar 95% dokumen kepemilikan lahan yang sah yang tersedia di anggota Kelompok Tani Sejahtera berupa sebagian besar SPPT saja, dan ada beberapa yang berupa sertifikat atau leter C. Dan sebagian telah di kumpulkan dan di fotocopy sebagai arsip. Kelompok Tani Sejatera telah mengumpulkan sebagian sebesar 98% dokumen SKAUK dan SKAU dari anggota dan difotocopy sebagai arsip.

Page 38: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

38 | P a g e

Melengkapi data rekapitulasi kepemilikan lahan hutan rakyat di Desa Cisaga yang terbagi 17 blok yang menunjukan kepemilikan lahan di blok yang disesuaikan dengan no SPPT dan juga diinformasikan mengenai luas dan jenis pohon

Ketua kelompok Tani bersedia untuk melengkapi kekurangan dokumen SKAU dan SKAUK dalam waktu yang relatif singkat

D. Observasi dan Fasilitasi tanggal 28-29 Juli 2011

Koordinator Nasional melakukan identifikasi GAP yaitu pembandingan antara kondisi yang ada

(existing Condition) dengan Indikator Keberhasilan Pendampingan SVLK. Pada observasi ini juga

dinilai berapa persen pencapaian kesesuaian standard. Konsultan Nasional juga melakukan

kunjungan ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis untuk menyampaikan proses-

proses pendampingan dan kegiatan yang telah dilakukan dan memperoleh masukan dari Dinas

Kehutanan Ciamis.

Gambar 21. pertemuan antara Koordinator Nasional, IDEAS, dan Pejabat Dinas Kehutanan Ciamis

Beberapa hasil Penilaian dan Analisis:

• Dokumen kepemilikan lahan yang sah (alas titel/ dokumen lain yang diakui)

Kegiatan pengumpulan dokumen SPPT di desa Cisaga telah terpenuhi sekitar 100%.

SPPT merupakan kewajiban pemilik tanah untuk membayar PBB. Di dalam SPPT akan

dilihat NOP (Nomor Obyek Pajak) yang bisa dicek kebenarannya melalui dokumen DHKP

(Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembiayaan) dimana terbit setiap tahunnya sebagai

dasar penerbitan SPPT. UM PHBM Sejahtera sedang dalam proses meng copy Bukti

Letter C atau disebut sebagai Kitir dari buku induk di desa. Kepemilikan lahan bisa di cek

di Peta Blok untuk mengetahui nomor dan posisi / urutan letak bidang lahan. Secara

umum pemenuhan terhadap indikator ini sekitar 80%.

• Peta Areal Hutan hak dan batas-batasnya di lapangan

Peta skala besar yang tersedia di Desa Cisaga adalah Peta Blok Skala 1:1000 dan Skala

1:2000 dikeluarkan oleh Ditjen Pajak, Depkeu, yang terdiri dari 15 blok di dalam satu

desa. Peta Blok memuat informasi batas-batas kepemilikan dan luasan. Karena peta

ini adalah bagian dari wilayah Desa, Kelompok Tani Sejahtera akan membuat peta Desa

yang berisi deliniasi blok-blok tersebut dengan cara memperkecil peta blok dan

kemudian ditempelkan dalam Peta Desa. Untuk memberikan data yang informatif,

Kelompok Tani Sejahtera akan melengkapi peta desa tersebut dengan peta sebaran

Page 39: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

39 | P a g e

pohon. Sedang diupayakan untuk membuat sistem penomoran pohon. Secara umum

pemenuhan terhadap indikator ini sekitar 80%.

