Daft Stevenson - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120310/2012/120310120127_2_2004.pdf ·...
-
Upload
nguyendung -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
Transcript of Daft Stevenson - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120310/2012/120310120127_2_2004.pdf ·...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen Operasi
Semua perusahaan baik itu perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa,
agar dapat terus berjalan dengan baik dan teratur sehingga dapat terus menghasilkan
keuntungan memerlukan manajemen operasi. Manajemen operasi sendiri diperlukan
untuk mengatur faktor-faktor produksi pada sebuah perusahaan agar segala bidang
operasional pada perusahaan tersebut dapat berjalan dengan lancar mulai dari hulu ke
hilir. Menurut Heizer dan Render (2014), Manajemen Operasi adalah sebuah
kegiatan yang dapat menciptakan nilai, baik itu dalam bentuk barang maupun jasa
dengan cara merubah input menjadi output.
Menurut Stevenson (2009), Manajemen Operasi adalah Sistem manajemen
atau serangkaian proses dalam pembuatan produk atau penyediaan jasa.
Menurut Daft (2009), Manajemen Operasi adalah Bidang manajemen yang
mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat dan teknik khusus
untuk memecahkan masalah produksi.
9
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli di atas, maka pengertian
Manajemen Operasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah serangkaian proses
yang dapat menghasilkan produk maupun jasa dengan cara merubah input menjadi
output.
2.1.2 Keputusan Utama Manajemen Operasi
Menurut Heizer dan Render (2014),terdapat 10 keputusan utama manajemen
operasi :
1. Design of Goods and Services
Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi
yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber daya manusia
bergantung pada keputusan perancangan.
2. Managing Quality
Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan
prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar kualitas
tersebut.
3. Process and Capacity Design
Keputusan proses yang diambil membuat manajemen mengambil komitmen
dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan sumber daya manusia dan
pemeliharaan yang spesifik. Komitmen pengeluaran dan modal ini akan
menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan.
10
4. Location Strategy
Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan
perusahaan.
5. Layout Strategy
Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan, keputusan
teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak.
6. Human Resources and Job Design
Manusia merupakan bagian yang penting dan sangat berharga dari
keseluruhan rancangan sistem. Karena itu harus disesuaikan dengan kualitas
lingkungan kerja, bakat, dan keahlian yang harus dimiliki harus sebanding
dengan upah yang harus ditentukan dengan jelas.
7. Supply-Chain Management
Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa yang harus dibeli
dan berhubungan dengan input dari hulu ke hilir.
8. Inventory Management
Keputusan persediaan dapat dioptimalkan dengan cara memperhitungkan
kepuasan pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya
manusia.
9. Scheduling
Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan agar
terus dapat bersaing.
11
10. Maintenance
Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang
diinginkan.
Dari 10 keputusan manajemen operasi di atas, penelitian ini berfokus pada
keputusan yang ke-delapan, yaitu Inventory Management. Penelitian ini berguna
untuk menentukan berapa persediaan optimal pada toko untuk mengurangi biaya
pemesanan dan biaya persediaan.
2.1.3 Definisi Persediaan dan Manajemen Persediaan
2.1.3.1 Definisi Persediaan
Jika sebuah perusahaan memiliki persediaan yang tepat, maka perusahaan
tersebut dapat meminimalisir biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Maka dari itu
perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan sebuah
perusahaan.
Menurut Koher (2006), persediaan adalah bahan baku dan penolong, barang
jadi dan barang dalam proses produksi dan barang-barang yang tersedia, yang
dimiliki dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada
pihak lain pada akhir periode.
Sedangkan menurut Rangkuti (2007), persediaan adalah bahan-bahan, bagian
yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan
12
untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.
