Daftar Isi -...

40
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1 Daftar Isi Dari Redaksi Produksi rumput laut Indonesia dari tahun 2007 hingga 2014 terus mengalami peningkatan signifikan dengan kenaikan rata-rata sebesar 28,7% per tahun. Kinerja perdagangan luar negeri rumput laut dan produk olahannya selama 5 tahun terakhir (2010-2014) juga menunjukkan kinerja yang positif dan selalu mengalami surplus neraca perdagangan baik untuk rumput laut dalam bentuk raw material maupun produk olahan dengan tren pertumbuhan surplus perdagangan sebesar 16% per tahun. Berita Pendek Perdagangan Serba - Serbi Statistik Perdagangan Pusdatin Halaman 29 Halaman 34 Halaman 38 Hal. 2 Hal. 14 Hal. 17 Hal. 9 Rumput Laut Berpotensi Tingkatkan Ekspor Metrologi merupakan instrumen utama dalam penilaian kesesuaian produk diantaranya pengujian, inspeksi, dan sertifikasi produk. Produk yang telah mendapatkan penilaian kesesuaian akan terjamin standar kualitas, kesehatan dan keamanannya sehingga bisa diterima oleh pasar, baik pasar domestik maupun ekspor. Mengenal Metrologi Lebih Dekat Potensi peningkatan ekspor Makanan dan Minuman (Mamin) Olahan Indonesia ke India sangat besar karena besarnya populasi India dan gaya hidup masyarakatnya yang sering mengadakan pesta. Beberapa produk Indonesia yang memiliki potensi ekspor yang tinggi ke India antara lain air mineral serta gula dan kembang gula karena nilai dan pangsa impor India yang masih besar. Menyikapi Segmentasi Pasar Gula Segmentasi pasar antara pasar Gula Kristal Putih (GKP) dengan pasar Gula Kristal Rafinasi (GKR) yang diamanatkan oleh Kepmenperindag No. 527/2004 ternyata kurang efektif. Solusi paling logis adalah, untuk jangka pendek, meningkatkan efektivitas segmentasi pasar GKP dan GKR. Sementara untuk jangka panjang, segmentasi pasar harus dihapuskan. Hal. 22 Alas Kaki, Komoditas Unggulan Ekspor Sektor alas kaki merupakan salah satu sektor industri pengolahan yang dapat menjadi andalan karena memiliki potensi pasar yang besar. Pangsa ekspor alas kaki Indonesia terhadap ekspor non migas Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat dengan tren pertumbuhan sebesar 10,4% per tahun. Dengan demikian, alas kaki merupakan salah satu produk unggulan yang berpotensi meningkatkan ekspor. Melirik India sebagai Pasar Potensial Ekspor Mamin Olahan Membangun Sistem Logistik Bawang Merah Hal. 25 Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan strategis. Kegunaan bawang merah tidak dapat digantikan dengan bahan lain (non-complementer). Sistem logistik diperlukan untuk menjamin ketersediaan bawang merah untuk masyarakat sepanjang tahun, tanpa dipengaruhi oleh musim dengan harga yang wajar dan terjangkau.

Transcript of Daftar Isi -...

Page 1: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1PB WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Daftar IsiDari Redaksi

Produksi rumput laut Indonesia dari tahun 2007 hingga 2014 terus mengalami peningkatan signifikan dengan kenaikan rata-rata sebesar 28,7% per tahun. Kinerja perdagangan luar negeri rumput laut dan produk olahannya selama 5 tahun terakhir (2010-2014) juga menunjukkan kinerja yang positif dan selalu mengalami surplus neraca perdagangan baik untuk rumput laut dalam bentuk raw material maupun produk olahan dengan tren pertumbuhan surplus perdagangan sebesar 16% per tahun.

Berita Pendek Perdagangan

Serba - Serbi

Statistik Perdagangan Pusdatin

Halaman 29

Halaman 34

Halaman 38

Hal. 2

Hal. 14

Hal. 17

Hal. 9

Rumput Laut Berpotensi

Tingkatkan Ekspor

Metrologi merupakan instrumen utama dalam penilaian kesesuaian produk diantaranya pengujian, inspeksi, dan sertifikasi produk. Produk yang telah mendapatkan penilaian kesesuaian akan terjamin standar kualitas, kesehatan dan keamanannya sehingga bisa diterima oleh pasar, baik pasar domestik maupun ekspor.

Mengenal Metrologi Lebih Dekat

Potensi peningkatan ekspor Makanan dan Minuman (Mamin) Olahan Indonesia ke India sangat besar karena besarnya populasi India dan gaya hidup masyarakatnya yang sering mengadakan pesta. Beberapa produk Indonesia yang memiliki potensi ekspor yang tinggi ke India antara lain air mineral serta gula dan kembang gula karena nilai dan pangsa impor India yang masih besar.

Menyikapi Segmentasi Pasar Gula

Segmentasi pasar antara pasar Gula Kristal Putih (GKP) dengan pasar Gula Kristal Rafinasi (GKR) yang diamanatkan oleh Kepmenperindag No. 527/2004 ternyata kurang efektif. Solusi paling logis adalah, untuk jangka pendek, meningkatkan efektivitas segmentasi pasar GKP dan GKR. Sementara untuk jangka panjang, segmentasi pasar harus dihapuskan.

Hal. 22

Alas Kaki, Komoditas Unggulan Ekspor

Sektor alas kaki merupakan salah satu sektor industri pengolahan yang dapat menjadi andalan karena memiliki potensi pasar yang besar. Pangsa ekspor alas kaki Indonesia terhadap ekspor non migas Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat dengan tren pertumbuhan sebesar 10,4% per tahun. Dengan demikian, alas kaki merupakan salah satu produk unggulan yang berpotensi meningkatkan ekspor.

Melirik India sebagai Pasar Potensial Ekspor Mamin Olahan

Membangun Sistem Logistik Bawang Merah Hal. 25

Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan strategis. Kegunaan bawang merah tidak dapat digantikan dengan bahan lain (non-complementer). Sistem logistik diperlukan untuk menjamin ketersediaan bawang merah untuk masyarakat sepanjang tahun, tanpa dipengaruhi oleh musim dengan harga yang wajar dan terjangkau.

Page 2: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 32 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

ISU PERDAGANGAN

Rumput Laut Berpotensi Tingkatkan Ekspor

Naufa Muna dan Septika Tri Ardiyanti

Ungkapan “Gemah Ripah Loh Jinawi” yang berarti bumi

pertiwi dengan kekayaan alam yang melimpah merupakan satu

ungkapan yang pas untuk menggambarkan keadaan alam

Indonesia. Dua per tiga wilayah Indonesia merupakan wilayah laut

sehingga tidak heran jika Indonesia juga mendapatkan julukan

sebagai “negara maritim”. Luasnya laut Indonesia menyimpan

potensi ekonomi yang luar biasa yang dapat dikembangkan untuk

kesejahteraan masyarakat. Salah satu komoditas sumber daya

laut yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi adalah rumput laut.

Sebagai negara kepulauan yang mempunyai lebih dari

17 ribu pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81

ribu Km, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi

pengembangan dan budidaya komoditas rumput laut. Memiliki

kondisi alam yang baik dan cocok untuk pengembangan rumput

laut menjadikan rumput laut Indonesia memiliki kualitas yang

baik sehingga permintaan dunia akan rumput laut Indonesia,

dalam bentuk bahan baku maupun produk olahan terus

meningkat (Ditjen PEN, 2013).

Indonesia merupakan produsen rumput laut dunia setelah

Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Tahun 2012, produksi rumput

laut Indonesia mencapai 6,5 juta ton (pangsa: 27,4% dari total

produksi dunia), sementara RRT memproduksi rumput laut

sebesar 12,8 juta ton dengan pangsa 54% dari total produksi

rumput laut dunia (Tabel 1).

Tabel 1. Produsen Rumput Laut Dunia

Sumber: FAO (2014)

Page 3: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 32 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Produksi rumput laut Indonesia dari tahun 2007 hingga 2014

terus mengalami peningkatan signifikan dengan kenaikan rata-rata

sebesar 28,7% per tahun. Pada tahun 2007, produksi rumput

laut Indonesia dalam bentuk basah hanya mencapai 1,7 juta ton

dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 10,2 juta ton atau naik

490,11% selama 7 tahun (Gambar 1) (KKP, 2015). Sedangkan

rata-rata produktivitas rumput laut kering di Indonesia sebesar

1,14 ton/km (Valderrama, 2013). Angka ini merupakan angka

terendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas negara

penghasil lainnya di dunia. Potensi budidaya rumput laut tersebar

di seluruh propinsi di Indonesia, diantaranya propinsi Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara yang merupakan

propinsi-propinsi terbesar penghasil rumput laut di Indonesia. Dari

total produksi rumput laut nasional di tahun 2012, sebanyak 88,1%

merupakan rumput laut jenis E. Cottoni dan 11,9% merupakan

jenis Gracilaria. Kedua jenis rumput laut tersebut merupakan jenis

rumput laut yang banyak dibudidayakan dan sudah dikembangkan

secara komersial di Indonesia (KKP, 2014).

Kinerja Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut dan Produk

Olahannya

Kinerja perdagangan luar negeri rumput laut dan produk

olahannya selama 5 tahun terakhir (2010-2014), menunjukkan

kinerja yang positif dan selalu mengalami surplus neraca

perdagangan baik untuk rumput laut dalam bentuk raw material

maupun produk olahan dengan tren pertumbuhan surplus

perdagangan sebesar 16% per tahun. Selama Januari-Maret 2015,

surplus rumput laut dan produk olahannya mencapai USD 53,1 juta

yang terdiri produk olahan sebesar USD 10,8 juta dan bentuk

bahan baku sebesar USD 42,3 juta (Tabel 2).

Gambar 1. Produksi Rumput Laut Nasional,

2007-2014.Sumber: KKP (2015)

Tabel 2. Neraca Perdagangan Rumput Laut dan Produk Olahannya (USD Juta)

Sumber: BPS (2015), diolah

Page 4: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 54 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Ekspor rumput laut dan produk olahannya selama periode 2010-

2014 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 12,7% per tahun. Tahun 2014, ekspor rumput laut dan

produk olahannya mencapai USD 505,8 juta, yang terdiri dari ekspor

produk olahan sebesar USD 53,3 juta dan rumput laut dalam bentuk

raw material sebesar USD 226,2 juta. Ekspor rumput laut dan produk

olahannya tahun 2014 didominasi oleh ekspor dalam bentuk raw

material dengan pangsa sebesar 80,9%, sementara produk olahan

hanya memberikan kontribusi sebesar 19,1%.

Selama kuartal I 2015, ekspor rumput laut dan produk olahan

mengalami penurunan sebesar 13,6% (Year on Year/YoY). Hampir

keseluruhan Harmonized System (HS) yang tergabung dalam

kelompok rumput laut dan produk olahannya mengalami penurunan

selama kuartal I 2015 kecuali HS: 1212.20.90.00 (Rumput laut dan

ganggang lainnya dari jenis yang digunakan untuk konsumsi manusia

selain HS: 1212202000) yang tetap meningkat sebesar 6,5%. Lebih

lanjut, HS yang mengalami penurunan yang sangat signifikan selama

periode tersebut berasal dari kelompok raw material, yaitu komoditas

yang masuk ke dalam HS 1212201100, HS 1212201900 dan HS

1212202000 yang mengalami penurunan masing-masing sebesar

68,7% (YoY); 75,4% (YoY) dan 62,9% (YoY) (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai Ekspor Rumput Laut dan Produk Olahannya

Sumber: BPS (2015), diolah

Penurunan ekspor rumput laut selama kuartal I 2015 tersebut

disebabkan oleh turunnya harga beberapa jenis rumput laut.

Sebagai contoh, rumput laut jenis E. Cottoni turun dari harga

Rp 18.500/Kg menjadi Rp 14.000/Kg, sementara rumput laut jenis

Gracilaria dari harga Rp 10.000/Kg turun menjadi hanya Rp 8.000/Kg

(Republika Online, 2015). Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI)

menyatakan bahwa turunnya harga rumput laut disebabkan oleh

adanya wacana pemerintah untuk mengenakan Bea Keluar (BK)

atas ekspor rumput laut raw material. Wacana pengenaan BK atas

rumput laut tersebut tentu memberikan tekanan bagi petani karena

pasar untuk menjual rumput laut menjadi dibatasi, yang dulunya

untuk pasar luar negeri dan domestik menjadi hanya untuk pasar

domestik. Di samping itu, wacana tersebut tentu menyebabkan

ketakutan dan spekulasi bagi para petani, daripada barang-barang

tersebut tidak laku terjual sehingga dapat menyebabkan adanya

oversupply di dalam negeri maka lebih baik dijual dengan harga

yang lebih murah. Adanya penurunan harga selama kuartal I 2015

tersebut terlihat dari eskpor rumput laut (raw material) yang secara

volume meningkat sebesar 3,9% (YoY) namun secara nilai justru

turun sebesar 14,2% (YoY) (Tabel 4).

Page 5: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 54 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Tabel 4. Volume Ekspor Rumput Laut dan Produk Olahannya

Sumber: BPS (2015), diolah

Ekspor produk olahan rumput laut Indonesia pada kuartal I

2015 ditujukan untuk pasar Jerman, Denmark, Amerika Serikat,

Jepang, dan Belanda yang masing-masing ekspornya mencapai

USD 1,9 juta; USD 1,7 juta; USD 1,7 juta; USD 1,3 juta dan

USD 1,1 juta. Ekspor produk olahan rumput laut ke negara Belanda

dan Australia meningkat sangat tajam selama Januari-Maret 2015,

peningkatan ekspor ke kedua negara tersebut bahkan mencapai

5.922,9% (YoY) dan 11.545,7% (YoY) (Gambar 2). Sementara itu,

65,3% ekspor rumput laut raw material selama Januari-Maret 2015

ditujukan untuk pasar RRT. Pada periode yang sama, Filipina dan

Korea Selatan menduduki peringkat ke-2 dan ke-3 negara tujuan

ekspor rumput laut raw material Indonesia dengan pangsa masing-

masing sebesar 7,5% dan 6,7%.

Gambar 2. Ekspor Produk Olahan Rumput Laut Menurut Negara Tujuan.Sumber: BPS (2015), diolah

Page 6: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 76 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Gambar 3. Ekspor Produk Olahan Rumput Laut Menurut Negara Tujuan.Sumber: BPS (2015), diolah

Berbanding terbalik dengan kinerja ekspor, impor rumput laut

dan produk olahannya justru mengalami peningkatan selama

kuartal I 2015 sebesar 3,8% dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan impor tersebut

bersumber dari naiknya impor rumput laut jenis raw material

sebesar 665,5% (YoY), sementara impor produk olahan rumput

laut turun sebesar 54,7% (YoY). Pada kelompok produk olahan

rumput laut, impor agar-agar selama kuartal I 2015 meningkat

Tabel 5. Kinerja Impor Rumput Laut dan Produk Olahannya

Sumber: BPS (2015), diolah

signifikan sebesar 83,6% (YoY), sementara pada kelompok

rumput laut raw material peningkatan impor terjadi pada

jenis rumput laut yang digunakan untuk bahan baku pangan/

konsumsi manusia dengan peningkatan sebesar 63.642,7%

(YoY) (Tabel 5). Kinerja impor rumput laut nasional didominasi

oleh impor produk olahan rumput laut dengan pangsa sebesar

80,7% di tahun 2014, sementara 19,3% lainnya merupakan

rumput laut dalam bentuk raw material.

Page 7: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 76 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

RRT dan Filipina menjadi negara asal impor produk olahan

rumput laut Indonesia pada kuartal I 2015. Impor produk olahan

dari kedua negara tersebut masing-masing mencapai USD 0,4 juta

dan USD 0,2 juta. Impor produk olahan yang berasal dari Jerman,

Singapura dan Filipina mengalami peningkatan yang signifikan

Gambar 4. Ekspor Produk Olahan Rumput Laut Menurut Negara Tujuan.Sumber: BPS (2015), diolah

Target Ekspor Rumput Laut (raw material) dan produk olahannya

Salah satu amanat penting Kementerian Perdagangan

dalam mendukung visi dan misi pemerintahan yang baru adalah

“meningkatkan peran Indonesia dalam perdagangan internasional”

melalui peningkatan ekspor Indonesia terutama sektor non

migas. Kementerian Perdagangan menargetkan peningkatan

ekspor nonmigas dalam lima tahun pemerintahan Jokowi-JK.

Tabel 6. Target Ekspor Produk Rumput Laut dan Produk Olahannya Tahun 2019

Rumput laut dan produk olahannya termasuk ke dalam produk

yang diunggulkan untuk menopang pencapaian target tersebut

mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen rumput laut

terbesar dunia

Ekspor rumput laut raw material serta produk olahannya berupa

agar-agar dan karaginan masing-masing ditargetkan mencapai

USD 356,7 juta; USD 31,3 juta dan USD 48,6 juta (Tabel 6).

