DAFTAR ISI · 2017. 2. 21. · 3. Akta Pendirian “Perkumpulan Advokat Indonesia” (PERADIN)...

32

Transcript of DAFTAR ISI · 2017. 2. 21. · 3. Akta Pendirian “Perkumpulan Advokat Indonesia” (PERADIN)...

  • i

    DAFTAR ISI

    PROGRAM PENDIDIKAN HUKUM LANJUTAN MASTER ADVOKAT [M.Ad]

    Lembaga Pendidikan Advokat Indonesia – Perkumpulan Advokat Indonesia

    Daftar Isi ----------------------------------------------------------------------------------------- i & ii

    Sekapur Sirih ------------------------------------------------------------------------------------ iii

    Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------------------- iv

    A. KAJIAN PENDIDIKAN HUKUM BERKELANJUTAN MASTER ADVOKAT (M.Ad)

    BAB I : Pendahuluan -------------------------------------------------------------------------- 2

    BAB II : Penyelenggaraan Pendidikan Hukum Berkelanjutan Master Advokat (M.Ad)

    Selaras Dengan Undang-Undang Advokat Dan Sistem Pendidikan Nasional --------- 5

    BAB III : Penutup ------------------------------------------------------------------------------ 13

    Bacaan Pustaka ---------------------------------------------------------------------------------- 14

    B. PROGRAM PENDIDIKAN HUKUM LANJUTAN MASTER ADVOKAT [M.Ad]

    I. Mukaddimah ------------------------------------------------------------------------------ 15

    II. Landasan & Dasar ----------------------------------------------------------------------- 15

    III. Visi dan Misi serta Tujuan -------------------------------------------------------------- 16

    IV. Kurikulum --------------------------------------------------------------------------------- 18

    C. MATERI POKOK PROGRAM PERKULIAHAN------------------------------------ 20

    D. HISTORIS LPAI – PERADIN ------------------------------------------------------------ 26

    LAMPIRAN : LEGALITAS PERADIN dan LPAI

    1. Surat Keputusan DPP PERADIN Nomor 11/SK/DPP-PERADIN/II/2017 tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad].

    2. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. No : AHU-00121.60. 10.2014 Tahun 2014 tanggal 20 Mei 2014 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum

    Perkumpulan Advokat Indonesia disingkat PERADIN.

    3. Akta Pendirian “Perkumpulan Advokat Indonesia” (PERADIN) Nomor : 05 tanggal 19 Mei 2014.

    4. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. No. : AHU-0008807-AH.01.04.Tahun 2015 tanggal 24 Juni 2015 tentang Pengesahan Pendirian Badan

    Hukum Lembaga Pendidikan Adv Indonesia.

    5. Akta Pendirian Yayasan “Lembaga Pendidikan Advokat Indonesia” (YLPAI) Nomor 01/2015 tanggal 19 Juni 2015.

    6. Surat Keterangan Domisili No. : 952/27.1.0/31.73.02.1002/-071.562/ 2015 yang dikeluarkan Kelurahan Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol Petamburan Provinsi

    DKI Jakarta, tanggal 14 Juli 2015.

    7. NPWP : 31.193.020.0-036.000 atas nama Lembaga Pendidikan Advokat Indonesia.

    8. Sertifikat Merek.

    9. Struktur Organisasi Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad]

    10. Denah kantor LPAI-PERADIN.

    11. Ijasah Tenaga Pengajar LPAI-PERADIN.

  • ii

    12. Izin Keterangan Terdaftar No. 995/102.24/MS.Tdf/98 dari Dinas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tanggal 15 Juni 1998.

    13. Keterangan Terdaftar No. : 2556/102.24/MS/1998 yang diterbitkan dan dikeluarkan Kantor DEPDIKBUD Kabupaten Bekasi, tanggal 30 Nopember 1998.

    14. Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 1481/PLSM/XII/ 1998 tentang Pemberian Ijin Menyeleng-

    garakan Kursus, tanggal 22 Desember 1998.

    15. Izin Menyelenggarakan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat (DIKLUSEMAS), yang dikeluarkan Kepala Kantor Wilayah DEPDIK-

    BUD Provinsi DKI Jakarta, 22 Desember 1998.

    16. Ijin Penyelenggaraan Kursus Diklusemas No. : 1615/I01.3g/MS/1998 yang dikeluarkan Kantor DEPDIKBUD Kota Jakarta Barat tanggal 9 Desember 1998.

    17. Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. : 217/PLSM/VI/ 1999 tentang Pemberian Ijin Menyeleng-

    garakan Kursus, tanggal 10 Juni 1999

    18. Izin Menyelenggarakan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat (DIKLUSEMAS), yang dikeluarkan Kepala Kantor Wilayah DEPDIK-

    BUD Provinsi Jawa Barat tanggal Bandung, 28 Desember 1998

    19. Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. : 535/PLSM/I/ 2000 tentang Pemberian Ijin Menyeleng-

    garakan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat (DIKLU-

    SEMAS), tanggal 4 Januari 2000

    20. Izin Menyelenggarakan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat (DIKLUSEMAS), yang dikeluarkan Kepala Kantor Wilayah DEPDIKBUD

    Propinsi DKI Jakarta, 4 Januari 2000

    21. Izin Menyelenggarakan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat (DIKLUSEMAS), yang dikeluarkan Kepala Kantor Wilayah DEPDIK-

    BUD Provinsi DKI Jakarta, 10 Juni 1999

    22. Surat Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat No. : 1985/074.22 Perihal : Perubahan nama Lembaga, tertanggal 29 Nopember 2008.

    23. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 3972/-I.851.51 tentang Pemberian Izin Menyelenggarakan

    Kursus, 2 Desember 2008

    24. Izin Menyelenggarakan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat (DIKLUSEMAS), yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Menengah dan

    Tinggi Provinsi DKI Jakarta, tanggal 2 Desember 2008

    25. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta No. : 1802/2010 tentang Pemberian Izin Menyelenggarakan Kursus, 27 Desember 2010

    26. Izin Menyelenggarakan Kursus Nomor : 8784/-1.851.332, yang dikeluarkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, 28 Desember 2010

    27. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta No. : 159/2013 tentang Pemberian Izin Menyeleng-garakan Kursus, tanggal 28 Januari 2013;

    28. Izin Menyelenggarakan Kursus Nomor : 761/-1.851.321 yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta tanggal 29 Januari 2013

    29. Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Barat No. : 037/1.19.1/31.73.00.0000/1.851.332/ 2015 tentang Izin Menyelenggarakan Kursus

    Pendidikan Non-formal dan Informal, tanggal 21 Agustus 2015

  • iii

    SEKAPUR SIRIH

    Sebagai amanat RAPIMNAS, RAKERNAS dan HUT Perkumpulan Advokat Indonesia

    (PERADIN) tahun 2016 di Palembang, maka dalam waktu tidak akan terlalu lama PERADIN

    akan menyelenggarakan pendidikan hukum berkelanjutan Master Advokat (M.Ad) yang

    selaras dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan Undang-undang

    Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 12 Tahun

    2012 Tentang Pendidikan Tinggi, dan Perpres Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi

    Nasional Indonesia.

    Untuk itu menyambut baik seraya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan telah

    selesainya Legal Research yang merupakan studi kelayakan (Feasibility Study) pendidikan

    hukum berkelanjutan (Continuing Legal Study) program Master Advokat (M.Ad) PERADIN

    yang akan mendidik peserta didik menjadi Advokat yang utama dan pertama serta dapat

    memimpin orang lain dalam tugas dan fungsi profesi Advokat, yang paling tinggi kepan-

    daiannya kecakapannya, juara diantara sejawatnya dalam memberi jasa hukum sebagai

    penasihat maupun membela perkara di dalam maupun di luar Pengadilan terutama menghadapi

    Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan globalisasi.

    Jakarta 18 November 2016

    DEWAN PIMPINAN PUSAT

    PERKUMPULAN ADVOKAT INDONESIA

    P E R A D I N

    Advokat Ropaun Rambe

    Ketua Umum Advokat Budiman B. Sagala, SH., MH

    Sekretaris Jenderal

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

    rahmat dan anugrah-Nya sehingga penelitian Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pendidikan

    Hukum Berkelanjutan Master Advokat (M.Ad) Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN)

    selaras dengan Undang-undang Advokat dan Sistem Pendidikan Nasional ini dapat selesai tepat

    pada waktunya.

    Penelitian hukum (Legal Research) ini merupakan kajian akademis penyelenggaraan

    Pendidikan Berkelanjutan Master Advokat (M.Ad) yang akan diselenggarakan oleh PERADIN

    yang sesuai dan mampu menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman

    serta meningkatnya tuntutan rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan ditengah

    masyarakat baik ditingkat nasional maupun internasional, dan yang selaras dengan Undang-

    undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, serta memenuhi kriteria yang ditetapkan

    oleh Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, dan Undang-undang

    Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

    Akhir kata, tidak lupa dihaturkan banyak terima kasih kepada Ketua Umum PERADIN

    Bapak Advokat Ropaun Rambe dan Sekretaris Jenderal Bapak Advokat Budiman B. Sagala,

    S.H.,M.H., atas dorongannya hingga Landasan Akademis Master Advokat (M.Ad) ini segera

    selesai, dan juga seluruh Advokat PERADIN di seluruh Indonesia dimanapun berada, Maju

    terus Pantang Mundur..!!.

    Jakarta, 18 November 2016

    PERKUMPULAN ADVOKAT INDONESIA

    (PERADIN)

    Penulis,

    Adv. T. Mangaranap Sirait, S.H.,M.H.,Kand. Dr

  • Halaman 1 dari 27

    A .KAJ IAN PENDIDIKAN HUKUM LANJUTAN MASTER ADVOKAT (M.Ad)

    SELARAS DENGAN

    UNDANG-UNDANG ADVOKAT DAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

    Oleh Advokat T. Mangaranap Sirait, S.H.,M.H.,Kand. Dr

    Runtuhnya era diskriminasi Single Bar profesi Advokat Indonesia karena tidak

    mencerminkan semangat demokrasi dan didominasi hanya oleh satu Organisasi

    Advokat sejak berlakunya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat,

    kemudian tumbang menjadi Multi Bar tahun 2015 berkat desakan dan perjuangan

    terus menerus serta pendekatan konstruktif Perkumpulan Advokat Indonesia

    (PERADIN) terhadap Stakeholder yaitu Eksekutif, Yudikatif, Legislatif. Metode

    penelitian yang dipergunakan adalah Yuridis Normatif, dengan mengkaji atau

    menganalisis data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder. Terdapat

    temuan dan disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan

    Master Advokat (M.Ad). yang akan diselenggarakan PERADIN, di mana peserta

    didik akan ditempa menjadi yang utama dan dapat memimpin orang lain dalam

    tugas fungsi serta paling tinggi kepandaian dan kecakapannya dalam memberi

    jasa hukum dalam mengkongkritkan nilai-nilai Officium Nobile Advokat. Karena

    itu program M.Ad. sudah sangat urgen untuk diselenggarakan agar Advokat mampu

    menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman serta meningkatnya

    tuntutan rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan ditengah masyarakat.