Mengacu pada beberapa pengertian di atas, maka pengertian inventory yang
sesuai dengan penelitian ini adalah material baik itu bahan baku, barang setengah
jadi, ataupun barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat, menunggu untuk proses
selanjutnya. Sebuah perusahaan akan berjalan dengan resiko tidak dapat memenuhi
kebutuhan para pelanggannya jika tidak memiliki sama sekali persediaan. Namun jika
sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak persediaan akan terjadi peningkatan biaya
penyimpanan yang menyebabkan turunnya profit yang diperoleh perusahaan. Oleh
karena itu, jumlah persediaan yang ada harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
perusahaan dan keinginan dari para pelanggan agar perusahaan dapat berjalan dengan
lancar dan meminimalisir kerugian.
2.1.3.2 Pengertian Manajemen Persediaan
Menurut Harsanto (2013) Manajemen Persediaan adalah Serangkaian
keputusan atau kebijakan perusahaan untuk memastikan perusahaan mampu
menyediakan persediaan dengan mutu, jumlah dan waktu tertentu.
Sedangkan menurut Keown, dkk (2000), Manajemen Persediaan adalah
Manajemen persediaan adalah pengontrolan aset yang digunakan dalam proses
produksi atau diproduksi dijual dengan jalan normal dalam operasi perusahaan.
13
2.1.3.3 Tujuan Persediaan
Alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Assauri
(2008) adalah:
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan
produk dari satu tingkat proses ke proses yang lain yang disebut persediaan dalam
proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul
operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya
Sedangkan tujuan persediaan menurut Rangkuti (2007) adalah:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang/bahan yang dibutuhkan
perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Untuk mengantisipasi bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dengan
memeberikan jaminan tersedianya barang jadi.
14
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.
Sedangkan menurut Jacobs & Chase (2014) tujuan dari persediaan adalah:
1. Untuk mempertahankan independensi dari operasi.
2. Untuk menemukan variasi pada permintaan produk.
3. Fleksibilitas penjadwalan produksi.
4. Untuk berjaga-jaga jika terjadinya keterlambatan dalam pengantaran material.
2.1.3.4 Fungsi Persediaan
Menurut Yamit, (2003), ada empat faktor yang dijadikan fungsi dari
persediaan, yaitu:
1. Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum
barang jadi sampai kepada konsumen.
2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier, menyebabkan perusahaan
memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun
keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan, disebabkan oleh
kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi,
bahan cacat dan berbagai aspek lainnya.
15
4. Faktor ekonomis, adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan
alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan
menentukan jumlah yang paling ekonomis.
Sedangkan menurut Rangkuti (2007) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan
bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan
penghematan atau potongan pembelian, serta biaya pengangkutan per unit
sehingga menjadi lebih murah. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul
karena besarnya persediaan (antara lain biaya sewa gudang, investasi, dan resiko).
3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa
lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan
persediaan musiman (seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan juga
sering menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barang-
barang dilakukan selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan
persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock).
16
2.1.3.5 Biaya Persediaan
Biaya-Biaya persediaan barang yang perlu diperhatikan menurut Harsanto
(2013) adalah :
a) Harga Barang (item cost). Harga barang adalah harga murni material yang
akan dibeli oleh perusahaan. Untuk barang dengan kuantitas besar biasanya
pemasok akan memberikan harga berbeda.
b) Biaya Simpan (carrying/holding cost). Biaya simpan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menyimpan persediaan meliputi biaya sewa atau beli fasilitas
penyimpanan, biaya penanganan persediaan, pajak, biaya untuk mitigasi risiko
kehilangan, risiko rusak dan berbagai jenis biaya yang berkaitan dengan
penyimpanan. Bila perusahaan menghadapi biaya penyimpanan yang tinggi
maka tingkat persediaan akan menjadi rendah.
c) Biaya pemesanan (ordering/setup cost). Biaya pemesanan adalah biaya yang
diperlukan untuk melakukan pemesanan meliputi berbagai detil termasuk hal-
hal administratif.
d) Biaya kehabisan persediaan (stockout cost). Konsep dari biaya ini adalah
biaya yang muncul ketika perusahaan dihadapkan pada situasi permintaan lebih
besar daripada penawaran. Biaya ini sangat sukar diukur bila hendak dikatakan
tidak mungkin diukur secara presisi, oleh karenanya lebih bersifat pendekatan.
