DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan...

48

Transcript of DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan...

Page 1: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

 

Page 2: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23

1. Merubah struktur UKKI dengan berubahnya status kantor sejalan dengan reformasi birokrasi di

lingkungan DJBC.

2. Menghilangkan, merubah, dan menambahkan beberapa definisi dalam Perdirjen sesuai

kebutuhan.

3. Merubah (menyederhanakan) tugas UKKI sehingga rumusannya sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009.

4. Merubah (menambahkan) Fungsi UKKI sehingga fungsi UKKI merupakan penjabaran dari tugas

UKKI yang meliputi 8 Strategi penegakan kepatuhan internal.

5. Menambahkan satu fungsi UKKI ke dalam strategi penegakan kepatuhan internal, yaitu:

“Pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai.

6. Dalam kaitannya dengan hubungan kerja antara PUSKI dengan UKKI Vertikal:

- mereposisi Pasal yang mengatur hubungan kerja antara PUSKI dengan UKKI Vertikal

sehingga menjadi BAB tersendiri;

- merumuskan kembali hubungan tersebut dengan memperjelas wilayah kerja masing-masing

UKKI;

- menambahkan fungsi asistensi kepada PUSKI dan UKKI Kantor Wilayah.

7. Mereposisi Pasal yang mengatur mekanisme pelaporan menjadi BAB tersendiri dan merumuskan

kembali mekanisme pelaporan tersebut sehingga:

- pelaporan semua kegiatan penegakan kepatuhan internal dilakukan secara berjenjang (UKKI

KPPBC, PSO, BPIB melaporkan kepada UKKI Kantor Wilayah) sehingga UKKI Kantor Wilayah

mengetahui apa yang dilakukan UKKI kantor-kantor di bawah pengawasannya.

- pelaporan dilakukan dalam periode bulanan dengan berbasis pada kegiatan (bukan ada atau

tidaknya temuan).

- Pelaporan dilakukan dalam format utuh yang meliputi semua kegiatan penegakan kepatuhan

internal.

8. Dalam kaitannya dengan strategi penegakan kepatuhan internal “Pengawasan Melekat”:

a. perlu menegaskan fungsi UKKI dalam kaitannya dengan pelaksanaan waskat para atasan

langsung, yaitu:

- UKKI melakukan pengawasan terhadap para atasan langsung untuk memastikan bahwa

pengawasan melekat telah dilaksanakan di unit kerjanya masing-masing;

- UKKI memberikan asistensi dan supervisi kepada para atasan langsung pegawai

bersangkutan dalam proses pemeriksaan pegawai;

- UKKI melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan pegawai untuk memastikan

bahwa pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan melekat dilakukan sesuai ketentuan.

Lampiran I Surat Kepala Pusat KIKC Nomor : S- 119 /KIBC/2012 Tanggal : 26 Maret 2012

Page 3: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

b. Perlu dibuatkan tatacara pengujian pelaksanaan waskat sebagai pedoman penilaian UKKI

terhadap para atasan langsung dalam pelaksanaan waskat.

9. Dalam kaitannya dengan strategi penegakan kepatuhan internal “Pengawasan Kepatuhan

Pelaksanaan Tugas (PKPT)”:

a. lebih menegaskan batasan wilayah kerja masing-masing UKKI semua level;

b. menambahkan objek PKPT terkait dengan kegiatan identifikasi titik-titik rawan terjadinya

penyimpangan pada unit-unit yang diawasi, dalam rangka menyelaraskan dengan rencana

pencabutan INS-04/BC/2010 dan SE-15/BC/2010;

c. Perlu dibuatkan tatacara PKPT sebagai pedoman para petugas UKKI dalam melaksanakan

tugasnya.

d. mereposisi pasal yang mengatur kewenangan UKKI dalam PKPT ke dalam BAB

KEWENANGAN UKKI dalam penegakan kepatuhan internal.

e. Menegaskan bahwa tindak lanjut hasil PKPT oleh UKKI bukanlah untuk dilakukan

pemeriksaan berdaarkan PP-30 (sekarang PP-53) melainkan pemeriksaan kepatuhan internal

yang dalam hal ini adalah investigasi internal, karena pemeriksaan berdasarkan PP-53 adalah

kewenangan atasan langsung.

10. Perlu menambahkan satu strategi penegakan kepatuhan internal di P-23 yaitu terkait dengan

tugas “Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan DJBC” karena secara ketentuan tugas

tersebut dibebankan kepada UKKI pada semua level.

11. Dalam kaitannya dengan strategi penegakan kepatuhan internal “Evaluasi Kinerja” :

a. menegaskan bahwa mekanisme evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan tugas pelayanan,

tugas pengawasan dan tugas administrasi serta pelaksanaan tugas yang target kinerjanya

telah ditetapkan dalam Rencana Strategis, Road Map, dan Rencana Kerja Tahunan, dilakukan

dengan:

- audit kinerja

- evaluasi SOP (menindaklanjuti hasil audit Tim Itjen terkait kinerja UKKI)

- survey (menindaklanjuti hasil audit Tim Itjen terkait kinerja UKKI).

b. Perlu dibuatkan tatacara melakuka audit kinerja, evaluasi SOP dan survei pengguna jasa

sebagai pedoman para petugas UKKI dalam melaksanakan tugasnya.

12. Terkait dengan strategi penegakan kepatuhan internal “penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta

penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional”,

perlu menambahkan peran PUSKI yang lebih substantif dalam penyelesaian temuan APF,

sehingga auditee merasa terbantu dengan keberadaan PUSKI, antara lain:

- memberikan asistensi dan mencarikan solusi untuk menyelesaikan temuan

- temuan yang telah lewat waktu 10 (sepuluh) tahun atau yang belum lewat waktu 10 (sepuluh)

tahun namun proses klarifikasinya tidak mungkin dilakukan karena sulitnya menemukan bukti

pendukung, PUSKI melakukan konsultasi kepada Aparat Pengawas Fungsinonal untuk

menghapuskan temuan tersebut.

Page 4: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

13. Terkait dengan strategi penegakan kepatuhan internal “penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta

penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan

masyarakat” :

a. perlu penegasan bahwa penanganan pengaduan bukan hanya tugas PUSKI, tapi juga tugas

UKKI pada semua level;

b. perlu penegasan batasan wilayah kerja antara PUSKI, UKKI Kantor Wilayah dan UKKI

KPU/KPPBC/PSO/BPIBdalam penanganan pengaduan.

c. memberikan penguatan peran UKKI Kantor Wilayah dalam penanganan pengaduan sehingga

diupayakan investigasi internal atas pengaduan masyarakat yang diterima UKKI Kantor

Wilayah atau berkas pengaduan yang diteruskan PUSKI, diselesaikan dengan membentuk

Tim Investigasi di tingkat Kantor Wilayah.

d. menegaskan bahwa tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat setelah dilakukan

penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan oleh UKKI bukanlah

untuk dilakukan pemeriksaan berdaarkan PP-30 (sekarang PP-53) melainkan pemeriksaan

kepatuhan internal yang dalam hal ini adalah investigasi internal, karena pemeriksaan

berdasarkan PP-53 adalah kewenangan atasan langsung.

14. Terkait dengan kegiatan investigasi internal:

a. Perlu merumuskan kembali definisi “investigasi internal” sehingga kegiatan investigasi internal

bukan hanya menjadi tugas PUSKI melainkan juga tugas UKKI Vertikal.

b. Menyederhanakan rangkaian kegiatan investigasi internal menjadi satu tahapan saja

c. Perlu dibuatkan tatacara investigasi internal sebagai pedoman para petugas UKKI dalam

melaksanakan tugasnya.

15. Perlu mengatur dalam BAB tersendiri secara lebih rinci pola hubungan PUSKI dengan UKKI

Vertikal dalam pelaksanaan tugas penegakan kepatuhan internal, antara lain:

a. Kegiatan PKPT yang perlu didelegasikan oleh PUSKI kepada UKKI Vertikal

b. Kegiatan PKPT yang perlu didelegasikan oleh UKKI Kantor Wilayah kepada UKKI

KPPBC/PSO/BPIB.

c. Kegiatan penanganan pengaduan yang perlu diteruskan oleh PUSKI kepada UKKI Vertikal.

d. Kegiatan penanganan pengaduan yang perlu diteruskan oleh UKKI Kantor Wilayah kepada

UKKI KPPBC/PSO/BPIB.

e. Perlu dibukakesempatan bagiUKKI Kantor Wilayah untuk meminta asistensi kepada PUSKI

dalam penanganan pengaduan masyarakat.

f. Perlu dibuka kesempatan bagiUKKI KPPBC/PSO/BPIB meminta asistensi kepada UKKI

Kantor Wilayah dalam penanganan pengaduan masyarakat.

16. Perlu mengatur pada BAB tersendiri beberapa kewenangan UKKI dalam melaksanakan tugas

pegakan kepatuhan internal serta kewajiban pihak-pihak yang berkaitan untuk membantu dan

memenuhi permintaan UKKI dalam pelaksanaan tugasnya.

Page 5: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

17. Perlu mengatur dalam BAB tersendiri tentang rekomendasi UKKI:

a. UKKI menyampaikan rekomendasi sebagai tindak lanjut kegiatan penegakan kepatuhan

internal

b. Kewajiban pejabat yang menerima rekomendasi untuk melaksanakan rekomendasi tersebut.

c. Dalam hal-hal tertentu pejabat yang menerima rekomendasi dapat meminta UKKI meninjau

kembali rekomendasinya.

d. Kewajiban UKKI untuk melakukan monitoring terhadap rekomendasi yang pernah

disampaikan.

18. Perlu mengatur kewajiban UKKI untuk mendokumentasikan semua kegiatan penegakan

kepatuhan internal.

19. Perlu mengatur kembali mekanisme pelaporan terkait penegakan kepatuhan internal, dengan

mempertimbangkan hal-hal sbb:

a. Penyampaian laporan dilakukan secara berjenjang dalam periode bulanan dengan format

yang telah ditentukan

b. UKKI UKKI KPPBC/PSO/BPIB menyampaikan laporan bulanan kegiatan penegakan

kepatuhan internal kepada UKKI Kantor Wilayah, sedang UKKI KPU dan UKKI Kantor Wilayah

menyampaikan laporan bulanan kegiatan penegakan kepatuhan internal kepada PUSKI.

c. Mekanisme pelaporan berjenjang dibuat dengan tujuan agar UKKI Kantor Wilayah mengetahui

tingkat efektivitas pelaksanaan tugas UKKI KPPBC/PSO/BPIB di bawah pengawasannya.

d. Dikondisikan agar pelaporan bulanan memuat semua UKKI dalam pelaksanaan semua

kegiatan penegakan kepatuhan internal.

20. Guna meningkatkan efektivitas kinerja UKKI, perlu diatur mekanisme evaluasi kinerja UKKI,

dimana PUSKI melakukan evaluasi kinerja UKKI KPU dan UKKI Kantor Wilayah. UKKI Kantor

Wilayah melakukan evaluasi kinerja UKKI KPPBC/PSO/BPIB di bawah pengawasannya.

Page 6: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 1 of 43  

USULAN PERUBAHAN PER-23/BC/2010 No. Lama Baru Keterangan KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- /BC/2010

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL

DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- /BC/2010

TENTANG

PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-23/BC/2010 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

JENDERAL BEA DAN CUKAI

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, telah dibentuk Unit Kerja Kepatuhan Internal di tingkat pusat dan tingkat vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memiliki tugas antara lain pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di bidang pelayanan, pengawasan, dan administrasi, serta melakukan penelitian, pemeriksaan, penyiapan bahan tanggapan, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan laporan pengaduan masyarakat;

b. bahwa untuk lebih menjamin arah pelaksanaan tugas dan memberikan kejelasan ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang unit kerja kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta hubungan kerja unit

Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, telah dilakukan perubahan atas tipe dan struktur kantor-kantor di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengakibatkan perubahan pada struktur UKKI DJBC;

b. bahwa dengan berkembangnya tugas dan fungsi DJBC, terdapat beberapa tugas dan fungsi UKKI yang tidak tertampung di Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-23/BC/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b tersebut di atas, perlu dilakukan perubahan pertama Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

Lampiran II Surat Kepala PUSKI KC Nomor  : S‐119  /KIBC/2012 Tanggal  : 26 Maret 2012 

Page 7: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 2 of 43  

kerja kepatuhan internal di tingkat pusat dan tingkat vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, perlu untuk melakukan pengaturan pelaksanaan tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

Cukai Nomor P-23/BC/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Mengingat: 1. Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1980 Tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3176)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4890);

3. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat;

5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan;

8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/118/M.PAN/8/2004 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi

Mengingat: 1. Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5135)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4890);

3. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat;

5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan;

8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/118/M.PAN/8/2004 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah;

Page 8: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 3 of 43  

Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PM.4/2008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PM.4/2008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai;

12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan;

MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN: Menetapkan:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-23/BC/2010 TANGGAL 8 APRIL 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI.