    Kata kunci: Pendidikan Berkelanjutan, PERADIN, Master Advokat

    CONTINUE LEGAL EDUCATION MASTER’S ADVOCATE (M.Ad)

    PERADIN IN ACCORDANCE WITH THE LAW OF ADVOCATE

    AND NATIONAL EDUCATION SYSTEM

    ABSTRACT

    The collapse of era discrimination of Indonesian Single Bar Advocates because it

    did not reflected the spirit of democracy and it was dominated by only one

    organization since the enactment of the Law No. 18 Year 2003 concerning the

    Advocates, then fallen into a Multi Bar in 2015 due to insistence and continuous

    struggle and constructive approach towards stakeholder PERADIN that the

    Executive, Judiciary, Legislature. The research method used is a normative juridical, to examine or analyze secondary data in the form of legal materials secondar. Its

    findings and concluded that the implementation of continuing education Master's

    Advocate (M.Ad). which will be held by PERADIN, where learners will be forged

    into primary and can lead others in the task as well as the highest function of

    knowledge and skill in providing legal services in concretized values Officium

    Nobile Advocates. Due the program M.Ad. already very urgent to be held in order

    to the advocate able to answer the challenge of the development of science and

    the increasing demands of the times and a sense of justice, legal certainty and

    benefit in the community.

    Keywords: Continue Legal Education, Peradin, Master’s Advocate

  • Halaman 2 dari 27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Permasalahan

    Runtuhnya era diskriminasi Single Bar profesi Advokat Indonesia karena dianggap

    tidak mencerminkan semangat demokrasi sebab sejak berlakunya Undang-undang

    Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat (Undang-undang Advokat) hanya didominasi

    oleh satu Organisasi Advokat1, dan kemudian tumbang menjadi Multi Bar di tahun

    2015 berkat desakan dan perjuangan yang terus menerus serta pendekatan konstruktif

    Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) terhadap stakeholder pemangku

    kepentingan baik Eksekutif, Yudikatif maupun Legislatif,2 antara lain seperti;

    Kementerian Hukum dan HAM, Mahkamah Agung R.I.,3 Komisi Yudisial,4

    KOMNAS HAM,5 termasuk melaporkan masalah ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa

    (PBB) tentang terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) atas hak untuk

    hidup Advokat karena pemberlakuan dan dominasi Single-Bar tersebut di Indonesia.

    Kemudian berkat perjuangan dan atas penyertaan dan ridho Tuhan Yang

    Maha Esa, maka perjuangan Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) tersebut

    telah membuahkan hasil, dan akhirnya Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui

    Surat Ketua Nomor 73/KMA/HK.01/IX/2015 tertanggal 25 September 2015 Tentang

    Penyumpahan Advokat, memberikan kewenangan kepada semua Pengadilan Tinggi

    di seluruh Indonesia untuk dapat melakukan penyumpahan Advokat tanpa melihat

    asal Organisasi Advokat-nya, sepanjang Advokat yang bersangkutan telah memenuhi

    syarat-syarat sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Advokat.

    Era diskriminasi Single Bar Advokat telah berlalu, kini memasuki era Advokat

    yang bebas dan mandiri, sebuah fenomena di mana Organisasi Advokat mulai

    menjamur semakin tidak terkendali secara kwantitas dengan beragam variasi

    kwalitasnya. Masing-masing organisasi membuat program kerja organisasinya,

    ada yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasio teoritis maupun rasio legis

    tetapi ada juga yang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan, demikianlah di Indonesia

    berlangsung perubahan sosial dengan pergeseran nilai. Sebagaimana dikatakan

    Bernard Arief Sidharta, berbagai hubungan antar manusia yang semula bersifat

    pribadi (Hubungan Personal) berubah menjadi bersifat lugas, banyak hal yang

    1Pada awal kemerdekaan, Indonesia menganut sistem Multi Bar Association yang demokratis yaitu

    dengan terbentuknya beberapa Organisasi Advokat seperti PAI (Persatuan Advokat Indonesia) 14

    Maret 1963 yang kemudian digantikan PERADIN, tanggal 30 Agustus 1964 terbentuk PUSBADHI

    (Pusat Bantuan dan Pengabdi Hukum Indonesia) dan lain-lain, akan tetapi di bulan Desember 2004

    dengan mengatasnamakan Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 Tentang Advokat dibentuklah

    wadah tunggal Single Bar yaitu PERADI, yang kemudian di tahun 2015 dibatalkan oleh Mahkamah

    Agung dan kembali menjadi Multi Bar karena dianggap paradoks dengan semangat demokrasi,

    diskriminatif,dan mencederai hak hidup Advokat yang tidak bersedia bergabung dengan PERADI. 2Forum Organisasi Advokat Indonesia (PERADIN, PAWIN, GERADIN, dan POSBAKUMADIN)

    mengirimkan Surat Nomor: 04/FOAI/X/2014, tanggal 21 Oktober 2014, tentang Permohonan

    Perlindungan terhadap Diskriminasi Hukum Advokat, Kepada Komisi-III DPR R.I. 3DPP Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) pada tanggal 12 Januari 2014 , mengirimkan

    Surat Keseluruh Pengadilan Tinggi Seluruh Indonesia, Perihal: Pengambilan sumpah Advokat

    (Lihat, Surat DPP PERADIN Nomor: 002/DPP.PERADIN/I/2015 tertanggal 12 Januari 2014) 4Komisi Yudisial juga mengirimkan surat ke Mahkamah Agung R.I. Nomor 380/P.KY/04/2014,

    tertanggal 22 April 2014, Perihal Pelaksanaan Sumpah bagi para Advokat. 5 Pada Tanggal 10 Nopember 2014 DPP Perkumpulan Advokat Indonesia, dengan Nomor Surat

    014/DPP.PERADIN/XI/2014, membuat laporan adanya diskriminasi terhadap Advokat kepada

    Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia R.I., dan kemudian ditanggapi KOMNAS HAM

    dengan menerbitkan Surat Nomor 3.541/K/PMT/XII/2014 tertanggal 19 Desember 2014 yang

    ditujukan Kepada Mahkamah Agung R.I.

  • Halaman 3 dari 27

    semula bernilai non-komersial bergeser menjadi menjadi bernilai komersial,

    berbagai kebutuhan dan kepentingan baru muncul, intensitas pergaulan dengan

    berbagai bangsa lain meningkat pada berbagai tataran dan bidang, tatanan

    ekonomi bergerak menuju ekonomi dan pasar bebas, dan sebagainya. Di bawah

    pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi serta proses globalisasi.6 Pergeseran

    nilai ini juga turut mempengaruhi cara kerja dan kinerja para Advokat di seluruh

    Indonesia akibat kelemahan dan keterbatasan ilmu pengetahuan (knowledge)

    advokat, serta ketidak mampuan organisasi advokat membekali anggotanya untuk

    meningkatkan tata cara-kerja (knowhow) advokat dalam menegakkan hukum dan

    aturan perundang-undangan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan

    rasa keadilan masyarakat yang semakin meningkat.

    Advokat yang sejak dari semula ada merupakan sebuah profesi yang sarat

    dengan nilai-nilai idealis dan disebut dengan profesi mulia dan terhormat (Officium

    Nobile) karena perannya untuk memperjuangkan nilai-nilai hak asasi manusia dan

    kepentingan-kepentingan masyarakat dalam bidang hukum, akan tetapi kini karena

    segala keterbatasan baik dari internal maupun eksternal, para praktisi Advokat

    seringkali tidak mampu mengemban nilai-nilai Officium Nobile tersebut karena

    kurangnya kemampuan dan penghayatan Advokat untuk memenuhi standar nilai-

    nilai mulia dan terhormat tersebut dalam jabatan profesinya.

    Di dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Advokat telah diatur tentang adanya

    pendidikan hukum berkelanjutan (Continue Legal Education) yang maknanya

    Advokat dalam menjalankan prakteknya dapat mengkhususkan diri pada bidang

    tertentu, sesuai dengan persyarat aturan perundang-undangan. Kemudian Sistem

    Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Indonesia harus mampu menjamin

    pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi

    manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan

    kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan

    pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

    Oleh karena itu, setelah mencermati fenomena dalam dunia profesi Advokat

    Indonesia yang masih banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan knowledge

    dan knowhow dalam menjalankan profesinya secara khusus advokat-advokat muda

    yang menjalankan tugasnya di seluruh Indonesia, dan sekaligus untuk merespon

    perintah Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Advokat dan Undang-undang Nomor

    20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Perkumpulan Advokat Indonesia

    (PERADIN) melalui RAKERNAS, RAPIMNAS dan HUT PERADIN ke 52 di

    bulan September 2016 di Palembang, di mana dalam salah satu butir kesepakatan

    hasil Kongres PERADIN di Palembang tersebut, PERADIN memandang perlu

    untuk segera berupaya aktif untuk kembali memajukan dan meningkatkan profesi

    Advokat serta mengembalikan marwah Advokat sebagai jabatan yang Officium

    Nobile melalui program pendidikan tambahan berupa knowledge dan knowhow

    khusus bidang Advokat sebagaimana Undang-undang Advokat, segera akan

    mengadakan dan menyelenggarakan pendidikan keberlanjutan Advokat, untuk mana

    peserta yang dinyatakan lulus akan menyandang gelar “Master Advokat’ (Master

    of Advocate) dengan singkatan M.Ad.

    Pendidikan Master Advokat (M.Ad.) adalah pengejawantahan Undang-

    undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, dan Pasal 17 ayat (1) dan ayat

    (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi yang

    6B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm.

    178.

  • Halaman 4 dari 27

    mengatakan bahwa pendidikan profesi merupakan Pendidikan Tinggi setelah

    program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan

    persyaratan keahlian khusus yang dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi

    dan bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi

    profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi.

    Pendidikan Master Advokat (M.Ad.) juga sekaligus kritikan terhadap program

    pendidikan Magister Advokat7 yang akan diselenggarakan oleh sesama Organisasi

    Advokat sejawat lain, dan program Sertifikasi Advokat yang diselenggarakan terhadap

    anggotanya sebagaimana layaknya seorang pekerja atau buruh. Menurut PERADIN,

    Pendidikan dan Sertifikasi Advokat tidak boleh dilakukan oleh lembaga pemerintah

    atau yang ditunjuk8 yang tidak memahami dunia Advokat. Penilaian kinerja

    Advokat memang diperlukan tetapi harus dilakukan oleh Organisasi Advokat

    sendiri, hal mana Organisasi Advokat tersebut yang karena keahliannya yang

    mumpuni dapat menghasilkan profesi Advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggung

    jawab, untuk terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan memiliki

    kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran,

    keadilan, dan hak asasi manusia. “...Profesi hukum merupakan salah satu profesi

    yang menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya, nilai moral itu merupakan

    kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur”.9

    Pengertian terma atau kata “Master” menurut Kamus Bahasa Indonesia

    adalah orang yang memimpin orang lain; yang utama; yang paling tinggi

    (kepandaiannya, kecakapannya, dan sebagainya) diantara yang lain; atau dalam

    kata lain juara juara dibidangnya.10 Sedangkan Pengertian “Advokat” adalah ahli

    hukum yang berwenang bertindak sebagai penasihat atau pembela perkara dalam

    pengadilan, juga disebut dengan Pengacara.11 Menurut Undang-undang Nomor

    18 Tahun 2003 Tentang Advokat pengertiannya jauh lebih luas lagi, di mana yang

    dimaksud dengan Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,

    baik di dalam maupun di luar Pengadilan dengan suatu persyaratan tertentu.

