DAFTAR ISI 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG … fileii daftar isi 1. peraturan daerah kabupaten...
Transcript of DAFTAR ISI 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG … fileii daftar isi 1. peraturan daerah kabupaten...
ii
DAFTAR ISI
1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN SOSIAL PELAKU USAHA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN .................................... 1
2. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN (MINI MARKET) DAN KEMITRAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH ......................................... 17
3. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN ANGGARAN 2015 ..................................................... 38
4. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 .................................................... 49
5. PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA ........................................ 62
6. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 .................................................................. 79
7. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA ............................................. 89
8. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA .... 110
1
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2016
TENTANG
KEWAJIBAN SOSIAL PELAKU USAHA DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA,
Menimbang :
a. bahwa pelaku usaha merupakan kekuatan sosial yang potensial secara ekonomi untuk mendorong perubahan masyarakat disekitarnya, mendukung pembangunan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa untuk mendayagunakan potensi sosial ekonomi perusahaan di luar tujuan utamanya mengelola ekonomi perusahaan dan mendapatkan keuntungan, dipandang perlu memberikan peran dalam bentuk kewajiban sosial kepada masyarakat untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dan lingkungan sekitar;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara tentang Kewajiban Sosial Pelaku Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan.
2
Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1956 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja Dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 89,
3
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
KEWAJIBAN SOSIAL PELAKU USAHA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lampung
Utara. 3. Bupati adalah Bupati Lampung Utara. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Utara.
5. Kewajiban SosiaL Pelaku Usaha yang selanjutnya disingkat KSPU adalah Kewajiban Pelaku Usaha untuk mengambil tindakan yang melindungi masyarakat, sebagai bagian keseluruhan kepentingan Pelaku Usaha dalam
4
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan setempat maupun masyarakat pada umumnya.
6. Pelaku Usaha adalah Badan Usaha berbadan hukum yang bergerak dalam suatu bidang usaha atau lebih, didirikan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan maupun perjanjian yang melakukan kegiatan usaha dengan mengunakan modal serta bertujuan memperoleh keuntungan usaha bergerak dalam kegiatan bidang perekonomian, meliputi perindustrian, perdagangan, jasa dan pembiayaan.
7. Forum KSPU yang selanjutnya disingkat FKSPU adalah wadah beberapa Pelaku Usaha yang melaksanakan program KSPU bersama beberapa komponen lainnya untuk melakukan kordinasi, komunikasi, konsultasi dan evaluasi penyelenggaraan KSPU.
8. Penyelenggaraan KSPU meliputi serangkaian kegiatan pendataan perusahaan, penyusunan program/kegiatan, penghimpunan dan pendistribusian dana kewajiban sosial dan lingkungan.
9. Masyarakat setempat adalah penduduk yang berada di sekitar Lingkungan Pelaku Usaha dalam wilayah Kabupaten Lampung Utara.
10. Pembiayaan merupakan dana yang didapat dari keuntungan bersih perusahaan yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara sebagai bentuk tanggung jawab sosial Pelaku Usaha.
BAB II RUANG LINGKUP, ASAS DAN TUJUAN
Bagian Kesatu Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Ruang lingkup Peraturan Daerah ini tentang KSPU dalam pemberdayaan masyarakat dan lingkungan meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan di daerah dalam pelaksanaan kewajiban sosial pelaku usaha.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam daerah atau kawasan terutama yang secara langsung menerima dampak atas kegiatan operasional pelaku usaha.
5
Bagian Kedua Asas dan Tujuan
Pasal 3 Penyelenggaraan KSPU dilakukan berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. keadilan; c. kemanfaatan; d. kemitraan; e. partisipatif; f. akuntabilitas; g. keterbukaan; h. keberdayaan; i. berkelanjutan; j. berwawasan lingkungan; dan k. kemandirian.
Pasal 4 Tujuan penyelenggaraan KSPU adalah:
a. memberikan landasan hukum penyelenggaraan KSPU di Kabupaten Lampung Utara;
b. memberi pedoman bagi pelaku usaha, masyarakat sasaran KSPU dan stakeholder terkait koordinasi penyelenggaraan KSPU;
c. terpenuhinya penyelenggaraan kewajiban sosial perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum bagi pelaku usaha dalam pelaksanaan kewajiban sosial pelaku usaha secara terpadu dan berdaya guna; dan
e. memberikan apresiasi kepada pelaku usaha yang telah melaksanakan kewajiban sosialnya.
BAB III
PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN SOSIAL PELAKU USAHA
Bagian Kesatu
Umum
6
Pasal 5
Pelaku usaha berbadan hukum yang menjalankan usahanya baik yang berdampak maupun tidak berdampak di masyarakat mempunyai kewajiban sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Pasal 6
(1) Penyelengggaraan KSPU ditujukan kepada: a. perseorangan b. keluarga, c. kelompok, dan/atau d. masyarakat.
(2) Penyelenggaraan KSPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria sebagai berikut: a. ketidakberdayaan sosial ekonomi; dan b. ketidakberdayaan fungsi lingkungan alam dan budaya.
(3) Penyelenggaraan KSPU sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi: a. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; b. pengembangan dan pemberdayaan ekonomi
kemasyarakatan; dan c. Pemeliharaan kelestarian lingkungan alam dan budaya.
Bagian Kedua
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 7
(1) Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a dimaksudkan untuk: a. memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri;
7
b. meningkatkan peran serta lembaga atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat.
(2) Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. peningkatan kemauan, kemampuan dan keterampilan; b. penggalian potensi dan sumber daya; c. penggalian nilai-nilai dasar; d. advokasi masyarakat; e. pembinaan kesadaran, ketertiban dan keharmonisan
masyarakat; f. penataan lingkungan; dan g. bimbingan berkelanjutan.
Bagian Ketiga Pengembangan dan Pemberdayaan Ekonomi Kemasyarakatan
Pasal 8
Pengembangan dan pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b dilakukan dalam bentuk: a. penyuluhan dan bimbingan sosial; b. pelatihan keterampilan; c. pendampingan; d. pemberian stimulan modal, peralatan usaha dan tempat
usaha; e. peningkatan akses pemasaran hasil usaha; dan f. penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha.
Bagian Keempat Pemeliharaan Kelestarian Lingkungan Alam dan Budaya
Pasal 9
Pemeliharaan kelestarian lingkungan alam dan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf c dilakukan dalam bentuk: a. penyuluhan dan bimbingan sosial; b. pelatihan ketrampilan;
8
c. penguatan kelembagaan masyarakat; d. kemitraan dan penggalangan dana; dan/atau e. pemberian dan/atau penanaman tanaman penyangga
maupun tanaman produktif.
Pasal 10
Dalam melaksanakan KSPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8, pelaku usaha wajib: a. menyusun perencanaan dan melaksanakan program/kegiatan
KSPU sesuai dengan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial pelaku usaha, dengan memperhatikan kebijakan Pemerintah Daerah dan peraturan perundangan yang berlaku;
b. menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan sistem jejaring kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain serta melaksanakan kajian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan KSPU dengan memperhatikan kepentingan pelaku usaha, Pemerintah Daerah, masyarakat dan kelestarian lingkungan; dan
c. menetapkan bahwa KSPU adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kebijakan manajemen maupun program pengembangan pelaku usaha.
BAB IV
PENGANGGARAN KSPU
Pasal 11
(1) Penganggaran penyelenggaraan KSPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf c dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan/pelaku usaha.
(2) Penganggaran KSPU dengan memperhatikan asas keadilan dan kemanfaatan.
BAB V
FKSPU DAN TIM FASILITASI
Bagian Kesatu Umum
9
Pasal 12 (1) Untuk efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan FKSPU
dalam memacu pemberdayaan masyarakat untuk mencapai kesejahateraannya, Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi terbentuknya FKSPU.
(2) Pembentukan FKSPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Pemerintah Daerah.
Pasal 13
FKSPU berwajiban menyusun dan menyampaikan rencana program/kegiatan FKSPU kepada Pemerintah Daerah.
Pasal 14
Dalam menyusun rencana program/kegiatan FKSPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, pelaku usaha dapat melibatkan peran serta masyarakat.
Bagian Kedua Kewenangan Forum
Pasal 15
(1) FKSPU ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati untuk
jangka waktu 2 (dua) tahun. (2) FKSPU memiliki fungsi:
a. melakukan sosialisasi mengenai kewajiban sosial pelaku usaha kepada pelaku usaha yang menjalankan usahanya di Kabupaten Lampung Utara;
b. memfasilitasi pelaku usaha yang memiliki kewajiban sosial untuk melaksanakan peran sosial dalam mengaktualisasikan kewajiban sosialnya;
c. mendata, mencatat, mendokumentasikan dan mempublikasikan seluruh kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan yang dilaksanakan oleh pelaku usaha.
(3) FKSPU memiliki tugas: a. mengkoordinasikan, perumusan dan penyusunan rencana
program/kegiatan sebagai wujud tanggung jawab sosial
10
pelaku usaha; dan b. melakukan monitoring terhadap program/kegiatan
kewajiban social pelaku usaha.
Pasal 16
FKSPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) berkedudukan di ibukota Kabupaten.
Pasal 17 (1) Struktur FKSPU terdiri dari:
a. Penasehat FKSPU; dan b. Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.
(2) Penasehat FKSPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. Bupati; dan b. Ketua DPRD.
(3) FKSPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari maksimal 11 (sebelas) orang terdiri dari: a. Unsur Akademisi 2 (dua) orang); b. Unsur Tokoh Masyarakat 2 (dua) Orang; c. Unsur Pemerintah Daerah 3 (tiga) orang; dan d. Unsur Perwakilan Pelaku Usaha 4 (empat) orang.
Bagian Ketiga Persyaratan
Pasal 18
(1) Syarat umum untuk menjadi anggota FKSPU adalah: a. Warga Negara Indonesia (WNI) usia minimal 30 tahun; b. pendidikan minimal Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau
Sederajat; c. mampu bekerjasama dan memiliki komitmen serta
integritas terhadap kewajiban yang diemban; d. memiliki pengalaman berorganisasi; e. memiliki moral yang tinggi dan amanah; f. penduduk Kabupaten Lampung Utara yang sudah
berdomisili paling singkat selama 1 (satu) Tahun; dan g. syarat sebagaimana dimaksud huruf f tidak berlaku bagi
unsur perwakilan pelaku usaha.
11
(2) Syarat khusus untuk menjadi anggota FKSPU adalah: a. unsur dari Akademisi adalah individu yang mengerti dan
memahami secara akademik mengenai tanggung jawab sosial pelaku usaha;
b. unsur dari Tokoh Masyarakat adalah tokoh yang telah dikenal dan diakui memiliki keberpihakan dengan masyarakat dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
c. unsur dari Pemerintah Daerah adalah aparatur yang berkompeten dan konsentrasi pada bidang: 1. Unsur Perencanaan Pembangunan Daerah; 2. Pengembangan dan pemberdayaan ekonomi
kemasyarakatan; dan 3. pengembangan sarana/prasarana sosial dan fungsi
lingkungan. d. unsur dari perwakilan pelaku usaha adalah perwakilan
yang ditunjuk oleh para pelaku usaha.
Pasal 19
(1) Susunan FKSPU terdiri dari: a. Ketua; b. Wakil ketua; c. Sekretaris; d. Bendahara; dan e. Anggota.
(2) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara dipilih oleh anggota FKSPU dengan pimpinan rapat sementara dari anggota yang secara umur paling tua di antara anggota yang lain.
(3) Setelah terpilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara, maka rapat selanjutnya dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua.
Pasal 20
(1) Pengambilan keputusan dalam FKSPU dilakukan secara
musyawarah mufakat. (2) Apabila secara musyawarah mufakat tidak dapat diambil
keputusan, maka dilakukan pemilihan dengan suara terbanyak.
12
Pasal 21
(1) FKSPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) tidak diberikan gaji atau honor setiap bulannya, tetapi biaya operasional pertahun.
(2) Biaya operasional dianggarkan dari dana pengelolaan kewajiban sosial pelaku usaha yang terkumpul dalam 1 (satu) tahun yang besarnya disesuaikan dengan program kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pasal 22
(1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas FKSPU,
maka dibentuk Sekretariat FKSPU. (2) Sekretariat FKSPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pasal 23
(1) Anggota FKSPU dinyatakan berhenti apabila:
a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. tidak melaksanakan kewajibannya selama 6 (enam) bulan
berturut-turut; dan d. melakukan tindak pidana dan telah mendapat putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. (2) Anggota FKSPU diberhentikan sementara apabila diduga
melakukan tindak pidana yang berkaitan dengan penyimpangan pengelolaan dana tanggung jawab sosial pelaku usaha.
(3) Apabila anggota FKSPU yang diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap tidak terbukti, maka pemberhentian sementara akan dicabut.
(4) Usul pemberhentian anggota FKSPU disampaikan oleh Ketua/Wakil Ketua dan Sekretaris FKSPU kepada Pemerintah Daerah.
(5) Apabila Ketua FKSPU diberhentikan sementara maka Wakil Ketua secara otomatis diangkat menjadi ketua FKSPU
13
sampai dengan berakhirnya masa jabatan atau pemberhentian sementara dicabut.
(6) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua diberhentikan sementara maupun tetap , maka pemilihan dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 20.
BAB VI
PENGHARGAAN
Pasal 24
(1) Pemerintah Daerah memberi penghargaan kepada pelaku usaha yang telah bersungguh-sungguh melaksanakan KSPU.
(2) Bentuk penghargaan, tata cara penilaian, penominasian dan penetapan pelaku usaha yang berhak menerima penghargaan ditentukan oleh FKSPU.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 25
Pelaku Usaha yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 21 ayat (2) dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
14
Ditetapkan di Kotabumi Pada tanggal 15- 8- 2016
BUPATI LAMPUNG UTARA,
dto
AGUNG ILMU MANGKUNEGARA Diundangkan di Kotabumi pada tanggal 15- 8- 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA, dto SAMSIR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 1 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR : 01/LU/2016
PENJELASAN
ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 01 TAHUN 2016
TENTANG
KEWAJIBAN SOSIAL PELAKU USAHA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
I. UMUM
15
Peraturan Daerah ini Penjabaran Pasal 15 huruf b UU Nomor 25 Tahun 2007 yang menyatakan “setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan kewajiban sosial perusahaan”. Melaksanakan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Jo Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Kewajiban Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam Peraturan Daerah ini ini lebih luas mengatur mengenai kewajiban sosial pelaku usaha dalam pengembangan dan pembinaan masyarakat di lingkungan perusahaan. Bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya maupun dunia usaha itu sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.
Dalam Peraturan Daerah ini, Pelaku usaha yang kegiatan usahanya di bidang perekonomian yang meliputi perindustrian, perdagangan, jasa dan pembiayaan diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban sosial pengembangan dan pembinaan masyarakat dan lingkungan. Kegiatan dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam Peraturan Daerah ini mengatur mengenai: a. Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai Undang-Undang Penanaman Modal dan Undang-Undang Perseroan Terbatas.
b. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dilakukan di dalam ataupun di luar lingkungan Perusahaan oleh Forum Kordinasi maupun oleh forum-forum di kecamatan.
c. Penganggaran biaya Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.
d. Perusahaan yang telah berperan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang.
16
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup Jelas
Pasal 2 Cukup Jelas
Pasal 3 Cukup Jelas
Pasal 4 Cukup Jelas
Pasal 5 Cukup Jelas
Pasal 6 Cukup Jelas
Pasal 7 Cukup Jelas
Pasal 8 Cukup Jelas
Pasal 9 Cukup Jelas
Pasal 10 Cukup Jelas
Pasal 11 Cukup Jelas
Pasal 12 Cukup Jelas
Pasal 13 Cukup Jelas
Pasal 14 Cukup Jelas
Pasal 15 Cukup Jelas
Pasal 16 Cukup Jelas
Pasal 17 Cukup Jelas
Pasal 18 Cukup Jelas
Pasal 19 Cukup Jelas
Pasal 20 Cukup Jelas
Pasal 21 Cukup Jelas
Pasal 22 Cukup Jelas
Pasal 23 Cukup Jelas
Pasal 24 Cukup Jelas
Pasal 25 Cukup Jelas
Pasal 26 Cukup Jelas
Pasal 27 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 88
17
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 02 TAHUN 2016
TENTANG
PENATAAN TOKO MODERN (MINI MARKET)
DAN KEMITRAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA,
Menimbang :
a. bahwa pesatnya perkembangan usaha perdagangan eceran
(ritel) dalam skala besar dalam bentuk Toko Modern atau Minimarket, telah menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan usaha perdagangan eceran kecil dan menengah mikro;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara tentang Penataan Toko Modern (Mini Market) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang mendukung perkembangan usaha perdagangan eceran mikro kecil dan menengah.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1956 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran
18
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) dan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja Dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40);
19
10. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 70/M-DAG/PER/12/ 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014-2034 (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 80).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENATAAN TOKO MODERN (MINI MARKET) DAN KEMITRAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara.