A. Ketentuan Umum Pasal 1

Pasal 1

1. Unit Kerja Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat UKKI adalah aparat pengawasan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang terdiri atas:

1. Unit Kerja Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat UKKI adalah aparat pengawasan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang terdiri atas:

a. aparat pengawasan internal pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disebut Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat PUSKI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang karena sifat tugasnya, secara teknis operasional dan administratif bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai

a. aparat pengawasan internal pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disebut Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat PUSKI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang karena sifat tugasnya, secara teknis operasional dan administratif bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai

b. aparat pengawasan internal pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala instansi vertikal terdiri atas:

b. aparat pengawasan internal pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala instansi vertikal terdiri atas:

Mendefinisikan ulang UKKI berdasarkan kajian akademik pembentukan KPPBC modern tahun 2012 di DJBC

Page 9: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 4 of 43  

1. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

2. Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A atau Tipe B;

3. Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean atau Tipe Madya Cukai;

4. Subbagian Umum pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1, Tipe A2, atau Tipe A3;

5. Urusan Umum pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B;

6. Subbagian Umum padaPangkalan Sarana Operasi; 7. Subbagian Umum Balai Pengujian dan Identifikasi

Barang.

1) Bagian Umum dan Kepatuhan Internal pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

2) Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A;

3) Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe Tipe B;

4) Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean A;

5) Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B;

6) Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai.

7) Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C;

8) Subseksi Kepatuhan dan Penyuluhan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pratama;

9) Subbagian Umum padaPangkalan Sarana Operasi; 10) Subbagian Umum Balai Pengujian dan Identifikasi

Barang. 2. Kepatuhan internal adalah

a. kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam organisasi;

b. ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan

pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai

2. Kepatuhan internal adalah a. kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan

tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam organisasi;

b. ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawaidi lingkungan kantor maupun di luar kantor.

Definisi internal lebih ditekankan bahwa subjeknya adalah pada pegawai DJBC, bukan terkait dengan lokasi dimana subjek melakukan perbuatan.

3. Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen dalam proses kegiatan organisasi untuk memastikan, menjamin, atau memberikan keyakinan memadai atas tercapai atau terwujudnya kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang dilakukan dalam bentuk pengamatan, pemantauan, pemeriksaan, peninjauan, dan/atau penilaian.

DIHILANGKAN

Definisi ini dihilangkan karena tidak ada pengulangan kata “Pengawasan” secara berdiri sendiri di dalam P-23 dan tidak selaras dengan definisi tugas pengawasan yang diatur dalam P-23

4. Pengawasan Kepatuhan Internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh UKKI terhadap kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-

DIHILANGKAN

Merubah kalimat “Pengawasan kepatuhan internal” menjadi “pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas” sehingga

Page 10: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 5 of 43  

ketentuan yang berlaku dalam organisasi dan ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai sesuai dengan ruang lingkup wilayah kerja berdasarkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

sesuai dengan substansi pekerjaan PKPT dan menempatkan definisi tersebut setelah definisi“pegawai bawahan”

5. Penegakan Kepatuhan Internal adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendorong, meningkatkan, memelihara, mempertahankan, atau menjaga kepatuhan internal

5. Penegakan Kepatuhan Internal adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendorong, meningkatkan, memelihara, mempertahankan, atau menjaga kepatuhan internal

6. Tugas Pelayanan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pelayanan terhadap pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai, yang harus dilakukan pejabat bea dan cukai dalam bentuk penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai, pemeriksaan lebih lanjut, pemberian persetujuan, perizinan, dan/atau keputusan dalam rangka penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-undangan

6. Tugas Pelayanan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pelayanan terhadap pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai, yang harus dilakukan pejabat bea dan cukai dalam bentuk penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai, pemeriksaan lebih lanjut, pemberian persetujuan, perizinan, dan/atau keputusan dalam rangka penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-undangan

7. Tugas Pengawasan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pengawasan yang secara aktif dilakukan oleh pejabat bea dan cukai sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai yang tidak didasarkan pada penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai

7. Tugas Pengawasan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pengawasan yang secara aktif dilakukan oleh pejabat bea dan cukai sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai yang tidak didasarkan pada penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai

8. Tugas Administrasi adalah tugas yang dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pengadaan, perolehan, pengurusan, penggunaan, pemeliharaan, penatausahaan, pengelolaan, atau pengembangan organisasi, keuangan, kepegawaian, sarana, dan sumber daya organisasi lainnya

8. Tugas Administrasi adalah tugas yang dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pengadaan, perolehan, pengurusan, penggunaan, pemeliharaan, penatausahaan, pengelolaan, atau pengembangan organisasi, keuangan, kepegawaian, sarana, dan sumber daya organisasi lainnya

9. Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian pelaksanaan tugas secara terus-menerus, yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap pegawai bawahannya bersifat preventif atau represif agar pelaksanaan tugas pegawai bawahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan, peraturan perundang-undangan, kode etik pegawai, dan peraturan disiplin pegawai.

9. Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian pelaksanaan tugas secara terus-menerus, yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap pegawai bawahannya bersifat preventif atau represif agar pelaksanaan tugas pegawai bawahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan, peraturan perundang-undangan, kode etik pegawai, dan peraturan disiplin pegawai.

10. Atasan langsung adalah pejabat atasan yang karena struktur organisasi atau suatu kewenangan khusus membawahkan dan wajib mengawasi pegawai bawahannya.

10. Atasan langsung adalah pejabat atasan yang karena struktur organisasi atau suatu kewenangan khusus membawahkan dan wajib mengawasi pegawai bawahannya.

Page 11: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 6 of 43  

11. Pegawai bawahan adalah pegawai yang bertanggung jawab serta wajib melapor kepada pejabat atasannya tentang pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

11. Pegawai bawahan adalah pegawai yang bertanggung jawab serta wajib melapor kepada pejabat atasannya tentang pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

12. Pengawasan Kepatuhan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas adalah pengawasan yang dilakukan oleh UKKI terhadap kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam organisasi dan ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai sesuai dengan ruang lingkup wilayah kerja berdasarkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Perubahan dari definisi “Pengawasan kepatuhan internal”

13. Pemantauan Pengendalian Intern adalah adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kualitas sistem pengendalian intern sepanjang waktu sebagaimana diatur dalam peraturan yang mengatur tentang pemantauan pengendalian intern.

Definisi “Pemantauan Pengendalian Intern” ditambahkan karena penambahan tugas UKKI dengan adanya KMK-152

12. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan.

14. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan.

13. Laporan atau pengaduan masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat secara lisan, tertulis, atau elektronik kepada pejabat bea dan cukai berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan, keluhan atau pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan/atau tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

15. Laporan atau pengaduan masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat secara lisan, tertulis, atau elektronik kepada pejabat bea dan cukai berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan, keluhan atau pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan/atau tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

14. Kinerja adalah hasil kerja pegawai atau unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur menurut perbandingan dengan standar atau tolok ukur yang telah ditentukan berdasarkan tugas, tujuan, atau sasaran kerja.

16. Kinerja adalah hasil kerja pegawai atau unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur menurut perbandingan dengan standar atau tolok ukur yang telah ditentukan berdasarkan tugas, tujuan, atau sasaran kerja.

15. Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui keadaan hasil atau proses kerja dengan cara membandingkannya dengan tolok ukur atau indikator tertentu guna memperoleh

17. Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui keadaan hasil atau proses kerja dengan cara membandingkannya dengan tolok ukur atau indikator tertentu guna memperoleh

Page 12: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 7 of 43  

kesimpulan. kesimpulan. 16. Evaluasi kinerja adalah kegiatan penilaian hasil kerja

menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan.

18. Evaluasi kinerja adalah kegiatan penilaian hasil kerja menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan.

17. Investigasi internal adalah serangkaian tindakan pejabat pada PUSKI untuk melakukan penyelidikan dalam bentuk meminta keterangan dari pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan sumber-sumber lainnya serta mengumpulkan data dan fakta-fakta guna menemukan ada tidaknya indikasi pelanggaran Kode Etik Pegawai dan/atau Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang dalam hal ditemukan adanya indikasi pelanggaran maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pegawai terkait menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pelanggaran yang terjadi beserta identitas pegawai yang melakukan pelanggaran

19. Investigasi internal adalah serangkaian tindakan pejabat/pegawai UKKI untuk melakukan penelitian dalam bentuk meminta keterangan dari pejabat/pegawai DJBC dan pihak-pihak lainnya serta mengumpulkan data dan/atau fakta guna menemukan adanya dugaan pelanggaran kode etik pegawai dan / atau peraturan disiplin pegawai negeri sipil yang dilakukan oleh pegawai DJBC hingga mendapatkan kejelasan ada tidaknya pelanggaran yang terjadi beserta identitas pegawai yang melakukan pelanggaran.

Merubah definisi investigasi internal sehingga : − kegiatan investigasi internal

bukan hanya menjadi tugas PUSKI, melainkan juga tugas UKKI vertikal

− menyederhanakan rangkaian investigasi internal menjadi satu tahapan kegiatan.

18. 20. Petugas UKKI adalah pejabat/pegawaiPUSKI atau UKKI Instansi Vertikal yang mendapatkan surat tugas dari Direktur Jenderal atau Kepala PUSKI atau Kepala Instansi Vertikal untuk melaksanakan kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal.

B BATANG TUBUH BATANG TUBUH BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, TUJUAN, DAN SASARAN UNITKERJAKEPATUHAN INTERNAL DI

LINGKUNGANDIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, TUJUAN, DAN SASARAN UNITKERJAKEPATUHAN INTERNAL DI

LINGKUNGANDIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal 2 PUSKI mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi;

b. menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi,bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja;

c. menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi,bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;

d. pelaksanaan pengawasan kepatuhan internal; e. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas;

Pasal 2 PUSKI mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan penegakan kepatuhan internal dan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mendefinisikan ulang perumusan tugas PUSKI sebagaimana PMK 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan, yaitu rumusan tugas ditulis dalam satu kalimat yang memuat hal-hal yang bersifat pokok saja yaitu “Penegakan Kepatuhan Internal”

Page 13: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 8 of 43  

f. penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan akuntabilitas kinerja;

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas, PUSKI menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan

evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas; b. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan

evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja; c. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan

evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;

d. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

f. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan laporan masyarakat;

g. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai;

h. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas; i. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan

laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

j. pelaksanaan urusan tata usaha PUSKI.

Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas, PUSKI menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan

evaluasi pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas;

b. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja;

c. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;

d. pengawasan terhadap kegiatan pengawasan melekat atasan langsung kepada pegawai bawahan;

e. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

f. pemantauan pengedalian intern terhadap unit-unit kerja Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

g. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

h. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan laporan masyarakat;

i. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan/pengaduan masyarakat;

j. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai;

k. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas;

l. pembinaan personil kepada para pegawai;

m. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

n. pelaksanaan urusan tata usaha PUSKI.

1. Merapihkan redaksi kalimat 2. Melengkapi fungsi PUSKI

yaitu: a. pengawasan terhadap

kegiatan pengawasan melekat atasan langsung kepada pegawai bawahan;

b. pemantauan pengedalian intern terhadap unit-unit kerja Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan

c. pembinaan personil kepada para pegawai

Pasal 4 Pasal 4 Mendefinisikan ulang perumusan

Page 14: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 9 of 43  

UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan tugas dalam wilayah kerja masing-masing sebagai berikut :

a. pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas; b. evaluasi kinerja; c. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai juga melakukan penyiapan koordinasi pengawasan pelaksanaan tugas

UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan tugas melaksanakan penegakan kepatuhan internal dalam wilayah kerja masing-masing

tugas PUSKI sebagaimana PMK 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan, sehingga rumusan tugas ditulis dalam satu kalimat yang memuat hal-hal yang bersifat pokok yaitu Penegakan Kepatuhan Internal

Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi: a. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan

kepabeanan dan cukai,intelijen, penindakan, penyidikan, dan administrasi;

b. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai juga melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan tugas di bidang audit;

c. evaluasi kinerja di bidang pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai, dan bidang administrasi;

d. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga melaksanakan fungsi koordinasi pengawasan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai dan tugas administrasi serta fungsi koordinasi evaluasi kinerja Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat;

f. khusus untuk UKKI pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya juga melaksanakan fungsi pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas.

Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi: a. pengawasan terhadap kegiatan pengawasan melekat atasan

langsung kepada pegawai bawahan; b. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas di bidang tugas

pelayanan, tugas pengawasan dan tugas administrasi; c. pemantauan pengendalian intern terhadap kegiatan unit kerja

instansi vertikal masing-masing; d. evaluasi kinerja di bidang tugas pelayanan, tugas

pengawasan, dan tugas administrasi; e. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan

dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan/pengaduan masyarakat;

f. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai;

g. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas; h. pembinaan personil pegawai; i. pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan

aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat; j. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai juga melaksanakan fungsi koordinasi pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi serta fungsi koordinasi evaluasi kinerja Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

1. Merapihkan redaksi kalimat 2. Penambahan beberapa fungsi

UKKI vertikal sesuai dengan cakupan strategi penegakan kepatuhan internal yang benar-benar dilaksanakan UKKI.

Pasal 6 Penyelenggaraan fungsi di bidang kepatuhan internal bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang mendukung efektivitas dan

Pasal 6 Penyelenggaraan fungsi di bidang kepatuhan internal bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang mendukung efektivitas dan

Page 15: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 10 of 43  

efisiensi serta kelancaran dan ketertiban proses pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan sasaran: a. menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang

dalam pelaksanaan tugas yang merugikan orang lain, masyarakat, dan/atau negara;

b. menekan hingga sekecil mungkin segala bentuk pungutan liar, pemerasan, penyuapan, korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme dalam pelaksanaan tugas;

c. meningkatkan kelancaran, ketepatan, ketertiban, kepastian, keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas proses pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai, dan tugas administrasi sesuai dengan tata kerja dan prosedur yang berlaku;

d. mendorong, meningkatkan, dan menjaga kesesuaian sikap, perilaku, danperbuatan pegawai dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari dengan kode etik pegawai dan/atau peraturan disiplin pegawai

efisiensi serta kelancaran dan ketertiban proses pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan sasaran: a. menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang

dalam pelaksanaan tugas yang merugikan orang lain, masyarakat, dan/atau negara;

b. menekan hingga sekecil mungkin segala bentuk pungutan liar, pemerasan, penyuapan, korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme dalam pelaksanaan tugas;

c. meningkatkan kelancaran, ketepatan, ketertiban, kepastian, keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas proses pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai, dan tugas administrasi sesuai dengan tata kerja dan prosedur yang berlaku;

d. mendorong, meningkatkan, dan menjaga kesesuaian sikap, perilaku, danperbuatan pegawai dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari dengan kode etik pegawai dan/atau peraturan disiplin pegawai

BAB III ORIENTASI KERJA DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PENEGAKAN KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB III ORIENTASI KERJA DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PENEGAKAN KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal 7 Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berorientasi kepada: a. Tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; b. Visi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu menjadi unit kerja

yang berwibawa, bermartabat, dan memiliki komitmen yang solid dan konsisten untuk mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional;

c. Misi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional melalui upaya pencegahan terhadap perbuatan pelanggaran kode etik dan peraturan disiplin pegawai, penindakan terhadap aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan pelanggaran, dan pembinaan sikap perilaku pegawai

Pasal 7 Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berorientasi kepada: d. Tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; e. Visi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu menjadi unit kerja

yang berwibawa, bermartabat, dan memiliki komitmen yang solid dan konsisten untuk mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional;

f. Misi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional melalui upaya pencegahan terhadap perbuatan pelanggaran kode etik dan peraturan disiplin pegawai, penindakan terhadap aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan pelanggaran, dan pembinaan sikap perilaku pegawai

Pasal 8 Pasal 8

Page 16: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 11 of 43  

Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berlandaskan pada nilai budaya kerja: a. keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kebenaran faktual; c. integritas; d. penghargaan terhadap hak asasi manusia; e. rasa keadilan; f. penghormatan atas norma kepatutan, norma kesusilaan, dan

norma hukum; g. independen; h. netralitas dan tidak diskriminatif; i. akuntabilitas; j. keterbukaan dan transparansi proses.

Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berlandaskan pada nilai budaya kerja: a. keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kebenaran faktual; c. integritas; d. penghargaan terhadap hak asasi manusia; e. rasa keadilan; f. penghormatan atas norma kepatutan, norma kesusilaan, dan

norma hukum; g. independen; h. netralitas dan tidak diskriminatif; i. akuntabilitas; j. keterbukaan dan transparansi proses.

Pasal 9 Pelaksanaan penegakan kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilakukan dengan strategi pelaksanaan: a. Pengawasan Melekat yang dilakukan oleh pemimpin masing-

masing unit kerja dan/atau atasan langsung terhadap pegawai bawahannya;

b. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

c. evaluasi kinerja yang dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

d. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional;

e. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat;

f. pembinaan personil oleh atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI agar para pegawai menjadi insan yang sadar dan mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan tugasnya, kode etik dan peraturan disiplin pegawai;

g. sebagai tindak lanjut pengawasan dan evaluasi kinerja, atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal, dan/atau PUSKI menyampaikan kepada pejabat yang berwenang tentang rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas yang dapat berupa:

Pasal 9 Pelaksanaan penegakan kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilakukan dengan strategi pelaksanaan: a. Optimalisasi pelaksanaan pengawasan melekat yang

dilakukan oleh pemimpin masing-masing unit kerja dan/atau atasan langsung terhadap pegawai bawahannya;

b. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

c. pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

d. evaluasi kinerja yang dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

e. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional;

f. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat;

g. pembinaan personil oleh atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI agar para pegawai menjadi insan yang sadar dan mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan tugasnya, kode etik dan peraturan disiplin pegawai;

h. penyampaian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas kepada pejabat yang berwenang.

1. Penambahan strategi

penegakan kepatuhan internal, yaitu pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Penjabaran mekanisme penyampaian rekomendasi dituangkan dalam bab tersendiri, dilengkapi dengan kewajiban bagi pejabat yang menerima rekomendasi.

Page 17: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 12 of 43  

1) tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;

2) tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan;

3) tindakan tuntutan perbendaharaan, tindakan penyempurnaan aparatur pemerintahan di bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan;

4) tindakan peningkatan daya guna dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara dan tercapai hasil kerja sebaik-baiknya dan secara optimal.

BAB IV HUBUNGAN KERJA ANTARA UKKI

PADA INSTANSI VERTIKAL DAN PUSKI

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI

PADA BAB XII

Pasal 10 (1) UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja,pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat dalam lingkungan wilayah kerjanya.

(2) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja, serta penelitian, pemeriksaan, dan penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat terhadap seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang meliputi personil dan unit kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(3) Pelaksanaan tugas pengawasan PUSKI dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang: a. melibatkan Kepala instansi vertikal dan/atau pejabat UKKI; b. mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat; c. proses penanganannya oleh UKKI pada instansi vertikal

berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

d. tidak ditindaklanjuti oleh UKKI pada instansi vertikal;

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI PADA BAB V Pasal 15

Page 18: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 13 of 43  

e. berdasarkan analisis manajemen risiko atas data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas instansi vertikal yang bersangkutan menunjukkan

f. adanya potensi yang merugikan masyarakat dan negara; atau

g. berdasarkan perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai Pasal 11

(1) Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Utama, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah masing-masing, Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, dan Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang menyampaikan laporan tentang pelaksanaan penegakan kepatuhan internal di lingkungan masing-masing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 kepada Kepala PUSKI.

(2) Penyampaian laporan pelaksanaan tugas Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dalam Pasal 9 huruf b dilakukan dalam hal hasil pelaksanaan tugas terdapat temuan pelanggaran kode etik, peraturan disiplin pegawai, dan/atau peraturan perundang-undangan dan disampaikan pada tanggal 10 dari setiap bulan setelah bulan pelaksanaan tugas pengawasan bersangkutan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

(3) Penyampaian laporan evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c disampaikan kepada Kepala PUSKI sesuai dengan format yang telah ditentukan dalam ketentuan tentang pelaporan evaluasi kinerja.

(4) Khusus untuk penyampaian laporan evaluasi kinerja yang telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam kontrak kinerja, dilakukan oleh pemimpin Unit Eselon II kepada Kepala PUSKI setiap bulan dan diterima oleh PUSKI paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya dengan format sebagaimana ditentukan dalam ketentuan tentang pelaporan capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU).

(5) Penyampaian laporan pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dilakukan oleh kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bersangkutan kepada Kepala PUSKI

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI MEKANISME PELAPORAN PADA BAB XVI PELAPORAN

Pelaporan kegiatan di bidang penegakan kepatuhan internal ditempatkan pada BAB tersendiri di pasal-pasal terakhir setelah pasal-pasal yang menjabarkan strategi penegakan kepatuhan internal, dengan JUDUL BAB: PELAPORAN.

Page 19: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 14 of 43  

segera ketika mulai dilakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaannya dilaporkan segera setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan bersangkutan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

(6) Penyampaian hasil penelitian atas laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e dilakukan oleh kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bersangkutan kepada Kepala PUSKI segera setelah selesai dilakukan penelitian dan pemeriksaan akan kebenaran pengawasan atau pengaduan masyarakat tersebut dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

(7) Penyampaian laporan pembinaan personil oleh atasan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini

(8) Penyampaian laporan rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf g dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran V yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

BAB V PENGAWASAN MELEKAT

BAB IV

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT

Penambahan kata “optimalisasi” supaya lebih menggambarkan peran UKKI dalam pelaksanaan waskat

Pasal 12 (1) Dalam rangka mengoptimalkan penegakan kepatuhan

internal, setiap atasan langsung wajib melakukan Pengawasan Melekat terhadap pegawai bawahannyamenurut prinsip-prinsip, sasaran, metode pelaksanaan, tindak lanjut pelaksanaan, dan mekanisme pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan melekat.

(2) Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan Pengawasan Melekat: a. Pengawasan Melekat dilakukan secara rutin dan terus-

menerus untuk mencegah penyimpangan dan

Pasal 10 (1) Dalam rangka mengoptimalkan penegakan kepatuhan

internal, setiap atasan langsung wajib melakukan Pengawasan Melekat terhadap pegawai bawahannyamenurut prinsip-prinsip, sasaran, metode pelaksanaan, tindak lanjut pelaksanaan, dan mekanisme pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan melekat.

(2) Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan Pengawasan Melekat: a. Pengawasan Melekat dilakukan secara rutin dan terus-

menerus untuk mencegah penyimpangan dan

Page 20: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 15 of 43  

penyalahgunaan wewenang; b. Pengawasan Melekat juga bertujuan untuk menyelesaikan

setiap masalah penyimpangan dalam rangka tertib pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi/unit kerja;

c. Pengawasan Melekat diterapkan secara intensif, terutama pada kegiatan yang mengandung risiko kesalahan dan sangat menentukan keberhasilan pencapaian sasaran, tugas, dan fungsi organisasi/unit kerja;

d. Pengawasan Melekat didasarkan pada penilaian yang obyektif dengan menggunakan kriteria atau standard sesuai dengan ketentuan di bidang Pengawasan Melekat;

e. Pengawasan Melekat berorientasi pada masa depan untuk mencegah penyimpangan yang mungkin akan terjadi;

f. Pengawasan Melekat bersifat membina terhadap semua bawahan.

(3) Sasaran Pengawasan Melekat: a. meningkatkan integritas, disiplin, dan prestasi kerja

pegawai dalam pencapaian sasaran pelaksanaan tugas; b. meningkatkan kinerja organisasi; c. mencegah terjadinya penyimpangan, penyalahgunaan

wewenang, kebocoran dan/atau pemborosan keuangan negara.

(4) Metode pelaksanaan Pengawasan Melekat: a. mengamati dan membandingkan proses dan hasil

pelaksanaan tugas dengan rencana kerja dan peraturan perundang-undangan;

b. mengidentifikasi dan menginventarisasi penyimpangan dan kesalahan yang dilakukan oleh pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi;

c. menganalisis hambatan pelaksanaan tugas; d. merumuskan dan mengambil tindakan perbaikan

pelaksanaan tugas; (5) Evaluasi pelaksanaan Pengawasan Melekat:

a. mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan sistem dan sarana kerja dan pelaksanaan tugas organisasi/unit kerja;

b. menganalisa kelayakan sarana dan sistem kerja dalam rangka menjamin kelancaran tugas pokok;

c. membandingkan kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap rencana dengan tolok ukur yang konkrit;

d. menganalisis sebab penyimpangan dan selanjutnya

penyalahgunaan wewenang; b. Pengawasan Melekat juga bertujuan untuk menyelesaikan

setiap masalah penyimpangan dalam rangka tertib pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi/unit kerja;

c. Pengawasan Melekat diterapkan secara intensif, terutama pada kegiatan yang mengandung risiko kesalahan dan sangat menentukan keberhasilan pencapaian sasaran, tugas, dan fungsi organisasi/unit kerja;

d. Pengawasan Melekat didasarkan pada penilaian yang obyektif dengan menggunakan kriteria atau standard sesuai dengan ketentuan di bidang Pengawasan Melekat;

e. Pengawasan Melekat berorientasi pada masa depan untuk mencegah penyimpangan yang mungkin akan terjadi;

f. Pengawasan Melekat bersifat membina terhadap semua bawahan.

