DAFTAR ISI -...
Transcript of DAFTAR ISI -...
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1-1 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ............................... 1-3 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD .................. 1-4
II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1 Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD ........................................... 2-1 2.2 Pendapatan Daerah ...................................................................................................... 2-16 2.3 Belanja Daerah ............................................................................................................... 2-18 2.4 Pembiayaan Daerah ..................................................................................................... 2-21
III PENUTUP .................................................................................................................................. 3-1
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan umum perubahan APBD pada dasarnya adalah
rencana tahunan yang bersifat makro, merupakan bagian dari rencana
jangka panjang daerah dan rencana jangka menengah daerah disusun
dengan memperhatikan dan mengacu pada agenda Pembangunan
Nasional, Kebijakan Pemerintah Pusat serta Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD).
Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUA) mengacu
pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan dipertegas dalam
Permendagri nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014
bahwa substansi PPAS/PPAS Perubahan mencerminkan prioritas
pembangunan daerah yang dikaitkan dengan sasaran yang ingin
dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait. Prioritas
program dari masing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikan
dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah
disinkronisasikan dengan prioritas program nasional yang tercantum
dalam RKP Tahun 2014 juga telah disinkronisasikan dengan prioritas
program provinsi yang tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2014.
KUA/PPAS Perubahan selain menggambarkan pagu anggaran
sementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-2
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak
terduga,serta pembiayaan, juga menggambarkan pagu anggaran
sementara dimasing-masing SKPD berdasarkan program dan kegiatan
prioritas dalam RKPD. Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu
definitif setelah rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD
disetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD serta rancangan
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tersebut ditetapkan oleh
kepala daerah menjadi Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
ditegaskan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri 27 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014, bahwa perubahan
APBD dapat dilakukan apabila terjadi :
1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Kebijakan Umum
APBD;
2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran
antar Satuan Kerja Perangkat Daerah, antar kegiatan, dan antar
jenis belanja;
3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan;
4. Keadaan darurat; dan
5. Keadaan luar biasa.
Memperhatikan hasil capaian kinerja pelaksanaan kegiatan
APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 sampai dengan bulan
Juni2014 dan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi-asumsi
dalam Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Bekasi Tahun Anggaran
2014, meliputi: penyesuaian standar satuan harga, perubahan asumsi
ekonomi makro yang telah disepakati terhadap kemampuan fiskal
daerah, penyesuaian sasaran dan hasil yang harus dicapai, perubahan
kebijakan pusat, Proyeksi Belanja yang menjadi prioritas sesuai
aspirasi masyarakat dan permasalahan aktual yang berkembang serta
adanya penjadwalan ulang beberapa kegiatan, maka harus dilakukan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-3
perubahan dokumenpenganggaran daerah sesuai dengan peraturan
perundangan di atas.
Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA)
dilakukan secara menyeluruh guna menampung seluruh perubahan
asumsi-asumsi dalam pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah
yang terjadi karena perubahan asumsi makro yang berimbas pada
stuktur APBD Kota Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014, maupun untuk
menampung tambahan belanja prioritas yang belum diakomodir dalam
APBD Kota Bekasi Tahun 2014.
B. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD
Tujuan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah adalah :
1. Memberikan pedoman umum atas perubahan asumsi-asumsi
kebijakan umum APBD Tahun Anggaran 2014;
2. Menyesuaikan perubahan prediksi penerimaan Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain pendapatan yang sah;
3. Menyesuaikan penetapan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Lalu (SILPA) ;
4. Menyesuaikan dampak kebijakan kewajiban pemakaian bahan
bakar minyak non subsidi bagi kendaraan dinas sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
500/1518/SJ tanggal 24 April 2012 tentang Antisipasi Dampak
Ekonomi Global;
5. Menyesuaikan perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait Dana
Alokasi Khusus;
6. Menyelesaikan kegiatan fisik yang belum selesai pada APBD Tahun
Anggaran 2014.
7. Menyesuaikan perubahan pemberian hibah dan bantuan sosial
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari APBD;
8. Melakukan perubahan kebijakan pengganggaran terkait dinamika
permasalahan yang timbul di masyarakat yang perlu mendapat
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-4
penanganan secara cepat dengan memperhatikan prioritas nasional,
regional dan daerah;
9. Melakukan penajaman prioritas kegiatan melalui pergeseran
anggaran, penambahan alokasi anggaran dan penjadwalan ulang
beberapa kegiatan dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014;
10. Melakukan penyesuaian penempatan kode rekening sesuai
ketentuan yang berlaku.
C. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD
Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) Kota
Bekasi Tahun 2014, secara spesifik legal formal mendasarkan pada
peraturan perundang-undangan berikut :
1. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3857);
2. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang - Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang - Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang - Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437),sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-5
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4846);
11. Undang - Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
12. Undang - Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik9
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara
Republtk Indonesia Nomor 4502);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-6
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan
perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Tata Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-7
Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4816);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta
Tunjangan Kehormatan Professor (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5016);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5
29. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan Kota
Bekasi;
30. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Kota Bekasi;
31. Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 13 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi Tahun 2011-2031;
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 I-8
32. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Bekasi Tahun 2005-
2025;
33. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun 2013-
2018;
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2014
35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
38. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 21 tentang Rencana Kerja
Pembangunan Daerah Tahun 2014.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-1
BAB II
PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD
A. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD
1. Kondisi Perekonomian Nasional
Kinerja perekonomian Indonesia di tahun 2014 tidak terlepas
dari kinerja perekonomian global. Revisi ke bawah outlook
pertumbuhan ekonomi negara-negara maju oleh IMF dan World Bank
turut mempengaruhi perkiraan kinerja perekonomian Indonesia,
khususnya melalui jalur perdagangan dan arus modal. Perkiraan
pertumbuhan ekonomi global 2014 yang masih relatif lemah,
berdampak pada perlunya dilakukan penyesuaian terhadap outlook
kinerja ekspor Indonesia. Pada saat yang sama, kondisi likuiditas
global yang lebih ketat akan mempengaruhi likuiditas domestik dan
suku bunga dalam negeri, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
aktivitas investasi. Lebih lanjut, terjadi perubahan tingkat
keseimbangan nilai tukar yang akan berdampak pada pergerakan dan
aktivitas usaha dan ekonomi di dalam negeri.