20
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Bupati adalah Bupati Lampung Utara. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Utara.
6. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri atau bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
7. Toko Modern (Mini Market) yang selanjutnya disebut Mini Market adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari/rumah tangga secara eceran langsung kepada konsumen dengan cara pelayanan mandiri.
8. Pengelola Jaringan Toko Modern (Mini Market) adalah pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha di bidang Toko Modern (Mini Market) melalui satu kesatuan manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang merupakan jaringannya.
9. Barang Kebutuhan Pokok adalah barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat, seperti beras, gula, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, kedelai dan garam beryodium.
10. Toko atau kios atau warung tradisional adalah sarana/tempat usaha yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat atau koperasi, untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-
21
hari/rumah tangga secara eceran langsung kepada konsumen dengan cara tawar menawar langsung.
11. Pemasok adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok barang ke Toko Modern (Mini Market) dengan tujuan untuk dijual kembali melaui kerjasama usaha.
12. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disingkat UMKM adalah kegiatan ekonomi yang berskala mikro, kecil dan menengah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
13. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan antara pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan usaha besar.
14. Persyaratan Perdagangan adalah syarat-syarat dalam perjanjian kerjasama antara pemasok dengan Toko Modern (Mini Market) jaringan Toko Modern (Mini Market) yang berhubungan dengan pemasokan barang-barang yang diperdagangkan dalam Toko Modern (Mini Market) yang bersangkutan.
15. Izin Usaha Mini Market yang selanjutnya disingkat IUMN adalah Izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan Mini Market.
16. Pejabat Penerbit IUTM yang selanjutnya disebut Pejabat Penerbit adalah Bupati Lampung Utara.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Asas Pasal 2
Penataan mini market yang menunjang perkembangan usaha perdagangan eceran kecil dan menengah mikro, diselenggarakan berdasarkan atas asas: a. kemanusiaan; b. keadilan; c. kemitraan; d. kemanfaatan dan kepastian hukum; dan e. persaingan sehat (fairness).
22
Maksud dan Tujuan
Pasal 3 Penataan mini market bertujuan untuk: a. memberdayakan pengusaha mikro, kecil, menengah dan
koperasi serta warung dan toko tradisional, agar mampu berkembang, bersaing, tangguh, maju, mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan;
b. mengatur dan menata keberadaan mini market di suatu wilayah tertentu agar tidak merugikan dan mematikan pelaku usaha warung atau toko eceran tradisonal, mikro, kecil, menengah dan koperasi yang telah ada;
c. menjamin terselenggaranya kemitraan antara pelaku usaha mini market dengan pelaku usaha atau pedagang eceran warung atau toko tradisional mikro, kecil, menengah dan koperasi dengan berdasarkan prinsip kesamaan dan keadilan dalam menjalankan usaha dibidang perdagangan; dan
d. mewujudkan sinergi yang saling memerlukan dan memperkuat serta saling menguntungkan antara pelaku usaha mini market dengan toko, warung tradisional, usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi agar dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai upaya terwujudnya tata niaga dan pola distribusi yang mantap, lancar, efisien dan berkelanjutan.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi: a. penataan mini market, toko, kios dan warung tradisional
UMKM; b. pendirian Toko Modern; c. kerjasama kemitraan antara mini market dan UMKM; d. perizinan; e. kewajiban dan larangan; dan f. sanksi administrasi.
23
BAB IV PENATAAN MINI MARKET
Pasal 5
(1) Menyangkut zona perdagangan dan jasa, pendirian mini
market, toko, kios, warung tradisional di Kabupaten Lampung Utara wajib berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kabupaten Lampung Utara.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib melakukan analisa mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar dan keberadaan pasar tradisional dan jumlah mini market dalam rangka menjaga keseimbangan jumlah mini market dan pasar tradisional, seperti toko, kios dan warung eceran.
(3) Lokasi mini market hanya diperkenankan berada di tepi jalan Nasional, jalan Provinsi dan jalan Kabupaten.
(4) Jarak mini market dari persimpangan jalan minimal 50 (lima puluh) meter.
(5) Jumlah Mini Market maksimal 2 buah untuk satu wilayah Kecamatan.
Pasal 6
(1) Penambahan Mini Market ditetapkan oleh Bupati setelah 3
(tiga) tahun berdasarkan kajian ilmiah oleh badan/lembaga independen yang kompeten dengan mempertimbangkan: a. tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk sesuai
data sensus Badan Pusat Statistik 1 (satu) tahun terakhir;
b. potensi ekonomi daerah; c. aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas); d. dukungan keamanan dan ketersediaan infrastruktur; e. perkembangan pemukiman baru; f. pola kehidupan masyarakat; g. kelayakan jumlah dan jarak mini market pada setiap ruas
jalan yang berada dalam kawasan pusat Kabupaten dan kawasan penunjang pusat Kabupaten; dan
h. jam kerja/jam buka mini market yang sinergi dan tidak mematikan usaha toko eceran tradisional disekitarnya.
24
(2) Badan/lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga pendidikan, lembaga penelitian atau lembaga konsultan.
(3) Kajian ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara melalui Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.
Pasal 7
(1) Jarak terdekat antara bangunan usaha mini market dengan
Pasar Tradisional atau mini market dengan mini market lainnya paling sedikit 700 (tujuh ratus) meter.
(2) Jarak terdekat bangunan toko modern dengan sisi jalan minimal 10 (sepuluh) meter dari bahu jalan.
Pasal 8
(1) Pelaku usaha dapat mendirikan:
a. Mini market yang berdiri sendiri; dan/atau b. Mini market yang terintegrasi dengan Mini Market yang
terpusat pada satu manajemen dibeberapa tempat atau daerah lain dalam jaringan mini market.
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus melengkapi dokumen analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang meliputi: a. struktur penduduk menurut mata pencaharian dan
pendidikan; b. tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga; c. tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk sesuai
dengan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik 1 (satu) tahun terakhir;
d. rencana kemitraan dengan UMKM; e. penyerapan tenaga kerja; f. dampak positif dan negatif atas pendirian mini market
terhadap toko atau warung eceran tradisional yang telah ada sebelumnya; dan
g. tanggung jawab sosial perusahaan yang diarahkan untuk pendampingan bagi pengelolaan warung, toko atau kios tradisional.
25
(3) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus melengkapi dokumen analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, yang meliputi:
a. rencana kemitraan dengan UMKM; b. penyerapan tenaga kerja; c. ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional, sebagai
sarana bagi UMKM; d. dampak positif dan negatif atas pendirian mini market
terhadap toko, kios atau warung tradisional yang telah ada sebelumnya; dan
e. tanggung jawab sosial perusahaan yang diarahkan untuk pendampingan bagi pengelolaan warung, toko, kios dan pedagang tradisional.
Pasal 9
Klasifikasi mini market berdasarkan luas lantai penjualan dengan ketentuan luas lantai kurang dari 400 (empat ratus) m².
Pasal 10
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 hanya berlaku untuk pengelola jaringan mini market.
Pasal 11
Ketentuan jam buka mini market diatur sebagai berikut: a. hari Senin sampai dengan hari Jum’at pada pukul 09.00 WIB
sampai dengan 22.00 WIB; b. hari Sabtu dan Minggu pada pukul 09.00 WIB sampai
dengan 23.00 WIB; dan c. hari besar keagamaan, libur nasional dan/atau hari tertentu
lainnya, Bupati dapat menetapkan ketentuan jam kerja melampaui pukul 22.00 WIB.
Pasal 12
Sistem penjualan dan jenis barang dagangan yang harus diterapkan dalam mini market meliputi menjual secara eceran
26
berbagai jenis barang konsumsi terutama produk makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya yang dapat berupa bahan pangan, peralatan/perlengkapan rumah tangga dan barang elektronik.
BAB IV KEMITRAAN USAHA
Pasal 13
(1) Mini market, toko, warung tradisional atau UMKM dapat
melakukan kemitraan berdasarkan perjanjian tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak.
(2) Kemitraan dengan pola perdagangan umum dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama pemasaran, penyediaan lokasi usaha atau penerimaan pasokan dari pemasok kepada mini market yang dilakukan secara terbuka.
(3) Kerja sama pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk: a. memasarkan barang produksi UMKM yang dikemas atau
dikemas ulang (repackaging) dengan merek pemilik barang atau merek lain yang disepakati dalam rangka meningkatkan nilai jual barang; atau
b. memasarkan mini market produk hasil UMKM melalui etalase atau outlet sekurang-kurangnya 10 % (sepuluh persen) dari seluruh barang yang dijual.
(4) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pengelola mini market kepada UMKM dengan menyediakan ruang usaha dalam areal Mini Market.
(5) UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memanfaatkan ruang usaha sesuai dengan peruntukan yang disepakati.
Pasal 14
Mini market yang telah berdiri dan beroperasi wajib melaksanakan kemitraan dengan UMKM.
Pasal 15 (1) Kerja sama usaha dalam bentuk penerimaan pasokan
27
barang dari pemasok kepada mini market dilaksanakan dalam prinsip saling menguntungkan, jelas, wajar, berkeadilan dan transparan.
(2) Kerja sama usaha kemitraan antara UMKM dengan mini market dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama komersial berupa penyediaan tempat usaha/space pembinaan /pendidikan atau permodalan atau bentuk kerja sama lain.
(3) Pemasok barang yang termasuk ke dalam kriteria UMKM dibebaskan dari pengenaan biaya administrasi pendaftaran barang (listing fee).
(4) Mini market mengutamakan pasokan barang hasil produksi UMKM nasional yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara atau Provinsi Lampung selama barang tersebut memenuhi persyaratan atau standar yang ditetapkan.
(5) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat dalam perjanjian tertulis dalam bahasa Indonesia berdasarkan hukum Indonesia yang disepakati kedua belah pihak tanpa tekanan, yang sekurang kurangnya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak serta cara dan tempat penyelesaian perselisihan.
Pasal 16
(1) Pengelola mini market, dapat menggunakan merk sendiri
dengan mengutamakan barang produksi usaha kecil dan usaha menengah.
(2) Penggunaan merk mini market sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan jenis barang yang diproduksi dalam negeri.
(3) Mini market bertanggung jawab bahwa barang yang menggunakan merek jaringan mini market sendiri telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang hak atas kekayaan intelektual (HKI), bidang keamanan dan kesehatan produk serta Peraturan Perundang-undangan lainnya.
(4) Tata cara pembayaran barang dari mini market kepada pemasok UMKM dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
28
Pasal 17 Dalam rangka menciptakan hubungan kerja sama yang berkeadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan antara pemasok dengan mini market, Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi kepentingan pemasok dan Mini Market dalam merundingkan perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
Pasal 18 Mini market harus berlaku adil dan wajar dalam pemberian pelayanan kepada mitra usaha, baik sebagai pemilik, penyewa ruangan usaha atau sebagai pemasok sesuai perjanjian kedua belah pihak.
Pasal 19 Besaran biaya yang disebutkan dalam perjanjian sewa-menyewa atau jual beli antara mini market dan pemilik atau penyewa ruangan usaha di dalam mini market harus dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Pasal 20
(1) Mini market harus mengutamakan pasokan barang produksi dalam negeri yang dihasilkan UMKM sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan Mini Market.
(2) Pengembangan kemitraan antara mini market dengan UMKM dapat dilakukan dalam bentuk penyediaan fasilitas berupa: a. pelatihan; b. konsultasi; c. pasokan barang; d. permodalan; dan/atau e. bentuk bantuan lainnya.
(3) Mini market wajib melakukan kemitraan paling sedikit dengan 5 (lima) UMKM di daerah.
29
BAB V PERIZINAN
Pasal 21
(1) Untuk melakukan usaha mini market, wajib memiliki IUMM. (2) IUMM untuk mini market diutamakan bagi pelaku yang
berdomisili di Kabupaten Lampung Utara. (3) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 22
(1) IUMM berlaku selama kegiatan usaha tersebut beroperasi. (2) IUMM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib daftar
ulang setiap 5 (lima) tahun dalam rangka pengawasan dan pengendalian.
(3) Tata cara daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 23
(1) Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 berlaku
hanya: a. untuk 1 (satu) lokasi usaha; dan b. selama masih melakukan kegiatan pada lokasi yang sama.
(2) Apabila terjadi perubahan lokasi mini market usaha pengelola/penanggung jawab perusahaan wajib mengajukan permohonan baru.
BAB VI
TATA CARA DAN PERSYARATAN IUMM Bagian Kesatu
Tata Cara
Pasal 24
(1) Permohonan IUMM diajukan kepada Bupati melalui pejabat penerbit.
30
(2) Permohonan IUMM dilengkapi dengan: a. surat pernyataan tidak keberatan dari para pedagang kecil
di sekitar rencana pendirian mini market ; b. rencana kemitraan dengan UMKM; dan c. rekomendasi dari dinas/instansi terkait.
(3) Permohonan IUMM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengisi formulir surat permohonan IUMM dan dilampiri dokumen asli dan copy.
(4) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja, terhitung sejak diterimanya surat permohonan IUMM secara lengkap dan benar, pejabat penerbit menerbitkan IUMM.
(5) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh Dinas/Badan yang membidangi pelayanan perizinan.
(6) Apabila surat permintaan IUMM serta dokumen belum lengkap dan benar, maka selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan IUMM, Dinas/Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memberitahukan secara tertulis kepada perusahaan yang bersangkutan disertai alasannya.
(7) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), perusahaan yang bersangkutan wajib melakukan perbaikan dan apabila dalam waktu tersebut pengusaha yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan, maka Dinas/Badan menolak permintaan untuk memperoleh IUMM.
(8) Perusahaan yang ditolak permintaan untuk memperoleh IUMM dapat mengajukan kembali permintaan IUMM baru.
(9) Apabila IUMM yang telah diperoleh perusahaan rusak tidak terbaca atau hilang, perusahaan yang bersangkutan dapat mengajukan permintaan penggantian IUMM secara tertulis kepada Dinas/Badan.
Bagian Kedua Persyaratan
Pasal 25
Persyaratan untuk permohonan IUMM, dengan melampirkan: a. Kartu Tanda Penduduk (KTP); b. akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;
31
c. rekomendasi peruntukan lahan (Advice Planning) yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah;
d. surat izin lokasi dan izin prinsip pemanfaatan ruang; e. surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai peruntukan; f. surat Izin Gangguan (HO); g. surat pernyataan kemitraan dengan UMKM Lampung Utara; h. surat perjanjian sewa menyewa tanah dan/atau bangunan; i. rekomendasi dari Dinas/Instansi yang membidangi
perdagangan; j. izin lokasi minimal 500 (lima ratus) m² dari warga lingkungan
sekitar mini market (depan, belakang, samping kanan dan samping kiri);
k. Surat pernyataan akan mempekerjakaan tenaga kerja disekitar lingkungan mini market .
BAB IX
LARANGAN
Pasal 26
(1) Pelaku usaha mini market dilarang menjual jenis dagangan:
a. sayur-mayur segar; b. ikan dan daging segar; c. minuman yang mengandung alkohol; d. jenis barang-barang yang kadaluarsa; dan e. jenis barang dagangan lain yang dilarang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Mini market dilarang memaksa produsen UMKM yang akan
memasarkan produksinya di dalam mini market, untuk menggunakan merek milik mini market pada hasil produksi UMKM yang telah memiliki merk sendiri.
BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27
(1) Bupati dan DPRD melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan mini market.