Gambar 22. Contoh Letter C dan data Rekapitulasi SKAU dan SKAUK

• Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR

Pemerintah Desa Cisaga telah mulai mengumpulkan dokumen SKAU sejak tahun 2005

(6 tahun) dan sampai saat ini masih jalan. Semua dokumen terkumpul di kantor Desa

Cisaga. Penerbitan SKAU sesuai aturan terdiri dari 4 rangkap, yaitu: untuk kantor Desa,

Dinas Kehutanan, Pemilik Kayu, dan Pedagang. Selain dokumen SKAU, Pemerintah

Daerah Ciamis menetapkan dalam Perda No 19 th 2004 bahwa dokumen SKAU perlu

dilengkapi dengan SKAUK (Surat Keterangan Asal Usul Kayu). SKAUK sama fungsinya

dengan SIT (Surat Ijin Tebang) yang diberlakukan di Jawa Timur. Penerbitan SKAUK

harus dilandasi oleh terbitnya berita acara pemeriksaan oleh pihak-pihak yang terkait

yang mencantumkan identitas kunci yaitu: Nama Blok/ No. Persil, Jenis Pohon, Jumlah

Pohon, dan Volume Kayu. Secara umum pemenuhan terhadap indikator ini sudah 100%

Gambar 23. Tumpukan kayu di Cisaga yang siap dijual

Page 40: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

40 | P a g e

• Faktur/ Kwitansi penjualan

Faktur atau kwitansi penjualan kayu biasanya diterima oleh Pedagang kayu. Beberapa

kwitansi bisa ditunjukkan namun masih kurang lengkap. Kedepan akan diupayakan

mengcopy kwitansi penjualan kayu. Secara umum pencapaian indikator ini di atas

50%.

E. Observasi dan Fasilitasi tanggal 12-13September 2011

Koordinator Nasional beserta Project Officer ITTO dan diikuti oleh Observer dari Kemenhut

melakukan identifikasi GAP yaitu pembandingan antara kondisi yang ada (existing Condition)

dengan Indikator Keberhasilan Pendampingan SVLK. Pertemuan ini sekaligus menandai berakhirnya

program pendampingan oleh IDEAS Consultancy Services sesuai dengan kontrak kerja Proyek ITTO

TFL-PD 10/09. Pada observasi ini juga dinilai berapa persen pencapaian kesesuaian standard.

Beberapa hasil Penilaian dan Analisis:

• Catatan penting dari Project Officer ITTO, IDEAS Consultancy Services, dan Perwakilan

Kemenhut:

Pernyataan selesainya program pendampingan oleh Project Officer ITTO

Kegiatan dan prosedur-prosedur kerja Unit manajemen yang telah disepakati oleh

kelompok bisa tetap menjadi pedoman, agar implementasi SVLK di desa ini bisa

berhasil dilakukan

Sosialisasi SVLK dan Prosedur tatausaha kayu telah dilakukan bersama-sama dengan

para pedagang kayu sebagai pemain utama dalam rantai perdagangan kayu di

Gowak, Pringsurat

Laporan tugas dan pertanggungjawaban kegiatan IDEAS Consultancy Services

Pembahasan oleh Koordinator Nasional

Pernyataan dari UM PHBM bahwa pendampingan ini telah dilakukan dengan baik

dan sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh IDEAS

Sosialisasi Perubahan/Revisi P.51 yang sedang dilakukan oleh Perwakilan Kemenhut

Perlu di follow up kegiatan paska pendampingan implementasi SVLK dengan

persiapan Verifikasi Legalitas Kayu beserta sumber pendanaan yang memadai

• Dokumen kepemilikan lahan yang sah (alas titel/ dokumen lain yang diakui)

Kegiatan pengumpulan dokumen SPPT di desa Cisaga telah terpenuhi 100%.

Mayoritas anggota UM PHBM sudah memiliki hak atas kepemilikan tanah dalam

bentuk Girik atau Letter C, dan sebagian lagi sudah dalam bentuk sertifikat.