    Pendidikan Master Advokat (M.Ad.) yang digagas oleh Perkumpulan Advokat

    Indonesia (PERADIN) merupakan sebuah wadah para Advokat yang dididik

    dalam pendidikan hukum berkelanjutan melalui lembaga pendidikan dibawah

    7Prof. Dr. Johannes Gunawan Ketua Tim Revitalisasi Kurikulum Pendidikan Tinggi Kemenristek

    Dikti yang mengatakan “mana mungkin ada Magister Advokat, advokat itukan profesi, sedangkan

    magister itu akademik” (lihat http:hukum online.co/berita/baca, Dikti menilai Rencana Magister

    Advokat Salah Kaprah, diakses 29/10/2016). 8 Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan telah menerbitkan

    Surat Keputusan yang menyesatkan (Fallacy) dengan menerbitkan Surat Keputusan Bernomor

    58/LATTAS/III/2016 tentang Registrasi Standar Khusus Bidang Advokat, sehingga jabatan Advokat

    sebagai Penegak Hukum yang disumpah berdasarkan UU Advokat, disertifikasi setara dengan

    Pekerja/Buruh oleh Badan Sertifikasi Nasional Profesi (BSNP) yang pendiriannya berdasarkan

    Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2004 Tentang BNSP jo Pasal 18 UU No. 13 Tahun

    2003 Tentang Ketenagakerjaan, padahal menurut UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan, kedudukan Peraturan Pemerintah (PP) hierarkinya lebih rendah

    dibandingkan dengan Undang-undang (UU). Jadi secara rasio teoritis dan rasio legis SK No.

    58/LATTAS/III/2016 tersebut adalah sesat (fallacy) karena tidak mungkin lembaga yang didirikan

    oleh PP mensertifikasi Lembaga yang disumpah oleh berdasarkan Undang-undang (UU) terlebih

    Advokat bukanlah tenaga kerja/buruh tetapi sebagai profesi penegak hukum yang bebas, mandiri,

    dan bertanggung jawab dalam menegakkan hukum tanpa campur tangan dan sertifikasi dari pihak

    manapun, terkecuali hal-hal yang telah diatur dalam UU Advokat, dan Konstitusi 9Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Cetakan Ketiga, Citra Adityabakti, Bandung,

    2006, hlm. 62. 10Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008,

    Hlm. 994. 11Ibid, Hlm. 15.

  • Halaman 5 dari 27

    PERADIN dan atau Lembaga lain affiliasinya, hingga menyandang predikat gelar

    Master Advokat (M.Ad.), merupakan sebuah usaha sadar dan terencana yang

    diprogramkan oleh PERADIN untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

    pembelajaran agar para Advokat yang menjadi peserta didik secara aktif mengem-

    bangkan potensi dirinya hingga menjadi Master Advokat yang memenuhi nilai-

    nilai Officium Nobile sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 18 Tahun

    2003 Tentang Advokat untuk mengembangkan dan memiliki keterampilan yang

    diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, serta memenuhi Standar Nasional

    Pendidikan Tinggi (SNPT) yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 12

    Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, dan Perpres Nomor 8 Tahun 2012 Tentang

    Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

    Rumusan Permasalahan

    Berdasarkan uraian-uraian diatas maka rumusan permasalahan yang akan

    diangkat dalam studi kelayakan ini adalah sebagai berikut:

    Bagaimana Urgensi Penyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan Master Advokat

    (Master of Advocate) Dalam Menjawab Tantangan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

    dan Zaman Serta Tuntutan Rasa Keadilan, Kepastian Hukum dan Kemanfaatan

    selaras Dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat ?

    Metode Penelitian

    Metode penelitian yang dipergunakan adalah Yuridis normatif,12 dengan mengkaji

    atau menganalisis data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder

    dengan memahami hukum sebagai perangkat peraturan atau norma-norma positif

    Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan Undang-undang

    Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor

    12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, dan Perpres Nomor 8 Tahun 2012

    Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, serta Undang-undang terkait

    lainnya. Jadi penelitian ini dipahami sebagai penelitian kepustakaan yaitu penelitian

    terhadap data sekunder.

    BAB II

    PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN HUKUM LANJUTAN

    MASTER ADVOKAT (M.Ad) SELARAS DENGAN UNDANG-

    UNDANG ADVOKAT DAN SISTIM PENDIDIKAN NASIONAL

    Kongkritisasi Filosofi Profesi Officium Nobile Melalui Pendidikan Master Advokat.

    Advokat adalah sebuah istilah yang dapat ditemukan di dalam dunia sistem

    peradilan di Indonesia yang dahulu dikenal dengan berbagai peristilahan antara

    lain seperti Pembela, Penasehat Hukum, Pengacara, Pokrol Bambu, dan Procereur.

    “..Menurut sejarah Advokat di Indonesia, Organisasi Advokat di Indonesia bermula

    pada masa kolonialisme. Pada masa itu, jumlah Advokat masih sedikit dan

    keberadaannya terbatas pada kota-kota besar yang memiliki Landraad dan Raad

    van Justitie. Mereka bergabung dalam Organisasi Advokat yang dikenal sebagai

    Balie van Advocaten. Di awal orde baru para Advokat Indonesia memiliki banyak

    Organisasi Advokat sebagai warisan dari banyaknya Balie van Advocaten yang

    dibentuk pada masa sebelumnya.13 Setelah kemerdekaan semangat untuk tetap

    12Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja

    Grafindo Persada, 1985, Jakarta, hlm.14-15. 13 Binzaid Kadafi, et all, Pembentukan Organisasi Advokat Indonesia: Keharusan atau

    Tantangan?, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia atas kerjasama dengan The Asia

    Foundation, Jakarta, 2004, hlm. 1.

  • Halaman 6 dari 27

    bersatu dan saling menghormati sebagai sesama rekan advokat secara demokratis

    tetap terjalin dan terpelihara, walaupun para Advokat bernaung di organisasi berbeda

    karena terbentuknya berbagai Organisasi Advokat sebagai perlambang dari sistem

    Multi Bar Association.

    Runtuhnya era Single Bar Association (2005-2015) karena ditenggarai tidak

    mencerminkan nilai-nilai historis, dan dianggap telah memperlakukan Advokat

    secara diskriminatif kini telah berakhir. Akan tetapi era Multi Bar yang dimulai

    sejak terbitnya Surat Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

    73/KMA/HK.01/IX/2015 tertanggal 25 September 2015 bagaikan dua sisi mata

    uang juga membawa dampak positif dan dampak negatif, walaupun harus tetap

    diakui bahwa dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah membawa perubahan

    dalam dunia profesi advokat Indonesia. Dilihat dari segi kelebihannya atau dampak

    positifnya antara lain Surat Ketua Mahkamah Agung tersebut telah mengembalikan

    nilai-nilai demokratis Multi Bar, dan telah menghilangnya sikap diskriminatif

    yang tidak sesuai sejarah perjalanan Advokat Indonesia, dan juga mengembalikan

    hak hidup dan hak untuk beracara yang terampas oleh Single Bar dalam membela

    kliennya di pengadilan terhadap Advokat-advokat yang tidak bersedia untuk bergabung

    dan menerima sistem Single Bar tersebut. Kemudian dilihat dari segi kekurangannya

    atau dampak negatifnya, antara lain ternyata Organisasi-organisasi Advokat yang

    ada, tidak mampu mengantisipasi surat Ketua Mahkamah Agung tersebut, sehingga

    dapat membekali Advokat anggotanya seperti yang diharapkan oleh Undang-undang,

    dengan pendidikan berkelanjutan yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh

    Sistem Pendidikan Nasional dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

    Kondisi ini sejak dari awal memang sudah diprediksi oleh PERADIN, sehingga

    untuk mengantisipasi hal tersebut maka secara struktur organisasional telah diatur,

    bahwa antara Induk Organisasi tempat berkumpul dan bernaungnya para anggota

    Advokat yaitu Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) dengan Lembaga

    Pendidikan Advokat (DIKPA) PERADIN, walaupun tetap ada benang merahnya

    dengan induk organisasi (PERADIN), tetapi pengelolaannya dilaksanakan terpisah,

    berdiri sendiri, dan otonom.

    Selaras dengan pendapat Prof. Dr. Johannes Gunawan Ketua Tim Revitalisasi

    Kurikulum Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti yang berpendapat “mana mungkin

    ada Magister Advokat, Advokat itukan profesi, sedangkan Magister itu Akademik”

    yang mengkritisi Organisasi Advokat sejawat lain yang akan menyelenggarakan

    pendidikan Magister Advokat sebagai salah kaprah, maka PERADIN sepakat

    dengan pendapat tersebut, dan dengan berpijak dari prediksi dan antisipasi yang

    telah dilakukan Organisasi Advokat PERADIN, maka melalui RAKERNAS ke 52

    di bulan September 2016 di Palembang, PERADIN memandang perlu untuk

    segera mengkongkritkan dengan berupaya aktif memajukan dan meningkatkan

    profesi Advokat serta mengembalikan marwah Advokat sebagai jabatan yang

    Officium Nobile melalui upaya pendidikan hukum tambahan berupa knowledge

    dan knowhow, dengan mengadakan dan menyelenggarakan pendidikan hukum

    berkelanjutan Advokat, “Master Advokat’ (Master of Advocate)14 dengan singkatan

    M.Ad., yang sesuai dengan ketentuan Sistem Pendidikan Nasional.

    14Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) juga tidak sepaham dengan rencana Organisasi

    Advokat sejawat lain (PERADI dan KAI) dan berbagai pihak untuk membuat pendidikan “Magister

    Advokat”, karena Advokat adalah Organisasi Profesi, dan pandangan PERADIN ini juga diperkuat

    oleh pendapat Prof. Dr. Johannes Gunawan Ketua Tim Revitalisasi Kurikulum Pendidikan Tinggi

    Kemenristek Dikti yang mengatakan “mana mungkin ada Magister Advokat, advokat itukan profesi,

    sedangkan magister itu akademik” (lihat http:hukum online.co/berita/baca, Dikti menilai Rencana

    Magister Advokat Salah Kaprah, Op.Cit.).

  • Halaman 7 dari 27

    Tugas dan Target dalam Kurikulum Master Advokat (M.Ad)

    Berbicara mengenai tugas utama seorang advokat, Soemarno P.Wirjanto

    secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut.:15 Sebagai procurator, yaitu

    mewakili dan membantu kliennya di dalam segala pekerjaan yang diperlukan untuk

    mempersiapkan perkara pengadilan sehingga siap untuk diputus oleh hakim. Sebagai

    “pleader” atau “pleiter”, yaitu mengucapkan pledooi, presentasi fakta-fakta,

    argumentasi hukum, sehingga hakim dapat mendapatkan pandangan mengenai

    fakta-fakta mengenai suatu perkara. Sebagai juris-consult, memberi nasihat hukum di

    luar peradilan, membantu dengan atau membuat akta-akta hukum, perdamaian

    hukum dan lain-lain.

    Adapun fungsi penting advokat sebagai pembela ialah:16 Melindungi hak-hak para

    pencari keadilan diperlakukan diluar kemanusian Untuk dapat segera diperiksa dan

    diadili jangan sampai berlarut-larut berkepanjangan tanpa adanya kepastian hukum.

