Da Swat i 181976

73
ANALISIS FAKTOR RISIKO UMUR, PARITAS, DAN RIWAYAT ABORTUS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR PERIODE JANUARI 2004-JULI 2005 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Sarjana Sains Terapan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Oleh Daswati 04/181976/DKU/00671 PROGRAM DIPLOMA IV PERAWAT PENDIDIK PROGRAM KHUSUS BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2005

description

skripsi

Transcript of Da Swat i 181976

Page 1: Da Swat i 181976

ANALISIS FAKTOR RISIKO UMUR, PARITAS, DAN RIWAYAT ABORTUS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS

DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR PERIODE JANUARI 2004-JULI 2005

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Sarjana Sains Terapan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada

Oleh

Daswati

04/181976/DKU/00671

PROGRAM DIPLOMA IV PERAWAT PENDIDIK PROGRAM KHUSUS BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2005

Page 2: Da Swat i 181976
Page 3: Da Swat i 181976

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, atas rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil skripsi

ini dengan judul “Analisis Faktor Risiko Umur, Paritas

dan Riwayat Abortus Terhadap Kejadian Abortus di RSUD

Labuang Baji Makassar Periode Januari 2004-Juli 2005”,

dapat diselesaikan penyusunannya sesuai jadual yang

telah ditetapkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan

dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak dapat

terwujud, untuk itu dengan segala kerendahan hati

perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. dr. Sunartini, Sp.A (K), Ph.D., Selaku Ketua Program

Diploma IV Perawat Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. dr. Wahyudi Istiono, M. Kes, selaku Ketua Program

Khusus Bidan Pendidik, beserta staf dosen D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

3. dr. Hasto Wardoyo, SpOG, selaku Pembimbing I dengan

penuh kesabaran dan segala waktu yang telah

diluangkan dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

Page 4: Da Swat i 181976

iv

4. Endah Mth, SIP, M. Kes, selaku Pembimbing II yang

telah banyak meluangkan waktu dan perhatian dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Nining Wiyati, SPd., M. Kes, selaku Pembimbing III

yang telah banyak memberikan arahan dan perhatian

dalam penyusunan skripsi ini.

6. dr. H. Subari Damopolii, selaku Direktur Akademi

Kebidanan Muhammadiyah Makassar, yang telah

memberikan izin untuk mengikuti pendidikan di D-IV

Perawat Pendidik Program Khusus Bidan Pendidik FK

UGM Yogyakarta.

7. dr. H. Sofyan Muhammad, M.Si, selaku Kepala Badan

Pengelola RSUD Labuang Baji Makassar.

8. Suami, anak-anakku tercinta yang telah terabaikan

serta selalu memberi motivasi & semangat serta doa.

9. Teman-teman dan semua pihak yang turut membantu

dengan setulus hati sehingga skripsi ini dapat

tersusun.

Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, amin…

Yogyakarta, Agustus 2005

Penulis

Page 5: Da Swat i 181976

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................ i

LEMBAR PENGESAHAN................................... ii

KATA PENGANTAR .................................... iii

DAFTAR ISI........................................... v

DAFTAR TABEL....................................... vii

INTISARI. ........................................ viii

ABSTRACT. .......................................... ix

BAB I PENDAHULUAN.................................... 1

A. Latar Belakang.............................. 1

B. Rumusan Masalah............................. 6

C. Tujuan Penelitian........................... 7

D. Manfaat Penelitian.......................... 7

E. Keaslian Penelitian......................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................ 10

A. Telaah Pustaka............................ 10

B. Landasan Teori............................ 30

C. Kerangka Teori............................ 33

D. Kerangka Konsep Penelitian................ 34

E. Identifikasi Variabel Penelitian.......... 34

F. Hipotesis................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN........................... 35

A. Jenis Penelitian.......................... 35

B. Desain Penelitian......................... 35

C. Waktu dan Lokasi Penelitian............... 36

D. Populasi dan Subyek Penelitian............ 36

E. Metode Pengumpulan Data................... 38

F. Cara Pengambilan dan Besar Sampel......... 38

G. Definisi Operasional...................... 40

H. Analisis Data............................. 41

Page 6: Da Swat i 181976

vi

I. Jalannya Penelitian....................... 40

J. Kesulitan Penelitian...................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............. 45

A. Hasil..................................... 45

B. Pembahasan................................ 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................... 60

A. Kesimpulan................................ 60

B. Saran..................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: Da Swat i 181976

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi dan Proporsi Faktro Risiko Abortus Berdasarkan Faktor Risiko Umur... 47

Tabel 2 : Distribusi dan Proporsi Faktro Risiko

Abortus Berdasarkan Faktor Risiko Jumlah Paritas............................ 48

Tabel 3 : Distribusi dan Proporsi Faktro Risiko Abortus Berdasarkan Faktor Risiko Riwayat Abortus........................... 49 Tabel 4 : Hubungan Faktor Risiko Umur terhadap Kejadian Abortus.......................... 50 Tabel 5 : Hubungan Faktor Risiko Jumlah Paritas terhadap Kejadian Abortus......... 51 Tabel 6 : Hubungan Faktor Risiko Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus......... 52 Tabel 7 : Pengaruh Faktor Risiko Umur dan Faktor

Risiko JumlahParitas terhadap Kejadian Abortus................................... 53

Page 8: Da Swat i 181976

viii

INTISARI

ANALISIS FAKTOR RISIKO UMUR, PARITAS DAN RIWAYAT ABORTUS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

PERIODE JANUARI 2004-JULI 2005

Daswati1, Hasto Wardoyo2, Endah Mth3

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator untuk menilai pelayanan obstetri. Menurut SDKI (1994) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 390/100.000 kelahiran hidup. WHO (1995) memperkirakan hampir 515.000 ibu hamil meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah satu penyebab kematian ibu saat ini adalah abortus. Abortus dapat menimbulkan komplikasi, bahkan dapat berakhir dengan kematian ibu. Beberapa faktor risiko terjadinya abortus antara lain umur, paritas dan riwayat abortus. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan faktor risiko umur reproduktif tidak sehat, jumlah paritas dan riwayat abortus terhadap kejadian abortus. Metode : Deskriptif analitik dengan desain case control, menggunakan uji statistik Chi Square dan regresi logistik. Besar sampel terdiri dari 69 kelompok kasus dan 69 kelompok kontrol yeng memenuhi kriteria penelitian. Hasil : Faktor risiko umur reproduktif tidak sehat mempunyai hubungan bermakna terhadap kejadian abortus dengan nilai OR=5,966; CI=95%:2,260-15,748; p=0,00. Faktor risiko jumlah paritas ≥ 2 mempunyai hubungan bermakna terhadap kejadian abortus dengan nilai OR=4,407; CI 95%:2,139-9,080; p=0,00. Faktor risiko riwayat abortus terhadap kejadian abortus mempunyai risiko 1,5 kali, tetapi secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,437 (>0,005). Kesimpulan : Faktor risiko umur reproduktif tidak sehat, jumlah paritas ≥ 2 secara statistik berhubungan dengan kejadian abortus, dan faktor risiko riwayat abortus secara statistik tidak berhubungan dengan kejadian abortus, namun demikian perlu dilakukan penelitian berlanjut dengan besar sampel yang lebih besar oleh karena pada penelitian ini penurunan nilai power (β) sebesar 50%. Kata kunci : Faktor risiko abortus, umur, paritas, riwayat abortus. 1 : Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta 2 : Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta 3 : Assisten Pengembangan, Kerjasama dan Riset Program Diploma IV