Selain dampak perubahan kondisi perekonomian global,
perkiraan kinerja perekonomian domestik tidak lepas dari realisasi
kinerja perekonomian tahun lalu. Dinamika dan perkembangan
ekonomi domestik yang terjadi menyebabkan adanya perubahan
basis perhitungan dan perkiraan terhadap outlook variabel-variabel
asumsi dasar ekonomi makro. Dengan menyadari hal-hal tersebut,
maka besaran-besaran asumsi dasar ekonomi makro perlu
disesuaikan kembali.
Dalam RAPBN Perubahan tahun 2014, proyeksi pertumbuhan
ekonomi mengalami penyesuaian dari perkiraan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan mencapai 5,5
persen, lebih rendah bila dibandingkan dengan perkiraan dalam
APBN 2014 yang sebesar 6,0 persen. Penurunan perkiraan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-2
pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh tekanan pada
kinerja perdagangan internasional.
Sumber utama penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2014
adalah konsumsi rumah tangga. Kuatnya kinerja konsumsi rumah
tangga masih didasari pada faktor bonus demografi dan peningkatan
kelompok masyarakat tingkat pendapatan menengah (middle income
class). Di samping itu, pelaksanaan pemilu legislatif dan presiden
diharapkan menjadi faktor stimulus tambahan bagi pertumbuhan
konsumsi rumah tangga, khususnya melalui peningkatan aliran dana
terkait kegiatan kampanye. Investasi atau PMTB diperkirakan masih
meningkat meskipun pada tingkat yang relatif rendah. Peningkatan
tersebut antara lain didorong oleh peningkatan kinerja investasi
langsung PMA dan PMDN. Namun di sisi lain, kondisi likuiditas di
dalam negeri masih menghadapi tekanan, sebagai dampak masih
berlangsungnya kebijakan tapering off oleh the Fed. Di samping itu,
tekanan pada kegiatan investasi disebabkan pula oleh masih terdapat
gejolak dan tekanan terhadap nilai tukar yang turut menyebabkan
peningkatan biaya impor bahan baku dan barang modal yang
dibutuhkan bagi kegiatan produksi dan investasi.
Sementara itu, kinerja ekspor merupakan komponen penyusun
PDB yang mengalami tekanan paling berat. Di tahun 2014, ekspor
barang dan jasa diperkirakan tumbuh melambat. Penurunan kinerja
ekspor tersebut dipengaruhi oleh masih relatif lemahnya permintaan
dari mitra dagang utama Indonesia, khususnya Tiongkok yang
diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Di
samping itu, strategi dan kebijakan hilirisasi industri dan mendorong
ekspor produk dan hasil tambang olahan akan berdampak pada
penurunan ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Pada saat yang
sama, tekanan pada ekspor juga dipengaruhi oleh pengetatan
likuiditas domestik dan peningkatan suku bunga, serta dampak
bauran kebijakan untuk mengatasi tekanan terhadap neraca
perdagangan yang sedang terjadi. Penurunan kinerja ekspor juga
diikuti oleh pelemahan kinerja impor sebagai dampak menurunnya
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-3
kebutuhan bahan baku input untuk produksi serta dampak tekanan
nilai tukar.
Tabel 2.1
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pengeluaran,
2013-2014 (persen, yoy)
Hingga saat ini, harga komoditas energi masih berfluktuasi
seiring dengan masih berlanjutnya kekhawatiran terhadap
perkembangan harga komoditas energi di pasar internasional. Secara
historis, tekanan harga komoditas energi akan memberikan dorongan
terhadap peningkatan harga komoditas bahan pangan di pasar
internasional, mengingat beberapa komoditas bahan pangan menjadi
sumber bagi penyediaan bahan bakar alternatif. Kondisi tersebut
berdampak terhadap peningkatan tekanan inflasi yang bersumber
dari komoditas energi, yang pada gilirannya juga mendorong tekanan
inflasi bahan pangan. Kondisi di pasar internasional tersebut pada
gilirannya akan berpengaruh terhadap perkembangan harga
komoditas sejenis di pasar domestik. Sementara itu, tekanan inflasi
dari dalam negeri hingga saat ini antara lain dipengaruhi oleh faktor-
faktor iklim atau cuaca yang mempengaruhi pasokan bahan pangan,
kelancaran distribusi, faktor ekspektasi, serta rangkaian kebijakan di
bidang harga seperti upah minimum provinsi (UMP), tarif tenaga
listrik (TTL), dan harga BBM domestik bersubsidi.
Hingga April tahun 2014, perkembangan harga bahan pangan
relatif terkendali, meskipun harga beberapa komoditas bahan pangan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-4
menunjukkan peningkatan karena adanya gangguan cuaca dan
bencana alam. Peningkatan harga komoditas beras menunjukkan
peningkatan seiring dengan gangguan produksi yang disebabkan oleh
bencana alam di beberapa sentra produksi beras di Jawa. Namun,
peningkatan produksi beras di beberapa sentra beras nasional di
Sumatra dan Sulawesi serta relatif terjaganya penyerapan beras
dalam negeri oleh Bulog sepanjang tahun 2013, mampu mengurangi
tekanan dari kenaikan harga beras tidak semakin meningkat.