    Diusahakan hak-hak para pencari keadilan sebagaimana yang telah diberikan oleh

    undang-undang telah diperhatikan dan tidak dilalaikan baik oleh aparat penegak

    hukum dan juga aparat negara. Dan terakhir dalam mendampingi tersangka atau

    terdakwa baik pada tingkat pemeriksaan penyidikan, penuntutan maupun pada

    pemeriksaan dalam sidang pengadilan selalu berusaha untuk memberikan perlindungan

    hukum sebagaimana yang diberikan oleh undang-undang

    Target yang diharapkan dari seorang yang telah lulus pendidikan profesi

    hukum berkelanjutan Master Advokat (M.Ad.) dapat ditilik dari pengertian dari

    terma atau kata “Master” menurut Kamus Bahasa Indonesia sebagaimana pendahuluan

    di atas, yaitu orang yang memimpin orang lain; yang utama; yang paling tinggi

    (kepandaiannya, kecakapannya, dan sebagainya) diantara yang lain; atau dalam

    kata lain juara dibidangnya.17 Sedangkan Pengertian dari terma “advokat” adalah

    ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasihat atau pembela perkara

    dalam pengadilan, juga disebut dengan pengacara.18 Serta di dalam Undang-undang

    Advokat pengertiannya jauh lebih luas lagi yaitu orang yang berprofesi memberi

    jasa hukum, baik di dalam maupun di luar Pengadilan dengan suatu persyaratan tertentu.

    Jadi seorang yang telah menyandang gelar tambahan dan mendapat sertifikat

    Master Advokat (M.Ad.) adalah seorang Advokat yang utama dan dapat memimpin

    orang lain dalam tugas dan fungsi profesi Advokat, yang paling tinggi kepandaiannya

    kecakapannya, juara diantara sejawatnya dalam bidang advokat dalam memberi

    jasa hukum sebagai penasihat maupun membela perkara di dalam maupun di luar

    Pengadilan.

    Kurikulum Master Advokat (M.Ad) yang digagas PERADIN bukan saja

    kesesuaian masa belajarnya lebih ditingkatkan dari Pendidikan Advokat (DIKPA)

    menjadi pendidikan tingkat lanjutan profesi Advokat tetapi sudah disesuaikan

    dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi, sehingga setiap Master Advokat (M.Ad.)

    memiliki kemampuan-kemampuan khusus tertentu yang telah sesuai dengan dunia

    nyata (market place) baik secara nasional maupun internasional19 antara lain

    misalnya Master Advokat (M.Ad) bidang Merger dan Akuisi, M.Ad bidang Sistem

    15Djoko Prakoso, Kedudukan Justisiabel di dalam KUHAP, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, Hlm.38. 16Abdussalam & DPM Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007, Hlm. 370. 17Kamus Bahasa Indonesia, Op.Cit, Hlm. 994. 18Ibid, Hlm. 15. 19Mengantisipasi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Global diharapkan

    Lulusan Master Advokat (M.Ad.) melalui matakuliah yang applicable, sehingga secara profesional

    dapat bekerja lintas negara.

  • Halaman 8 dari 27

    Peradilan Pidana Korporasi,20 M. Ad. Bidang Kontrak Tambang, Master Advokat

    Tehnik Negosiasi, Master Advokat bidang Pasar Modal, Master Advokat bidang

    HAKI, Master Advokat bidang Arbitrase21, dan Master Advokat bidang-bidang lainnya

    Kurikulum-kurikulum tersebut dibuat untuk mengantisipasi era Lalu lintas barang,

    jasa dan tenaga kerja professional antar negara Asia Tenggara yang semakin terbuka

    setelah integrasi melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan globalisasi.

    Sehingga profesi advokat harus menyiapkan diri menghadapi persaingan yang

    akan semakin kompetitif dan tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

    Kritikan Terhadap SK Standar Kompetensi Advokat oleh Dirjen Binalattas

    Departemen Tenaga Kerja.

    Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tuntutan rasa keadilan,

    kepastian hukum dan kemanfaatan ditengah masyarakat, terlebih-lebih dengan

    semakin berkembangnya hubungan antara negara yang seolah tanpa batas (borderless)

    akibat dari semakin canggihnya tehnologi informasi dan tehnologi cyber mengikuti

    perkembangan zaman, maka semakin banyaklah teori-teori ilmu pengetahuan yang

    bertumbangan terfalsifikasi oleh lahirnya teori-teori baru, yang secara keilmuwan

    merupakan sesuatu yang halal untuk dilakukan.

    Demikian juga halnya dalam bidang hukum, urusan falsifikasi memfalsifikasi

    teori-teori adalah sesuatu hal yang lazim dilakukan sebagai akibat dari adanya

    perbedaan-perbedaan paradigma berpikir para pengemban hukum. Akan tetapi

    walaupun demikian, ilmu hukum sebagai ilmu hukum normatif dikelompokkan

    dengan “Ilmu Suigeneris’.22

    Maka karena ilmu hukum adalah ilmu yang suigeneris maka ilmu pengetahuan

    tentang hukum juga bersifat mandiri, sehingga hukum harus ditelaah dan dianalisa

    secara metodologis dengan mandiri dengan hukum secara normatif, bukan dengan

    ilmu-ilmu pengetahuan lainnya terkecuali hanya sebagai alat bantu terapan.

    Dengan meningkatnya tuntutan rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan

    ditengah masyarakat, turut mendorong adanya kebutuhan akan peningkatan kreatifitas

    dan kapasitas Advokat dalam mengikuti perkembangan zaman tersebut. Profesi

    Advokat yang merupakan sebuah profesi terhormat atau yang disebut dengan

    Officium Nobile adalah merupakan salah satu pilar dalam menegakkan suppremasi

    hukum dan hak asasi manusia diharapkan selalu bekerja secara terkini (up to date)

    dan membumi.

    20Di dalam penelitian lain penulis juga sudah menggagas urgensi perluasan pertanggungjawaban

    pidana korporasi serta dalam berbagai penelitiannya menggagas dibentuknya Sistem Peradilan Pidana

    Korporasi, sehingga diharapkan lulusan M.Ad. memahami seluk-beluk pemidanaan korporasi dimasa

    depanuntuk segera memperluas (lihat T. Mangaranap Sirait, “Urgensi Perluasan Pertanggungjawaban

    Pidana Korporasi Sebagai Manifestasi Pengejawantahan Konstitusi”, Jurnal Konstitusi, Volume

    13, Nomor 3 September 2016, hlm.660-682). 21 Selama ini Pemerintah masih kesulitan mendapatkan pengacara lokal yang andal beracara di

    tingkat internasional seperti dalam forum-forum arbitrase internasional. Pemerintah membutuhkan

    pengacara lokal andal saat ada gugatan melalui arbitrase. Dalam iklim investasi sekarang, potensi

    gugatan arbitrase internasional kian besar. Untuk itu pemerintah membutuhkan pengacara lokal

    yang andal, karena walau sudah menggunakan pengacara lokal yang dianggap punya kualitas terbaik,

    tapi tetap saja untuk menghadapi gugatan di arbitrase Pemerintah masih menyewa pengacara dari

    luar negeri (lihat,Yasonna, Indonesia Masih Kekurangan Pengacara Anda, lhttp://www.hukumonline.

    com/berita/baca/lt56acf1ce3f517/menteri-yasonna--indonesia-masih-kekurangan-pengacara-andal,

    hukum online, 31 Januari 2016). 22Sui Generis maksudnya adalah “sebagai ilmu di dalam dirinya sendiri” yang memiliki kualitas

    keilmiahan tersendiri. Oleh karena itu menjadi sulit dikelompokkan kedalam salah satu cabang

    pohon ilmu, baik cabang ilmu pengetahuan alam, cabang ilmu pengetahuan sosial, maupun

    cabang ilmu pengetahuan humaniora (lihat, Philipus M. Hadjon, dalam Widiada Gunakaya SA.,

    Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka Harapan Baru, Bandung, 2014, hlm. 29).

  • Halaman 9 dari 27

    Implikasi dari tuntutan perkembangan zaman dan perkembangan tuntutan rasa

    keadilan masyarakat tersebut, maka setiap organisasi profesi advokat, telah berlomba-

    lomba untuk mencoba membuat berbagai program-program yang bertujuan untuk

    meningkatkan profesionalisme para anggotanya. Akan tetapi sebagaimana telah

    disinggung sebelumnya, banyak program-program organisasi profesi tersebut sulit

    untuk dipahami baik secara teoritis, maupun secara legis. Program yang sulit

    untuk diterima secara rasio teoritis dan rasio legis antara lain adanya program

    sertifikasi yang dilakukan oleh sebuah Organisasi Advokat23 untuk mensertifikasi

    anggotanya dengan alas dasar surat Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas

    Kementerian Ketenagakerjaan telah menerbitkan Surat Keputusan yang secara

    keilmuwan menyesatkan (Fallacy) dengan menerbitkan Surat Keputusan Bernomor

    58/LATTAS/III/2016 tentang Registrasi Standar Khusus Bidang Advokat, sehingga

    jabatan Advokat sebagai Penegak Hukum yang disumpah berdasarkan Undang-

    undang Advokat, disertifikasi setara dengan Pekerja atau Buruh oleh Badan

    Sertifikasi Nasional Profesi (BSNP) yang pendiriannya berdasarkan Peraturan

    Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2004 Tentang BNSP jo Pasal 18 UU No. 13

    Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

    Padahal jika ditinjau dari Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

    Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, kedudukan Peraturan Pemerintah

    (PP) hierarkinya lebih rendah dibandingkan dengan Undang-undang (UU). Jadi

    secara rasio teoritis dan rasio legis SK No. 58/LATTAS/III/2016 tersebut adalah

    kesesatan berpikir (Fallacy)24 karena menyimpulkan sesuatu berdasarkan premis-

    premis yang tidak tepat, yaitu ketidak-tepatan di mana lembaga yang didirikan

    oleh Peraturan Pemerintah (PP) bidang ketenagakerjaan, mensertifikasi Lembaga

    yang disumpah berdasarkan Undang-undang (UU) lain, terlebih Advokat bukanlah

    tenaga kerja/buruh tetapi sebagai profesi penegak hukum yang bebas, mandiri, dan

    bertanggung jawab dalam menegakkan hukum tanpa campur tangan dan sertifikasi

    dari pihak manapun, terkecuali hal-hal yang telah diatur dalam Undang-undang

    Advokat dan Konstitusi.

    Kemudian dalam hal ini, jika ditinjau dari dasar pendirian Badan Sertifikasi

    Nasional Profesi (BSNP), yaitu Pasal 61 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang

    Perindustrian, Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi

    Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di bidang Pariwisata, Peraturan Pemerintah

    Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Latihan Kerja Nasional, Peraturan Pemerintah

    Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan

    PERMENAKERTRANS No. PER.22/MEN/IX/2009. Maka salah satu pasal pendirian

    Badan Sertifikasi Nasional Profesi (BSNP) adalah Pasal 18 Undang-Undang Nomor

    13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang bunyinya adalah sebagai berikut:

    Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti

    pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga

    pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja.