Sumber: BPS (2014) & Kemenko Bid. Perekonomian (2015)

Ket: *Target Ekspor 2019

selama periode tersebut (Gambar 4). Sementara itu, untuk impor

rumput laut dalam bentuk bahan baku di tahun 2014, sebagian

besar diimpor dari negara Korea Selatan dan Thailand dengan

pangsa masing-masing sebesar 67,3% dan 29,6% dengan nilai

mencapai USD 840,1 ribu dan USD 369,8 ribu.

Page 8: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 98 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai target

ekspor tersebut adalah dengan menggunakan strategi pendekatan

produk dengan melakukan hilirisasi industri. Dengan mengekspor

produk hilir maka harga ekspor akan jauh lebih tinggi, tidak lagi

bergantung pada harga internasional serta nilai tambah lebih

banyak dapat dinikmati di dalam negeri. Beberapa kebijakan

hilirisasi pemerintah yang berhasil mendorong peningkatan ekspor

produk bernilai tambah adalah Crude Palm Oil (CPO) dan kakao.

Terbukti setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut,

ekspor CPO dan kakao didominasi oleh produk turunan sehingga

mendongkrak ekspor dari sisi nilai. RRT hingga saat ini masih

menjadi eksportir utama produk olahan rumput laut dunia (pangsa

di tahun 2013: 36,7%), sementara Indonesia hanya menduduki

peringkat ke-7 dengan pangsa 4,1% dari total ekspor produk

olahan dunia berada di bawah Chili, Spanyol, Perancis, AS, dan

Jerman (UN COMTRADE, 2014).

Salah satu permasalahan utama yang dikeluhkan oleh para

pelaku usaha adalah sulitnya mendapatkan bahan baku industri

yang berkualitas hingga pada tahun 2014 yang lalu muncul usulan

wacana pengenaan BK ekspor rumput laut. Namun demikian,

pelaku usaha sektor hulu mengklaim bahwa produksi rumput

laut Indonesia melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Ketidakharmonisan dalam data produksi antara

sektor hulu dan hilir mengakibatkan kesulitan bagi pemerintah

untuk menentukan arah kebijakan pengembangan industri rumput

laut dalam negeri. Oleh karena itu, harmonisasi data antara sektor

hulu dan hilir serta kerjasama antara pemerintah dan pelaku usaha

sektor hulu dan hilir amatlah mutlak diperlukan untuk penyusunan

strategi pengembangan industri pengolahan rumput laut sehingga

target ekspor rumput laut dan produk olahannya sebesar USD

436,6 juta di tahun 2019 dapat tercapai.

Page 9: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 98 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Komoditas Unggulan

Septika Tri Ardiyanti

Alas kaki selama ini merupakan salah satu produk utama

dan menjadi unggulan ekspor Indonesia. Hal tersebut terlihat dari

cukup tingginya kontribusi sektor tesktil, barang kulit dan alas

kaki terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia meskipun

tren kontribusinya mengalami penurunan. Selama 2012 – 2014,

kontribusi sektor tesktil, barang kulit dan alas kaki terhadap PDB

berkisar 1,8% hingga 1,9% dengan tren penurunan sebesar 1,5%

per tahun (BPS, 2015). Selain itu, sektor alas kaki merupakan

salah satu sektor industri pengolahan yang dapat menjadi andalan

karena memiliki potensi pasar yang besar karena banyak negara di

dunia terutama negara maju telah beralih dari light industry menuju

ke high technology industry.

Selama periode 2009-2013, ekspor produk alas kaki dunia

mengalami pertumbuhan sebesar 12,8% per tahun seperti yang

ditunjukkan dalam Tabel 1. Tahun 2013, ekspor alas kaki dunia

mencapai USD 119,7 miliar, naik 10,6% Year on Year (YoY) yang

didominasi oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan pangsa

lebih dari 42%. Sementara Italia dan Vietnam merupakan negara

dengan ranking kedua dan ketiga dengan pangsa sebesar 9,8%

dan 7,3%. Vietnam merupakan eksportir alas kaki dunia yang

mengalami pertumbuhan signifikan selama lima tahun terakhir

sebesar 20,3% pertahun, sementara Indonesia menduduki

peringkat ke-6 di bawah Belgia dan Jerman dengan pangsa

sebesar 3,2%.

Tabel 1. Eksportir Alas kaki Dunia, 2009-2014*

Sumber: UN COMTRADE (2015), diolah*) Data 2014 belum tersedia untuk semua negara

Page 10: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1110 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Pada periode yang sama,seperti yang terlihat dalam Tabel 2,

impor alas kaki dunia juga mengalami pertumbuhan positif sebesar

8,1% per tahun. Amerika Serikat (AS), Jerman, Perancis, Inggris

dan Jepang merupakan negara importir utama produk alas kaki

dunia dengan pangsa impor masing-masing mencapai 22,3%;

7,9%; 6,1%; 5,5% dan 5,1% di tahun 2013. Korea Selatan dan

RRT merupakan negara yang memiliki pertumbuhan impor alas

kaki yang signifikan selama lima tahun terakhir, yaitu masing-masing

sebesar 21,5% per tahun dan 26,9% per tahun. Tingginya tren

pertumbuhan impor alas kaki Korea Selatan dan RRT menjadikan

kedua negara tersebut merupakan

pasar potensial untuk produk alas

kaki bagi para eksportir dan produsen

alas kaki dunia, termasuk Indonesia.

Meskipun impor alas kaki RRT tumbuh

signifikan, RRT memiliki industri alas kaki

yang sejenis dengan Indonesia, bahkan

dalam skala yang massive, sehingga

RRT justru akan menjadi kompetitor

utama bagi Indonesia dan bukan

sebagai pasar potensial.

Tabel 2. Importir Alas kaki Dunia, 2009-2014*

Sumber: UN COMTRADE (2015), diolah*)Data 2014 belum tersedia untuk semua negara

Kinerja Ekspor Produk Alas Kaki Indonesia

Pangsa ekspor alas kaki terhadap ekspor non migas Indonesia

selama 5 tahun terakhir terus meningkat dengan tren pertumbuhan

sebesar 10,4% per tahun. Pangsa ekspor alas kaki terhadap

ekspor non migas pada tahun 2014 sebesar 2,8%. Total ekspor

alas kaki Indonesia pada tahun 2014 mencapai USD 4.108,4 juta,

meningkat sebesar 6,4% (YoY). Tren pertumbuhan ekspornya

selama 2010-2014 juga menunjukkan angka yang positif yaitu

sebesar 12,2% per tahun. Peningkatan kinerja ekspor alas kaki

di tahun 2014 dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan

oleh meningkatnya ekspor jenis sepatu olahraga dan alas kaki

lainnya secara signifikan masing-masing sebesar 2,5% (YoY) dan

11,5% (YoY). Sementara itu, pada Januari 2015, ekspor alas kaki

mencapai USD 395,3 juta, naik 17,6% (YoY). Peningkatan ekspor

alas kaki di bulan Januari 2015 didukung oleh kinerja ekspor jenis

alas kaki lainnya yang meningkat signifikan sebesar 80,3% (YoY),

sementara sepatu olahraga mengalami penurunan sebesar

12,3% (YoY) (Tabel 3).

Ekspor alas kaki Indonesia pada tahun 2014 didominasi oleh

ekspor sepatu olahraga sebesar 54,3%, sementara ekspor sepatu

lainnya yang terdiri dari sepatu dengan luaran kulit, sepatu dengan

luaran karet dan plastik serta meterial tekstil dan lainnya memiliki

pangsa sebesar 45,7%. Di bulan Januari 2015, komposisi ekspor

alas kaki Indonesia hampir seimbang antara sepatu olahraga dan

alas kaki jenis lainnya dengan pangsa masing-masing sebesar

50,5% dan 49,5% (Gambar 1).

Page 11: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1110 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Gambar 1. Struktur Ekspor Alas Kaki Indonesia, 2013, 2014 dan 2015 (Januari).Sumber: BPS (2015), diolah

Hampir 30% dari keseluruhan ekspor alas kaki Indonesia di

tahun 2014 ditujukan untuk pasar AS dengan nilai ekspor sebesar

USD 1.120,52 juta, meningkat sebesar 8,5% (YoY). Pasar Belgia

dan Jerman menempati peringkat ke-2 dan ke-3 dengan pangsa

masing-masing sebesar 8,3% dan 6,4%. Negara tujuan ekspor

alas kaki yang mengalami tren peningkatan ekspor yang cukup

signifikan selama 2010-2014 adalah RRT dan Korea Selatan

dengan pertumbuhan rata-rata masing-masing sebesar 38,5%

dan 34,9%. (Tabel 4).

Tabel 4. Ekspor Alas Kaki Indonesia Menurut Negara Tujuan, 2010-2015 (Januari)

Tabel 5. Target Ekspor Produk Alas kaki Indonesia, 2015-2019

Sumber: BPS (2015), diolah

Target Ekspor Produk Alas Kaki Indonesia

Salah satu mandat Kementerian Perdagangan dalam

mendukung visi dan misi pemerintahan Jokowi-JK yang baru

untuk “meningkatkan peran Indonesia dalam perdagangan

internasional” adalah peningkatan ekspor Indonesia terutama

sektor non migas. Kementerian Perdagangan menargetkan

peningkatan ekspor non migas dalam lima tahun pemerintahan

Jokowi-JK. Alas kaki merupakan salah satu produk unggulan

yang berpotensi dalam meningkatkan ekspor hingga tahun 2019

mengingat tingginya tren pertumbuhan ekspornya selama 5 tahun

terakhir yang kian melejit. Ekspor alas kaki Indonesia ditargetkan

mencapai USD 8,7 miliar di tahun 2019, meningkat 111,2% atau

lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun (Tabel 5).

Page 12: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1312 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai target

ekspor produk alas kaki tersebut adalah strategi pendekatan

pasar dengan fokus utama pada negara-negara yang memiliki

permintaan impor dan tren pertumbuhan impor yang tinggi seperti

Korea Selatan, namun tetap menjaga kinerja ekspor ke pasar yang

telah menjadi tujuan utama ekspor produk alas kaki Indonesia.

Pasar Alas Kaki di Korea Selatan

Korea Selatan dapat dijadikan sebagai pasar potensial alas kaki

Indonesia dikarenakan selain tren pertumbuhan impornya yang

tinggi, dunia mode dan industri kreatif Korsel juga berkembang

sangat pesat sehingga menarik jumlah wisatawan yang datang.

Selain itu, Korea Selatan telah lama meninggalkan light industries

seperti industri alas kaki sehingga tentu dapat menjadi peluang

bagi Indonesia untuk masuk ke pasar tersebut.

Impor alas kaki Korea Selatan dari Indonesia selama lima tahun

terakhir menunjukkan pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar

42,1% per tahun. Berdasarkan data UN COMTRADE 2015,

pangsa Indonesia di pasar Korea Selatan di tahun 2013 sebesar

9,1%, menempati peringkat ke-3, masih tertinggal dari RRT yang

menempati peringkat ke-1 (pangsa: 55,1%) dan Vietnam yang

menempati peringkat ke-2 (pangsa: 18,6%).

Impor produk alas kaki di Korea Selatan masih dikenakan tarif

Bea Masuk (BM) yang relatif tinggi, yaitu antara 8% hingga 13%.

Produk alas kaki yang dikenakan tarif BM tertinggi sebesar 13%

antara lain produk alas kaki dengan kode Harmonized System

(HS) 6402 (alas kaki dengan sol luar berasal dari karet dan plastik),

HS 6403 (alas kaki dengan sol luar berasal dari karet, plastik, kulit

maupun komposisi kulit) dan HS 6404 (alas kaki dengan sol luar

berasal dari karet, plastik, kulit dan material tekstil). Namun demikian,

dengan adanya kesepakatan ASEAN-Korea Free Trade Area (AK-

FTA) yang ditandatangani pada tahun 2005 dapat memberikan

Tabel 6. Tarif Bea Masuk dan PPN Produk Alas kaki Korea Selatan

keuntungan bagi Indonesia. Adanya AK-FTA menyebabkan tarif BM

Korea Selatan yang dikenakan untuk produk alas kaki Indonesia

lebih rendah dibandingkan tarif Most Favored Nation (MFN) yaitu

berkisar 5% hingga 8% (Tabel 6).

Korea Selatan tidak menerapkan hambatan non tarif/Non

Tariff Measures (NTMs) untuk produk alas kaki dari Indonesia

sehingga pada dasarnya untuk ekspor produk alas kaki tidak

memerlukan izin yang terlampau rumit. Persyaratan dokumen

yang dibutuhkan untuk memasuki pasar Korea Selatan antara

lain (Korea Customs Service, 2015):

a. Persyaratan dokumen dasar yang diperlukan: Faktur (Invoice),

bill of landing, packing list, Surat keterangn Asal (the certificate

of origin);

b. Dokumen yang mengkonfirmasi kondisi dari barang impor

(hanya jika diperlukan): form deklarasi harga, inspeksi oleh

institusi terkait, karantina, persetujuan dan rekomendasi,

Dokumen yang disiapkan untuk kriteria impor tertentu:

Aplikasi untuk penurunan tarif, Aplikasi untuk tarif yang disetujui,

jaminan untuk pajak council, Kimberly process certificate and

certificate of proposed duty rate, dsb.

Dokumen yang disiapkan untuk kriteria tertentu: Sistem

pemantauan Bea Cukai disiapkan untuk pelaksanaan kewajiban

yang berkaitan dengan impor yang telah ditentukan atau diatur

oleh 34 undang-undang untuk mencapai tujuan kebijakan

nasional berupa perlindungan lingkungan, keselamatan dan

perlindungan kesehatan nasional.

Dengan demikian, dokumen yang dibutuhkan untuk ekspor

produk alas kaki ke Korea Selatan hanya berupa persyaratan

dokumen dasar yang terdapat pada poin a.

Dalam pencapaian target ekspor produk alas kaki seperti

pada Tabel 5 di atas tentu menghadapi beberapa tantangan dan

hambatan. Hai (2007) meneliti tentang beberapa hambatan ekspor

Sumber: WTO (2015) & Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional (2009)

Page 13: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1312 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

untuk industri alas kaki di Vietnam yang memiliki karakteristik hampir

sama dengan Indonesia. Tantangan tersebut terdiri dari dua aspek,

yaitu internal barriers dan external barriers. Internal barriers berkaitan

dengan sumber daya organisasi perusahaan dan kemampuan

perusahaan untuk memulai, mengembangkan dan mempertahankan

operasi bisnisnya di pasar global atau untuk melakukan ekspor,

sementara external barriers meliputi hal-hal atau lingkungan dimana

perusahaan tersebut beroperasi.

Dengan menggunakan konsep internal dan external export

barriers yang didefinisikan oleh Hai (2007) dan melihat kondisi

industri alas kaki Indonesia saat ini, maka hambatan dalam mencapai

target ekspor alas kaki tersebut antara lain: Internal Barriers meliputi

kurangnya pengetahuan dan informasi tentang peluang pasar Luar

Negeri (LN) seperti distributor dan pembeli prospektif, kurangnya

export marketing research berkaitan dengan desain, kualitas

bahan dan harga; kendala dalam bahasa untuk berkomunikasi

dengan pelanggan dari LN; Tidak adanya kemampuan perusahaan

dalam pembiayaan ekspor terutama untuk melakukan promosi

dan pameran yang memerlukan biaya tinggi serta belum adanya

kemudahan persyaratan dalam mendapatkan kredit sebagai modal

pengembangan usaha sehingga belum ada kemampuan dalam

memasok dalam jumlah barang yang diminta oleh buyer secara

kontinu. External Barriers meliputi kurangnya ketersediaan bahan

baku yang berkualitas; kompetisi yang sangat kuat dengan supplier

alas kaki dunia terutama RRT dan Vietnam.

Oleh karena itu, pemerintah, lembaga dan sektor terkait

harus segera mengambil langkah strategis. Hal-hal yang menjadi

hambatan-hambatan dari sisi internal pada umumnya dapat

diatasi dengan investasi dan program-program peningkatan

keterampilan seperti mendapatkan pengetahuan tentang export

market; revitalisasi mesin-mesin dan teknologi serta memberikan

insentif sehingga meningkatkan minat investasi. Sementara itu,

untuk mengatasi external barriers, maka langkah yang dapat

diambil adalah: perlu adanya kerja sama serta koordinasi dengan

industri hulu seperti industri penyamakan kulit, kulit buatan/imitasi

dll; dukungan pemerintah dalam promosi dan menciptakan brand

image; perbaikan dalam regulasi ketenagakerjaan; peningkatan

infrastruktur. Untuk peningkatan daya saing produk, maka pemerintah

dapat mendorong sertifikasi ke arah produk yang ramah lingkungan

karena ke depan hal tersebut akan sangat diperhatikan terutama di

negara-negara maju. Lebih lanjut, agar produk alas kaki Indonesia

dapat dikenal secara internasional, maka produk Indonesia tentu

harus kuat di pasar domestik. Oleh karena itu, gerakan “Aku Cinta

Produk Indonesia” harus terus digalakkan.

