Daftar Isi -...

36
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 1 Daftar Isi Dari Redaksi Indonesia memerlukan strategi diplomasi perdagangan yang tepat agar memperoleh keuntungan dalam kerja sama perdagangan yang ditawarkan. Dalam negosiasi perdagangan perlu ada pemetaan penentuan negara prioritas yang potensial untuk penjajakan kerja sama dan komoditas potensial yang dibuka akses pasarnya berdasarkan parameter tertentu. Hal. 2 Hal. 17 Hal. 11 Salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang potensial bagi Indonesia untuk melakukan kerja sama adalah Yordania. Yordania menjadi penting bagi Indonesia karena Yordania dapat menjadi hub bagi produk Indonesia ke negara- negara di kawasan tersebut dan juga hub bagi negara-negara yang telah melakukan FTA dengan Yordania. POTENSI PASAR INDONESIA DI YORDANIA MASIH MENARIKKAH TARIF PREFERENSI BAGI IMPOR? Indonesia masih membutuhkan berbagai produk impor terutama untuk bahan baku dan barang modal bagi peningkatan industri dan perekonomian nasional. Tulisan ini menjelaskan kinerja impor yang memanfaatkan tarif preferensi, secara ringkas sub bab yang dibahas adalah perkembangan impor secara umum, perkembangan impor berdasarkan skema preferensi kerja sama perdagangan, serta kendala dan langkah dalam mendorong impor yang memanfaatkan tarif preferensi. Hal. 22 TUNISIA - KAWASAN AFRIKA YANG POTENSIAL BAGI PRODUK INDONESIA Inisiasi Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement merupakan salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke pasar non tradisional di wilayah Afrika. Secara demografi jumlah penduduk Tunisia tidak terlalu besar, namun posisinya yang strategis memberikan keuntungan geografis sebagai gateway dan hub bagi masuknya barang, tidak hanya ke wilayah Afrika bagian utara tetapi juga ke wilayah Eropa bagian Selatan. BERTAHAN DARI ANCAMAN KEBIJAKAN TRADE REMEDY Hal. 27 Kekalahan Indonesia dalam beberapa kasus trade remedy dan kemungkinan peningkatan jumlah kasus yang akan dihadapai Indonesia, berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia memiliki dua opsi kebijakan menghadapi situasi ini yaitu berjuang memenangkan kasus trade remedy secara maksimal atau memanfaatkan momentum ini untuk merumuskan kebijakan ekspor yang lebih komprehensif dan objektif. MENCARI NEGARA POTENSIAL UNTUK KERJA SAMA PERDAGANGAN INDONESIA Berita Pendek Perdagangan Serba - Serbi Statistik Perdagangan Halaman 31 Halaman 35 Halaman 32

Transcript of Daftar Isi -...

Page 1: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 1

Daftar IsiDari Redaksi

Indonesia memerlukan strategi diplomasi perdagangan yang tepat agar memperoleh keuntungan dalam kerja sama perdagangan yang ditawarkan. Dalam negosiasi perdagangan perlu ada pemetaan penentuan negara prioritas yang potensial untuk penjajakan kerja sama dan komoditas potensial yang dibuka akses pasarnya berdasarkan parameter tertentu.

Hal. 2

Hal. 17

Hal. 11

Salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang potensial bagi Indonesia untuk melakukan kerja sama adalah Yordania. Yordania menjadi penting bagi Indonesia karena Yordania dapat menjadi hub bagi produk Indonesia ke negara-negara di kawasan tersebut dan juga hub bagi negara-negara yang telah melakukan FTA dengan Yordania.

POTENSI PASAR INDONESIA DI YORDANIA

MASIH MENARIKKAH TARIF PREFERENSI BAGI IMPOR?

Indonesia masih membutuhkan berbagai produk impor terutama untuk bahan baku dan barang modal bagi peningkatan industri dan perekonomian nasional. Tulisan ini menjelaskan kinerja impor yang memanfaatkan tarif preferensi, secara ringkas sub bab yang dibahas adalah perkembangan impor secara umum, perkembangan impor berdasarkan skema preferensi kerja sama perdagangan, serta kendala dan langkah dalam mendorong impor yang memanfaatkan tarif preferensi.

Hal. 22

TUNISIA - KAWASAN AFRIKA YANG POTENSIAL BAGI PRODUK INDONESIA

Inisiasi Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement merupakan salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke pasar non tradisional di wilayah Afrika. Secara demografi jumlah penduduk Tunisia tidak terlalu besar, namun posisinya yang strategis memberikan keuntungan geografis sebagai gateway dan hub bagi masuknya barang, tidak hanya ke wilayah Afrika bagian utara tetapi juga ke wilayah Eropa bagian Selatan.

BERTAHAN DARI ANCAMAN KEBIJAKAN TRADE REMEDY

Hal. 27

Kekalahan Indonesia dalam beberapa kasus trade remedy dan kemungkinan peningkatan jumlah kasus yang akan dihadapai Indonesia, berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia memiliki dua opsi kebijakan menghadapi situasi ini yaitu berjuang memenangkan kasus trade remedy secara maksimal atau memanfaatkan momentum ini untuk merumuskan kebijakan ekspor yang lebih komprehensif dan objektif.

MENCARI NEGARA POTENSIAL UNTUK KERJA SAMA PERDAGANGAN INDONESIA

Berita Pendek Perdagangan

Serba - Serbi

Statistik Perdagangan

Halaman 31

Halaman 35

Halaman 32

Page 2: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

2 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

ISU PERDAGANGAN

Wibowo Kurniawan & Merdika Agustiasih

World Trade Organization (WTO) mencatat bahwa perjanjian

kerja sama perdagangan yang telah berjalan sampai dengan

Oktober 2018 mencapai 288 perjanjian (WTO, 2018). Selain

jumlahnya yang terus bertambah, kerja sama perdagangan juga

telah berubah baik lingkup kerja samanya maupun pihak yang

terlibat di dalamnya. Apabila dilihat dari ruang lingkupnya, dahulu

kerja sama perdagangan hanya terfokus pada perdagangan

barang untuk penurunan tarif saja, kini lingkup kerja sama menjadi

semakin luas, tidak hanya mengenai penurunan tarif namun juga

mencakup sektor jasa, investasi, capacity building, rules of origin

(ROO), dan lain sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada pihak

yang terlibat, dahulu hanya kerja sama antar negara (Government

to Government), kini berkembang menjadi kerja sama kawasan

dengan negara (Region to Government) dan kerja sama antar

kawasan (Region to Region).

Begitu banyaknya kerja sama perdagangan antar negara

tersebut pada akhirnya menciptakan suatu kerumitan, karena

saling tumpang tindih antara satu sama lain. Kerumitan kerja

sama perdagangan ini disebut oleh Jadish Baghwati dalam

penelitiannya (1995) sebagai efek spaghetti bowl, suatu

fenomena kebijakan ekonomi internasional dengan kompleksitas

yang timbul dari penerapan aturan domestik asal (Rules of Origin)

dalam perjanjian perdagangan bebas. Diperlukan pemetaan yang

baik dari kerumitan ini, untuk menentukan keuntungan yang

dapat diperoleh dari kerja sama yang telah dilakukan.

Indonesia sebagai negara dengan populasi lebih dari 260

juta (per 2018) dan dengan pendapatan per capita tahun 2017

sebesar 3.876,8 USD merupakan sasaran yang menarik untuk

dijadikan negara mitra FTA oleh berbagai negara di dunia. Untuk

itu dibutuhkan suatu strategi diplomasi perdagangan yang baik

agar Indonesia tetap mampu memperoleh keuntungan dalam

kerja sama perdagangan yang ditawarkan. Hingga saat ini

Indonesia aktif dalam berbagai jenis kerja sama perdagangan,

baik multilateral di WTO, regional (misalnya ASEAN Free Trade

Agreement (AFTA)/ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN

+1, atau rencana Regional Comprehensive Economic Partnership

(RCEP) maupun bilateral Indonesia Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA)).

Mencari Negara Potensial Untuk Kerja sama

Perdagangan Indonesia

Page 3: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 3

Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa Free Trade

Agreement (FTA) telah memberikan keuntungan bagi negara yang

terlibat didalamnya. Seperti dalam penelitian Vanhnalat (2015)

yang menunjukkan bahwa FTA yang telah dilakukan oleh Laos

memberikan pengaruh positif terhadap nilai perdagangannya

dengan 32 negara mitra dagangnya. Begitu juga dalam penelitian

Jafari (2013), yang menyebutkan bahwa FTA antara Malaysia dan

Amerika Serikat telah meningkatkan nilai Gross Domestic Product

(GDP) dan kesejahteraan kedua negara. Indonesia sendiri juga

mengalami peningkatan perdagangan produk kendaraan roda

empat melalui AFTA (Sebayang, 2011).

Namun manfaat dari kerja sama perdagangan akhir-akhir

ini diragukan dan bahkan muncul sentimen negatif terhadap

perjanjian perdagangan bebas. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Riswati (2010), Indonesia dalam ASEAN China Free Trade

Agreement (ACFTA) akan menghadapi ancaman akan naiknya

beban upah tenaga kerja yang akan mengakibatkan kurang

kompetitifnya produk Indonesia di pasar global, begitu juga dalam

penelitian Booth (2011), dan Litou (2014) yang menyatakan mitra

FTA Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar

daripada Indonesia sendiri.

Gambar 1 menunjukkan bahwa neraca perdagangan

Indonesia berubah dari surplus menjadi defisit sejak tahun

2012. Meskipun data tahun 2015 menunjukkan kecenderungan

surplus pada bulan-bulan awal saat studi ini dimulai, namun

upaya untuk meningkatkan neraca perdagangan terus dilakukan.

Sebagai catatan, upaya menghitung neraca perdagangan secara

kasar (gross trade) seperti ini sedang dalam upaya perbaikan

untuk menghitung dalam trade in value added dan sudah

dimulai dilakukan oleh Organization of Economics Cooperation

Gambar 1. Neraca Perdagangan Indonesia, 2014-2017 (USD Juta)Sumber: BPS (2018), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

Development (OECD) dan WTO sejak tahun 2009 karena

menghitung neraca perdagangan yang bersifat kasar (ekspor

dikurang impor sebagaimana biasanya) menjadi kurang relevan

dengan semakin banyaknya perdagangan barang antara.

Sentimen negatif mengenai defisit neraca perdagangan perlu

diantisipasi agar tidak terulang lagi, salah satu caranya dengan

melakukan persiapan yang baik dalam merumuskan strategi

diplomasi kerja sama perdagangan kedepannya. Mengingat

selain tantangan yang semakin berat dimasa mendatang, juga

terdapat amanat dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014

mengenai Perdagangan, khususnya pasal 82 yang menyebutkan

bahwa dalam rangka meningkatkan akses pasar, pemerintah

dapat melakukan kerja sama perdagangan dengan negara lain

setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

DPR akan melakukan assessment atau penilaian terhadap

setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat

melakukan konsultasi dengan DPR di awal proses negosiasi

(pasal 83) sehingga DPR tidak perlu lagi melakukan penilaian

secara detil pada akhir proses ratifikasi.

Mengingat kerumitan kerja sama perdagangan internasional

seperti dipaparkan diatas, maka diperlukan suatu pemetaan

diplomasi perdagangan internasional bagi Indonesia sebagai

pedoman bagi para negosiator dalam melakukan negosiasi

perdagangan. Pemetaan didasarkan pada penentuan negara

prioritas mana yang potensial dijajaki dan produk/komoditas

potensial apa yang dapat di minta untuk dibukakan akses

pasarnya dengan berdasarkan pada parameter-parameter yang

digunakan pada penelitian sebelumnya.

Ada sejumlah pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh

Indonesia dalam upaya untuk menjalin kerja sama perdagangan

Page 4: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

4 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

internasional. Pertimbangan tersebut diantaranya adalah: tuntutan

untuk dapat meningkatkan kontribusi perdagangan terhadap

GDP; Indonesia kini berada dalam kerumitan pola kerja sama-

kerja sama perdagangan internasional yang ada; dimana ada

ratusan kerja sama baik bilateral maupun regional telah dilakukan

oleh Negara-negara di dunia yang dikenal dengan “spaghetti

bowl”. Hingga kini Indonesia belum memiliki suatu peta diplomasi

perdagangan internasional yang berisi negara mitra prioritas,

produk prioritas dan strategi kerja sama perdagangannya. Untuk

itu pertanyaan mendasar yang harus dijawab adalah, negara

mana yang menjadi urutan prioritas kerja sama perdagangan

yang belum memiliki FTA dengan Indonesia? Produk/komoditas

prioritas apa yang akan diperdagangkan dengan negara mitra

prioritas yang terpilih?

Penentuan Negara PrioritasNegara yang diidentifikasi meliputi 165 negara berdasarkan

data makro, perdagangan, serta kebijakan perdagangan

dari setiap negara yang tersedia dan memungkinkan untuk

diperbandingkan. Mengingat keterbatasan data, diplomasi

perdagangan hanya menyangkut perdagangan barang tanpa

perdagangan jasa.

Negara prioritas ditentukan dengan menggunakan model

gravitasi (gravity model). Model gravitasi digunakan untuk melihat

arus perdagangan bilateral Indonesia dengan mitra dagang besar.

Langkah Pertama dalam menentukan negara prioritas adalah

dengan menentukan indikator-indikator utama yang memiliki

potensi dalam meningkatkan ekspor Indonesia menggunakan

model gravitasi (gravity model). Komponen indikator tersebut

antara lain (1) indikator makro ekonomi, yang berhubungan

dengan daya dorong atau daya tarik untuk ekspor barang dan

jasa, (2) indikator perdagangan, (3) indikator hambatan alamiah,

dan (4) indikator hambatan tarif maupun non tarif.

Langkah Kedua yang dilakukan adalah dengan melakukan

pembobotan menggunakan regresi dengan model gravitasi.

Langkah Ketiga adalah dilakukan simulasi dimana 165 negara

diperlakukan sama yaitu ada FTA dan kemudian diurutkan

kembali 165 negara dari yang terbesar ke terkecil.

Penentuan Produk/Komoditas PrioritasDalam penentuan komoditas digunakan HS 6 Dijit karena

rincian hingga 6 Dijit diperlukan dalam negosiasi. Selanjutnya

akan dipilih tiga negara teratas untuk menjadi contoh dalam

pemilihan produk prioritas.

Pertama-tama ditentukan dahulu indikator yang mencerminkan

sebagai komoditas penting, antara lain: pangsa total ekspor,

pertumbuhan ekspor, daya saing dengan menggunakan indikator

Revealed Comparative Advantage (RCA) dan proteksi di negara

tujuan. Semua indikator selanjutnya di beri bobot yang sama yaitu

25%. Selanjutnya nilai-nilai dari indikator tersebut dinormalisasi.

Dalam penentuan produk/komoditas prioritas, data yang

digunakan adalah data tahun 2010-2014.

Prioritas Tujuan Pasar Ekspor IndonesiaTabel 2 menjelaskan urutan Top 20 dari 165 ekonomi/negara

dengan simulasi ada FTA. Tabel 1 adalah tabel final yang akan

dipergunakan dalam memilih prioritas negara tujuan ekspor

terbesar Indonesia yang saat ini belum memiliki FTA.

Tabel 1. 20 Negara Dengan Prioritas

Tertinggi

Rank Country Rank Country 1 United States 11 Turkey

2 Germany 12 Canada

3 Italy 13 UAE

4 Netherlands 14 Belgium

5 United Kingdom 15 Bangladesh

6 Spain 16 South Africa

7 France 17 Mexico

8 Brazil 18 Iran, Islamic Rep.

9 Saudi Arabia 19 Egypt, Arab Rep.

10 Russia 20 PolandSumber: Trade Map (2018), diolah

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Ditjen. PPI

Kementerian Perdagangan, ternyata sedang ada pembicaraan

untuk melakukan negosiasi dengan negara negara Uni Eropa,

sehingga untuk saat ini bisa diasumsikan sebagai negara yang

memiliki FTA dengan Indonesia. Karena itu urutan selanjutnya

adalah selain negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Dari tabel

2, yang masuk Top 10 yang bukan anggota Uni Eropa adalah

Amerika Serikat (United States), Brazil, Arab Saudi (Saudi Arabia),

dan Rusia (Russian Federation). Berdasarkan negara tersebut

selanjutnya di pilih tiga negara untuk mencari produk/komoditas

apa yang Indonesia seharusnya diprioritaskan ketika ada negosiasi

dengan negara tersebut, khususnya Amerika Serikat (Amerika

Utara), Brazil (Amerika Selatan), dan Rusia (Eropa Timur).

Komoditas Prioritas Indonesia Ke Beberapa Negara TerpilihSebagaimana terlihat pada bagian sebelumnya, telah terpilih

tiga negara sebagai contoh kasus dalam menentukan komoditas

prioritas setelah penentuan negara prioritas. Berikut ini akan

dibahas satu persatu negara tersebut yaitu Amerika Serikat,

Brazil, dan Rusia. Selanjutnya cara yang sama bisa direplikasi

untuk negara tujuan lainnya.

Page 5: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 5

Amerika SerikatDalam analisis ini hanya akan diambil Top 100 komoditi.

Komoditi tersebut dikelompokkan lagi ke dalam HS 2 Digit.

Terdapat 17 komoditi yang tidak dimasukkan karena tidak

memiliki data tarif yang diperlukan sebagai salah satu indikator

penting.

Penentuan komoditi prioritas dilakukan dengan menetapkan

angka Indeks Komoditi Prioritas (IKP) yang merupakan gabungan

dari empat indikator. Keempat indikator tersebut adalah (1)

Normalisasi rata-rata nilai ekspor komoditi itu terhadap total

ekspor ke AS atau disingkat share, (2) Normalisasi rata-rata

pertumbuhan ekspor komoditi yang bersangkutan ke AS atau

disingkat growth, (3) Normalisasi rata-rata daya saing Indonesia

untuk komoditi tersebut atau disingkat RCA, (4) Normalisasi rata-

rata tarif MFN komoditi tersebut dari sisi Amerika Serikat atau

disingkat Tarif MFN. Penentuan angka indeks ini juga dilakukan

untuk menentukan prioritas komoditi untuk Brazil dan Rusia.

Tabel 2. Top 100 Komoditas Prioritas ke Amerika Serikat (HS 6 Dijit)

Rank Product Description Rank Product Description Rank Product Description

Tobacco, “homogenised” or “reconstituted” from finely-chopped tobacco leaves, tobacco refuse ...

Men’s or boys’ swimwear of textile materials, knitted or crocheted (excluding synthetic fibres)

Fresh or chilled fillets of carp “Cyprinus carpio, Carassius carassius, Ctenopharyngodon idellus, ...

Table knives having fixed blades of base metal, incl. handles (excluding butter knives and ...

Cotton-seed oil and its fractions, whether or not refined, but not chemically modified (excluding ...

Fresh or chilled fish meat, whether or not minced (excluding all fillets, tilapias, catfish, ...

Base stations of apparatus for the transmission or reception of voice, images or other data

Knitted or crocheted fabrics of wool or fine animal hair, of a width of <= 30 cm (excluding ...

Tyre cord fabric of high-tenacity polyester yarn, whether or not dipped or impregnated with ...