Perawat Pendidik Program Khusus Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Page 9: Da Swat i 181976

ix

ABSTRACT

RELATIONSHIP ANALYSIS BETWEEN THE RISK FACTORS OF AGE, PARITY AND ABORTION HISTORY WITH ABORTION EVENT IN RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR SINCE JANUARY 2004 UP TO JULY 2005

Daswati1, Hasto Wardoyo2, Endah Mth3

Background: Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of obstetric service evaluation. According to SDKI (1994), MMR in Indonesia was 390/100.000 life birth. WHO (1995) estimated that nearly 515.000 pregnant women died due to pregnancy and delivery complication. One cause of death is abortion. Abortion may result in complication, even death. Some risk factors of abortion event are age, parity, and abortion history. Objectives: To identify relationship between factors of unhealthy reproductive age risk, total parities and abortion history on abortion event. Methods: Analytical description by case control design used Chi square test and logistic regression. The of samples consisted of 69 case groups and 69 control groups which fulfil the research criteria. Results: Risk factor of unhealthy reproductive age had significant relationship with abortion event with value of OR = 5.966; CI = 95%: 2.260-15.748; p = 0.00. The risk factor of total parities > 2 had significant relationship to abortion event with value of OR = 4.407; CI = 95%: 2.139-9.080; p = 0.00. The risk factor of abortion history on abortion event had risk of 1.5 times, but there was not statistically significant relationship with value of p = 0.437 (>0.005). Conclusion: There was significant relationship between risk factor of unhealthy reproductive age, total parities ≥ 2 had with abortion event. There was not significant relationship between risk factor of abortion history with abortion event. Based on the assumtion of power value’s (β) decreasing of 50% in this research, it is necessary to do follow-up research with more samples.

Keywords: Factors of abortion risk, age, parity, abortion history. 1 Student of D IV Program Educational Midwife, Medical Faculty Gadjah

Mada University Yogyakarta 2 Division of obstetric and Gynecology of RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. 3 Assistant of Development, Relationship and Program Research, Diploma

IV of Program Education Nurse, specialized in Educator Midwife, the Faculty of Medicine, Gadjah Mada University Yogyakarta.

Page 10: Da Swat i 181976

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator untuk

menilai keadaan pelayanan obstetri. Pada tahun 1994

dari hasil SDKI menetapkan AKI di Indonesia secara

nasional sebesar 390/100.000 kelahiran hidup (Tanjung,

2001). Meskipun survei menunjukkan bahwa angka

kematian ibu di Indonesia telah turun menjadi

307/100.000 kelahiran hidup antara tahun 1998-2002,

namun angka ini masih relatif tinggi dibanding dengan

negara ASEAN lainnya ( http : // www . or . id / pubs /

imdg 2004/BI/Indonesia, 2004).

World Health Organization (WHO) memperkirakan

bahwa dalam tahun 1995 hampir 515.000 ibu hamil

meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan.

Kehamilan dan persalinan menimbulkan risiko kesehatan

yang besar, termasuk bagi perempuan yang tidak

mempunyai masalah kesehatan sebelumnya. Kira-kira 40%

ibu hamil mengalami masalah kesehatan yang berkaitan

dengan kehamilan, dan 15% dari semua ibu hamil

menderita komplikasi jangka panjang atau yang mengancam

jiwa (Shane B, 2002).

1

Page 11: Da Swat i 181976

2

Salah satu penyebab kematian ibu saat ini adalah

abortus selain, preeklampsia/eklampsia dan infeksi.

Di dunia, angka abortus diperkirakan mencapai 46 juta

kasus atau seperempat dari sekitar 180 juta kehamilan.

Kejadian tersebut dapat menimbulkan risiko dan

komplikasi, bahkan dapat berakhir dengan kematian ibu

(Ichsan dan Sibuea, 1997). Menurut data dari WHO

sekitar 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus,

tetapi kematian ibu yang disebabkan oleh abortus sering

tidak terlihat dalam laporan kematian, namun dilaporkan

sebagai kasus perdarahan atau infeksi/sepsis (Affandi B

at al, 1999).

Kehamilan trimester I merupakan masa yang sangat

penting, karena organogenesis terjadi pada masa ini.

Perdarahan pada masa ini merupakan ancaman bagi ibu

maupun embrio yang sedang tumbuh dan berkembang yang

sering diikuti dengan terminasi kehamilan/abortus dan

sekitar 30% dari semua hasil konsepsi akan gugur pada

masa ini (Nathin, 1996).

Menurut Kamila (2004), insiden terjadinya abortus

semakin meningkat dari tahun ke tahun, abortus 80%

terjadi pada kehamilan trimester I dan insiden menurun

sejalan dengan meningkatnya usia kehamilan. Abortus

dapat disebabkan oleh karena anomali embrio, kelainan

Page 12: Da Swat i 181976

3

kromosom, usia, anomali uterus, penyakit ibu, gangguan

pada placenta, infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Others,

Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks) dan lain-

lain.

Dalam terminologi kedokteran, abortus adalah

gugurnya suatu kehamilan yang tidak diduga-duga, tidak

direncanakan, spontan sebelum janin cukup berkembang

untuk bertahan hidup di luar kandungan (Hacker NF dan

More JG, 2001). Sementara Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) mendefenisikan sebagai berakhirnya kehamilan

dengan pengeluaran janin atau embrio yang berbobot 500

gr atau kurang dengan usia kehamilan sebelum 20 minggu.

Diperkirakan frekuensi abortus berkisar 10-15% dan

frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila

diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat

haid beberapa hari sehingga wanita itu sendiri tidak

mengetahui bahwa ia hamil (Affandi B at al, 1999).

Abortus spontan termasuk suatu mekanisme biologis

alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang

abnormal. Akan tetapi jika hasil konsepsi tidak keluar

seluruhnya maka kemungkinan besar terjadi berbagai

komplikasi seperti perdarahan, shock, perforasi dan

infeksi yang dapat mengakibatkan kematian (Ichsan dan

Sibuea, 1997).

Page 13: Da Swat i 181976

4

Beberapa penulis menyebutkan faktor risiko

terjadinya abortus adalah meningkatnya usia dan jumlah

paritas ibu, riwayat abortus yang pernah dialami pada

kehamilan sebelumnya, status gizi ibu, trauma psikis,

mioma uteri, penyakit ibu (DM, thiroid, infeksi TORCH)

(Cunningham, 1995; Goldman, 2005; Knuppel, 1993; Lubis,

2003; Dalono, 2003).

Usaha pencegahan terjadinya komplikasi pada

kehamilan (abortus) dapat dilakukan apabila dapat

diidentifikasi faktor-faktor risiko yang berpengaruh

pada kejadian abortus sehingga tindakan preventif atau

profilaktif dapat diberikan pada saat yang optimal

sehingga dapat menurunkan risiko morbiditas dan

mortalitas maternal.