Page 14: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1514 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Reni K. Arianti dan Maulida Lestari

Mengenal

Lebih DekatSaat mendengar kata “Metrologi” yang pertama akan terpikir

oleh masyarakat awam biasanya adalah perkiraan cuaca yang

merupakan bagian dari meteorologi. Melalui tulisan ini diharapkan

bisa membuat masyarakat mengenal lebih dekat apa yang dimaksud

dengan metrologi.

Pengukuran (metrologi) menjadi kebutuhan dasar khususnya

bagi perkembangan teknologi dalam segala bidang kehidupan

sejak manusia dalam kandungan hingga meninggal. Pengukuran

juga penting dalam mendukung kegiatan pemerintah, pedagang,

pengusaha, konsumen maupun masyarakat luas. Kegiatan

kemetrologian dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu

bangsa yang diukur melalui penjaminan mutu kehidupan masyarakat

oleh pemerintah, baik dari segi perlindungan konsumen, pemanfaatan

sumber daya alam yang tidak berlebihan, serta peningkatan daya

saing di sektor industri manufaktur dan jasa.

Metrologi juga berperan sebagai alat ukur dalam peningkatan

mutu suatu produk baik barang atau jasa. Hal ini karena metrologi

menjadi salah satu bagian yang mengendalikan proses produksi dan

inovasi, meliputi inovasi teknologi, inovasi pengelolaan manajemen,

inovasi produk, inovasi pelayanan jasa. Inovasi yang terus dilakukan

secara berkala tentunya memberikan dampak pada peningkatan

mutu dari produk maupun pelayanan jasa yang dijual.

Untuk mengukur tingkat konsistensi penjaminan mutu

diperlukan prosedur dengan menggunakan parameter metrologi.

Metrologi merupakan instrumen utama dalam penilaian kesesuaian

produk diantaranya pengujian, inspeksi, dan sertifikasi produk.

Produk yang telah mendapatkan penilaian kesesuaian akan terjamin

standar kualitas, kesehatan dan keamanannya sehingga bisa

diterima oleh pasar, baik pasar domestik maupun ekspor. Negara

tujuan ekspor mengharuskan adanya kepastian bahwa produk yang

diimpor tidak berbahaya bagi konsumen di negaranya. Di sisi lain,

negara pengimpor juga mensyaratkan kehandalan data pengujian,

hasil inspeksi atau sertifikasi dari negara pengekspor. Pernyataan

keamanan produk diukur melalui pembuktian aspek penilaian

kesesuaian yang dilakukan secara profesional. Oleh karena itu,

ketepatan pengukuran dalam penilaian kesesuaian produk menjadi

faktor penting dalam menjamin kepercayaan negara tujuan ekspor.

Jenis Metrologi

Keseragaman penggunaan satuan ukuran, standar ukuran,

alat ukur serta metode pengukuran dari kemetrologian selalu

menjadi topik yang menarik dibahas dalam konvensi internasional,

bahkan seringkali lahir kesepakatan dan aturan baru dari konvensi

tersebut. Organisation Internationale de Metrologie Legale (OIML)

14 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Page 15: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1514 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

menyelenggarakan 49th meeting of the International Committee

of Legal Metrology di Auckland, New Zealand pada tanggal 3-6

November 2014, dimana Indonesia tidak menghadiri konvensi ini,

namun telah memberikan kuasa pada Vietnam. Salah satu hasil

kesepakatan konvensi internasional tersebut adalah kesepakatan

sistem sertifikasi tunggal bagi negara anggota OIML. Hal ini

menunjukkan bahwa metrologi memiliki peran yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Kesepakatan dan aturan yang disepakati

melalui konvensi internasional tersebut menjadi acuan bagi sistem

ketelusuran alat ukur dalam menjamin kebenaran dari segi kualitas

dan kuantitas barang atau jasa yang akan diperdagangkan di dalam

negeri maupun luar negeri. Metrologi terbagi atas tiga jenis, yaitu:

a. Metrologi Legal merupakan metrologi yang mengelola satuan-

satuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur,

yang menyangkut persyaratan dan peraturan berdasarkan UU

seperti yang termaktub dalam Ketentuan Umum UU No. 2 Tahun

1981 tentang Metrologi Legal;

b. Metrologi Radiasi Nuklir merupakan metrologi yang berkaitan

dengan persyaratan teknik pemakaian zat radioaktif dan/

atau sumber radiasi yang diatur berdasarkan undang-undang

yang berlaku, diantaranya PP No. 29/2008 tentang Perizinan

Pemanfaatan Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran

Negara RI Tahun 2007 No. 74, Tambahan Lembaran Negara

No 4730), Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir

No 5/2009 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat

Radioaktif untuk Well Logging;

c. Metrologi Teknis merupakan metrologi yang berhubungan

dengan persyaratan teknik pengembangan metode pengukuran,

pemeliharaan, serta pengembangan standar nasional pada alat

ukur dan satuan ukur.

Metrologi legal memiliki dua aspek, yaitu aspek filosofis dan

aspek yuridis. Aspek filosofis merupakan hakikat dan tujuan sebagai

pertimbangan untuk membuat Undang-Undang Metrologi Legal.

Tujuan tersebut yaitu “melindungi kepentingan umum” dalam hal

kebenaran pengukuran, artinya perlu adanya jaminan kebenaran

pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam

pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran dan

alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Oleh karena

itu, diharapkan dapat tercipta adanya “tertib ukur” di segala bidang.

Aspek berikutnya merupakan aspek yuridis, yaitu aspek yang

menjamin kepastian hukum dalam penggunaan satuan ukur, standar

satuan, metode pengukuran, serta alat UTTP. Dengan kata lain, jika

ada ketidaksesuaian dalam pengukuran yang merugikan orang lain,

maka pihak yang merugikan dapat dituntut secara hukum. Dengan

demikian, diperlukan pengukuran yang legal, yaitu mulai dari alat

ukurnya, metode pengukuran satuan, hingga alat ukur semuanya

harus diatur secara legal.

Kontribusi Metrologi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu negara adalah

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan

rendahnya hambatan dalam memasuki pasar, rendahnya biaya

transaksi, peningkatan efisiensi perekonomian, dan dukungan

inovasi. Penggerak pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah

perdagangan. Perdagangan di era globalisasi saat ini menuntut

produk-produk yang akan diperdagangkan harus berkualitas

tinggi agar mampu menghadapi persaingan di pasar internasional.

Namun demikian, dalam perdagangan bebas tidak menutup

kemungkinan bahwa produk tersebut akan menghadapi hambatan

teknis. Sehingga dalam menghadapi hambatan teknis perdagangan

diperlukan sebuah sistem metrologi yang sesuai dengan standar

internasional untuk mengetahui kualitas produk tersebut.

Sistem metrologi diperlukan untuk membangun kepercayaan

dan keyakinan negara lain terhadap pengukuran kualitas

produk dalam perdagangan antar negara yang didasarkan pada

kesepakatan internasional. Setiap negara akan memastikan bahwa

pengukuran dalam transaksi perdagangan dilakukan secara akurat

dan adil berdasarkan regulasi internasional melalui uji pengukuran.

Hasil uji pengukuran tersebut baik di negara tujuan ekspor maupun

negara asal harus sama.

Kendala lemahnya infrastruktur metrologi yang diakui

internasional menjadi penyebab utama hambatan teknis produk

untuk masuk ke negara tujuan ekspor, berarti juga menghambat

perkembangan ekonomi suatu negara. Negara berkembang

merupakan negara yang paling dirugikan oleh adanya hambatan

teknis perdagangan ini, termasuk Indonesia. Gempuran produk

manufaktur impor menjadi ancaman bagi industri manufaktur

di dalam negeri. Menghadapi tantangan tersebut, Indonesia

menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk-

produknya termasuk produk yang masuk ke Indonesia. SNI

diperlukan untuk membatasi masuknya produk impor yang tidak

memiliki standar dan berkualitas rendah, sehingga konsumen

tidak dirugikan dan tidak mematikan industri lokal. Namun

demikian, pada kenyataannya pasar produk manufaktur Indonesia

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 15

Page 16: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1716 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

terus digempur oleh produk-produk impor asal Republik Rakyat

Tiongkok (RRT) yang tidak memiliki standar dan berkualitas rendah.

Hal ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia, di satu sisi

pemerintah dituntut untuk melindungi industri manufaktur dalam

negeri dari gempuran produk-produk impor RRT yang memiliki

standar dan kualitas rendah namun berharga murah, dan di sisi

lain pemerintah dituntut dapat menjaga kesehatan dan keamanan

konsumen dalam negeri.

Metrologi dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan

kasus hambatan teknis perdagangan. Salah satu contoh adalah

perbedaan aturan dan persyaratan antara American Society

for Testing and Materials (ASTM) dan International Organization

for Standardization (ISO) ternyata tidak berpengaruh terhadap

perdagangan antara dua negara yang menerapkan metoda

metrologi dengan benar (Kasubdit Pengawasan dan Penyuluhan

Direktorat Metrologi, 2015). Selain dijadikan sebagai acuan dalam

penyelesaian kasus hambatan teknis perdagangan, metrologi juga

berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pembentukan tiga Lembaga Metrologi Nasional di dunia

yaitu Physikalisch Technische Bundesanstalt (PTB) di Jerman,

The National Physical Laboratory (NPL) di Inggris, dan National

Institute of Standards and Technology (NIST) di USA bertujuan

untuk menjembatani perbedaan antara penemuan ilmiah dan

praktek nyata dalam kehidupan oleh para pelaku usaha dalam

menciptakan kemakmuran ekonomi. Sejak dibentuknya lembaga

ini, model pengukuran yang digunakan jauh lebih luas mengikuti

perkembangan ekonomi. Pemerintah ketiga negara tersebut juga

mengadopsi sejumlah insiatif kebijakan dari Lembaga Metrologi

Nasional untuk meningkatkan inovasi terhadap perekonomiannya.

Salah satu contoh inisiatif kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah

Inggris yang diadopsi dari hasil penelitian Lembaga Metrologinya

adalah (Mason, 2013):

a. Pembiayaan langsung kepada pelaku usaha melalui dana

hibah, kredit lunak, dan keringanan pajak;

b. Memberikan kemudahan melakukan inovasi baik secara gratis

maupun subsidi;

c. Memberikan konsultasi bisnis baik secara gratis maupun subsidi;

d. Menyiapkan payung hukum untuk melindungi hak intelektual;

e. Menyelenggarakan berbagai macam promosi, transfer

pengetahuan, dan pemberian penghargaan kepada pelaku

usaha.

Berdasarkan Birch (2013), perekonomian suatu negara dapat

dinilai dari persyaratan pengurangan takaran atau apakah jumlah

yang diberikan lebih kecil dari yang telah dinyatakan atau dibayar

dalam sistem metrologinya. Pengukuran ini ditentukan oleh

pengukuran yang berada di luar batas kesalahan yang diperbolehkan

(Maximum Permissible Error/MPE). Pada dasarnya penjual

akan menyampaikan sebagian atau seluruh dari MPE nya untuk

memastikan tidak ada pengurangan takaran. Jika nilai MPE dari

pengukuran perdagangan sebesar 0,5% dan jika total pengukuran

perdagangan sebesar 15% dari Gross Domestic Product (GDP),

maka pedagang akan memberikan MPE sebesar 0,075% dari

GDP. Misalnya Indonesia, memiliki nilai GDP sebesar USD 1 triliun,

maka jumlah MPE yang dapat diberikan oleh Indonesia mencapai

USD 1,3 miliar. Jadi ada insentif untuk mengurangi besarnya

jumlah MPE, tetapi hal ini akan mengakibatkan peningkatan biaya

verifikasi. Dari contoh yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa penerapan pengukuran atau metrologi dengan benar akan

memberikan dampak yang nyata pada pertumbuhan ekonomi

suatu negara.

Page 17: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1716 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Fitria Faradila dan Naufa MunaPotensi peningkatan ekspor Makanan dan Minuman

(Mamin) Olahan Indonesia ke India sangat besar karena

besarnya populasi India dan gaya hidup masyarakatnya yang

sering mengadakan pesta (KBRI New Delhi, 2015). Populasi

India mencapai 1,3 miliar orang dan merupakan negara kedua

dengan populasi tertinggi di dunia setelah Republik Rakyat

Tiongkok (RRT) (World Bank, 2013). Tingginya angka populasi

dan konsumsi masyarakat terhadap produk makanan dan

minuman olahan mendorong peningkatan permintaan produk-

produk tersebut di India. Tahun 2013, konsumsi mamin olahan

India mencapai USD 40 miliar (Associated Chambers of

Commerce and Industry of India, 2015).

Industri mamin olahan India tumbuh rata-rata per tahun

sebesar 10,6% selama 2009-2013. Tahun 2013, industri ini

memberikan kontribusi sebesar 1,5% terhadap total Produk

Domestik Bruto (PDB) atau senilai USD 13,2 miliar (Ministry of

Food Processing Industries India, 2013). Pentingnya industri

makanan dan minuman olahan mendorong pemerintah India

untuk memberikan insentif kebijakan untuk menstimulus industri

tersebut melalui bantuan keuangan. Bantuan keuangan tersebut

digunakan untuk: (i) modernisasi unit pengolahan makanan;

(ii) pembangunan infrastruktur; (iii) pengembangan dalam hal

penelitian; (iv) pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM); dan

(v) kegiatan promosi. Selain itu, industri makanan dan minuman

olahan juga dimasukkan ke dalam salah satu sektor prioritas yang

memperoleh pinjaman bank di India (KBRI New Delhi, 2015).

Gambaran Permintaan Impor Mamin Olahan India

Besarnya konsumsi produk mamin olahan di India yang

belum dapat sepenuhnya dipenuhi oleh produksi dalam negeri

mendorong permintaan impor akan produk tersebut. Pada tahun

2014 India mengimpor makanan dan minuman olahan sebesar

USD 1.034,2 juta, meningkat 18,4% Year on Year (YoY). Minuman

beralkohol adalah produk dengan pangsa impor terbesar di tahun

2014 yakni 36,4% (USD 376,6 juta), disusul selanjutnya dengan air

mineral dengan pangsa sebesar 12,8% (USD 132,0 juta). Adapun

pertumbuhan impor tertinggi terjadi pada kopi instan sebesar

97,5% (YoY) pada tahun 2014 (Tabel 1).

Tabel 1. Impor Makanan dan Minuman Olahan India menurut Kelompok Produk

Sumber: Trademap (2015), diolah

No KELOMPOK PRODUK NILAI : USD Juta Perub. % Tren (%) Pangsa (%)

2010 2011 2012 2013 2014 14/13 10-14 2014

Total Impor 1.568,5 763,5 1.208,7 873,4 1.034,2 18,4 (6,7) 100,0 1 Minuman beralkohol 193,4 226,5 271,3 303,0 376,6 24,3 17,6 36,4 2 Air Mineral 41,7 51,3 62,1 91,1 132,0 44,8 33,3 12,8 3 Gula & kembang gula 1.036,3 124,1 476,5 90,4 94,3 4,3 (40,0) 9,1 4 Coklat 39,7 59,4 70,6 76,5 92,0 20,4 21,3 8,9 5 Yeast, ice cream 62,9 84,1 91,6 92,0 82,6 (10,2) 6,6 8,0 6 Teh Kemasan 48,9 44,7 46,2 43,8 53,3 21,7 1,5 5,2 7 Tembakau & rokok (Cigarrettes) 26,1 34,0 49,8 38,4 46,6 21,2 13,6 4,5 8 Olahan tepung lainnya (Kue Kering, Cereal) 24,5 29,4 24,7 27,4 36,6 33,9 7,6 3,5 9 Olahan sayuran diawetkan/diasinkan/diberi cuka 23,6 23,5 26,1 24,9 24,1 (3,3) 0,9 2,3 10 snack/camilan (buah, kacang, kripik dll) 11,6 9,4 12,0 15,0 22,7 51,7 19,8 2,2 11 Juice buah 27,1 36,7 38,4 29,6 22,0 (25,5) (6,1) 2,1 12 Makanan olahan lainnya 7,0 10,9 13,2 13,3 15,4 16,4 19,4 1,5 13 Saus 9,5 12,9 12,0 11,7 12,2 4,8 4,3 1,2 14 Biskuit dan wafers 9,6 10,2 7,3 8,6 10,9 27,1 0,9 1,1 15 Kopi instan 2,1 2,4 3,7 5,0 9,9 97,5 46,5 1,0 16 Mie instan 3,2 2,4 2,4 2,6 2,4 (5,3) (4,5) 0,2 17 Ikan kemasan/kaleng 0,3 0,8 0,3 0,2 0,4 74,1 (8,8) 0,0 18 kepiting & crustacean kemasan/kaleng 1,0 0,7 0,5 0,1 0,1 3,3 (48,8) 0,0

Page 18: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1918 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Menurut negara asal, impor terbesar India untuk produk

Mamin olahan berasal dari Inggris senilai USD 219,3 juta (pangsa

21,2%), diiikuti oleh Amerika Serikat senilai USD 121,9 juta (pangsa

11,8%) dan Nepal senilai USD 120,4 juta (11,6%). Pangsa impor

dari Indonesia hanya sebesar 1,7%, masih kalah bersaing jika

dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, seperti

Singapura (pangsa 4,3%), Malaysia (pangsa 3,2%) dan Thailand

(pangsa 2%).