Fresh or dried almonds in shell

Women’s or girls’ dresses of wool or fine animal hair, knitted or crocheted (excluding petticoats)

Saw blades, incl. toothless saw blades, of base metal (excluding bandsaw blades, circular saw ...

Lasers (excluding laser diodes)

Ties, bow ties and cravats of silk or silk waste (excluding knitted or crocheted)

Parts of turbojets or turbopropellers, n.e.s.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Base metals, silver or gold, clad with platinum, not further worked than semi-manufactured

Lighters (excluding gas fuelled pocket lighters, and fuses and primers for propellent powders ...

Musical boxes

Yarn spun from silk waste (excluding that put up for retail sale)

Natural graphite in powder or in flakes

Threshing machinery (excluding combine harvester-threshers)

Wallpaper and similar wallcoverings of paper, and window transparencies of paper (excluding ...

Apparatus based on the use of X-rays for dental uses

Precious and semi-precious stones, worked, whether or not graded, but not strung, mounted or ...

Bulbs, tubers, tuberous roots, corms, crowns and rhizomes, dormant (excluding those used for ...

Babies’ garments and clothing accessories of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding ...

Parts of agricultural, horticultural or forestry machinery for soil preparation or cultivation ...

Women’s or girls’ skirts and divided skirts of textile materials (excluding of wool, fine animal ...

Paper, paperboard, cellulose wadding and webs of soft cellulose, coated, impregnated, covered, ...

Women’s or girls’ dresses of artificial fibres (excluding knitted or crocheted and petticoats)

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

Women’s or girls’ suits of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding ski overalls and ...

Balloons and dirigibles; gliders, hang gliders and other non-powered aircraft

Women’s or girls’ jackets and blazers of textile materials (excluding of wool, fine animal ...

Articles of copper, cast, moulded, stamped or forged, but not further worked, n.e.s.

Wire of alloy steel other than stainless, in coils (excluding bars and rods and wire of silico-manganese ...

Complete wigs of synthetic textile materials

Women’s or girls’ swimwear of synthetic fibres, knitted or crocheted

Women’s or girls’ suits of wool or fine animal hair (excluding knitted or crocheted, ski overalls ...

Ties, bow ties and cravats of textile materials (excluding of silk, silk waste or man-made ...

Table, kitchen or other household articles, and parts thereof, of cast iron, enamelled (excluding ...

Monoculars, astronomical and other optical telescopes and other astronomical instruments (excluding ...

Plates, sheets and strip, of non-alloy aluminium, of a thickness of > 0,2 mm, square or rectangular

Women’s or girls’ jackets and blazers of cotton (excluding knitted or crocheted, wind-jackets ...

Men’s or boys’ jackets and blazers of textile materials (excluding of wool, fine animal hair, ...

Page 6: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

6 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Rank Product Description Rank Product Description Rank Product Description

Fresh, chilled or frozen meat and edible offal of whales, dolphins and porpoises (mammals of ...

Acrylic or modacrylic staple fibres, carded, combed or otherwise processed for spinning

Women’s or girls’ skirts and divided skirts of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding ...

Knitted or crocheted bedspreads (excluding bedlinen, quilts and eiderdowns)

Ophthalmic instruments and appliances, n.e.s.

Parts of railway or tramway locomotives, n.e.s.

Raw skins of sheep or lambs, with wool on, fresh or salted, dried, limed, pickled or otherwise ...

Husked or brown rice

Flat-rolled products of iron or steel, of a width of >= 600 mm, cold-rolled “cold-reduced”, ...

Coniferous wood in chips or particles (excluding those of a kind used principally for dying ...

Artillery weapons “e.g. guns, howitzers and mortars”

Preparations and charges for fire-extinguishers; charged fire-extinguishing grenades (excluding ...

Fresh or chilled fillets of flat fish “Pleuronectidae, Bothidae, Cynoglossidae, Soleidae, Scophthalmidae ...

Power looms for weaving fabrics of a width > 30 cm, shuttle type

Fibreboard of wood or other ligneous materials, whether or not agglomerated with resins or ...

Oxalic acid, its salts and esters (excluding inorganic or organic compounds of mercury)

Frozen fillets of fish of the families Bregmacerotidae, Euclichthyidae, Gadidae, Macrouridae, ...

Parts and accessories of military weapons of heading 9301, n.e.s.

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Aeroplanes and other powered aircraft of an unladen weight <= 2000 kg (excluding helicopters ...

Women’s or girls’ swimwear of textile materials, knitted or crocheted (excluding synthetic ...

Women’s or girls’ dresses of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding petticoats)

Labels, badges and similar articles, of textile materials, in the piece, in strips or cut to ...

Thermometers and pyrometers, not combined with other instruments (excluding liquid-filled thermometers ...

Printed warp knit fabrics of synthetic fibres “incl. those made on galloon knitting machines”, ...

Ties, bow ties and cravats of man-made fibres (excluding knitted or crocheted)

Parts of rolling stock of heading 8603, 8604, 8605 or 8606, n.e.s.

Instruments and appliances used in dental sciences, n.e.s.

Electric lighting sets of a kind used for Christmas trees

Vanillin “4-hydroxy-3-methoxybenzaldehyde”

Garlic, fresh or chilled

Woven fabrics of cotton, containing >= 85% cotton by weight and weighing > 200 g/m², printed ...

Gas turbines of a power > 5.000 kW (excluding turbojets and turbopropellers)

Women’s or girls’ skirts and divided skirts of cotton, knitted or crocheted (excluding petticoats)

Parts and accessories of electronic calculating machines of subheading 8470.10, 8470.21 or ...

Ground flying trainers and parts thereof, n.e.s. (excluding air combat simulators and parts ...

Time switches with clock or watch movement or with synchronous motor

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

Metallised wood and other densified wood in blocks, plates, strips or profile shapes

Women’s or girls’ dresses of cotton, knitted or crocheted (excluding petticoats)

Accounting machines, postage-franking machines, ticket-issuing machines and similar machines, ...

Cyclic hydrocarbons (excluding cyclanes, cyclenes, benzene, toluene, xylenes, styrene, ethylbenzene ...

Towers and lattice masts, of iron or steel

Line pipe of a kind used for oil or gas pipelines, welded, of flat-rolled products of stainless ...

Axles, for electrical purposes, and wheels and parts thereof for railway or tramway locomotives ...

Babies’ garments and clothing accessories of cotton (excluding knitted or crocheted and hats,

Glucose in solid form and glucose syrup, not containing added flavouring or colouring matter

Men’s or boys’ shirts of cotton, knitted or crocheted (excluding nightshirts, T-shirts, singlets ...

Time of day recording apparatus and apparatus for measuring, recording or otherwise indicating

Parts of padlocks, locks, clasps and frames with clasps, incorporating locks, of base metal,

Dental fittings (excluding artificial teeth)

Flat-rolled products of iron or non-alloy steel, of a width of >= 600 mm, hot-rolled or cold-rolled

Filament tow as specified in Note 1 to chapter 55, of nylon or other polyamides

Women’s or girls’ nightdresses and pyjamas of cotton (excluding knitted or crocheted, vests ...

Men’s or boys’ nightshirts and pyjamas of textile materials (excluding of cotton or man-made ...

Men’s or boys’ singlets and other vests, bathrobes, dressing gowns and similar articles of ...

Plain woven fabrics of cotton, containing >= 85% cotton by weight and weighing > 100 g to 200 ...

Articles of precious or semi-precious stones “natural, synthetic or reconstructed”, n.e.s.

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Terlihat bahwa urutan teratas Top 20 ekspor komoditi

Indonesia ke Amerika Serikat didominasi oleh kelompok komoditi

barang mentah dan manufaktur yang bersifat Unskilled Labor

Intensive (ULI).

Supaya mendapatkan gambaran yang lebih ringkas kelompok

komoditi Top 100 dikelompokkan ke dalam HS 2 Dijit. Saat

dikelompokkan ke dalam HS 2 Dijit, Komoditi Top 100 ekspor

ke Amerika Serikat dapat dikelompokkan ke dalam 42 kelompok

HS 2 Dijit. Adapun dari 42 kelompok tersebut, kelompok yang

mendominasi dalam Top 5 dari segi jumlah sub komoditi HS 6 Dijit

adalah HS 62 (Articles of apparel and clothing not knitted) dengan

13 komoditi, HS 61 (Articles of apparel and clothing knitted) dengan

11 komoditi, HS 84 (Machinery, mechanical appliances, nuclear)

dengan 7 komoditi, HS 90 (Optical, photographic, cinematographic)

dengan 7 komoditi, dan HS 03 (Fish and crustaceans, molluscs

and) dengan 4 komoditi. Pengelompokan yang lebih sederhana di

atas dapat memberikan gambaran umum bahwa dominasi Top 100

komoditi relatif lebih banyak untuk kelompok komoditi manufaktur

yang bersifat ULI serta barang mentah maupun manufakturnya

yang bersifat Natural Resource Intensive (NRI).

BrazilTop 100 komoditas ekspor Indonesia ke Brazil dapat dilihat

pada Tabel 3. Terlihat bahwa kelompok Top 20 ekspor ke Brazil

didominasi oleh komoditas yang bersifat Natural Resource

Intensive (NRI) dan Unskilled Labor Intensive (ULI).

Page 7: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 7

Tabel 3. Top 100 Komoditas Prioritas ke Brazil (HS 6 Dijit)

Rank Product Description Rank Product Description Rank Product Description

1 Women’s or girls’ suits of synthetiD fibres (exDluding knitted or DroDheted, ski overalls and ...

2 SaDks and bags, inDl. Dones, of plastiDs (exDluding those of polymers of ethylene)

3 Plain woven fabriDs of Dotton, Dontaining predominantly, but < 85% Dotton by weight, mixed ...

4 Metallised yarn, whether or not gimped, being textile yarn, or strip or the like of heading ...

5 PreDious-metal ores and DonDentrates (exDluding silver ores and onDentrates)

6 DesiDDated DoDonuts

7 Wire of niDkel alloys (exDluding eleDtriDally insulated produDts)

8 Plain woven fabriDs of Dotton, Dontaining predominantly, but < 85% Dotton by weight, mixed ...

9 Sports footwear, with outer soles of rubber, plastiDs, leather or Domposition leather and uppers ...

10 Blankets and travelling rugs of Dotton (exDluding eleDtriD, table Dovers, bedspreads and artiDles ...

11 Shaving brushes, hair brushes, nail brushes, eyelash brushes and other brushes for use on the ...

12 Non-plastiDised poly”vinyl Dhloride”, in primary forms, mixed with other substanDes

13 Women’s or girls’ dresses of synthetiD fibres (exDluding knitted or DroDheted and pettiDoats)

14 Women’s or girls’ suits of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding of synthetiD ...

15 InjeDtion or Dompression-type moulds for metal or metal Darbides (exDluding moulds of graphite ...

16 Blankets and travelling rugs of synthetiD fibres (exDluding eleDtriD, table Dovers, bedspreads ...

17 Worn Dlothing and Dlothing aDDessories, blankets and travelling rugs, household linen and artiDles ...

18 Ski suits (exDluding knitted or DroDheted)

19 Blankets and travelling rugs of textile materials (exDluding of wool or fine animal hair, Dotton ...

20 Women’s or girls’ briefs and panties of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding ...

21 Embroidery of materials other than Dotton or man-made fibres, on a textile fabriD base, in ...

22 Men’s or boys’ shirts of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding of Dotton or man-made ...

23 Women’s or girls’ traDksuits and other garments, n.e.s. of man-made fibres (exDluding knitted ...

24 Women’s or girls’ dresses of synthetiD fibres, knitted or DroDheted (exDluding pettiDoats)

36 Soap in the form of flakes, granules, powder, paste or in aqueous solution

37 Handbags, whether or not with shoulder straps, inDl. those without handles, with outer surfaDe ...

38 InjeDtion or Dompression-type moulds for rubber or plastiDs

39 Travelling-bags, insulated food or beverage bags, toilet bags, ruDksaDks, shopping-bags, map-Dases, ...

40 Women’s or girls’ trousers, bib and braDe overalls, breeDhes and shorts of textile materials ...

41 Flexible intermediate bulk Dontainers, for the paDking of goods, of synthetiD or man-made textile ...

42 Operating tables, examination tables, and other mediDal, dental, surgiDal or veterinary furniture ...

43 TraDk-suits of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding Dotton or synthetiD fibres)

44 Women’s or girls’ jaDkets and blazers of synthetiD fibres, knitted or DroDheted (exDluding ...

45 Yarn Dontaining predominantly, but < 85% artifiDial staple fibres by weight, other than that ...

46 Men’s or boys’ trousers, bib and braDe overalls, breeDhes and shorts of synthetiD fibres (exDluding ...

47 Women’s or girls’ garments of textile fabriDs, rubberised or impregnated, Doated, Dovered or ...

48 Women’s or girls’ traDksuits and other garments, n.e.s. of textile materials (exDluding of ...

49 Gloves, mittens and mitts, impregnated, Doated or Dovered with plastiDs or rubber, knitted ...

50 Women’s or girls’ overDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks, anoraks, inDl. ski jaDkets, windDheaters, ...

51 Footwear with outer soles of rubber, plastiDs or Domposition leather, with uppers of leather ...

52 Women’s or girls’ suits of Dotton (exDluding knitted or DroDheted, ski overalls and swimwear)

53 Women’s or girls’ dresses of artifiDial fibres (exDluding knitted or DroDheted and pettiDoats)

54 Durtains, inDl. drapes, and interior blinds, Durtain or bed valanDes of synthetiD fibres (exDluding ...

55 Inner tubes, of rubber (exDluding those of a kind used on motor Dars, inDl. station wagons ...

56 Sports footwear, inDl. tennis shoes, basketball shoes, gym shoes, training shoes and the like, ...

57 Women’s or girls’ dresses of artifiDial fibres, knitted or DroDheted (exDluding pettiDoats)

58 Men’s or boys’ jaDkets and blazers of Dotton (exDluding knitted or DroDheted, and wind-jaDkets ...

68 Women’s or girls’ anoraks, inDl. ski jaDkets, windDheaters, wind-jaDkets and similar artiDles, ...

69 Men’s or boys’ suits of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding traDksuits, ski ...

70 Men’s or boys’ overDoats, rainDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks and similar artiDles, of man-made ...

71 Women’s or girls’ skirts and divided skirts of textile materials (exDluding of wool, fine animal ...

72 Women’s or girls’ slips and pettiDoats of textile materials (exDluding man-made fibres, knitted ...

73 Women’s or girls’ overDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks, anoraks, inDl. ski jaDkets, windDheaters, ...

74 Men’s or boys’ anoraks, inDl. ski jaDkets, windDheaters, wind-jaDkets and similar artiDles ...

75 SpeDial garments for professional, sporting or other purposes, n.e.s., of Dotton, knitted or ...

76 Jerseys, pullovers, Dardigans, waistDoats and similar artiDles, of wool, knitted or DroDheted ...

77 Darpets and other textile floor Doverings, of textile materials, knotted, whether or not made ...

78 Women’s or girls’ swimwear of synthetiD fibres, knitted or DroDheted

79 Men’s or boys’ garments of textile fabriDs, rubberised or impregnated, Doated, Dovered or laminated ...

80 Women’s or girls’ overDoats, rainDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks and similar artiDles, of Dotton ...

81 Darpets and other floor Doverings, of man-made textile materials, tufted “needle punDhed”, ...

82 FloorDloths, dishDloths, dusters and similar Dleaning Dloths, of all types of textile materials

83 Ski-suits, knitted or DroDheted

84 Men’s or boys’ suits of textile materials (exDluding of wool, fine animal hair or synthetiD ...

85 Men’s or boys’ jaDkets and blazers of wool or fine animal hair (exDluding knitted or DroDheted, ...

86 Jerseys, pullovers, Dardigans, waistDoats and similar artiDles, of hair of Kashmir “Dashmere” ...

87 Women’s or girls’ jaDkets and blazers of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding ...

88 Women’s or girls’ skirts and divided skirts of Dotton, knitted or DroDheted (exDluding pettiDoats)

89 Men’s or boys’ underpants and briefs of other textile materials, knitted or DroDheted (exDluding ...

90 Men’s or boys’ bathrobes, dressing gowns and similar artiDles of Dotton, knitted or DroDheted

Page 8: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

8 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Rank Product Description Rank Product Description Rank Product Description

Pengelompokan di atas dapat disebar ke dalam 23 kelompok

komoditi HS 2 Dijit yang ternyata lebih sedikit penyebarannya

dibandingkan ekspor ke Amerika Serikat. Kelompok HS 2 Dijit

dalam lima besar adalah HS 61 (Articles of apparel and clothing

knitted) mendominasi dengan 28 komoditi, menyusul HS 62

(Articles of apparel and clothing not knitted) dengan 26 komoditi,

HS 63 (Other made-up textile articles; sets) dengan 10 komoditi,

HS 64 (Footwear, gaiters and the like) dengan 7 komoditi, dan HS

57 (Carpets and other textile floor coverings) dengan 6 komoditi.

Dapat dikatakan bahwa secara umum, kelompok komoditi

dominan ke Brazil adalah manufaktur yang bersifat Unskilled

Labor Intensive (ULI).

RusiaKelompok Top 100 ekspor Indonesia ke Rusia dapat dilihat

pada Tabel 4. Terlihat dengan jelas bahwa kelompok komoditi

yang bersifat Unskilled Labor Intensive (ULI) berada pada Top 20

komoditi ekspor Indonesia ke Rusia.

Hasil mapping ke HS 2 Dijit memperlihatkan bahwa kelompok

Top 100 dapat disederhanakan ke dalam 34 kelompok HS 2

Dijit untuk ekspor Indonesia ke Rusia. Dalam HS 2 dijit, jumlah

kelompok komoditi Rusia lebih sedikit dari Amerika Serikat (42

kelompok) namun lebih banyak daripada ke Brazil (23 kelompok).

Kelompok HS 2 dijit dalam lima besar adalah HS 62 (Articles

of apparel and clothing not knitted) dengan 18 komoditi, HS 61

(Articles of apparel and clothing knitted) dengan 16 komoditi,

HS 85 (Electrical machinery and equipment and parts thereof)

dengan 8 komoditi, HS 84 (Machinery, mechanical appliances,

nuclear) dengan 7 komoditi, dan HS 02 (Meat and edible meat

offal) dengan 4 komoditi. Ekspor Indonesia dari kelompok HS 2

dijit menurut jumlah sub-komoditi HS 6 dijit terlihat bahwa ekspor

berupa barang manufaktur bersifat Unskilled Labor Intensive (ULI)

dan barang Natural Resource Intensive (NRI) baik mentah maupun

manufaktur mendominasi. Namun ada juga yang bersifat Physical

Capital Intensive (PCI) yaitu HS 85 (Electrical machinery and

equipment and parts thereof) dan HS 84 (Machinery, mechanical

appliances, nuclear).

25 Permanent magnets and artiDles intended to beDome permanent magnets after magnetization, of ...

26 Men’s or boys’ overDoats, rainDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks and similar artiDles, of textile ...