Telaah pustaka yang telah dilakukan melaporkan

bahwa di RSUD Dr. Sutomo Surabaya (Nathin, H.A, 1996)

didapatkan 39% kasus abortus imminens yang menunjukkan

janin mati, di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdapat 244

kasus abortus (Sulistyawati S, Dalono J.B, 1999), RSU

Haji Makassar (2003) terdapat 12,72% kasus abortus dari

393 kasus obstetri, RSIA Siti Khadijah Makassar (2003)

sebanyak 10,12% kasus abortus dari 1096 kasus obstetri

dan di RSUD labuang Baji Makassar (2003) dilaporkan

Page 14: Da Swat i 181976

5

sebanyak 240 kasus abortus (24,46%) dari 981 kasus

obstetri.

RSUD Labuang Baji Makassar adalah salah satu rumah

sakit umum yang terdapat di ibukota propinsi Sulawesi

Selatan, melaksanakan pelayanan kebidanan (ante natal)

dan merupakan rumah sakit rujukan terdepan/tingkat

primer dari berbagai puskesmas di wilayah kerjanya yang

memberikan pelayanan obstetri essensial termasuk

penanganan abortus dan berbagai komplikasinya.

Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi

terjadinya abortus masih dijumpai pada ibu hamil yang

mengalami abortus di RSUD Labuang Baji Makassar. Pada

tahun 2000 terdapat 166 kasus abortus spontan, faktor

risiko yang dapat diidentifikasi antara lain faktor

umur (hamil pada umur masa reproduksi tidak sehat)

terdapat sekitar 25,30%, jumlah paritas lebih banyak

(multipara dan grandemultipara sekitar 49%) dan adanya

riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya sekitar 6,6%.

Hal tersebut tidak dapat dihindari oleh karena adanya

ibu hamil yang menikah pada usia relatif tua atau hamil

beberapa tahun setelah pernikahan, begitu pula

sebaliknya pernikahan pada usia dini mempunyai potensi

hamil lebih dini pula, sementara ibu hamil dengan

jumlah paritas yang lebih banyak terdapat pada ibu yang

Page 15: Da Swat i 181976

6

tidak memakai alat kontrasepsi atau kegagalan alat

kontrasepsi serta adanya hasrat ibu untuk hamil lagi

karena kegagalan kehamilan sebelumnya (abortus).

Hal tersebut diperlukan suatu perhatian untuk

meminimalkan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi

terjadinya abortus sehingga tindakan preventif dalam

bentuk skrining lebih dini mengandung makna penting

dalam upaya mencegah komplikasi obstetri (abortus) dan

memastikan bahwa komplikasi obstetri dapat dideteksi

sedini mungkin sehingga penanganan dapat diberikan

secara memadai dan optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, penulis

merumuskan permasalahan penelitian ini adalah : “Apakah

terdapat hubungan faktor risiko umur reproduktif tidak

sehat, jumlah paritas, dan riwayat abortus terhadap

kejadian abortus di RSUD Labuang Baji Makassar ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan faktor risiko umur reproduktif

tidak sehat, jumlah paritas, dan riwayat abortus

terhadap kejadian abortus, di RSUD Labuang Baji

Makassar periode Januari 2004 – Juli 2005.

Page 16: Da Swat i 181976

7

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui proporsi faktor umur reproduktif

tidak sehat terhadap kejadian abortus.

b. Untuk mengetahui proporsi faktor jumlah paritas

terhadap kejadian abortus.

c. Untuk mengetahui proporsi faktor riwayat abortus

terhadap kejadian abortus.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan :

1. Manfaat teoritis

Dapat menambah wawasan khususnya tentang

hubungan faktor risiko terhadap kejadin abortus

sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan

perdarahan kehamilan khususnya perdarahan yang

terjadi pada kehamilan muda (abortus) melalui

skrining awal faktor risiko.

2. Manfaat praktis

a. Bagi instansi, penelitian ini dapat dijadikan

gambaran tentang faktor risiko yang mempengaruhi

terjadinya abortus.

b. Dalam pelayanan kebidanan, dengan meminimalkan

pengaruh faktor risiko yang dapat menimbulkan

terjadinya abortus.

Page 17: Da Swat i 181976

8

c. Untuk menjadi bahan acuan bagi peneliti

selanjutnya yang ingin meneliti hal yang berkaitan

dengan masalah penelitian ini.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemantaun penulis, sudah ada penelitian

tentang perdarahan dalam kehamilan, diataranya adalah

: Sulistyowati dan Dalono (1999), “Hubungan Antara

Beberapa Faktor Risiko Terhadap Insiden Abortus

Provokatus Di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta”, penelitian

tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

beberapa faktor risiko terhadap insiden abortus

provokatus, rancangan yang digunakan adalah

observasional analitik cross sectional mengenai kasus

abortus provokatus yang dirawat dari tanggal 1 Januari

1993 s/d 31 Desember 1997), dengan hasil yang

didapatkan adalah terdapat abortus provokatus 9 kasus

(1.13%) dari 841 kasus abortus.

“Gambaran USG vaginal kasus abortus imminens dengan

usia kehamilan 12 minggu atau kurang di RSUD DR.

Soetomo Surabaya” (Nathin H.A, 1996), penelitian

tersebut bertujuan mengetahui gambaran keadaan janin

pada kasus abortus imminens dengan metode yang

digunakan adalah deskriptif dan didapatkan hasil bahwa

Page 18: Da Swat i 181976

9

dengan pemeriksaan USG vaginal didapatkan 29,3%

menunjukkan janin hidup, 39,0% menunjukkan janin mati,

22,0% blighted ovum, 2,4% hamil mola, 2,4% tidak

menunjukkan tanda kehamilan, dan 2,4% menunjukkan

gambaran kehamilan ektopik.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak

pada subyek penelitian, metode, tempat dan tujuan

penelitian yaitu untuk mengetahui besarnya faktor

risiko umur, paritas dan riwayat abortus terhadap

kejadian abortus spontan.

Page 19: Da Swat i 181976

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Abortus

a. Pengertian

Abortus adalah gugurnya suatu kehamilan secara

tak diduga-duga, tak direncanakan, spontan sebelum

janin cukup berkembang untuk bertahan hidup di luar

kandungan (Hacker NF dan More JG, 2001). Abortus

adalah berakhirnya suatu kehamilan yang disebabkan

oleh faktor-faktor tertentu saat usia kehamilan

masih muda dan buah kehamilan belum mampu hidup di

luar kandungan (Depkes RI, 1998).

Berdasarkan berbagai variasi batasan yang ada

maka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefenisikan

abortus sebagai keadaan dimana berakhirnya kehamilan

dengan pengeluaran janin atau embrio yang berbobot

500 gr atau kurang dengan usia kehamilan sebelum

20 minggu (http://www. Ministry Reproductive Health

Profile, 2003).

b. Patologi Abortus

Setiap perdarahan pada awal kehamilan harus

selalu difikirkan berasal dari tempat perlekatan

10

Page 20: Da Swat i 181976

11

placenta atau permukaan choriodecidua dan dianggap

mengancam kelangsungan dari kehamilan (Yosep, 1996).

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam

desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis

jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan

hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,

sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan

ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8

minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan

seluruhnya karena villi khorialis belum menembus

desidua lebih dalam. Pada kehamilan antara 8 sampai

14 minggu villi khorialis menembus desidua lebih

dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan

secara sempurna yang dapat menyebabkan banyak

perdarahan (Prawirohardjo S, 2002).

Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang

dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,

disusul beberapa waktu kemudian oleh placenta.