    23KAI akan mensertifikasi Advokatnya, dan meminta BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi)

    terus melakukan sosialisasi sertifikasi profesi (sumber :http://www.kai.or.id/berita/6104/kai-

    sertifikasi-kompetensi-cara-meningkatkan-kemampuan-advokat.html, diakses 29/10/2016). 24 Irving M. Copi dalam bukunya introduction to logic mengatakan ada 2 bentuk argumen yang

    sesat yaitu formal fallacy dan informal fallacy, sementara hal di atas adalah merupakan kesesatan

    informal fallacy dalam bentuk fallacy of relevance yaitu kesesatan pada argumen yang premis-

    premisnya secara logikal tidak relevan dengan kesimpulan (lihat Widiada Gunakaya, Logika Hukum,

    STHB Press, Bandung, 2013, hlm. 137-138)

  • Halaman 10 dari 27

    Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

    melalui sertifikasi kompetensi kerja.

    Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat pula

    diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman. Untuk melaksanakan sertifikasi

    kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang independen.

    Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang independen sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (4) dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 18 Undang-undang Ketenagakerjaan ini secara jelas mengatakan bahwa yang

    disertifikasi adalah “Tenaga Kerja”, sementara menurut Undang-undang Nomor

    18 Tahun 2003 Tentang Advokat, profesi Advokat adalah merupakan “Penegak

    Hukum” yang setara dengan Polisi, Jaksa, Hakim.

    Pensertifikasian advokat sebagai penegak hukum yang disumpah berdasarkan

    Undang-undang Advokat oleh lembaga yang didirikan oleh PP adalah merupakan

    pelecehan dan pendegradasian terhadap profesi Advokat sebagai “Officium Nobile”.

    Basik rasionalitas pensertifikasian advokat sebagaimana layaknya pekerja adalah

    merupakan interpretasi sesat (Fallacy) dalam bentuk kesesatan relevansi (Fallacy

    Of Relevance) atas hukum dan perundang-undangan. Karena secara filosofis

    “bagaimana mungkin jabatan profesi advokat yang sudah ribuan tahun diakui

    sebagai jabatan Officium Nobile akan disertifikasi oleh sebuah lembaga yang baru

    berdiri tiga belas tahun (setelah tahun 2003), dan bagaimana mungkin jabatan yang

    diemban oleh Advokat sebagai pekerjaan “Nobile (mulia)” disertifikasi oleh lembaga

    (BNSP) yang tidak pernah diakui sebagai lembaga mulia (Nobile). Sebuah jabatan

    “Nobile (mulia dan terhormat)” harus disumpah oleh yang “Yang Maha Mulia

    (The God Almighty)” yaitu Tuhan Yang Maha Esa, hal mana jika ditilik dari

    perspektif teori hukum kodrat irrasionil diwakili dan dilakoni oleh negara melalui

    kekuasaan Judikatif yaitu Ketua Pengadilan Tinggi sebagaimana diatur oleh Undang-

    undang Advokat.

    Standar Kompetensi Master Advokat (M.Ad)

    Di dalam Undang-undang telah diatur tentang standar kompetensi lulusan yang

    menjadi acuan dari lulusan Master Advokat (M.Ad), untuk mana standar kompetensi

    lulusan adalah merupakan sebuah kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan

    lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan yaitu penguasaan konsep, teori, metode,

    dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui

    penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja penstudi Master Advokat,

    penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran, dan

    keterampilan yaitu kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep,

    teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran,

    pengalaman kerja penstudi, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat

    yang terkait pembelajaran yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran

    lulusan yang diharapkan dari Master Advokat (M.Ad) yang lulusannya paling sedikit

    menguasai teori aplikasi bidang pengetahuan berkelanjutan dan keterampilan tertentu.

    Adapun Keterampilan sebagaimana dimaksud di atas, mencakup:

    a. Keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan kemampuan lulusan sesuai

    tingkat program dan jenis pendidikan tinggi; dan

    b. Keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program studi.

  • Halaman 11 dari 27

    Standar kompetensi lulusan Master Advokat (M.Ad). yang dinyatakan dalam

    rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan

    standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran,

    standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana pembelajaran,

    standar pengelolaan pembelajaran, dan standar pembiayaan pembelajaran yang

    nantinya diterapkan oleh PERADIN dan atau melalui lembaga pendidikan affiliasinya.

    Adapun standar yang akan diterapkan PERADIN dan atau lembaga pendidikan

    affiliasinya tersebut sebagaimana Pasal 4 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan

    Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan

    Tinggi, terdiri atas sebagai berikut:

    1. Standar kompetensi lulusan; 2. Standar isi pembelajaran; 3. Standar proses pembelajaran; 4. Standar penilaian pembelajaran; 5. Standar dosen dan tenaga kependidikan; 6. Standar sarana, prasarana pembelajaran; 7. Standar pengelolaan pembelajaran; 8. Standar pembiayaan pembelajaran.

    Kegiatan Kurikuler Master Advokat (M.Ad)

    Proses pembelajaran yang dilakukan oleh PERADIN dan atau lembaga pendidikan

    affiliasinya, akan dilakukan melalui kegiatan kurikuler yang sistematis dan terstruktur

    melalui berbagai mata kuliah dan dengan beban belajar yang terukur, yaitu melalui

    kegiatan kurikuler yang menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai

    dengan karakteristik mata kuliah bidang-bidang dalam Master Advokat (M.Ad)

    untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam matakuliah dalam

    rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

    Metode pembelajaran Master Advokat (M.Ad) yang akan dilakukan dalam

    pelaksanaan pembelajaran mata kuliah meliputi: diskusi kelompok, simulasi, studi

    kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis

    kasus, pembelajaran berbasis masalah, atau metode pembelajaran lain, yang dapat

    secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan Master Advokat

    (M.Ad), dengan satu atau gabungan metode dalam bentuk pembelajaran dapat berupa:

    a. Kuliah, b. Responsi dan Tutorial, c. Seminar d. Praktek.

    Master Advokat Sebagai Kongkritisasi Filosofi Officium Nobile.

    Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

    mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

    Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

    umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

    yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,25 dan salah

    satu cara untuk mencapai cita-cita konstitusi tersebut adalah dengan meningkatkan

    kemampuan advokat sehingga benar-benar menjadi advokat yang cerdas, mulia

    dan terhormat (Nobile) dalam menjalankan tugasnya (Officium) melalui jalur

    pendidikan berkelanjutan dan mampu berkompetisi di tingkat nasional maupun

    internasional.

    25 Konsiderans Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

  • Halaman 12 dari 27

    Sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945, Negara bertujuan mewujudkan tata kehidupan

    bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, tertib, dan berkeadilan, sangat memerlukan

    adanya Advokat-advokat yang handal, karena terbukti secara historis profesi Advokat

    sebagai sebuah profesi terhormat atau yang disebut dengan Officium Nobile telah

    menjadi salah satu pilar dalam menegakkan suppremasi hukum dan Hak Asasi

    Manusia sejak ribuan tahun yang lalu.

    Demikian juga halnya untuk menegakkan kekuasaan kehakiman yang bebas

    dari segala campur tangan dan pengaruh dari luar, sangat memerlukan profesi

    Advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, untuk terselenggaranya

    suatu peradilan yang jujur, adil, dan memiliki kepastian hukum bagi semua

    pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan, dan hak asasi

    manusia, dan Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab

    dalam menegakkan hukum, perlu dijamin dan dilindungi oleh Undang-undang demi

    terselenggaranya upaya penegakan supremasi hukum.

    Itu jugalah sebabnya, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

    1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

    Sistem Pendidikan Nasional, di mana di dalam konsideran Undang-undang Sistem

    Pendidikan Nasional yang mengatakan negara harus mampu menjamin pemerataan

    kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen

    pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan

    lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan

    secara terencana, terarah, dan berkesinambungan, yang dalam hal ini akan

    diselenggarakan oleh PERADIN dan atau lembaga pendidikan affiliasinya. Pada

    intinya pendidikan berkelanjutan Master Advokat (M.Ad.) ini adalah merupakan

    kongkritisasi filosofi Officium Nobile yang melekat dalam jabatan Advokat sehingga

    dapat dirasakan lebih membumi dalam menegakkan nilai-nilai keadilan, kepastian

    hukum, dan kemanfaatan secara profesional di dalam ruang lingkup hukum dan

    perundang-undangan nasional maupun internasional, sekaligus menghindari Advokat

    Indonesia kalah bersaing dengan masuknya Advokat-advokat asing yang akan

    merambah ke Indonesia efek globalisasi, maka PERADIN melalui program pendidikan

    hukum berkelanjutan Master Advokat (M.Ad) akan menjadikan Advokat Indonesia

    tetap menjadi tuan rumah dinegeri sendiri bahkan dapat berkiprah diluar negeri

    seperti yang diharapkan pemerintah, karena sebagaimana diketahui selama ini

    pemerintah masih menghadapi kesulitan untuk mendapatkan Advokat lokal yang

    handal (Master) dalam beracara di tingkat internasional misalnya dalam forum-

    forum arbitrase internasional. Pemerintah membutuhkan Advokat lokal yang piawai

    (Master) manakala ada gugatan melalui arbitrase. Dalam iklim investasi program

    pemerintah sekarang, potensi gugatan arbitrase internasional sangat besar, dan

    oleh karena itu pemerintah membutuhkan Advokat lokal yang handal (Master),

    karena walau sudah menggunakan Advokat lokal yang dianggap punya kualitas

    terbaik, tapi tetap saja untuk menghadapi gugatan di arbitrase Internasional Pemerintah

    masih memakai/meminta bantuan advokat dari luar negeri seperti yang dikeluhkan

    Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (MENKUMHAM).

  • Halaman 13 dari 27

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapatlah studi kelayakan (Feasibility

    Study) ini disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan hukum berkelanjutan

    Master Advokat (Master of Advocate) dengan gelarnya M.Ad yang akan dise

    lenggarakan PERADIN, merupakan program yang akan mendidik Advokat

    menjadi Master Advokat yang utama dan dapat memimpin orang lain dalam tugas

    dan fungsi, serta paling tinggi kepandaian dan kecakapannya dalam memberi jasa

    hukum, baik sebagai penasihat maupun membela perkara di dalam maupun di luar

    Pengadilan dalam tataran nasional dan internasional terutama dalam menghadapi

    Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan globalisasi. Master Advokat (M.Ad)

    adalah pendidikan dan gelar yang sesuai untuk advokat sebagaimana tuntutan

    perundang-undangan, dalam mengkongkritisasi nilai-nilai Officium Nobile didalam

    jabatan Advokat, dan bukan melalui sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi yang

    didirikan oleh Undang-undang Ketenagakerjaan. Maka oleh karena program Master

    Advokat (M.Ad) tersebut sudah sangat urgen untuk diselenggarakan sehingga

    mampu menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman serta

    meningkatnya tuntutan rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan ditengah

    masyarakat baik ditingkat nasional maupun internasional, dan yang selaras dengan

    Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, serta memenuhi kriteria

    yang ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan

    Tinggi, dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

    Nasional

  • Halaman 14 dari 27

    BACAAN PUSTAKA BUKU:

    Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Cetakan Ketiga, Citra Adityabakti,

    Bandung, 2006.

    Abdussalam & DPM Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007

    B.Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2009.

    Binzaid Kadafi, et all, Pembentukan Organisasi Advokat Indonesia: Keharusan

    atau Tantangan?, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia atas kerjasama

    dengan The Asia Foundation, Jakarta, 2004.