27 Women’s or girls’ swimwear (exDluding knitted or DroDheted)

28 Bedlinen of Dotton (exDluding printed, knitted or DroDheted)

29 Multiple-walled insulating units of glass

30 Durtains, inDl. drapes, and interior blinds, Durtain or bed valanDes of synthetiD fibres, knitted ...

31 Women’s or girls’ dresses of textile materials, knitted or DroDheted (exDluding of wool, fine ...

32 TraDk-suits of Dotton, knitted or DroDheted

33 Men’s or boys’ anoraks, windDheaters, wind jaDkets and similar artiDles, of man-made fibres ...

34 Parts of artiDulated link Dhain, of iron or steel

35 Yarn Dontaining predominantly, but < 85% aDryliD or modaDryliD staple fibres by weight, mixed ...

59 Women’s or girls’ jaDkets and blazers of textile materials (exDluding of wool, fine animal ...

60 OverDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks, anoraks, inDl. ski jaDkets, windDheaters, wind-jaDkets ...

61 Darpets and other floor Doverings, of felt, not tufted or floDked, whether or not made up (exDluding ...

62 Footwear Dovering the ankle, with outer soles and uppers of rubber or plastiDs (exDluding waterproof ...

63 Footwear with outer soles and uppers of rubber or plastiDs (exDluding Dovering the ankle or ...

64 Men’s or boys’ trousers, bib and braDe overalls, breeDhes and shorts of textile materials, ...

65 Women’s or girls’ blouses, shirts and shirt-blouses of man-made fibres (exDluding knitted or ...

66 Women’s or girls’ trousers, bib and braDe overalls, breeDhes and shorts of synthetiD fibres, ...

67 Men’s or boys’ overDoats, rainDoats, Dar Doats, Dapes, Dloaks and similar artiDles, of Dotton ...

91 Women’s or girls’ nightdresses and pyjamas of Dotton, knitted or DroDheted (exDluding T-shirts, ...

92 Women’s or girls’ nightdresses and pyjamas of man-made fibres, knitted or DroDheted (exDluding ...

93 Women’s or girls’ négligés, bathrobes, dressing gowns, housejaDkets and similar artiDles of ...

94 Darpets and other textile floor Doverings, woven, not tufted or floDked, not of pile DonstruDtion, ...

95 Darpets and other floor Doverings, of vegetable textile materials or Doarse animal hair, woven, ...

96 Darpets and other textile floor Doverings, whether or not made up (exDluding knotted, woven ...

97 PeaDhes, inDl. neDtarines, prepared or preserved, whether or not Dontaining added sugar or ...

98 EleDtriD blankets of all types of textile materials

99 Footwear with uppers of textile materials (exDluding with outer soles of rubber, plastiDs, ...

100 Footwear with outer soles of rubber or plastiDs, with uppers other than rubber, plastiDs, leather ...

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Page 9: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 9

Rank Product Description Rank Product Description Rank Product Description

Tabel 4. Top 100 Komoditas Prioritas ke Rusia (HS 6 Dijit)

1 Pocket-size radiocassette players [dimensions <= 170 mm x 100 mm x 45 mm], with built-in amplifier, ...

2 Single cotton yarn containing predominantly, but < 85% cotton by weight, of combed fibres and ...

3 Machinery for liquefying air or other gases

4 Denatured ethyl alcohol and other spirits of any strength

5 Boring or sinking machinery for boring earth or extracting minerals or ores, not self-propelled ...

6 Groundnuts, shelled, whether or not broken (excluding seed for sowing, roasted or otherwise ...

7 Undenatured ethyl alcohol, of actual alcoholic strength of >= 80%

8 Cigars, cheroots, cigarillos and cigarettes consisting wholly of tobacco substitutes

9 Grinding balls and similar articles for mills, of iron or steel, forged or stamped, but not ...

10 Radio-broadcast receivers not capable of operating without an external source of power, of ...

11 Tableware and kitchenware, of plastics

12 Parts of electric shavers, hair clippers and hair-removing appliances, with self-contained ...

13 Air pumps, air or other gas compressors and ventilating or recycling hoods incorporating a ...

14 Activated carbon (excluding medicaments or deodorant products for fridges, vehicles etc., put ...

15 Women’s or girls’ anoraks, incl. ski jackets, windcheaters, wind-jackets and similar articles, ...

16 Women’s or girls’ dresses of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding petticoats)

17 Parts of furniture, n.e.s. (excluding of seats and medical, surgical, dental or veterinary ...

18 Upholstered seats, with wooden frames (excluding convertible into beds)

19 Bodies for motor cars and other motor vehicles principally designed for the transport of persons

20 Hats and other headgear, knitted or crocheted, or made up from lace, felt or other textile ...

21 Snails, live, fresh, chilled, frozen, salted, dried or in brine, even smoked, with or without ...

22 Women’s or girls’ tracksuits and other garments, n.e.s. of man-made fibres (excluding knitted ...

23 Women’s or girls’ jackets and blazers of cotton, knitted or crocheted (excluding wind-jackets ...

24 Wood charcoal, incl. shell or nut charcoal, whether or not agglomerated (excluding bamboo charcoal, ...

25 Single cotton yarn containing predominantly, but < 85% cotton by

weight, of uncombed fibres ...

26 Reception apparatus for television, whether or not incorporating radio-broadcast receivers ...

27 Preparations of a kind used in animal feeding (excluding dog or cat food put up for retail ...

28 Caviar substitutes prepared from fish eggs

29 Line fishing tackle n.e.s; fish landing nets, butterfly nets and similar nets; decoys and similar ...

30 Women’s or girls’ suits of synthetic fibres (excluding knitted or crocheted, ski overalls and ...

31 Parts suitable for use solely or principally with transmission and reception apparatus for ...

32 Women’s or girls’ négligés, bathrobes, dressing gowns, housejackets and similar articles of ...

33 Men’s or boys’ overcoats, raincoats, car coats, capes, cloaks and similar articles, of cotton ...

34 Parts of machinery, plant and laboratory equipment, whether or not electrically heated, for ...

35 Men’s or boys’ swimwear (excluding knitted or crocheted)

36 Parts suitable for use solely or principally with compression-ignition internal combustion ...

37 Articles of cobalt, n.e.s.

38 Women’s or girls’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of synthetic fibres ...

39 Women’s or girls’ suits of cotton (excluding knitted or crocheted, ski overalls and swimwear)

40 Women’s or girls’ skirts and divided skirts of synthetic fibres (excluding knitted or crocheted ...

41 Artificial waxes and prepared waxes (excluding poly”oxyethylene” [polyethylene glycol] waxes)

42 Men’s or boys’ jackets and blazers of synthetic fibres (excluding knitted or crocheted, and ...

43 Babies’ garments and clothing accessories of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding ...

44 Monumental or building stone, in any form, polished, decorated or otherwise worked (excluding ...

45 Parts for boring or sinking machinery of subheading 8430.41 or 8430.49, n.e.s.

46 Men’s or boys’ jackets and blazers of cotton, knitted or crocheted (excluding wind-jackets ...

47 Octopus “Octopus spp.”, smoked, frozen, dried, salted or in brine

48 Precious stones and semi-precious stones, unworked or simply sawn or roughly shaped, whether ...

49 Frozen hams, shoulders and cuts thereof of swine, with bone in

50 Frozen meat of swine (excluding carcases and half-carcases, and hams, shoulders and cuts thereof, ...

51 Polishes, creams and similar preparations, for footwear or leather, whether or not in the form ...

52 Women’s or girls’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of synthetic fibres, ...

53 Women’s or girls’ skirts and divided skirts of cotton, knitted or crocheted (excluding petticoats)

54 Women’s or girls’ skirts and divided skirts of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding ...

55 Slates and boards, with writing or drawing surfaces, whether or not framed

56 Gloves, mittens and mitts, of synthetic fibres, knitted or crocheted (excluding impregnated, ...

57 Men’s or boys’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of cotton, knitted or ...

58 Women’s or girls’ dresses of cotton (excluding knitted or crocheted and petticoats)

59 Cigars, cheroots and cigarillos containing tobacco

60 Lobsters “Homarus spp.”, even smoked, whether in shell or not, live, fresh, chilled, dried, ...

61 Women’s or girls’ dresses of synthetic fibres (excluding knitted or crocheted and petticoats)

62 Parts of machinery of heading 8426, 8429 and 8430, n.e.s.

63 Indicator panels with liquid crystal devices “LCD” or light emitting diodes “LED” (excluding ...

64 Edible mixtures or preparations of animal or vegetable fats or oils and edible fractions of ...

65 Women’s or girls’ nightdresses and pyjamas of cotton (excluding knitted or crocheted, vests ...

66 Black fermented tea and partly fermented tea, whether or not flavoured, in immediate packings ...

67 Men’s or boys’ suits of textile materials,

knitted or crocheted (excluding tracksuits, ski ...

68 Upright pianos

69 Women’s or girls’ briefs and panties of textile materials, knitted or crocheted (excluding ...

70 Women’s or girls’ skirts and divided skirts of textile materials (excluding of wool, fine animal ...

71 Track-suits of cotton, knitted or crocheted

72 Women’s or girls’ slips and petticoats of textile materials (excluding man-made fibres, knitted ...

73 Frozen domestic ducks, not cut in pieces

74 Fresh or chilled fowls of the species Gallus domesticus, not cut in pieces

Page 10: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

10 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Rank Product Description Rank Product Description Rank Product Description

75 Girdles and panty girdles of all types of textile materials, whether or not elasticated, incl. ...

76 Acrylic polymers, in primary forms (excluding poly”methyl methacrylate”)

77 Live, fresh, chilled, frozen, dried, salted or in brine, even smoked, aquatic invertebrates ...

78 Dodecan-1-ol “lauryl alcohol”, hexadecan-1-ol “cetyl alcohol” and octadecan-1-ol “stearyl alcohol”

79 Women’s or girls’ nightdresses and pyjamas of man-made fibres (excluding knitted or crocheted, ...

80 Glues based on starches, dextrins or other modified starches (excluding those put up for retail ...

81 New pneumatic tyres, of rubber, of a kind used for motor cars, incl. station wagons and racing ...

82 Rum and other spirits obtained by distilling fermented sugar-cane products

83 Cinnamon and cinnamon-tree flowers (excluding cinnamon “Cinnamomum zeylanicum Blume” and crushed ...

84 Microphones and stands therefor (excluding cordless microphones with built-in transmitter)

85 Anti-oxidising preparations and other compound stabilisers for rubber or plastics

86 Wigs, false beards, eyebrows and eyelashes, switches and the like, of human hair, and articles ...

87 Articles of iron or steel, n.e.s. (excluding cast articles or articles of iron or steel wire)

88 Vodka

89 Women’s or girls’ swimwear of synthetic fibres, knitted or crocheted

90 Men’s or boys’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of synthetic fibres (excluding ...

91 Single cotton yarn containing predominantly, but < 85% cotton by weight, of uncombed fibres ...

92 Wooden frames for paintings, photographs, mirrors or similar objects

93 Woven fabrics containing >= 85% artificial staple fibres by weight, unbleached or bleached

94 Agar-agar, whether or not modified

95 Wooden furniture for kitchens (excluding seats)

96 Tobacco, partly or wholly stemmed or stripped, otherwise unmanufactured

97 Women’s or girls’ nightdresses and pyjamas of man-made fibres, knitted or crocheted (excluding ...

98 Electro-thermic coffee or tea makers, for domestic use

99 Men’s or boys’ jackets and blazers of cotton (excluding knitted or crocheted, and wind-jackets ...

100 Men’s or boys’ nightshirts and pyjamas of textile materials, knitted or crocheted (excluding ...

Jika kita membandingkan komoditi ekspor Indonesia ke

Amerika Serikat, Brazil, dan Rusia, maka dapat dikatakan bahwa

dalam posisi Top 100, sebaran dalam HS 2 Dijit ke Amerika

Serikat paling banyak yaitu mencapai 42, disusul Rusia sebanyak

34, dan Brazil 23. Namun demikian Top 100 tersebut sangat

didominasi oleh kelompok barang manufaktur yang bersifat

Unskilled Labor Intensive (ULI) serta Natural Resource Intensive

(NRI), baik mentah maupun manufaktur.

Dari analisis yang telah dilakukan, dihasilkan 165 negara, baik

yang sudah maupun belum memiliki kerja sama perdagangan

dengan Indonesia, kemudian dipilih 3 negara prioritas teratas

yang memiliki potensial terbesar untuk dilakukan kerja sama

perdagangan dengan Indonesia yaitu Amerika Serikat, Brasil

dan Rusia. Selanjutnya dalam negosiasi yang akan dilakukan

dengan Amerika Serikat, produk yang harus diperjuangkan untuk

akses pasarnya adalah; HS 62 (Articles of apparel and clothing

not knitted), HS 61 (Articles of apparel and clothing knitted),

HS 84 (Machinery, mechanical appliances, nuclear), HS 90

(Optical, photographic, cinematographic), dan HS 03 (Fish and

crustaceans, molluscs and).

Untuk Brasil produk prioritas yang harus diperjuangkan akses

pasarnya adalah HS 61 (Articles of apparel and clothing knitted)

mendominasi, menyusul HS 62 (Articles of apparel and clothing

not knitted), HS 63 (Other made-up textile articles; sets), HS 64

(Footwear, gaiters and the like), dan HS 57 (Carpets and other

textile floor coverings).

Dalam HS 2 dijit, jumlah kelompok komoditi Rusia lebih sedikit

dari Amerika Serikat (42 kelompok) namun lebih banyak daripada

ke Brazil (23 kelompok). Kelompok HS 2 Dijit dalam lima besar

adalah HS 62 (Articles of apparel and clothing not knitted), HS

61 (Articles of apparel and clothing knitted), HS 85 (Electrical

machinery and equipment and parts thereof), HS 84 (Machinery,

mechanical appliances, nuclear), dan HS 02 (Meat and edible

meat offal).

Dengan kondisi persaingan pasar global saat ini yang

sangat ketat, dan setiap negara mitra dagang memiliki kebijakan

perdagangan yang berbeda yang beberapa diantaranya akan

menjadi hambatan perdagangan. Sehingga perlu dilakukan

analisis lebih lanjut untuk menentukan strategi yang tepat

dalam menembus pasar negara mitra dagang. Selain itu produk

unggulan Indonesia yang saat ini didominasi oleh komoditi mentah

merupakan suatu kondisi yang kurang menguntungkan, sehingga

pemerintah perlu dengan segera menentukan kebijakan untuk

dapat meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia di

pasar global. Jika Indonesia ingin meningkatkan nilai ekspor ke

luar negeri melalui kerja sama perdagangan dengan negara mitra,

sebaiknya fokus melakukan pendekatan kerja sama perdagangan

bilateral terhadap Amerika Serikat, Brasil dan Rusia. Jenis kerja

sama yang dilaksanakan sebaiknya dalam bentuk Preferential

Trade Agreement (PTA), karena produk prioritas dari Indonesia

yang masih sedikit dan terdiri dari barang manufaktur bersifat

Unskilled Labor Intensive (ULI) dan barang Natural Resource

Intensive (NRI).

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Page 11: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 11

TUNISIA - KAWASAN AFRIKA YANG POTENSIAL BAGI PRODUK INDONESIA

Deky Paryadi

Diversifikasi dan perluasan ekspor ke negara non tradisional

saat ini tengah gencar dilakukan oleh Pemerintah ke beberapa

kawasan negara. Perluasan ekspor ke pasar non tradisional

tersebut merupakan salah satu strategi yang dilakukan

Pemerintah guna mengantisipasi kondisi perdagangan global

yang dalam beberapa tahun terakhir cenderung proteksionis dan

inward looking. Hal ini juga diperlukan oleh pelaku usaha nasional

untuk mengantisipasi kebijakan ekonomi dibeberapa negara

tujuan tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa yang

semakin proteksionis. Apalagi saat ini Pemerintah Amerika Serikat

(AS) juga sedang melakukan review terhadap 124 produk barang

yang mendapat insentif tarif bea masuk 0% dalam kebijakan

Generalized System of Preference (GSP).

Negara tujuan tradisional didefinisikan sebagai negara (pasar)

yang memiliki kriteria/syarat bahwa ekspor ke negara tersebut

sudah berlangsung lebih dari 40 tahun serta syarat kecukupan

yakni tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara lain,

konsumsi terhadap struktur Gross Domestic Product (GDP) lebih

dari 50% dan net ekspor terhadap struktur GDP kurang dari 5%.1

Dari definisi tersebut maka negara yang tidak memenuhi kriteria

dapat dikategorikan sebagai negara non tradisional.

Saat ini beberapa negara tujuan non tradisional sudah mulai

dijajaki oleh Pemerintah, diantaranya Asia Selatan (Bangladesh,

Sri Lanka), Eurasia (Rusia, Belarusia, Armenia, Kazakhstan,

Kyrgyzstan), Afrika (Mozambik, Tunisia, Maroko, Kenya Nigeria,

Afrika Selatan/SACU), Timur Tengah (Yordania, Iran, GCC) dan

Amerika Selatan (Peru, Chile). Untuk Afrika, khususnya Tunisia

dan Mozambik sudah memasuki putaran perundingan yang

pertama dengan Indonesia. Perundingan pertama Indonesia-

Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) dilaksanakan pada

tanggal 25-26 Juni 2018 di Tunisia. Perundingan putaran pertama

IT-PTA ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan tingkat teknis

preliminary meeting PTA oleh official kedua negara di sela-sela

Indonesia Africa Forum (IAF) yang dilakukan pada bulan April

2018 di Bali.

Inisiasi IT-PTA merupakan salah satu upaya Indonesia untuk

meningkatkan ekspor ke pasar non tradisional di wilayah Afrika.

Walaupun secara demografi jumlah penduduk Tunisia tidak

terlalu besar, yaitu sekitar 11 juta jiwa, namun posisi Tunisia

yang berada di wilayah Afrika bagian utara dan berdekatan

dengan benua Eropa memberikan keuntungan geografis sebagai

gateway dan hub bagi masuknya barang, tidak hanya ke wilayah

Afrika bagian utara tetapi juga ke wilayah Eropa bagian Selatan.

Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa Tunisia telah memiliki

dan mengimplementasikan perjanjian perdagangan bebas (FTA)

dengan Uni Eropa yang berarti akan makin memudahkan Tunisia

sebagai hub bagi produk Indonesia ke pasar Eropa.

Adanya IT-PTA ini akan memberikan sinyal bahwa Indonesia

memang serius untuk lebih mendekatkan diri dengan negara-

negara di Afrika sebagai salah satu langkah strategis dalam

menghadapi perdagangan global yang semakin kompetitif. Selain

itu, dengan adanya PTA diharapkan akan menumbuhkan “trust”

antara pelaku usaha kedua negara, karena selama ini banyak

pengusaha Indonesia belum melihat potensi yang ada di Afrika

khususnya di Tunisia.

Perbandingan Data Makroekonomi Indonesia dan Tunisia

Secara makro melalui indikator ekonomi dapat dilihat

perbandingan makroekonomi Indonesia dengan Tunisia seperti

yang disajikan pada Tabel 1:

1 Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Kajian Potensi Pengembangan Ekspor ke Pasar Non Tradisional, BPPP, Kemendag, 2013.