(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
32
(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berkoordinasi dengan instansi terkait.
Pasal 28
Bupati dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: a. memfasilitasi UMKM agar dapat memenuhi standar mutu
barang yang diperdagangkan mini market ; b. mendorong mini market dalam mengembangkan pemasaran
barang UMKM; dan/atau c. monitoring/evaluasi terhadap keberadaan mini market.
BAB XI SANKSI
Pasal 29
(1) Pelaku usaha mini market yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, dan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26 dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara bertahap berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan izin usaha; dan c. pencabutan izin usaha.
(3) Pembekuan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan apabila telah diberikan peringatan secara tertulis berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja, pelaku usaha mini market tetap tidak mengindahkan peringatan tertulis tersebut.
(4) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan apabila pelaku usaha mini market tidak melakukan perbaikan selama pembekuan izin usaha dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(5)
33
BAB XII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka: a. mini market yang sudah operasional dan telah memperoleh
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini wajib mengajukan IUMM paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini;
b. mini market yang telah beroperasi sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dan belum melaksanakan program kemitraan, wajib melaksanakan program kemitraan dalam waktu paling lambat 1(satu) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini;
c. mini market yang telah beroperasi dan memasarkan barang merk sendiri lebih dari 15% (lima belas persen) dari keseluruhan jumlah barang dagangan yang dijual di dalam gerai mini market sebelum Peraturan Daerah ini berlaku, wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini;
d. Mini market yang dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang yang telah beroperasi dan menyediakan barang dagangan hasil produksi dalam negeri kurang dari 80% (delapan puluh persen) sebelum Peraturan Daerah ini berlaku, wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini paling lambat paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini; dan
e. Perjanjian kerja sama usaha antara pemasok dengan pengelola jaringan Mini Market yang telah berjalan sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian dimaksud.
Pasal 31
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Lampung Utara Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penataan Toko Modern (Berita Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013 Nomor 26), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
34
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara. Ditetapkan di Kotabumi pada tanggal 19-8- 2016
BUPATI LAMPUNG UTARA,
dto AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan di Kotabumi pada tanggal 19-8- 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA, dto SAMSIR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 2 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR : 02/LU/2016
35
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 02 TAHUN 2016
TENTANG
PENATAAN TOKO MODERN (MINI MARKET) DAN
KEMITRAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH I. UMUM
Pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti warung, kios, toko eceran tradisional adalah seseorang atau sekelempok orang yang tergabung dalam aktivitas perdagangan dimana kegiatan pokonya melakukan penjualan barang secara langsung kepada konsumen akhir. Disisi lain terdapat Mini Market yang juga memperdagangkan atau menjual barang-barang eceran dengan fasilitas yang lengkap dengan berbagai kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang diperoleh. Mini market dengan penyediaan ruangan dengan penyejuk udara yang nyaman dan penggunaan sistem self service memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mendapatkan barang yang diperlukan.
Kemajuan teknologi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi usaha dalam lingkup usaha perdagangan eceran ini telah menimbulkan adanya persaingan yang tidak seimbang dan membuat masyarakat semakin meninggalkan keberadaan warung, kios atau toko eceran dan akan menjadi ancaman besar terhadap keberadaan usaha-usaha kecil, mikro dan menengah di Kabupaten Lampung Utara. Jika pada awalnya banyak usaha perdagangan eceran yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen modern serta kurang berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, kini sesuai dengan perkembangan zaman semuanya telah mengalami perubahan.
Persaingan mini market dan toko tradisional (kios,warung) eceran seperti mempersaingkan dua hal yang tidak seimbang. Pada satu sisi masyarakat memerlukan kehidupan ekonomi yang lebih modern yaitu melalui mini market, sementara disisi lain perlu dipertahankan supaya pendapatan dan lapangan kerja bagi para
36
pelaku usaha mikro kecil dan menengah tetap berlangsung. Kondisi inilah yang mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pembenahan terhadap mini market yang harus mulai peka terhadap pelaku usaha perdagangan eceran tradisional yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan persaingan usaha yang semakin ketat.
Berdasarkan kondisi ini, maka sangat perlu dibentuk suatu regulasi untuk menciptakan persaingan yang seimbang antara pedagang eceran tradisional dan pedagang eceran modern, regulasi yang mampu mewujudkan keadilan bagi seluruh pengusaha ritel, bukan hanya sekedar memberikan perlindungan terhadap pedagang eceran tradisional. Pembenahan dalam bentuk Peraturan Daerah penataan Toko Modern (Mini Market) menunjang perdagangan eceran UMKM.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Huruf a
yang dimaksud asas kemanusiaan adalah Pengusahaan tempat usaha dan perdagangan harus memberikan pelindungan serta penghormatan terhadap hak asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga masyarakat Lampung Utara secara proporsional. Huruf b yang dimaksud dengan "asas keadilan" adalah memberikan jaminan berusaha yang layak kepada pihak yang berhak dalam mengembangkan usaha perdagangannya sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik. Huruf c yang dimaksud dengan asas kemitraan adalah adalah kerjasama yang didasari oleh kehendak saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, serta adanya kesetaraan diantara pelaku usaha yang bermitra. Huruf d yang dimaksud dengan asas manfaat dan kepastian hukum adalah hasil penataan usaha Toko Modern (Mini Market) dan usaha toko tradisional mampu memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat dan memiliki legalitas terhadap usahanya.
37
Huruf e yang dimaksud dengan asas persaingan sehat (fairness) adalah pelaku usaha dalam menjalankan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi yang bersumberkan pada nilai Pancasila dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan masyarakat.
Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 89
38
BUPATI LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 03 TAHUN 2016
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN ANGGARAN 2015
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA
Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 320 ayat
(1) undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dan undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan dilampiri laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;
b. bahwa pertanggung jawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas perlu ditetapkan denga:r peraturan Daerah;
39
Mengingat : 1. Undang-Undang darurat Nomor 4 Tahun 1956 tentang
Pembentulan Daerah Otonomi Kabupaten-Kabupaten dalam Iingkungan Daerah Provinsi Sumatra Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1091 ) Jo. Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1959 (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
3. undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 20l4 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
40
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679)
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
11. Peraturan Pemerintah Nornor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575)
14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 (Lembaran Negara
41
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor Tahun 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang pedoman Penyusunan dan penerapan standar pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggeraan pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4614);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);
21. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terahir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 nomor 310);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung utara Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Darerah Kabupaten Lampung utara Tahun 2006 Nomor 13, Tambahan
42
Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 22);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 3 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2015 Nomor 3);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2015 Nomor 8).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN ANGGARAN 2015.
Pasal 1
(1) Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berupa laporan
keuangan memuat: a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Neraca c. Laporan Arus Kas d. Laporan Operasional e. Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih; f. Laporan perubahan Ekuitas; g. Catatan atas Laporan Keuangan
43
(2) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan laporan kinerja dan ikhtiar laporan keuangan Badan Usaha milik Daerah / Perusahaan Daerah.
Pasal 2 Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf a sebagai berikut :
a. Pendapatan Rp. 1.400.795.158.167,62 b. Belanja Rp. 1.436.338.421.629,22
Surplus(defisit) Rp. (35.741.014.255,60) c. Pembiayaan
- Penerimaan Rp. 165.224.040.237,44 - Pengeluaran Rp. 15.894.93s.365.00
- Pembiayaan Neto Rp. 149.329.104.872,44 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Rp. 113.588.090.616,84
Pasal 3
Uraian laporan realisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagai berikut: (1) Selisih anggaran dengan realisasi pendapatan sejumlah
Rp.(13.069.575.652.62) Dengan rincian sebagai berikut : a. Anggaran pendapatan setelah perubahan Rp.1.387.725.582.515,00 b. Realisasi Rp. 1.400.795.158.167,62 Selisih Lebih / (Kurang) Rp. (13.069.575.652,62)
(2) Selisih anggaran dengan realisasi Belanja sebesar Rp. 99.787.141.734,22
a. Anggaran belanja setelah perubahan Rp. 1.536.125.563.363,44
b. Realisasi Rp. 1.436.338.421.629,22 Selisih Lebih / (Kurang) Rp. 99.787.141.734,22 (3) Selisih anggaran dengan realisasi Surplus / (defisit) sebesar Rp. (112.908.966.592,84) dengan rincian sebagai berikut :
a. Surplus / (defisit) setelah perubahan Rp. 148.649.980.848,44
b. Realisasi Rp. 35.741.014.255,60 Selisih Lebih / (Kurang) Rp. 112.908.966.592,84
44
(4) Selisih anggaran dengan rearisasi penerimaan pembiayaan sejumlah Rp. (302.624,00) dengan rincian sebagai berikut : a. Anggaran penerimaan pembiayaan Rp. 165.223.737.613,44
setelah perubahan b. Realisasi Rp. 165.224.040.237,22
Selisih Lebih / (Kurang) Rp. (302.624,00) (5) Selisih anggaran dengan rearisasi pengeluaran pembiayaan sejumlah Rp. 678.821.400,00 dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran pengeluaran pembiayaan Rp. 16.573.756.765,00 Setelah perubahan
b. Realisasi Rp. 15.894.935.365,00 Selisih Lebih / (Kurang) Rp. 678.821.400,00 (6) Selisih anggaran dengan realisasi pembiayaan neto sejumlah Rp. (679.124.024,00) dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran pembiayaan netto setelahRp. 148.649.980.848,44 perubahan
b. Realisasi Rp. 149.329.104.872,44 Selisih Lebih / (Kurang) Rp. (679.124.024,00)
Pasal 4 Neraca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b per 31 Desember Tahun 2015 sebagai berikut : a. jumlah aset Rp. 2.056.322.209.773,22 b. jumlah kebijakan Rp. 23.610.026.446,94 c. jumlah ekuitas dana Rp. 2.032.712.183.326,27
Pasal 5 Laporan arus kas senagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 sebagai berikut : a. Saldo kas awal per 1 Jairuari 2015 Rp. 152.290.806.686,90 b. Arus kas dari aktivitas operasi Rp. 246.444.998.781,46 c. Arus kas dari aktivitas investlisi asset Rp. (287.073.976.766,22)
non-keuangan d. Arus kas dari aktifitas pembiayaan Rp. ( 15.894.935.365,00) e. Arus kas dari aktifitas non anggaran Rp. (285.574.968,20) f. Saldo kas akhir per 31 Desember 2015Rp. 95.481.381.368,94
45
Pasal 6
Laporan Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf d sebagai berikut : a. Pendapatan Operasional Rp. 1.367.213.865.362,72 b. Beban Operasi Rp. 1.201.878.861,907,06 c. Beban Transfer Rp. 84.715.676.449,00 d. Jumlah Beban Rp. (1.286.594.538.356,06) e. Surplus/(Defisit) Operasional Rp. 80.619.327.00,66
Pasal 7
Uraian laporan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sebagai berikut : (1) Kenaikan pendapatan operasional senilai Rp. 74.782.187.841,01
atau sebesar 5,52 % dengan rincian sebagai berikut : a. Pendapatan Operasional Tahun 2015 Rp. 1.367.213.865.632,72
b. Pendapatan Operasioanal Tahun 2014 Rp. 1.292.431.677.521,71
Kenaikan/Penurunan Rp. 74.782.187.841,01 (2) Kenaikan pendapatan operasional senilai Rp.
337.479.774.253,06 atau sebesar 35,50 % dengan rincian sebagai berikut :
a. Pendapatan Operasional Tahun 2015 Rp. 1.286.594.538.356,06
b. Pendapatan Operasioanal Tahun 2014 Rp. 949.114.764.103,00
Kenaikan/Penurunan Rp. 337.379.774.253,06 (3) Kenaikan/Penurunan Surplus/Defisit operasional senilai Rp.
(262.697.586.412,02) atau sebesar 76,52 % dengan rincian sebagai berikut :
a. Surplus/Defisit Operasional Tahun 2015 Rp. 80.619.327.006,66
b. Surplus/Defisit Operasioanal Tahun 2014 Rp. 090.624,00
Tahun Ebelumnya e. Saldo Anggaran Lebih Awal Rp. 113.588.090.616,84
46
Pasal 9
Laporan Perubahan Ekuitas k sebagaimana dimaksud daram Pasal 1 ayat (1) huruf f untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 sebagai berikut : a. Ekuitas Awal Rp. 2.891.506.253.209,71 b. Surplus/Deficit-Lo Rp. 30.619.327.006,66 c. Dampak kumulatif perubahan Rp. (939.413.396.890,10)
Kebijakan/Kesalahan mendasar e. Ekuitas akhir setelah penyusunan Rp. 2.032.712.183.326,72
Pasal 10 Catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf g Tahun Anggaran 2015 memuat infomasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif atas pos-pos laporan keuangan.
Pasal 11 Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini, terdiri dari : a. Lampiran 1 : Laporan Realisasi Anggaran
Lampiran 1.1 : Ringkasan laporan realisasi anggaran menurut Lampiran 1.2 : Rincian laporan realisasi anggaran belanja
Daerah menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan;
Lampiran 1.3 : Rekapitulasi realisasi anggaran belanja daerah Untuk menurut urusan pemerintahan daerah, program dan kegiatan;
Lampiran I.4 : Rekapitulasi realisasi anggaran belanja Daerah untuk keselarasan dan keterpaduan
urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam rangka pengelolaan keuangan negara;
Lampiran I.5 : Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
Lampiran I.6 : Daftar piutang daerah; Lampiran I.7 : Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
47
Lampiran I.8 : Daftar realisasi penambahan dan pengurangan asset tetap daerah;
Lampiran I.9 : Daftar realisasi penambahan dan pengurangan asset lainnya;
Lampiran I.10 : Daftar kegiatan-kegiatan yang belum diselesaikan sampai akhir tahun dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran berikutnya (DPAL);
Lampiran I.11 : Daftar dana cadangan daerah; Lampiran I.12 :Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.
b. Lampiran II :Neraca c. Lampiran IIl :Laporan Arus Kas d. Lampiran IV :Laporan Operasional e. Lampiran V :Laporan Perubaha.n Saldo Anggaran Lebih f. Lampiran VI :Laporan Perubahan Ekuitas g. Lampiran VII :Catatan atas Laporan Keuangan h. Lampiran VIII :Ikhtisar lampiran keuangan BUMD
Pasal 12
Lampiran kinerja Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) terdiri dari : Laporan Kinerja tercantum dalam Lampiran Vlll peraturan Daerah ini.