    Djoko Prakoso, Kedudukan Justisiabel di dalam KUHAP, Ghalia Indonesia :

    Jakarta, 1986.

    Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,

    Jakarta, 2008.

    Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

    Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1985.

    Widiada Gunakaya, Logika Hukum, STHB Press, Bandung, 2013.

    .........., Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka Harapan Baru, Bandung, 2014.

    JURNAL

    T. Mangaranap Sirait, “Urgensi Perluasan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

    Sebagai Manifestasi Pengejawantahan Konstitusi”, Jurnal Konstitusi, Volume 13,

    Nomor 3 September 2016.

    ATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    Undang-undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat,

    Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Undang-undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.

    Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015

    Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

    Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan

    Sertifikasi Usaha di bidang Pariwisata, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun

    2006 tentang Sistem Latihan Kerja Nasional.

    Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi

    Profesi (BNSP), dan PerMenakertrans No. PER.22/MEN/IX/2009.

    SUMBER LAINNYA:

    Hukum Online, Prof. Dr. Johannes Gunawan Ketua Tim Revitalisasi Kurikulum

    Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti yang mengatakan “mana mungkin ada Magister

    Advokat, advokat itukan profesi, sedangkan magister itu akademik”, tersedia di:

    http:hukum online.co/berita/baca, Dikti menilai Rencana Magister Advokat Salah

    Kaprah, diakses 29/10/2016.

    Hukum Online, Yasonna, Indonesia Masih Kekurangan Pengacara Andal, tersedia di:

    http://www.hukumonline. com/berita/baca/lt56acf1ce3f517 /menteri-yasonna--indonesia-

    masih-kekurangan-pengacara-andal, hukum online, 31 Januari 2016, diakses,

    6/11/2016.

  • Halaman 15 dari 27

    B. PROGRAM PENDIDIKAN HUKUM LANJUTAN

    MASTER ADVOKAT [M.Ad]

    LPAI PERADIN I. MUKADDIMAH

    Dalam rangka untuk meningkatkan mutu dan kemampuan Sumber Daya Manusia

    secara nasional, yang selaras dengan semakin meningkatnya perkembangan ilmu

    pengetahuan hukum dan tuntutan rasa keadilan serta harapan masyarakat terhadap

    para Pengemban Hukum, baik yang berprofesi Advokat pada khususnya, maupun

    yang berada di Instansi Pemerintah serta instansi Swasta pada umumnya, hal mana

    jika hanya berpedoman dan mengandalkan Teori Ilmu Hukum yang diperoleh

    selama kuliah, tentulah akan menghadapi kesulitan dan kendala-kendala karena

    keterbatasan pengalaman empirik maupun terbatasnya kemampuan teoritik sehingga

    belum (tidak) mampu menyelesaikan permasalahan hukum sebagaimana diharapkan

    masyarakat tersebut. Oleh karena itu perlu segera dicari jalan keluar atas hal dimaksud,

    yaitu berupa sarana dan prasarana pendidikan yang mumpuni menunjang penyele

    saian permasalahan kesenjangan tersebut.

    Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) memandang

    sangat mendesak (extrimely urgent) untuk turut serta memperpendek kesenjangan

    antara teori dan praktek yang menjadi kendala utama baik Para Advokat, Instansi

    Pemerintah serta Swasta yang ingin mengabdikan ilmunya sebagai pengemban hukum

    profesi Advokat yang dapat memenuhi kualifikasi unggul dalam memberikan

    pelayanan jasa hukum secara optimal bagi masyarakat.

    Sebagaimana diketahui perkembangan pembangunan hukum (law develop) yang

    begitu pesat memerlukan kemampuan teoritik maupun empirik ilmu hukum yang

    profesional, dan oleh karena itu Lembaga Pendidikan Advokat Indonesia selanjutnya

    disebut LPAI ini mutlak harus diselenggarakan Program Pendidikan Master Advokat

    [M.Ad], dan dengan ditopang oleh Dosen-dosen yang telah berpengalaman sebagai

    Akademisi pengemban hukum teoritis, dan Advokat, Jaksa, Hakim senior dan

    berdedikasi tinggi pengemban hukum praktis, akan dapat memberikan bekal kepada

    setiap peserta didik dan menjadi terampil menerapkan ilmu hukumnya.

    II. LANDASAN & DASAR : 1. Undang-undang Advokat Nomor 18 Tahun 2003; 2. Undang-undang Bantuan Hukum Nomor 16 Tahun 2011; 3. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003; 4. Undang-undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012 5. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Program Umum PERADIN; 6. Izin Dinas Pendidikan Nasional Pemerintah Prov.DKI Jakarta; 7. Hasil Rapat Kerja Nasional PERADIN 2016; 8. Surat Keputusan DPP PERADIN Nomor 11/SK/DPP-PERADIN/II/2017 tentang

    Penyelenggaraan Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat;

    9. Surat Keputusan LPAI No. : 001/LPAI-PERADIN/I/2017 tentang Pelaksanaan Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad];

  • Halaman 16 dari 27

    III. VISI dan MISI serta TUJUAN :

    Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad] berupaya

    menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian tinggi di bidang

    hukum dan Profesi Advokat hubungannya dengan kehidupan sosial budaya,

    dan teknologi untuk menghadapi Era Masyirakat Ekonomi Asia (MEA) dan

    Arus Globalisasi.

    1. Visi

    Menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan perkembangan zaman,

    ilmu dan teknologi dengan integritas kepribadian yang tinggi dicirikan

    dengan ketekunan serta keuletan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, bermoral luhur yang didasari oleh pengabdian pada profesi menjunjung

    tinggi kode etik profesi hukum serta mempunyai kebanggaan dan kecintaan

    terhadap organisasinya.

    Lulusan bermutu dicirikan oleh integritas kepribadian yang tinggi,

    keahlian Profesi Advokat dalam bidang hukum, kemampuan meneliti serta

    kemampuan menerapkan ilmunya dalam kehidupan masyarakat, kemampuan

    memelihara ilmu pengetahuan secara kompetitif dan komparatif serta

    kemampuan mempersiapkan diri untuk mengembangkan Profesi Advokat

    dan Pengetahuan Hukum.

    2. Misi

    a. Memberikan pendidikan hukum lanjutan bagi advokat, yang telah mengikuti matrikulasi dengan menyelenggarakan kegiatan pendidikan

    jenjang Master Advokat [M.Ad] dalam suasana akademik dan menjunjung

    tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan mencerminkan masyarakat ilmiah

    yang terdidik;

    b. Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan hukum lanjutan Master Advokat [M.Ad] berdasarkan prosedur yang rasional, transparan, baku

    dengan prinsip akuntabilitas;

    c. Menyelenggarakan proses pendidikan hukum lanjutan Master Advokat [M.Ad] yang efektif dan efisien dalam rangka menghasilkan lulusan yang

    bermutu/berkeahlian tinggi di bidang profesi advokat dan hubungannya

    dengan kehidupan sosial budaya, ekonomi dan teknologi yang berciri-

    kan profesionalisme;

    d. Mengembangkan gagasan-gagasan baru sebagai sumbagsih bagi perkem-bangan dunia Profesi Advokat dan Ilmu Hukum yang berbudi luhur;

    3. Tujuan

    a. Tujuan umum

    1) Menghasilkan lulusan Master Advokat [M.Ad] yang berjiwa pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi;

    2) Menghasilkan lulusan Master Advokat [M.Ad] yang bersifat terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan

    teknologi maupun masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya

    yang berkaitan dengan keahliannya;

  • Halaman 17 dari 27

    3) Menghasilkan lulusan Master Advokat [M.Ad] yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan profesi dengan jalan penelitian

    dan pengembangan;

    b. Tujuan Khusus

    Memberikan pendidikan hukum lanjutan, agar lulusannya dapat

    menunjukkan kemampuan yang kuat untuk kemudian mengem-

    bangkan keahliannya dalam berbagai bidang ilmu hukum khususnya

    Profesi Advokat.

    Memperdalam ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan

    tentang prinsip-prinsip dan teori ilmu hukum dan profesi advokat

    serta memperoleh kemampuan spesialisasi yang diinginkan.

    Dapat mengembangkan ilmunya pada masyarakat secara optimal.

    Melakukan penelitian-penelitian, memahami teori dan metodologi

    ilmu hukum sebagai pendekatan dalam menghadapi berbagai

    permasalahan hukum.

    Menjadi pendorong pembaharuan hukum dan mengedepankan hukum

    dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, dan

    Mengimplementasikan Ilmu Hukum yang dimilikinya pada pelak-

    sanaan tugas sehari-hari sebagai :

    a. Advokat yang berkepribadian baik dan berwatak luhur. b. Advokat yang mempunyai Kredibilitas Tinggi yang profesional. c. Advokat yang mempunyai pengabdian tinggi terhadap profesinya. d. Advokat yang mampu menangani persoalan hukum di tengah masyarakat.

    4. Administrasi

    1. Ketentuan calon mahasiswa baru :

    a. Advokat telah memenuhi persyaratan Undang-undang Advokat Nomor 18 Tahun 2003.

    b. Peserta dari luar negeri (asing) berlaku ketentuan bahwa yang bersangkutan menguasai bahasa Indonesia dan memperoleh izin

    dari Organisasi Advokat.

    c. Calon mahasiswa yang telah mengikuti pendidikan Magister Ilmu Hukum dapat menjadi peserta dengan syarat mengikuti beberapa

    mata kuliah matrikulasi yang telah ditentukan oleh program studi.

    2. Tes masuk

    Penerimaan mahasiswa melalui seleksi yang terdiri dari:

    a. Memenuhi persyaratan yang ditentukan Program Studi.

    b. Ujian tertulis pengetahuan umum.

    c. Ujian tertulis pengetahuan huku.

    d. Tulisan/naskah karangan ilmiah hukum (20 halaman kwarto diketik 2 spasi).

    3. Registrasi Peserta yang telah dinyatakan lulus ujian seleksi diharuskan mendaftar

    ulang ke sekretariat dengan menyerahkan formulir pendaftaran yang

    telah diisi dengan lengkap disertakan dengan :

    .

  • Halaman 18 dari 27

    - S.K. Advokat yang bersangkutan; - foto copy ijazah dan transkrip nilai S1 yang dilegalisir masing-

    masing sebanyak 3 lembar;

    - daftar riwayat hidup; - pas foto hitam putih ukuran 4 x 6 dan 2 x 3 masing-masing 4 lembar; - foto copy KTP sebanyak 1 lembar; Setiap awal semester baru tiap mahasiswa wajib melakukan registrasi

    ulang dengan membayar uang registrasi dan mengisi formulir registrasi

    di Sekretariat;

    IV. KURIKULUM

    1. Distribusi Mata Kuliah Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad] :

    1. Teori Hukum;

    2. Filsafat Hukum

    3. Sosiologi Hukum

    4. Sejarah Hukum

    5. Politik Hukum

    6. Metodologi Penelitian Hukum

    7. Hukum Bisnis

    8. Hukum Pidana Umum

    9. Hukum Pidana Khusus

    10. Hukum Perdata Umum

    11. Hukum Perdata Khusus

    12. Arbitrase

    13. Teknik Praktek Advokat

    14. Implementasi Hukum Pidana

    15. Implementasi Hukum Perdata

    16. Seminar Proposal (Penelitian Hukum)

    17. Tesis

    2. Deskripsi Mata Kuliah Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad] :

    SEMESTER-1 :

    1. Teori Hukum (2 SKS) Melalui pembacaan dan diskusi yang intensif, seminar, teori hukum akan

    mendalami topik-topik antara lain hukum di masyarakat, teori hukum dan

    filsafat hukum di Indonesia, peranan hukum di Indonesia, teori hukum di

    Indonesia, peranan hukum sipil di Indonesia, prospek perkembangan

    hukum di masa depan, dan yang terakhir ini akan diteliti pula teori-teori

    hukum yang berkembangan di Negara-negara lain.