Page 12: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

12 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Tabel 1. Indikator Makroekonomi Indonesia dan Tunisia Tahun 2016

Negara PDB, PDB Per Kapita, Inflasi, Pengangguran Harga Berlaku Harga Berlaku Rata-rata Harga (% dari total Populasi Konsumen angkatan kerja) (USD Miliar) (%) (%) (%) (Juta Orang)

Indonesia 932.48 3,604 3.5 5.6 258.7

Tunisia 41.86 3,730 3.7 14.0 11.22Sumber: IMF (2017), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Dari total populasi penduduk, Indonesia memiliki populasi

penduduk jauh lebih besar dari Tunisia yaitu 258,7 juta jiwa,

sementara Tunisia 11,2 juta jiwa. Berdasarkan perbandingan

indikator makro, total GDP Indonesia lebih tinggi dibanding

Tunisia, yaitu sebesar USD 932,48 miliar sedangkan GDP

Tunisia sebesar USD 41,86 miliar. Pada tahun 2016 GDP per

kapita penduduk Indonesia USD 3.604 per tahun, sedangkan

GDP per kapita Tunisia USD 3.730 per tahun. Sedangkan inflasi

pada tahun 2016, Indonesia sebesar 3,5% sedangkan Tunisia

mencapai 3,7%. Tingkat pengangguran Tunisia relatif lebih tinggi

dibandingkan Indonesia yaitu sebesar 14% dari jumlah penduduk

sedangkan Indonesia hanya sebesar 5,6%. Melihat GDP perkapita

antara Indonesia dan Tunisia tidak jauh berbeda, sehingga dapat

dikatakan tingkat daya beli antara kedua negara tidak jauh

berbeda. Walau demikian pertumbuhan ekonomi Tunisia tidak

terlalu baik, hal ini dapat dilihat melalui masih tingginya tingkat

pengangguran di negara tersebut.

Dalam komposisi GDP ini terlihat bagaimana sektor jasa

menjadi demikian dominan dibandingkan sektor pertanian dan

industri di kedua negara. Bagi Tunisia dan Indonesia, sektor

jasa menjadi penggerak ekonomi kedua negara. Sektor jasa di

Tunisia menyumbang sekitar 64% dari total GDP, sedangkan bagi

Indonesia, walaupun jasa sangat dominan namun persentasenya

menyumbang 45,9% dari total GDP.

Gambar 1. Komposisi GDP Tunisia dan

Indonesia

Gambar 3. Negara tujuan Ekspor Indonesia

di Kawasan AfrikaSumber: www.cia.gov (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Sumber: www.cia.gov (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Saat ini Tunisia memiliki beberapa kerja sama perdagangan

dengan beberapa negara baik regional maupun bilateral, antara

lain: Agadir Agreement, EFTA- Tunisia, EU – Tunisia, Pan-Arab

Free Trade Area (PAFTA), Turkey – Tunisia, EU – Tunisia (wto.org).

Kinerja Perdagangan Indonesia - Tunisia

Kawasan Afrika sebenarnya bukan merupakan kawasan

utama tujuan ekspor Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Trade Map 2018 (Gambar 2), pangsa pasar ekspor Indonesia

ke kawasan Afrika masih terbilang sangat kecil, yaitu sekitar 2,8%

dari total ekspor Indonesia ke dunia atau hanya sekitar USD 4,8

miliar pada tahun 2017.

Gambar 2. Negara tujuan Ekspor IndonesiaSumber: Trade Map (2018), diolah

Dari beberapa negara dikawasan Afrika, pada tahun 2017

hanya tiga negara yang memiliki pangsa pasar ekspor produk

Indonesia yang dominan yaitu Mesir (26,1 %), Afrika Selatan

(14,6 %) dan Nigeria (7,1 %). Nilai ekspor Mesir pada tahun 2017

sebesar USD 1,2 miliar atau sekitar 26,1% total ekspor Indonesia

ke kawasan Afrika, sedangkan Afrika Selatan dan Nigeria

mencapai USD 704,3 juta dan USD 343,8 juta.

Page 13: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 13

Sedangkan Tunisia yang berada di kawasan Afrika bagian

Utara masih merupakan pangsa pasar yang kecil bagi Indonesia

yaitu sekitar 1,1 % dari total ekspor Indonesia ke Afrika atau

0,03% dari total ekspor Indonesia ke dunia. Tunisia menempati

peringkat ke-86 negara-negara tujuan ekspor Indonesia jika dilihat

dari besarnya nilai ekspor Indonesia pada tahun 2017. Namun

untuk di wilayah Afrika, Tunisia berada diperingkat 17 sebagai

negara tujuan ekspor Indonesia ke Afrika atau sekitar 1,1 % dari

total ekspor Indonesia ke Afrika.

Tabel 2. Peringkat Tunisia Sebagai Negara Tujuan Ekspor

Indonesia di Wilayah Afrika (USD Juta)

22

Sedangkan Tunisia yang berada di kawasan Afrika bagian Utara masih merupakan pangsa

pasar yang kecil bagi Indonesia yaitu sekitar 1,1 % dari total ekspor Indonesia ke Afrika atau 0,03%

dari total ekspor Indonesia ke dunia. Tunisia menempati peringkat ke-86 negara-negara tujuan

ekspor Indonesia jika dilihat dari besarnya nilai ekspor Indonesia pada tahun 2017. Namun untuk

di wilayah Afrika, Tunisia berada diperingkat 17 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia ke Afrika

atau sekitar 1,1 % dari total ekspor Indonesia ke Afrika.

Tabel 2. Peringkat Tunisia Sebagai Negara Tujuan Ekspor Indonesia di Wilayah Afrika (USD Juta)

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Kinerja perdagangan Indonesia dengan Tunisia seluruhnya bersumber dari sektor non migas.

Kinerja ekspor non migas Indonesia ke Tunisia selama periode 2013-2017 mengalami penurunan

sebesar 13,2%. Pada tahun 2017, nilai ekspor non migas Indonesia ke Tunisia mencapai USD 55,2 juta,

naik jika dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya yang mencapai USD 37,9 juta. Neraca

perdagangan Indonesia dengan Tunisia selama 5 tahun terakhir juga masih mengalami surplus tetapi

dengan tren menurun sebesar 25,7%. Penurunan surplus perdagangan Indonesia juga terjadi

disejumlah negara Afrika lainnya, kondisi global diduga sebagai penyebab turunnya surplus neraca

perdagangan. Namun demikian pada tahun 2017, surplus perdagangan Indonesia mengalami

kenaikan menjadi USD 22,4 juta, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang surplus sebesar USD 15,2

juta.

2015 2016 20171 Mesir 1,197.9 1,110.4 1,253.6 26.1%2 Afrika Selatan 666.1 727.9 704.3 14.6%3 Nigeria 445.7 310.8 343.8 7.1%4 Kenya 187.7 200.8 290.8 6.0%5 Tanzania 214.0 154.5 277.4 5.8%6 Aljazair 173.8 133.7 207.0 4.3%7 Djibouti 278.3 211.3 202.5 4.2%8 Benin 153.4 197.0 201.1 4.2%9 Togo 103.7 52.1 132.7 2.8%

10 Ghana 158.4 109.9 108.1 2.2%17 Tunisia 55.9 38.0 55.2 1.1%

Negara Afrika Lainnya 1,024.6 856.7 1,033.0 21.5%Total Negara Afrika 4,659.5 4,103.1 4,809.5 100.0%

USD Juta Pangsa Pasar 2017

NegaraPeringkat

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Kinerja perdagangan Indonesia dengan Tunisia seluruhnya

bersumber dari sektor non migas. Kinerja ekspor non migas

Indonesia ke Tunisia selama periode 2013-2017 mengalami

penurunan sebesar 13,2%. Pada tahun 2017, nilai ekspor non

migas Indonesia ke Tunisia mencapai USD 55,2 juta, naik jika

dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya yang mencapai

USD 37,9 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan Tunisia

selama 5 tahun terakhir juga masih mengalami surplus tetapi

dengan tren menurun sebesar 25,7%. Penurunan surplus

perdagangan Indonesia juga terjadi disejumlah negara Afrika

lainnya, kondisi global diduga sebagai penyebab turunnya surplus

neraca perdagangan. Namun demikian pada tahun 2017, surplus

perdagangan Indonesia mengalami kenaikan menjadi USD 22,4

juta, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang surplus sebesar

USD 15,2 juta.

Tabel 3. Neraca Perdagangan Indonesia – Tunisia (USD Ribu)Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 Trend (%) 2013-2017Total Perdagangan 101,991.50 104,210.30 77,138.30 60,746.40 87,965.40 -8.02 Migas 0 0 0 0 0 Non Migas 101,991.50 104,210.30 77,138.30 60,746.40 87,965.40 -8.02Ekspor 75,893.70 82,514.00 55,932.00 37,994.20 55,193.50 -13.17 Migas 0 0 0 0 0 Non Migas 75,893.70 82,514.00 55,932.00 37,994.20 55,193.50 -13.17Impor 26,097.80 21,696.30 21,206.30 22,752.30 32,771.90 5.16 Migas 0 0 0 0 0 Non Migas 26,097.80 21,696.30 21,206.30 22,752.30 32,771.90 5.16Neraca Perdagangan 49,795.90 60,817.70 34,725.80 15,241.90 22,421.60 -25.77 Migas 0 0 0 0 0 Non Migas 49,795.90 60,817.70 34,725.80 15,241.90 22,421.60 -25.77

Sumber: BPS (2018), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kemendag

Ekspor utama Indonesia ke Tunisia adalah ekspor non

migas. Beberapa produk utama yang diekspor Indonesia adalah

komoditas primer seperti minyak sawit dan turunannya serta

produk kelapa (kopra). Ekspor turunan minyak sawit (HS 151190)

Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 2013 dengan

nilai ekspor mencapai USD 44,6 juta namun terus menurun

Page 14: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

14 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

dan di tahun 2017 nilai ekspornya hanya sebesar USD 32,2

juta atau mengalami tren penurunan sebesar 13,2% per tahun.

Meskipun demikian, turunan minyak sawit masih mendominasi

ekspor Indonesia ke Tunisia dengan pangsa sebesar 58,3% pada

tahun 2017. Komoditas ekspor ke Tunisia lainnya yang cukup

meningkat baik tren maupun pertumbuhannya antara lain minyak

kernel sawit, kopra, lysine, produk tekstil (benang & tas kantong),

tuna frozen fillet, kacang mete dan ban kendaraan.

Tabel 4. Ekspor Komoditas Utama Indonesia Ke Tunisia (USD Ribu)

No Kode HS Deskripsi 2013 2014 2015 2016 2017 Tren

USD Ribu 2013-2017

Palm oil and its fractions, whether or not refined (excluding chemically modified and crude)Palm kernel and babassu oil and their fractions, whether or not refined, but not chemically ...Coconut oil and its fractions, whether or not refined, but not chemically modified (excluding ...Lysine and its esters; salts thereofYarn containing predominantly, but < 85% polyester staple fibres by weight, mixed principally ...Textured filament yarn of polyester (excluding that put up for retail sale)Sacks and bags, for the packing of goods, of polyethylene or polypropylene strip or the like ...Frozen fillets of tuna “of the genus Thunnus”, skipjack or stripe-bellied bonito “Euthynnus ...Fresh or dried cashew nuts, shelledFatty acids, industrial, monocarboxylic; acid oils from refining (excluding stearic acid, oleic ...Tobacco, unstemmed or unstrippedSingle yarn, containing >= 85% artificial staple fibres by weight (excluding sewing thread ...Combined refrigerator-freezers, with separate external doorsNew pneumatic tyres, of rubber, of a kind used for motor cars, incl. station wagons and racing ...Frozen yellowfin tunas “Thunnus albacares”Woven fabrics of high-tenacity yarn, nylon, other polyamides or polyesters, incl. monofilament ...Single yarn containing >= 85% polyester staple fibres by weight (excluding sewing thread and ...Plates, sheets, film, foil and strip, of non-cellular poly”methyl methacrylate”, not reinforced, ...Cinnamon “Cinnamomum zeylanicum Blume” (excluding crushed and ground)Yarn containing predominantly, but < 85% polyester staple fibres by weight, mixed principally ...

Sub Total

Lainnya

Total

1 ‘151190

2 ‘151329

3 ‘151319

4 ‘2922415 ‘550953

6 ‘540233

7 ‘630533

8 ‘030487

9 ‘080132

10 ‘38231911 ‘24011012 ‘551011

13 ‘841810

14 ‘401110

15 ‘03034216 ‘540710

17 ‘550921

18 ‘392051

19 ‘090611

20 ‘550951

44583 52241 33487 18642 32158 -15.5

1745 5073 5092 4746 5836 26.5

1830 3514 3598 2362 2928 5.6

620 640 824 1435 1841 34.8 919 252 152 1125 1519 28.4

154 108 188 299 1336 70.6

604 93 434 319 1154 28.8

0 0 0 0 943 0.0

622 645 790 1033 865 12.0

1495 1934 1039 764 456 -28.1 0 15 100 61 437 0.0 410 125 125 0 409 0.0

6320 2531 496 900 387 -48.4

208 422 204 312 346 7.4

0 0 0 0 274 0.0 1080 858 531 651 268 -26.4

131 215 274 50 250 -1.6

48 144 76 146 232 37.2

129 98 103 74 231 9.2

430 207 90 188 218 -13.5

61328 69115 47603 33107 52088 -10.1

14564 13398 8332 4889 3102 -33.6

75892 82513 55935 37996 55190 -13.2

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Analisis Daya Saing dan Potensial Produk Indonesia di

Tunisia

Untuk memperoleh tingkat kesesuaian produk antara Tunisia

dan Indonesia, maka digunakan Trade Complementary Index

(TCI). Berdasarkan TCI yang diperoleh dari simulasi perhitungan

berdasarkan data Trade Map, tingkat kesesuaian ekspor Indonesia

terhadap struktur impor Tunisia lebih rendah dibanding ekspor

Tunisia terhadap struktur impor Indonesia. Hal ini menunjukkan

Page 15: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 15

bahwa produk ekspor Tunisia memiliki kemampuan yang lebih

baik untuk memenuhi permintaan impor Indonesia dibandingkan

produk ekspor Indonesia dalam memenuhi permintaan impor

Tunisia. Dari nilai indikator TCI tahun 2016 tingkat kesesuaian

struktur ekspor Indonesia terhadap struktur impor Tunisia adalah

20,7% lebih rendah dibanding kesesuaian struktur ekspor Tunisia

terhadap struktur impor Indonesia sebesar 22%.

25

18 '392051 Plates, sheets, film, foil and strip, of non-cellular poly"methyl methacrylate", not reinforced, ...

48 144 76 146 232 37.2

19 '090611 Cinnamon "Cinnamomum zeylanicum Blume" (excluding crushed and ground)

129 98 103 74 231 9.2

20 '550951 Yarn containing predominantly, but < 85% polyester staple fibres by weight, mixed principally ...

430 207 90 188 218 -13.5

Sub Total 61328 69115 47603 33107 52088 -10.1 Lainnya 14564 13398 8332 4889 3102 -33.6

Total 75892 82513 55935 37996 55190 -13.2 Sumber: Trade Map (2018), diolah

Analisis Daya Saing dan Potensial Produk Indonesia di Tunisia

Untuk memperoleh tingkat kesesuaian produk antara Tunisia dan Indonesia, maka

digunakan Trade Complementary Index (TCI). Berdasarkan TCI yang diperoleh dari simulasi

perhitungan berdasarkan data Trade Map, tingkat kesesuaian ekspor Indonesia terhadap struktur

impor Tunisia lebih rendah dibanding ekspor Tunisia terhadap struktur impor Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa produk ekspor Tunisia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk

memenuhi permintaan impor Indonesia dibandingkan produk ekspor Indonesia dalam memenuhi

permintaan impor Tunisia. Dari nilai indikator TCI tahun 2016 tingkat kesesuaian struktur ekspor

Indonesia terhadap struktur impor Tunisia adalah 20,7% lebih rendah dibanding kesesuaian

struktur ekspor Tunisia terhadap struktur impor Indonesia sebesar 22%.

Gambar 4. TCI Indonesia – Tunisia

Sumber: Trade Map (2018), diolah

21,7 20,6 20,7

26,3

23,0 22,0

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

2014 2015 2016

Complementarity between Indonesia Export to Tunisia ImportComplementarity between Tunisia Export to Indonesia Import

Gambar 4. TCI Indonesia – TunisiaSumber: Trade Map (2018), diolah

Selama periode tahun 2013 – 2016, Tunisia memiliki tingkat

complementarity yang semakin turun, hal ini mengisyaratkan

banyaknya produk impor sejenis yang masuk ke Indonesia dari

negara-negara mitra Indonesia lainnya, sehingga makin banyak

kompetitor produk Tunisia di Indonesia. Tingkat complementarity

ini juga dapat menjadi indikasi bahwa daya saing produk Tunisia

kurang berdaya saing dengan produk sejenis. Salah satu

penyebab kurangnya daya saing produk ini adalah bea masuk,

dengan adanya kerja sama perdagangan antara Indonesia dan

Tunisia diharapkan daya saing produk baik kedua negara dapat

semakin kompetitif. Hal inilah yang dapat dijadikan alasan bagi

kedua negara baik Indonesia maupun Tunisia untuk dapat

mendorong ekspor Indonesia ke Tunisia dan sebaliknya melalui

kerja sama perdagangan bilateral kedua negara.

Sementara indikator Revealed Symmetric Comparative

Advantage (RSCA) bilateral antara Indonesia dan Tunisia

menunjukkan bahwa beberapa sektor produk Indonesia memiliki

daya saing relatif lebih baik di pasar Tunisia. Melihat hal tersebut

maka dapat diperoleh produk potensial yang dapat diekspor

Indonesia ke Tunisia. Produk potensial ini diperoleh dengan

melihat daya saing produk Indonesia, importasi Tunisia dari dunia,

ekspor Indonesia ke dunia dan ekspor Indonesia ke Tunisia.

Setelah melihat data yang ada (Tabel 6), maka diperoleh 30

produk potensial ekspor Indonesia terbesar ke Tunisia, diantaranya

adalah Sparepart rem kendaraan (HS 870830) sebesar USD 23,6

juta, pita dan lembaran film (HS 392020) sebesar USD 20 juta,

sparepart dan aksesoris sepeda (HS 871499) sebesar 17,2 juta,

Benang filamen bertekstur dari polyester (HS 540233) sebesar

USD 16,3 juta, kertas dan kertas karton (HS 480255) sebesar

USD 15,3 juta (Tabel 6).