1. Sasaran waskat, metode

waskat, evaluasi waskat, tindak lanjut waskat diatur tersendiri dalam ketentuan mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai(SE-05/BC/2011)

Page 21: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 16 of 43  

melakukan langkah-langkah tindak lanjut terkait aspek sumber daya organisasi, sumber daya manusia, sarana, prasarana, system, prosedur, keuangan, dan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi;

e. melakukan evaluasi metode Pengawasan Melekat. (6) Tindak lanjut hasil pelaksanaan Pengawasan Melekat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan terdiri atas: a. tindakan administratif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang kepegawaian termasuk penerapan hukuman disiplin;

b. tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugi/penyetoran kembali, tuntutan perbendaharaan, dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi dan lain-lain;

c. tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan;

d. tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan kepegawaian dan tata laksana;

e. tindakan peningkatan daya guna dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat mendukung terselenggaranya tugas dan fungsi organisasi dengan sebaik-baiknya;

f. tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapatkan penghargaan.

(7) Pelaksanaan Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dilaporkan oleh:

a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan kepala unit kerja di bawahnya, secara berjenjang melalui Pejabat Eselon II, setiap bulan, kepada Kepala PUSKI;

b. Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Wilayah Khusus Kepulauan Riau, dan Kepala Kantor Pelayanan Utama, setiap bulan, kepada Kepala PUSKI;

c. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, dan Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang, setiap bulan, kepada Kepala PUSKI melalui Kepala Kantor Wilayah atasannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Page 22: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 17 of 43  

11 ayat (1) dan ayat (2). (8) Pengawasan Melekat dilakukan terhadap:

a. pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

b. pelaksanaan kebijakan sistem dan prosedur di bidang Kepabeanan dan Cukai;

c. pelaksanaan kebijakan perencanaan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan, dan Indikator Kinerja Utama, yang telah ditetapkan oleh setiap satuan unit organisasi;

d. Sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai berkaitan dengan kode etik, norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum termasuk peraturan disiplin pegawai.

(9) Pelaksanaan Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sepanjang tahun dan dievaluasi sekali dalam setahun.

(3) Tatacara Pelaksanaan Pengawasan Melekat dilakukan sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.

Pasal 11 (1) Dalam pelaksanaan pengawasan melekat, UKKI melakukan

pengawasan terhadap para atasan langsung untuk memastikan bahwa pengawasan melekat telah dilaksanakan di unit kerjanya masing-masing.

(2) Dalam hal atasan langsung menemukan pegawai bawahan melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, UKKI dapat memberikan asistensi dan supervisi kepada para atasan langsung pegawai bersangkutan dalam proses pemeriksaan pegawai.

(3) UKKI melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan pegawai untuk memastikan bahwa pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan melekat dilakukan sesuai ketentuan.

Pasal 12

Pengawasan UKKI terhadap para atasan langsung untuk

2. Penambahan 1 ayat bahwa

petunjuk teknis pelaksanaan melekat sudah diatur dalam SE-05/BC/2011

3. Penambahan satu Pasal tentang peran UKKI dalam pelaksanaan waskat

4. Penambahan satu Pasal yang

Page 23: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 18 of 43  

memastikan bahwa pengawasan melekat telah dilaksanakan di unit kerjanya masing-masing sebagaimana Pasal 13 ayat (1) dilakukan dengan cara: a. melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas pada

setiap tahapan proses pengawasan melekat agar berjalan sesuai Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.

b. pengujian pengawasan melekat, dengan mengacu pada tata cara pengujian pengawasan melekat sebagaimana lampiran xxx Peraturan Direktur Jenderal ini.

menjelaskan mekanisme UKKI dalam pengawasan pelaksanaan waskat.

BAB VI PENGAWASAN KEPATUHAN PELAKSANAAN TUGAS

DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB V PENGAWASAN KEPATUHAN PELAKSANAAN TUGAS

DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal 13 (1) UKKI melaksanakan pengawasan kepatuhan pelaksanaan

tugas sebagaimana Pasal 9 huruf b. (2) UKKI pada KPU, KPPBC, PSO dan BPIB melakukan

pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dalam lingkungan wilayah kerjanya masing-masing berdasarkan surat tugas Kepala Unit Kerja masing-masing.

(3) UKKI pada Kantor Wilayah melakukan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dalam unit kerja Kantor Wilayah serta KPPBC di bawah pengawasannya berdasarkan surat tugas Kepala Kantor Wilayah atau Kepala PUSKI.

(4) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas terhadap seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan surat tugas Kepala PUSKI atau Direktur Jenderal.

Penjabaran cakupan tugas UKKI dalam pelaksanaan PKPT berdasarkan wilayah kerja dan objek PKPT nya.

Pasal 13

(1) Pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan terhadap kegiatan unit kerja dan/atau sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dalam rangka pelaksanaan tugas yang terdiri atas pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Tujuan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas adalah untuk memastikan, menjamin, atau memberikan keyakinan

Pasal 14 (1) Pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan

terhadap kegiatan unit kerja dan/atau sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dalam rangka pelaksanaan tugas yang terdiri atas pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Tujuan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas adalah untuk memastikan, menjamin, atau memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian proses pelaksanaan tugas dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-

1. Penambahan cakupan PKPT yaitu atensi terhadap titit-titik rawan unit yang diawasi (INS-04/BC/2010 diwacanakan utk dihapus, materinya dimasukkan ke perubahan P-23)

2. Menambahkan tata cara PKPT

Page 24: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 19 of 43  

memadai tentang kesesuaian proses pelaksanaan tugas dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-undangan dan kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dengan kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai.

(3) Pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan melalui kegiatan pengamatan, pemantauan, pemeriksaan, peninjauan, dan/atau penilaian.

undangan dan kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dengan kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai.

(3) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas meliputi kegiatan pengamatan, pemantauan, pemeriksaan, peninjauan, dan/atau penilaian terhadap titik-titik rawan unit yang diawasisertaproses pelaksanaan tugas dan sikap/perilaku/perbuatan pegawai.

(4) Tatacara pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan sebagaimana lampiran xxx peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 15

(1) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas oleh PUSKI dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam hal menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang: a. melibatkan Kepala instansi vertikal dan/atau pejabat

UKKI; b. mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat; c. proses penanganannya oleh UKKI pada instansi vertikal

berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

d. tidak ditindaklanjuti oleh UKKI pada instansi vertikal; e. berdasarkan analisis manajemen risiko PUSKI atas data-

data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas instansi vertikal yang bersangkutan menunjukkan adanya potensi yang merugikan masyarakat dan negara; atau

f. berdasarkan perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (2) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang

tidak memenuhi kriteria sebagaimana ayat (1), PUSKI mendelegasikan tugas tersebut kepada UKKI Kantor Wilayah

Penegasan kapan dalam hal apa PUSKI melakukan PKPT langsung ke Instansi Vertikal

Pasal 14 (1) Pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas

dilakukan oleh UKKI pada instansi vertikal berdasarkan: a. analisis manajemen risiko atas data-data kegiatan atau

kinerja pelaksanaan tugas menunjukkan adanya potensi penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-

Pasal 16 (1) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas oleh

UKKI Kantor Wilayah dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas KPPBCdi bawah pengawasannya dalam hal menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai

Penegasan kapan dalam hal apa UKKI Kantor Wilayah melakukan PKPT langsung ke KPPBC/PSO/BPIB

Page 25: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 20 of 43  

undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara;

b. laporan atau pengaduan masyarakat tentang terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara dalam pelaksanaan tugas;

c. perintah Kepala instasi vertikal; d. permintaan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai terhadap instansi vertikal yang berada di bawah pengawasannya; atau

e. permintaan Kepala PUSKI. (2) Pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas

dilakukan PUSKI terhadap pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3).

(3) Pelaksanaan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Surat Tugas Kepala instansi vertikal.

(4) Pelaksanaan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan Surat Tugas Kepala PUSKI atau Surat Tugas dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai

dalam hal: a. berdasarkan analisis manajemen risiko UKKI Kantor

Wilayah atas data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas menunjukkan adanya potensi penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara;

b. terdapat laporan atau pengaduan masyarakat yang diterima UKKI Kantor Wilayah tentang terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara dalam pelaksanaan tugas;

c. permintaan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; atau

d. permintaan Kepala PUSKI (2) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang

tidak memenuhi kriteria sebagaimana Pasal 17 ayat (2), UKKI Kantor Wilayah mendelegasikan tugas pengawasan tersebut kepada UKKI KPPBC.

Pasal 15 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan kepatuhan

pelaksanaan tugas, tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4) berwenang untuk meminta data, informasi, dan bukti-bukti terkait dan para pegawai terkait wajib untuk membantu dan memenuhi data, informasi dan bukti-bukti yang diperlukan.

(2) Permintaan data, informasi, dan bukti-bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI DALAM BAB XIII KEWENANGAN UKKI

Pasal 16 (1) Dalam hal dari hasil pelaksanaan pengawasan kepatuhan

pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) yang dilakukan UKKI instansi vertikal ditemukan indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, Kepala UKKI instansi vertikal menyampaikan kasus tersebut kepada Kepala instansi

Pasal 17 (1) Atas pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang telah

selesai dilaksanakan, Ketua Tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan wajib menyampaikan laporan tertulis tentang pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang telah selesai dilaksanakan, paling kurang berisi titik rawan unit yang diawasi, kegiatan pengawasan yang dilakukan, hasil pengawasan, saran dan

Pasal 16 ditempatkan setelah pasal 17 supaya alurnya jelas

Page 26: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 21 of 43  

vertikal untuk tindak lanjut penyelesaiannya berdasarkan kode etik pegawai dan/atau peraturan disiplin pegawai disertai saran tentang perbaikan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah secepat mungkin berkepanjangannya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara.

(2) Dalam hal dari hasil pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang dilakukan petugas PUSKI ditemukan indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, menyampaikan kasus tersebut sebagai bagian laporan pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas kepada Kepala PUSKI untuk keperluan tindak lanjut pemeriksaan yang lebih mendalam sesuai dengan ketentuan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipildisertai saran perbaikan yang perlu dilakukan untuk peningkatan pelaksanaan tugas.

rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas. (2) Dalam hal pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas

dilakukan oleh UKKI pada instansi vertikal, laporan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Ketua Tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan kepada Kepala UKKI yang bersangkutan.

(3) Dalam hal pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh PUSKI, laporan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Ketua Tim PUSKI kepada Kepala PUSKI.

Pasal 17 (1) Atas pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang telah selesai dilaksanakan, Ketua Tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan wajib menyampaikan laporan tertulis tentang pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang telah selesai dilaksanakan, paling kurang berisi kegiatan pengawasan yang dilakukan, hasil pengawasan, saran-saran penyelesaian temuan kasus, dan peningkatan pelaksanaan tugas.

(2) Dalam hal pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh UKKI pada instansi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), laporan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Ketua Tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan kepada Kepala UKKI yang bersangkutan.

(3) Dalam hal pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh PUSKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), laporan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Ketua Tim PUSKI kepada Kepala PUSKI.

Pasal 18

(1) Dalam hal dari hasil pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang dilakukan UKKI instansi vertikal ditemukan indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, Kepala UKKI instansi vertikal menyampaikan kasus tersebut kepada Kepala instansi vertikal untuk tindak lanjut penyelesaiannya berdasarkan kode etik pegawai dan/atau peraturan disiplin pegawai disertai saran tentang perbaikan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah secepat mungkin berkepanjangannya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara.

(2) Dalam hal dari hasil pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang dilakukan petugas PUSKI ditemukan indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, Ketua Tim menyampaikan kasus tersebut sebagai bagian laporan pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas kepada Kepala PUSKI untuk tindak lanjut penyelesaiannya berdasarkan kode etik pegawai dan/atau

Pasal 16 ditempatkan setelah pasal 17 supaya alurnya jelas

Page 27: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 22 of 43  

peraturan disiplin pegawai disertai saran tentang perbaikan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah secepat mungkin berkepanjangannya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara.