Tabel 2. Impor Makanan dan Minuman Olahan India menurut Negara Asal

Kinerja Ekspor Mamin Olahan Indonesia ke India

Total ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia ke India

tahun 2014 tercatat USD 18,6 juta dengan kenaikan rata-rata per

tahun sebesar 9,2% selama 2010-2014. Pada Januari hingga Mei

2015, total ekspor mencapai USD 5,1 juta, turun 28,5% (YoY). Gula

dan kembang gula merupakan produk dengan pangsa terbesar

(22,0%), diikuti oleh teh kemasan, dan tembakau serta rokok dengan

pangsa masing-masing sebesar 15,4% dan 14,1% (Tabel 3).

Sumber: Trademap (2015), diolah

Tabel 3. Ekspor Makanan dan Minuman Olahan ke India

Sumber: Trademap (2015), diolah

No NEGARA ASAL NILAI : USD Juta Perub. % Tren (%) Pangsa (%) 2010 2011 2012 2013 2014 14/13 10-14 2014

Total Impor 1.568,5 763,5 1.208,7 873,4 1.034,2 18,4 (6,7) 100,0 1 Inggris 88,3 127,8 175,1 185,2 219,3 18,4 24,5 21.2 2 Amerika Serikat 90,9 76,8 97,8 99,2 121,9 22,9 8,8 11.8 3 Nepal 46,8 52,5 62,9 82,8 120,4 45,5 26,4 11.6 4 Belanda 24,5 28,4 33,3 42,4 60,7 43,2 24,8 5.9 5 Singapura 23,2 40,8 44,1 43,7 44,5 1,8 14,7 4.3 6 RRT 40,7 58,4 51,9 35,9 38,4 6,8 (5,8) 3.7 7 Malaysia 33,2 29,5 32,4 20,7 33,3 60,9 (3,5) 3.2 8 Perancis 19,6 26,7 34,9 38,9 29,6 (23,7) 12,8 2.9 9 Jerman 18,1 21,9 21,5 27,2 28,9 6,5 12,3 2.8 10 Italia 13,9 20,9 19,5 25,8 28,7 11,2 18,0 2.8 11 Uni Emirat Arab 42,0 21,3 20,1 27,7 24,8 (10,8) (7,6) 2.4 12 Thailand 124,8 17,2 15,3 13,5 21,0 55,9 (31,7) 2.0 13 Sri Langka 4,8 4,9 5,0 10,1 18,6 83,7 41,3 1.8 14 Indonesia 9,6 11,8 15,7 16,7 17,8 6,8 17,2 1.7 15 Austria 14,1 8,9 9,3 11,4 17,5 54,1 7,0 1.7 Lainnya 974,1 215,9 570,1 192,4 208,9 8,6 (27,3) 20,2

No KELOMPOK PRODUK NILAI : USD Juta Januari-Mei Perub. % Tren (%) Pangsa (%) 2010 2011 2012 2013 2014 2014 2015 14/13 10-14 2014

Total Ekspor 12,1 19,3 20,7 19,6 18,6 7,1 5,1 (28,5) 9,2 100,0

1 Gula & kembang gula 2,2 4,7 4,7 3,5 4,1 1,8 0,6 (65,2) 9,8 22,0

2 Teh kemasan 4,2 3,6 2,4 2,8 2,9 1,3 0,5 (60,3) (9,4) 15,4

3 Tembakau & rokok (Cigarrettes) 0,3 1,4 3,6 3,5 2,6 0,4 0,3 (17,7) 64,8 14,1

4 Biskuit dan wafers 2,1 2,2 2,4 2,2 2,4 0,7 1,3 84,5 2,8 12,8

5 Kopi instan - - 0,4 1,2 2,0 0,8 0,7 (6,5) - 10,8

6 Coklat 2,5 4,9 4,3 3,5 2,0 0,9 1,0 5,7 (8,1) 10,5

7 Yeast, ice cream, concentrates, Non-dairy creamer,dll 0,1 0,7 0,7 0,9 1,2 0,3 0,3 5,8 63,0 6,5

8 Olahan tepung lainnya (Kue Kering dan Cereal) 0,5 1,3 1,2 1,7 0,8 0,3 0,3 (24,1) 13,4 4,1

9 snack/camilan (buah, kacang, kripik, dll) 0,1 0,2 0,6 0,0 0,4 0,4 - (100,0) 12,8 2,1

10 Juice buah 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,0 (96,0) 1,3 1,1

11 Saus 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0 (70,3) 131,1 0,5

12 Mie instan 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 77,4 73,2 0,2

13 Air mineral 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,142,9 36,6 0,1

14 kepiting & crustacean kemasan/kaleng 0,0 0,0 0,1 - 0,0 - - - - 0,0

15 Ikan kemasan/kaleng - - - - - - - - - -

16 Makanan olahan lainnya - - 0,0 0,0 - - - - - -

17 Minuman beralkohol - - - - - - - - - -

18 Olahan sayuran diawetkan/diasinkan/diberi cuka 0,0 0,1 - - - - - - - -

Page 19: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 1918 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Potensi Ekspor Mamin Olahan ke India

Secara keseluruhan, impor mamin olahan India cenderung

berfluktuatif. Sejak tahun 2010, pergerakan impor setiap tahunnya

cenderung tidak konsisten terkadang meningkat namun tahun

berikutnya menurun. Memasuki tahun 2014, impor kembali

meningkat. Beberapa produk Indonesia yang memiliki potensi

ekspor yang tinggi ke India antara lain air mineral serta gula dan

kembang gula karena nilai dan pangsa impor India yang masih

besar. Sementara, biskuit dan wafer serta kopi instan pun memiliki

potensi yang besar karena nilai pertumbuhan impor produk

tersebut oleh India yang tinggi. Adapun air mineral dan kopi perlu

diprioritaskan mengingat Indonesia mempunyai pasokan bahan

baku yang melimpah di dalam negeri untuk kedua produk ini.

Air mineral merupakan produk makanan dan minuman olahan

kedua tertinggi yang diimpor oleh India. Tahun 2014, impor tercatat

sebesar USD 132,0 juta (pangsa 12,8%), meningkat 44,8%

(yoy) dan meningkat rata-rata per tahun sebesar 33,3% selama

tahun 2010-2014. Tren kekurangan air minum di kota besar dan

perubahan gaya hidup masyarakat yang mendorong kemudahan

dan ketersedian kebutuhan merupakan faktor utama tingginya

permintaan produk air mineral di India. Kendati demikian, pasokan

Tabel 4. Impor Produk Air Mineral India menurut Negara Asal

Tabel 5. Impor Produk Gula dan Kembang Gula India menurut Negara Asal

Sumber: Trademap (2015), diolah

No NEGARA ASAL NILAI : USD Juta Perub. % Tren (%) Pangsa (%) 2010 2011 2012 2013 2014 14/13 10-14 2014

No NEGARA ASAL NILAI : USD Juta Perub. % Tren (%) Pangsa (%) 2010 2011 2012 2013 2014 14/13 10-14 2014

Total Impor 41,7 51,4 62,1 91,1 132,0 44,8 33,3 100,0 1 Nepal 21,0 28,6 42,5 65,8 93,1 41,4 46,4 70,6 2 Austria 10,8 8,4 8,7 11,2 17,3 53,6 12,9 13,1 3 Bangladesh 3,0 4,8 3,1 3,8 7,6 102,5 17,4 5,8 4 Sri Langka 0,0 - - 4,2 6,0 42,6 - 4,6 5 Amerika Serikat 0,8 1,1 0,7 1,3 2,6 103,2 29,9 1,9 6 Bhutan 0,8 0,8 0,3 0,2 1,4 794,2 (5,5) 1,1 7 Thailand 0,2 0,3 1,1 1,2 0,9 (20,9) 55,3 0,7 8 Uni Emirat Arab 1,1 1,1 0,7 0,5 0,7 37,0 (14,8) 0,5 9 Malaysia 0,7 1,7 1,9 0,4 0,5 13,8 (18,1) 0,4 10 Inggris 0,3 0,6 0,5 0,4 0,4 (16,7) 0,2 0,3 20 Singapura 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 (70,2) (21,9) 0,0 29 Indonesia 0,0 0,0 0,1 - 0,0 - - 0,0 Lainnya 2,9 3,8 2,6 2,0 1,5 (25,5) (18,4) 1,1

Sumber: Trademap (2015), diolah

Total Impor 1.036,3 124,1 476,5 90,4 94,3 4,3 (40,0) 100,0 1 Jerman 11,5 13,3 14,2 18,9 20,6 9,1 16,3 21.8 2 Amerika Serikat 8,6 13,8 14,3 15,7 15,6 (0,8) 14,1 16.5 3 Belanda 7,1 8,7 10,9 15,2 12,8 (15,7) 19,0 13.6 4 RRT 13,6 11,6 6,4 6,3 8,0 26,5 (15,5) 8.4 5 Bangladesh 0,3 0,4 0,4 1,4 6,7 377,0 116,1 7.1 6 Selandia Baru 2,3 4,1 5,5 5,1 5,2 1,1 20,3 5.5 7 Indonesia 1,9 3,8 5,1 3,5 4,3 22,4 16,7 4.6 8 Israel 0,9 1,3 1,2 1,7 3,2 85,2 34,0 3.4 9 Kanada 2,6 2,0 2,9 3,2 2,8 (12,2) 6,3 3.0 10 Nepal 0,3 0,7 0,4 0,1 2,4 1.557,9 29,2 2.5 15 Malaysia 11,5 1,6 2,0 2,0 1,1 (44,0) (36,3) 1.2 18 Thailand 109,2 2,4 1,9 0,7 0,9 22,2 (66,2) 0.9 35 Singapura 0,2 0,4 0,6 0,1 0,0 (66,7) (41,2) 0.0 Lainnya 866,4 59,9 410,8 16,4 10,7 (34,7) (63,5) 11,4

dari Indonesia masih cenderung minim. Tahun 2014, impor dari

Indonesia hanya sebesar USD 3 ribu (pangsa 0,002%). Posisi

Indonesia pun jauh berada di bawah negara ASEAN lainnya seperti

Thailand (pangsa 0,7%), Malaysia (pangsa 0,4%) dan Singapura

(pangsa 0,03%). Oleh karena itu, industri air mineral di Indonesia

diharapkan dapat meningkatkan ekspornya ke India (Tabel 4).

Di India walaupun Impor produk gula dan kembang gula

mengalami penurunan rata-rata sebesar 40% per tahun selama

2010-2014, namun ekspor produk tersebut masih potensial seiring

pangsa impor produk tersebut terhadap total impor makanan dan

minuman olahan di India yang masih tinggi yakni sebesar 9,1%,

seperti ditampilkan dalam Tabel 5. Berbeda halnya dengan tren

impor gula dan kembang gula secara total yang mengalami

penurunan, tren impor dari Indonesia justru mengalami kenaikan

rata-rata per tahun sebesar 16,7%. Adapun tren penurunan yang

cukup signifikan terjadi pada impor dari RRT, Malaysia, Thailand

dan Singapura. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia

untuk merebut pangsa impor dari RRT dan negara ASEAN lainnya

mengingat pangsa impor dari Indonesia (4,6%) masih unggul

dibandingkan Malaysia (1,2%), Thailand (0,9%) dan Singapura

(0,03%).

Page 20: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2120 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Impor biskuit dan wafer India tahun 2014 tercatat USD 10,9

juta, meningkat 27,1% (YoY) dan meningkat rata-rata per tahun

0,8% selama 2010-2014. Tren peningkatan juga terjadi pada impor

dari Indonesia. Indonesia merupakan negara eksportir kedua

terbesar setelah Malaysia. Pangsa impor dari Indonesia sebesar

24,8% dan memiliki tren peningkatan rata-rata sebesar 20,6%

per tahun selama 2010-2014. Selain Malaysia dan Indonesia,

Singapura juga memiliki tren yang tinggi yakni 32,4%. Sementara

itu, rata-rata impor per tahun dari Thailand menurun signifikan

yakni sebesar 33,9% selama 2010-2014 (Tabel 6). Tren penurunan

impor dari Thailand dapat dimanfaatkan Indonesia untuk merebut

pangsa impor dari negara tersebut. Selain itu, untuk menggeser

posisi Malaysia sebagai negara eksportir biskuit dan wafer terbesar

di India, Indonesia perlu merebut pangsa impor dari negara-negara

yang pada umumnya memiliki pangsa impor yang besar, namun

memiliki tren yang menurun selama lima tahun ke belakang, seperti

Uni Emirat Arab (UEA), Italia dan Turki.

Tabel 6. Impor Produk Biskuit dan Wafer India menurut Negara Asal

Impor kopi instan India meningkat signifikan di tahun 2014

sebesar 97,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

impor produk lainnya. Selama tahun 2010-2014, impor kopi instan

meningkat rata-rata sebesar 46,5% per tahun selama 2010-

2014. Impor dari Indonesia memiliki pangsa sebesar 19,1% dan

merupakan negara eksportir kedua terbesar setelah Vietnam

dengan pangsa 56,6%. Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia,

Singapura dan Thailand berada di bawah Indonesia dengan

pangsa masing-masing sebesar 7,6%; 0,4% dan 0,01%. Selama

2011-2014, rata-rata peningkatan impor kopi instan dari Indonesia

per tahun tercatat sebesar 705,9%. Selain itu, impor dari

Indonesia pun tumbuh signifikan tahun 2014 sebesar 45,9% (YoY).

Kendati memiliki nilai tren dan pertumbuhan yang cukup tinggi,

namun posisi Indonesia sebagai negara eksportir kopi instan di

India cukup terancam mengingat kinerja impor dari negara lainnya,

seperti Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UEA) dan Singapura yang

memiliki tren peningkatan yang tajam selama 2010-2014 (Tabel 7).

No NEGARA ASAL NILAI : USD Juta Perub. % Tren (%) Pangsa (%)

2010 2011 2012 2013 2014 14/13 10-14 2014

Sumber: Trademap (2015), diolah

Total Impor 9,6 10,2 7,3 8,6 10,9 27,1 0,8 100,0

1 Malaysia 1,3 1,1 1,3 1,8 3,2 73,7 26,0 28,9

2 Indonesia 1,4 1,1 1,5 2,1 2,7 29,6 20,6 24,8

3 Uni Emirat Arab 1,2 1,3 1,1 0,8 1,1 37,1 (6,1) 10,4

4 Inggris 0,5 0,8 1,1 1,5 0,9 (37,6) 18,6 8,5

5 Polandia 3,7 2,0 - 0,5 0,8 76,2 - 7,7

6 Singapura 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 17,3 32,4 5,6

7 Italia 0,1 0,6 0,1 0,1 0,3 235,8 (6,5) 2,5

8 Turki 0,3 0,3 0,4 0,2 0,3 10,1 (5,6) 2,3

9 Sri Langka 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 (2,7) 16,0 2,0

10 Amerika Serikat 0,0 0,1 0,2 0,1 0,2 98,2 40,2 2,0

18 Thailand 0,1 0,2 0,1 0,1 0,0 (48,0) (33,9) 0,2

Lainnya 0,5 2,1 1,0 0,7 0,6 (18,6) (10,6) 5,1

Page 21: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2120 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Tabel 7. Impor Produk Kopi Instan India menurut Negara Asal

Sumber: Trademap (2015), diolahKeterangan: (*) Tren selama 2012-2014; (**) Tren selama 2011-2014

Potensi ekspor mamin olahan yang tinggi ke India terutama

berasal dari produk air mineral dan kopi instan. Tren peningkatan

impor di India untuk produk air mineral dan kopi instan-pun masih

tinggi yakni masing-masing sebesar 33,3% dan 46,5% selama

tahun 2010-2014. Peluang ekspor ini perlu dimanfaatkan oleh

Indonesia mengingat impor dari Indonesia yang masih cenderung

rendah, khususnya pada produk air mineral.