Bila dilihat dari komponen pembentuk inflasi hingga April 2014,
komponen inflasi harga diatur Pemerintah (administered prices)
tercatat sebesar 17,64 persen (yoy), bergerak jauh di atas nilai rata-
rata historisnya. Tingginya tekanan inflasi yang bersumber dari
kelompok tersebut merupakan dampak penetapan rangkaian
kebijakan reformasi di bidang energi yang dilaksanakan mulai tahun
2013 serta ekspektasi inflasi sebagai dampak rencana lanjutan
kebijakan di bidang energi. Setelah menjadi penyumbang laju inflasi
tahun 2013 karena adanya gangguan pasokan dan kebijakan
pengendalian importasi produk hortikultura, laju inflasi komponen
bergejolak (volatile foods) mulai menunjukkan tekanan yang
cenderung menurun, seiring dengan pergerakan harga komoditas
bahan pangan secara umum yang relatif stabil. Laju inflasi komponen
volatile foods mencapai 6,57 persen (yoy), relatif rendah setelah
mencapai tingkat tertinggi pada Agustus 2013. Sementara itu,
komponen inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 4,66 persen
(yoy), sedikit mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan posisi
awal tahun. Peningkatan komponen inflasi inti antara lain
dipengaruhi oleh gejolak nilai tukar Rupiah dan fluktuasi harga jual
emas di pasar internasional serta dampak lanjutan dari tekanan
inflasi yang bersumber dari gejolak harga pangan tahun 2013.
Realisasi laju inflasi di awal tahun 2014 cenderung menurun.
Sampai dengan triwulan I tahun 2014 tercatat inflasi sebesar 7,32
persen (yoy). Pada bulan April 2014 terjadi deflasi 0,02 persen (mtm)
sehingga sampai dengan April 2014 inflasi mencapai 7,25 persen
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-5
(yoy). Dengan melihat berbagai kebijakan pemerintah dan Bank
Indonesia dalam menjaga laju inflasi pasca penerapan kebijakan
kenaikan harga jual BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013 serta relatif
terjaganya pasokan dan kelancaran arus distribusi barang,
diharapkan gejolak inflasi dari sumber eksternal dapat diredam dan
laju inflasi di tahun 2014 dapat terkendali. Laju inflasi pada tahun
2014 diperkirakan mencapai 5,3 persen yaitu masih berada pada
rentang sasaran inflasi tahun 2014 sebesar 4,5 ± 1 persen.
Sepanjang tahun 2013, nilai tukar Rupiah bergerak melemah
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tekanan terhadap
nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS merupakan dampak dari
kombinasi faktor eksternal dan internal yang dialami perekonomian
nasional sejak tahun 2013. Dari sumber eksternal, tekanan
pelemahan Rupiah masih bersumber dari perlambatan pertumbuhan
ekonomi di Tiongkok, India dan beberapa negara emerging markets
lainnya, belum stabilnya pemulihan ekonomi di Eropa, serta
pelaksanaan kebijakan pengurangan stimulus moneter tapering off
oleh Bank Sentral Amerika Serikat. Dari sisi domestik, tekanan
terhadap nilai tukar Rupiah bersumber dari kinerja neraca
pembayaran nasional yang masih mengalami defisit. Defisit neraca
pembayaran tersebut bersumber dari melemahnya kinerja ekspor
Indonesia, sementara pada saat yang sama kebutuhan untuk
pembiayaan impor masih tetap tinggi, sehingga menggerus salah satu
sumber pasokan dan cadangan valas di Indonesia.
Kondisi tersebut mendorong Pemerintah dan Bank Indonesia
untuk terus berupaya menjaga volatilitas nilai tukar Rupiah pada
level fundamentalnya melalui penguatan sinergi kebijakan fiskal,
moneter dan sektor riil, penerapan kebijakan moneter yang berhati-
hati, serta pengawasan lalu lintas devisa. Kebijakan tersebut
diharapkan mampu menjaga stabilitas nilai tukar dan mencegah
volatilitas yang berlebihan serta menjaga kecukupan cadangan devisa
untuk memenuhi kebutuhan fundamental perekonomian. Di samping
itu, peningkatan koordinasi kebijakan serta peningkatan efektivitas
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-6
peraturan dan monitoring lalu lintas devisa terus dilakukan untuk
menopang kebijakan moneter tersebut. Di tingkat internasional dan
regional, komitmen untuk mempercepat pemulihan ekonomi disertai
dengan perjanjian kerja sama bidang keuangan diharapkan semakin
memperkuat proses pemulihan ekonomi global dan regional.
Komitmen pemerintah AS untuk tetap melanjutkan kebijakan
quantitative easing (QE) meskipun dalam jumlah yang akan terus
menurun hingga akhir 2014 diharapkan dapat menjadi faktor
pendorong penguatan nilai tukar Rupiah. Dari sisi domestik, bauran
kebijakan sebagai respon terhadap depresiasi Rupiah yang telah
ditetapkan sejak Agustus 2013 diharapkan dapat memberikan
dorongan agar perkembangan nilai tukar Rupiah ke depan dapat
bergerak stabil pada rentang keseimbangan saat ini. Selain itu,
berbagai upaya pemerintah melalui bauran kebijakan untuk
melonggarkan tekanan terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah serta
meningkatnya ketahanan fiskal (fiscal sustainability) juga dapat
dilaksanakan. Bauran kebijakan tersebut diharapkan dapat
memberikan sinyal positif kepada pasar sehingga meningkatkan arus
modal masuk. Sampai dengan akhir April 2014, nilai tukar Rupiah
mengalami depresiasi dengan posisi rata-rata sebesar Rp11.744 per
dolar AS, melemah sebesar 17,38 persen dari periode yang sama
tahun sebelumnya. Berdasarkan perkembangan tersebut, nilai tukar
Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan berfluktuasi dengan
kecenderungan melemah pada kisaran Rp11.700 per dolar AS
sepanjang tahun 2014, melemah bila dibandingkan dengan
asumsinya dalam APBN 2014 sebesar Rp10.500 per dolar AS.