Pasal 13 Bupati Lampung Utara menetapkan Peraturan Bupati tentang penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 sebagai rincian lebih lanjut dari Pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 14 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
48
Ditetapkan di Kotabumi Pada tanggal 26 september 2016 BUPATI LAMPUNG UTARA,
dto AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan DI Kotabumi Pada tanggal 26 September 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA,
dto
SAMSIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 03. NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR : 03/LU/2016
49
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 04 TAHUN 2016
TENTANG
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA
Menimbang :
a. bahwa sehubungan dengan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), keadaan yang menyebabkan adanya pergeseran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja, keadaan yang menyebabkan sisa lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan maka perlu dilakukan perubahan terhadap APBD Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2016;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan maksud tersebut pada huruf a, perubahan APBD Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2016, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang penetapan undang- Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembatan Negara Republik Indonesia Tahun 1956
50
Nomor 56) dan undang-undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah tingkat 1 sumatera selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
2. undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Iembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggun jawab keuangan negara (lembar negara Republik Indonesia Tahun Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan Nasional ( Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, tambah lembaran negara Republik Indonesia 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah (lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan Retribusi daerah (lembar negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,Tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan - undangan (lembaran Negara
51
Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 82,Tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Undang-Undang Nomor 23tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah berapa kali diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 9 tahun 2015 Nomor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD ( lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan keuangan badan layanan umum (lembaran negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 136,tambahan lembaran negara Indonesia Republik Nomor 74 tahun 2012 (lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, tambahan lembaran negara Nomor 5340);
13. peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang dana perimbangan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
14 .peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
15. peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
52
16. peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang pedoman penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
17. peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
18. peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan kinerjan Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
19. peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
20. peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219);
21. peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);
22. peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2015; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5 );
23. peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang pedoman pengelolaan keuangan Daerah,dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
24. peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
53
Nomor 450); sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 541);
25. peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 Tentang pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatkan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 903); sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 768);
26. peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 13 Tahun 2006 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah (lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2006 nomor 13, Tambahan lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara nomor 22);
27. peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 04 Tahun 2016 tentang perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2016 (lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara tahun 2016 nomor 4);
Dengan persetujuan Bersama
DEWA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 semula berjumlah Rp. 1.711.845.906.378,00 bertambah sejumlah
54
Rp.21.760.050.251.84 sehingga menjadi Rp. 1.733.605.956.629,84 dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendapatan Daerah I ). Semula Rp.1.711.845.906,378,00 2). Bertambah Rp.21.760.050.251,84 Jumlah pendapatan setelah perubahan Rp.1.733.605.956.629,84
2) Belanja Daerah I). Semula Rp. 1.752.595.906.378.00 2). Bertambah Rp. 35.299.955.899,00 Jumlah Belanja setelah Perubahan Rp. 1.787.895.862.277,00 Defisit setelah Perubahan Rp. 54.289.905.647,16
3) pembiayaan a. penerimaan 1) semula Rp. 65.000.000.000,00 2) bertambah Rp. 32.392.428.630.00 Jumlah penerimaan pembiayaanSetelah perubahan Rp. 97.392.428.630,00 b.Pengeluaran 1) semula Rp. 24.25O.OO0.000,00 2) bertambah Rp. 18.852.522.982.84 Jumlah pengeluaran pembiayaan setelah Perubahan Rp.43.102.522.982,84 Jumlah pembiayaan neto setelah perubahan Rp. 54.289.905.647 ,16 Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun Berkenaan setelah perubahan Rp. Pasal 2 (1)Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1 terdiri dari : a.Pendapatan Asli Daerah 1) Semula Rp. 85.859.361.892,00 2) Bertambah Rp. 27.400.209.019,00 Jumlah Pendapatan Asli Daerah setelah Perubahan Rp 113.259.570.911,00 b.Dana Perlmbangan 1) Semula Rp. 1.205.859.004.178,00 2) Bertambah Rp. 185.970.546.380.00 Jumlah Dana Perimbangan setelah Perubahan
Rp.1 .391.829.550.558,00
55
c. Lain-laln Pendapatan Daerah Yang sah l) Semula Rp. 420.127 540.308,00 2) Berkurang Rp. (191.610.705. 147.16) Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah setelah Perubahan Rp. 228.516.835.160,84 Pendapatan Asli Daerah Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis Pendapatan : a. Hasil Pajak Daerah
1) Semula Rp. 16.483.256,200,00 2) Bertambah Rp. 226.311.113,00 Jumlah Pajak Daerah setelah Perubahan
Rp. 16.709.576.313,00 b. Hasil Retribusi Daerah
1) semula Rp. 2.688.750,000,00 2) bertambah Rp. 58.500.000,00 Jumlah Retribusi Daerah setelah Perubahan
Rp. 2.747.250.000,00 c. Hasll Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
1) Semula Rp. 5.659.031.055,00 2) Bertambah Rp. 1.076.173.570,00 Jumlah hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan setelah Perubahan Rp. 6.735.204.625,00
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 1) Semula Rp.61.028.315.637,00 2) Bertambah Rp.26.039.224.336,00 Jumlah Lain –lain Pendapatan asli Daerah yang sah Setelah perubahan Rp.87.067.539.973,00 (3) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b terdiri dari jenis pendapatan
a. Dana Bagl Hasil / bagi hasil bukan pajak l)Semula Rp.58.916.971.558,00 2) Bertambah Rp. Jumlah Dana Bagi Hasil setelah Perubahan
Rp. 58.916.971.558,00 b. Dana Alokasi Umum
1) semula Rp. 960.294.182.000,00 2) bertambah Rp. jumlah Alokasi umum setelah Perubahan
Rp. 960.294.182.000,00
56
c. Dana Alokasi Khusus 1) Semula Rp. 186.647.850.620,00 2) Bertambah Rp. 185.970.546.380.00 Jumlah Dana Alokasi Khusus setelah Perubahan
Rp. 372.618.397.000,00 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari jenis Pendapatan
a. Pendapatan Hibah 1). Semula Rp. 1.250.000.000,00 2).Bertambah/Berkurang Rp. 21.102.825.382;8zL Jumlah Pendapatan Hibah setelah Perubahan
Rp. 22.352.825.382,84 b. Dana Darurat
1). Semula Rp. - 2).Bertambah/Berkurang Rp. - Jumlah Dana Darurat setelah Perubahan Rp. –
c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya l). Semula Rp. 72.975.837.308,00 2).bertambah / Berkurang Rp. (13.932.197.530,00) Jumlah setelah Perubahan Rp. (59.043.639.778,00)
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1). Semula Rp. (345.901.703.000,00) 2) . berkurang Rp. (198.781.333.000,00) Jumlah setelah Perubahan Rp. 147.120.370.000,00
Pasal 3
(1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 terdiri dari
1) semula Rp. 1.014.635.027.089,00 2)bertambah / berkurang Rp.(34.786.456.178.00) Jumlah Belanja Tidak Langsung setelah Perubahan Rp. 979.848.570.911,00
b. Belanja Langsung 1). Semula Rp. 737.960.879.289,00 2).Bertambah Rp. 70.086.412.077,00 Jumlah Belanja Langsung setelah Perubahan
Rp. 808.047.291.366,00 (2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis belanja :
57
a. Belanja Pegawai 1). Semula Rp. 828.855.425.255,00 2).Bertambah / Berkurang Rp. 140.865.256.178,00 Jumlah Belanja Pegawai setelah Perubahan
Rp. 787.990. 169.077,00 b. Belanja Bunga
1). Semula Rp. - 2).Bertambah / Berkurang Rp. - Jumlah Belanja Bunga setelah Perubahan Rp. –
c. Belanja Subsidi 1). Semula Rp. - 2).Bertambah Rp. - Jumlah belanja Subsibi setelah perubahan Rp. -
d. Belanja Hibah 1). Semula Rp. 8.305.000.000,O0 2).Bertambah Rp. 5.678.800.000,O0 Jumlah belanja hibah setelah perubahan
Rp. 13.983.800.000,00 e. Belanja Bantuan Sosial
1) semula Rp. 4.847.300.000,O0 2).Bertambah / Berkurang Rp. - Jumlah setelah perubahan Rp. 4.847.300.000.00
f. BeIanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa 1). Semula Rp. 250.000.000,00 2).Bertambah/Berkurang Rp. Jumlah Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintah Desa setelah Perubahan Rp. 250.000.000,00
g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa I). Semula Rp. 171.177.3O1.834,00 2). Bertambah / Berkurang Jumlah Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah/ Kabupaten Kota dan Pemerintah Desa
Rp. 171.177.301.834,00 h. Belanja Tidak Terduga
1). Semula Rp. 1.200.000.000,00 2.) Bertambah / berkurang Rp. 4.00.000.000,00
58
Jumlah belanja tidak terduga setelah perubahan Rp. 1.600.000.000,00
(3). Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b terdiri dari jenis belanja
a. Belanja Pegawai 1). Semula Rp. 85.789.740.015,00 2).Bertambah/Berkurang Rp. 5.36a.052.930.00 Jumlah Belanja Pegawai setelah Perubahan
Rp. 91.153.792.945.00 b. BelanJa Barang dan Jasa
1). Semula Rp. 267 .910.479.265,00 2).Bertambah/Berkurang Rp. 3 1.712737.21 2,00 Jumlah Belanja Barang dan Jasa setelah Perubahan Rp. 299.628.2L6.477,00
c. Belanja Modal 1). Semula Rp. 384.260.660.009,00 2).Bertambah / Berkurang Rp. 33. 004 .621.935,00 Jumlah Belanja Modal setelah Perubahan
Rp. 417 .265.281,944,00
Pasal 4 (1). Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 3 terdiri dari : a. Peneriman
1). Semula Rp. 65.000.000.000,00 2). Bertambah Rp 32.39 2.428.630,00 Jumlah Penerimaan setelah Perubahan
Rp, 97.392.428.630,00 b. Pengeluaran
1). Semula Rp. 24.250.000.000,00 2).Bertambah / berkurang Rp. 18.852.522.982,84 Jumlah Pengeluaran setelah Perubahan
Rp. 43. 102.522.982,84 (2). Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri
dari jenis pembiayaan : a. SILPA Tahun anggaran sebelumnya
l). Semula Rp. 65.000,000.000,00 2).Bertambah / Berkurang Rp. 32.392.428.630.00 Jumlah SILPA Tahun anggaran setelah Perubahan
Rp. 97.392.428.630,00
59
b. Pencairan Dana Cadangan 1 ). Semula Rp.- 2).Bertambah/Berkurang Rp. - Jumlah Pencairan Dana Cadangan setelah Perubahan Rp. –
c. Hasil PenJualan Kekayaan daerah yang dipisahkan I ). Semula Rp.- 2) .bertambah / Berkurang Rp. - Jumlah Hasil Perjualan Kekayaan daerah yang dipisahkan setelah Perubahan Rp. -
d. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 1). Semula Rp. - 2).Bertambah/Berkurang Rp. - Jumlah Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah setelah Perubahan Rp. –
e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1). Semula Rp. - 2).bertambah / berkurang Rp. - Jumlah peneriman kembali pemberian pinjaman setelah Perubahan Rp. –
f. Penerimaan Piutaug Daerah 1). Semula Rp. - 2).Bertambah/Berkurang Rp. - Jumlah Penerimaan Piutang Daerah setelah Perubahan Rp. -
Pengeluaran sebagairnana dimaksud pada ayat 1 huruf b terdiri jenis pembiayaan: a. Pembentukan Dana Cadangan
1). Semula Rp- 2). Bertambah / Berkurang Rp- Jumlah Pembentukan Dana Cadangan setelah Perubahan Rp-
b.Penyertaan Modal (investasi ) Pemerintah Daerah 1.semula Rp. 4.250.000.000,00 2. bertambah / berkurang Rp. 21.102.825.382,84 Jumlah penyertaan modal (lnvestasi) Pemerintah Daerah Setelah Perubahan Rp. 25.352.825.382,84
c. Pembayaran Pokok Utang 1. Semula Rp. 20.000.000.000,00 2. Bertambah / Berkurang Rp. 12.250.302.400,00
60
Jumlah Pembayaran Pokok Utang setelah Perubahan Rp.17.749.697.600,00
d. Peneriman Pinjam Daerah 1). Semula Rp. - 2). Bertambah / Berkurang Rp. - Jumlah Penerimaan Pinjaman Daerah setelah Perubahan Rp.
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2016 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari : 1.Lampiran I : Ringkasan Perubahan APBD 2.Lampiran II : Ringkasan Perubahan APBD menurut Urusan
pemerintah Daerah dan Organisasi 3.Lampiran III : Rincian Perubahan APBD menurut; urusan
pemerintah daerah Organisasi, pendapatan Belanja dan pembiayaan
4.Lampiran IV : Rekapitulasi Perubahan Belanja menurut Urusan Pemerintah Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan;
5.Lampiran V : Rekapitulasi Perubahan Belanja Daerah untuk Keselarasan dan Keterpaduan Urusan Pemerintah Daerah dan Fungsi Dalam Kerangka Pengelolaan Keuangan Negara
6. La.mpiran VI : Daftar Perubahan jumlah Pegawai Per Golongan dan Per Jabatan;
7.Lampiran VII : Daftar kegiatan – kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
8.Lampiran VIII : Daftar Pinjaman Daerah
61
Pasal 6
Bupati menetapkan Peraturan tentang Penjabaran Perubahan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan.
Pasal 7
peraturan Daerah ini muiai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten lampung Utara.
Ditetapkan di Kotabumi pada tanggal, 27 Oktober 2016 BUPATI LAMPUNG UTARA dto
AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan di Kotabumi pada tanggal, 27 Oktober 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA dto
SAMSIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 4 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR : 04/LU/2O16
62
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016
63
BUPATI LAMPUNG UTARA
PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 05 TAHUN 2016
TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 1g rahun 2016 ientang Perangkat Daerah, perlu menetapkan peraturan Daerah tentang Pembentukan dan susunan perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik ndonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang
penetapan undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan provinsi Daerah Tingkat I sumatera selatan (Lembaran Negara Republik Indonisia Tahun 1956 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1091) sebagai undang-
64
undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Republik Inonesia Nomor 1821);
3. undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);
4. undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan Pertanian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
65
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Sekretariat Dewan Pengurus Korps Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia Provinsi dan Kabupaten/Kota;
15. Peraturan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara dan -Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 20O9 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya;
l6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 rahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 289);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2011 tentang Pedoman Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 3);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2011 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan polisi Pamong Praja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 590);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036).
66
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Lampung Utara. 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Lampung Utara. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan daerah.
7. Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
8. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Utara.
9. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Utara.
67
10. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat Sekretariat DPRD adalah Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Utara.
11. Staf Ahli adalah Staf Ahli Bupati Lampung Utara. 12. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat Sekretaris DPRD adalah Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Utara
13. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Lampung Utara. 14. Dinas Daerah adalah Dinas Kabupaten Lampung utara. 15. Badan Daerah adalah Badan Kabupaten Lampung utara. 16. Unit pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disebut UPTD
adalah unsur pelaksana teknis Dinas yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan / atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
17. Unit pelaksana Teknis Badan yang selanjutnya disebut UPTB adalah unsur pelaksana teknis Badan untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan / atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
18. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.
19. Urusan pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
20. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.
21. Kecamatan adalah bagian wilayah dari Daerah kabupaten / kota yang dipimpin oleh camat.
BAB II
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
Pasal 2 Pembentukan Perangkat Daerah dilakukan berdasarkan asas : a. urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; b. intensitas Urusan Pemerintahan dan Potensi Daerah; c. efisiensi; d. efektivitas; e. pembagian tugas habis; f. rentang kendali; g. tata kerja yang jelas; dan h. fleksibilitas.
68
Pasal 3
Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perangkat Daerah dengan susunan terdiri dari: a. Sekretariat Daerah Kabupaten merupakan Sekretariat Daerah
Tipe A; b. Sekretariat DPRD Kabupaten merupakan Sekretariat DPRD Tipe
A; c. Inspektorat Daerah Kabupaten merupakan Inspektorat Tipe A; d. Dinas Daerah Kabupaten terdiri dari:
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan dan Urusan Pemerintahan Bidang Kebudayaan;
2. Dinas Kesehatan Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan;
3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
4. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Tipe C menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan;
5. Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Ketenteraman dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat;
6. Dinas Sosial Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Sosial;
7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Tenaga Kerja dan Urusan Pemerintahan Bidang Transmigrasi; :
8. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
9. Dinas Ketahanan Pangan Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pangan;
10. Dinas Lingkungan Hidup Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan;
69
11. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil;
12. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
13. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;
14. Dinas Perhubungan Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Perhubungan;
15. Dinas Komunikasi dan Informatika Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Komunikasi dan Informatika, Urusan Pemerintahan Bidang Persandian dan Urusan Pemerintahan Bidang Statistik;
16. Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Perindustrian atau disebut Dinas KUMKMP Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian;
17. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
18. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Kepemudaan dan Olahraga dan Urusan Pemerintahan Bidang Pariwisata;
19. Dinas Perpustakaan dan Arsip Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Perpustakaan dan Urusan Pemerintahan Bidang Kearsipan;
20. Dinas Perikanan Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Kelautan dan Perikanan;
21. Dinas Pertanian Tipe A menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian; dan
22. Dinas Perdagangan Tipe B menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Perdagangan.
e. Badan Daerah terdiri dari: 1. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Tipe A melaksanakan
fungsi penunjang Bidang Keuangan; 2. Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah fungsi
penunjang Bidang Keuangan;
70
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tipe A melaksanakan fungsi penunjang Urusan Bidang Perencanaan dan Urusan Bidang Penelitian dan Pengembangan; dan
4. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Tipe A melaksanakan fungsi penunjang Urusan Bidang Kepegawaian,
f. Kecamatan terdiri dari: a) Kecamatan Abung Barat dengan Tipe A b) Kecamatan Abung Kunang dengan Tipe A c) Kecamatan Abung Pekurun dengan Tipe A d) Kecamatan Abung Selatan dengan Tipe A e) Kecamatan Abung Semuli dengan Tipe A f) Kecamatan Abung Surakarta dengan Tipe A g) Kecamatan Abung Tengah dengan Tipe A h) Kecamatan Abung Timur dengan Tipe A i) Kecamatan Abung Tinggi dengan Tipe A j) Kecamatan Blambangan Pagar dengan Tipe A k) Kecamatan Bukit Kemuning dengan Tipe A l) Kecamatan Bunga Mayang dengan Tipe A m)Kecamatan Hulu Sungkai dengan Tipe A n) Kecamatan Kotabumi dengan Tipe A o) Kecamatan Kotabumi Selatan dengan Tipe A p) Kecamatan Kotabumi Utara dengan Tipe A q) Kecamatan Muara Sungkai dengan Tipe A r) Kecamatan Sungkai Barat dengan Tipe A s) Kecamatan Sungkai Jaya dengan Tipe A t) Kecamatan Sungkai Selatan dengan Tipe A u) Kecamatan Sungkai Tengah dengan Tipe A v) Kecamatan Sungkai Utara dengan Tipe A w) Kecamatan Tanjung Raja dengan Tipe A
Pasal 4 Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja perangkat daerah dan unit kerja di bawahnya ditetapkan dengan Peraturan bupati sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
71
BAB III PEMBENTUKAN UPT
Pasal 5
(1) pada Dinas Daerah dan Badan Daerah dapat dibentuk unit
Pelaksana Teknis Dinas/Badan (UPTD/B). (2) UPTD/B dibentuk untuk melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan / atau kegiatan teknis penunjang tertentu. (3) Pembentukan UPTD/B sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 6
(1) Selain Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, terdapat Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang pendidikan berupa satuan pendidikan.