Pasal 18 (1) Kepala instansi vertikal yang menerima laporan pelaksanaan

pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan menerbitkan perintah untuk melakukan: a. pemeriksaan dan penyelesaian pelanggaran kode etik

sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.4/2008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-08/BC/2008 tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-41/BC/2008 tentang Pendelegasian Sebagian Wewenang kepada Para Pejabat Eselon II di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Membentuk Komisi Kode Etik;

b. pemeriksaan dan penyelesaian pelanggaran peraturan disiplin pegawai sesuai dengan ketentuan di bidang peraturan disiplin pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

(2) Kepala PUSKI yang menerima laporan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan menerbitkan perintah untuk melakukan investigasi internal kepada pegawai terkait berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil guna mendapatkan bukti-bukti yang lengkap tentang terjadinya pelanggaran peraturan disiplin pegawai.

(3) Dalam hal hasil investigasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh bukti-bukti yang lengkap tentang terjadinya pelanggaran peraturan disiplin pegawai, Kepala PUSKImenyampaikan kasus pelanggaran peraturan disiplin pegawai kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai disertai dengan rekomendasi penjatuhan hukuman disiplin.

Pasal 19 (1) Kepala instansi vertikal yang menerima laporan pelaksanaan

pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan menerbitkan perintah untuk melakukan investigasi internal.

(2) Kepala PUSKI yang menerima laporan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2), segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan menerbitkan perintah untuk melakukan investigasi internal.

(3) Dalam hal hasil investigasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh keterangan yang cukup tentang terjadinya pelanggaran peraturan disiplin pegawai, Kepala Instansi Vertikal memproses penjatuhan hukuman disiplin berdasarkan ketentuan yabg berlaku.

(4) Dalam hal hasil investigasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh keterangan yang cukup tentang terjadinya pelanggaran peraturan disiplin pegawai, Kepala PUSKI menyampaikan kasus pelanggaran peraturan disiplin pegawai kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai disertai dengan rekomendasi penjatuhan hukuman disiplin.

Pemeriksaan UKKI adalah pemeriksaan kepatuhan internal yang dilakukan dengan investigasi internal (bukan pemeriksaan PP-53)

Pasal 19

Page 28: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 23 of 43  

Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Utama, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah masing-masing, Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, dan Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang menyampaikan laporan tentang pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas kepada Kepala PUSKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2).

Dituangkan dalam BAB Pelaporan

BAB VI PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

Pasal 20 (1) UKKI melaksanakan pemantauan pengendalian intern

sebagaimana Pasal 9 huruf c. (2) UKKI pada instansi vertikal melakukan pemantauan

pengendalian intern dalam lingkungan wilayah kerjanya masing-masing berdasarkan surat tugas Kepala Unit Kerja masing-masing.

(3) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit pada Kantor Pusat berdasarkan surat tugas Kepala PUSKI atau Direktur Jenderal.

Penambahan BAB dan Pasal-Pasal terkait dengan tugas pemantauan pengendalian intern yang harus dilakukan oleh UKKI dengan adanya KMK-152

Pasal 21 (1) Pemantauan pengendalian interndilakukan terhadapkegiatan

yang dipandang strategis dengan menerapkan manajemen risiko.

(2) Kegiatan yang akan dilakukan pemantauan pengendalian intern ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal.

(3) Ketentuan mengenai uraian tugas UKKI dalam tugas pemantauan pengendalian intern dan pedoman pemantauan pengendalian intern diatur tersendiri dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai yang mengatur tentang pemantauan pengendalian intern.

Penambahan BAB dan Pasal-Pasal terkait dengan tugas pemantauan pengendalian intern yang harus dilakukan oleh UKKI dengan adanya KMK-152

BAB VII EVALUASI KINERJA

BAB VII EVALUASI KINERJA

Pasal 20 (1) Seluruh pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai dievaluasi kinerjanya secara periodik oleh UKKI.

(2) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan penilaian hasil kerja pelaksanaan tugas

Pasal22 (1) Seluruh pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai dievaluasi kinerjanya secara periodik oleh UKKI.

(2) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 29: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 24 of 43  

menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan disertai dengan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja tersebut.

meliputi kegiatan penilaian hasil kerja pelaksanaan tugas menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan disertai dengan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja tersebut.

Pasal 21 (1) Pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai yang dievaluasi kinerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) meliputi sebagai berikut: a. pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan dan

cukai sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

b. pelaksanaan tugas di bidang pengawasan kepabeanan dan cukai sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

c. pelaksanaan tugas di bidang administrasi sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

d. pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan dalam Rencana Strategis, Road Map, dan Rencana Kerja Tahunan;

e. Pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan manajemen kinerja berbasis balanced scorecard.

(2) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dilakukan oleh UKKI sebagai berikut: a. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas pada instansi

vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh UKKI pada instansi vertikal masing-masing paling lama pada periode akhir tahun;

b. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI paling lama pada periode akhir tahun.

(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan oleh UKKI sebagai berikut: a. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang

merupakan kontrak kinerja pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI pada periode setiap bulan;

b. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon II

Pasal 23 (1) Pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai yang dievaluasi kinerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal22 ayat (1) meliputi sebagai berikut: a. pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan

dan cukai sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

b. pelaksanaan tugas di bidang pengawasan kepabeanan dan cukai sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

c. pelaksanaan tugas di bidang administrasi sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

d. pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan dalam Rencana Strategis, Road Map, dan Rencana Kerja Tahunan;

e. pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan manajemen kinerja berbasis balanced scorecard.

(2) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dilakukan oleh UKKI sebagai berikut: a. audit kinerja atas pelaksanaan tugas pada instansi

vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh UKKI pada instansi vertikal masing-masing paling lama pada periode akhir tahun;

b. audit kinerja atas pelaksanaan tugas pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI paling lama pada periode akhir tahun.

c. evaluasi SOP atas pelaksanaan tugas pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh UKKI pada instansi vertikal;

d. evaluasi SOP atas pelaksanaan tugas pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI.

e. survei pengguna jasa atas pelaksanaan tugas pada

Penekanan bahwa evaluasi kinerja terkait dengan tugas pelayanan, tugas pengawasan dan tugas administrasi

Page 30: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 25 of 43  

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI pada periode setiap bulan;

c. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon III Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh submanager pengelola IKU masing-masing pada unit kerja Eselon II pada periode setiap bulan;

d. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon IV dan pegawai pelaksana perorangan dilaksanakan oleh pejabat struktural yang menjadi atasan masing-masing pada periode setiap bulan.

instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh UKKI pada instansi vertikal masing-masing paling lama pada periode akhir tahun;

f. survei pengguna jasa atas pelaksanaan tugas pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI paling lama pada periode akhir tahun.

(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan oleh UKKI sebagai berikut: a. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang

merupakan kontrak kinerja pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI pada periode setiap bulan;

b. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon II Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh PUSKI pada periode setiap bulan;

c. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon III Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilaksanakan oleh submanager pengelola IKU masing-masing pada unit kerja Eselon II pada periode setiap bulan;

d. evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon IV dan pegawai pelaksana perorangan dilaksanakan oleh pejabat struktural yang menjadi atasan masing-masing pada periode setiap bulan.

dilakukan dengan: - audit kinerja - evaluasi SOP - survei pengguna jasa

Pasal 24 (1) Tata cara audit kinerja sebagaimana Pasal 23 ayat (2) huruf a

dan huruf b dilakukan sebagaimana lampiran xxx Peraturan Direktur Jenderal ini.

(2) Tata cara evaluasi SOP sebagaimana Pasal 23 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan sebagaimana lampiran xxx Peraturan Direktur Jenderal ini.

(3) Tata cara survei pengguna jasa sebagaimana Pasal 23 ayat (2) huruf e dan huruf f dilakukan sebagaimana lampiran xxx Peraturan Direktur Jenderal ini

Penambahan tata cara audit kinerja, evaluasi SOP, dan survei pengguna jasa

Pasal 22 (1) Dalam rangka (2) menjadi penanggung jawab pengelolaan capaian kinerja

Pasal 25 (1) Dalam rangka pelaksanaan evaluasi kinerja, UKKI

menggunakan data-data dan informasi kinerja yang

Page 31: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 26 of 43  

pelaksanaan evaluasi kinerja, UKKI menggunakan data-data dan informasi kinerja yang bersumber: a. laporan capaian kinerja yang disampaikan oleh unit-unit

kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan capaian kinerja tersebut kepada UKKI menurut periode waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3);

b. hasil peninjauan UKKI pada kegiatan operasional pelaksanaan tugas; dan/atau

c. hasil survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey yang independen.

bersumber: a. laporan capaian kinerja yang disampaikan oleh unit-unit

kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan capaian kinerja tersebut kepada UKKI menurut periode waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3);

b. hasil peninjauan UKKI pada kegiatan operasional pelaksanaan tugas; dan/atau

c. hasil survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey yang independen.

1) Laporan capaian kinerja untuk evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) disampaikan oleh: a. Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai Eselon III dan Eselon IV yang menjadi penanggung jawab atas pelaksanaan tugas tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan;

b. unit kerja Eselon II yang tersebut kepada PUSKI sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan; dan

c. Kepala PUSKI kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan.

(2) Laporan capaian kinerja untuk evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) disampaikan oleh: a. Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Eselon III dan Eselon IV yang menjadi penanggung jawab atas pelaksanaan tugas tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan;

b. unit kerja Eselon II yang menjadi penanggung jawab pengelolaan capaian kinerja tersebut kepada PUSKI sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan; dan

c. Kepala PUSKI kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan.

Pasal 23 Evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, ditindak lanjuti oleh pejabat-pejabat terkait dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal dari hasil evaluasi kinerja tersebut menunjukkan

adanya indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara, dilakukan investigasi internal terhadap pejabat dan pegawai terkait oleh PUSKI;

b. rekomendasi untuk peningkatan pelaksanaan tugas meliputi tindakan penyempurnaan di bidang kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, tindakan pemberian penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi, tindakan pengenaan sanksi administratif kepegawaian terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik dan/atau

DIHILANGKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI PADA BAB XIV REKOMENDASI UKKI

Pasal ini disatukan pada BAB REKOMENDASI

Page 32: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 27 of 43  

peraturan disiplin pegawai, atau tindakan tuntutan perbendaharaan atas kerugian keuangan negara yang ditimbulkan.

BAB VIII TANGGAPAN DAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL

BAB VIII TANGGAPAN DAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL

Pasal 24 (1) Dalam hal diperlukan, setiap dilakukan pemeriksaan

terhadap pelaksanaan tugas oleh aparat Pengawasan Fungsional, PUSKI melakukan koordinasi dengan aparat Pengawasan Fungsional bersangkutan dan memberikan fasilitasi untuk kepentingan kelancaran dan kemudahan teknis pelaksanaan pemeriksaan tersebut.

(2) Pada akhir pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PUSKI mengkoordinasikan pertemuan antara unit kerja yang menjadi terperiksa terperiksa (auditee) dan Tim aparat Pengawasan Fungsional bersangkutan.

(3) Dalam hal telah diterbitkan laporan hasil pemeriksaan dan telah diterima oleh PUSKI, PUSKI menyampaikan laporan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut kepada kepala unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee) disertai dengan permintaan untuk memberikan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut.

(4) Atas laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PUSKI melakukan pemantauan penyelesaian tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional bersangkutan.

(5) Untuk kepentingan kecepatan penyelesaian bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (4), PUSKI mengkoordinasikan dan memfasilitasi pembahasan bersama antara aparat Pengawasan Fungsional dan unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee) tentang penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional.

(6) Kepala unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee) menyampaikan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang telah, sedang, dan/atau akan dilaksanakan kepada PUSKI untuk

Pasal 26 (1) Dalam hal diperlukan, setiap dilakukan pemeriksaan terhadap

pelaksanaan tugas oleh aparat Pengawasan Fungsional, PUSKI melakukan koordinasi dengan aparat Pengawasan Fungsional bersangkutan, memberikan fasilitasi untuk kepentingan kelancaran/kemudahan teknis pelaksanaan pemeriksaan tersebut, memberikan asistensi kepada auditee untuk menanggapi temuan, serta memberikan advokasi dalam penyelesaian temuan Aparat Pengawasan Fungsional.

(2) Pada akhir pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PUSKI mengkoordinasikan pertemuan antara unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee) dan Tim aparat Pengawasan Fungsional bersangkutan.