Hingga akhir April tahun 2014, rata-rata tingkat suku bunga
SPN 3 bulan mencapai 5,8 persen dan masih menunjukkan tren
meningkat dari periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama
dipengaruhi oleh dampak pelaksanaan kebijakan tapering off oleh the
Fed. Dengan mempertimbangkan implementasi kebijakan the Fed
yang masih akan berlanjut di sepanjang tahun 2014, suku bunga
SPN 3 bulan diperkirakan masih akan menghadapi tekanan. Rata-
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-7
rata tingkat suku bunga SPN 3 bulan hingga akhir tahun 2014
diperkirakan sekitar 6,0 persen atau sedikit lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tingkat suku bunga SPN 3 bulan dalam APBN
2014 yang ditetapkan sebesar 5,5 persen.
Pada tahun 2014, menurut Organisasi Pengekspor Minyak
(OPEC), permintaan minyak dunia diperkirakan meningkat sebesar
1,14 juta barel per hari bila dibandingkan dengan permintaan tahun
2013 sehingga permintaan minyak dunia diperkirakan mencapai
91,14 juta barel per hari.
Badan Energi AS (EIA) juga memperkirakan terjadinya
peningkatan konsumsi minyak dunia sebesar 1,2 juta barel per hari
pada tahun 2014. Peningkatan permintaan tersebut seiring dengan
pertumbuhan ekonomi global yang membaik secara bertahap pada
negara OECD terutama AS dan Eropa. Di samping itu, permintaan
minyak negara berkembang juga diperkirakan masih meningkat
walaupun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama
Tiongkok. Sementara itu, perekonomian India diperkirakan
mengalami peningkatan pertumbuhan sehingga turut memberikan
kontribusi pada peningkatan permintaan minyak dunia.
Di sisi pasokan, OPEC memperkirakan pasokan dari negara-
negara di luar OPEC meningkat sebesar 1,37 juta barel per hari, yaitu
dari 54,18 juta barel per hari (2013) menjadi 55,55 juta barel per hari
pada tahun 2014. Badan Energi AS (EIA) juga memperkirakan terjadi
peningkatan pasokan dari negara-negara di luar OPEC yang akan
meningkatkan produksinya hingga 1,6 juta barel per hari pada tahun
2014. Sebaliknya, pasokan dari negara-negara OPEC diperkirakan
menurun sebesar 0,2 juta barel per hari. Berdasarkan perkembangan
tersebut, Badan Energi AS memperkirakan terjadi penurunan harga
minyak mentah di tahun 2014 dengan harga rata-rata WTI dan Brent
masing-masing diperkirakan akan mencapai US$96,6 per barel dan
US$106,3 per barel.
Perkembangan harga minyak ICP di awal tahun 2014 masih
menunjukkan level yang tinggi karena faktor musim dingin, gangguan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-8
pasokan, dan faktor geopolitik (Ukraina, Libya dan Sudan Selatan).
Pada bulan April 2014, harga minyak mentah Indonesia mencapai
level US$106,4 per barel, atau naik 6,2 persen dari harga April tahun
2013. Tren tersebut bergerak seiring dengan naiknya harga minyak
Brent dari US$103,5 per barel pada April 2013 menjadi US$108,1 per
barel di bulan April 2014.
Perkiraan perkembangan pasar minyak dunia akan
menyebabkan berkurangnya tekanan peningkatan harga ICP. Namun,
perkiraan harga minyak mentah dunia dan ICP masih menghadapi
banyak risiko dan faktor ketidakpastian yang bersumber pada kondisi
geopolitik, kondisi alam dan iklim. Dengan mempertimbangkan hal-
hal tersebut, harga minyak di tahun 2014 diperkirakan sedikit
menurun bila dibandingkan dengan harga rata-rata 2013. Pemerintah
memperkirakan harga ICP akan berada di level US$105 per barel atau
sama dengan asumsi rata-rata harga minyak ICP pada APBN tahun
2014.
Realisasi lifting minyak bumi selama periode Desember 2013 –
Maret 2014 baru mencapai sekitar 797 ribu barel per hari. Hal
tersebut disebabkan oleh cuaca buruk pada Januari 2014, gangguan
operasi, dan penurunan alamiah produksi sumur-sumur minyak
yang tua. Sementara itu, lapangan minyak yang baru belum siap
berproduksi maksimal terutama Blok Cepu. Tren penurunan
produksi dan lifting minyak diperkirakan masih akan berlanjut di
tahun 2014. Sasaran lifting minyak yang dalam APBN 2014
ditetapkan sebesar 870 ribu barel per hari diperkirakan hanya akan
terealisasi sebesar 818 ribu barel per hari.
Selama periode Desember 2013 s.d. Maret 2014, realisasi lifting
gas bumi mencapai 1.301 ribu barel setara minyak per hari dan
untuk keseluruhan tahun 2014, lifting gas diperkirakan
mencapai 1.224 ribu barel setara minyak per hari, lebih rendah
bila dibandingkan dengan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun
2014 yang ditetapkan sebesar 1.240 ribu barel setara minyak per
hari.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-9
Berdasarkan gambaran perkembangan dan outlook kondisi
perekonomian global dan domestik, Pemerintah menyadari bahwa
beberapa asumsi dasar yang telah ditetapkan dalam APBN 2014 perlu
disesuaikan. Penyesuaian asumsi tersebut dimaksudkan agar usulan
perubahan APBN tahun 2014 lebih dapat sesuai dengan realita yang
terjadi dan menghindari tekanan-tekanan yang dapat mengganggu
pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Secara ringkas dalam APBNP tahun 2014, asumsi dasar
ekonomi makro yang digunakan sebagai basis perhitungan postur
APBN adalah sebagai berikut:
1) Asumsi pertumbuhan ekonomi dari 6 persen menjadi 5,5%
persen.