(2) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk satuan pendidikan formal dan non formal.
Pasal 7
(1) Selain Unit pelaksana Teknis Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, terdapat unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang kesehatan berupa rumah sakit daerah dan pusat kesehatan masyarakat sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional.
(2) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah.
BAB IV STAF AHLI
Pasal 8
Bupati dalam melaksanakan tugasnya dibantu 3 (tiga) Staf Ahli.
BAB V PENGANGKATAN DALAM JABATAN
72
Pasal 9
Pejabat Aparatur Sipil Negara pada Perangkat Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10
Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik yang terbentuk dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan umum diundangkan.
Pasal 11
Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan Sub Bidang Penyuluhan, yang terbentuk sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem penyuluhan diundangkan.
Pasal 12
Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan Kesekretariat Korp Pegawai Republik Indonesia yang terbentuk sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan Kesekretariat Korp Pegawai Republik Indonesia diundangkan.
Pasal 13
Perangkat Daerah yang melaksanakan Sub Urusan Pemerintahan Bidang Penanggulangan Bencana, yang terbentuk sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan Sub Urusan Pemerintahan Bidang Penanggulangan Bencana diundangkan.
73
Pasal 14
Penyesuaian pengisian jabatan direktur rumah sakit dan kepala pusat kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sebagai jabatan fungsional dilaksanakan paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 15
UPTD dan UPTB yang terbentuk sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan dibentuknya UPTD dan UPTB yang baru berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Pasal 16
Pada saat Peraturan daerah ini diundangkan, pejabat yang ada tetapmenduduki jabatannya dan melaksanakan tugasnya sampai dengan dikukuhkan atau dilantik pejabat yang baru berdasarkan Peraturan Daerah ini.
BAB VII PENUTUP
Pasal 17
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku : Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pembentukaan Organisasi dan Tatakerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 Nomor 5) sebagai mana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung utara Nomor 2 Tahun 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2015 Nomor 2), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18
Peraturan Daerah ini dapat ditinjau kembali paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkan.
74
Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2017. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
Ditetapkan di Kotabumi pada tanggal 23 Nopember 2016
BUPATI LAMPUNG UTARA,
dto
AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan di Kotabumi pada tanggal 23 Nopember 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA,
dto
SAMSIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR: 5 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR : 05/LU/2016
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum
Sekretariat Daerah Kab. Iampung Utara
dto
HENDRI,SH,MM Pembina
NIP : 19800918 200012 1 001
75
PENJELASAN
ATAS PERTURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 5 TAHUN 2016
TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
1. UMUM
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah, membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah, yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-masing Daerah. Hal ini sejalan dengan prinsip penataan organisasi perangkat Daerah yang rasional, proporsional, efektif dan efisien.
Pengelompokan organisasi perangkat Daerah didasarkan pada
konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri atas 5 (lima) eleitren, yaitu Bupati {strategic apex),Sekretaris Daerah (middle line), Dinas Daerah (operating core), Badan/fungsi penunjang (technostructure) dan Staf pendukung (supporting staff). Dinas Daerah merupakan pelaksana fungsi inti (operating core)yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu Bupati dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus sesuai bidang urusan pemerintahan yang diserahkan Bupati, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Badan Daerah melaksanakan fungsi penunjang (technostructure) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu Bupati dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus untuk menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi inti (operating core).
Dalam rangka mewujudkan pembentukan Perangkat Daerah
sesuai dengan prinsip desain organisasi, pembentukan perangkat Daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas, fleksibilitas dan intensitas Urusan pemerintahan dan potensi Daerah.
76
Berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Bupati dibantu oleh perangkat Daerah yang terdiri dari unsur staf, unsur pelaksana dan unsur penunjang.
Unsur staf diwadahi dalam Sekretariat Daerah dan secretariat
DPRD. Unsur pelaksana urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah diwadahi dalam Dinas Daerah.
Unsur pelaksana fungsi penunjang urusan pemerintahan
Daerah diwadahi dalam Badan Daerah. Kepala Dinas, Kepala Badan, sekretaris DPRD, Kepala Inspektorat dan camat bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris Daerah.
Fungsi sekretaris Daerah dalam pertanggungjawaban
tersebut hanyalah fungsi pengendalian administrasi untuk memverifikasi kebenaran administrasi atas pertanggungjawaban yang disampaikan oleh Kepala Dinas, Kepala Badan, sekretaris DPRD, Inspektur, Kepala satuan Polisi Pamong Praja dan camat kepada Bupati.
Dasar utama pembentukan Perangkat Daerah, yaitu adanya
urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah yang terdiri atas urusan Pemerintahan wajib dan urusan Pemerintahan pilihan. urusan Pemerintahan wajib dibagi atas urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
Peraturan Daerah ini memberikan arah dan pedoman yang
jelas kepada Perangkat Daerah secara efisien, efektif dan rasional sesuai dengan kebutuhan nyata dan kemampuan Daerah serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi kelembagaan antara Pusat dan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2
Huruf a Cukup Jelas Huruf b Yang dimaksud dengan asas "intensitas Urusan
77
Pemerintahan dan potensi Daerah" adalah penentuan jumlah dan susunan Perangkat Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk melaksanakan suatu Urusan Pemerintahan atau volume beban tugas untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan Urusan Pemerintahan. Huruf c Yang dimaksud dengan asas "efisiensi" adalah pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh. Huruf d Yang dimaksud dengan asas "efektivitas" adalah pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna. Huruf e Yang dimaksud dengan asas "pembagian habis tugas" adalah pembentukan Perangkat Daerah yang membagi habis tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah dan tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada tebih dari satu Perangkat Daerah. Huruf f Yang dimaksud dengan asas "rentang kendali" adalah penentuan jumlah perangkat Daerah dan jumlah unit kerja pada perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja bawahan Huruf g Yang dimaksud dengan asas "tata kerja yang jelas" adalah pelaksanaan tugas dan fungsi perangkat Daerah dan unit kerja pada perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal maupun horizontal. Huruf h Yang dimaksud dengan asas "fleksibilitas" adalah penentuan tugas dan fungsi perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah memberikan ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Peraturan Pemerintah ini ditetapkan.
Pasal 3 Cukup Jelas. Pasal 4. Cukup Jelas. Pasal 5 Cukup Jelas.
78
Pasal 6 Cukup Jelas. Pasal 7 Cukup Jelas. Pasal 8 Cukup Jelas. Pasal 9 Cukup Jelas. Pasal 10 Cukup Jelas. Pasal 11 Cukup Jelas. Pasal 12 Cukup Jelas. Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14 Cukup Jelas. Pasal 15 Cukup Jelas. Pasal 16 Cukup Jelas. Pasal 17 Cukup Jelas. Pasal 18 Cukup Jelas. Pasal 19 Cukup Jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAHUN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR : 5
79
BUPATI LAMPUNG UTARA
PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 06 TAHUN 2016
TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA,
Menimbang :
a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 311 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2O14 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015, Bupati mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk memperoieh persetujuan bersama;
b bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan perwujudan dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2Al7 yang dijabarkan ke dalam kebijakan umum APBD serta prioritas dan , plafon anggaran sementara yang telah disepakati bersama antara Pemerintah
80
Daerah dengan DPRD pada tanggal 21 September 2016;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun Anggaran 2017 ;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan. Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56) dan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nornor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 73, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 2004,
81
Tambahan Lembaran.Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara . Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentarrg Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416 sebagaimana telah diubah beberapa kali Terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012
82
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5340)
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575 );
14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara RepubJik Indonesia Nomor 4585);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4593);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik
83
Indonesia Tahun 2011 Nombr 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);
22. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2015; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
24. Peraturan . Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 450) sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 541);
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 874) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 768);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2006 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 22);
84
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 sebagai berikut : 1.Pendapatan Daerah Rp. 1.677.154.764.676,00 2.Belanja Daerah Rp.1.954.654 .764.676,00 Surplus ( Defisit) RP. (277.500.000.000,00) 3.Pembiayaan Daerah a. Penerimaan Rp.280.000.000.000,00 b. Pengeluaran Rp. 2.500.000.000.00 (-) Pembiayaan Netto Rp. 277.500.000.000,00 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan : Rp. –
Pasal 2
(1)Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka terdiri
a.Pendapatan Asli Daerah sejumlah Rp. 112.648.338.340,00 b.Dana Perimbangan sejumlah Rp.1.310.434.594.558,00 c.Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sejumlah Rp. 254.071.831.778,00
(2)pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis Pendapatan :
a.Pendapatan Pajak Daerah sejumlah Rp.16.729.576.313,00 b.Hasil Retribusi Daerah sejumlah Rp.2.178.500.000,00 c.Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah dipisahkan sejumlah Rp.6.672.722.054,00
85
d.lain-lain Pendapatan Asli daerah yang sah sejumlah Rp.87.067 .539.973,00
(3) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pendapatan : a. Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak Rp. 58.916.971.558,00 b.Dana Alokasi Umum Sejumlah Rp. 960.294.182.000,00 c Dana Alokasi Khusus Sejumlah Rp. 291.223.441.000,00
(4)Lain-lain Pendapatan Daerah Yang sah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Huruf c terdiri dari jenis pendapatan: a.Pendapatan Hibah Rp. – b.Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya sejumlah Rp. 59.043.639.778,00 c.Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sejumlah Rp. 195.028.192.000,00
Pasal 3
(1)Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (2)
terdiri dari: a.Belanja Tidak Langsung sejumlah Rp. 992.081.219.276,00 b.Belanja Langsung sejumlah Rp. 962.573.545.400,00
(2)Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a terdiri dari: a.Belanja Pegawai sejumlah Rp. 650.515.884.676,00 b.Belanja Bunga sejumlah Rp. - c.Belanja Subsidi sejumlah Rp. - d.Belanja Hibah sejumlah Rp. 45.935.900.000,00 e.Belanja Bantuan Sosial sejumlah Rp. 2.378.000.000,00 f.Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi / Kabupaten Kota / dan Pemerintah Desa lainnya Rp. 250.000.000,00 g.Belanja Bantuan Keuangan sejumlah Rp. 290.851.737.000,00 h.Belanja Tidak Terduga sejumlah Rp. 2.149.697.600,00
(3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a.Belanja Pegawai sejumlah Rp.99.813.701.903,00 b.Belanja Barang dan Jasa sejumlah Rp.296.645.768.210,00 c.Belanja Modal sejumlah Rp.566.114.075.287,00
86
Pasal 4
(1) Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 terdiri dari: a. Peneriman sejumlah Rp.280.000.000.000,00 b. Pengeluaran sejumlah Rp. 2.500.000.000,00
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 huruf a terdiri dari: a.SILPA Tahun anggaran sebelumnya Rp. 80.000.000.000,00 b.Pencairan Dana Cadangan sejumlah Rp. – c.Hasil Penjualan Kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp. – d.Peneriman Pinjaman Daerah Rp. 200.000.000.000,00 e.Peneriman Kembali Pemberian Pinjaman sejumlah Rp. – f.Penerimaan Piutang Daerah sejumlah Rp. –
(3)Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 huruf b terdiri dari: a.Pembentukan Dana Cadangan sejumlah Rp. – b.Penyertaan Modal ( Investasi) sejumlah Rp. 2.500.000.000,00 c.Pembayaran pokok Utang sejumlah Rp. –
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatkan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini,terdiri dari: 1. Lampiran I : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah; 2. Lampiran II : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah; Menurut Urusan Pemerintahan dan Organisasi; 3. Lampiran lII : Rincian APBD menurut Urusan Pemerintahan
Daerah, Organisasi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; 4. Lampiran IV : Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan
Pemerintahan Daerah, Organisasi,Program dan Kegiatan; 5. Lampiran V :Rekapitulasi Belanja Daerah untuk Keselarasan
dan Keterpadu, Urusan Pemerintahan Daerah, Fungsi Dalam Kerangka Pengelolaan Keuangan Negara Ringkasan .Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
87
6. Lampiran VI : Daftar jumlah PegawaI PerGolongan dan PerJabatan;
7 .Lampiran VII : Daftar Piutang Daerah; 8. Lampiran VIII : Daftar Penyertaan Modal (Investasi) Daerah; 9. Lampiran IX : Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan
Aset Tetap Daerah 10. Lampiran X : Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan
Aset Lainnya 11. Lampiran XI : Daftar Kegiatan –Kegiatan Tahun Anggaran
Sebelumnya. Yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam Tahun Anggaran ini;
12. Lampiran XII: Daftar Dana Cadangan Daerah; 13 Lampiran XIII: Daftar Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
Pasal 6 Bupati menetapkan Peraturan tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan APBD.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
88
Ditetapkan di Kotabumi Pada tanggal 28 Desember 2016
BUPATI LAMPUNG UTARA,
dto AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan di Kotabumi pada tanggal 28 Desember 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dto
SAMSIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2O16 NOMOR 06 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR : 6/424/LU 2O15
89
BUPATI LAMPUNG UTARA
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 07 TAHUN 2016
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DAN LEMBAGA
KEMASYARAKATAN DI DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,perlu ditetapkan
Peraturan Daerah tentang Badan Permusyawaratan Desa dan
Lembaga Kemasyarakatan di Desa;
Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) dan
Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang
90
Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja Dalam
Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1821);
3. Undang-UndangNomor 12Tahun 2011t entang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran
Negara Rebublik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7,Tambahan Lembaran Negara Rebublik Indonesia Nomor
5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan mPelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum di Daerah.
91
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DAN
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Lampung Utara dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Utara.
4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dan tugas pembantuan dalamPrinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
92
6. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebutAPBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
10. MusyawarahDesa adalah musyawarah antara BPD, PemerintahDesa dan unsur masyarakat yangdiselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
11. Paripurna BPD adalah Paripurna yang ditetapkan oleh BPD. 12. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-Undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.
13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra konsultatif dan koodinatif dengan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
14. Hari adalah hari kerja.
BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN HAK BPD
Pasal 2
BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat Desa yang salah satu tugasnya turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 3
(1) Anggota BPD adalah merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.
(2) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.