Tantangan dan Strategi Peningkatan Ekspor Mamin Olahan ke

India

Walaupun pasar makanan dan minuman olahan India

sangat potensial, terdapat dua tantangan yang harus dihadapi

oleh eksportir Indonesia. Pertama, bea masuk rata-rata produk

makanan dan minuman olahan jadi di India sangat tinggi yakni

rata-rata 15%. Tantangan kedua adalah preferensi pengusaha

India yang lebih tertarik melakukan kerjasama bisnis dengan agen

dan distributor lokal India. Untuk mengatasi tantangan tersebut,

strategi yang dapat dilakukan oleh eksportir Indonesia adalah

melakukan investasi pengolahan makanan dan minuman olahan di

India dan penunjukkan agen atau distributor lokal India.

Dengan masih relatif tingginya bea masuk produk mamin

olahan di India, maka investasi pengolahan industri mamin

olahan (dalam bentuk Foreign Direct Investment) di India perlu

ditingkatkan, terlebih lagi adanya kebijakan pembebasan bea

masuk untuk barang modal dan bahan baku untuk keperluan

proses produksi di India sampai nol persen. Dengan strategi ini

produk makanan dan minuman olahan Indonesia dapat bersaing

dengan produk lokal atau produk dari negara lainnya. Namun, perlu

diperhatikan juga promosi brand image makanan dan minuman

olahan Indonesia yang akan dibangun dan informasi persyaratan

produk di India. Penunjukan agen atau distributor, selain dapat

mengurangi keengganan pengusaha India untuk bekerjasama

dengan pengusaha Indonesia, juga dapat membantu eksportir

Indonesia memperoleh informasi yang lebih dalam mengenai

hal tersebut. Untuk memudahkan eksportir Indonesia mencari

agen atau distributor lokal India, diharapkan kegiatan pameran

produk Indonesia di India tidak hanya dimanfaatkan sebagai ajang

perkenalan produk Indonesia, namun juga dapat dimanfaatkan

oleh eksportir untuk mencari local partner di India (KBRI New Delhi,

2015). Melalui dua strategi ini diharapkan ekspor makanan dan

minuman olahan ke India dapat meningkat dan produk Indonesia

dapat unggul di pasar India.

No NEGARA ASAL NILAI : USD Juta Perub. % Tren (%) Pangsa (%)

2010 2011 2012 2013 2014 14/13 10-14 2014

Total Impor 2,1 2,4 3,7 5,0 9,9 97,5 46,5 100,0

1 Vietnam - - 0,4 1,3 5,6 321,9 275,8* 56,6

2 Indonesia - 0,0 0,1 1,3 1,9 45,9 705,9** 19,1

3 Malaysia 1,0 0,9 1,0 0,6 0,8 26,6 (9,7) 7,6

4 Korea Selatan 0,2 0,4 1,2 0,3 0,7 133,2 22,3 6,7

5 Amerika Serikat 0,0 0,1 0,2 0,5 0,3 (30,4) 162,8 3,5

6 Brasil 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 (9,5) (12,9) 1,8

7 Jerman 0,4 0,1 0,3 0,0 0,1 296,8 (27,0) 1,2

8 Uni Emirat Arab 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 57,5 158,7 1,2

9 Inggris 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 36,0 (14,4) 0,7

10 Singapura 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 (27,6) 86,6 0,4

20 Thailand 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 (87,5) (42,2) 0,0

Lainnya 0,0 0,5 0,2 0,6 0,1 (80,0) 26,0 1,2

Page 22: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2322 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

TINJAUAN PERDAGANGAN

Menyikapi Segmentasi Pasar

Wayan R. Susila

Periode akhir 1990-an boleh dibilang merupakan masa

suram industri gula nasional. Di tengah pasar gula

internasional yang sangat distortif yaitu nomor 2 setelah beras

(Kennedy, 2001; Groombridge, 2001), pemerintah dengan

terpaksa harus melepaskan semua kebijakan protektif terhadap

industri gula nasional sebagai konsekuensi ditandatanganinya

Letter of Intent (LoI) antara pemerintah Indonesia dengan IMF. LoI

tersebut “memaksa” pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan

(SK) Menperindag No.25/MPP/Kep/1/1998 yang praktis membuat

pasar gula masuk ke era liberalisasi. Konsekuensi SK tersebut

antara lain impor gula bisa dilakukan oleh importir umum dengan

tarif nol persen. Hal ini membuat industri gula domestik berada

di titik nadir, dengan ditutupnya 6 pabrik gula dan produksi gula

nasional mencapai titik terendah sekitar 1,6 juta ton per tahun, jauh

dari rata-rata produksi sebelumnya yang selalu diatas dua juta ton

(Asosiasi Gula Indonesia/AGI, 2014).

Agar industri gula nasional tidak semakin terpuruk,

maka pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan SK

Kepmenperindag No. 527/MPP/Kep/9/2004 tentang Ketentuan

Impor Gula. Esensi dari kebijakan tersebut adalah membatasi

akses gula impor dengan mengatur pelaku impor (hanya importir

terdaftar dan importir produsen), volume impor, waktu impor,

pelabuhan impor, harga patokan gula petani, dan segmentasi

pasar antara pasar Gula Kristal Putih (GKP) dengan pasar Gula

Kristal Rafinasi (GKR). Kebijakan tersebut secara umum telah

memberi dampak positif terhadap kinerja industri gula nasional,

seperti ditunjukkan oleh kenaikan produksi dari sekitar 2,05

juta ton pada tahun 2004 menjadi sekitar 2,60-2,82 juta ton

semenjak tahun 2005 (Asosiasi Gula Indonesia, 2014).

Salah satu esensi dari SK tersebut yang sampai sekarang

masih memicu perdebatan dan saling curiga antara produsen GKP

dan GKR adalah segmentasi pasar GKP dengan GKR. Dengan SK

tersebut, pasar gula untuk konsumsi langsung yaitu konsumsi gula

oleh rumah tangga hanya boleh diisi oleh GKP yang diproduksi oleh

Pabrik Gula (PG) di Indonesia. Sebaliknya, GKR yang diproduksi

oleh PG rafinasi hanya boleh dipasarkan untuk industri seperti

industri makanan dan minuman. Pada kenyataannya, hampir

setiap tahun, GKR masuk ke pasar gula konsumsi langsung

sehingga membuat harga GKP menurun. Situasi ini menyulut

ketegangan antara produsen GKP dengan produsen GKR.

Segmentasi Pasar Kurang Efektif

Segmentasi pasar GKP dan GKR yang diamanatkan oleh

Kepmenperindag tersebut ternyata kurang efektif. Hasil monitoring

yang dilakukan oleh Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)

menemukan adanya rembesan GKR yang masuk ke pasar GKP.

Page 23: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2322 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Hasil survei yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan

(Kemendag) pada tahun 2008-2011, juga memberi indikasi kuat

terjadinya rembesan tersebut. Di wilayah seperti Serang, Gorontalo,

Makasar, Manado, dan Pontianak, dan Lampung, rembesan GKR

ke pasar GKP berkisar antara 3% - 30% dari volume produk GKP

di pasaran mencapai sekitar 2.68 juta ton, tergantung tingkat

harga GKP. Produksi GKR sendiri mencapai sekitar 3.04 juta ton

per tahun selama tiga tahun terakhir (AGI, 2015). Hasil survei yang

dilakukan oleh Kemendag bekerja sama dengan Sucofindo pada

tahun 2013 juga menemukan adanya rembesan GKR ke pasar

GKP sekitar 190 ribu ton.

Rembesan terjadi karena konsumen, pedagang, dan beberapa

pemerintah daerah mendukung atau paling tidak membiarkan

terjadinya rembesan tersebut. Hasil survei Kemendag sepanjang

periode 2008-2011 mengidentifikasi alasan atau motif terjadinya

rembesan tersebut. Dari sisi konsumen, beberapa alasan utama

adalah (i) GKR lebih murah dibandingkan harga GKP; (ii) GKR lebih

mudah diperoleh terutama ketika harga GKP relatif tinggi; (iii) Bagi

konsumen kelas menengah ke atas, GKR dinilai lebih sehat dari

pada GKP seperti yang terjadi di Jakarta, Serang dan Manado.

Selanjutnya, banyak pedagang sengaja melakukan rembesan

tersebut dengan berbagai alasan seperti (i) Lebih mudah

mendapatkan GKR terutama untuk wilayah yang dekat dengan

produsen GKR (Banten, Makasar, dan Gorontalo); (ii) Pasokan GKR

lebih dapat dihandalkan; dan (iii) Margin keuntungan GKR lebih

tinggi. Di sisi lain, pemerintah daerah tidak mampu mengawasi

atau bahkan secara “sengaja” membiarkan terjadinya rembesan

tersebut, terutama di wilayah yang tidak ada Pabrik Gula (PG) GKP.

Hal ini disebabakan (i) Harga gula GKP sering terlalu tinggi karena

terbatasnya pasokan (Gorontalo, Serang, Manado) sehingga

pasokan GKR dapat berfungsi menurunkan harga untuk menekan

inflasi; (ii) Keterbatasan sumberdaya relatif terhadap cakupan

wilayah yang harus diawasi (Pontianak, Gorontalo, Makasar,

Manado, Pontianak) ; (iii) GKR diangkut dengan truk-truk kecil/

pick up, sehingga kesulitan untuk melakukan pengawasan

(Manado, Gorontalo, Makasar), dan (iv) GKR kemasannya diganti

dengan kemasan GKP (Pontianak dan Gorontalo) sehingga

kesulitan untuk mendeteksi.

Solusi Jangka Pendek: Tingkatkan Efektifitas Segmentasi

Pasar

Menyikapi segmentasi pasar gula yang pada kenyataannya

kurang efektif, pemerintah perlu bertindak dengan tegas.

Penggabungan pasar dengan tiba-tiba akan menimbulkan “shock”

bagi PG GKP karena harga GKP akan turun tajam sehingga dapat

mengancam keberlangsungan 63 PG GKP yang melibatkan

sekitar 900 ribu petani. Di sisi lain, membiarkan terus segmentasi

pasar juga bukan pilihan, karena segmentasi pasar membuat

PG GKP sangat lamban untuk berbenah, kebijakan pergulaan

menjadi kompleks dan tidak efektif. Solusi paling logis adalah,

untuk jangka pendek, meningkatkan efektivitas segmentasi pasar

GKP dan GKR. Sementara untuk jangka panjang, sambil PG GKP

berbenah, segmentasi pasar harus dihapuskan.

Untuk jangka pendek (3-5 tahun ke depan) stakeholder utama

terutama pemerintah perlu menerapkan kebijakan dan upaya

yang lebih efektif untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya

rembesan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan

kepada pelaku industri gula bahwa pemerintah melakukan

penegakan hukum secara konsisten. Selama ini ada kesan bahwa

aturan segmentasi pasar hanya sekedar aturan, tanpa perlu

dilaksanakan seperti terjadi di Banten dan Gorontalo. Pembiaran

rembesan tersebut kini juga telah menurunkan minat petani

menanam tebu sehingga menyebabkan terjadinya stagnasi bahkan

kecenderungan penurunan produksi yang dapat mengancam

keberadaan industri gula dan pencapaian swasembada gula.

Rembesan tersebut secara umum dapat dicegah atau

diminimalkan melalui empat cara yaitu (i) Pengendalian volume

impor raw sugar; (ii) Pembatasan kualitas GKR sesuai dengan

standar internasional; (iii) Monitoring yang ketat dalam distribusi

GKR ke industri pengguna; (iii) Monitoring yang efektif di pasar

kosumen. Pengendalian volume impor raw sugar membutuhkan

adanya neraca GKR yang akurat dengan mekanisme pengumpulan

data yang valid dan transparan baik itu data produksi, stok,

dan kebutuhan industri (konsumsi). Untuk itu, pemerintah perlu

memiliki tim yang kuat yang melibatkan stakeholder utama untuk

membangun prosedur pembuatan neraca GKR yang akurat

Page 24: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2524 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

berdasarkan prosedur yang valid dan transparan. Berdasarkan

neraca GKR tersebut, pemerintah menentukan kuota impor raw

sugar untuk PG GKR.

Rembesan dapat lebih mudah dicegah atau diminimalkan

apabila PG GKR dibatasi hanya memproduksi GKR sesuai dengan

standar internasional, yaitu International Commision for Uniform

Methods of Sugar Analysis (ICUMSA) maksimum 40. Di samping

memudahkan pengawasan, gula dengan ICUMSA maksimum 40

akan lebih sulit masuk ke pasar GKP karena konsumen rumah

tangga diperkirakan tidak akan berminat menggunakan gula

tersebut karena sangat putih dengan kristal yang kecil. Cara ini

juga memastikan bahwa GKR Indonesia sesuai dengan standar

yang berlaku di pasar internasional.

Monitoring yang ketat untuk distribusi GKR dari PG ke industri

pengguna dapat dilakukan dengan membangun mekanisme

penyaluran langsung dari PG ke industri pengguna dengan mekanisme

yang transparan dan dapat dilacak (traceable). Hal ini sudah mulai

dilakukan pemerintah sejalan dengan surat Menteri Perdagangan

Nomor 1.300/M-DAG/SD/12/2014 tentang instruksi pendistribusian

GKR. Esensi dari surat tersebut adalah membatasi distribusi GKR

yaitu langsung dari produsen ke industri pengguna (industri makanan

dan minuman serta farmasi) dan berdasarkan kontrak sehingga lebih

mudah dimonitor. Selanjutnya, basis impor raw sugar oleh GKR juga

didasarkan kontrak antara produsen GKR dengan industri pengguna

sesuai rekomendasi Kementerian Perindustrian.

Monitoring yang efektif di pasar konsumen dapat dilakukan

dengan kemasan dengan tanda yang berbeda antara GKP dan

GKR. Salah satu pembeda yang dapat digunakan adalah berupa

ukuran kemasan (karung). Sebagai contoh, untuk GKP ditentukan

memakai kemasan 50 kg sementara GKR 100 kg.

Solusi Jangka Panjang: Penggabungan Pasar GKP dan GKR

Untuk jangka panjang, penggabungan pasar GKP dengan

GKR adalah pilihan yang rasional. Di samping mampu meniadakan

ketegangan dan kompleksitas kebijakan pergulaan, penggabungan

pasar tersebut dalam jangka panjang diyakini akan memberi

dampak positif sebagai berikut:

a. Pasar/harga gula akan menjadi lebih stabil karena penawaran

dan permintaan gula menjadi lebih elastis; GKP bisa masuk

ke pasar industri dan sebaliknya GKR bisa juga masuk pasar

konsumsi langsung.

b. Konsumen/industri punya lebih banyak pilihan terhadap gula

yang akan di konsumsi/digunakan;

c. Dapat dijadikan sebagai instrumen yang “memaksa” PG GKP

untuk meningkatkan mutu gula dan efisiensi;

d. Pemerintah lebih mudah/sederhana dalam melakukan

pengawasan pasar gula;

Penggabungan pasar tersebut akan menekan PG GKP untuk

lebih serius dan sistematis melakukan upaya peningkatan kualitas

gula dan efisiensi, minimal untuk jangka pendek. Oleh karena itu

PG GKP perlu diberikan dukungan dan bantuan untuk melakukan

beberapa langkah antisipasi. Pertama, pemerintah perlu

memberikan dukungan yang memadai untuk mengkompensasi

dampak negatif (sementara) dari penggabungan pasar tersebut.

Kompensasi tersebut dapat berupa dukungan pendanaan untuk

meningkatkan efisiensi seperti model penyertaan modal negara

(PMN) yang kini tengah dijalankan pemerintah, alokasi impor raw

sugar untuk idle capacity, dan bea masuk raw sugar yang lebih

tinggi untuk gula yang diimpor dari luar ASEAN.

Di samping itu, pemerintah perlu memberi jeda waktu 3-5 tahun

ke PG GKP untuk melakukan persiapan peningkatan efisiensi dan

kualitas, sebelum pasar GKP dan GKR di gabung. Rentang waktu

tersebut perlu dihitung dengan cermat sehingga ketika pasar GKP

dan GKR digabung, dampak negatif yang diterima oleh petani

dan PG menjadi minimal. Jika hal ini bisa terwujud, salah satu

masalah kronis dalam industri dan perdagangan gula sudah dapat

disembuhkan. Semoga!