2) Asumsi inflasi yang sebelumnya 5,5 persen pun diubah menjadi
5,3-7,3 persen.
3) Asumsi suku bunga 5,5 persen ditambah menjadi 5,5-6 persen.
4) Asumsi nilai tukar rupiah sebesar 10.500-11.700 diubah menjadi
11.000-11.700.
5) Asumsi lifting dari 870.000 bph barel per hari (bph) menjadi
818.000 barel per hari (bph)
6) Lifting gas bumi direvisi dari asumsi awal 1.240 barel setara
minyak per hari, menjadi 1.224 barel setara minyak per hari.
Asumsi diatas ditetapkan bersama antara pemerintah dengan
DPR dengan pertimbangan agar tidak ada risiko defisit anggaran yang
mencapai 4,69% atau sekitar Rp472 triliun dari sebelumnya 1,7%.
Dari sisi belanja negara, pelaksanaan APBN 2014 mengalami
tantangan yang berat, terutama akibat meningkatnya beban subsidi
sebagai akibat langsung dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS. Tekanan subsidi tersebut juga dilatarbelakangi realisasi
lifting pada kuartal I-2014 yang meleset dari asumsi APBN 2014.
Selain mengubah asumsi ekonomi makro, pemerintah juga
merombak skema belanja negara, akibat perlambatan
ekonomi. Target penerimaan pajak, dari 1.280,4 triliun menjadi Rp
1.232,1 triliun. Namun, belanja subsidi energi justru diperbesar.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-10
Subsidi bahan bakar minyak bertambah Rp 65 triliun menjadi Rp 285
triliun. Sedangkan subsidi listrik, naik Rp 35,7 triliun, menjadi Rp
107 triliun. Pembengkakan ini disebabkan deviasi kurs rupiah yang
cukup besar, dari Rp 10.500 per dollar AS, menjadi Rp 11.700 per
dollar AS.
Perubahan asumsi ekonomi makro ini dilakukan guna menjaga
defisit APBN di level 2,5 persen. Efek pertumbuhan akan mengarah
pada penerimaan pajak menurun secara signifikan, dan harga
komoditas seperti barang tambang juga mengalami penurunan.
Kenaikan nilai tukar Rp 100 akan membuat beban defisit meningkat
Rp 3 hingga Rp 4 triliun, berarti tambahan beban defisit jadi Rp 48
triliun. Beban subsidi BBM akan meningkat dari Rp147 triliun jadi
Rp195 triliun.
Asumsi dasar ekonomi makro nasional pada APBN-P 2014
disajikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional Tahun 2012 – 2014
No Uraian 2013 2014
APBNP Realisasi APBN APBNP
1. Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy )
6,3 5,78 6 5,5%
2. Inflasi (%, yoy ) 7 ,2 8,38 5,5 5,3-7,3
3. Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan (%)
5 ,0 4,5 5,5 5,5-6
4. Nilai Tukar (Rp/US$) 9.600 10.460 10.500-11.700
11.000-11.700
5. Harga Minyak mentah Indonesia (US$/barel)
108,0 105,84 105,7 105
6. Lifting Minyak (Ribu barel per hari)
840,0 825,0 870 818
7. Lifting Gas (Ribu Barel setara minyak per hari)
1 .240,0 1.213,0 1.240 1.224
Sumber : Kementerian Keuangan
2. Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Barat
Dengan memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian
daerah, nasional maupun global beberapa tahun sebelumnya serta
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-11
proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional, dan internasional,
secara makro pada tahun 2013-2014 prospek pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup
stabil meskipun dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan
perekonomian global yang penuh ketidakpastian. Dengan
memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi
Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut
Tabel 2.3.
Proyeksi Beberapa Indikator Makro Ekonomi
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2015
Krisis ekonomi di Amerika dan Eropa diperkirakan akan
berpengaruh terhadap perekonomian Jawa Barat sehingga Jawa
Barat harus mengantisipasi dan menyiapkan diri terhadap berbagai
dampak dari krisis tersebut. Perlambatan laju pertumbuhan ekspor
diprediksikan akan terjadi pada perekonomian nasional dan cukup
berimbas pada perekonomian Jawa Barat, mengingat Provinsi Jawa
Barat merupakan provinsi yang paling dominan dalam melakukan
kegiatan ekspor. Kawasan Eropa dan Amerika merupakan pasar
utama ekspor produkproduk Jawa Barat, menurunnya daya beli
masyarakat Eropa dan Amerika secara otomatis menurunkan
permintaan ekspor mereka, sehingga dapat menyebabkan
perlambatan laju pertumbuhan ekspor produk-produk Jawa Barat.
Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian
global diatas, maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
diprediksikan akan tumbuh pada kisaran sebesar 6,8 – 7,2% pada
tahun 2014 dan dengan inflasi berada pada kisaran 4,5-5%. Hal ini
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-12
diasumsikan apabila kondisi pemulihan ekonomi global
menunjukkan tanda-tanda positif dan akselerasi pemulihan dapat
dipercepat.
Untuk mewujudkan laju pertumbuhan ekonomi tersebut, maka:
Kinerja sektor-sektor unggulan yang menjadi penggerak utama
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat harus dapat dipertahankan
didorong untuk lebih produktif. Pertumbuhan investasi dan
perdagangan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren
pertumbuhan naik, disamping tren penurunan laju inflasi dan suku
bunga yang dapat memicu laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
harus bisa dipertahankan.