Perdarahan tidak banyak jika placenta segera

terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini

menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur

(Prawirohardjo S, 2002).

Page 21: Da Swat i 181976

12

c. Jenis abortus

1) Abortus imminens

Adalah terjadinya perdarahan dalam rahim pada

tahap awal dimana mudigah (embrio) masih utuh

dalam rahim. Pada tahap ini umumnya perdarahan

hanya sedikit atau agak banyak namun tidak

disertai rasa mules. Pada abortus imminens ini

harus dipastikan apakah janin masih berkembang

atau tidak dengan melakukan pemeriksaan lanjutan,

dan pada sebagian kasus abortus imminens masih

dapat dipertahankan kehamilannya.

2) Abortus insipiens

Pada tahap ini hasil konsepsi (embrio) masih

dalam uterus, mulut rahim mulai terbuka dan muncul

perdarahan yang lebih banyak disertai dengan

timbulnya kontraksi uterus yang mengakibatkan

nyeri perut. Bagaimanapun bentuk nyeri yang

terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan

dan rasa nyeri memperlihatkan pronosis yang jelek

(Prawirohardjo S, 2002)

3) Abortus inkomplitus

Pada tahap ini terjadi pengeluaran hasil

konsepsi, namun masih ada sisa yang tertinggal

dalam rahim. Pada umumnya terjadi perdarahan yang

Page 22: Da Swat i 181976

13

sangat banyak sehingga dapat menimbulkan shock.

Perdarahan yang aktif dan jaringan yang tertinggal

harus diangkat segera dengan tindakan pengosongan

uterus (Saifuddin, 2000).

Pada abortus inkomplitus kemungkinan besar

terjadi infeksi, hal tersebut disebabkan oleh sisa

jaringan yang ada dalam uterus menjadi sumber yang

baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu,

adanya anemia akibat perdarahan akan mempermudah

terjadinya infeksi (Ichsan dan Sibuea, 1997).

4) Abortus komplitus

Pada tahap ini semua hasil konsepsi sudah

keluar dari rahim. Perdarahan berkurang menjadi

lebih sedikit dan mulut rahim menutup kembali dan

uterus mengecil (Prawirohardjo S, 2002).

5) Missed abortion

Suatu keadaan dimana kematian janin dalam

uterus yang tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau

lebih. Missed abortion biasanya didahului oleh

tanda-tanda abortus imminens yang kemudian

menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.

Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-

kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah

Page 23: Da Swat i 181976

14

karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke

arah itu perlu dilakukan (Prawirohardjo S, 2002).

6) Abortus yang berulang (abortus habitualis)

Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

lebih berturut-turut. Berdasarkan perhitungannya,

tiga abortus yang berturut-turut mungkin akan

berhubungan dengan suatu faktor etiologik yang

tunggal (Prawirohardjo S, 2002).

d. Penanganan

1) Abortus imminens

Abortus yang mengancam sebaiknya ditangani

dengan pemeriksaan ultrasonik untuk menentukan

apakah janin masih dapat hidup atau tidak. Sekitar

25% dari abortus yang mengancam berlanjut dengan

gugurnya kehamilan. Pada mereka yang terdapat

janin hidup dalam kehamilannya 94% akan

menghasilkan bayi yang hidup, meskipun terdapat

bukti yang menunjukkan bahwa insiden kelahiran

kurang bulan pada kasus ini mungkin sedikit lebih

tinggi daripada mereka yang tidak mengalami

perdarahan dalam trimestrer pertama. Pada tahap

ini terdapat bukti bahwa istirahat di tempat tidur

akan memperbaiki prognosis.

Page 24: Da Swat i 181976

15

2) Abortus insipiens

Pada tahap ini perlu dilakukan pemeriksaan

ultrasonografik untuk menentukan apakah proses itu

tidak dapat dielakkan atau telah berjalan lebih

jauh untuk menjadi tidak lengkap sehingga perlu

dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum

Manual (AVM) (Saifuddin, 2002).

3) Abortus inkomplitus

Pasien membutuhkan perawatan rumah sakit,

analgesia, dan sangat mungkin resusitasi. Adalah

bijaksana bila memasang suatu jalur intra vena

pada pasien dengan abortus yang tidak lengkap dan

mengambil darah untuk pencocokan golongan darah.

Pada tahap ini pasien tiba-tiba dapat menjadi

shock secara hebat sebagai akibat perdarahan, atau

sepsis. Jika keadaan pasien stabil, sisa-sisa

hasil konsepsi harus dievakuasi dari rahim di

bawah anastesi yang tepat.

Abortus yang tidak lengkap yang telah menjadi

sepsis adalah suatu keadaan yang penuh dengan

bahaya harus ditangani dengan tepat. Sepsis dapat

mengakibatkan gagal ginjal dan hati, pembekuan

intravaskuler diseminata bahkan kematian.

4) Abortus yang tertahan (missed abortion)

Page 25: Da Swat i 181976

16

Abortus yang tertahan (missed abortion) perlu

dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonik. Sekali

diagnosis telah dibuat, tepat bila mengevakuasi

hasil-hasil konsepsi yang bertahan untuk

meminimalkan risiko sepsis dan mengurangi laju

perdarahan.

5) Abortus habitualis

Sejauh ibu terlibat, tepat untuk

menyingkirkan adanya kelainan sistemik misalnya

diabetes mellitus, penyakit thiroid, dan ini juga

diperlakukan untuk menguji adanya suatu

antikoagulan lupus. Kromosom pihak ayah dan ibu

harus dievaluasi, dan histeroskopi atau

histereografi harus dilakukan untuk mengevaluasi

anatomi rahim.

Mengingat kemungkinan terjadinya abortus yang

disebabkan oleh penyebab infeksi, juga tepat untuk

menyingkirkan adanya Toxoplasma, Treponema,

Cytomegalovirus dan Herpes.

e. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pasca abortus

adalah :

1) Perdarahan

Page 26: Da Swat i 181976

17

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan

uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika

perlu pemberian transfusi darah. Kematian ibu

dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan

pada waktunya (Prawirohardjo S, 2002).

2) Infeksi

Sisa produk kehamilan merupakan media yang

baik bagi pertumbuhan bakteri dan jaringan yang

terkena infeksi akan mengalami nekrosis. Pada

abortus dengan infeksious kuman penyebab umumnya

kuman endogen dan infeksi terbatas pada lapisan

atas endometrium atau desidua oleh karena lapisan

leukosit yang terbentuk di bawahnya melindungi

lapisan yang lebih dalam dari endometrium. Kuman

yang menyerang biasanya bervirulensi yang rendah

seperti stafilokokus, streptokokus anaerob dan

basil koli. Jika kuman yang menyerang bervirulensi

tinggi maka dapat terjadi abortus septik (Chalik,

1997).

3) Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena

perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi

berat (syok endoseptik) (Prawirohardjo S, 2002).

Page 27: Da Swat i 181976

18

2. Faktor Penyebab Abortus

Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas

peristiwa abortus tidak selalu nampak jelas, tetapi

dalam beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi

ovum yang terjadi secara spontan hampir selalu

didahului olah kematian embrio atau janin. Kematian

janin dapat disebabkan oleh abnormalitas pada ovum-

zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu.

(Cunningham,1995).

Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui

secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Kelainan Telur (Ovum yang Patologik)

Penemuan morfologis yang paling sering terjadi

dalam abortus dini adalah abnormalitas dalam

perkembangan zigot. Menurut Hertig dan Sheldon dalam

Cunningham (1995), bahwa dalam suatu analisis

terhadap kasus abortus spontan mengobservasi adanya

ovum yang pathologis (blighted) dengan embrio

mengalami degenerasi atau dengan embrio yang tidak

ditemukan.

b. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat

menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan

Page 28: Da Swat i 181976

19

berat biasanya menyebabkan kematian embrio pada

kehamilan muda (Prawirohardjo S, 2002).

Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam

pertumbuhan adalah sebagai berikut, (Manuaba, 1998):

1) Kelainan kromosom

Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus

spontan adalah trisomi, poliploidi, dan

kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan endometrium di sekitar tempat

implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-

zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Hal ini

biasa disebabkan oleh anemia.

3) Pengaruh dari luar

Radisi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat

mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan

hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya

dinamakan pengaruh teratogen.

c. Kelainan pada Placenta

1) Infeksi pada placenta dengan berbagai sebab,

sehingga placenta tidak dapat berfungsi.

Page 29: Da Swat i 181976

20

2) Gangguan pembuluh darah placenta, yang

menyebabkan oksigenasi placenta terganggu

misalnya pada hipertensi menahun.

d. Kelainan Traktus Genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan

bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain

abortus dalam trimester II ialah serviks inkompeten

yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada

serviks, dilatasi servik berlebihan, dan robekan

serviks yang tidak dijahit.

3. Faktor Risiko

a. Umur

Risiko abortus nampaknya semakin meningkat

dengan semakin lanjutnya usia ibu, demikian juga

riwayat abortus sebelumnya (Knuppel, 1993).

Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis

bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang

dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur

di atas 40 tahun (Cunningham,1995).

Menurut Chalik (1991), berbagai kesulitan dalam

kehamilan maupun persalinan lebih rentan terjadi

pada usia lebih dini/remaja (< 20 tahun) oleh karena

kematangan fisik termasuk organ reproduksi berkaitan

erat dengan usia dalam artian pertumbuhan tubuh

Page 30: Da Swat i 181976

21

belum optimal tercapai termasuk organ reproduksi

(hipoplasi uteri dan kesempitan panggul).

Wanita hamil pada usia muda dapat meningkatkan

risiko komplikasi obstetrik karena tingkat tumbuh

sistem reproduksi relatif kurang sempurna dibanding

dengan wanita hamil pada usia reproduktif sehat

(20 – 35 tahun) untuk reproduksi, begitu pula

kehamilan yang terjadi setelah umur 35 tahun fungsi

uterus menurun oleh karena adanya vaskularisasi ke

uterus yang kurang adekuat (Eastman, cit Dasuki D at

al, 1997).

Goldman et al (2005) melaporkan bahwa, seiring

meningkatnya usia ibu mempunyai hubungan yang

bermakna dengan kejadian abortus dengan Odds Ratio

(OR) 2,0 tingkat kemaknaan (α) 0,05 dengan

confidence interval 95%.

b. Paritas

Risiko abortus nampaknya semakin meningkat

dengan bertambahnya jumlah paritas, demikian juga

riwayat abortus sebelumnya (Knuppel, 1993).

Multiparitas adalah seorang wanita yang telah

menyelesaikan dua atau lebih kehamilannya yang

mencapai viabilitas (Cunningham, 1995).

Page 31: Da Swat i 181976

22

Menurut Kady at.al (2005), melaporkan bahwa

multiparitas akan meningkatkan berbagai komplikasi

obstetri antara lain meningkatkan kejadian abortus,

kelahiran bayi prematur, ruptur uterine, bahkan

kematian ibu dan janin.

Faktor umur juga berhubungan dengan jumlah

paritas, di luar umur reproduksi sehat, multiparitas

dan grandemulti akan meningkatkan terjadinya

komplikasi dalam kehamilan. Pada multiparitas dan

grandemultipara, fungsi uterus untuk menunjang

tumbuh kembang janin menurun, oleh karena menurunnya

kapasitas sirkulasi darah ke uterus dan menurunnya

fungsi myometrium sehingga vaskularisasi ke uterus

tidak adekuat (Eastman, cit Dasuki D at al, 1997).

c. Riwayat abortus

Abortus lebih sering terjadi bila sudah pernah

mengalami abortus sebelumnya. Calvin (dalam

Prawirohardjo S, 2002) melaporkan penelitiannya

terhadap 141 wanita hamil yang sebelumnya mengalami

1-4 abortus berturut-turut, terdapat 22,4% akan

mengalami abortus pada kehamilan berikutnya.

Menurut Malpas (1938) bahwa bila terdapat suatu

penyebab tunggal pada kasus abortus maka wanita

hamil tersebut kemungkinan mengalami abortus secara

Page 32: Da Swat i 181976

23

berulang dan berdasarkan perhitungannya tiga abortus

berturut-turut mungkin berhubungan dengan suatu

faktor etiologik tunggal (Hacker NF dan More JG,

2001).

Berbagai kondisi yang berperan dalam abortus

yang berulang antara lain adanya respon antibodi

ibu. Dengan pertumbuhan trofhoblast akan menekan

rangsangan sistem antibodi spesifik igG sehingga

kadarnya akan menurun dalam peredaran darah pada

wanita hamil tersebut. Hal ini merupakan faktor yang

akan menghambat bahkan menolak pertumbuhan dan

perkembangan janin dan mengakibatkan terlepasnya

buah kehamilan dari tempat implantasinya. Untuk

menanggulangi hal ini wanita tersebut harus

mendapatkan donor lymphocyt sebelum hamil (Sweet BR,

1997).

d. Status gizi

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme

energi, karena itu kebutuhan energi dan zat lainnya

meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan

zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, pertambahan besarnya organ

kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh

ibu, sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang

Page 33: Da Swat i 181976

24

diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh

tidak sempurna. Menurut Lubis Z, 2003 kekurangan

gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan abortus,

cacat bawaan, asfiksia intra uterin, lahir dengan

berat badan lahir rendah (BBLR).

e. Trauma psikis

Pada beberapa wanita dengan reaksi psikologik

terhadap kehamilan dan segala akibatnya dapat berupa

kecemasan, ketakutan dan perasaan panik. Stresor

psikologis dapat menyebabkan terjadinya abortus.

Stresor menstimuli hipotalamus dengan jalan persepsi

sehingga hipotalamus melepas Corticotropin-Relasing

Factor (CRF) dan CRF menstimuli pituitari melepas

Adrenocorticotropic hormone (ACTH). ACTH akan

menstimuli kelenjar korteks adrenal untuk melepas

kortisol. Kortisol yang meningkat menyebabkan

terjadinya abortus (Dalono, 2003).

f. Mioma uteri

Diantara berbagai tumor uterus yang penting

artinya dalam hubungannya dengan proses reproduksi

adalah mioma uteri, karsinoma serviks uteri,

dan karsinoma korpus uteri. Menurut perkiraan

Page 34: Da Swat i 181976

25

frekuensi mioma uteri dalam kehamilan dan persalinan

berkisar 1%.