Page 25: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2524 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Membangun Sistem Logistik

Bawang Merah

Mudatsir

Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan

strategis. Kegunaan bawang merah tidak dapat digantikan

dengan bahan lain (non-complementer). Konsumen rumah tangga

biasanya menggunakan bawang merah dalam bentuk segar

sebagai komponen utama bumbu dapur. Konsumen rumah

tangga merupakan kelompok terbesar pengguna bawang merah.

Kegunaan lain bawang merah antara lain sebagai obat tradisional

dan bahan baku industri (kosmetika, farmasi, dan pangan).

Produksi bawang merah bersifat musiman. Ada masa dimana

pada bulan-bulan tertentu terjadi puncak produksi, tetapi juga

terjadi penurunan produksi pada bulan-bulan lainnya. Produksi

bawang merah fluktuatif, sementara konsumsinya bersifat kontinyu.

Ketidakpastian pasokan dapat menyebabkan fluktuasi harga

dapat terjadi setiap saat. Bawang merah pernah tercatat sebagai

komoditas yang berkontribusi sangat signifikan terhadap kenaikan

inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa bawang merah

berkontribusi signifikan pada inflasi Maret 2013 sebesar 0,44%.

Harga komoditas ini mengalami kenaikan bulanan sebesar 82,3%

dibanding Februari 2013. Selanjutnya pada bulan September 2013

bawang merah memiliki andil -0,49% terhadap deflasi September

dengan perubahan harga terhadap Agustus -38,2%.

Pada bulan Maret 2015 bawang merah kembali menjadi

komponen terbesar penyumbang inflasi. Bawang merah

memiliki andil inflasi 0,1% dengan perubahan harganya 29,05%

karena pasokan berkurang dan curah hujan masih tinggi. Untuk

mengantisipasi kenaikan harga akibat berkurangnya pasokan,

terutama menjelang bulan puasa pemerintah melalui Kementerian

Pertanian dan Perum Bulog melakukan operasi pasar.

Untuk memotong mata rantai pasokan, pemerintah membeli

bawang merah langsung dari petani di sentra bawang merah

(seperti Brebes, Nganjuk, dan Bima) kemudian menjualnya secara

eceran di pasar. Pemerintah menjual langsung secara eceran

dengan maksud memperpendek rantai distribusi dengan haraapan

harga yang diterima konsumen menjadi lebih murah.

Mekanisme ini terbukti berhasil menekan harga eceran bawang

merah dari Rp 30.000/kg menjadi Rp 17.000/kg, akan tetapi

kegiatan ini tidak lebih dari respon reaktif yang hanya berdiri pada

sisi kepentingan konsumen. Pertengahan Juni 2015 pemerintah

menggelar operasi pasar agar harga tertinggi pada kisaran Rp 17

ribu. Belum genap dua bulan sejak operasi pasar, awal Agustus

2015 harga di tingkat petani terjungkal di angka Rp 5-7 ribu.

Gejala ini mengindikasikan mekanisme stabilisasi harga bawang

merah masih belum efektif.

Harga yang melambung tinggi tidak selalu memberi dampak

positif bagi petani, karena harga bibit sebagai input produksi akan

otomatis turut melambung. Harga bibit yang tinggi menyebabkan

biaya produksi yang tinggi. Di sisi lain harga bibit yang mahal tidak

selalu menjamin bahwa saat panen harga tetap tinggi.

Stabilisasi harga bawang merah diperlukan untuk memberikan

kepastian usaha bagi petani dengan harga yang layak, sementara

harga di pasar terjangkau oleh konsumen. Pengendalian harga

dilakukan dengan pengaturan keseimbangan pasokan dan

permintaan pasar. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana

tindakan antisipatif yang perlu dilakukan saat panen raya bawang

merah dan juga saat musim paceklik?

Page 26: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2726 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Sistem Logistik Bawang Merah

Secara nasional volume produksi bawang merah dalam

setahun mampu untuk mencukupi kebutuhan selama setahun.

Mekanisme pasokan bawang merah yang belum terpecahkan

adalah penyerapan hasil panen saat musim panen sehingga

tidak terjadi kelebihan pasokan (over supply) dan menjadikannya

sebagai cadangan (buffer stock) saat musim paceklik.

Tabel 1. Data Produksi dan Kebutuhan

Bawang Merah, 2010-2014No Tahun Produksi(Ton) Kebutuhan(Ton) Surplus/Defisit(Ton)

Konsumsi Benih

1 2010 1,048,934 601,887 241,195 205,852

2 2011 893,124 568,850 206,067 118,207

3 2012 964,221 695,128 218,942 50,151

4 2013 1,010,773 710,235 222,253 78,285

5 2014 1,233,984 775,216 225,648 233,120

Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura (2015), diolah

Sistem logistik diperlukan untuk menjamin ketersediaan

bawang merah untuk masyarakat sepanjang tahun, tanpa

dipengaruhi oleh musim dengan harga yang wajar dan terjangkau.

Sistem logistik bawang merah merupakan tindakan simultan untuk

mengendalikan pasokan bawang merah pada saat paceklik (off

season) maupun saat panen raya (peak season). Sistem logistik

bawang merah menggambarkan alur komoditas bawang merah

sejak panen, pasca panen, penyimpanan, hingga diterima oleh

konsumen akhir melalui mekanisme rantai tata niaga.

Komponen sistem logistik meliputi aspek produksi dan

pengadaan, aspek penyimpanan, aspek distribusi, dan aspek

informasi. Sistem logistik akan memastikan bahwa potensi

produksi, jumlah riil persediaan (termasuk simpanan penyangga),

dan perkiraan kebutuhan (volume dan tujuan pengiriman) harus

terangkum dalam sebuah sistem informasi yang tepat dan akurat.

Informasi persediaan dan sasaran pasokan sangat penting dalam

proses distribusi yang dirancang dengan mempertimbangkan aspek

waktu dan biaya. Kecepatan waktu pelayanan distribusi barang

sangat penting untuk memastikan ketepatan pasokan. Aspek

biaya dirancang untuk meminimumkan biaya transportasi yang akan

berpengaruh terhadap harga pokok barang.

Poros utama sistem logistik adalah badan penyangga yang

berfungsi menyerap dan menyalurkan barang. Fungsi logistik

dikelola oleh lembaga usaha (Bulog atau BUMN Pangan lain)

yang ditunjuk pemerintah untuk mengatur, mengontrol, dan

menjamin ketersediaan bawang merah di pasar. Secara reguler

badan penyangga akan melakukan pembelian bawang merah

melalui koperasi atau gabungan kelompok tani (gapoktan) dengan

sistem kemitraan. Pembentukan kemitraan dengan petani sangat

perlu untuk mencegah persaingan dengan tengkulak yang biasa

melakukan transaksi ijon dengan petani. Seluruh transaksi

direkomendasikan melalui koperasi/gapoktan agar pasokan

kontinyu, kualitas barang terjamin dan keragaman harga di tingkat

petani lebih terkontrol. Pada sisi ini revitalisasi koperasi/gapoktan

menjadi penting sebagai strategi penguatan kelembagaan

ekonomi di tingkat petani.

Harga pembelian oleh Bulog ditetapkan berdasarkan prakiraan

harga Break Event Point (BEP) normal dan harga umum yang

berkembang di tingkat petani. Bulog harus memiliki referensi

harga agar tidak terjadi gap harga antara pembelian oleh Bulog

dengan harga pasar. Untuk itu Bulog tetap perlu memiliki jalur

pembelian melalui lapak (pasar) bawang merah. Pembelian di lapak

merupakan mekanisme kontrol dan harmonisasi harga pembelian

agar tidak terjadi permainan harga di tingkat petani.

Bawang merah bersifat mudah rusak. Dalam periode waktu

tertentu Bulog perlu untuk memperbarui cadangan persediaan

di gudang. Oleh karena itu, di luar kegiatan operasi pasar Bulog

perlu untuk melepas stok di gudang dan menggantinya dengan

pembelian baru. Dalam kondisi normal penjualan cukup dilakukan

melalui distributor ataupun pengecer agar pembentukan harga

terjadi benar-benar mengikuti mekanisme pasar.

Akan tetapi jika mekanisme pasar tidak mampu mengendalikan

harga, Bulog dapat melakukan operasi pasar dengan menjual

bawang merah secara eceran langsung ke masyarakat. Operasi

pasar langsung hanya dilakukan pada saat harga dan kondisi

pasar benar-benar tidak terkendali.

Selain konsumen rumah tangga, kelompok pengguna lain

yang akan diuntungkan dalam sistem ini adalah industri dan petani

bawang merah yang membutuhkan benih. Industri dapat mengatur

dan memenuhi kebutuhan bahan baku bawang merah secara

tepat waktu sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan dan harga

terbaik. Melalui sistem ini lini produksi industri yang menggunakan

bahan baku bawang merah dapat berjalan dengan baik.

Sistem logistik didesain untuk memperpendek mata rantai

tata niaga dari petani hingga konsumen. Rantai distribusi yang

panjang akan menyebabkan kerugian karena selama proses

distribusi bawang merah akan mengalami susut bobot, belum

lagi jika bawang merah rusak dan membusuk. Panjangnya jalur

distribusi menjadi salah satu faktor disparitas harga di tingkat

petani dengan konsumen.

Page 27: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2726 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Rantai distribusi yang perlu dipangkas adalah mata rantai

penghubung sebelum bawang sampai ke pasar. Pihak yang paling

banyak bermain pada mata rantai ini adalah para calo (broker) yang

kerap mengambil porsi marjin yang cukup besar dan menjadi

sumber inefisiensi distribusi bawang merah. Oleh karena itu, jumlah

komponen rantai pasok harus diperpendek agar konsumen tidak

menanggung biaya-biaya yang timbul akaibat proses distribusi.

Dengan jalur distribusi yang efisien biaya-biaya dan kerugian-

kerugian distribusi yang ditanggung konsumen akan lebih murah.

Dalam sistem logistik, peran Bulog adalah memotong rantai

distribusi yang diperankan oleh calo, tengkulak, dan pedagang

perantara. Selain memperpendek rantai distribusi pembelian

oleh Bulog diharapkan dapat memberikan kepastian harga dan

pembayaran kepada petani. Berdasarkan fakta di lapangan,

kerugian yang dialami calo, tengkulak, ataupun pedagang

perantara kerap dibebankan kepada petani melalui pemotongan

pembayaran ataupun penundaan pembayaran/pelunasan.

Gambar 1. Rantai Tata Niaga Bawang Merah.

Petani/Kelompok

Penghubung(Calo)

Pasar Bawang(Lapak)

PedagangPengumpul

PedagangBesar

Distributor/Grosir

Pengecer KONSUMEN

Pasar Induk

Pasar LuarPulau/Propinsi

Page 28: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2928 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Mengelola Surplus

Kekurangan pasokan bawang merah selalu terjadi secara

berulang setiap tahun, terutama pada saat terjadi puncak musim

hujan. Pada musim hujan sebagian petani bawang merah

melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain (terutama padi)

karena budidaya bawang merah pada musim hujan resikonya

sangat tinggi. Oleh karena itu pasokan bawang merah pada musim

hujan selalu menurun secara signifikan. Di sisi lain, saat panen

raya pasokan melimpah, melebihi kebutuhan baik untuk benih,

konsumsi, dan industri.

Opsi impor dapat menjadi solusi untuk menambah pasokan

agar harga bawang merah tidak memberatkan konsumen. Akan

tetapi jalan pintas impor akan melanggengkan ketergantungan

pasokan pangan dari negara lain. Apalagi selama ini keputusan

impor lebih didasarkan pada prognosa produksi bulan berjalan.

Jika produksi diproyeksikan akan mencukupi kebutuhan maka

impor ditunda, jika produksi diprediksi kurang maka kran impor

sehingga keputusan impor kerap tidak tepat karena impor masuk

pada saat masuk musim panen. Karenanya tidak salah kalau

disebut bahwa kebijakan impor cenderung hanya menguntungkan

petani negara lain dengan mengorbankan petani dalam negeri.

Langkah lain yang akan dilakukan pemerintah untuk

menambah pasokan adalah dengan menambah luas tanam.

Penambahan kawasan luas tanam bawang merah dilakukan

untuk menambah produksi nasional. Yang harus dipertimbangkan

secara cermat dan matang dalam pengembangan kawasan baru

adalah keseimbangan antara produksi dan kebutuhan agar tidak

menjadi bom waktu membludaknya produksi yang tidak terserap

pasar saat panen raya. Alih-alih kestabilan harga yang didapat,

justru harga makin terpuruk. Jika ini yang terjadi petani yang akan

kembali menjadi korban.

Paradigma yang harus dibangun adalah bahwa penurunan

pasokan bawang merah bukan karena berkurangnya panen

pada saat musim paceklik. Defisit pasokan bukan karena panen

berkurang. Defisit terjadi karena selama ini surplus produksi saat

panen raya tidak dikelola sebagai cadangan. Oleh karena itu solusi

paling tepat yang harus diterapkan adalah mengelola surplus dan

menjadikannya sebagai stok penyangga (buffer stock).

Bulog sebagai salah satu BUMN yang berpengalaman

mengelola distribusi bahan pangan dapat berperan sebagai badan

penyangga. Bulog melakukan penyerapan saat musim panen raya

untuk dijadikan sebagai stok cadangan. Dengan model buffer stock

ini diharapkan saat panen raya harga tidak anjlok dibawah harga

pokok produksi. Selanjutnya pada saat terjadi penurunan produksi

cadangan ini dilepas untuk mengintervensi pasar agar harga tidak

naik. Sesuai hukum penawaran dan permintaan instrumen untuk

mencegah penurunan harga adalah dengan penyerapan kelebihan

produksi. Instrumen untuk menahan kenaikan harga adalah

dengan menambah pasokan.

Stabilisasi harga dibangun dengan mengontrol dan

mengendalikan pasokan bawang merah ke pasar. Ketika surplus

produksi dikelola sebagai cadangan persediaan dan dilepas ke

pasar saat paceklik, sehingga dua problem utama dalam tata

niaga bawang merah dapat terselesaikan secara simultan.

Mengingat bawang merah adalah komoditas hortikultura

yang bersifat perishable dan harus disimpan dalam bentuk umbi

segar (hidup) dalam pengelolaan sistem logistik bawang merah

maka diperlukan gudang khusus yang mampu menekan tingkat

kerusakan dan susut bobot untuk penyimpanan minimal 3 bulan .

Penyimpanan bawang merah yang umum dilakukan petani

saat ini adalah dengan menggunakan gudang konvensional

(kering) dengan resiko susut bobot kurang lebih 30-50% untuk

penyimpanan selama 3 bulan. Agar susut bobot dan resiko

kerusakan dapat ditekan bawang merah harus disimpan dalam

gudang berpendingin (coldstorage) dengan kondisi suhu dan

kelembaban tertentu.

Pemerintah harus menyediakan coldstorage di sentra-sentra

utama bawang merah. Pemerintah dapat mengalihkan dana subsidi

input produksi menjadi subsidi pasca panen untuk pengadaan

infrastruktur dan fasilitas pergudangan, termasuk coldstorage.

Prinsip utama penggunaan coldstorage adalah untuk

menambah umur simpan bawang merah. Jika dengan gudang

konvensional bawang merah hanya mampu disimpan (untuk

konsumsi) maksimal 1 bulan, maka dengan coldstorage bawang

merah bila disimpan sampai 4-6 bulan dengan kualitas yang tetap

terjaga (bawang masih tetap segar).

Penutup

Perbaikan sistem logistik bawang merah diharapkan dapat

mengatasi problem pasokan baik pada musim panen raya maupun

saat tidak panen. Dengan adanya kontrol stok penyangga pasokan

bawang merah segar dan berkualitas tetap terjamin sepanjang

waktu sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi tanpa dibatasi

oleh musim.

Instrumen pengelolaan pasokan sistem logistik bawang merah

dimaksudkan untuk melindungi kepentingan konsumen dan

keberlangsungan usaha pada semua titik mata rantai agribisnis

bawang merah. Agar sistem berjalan efektif dan tepat sasaran,

tentu saja perlu mendapat dukungan semua pihak dengan kajian

yang komprehensif yang juga melibatkan semua pihak.

BIODATA PENULIS

Nama : Mudatsir

Pekerjaan : Petani bawang merah

Organisasi : Dewan Bawang Merah Nasional (DEBNAS, Sekretaris

Jenderal)

Email : [email protected]

Page 29: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 2928 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Kopi adalah salah satu komoditas pertanian yang prospek

pasarnya terus meningkat. Beberapa daerah di Indonesia

membudidayakan tanaman tersebut, dan menjadikannya sebagai

andalan ekspor yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

petani pedesaan dan pendapatan daerah. Salah satu propinsi

yang merupakan penghasil kopi dan mempunyai potensi untuk

dikembangkan adalah Propinsi Papua.