Jawa Barat harus mampu memanfaatkan momentum
beralihnya fokus investor ke negara-negara Asia dan dapat menyerap
aliran modal menyusul krisis yang melanda kawasan Eropa dan
Amerika. Beberapa kawasan dengan daya dukung infrastruktur yang
memadai masih akan menjadi tujuan utama arus modal. Serapan
investasi ke Provinsi Jawa Barat berpeluang lebih besar jika daya
dukung infrastruktur diperkuat. Intensitas implementasi tematik
sektoral dan kewilayahan harus ditingkatkan. Pengawalan
pengelolaan perkembangan tiga metropolitan dan dua pusat
pertumbuhan. Meningkatkan kualitas komunikasi dengan
kabupaten/kota untuk efektivitas pelaksanaan kegiatan
pembangunan ekonomi.
Prediksi pertumbuhan ekonomi makro Provinsi Jawa Barat
yang mencapai lebih dari 6% bukan merupakan suatu hal yang
mustahil apabila potensi-potensi yang dimiliki Jawa Barat dapat
dioptimalkan dan disertai dengan tata kelola ekonomi yang baik,
untuk mempercepat pembangunan dan pengurangan pengangguran
dan kemiskinan. Pencapaian ke arah prediksi ekonomi makro yang
optimis, tentunya menjadi tantangan ke depan yang harus disikapi
oleh pemerintah daerah dengan cara melakukan terobosan-
terobosan/inovasi-inovasi dalam perencanaan pembangunan daerah,
misalnya dengan cara pendekatan pembangunan industri wilayah
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-13
untuk mencapai daya saing daerah melalui pencapaian skala
ekonomis.
Bila dilihat dari kontribusinya, perekonomian Jawa Barat masih
ditopang oleh sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran (PHR). Pada tahun 2014, Sektor Industri
Pengolahan diprediksikan akan memiliki kontribusi sekitar 39,71%
pada tahun 2014. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran diprediksikan akan menyumbang sekitar 24,69% pada
tahun 2014 dalam pembentukan PDRB secara keseluruhan. Sektor
pertanian diperkirakan akan masih tetap dapat memberikan
kontribusi di atas 10% sebagai dampak dari beroperasinya Waduk
Jatigede pada awal tahun 2014.
Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan
secara gradual akan menurun. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan
di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada kisaran 5% – 9%.
Sejalan dengan tingkat kemiskinan, Tingkat Penganguran Terbuka
(TPT) juga akan memiliki kecenderungan trend yang menurun. Pada
tahun 2014 tingkat Pengangguran Terbuka akan berada pada 9% -
10%.
Untuk menjamin agar proyeksi tersebut dapat terealisasi,
tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah Jawa Barat
adalah menjamin terciptanya kesempatan kerja yang signifikan,
terutama untuk sektor-sektor yang bersifat padat karya, mendorong
program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat (terutama di
perdesaan) yang efektif, memperbaiki program-program pengentasan
kemiskinan diantaranya memperbaiki program perlindungan sosial,
meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar (seperti akses
terhadap pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi dan sebaginya)
serta upaya penciptaan program pembangunan yang inklusif, yang
diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan
sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat.
Tantangan lain dari perekonomian Jawa Barat ke depan selain
kondisi pemulihan ekonomi global yang penuh ketidakpastian adalah
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-14
permasalahan yang terkait dengan isu perubahan iklim (climate
change). Isu ini akan sangat terkait erat dengan permasalahan
ketahanan pangan. Kecenderungan meningkatnya harga komoditas
pangan dunia sejak tahun 2000-an, mengindikasikan bahwa dampak
perubahan iklim sudah mulai terasa, dan secara tidak langsung
dapat mempengaruhi skenario pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Namun target beroperasinya Waduk Jatigede awal tahun 2014
memberikan harapan adanya peningkatan produksi sektor pertanian
secara signifikan sehingga diproyeksikan sektor tersebut dapat tetap
tumbuh sesuai kapasitasnya.
Selain tantangan tersebut di atas ada beberapa tantangan lain
yang terkait dengan perekonomian Jawa Barat ke depan antara lain:
1. Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar
kabupaten/kota di Jawa Barat.
2. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada
kecenderungan menurun tetapi pada beberapa tahun kedepan
diperkirakan masih relatif besar, sehingga program pengentasan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja harus masih menjadi
prioritas
3. Target Indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2013
sebesar 64,83dengan PPP sebesar Rp 640.550, perlu adanya
upaya‐upaya yang kongkrit untuk mencapai target tersebut.
4. Dengan tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit,
dikawatirkan produksi pangan Jawa Barat akan mengalami
penurunan pada beberapa tahun ke depan. Perlu adanya upaya
peningkatan produksi pangan melalui perbaikan sistem
perbenihan, intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitasi
sarana produksi.
5. Kelangkaan energi pada beberapa tahun mendatang diperkirakan
akan semakin terasa, sehingga untuk antisipasinya perlu ada
upaya peningkatan eksplorasi dan pengembangan sumber energi
alternatif.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-15
6. Terjadi penurunan daya saing beberapa produk andalan Jawa
Barat di pasar Global seperti tekstil dan lain-lain, perlu ada
upaya-upaya peningkatan daya saing produk Jawa Barat.
7. Dibidang teknologi, peran Perguruan Tinggi dan lembaga
Penelitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk
pembangunan masih relatif rendah, sehingga perlu adanya upaya
peningkatan peran Perguruan Tinggi dan lembaga Penelitian dan
Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan
Jawa Barat.
8. Tuntutan upah minimum kerja semakin mencuat di beberapa
daerah industri.
9. Penciptaan keterkaitan industri pengolahan dengan sumberdaya
lokal.
10. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan perdesaan.