Page 16: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

16 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Tabel 6. Produk Potensial Ekspor, USD Ribu Potensi EksporNo Kode HS Keterangan Indonesia - Tunisia

1 ‘870830 Brakes and servo-brakes and their parts, for tractors, motor vehicles for the transport of ... 23646

2 ‘392020 Plates, sheets, film, foil and strip, of non-cellular polymers of ethylene, not reinforced, ... 20060

3 ‘871499 Parts and accessories, for bicycles, n.e.s. 17155

4 ‘540233 Textured filament yarn of polyester (excluding that put up for retail sale) 16381

5 ‘480255 Uncoated paper and paperboard, of a kind used for writing, printing or other graphic purposes, ... 15317

6 ‘851290 Parts of electrical lighting or signalling equipment, windscreen wipers, defrosters and demisters ... 13284

7 ‘841810 Combined refrigerator-freezers, with separate external doors 12604

8 ‘160414 Prepared or preserved tunas, skipjack and Atlantic bonito, whole or in pieces (excluding minced) 10021

9 ‘640419 Footwear with outer soles of rubber or plastics and uppers of textile materials (excluding ... 9248

10 ‘401110 New pneumatic tyres, of rubber, of a kind used for motor cars, incl. station wagons and racing ... 8940

11 ‘690790 Unglazed ceramic flags and paving, hearth or wall tiles; unglazed ceramic mosaic cubes and ... 6654

12 ‘940360 Wooden furniture (excluding for offices, kitchens and bedrooms, and seats) 6421

13 ‘180500 Cocoa powder, not containing added sugar or other sweetening matter 6400

14 ‘520832 Plain woven fabrics of cotton, containing >= 85% cotton by weight and weighing > 100 g to 200 ... 6231

15 ‘520522 Single cotton yarn, of combed fibres, containing >= 85% cotton by weight and with a linear ... 5474

16 ‘640411 Sports footwear, incl. tennis shoes, basketball shoes, gym shoes, training shoes and the like, ... 5003

17 ‘551211 Woven fabrics containing >= 85% polyester staple fibres by weight, unbleached or bleached 4795

18 ‘701337 Drinking glasses (excluding glasses of glass ceramics or of lead crystal and stemware) 4780

19 ‘540710 Woven fabrics of high-tenacity yarn, nylon, other polyamides or polyesters, incl. monofilament ... 4687

20 ‘310430 Potassium sulphate (excluding that in tablets or similar forms, or in packages with a gross ... 4554

21 ‘151790 Edible mixtures or preparations of animal or vegetable fats or oils and edible fractions of ... 4291

22 ‘550921 Single yarn containing >= 85% polyester staple fibres by weight (excluding sewing thread and ... 4115

23 ‘340111 Soap and organic surface-active products and preparations, in the form of bars, cakes, moulded ... 3734

24 ‘401039 Transmission belts or belting, of vulcanised rubber (excluding endless transmission belts of ... 3630

25 ‘240110 Tobacco, unstemmed or unstripped 3339

26 ‘960720 Parts of slide fasteners 3051

27 ‘340120 Soap in the form of flakes, granules, powder, paste or in aqueous solution 3006

28 ‘550953 Yarn containing predominantly, but < 85% polyester staple fibres by weight, mixed principally ... 2922

29 ‘401519 Gloves, mittens and mitts, of vulcanised rubber (excluding surgical gloves) 2896

30 ‘551311 Plain woven fabrics containing predominantly, but < 85% polyester staple fibres by weight, ... 2599

Sumber: Trade Map (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Dari daftar produk potensial yang diperoleh terdapat beberapa

sektor transportasi (sparepart kendaraan), produk tekstil, produk

kayu, produk elektrik serta beberapa produk lainnya yang

dapat dijadikan produk ekspor potensial Indonesia ke Tunisia.

Berdasarkan pada data tersebut, jenis produk potensial masih

didominasi oleh produk bahan baku penolong. Mengingat sektor

industri merupakan penggerak ekonomi terbesar kedua setelah

jasa di Tunisia, maka produk-produk ini akan memberikan

dampak yang baik bagi Tunisia.

Penutup

Pemerintah saat ini terus menggenjot potensi ekspor

Indonesia ke negara-negara non tradisional. Melalui kunjungan

Menteri Perdagangan ke beberapa negara Afrika, seperti Tunisia

dan Maroko pada bulan Juni 2018, mengindikasikan bahwa

Afrika merupakan kawasan potensial bagi sejumlah produk

ekspor Indonesia. Pemerintah Indonesia sangat concern untuk

menjadikan Tunisia sebagai Hub bagi produk Indonesia di Afrika

bagian utara. Kedekatan geografis Tunisia dengan Eropa dan

Timur Tengah menjadikan Tunisia sebagai pangsa pasar yang

potensial bagi Indonesia. Skema kerja sama PTA dianggap

merupakan bentuk yang dimungkinkan bagi kedua negara

sebagai bentuk keseriusan Indonesia untuk menjalin kerja sama

Indonesia dengan negara Tunisia.

Page 17: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 17

POTENSI PASAR INDONESIA DI YORDANIA

Fitri Tri Budiarti

Pemerintah Republik Indonesia sedang aktif melakukan upaya

untuk peningkatan akses pasar dengan melakukan pendekatan

melalui perjanjian kerja sama perdagangan dengan beberapa

negara mitra dagang. Aksesi pasar dilakukan untuk mendorong

ekspor nasional ke beberapa pasar baru bagi produk Indonesia

dan sekaligus sebagai hub untuk negara-negara di sekelilingnya

sehingga jangkauan produk Indonesia bisa menjadi lebih luas.

Pemerintah Indonesia juga sedang menjajaki kemungkinan

kerja sama perdagangan dengan negara mitra non tradisional.

Negara non tradisional adalah negara yang bukan merupakan

negara mitra utama Indonesia akan tetapi mempunyai potensi

perdagangan yang dapat memberikan dampak positif bagi

perdagangan Indonesia. Chile dan Pakistan merupakan dua

negara non tradisional yang telah melakukan kerja sama

perdagangan dengan Indonesia. Untuk selanjutnya, Indonesia

akan menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Bangladesh,

Maroko, Turki, Mozambik , Peru, Sri Lanka, Eurasia, dan Yordania.

Salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang potensial

bagi Indonesia untuk melakukan kerja sama adalah Yordania.

Yordania menjadi penting bagi Indonesia karena Yordania dapat

menjadi hub bagi produk Indonesia ke negara-negara di kawasan

tersebut dan juga hub bagi negara-negara yang telah melakukan

FTA dengan Yordania. Beberapa kerja sama yang telah dijalin

Yordania, antara lain Agadir Agreement, Canada - Yordania,

EFTA - Yordania, EU - Yordania, Yordania - Singapura, Pan-Arab

Free Trade Area (PAFTA), Turki - Yordania, Amerika Serikat –

Yordania.

Profil Yordania

Yordania merupakan negara yang terletak di Asia Barat Daya

yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi di barat laut,

Suriah di Selatan, Israel di sebelah timur dan tepi barat. Yordania

masuk ke dalam kawasan Timur Tengah dengan luas wilayah

91.880 kilometer persegi.

Page 18: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

18 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Tabel 1. Indikator Makroekonomi

Indonesia – Yordania (USD Juta)

INDIKATOR MAKROEKONOMI INDONESIA YORDANIA

PDB, Harga Berlaku (USD Miliar) 1.015,4 40,4

PDB Per Kapita (USD) 3.875 5.677

Inflasi, Rata-rata Harga Konsumen (%) 3,8 3,3

Populasi (Juta) 261,9 7,1

Sumber: IMF (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2017 Produk

Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai USD 1 triliun

sementara Yordania hanya sebesar USD 40,4 Miliar. Jumlah

populasi Indonesia ditahun 2017 berjumlah 261,9 juta jiwa dan

memiliki PDB per kapita penduduk mencapai USD 3.875 per

tahun. Sementara ditahun yang sama jumlah populasi Yordania

berjumlah 7,1 juta jiwa dan memiliki PDB per kapita sebesar

USD 5.677 per tahun. Tingkat inflasi Yordania sebesar 3,3%

sementara inflasi Indonesia sebesar 3,8%.

Perkembangan Perdagangan Indonesia-Yordania

Perdagangan Indonesia dan Yordania mempunyai nilai yang

cukup besar. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2017,

total perdagangan Indonesia dan Yordania mencapai USD 293,1

Juta. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu periode 2013 -

2017, perdagangan kedua negara menunjukkan tren penurunan

sebesar 10,8% per tahun. Ekspor Indonesia ke Yordania

selama periode 2013 - 2017 berasal dari sektor non migas. Nilai

perdagangan pada sektor ini fluktuatif dan dapat terlihat dari nilai

ekspor lima tahun terakhir yang mengalami penurunan sebesar

12,8% per tahun. Pencapaian ekspor Indonesia yang tertinggi

terjadi pada tahun 2013 dengan nilai mencapai USD 159,3 Juta.

Pada tahun 2017, ekspor non migas Indonesia ke Yordania turun

Tabel 2. Neraca Perdagangan Indonesia – Yordania (USD Juta)

Uraian USD Juta Tren(%) Perub.(%)

2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 2017/2016

Total Perdagangan 475,1 305,2 256,0 256,0 293,1 -10,8 14,5 Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Non Migas 475,1 305,2 256,0 256,0 293,1 -10,8 14,5Ekspor 159,3 152,6 95,2 90,2 104,6 -12,8 15,9 Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Non Migas 159,3 152,6 95,2 90,2 104,6 -12,8 15,9Impor 315,8 152,5 160,8 165,8 188,6 -9,0 13,7 Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Non Migas 315,8 152,5 160,8 165,8 188,6 -9,0 13,7Neraca Perdagangan -156,4 0,1 -65,5 -75,6 -84,0 11,1 Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Non Migas -156,4 0,1 -65,5 -75,6 -84,0 11,1

Sumber: BPS (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

menjadi USD 104,6 juta. Nilai tersebut lebih baik jika dibandingkan

dengan ekspor tahun 2016 dengan nilai sebesar USD 90,2 juta.

Impor Indonesia dari Yordania hampir sama dengan ekspor

yang seluruhnya berasal dari sektor non migas. Impor Indonesia

dari Yordania mengalami peningkatan sebesar 13,7% dari USD

165,8 juta pada tahun 2016 menjadi USD 188,6 juta pada tahun

2017. Kinerja neraca perdagangan Indonesia dengan Yordania

selama periode lima tahun terakhir cenderung mengalami defisit,

kecuali tahun 2014 dengan tren defisit perdagangan yang

semakin membesar dalam 3 tahun terakhir (Tabel 2).

Produk Ekspor Utama Indonesia Ke Yordania

Indonesia berada di posisi ke-31 sebagai negara asal impor

Yordania. Nilai impor Yordania pada tahun 2017 tercatat sebesar

USD 116 juta meningkat 9% dari impor tahun sebelumnya

sebesar USD 106 juta. Indonesia baru memiliki pangsa sebesar

0,6% dari keseluruhan impor Yordania dari dunia. Impor Yordania

dari dunia tercatat sebesar USD 20,4 miliar. Sementara itu,

posisi Yordania sebagai nagara tujuan ekspor Indonesia baru

menempati peringkat ke-67 di tahun 2017, dengan pangsa

ekspor sebesar 0,1% dari total ekspor Indonesia ke dunia.

Nilai ekspor produk Indonesia ke Yordania pada tahun 2017

sebesar USD 104,6 juta. Dari total nilai ekspor tersebut, sebanyak

USD 88,3 juta berasal dari ekspor 20 produk utama dengan

pangsa pasar kurang lebih 84,4% dari total nilai ekspor Indonesia

ke Yordania. Produk ekspor utama Indonesia ke Yordania antara

lain laminated wood (HS: 441294) dan palm oil and its fractions

(HS:151190) yang nilai ekspornya di tahun 2017 masing-masing

mencapai USD 35,4 Juta dan USD 11,5 Juta. Ekspor kedua

produk tersebut pada tahun 2017 mencapai 44,8% dari total

ekspor Indonesia ke Yordania. Selain itu , produk lain yang juga

menjadi andalan ekspor Indonesia adalah wood charcoal (HS:

440290), pasta (HS: 190230), tuna, skipjack (HS:160414).

Page 19: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 19

Tabel 3. Produk Utama Ekspor Indonesia ke Yordania (USD Juta)

No HS Deskripsi Nilai Ekspor Indonesia Tren Ekspor

2017 (USD Juta) 2013-2017 (%)

1 ‘441294 Laminated wood as blockboard, laminboard or battenboard (excluding of bamboo, plywood consisting ... 35.41 -3.02 ‘151190 Palm oil and its fractions, whether or not refined (excluding chemically modified and crude) 11.48 -2.03 ‘440290 Wood charcoal, incl. shell or nut charcoal, whether or not agglomerated (excluding bamboo charcoal, ... 6.22 99.04 ‘190230 Pasta, cooked or otherwise prepared (excluding stuffed) 5.34 -18.05 ‘160414 Prepared or preserved tunas, skipjack and Atlantic bonito, whole or in pieces (excluding minced) 4.76 -14.06 ‘600490 Knitted or crocheted fabrics, of a width of > 30 cm, containing >= 5% by weight elastomeric ... 3.38 7 ‘281410 Anhydrous ammonia 2.61 8 ‘401110 New pneumatic tyres, of rubber, of a kind used for motor cars, incl. station wagons and racing ... 2.09 -30.09 ‘290545 Glycerol 2.04 3.010 ‘200811 Groundnuts, prepared or preserved (excluding preserved with sugar) 1.98 3.011 ‘480300 Toilet or facial tissue stock, towel or napkin stock and similar paper for household or sanitary ... 1.95 92.012 ‘730820 Towers and lattice masts, of iron or steel 1.68 13 ‘210111 Extracts, essences and concentrates, of coffee 1.63 68.014 ‘340111 Soap and organic surface-active products and preparations, in the form of bars, cakes, moulded ... 1.59 -24.015 ‘151790 Edible mixtures or preparations of animal or vegetable fats or oils and edible fractions of ... 1.56 -9.016 ‘292241 Lysine and its esters; salts thereof 1.02 -4.017 ‘340120 Soap in the form of flakes, granules, powder, paste or in aqueous solution 0.96 21.018 ‘170490 Sugar confectionery not containing cocoa, incl. white chocolate (excluding chewing gum) 0.89 21.019 ‘870322 Motor cars and other motor vehicles principally designed for the transport of persons, incl. ... 0.88 26.020 ‘441114 Medium density fibreboard “MDF” of wood, of a thickness > 9 mm 0.87 -16

Sub Total 88.34 -10.2 Lain-lain 16.28 -35.9 Total 104.62 -19.6

Sumber: Trade Map (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Posisi Yordania Sebagai Negara Asal Impor Indonesia dari

Dunia

Yordania menempati peringkat ke 42 sebagai negara asal

impor Indonesia pada tahun 2017 dengan total nilai impor

sebesar USD 349 juta atau setara dengan 0,2% dari total impor

Indonesia. Impor Indonesia dari Yordania cenderung mengalami

pertumbuhan sebesar 2,9% sepanjang tahun 2013-2017.

Produk impor non migas utama yang paling banyak diimpor

Indonesia dari Yordania adalah Natural calcium phosphates (HS:

251020) dengan nilai impor USD 276,43 juta, potassium chloride

(HS: 310420) dengan nilai impor USD 58,46 Juta dan Vessels

for the transport (HS: 890190) dengan nilai impor mencapai USD

6,43 Juta.

Page 20: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

20 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Tabel 4. Produk Utama Impor Indonesia dari Yordania (USD Juta)

No HS Deskripsi Nilai Impor Indonesia Tren Impor

2017 (USD Juta) 2013-2017 (%)

1 ‘251020 Natural calcium phosphates and natural aluminium calcium phosphates, natural and phosphatic ... 276.432 2 ‘310420 Potassium chloride for use as fertiliser (excluding that in tablets or similar forms, or in ... 58.462 -23.13 ‘890190 Vessels for the transport of goods and vessels for the transport of both persons and goods ... 6.425 4 ‘470710 Recovered “waste and scrap” paper or paperboard of unbleached kraft paper, corrugated paper ... 3.836 98.45 ‘310390 Mineral or chemical phosphatic fertilisers (excluding superphosphates, those in pellet or similar ... 1.307 6 ‘851762 Machines for the reception, conversion and transmission or regeneration of voice, images or ... 0.995 7 ‘290723 4,4’-Isopropylidenediphenol “bisphenol A, diphenylolpropane” and its salts 0.411 -27.78 ‘610990 T-shirts, singlets and other vests of textile materials, knitted or crocheted (excluding cotton) 0.407 9 ‘740400 Waste and scrap, of copper (excluding ingots or other similar unwrought shapes, of remelted ... 0.121 10 ‘470730 Recovered “waste and scrap” paper or paperboard made mainly of mechanical pulp, e.g. newspapers, ... 0.089 -16.911 ‘281520 Potassium hydroxide “caustic potash” 0.076 -44.112 ‘610463 Women’s or girls’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of synthetic fibres, ... 0.071 13 ‘731010 Tanks, casks, drums, cans, boxes and similar containers, of iron or steel, for any material, ... 0.054 14 ‘310590 Mineral or chemical fertilisers containing the two fertilising elements nitrogen and potassium ... 0.04 15 ‘160414 Prepared or preserved tunas, skipjack and Atlantic bonito, whole or in pieces (excluding minced) 0.031 16 ‘610343 Men’s or boys’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of synthetic fibres, knitted ... 0.023 17 ‘300420 Medicaments containing antibiotics, put up in measured doses “incl. those in the form of transdermal ... 0.022 18 ‘610520 Men’s or boys’ shirts of man-made fibres, knitted or crocheted (excluding nightshirts, T-shirts, ... 0.02 19 ‘841582 Air conditioning machines incorporating a refrigerating unit but without a valve for reversal ... 0.017 20 ‘620343 Men’s or boys’ trousers, bib and brace overalls, breeches and shorts of synthetic fibres (excluding ... 0.016

Sub Total 348.85 Lain-lain 0.11 Total 348.96

Sumber: Trade Map (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Potensi perluasan pasar dapat dilihat dengan penghitungan

indeks perdagangan, diantaranya Trade Complementarity Index

(TCI) dan Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA).

TCI menunjukkan tingkat kesesuaian struktur impor dan ekspor

suatu negara apakah saling melengkapi (komplementer) atau

malah saling menggantikan yang menyebabkan kompetisi

(Subtitusi). TCI merupakan salah satu alat analisis dalam

mempertimbangkan pembentukan kerja sama perdagangan

dengan negara mitra. Gambar 1 menunjukkan TCI antara

Indonesia dan Yordania.

Page 21: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 21

34

Gambar 1. Trade Complementarity Index Indonesia-Yordania

Sumber: Trade Map (2018)

Berdasarkan Gambar 1, tingkat kesesuaian struktur ekspor Yordania terhadap struktur

impor Indonesia lebih rendah dibandingkan struktur ekspor Indonesia terhadap struktur impor

Yordania. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memenuhi

permintaan impor Yordania dibandingkan Yordania memenuhi permintaan impor Indonesia.

Selain TCI, indeks RSCA menjadi salah satu alat untuk melihat potensi perdagangan di

negara mitra. RSCA sendiri merupakan teknik untuk mengukur kelemahan dan keunggulan produk

perdagangan suatu negara.