17
2.1.3.6 Tujuan Manajemen Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2014) tujuan dari management inventory
adalah untuk menentukan keseimbangan antara investasi inventory dan pelayanan
pelanggan.
Menurut Yamit (2003) tujuan dari Manajemen Persediaan adalah Tujuan
manajemen persediaan adalah meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan
perlu mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat
meminimumkan biaya atau paling ekonomis.
Jadi manajemen persediaan digunakan perusahaan agar persediaan dalam
perusahaan tidak mengalami kelebihan maupun kekurangan karena hal tersebut dapat
menimbulkan kerugian jika terjadi kelebihan atau kehilangan kesempatan jika
kehabisan persediaan.
2.1.4 Analisis ABC
2.1.4.1 Pengertian Analisis ABC
Menurut Senator Nur Bahagia (2006), dalam suatu unit usaha, jenis dan
jumlah barang yang dikelola tidak hanya satu jenis, tapi dapat mencapai ribuan jenis
dan lebih banyak lagi. Dibutuhkan sistem pengelolaan persediaan untuk mengatasi
hal tersebut, sebab tidak semua barang mempunyai tingkat kepentingan dan
penggunaan yang sama. Cara pemilihan yang umum adalah berdasarkan tingkat
kepentingannya. Barang yang termasuk kategori penting akan mendapat perhatian
18
yang lebih sehingga akan dikendalikan secara lebih intensif bila dibandingkan dengan
barang yang tidak penting.
Heizer & Render (2014) menyatakan bahwa Analisis ABC adalah penerapan
persediaan dari Prinsip Pareto, dimana prinsip ini mengatakan bahwa ada “beberapa
hal sangat penting dan banyak hal sepele”. Maka analisis ABC ini terletak pada
sebuah ide untuk membuat kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada
bagian-bagian persediaan yang penting namun sedikit dan bukan kepada bagian
persediaan yang banyak namun tidak penting. Karena dikatakan akan tidak realistis
untuk memantau barang-barang murah dengan intensitas yang sama dengan barang-
barang yang mahal.
Untuk menentukan biaya tahunan dalam analisis ABC, diukur dengan cara
mengalikan permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dengan biaya per unit.
Barang Kelas A yaitu barang-barang yang total pemakaian tahunannya
rendah, sekitar 15% dari total persediaan tetapi biayanya sekitar 70-80% dari total
biaya tahunan.
Barang kelas B yaitu barang-barang yang total pemakaiannya sedang, sekitar
30% dari total persediaan dan biayanya sekitar 15%-20% dari total biaya tahunan.
Barang kelas C yaitu barang-barang yang total pemakaian tahunannya besar,
menggunakan sebagian besar total persediaan yaitu 55%. Tetapi hanya menggunakan
5% dari total biaya tahunan.
Keuntungan perusahaan membagi-bagi barang persediaan ke dalam kelas-
kelas untuk menetapkan berbagai kebijakan dan pengendalian pada setiap kelasnya.
19
Heizer & Render (2014) mengungkapkan dari dilakukannya Analisis ABC
maka perusahaan setidaknya memiliki 3 kebijakan
• Kebijakan untuk membeli sumber daya yang ditujukan pada pengembangan
pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang kelas A dibandingkan kelas
lainnya.
• Kebijakan untuk melakukan pengendalian fisik yang lebih ketat untuk barang-
barang kelas B, barang kelas B mungkin ditempatkan di tempat yang lebih
aman dan keakuratan catatan persediaan untuk barang kelas B harus lebih
sering diverifikasi.
• Kebijakan untuk memberikan perhatian lebih kepada barang kelas C
dibandingkan barang kelas lainnya, karena jumlahnya banyak.