3. Kondisi Perekonomian Kota Bekasi
Kondisi ekonomi global, selain berpengaruh terhadap ekonomi
nasional dan regional juga akan berpengaruh terhadap kondisi
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi bekasi diperkirakan cenderung
melambat. Hal tersebut diakibatkan masih defisitnya neraca
transaksi berjalan, sehingga mengakibatkan investor akan ragu
menanamkan modalnya di Kota Bekasi. Peningkatan investasi,
kemungkinan masih akan didominasi oleh Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), utamanya pertumbuhan dari investasi usaha skala
kecil dan menengah.
Berdasarkan berita resmi statistik BPS Kota Bekasi, pada Juni
2014 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,47 persen dengan Indeks
Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,67. Tingkat inflasi tahun kalender
Juni 2014 Kota Bekasi sebesar 1,43 persen dan tingkat inflasi tahun
ke tahun (Juni 2014 terhadap Juni 2013) sebesar 5,68 persen. Inflasi
di Kota Bekasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks di 5 kelompok pengeluaran, yaitu:
kelompok bahan makanan 1,88 persen; kelompok makanan jadi,
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-16
minuman, rokok, dan tembakau 0,10 persen; kelompok perumahan,
air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,18 persen; kelompok sandang
0,47 persen; kelompok kesehatan 0,07 persen; dan kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,01 persen. Kelompok
Bahan Makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,88 persen.
Adapun sub kelompok yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi
adalah sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 6,32 persen; diikuti
sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 3,42 persen; dan
sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 2,66 persen.
4. PERUBAHAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Sesuai hasil evaluasi pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2014
sampai dengan bulan Juni 2014 serta memperhatikan sinkronisasi
kebijakan belanja dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi,
maka kebijakan pendapatan dan belanja pada perubahan APBD Kota
Bekasi Tahun Anggaran 2014 diarahkan sebagai berikut:
1. Pendapatan Daerah
a. Penyesuaian Pendapatan Asli Daerah dengan
mempertimbangkan:
1) Perkiraan berdasarkan potensi yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
2) Realisasi Pendapatan Asli Daerah sampai dengan semester I
tahun 2014;
3) Penyesuaian pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa
layanan, hibah, hasil kerjasama dengan pihak ketiga, APBN,
dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
b. Penyesuaian Dana Perimbangan, terkait Dana Bagi Hasil Pajak/
Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam dari Pemerintah Pusat dengan
berpedoman pada :
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-17
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.07/2014 tentang
Alokasi Kurang Bayar Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan
Tahun Anggaran 2006 sampai dengan Tahun Anggaran 2012;
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.07/2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
202/PMK.07/2013 tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Pajak
Tahun Anggaran 2014;
3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.07/2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
1/PMK.07/2014 tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam Kehutanan Tahun Anggaran 2014;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.07/2014 tentang
Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun Anggaran
2014;
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.07/2014 tentang
Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Panas Bumi Tahun Anggaran 2014;
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2014 tentang
Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2014;
7) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.07/2014 tentang
Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Perikanan Tahun Anggaran 2014;
8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.07/2014 tentang
Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Umum Tahun 2008 sampai dengan Tahun
Anggaran 2012;
9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.07/2014 tentang
Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2012.
c. Penyesuaian Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, meliputi:
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-18
a. Penyesuaian Dana Tambahan Penghasilan dan Tunjangan
Profesi Guru PNSD berdasarkan :
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.07/2014
tentang Pedoman Umum Dana Alokasi Tunjangan Profesi
Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2014;
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.07/2014
tentang Pedoman Umum Dana Alokasi Tambahan
Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran
2014.
3) Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 948
Tahun 2014 Tentang Pemberian Hibah, Bantuan Sosial dan
Bantuan Keuangan dalam Bentuk Uang kepada individu,
Keluarga, Masyarakat, Kelompok Masyarakat, Organisasi
Kemasyarakatan, Pemerintah Daerah Lain dan Pemerintah.
2. Belanja Daerah
a. Belanja Tidak Langsung
1) Belanja Pegawai
a) Gaji PNS dihitung dengan mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang
Perubahan ketiga belas Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS,
dengan berdasar pada realisasi pembayaran gaji
sampai bulan Juni 2014;
b) Pemberian tambahan penghasilan bagi guru
PNSD/CPNSD yang belum bersertifikasi dan
tunjangan profesi guru disesuaikan dengan
kebijakan pemerintah pusat;
c) Pemberian insentif atas pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah berpedoman pada Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-19
2) Belanja Bunga
Belanja bunga memperhitungkan kembali kewajiban-
kewajiban yang memasuki masa jatuh tempo
pembayaran sampai akhir tahun 2014.
3) Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan :
a) Pemberian hibah dan bantuan sosial berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial beserta perubahannya;
b) Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Pendidikan yang diterima Panitia Pembangunan
Sekolah (P2S) dialokasikan pada belanja hibah
sesuai pedoman pelaksanaan DAK dari Pemerintah
Pusat.
4) Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga dianggarkan untuk mendanai
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang yang tidak diperkirakan
sebelumnya, seperti bencana alam, bencana sosial
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya.
b. Belanja Langsung
1) Penyesuaian alokasi belanja Program/kegiatan yang
bersumber pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi
Jawa Barat;
2) Penyesuaian sasaran dan target indikator kinerja
kegiatan Program/kegiatan memperhatikan hasil
evaluasi pelaksanaannya sampai dengan triwulan II dan
dinamika permasalahan yang timbul di masyarakat.
3) Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Pendidikan diutamakan untuk peningkatan mutu
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-20
pendidikan sesuai pedoman pelaksanaan DAK dari
Pemerintah Pusat;
4) Penggunaan alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBHCHT) sesuai dengan peraturan
perundang – undangan;
5) Belanja pegawai
a) Pemberian honorarium bagi pegawai dalam rangka
pelaksanaan program dan kegiatan dibatasi dengan
mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan,
kewajaran, dan kinerja serta pemerataan penerimaan
penghasilan, yang besarnya mengacu pada
standarisasi satuan harga tahun 2014.