93
(3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Pasal 4
BPD mempunyai fungsi: a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa; b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Pasal 5
BPD mempunyai hak: a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; b. mengusulkan rancangan Peraturan Desa kepada pemerintah
Desa; c. bersama Kepala Desa membahas Rancangan APBDes yang
diajukan oleh Kepala Desa; d. bersama Kepala Desa membahas Pengelolaan kekayaan milik
Desa; e. menyelenggarakan musyawarah Desa yang difasilitasi
pemerintah Desa; f. mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang
diselenggarakan pemerintah Desa; g. menerima hasil pemantauan dan berbagai keluhan masyarakat
Desa terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa; h. membahas rencana pemekaran dan atau penggabungan Desa
dalam Musyawarah Desa untuk mendapatkan kesepakatan; i. bersama Kepala Desa memprakarsai perubahan status Desa
menjadi kelurahan dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat Desa setempat;
j. menerima laporan panitia pemilihan Kepala Desa mengenai calon kepala Desa terpilih paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemungutan suara pemilihan kepala Desa;
k. menyelenggarakan musyawarah Desa dalam hal pemilihan kepala Desa antarwaktu setelah panitia pemilihan kepala Desa antarwaktu menetapkan calon kepala Desa antarwaktu;
l. menerima laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis dari Kepala Desa setiap akhir tahun anggaran;
94
m.menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
n.mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari APBDes.
Pasal 6
BPD memiliki kewajiban: a. menyampaikan rancangan peraturan Desa yang telah disepakati
bersama kepada Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal kesepakatan untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa;
b. memberikan laporan kepada Bupati melalui Camat dalam hal Kepala Desa berhenti dari jabatannya;
c. memberitahukan secara tertulis akhir masa jabatan Kepala Desa kepada Kepala Desa, 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa;
d. membentuk panitia pemilihan kepala Desa dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan Kepala Desa;
e. memberikan laporan mengenai calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati melalui camat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan panitia pemilihan Kepala Desa;
f. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa antarwaktu paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan; dan
g. memberikan laporan hasil pemilihan Kepala Desa antarwaktu hasil musyawarah Desa kepada Bupati melalui camat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan panitia pemilihan Kepala Desa antarwaktu;
BAB III KEANGGOTAAN DAN PIMPINAN
Bagian Pertama
Persyaratan Anggota BPD
Pasal 7
Calon anggota BPD adalah penduduk desa yang memenuhi persyaratan:
95
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;
e. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa; f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD; g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis. h. sehat jasmani dan rohani; i. berkelakuan baik, jujur dan adil; j. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana
paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;
k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat suku yang diwakilinya; dan
l. bertempat tinggal di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun berturut-turut.
Bagian Kedua
Mekanisme Musyawarah dan Mufakat Penetapan Anggota BPD
Paragraf 1 Pengisian Keanggotaan BPD
Pasal 8
(1) Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara demokratis
melalui proses musyawarah perwakilan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan.
(2) Dalam rangka proses musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa membentuk panitia pengisian keanggotaan BPD dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Panitia pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah anggota dan komposisi yang proporsional.
96
Pasal 9
(1) Panitia pengisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPD dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
(2) Panitia pengisian menetapkan calon anggota BPD yang jumlahnya sama atau lebih dari anggota BPD yang dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
(3) Calon anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dalam proses musyawarah perwakilan oleh unsur masyarakat.
(4) Hasil musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh panitia pengisian anggota BPD kepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkannya hasil musyawarah perwakilan.
(5) Hasil musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh Kepala Desa Kepada bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia pengisian untuk ditetapkan oleh bupati.
Pasal 10
(1) Penetapan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (5) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil musyawarah perwakilan dari kepala Desa.
(2) Pengucapan sumpah/janji anggota BPD dilakukan secara bersama-sama di hadapan masyarakat Desa dengan dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkannyaKeputusan Bupati.
(3) Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut: ”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
97
lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Paragraf 2
Pengisian Keanggotaan BPD Antarwaktu
Pasal 11
Pengisian keanggotaan BPD antarwaktu ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul pimpinan BPD melalui Kepala Desa.
Paragraf 3 Pemberhentian Anggota BPD
Pasal 12
(1) Anggota BPD berhenti karena:
a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan
(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: a. berakhir masa keanggotaan; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD; atau d. melanggar larangan sebagai anggota BPD.
(3) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati atas dasar hasil musyawarah BPD.
(4) Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Pimpinan
Pasal 13
(1) Pimpinan BPD terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris dan beberapa anggota.
98
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
Bagian Keempat
Keanggotaan BPD Pasal 14
(1) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling
sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, pendudukdan kemampuan Keuangan Desa.
(2) Hal yang paling mendasar dalam menetapkan jumlah anggota BPD adalah dengan memperhatikan jumlah penduduk Desa yang bersangkutan dengan ketentuan: a. jumlah penduduk sampai dengan 2000 jiwa, 5 orang
anggota; b. jumlah penduduk 2001 sampai dengan 3000 jiwa, 7 orang
anggota; dan c. jumlah penduduk lebihdari 3000 jiwa, 9 orang anggota.
BAB IV
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN ANGGOTA BPD
Pasal 15
Anggota BPD berhak: a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan/atau pendapat; d. memilih dan dipilih; e. mendapat tunjangan dari APBDesa.
Pasal 16
Anggota BPD wajib: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
99
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat Desa;
d. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan;
e. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa; dan
f. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan Desa.
Pasal 17
Anggota BPD dilarang: a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat Desa dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Desa;
b. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
c. menyalahgunakan wewenang; d. melanggar sumpah/janji jabatan; e. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa; f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;
g. sebagai pelaksana proyek Desa; h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau i. menjadi anggota atau pengurus organisasi terlarang.
BAB V MEKANISME MUSYAWARAH BPD
Pasal 18
Mekanisme musyawarah BPD sebagai berikut: a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD;
100
b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD;
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara;
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan
f. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPD.
BAB VI PERATURAN TATA TERTIB BPD
Pasal 19
(1) Peraturan tata tertib BPD paling sedikit memuat:
a. waktu musyawarah BPD; b. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD; c. tata cara musyawarah BPD; d. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan
anggota BPD; dan e. pembuatan berita acara musyawarah BPD.
(2) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pelaksanaan jam musyawarah; b. tempat musyawarah; c. jenis musyawarah; dan d. daftar hadir anggota BPD.
(3) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir lengkap;
b. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua BPD berhalangan hadir;
c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil ketua berhalangan hadir; dan penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang
101
yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD antarwaktu.
(4) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. tata cara pembahasan rancangan peraturan Desa; b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah
Desa; c. tata cara mengenai pengawasan kinerja kepala Desa;
dan d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi
masyarakat. (5) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan
pendapat BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi: a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan
Pemerintahan Desa; b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas
pandangan BPD; c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atas pendapat
Kepala Desa; dan d. tindak lanjut dari penyampaian pandangan akhir BPD
kepada Bupati. (6) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah
BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e meliputi: a. penyusunan notulen rapat; b. penyusunan berita acara; c. format berita acara; d. penandatanganan berita acara; dan e. penyampaian berita acara.
BAB VII
ADMINISTRASI
Paragraf 1 Kesekretariatan BPD
Pasal 20
(1) Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, BPD dibantu oleh Sekretariat BPD.
(2) Penyediaan Sekretariat BPD sebagaimana ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan keuangan Desa.
(3) Sekretariat BPD dipimpin oleh Sekretaris BPD.
102
Paragraf 2 Keuangan dan Fasilitas
Pasal 21
(1) Pimpinan dan anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi dan tunjangan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan dan kemampuan keuangan Desa.
(2) Selain tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD memperoleh biaya operasional.
(3) BPD berhak memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangandengan memperhatikan keuangan Desa.
(4) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten dapat memberikan penghargaan kepada pimpinan dan anggota BPD yang berprestasi.
BAB VIII
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA
Bagian Pertama Pembentukan dan Susunan Organisasi
Pasal 22
(1) Dalam rangka memberdayakan masyarakat di desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan Desa; (2) Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Pasal 23
(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam memberdayakan masyarakat di desa.
(2) Pengurus lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
103
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tehnis tatacara pembentukan pengurus ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.
Pasal 24
(1) Susunan organisasi lembaga kemasyarakatan di Desa adalah
sebagai berikut: a. ketua sebagai pimpinan dan penangggung jawab; b. sekretaris sebagai pembantu pimpinan penyelenggaraan
administrasi; c. bendahara sebagai penyelenggaraan administrasi
keuangan; d. ketua bidang sebagai pembantu pimpinan dan pelaksana
disesuaikan dengan kebutuhan desa masingmasing; e. anggota, disesuaikan dengan kebutuhan.
(2) Susunan organisasi lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a sampai dengan huruf e disesuaikan dengan kebutuhan lembaga kemasyarakatan di Desa yang akan dibentuk.
Bagian Kedua
Maksud dan tujuan
Pasal 25
Tujuan pembentukan lembaga kemasyarakatan di desa merupakan mitra pemerintahan desa yang mempunyai tugas membantu dalam memperdayakan masyarakat di desa.
Pasal 26
Tujuan pembentukan lembaga kemasyarakatan di Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 untuk mempercepatterwujudnya kesejahteraan masyarakat desa melalui: a. peningkatan pelayanan masyarakat; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. pengembangan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat; dan e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi masyarakat setempat.
104
Bagian Ketiga Tugas dan Fungsi
Pasal 27
Tugas lembaga kemasyarakatan di desa sebagaimana dalam Pasal 24 meliputi: a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong
dan swadaya masyarakat; dan d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam
rangka pemberdayaan masyarakat.
Pasal 28
Lembaga kemasyarakatan berfungsi: a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam
pembangunan; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat dalam rangka memperkokoh keutuhanNegara Kesatuan Republik Indonesia;
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat;
d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;
e. penumbuhkembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotongroyong masyarakat;
f. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; g. pemberdayaan hak politik masyarakat; h. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber
daya kelestarian lingkungan hidup; i. pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan,
penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja ; dan j. pendukung media komunikasi, informasi dan sosialisasi antara
pemerintah Desa/kelurahan dan masyarakat.
Bagian Kelima Pendanaan Kegiatan
Pasal 29
105
Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan dapat bersumber dari : Swadaya masyarakat: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; b. APBDesa; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; d. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah
Kabupaten; e. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB IX HUBUNGAN KERJA
Pasal 30
Hubungan kerja antara BPD dengan Pemerintah Desa dan lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
BAB X KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
Anggota BPD yang ada pada saat ini tetap menjalankan tugas sampai habis masa keanggotaannya.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua Peraturan Desa yang mengatur mengenai Badan Permusyawaratan Desa yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
106
Pasal 34
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 15 Tahun 2006tentang Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan di Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 24) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
Ditetapkan di Kotabumi pada tanggal 30-12-2016
BUPATI LAMPUNG UTARA,
dto AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan di Kotabumi pada tanggal 30-12-2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA,
dto
SAMSIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 7 NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG NOMOR: 07/431/LU/2016
107
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 7 TAHUN 2016
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA
I. UMUM Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksaaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 mengatur beragam perubahan mengenai pemerintahan Desa, termasuk mengenai Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Mengingat kedudukan, kewenangan, dan Keuangan Desa yang semakin kuat, penyelenggaraan Pemerintahan Desa diharapkan lebih akuntabel yang didukung dengan sistem pengawasan dan keseimbangan antara Pemerintah Desa dan lembaga Desa. Lembaga Desa, khususnya BPD yang dalam kedudukannya mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan Pemerintahan Desa bersama Kepala Desa, harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa sehingga BPD merupakan mitra kerja Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat Desa.
108
Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan/atau BPD memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa.Musyawarah Desa adalah forum musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa. Fungsi BPD menjadi strategis karena seluruh kebijakan di tingkat Desa dibahas Pemerintah Desa bersama BPD.Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa. Sesuai dengan ketentuan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5
Huruf l Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepada BPD secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa tersebut paling sedikit memuat pelaksanaan Peraturan Desa. Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa tersebut digunakan oleh BPD dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja Kepala Desa.
109
Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup Jelas. Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup Jelas. Pasal 18 Cukup Jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “lembaga kemasyarakatan Desa”, antara lain rukun tetangga, rukun warga, pemberdayaan kesejahteraan keluarga, karang taruna, pos pelayanan terpadu dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 91
110
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG
PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMPUNG UTARA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perangkat Desa.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Darurat Nomor 28 Tahun 1959tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) dan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja Dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
111
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
112
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
dan
BUPATI LAMPUNG UTARA
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PERANGKAT DESA
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Lampung Utara. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat di Kabupaten Lampung
Utara. 5. Camat adalah pimpinan Kecamatan sebagai unsur Perangkat
Daerah.
113
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atauhak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
10. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
11. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnyadisingkat dengan BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yanganggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
12. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa dalam menyelenggarakan kegiatan Pemerintahan Desa, yang terdiri dari Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi, Kepala Dusun dan Staf.
13. Staf adalah pembantu Kepala Urusan dan pembantu Kepala Seksi.
14. Diberhentikan sementara adalah suatu keadaan dimana seseorang diberhentikan sementara waktu dari jabatannya karena sebab-sebab tertentu dan masih terbuka kemungkinan bagi yang bersangkutan untuk diangkat kembali.
15. Diberhentikan tetap untuk selanjutnya disebut diberhentikan adalah suatu keadaan dimana seseorang diberhentikan dari jabatannya secara tetap.
16. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa yang dipimpin seorang Kepala Dusun.
17. Rukun Warga dan Rukun Tetangga yang sebagaimana disingkat RW dan RT adalah organisasi kemasyarakatan yang
114
diakui dan dibina oleh Pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa.
18. Tokoh masyarakat adalah pemuka dari kalangan masyarakat yang meliputi pemuka agama, organisasi sosial politik golongan profesi, pemuda, perempuandan unsur pemuka lain yang berada di desa.
19. Panitia Pengisian Perangkat Desa selanjutnya disingkat P3D adalah kepanitiaan yang dibentuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan kegiatan proses penjaringan dan penyaringan bagi jabatan Perangkat Desa.
20. Pengisian Perangkat Desa adalah serangkaian proses dalam rangka mengisi kekosongan jabatan Perangkat Desa melalui ujian tertulis oleh P3D.
21. Penjaringan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh P3D yang meliputi kegiatan penentuan persyaratan, pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon.
22. Penyaringan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh P3D berupa pelaksanaan seleksi bagi Calon sampai dengan diperolehnya hasil.
23. Bakal Calon Perangkat Desa yang selanjutnya disebut Bakal Calon adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang telah mengajukan permohonan kepada P3D untuk mengikuti pencalonan Perangkat Desa.
24. Calon Perangkat Desa yang selanjutnya disebut Calon adalah Bakal Calon yang telahmelalui penelitian dan memenuhi persyaratan administrasi oleh Panitia Pengisian Perangkat Desa.
25. Calon yang berhak mengikuti ujian penyaringan yang selanjutnya disebut calon yang adalah calon yang ditetapkan oleh Kepala Desa untuk mengikuti ujian tertulis.
26. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa dengan persetujuan BPD.
27. Hari adalah hari kerja.
115
BAB II KEDUDUKAN
Pasal 2
(1) Perangkat Desa terdiri dari:
a. sekretariat Desa; b. pelaksana teknis; dan c. pelaksana kewilayahan.
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan desa.
Pasal 3
(1) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
(2). Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh unsur staf yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Desa.
(3). Unsur staf sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling banyak terdiri dari 3 (tiga) urusan yang ditetapkan sesuai kebutuhan dan kondisi desa setempat.
(4). Bidang urusan sebagaimana dimaksud ayat (3) terdiri atas: a. Urusan Umum; b. Urusan Keuangan;dan c. Urusan Perencanaan.
(5). Masing-masing bidang urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipimpin oleh seorang Kepala Urusan.
Pasal 4
(1) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf bmerupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional yangmasing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi.
(2) Kepala seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Seksi Pemerintahan;
116
b. Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan;dan c. Seksi Kemasyarakatan.
Pasal 5
(1) Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf cdipimpin oleh Kepala Dusun yang bertugas membantu Kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan.
(2) Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan secara profesional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa.
Pasal 6
Dalam menjalankan tugasnya, masing-masing Kepala Urusan dan Kepala Seksi dapat dibantu oleh seorang staf, dengan mempertimbangkan bebankerja dan kemampuan keuangan desa.