(3) Dalam hal telah diterbitkan laporan hasil pemeriksaan dan telah diterima oleh PUSKI, PUSKI menyampaikan laporan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut kepada kepala unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee) disertai dengan permintaan untuk memberikan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut.

(4) Atas laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PUSKI melakukan pemantauan penyelesaian tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional bersangkutan.

(5) Untuk kepentingan kecepatan penyelesaian bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (4), PUSKI mengkoordinasikan dan memfasilitasi pembahasan bersama antara aparat Pengawasan Fungsional dan unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee) tentang penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional.

(6) Kepala unit kerja yang menjadi terperiksa (auditee)menyampaikan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang telah,

Penjabaran kembali peran PUSKI terkait hasil pemeriksaan APF

Page 33: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 28 of 43  

dilakukan penelitian dan pemeriksaan tentang kelengkapan dan kesesuaiannya dengan laporan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan.

(7) Dalam hal bahan tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah dianggap memadai, PUSKI membuat laporan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang hal tersebut disertai dengan rancangan surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai kepada aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan tentang tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut.

(8) PUSKI menyampaikan surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada aparat Pengawasan Fungsional setelah surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(9) PUSKI melakukan penelitian dan analisis terhadap masalah yang menjadi temuan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang dalam hal berdasarkan hasil penelitian dan analisis disimpulkan adanya indikasi tentang potensi kelemahan atau kekurangan sumber daya organisasi atau dugaan terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, maka PUSKI memberikan rekomendasi perbaikan atas kelemahan atau kekurangan sumber daya organisasi yang dapat diidentifikasi dan melakukan investigasi internal dalam hal ditemukan indikasi dugaan terjadinya penyimpangan, pelanggaran, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara.

sedang, dan/atau akan dilaksanakan kepada PUSKI untuk dilakukan penelitian dan pemeriksaan tentang kelengkapan dan kesesuaiannya dengan laporan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan.

(7) Dalam hal bahan tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah dianggap memadai, PUSKI membuat laporan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang hal tersebut disertai dengan rancangan surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai kepada aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan tentang tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut.

(8) PUSKI menyampaikan surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada aparat Pengawasan Fungsional setelah surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(9) PUSKI melakukan penelitian dan analisis terhadap masalah yang menjadi temuan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang dalam hal berdasarkan hasil penelitian dan analisis disimpulkan adanya indikasi tentang potensi kelemahan atau kekurangan sumber daya organisasi atau dugaan terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, maka PUSKI memberikan rekomendasi perbaikan atas kelemahan atau kekurangan sumber daya organisasi yang dapat diidentifikasi dan melakukan investigasi internal dalam hal ditemukan indikasi dugaan terjadinya penyimpangan, pelanggaran, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara.

Pasal 25 (1) Pada awal pemeriksaan terhadap instansi vertikal Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai oleh aparat Pengawasan Fungsional, Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) segera memberitahukan tentang hal itu kepada PUSKI.

(2) Untuk kepentingan kelancaran dan kemudahan teknis pelaksanaan pemeriksaan terhadap instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, UKKI pada instansi vertikal melakukan koordinasi dan memfasilitasi

Pasal 27 (1) Pada awal pemeriksaan terhadap instansi vertikal Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai oleh aparat Pengawasan Fungsional, Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) segera memberitahukan tentang hal itu kepada PUSKI.

(2) Untuk kepentingan kelancaran dan kemudahan teknis pelaksanaan pemeriksaan terhadap instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, UKKI pada instansi

Page 34: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 29 of 43  

pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat Pengawasan Fungsional.

(3) Dalam hal diperlukan, Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) dapat meminta bantuan kepada PUSKI untuk melakukan koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Pada akhir pemeriksaan oleh aparat Pengawasan Fungsional, Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) segera melaporkan tentang hal tersebut kepada PUSKI pada kesempatan pertama.

(5) PUSKI dan UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) memantau penyelesaian bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional.

(6) Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) menyampaikan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang telah, sedang, dan/atau akan dilaksanakan kepada UKKI instansi vertikal bersangkutan untuk dilakukan penelitian dan pemeriksaan tentang kelengkapan dan kesesuaiannya dengan laporan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan.

(7) Dalam hal bahan tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) oleh UKKI pada instansi vertikal bersangkutan telah dianggap memadai, UKKI pada instansi vertikal bersangkutan membuat laporan kepada Kepala instansi vertikal tentang hal tersebut disertai dengan rancangan surat Kepala instansi vertikal kepada aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan tentang tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut.

(8) UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersangkutan menyampaikan surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada aparat Pengawasan Fungsional setelah surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut tersebut ditandatangani oleh Kepala instansi vertikal Direktorat

vertikal melakukan koordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat Pengawasan Fungsional.

(3) Dalam hal diperlukan, Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) dapat meminta bantuan kepada PUSKI untuk melakukan koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Pada akhir pemeriksaan oleh aparat Pengawasan Fungsional, Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) segera melaporkan tentang hal tersebut kepada PUSKI pada kesempatan pertama.

(5) PUSKI dan UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) memantau penyelesaian bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional.

(6) Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menjadi terperiksa (auditee) menyampaikan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang telah, sedang, dan/atau akan dilaksanakan kepada UKKI instansi vertikal bersangkutan untuk dilakukan penelitian dan pemeriksaan tentang kelengkapan dan kesesuaiannya dengan laporan hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan.

(7) Dalam hal bahan tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) oleh UKKI pada instansi vertikal bersangkutan telah dianggap memadai, UKKI pada instansi vertikal bersangkutan membuat laporan kepada Kepala instansi vertikal tentang hal tersebut disertai dengan rancangan surat Kepala instansi vertikal kepada aparat Pengawasan Fungsional yang bersangkutan tentang tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional tersebut.

(8) UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersangkutan menyampaikan surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada aparat Pengawasan Fungsional setelah surat tanggapan dan pelaksanaan tindak lanjut tersebut

Page 35: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 30 of 43  

Jenderal Bea dan Cukai bersangkutan dengan tembusan surat kepada Kepala PUSKI

ditandatangani oleh Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersangkutan dengan tembusan surat kepada Kepala PUSKI.

BAB XIX PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

BAB IX PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

Pasal 28 (1) UKKI melakukan penanganan pengaduan masyarakat

melalui kegiatan penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat sebagaimana Pasal 9 huruf f.

(2) UKKI pada KPU, KPPBC, PSO dan BPIB melakukan penanganan pengaduan masyarakat terkait sebagaimana ayat (1) pejabat/pegawai di lingkungan wilayah kerjanya masing-masing.

(3) UKKI pada Kantor Wilayah melakukan penanganan pengaduan masyarakat sebagaimana ayat (1) terkait pejabat/pegawai pada unit kerja Kantor Wilayah dan KPPBC di bawah pengawasannya.

(4) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan penanganan pengaduan masyarakat sebagaimana ayat (1) terkait pejabat/pegawai seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(5) Dalam hal setelah dilakukan penelitian, pemeriksaan, penilaian terhadap berkas pengaduan terdapat indikasi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, maka UKKI wajib menindaklanjuti dengan melakukan investigasi internal untuk menemukan dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai.

Penjabaran cakupan tugas UKKI dalam penanganan pengaduan masyarakat berdasarkan wilayah kerja dan materi pengaduan.

Pasal 26 (1) Setiap pengaduan masyarakat yang diterima oleh PUSKI

harus ditangani melalui proses kegiatan penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.

(2) Pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara lisan dan tertulis dan/atau melalui telepon, pemberitaan mass media, layanan pesan singkat telepon seluler (SMS), surat, atau internet (e-mail)

Pasal 29 (1) Setiap pengaduan masyarakat yang diterima olehUKKIharus

ditangani melalui proses kegiatan penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.

(2) Pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara lisan dan tertulis melalui aplikasi pengaduan, telepon, pemberitaan mass media, layanan pesan singkat telepon seluler (SMS), surat, jejaring sosialatau e-mail.

1.Penanganan pengaduan masyarakat tidak hanya dilakukan oleh Puski, melainkan juga oleh UKKI vertikal 2.Penambahan media pengaduan, yaitu melalui aplikasi pengaduan sebagai bagian dari pengaduan secara tertulis.

Page 36: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 31 of 43  

Pasal 27 Penanganan pengaduan masyarakat harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Obyektivitas, yaitu kegiatan penanganan pengaduan

masyarakat harus berdasarkan fakta atau bukti yang dapat dinilai berdasarkan kriteria yang ditentukan;

b. Efektivitas dan efisiensi, yaitu kegiatan penanganan pengaduan masyarakat harus dilaksanakan secara tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya;

c. Akuntabilitas, yaitu proses kegiatan penanganan pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prosedur yang berlaku;

d. Kerahasiaan, yaitu penanganan terhadap suatu pengaduan masyarakat dilakukan secara hati-hati dan dijaga kerahasiaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e. Transparan, yaitu hasil kegiatan penanganan pengaduan masyarakat diinformasikan berdasarkan mekanisme dan prosedur yang jelas dan terbuka

Pasal 30 Penanganan pengaduan masyarakat harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Obyektivitas, yaitu kegiatan penanganan pengaduan

masyarakat harus berdasarkan fakta atau bukti yang dapat dinilai berdasarkan kriteria yang ditentukan;

b. Efektivitas dan efisiensi, yaitu kegiatan penanganan pengaduan masyarakat harus dilaksanakan secara tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya;

c. Akuntabilitas, yaitu proses kegiatan penanganan pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prosedur yang berlaku;

d. Kerahasiaan, yaitu penanganan terhadap suatu pengaduan masyarakat dilakukan secara hati-hati dan dijaga kerahasiaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e. Transparan, yaitu hasil kegiatan penanganan pengaduan masyarakat diinformasikan berdasarkan mekanisme dan prosedur yang jelas dan terbuka.

Pasal 28 (1) Terhadap pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 ayat (1) dilakukan identifikasi unsur-unsur materi pengaduan yang meliputi: a. tanggal surat pengaduan, tanggal penerimaan pengaduan,

identitas pelapor yang menyangkut nama, profesi, dan alamat;

b. identitas terlapor yang menyangkut nama, NIP, jabatan, dan tempat kedudukan; dan/atau

c. bentuk kasus yang diadukan, waktu dan tempat kejadian kasus.

(2) Terhadap pengaduan masyarakat dilakukan penelaahan tentang jenis kasus yang diadukan yang dapat berupa: a. ketidakberadaan pegawai di tempat tugas pelayanan; b. sikap dan perilaku pegawai yang tidak simpatik atau tidak

responsif; c. penyalahgunaan wewenang atau tindakan sewenang-

wenang pegawai yang merugikan masyarakat dan negara; d. penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang

kepabeanan dan cukai yang berbelit-belit, tidak jelas, dan/atau tidak pasti;

Pasal 31 (1) Terhadap pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 ayat (1) dilakukan identifikasi unsur-unsur materi pengaduan yang meliputi: a. tanggal surat pengaduan, tanggal penerimaan pengaduan,

identitas pelapor yang menyangkut nama, profesi, dan alamat;

b. identitas terlapor yang menyangkut nama, NIP, jabatan, dan tempat kedudukan; dan/atau

c. bentuk kasus yang diadukan, waktu dan tempat kejadian kasus.

(2) Terhadap pengaduan masyarakat dilakukan penelaahan tentang jenis kasus yang diadukan yang dapat berupa: a. ketidakberadaan pegawai di tempat tugas pelayanan; b. sikap dan perilaku pegawai yang tidak simpatik atau tidak

responsif; c. penyalahgunaan wewenang atau tindakan sewenang-

wenang pegawai yang merugikan masyarakat dan negara; d. penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan

dan cukai yang berbelit-belit, tidak jelas, dan/atau tidak pasti;

1. Ayat (4) dan (5) dihilangkan karena nanti dijabarkan pada Pasal 32 dan Pasal 33 Revisi P-23 2. Ayat (6) dihilangkan karena telah diatur pada Pasal 28 ayat (5) 3. Ayat (7) dihilangkan karena nanti dirumuskan kembali secara lengkap dan dituangkan pada Pasal 35

Page 37: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 32 of 43  

e. penyelesaian pengurusan perizinan dan/atau pemberian fasilitas yang berbelit-belit, tidak memberikan kepastian, dan/atau tidak transparan;

f. pungutan liar, penyuapan, kolusi, dan/atau pemerasan dalam pelayanan atau penindakan di bidang kepabeanan dan cukai;

g. penatausahaan dan pengelolaan barang inventaris atau barang bukti yang tidak dapat dipertanggungjawabkan;

h. kebocoran dalam penerimaan bea masuk, cukai, dan pungutan negara lainnya;

i. penyelundupan impor dan ekspor; j. penyimpangan atau manipulasi dalam pelayanan atau

pengelolaan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai, seperti Tempat Penimbunan Berikat, KITE, dan lain-lain;

k. penyimpangan dan manipulasi dalam pengadaan barang dan jasa;

l. penyimpangan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang kepegawaian;

m. masalah dalam kehidupan rumah tangga pegawai; n. masalah sikap, perilaku, dan perbuatan serta gaya hidup

pegawai yang tidak sesuai dengan norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum; dan/atau

o. bentuk-bentuk penyimpangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya.