2.1.5 Model Persediaan
Menurut Heizer & Render (2014) ada dua model dalam persediaan, yaitu
persediaan independen dan dependen. Model persediaan independen berarti
permintaan untuk barang tersebut tidak terpengaruh dengan permintaan barang lain,
contoh permintaan untuk meja makan independen terhadap permintaan kaus kaki.
Sedangkan model persediaan dependen berarti permintaan untuk barang tersebut
terpengaruh permintaan barang lain, contohnya yaitu permintaan terhadap garam,
lada, telur, dependen terhadap permintaan berbagai jenis makanan pada suatu restoran
20
2.1.5.1 Model Deterministik
Heizer & Render (2014) mengatakan bahwa ada tiga model persediaan yang
bisa digunakan untuk permintaan independen, yaitu:
1) Model Kuantitas Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity)
Menurut Heizer & Render (2014), kuantitas pesanan ekonomis
(Economic Order Quantity, EOQ model) adalah suatu model pengendalian
persediaan yang meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan.
Grafik persediaan untuk model ini berbentuk gigi gergaji (Gambar 2.1),
hal ini disebabkan oleh permintaan yang dianggap konstan. Pada saat tingkat
persediaan mencapai angka nol, pesanan barang baru bisa diterima sehingga
tingkat persediaan naik kembali sampai Q. Proses ini akan terus berlanjut
sepanjang waktu.
Sumber: Heizer & Render (2014)
21
Gambar 2.1 EOQ dalam Grafis
Tujuan dari digunakannya model persediaan ini diantaranya adalah:
a. Meminimalkan Biaya
Menurut Heizer & Render (2014) tujuan dari mayoritas model
persediaan adalah untuk meminimalisi total biaya. Biaya yang berpengaruh
adalah biaya penyimpanan dan biaya pemasangan (pemesanan). Maka dengan
menurunkan atau meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan,
maka juga akan meminimasi biaya secara keseluruhan.
Dengan model EOQ, kuantitas pesanan optimal akan muncul di titik
dimana total biaya pemasangan sama dengan total biaya penyimpanan (lihat
Gambar 2.2). Sesuai hal di atas, maka langsung dapat dicari persamaan lalu
dicari kuantitas optimal atau Q*.
Sumber: Heizer & Render (2014)
Gambar 2.2 Grafik Total Biaya
22
Dengan menggunakan variabel-variabel di bawah ini, dapat ditentukan
biaya pemesanan dan penyimpanan, sehingga didapatkan nilai Q*:
Q = Jumlah barang setiap pemesanan
Q* = Jumlah optimal barang per pemesanan (EOQ)
D = Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit
S = Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penahanan atau penyimpanan per unit per tahun
1. Biaya pemesanan tahunan = (jumlah pesanan yang dilakukan pertahun)(biaya
pemasangan atau pemesanan setiap kali pesan).
=(𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛)(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛)
=(𝐷
𝑄)(S)
= 𝐷
𝑄S
2. Biaya penyimpanan tahunan = (tingkat persediaan rata-rata)(biaya
penyimpanan per unit per tahun)
=(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
2)(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
= 𝑄
2H
3. Jumlah pesanan optimal ditemukan pada saat biaya pemesanan tahunan sama
dengan biaya penyimpanan tahunan, yaitu
23
= 𝐷
𝑄S =
𝑄
2H
4. Untuk mendapatkan nilai Q*, maka samakan kedua persamaan menjadi :
2DS = Q2H
Q2 = 2𝐷𝑆
𝐻
Q* = √2𝐷𝑆
𝐻
Selanjutnya dapat ditetapkan jumlah pemesanan yang ingin dibuat sepanjang
tahun yang bersangkutan (N) dan waktu yang diinginkan antar-pemesanan (T),
sebagai berikut:
Jumlah pemesanan yang diinginkan = N = 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛 =
𝐷
𝑄∗
Jumlah waktu antar-pemesanan yang diinginkan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑁
Biaya persediaan tahunan merupakan penjumlahan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan:
Biaya tahunan total = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
Dengan konteks variabel-variabel yang ada di model EOQ, dapat dikalkulasi biaya
total sebagai :
TC = 𝐷
𝑄S +
𝑄
2H
24
b. Titik Pemesanan Ulang
Selanjutnya menurut Heizer & Render (2014), setelah menentukan
berapa kuantitas yang akan dipesan, maka muncul pertanyaan yaitu kapan
pesanan akan dilakukan. Model-model persediaan mengasumsikan bahwa
perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaanya mencapai nol sebelum
perusahaan memesan lagi. Akan tetapi, waktu antara dilakukannya pemesanan,
disebut lead time atau waktu pengiriman, bisa dalam hitungan jam, hari, atau
bahkan bulan. Maka keputusan kapan akan memesan biasanya ditentukan dengan
titik pemesanan ulang.