• Peta Areal Hutan hak dan batas-batasnya di lapangan

Unit manajemen telah memiliki Peta Kawasan Unit Manajemen veserta batas-batas

areal hutan hak

Page 41: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

41 | P a g e

Gambar 24. peta blok lokasi penanaman UMPHBM dan Peta Pohon pada salah satu anggota

• Dokumen SKAU atau SKSKB Cap KR

Unit manajemen telah memiliki semua dokumen angkutan SKAU yang tersimpan di

Kantor Desa Cisaga dan di Sekretariat Unit manajemen.

• Faktur/ Kwitansi penjualan

Nota atau kwitansi penjualan kayu biasanya diterima oleh Pedagang kayu. Beberapa

kwitansi bisa ditunjukkan namun masih ada kekurangannya dan akan segera

dilengkapi.

Labelisasi Pohon sebagai sarana timber tracking

UM PHBM Sejahtera telah mengembangkan sistem identifikasi pohon melalui

penandaan dan pengkodean

Upaya ini dilakukan untuk memudahkan mekanisme kontrol pohon atau kayu dan

pelacakan kayu pada saat kayu telah diangkut ke tempat lain

Contoh Pengkodean pohon: CG/03/88/HS/PL-12 dimana CG: Nama lokasi CISAGA;

03: Nomor Blok; 88: ID lahan; HS: Nama Pemilik Hery S; PL: Jenis Pohon Pulai; 12:

Nomor Pohon ke 12.

Penggunaan bahan label adalah seng bekas dan di cat kembali. Mereka juga akan

mengembangkan bahan-bahan bekas oli untuk bahan label

Gambar 25. Sistem Penandaan, Pengkodean, dan Identifikasi Pohon di UM PHBM Sejahtera

Page 42: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

42 | P a g e

4.4. Kegiatan Pengembangan Kapasitas Personel dan Kelembagaan

Untuk mendukung kinerja implementasi SVLK di hutan hak perlu dilakukan kegiatan Pengembangan

kapasitas personel dan kelembagaan melalui kegiatan pelatihan kelompok dan lokakarya kelompok

dalam wadah Unit Manajemen PHBM

4.4.1. Kegiatan Pelatihan di UM PHBM Enggal Mulyo

A. Prakondisi Pembentukan UM PHBM pada awal Mei 2011

Penjajagan dan Pembentukan Unit Manajemen Hutan Rakyat Kelompok Tani Enggal Mulyo. Proses

pemilihan calon UM PHBML melibatkan berbagai pihak, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab

Ponorogo, Pengurus Desa Mrayan, Ngrayun, dan PERSEPSI sebagai Lembaga Pendamping

B. Workshop Pelatihan tanggal 27 Juni 2011

Workshop pelatihan persiapan SVLK dan membentuk kelompok kerja untuk mengajukan sertifikasi

SVLK. Secara umum materi yang disampaikan dalam tahapan pengajuan sertifikasi adalah sebagai

berikut :

• Persiapan dan pembentukan kelompok kerja

• Mengamati kepentingan dan kebutuhan masyarakat

• Menetapkan Unit manajemen

• Menetapkan area sertifikasi dan status

• Penyusunan institusi

• Membangun sistem CoC

• Menyusun dokumen aplikasi

• Persiapan untuk menentukan CB

• Pengalaman dalam pendampingan sertifikasi diaplikasikan untuk persiapan verifikasi

legalitas kayu

4.4.2. Kegiatan Pelatihan di UM PHBM Gawe Makmur

A. Workshop Pelatihan tanggal 22 Juni 2011

Workshop Pelatihan penyiapan kelengkapan dokumen sebagai berikut:

• Peta Kecamatan (Tersedia)

• Peta Blok dan daftar anggota (25 peta blok) ketersediaan 25 (100%)

• Daftar anggota baru dalam 20 blok (blok tersisa : 5) atau 85% selesai

• Administrasi kelembagaan (20% selesai)

• SPPT, telah dikumpulkan sekitar 50% dari total anggota

• SKAU dan SKSKB Cap KR tidak lengkap

Page 43: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

43 | P a g e

Gambar 26. Ir Nuryahya sedang memberikan briefing penyiapan kelembagaan dan dokumentasi

4.4.3. Kegiatan Pelatihan di UM PHBM Sejahtera

A. Pelatihan Penyusunan Aturan kelompok dan Monev tanggal 7 Juli 2011

Pelatihan Penyusunan Aturan Kelompok dan Monitoring & Evaluasi Penerapan SVLK untuk Hutan

Rakyat di KABUPATEN CIAMIS – JAWA BARAT dilaksanakan di Balai Desa Cisaga, Ciamis.