Papua mempunyai komoditi prioritas hasil pertanian/

kehutanan yang meliputi Crude Palm Oil (CPO), kopi, kakao,

karet, dan udang. Sementara itu hasil industri Papua terdiri dari

furniture, tekstil dan produk tekstil, produk elektronika, alas kaki,

komponen otomotif, barang kerajinan, kulit dan produk kulit,

perhiasan, perlengkapan tulis non kertas, dan alat-alat kesehatan.

Papua juga mempunyai komoditi potensial hasil pertanian/

kehutanan meliputi: obat tradisional/jamu, minyak atsiri, rempah-

rempah, ikan dan produk ikan dan makanan olahan. Dari komoditi

tersebut yang mempunyai peluang untuk menjadi komoditi

ekspor antara lain: kopi, kakao, buah merah, rumput laut, minyak

kelapa sawit, kopra dan minyak kelapa, kelapa parut kering, karet

vanili, barang kerajinan, industri perkayuan, ikan asap dan sagu

(Raker Kemendag, 2015).

Provinsi Papua mempunyai dua daerah utama penghasil kopi yaitu

di Lembah Baliem (dataran tinggi Jayawijaya) yang mengelilingi kota

Wamena dan Lembah Kamu di daerah Nabire di sisi timur dataran

tinggi yang mengelilingi kota Moanemani. Walaupun letak daerah ini

terdapat di pedalaman yang sarana tranportasinya terbatas, tetapi

sudah lama dikembangkan tanaman kopi jenis Arabica.

Kopi Papua termasuk jenis kopi berkualitas baik karena

tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.600 m di

BERITA PENDEK PERDAGANGAN

atas permukaan laut sehingga menghasilkan cita rasa yang

tinggi. Kopi Papua dapat digolongkan ke dalam kopi organik

karena proses pertumbuhannya (tidak memakai pupuk kimia,

pestisida, dan herbisida) serta memiliki kadar asam yang

rendah sehingga aman diminum bagi semua orang. Untuk lebih

meningkatkan cita rasa dari kopi ada beberapa produsen yang

menyimpannya selama satu tahun sebelum di pasarkan sehingga

memberikan aroma woody dan kayu manis dengan karakter

yang ringan dan hangat. Bagi pecandu kopi, rasa kopi Papua

mempunyai kesamaan dengan Jamaica Blue Mountain Coffee

yang merupakan kopi premium. Kopi Papua sudah di ekspor

ke beberapa negara seperti Singapura, Belanda serta Australia.

Sejak tahun 2008 kopi arabika Wamena sudah di ekspor ke

Amerika (Disbun Papua, 2013).

Tahun 2010 produksi kopi di Propinsi Papua sebesar 1.676

ton/tahun, produksinya menurun sebesar 12% dibanding

tahun sebelumnya disebabkan karena rendahnya produktivitas

dan adanya gangguan cuaca. Produksi kopi Papua menurun

kembali tahun 2012 sampai tahun 2013 sebesar 0,6%

dibanding tahun 2011, faktor penyebabnya adalah gangguan

cuaca (Basis Data Kementan, 2015).

Pemerintah daerah Papua berusaha untuk membudidayakan

tanaman kopi sebagai komoditas unggulan daerah, sampai saat ini

sudah lebih dari 10.000 Ha lahan telah di tanami kopi khususnya di

Wamena. Tantangan pemerintah Papua dalam mengembangkan

produk kopi adalah kurangnya mesin pengolahan kopi, rendahnya

jiwa kewirausahaan petani kopi, dan perlunya bantuan penguatan

modal serta kontinuitas supply produk yang belum terjamin

(Raker Kemendag, 2015). (Puspita Dewi)

Mengenal Kopi Papua

Page 30: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3130 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Mengenal Lebih Dekat UPTD Metrologi Legal Kota Batam

Pemerintah wajib melindungi dan memberikan jaminan bagi

warganya dalam hal kebenaran dan ketertiban pengukuran,

serta memberikan kepastian hukum terhadap pemakaian satuan

ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan alat-alat Ukur, Takar,

Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) seperti yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (UUML).

Peningkatan pelayanan kemetrologian yang berorientasi pada tertib

ukur seperti yang termaktub dalam UUML tersebut diharapkan dapat

meningkatkan perlindungan konsumen, pengamanan perdagangan,

serta meningkatkan daya saing nasional.

Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu (UPT)/Unit Pelayanan

Terpadu Daerah (UPTD) Metrologi Legal merupakan langkah

pemerintah untuk menjalankan mandat UUML. Saat ini jumlah UPT/

UPTD Metrologi Legal yang dimiliki Indonesia sebanyak 56 UPT/

UPTD, yaitu satu UPT Pusat langsung berada di bawah Direktorat

Metrologi, 52 UPTD Metrologi Legal Provinsi, dan tiga UPTD

Metrologi Legal Kabupaten/Kota (Surabaya, Batam dan Malang).

UPTD Metrologi Legal Kota Batam menjadi Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) pertama di lingkungan kota Batam

yang sudah mendapatkan sertifikat dari International Organization

for Standardization (ISO) 9001:2008 untuk provision of calibration

services (penyediaan jasa kalibrasi) yang berlaku selama tiga

tahun (19 Desember 2014-18 Desember 2017). Dengan sertifikat

tersebut, sistem manajemen mutu di UPTD Metrologi Legal

Kota Batam sudah diakui secara internasional dan Batam sudah

menjadi daerah tertib ukur.

ISO 9001: 2008 merupakan sertifikat penjamin mutu (quality

management system) yang menetapkan persyaratan untuk

sistem mutu manajemen dimana organisasi perlu menunjukkan

kemampuannya secara konsisten dalam menyediakan produk

atau jasa yang memenuhi persyaratan pelanggan berdasarkan

hukum dan persyaratan yang berlaku. Kepuasan pelanggan

didapatkan melalui penerapan sistem yang efektif, termasuk

penilaian dari proses perbaikan yang berkesinambungan.

Dalam wawancara dengan Kepala UPTD Metrologi Legal

Kota Batam, Ahmad Elfasi, bahwa berdasarkan Surat Keterangan

Kelayakan Pelaksanaan Tera dan Tera Ulang, UPTD Metrologi

Legal Kota Batam memiliki 23 wewenang dan wilayah kerjanya

mencakup 12 kecamatan di kota Batam yang terdiri dari tiga

daerah lautan dan Sembilan daerah daratan, serta melingkupi

35 pasar dan 34 SPBU. Saat ini, UPDT Metrologi Legal Batam

sedang dalam tahap penambahan lima wewenang.

Tim Survei Warta Pengkajian Perdagangan Melakukan Kunjungan ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal, Kota Batam.

Page 31: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3130 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Jenis-jenis Alat Ukur Timbangan Yang Akan Dilakukan Tera.

Penera UPTD Kota Batam menjelaskan Timbangan yang akan Dilakukan Tera Ulang.

(50 unit); Flow meter/master meter (50 unit); dan Timbangan yang

dimiliki sebanyak 10.000 unit.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/

Kota melaksanakan metrologi legal berupa tera, tera ulang

dan pengawasan. Dengan demikian telah terjadi pelimpahan

wewenang fungsi melaksanakan metrologi legal dari Pemerintah

Pusat ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,

Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota perlu membangun UPTD Metrologi Legal

yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

sebaran infrastruktur/sarana dan prasarana kemetrologian

guna mewujudkan tertib ukur sebagai upaya perlindungan

konsumen. Pembangunan UPTD ini tentu saja membutuhkan

modal yang besar dan komitmen yang kuat dari seluruh pihak

yang terlibat. (Maulida Lestari & Reni K. Arianti)

UPTD Metrologi Legal melaksanakan tugas memberikan

pelayanan tera, tera ulang dan pengawasan terhadap alat UTTP.

Pengukuran semua standar peralatan metrologi harus memiliki

ketelusuran kalibarasi. Ruang lingkup kerja UTTP Kota Batam

adalah meter taksi (argo), meteran air, Kwh meter, pompa ukur,

timbangan dan sebagainya. Berdasarkan UU Metrologi legal,

alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya harus ditera

kembali secara berkala. Periode wajib tera masing-masing

peralatan tersebut berbeda-beda, untuk timbangan satu kali

satu tahun, argo taksi juga satu kali satu tahun dan kwh meter

satu kali 10 tahun.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh UPTD Metrologi

Legal Kota Batam sangat terbatas, hanya memiliki empat orang

Penera Ahli. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi UPTD

Metrologi Legal Kota Batam dalam meningkatkan daya saing

pelayanan UPTD ini. Dengan keterbatasan SDM, UPTD Metologi

Legal Kota Batam telah melakukan kerjasama dengan Universitas

Sumatera Utara (USU) dalam menghasilkan lulusan D3 Metrologi

yang handal untuk membantu tugas para penera. Kedepan,

kerjasama serupa diharapkan melebar dengan Institut Teknologi

Bandung (ITB), dan Institut Teknologi Surabaya (ITS).

Potensi UTTP di Kota Batam sangat mendukung kondisi

Batam sebagai daerah industri dan daerah perbatasan dengan

Negara tetangga Singapura dan Malaysia. Adapun potensi yang

dimiliki tersebut antara lain: Meter taksi ada sebanyak 3500 unit;

Tanki Ukur Tegak Silinder Tetap (TUTSIT) sebanyak 550 unit; Tanki

Ukur Silinder Dasar (TUTSIDA) sebanyak 150 unit; Flow meter air

(230.000 unit); Kwh meter (260.000 unit); Tanki Ukur Mobil (TUM)

sebanyak 300 unit; Pompa ukur (400 unit); Timbangan jembatan

Page 32: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3332 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Kementerian Perdagangan (Kemendag) merevisi dan

menerbitkan beberapa peraturan baru (dalam bentuk

Peraturan Menteri Perdagangan/Permendag) sebagai langkah

nyata Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I Pemerintahan Jokowi-

JK tentang Deregulasi dan Debirokratisasi yang diluncurkan

pada 9 September 2015. Menurut Menteri Perdagangan

Thomas Lembong, tujuan dari paket kebijakan deregulasi

dan debirokratisasi untuk sektor perdagangan adalah untuk

mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah

dan menjaga kepercayaan investor kepada negara. Selain itu

kebijakan ini juga bertujuan menyederhanakan proses perizinan

dan peraturan sehingga dapat mengurangi beban administrasi dan

perizinan yang dinilai sulit oleh para pelaku usaha.

Hingga akhir Oktober 2015, Data Kemendag (2015)

menyebutkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) yang

dirilis terkait debirokratisasi dan deregulasi adalah:

1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Angka Pengenal Importir (API);

2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 tentang

Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan

Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan

Jasa yang Diperdagangkan;

4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 73/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Kewajiban Pencantuman Label dalam

Bahasa Indonesia pada Barang;

5. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 74/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Perdagangan Antarpulau Gula Kristal

Rafinasi yang berlaku 28 September 2015;

6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Pencabutan Atas Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan Nomor 528/MPP/KEP/7/2002

tentang Ketentuan Impor Cengkeh;

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 76/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Pencabutan Atas Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2010 tentang

Ketentuan Impor Mesin, Peralatan Mesin, Bahan Baku,

Cakram Optik Kosong, dan Cakram Optik Isi sebagaimana

Langkah Deregulasi dan Debirokratisasi

Kementerian Perdagangan

telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

35/M-DAG/PER/5/2012;

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Pencabutan Atas Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 41/M-DAG/PER/12/2011 tentang

Ketentuan Impor Sodium Tripholyphosphate (STPP);

9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78/M-DAG/

PER/9/2015 tentang Pencabutan Atas Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 45/M-DAG/PER/6/2015 tentang

Ketentuan Impor Ban;

10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83/M-DAG/

PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak

Lapisan Ozon;

11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/

PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Barang Berbasis

Sistem Pendingin;

12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015

tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil;

13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 86/M-DAG/

PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Produk Tekstil Dan

Produk Tekstil Batik dan Motif Batik;

14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/

PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu;

15. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 89/M-DAG/

PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri

Kehutanan.

Inti dari seluruh permendag baru tersebut adalah pencabutan

peraturan lama, penyederhanan proses atau ketentuan,

kemudahan pelaksanaan kegiatan ekspor-impor, pengurangan

persyaratan yang tidak relevan, serta menghilangkan pemeriksaan

yang tidak diperlukan yang selama ini dipersyaratkan oleh berbagai

kementerian atau lembaga pemerintah (Antaranews, 2015).

Adapun isi lengkap dari masing-masing Permendag tersebut

dapat dilihat dan diunduh melalui alamat http://jdih.kemendag.

go.id/id/regulations.

Beban regulasi dan birokrasi memang telah lama menjadi salah

satu penyebab inefisiensi perdagangan dalam memenuhi kebutuhan

industri, konsumsi, dan ekspor. Oleh karena itu respon cepat

Kemendag dalam urusan deregulasi dan debirokratisasi diharapkan

dapat meningkatkan daya saing sektor perdagangan dan memacu

pertumbuhan ekonomi yang melambat. (Primakrisna T.)

32 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Page 33: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3332 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Merakit Bersama Ponsel Produksi Indonesia

Tahun 2017 akan menjadi tahun pembuktian bagi industri

telepon seluler (ponsel) di tanah air untuk menunjukkan

komitmennya dalam mewujudkan ponsel produksi Indonesia.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian

Perindustrian serta Kementerian Komunikasi dan Informatika

pada rapat bersama tanggal 3 Juli 2015 telah menyepakati aturan

Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk ponsel 4G sebesar

30% dan jaringan 4G sebesar 40% yang akan berlaku efektif

pada 1 Januari 2017. Aturan ini tertuang dalam Permenkominfo

No. 27 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Alat dan/atau

Perangkat-Perangkat Telekomunikasi Berbasis Standar Teknologi

Long Term Evolution. Sebagai langkah awal, aturan TKDN tersebut

akan diterapkan terlebih dulu untuk perangkat dan jaringan 4G

berteknologi Long Term Evolution Frequency Division Duplexing

(LTE FDD) atau yang beroperasi pada pita frekuensi radio 2 100

MHz, 1 800 MHz, 900 MHz, dan 800 MHz (Kominfo, 2015).

Sebagai konsekuensi regulasi ini, industri ponsel atau perangkat

jaringan 4G yang tidak memenuhi kewajiban TKDN akan dilarang

masuk ke pasar Indonesia.

Rapat bersama Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Perindustrian tentang TKDN sektor Telekomunikasi pada 3 Juli 2015 di Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Selanjutnya ketiga Menteri sepakat untuk segera menyusun

Surat Edaran Bersama (SEB) dan merevisi aturan terkait di

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

Aturan-aturan yang akan direvisi adalah Peraturan Menteri

Perdagangan (Permendag) No. 48/M-DAG/PER/8/2014

mengenai Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan

No. 82/M-DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Telepon

Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet dan Peraturan

Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 69/M-IND/PER/9/2014

tentang Ketentuan Tata Cara Penghitungan Nilai TKDN Industri

Elektronik dan Telematika. Pasal-pasal yang akan direvisi untuk

menyesuaikan dengan peraturan terbaru terkait dengan aturan

TKDN ini masih dalam pembahasan.

Menurut data Kementerian Perdagangan, nilai impor ponsel

tahun 2010-2014 mengalami peningkatan setiap tahun, bahkan

pada tahun 2014 meningkat sebesar 25,4% dibandingkan tahun

2010 dengan volume impor 2014 sebesar 13,78 ribu ton. Sebagian

besar impor ponsel tersebut berasal dari Republik Rakyat Tiongkok

(RRT) dengan pangsa sebesar 65,35% (Kemendag, 2015).

Tingginya nilai impor ini juga menjadi alasan bagi pemerintah untuk

segera merealisasikan industri ponsel dalam negeri yang memiliki

pabrik perakitan sendiri atau memberikan kesempatan bagi

investor untuk bekerjasama dengan perusahaan jasa manufaktur

elektronik lokal.