Mioma uteri dalam kehamilan dapat menimbulkan

komplikasi obstetrik yang besar artinya, dan salah

satu komplikasi obstetrik adalah terjadinya abortus

(Prawirohardjo S, 2002). Mioma pada submukosa lebih

banyak menimbulkan abortus dibanding dengan mioma

intramural atau subserosa, kejadian ini lebih banyak

kaitannya dengan adanya gangguan pada endometrium

(Depkes RI, 1998).

g. Penyakit ibu (DM,Thiroid, infeksi TORCH)

Diperkirakan kejadian diabetes dalam kehamilan

0,7% dari semua kehamilan. Diabetes patut dicurigai

pada kasus yang mempunyai ciri gemuk, riwayat

keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi dengan

berat >4 kg, riwayat lahir mati dan riwayat abortus

berulang (Prawirohardjo S, 2002).

Dalam kehamilan, kelenjar gondok (kelenjar

tiroid) mengalami hiperfungsi dan kadang-kadang

disertai pembesaran ringan namun wanita tersebut

normal, tidak menderita hipertiroidisme. Penderita

hipertiroidisme biasanya mengalami gangguan haid

atau kemandulan, sedangkan pada kehamilan sering

Page 35: Da Swat i 181976

26

berakhir dengan abortus, atau partus prematurus

(Prawirohardjo S, 2002).

Yodium dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid,

di mana hormon ini penting bagi aspek tumbuh kembang

semua organ dan sistem tubuh, termasuk bagi

perkembangan otak yang normal selama masa fetal dan

awal-awal kehidupan post natal. Bila terjadi

defisiensi semasa hamil, pengaruhnya terhadap fetus

sangat merugikan karena dapat berisiko timbulnya

abortus, stillbirth, early infant death, dan

terganggunya perkembangan otak yang bersifat

irreversible (Hartono B, 2004).

Penyakit infeksi, seperti pneumonia, tifus

abdominalis, malaria, dan lain-lain dapat

menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau

plasmodium dapat melalui placenta dan masuk ke janin

dan menyebabkan kematian janin dan kemudian

terjadilah abortus.

Beberapa penyakit infeksi yang didapat misalnya

TORCH, terutama pada kehamilan dini bisa menyebabkan

terjadinya abortus dan dampak yang serius pada

janin, sehingga dapat menimbulkan kelainan-kelainan

dan cacat pada bayi yang dilahirkan.

Page 36: Da Swat i 181976

27

Toxoplasmosis disebabkan oleh suatu protozoa

obligat intraseluler yaitu toxoplasmosis gondii.

Penularan pada janin terjadi pada ibu hamil yang

tersering infeksi akut. Jika infeksi terjadi sebelum

konsepsi tidak akan berpengaruh terhadap janin, bila

terjadi infeksi pada trimester I hanya 10% janin

yang terinfeksi dan dapat menyebabkan abortus,

tetapi jika terjadi infeksi pada trimester III 65-

80% janin akan terinfeksi tetapi gejala yang timbul

sangat ringan (Widiasmoko S dan Pramono HN, 2001).

Virus rubella sangat teratogen dengan akibat

berbagai kelainan kongenital yang berat, angka

kejadian di Amerika sebesar 0,05% tiap 100.000

kelahiran hidup. Penularan pada janin terjadi bila

ibu hamil terserang infeksi akut. Risiko terjadinya

rubella kongenital sangat dipengaruhi oleh umur

kehamilan, pada trimester I lebih 50% janin akan

terinfeksi dan sering menyebabkan abortus.

(Widiasmoko S dan Pramono HN, 2001).

Cytomegalovirus merupakan salah satu penyebab

infeksi kongenital, diperkirakan 0,2-2,2% janin

terinfeksi intra uterine yang sangat fatal.

Penularan dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan

tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat

Page 37: Da Swat i 181976

28

gejala yang ditimbulkannya (Widiasmoko S dan Pramono

HN, 2001).

Herves Simpleks Virus (HSV) pada wanita hamil

didapatkan 0,35% kultur positif pada yang mempunyai

riwayat herpes genital. Infeksi primer pada ibu

hamil dapat menyebabkan infeksi melalui placenta

sehingga menyebabkan abortus spontan, prematuritas

ataupun kelainan kongenital, tetapi infeksi ini

sangat jarang (Widiasmoko S dan Pramono HN, 2001).

B. Landasan Teori

Ancaman abortus dapat muncul setiap saat dalam

kehamilan muda dan didiagnosis ketika terjadi

perdarahan dengan atau tanpa rasa nyeri perut.

Menurut jenisnya abortus terdiri dari abortus

imminens, insipiens, inkomplitus, komplitus, missed

abortion dan abortus habitualis. Secara umum abortus

dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu

infeksi, paparan lingkungan, kelainan sistemik, dan

faktor dari janin itu sendiri (Hacker NF dan More

GJ, 2001).

Beberapa penulis menyebutkan faktor risiko

terjadinya abortus adalah meningkatnya usia dan

paritas ibu, riwayat abortus yang pernah dialami

Page 38: Da Swat i 181976

29

pada kehamilan sebelumnya, status gizi ibu, trauma

psikis, mioma uteri, penyakit ibu (DM, thiroid,

TORCH)( Cunningham, 1995; Goldman, 2005; Knuppel,

1993; Lubis, 2003; Dalono, 2003)

Wanita hamil pada usia muda dapat meningkatkan

risiko komplikasi obstetrik karena tingkat tumbuh

sistem reproduksi relatif kurang sempurna dibanding

dengan wanita hamil pada usia reproduksif sehat

(20–35 tahun) untuk reproduksi, begitu pula

kehamilan yang terjadi setelah umur 35 tahun fungsi

uterus menurun oleh karena adanya vaskularisasi ke

uterus yang kurang adekuat (Eastman, cit Dasuki D at

al, 1997).

Multiparitas dan grandemulti akan meningkatkan

terjadinya komplikasi dalam kehamilan. Pada

multiparitas dan grandemultipara, fungsi uterus

untuk menunjang tumbuh kembang janin menurun, oleh

karena menurunnya kapasitas sirkulasi darah ke

uterus dan menurunnya fungsi myometrium sehingga

vaskularisasi ke uterus tidak adekuat (Eastman, cit

Dasuki D at al, 1997).

Menurut Malpas (1938) bahwa bila terdapat suatu

penyebab tunggal pada kasus abortus maka wanita

hamil tersebut kemungkinan mengalami abortus secara

Page 39: Da Swat i 181976

30

berulang dan berdasarkan perhitungannya tiga abortus

berturut-turut mungkin berhubungan dengan suatu

faktor etiologik tunggal (Hacker NF dan More G,

2001).

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam

desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis

jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan

hasil konsepsi tersebut terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam

uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi

untuk mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi

khorialis menembus desidua lebih dalam, sehingga

umumnya placenta tidak dilepaskan secara sempurna

yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Komplikasi

yang dapat terjadi pada abortus adalah perdarahan,

syok dan infeksi. Komplikasi ini dapat meningkatkan

kejadian morbiditas bahkan mortalitas ibu apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

Page 40: Da Swat i 181976

31

C. Kerangka Teori

Gambar 1 : Skema faktor risiko terhadap kejadian abortus (Cunningham, 1995; Goldman, 2005; Knuppel, 1993; Lubis, 2003; Dalono, 2003)

Faktor Resiko :

1. Umur

2. Paritas

3. Riwayat abortus

4. Status gizi

5. Trauma psikis

6. Mioma uteri

7. Penyakit ibu

(DM,Thiroid,

infeksi TORCH)

Abortus :

1. Iminens

2. Insipiens

3. Inkomplitus

4. Komplitus

5. Habitualis

6. Missed abortion

Page 41: Da Swat i 181976

32

D. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah umur, paritas, dan riwayat

abortus pada kehamilan sebelumnya.