Beberapa poin penting yang didiskusikan:

• Acara pembukaan pelatihan diawali dengan pernyataan dukungan penuh dari Dinas

Kehutanan Ciamis yang disampaikan oleh Bp Rusmana selaku wakil dari Dinas

Kehutanan Ciamis dan Kepala Desa Cisaga Bapak Usup

• Kegiatan yang didanai ITTO ini menjadi komitmen bersama antara pihak Pemerintah

dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Masyarakat desa yang terwadahi dalam Kelompok

Tani Sejahtera

• Pemerintah kabupaten Ciamis telah mengeluarkan Peraturan Daerah No.19 Tahun 2004

tentang Produksi dan Peredaran Kayu Rakyat serta SK Bupati No. 185A Tahun 2004

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No. 19 Tahun 2004.

Peraturan ini telah menjadi acuan bersama bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan

yang berkaitan dengan produksi dan peredaran kayu rakyat.

• Materi yang disajikan diantaranya adalah (1) Penjelasan tentang AD/ART Kelompok

Tani; (2) Prosedur tentang penerapan SVLK di tingkat Kelompok Tani, (3). Monitoring &

Evaluasi, dan (4) Pembentukan Kepengurusan Kelompok Tani Sejahtera

• Follow up plan dari kegiatan Pelatihan:

Kelompok Tani akan menyusun dan mengumpulkan bukti-bukti kepemilikan lahan

dan dokumen angkutan kayu, minimal 1 tahun terakhir.

Kelompok Tani akan melakukan pertemuan anggota untuk menyusun surat

keputusan agar pembagian kerjanya lebih jelas.

Kelompok tani akan melakukan pemetaan yang lebih detail berdasarkan peta yang

sudah ada yaitu yang telah terabi menjadi 17 blok.

Page 44: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

44 | P a g e

Fasilitasi dan pendampingan untuk membantu Kelompok Tani dalam kegiatan akan

dilakukan oleh Pak Idris Abdullah

Gambar 27. Kegiatan Pelatihan Penyusunan Aturan kelompok dan Monev oleh IDEAS Consultancy

Services

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 45: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

45 | P a g e

5.1. Kesimpulan

Dari keseluruhan rangkaian kegiatan pendampingan di tiga propinsi dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

a) Telah terbentuk UM PHBM Enggal Mulyo, Desa Mrayan, Ngrayun, Ponorogo, Jawa

Timurseluas 1.033 ha dengan jumlah anggota 3.511 orang yang sedang mengembangkan

sistem SVLK untuk hutan hak sesuai dengan aturan P.38/Menhut-II/2009 dan standar SVLK

yang dinyatakan dalam P.6/Set-IV/2009

b) Telah dijalankan program pendampingan selama 3 bulan oleh PERSEPSI untuk

memperkenalkan masyarakat desa Mrayan terhadap SVLK, prasarat yang diperlukan, serta

kelembagaan yang mendukung dalam rangka implementasi SVLK dan persiapan menuju

verifikasi legalitas kayu

c) Kelembagaan UM PHBM berdasarkan sistem administrasi Desa, sehingga keanggotaan UM

adalah seluruh anggota masyarakat

d) ITTO Project TFL-PD 10/09 telah menyelenggarakan kegiatan sosialisasi yang melibatkan

Lembaga Pendamping PERSEPSI, Dinas Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Ponorogo,