    2. Sejarah Hukum (2 SKS) Tujuan mata kuliah sejarah hukum adalah memberikan dasar sejarah

    dalam usaha memperdalam ilmu hukum. Untuk itu perlu diekspose suatu

    panorama singkat mengenai perkembangan kehidupan kehidupan hukum

    (rechtsleven) dalam sejarah Indonesia dari masa pra sejarah hingga kini.

    Walaupun pengetahuan di bidang ini boleh dikatakan tidak lengkap, bahkan

    boleh dikatakan fragmentasi, namun dapat diuraikan apa yang tercapai melalui

    berbagai disiplin, terutama dalam apa yang disebut “ Indonesian Studies”.

    3. Filsafat Hukum (2 SKS) Umumnya mata kuliah filsafat hukum diajarkan secara pasif dengn meninjau

    ajaran-ajaran filsafat hukum sebagaimana terdapat di negara-negara Barat.

    Di Program Pascasarjana matakuliah filsafat lanjutan akan bertitik tolak

    pada suatu asumsi bahwa para peserta telah sedikit banyak mengetahui

    ajaran-ajaran tersebut. meninjau ajaran-ajaran tentang filsafat hukum di

    dunia yang ada sekarang baik dari barat, maupun dari Amerika Latin, Timur

    Tengah dan asia, dan menafsirkan secara konkrit penerapannya dalam

  • Halaman 19 dari 27

    masyarakat Indonesia sejak orang-orang barat pertama kali mengin-akkan

    kakinya di bumi Indonesia berdasarkan ajaran-ajaran yang ada atau yang

    mempengaruhi keadaan pembangunan di Indonesia masa kini (terutama

    pembangunan Ekonomi) dan mencari jalan keluar hukum (legal way out)

    apabila dalam proses pembangunan tersebut tercermin hambatan-hambatan.

    4. Sosiologi Hukum (2 SKS) Mempelajari, mendeskripsi dan menganalisis lingkungan sosial dimana

    hukum berlaku, melakukan analisa terhadap hubungan antara hukum dengan

    gejala hukum lainnya dalam masyarakat. Mempelajari tentang pemahaman

    mengenai efektifitas hukum.

    Deskripsi analitis mengenai suatu sistem kemasyarakatan dan sub sistem

    yang ada dengan segala permasalahannya. Selanjutnya diberikan suatu

    ulasan mengenai hubungan antara hukum dengan struktur sosial dan

    proses sosial yang dikaitkan dengan efektifitas hukum dalam masyarakat.

    5. Politik Hukum (2 SKS) Permasalahan Politik Hukum, kuantitas peraturan, spesialisasi peraturan,

    pertingkatan peraturan, sistematik peraturan, bahasa hukum, adagium-

    adagium hukum, pokok-pokok pengarahan politik hukum di dalam UUD

    1945, sistem hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis, sistem

    UUD bidang pengaturan dan undang-undang sebagai penjabaran UUD

    (hukum neraga hukum tertulis).

    6. Metode Penelitian Hukum (2 SKS) Penambahan materi kuliah metode penelitian hukum meliputi langkah-langkah

    persiapan untuk penelitian tesis, menyususn rumusan masalah, membuat

    kerangka tesis dan kerangka konseptual, metode yang digunakan dari

    penelitian, teknik pengumpulan data, pengukuran dan mendiskusikan proposal.

    SEMESTER-2 :

    7. Hukum Bisnis (4 SKS) Mempelajari tentang prospek hukum deregulasi ekonomi, realitas dasar hukum

    ekonomi, deregulasi sebagai pranata hukum, aspek-aspek hukum tentang

    joint venture dan perkembangan Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

    8. Hukum Pidana Umum (2 SKS) Mempelajari secara mendalam dan komprehensif tentang hukum pidana

    umum, membahas masalah-masalah penegakan hukum pidana, kebijakan

    penegakan hukum pidana, tahap formulasi, aplikasi dan eksekusi pene-

    gakan hukum pidana dan kajian Rancangan Undang-Undang KUHP baru.

    9. Hukum Pidana Khusus (4 SKS) Mempelajari secara mendalam dan komprehensif tentang ketentuan hukum

    pidana di luar KUHP, eksistensi KUHP terhadap bentuk-bentuk kejahatan

    kontemporer. Membahas pengertian dan ruang lingkup kejahatan kontem-

    porer, sejarah perkembangan pengaturan tindak pidana di luar KUHP,

    karakteristik kejahatan kontemporer, kebijakan kriminal penanggulangan

    kejahatan kontemporer dan kajian bentuk-bentuk tindak pidana khusus

    (korupsi, money loundring, illegal loging dan kejahatan kontemporer lainnya);

    10. Hukum Perdata Umum (2 SKS) Membahas ruang lingkup pengaturan kepentingan perseorangan yang

    berkaitan dengan hukum benda, hukum perikatan, hukum pewarisan dan

    hukum pembuktian dan daluwarsa.

  • Halaman 20 dari 27

    11. Hukum Perdata Khusus (4 SKS) Membahas hubungan hukum keperdataan yang terletak dalam dunia perni-

    agaan dengan memahami tujuan pengaturan dan perkembangan hukum

    positif tentang hukum perusahaan di Indonesia, hukum investasi, regulasi

    dan implementasi tentang perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan

    membahas mengenai pengaturan dan pengawasan bank serta prinsip-prinsip

    dalam perbankan.

    12. Arbitrase (2 SKS) Membahas aspek-aspek hukum penyelesaian suatu sengketa di luar pera-

    dilan umum, tugas arbiter, mendalami model-model penyelesaian arbitrase,

    kekuatan mengikat dan akibat hukum putusan arbitrase, Mahkamah Arbitrase

    Internasional.

    SEMESTER-3 :

    13. Teknik Praktek Advokat (4 SKS) Mendalami praktek Advokat secara komprehensif, mahir menggunakan

    teori aplikatif dan prinsip hukum terkait penyusunan dokumen hukum

    persidangan, memberikan kemampuan analisis serta kritisasi dalam menja-

    lankan profesi Advokat pada semua kompetensi peradilan di Indonesia.

    14. Implementasi Hukum Pidana (2 SKS) Membahas pengertian dan ruang lingkup penerapan hukum pidana (straf-

    baarfeit), aspek-aspek penerapan hukum pidana dan penyelenggaraan peradilan

    pidana, peradilan pidana sebagai suatu sistem, sub-subsistem peradilan

    pidana, model-model peradilan pidana (crime control model dan due process

    model) dan sistem peradilan pidana dalam penerapannya.

    15. Implementasi Hukum Perdata (2 SKS) Membahas pengertian dan ruang lingkup penerapan hukum perdata, aspek-

    aspek penerapan hukum perdata dan penyelenggaraan peradilan pidana,

    peradilan pidana sebagai suatu sistem, sub-subsistem peradilan pidana,

    model-model peradilan pidana (crime control model dan due process model)

    dan sistem peradilan pidana dalam penerapannya.

    SEMESTER-4 :

    16. Seminar Proposal Penelitian Hukum (2 SKS) Materi Seminar Seminar Usulan Penelitian Tugas Akhir dan Penulisan Tugas

    Akhir didasarkan pada minat mahasiswa dengan memperhatikan konsentrasi

    yang telah diambilnya.

    17. TESIS (4 SKS) Program Master Advokat [M.Ad] diselesaikan dengan karya ilmiah akhir

    yang dibuat mahasiswa berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan

    metoede dan kaidah keilmuan yang berlaku.

    3. MATERI POKOK PERKULIAHAN PROGRAM PENDIDIKAN HUKUM LANJUTAN MASTER ADVOKAT [M.Ad] :

    1. IMPLEMENTASI HUKUM PIDANA :

    a. Teknik Penyidikan. b. Teknik Penuntutan. c. Teknik Pembuktian Hukum Pidana. d. Teknik Menyusun Pembelaan (Pledoi). e. Upaya Hukum Terhadap Putusan. f. Studi Kasus.

  • Halaman 21 dari 27

    2. IMPLEMENTASI HUKUM PERDATA :

    a. Teknik Menyusun Gugatan dan Intervensi. b. Teknik Membuat Jawaban/Konklusi. c. Teknik Hukum Pembuktian Perdata. d. Teknik Membuat Putusan dan Penetapan. e. Upaya Hukum Terhadap Putusan. f. Studi Kasus.

    3. PERADILAN MILITER : a. Teknik Penyidikan. b. Teknik Penuntutan. c. Teknik Menyusun Pembelaan (Pledoi) d. Upaya Hukum Terhadap Putusan. e. Studi Kasus.

    4. PERADILAN ANAK : a. Teknik Penyidikan Kasus Anak. b. Teknik Penuntutan Khusus Anak. c. Teknik Menyusun Pembelaan (Pledoi). d. Upaya Hukum Terhadap Putusan. e. Studi Kasus.

    5. PERADILAN TATA USAHA NEGARA : a. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara. b. Menyusun Gugatan. c. Membuat Jawaban/Konklusi. d. Upaya Hukum Terhadap Putusan. e. Studi Kasus.

    6. PERADILAN NIAGA : a. Kompetensi Pengadilan Niaga. b. Permohonan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. c. Membuat Jawaban/Konklusi. d. Upaya Hukum terhadap Putusan. e. Studi Kasus.

    7. PERADILAN AGAMA :

    a. Kompetensi Peradilan Agama.

    b. Menyusun Permohonan dan Gugatan Perceraian.

    c. Membuat Jawaban/Konklusi.

    d. Upaya Hukum terhadap Putusan.

    e. Studi Kasus.

    8. PERADILAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

    a. Teknik Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

    b. Wewenang Pegawai Mediator KEMNAKER.

    c. Sidang Penyelesaian oleh Mediator.

    d. Sidang Lembaga Penyelesaian Perselisihan Industrial.

    9. PERADILAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN

    a. Kompetensi Pengadilan Pajak

    b. Menyusun Keberatan, Banding dan Gugatan atas Ketetapan Pajak

    c. Membuat Jawaban/Konklusi.

    d. Upaya Hukum terhadap Putusan.

    e. Studi Kasus.

  • Halaman 22 dari 27

    10. PERADILAN HAK ASASI MANUSIA

    a. Sejarah Pembentukan Pengadilan H.A.M.

    b. Kompetensi Pengadilan H.A.M.

    c. Hukum Acara Pengadilan H.A.M.

    d. Studi Kasus.

    11. PERADILAN PERIKANAN a. Sejarah Pembentukan Pengadilan Perikanan. b. Kompetensi Pengadilan Perikanan. c. Hukum Acara Pengadilan Perikanan. d. Studi Kasus.