2. Variabel terikat adalah abortus.

F. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara faktor risiko umur

reproduktif tidak sehat, jumlah pritas dan riwayat

abortus terhadap kejadian abortus.

2. Risiko abortus lebih besar pada ibu hamil dengan

faktor risiko positif dibanding dengan ibu yang

tidak mengalami abortus dengan faktor risiko

negatif.

Faktor Resiko :

1. Umur

2. Paritas

3. Riwayat

abortus

Abortus :

1. Imminens

2. Insipiens

3. Inkomplitus

4. Komplitus

5. Habitualis

6. Missed abortion

Page 42: Da Swat i 181976

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

analitik retrospektif menggunakan rancangan case

control, merupakan studi observasional yang menilai

paparan dan penyakit dengan menentukan kelompok

kasus dan kelompok kontrol lalu membandingkan

frekuensi paparan pada kedua kelompok tersebut

(Murti B, 2003).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian sebagai berikut :

Gambar 3 : Desain Penelitian (Sastroasmoro S & Ismael S

2002)

Kasus : Abortus spontan

Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

Faktor risiko (-)

Faktor risiko (+) Kontrol :

Tidak Abortus

Penelitian dimulai di sini

Apakah ada faktor risiko

Ditelusuri secara retrospektif

Page 43: Da Swat i 181976

34

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Labuang

Baji Makassar propinsi Sulawesi Selatan pada bulan

Agustus tahun 2005.

D. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

hamil dengan umur kehamilan < 20 minggu di RSUD

Labuang Baji Makassar periode Januari 2004 - Juli

2005.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua kasus

yang memenuhi kriteria penelitian :

a. Kelompok kasus adalah kelompok ibu yang mengalami

perdarahan dalam kehamilan sebelum umur kehamilan

20 minggu dan ditentukan berdasarkan kriteria

diagnosis secara obyektif (abortus imminens,

abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus

komplit, abortus habitualis dan missed abortion).

Kriteria inklusi :

Kasus abortus yang dirawat di RSUD Labuang Baji

Makassar periode Januari 2004 - Juli 2005.

Kriteria eksklusi :

Page 44: Da Swat i 181976

35

1. Perdarahan dalam kehamilan dengan Kehamilan

Ektopik Terganggu (KET), molahidatidosa

2. Kehamilan dengan mioma uteri, Diabetes Mellitus

(DM), throid, infeksi TORCH (Toxoplasmosis,

Others Rubella, Cytomegalovirus, Herpes

simpleks.

3. Mengalami status gizi kurang

4. Mengalami trauma psikis

b. Kelompok kontrol adalah kelompok yang digunakan

sebagai pembanding yang mempunyai potensi terpapar

oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok kasus

dan tidak mengalami perdarahan sebelum umur

kehamilan 20 minggu.

Kriteria inklusi :

Ibu hamil dengan umur kehamilan < 20 minggu

yang berkunjung di Poliklinik Kebidanan RSUD

Labuang Baji Makassar periode Januari 2004 - Juli

2005.

Kriteria eksklusi :

1. Perdarahan dalam kehamilan dengan KET,

molahidatidosa.

2. Kehamilan dengan mioma uteri, DM, throid,

infeksi TORCH

3. Mengalami status gizi kurang

Page 45: Da Swat i 181976

36

4. Mengalami trauma psikis

E. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan Consecutive

Sampling yaitu sampel yang diambil adalah setelah

populasi dibatasi dengan kriteria inklusi dan eksklusi

(Sastroasmoro S dan Ismael S, 2002).

F. Cara Pengambilan dan Besar Sampel

Sampel yang dikumpulkan adalah merupakan data

sekunder dari data-data status penderita abortus

sebagai data kelompok kasus dengan menggunakan formulir

pengumpulan data. Data kelompok kontrol dipilih dari

buku registrasi buku kunjungan ibu hamil yaitu yang

mempunyai faktor risiko yang sama dengan kasus. Hal ini

dilakukan agar karakteristik faktor risiko yang diduga

sebagai variabel pengganggu potensial terdistribusi

mendekati keadaan yang hampir sama antara kelompok

kasus dan kelompok kontrol.

Pada penelitian ini besar sampel ditetapkan

berdasarkan rumus besar sampel untuk penelitian case

control seperti di bawah ini :

N = {Z1-α/2√[2P2*(1-P2*)] + Z1-β√P1 (1-P1)+P2*(1-

P2*)}2

Page 46: Da Swat i 181976

37

(P1*-P2*)2

P1 = (OR) P2*

(OR) P2* + (1-P2)

Keterangan :

N = Besar sampel

P1* = Proporsi terpapar pada kelompok kasus =

0,66

P2* = Proporsi terpapar pada kelompok kontrol =

0,5

Z1-α/2 = Koefisien keterandalan dengan tingkat

kepercayaan 95% (1,96)

Z1-β = Power (0,842)

OR = 2,0

N={1,96√[2X0,5 X 0,5] + 0,842√0,66 X 0,33 + 0,5 X 0,5}2

0,0277

N = 139

Jadi diperlukan 139 sampel dalam tiap kelompok

kasus dan kelompok kontrol, sehingga besar sampel

penelitian adalah 278.

G. Definisi Operasional

Sebagai definisi variabel untuk penelitian ini

adalah :

1. Abortus

Page 47: Da Swat i 181976

38

Ibu yang mengalami perdarahan dalam kehamilan

sebelum umur kehamilan 20 minggu ditentukan

berdasarkan kriteria diagnosis secara obyektif

(abortus imminens, insipiens, inkomplit, abortus

komplit, habitualis dan missed abortion).

Skala pengukuran nominal (Supadi at al, 2000):

a. Mengalami abortus

b. Tidak mengalami abortus

2. Umur ibu

Lama hidup seseorang sejak lahir sampai mengalami

abortus yang dinyatakan dengan tahun berdasarkan

usia reproduktif sehat.

Skala pengukuran nominal :

a. Usia reproduktif tidak sehat jika umur < 20 tahun

atau > 35 tahun.

b. Usia reproduktif sehat jika umur antara 20 - 35

tahun.

3. Paritas

Jumlah kelahiran yang pernah dialami oleh ibu yang

mencapai viabilitas.

Skala pengukuran nominal :

a. Paritas ≥ 2

Page 48: Da Swat i 181976

39

b. Paritas < 2

4. Riwayat abortus

Ibu pernah mengalami abortus pada kehamilan

sebelumnya.

Skala pengukuran nominal :

a. Pernah mengalami abortus sebelumnya.

b. Tidak pernah mengalami abortus sebelumnya.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui

karakteristik masing-masing subyek penelitian

berdasarkan faktor risiko dengan menghitung

distribusi dan proporsi masing-masing faktor risiko

pada masing-masing kelompok.

2. Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel yang meliputi variabel bebas dengan

variabel terikat yaitu antara faktor risiko (umur,

paritas dan riwayat abortus) dan efek (abortus).