Tabel 5. Revealed Symmetric Comparative Advantage

Sector RSCA Indonesia Relative to RSCA Jordan Relative to Jordan Global Indonesia Global

Animal and animal product 0.12 -0.04 -0.12 -0.16 Vegetable products 0.76 0.65 -0.76 -0.22 Foodstuffs 0.66 0.09 -0.66 -0.61 Mineral products 0.33 0.32 -0.33 -0.01 Chemical and allied industries -0.38 -0.10 0.38 0.29 Plastics/rubber 0.25 0.15 -0.25 -0.10 Raw hides, skins, leather & furs -0.75 -0.34 0.75 0.55 Wood and wooden products -0.51 0.46 0.51 0.79 Textile -0.12 0.25 0.12 0.36 Footwear/headgear 0.46 0.54 -0.46 0.12

23.2 22.6 24.4 24.45 23.45

18.09 15.90 15.99

14.92 14.50

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

2013 2012 2013 2016 2017

Complementarity between Indonesia Export to Jordan Import

Complementarity between Jordan Export to Indonesia Import

Gambar 1. Trade Complementarity Index Indonesia-YordaniaSumber: Trade Map (2018)

Berdasarkan Gambar 1, tingkat kesesuaian struktur ekspor

Yordania terhadap struktur impor Indonesia lebih rendah

dibandingkan struktur ekspor Indonesia terhadap struktur impor

Yordania. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki kemampuan

yang lebih baik untuk memenuhi permintaan impor Yordania

dibandingkan Yordania memenuhi permintaan impor Indonesia.

Selain TCI, indeks RSCA menjadi salah satu alat untuk melihat

potensi perdagangan di negara mitra. RSCA sendiri merupakan

teknik untuk mengukur kelemahan dan keunggulan produk

perdagangan suatu negara.

Tabel 5. Revealed Symmetric Comparative

Advantage

Sector RSCA Indonesia RSCA Jordan Relative to Relative to

Jordan Global Indonesia Global

Animal and animal product 0.12 -0.04 -0.12 -0.16

Vegetable products 0.76 0.65 -0.76 -0.22

Foodstuffs 0.66 0.09 -0.66 -0.61

Mineral products 0.33 0.32 -0.33 -0.01

Chemical and allied industries -0.38 -0.10 0.38 0.29

Plastics/rubber 0.25 0.15 -0.25 -0.10

Raw hides, skins, leather & furs -0.75 -0.34 0.75 0.55

Wood and wooden products -0.51 0.46 0.51 0.79

Textile -0.12 0.25 0.12 0.36

Footwear/headgear 0.46 0.54 -0.46 0.12

Stone/glass 0.50 -0.09 -0.50 -0.57

Metals -0.30 -0.34 0.30 -0.05

Machinery/electrical 0.07 -0.50 -0.07 -0.55

Transportation -0.27 -0.49 0.27 -0.25

Miscellaneous -0.41 -0.54 0.41 -0.16

Explanatory Note

Maximum Value of RSCA 1.00

Minimum Value of RSCA -1.00

Critical Point Comparative Advantage =>0

Sumber: Trade Map (2017), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Hasil penghitungan RSCA pada Tabel 5 menyimpulkan

bahwa Produk Indonesia yang memiliki daya saing di pasar global

di antaranya adalah vegetable products; foodstuffs; mineral

products; plastics/rubber; wood and wood products; textile; dan

footwear/headgear. Sedangkan produk Yordania yang memilliki

daya saing di pasar global adalah chemical and allied industries;

raw hides, skins, leather and furs; wood and wooden products;

textile; footwear/headgear. Dapat disimpulkan secara relatif

Indonesia memiliki keunggulan yang lebih baik dari Yordania yaitu

pada produk vegetable products; foodstuffs; mineral products;

plastics/rubber; dan footwear/headgear.

RSCA bilateral antara Indonesia dan Yordania menunjukkan

bahwa Indonesia unggul pada sektor animal and animal product;

vegetable products; foodstuffs; mineral products; plastics/

rubber; footwear/headgear; stone/glass; dan machinery/

electrical, sedangkan Yordania memiliki daya saing relatif di pasar

Indonesia untuk sektor chemical and allied industries; raw hides,

skins, leather and furs; wood and wooden products; textile;

metals; transportations; dan miscellaneous.

Perdagangan Indonesia dengan Yordania mempunyai

potensi untuk dikembangkan dengan melihat Yordania yang

dapat menjadi hub bagi produk Indonesia ke negara-negara di

kawasan tersebut dan juga hub bagi negara-negara yang telah

melakukan FTA dengan Yordania. Selain itu, nilai perdagangan

yang cukup besar membuat Yordania potensial sebagai salah

satu negara tujuan kerja sama perdagangan. Kinerja ekspor

Indonesia ke Yordania pada tahun 2017 cukup tinggi sebesar

USD 104,6 juta dengan produk ekspor unggulan laminated wood

(HS: 441294) dan palm oil and its fractions (HS:151190) dengan

pangsa mencapai 44,8% dari total ekspor Indonesia ke Yordania.

Selain itu, wood charcoal (HS: 440290), pasta (HS: 190230),

tuna, skipjack (HS:160414) juga menjadi produk ekspor unggulan

Indonesia ke Yordania.

Page 22: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

22 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

MASIH MENARIKKAH TARIF PREFERENSI BAGI

IMPOR?Hasni

Indonesia masih membutuhkan berbagai produk impor

terutama untuk bahan baku dan barang modal bagi peningkatan

industri dan perekonomian nasional. Oleh karena itu peningkatan

kerja sama perdagangan dengan negara mitra baik bilateral

maupun regional masih dibutuhkan oleh pelaku usaha dalam

negeri untuk memperoleh akses produk impor yang berkualitas

dengan harga terjangkau.

Tulisan ini menjelaskan kinerja impor yang memanfaatkan tarif

preferensi, secara ringkas sub bab yang dibahas adalah perkembangan

impor secara umum, perkembangan impor berdasarkan skema

preferensi kerja sama perdagangan, serta kendala dan langkah dalam

mendorong impor yang memanfaatkan tarif preferensi.

masih didominasi produk non migas, terutama dari sektor industri

yang memberikan kontribusi 77,2% terhadap total nilai impor

tahun 2017. Secara total, impor non migas mendominasi dengan

pangsa 84,5%, sedangkan impor migas mencapai 15,5% pada

tahun 2017.

Seiring dengan meningkatnya kesepakatan dagang Indonesia

dengan negara mitra baik bilateral maupun regional, maka diharapkan

terjadi peningkatan pemanfaatan impor dengan menggunakan

fasilitas preferensi oleh pelaku usaha nasional. Terdapat tujuh jenis

tarif preferensi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha yaitu:

(1) Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJEPA,

(2) ASEAN-China Free Trade Agreement /ACFTA, (3) ASEAN-

Tabel 1. Perkembangan Impor Indonesia 2013-2018

36

MASIH MENARIKKAH TARIF PREFERENSI BAGI IMPOR?

Hasni

Indonesia masih membutuhkan berbagai produk impor terutama untuk bahan baku dan

barang modal bagi peningkatan industri dan perekonomian nasional. Oleh karena itu peningkatan

kerja sama perdagangan dengan negara mitra baik bilateral maupun regional masih dibutuhkan

oleh pelaku usaha dalam negeri untuk memperoleh akses produk impor yang berkualitas dengan

harga terjangkau.

Tulisan ini menjelaskan kinerja impor yang memanfaatkan tarif preferensi, secara ringkas

sub bab yang dibahas adalah perkembangan impor secara umum, perkembangan impor

berdasarkan skema preferensi kerja sama perdagangan, serta kendala dan langkah dalam

mendorong impor yang memanfaatkan tarif preferensi.

Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2013-2017) total impor mengalami

pertumbuhan negatif rata-rata 6,0% per tahun, impor migas tumbuh negatif rata-rata 18,8% per

tahun. Kondisi yang sama juga dialami impor non migas yang tumbuh negatif 2,7% per tahun.

Dari Tabel 1 memperlihatkan bahwa pangsa impor Indonesia masih didominasi produk

non migas, terutama dari sektor industri yang memberikan kontribusi 77,2% terhadap total nilai

impor tahun 2017. Secara total, impor non migas mendominasi dengan pangsa 84,5%, sedangkan

impor migas mencapai 15,5% pada tahun 2017.

Tabel 1. Perkembangan Impor Indonesia 2013-2018

URAIAN

Nilai : USD Juta Perub. (%)

2018/17

Trend (%)

2013-2017

Share (%) thd Total 2017

Share (%) thd Non Migas 2017

2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Apr 2017

Jan-Apr 2018

TOTAL IMPOR 186 628,7 178 178,8 142 694,8 135 652,9 156 985,6 48 567,0 60 120,8 23,8 -6,0 100,0

MIGAS 45 266,4 43 459,9 24 613,2 18 739,3 24 316,0 8 224,9 9 061,2 10,2 -18,8 15,5

Minyak Mentah 13 585,8 13 072,4 8 063,3 6 730,6 7 063,6 2 076,8 3 153,7 51,9 - 17,9 4,5

Hasil Minyak 28 567,6 27 362,5 14 536,9 10 339,8 14 528,4 5 228,0 5 021,1 - 4,0 - 20,7 9,3

Gas 3 113,0 3 025,0 2 013,0 1 668,9 2 724,0 920,1 886,5 - 3,7 - 8,3 1,7

NON MIGAS 141 362,3 134 718,9 118 081,6 116 913,6 132 669,5 40 342,1 51 059,6 26,6 - 2,7 84,5 100,0

Pertanian 8 657,5 9 346,9 7 685,1 7 966,9 9 432,8 2 972,4 3 103,4 4,4 0,1 6,0 7,1

Industri 131 400,7 123 826,4 108 905,4 107 565,6 121 221,8 36 757,5 47 033,3 28,0 - 3,0 77,2 91,4

Pertambangan 1 277,5 1 515,0 1 469,1 1 352,7 1 924,4 585,6 877,4 49,8 7,3 1,2 1,5

Lainnya 26,6 30,6 22,1 28,4 90,6 26,6 45,5 70,7 26,8 0,1 0,1

Sumber: BPS (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag Sumber: BPS (2018), diolah Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kemendag

Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2013-2017) total impor

mengalami pertumbuhan negatif rata-rata 6,0% per tahun, impor

migas tumbuh negatif rata-rata 18,8% per tahun. Kondisi yang sama

juga dialami impor non migas yang tumbuh negatif 2,7% per tahun.

Dari Tabel 1 memperlihatkan bahwa pangsa impor Indonesia

Korea Free Trade Agreement/AKFTA, (4) ASEAN-India Free Trade

Agreement/AIFTA, (5) ASEAN Australia New Zealand Free Trade

Agreement/AANZFTA, (6) Common Effective Preferential Tariff

Scheme/ASEAN Trade in Goods Agreement (CEPT/ATIGA), (7)

Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement/IP-PTA.

Page 23: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 23

Selama kurun waktu 2013-2018 nilai dan volume total impor

Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif (Gambar 1).

Dari Gambar 1 terlihat bahwa nilai impor yang memanfaatkan

preferensi kerja sama perdagangan pada tahun 2015 menurun

dibandingkan tahun 2014. Demikian juga dengan nilai impor pada

tahun 2016 yang juga lebih rendah dibanding tahun 2015. Namun

pada tahun 2017 nilai impor preferensi lebih unggul dibanding

tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu dari sisi preferensi

impor, selama periode 2013-2018 (Januari-April) nilai impor

berdasarkan preferensi kerja sama perdagangan didominasi oleh

ACFTA dan CEPT/ATIGA.

Gambar 1. Perkembangan Nilai dan Volume Impor Berdasarkan

Preferensi Kerja Sama Perdagangan Indonesia 2013-2018Sumber: BPS (2018), diolah Sumber: BPS (2018), diolah

Jika dibandingkan diantara tujuh jenis preferensi impor, terlihat

bahwa impor dengan preferensi CEPT/ATIGA memiliki pangsa

terbesar pada periode 2013-2015. Sementara pada periode

2016 - 2018, pangsa impor dengan preferensi ACFTA lebih besar

dibanding CEPT/ATIGA dan preferensi lainnya (Gambar 2).

Page 24: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

24 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

38

Jika dibandingkan diantara tujuh jenis preferensi impor, terlihat bahwa impor dengan

preferensi CEPT/ATIGA memiliki pangsa terbesar pada periode 2013-2015. Sementara pada

periode 2016 - 2018, pangsa impor dengan preferensi ACFTA lebih besar dibanding CEPT/ATIGA

dan preferensi lainnya (Gambar 2).

Gambar 2. Proporsi Nilai Impor Berdasarkan Preferensi Kerja Sama Perdagangan

Sumber: BPS (2018), diolah

Gambar 2, menunjukkan perkembangan bahwa nilai impor selama periode 2013 - 2018

(Januari-April) berdasarkan preferensi kerja sama perdagangan didominasi oleh ACFTA dan

CEPT/ATIGA. Nilai impor dengan menggunakan preferensi kerja sama perdagangan ACFTA

tertinggi terjadi pada tahun 2017 dengan nilai mencapai USD 14,4 miliar. Sementara nilai impor

Gambar 2. Proporsi Nilai Impor Berdasarkan Preferensi

Kerja Sama PerdaganganSumber: BPS (2018), diolah

Gambar 2, menunjukkan perkembangan

bahwa nilai impor selama periode 2013 -

2018 (Januari-April) berdasarkan preferensi

kerja sama perdagangan didominasi oleh

ACFTA dan CEPT/ATIGA. Nilai impor

dengan menggunakan preferensi kerja sama

perdagangan ACFTA tertinggi terjadi pada

tahun 2017 dengan nilai mencapai USD 14,4

miliar. Sementara nilai impor tertinggi yang

memanfaatkan skema CEPT/ATIGA terjadi

pada tahun 2013 dengan nilai sebesar USD

13,5 miliar.

Gambar 3. Perkembangan Nilai Impor Berdasarkan Preferensi

Kerja Sama Perdagangan (USD Juta)Sumber: BPS (2018), diolah

Sementara itu, impor dengan

memanfaatkan skema IJEPA terbesar terjadi

pada tahun 2013 dengan nilai mencapai USD

7,3 miliar. Sedangkan nilai impor terendah

terjadi pada skema IP-PTA dimana pada

tahun 2017 impor dengan menggunakan

skema ini sebesar USD 56 juta (Gambar 3).

Jika menggunakan indikator volume,

pada periode 2013-2017 impor melalui

CEPT/ATIGA selalu lebih unggul dibanding

preferensi lainnya. Namun pada 2018

(Januari-April), terlihat volume impor dengan

skema ACFTA lebih unggul dibanding CEPT/

ATIGA. Volume impor dengan menggunakan

preferensi kerja sama perdagangan CEPT/

ATIGA tertinggi terjadi pada tahun 2017

dengan volume mencapai 9,7 juta ton.

Demikian juga, volume impor tertinggi yang

Page 25: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 25

Gambar 4. Perkembangan Volume Impor Berdasarkan

Preferensi Kerja Sama Perdagangan (Ribu Ton)Sumber: BPS (2018), diolah

Gambar 5. Utilisasi Nilai Impor Total yang

Menggunakan Preferensi Kerja

Sama Perdagangan (%)Sumber: BPS (2018), diolah

Dari sisi volume, utilitas impor preferensi juga mengalami

kecenderungan yang meningkat. Meskipun di tahun 2016

utilitas volume sempat mengalami penurunan. Pada tahun 2013

utilisasi nilai impor preferensi baru mencapai 14,0% terhadap

volume impor total, sedangkan pada tahun 2017 naik menjadi

15,8%. Sementara itu, data terakhir pada periode Januari-April

2018 menunjukkan utilisasi impor preferensi naik menjadi 18,8%

(Gambar 6).

Dari setiap preferensi kerja sama perdagangan menunjukkan

persentase utilitas nilai impor yang berbeda. Dimana preferensi

dengan menggunakan ACFTA dan CEPT/ATIGA memiliki

persentase utilitas yang paling tinggi dibanding preferensi yang

lain. Pada tahun 2013 utilitas nilai impor tertinggi dari preferensi

CEPT/ATIGA yang mencapai 7,26%. Sementara pada Januari-

April 2018 jenis preferensi yang mengalami utilisasi nilai impor

yang terbesar terjadi pada skema preferensi ACFTA (Gambar 7).

Gambar 6. Utilisasi Volume Impor Total

yang Menggunakan Preferensi

Kerja Sama Perdagangan (%)Sumber: BPS (2018), diolah

memanfaatkan skema ACFTA terjadi

pada tahun 2017 dengan volume hampir

mencapai 9 juta ton (Gambar 4).

Berdasarkan data yang dirilis oleh

BPS tersebut juga dapat dihitung utilitas

impor menggunakan preferensi kerja

sama perdagangan, baik nilai maupun

volume. Jika dilihat dari perkembangan

nilai impor menggunakan preferensi,

terlihat ada kecenderungan mengalami

peningkatan, dimana pada tahun 2013

utilisasi nilai impor preferensi baru

mencapai 19% terhadap nilai impor

total, sedangkan pada tahun 2017 naik

menjadi 24,0%. Bahkan pada periode

Januari-April 2018 utilisasi nilai impor

preferensi semakin meningkat menjadi

26,5% (Gambar 5).

Demikian juga dengan utilisasi volume impor, persentase

utilisasi masing-masing preferensi tidak jauh berbeda dengan

utilisasi nilai. Dimana utilisasi volume juga didominasi oleh jenis

preferensi ACFTA dan CEPT/ATIGA. Pemanfaatan preferensi

ACFTA dan CEPT/ATIGA lebih dominan diperkirakan karena

harga yang lebih terjangkau dan jenis produk impor yang

dibutuhkan Indonesia sesuai dengan yang diproduksi oleh

Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan negara-negara ASEAN.

Pada tahun 2013 utilisasi volume terbesar adalah dengan

menggunakan preferensi CEPT/ATIGA dengan utilisasi 5,97%

terhadap total impor. Sementara pada tahun 2018 (Januari-April)

utilisasi volume terbesar terjadi pada preferensi ACFTA dengan

utilisasi mencapai 7,59% dari total impor pada periode tersebut

(Gambar 8).

Penelitian yang dilakukan oleh Ing, Urata & Fukunaga

(2016) berdasarkan estimasi laba diperoleh kesimpulan dari

630 perusahaan yang disurvey di ASEAN pada tahun 2013,

Page 26: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

26 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Gambar 8. Utilisasi Volume Impor Berdasarkan Preferensi

Kerja Sama Perdagangan (%)Sumber: BPS (2018), diolah

Gambar 7. Utilisasi Nilai Impor Berdasarkan Preferensi Kerja

Sama Perdagangan (%)Sumber: BPS 2018, diolah.

menunjukkan bahwa peningkatan 1% pangsa ekspor dalam

total penjualan akan meningkatkan pemanfaatan FTA sebesar

0,2%. Selanjutnya peningkatan 1% pangsa impor dari total input

mengurangi kemungkinan pemanfaatan FTA sebesar 0,4%.

Sementara penelitian Taraton et. al. (2008) mengungkapkan

bahwa utilisasi FTA Thailand di ekspor sektor pertanian tahun

2006, paling banyak diperoleh dari kerja sama ASEAN-China

of Origin (COO) oleh eksportir,

diantaranya sering terjadi;

• Perbedaan persepsi dalam

menginput kode HS barang

• Perbedaan persepsi dalam

mengisi kolom-kolom yang

terdapat dalam form COO

secara keseluruhan

Dalam upaya mendorong

peningkatan pemanfaatan

tarif preferensi impor oleh

pelaku usaha perlu dilakukan

sosialisasi yang lebih luas kepada

pelaku usaha yang melakukan

importasi agar memanfaatkan

tarif preferensi bea masuk atas

produk impor. Selain itu perlu

mengedukasi pelaku usaha

yang melakukan importasi untuk

memastikan bahwa pengisian

form COO oleh eksportir

sesuai ketentuan yang berlaku,

untuk menghindari penolakan

pemanfaatan tarif preferensi bea masuk dari otoritas di Indonesia.