6) Belanja Barang dan Jasa
a) Kebutuhan tambahan tenaga kerja dalam rangka
mendukung kinerja program dan kegiatannya
dilaksanakan secara outsourcing dan dikriteriakan
sebagai jasa dari pihak ketiga dialokasikan pada
belanja barang dan jasa, serta penyesuaian
upah/honor mengacu pada Standar Satuan Harga
Tahun Anggaran 2014.
b) Belanja barang dan jasa di setiap SKPD digunakan
untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa
yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas)
bulan tidak menambah nilai aset/modal, termasuk
belanja pemeliharaan.
c) Dalam perubahan APBD, anggaran belanja barang
habis pakai disesuaikan dengan kebutuhan riil dan
dikurangi dengan sisa barang persediaan sampai
dengan bulan Juni Tahun 2014.
d) Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, baik
perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan
dinas luar negeri dilakukan secara selektif melalui
pengendalian frekuensi dan jumlah hari dengan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-21
menerapkan prinsip kebutuhan dan ketercukupan
nyata (at cost) berpedoman pada Standarisasi Satuan
Harga Pemerintah Kota Bekasi Tahun 2014.
e) Penganggaran belanja pemeliharaan aset barang,
infrastruktur, kontruksi pada belanja barang dan
jasa
f) Penganggaran belanja modal yang akan diserahkan
kepemilikannya kepada pihak ketiga/masyarakat
pada tahun anggaran berkenaan, dialokasikan pada
belanja barang dan jasa.
g) Penyesuaian harga BBM bagi kendaraan dinas
dengan kebijakan pemerintah.
7) Belanja Modal
1) Jumlah alokasi belanja modal diupayakan sekurang-
kurangnya 30% dari belanja daerah.
2) Belanja modal digunakan untuk menganggarkan
pengadaan aset tetap berwujud, yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan menambah
nilai aset/modal.
3) Penganggaran perubahan belanja modal memperhatikan
skala prioritas kebutuhan dan jadwal waktu proses
pengadaan beserta pelaksanaannya.
4) Pengadaan kendaraan dinas sebagai pendukung mobilitas
kerja bagi SKPD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan
tugas kedinasan sekaligus sebagai pengganti kendaraan
dinas yang dihapus.
3. Pembiayaan Daerah
1. Penerimaan Pembiayaan berasal dari Sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu (SiLPA) Tahun 2013 berdasarkan hasil
audit BPK atas Laporan Keuangan APBD Tahun Anggaran
2013.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 II-22
2. Pengeluaran Pembiayaan diarahkan pada penyelesaian
pembayaran hutang daerah dan penyertaan modal pada
perusahaan milik daerah.
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 III-1
BAB III
PENUTUP
Kebijakan Umum Perubahan APBD Kota Bekasi Tahun 2014
merupakan pedoman pelaksanaan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014
yang berisi ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh Pemerintah
Kota Bekasi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi.
Kebijakan Umum APBD berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan
Rancangan Perubahan APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014, yang
merupakan panduan untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
menyusun dan melaksanakan program dan kegiatannya
Sesuai dengan amanat pasal 105 ayat 3c Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
59 Tahun 2007 juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembahasan KUA
dan PPAS diharapkan dapat berlangsung sesuai dengan jadwal waktu
perencanaan yang telah ditentukan sehingga tidak menyebabkan
mundurnya proses penyusunan, penyampaian dan pembahasan RP-APBD
Tahun 2014.
Demikianlah Kebijakan Umum Perubahan APBD Kota Bekasi Tahun
2014 ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan dan RP-APBD Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2014.
Semoga Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa meridhoi setiap ikhtiar
yang dilakukan dalam rangka membangun dan mensejahterakan
masyarakat Kota Bekasi sesuai dengan visi Kota Bekasi yang “Maju,
Sejahtera, dan Ihsan”. Amiiin yaa Robbal „alamiin..
Bekasi, Oktober 2014
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KOTA BEKASI
DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI
NOMOR : 579.A Tahun 2014
04 Tahun 2014
TANGGAL : 29 Oktober 2014
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI
TAHUN ANGGARAN 2014
PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI 2014
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA PEMERINTAH KOTA BEKASI
DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI
NOMOR : 579.A Tahun 2014
04 Tahun 2014 TANGGAL : 29 Oktober 2014
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2014
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : DR.H. RAHMAT EFFENDI
Jabatan : Walikota Bekasi
Alamat Kantor : Jl. A. Yani No. 1 Bekasi
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Bekasi
2. a. Nama : TUMAI,SEH.ANDI ZABIDI,SE
Jabatan : Ketua DPRD Kota Bekasi
Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi
b. Nama : H.EDI, S.Sosd
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi
Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi
c. Nama : Drs. HERI KOSWARA
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi
Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi
d. Nama : MUHAMMAD DIAN, SH
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi
Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi
sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kota Bekasi.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) diperlukan Kebijakan Umum Perubahan-APBD
yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk selanjutnya
dijadikan sebagai dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2014.
Berdasarkan hal tersebut, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum Perubahan APBD
yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RP-APBD) Tahun Anggaran 2014, kebijakan pendapatan,
belanja dan pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara Perubahan dan Perubahan APBD TA 2014.
Secara lengkap Kebijakan Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 disusun dalam
Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini.
Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS Perubahan) Tahun Anggaran 2014.
WALIKOTA BEKASI Selaku,
PIHAK PERTAMA
DR.H. RAHMAT EFFENDI
PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA BEKASI Selaku,
PIHAK KEDUA
TUMAI, SE KETUA
H.EDI, S.Sos WAKIL KETUA
Drs.HERI KOWARA WAKIL KETUA
MUHAMMAD DIAN,SE WAKIL KETUA