Titik pemesanan ulang (reorder point) (lihat Gambar 2.3) dicari dengan cara :
ROP = (permintaan perhari)(Lead Time untuk pemesanan baru dalam hari)
= d x L
Persamaan di atas mengasumsikan apabila permintaanya sama dan
bersifat konstan. Bila tidak seperti demikian, harus ditambah persediaan
tambahan, sering kali disebut persediaan pengamanan (safety stock). Permintaan
per hari, d, dicari dengan membagi permintaan tahunan, D, dengan jumlah hari
kerja pertahun :
25
d = 𝐷
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Sumber: Heizer & Render (2014)
Gambar 2.3 Grafik Titik Pemesanan Ulang
2.1.5.2 Model Probabilistik
Model persediaan deterministik menggunakan asumsi bahwa permintaan
untuk sebuah produk bersifat konstan dan pasti. Ada kalanya ketika permintaan
produk tidak diketahui, Untuk mengatasinya dapat digunakan model probabilistik.
Menurut Heizer & Render (2014) model probabilistik adalah sebuah model
statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya
tidak diketahui, tetapi dapat ditentukan dengan menggunakan distribusi
probabilitas.
26
Hal penting yang harus diperhatikan oleh manajemen suatu perusahaan
adalah menjaga tingkat pelayanan yang cukup dalam menghadapi permintaan yang
tidak pasti. Tingkat pelayanan (service level) adalah pelengkap dari kemungkinan
habisnya persediaan, contoh apabila kemungkinan habisnya persediaan adalah
0.04 maka tingkat pelayanannya adalah 0.96.
Tingkat Pemesanan Ulang = ROP = d x L
Permintaan yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan kehabisan
persediaan. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengurangi kehabisan
persediaan adalah menyimpan unit-unit tambahan dalam persediaan atau disebut
pengaman persediaan (safety stock). Dengan disertakan persediaan pengaman (ss)
maka persamaan ROP menjadi:
ROP = d x L + ss
2.1.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan ringkasan jurnal-jurnal yang akan digunakan
sebagai referensi serta acuan dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
Jurnal pertama yang dijadikan acuan merupakan jurnal nasional yang
berjudul Analisis Pengendalian Persediaan POS dan Scanner pada Bisnis Retail IT
Solution di PT. KAHAR DUTA SARANA Cabang Bandung pada Tahun 2013
yang diteliti oleh Diana Perwita Sari hasil dari penelitian ini adalah seharusnya PT.
KAHAR DUTA SARANA menggunakan metode EOQ untuk melakukan
27
pemesanan. Sebelumnya perusahaan melakukan pemesanan rutin setiap bulan,
namun setelah dilakukan penelitian pemesanan akan lebih ekonomis jika
menggunakan ROP ketika jumlah barang mencapai jumlah minimum. Biaya
persediaan dari perusahaan juga lebih kecil ketika persediaan melakukan metode
EOQ. Jurnal ini dijadikan acuan utama karena menjadikan perusahaan retail
sebagai objek penelitiannya dan menggunakan metode EOQ .