Kementerian Perdagangan bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Perindustrian, melakukan Konferensi Pers Bersama tentang TKDN Perangkat 4G pada 3 Juli 2015 di Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Saat ini tercatat 16 merek ponsel yang perakitannya

dilakukan di dalam negeri dan mencapai TKDN 20%. Merek-

merek tersebut adalah Polytron, Evercoss, Advan, Axioo, Mito,

Gosco, SPC, Asiafone, Oppo, Haier, Huawei, Smartfren, Bolt,

Ivo, Lenovo, dan Samsung (Kemenperin, 2015). Dari ke-16

merek tersebut, beberapa diantaranya seperti Samsung dan

Haier sudah mempersiapkan diri dengan persyaratan TKDN

30%, bahkan berencana menambah produksinya di Indonesia

untuk tujuan ekspor. (Primakrisna T. & Dwi Yulianto)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 33

Page 34: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3534 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Policy Dialogue Series #4: Peran Trading House dalam rangka Mendorong

Kinerja Ekspor IndonesiaBadan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Perdagangan (BP2KP) bekerjasama dengan Australia

Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG)

kembali menyelenggarakan Policy Dialogue Series (PDS). PDS

edisi ke-4 dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Agustus 2015 di

Auditorium Kementerian Perdagangan dan secara resmi dibuka

oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan. Acara

ini menghadirkan empat narasumber yaitu Direktur Jenderal

Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan

yang membahas tentang Peran Pemerintah Untuk Peningkatan

Ekspor Melalui Pengembangan Trading House, Head of

Corporate HRD & GA Division KORINDO GROUP yang

membahas Peran dan Kebijakan Pemerintah Korea Selatan

dalam mendukung pengembangan Trading House di Korea

Selatan, Presiden Direktur Japan External Trade Organization

(JETRO) yang membahas Pengalaman Pemerintah Jepang

Dalam Pengembangan Ekspor dan Peningkatan Investasi serta

Perkenalan Konsep General Trading Company (Trading House),

serta Direktur Utama PT. SARINAH yang membahas Konsep

PT. SARINAH tentang Trading House di Indonesia dalam

mendukung pencapaian target peningkatan ekspor di tahun

2019. Seluruh peserta yang hadir dalam acara ini berasal dari

berbagai institusi pemerintahan, para pelaku usaha, asosiasi,

dan tenaga ahli.

SERBA SERBI

Diseminasi Hasil Kajian BP2KP di JakartaBadan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Perdagangan (BP2KP)

menyelenggarakan Diseminasi Hasil Kajian

di Istana Ballroom Hotel Sari Pan Pasifik,

Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2015.

Acara ini membahas dua hasil kajian BP2KP,

yaitu Analisis Dampak Kebijakan Ekspor

Timah Terhadap Kinerja Timah Indonesia

yang merupakan kajian dari Pusat Kebijakan

Perdagangan Luar Negeri dan Pengawasan

Barang Beredar di Daerah Perbatasan yang

merupakan kajian dari Pusat Pusat Kebijakan

Perdagangan Dalam Negeri.

Page 35: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3534 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Policy Dialogue Series #5: Effective Rate of

Protection Analysis for IndonesiaKepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Perdagangan (BP2KP) Kementerian Perdagangan, Ibu Tjahya

Widayanti membuka acara Policy Dialogue Series ke-5 dengan

tema Effective Rate of Protection Analysis for Indonesia yang

berlangsung di Auditorium Kementerian Perdagangan pada hari

Rabu, 19 Agustus 2015. Acara dialog tersebut dimoderatori

Serah Terima Jabatan Eselon II BP2KPKepala Badan Pengkajian dan

Pengembangan Kebijakan Perdagangan

(BP2KP), Ibu Tjahya Widayanti memimpin

dan memberikan sambutan pada acara

Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala

Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan

Internasional (Kapusjak KPI) dan Kepala

Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin)

pada hari Senin, 10 Agustus 2015 di Lantai

15 Kementerian Perdagangan. Sertijab

Kapusjak KPI diserahkan dari Bapak Martua

Sihombing kepada Ibu Sri Nastiti Budianti,

sedangkan Sertijab Kapusdatin diserahkan

dari Bapak Marthin kepada Ibu Tjahya

Widayanti untuk sementara waktu. Acara ini

dihadiri oleh seluruh pejabat Eselon II, III dan

IV di Lingkungan BP2KP.

oleh Staf Ahli Bidang Diplomasi Perdagangan, Ibu Sondang

Anggraini dengan narasumber Mr. Stephen Marks, International

Trade Economist (AIPEG) dan empat orang penanggap, yaitu

Ibu Moekti Soejachmoen (Mandiri Institute), Bapak Harry

Hanawi (GAPMMI), Bapak Hatanto Reksodipoetro (TRAP), dan

Bapak Ade Sudrajat (Asosiasi Pertekstilan Indonesia).

Page 36: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3736 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Rapat Dewan Redaksi dan Mitra Bestari

Buletin Ilmiah Litbang PerdaganganRapat Dewan Redaksi Buletin Ilmiah Perdagangan (BILP)

Edisi II tahun 2015 dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Agustus

2015 di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Cirebon Jawa

Barat. Rapat dihadiri oleh Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan

Dalam Negeri BP2KP, Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan

Policy Dialogue Series #6 Pengembangan Jasa

Pergundangan dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing

Sistem Logistik di IndonesiaBadan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Perdagangan (BP2KP) bekerjasama dengan Australia

Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG)

menyelenggarakan Policy Dialogue Series (PDS) ke-6 pada

hari Selasa, 22 September 2015 di Auditorium Kementerian

Perdagangan. Acara yang dibuka oleh Inspektur Jenderal

Kementerian Perdagangan ini menyajikan empat topik

presentasi yaitu Kebijakan Pergudangan di Indonesia,

Membangun Subsektor Pergudangan yang Berdaya Saing,

Strategi Membangun Jasa Pergudangan yang Berdaya Saing:

Peluang dan Tantangan, dan Persepsi Industri terhadap

Industri Penyedia Jasa Pergudangan. Narasumber dalam

acara ini adalah Dr. Samantak Das (Chief Economist &

National Director- Research Knight Frank (India) Pvt. Ltd), Dr.

Nofrisel, SE, MM, CSLP (Direktur Teknik dan Pengembangan

PT Bhanda Ghara Reksa), Bapak Frengki Simanjuntak (Pjs.

Manager Perencanaan Pemasaran PT Pupuk Indonesia

Luar Negeri BP2KP, Akademisi dan Peneliti Senior yang

tergabung sebagai Mitra Bestari serta Redaksi Pelaksana Buletin

Ilmiah Perdagangan. Dalam rapat kali ini, Mitra Bestari menilai

pilihan topik penelitian dan naskah yang layak untuk dimuat pada

Edisi II yang akan terbit pada bulan Desember 2015.

Persero) dan Bapak Jimmy Bella (Direktur Logistik dan Sarana

Distribusi Ditjen PDN Kemendag) dengan moderator Bapak

Ardiansyah Parman.

Page 37: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3736 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

Diseminasi Hasil Kajian BP2KP di Hotel Aryaduta

JakartaBadan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Perdagangan (BP2KP)

menyelenggarakan Diseminasi Hasil Kajian

ke-2 di Jakarta pada hari Rabu, 30

September 2015di Hotel Aryaduta Jakarta.

Acara ini membahas dua hasil kajian BP2KP,

yaitu Kebijakan Perdagangan dalam

Menghadapi ASEAN Economic Community

(AEC) 2015 dan Analisis Pengembangan

Sektor Jasa Ritel Dalam Rangka Pemanfaatan

ASEAN Framework Agreement in Services

(AFAS) yang seluruhnya merupakan kajian

dari Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan

Internasional.

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Perdagangan (BP2KP) menyelenggarakan acara Bedah

Naskah Info Komoditi Rumput Laut di Ruang Dahlia Gedung I

Kementerian Perdagangan pada hari Rabu, 7 Oktober 2015.

Acara ini dibuka oleh Kepala BP2KP dan menghadirkan

narasumber dari Kementerian Perindustrian, Kementerian

Kelautan dan Perikanan, dan Asosiasi Industri Rumput

Laut Indonesia (ASTRULI) dengan moderator Kepala Pusat

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri BP2KP. Peserta kegiatan

ini adalah para peneliti, perwakilan dari instansi terkait, serta

akademisi dari Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian

Bogor (IPB), Universitas Trisakti dan School of Government

and Public Policy (SGPP).

Bedah Naskah Info

Komoditi

Rumput Laut

Page 38: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3938 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

DATA STATISTIK PERDAGANGAN

Catatan: Per Februari Tahun 2013, Satuan Minyak Goreng Kemasan dan Minyak Goreng Curah Berubah Menjadi 1 Liter.Sumber: Dinas Perindag, diolah Ditjen PDN

PERKEMBANGAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK

DAN BARANG JENIS LAINNYA SECARA NASIONAL

SELAMA BULAN MEI 2015 SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2015

NO KOMODITI SATUAN 2015 AGUSTUS Prbhn

Minggu Rata2 Agu’15:

Agst’15 : Jul’15

(%)

Mei Jun Jul Agt Mg I Mg II Mg III Mg IV

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Beras Medium Kg 9,925 9,928 10,009 10,122 10,050 10,111 10,156 10,163 10,120 1.13

2 Gula Pasir Kg 12,538 13,120 13,041 12,927 12,959 12,946 12,934 12,889 12,932 (0.87)

3 Minyak Goreng Kemasan Ltr 15,201 15,216 15,190 15,164 15,136 15,135 15,179 15,203 15,163 (0.17)

4 Minyak Goreng Curah Ltr 11,186 11,249 11,212 11,006 11,112 11,069 11,008 10,868 11,014 (1.84)

5 Daging Sapi Kg 102,611 104,842 107,669 108,793 107,095 109,540 109,205 109,320 108,790 1.04

6 Daging Ayam Broiler Kg 29,150 30,995 31,966 33,248 32,447 32,910 33,742 33,889 33,247 4.01

7 Daging Ayam Kampung Kg 60,315 62,002 63,665 64,215 63,750 63,733 64,670 64,609 64,190 0.87

8 Telur Ayam Ras Kg 21,478 22,756 22,602 22,641 22,164 22,392 23,190 22,927 22,668 0.17

9 Telur Ayam Kampung Kg 41,850 41,420 41,501 41,344 41,127 41,361 41,384 41,483 41,339 (0.38)

10 Susu Kental Manis 397g 10,302 10,249 10,251 10,269 10,268 10,269 10,281 10,264 10,270 0.17

11 Tepung Terigu Kg 8,883 8,904 8,983 9,011 9,010 9,005 9,005 9,018 9,009 0.32

12 Kedelai Impor Kg 11,127 11,019 11,054 11,007 11,012 11,047 11,005 10,972 11,009 (0.42)

13 Kedelai lokal Kg 10,890 10,862 10,901 10,823 10,901 10,755 10,822 10,815 10,823 (0.72)

14 Mie Instant Bngks 2,119 2,114 2,122 2,129 2,127 2,127 2,132 2,130 2,129 0.34

15 Cabe Merah Keriting Kg 27,293 32,504 32,653 35,038 33,241 36,388 35,919 34,733 35,071 7.30

16 Cabe Merah Biasa Kg 29,685 32,521 30,976 32,537 31,158 33,721 33,423 32,070 32,593 5.04

17 Bawang Merah Kg 32,612 32,998 25,523 21,311 22,973 21,630 20,795 20,065 21,366 (16.51)

18 Bawang Putih Kg 20,878 21,964 21,719 21,536 21,527 21,379 21,335 21,782 21,506 (0.84)

19 Ikan Teri Asin Kg 66,783 67,103 67,207 67,108 67,489 67,025 67,220 66,811 67,136 (0.15)

20 Kacang Hijau Kg 20,371 20,916 21,307 21,163 21,321 21,268 21,043 21,029 21,165 (0.68)

21 Kacang Tanah Kg 21,686 23,453 24,986 24,762 24,658 24,752 24,778 24,868 24,764 (0.90)

22 Ketela Pohon Kg 5,188 5,165 5,313 5,364 5,348 5,362 5,368 5,428 5,377 0.96

23 Jagung Pipilan Kg 6,454 6,357 6,400 6,488 6,414 6,470 6,536 6,522 6,486 1.38

Page 39: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 3938 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

PERIODE 2010-2015 (JANUARI-JULI)

No. URAIAN Nilai : Juta USD JAN - JUL Perub Tren

2010 2011 2012 2013 2014 2014 2015 15/14 (%) 10-14(%)

I. Ekspor 157,779.1 203,496.6 190,020.3 182,551.8 176,292.7 102,948.7 89,817.8 -12.75 1.14

- Migas 28,039.6 41,477.0 36,977 32,633.0 30,331.9 18,181.4 11,391.4 -37.35 -0.82

- Non Migas 129,739.5 162,019.6 153,043.0 149,918.8 145,960.8 84,767.2 78,426.3 -7.48 1.59

II. Impor 135,663.3 177,435.6 191,689.5 186,628.7 178,178.8 104,035.4 84,032.0 -19.23 6.14

- Migas 27,412.7 40,701.5 42,564.2 45,266.4 43,459.9 25,968.9 15,391.2 -40.73 10.83

- Non Migas 108,250.6 136,734.0 149,125.3 141,362.3 134,718.9 78,066.5 68,640.8 -12.07 4.82

III. Total Perdagangan 293,442.4 380,932.2 381,709.7 369,180.5 354,471.5 206,984.0 173,849.8 -16.01 3.53

- Migas 55,452.3 82,178.6 79,541.4 77,899.4 73,791.8 44,150.3 26,782.6 -39.34 5.32

- Non Migas 237,990.1 298,753.6 302,168.3 291,281.1 280,679.7 162,833.7 147,067.1 -9.68 3.09

IV. Neraca 22,115.8 26,061.1 -1,669.2 -4,076.9 -1,886.2 -1,086.7 5,785.7 632.41 -

- Migas 626.9 775.5 -5,586.9 -12,633.3 -13,128.0 -7,787.5 -3,999.8 48.64 -

- Non Migas 21,488.9 25,285.5 3,917.7 8,556.4 11,241.9 6,700.8 9,785.5 46.04 -21.17

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

PERIODE: MEI 2015-AGUSTUS 2015*

URAIAN

NILAI (JUTA USD) JAN - AGUPERUBAHAN

MEI JUNI JULI AGU *) 2014 2015* 15/14 (%)

I Ekspor 12,690.2 13,506.1 11,465.8 12,702.8 102,948.7 102,520.6 -0.42

- Migas 1,370.3 1,439.9 1,421.8 1,530.8 18,181.4 12,922.3 -28.93

- Non Migas 11,319.9 12,066.2 10,043.9 11,172.0 84,767.2 89,598.3 5.70

II Impor 11,613.6 12,978.1 10,081.9 12,269.0 104,035.4 96,300.3 -7.44

- Migas 2,080.5 2,577.5 2,294.3 2,108.0 25,968.9 17,499.3 -32.61

- Non Migas 9,533.1 10,400.5 7,787.6 10,161.0 78,066.5 78,801.0 0.94

III Total Perdagangan 24,303.8 26,484.2 21,547.6 24,971.8 206,984.0 198,820.9 -3.94

- Migas 3,450.8 4,017.4 3,716.1 3,638.8 44,150.3 30,421.6 -31.10

- Non Migas 20,853.0 22,466.7 17,831.5 21,333.0 162,833.7 168,399.3 3.42

IV Neraca 1,076.6 528.0 1,383.9 433.8 -1,086.7 6,220.3 -672.40

- Migas -710.2 -1,137.7 -872.5 -577.2 -7,787.5 -4,577.0 -41.23

- Non Migas 1,786.9 1,665.6 2,256.4 1,011.0 6,700.8 10,797.3 61.14

Sumber : BPS (2015), diolah Pusdatin, BP2KP Kementerian Perdagangan

Catatan : *) Angka Sementara

Sumber : BPS (2015), diolah Pusdatin, BP2KP Kementerian Perdagangan

Page 40: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Isi_Warta_9_BP2KP-2015.pdf · untuk masyarakat sepanjang tahun, ... Sebagai contoh, rumput laut jenis E.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015 PB40 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume IlI. No. 9, Tahun 2015

EKSPOR - IMPOR INDONESIA,

2O10 - 2O15 (JANUARI-APRIL)(Nilai : Juta USD)

225.000.00

200.000.00

175.000.00

150.000.00

125.000.00

100.000.00

75.000.00

50.000.00

25.000.00

0.0 2010 2011 2012 2013 2014 2014 (Jan-Jul) 2015 (Jan-Jul)

Ekspor 157,779.1 203,496.6 190,020.3 182,551.8 176,292.7 102,948.7 89,817.8

Impor 135,663.3 177,435.6 191,689.5 186,628.7 178,178.8 104,035.4 84,032.0

(Nilai : Juta USD)

30.000,0

25.000,0

20.000,0

15.000,0

10.000,0

5.000,0

0.0

-5.000,0

-10.000,0

-15.000,0

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA,

Periode 2O10 - 2O15 (Januari-April)

Sumber : BPS (2015), diolah Pusdatin, BP2KP Kementerian Perdagangan

Sumber : BPS (2015), diolah Pusdatin, BP2KP Kementerian Perdagangan

2010 2011 2012 2013 2014 2014 (Jan-Jul) 2015 (Jan-Jul)

Migas 626.9 775.5 -5,586.9 -12,633.3 -13,128.0 -7,787.5 -3,999.8

Non Migas 21,488.9 25,285.5 3,917.7 8,556.4 11,241.9 6,700.8 9,785.5

40 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume lII. No. 9, Tahun 2015