BAB III
TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN PERANGKAT DESA
Bagian Kesatu Sekretriat Desa
Paragraf 1
Sekretaris Desa Pasal 7
(1) Sekretaris Desa mempunyai tugas: a. mengkoordinasikan penyusunan kebijakan dan program
kerja pemerintahan desa; b. pengoordinasian pelaksana teknis dan pelaksana
kewilayahan; c. mengoordinasikan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan
pemerintahan desa; d. menyelenggarakan kesekretariatan desa; e. menjalankan administrasi desa; f. memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh
satuan organisasi pemerintah desa;
117
g. melaksanakan urusan rumah tangga dan perawatan sarana dan prasarana fisik pemerintah Desa; dan
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Desa menjalankan fungsi:
a. pelaksanaan penyusunan program kerja, evaluasi dan pelaporan kegiatan pemerintahan desa;
b. pelaksanaan kegiatan kesekretariatan desa; c. pelaksanaan urusan personalia Perangkat Desa; d. pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga desa; e. pelaksanaan pelaporan keuangan desa; f. pelaksanaan pelayanan administrasi pemerintahan desa; g. pengelolaan perpustakaan desa; h. pengelolaan aset desa; dan i. penyusunan rancangan Peraturan Desa, Peraturan Kepala
Desa dan Keputusan Kepala Desa.
Paragraf 2 Urusan Umum
Pasal 8
(1) Urusan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) huruf aberkedudukan sebagai unsur Sekretariat Desa yang membantu Kepala Desa di bidang urusan umum dan perlengkapan.
(2) Urusan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
(3) Kepala Urusan Umum dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh staf Desa sesuai kebutuhan dan kemampuan desa, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Urusan Umum.
Pasal 9
(1) Urusan Umum mempunyai tugas: a. melakukan urusan surat menyurat; b. melaksanakan pengelolaan arsip Pemerintah Desa; c. melaksanakan pengelolaan barang inventaris Desa;
118
d. mempersiapkan sarana rapat/pertemuan, upacara resmi dan lain-lain kegiatan Pemerintah Desa;
e. melaksanakan pengelolaan perpustakaan Desa; dan f. melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan umum
yang diberikan oleh Kepala Desa atau Sekretaris Desa; dan
g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Desa dan/atau Sekretaris Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Urusan Umum menjalankan fungsi: a. pelaksanaan urusan tata usaha dan kearsipan pemerintah
desa; b. pelaksanaan urusan barang inventaris desa; c. pelaksanaan urusan rumah tangga desa; dan d. pelaksanaan pelayanan administrasi kepada masyarakat
desa.
Paragraf 3 Urusan Keuangan
Pasal 10
(1) Urusan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) huruf b merupakan unsur Sekretariat Desa yang membantu tugas Kepala Desa dibidang keuangan.
(2) Urusan Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
(3) Kepala Urusan Keuangan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh staf desa sesuai kebutuhan dan kemampuan desa, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Urusan Keuangan.
Pasal 11
(1) Urusan Keuangan mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan anggaran, anggaran perubahan dan perhitungan APBDesa;
b. menerima, menyimpan, mengeluarkan atas persetujuan Kepala Desa, membukukan dan mempertanggungjawabkan keuangan Desa;
c. mengendalikan pelaksanaan APBDesa;
119
d. mengelola dan membina administrasi keuangan desa; e. menggali sumber pendapatan desa; f. melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan
keuangan yang diberikan oleh Kepala Desa atau Sekretaris Desa; dan
g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Desa dan/atau Sekretaris Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Urusan Keuangan menjalankan fungsi: a. pelaksanaan penyusunan rancangan APBDesa; b. pelaksanaan penerimaan sumber pendapatan dan
keuangan Desa; c. pelaksanaan pembukuan, perbendaharaan dan
pelaporan keuangan Desa; d. pelaksanaan pungutan desa; dan e. pelaksanaan penyusunan pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan desa.
Paragraf 4 Urusan Perencanaan
Pasal 12
(1) Urusan Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) huruf c merupakan unsur Sekretariat Desa yang membantu tugas Kepala Desa dibidang perencanaan, pengendalian dan pelaporan program pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Urusan Perencanaan dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
(3) Kepala Urusan Perencanaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh staf Desa sesuai kebutuhan dan kemampuan desa, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Urusan Perencanaan.
Pasal 13
(1) Urusan Perencanaan mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan dan program kerja pemerintahan desa;
120
b. melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program kerja pemerintahan desa secara rutin atau berkala;
c. menyusun pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa akhir tahun anggaran dan akhir masa jabatan;
d. melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan perencanaan yang diberikan oleh Kepala Desa atau Sekretaris Desa;
e. melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Desa;
f. menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa;
g. menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Desa; dan h. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Desa
atau Sekretaris Desa. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Urusan Perencanaan menjalankan fungsi: a. penyusunan rancangan Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa; b. penyusunan program kerja pemerintahan desa; c. penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan
desa akhir tahun anggaran dan akhir masa jabatan; d. penyelenggaraan musyawarah Desa; e. pengendalian dan evaluasi; f. penyusunan laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran; g. penyampaian dan penyebarluasan informasi
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat setiap akhir tahun anggaran; dan
h. fasilitasi kesekretariatan BPD.
Bagian Kedua Pelaksana Teknis
Pasal 14
(1) Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
(2) Kepala Seksi dapat dibantu oleh Staf Desa sesuai kebutuhan dan kemampuan desa, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Seksi.
121
Paragraf 1 Seksi Pemerintahan
Pasal 15
(1) Seksi Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a merupakan unsur pelaksana teknis yang membantu tugas Kepala Desa di bidang pemerintahan, keamanan, ketertiban dan perlindungan masyarakat.
(2) Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 16
(1) Seksi Pemerintahan mempunyai tugas:
a. merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan pemeliharan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat;
b. melaksanakan administrasi kependudukan; c. melaksanakan administrasi pertanahan; d. melaksanakan pembinaan sosial politik; e. memfasilitasi kerjasama Pemerintah Desa; f. menyelesaikan perselisihan warga; dan g. melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pemerintahan
yang diberikan Kepala Desa. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Seksi Pemerintahan menjalankan fungsi: a. penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeliharaan
ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat; b. penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi
kependudukan; c. penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi
pertanahan; d. penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan
pembinaan sosial politik; e. pendataan dan pengolahan profil desa; f. pelaporan dan pertanggungjawaban perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan Seksi Pemerintahan; g. fasilitasi kerjasama Pemerintah Desa; dan h. penyelesaian perselisihan warga.
122
Paragraf 2 Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan
Pasal 17
(1) Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf bmerupakan unsur pelaksana teknis yang membantu tugas Kepala Desa di bidang pembangunan dan pemberdayaan.
(2) Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 18
(1) Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan mempunyai tugas: a. merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melaporkan kegiatan pembangunan desa; b. mengelola sarana dan prasarana perekonomian
masyarakat desa dan sumber-sumber pendapatan desa; c. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat
sesuai bidangtugasnya; d. mengembangkan sarana prasarana pemukiman warga; e. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian
lingkungan hidup; dan f. melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidang
Pembangunan dan Pemberdayaan yang diberikan oleh Kepala Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan menjalankan fungsi: a. perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan program
pembangunan desa; b. peningkatan kegiatan serta pengembangan sarana dan
prasarana perekonomian desa; c. pendataan, pengolahan dan peningkatan penghasilan
tanah-tanah milik desa; d. peningkatan dan pengembangan sumber-sumber
pendapatan desa; e. pengembangan sarana prasarana pemukiman warga; f. peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian
lingkungan hidup; dan
123
g. pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat desa sesuai bidang tugasnya.
Paragraf 3
Seksi Kemasyarakatan Pasal 19
(1) Seksi Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2) huruf c merupakan unsur pelaksana teknis yang membantu tugas Kepala Desa di bidang agama, pembinaan kemasyarakatan dan kesejahteraan rakyat.
(2) Seksi Kemasyarakatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 20
(1) Seksi Kemasyarakatan mempunyai tugas: a. merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melaporkan kegiatan pembinaan mental spiritual, keagamaan, nikah, talak, cerai/rujuk, sosial, pendidikan, kebudayaan, olah raga, kepemudaan, kesehatan masyarakat, kesejahteraan keluarga, pemberdayaan perempuan danperlindungan anak;
b. mengkoordinasikan kegiatan kemasyarakatan sesuai bidang tugasnya; dan
c. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Kemasyarakatan menjalankan fungsi: a. perencanaan dan mengaktifkan pelaksanaan kegiatan
keagamaan; b. pelayanan administrasi nikah, talak, rujuk dan cerai; c. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang
sosial; d. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan
dan kebudayaan; e. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang
pemuda, olahraga, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
124
f. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang kesejahteraan dankesehatan masyarakat;
g. pelaporan dan evaluasi kegiatan kemasyarakatan; dan h. pengkoordinasikan kegiatan kemasyarakatan sesuai
bidang tugasnya.
Bagian Ketiga Pelaksana Kewilayahan
Pasal 21
(1) Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipimpin oleh seorang kepala pelaksana kewilayahan yang disebut Kepala Dusun, berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dusun berkedudukan di bawah Kepala Desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 22
(1) Kepala Dusun mempunyai tugas: a. membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa diwilayah
Dusun; b. melaksanakan kegiatan dan administrasi pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan serta membina ketentraman dan ketertiban di wilayah Dusun;
c. melaksanakan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa;
d. melaksanakan pelayanan kepada masyarakat; e. menyampaikan informasi tentang ketentuan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku di Desa dan di wilayah Dusun;
f. memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa mengenai kebijakan dan tindakanyang akan diambil di bidang tugasnya; dan
g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Desa. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Kepala Dusun menjalankan fungsi: a. pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan;
125
b. pelaksanaan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa;
c. pelaksanaan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat;
d. peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat;
e. peningkatan partisipasi dan gotong royong masyarakat dalam pembangunan;
f. pelaksanaan keamanan, ketertiban dan perlindungan masyarakat;
g. pelaksanaan pengembangan dan pembinaan kebudayaan; dan
h. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Kepala Dusun.
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Perangkat Desa
mempunyai hak: a. menerima penghasilan tetap dan/atau tunjangan setiap
bulan. b. mendapatkan cuti bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
(2) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Perangkat Desa mempunyai kewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Repulik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. mentaati dan menegakkan Peraturan Perundang-undangan;
c. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, professional, efektif dan efisien, bersihserta bebas darikolusi, korupsi dan nepotisme;
d. menjalankan kebijakan dan program pemerintahan desa;
e. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan sesama Perangkat Desa dan seluruh pemangku kepentingan di Desa;
126
f. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; dan
g. memberikan informasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat Desa.
Bagian Kelima
Rincian Fungsi dan Tugas Pasal 24
Rincian fungsi dan tugas masing-masing Perangkat Desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa.
BAB IV
TATA KERJA Pasal 25
(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam menyelenggarakan
Pemerintahan Desa melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
(2) Setiap Perangkat Desa mengadakan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan fungsi dan tugasnya.
(3) Setiap Perangkat Desa melaporkan hasil pelaksanaan fungsi dan tugasnya kepada atasannya secara tertulis, rutin atau berkala.
(4) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), Perangkat Desa bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya serta memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing.
Pasal 26
(1) Sekretaris Desa mengoordinasikan pelaksanaan teknis
administrasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. (2) Sekretaris Desa mewakili Kepala Desa apabila Kepala Desa
sedang tidak ada di tempat atau berhalangan sementara.
BAB V PEMBINAAN PERANGKAT DESA
Pasal 27
127
(1) Dalam rangka pembinaan, Kepala Desa dapat melakukan alih tugas/jabatan terhadap Perangkat Desa yang berkedudukan setara.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kepala Dusun.
BAB VI
PENGISIAN PERANGKAT DESA
Bagian Kesatu Umum
Pasal 28
(1) Perangkat Desa diangkat dari penduduk desa setempat yang memenuhi persyaratan.
(2) Pengisian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui tahapan: a. penjaringan; b. penyaringan; dan c. pengangkatan.
Bagian Kedua Penjaringan
Paragraf 1
Persyaratan Calon Perangkat Desa
Pasal 29
(1) Calon Perangkat Desa adalah penduduk Desa setempat, Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat sebagai berikut: a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat;
128
d. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;
e. berdomisili di desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun terakhir terhitung sebelum diterimanya berkas lamaran oleh P3D yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk dan/atau Kartu domisili yang dikeluarkan oleh ketua RT/RW diketahui oleh Kepala Desa;
f. berkelakuan baik, jujur dan adil; g. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara dengan
hukuman badan atau hukuman percobaan; h. tidak sedang berstatus tersangka atau terdakwa karena
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara;
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)tahun, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;
k. sehat dibuktikan dengan Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh RSUD atau Puskesmas;
l. memahami adat istiadat desa setempat; dan m. tidak memiliki hubungan perkawinan dengan Kepala
Desa dan/atau BPD sampai dengan derajat ketiga. (2) Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri atau dicalonkan
sebagai perangkat Desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperoleh Surat Izin dari Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
(3) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat menjadi Perangkat Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi Perangkat Desa tanpa kehilangan hak sebagai Pegawai Negeri Sipil.
129
Paragraf 2 Pembentukan Panitia Pengisian
Pasal 30
(1) Paling lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Perangkat Desa, Kepala Desa memproses pengisian Perangkat Desa.
(2) Dalam rangka pengisian Perangkat Desa, Kepala Desa membentuk P3D yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(3) P3D sebagaimanadimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: a. Ketua merangkap anggota; b. Sekretaris merangkap anggota; c. Bendahara merangkap anggota; dan d. Anggota.
(4) Penentuan susunan P3D dilaksanakan dengan cara musyawarah mufakat dan terdiri dari unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara proporsional dengan melibatkan peran sertamasyarakat.
(5) P3D berjumlah ganjil dan paling banyak 7 (tujuh) orang. (6) Penentuan kedudukan Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
Anggota P3D dilakukan dengan musyawarah mufakat oleh anggota P3Ddan apabila melalui musyawarah tidak dicapai mufakat, dilakukan dengan pemungutan suara.
(7) Untuk keperluan administrasi, P3Dmenggunakan Cap/Stempel P3D.
(8) Tugas P3Dadalah: a. mengumumkan kepada masyarakat mengenai adanya
pengisian Perangkat Desa; b. menyusun jadwal waktu dan tempat proses pelaksanaan
pengisian Perangkat Desa, dengan persetujuan Kepala Desa dan dikonsultasikan kepada Camat;
c. menyusun Rencana Anggaran dan Belanja pengisian Perangkat Desa, dengan persetujuan Kepala Desa dan dikonsultasikan kepada Camat;
d. menyusun tata tertib pelaksanaan pengisian Perangkat Desa dengan pertimbangan Kepala Desa dan dikonsultasikan dengan Camat;
e. menerima pendaftaran Bakal Calon;
130
f. melaksanakan penelitian persyaratan Bakal Calon; g. menyelenggarakan seleksi bagi Bakal Calon yang
berhak mengikuti; h. mengumumkan Calon kepada masyarakat; i. meneliti kebenaran keberatan masyarakat terhadap
Calon; j. mengajukan Calon yang lolos atas keberatan
masyarakat kepada Kepala Desa untuk ditetapkan sebagai Calon yang Berhak Mengikuti seleksi;
k. mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pengisian Perangkat Desa;
l. membuat berita acara hasil seleksi untuk disampaikan kepada Camat melalui Kepala Desa; dan
m. melaporkan pelaksanaan pengisian Perangkat Desa kepada Kepala Desa.
(9) P3D dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Paragraf 3
Pengajuan Permohonan Pasal 31
(1) Penduduk yang berkeinginan mencalonkan diri sebagai
Perangkat Desa mengajukan permohonan pendaftaran secara tertulis di atas kertas bermaterai cukup kepada Kepala Desa melalui P3D dengan melampirkan: a. Surat Pernyataan yang memuat:
1. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. setia dan taat kepada Pancasila sebagai dasar
negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
3. sanggup berbuat baik, jujur dan adil; 4. tidak sedang menjalani pidana penjara dengan
hukuman badan atau hukuman percobaan; 5. tidak sedang berstatus tersangka atau terdakwa
karena tindak pidana kejahatan kesengajaan yang diancam dengan pidana penjara;
6. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
131
7. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih atau pernyataan pernah menjalani pidana penjara yang diancam dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun atau lebihdan telah 5 (lima) tahun selesai menjalani pidana penjara serta mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;
8. sanggup mengundurkan diri dari jabatan lama apabila diangkat dalam jabatan baru, bagi Perangkat Desa; dan
9. sanggup bertempat tinggal di wilayah desa setempat selama menjabat bagi Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi dan Staf atau Surat Pernyataan sanggup bertempat tinggal di wilayah Dusun setempat selama menjabat bagi Kepala Dusun.