Pengurus Desa, Pejabat Kecamatan, dan Muspika setempat.

e) Kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan diharapkan menimbulkan efek penularan (Scaling

up) terhadap desa-desa disekitarnya dan Pemerintah daerah serta kepedulian masyarakat

pengelola hutan berbasis masyarakat untuk menertibkan sistem administrasi kayu dan

peredaran hasil hutan

f) Jenis-jenis utama yang ditanam oleh Masyarakat di PHBM Enggal Mulyo adalah: Pinus, jati,

mahoni, cengkeh, jabon dengan model agroforestry yang dikombinasikan dengan berbagai

tanaman pertanian

g) Masyarakat cukup antusias untuk bisa menerapkan SVLK, namun perlu mendapat dukungan

dari pemerintah dengan pemberian insentif dan bantuan untuk menjalankan proses

verifikasi SVLK oleh Auditor Independen. Unit Manajemen juga telah mempersiapkan

dokumen pengajuan Verifikasi SVLK yang mungkin bisa digunakan untuk mengajukan

verifikasi

Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah

a) Telah terbentuk UM PHBM Gawe Makmur, Desa Gowak, Pringsurat, Temanggung, Jawa

Tengah seluas 406 ha dengan jumlah anggota 3.351 orang yang sedang mengembangkan

sistem SVLK untuk hutan hak sesuai dengan aturan P.38/Menhut-II/2009 dan standar SVLK

yang dinyatakan dalam P.6/Set-IV/2009

b) Telah dijalankan program pendampingan selama 3 bulan oleh PERSEPSI untuk

memperkenalkan masyarakat desa Gowak terhadap SVLK, prasarat yang diperlukan, serta

kelembagaan yang mendukung dalam rangka implementasi SVLK dan persiapan menuju

verifikasi legalitas kayu

c) Kelembagaan UM PHBM berdasarkan sistem administrasi Desa, sehingga keanggotaan UM

adalah seluruh anggota masyarakat

Page 46: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

46 | P a g e

d) ITTO Project TFL-PD 10/09 telah menyelenggarakan kegiatan sosialisasi yang melibatkan

Lembaga Pendamping PERSEPSI, Dinas Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Temanggung,

Pengurus Desa, Pejabat Kecamatan, dan Muspika setempat.

e) Kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan diharapkan menimbulkan efek penularan (Scaling

up) terhadap desa-desa disekitarnya dan Pemerintah daerah serta kepedulian masyarakat

pengelola hutan berbasis masyarakat untuk menertibkan sistem administrasi kayu dan

peredaran hasil hutan

f) Jenis-jenis utama yang ditanam oleh Masyarakat di PHBM Gawe Makmur adalah: Sengon,

kopi, klengkeng, sonokeling dengan model agroforestry yang dikombinasikan dengan

berbagai tanaman pertanian

g) Masyarakat cukup antusias untuk bisa menerapkan SVLK, namun perlu mendapat dukungan

dari pemerintah dengan pemberian insentif dan bantuan untuk menjalankan proses

verifikasi SVLK oleh Auditor Independen. Unit Manajemen juga telah mempersiapkan

dokumen pengajuan Verifikasi SVLK yang mungkin bisa digunakan untuk mengajukan

verifikasi

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

a) Telah terbentuk UM PHBM Sejahtera, Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga, Ciamis, Jawa Barat

seluas 152,22 ha (potensial) dengan jumlah anggota 120 orang (aktif 58 orang) yang sedang

mengembangkan sistem SVLK untuk hutan hak sesuai dengan aturan P.38/Menhut-II/2009

dan standar SVLK yang dinyatakan dalam P.6/Set-IV/2009

b) Telah dijalankan program pendampingan selama 3 bulan oleh IDEAS CONSULTANCY

SERVICES untuk memperkenalkan masyarakat desa CISAGA dan sekitarnya terhadap SVLK,

prasarat yang diperlukan, serta kelembagaan yang mendukung dalam rangka implementasi