Jurnal kedua yang dijadikan acuan merupakan jurnal nasional yang
berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Barang berdasarkan Metode EOQ di
Toko Era Baru Samarinda (2015), dari eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2015,
yang diteliti oleh Rudi Wahyudi. Hasil dari penelitian ini adalah seharusnya Toko
Era Baru Citra Niaga Samarinda melakukan pemesanan dengan menggunakan
metode EOQ. Hasil yang didapat dari penggunaan metode EOQ adalah total biaya
persediaan yang dihitung lebih rendah dibandingkan dengan metode yang
sebelumnya digunakan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan model EOQ
dan ROP untuk menghitung total biaya persediaan. Perusahaan yang diteliti juga
merupakan perusahaan ritel. Kesamaan dari jurnal penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode EOQ dan ROP dalam pengerjaan nya.
Jurnal selanjutnya yang dijadikan acuan adalah jurnal internasional yang
berjudul Determination of Economic Order Quantity and Reorder Point Inventory
Control Model for XYZ Retail Enterprises yang diteliti oleh Ganesh Prasad Shukla
dan Prashant Kumar Jangde dan diterbitkan pada tahun 2017. Dalam jurnal ini
masalah yang dihadapi oleh XYZ Retail Enterprises adalah penggunaan forecast
28
yang kurang efektif sehingga menyebabkan kehabisan stock dan kehilangan
penjualan. Metode yang sebelumnya digunakan oleh XYZ Enterprises adalah
rolling average method dimana mereka menggunakan data dari permintaan
sebelumnya dan menghitung rata-rata untuk forecasting periode selanjutnya,
variability tidak diperhitungkan sama sekali sehingga menyebbabkan peramalan
kurang akurat. Perusahaan dapat menghemat sekitar 55.89% dan memotong biaya
sebesar Rs.17719.4. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak digunakan nya
metode forecasting.
Jurnal selanjutnya dijadikan acuan adalah jurnal nasional yang berjudul
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Melalui Penerapan EOQ pada PT
Andini Megah Sejahtera Cabang Bogor. Hasil dari penelitian yang dilakukan
adalah pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Andini Megah
Sejahtera kurang efektif karena masih adanya kelebihan stock yang besar pada
persediaan bahan baku dan total biaya persediaan. Metode EOQ yang digunakan
dapat mengurangi biaya jika dibandingkan dengan metode yang sebelumnya
digunakan oleh perusahaan. Perbedaan yang ada pada jurnal ini adalah perusahaan
yang diteliti bukan toko ritel, melainkan perusahaan manufaktur dan barang yang
diteliti adalah bahan baku. Sebelumnya perusahaan menggunakan perhitungan
persediaan tradisional dimana tidak adanya perhitungan persediaan yang optimal
dan ekonomis, kepala gudang hanya berasumsi bahwa jika setiap melakukan
produksi, maka akan dilakukan pemesanan bahan baku. Penelitian ini digunakan
29
sebagai acuan karena penelitian ini menggunakan metode EOQ untuk
menyelesaikan masalah yang dialami pada perusahaan.
Jurnal terakhir yang digunakan sebagai acuan adalah jurnal nasional yang
berjudul Penggunaan Analisis ABC Untuk Pengendalian Persediaan Barang Habis
Pakai : Studi Kasus di Program Vokasi UI yang diteliti oleh Titis Wahyuni pada
tahun 2015. Jurnal ini dijadikan acuan karena menggunakan metode analisis yang
sama yaitu Metode ABC untuk pengendalian persediaan barang habis pakai. Hasil
penelitian jurnal ini mengatakan bahwa analisis ABC digunakan untuk membagi
jenis produk kedalam kategori A, B, dan C, kriterianya dapat dilihat dari volume
dan harga. Analisis ABC dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi
masalah pada persediaannya sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan
masalah dengan cepat. Jurnal ini dijadikan jurnal acuan karena sama-sama
menggunakan metode ABC untuk menganalisis persediaan barang yang habis
pakai.