Mengingat besarnya manfaat yang dirasakan oleh pelaku usaha

atau importir dalam menggunakan tarif preferensi impor, perlu

dilakukan evaluasi dan monitoring pemanfaatan tarif preferensi

bea masuk impor di lapangan melalui form laporan rutin/reguler

dari pelaku usaha yang melakukan importasi.

(ACFTA) dengan utilisasi 91,65%,

sedangkan FTA dengan Australia

dalam Thailand¬-Australia FTA (TAFTA)

utilisasinya mencapai 82,06%. Selain

itu, utilisasi dengan sesama negara

ASEAN (AFTA) mencapai 39,90%,

sedangkan kerja sama dengan India

dalam Thailand-India FTA (TIFTA)

utilisasinya sebesar 14,80%.

Kendala dan Langkah Mendorong

Penggunaan Preferensi Impor

Dari hasil survei lapangan diperoleh

informasi, kendala yang dihadapi oleh

pelaku usaha atau importir dalam

pemanfaatan tarif preferensi impor

adalah pengisian form Certificate

Page 27: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 27

TINJAUAN PERDAGANGAN

BERTAHAN DARI ANCAMAN KEBIJAKAN TRADE REMEDYWayan R. Susila & Ayu Saputri

Kekalahan Indonesia dalam beberapa kasus trade remedy

dan kemungkinan peningkatan jumlah kasus yang akan dihadapai

Indonesia, berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.

Indonesia memiliki dua opsi kebijakan menghadapi situasi ini yaitu

berjuang memenangkan kasus trade remedy secara maksimal

atau memanfaatkan momentum ini untuk merumuskan kebijakan

ekspor yang lebih komprehensif dan objektif.

Kasus Trade Remedy Indonesia Diperkirakan Meningkat

Ketika instrumen kebijakan tarif sudah mulai kurang efektif,

maka kebijakan non-tariff yang secara umum dikenal sebagai

non-tariff measures (NTMs) penggunaannya terus meningkat.

Sejalan dengan berbagai kesepakatan yang bersifat bilateral,

regional, dan multi-lateral, tingkat pengenaan tarif terus menurun

baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang.

Berdasarkan data dari World Bank yang dikutip dari laporan CBI

(2018), jika pada tahun 1980-an, rata-rata tarif impor adalah

sekitar 30%, maka pada tahun 2010-an tingkat tarif impor dunia

rata-rata sekitar 10%. Sebaliknya, tingkat penggunaan berbagai

NTMs terus meningkat dengan tajam. Sebagai ilustrasi, jika

pada tahun 1990 jumlah inisiasi NTMs dan NTMs yang sedang

berjalan mencapai 822 kasus, maka pada tahun 2017, kasusnya

meningkat menjadi 3.847 kasus, atau mengalami peningkatan

hampur 400% (ITIP WTO, 2018).

Salah satu bentuk NTMs yang mulai menghambat laju

ekspor Indonesia adalah kebijakan trade remedy (pemulihan

perdagangan) seperti anti-dumping, countervailing duty (CVD)

terkait dengan tuduhan subsidi, dan tindakan safeguard. Kebijakan

trade remedy adalah tindakan-tindakan (measures) yang diambil

oleh suatu negara karena adanya kerugian yang cukup signifikan

(material injury) yang diderita industri dalam negeri sebagai akibat

dari tekanan atau lonjakan produk impor. Pada dasarnya, trade

remedy adalah upaya pemerintah melindungi industri dalam

negeri karena pengaruh lonjakan produk impor. Tindakan yang

umumnya bersifat sementara itu adalah peningkatan tarif impor,

pengurangan kuota impor, atau kombinasi keduanya.

Tindakan pengamanan perdagangan secara esensi

sebenarnya bertentangan dengan ketentuan-ketentuan WTO.

Sesuai dengan Article VI of GATT 1994, WTO memberikan

pengecualian untuk tiga hal berikut yaitu:

• Ekspor dilakukan dengan dumping yaitu harga produk yang

diekspor lebih rendah dari harga normalnya di pasar dalam

negeri dimana perusahaan itu beroperasi. Dalam hal ini,

negara pengimpor dapat melakukan tindakan anti-dumping

berupa pengenaan tambahan tarif impor (bea masuk);

• Ekspor produk yang menerima subsidi yaitu negara dimana

perusahaan itu beroperasi memberikan subsidi kepada

produk yang diekspor seperti subsidi input atau kredit.

Dalam hal ini negara pengimpor dapat melakukan tindakan

anti-subsidi atau tindakan balasan (countervailing duty, CVD)

dengan melakukan kenaikan bea masuk; atau

• Negara pengimpor menghadapi lonjakan impor yang bersifat

mendadak dan menimbulkan kerugian yang nyata terhadap

industri pesaing di dalam negeri. Dalam hal ini, suatu negara

dapat menerapkan kebijakan sementara berupa safeguard

guna menahan laju peningkatan impor tersebut dengan

kenaikan bea masuk, penurunan kuota impor atau kombinasi

keduanya.

Banyak negara mulai meningkatkan penggunaan kebijakan

trade remedy untuk melindungi atau secara lebih halusnya

menyembuhkan negara tersebut dari lonjakan impor (remedy).

Akibatnya, Indonesia terkena dampaknya dimana antara tahun

1995-2017 secara keseluruhan Indonesia menghadapi kasus

trade remedy sebanyak 296 kasus. Kasus yang paling banyak

menimpa Indonesia adalah kasus dumping yang berjumlah 214

kasus (Table 1). Dari total kasus dumping tersebut, hampir

setengahnya (102) Indonesia sudah dikenakan tambahan bea

masuk anti dumping (BMAD). Sisanya sebanyak 93 kasus

dihentikan karena Indonesia tidak terbukti melakukan dumping,

sementara kasus yang masih dalam proses mencapai 19

kasus. Walaupun tidak sebanyak kasus dumping, Indonesia

juga mengalami kasus tuduhan subsidi dan dikenakan tindakan

safeguard, masing-masing sebanyak 22 dan 60 kasus sepanjang

periode 1995-2017.

Tabel 1. Perkembangan Kasus Trade

Remedy yang Dihadapi Indonesia,

1995-Agustus 2018

Status Dumping Subsidi Safeguard Total

Dikenakan 100 5 22 127

Dihentikan 103 12 36 151

Dalam Proses 20 7 7 34

223 24 65 306Sumber: Direktorat Pengamanan Perdagangan, Kementerian Perdagangan (2018)

Page 28: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

28 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Kasus-kasus yang dihadapi Indonesia dikhawatirkan akan

terus meningkat karena dua indikator utama. Pertama, ada

indikasi adanya arus balik untuk melawan gelombang liberalisasi

dan integrasi ekonomi yaitu kembali menumbuhkan semangat

inward looking demi kepentingan domestik semata. Perubahan

ini kini justru dimotori oleh Amerika Serikat (AS) yang sejak lama

dikenal sebagai pendukung globalisasi dan integrasi ekonomi.

Wacana AS untuk keluar dari Trans Pacific Partnership (TPP) yang

sebenarnya dimotori oleh AS sendiri dan perang dagang dengan

Republik Rakyat Tiongkok (RRT), adalah indikator kebijakan yang

berlawanan dengan semangat liberalisasi perdagangan. Kasus

Brexit dimana Inggris sedang dalam proses keluar dari European

Union (EU) adalah contoh lain semangat inward looking Inggris

yang lebih menekankan pada kepentingan domestik. Hal ini akan

menumbuh-suburkan kebijakan perlindungan terhadap pasar

domestik, salah satunya melalui kebijakan trade remedy karena

tarif sudah tidak lagi efektif.

Indikator kedua adalah kalahnya Indonesia dalam beberapa

kasus trade remedy seperti dalam kasus pengenaan CVD

untuk produk kertas di Amerika. Kekalahan Indonesia ini sangat

berpotensi menjadi preseden dimana negara-negara lain akan

menggunakan cara yang sama untuk menghambat ekspor

Indonesia. Untuk kasus kertas, ketika Indonesia kalah dengan

AS, beberapa negara seperti Australia dan India berpotensi untuk

menuduhkan hal yang sama dengan argumen identik dengan

yang digunakan AS.

Signifikansi Dampak Negatif Trade Remedy

Pengenaan trade remedy pada produk ekspor Indonesia

diperkirakan akan mempunyai dampak negatif yang cukup

luas baik pada kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi, maupun

lapangan kerja. Hal ini disebabkan komoditas Indonesia yang

menghadapi kasus trade remedy cukup bervariasi dan mencakup

beberapa sektor penting seperti perkebunan, perikanan, dan

produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Berdasarkan kajian Pusat

kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan

(2018), beberapa produk yang menghadapi kasus trade remedy

yang cukup banyak adalah ekspor produk logam (58 kasus),

produk kimia (57 kasus), produk kertas (49 kasus), TPT (40 kasus)

dan kaca (30 kasus). Sementara, salah satu produk andalan

Indonesia yaitu sawit mengalami 9 kasus. Hal ini memberi indikasi

bahwa dampak yang dihadapi Indonesia berkaitan dengan trade

remedy cukup substansial.

Mengutip dari laporan yang sama, AS mengenakan CVD

sebesar 21,22% - 109,15% dan BMAD sebesar 2.1% - 17.46%

untuk uncoated paper serta CVD sebesar 17,94% dan BMAD

sebesar 20,13% untuk certain coated paper. Indonesia bahkan

menggugat AS untuk produk certain coated paper ke WTO,

namun seluruh klaim Indonesia ditolak oleh Panel sehingga

kasus ini dimenangkan oleh AS (United States - Anti-Dumping

and Countervailing Measures on Certain Coated Paper from

Indonesia – Report of the Panel).

Akibat langsung dari kebijakan ini adalah terjadinya penurunan

kinerja ekspor ke AS (Gambar 1). Sebagai contoh, tren volume

ekspor coated paper Indonesia ke AS sebelum dikenakan BMAD

& CVD (2006-2009) sebesar 27,7%, namun setelah dikenakan

BMAD & CVD (2010-2017), tren ekspor menjadi -21,2%.

Selain itu, pangsa volume ekspor coated paper ke AS sebelum

dikenakan BMAD & CVD (2006) sebesar 4%, setelah dikenakan

BMAD & CVD (2017) turun menjadi 1,4%. Hal serupa juga terjadi

pada produk uncoated paper. Tren volume ekspor uncoated

paper ke AS sebelum dikenakan BMAD & CVD (2006-2015) naik

sebesar 6,4%, namun setelah dikenakan BMAD & CVD (2016-

2017) tren ekspor mengalami penurunan sebesar 43,4%. Pangsa

volume ekspor uncoated paper sebelum dikenakan BMAD & CVD

(2006) pun cukup besar, yaitu 8,7%, namun setelah dikenakan

BMAD & CVD (2017) turun menjadi 0,9%.

Dengan kemenangan AS tersebut, dampak negatif yang

lebih besar terhadap Indonesia akan terjadi jika negara-negara

tujuan ekspor utama Indonesia lain seperti: RRT, Uni Eropa,

India, Australia, dan Korsel menerapkan kebijakan yang sama

terhadap produk kertas. Secara keseluruhan, Indonesia akan

mengalami menurunan ekspor produk kertas ke dunia sebesar

-27,97%. Dampak negatif terhadap kinerja ekspor tentunya

akan berlanjut ke indikator ekonomi lainnya seperti pelambatan

pertumbuhan industri. Sebagai ilustrasi, jika negara-negara

tersebut mengenakan kebijakan CVD secara bersamaan,

maka industri terkait diperkirakan akan mengalami pelambatan

pertumbuhan sekitar -8,57% (Pusat Pengkajian Perdagangan

Luar Negeri, 2018).

Produk berbasis Crude Palm Oil (CPO) adalah produk yang

juga mengalami tindakan trade remedy dengan sembilan kasus.

Di sisi lain, industri berbasis CPO adalah industri yang sangat

penting bagi Indonesia dengan nilai ekspor mencapai sekitar

USD 22,8 miliar pada tahun 2017. Dengan luas sekitar 14 juta ha

dan jumlah petani sawit lebih dari 5 juta petani pada tahun 2018

(Kompas, 2018), dampak negatif dari trade remedy untuk kelapa

sawit terhadap perekonomian Indonesia tentunya akan sangat

signifikan.

Bertahan atau Momentum untuk Berbenah

Mempertimbangkan dampak negatif dari pengenaan

tindakan trade remedy terhadap ekspor produk Indonesia, maka

tindakan yang paling logis adalah segera dan berjuang secara

maksimal agar Indonesia tidak terkena tindakan trade remedy.

Kalau ekspor produk Indonesia sedang menghadapi kasus trade

remedy, maka harapannya adalah Indonesia memenangkan

kasus tersebut. Dengan cara ini, di samping memenangkan

Page 29: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 29

49

Akibat langsung dari kebijakan ini adalah terjadinya penurunan kinerja ekspor ke AS

(Gambar 1). Sebagai contoh, tren volume ekspor coated paper Indonesia ke AS sebelum

dikenakan BMAD & CVD (2006-2009) sebesar 27,7%, namun setelah dikenakan BMAD & CVD

(2010-2017), tren ekspor menjadi -21,2%. Selain itu, pangsa volume ekspor coated paper ke AS

sebelum dikenakan BMAD & CVD (2006) sebesar 4%, setelah dikenakan BMAD & CVD (2017) turun

menjadi 1,4%. Hal serupa juga terjadi pada produk uncoated paper. Tren volume ekspor uncoated

paper ke AS sebelum dikenakan BMAD & CVD (2006-2015) naik sebesar 6,4%, namun setelah

dikenakan BMAD & CVD (2016-2017) tren ekspor mengalami penurunan sebesar 43,4%. Pangsa

volume ekspor uncoated paper sebelum dikenakan BMAD & CVD (2006) pun cukup besar, yaitu

8,7%, namun setelah dikenakan BMAD & CVD (2017) turun menjadi 0,9%.

Gambar 1. Dampak Pengenaan CVD/BMAD Terhadap Ekspor Produk Kertas Indonesia ke AS

Sumber: BPS (2018)

-

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Coated Paper Indonesia (Ribu Ton)

Dunia AMERIKA SERIKAT

16.2%

10.3%

7.8%

6.0%

5.5%4.3%4.3%

4.0%3.5%

3.5%

34.8%

2006

MALAYSIA

VIETNAM

REP.RAKYAT CINA

THAILAND

SRI LANGKA

PAKISTAN

TURKI

AMERIKA SERIKAT

UNI EMIRAT ARAB

SAUDI ARABIA

LAINNYA

19.8%

11.5%

9.6%

7.2%6.5%

6.0%

4.1%2.5%

2.2%2.1%

28.5%

2017

VIETNAM

PAKISTAN

INDIA

THAILAND

BANGLA DESH

MALAYSIA

NIGERIA

SRI LANGKA

TAIWAN

REP.RAKYAT CINA

LAINNYA

Pangsa Volume Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan

Sumber: BPS (2018) Pangsa Volume Ekspor Indonesia

Berdasarkan Negara Tujuan

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Uncoated Paper Indonesia (Ribu Ton)

Dunia AMERIKA SERIKAT

13.8%

10.1%

8.7%

5.9%

5.6%5.4%5.2%

5.0%

4.3%2.9%

33.1%

2006

JEPANG

MALAYSIA

AMERIKA SERIKAT

REP.RAKYAT CINA

TAIWAN

IRAN

KOREA SELATAN

SINGAPURA

HONGKONG

AUSTRALIA

LAINNYA

12.8%

10.1%

7.3%

5.5%

5.2%

3.8%3.6%3.5%3.0%3.0%

42.0%

2017

JEPANG

INDIA

MALAYSIA

PILIPINA

REP.RAKYAT CINA

NIGERIA

VIETNAM

PAKISTAN

TAIWAN

IRAN

LAINNYA

Gambar 1. Dampak Pengenaan CVD/BMAD Terhadap Ekspor Produk Kertas

Indonesia ke ASSumber: BPS (2018)

kasus, juga akan membuat negara lain tidak akan menggunakan

instrumen atau cara yang sama untuk menghambat ekspor

produk Indonesia.

Jika itu pilihannya, Indonesia harus mampu memenangkan

kasus-kasusnya di WTO yaitu ditangani oleh Dispute Settlement

Body (DSB). Untuk itu, Indonesia perlu memperkuat diri dalam

dua hal berikut. Pertama, Indonesia harus memiliki atau mampu

membayar ahli-ahli hukum perdagangan internasional yang

mumpuni. Karena tarif ahli hukum perdagangan internasional

cukup mahal, maka Indonesia harus menyediakan dana yang

memadai.

Kedua, Indonesia harus memperkuat diri dalam hal substansi,

khususnya substansi dari sisi hukum. Secara umum, Indonesia

akan memenangkan kasus terkait trade remedy kalau Indonesia

dapat membuktikan bahwa:

• Industri yang memproduksi tidak melakukan dumping

untuk kasus dumping atau pemerintah tidak melakukan

subsidi untuk kasus subsidi. Ada beberapa indikator dan

cara pengukuran untuk menentukan ada-tidaknya tindakan

dumping atau subsidi. Namun sayangnya, baik secara

konsep maupun metodenya, penentuan tindakan tersebut

tidak solid dan cenderung multi tafsir. Sebagai contoh,

pengertian subsidi sangat rentan terhadap multi tafsir.

Kebijakan larangan ekspor ataupun pajak ekspor ada yang

menilai sebagai subsidi karena produsen industri hilir dalam

negeri mendapat harga produk (bahan baku) yang dikenakan

Page 30: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

30 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

pajak ekspor atau dilarang ekspornya, dengan harga yang

lebih murah dan ini dianggap ada subsidi tidak langsung

dari pemerintah. Di sisi lain, bagi negara yang dituduh, hal ini

bukanlah subsidi karena tidak ada kontribusi langsung atau

tidak langsung dari pemerintah ke perusahaan dan tidak

spesifik untuk perusahaan tertentu. Dalam hal menentukan

dumping misalnya, tidak ada aturan yang baku bagaimana

sampel perusahaan diambil untuk penentuan besarnya

dumping.

• Tidak terjadi kerugian secara material (material injury)

terhadap industri sejenis di negara yang akan mengenakan

tindakan trade remedy. Jadi, Indonesia harus semaksimal

mungkin membuktikan bahwa kerugian tersebut tidak

signifikan.

• Tidak ada hubungan sebab akibat (causality) antara tindakan

yang dituduhkan (dumping atau subsidy) dengan injury yang

terjadi. Negara yang menuduh, dapat saja membuktikan

bahwa Indonesia melakukan tindakan yang dituduhkan dan

di negara tersebut terjadi injury. Namun demikian, negara

tersebut harus mampu membuktikan bawah injury yang terjadi

karena tindakan yang dituduhkan ke Indonesia. Dapat terjadi

bahwa di suatu negara terjadi injury terhadap industri sejenis.

Namun demikian, injury tersebut belum tentu disebabkan

oleh tindakan Indonesia. Kemunduran suatu industri bisa saja

terjadi karena pengaruh global seperti perubahan nilai tukar

mata uang, krisis global, atau karena kebijakan dalam negeri

negara yang bersangkutan, atau industri tersebut memang

tidak kompetitf sehingga pangsanya terus tertekan. Indonesia

harus secara komprehensif dan cerdik menggunakan celah

ini untuk terhindar dari tuduhan suatu negara.