(3) Terhadap pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan klarifikasi tentang kejelasan masalahnya melalui pengecekan kepada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan masalah yang diadukan dan rumusan masalahnya berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dan tinjauan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Untuk penyelesaian pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengaduan masyarakat tersebut diteruskan kepada kepala unit kerja terlapor untuk mendapat tanggapan dan penjelasan tentang kemungkinan penyelesaian yang telah dilakukan.

(5) Kepala unit kerja terlapor wajib menyampaikan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada Kepala PUSKI pada kesempatan pertama.

(6) Dalam hal memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

e. penyelesaian pengurusan perizinan dan/atau pemberian fasilitas yang berbelit-belit, tidak memberikan kepastian, dan/atau tidak transparan;

f. pungutan liar, penyuapan, kolusi, dan/atau pemerasan dalam pelayanan atau penindakan di bidang kepabeanan dan cukai;

g. penatausahaan dan pengelolaan barang inventaris atau barang bukti yang tidak dapat dipertanggungjawabkan;

h. kebocoran dalam penerimaan bea masuk, cukai, dan pungutan negara lainnya;

i. penyelundupan impor dan ekspor; j. penyimpangan atau manipulasi dalam pelayanan atau

pengelolaan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai, seperti Tempat Penimbunan Berikat, KITE, dan lain-lain;

k. penyimpangan dan manipulasi dalam pengadaan barang dan jasa;

l. penyimpangan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang kepegawaian;

m. masalah dalam kehidupan rumah tangga pegawai; n. masalah sikap, perilaku, dan perbuatan serta gaya hidup

pegawai yang tidak sesuai dengan norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum; dan/atau

o. bentuk-bentuk penyimpangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya

(3) Terhadap pengaduan masyarakat dilakukan klarifikasi tentang kejelasan masalahnya melalui pengecekan kepada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan masalah yang diadukan dan rumusan masalahnya berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dan tinjauan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 38: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 33 of 43  

dalam Pasal 10 ayat (3), untuk mendapatkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, relevan, dan berguna mengenai kebenaran pengaduan masyarakat, Kepala PUSKI melakukan investigasi internal terhadap para pejabat dan pegawai terkait sesuai dengan prosedur dan tata cara pemeriksaan pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

(7) Tindak lanjut hasil penelitian dan pemeriksaan pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) meliputi sebagai berikut: a. terhadap pelapor akan diberitahukan tentang hasil

penelitian dan pemeriksaan tersebut yang dapat berupa laporan pengaduan bersangkutan tidak benar atau jika hasil pemeriksaan terbukti kebenarannya, akan disampaikan ucapan terima kasih;

b. terhadap terlapor atau pegawai yang berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan menunjukkan tidak bersalah nama baik terlapor segera direhabilitasi atau jika bersalah, maka akan diusulkan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk dikenakan hukuman disiplin pegawai, tindakan tuntutan perbendaharaan jika terjadi kerugian keuangan negara, rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas yang dapat berupa tindakan penyempurnaan manajemen organisasi, penyempurnaan sumber daya organisasi, pembinaan sumber daya manusia, dan lain-lain.

Pasal 32

(1) Kegiatan penanganan pengaduan masyarakat sebagaimana Pasal 28 ayat (4) oleh PUSKI dilakukan secara langsung terhadap pejabat/pegawai pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam hal menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang:

a. melibatkan Kepala instansi vertikal dan/atau pejabat UKKI;

b. mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat;

c. proses penanganannya oleh UKKI pada instansi

Penjabaran di dalam pasal tersendiri untuk penangan pengaduan yang oleh PUSKIdilakukan secara langsung terhadap pejabat/pegawai pada instansi vertikal.

Page 39: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 34 of 43  

vertikal berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

d. tidak ditindaklanjuti oleh UKKI pada instansi vertikal;

e. berdasarkan analisis manajemen risiko PUSKI atas data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas instansi vertikal yang bersangkutan menunjukkan adanya potensi yang merugikan masyarakat dan negara; atau

f. berdasarkan perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Terhadap pengaduan masyarakatyang tidak memenuhi kriteria sebagaimana ayat (1), PUSKI meneruskan berkas pengaduan tersebut kepada UKKI Kantor Wilayah.

(3) Atas berkas pengaduan yang diteruskan oleh PUSKI, UKKI Kantor Wilayah wajib menindaklanjutinya dengan melakukan penanganan terhadap pengaduan tersebut sebagaimana mestinya.

Pasal 33

(1) Kegiatan penanganan pengaduan masyarakat sebagaimana Pasal 28 ayat (3) oleh UKKI Kantor Wilayah dilakukan secara langsung terhadap pejabat/pegawai pada KPPBCdi bawah pengawasannya dalam hal :

a. berdasarkan analisis manajemen risiko UKKI Kantor Wilayah, materi pengaduan tersebut memuat pelanggaran yang berpotensi merugikan DJBC;

b. berdasarkan permintaan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; atau

c. berdasarkan permintaan Kepala PUSKI.

(2) Terhadap pengaduan masyarakat yang diterima UKKI Kantor Wilayah yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana ayat (1), UKKI Kantor Wilayah meneruskan berkas pengaduan tersebut kepada UKKI KPPBC.

(3) Terhadap berkas pengaduan yang diteruskan oleh UKKI Kantor Wilayah, UKKI KPPBCwajib menindaklanjutinya dengan melakukan penanganan terhadap pengaduan

Penjabaran di dalam pasal tersendiri untuk penangan pengaduan yang oleh UKKI Kanwildilakukan secara langsung terhadap pejabat/pegawai pada KPPBC/PSO/BPIB.

Page 40: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 35 of 43  

tersebut sebagaimana mestinya.

Pasal 34

(1) Atas penanganan pengaduan masyarakat yang telah selesai dilaksanakan oleh UKKI instansi vertikal, Kepala UKKI instansi vertikal atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan penanganan pengaduan masyarakat wajib menyampaikan laporan tertulis tentang pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat kepada Kepala Instansi Vertikal.

(2) Atas penanganan pengaduan masyarakat yang telah selesai dilaksanakan oleh PUSKI, petugas yang ditunjuk untuk melakukan penanganan pengaduan masyarakat wajib menyampaikan laporan tertulis tentang pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat kepada Kepala PUSKI.

Pasal35

Tindak lanjut hasil penelitian dan pemeriksaan pengaduan masyarakat meliputi sebagai berikut:

1. terhadap pelapor akan diberitahukan tentang hasil penelitian dan pemeriksaan tersebut yang dapat berupa laporan pengaduan bersangkutan tidak benar atau jika hasil pemeriksaan terbukti kebenarannya, akan disampaikan ucapan terima kasih;

2. terhadap terlapor atau pegawai yang berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan menunjukkan tidak bersalah nama baik terlapor segera direhabilitasi;

3. terhadap terlapor atau pegawai yang berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan menunjukkan bersalah,

a. Dalam hal hasil investigasi internal yang dilakukan UKKI instansi vertikal diperoleh bukti-bukti yang lengkap tentang terjadinya pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, Kepala Instansi Vertikal memproses penjatuhan hukuman disiplin berdasarkan ketentuan yabg berlaku.

b. Dalam hal hasil investigasi internal yang dilakukan PUSKI

Page 41: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 36 of 43  

diperoleh bukti-bukti yang lengkap tentang terjadinya pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, Kepala PUSKI menyampaikan kasus pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai disertai dengan rekomendasi penjatuhan hukuman disiplin.

BAB X INVESTIGASI INTERNAL

BAB X INVESTIGASI INTERNAL

Pasal 29 (1) PUSKI mempunyai fungsi antara lain untuk melakukan

investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g.

(2) Investigasi internal bertujuan untuk diperolehnya bukti-bukti yang dapat mengungkapkan kebenaran atas dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan/atau pelanggaran peraturan disiplin pegawai yang dilakukan oleh pegawai.

(3) Investigasi internal meliputi kegiatan permintaan keterangan dari pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan sumber-sumber lainnya serta pengumpulan data dan fakta guna mendapatkan indikasi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai dan pemeriksaan terhadap pegawai terkait sesuai dengan ketentuan, prosedur, dan tata cara yang berlaku.

(4) Pelaksanaan investigasi internal sebagaimana dimasud pada ayat (1) harus berdasarkan surat tugas tertulis dari Kepala PUSKI.

(5) Setiap pegawai yang dimintai keterangan dan/atau diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib untuk membantu dan memenuhi keterangan dan pemeriksaan yang diperlukan

Pasal 36 (1) UKKI mempunyai fungsi antara lain untuk melakukan

investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai.

(2) Investigasi internal bertujuan untuk diperolehnya bukti-bukti yang dapat mengungkapkan kebenaran atas dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan/atau pelanggaran peraturan disiplin pegawai yang dilakukan oleh pegawai.

(3) Investigasi internal meliputi kegiatan permintaan keterangan dari pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan sumber-sumber lainnya serta pengumpulan data dan fakta guna mendapatkan indikasi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai dan pemeriksaan terhadap pegawai terkait sesuai dengan ketentuan, prosedur, dan tata cara yang berlaku.

(4) Investigasi internal oleh petugas PUSKI dilaksanakan berdasarkan surat tugas tertulis dari Kepala PUSKI.

(5) Investigasi internal oleh UKKI Vertikal dilakukan berdasarkan surat tugas tertulis dari Kepala UKKI Vertikal.

(6) Tatacara melaksanakan investigasi internal diatur dalam lampiran xxx peraturan Direktur Jenderal ini.

1. UKKI pada semua level melakukan fungsi investigasi internal 2. Penjabaran tata cara investigasi internal

BAB XI PEMBINAAN SIKAP DAN PERILAKU PEGAWAI

BAB XI PEMBINAAN SIKAP DAN PERILAKU PEGAWAI

Pasal 30 (1) UKKI di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, di samping mempunyai misi untuk melakukan upaya pencegahan terhadap perbuatan pelanggaran kode etik dan peraturan disiplin pegawai, penindakan terhadap aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan pelanggaran, juga

Pasal37 (1) UKKI di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam

pelaksanaan tugas dan fungsinya, di samping mempunyai misi untuk melakukan upaya pencegahan terhadap perbuatan pelanggaran kode etik dan peraturan disiplin pegawai, penindakan terhadap aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan pelanggaran, juga

Page 42: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 37 of 43  

melakukan upaya pembinaan sikap dan perilaku pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3).

(2) Pembinaan sikap dan perilaku pegawai bertujuan untuk meningkatkan pengendalian diri pegawai yang menyangkut orientasi kerja, motivasi kerja, dan gaya hidup pegawai sesuai dengan norma agama, norma moral, norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum dalam kedudukannya sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat guna peningkatan semangat dan gairah kerja serta efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan disiplin kerja dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

(3) Sasaran pembinaan sikap dan perilaku pegawai adalah: a. para pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui

sosialisasi, seminar, acara tatap muka, ceramah, dan lain-lain;

b. pegawai yang melakukan penyimpangan atau pelanggaran peraturan perundang-undangan melalui komunikasi dialogis, diskusi, santiaji atau pengarahan, pemberian nasihat, konsultasi, penugasan khusus, dan lain-lain.

(4) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan sikap dan perilaku pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PUSKI dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga profesional di bidang pengembangan motivasi, pembinaan kepribadian, pembinaan kewajiban, dan lain-lain.

melakukan upaya pembinaan sikap dan perilaku pegawai. (2) Pembinaan sikap dan perilaku pegawai bertujuan untuk

meningkatkan pengendalian diri pegawai yang menyangkut orientasi kerja, motivasi kerja, dan gaya hidup pegawai sesuai dengan norma agama, norma moral, norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum dalam kedudukannya sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat guna peningkatan semangat dan gairah kerja serta efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan disiplin kerja dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

(3) Sasaran pembinaan sikap dan perilaku pegawai adalah: a. para pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui

sosialisasi, seminar, acara tatap muka, ceramah, dan lain-lain;

b. pegawai yang melakukan penyimpangan atau pelanggaran peraturan perundang-undangan melalui komunikasi dialogis, diskusi, santiaji atau pengarahan, pemberian nasihat, konsultasi, penugasan khusus, dan lain-lain.