2.2 Kerangka Pemikiran
Manajemen operasi merupakan fungsi bisnis yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan terhadap seluruh sumber
daya sehingga dapat mengubah input menjadi output dalam bentuk barang ataupun
jasa yang bernilai bagi konsumen dan perusahaan. Fokus utama dari manajemen
operasi adalah kegiatan produksi yang efektif dan efisien. Dengan efektif dan
efisien nya sebuah perusahaan maka dapat meningkatkan daya saing perusahaan.
30
Daya saing sendiri berhubungan langsung dengan kekuatan perusahaan untuk terus
bertahan di zaman yang terus berkembang.
Dalam menjalankan sebuah perusahaan, biasa terjadi kekurangan atau
kelebihan persediaan, dan hal ini sering menjadi hal yang merugikan perusahaan.
Dengan menggunakan pengendalian persediaan diharapkan dapat membantu
perusahaan menghilangkan resiko barang terlambat, tertumpuk, kekurangan, dan
lainnya. Tugas dari pengendalian persediaan adalah menjawab pertanyaan kapan,
dimana, dan berapa banyak barang yang perusahaan butuhkan. Dengan
terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan perusahaan akan
mendapatkan keuntungan maksimal. Keuntungan maksimal inilah yang dapat
meningkatkan daya saing sebuah perusahaan.
Pengendalian persediaan harus dilakukan sesuai dengan jenis barang yang ada
di persediaan, apakah barang tersebut saling bergantung dengan barang yang lain.
Dalam perusahaan ritel permintaan suatu barang tidak bergantung pada barang lain
sehingga disebut permintaan independen. Selain itu hal lain yang harus
diperhatikan adalah permintaan konsumen yang tidak menentu.
Untuk mengatasi permintaan yang tidak menentu akan dilakukan peramalan
tingkat permintaan suatu produk pada periode selanjutnya. Setelah melakukan
peramalan, maka sistem pengendalian dihitung dari metode persediaan yang
independent yaitu permintaan yang tidak bergantung dengan barang lain, selain itu
pada penelitian ini tidak ada tingkat produksi harian karena perusahaan yang
diteliti adalah perusahaan ritel sehingga metode yang akan digunakan yaitu
31
Economic Order Quantity, Safety Stock, dan Reorder Point. Setelah dilakukan
perhitungan maka perusahaan dapat mengetahui total biaya persediaan yang
dibutuhkan dan selanjutnya akan dibandingkan tingkat efisiensi persediaan
sebelum dan sesudah menggunakan metode tersebut, sehingga perusahaan akan
mengetahui metode terbaik untuk melakukan pemesanan. Untuk menentukan
produk yang dipilih akan digunakan metode ABC untuk menganalisis jenis produk
yang paling berpengaruh pada pengeluaran perusahaan, dan akan dipilih 20 produk
yang akan dipilih lagi menggunakan metode ABC menjadikan masing-masing
terdiri dari 2 fast moving, 2 moderate moving, dan 1 slow moving. Adapun alas an
mengapa produk slow moving dipilih hanya satu dan tidak dua seperti produk
yang fast moving dan moderate moving karena jumlah produknya relatif lebih
sedikit. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.5.
32
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Manajemen Persediaan
Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi oleh NINDI adalah
pengaturan persediaan yang masih belum
optimal sehingga keuntungan yang didapat
masih belum maksimal
Metode ABC
Dengan pengaplikasian metode ABC
diharapkan dapat diketahui mana barang
yang penting dan kurang penting agar
penggunaan EOQ lebih tepat guna
Heizer & Render (2014)
Aplikasi EOQ
Dengan pengaplikasian metode EOQ
diharapkan dapat menurunkan biaya
persediaan dan biaya pemesanan yang
dibutuhkan oleh minimarket NINDI
Heizer & Render (2014)
Total Biaya Persediaan
Setelah dilakukan penghitungan dengan
metode EOQ dilakukan perbandingan Total
Biaya Persediaan sebelum dan sesudah
pengaplikasian metode EOQ