SVLK dan persiapan menuju verifikasi legalitas kayu

c) Kelembagaan UM PHBM berdasarkan sistem kelompok, dimana keanggotaan UM adalah

seluruh anggota kelompok masyarakat yang terdaftar dalam Kelompok Tani Sejahtera

d) ITTO Project TFL-PD 10/09 telah menyelenggarakan kegiatan sosialisasi yang melibatkan

Lembaga Pendamping IDEAS, Dinas Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Ciamis, Pengurus

Desa, Pejabat Kecamatan, dan Muspika setempat.

e) Kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan diharapkan menimbulkan efek penularan (Scaling

up) terhadap desa-desa disekitarnya dan Pemerintah daerah serta kepedulian masyarakat

pengelola hutan berbasis masyarakat untuk menertibkan sistem administrasi kayu dan

peredaran hasil hutan

f) Jenis-jenis utama yang ditanam oleh Masyarakat di PHBM Sejahtera adalah: Sengon, kelapa,

jati, dan sedikit tanaman pulai dengan model agroforestry yang dikombinasikan dengan

berbagai tanaman pertanian

Page 47: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

47 | P a g e

g) Masyarakat cukup antusias untuk bisa menerapkan SVLK, namun perlu mendapat dukungan

dari pemerintah dengan pemberian insentif dan bantuan untuk menjalankan proses

verifikasi SVLK oleh Auditor Independen. Dokumen-dokumen berupa bukti alas titel dan

dokumen penatausahaan hasil hutan telah diarsip dengan baik

5.2. Rekomendasi

a) Dua UM PHBM yaitu Gawe Makmur dan Enggal Mulyo perlu diperkuat kapasitas

personelnya terutama dalam hal pembekalan pengetahuan SVLK dan aturan-aturan terkait

dengan kelembagaan. Perlu dipikirkan training SVLK yang bisa menularkan pengetahuan

kepada seluruh anggota dalam jumlah yang cukup besar mengingat bahwa waktu

pendampingan yang hanya 3 bulan belum bisa membuat seluruh anggota UM paham

dengan konsep dan aturan SVLK

b) Sangat diperlukan dukungan Pemerintah (Daerah maupun Pusat) untuk menciptakan

mekanisme insentif yang mendukung perdagangan kayu rakyat yang legal dan bertanggung

jawab. Insentif ini bisa dalam bentuk pengurangan pajak restribusi kayu dan kemudahan

pengurusan administrasi kayu

c) Kegiatan pendampingan pada tiga propinsi Jawa Timur, Jawa tengah, dan Jawa Barat perlu

ditindaklanjuti dengan kegiatan penilaian SVLK oleh Lembaga Verifikasi

d) Peraturan P.51, P.38, P.6 perlu diterjemahkan menjadi aturan praktis di tingkat desa

(Perdes) namun yang memudahkan proses legalisasi peredaran kayu rakyat dengan prosedur

yang sederhana

e) Project ITTO perlu di perluas dengan fase kedua program penyiapan kelembagaan dan

proses verifikasi legalitas kayu oleh pihak ketiga independen.

Page 48: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

48 | P a g e

LAMPIRAN

Page 49: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

49 | P a g e

LAMPIRAN I. Contoh Dokumen Letter C

Page 50: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

50 | P a g e

Lampiran 2: Buku Induk Pertanahan Indonesia

Page 51: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

51 | P a g e

Lampiran 3. Himpunan Sketsa Tanaman (Peta bohon) tiap Anggota UMPHBM

Page 52: DAFTAR ISI - projectittotflpd010.files.wordpress.com ISI BAB I PENDAHULUAN 1 ... METODOLOGI PENDAMPINGAN Dalam Bab ini dijabarkan 2 metode pekerjaan pendampingan yaitu: Pertama, model

52 | P a g e