Perspektif lain menyikapi tindakan trade remedy adalah

memanfaatkan momentum tersebut untuk membenahi kebijakan

ekspor dengan menggunakan tekanan internasional. Istilah

populernya adalah menampar dengan menggunakan tangan

orang lain. Kebijakan pajak ekspor (CPO, kakao) apalagi

larangan ekspor (kayu log dan rotan), sudah lama menjadi

polemik dan adu kekuatan lobi para stakeholder. Sebagai

contoh, kelompok “produsen” bahan baku seperti CPO dan kayu

merasa pengenaan pajak ekspor bahkan larangan ekspor telah

menghambat atau memajaki secara berlebihan produk mereka.

Mereka tentu sangat berharap kebijakan tersebut dihapus atau

dilonggarkan. Sebagai contoh, larangan ekspor kayu log tetap

dijalankan, namun ada log kayu tertentu yang dapat diekspor.

Kelompok industri pengguna tentu berharap kebijakan-

kebijakan tersebut tetap dipertahankan sehingga mereka tetap

mendapat jaminan bahan baku dengan harga yang lebih murah.

Argumen mereka adalah untuk meningkatkan daya saing dan

ekspor, menciptakan nilai tambah, dan membuka lapangan kerja.

Sampai saat ini, kebijakan pemerintah masih memihak kepada

industri ini sehingga pemerintah masih menerapkan kebijakan

pajak ekspor dan larangan ekspor produk tertentu.

Dengan adanya tindakan trade remedy oleh negara pengimpor,

pemerintah dapat menggunakan momentum tersebut untuk

meninjau kembali kebijakan ekspor yang selama ini diterapkan.

Pemerintah tentu akan mendapat tekanan yang luar biasa dari

industri pengguna dan mereka diketahui memiliki lobi-lobi tingkat

tinggi yang sangat kuat. Sekarang, pemerintah dapat berkelit

untuk melakukan peninjauan kembali (review), bukan karena

inisiatif pemerintah, tetapi tekanan pasar internasional. Jadi,

pemerintah dapat menggunakan momentum ini untuk melakukan

peninjauan kembali berbagai kebijakan ekspor secara lebih

komprehensif dan objektif dengan beban yang lebih ringan. Hasil

peninjauan kembali dapat saja memperkuat kebijakan yang kini

diterapkan atau perlu melakukan sedikit pelonggaran (relaksasi)

demi kepentingan yang lebih besar dan bersifat jangka panjang.

Catatan Penutup

Tindakan trade remedy yang dihadapi produk ekspor

Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan dikahwatirkan

dengan jumlah kasus yang terus meningkat. Karena sektor yang

terkena cukup banyak dan termasuk industri yang penting dalam

perekonomian Indonesia, maka dampak tindakan tersebut akan

melemahkan perekonomian Indonesia, baik dari sisi ekspor,

pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja.

Terhadap situasi ini, pemerintah memiliki dua opsi kebijakan.

Opsi pertama adalah berjuang secara maksimal agar Indonesia

memenangkan dan terhindar dari berbagai kasus berkaitan

dengan trade remedy. Opsi ini memerlukan dukungan yang kuat

dari ahli hukum perdagangan internasional, dana, dan dukungan

substasi yang komprehensif, valid, dan reliabel. Opsi kedua

adalah pemerintah memanfaatkan momentum ini untuk mereview

secara lebih komprehensif dan jernih berbagai kebijakan ekspor

dengan memanfaatkan tekanan pasar internasional. Dengan cara

ini, beban pemerintah berupa tekanan dari kelompok industri

pengguna (hilir) menjadi lebih ringan karena argumennya bukan

inisiatif pemerintah, namun tuntutan pasar internasional yang

berkekuatan hukum mengikat.

BIODATA PENULIS

Nama : Dr. Wayan R. Susila, APU

Profesi : Freelance Trade Economist

Pengajar Universitas Prasetya Mulya

Email : [email protected]

Nama : Ayu Sinta Saputri, S.Stat.,M.S.E, MA

Profesi : Peneliti – Kementerian Perdagangan

Email : [email protected]

Page 31: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 31

BERITA PENDEK PERDAGANGAN

Paket Kebijakan Ekonomi ke-XVI untuk Ketahanan Ekonomi Indonesia

Setelah vakum selama lebih dari satu tahun, Pemerintah

kembali merilis Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) ke XVI pada 16

November 2018 di Istana Negara untuk memperkuat ketahanan

ekonomi Indonesia. Tiga kebijakan yang tertuang dalam Paket ke

XVI ini meliputi perluasan penerima fasilitas tax holiday, relaksasi

aturan Daftar Negatif Investasi (DNI), dan pengaturan Devisa Hasil

Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution

menyebutkan alasan utama pemerintah memperluas fasilitas

pengurangan pajak penghasilan badan (tax holiday) adalah untuk

mendorong investasi langsung pada industri perintis dari hulu

hingga hilir sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam hal ini, pemerintah akan menyempurnakan ketentuan

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.010/2018

tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan

Badan (Kemenko bidang Perekonomian, 2018).

Selain perluasan fasilitas tax holiday, melalui paket ini

Pemerintah juga kembali merelaksasi DNI sebagai upaya untuk

mendorong aktivitas ekonomi pada sektor-sektor unggulan.

Melalui kebijakan ini akan terbuka kesempatan bagi Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) –termasuk Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) dan Koperasi– untuk masuk ke seluruh bidang

usaha. Selain itu, Pemerintah juga akan memperluas kemitraan

bagi UMKM dan Koperasi untuk bekerjasama agar usahanya

dapat naik ke tingkat yang lebih besar. Sementara untuk bidang

usaha yang selama ini sudah dibuka bagi Penanaman Modal

Asing (PMA) namun masih sepi peminat, Pemerintah akan

memberikan kesempatan kepada PMA untuk memiliki porsi

saham yang lebih besar.

Untuk meningkatkan ketahanan ekonomi nasional,

Pemerintah juga memasukkan upaya peningkatan pendapatan

melalui pengendalian devisa dengan pemberian insentif

perpajakan. Kebijakan peningkatan DHE untuk SDA dalam

Paket ke XVI ini utamanya dilatarbelakangi oleh kondisi transaksi

berjalan yang lebih sering defisit dibanding surplus. Pengendalian

berupa kewajiban untuk memasukkan DHE dari ekspor barang-

barang hasil SDA ini akan diberlakukan untuk sektor seperti

pertambangan dan perkebunan. Namun demikian, kebijakan

ini tidak diberlakukan untuk seluruh komoditas ekspor SDA dan

hanya akan diberlakukan untuk komoditas hasil SDA yang nilai

ekspornya lebih besar daripada impor.

Melalui seluruh kebijakan yang tertuang dalam paket

ini, Pemerintah berharap kepercayaan investor asing mulai

meningkat sehingga semakin mendorong masuknya modal asing

yang lebih besar, termasuk melalui investasi langsung. Terjadinya

penurunan Investasi Langsung pada Neraca Pembayaran

Indonesia (NPI) Q3 2018, semakin menguatkan tekad Pemerintah

untuk mengembalikan peningkatan Investasi Langsung sehingga

akan mampu menutup kenaikan defisit Transaksi Berjalan

(Primakrisna T).

Page 32: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

32 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

Kuliah Umum di Universitas Jenderal Sudirman, PurwokertoKepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan,

Kasan, memberikan Kuliah Umum di Ruang Roediro, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed),

Purwokerto, Jawa Tengah pada Jumat (29/6). Rangkaian acara

kuliah umum dengan tema “Antisipasi Perang Dagang dan

Kebijakan Pemerintah Dalam Pengamanan Perdagangan” dipandu

oleh Dr. Ade Irma Anggraeni, M.Si, Dosen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Unsoed. Peserta sebanyak kurang lebih 200 orang terdiri

dari dosen dan mahasiswa lintas fakultas Unsoed. Selain acara

tanya jawab, Kepala BPPP mengundang partisipasi peserta

dengan memberikan beberapa studi kasus kepada peserta.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kasan, didampingi oleh Kepala Pusat Pengkajian

Kerjasama Perdagangan Internasional, Sri Nastiti Budianti,

membuka acara Policy Dialogue Series (PDS) di Ruang Auditorium

Kementerian Perdagangan pada Senin (17/09). Tema PDS kali

ini adalah Arah Kebijakan Pertanian dan Perdagangan Indonesia

setelah Gugatan Arbitrase AS dalam sengketa DS 477/ DS

478 (Indonesia - Importation of Horticultural Products, Animals

and Animal Products) dengan narasumber Sondang Anggraini

(Kementerian Perdagangan), Bustanul Arifin (akademisi), dan

Mesah Tarigan (Kementerian Pertanian).

Policy Dialogue Series: Arah Kebijakan Pertanian dan Perdagangan Indonesia setelah Gugatan Arbitrase AS dalam sengketa DS 477/ DS 478

SERBA SERBI

Page 33: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 33

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kasan menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Kementerian

Perdagangan dengan tema ‘Kebijakan Perdagangan Internasional

Indonesia Saat Ini’ di Universitas Hasanuddin, Makassar, Selasa

(27/11). Pada kesempatan ini, Kepala BPPP memberikan paparan

terkait tantangan perdagangan bebas, dampak perang dagang

bagi perekonomian global, serta respon kebijakan perdagangan

internasional Indonesia. Di akhir paparannya, Kepala BPPP

Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin Makassar

Sinkronisasi Penentuan Kelas Kualitas Beras Wilayah TengahKepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kasan menjadi narasumber kunci sekaligus membuka secara

resmi Rapat Koordinasi Sinkronisasi Penentuan Kelas Kualitas Beras

Wilayah Tengah (Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat)

pada hari Jumat (30/11) di Hotel Ciputra World Surabaya. Kegiatan

ini merupakan kegiatan terakhir setelah pelaksanaan Diseminasi

Penentuan Kelas Kualitas Beras Wilayah Barat (Sumatera) pada

bulan Oktober 2018 dan Wilayah Timur (Sulawesi, Nusa Tenggara

memberikan pesan kepada para praktisi, akademisi, serta

mahasiswa agar berkontribusi memberikan sumbangan pemikiran

untuk kebijakan perdagangan internasional dan melahirkan

wirausaha muda produktif agar Indonesia maju dan mampu

bersaing dalam kancah perdagangan global. Seminar ini dihadiri

oleh kurang lebih 200 orang mahasiswa dan dosen dari berbagai

fakultas Universitas Hasanuddin. Dalam seminar ini, diadakan pula

sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh para peserta.

Timur, Maluku dan Papua) pada 28 November 2018. Tujuan

kegiatan untuk mensinkronisasikan data kualitas beras pemantauan

Badan Pusat Statistik (BPS) dengan hasil uji laboratorium. Turut

hadir sebagai narasumber dalam kegiatan adalah perwakilan dari

BULOG, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian,

dan Badan Pusat Statistik (BPS) dengan moderator Kepala Pusat

Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri, Dharmayugo Hermansyah.

Page 34: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

34 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

DATA STATISTIK PERDAGANGAN

“HARGA ECERAN BEBERAPA KOMODITAS BAHAN POKOK

OKTOBER 2017–NOVEMBER 2018 (RUPIAH)”

Bulan Beras Daging Daging Susu Minyak Gula Tepung Cabai Cabai Telur Ikan

Ayam Ras Sapi Kental Manis Goreng Pasir Terigu Rawit Merah Ayam Ras Kembung

(kg) (kg) (kg) (385 gram) (liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Oktober’17 13.346 37.856 106.713 10.094 14.595 12.910 8.244 31.340 33.190 20.395 32.466

November 13.429 38.132 106.201 10.081 14.542 12.814 8.258 30.870 36.144 20.772 32.583

Desember 13.676 40.454 106.732 10.077 14.522 12.729 8.296 36.559 40.199 23.138 33.776

Januari’18 14.531 42.687 106.881 10.130 14.518 12.618 8.303 45.498 43.077 22.990 34.391

Februari 14.697 41.274 106.357 10.110 14.486 12.542 8.352 47.200 44.287 21.808 34.535

Maret 14.347 40.931 107.314 10.122 14.500 12.488 8.375 50.178 48.366 21.396 34.203

April 14.056 41.922 106.992 10.098 14.483 12.483 8.337 46.224 48.632 21.681 33.823

Mei 13.900 44.161 107.334 10.085 14.428 12.454 8.219 40.538 44.153 23.550 34.442

Juni 13.835 45.433 108.901 10.123 14.422 12.442 8.170 43.825 43.190 22.688 34.983

Juli 13.838 47.977 107.594 10.147 14.449 12.452 8.185 49.272 40.737 25.100 35.259

Agustus 13.837 47.301 106.841 10.179 14.430 12.386 8.180 45.838 38.154 23.243 35.136

September 13.877 43.101 106.520 10.181 14.367 12.303 8.196 41.002 34.648 22.195 34.918

Oktober 13.910 42.648 107.415 10.182 14.272 12.238 8.230 42.109 38.674 21.234 35.114

November’18 14.007 42.413 107.254 10.212 14.178 12.163 8.274 39.747 38.098 21.565 35.328

November’18 thd

Oktober’18 0,70 -0,55 -0,15 0,29 -0,66 -0,61 0,53 -5,61 -1,49 1,56 0,61

November’18 thd

November’17

(dalam persen) 4,30 11,23 0,99 1,30 -2,50 -5,08 0,19 28,76 5,41 3,82 8,42

Sumber: BPS (2018)

Page 35: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume Il. No. 16, Tahun 2018 35

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

Periode 2013-2018 (JANUARI-OKTOBER)

No. URAIAN Nilai : Juta USD JAN-OKT* Perub Tren

2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 18/17 (%) 13-17(%)

I E K S P O R 182.551,8 175.980,0 150.366,3 145.186,2 168.828,2 138.628,9 150.881,9 8,84 -3,43

- M I G A S 32.633,0 30.018,8 18.574,4 13.105,5 15.744,3 12.952,1 14.232,0 9,88 -20,44

- NON M I G A S 149.918,8 145.961,2 131.791,9 132.080,8 153.083,9 125.676,8 136.649,9 8,73 -0,58

II I M P O R 186.628,7 178.178,8 142.694,8 135.652,9 156.985,6 126.767,6 156.396,8 23,37 -6,00

- M I G A S 45.266,4 43.459,9 24.613,2 18.739,3 24.316,0 19.548,6 24.968,2 27,72 -18,81

- NON M I G A S 141.362,3 134.718,9 118.081,6 116.913,6 132.669,5 107.219,0 131.428,6 22,58 -2,65

III Total 369.180,5 354.158,8 293.061,1 280.839,1 325.813,7 265.396,5 307.278,7 15,78 -4,70

- M I G A S 77.899,4 73.478,7 43.187,5 31.844,8 40.060,3 32.500,7 39.200,2 20,61 -19,48

- NON M I G A S 291.281,1 280.680,1 249.873,5 248.994,3 285.753,4 232.895,8 268.078,5 15,11 -1,57

IV NERACA -4.076,9 -2.198,8 7.671,5 9.533,3 11.842,6 11.861,3 -5.514,9 -146,49

- M I G A S -12.633,3 -13.441,1 -6.038,8 -5.633,9 -8.571,7 -6.596,5 -10.736,2 -62,76

- NON M I G A S 8.556,4 11.242,3 13.710,3 15.167,2 20.414,3 18.457,8 5.221,3 -71,71 22,61

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA PERIODE 2018 (BULANAN)

Sumber: BPS (2018), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

Keterangan: *) Angka sementara Sumber: BPS (2018), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

TOTAL EKSPOR 14,553.4 14,132.6 15,586.9 14,537.2 16,209.3 12,974.4 16,290.2 15,873.9 14,924.0

MIGAS 1,323.6 1,390.9 1,337.9 1,220.7 1,643.6 1,681.5 1,431.3 1,434.6 1,286.3

NON MIGAS 13,229.8 12,741.7 14,248.9 13,316.5 14,565.7 11,292.9 14,858.9 14,439.3 13,637.7

TOTAL IMPOR 15,309.4 14,185.5 14,463.6 16,162.3 17,662.9 11,267.9 18,297.1 16,818.1 14,610.1

MIGAS 2,259.2 2,234.8 2,239.1 2,328.1 2,861.4 2,141.0 2,660.0 3,045.6 2,290.5

NON MIGAS 13,050.2 11,950.7 12,224.5 13,834.1 14,801.5 9,126.9 15,637.1 13,772.5 12,319.6

TOTAL PERDAGANGAN 29,862.8 28,318.1 30,050.5 30,699.5 33,872.2 24,242.3 34,587.3 32,692.1 29,534.1

MIGAS 3,582.8 3,625.7 3,577.0 3,548.8 4,505.0 3,822.5 4,091.4 4,480.2 3,576.8

NON MIGAS 26,280.0 24,692.4 26,473.5 27,150.7 29,367.2 20,419.8 30,496.0 28,211.8 25,957.3

NERACA (756.0) (52.9) 1,123.3 (1,625.1) (1,453.6) 1,706.5 (2,006.9) (944.2) 314.0

MIGAS (935.6) (843.9) (901.1) (1,107.5) (1,217.8) (459.4) (1,228.7) (1,611.1) (1,004.2)

NON MIGAS 179.5 791.1 2,024.4 (517.6) (235.8) 2,165.9 (778.2) 666.8 1,318.2

URAIAN Dalam Nilai USD 2018

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEP

Page 36: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2019/01/ISI_warta-16_-_2018.pdf · setiap perjanjian perdagangan internasional. Pemerintah dapat melakukan konsultasi

36 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 16, Tahun 2018

EKSPOR-IMPOR INDONESIA

2013-2018 (JANUARI-OKTOBER)

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

PERIODE 2013-2018 (JANUARI-OKTOBER)

(Nilai : Juta USD)

Sumber: BPS (2017), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

- M I G A S -12,633.3 -13,441.1 -6,038.8 -5,633.9 -8,577.2 -2,703.9

- NON M I G A S 8,556.4 11,242.3 13,710.3 15,167.2 20,463.2 2,986.7

36

-15,000.0

-10,000.0

-5,000.0

0.0

5,000.0

10,000.0

15,000.0

20,000.0

25,000.0

2013 2014 2015 2016 2017 2018MIGAS -12,633.3 -13,441.1 -6,038.8 -5,633.9 -8,571.7 -10,736.2NON MIGAS 8,556.4 11,242.3 13,710.3 15,167.2 20,414.3 5,221.3

NERACA PERDAGANGAN INDONESIAPERIODE 2013-2018 (JANUARI-OKTOBER)

2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018E K S P O R 182,551.8 175,980.0 150,366.3 145,186.2 168,828.2 138,628.9 150,881.9I M P O R 186,628.7 178,178.8 142,694.8 135,652.9 156,985.6 126,767.6 156,396.8

0.0

20,000.0

40,000.0

60,000.0

80,000.0

100,000.0

120,000.0

140,000.0

160,000.0

180,000.0

200,000.0

EKSPOR-IMPOR INDONESIA2013-2018 (JANUARI-OKTOBER)

E K S P O R I M P O R