10. tidak memiliki hubungan perkawinan dengan Kepala Desa dan/atau BPD sampaidengan derajat ketiga.
b. fotokopi/salinan ijazah paling rendah sekolah menengah umum atau sederajat yang dilegalisir pejabat berwenang;
c. fotokopi/salinan akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang dilegalisir pejabat berwenang;
d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir dan surat keterangan bertempat tinggal paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari Rukun Tetangga/Rukun Warga di ketahui oleh Kepala Desa;
e. fotokopi Kartu Keluarga (C1) yang dilegalisir; f. surat keterangan catatan kepolisian yang dikeluarkan
oleh kepolisian setempat; g. surat keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh
Dokter Rumah Sakit Umum Daerah atau Puskesmas; h. pas foto, warna dan ukuran yang banyaknya sesuai
kebutuhan; i. surat izin dari pejabat pembina kepegawaian bagi
pegawai negeri sipil; dan
132
j. khusus Bakal Calon Kepala Dusun disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk warga yang mendukung atau Berita Acara musyawarah Rukun Tetangga/Rukun Warga.
(2) Penduduk yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya disebut Bakal Calon Perangkat Desa.
Paragraf 4 Pendaftaran Bakal Calon
Pasal 32
(1) Jangka waktu pendaftaran dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari sejak diumumkan oleh panitia.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum mendapatkan Bakal Calon, jangka waktu pendaftaran diperpanjang untuk selama 7 (tujuh) hari.
(3) Setelah perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan, tetap tidak mendapatkan Bakal Calon, maka dilakukan pendaftaran dari awal dengan mekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau pendaftaran dari awal sebagaimana dimaksud pada ayat (3), P3D mengumumkan paling lama pada hari pertama perpanjangan/pendaftaran dari awal dengan membuat Berita Acara.
Paragraf 5
Penetapan Calon Pasal 33
(1) P3D melakukan verifikasi persyaratan administrasi masing-
masing Bakal Calon. (2) Bakal Calon yang telah melalui verifikasi danmemenuhi
persyaratan administrasi oleh P3D ditetapkan sebagai Calon yang dituangkan dalam Berita Acara Penetapan Calon.
(3) Nama-nama Calon sebagaimana dimaksud padaayat (2) selanjutnya diumumkan kepada masyarakat paling lambat 1 (satu) hari setelah ditetapkan untuk memberikan kesempatan masyarakat menilai masing-masing Calon.
133
Paragraf 6 Penyampaian Keberatan terhadap Calon
Pasal 34
(1) Penyampaian keberatan terhadap Calon yang ditetapkan oleh P3D, disampaikan kepada P3D dengan menyebutkan identitas pengirim secara jelas dan alasan-alasan keberatan atas calon, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak penetapan Calon.
(2) Penyampaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah diteliti kebenarannya, dituangkan dalam Berita Acara Penelitian Keberatan Masyarakat.
(3) Berita Acara Penelitian Keberatan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi Kepala Desa untuk menetapkan calon yang berhak mengikuti seleksi.
(4) Penyampaian keberatan yang melebihi batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipertimbangkan dan tidak mempengaruhi hasil seleksi.
BAB VII PENGANGKATAN PERANGKAT DESA
Bagian Kesatu Rekomendasi Camat
Pasal 35
(1) Kepala Desa menyampaikan hasil penjaringan dan penyaringan bakal calon Perangkat Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) orang calon kepada Camat untuk mendapat rekomendasi.
(2) Camat memberikan rekomendasi tertulis kepada calon Perangkat Desa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah di terima dari Kepala Desa.
(3) Dalam hal pengisian Perangkat Desatidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, Camat memberikan rekomendasi dengan memerintahkan kepada Kepala Desa untuk melakukan proses penjaringan dan penyaringan kembali Perangkat Desa atas beban APB Desa.
(4) Dalam hal Camat memberikan persetujuan, Kepala Desa menerbitkan Keputusan Kepala Desa tentang Pengangkatan Perangkat Desa.
134
Bagian Kedua Pelantikan dan Serah Terima Jabatan
Pasal 36
(1) Sebelum memangku jabatannya, Perangkat Desa dilantik oleh Kepala Desa atau Pejabat lain yang ditunjuk setelah mengucapkan sumpah/janji sebagai berikut: “Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanjibahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Perangkat Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil adilnya; Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; Bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia” bagi agama lain untuk menyesuaikan dengan agama yang dianutnya.
(2) Pelaksanaan pelantikan Perangkat Desa dituangkan dalam Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji dan ditandatangani oleh pejabat yang melantik, pejabat yang dilantik, para saksi dan rohaniwan.
(3) Serah terima jabatan dari pejabat lama kepada pejabat baru dilaksanakan pada saat setelah pelantikan dengan Berita Acara Serah Terima Jabatan dan penyerahan Memori Serah Terima.
(4) Pelaksanaan Pengambilan Sumpah/Janji dan Pelantikan Perangkat Desa dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan Keputusan Pengangkatan Perangkat Desa oleh Kepala Desa.
BAB VIII
BIAYA PENGISIAN PERANGKAT DESA Pasal 37
Biaya Pengisian Perangkat bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; b. Bantuan Pemerintah Daerah; c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
135
BAB IX MASA JABATAN PERANGKAT DESA
Pasal 38
Masa Jabatan Perangkat Desa berakhir pada usia 60 (enam puluh) tahun.
BAB X
LARANGAN DAN SANKSI Bagian Kesatu
Larangan Pasal 39
Perangkat Desa dilarang: a. merugikan kepentingan umum; b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri,
anggota keluarga, pihak lain atau golongan tertentu; c. menyalahgunakan wewenang, tugas, kewajiban dan/atau
haknya; d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau
golongan masyarakat tertentu; e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat
desa; f. melakukan tindakan makar atau tindak pidana terhadap
keamanan negara; g. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang,
barang, jasa atau sesuatu lainnya dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
h. menjadi anggota atau pengurus partai politik; i. menjadi anggota atau pengurus Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM); j. menjadi anggota atau pengurus organisasi terlarang; k. merangkap jabatan sebagai Ketua Lembaga Kemasyarakatan
Desa, pimpinan atau anggota BPD dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;
l. ikut serta atau terlibat dalam kegiatan kampanye pemilihan umum, pemilihan Kepala Daerah, atau pemilihan Kepala Desa;
m. melanggar sumpah/janji jabatan;
136
n. meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan; dan
o. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan, bertentangan dengan norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan/atau adat istiadat setempat atau melakukan perbuatan lain yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat.
Bagian Kedua
Sanksi
Paragraf 1 Teguran Tertulis
Pasal 40
(1) Dalam hal Perangkat Desa melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dikenai sanksi berupa teguran tertulis oleh Kepala Desa.
(2) Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu antara teguran satu dengan teguran lainnya paling singkat 30 (tiga puluh) hari dan paling lama 60 (enam puluh) hari.
(3) Apabila setelah teguran ke 3 (tiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perangkat Desa yang bersangkutan tidak menunjukkan sikap perbaikan, Kepala Desa memberhentikan sementara Perangkat Desa yang bersangkutan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak teguran ke 3 (tiga) diberikan.
(4) Dalam hal Perangkat Desa melakukan tindak pidana dan perkaranya telah diproses oleh aparat penegak hukum, maka Kepala Desa dalam memberikan sanksi tidak memerlukan teguran tertulis.
Paragraf 2
Pemberhentian Sementara Pasal 41
Perangkat Desa yang berstatus tersangka dalam suatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara dan/atau menjalani proses penahanan selama proses pemeriksaan perkara
137
pidana, Kepala Desa memberhentikan sementara Perangkat Desa yang bersangkutan.
Pasal 42
(1) Perangkat Desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, paling lama 10 (sepuluh) hari sejak penetapan putusan pengadilan diterima oleh Perangkat Desa, Perangkat Desa yang bersangkutan menyampaikan petikan putusan pengadilan kepada Kepala Desa.
(2) Kepala Desa merehabilitasi dan mengaktifkan kembali Perangkat Desa yang bersangkutan sebagai Perangkat Desa sampai dengan akhir masa jabatannya paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Kepala Desa menerima petikan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Jangka waktu selama menjalani pemberhentian sementara tetap diperhitungkan dalam masa jabatan Perangkat Desa dan berhak atas penghasilan tetap dan/atau tunjangan.
(4) Apabila Perangkat Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Kepala Desa merehabilitasi nama baik Perangkat Desa yang bersangkutan.
BAB XI
PEMBERHENTIAN Pasal 43
(1) Perangkat Desa berhenti karena:
a. meninggal dunia; b. atas permintaan sendiri; atau c. diberhentikan.
(2) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: a. telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perangkat Desa; d. melanggar sumpah/janji jabatan;
138
e. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Perangkat Desa;
f. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39; dan/atau
g. terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakandengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi tertulis dari Camat.
(4) Kepala Desa menyampaikan usul pemberhentian Perangkat Desa kepada Camat untuk mendapatkan rekomendasi Camat.
(5) Apabila proses pemberhentian Perangkat Desa tidak sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan, Camat tidak memberikan rekomendasi.
(6) Rekomendasi tertulis Camat menjadi dasar Kepala Desa dalam pemberhentian Perangkat Desa dengan Keputusan Kepala Desa.
(7) Kepala Desa menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Pemberhentian Perangkat Desa paling lambat 12 (dua belas) hari sejak rekomendasi Camat.
BAB XII
PENJABAT PENGGANTI PERANGKAT DESA
Pasal 44
(1) Dalam hal Sekretaris Desa berhalangan sementara atau berhalangan tetap atau diberhentikan sementara atau diberhentikan, Kepala Desa menetapkan salah satu Kepala Urusan atau Kepala Seksi sebagai Pelaksana Tugas Harian dengan Keputusan Kepala Desa.
(2) Dalam hal Kepala Urusan atau Kepala Seksi berhalangan sementara atau berhalangan tetap atau diberhentikan sementara atau diberhentikan, Kepala Desa menetapkan Sekretaris Desa atau Kepala Urusan atau Kepala Seksi lainnya sebagai Pelaksana Tugas Harian dengan Keputusan Kepala Desa.
139
(3) Dalam hal Kepala Dusun berhalangan sementara atau berhalangan tetap atau diberhentikan sementara atau diberhentikan, Kepala Desa menetapkan Kepala Dusun lainnya yang berdekatan atau salah satu Kepala Urusan atau Kepala Seksi yang berdomisili di wilayah Dusun dimaksud sebagai Pelaksana Tugas Harian dengan Keputusan Kepala Desa.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
Sekretaris Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat sebelum Peraturan Daerah ini berlaku tetap sebagai Perangkat Desa dan menjalankan tugasnya sepanjang mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian yang berwenang sesuai Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 46
(1) Perangkat Desa yang diangkat sebelum berlakunya
Peraturan Daerah ini berlaku sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29tetap menjadi Perangkat Desa.
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf m diberhentikan secara hormat.
Pasal 47
(1) Perangkat Desa yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf c tidak terpenuhi bagi perangkat desa yang masih menjabat diberikan waktu 2 (dua) tahun untuk melakukan penyesuaian sejak peraturan daerah ini diundangkan.
(2) Apabila waktu penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, Perangkat Desa diberhentikan secara hormat.
140
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 terbukti melakukan suatu tindak pidana melalui putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap diberhentikan sebagai Perangkat Desa.
Pasal 48
Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku,Peraturan Daerah yang mengatur Perangkat Desa dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 50 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 10 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Pemerintah Desa dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 30) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 51
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
141
Ditetapkan di Kotabumi pada tanggal30-12-2016 BUPATI LAMPUNG UTARA, Dto AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Diundangkan di Kotabumi pada tanggal 30-12-2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA,
dto
SAMSIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 8 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG: 08/432/LU/2016
142
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERANGKAT DESA
SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA
BUPATI LAMPUNG UTARA, dto
AGUNG ILMU MANGKUNEGARA
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB.LU, dto HENDRI, SH.MM PEMBINA NIP. 19800918 200212 1 001
143
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG
PERANGKAT DESA
I. UMUM Perangkat Desa adalah salah satu unsur penyelenggaraan
kegiatan Pemerintahan Desa, yang merupakan unsur sangat penting dalam peningkatan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat di desa, sehingga tata cara pengangkatan dan pemberhentian serta keberadaannya perlu diatur secara khusus dengan Peraturan Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 10 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Pemerintah Desa dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa sudah tidak sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan desa dan perkembangan peraturan perundang-undangan, sehingga agar selaras dengan dinamika dan perkembangan masyarakat serta peraturan perundang-undangan perlu dilakukan penggantian.
Dalam Peraturan Daerah ini Perangkat Desa mencakup Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi, Kepala Dusun dan Staf.
Disamping itu, terjadinya perubahan dan penambahan persyaratan untuk dapat mencalonkan diri menjadi Perangkat Desa, melalui mekanisme ujian tertulis, serta mekanisme pengangkatan dan pemberhentian Perangkat Desa dengan mempertimbangkan rekomendasi tertulis dari Camat.
Salah satu persyaratan dalam Peraturan Daerah ini adalah antara calon Perangkat Desa dan Kepala Desa dan/atau BPD tidak memiliki keterkaitan hubungan perkawinan sampai dengan derajat
144
ketiga, yaitu antara ayah/ibu, suami/isteri dan anak. Pencantuman syarat demikian dimaksudkan agar dalam proses rekrutmen benar-benar mempertimbangkan kualitas serta menghindari adanya pertimbangan kekerabatan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada profesionalitas kerja serta relasi antara Kepala Desa, BPD dan Perangkat Desa dalam hubungan kerja. Demikian pula pencantuman pengetahuan atas adat istiadat setempat menjadi syarat agar calon benar-benar paham dengan karakter masyarakat serta adat istiadat yang berkembang di tengah masyarakat, sebab itu dalam soal ujian tertulispun diberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan adat istiadat setempat.
Meskipun terjadi perubahan fundamental, Sekretaris Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil diberikan kesempatan untuk memilih antara kembali ke lembaga asal atau tetap melaksanakan tugasnya setelah mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang, sementara untuk jabatan Sekretaris Desa yang kosong dilakukan pengisian melalui cara ujian tertulis sebagaimana Perangkat Desa yang lain.
Pengisian Kepala Dusun juga menggunakan cara ujian tertulis. Oleh karena itu dalam Peraturan Daerah ini mengatur mengenai cara dan proses pengisian seluruh Perangkat Desa.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5 Cukup jelas.
Pasal 6 Cukup jelas.
Pasal 7 Cukup jelas.
Pasal 8 Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas.
Pasal 10 Cukup jelas.
145
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas.
Pasal 15 Cukup jelas.
Pasal 16 Cukup jelas.
Pasal 17 Cukup jelas.
Pasal 18 Cukup jelas.
Pasal 19 Cukup jelas.
Pasal 20 Cukup jelas.
Pasal 21 Cukup jelas.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas
Pasal 27 Cukup jelas.
Pasal 28 Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Huruf a-l Cukup jelas.
Huruf m
Yang dimaksud tidak memiliki hubungan perkawinan dengan Kepala Desa dan/atau BPD sampai derajat ketiga adalah hubungan perkawinan atas-bawah antara ayah, ibu, kakek, nenek.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
146
Pasal 30 Cukup jelas.
Pasal 31 Cukup jelas.
Pasal 32 Cukup jelas.
Pasal 33 Cukup jelas.
Pasal 34 Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36 Cukup jelas.
Pasal 37 Cukup jelas.
Pasal 38 Cukup jelas
Pasal 39 Cukup jelas.
Pasal 40 Cukup jelas.
Pasal 41 Cukup jelas.
Pasal 42 Cukup jelas.
Pasal 43 Cukup jelas.
Pasal 44 Cukup jelas.
Pasal 45 Cukup jelas.
Pasal 46 Cukup jelas.
Pasal 47 Cukup jelas.
Pasal 48 Cukup jelas.
Pasal 49 Cukup jelas.
Pasal 50 Cukup jelas
Pasal 51 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2016 NOMOR 92