(4) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan sikap dan perilaku pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UKKI dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga profesional di bidang pengembangan motivasi, pembinaan kepribadian, pembinaan kewajiban, dan lain-lain.

BAB XII

HUBUNGAN KERJA ANTARA PUSKI DAN UKKI PADA INSTANSI VERTIKAL

Pasal 38

(1) UKKI pada KPU, KPPBC, PSO dan BPIB melakukan kegiatan dalam rangka penegakan kepatuhan internal sebagaimana Pasal 9 dalam lingkungan wilayah kerjanya masing-masing.

(2) UKKI pada Kantor Wilayah melakukan kegiatan dalam rangka penegakan kepatuhan internal sebagaimana Pasal 9 dalam unit kerja Kantor Wilayah dan KPPBC di bawah pengawasannya.

(3) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan kegiatan dalam rangka penegakan

Penekanan bahwa UKKI pada semua level melakukan kegiatan dalam rangka penegakan kepatuhan internal sesuai lingkup kewenangannya masing-masing berdasarkan wilayah kerja.

Page 43: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 38 of 43  

kepatuhan internal sebagaimana Pasal 9 terhadap seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 39 (1) Untuk melaksanakan kegiatan penegakan kepatuhan

internal sebagaimana Pasal 9, UKKI pada KPPBCdapat meminta asistensi kepada UKKI Kantor Wilayah.

(2) Untuk melaksanakan kegiatan kegiatan penegakan kepatuhan sebagaimana Pasal 9, UKKI pada KPU,Kantor Wilayah, PSO dan BPIB dapat meminta asistensi kepada PUSKI.

Memberikan ruang pada UKKI untuk meminta asistensi dalam pelaksanaan semua kegiatan dalam rangka penegakan kepatuhan internal kepada UKKI yang lebih tinggi tingkatannya.

BAB XIII KEWENANGAN UKKI

Pasal 40 (1) Untuk melaksanakan tugas dalam rangka penegakan

kepatuhan internal, petugas UKKI berwenang: a. Melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap

pegawai yang diduga melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai atau pegawai yang dipandang tahu telah terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

b. Meminta data, informasi, dan bukti-bukti terkait dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

c. Mengkondisikan ruangan kantor untuk mensterilisasi komunikasi dalam rangka pemeriksaan.

d. Melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam rangka penelitian adanya dugaan pelanggaran pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang oleh pegawai.

e. Mengamankan data, informasi, dan barang-barang yang diduga berkaitan dengan dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

f. Memberhentikan sementara kegiatan di bidang tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi selama diperlukan dalam mengefektifkan kegiatan penegakan kepatuhan internal.

g. Memerintahkan pegawai yang diduga melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin di luar kantoruntuk segera menuju ke kantor Bea dan Cukai atau tempat lain yang ditetapkan oleh Petugas UKKI guna dilakukan investigasi internal.

1. Perlu dijabarkan kewenangan

UKKI untuk memberikan dasar hukum tindakan-tindakan UKKI dalam pelaksanaan tugas penegakan kepatuhan internal

2. Perlu dituangkan satu klausul di ayat (2) yang memberikan keleluasaan bagi pegawai/pejabat UKKI untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka investigasi internal kepada pegawai/pejabat di lingkungan DJBC yang lebih tinggi pangkat maupun jabatannya, karena pemeriksaan oleh UKKI bukanlah pemeriksaan dalam rangka PP-53

Page 44: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 39 of 43  

h. Meminta pegawai menyerahkan data dari alat komunikasi yang dimiliki pegawai yang diduga berkaitan dengan pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai.

(2) Untuk efektivitas pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) butir a, pegawai/pejabat UKKI yang ditunjuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap pegawai/pejabat yang lebih tinggi pangkat dan jabatannya.

(3) Untuk melengkapi informasi terkait pembuktian ada tidaknya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, petugas UKKI dapat meminta keterangan pihak-pihak di luar pegawai;

(4) Melakukan pemeriksaan ruang, sarana dan prasarana kerja, serta barang milik pribadi pegawai,honorer, petugas cleaning service, petugas keamanan, dan tuang parkir,yang meliputi dompet, tas, alat pembayaran, alat komunikasi, kendaraan pribadi, mobil dinas, dan yang lainnya di lingkungan kantor guna membuktikan ada tidaknya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai.

Pasal 41

Pihak-pihak yang berkaitan dengan proses penegakan kepatuhan internal wajib memenuhi perintah UKKI, serta membantu dan memenuhi data, informasi dan bukti-bukti yang diperlukan dalam proses penegakan kepatuhan internal..

Perlu dituangkan kewajiban bagi pihak lain dalam rangka kelancaran proses penegakan kepatuhan internal

BAB XIV REKOMENDASI UKKI

Pasal 42

Sebagai tindak lanjut pengawasan dan evaluasi kinerja, atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal, dan/atau PUSKI menyampaikan kepada pejabat yang berwenang tentang rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas yang dapat berupa:

a. tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;

b. pemindahan/rolling pegawai ke tempat yang tidak strategis atau yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan/pengawasan.

c. tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang

Menjabarkan beberapa jenis rekomendasi yang bisa disampaikan oleh UKKI kepada pejabat yang berwenang.

Page 45: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 40 of 43  

memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan;

d. tindakan tuntutan perbendaharaan, tindakan penyempurnaan aparatur pemerintahan di bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan;

e. tindakan peningkatan daya guna dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara dan tercapai hasil kerja sebaik-baiknya dan secara optimal.

Pasal 43 (1) Pejabat yang menerima rekomendasi harusmelaksanakan

rekomendasi dimaksud sesuai ketentuan yang berlaku; (2) Dalam hal pejabat yang menerima rekomendasi menemukan

bukti-bukti baru yang bertentangan dengan bukti-bukti yang digunakan sebagai dasar penyampaian rekomendasi, pejabat yang menerima rekomendasi dapat mengajukan usulan untuk meninjau kembali rekomendasi dimaksud;

(3) Terhadap usulan peninjauan kembali rekomendasi tersebut, UKKI dapatmelakukan langkah korektif dan menindaklanjutinya dengan menyampaikan perubahan rekomendasi;

(4) Terhadap rekomendasi yang telah dilakukan koreksi tersebut selanjutnya disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

1. Perlu penegasan terkait

kewajiban pejabat yang berwenang (pejabat yang menerima rekomendasi) untuk melaksanakan rekomendasi dimaksud.

2. Perlu dituangkan hak pejabat yang menerima rekomendasi untuk memberikan klarifikasi/peninjauan kembali atas rekomendasi yang disampaikan UKKI

Pasal 44

(1) UKKI wajib melakukan monitoring terhadap rekomendasi yang disampaikan kepada pejabat yang menerima rekomendasi secara periodik.

(2) Monitoring dilakukan dengan menyampaikan permintaan klarifikasi kepada pejabat yang menerima rekomendasi atas tindak lanjut rekomendasi yang disampaikan UKKI.

(3) Terhadap permintaan klarifikasi tersebut, pejabat yang menerima rekomendasi wajib menjelaskan pelaksanaan rekomendasi berikut penjelasan secukupnya.

Perlu ditekankan kewajiban UKKI untuk melakukan monitoring terhadap rekomndasi yang pernah disampaikan.

BAB XV

DOKUMENTASI KINERJA UKKI

Pasal 45 (1) Atas kegiatan penegakan kepatuhan internal yang dilakukan,

Perlu ditekankan pentingnya pendokumentasian terhadap

Page 46: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 41 of 43  

UKKI melakukan pendokumentasian data/informasi secara manual dan/atau elektronik.

(2) Pendokumentasian data/informasi dimaksud dilakukan untuk kepentingan pelaporan dan evaluasi kinerja UKKI.

semua kegiatan UKKI

BAB XVI PELAPORAN

Pasal 46 (1) Atas kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal yang dilakukan,

UKKI menyampaikan laporan secara manual dan/atau elektronik.

(2) Laporan yang disampaikan meliputi semua kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana Pasal 9 Peraturan Direktur Jenderal ini.

(3) Penyampaian laporan dilakukan secara berjenjang dalam periode bulanan dengan format yang telah ditentukan.

Pelaporan yang disampaikan meliputi seluruh kegiatan penegakan kepatuhan internal sebagai satu kesatuan yang utuh

Pasal 47 (1) UKKI KPPBC, menyampaikan laporan bulanan kegiatan

Penegakan Kepatuhan Internal kepada UKKI Kantor Wilayah paling lambat tanggal … bulan berikutnya, sesuai format sebagaimana lampiran xxxx Peraturan Direktur Jenderal ini.

(2) UKKI KPU, PSO dan BPIB menyampaikan laporan bulanan kepada PUSKI paling lambat tanggal ---- bulan berikutnya sesuai format sebagaimana lampiran xxxx Peraturan Direktur Jenderal ini..

(3) UKKI Kantor Wilayah menyampaikan laporan bulanan kepada PUSKI paling lambat tanggal ----- bulan berikutnya sesuai format sebagaimana lampiran xxxx Peraturan Direktur Jenderal ini.

(4) Khusus yang terkait pemantauan pengendalian intern, UKKI Kantor Wilayah menyampaikan laporan tiga bulanan kepada PUSKI yang merupakan kompilasi laporan pemantauan pengendalian intern yang dilakukan UKKI Kanwil dan KPPBCbersamaan dengan laporan bulanan kegiatan penegakan kepatuhan internal lainnya pada bulan-bulan bersangkutan.

Perlu penegasan batas waktu pelaporan

Pasal 48 (1) Laporan bulanan yang disampaikan oleh KPPBC kepada UKKI

Kantor Wilayah merupakan hasil kegiatan penegakan kepatuhan internal yang dilaksanakan oleh KPPBC.

(2) Laporan bulanan yang disampaikan oleh UKKI KPU, PSO dan BPIB kepada PUSKI merupakan hasil kegiatan penegakan

1.Perlu penegasan konten laporan masing-masing UKKI 2.Perlu penegasan keetrlibatan UKKI Kanwil dalam pelaporan sehingga UKKI Kanwil tahu

Page 47: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 42 of 43  

kepatuhan internal yang dilaksanakan oleh UKKI KPU selama satu bulan.

(3) Laporan kegiatan penegakan kepatuhan internal yang disampaikan UKKI Kantor Wilayah kepada PUSKI merupakan kompilasi laporan yang dibuat oleh UKKI Kanwil dan KPPBC.

persis apa yang dilakukan oleh UKKI KPPBC/PSO/BPIB

BAB XVII

EVALUASI KINERJA UKKI

Pasal 49 (1) UKKI pada Kantor Wilayah melakukan evaluasi secara periodik

dalam 3 (tiga) bulanan terhadap efektivitas kinerja UKKI pada KPPBC yang berada di bawah pengawasannya.

(2) PUSKI melakukan evaluasi secara periodik dalam 6 (enam) bulanan terhadap efektivitas kinerja UKKI pada KPU, Kantor Wilayah, PSO dan BPIB.

(3) Atas evaluasi yang dilakukan UKKI Kantor Wilayah sebagaimana ayat (1), UKKI Kantor Wilayah menyampaikan hasil evaluasi dan rekomendasi kepada UKKI KPPBC.

(4) Atas evaluasi yang dilakukan sebagaimana ayat (2), PUSKI menyampaikan hasil evaluasi dan rekomendasi kepada UKKI KPU, Kantor Wilayah, PSO dan BPIB.

(5) Evaluasi sebagaimana dimaskud pada ayat (3) dan ayat (4) setidaknya meliputi penilaian tentang jenis kegiatan, jumlah kegiatan, hasil kegiatan, unit-unit yang perlu diatensi karena memiliki tingkat kerawanan tinggi, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan efektivitas kinerja UKKI dalam kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal.

Perlu penegasan akan kewajiban UKKI pada level yang lebih tinggi untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja UKKI di bawahnya

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31 Dalam hal diperlukan pengaturan lebih lanjut, Kepala Unit Kerja Eselon II di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai di lingkungan kerja masing-masing dengan menerbitkan Instruksi, Surat Edaran, atau Nota Dinas.

Pasal 50 Dalam hal diperlukan pengaturan lebih lanjut, Kepala Unit Kerja Eselon II Yang menangani Kepatuhan Internalpada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai di lingkungan kerja masing-masing dengan menerbitkan Instruksi, Surat Edaran, atau Nota Dinas.

Page 48: DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 · 2014. 2. 25. · 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Page 43 of 43  

Pasal 32 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 51 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.