    12. PERADILAN PIDANA INTERNASIONAL a. Sejarah Pembentukan Mahkamah Pidana Internasional. b. Kompetensi Mahkamah Pidana Internasional. c. Hukum Acara Mahkamah Pidana Internasional d. Studi Kasus.

    13. MAHKAMAH KONSTITUSI a. Sejarah Pengujian Undang-undang. b. Menyusun Permohonan. c. Membuat Jawaban/Konklusi. d. Studi Kasus.

    14. HUKUM KEMARITIMAN a. Dasar Hukum Maritim. b. Sejarah Pembentukan Mahkamah Pelayaran. c. Kompetensi Mahkamah Pelayaran. d. Hukum Acara Mahkamah Pelayaran. e. Studi Kasus.

    15. ALTERNATIF PENYELESAIAN PERSELISIHAN SENGKETA a. Kompetensi Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). b. Menyusun Gugatan. c. Membuat Jawaban/Konklusi. d. Upaya Hukum terhadap Putusan. e. Studi Kasus.

    16. ETIKA PROFESI HUKUM a. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. b. Standar Minimum Profesi Jaksa. c. Kode Etik Profesi Kepolisian. d. Kode Etik Profesi Advokat.

    17. TEKNIK PRAKTEK ADVOKAT a. Dasar Hukum tentang Advokat. b. Fungsi dan Peranan Advokat. c. Etika Profesi Advokat.

    18. MANAJEMEN ADVOKASI : a. Dasar Hukum Organisasi Advokat. b. Regulasi Bantuan Hukum. c. Teknik Administrasi dan Keuangan Advokat. d. Sistem Operasi Advokat. e. Sumber Daya dan Anggaran Advokat. f. Organisasi dan Sistem Pengorganisasian Advokat.

  • Halaman 23 dari 27

    3. Ketentuan Akademik

    1. Masa Pendidikan

    Masa Pendidikan pada Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat

    [M.Ad] adalah minimal 4 semester (2 tahun) dan maksimal adalah 10 semester

    (5 tahun)

    2. Sistem Evaluasi

    a. Ujian Tengah Semester

    Pada setiap pertengahan semester diadakan ujian, yang waktunya akan diten

    tukan oleh program Magister Ilmu Hukum sesuai dengan kalender akademik.

    Ujian Tengah Semester dapat dituangkan dalam berbagai bentuk dosen yang

    bersangkutan.

    Nilai Ujian Tengah Semester diperhitungkan sebagai komponen lain dalam

    mengevaluasi keberhasilan studi mahasiswa.

    b. Ujian Akhir Semester

    Rangkaian Ujian Akhir Semester yang ditetapkan, mencakup pengeahuan

    disiplin dasar, fungsional, integratif, kekhususan dan motodologi sesuai

    dengan distribusi mata kuliah per semester, dengan kententuan sebagai

    berikut :

    Pada setiap akhir semester diadakan ujian, yang waktunya akan ditenukan

    oleh Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad] sesuai

    dengan kalender Akademik.

    Ujian Akhir Semester dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang teknis

    pelaksanaanya diserahkan sepenuhnya pada dosen yang bersangkutan.

    Nilai Ujian Akhir Semester diperhitungkan sebagai komponen lain dalam

    mengevaluasi keberhasilan studi mahasiswa.

    Pedomen penilaian Ujian Akhir Semester adalah sebagai berikut :

    91 - 100 = A+

    80 - 90 = A

    76 - 79 = B+

    70 - 75 = B

    66 - 69 = C+

    60 - 65 = C

    40 - 59 = D

    0 - 39 = E

    c. Ujian Tesis Ujian Tesis dilakukan secara terbuka dan dipimpin oleh Ketua Program

    Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad] atau yang mewakilinya.

    Penilaian Ujian meliputi :

    a. Isi dan bobot tesis; b. Penyajian isi tesis secara lisan; c. Kemampuan mempertahankan isi tesis; d. Kemampuan mempertahankan isi tesis; e. Kemampuan menjawab pertanyaan.

    Panitia penguji tesis terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyak

    banyaknya lima orang.

  • Halaman 24 dari 27

    Penguji teis adalah mereka yang bergelar sekurang-kurangnya Magister

    dan atau Master Advokat dengan kepangkatan Lektor atau mereka yang

    dalam lingkungan Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat

    [M.Ad] dipandang menguasai bidang lainnya dan pelaksanaanya dikaitkan

    dengan jabatan akademik.

    Pedoman penilaian ujian tesis adalah sebagai berikut :

    3.76 s.d. 4.00 = A+

    3.60 s.d. 3.75 = A

    3.25 s.d. 3.59 = B+

    3.00 s.d. 3.24 = B

    2.50 s.d. 2.99 = C+

    2.00 s.d. 2.49 = C

    1.00 s.d. 1.99 = D

    0.00 s.d. 0.99 = E

    d. Cuti Kuliah Syarat Cuti Kuliah

    Mahasiswa telah mengikuti kuliah minimal 2 semester.

    Cuti dapat dikabulkan jika alasannya adalah sakit, tugas dari instansi atau

    hal lain dengan dokumen pendukung. cuti kuliah hanya dapat dilakukan

    paling banyak selama 2 semester.

    Prosedur Pengajuan Cuti

    Mahasiswa mengajukan surat permohonan cuti kepada Ketua Program

    disertai dengan alasan dan dokumen pendukungnya pada awal semester.

    etelah disetujui oleh Ketua Program maka akan dibuatkan Surat Keputusan

    tentang Cuti Akademik untuk satu semester oleh Program Pendidikan

    Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad]. Jika mahasiswa akan cuti untuk

    2 semester maka mahasiswa yang bersangkutan harus melaksanakan

    prosedur seperti di atas. Mahasiswa yang mengajukan cuti harus telah melunasi

    semua beban administrasi atau keuangan pada semester sebelumnya

    Masa berlakunya Cuti Kulia

    Cuti kuliah hanya boleh dilakukan sebanyak 2 semester. Tiap Surat Kepu-

    tusan tentang cuti akademik hanya berlaku untuk satu semester dan jika

    mahasiswa tersebut ingin melakukan cuti selama 2 semester maka permo-

    honan cuti harus diajukan lagi untuk diproses lebih lanjut.

    Hak dan Kewajiban

    Mahasiswa yang mengambil cuti akademik tidak memperoleh hak-haknya

    seperti mahasiswa yang sedang aktif kuliah. Kewajiban mahasiswa yang

    mengambil cuti akademik adalah harus membayar uang kuliah sebesar

    10% dari uang kuliah yang berlaku pada semester tersebut.

    Putus Kuliah

    Mahasiswa yang mengalami putus kuliah (drop out) tidak akan mendapatkan

    tanda bukti apapun kecuali surat keterangan pernah kuliah pada Program

    Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad]. Mahasiswa yang telah

    berhenti dan tiba-tiba ingin melanjutkan kuliah lagi harus mengajukan

    surat permohonan aktif kembali dan mengikuti semua keten-tuan yang ada

    pada semester yang sedang berjalan.

  • Halaman 25 dari 27

    3. Sumber Daya Manusia

    1. Pimpinan dan Staf

    1. Pembina I : Advokat Ropaun Rambe 2. Pembina II : Advokat Budiman B. Sagala 3. Ketua Program Studi : Dr. Moh. Toha, SH, MH 4. Wakil Ketua Program Studi : Dr. Syamsudin M. Sinaga, SH, MH 5. Koordinator Pengajar : Cand. Dr. Hendrizoni, SH, MH 6. Koordinator Lit.Bang : Dr. T. Mangaranap S., SH, MH 7. Ka. Bid. Litigasi & Non Litigasi : Dr. ATH Puji Wahono, SH, MHum 8. Ka. Bid. Akademik/Kemahasiswaan : Dr. AM. Mendrofa, SH, MH 9. Ka. Bid. Lit.Bang : Dr. Yahman, SH, MH 10. Ka. Bag. Administrasi/Keuangan : Nauli Jhansen Rambe, SH 11. Ka. Bag. Akademi/Kemahasiswaan : Gito Indrianto Rambe, SH 12. Ka. Bag. Personalia & Umum : Halim Yeverson Rambe, SH 13. Ka. Bag. Tata Usaha : Tandry Laksana Darisman, SH

    2. Tenaga Pengajar :

    1. Prof. Dr. Erman Rajagukguk,SH.MH 2. Dr. Syamsuddin Manan Sinaga,SH.MH 3. Dr. Tolkah,SH.MH 4. Dr. A.Th.Pudjiwahono,SH.MH 5. Dr. Yahman,SH.MH 6. Dr. A.M.Mendrofa,SH.MH 7. Dr. Syahlan,SHMH 8. Dr.H. Sirajuddin Sailellah,SH.MHI 9. Dr. Hj. Sri Tutatiek,SH.M.Hum 10. Denny Ocvannes Mulder,SH.MH 11. Syamsul Ma’arif,SH.MH

    12. Advoakat Ropaun Rambe 13. Advokat Budiman B.Sagala,SH.MH 14. Stevanus Kusame,SH.MH 15. Erlin C.Sugiarti,SH.MH 16. Rustam Effendi,SH.MH 17. Subagyo Sri Utomo,SH.MH 18. Drs. Basuki, SH., MH., CLa 19. Dwi Seno Wijanarko,SH.MH 20. K.R.H. Badri, SH., MH 21. Drs.Sumaji,SH.MH 22. Gatot Efrianto,SH.MH

    2. Sarana dan Prasarana

    1. Gedung Perkuliahan

    Perkuliahan dilaksanakan di Kampus LPAI Jakarta, Jalan Daan Mogot

    No.19-C Grogol Jakarta Barat. Ruang kuliah ber AC, bangku dan

    meja yang nyaman, dilengkapi dengan OHP & LCD serta tempat

    parkir yang luas.

    2. Perpustakaan

    Mahasiswa dapat menggunakan fasilitas perpustakaan yang disediakan

    oleh Program Pendidikan Hukum Lanjutan Master Advokat [M.Ad] ;

    Dikeluarkan di : Jakarta

    Pada tanggal : 16 Januari 2017

    LEMBAGA PENDIDIKAN ADVOKAT INDONESIA

    ADVOKAT ROPAUN RAMBE

    Pembina ADVOKAT BUDIMAN B. SAGALA, SH., MH

    Ketua

  • Halaman 26 dari 27

    D. HISTORIS LPAI – PERADIN

    3. LEMDIKLAD IKADIN

    Melalui sejarah panjang tentang Organisasi Advokat, belum ada referensi pustaka

    (untuk tidak mengatakan tidak ada) yang memposisikan organisasi advokat

    menggagas tentang pentingnya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan advokat,

    namun IKADIN-lah yang tercatat pertama kali menginisiasi tentang hal itu

    sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar, Peraturan Rumah Tangga dan Program

    Kerja-nya tahun 1995-2000, dengan maksud dan tujuan agar setiap para calon

    Sarjana Hukum yang berminat menjadi Advokat mempunyai kredibilitas tinggi

    terhadap profesinya, mempunyai pengabdian tinggi terhadap profesinya, mampu

    menangani persoalan hukum di tengah masyarakat serta berkepribadian yang baik

    dan berwatak luhur.

    Sehingga untuk terlaksananya maksud dan tujuan P