Untuk mendapatkan faktor risiko yang bermakna pada

tingkat kepercayaan 0,05 dan CI 95% (α=0,05) dengan

menghitung besarnya Odds Ratio (OR) dan menggunakan

uji Chi Square.

Page 49: Da Swat i 181976

40

3. Analisis Multivariat Analisis ini untuk melihat faktor risiko yang

paling berhubungan antara variabel bebas (faktor

risiko) dan variabel terikat (efek) menggunakan

analisis regresi logistik, analisis data menggunakan

program SPSS.

I. Jalannya Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan cara menyeleksi

dan mencatat nomor register semua data pasien dengan

diagnosis abortus di ruang perawatan kebidanan dan

penyakit kandungan (untuk mendapatkan kelompok kasus)

serta data kunjungan ibu hamil di klinik kebidanan

periode Januari 2004-Juli 2005 (untuk mendapatkan

kelompok kontrol). Pengambilan data berdasarkan nomor

register tersebut dan dilakukan penelusuran status di

ruang rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar.

J. Kesulitan Penelitian

1. Kesulitan yang dialami dalam penelitian ini antara lain :

a. Data yang digunakan adalah data sekunder dari

rekam medik rumah sakit yang ditulis oleh banyak

orang sehingga dapat mempengaruhi reliabilitas dan

validitas penelitian.

Page 50: Da Swat i 181976

41

b. Besar sampel (139) untuk kelompok kontrol yang

dibutuhkan periode 1 Januari-31 Desember 2004

tidak mencukupi.

c. Terdapat beberapa data status yang tidak lengkap

dan tidak dapat ditemukan oleh karena

ketidakcocokan nomor register.

Untuk mengatasi kesulitan di atas peneliti

mengambil keputusan untuk memperluas periode

pengambilan data sampai dengan Juli 2005 dan

mengabaikan status yang tidak ditemukan, sehingga besar

sampel yang dapat dirangkum adalah 138 yang terdiri

dari dua kelompok yaitu 69 kelompok kasus (abortus) dan

69 kelompok kontrol (tidak abortus).

Page 51: Da Swat i 181976

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.HASIL PENELITIAN

Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil

dengan kehamilan < 20 minggu yang dirawat dan

berkunjung di klinik kebidanan RSUD Labuang Baji

Makassar periode Januari 2004 – Juli 2005. Penelitian

ini dirancang dengan studi kasus kontrol menggunakan

data sekunder, maka sangat mungkin mendapatkan data

yang kurang sesuai standar. Oleh karena itu untuk

menghindari bias pengukuran maupun informasi tersebut

masih dipengaruhi oleh kecermatan, kelengkapan

data/catatan medik serta besar sampel yang akan

mempengaruhi validitas dari penelitian ini.

Besar sampel minimal berdasarkan perhitungan besar

sampel untuk studi kasus kontrol adalah 139 untuk

masing-masing kelompok dengan nilai power (β) = 80%,

tetapi besar sampel yang tersedia dan memenuhi kriteria

hanya 69 untuk masing-masing kelompok (69 kelompok

kasus abortus dan 69 kelompok kontrol/tidak abortus).

Apabila besar sampel yang akhirnya diteliti

berbeda dari yang diperhitungkan, maka diperlukan

perhitungan kembali nilai power (β) sehingga nilai

42

Page 52: Da Swat i 181976

43

power (β) akan mengalami penurunan (Sastroasmoro S &

Ismael S, 2002), oleh karena itu dengan besar sampel

yang relatif kecil dan sesuai hasil perhitungan

didapatkan nilai power (β) sebesar 50% yang artinya

dapat memberikan power pada uji hipotesis yang

dilakukan sebesar 50% (Budiarto E, 2002).

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui

karakteristik masing-masing subyek penelitian

berdasarkan faktor risiko dengan menghitung

distribusi dan proporsi masing-masing faktor risiko

pada masing-masing kelompok.

Page 53: Da Swat i 181976

44

Tabel 1 : Distribusi dan Proporsi Faktor Risiko Abortus Berdasarkan Faktor Risiko Umur

Abortus Tidak Abortus Umur

Jumlah % Jumlah % Jumlah

< 20 tahun atau

> 35 tahun 25 36,2 6 8,7 31

20 – 35 tahun

44 63,8 63 91,3 107

Jumlah 69 100 69 100 138

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 25 (36,2%)

kelompok umur reproduktif tidak sehat (umur <20 tahun

atau >35 tahun) mengalami abortus, dan 44 (63,8%)

kelompok umur reproduktif sehat (20–35 tahun) yang

mengalami abortus. Pada kelompok umur reproduktif tidak

sehat (umur < 20 tahun atau > 35 tahun) yang tidak

mengalami abortus terdapat 6 (8,7%), dan pada kelompok

umur reproduktif sehat (20–35 tahun) yang tidak

mengalami abortus terdapat 63 (91,3%).

Page 54: Da Swat i 181976

45

Tabel 2 : Distribusi dan Proporsi Faktor Risiko Abortus Berdasarkan Faktor Risiko Jumlah Paritas

Abortus Tidak Abortus Jumlah Paritas Jumlah % Jumlah %

Jumlah

Paritas ≥ 2 42 60,9 18 26,1 60

Paritas < 2 27 39,1 51 73,9 78

Jumlah 69 100 69 100 138

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok paritas ≥

2 yang mengalami abortus terdapat 42 (60,9%), dan pada

kelompok paritas < 2 yang mengalami abortus terdapat

27 (39,1%), sedangkan pada kelompok paritas ≥ 2 yang

tidak mengalami abortus terdapat 18 (26,1%) dan

kelompok paritas < 2 yang tidak mengalami abortus

terdapat 51 (73,9%).

Page 55: Da Swat i 181976

46

Tabel 3 : Distribusi dan Proporsi Faktor Risiko Abortus Berdasarkan Faktor Risiko Riwayat Abortus

Abortus Tidak Abortus Riwayat abortus Jumlah % Jumlah %

Jumlah

Ada 10 14,5 7 10,1 17

Tidak ada 59 85,5 62 89,9 121

Jumlah 69 100 69 100 138

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kelompok dengan

riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya yang

mengalami abortus terdapat 10 (14,5%), dan pada

kelompok yang tidak ada riwayat abortus pada kehamilan

sebelumnya dan mengalami abortus terdapat 59 (85,5%),

sedangkan kelompok dengan riwayat abortus pada

kehamilan sebelumnya yang tidak mengalami abortus

terdapat 7 (10,1%) dan kelompok tidak ada riwayat

abortus pada kehamilan sebelumnya yang tidak mengalami

abortus terdapat 62 (89,9%).

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel yang meliputi variabel bebas dengan

variabel terikat yaitu antara faktor risiko (umur,

paritas dan riwayat abortus) dan efek (abortus)

untuk mendapatkan faktor risiko yang bermakna pada

tingkat kepercayaan 0,05 dan CI 95% (α=0,05) dengan

Page 56: Da Swat i 181976

47

menghitung besarnya Odds Ratio (OR) dan menggunakan

uji Chi Square.

Tabel 4 : Hubungan Faktor Risiko Umur Terhadap

Kejadian Abortus

Umur Abortus

Tidak Abortus

X2

(p) OR CI-95%

< 20 tahun atau

> 35 tahun

25 (36,2%)

6 (8,7%)

20 – 35 tahun

44 (63,8%)

63 (91,3%)

15,019

(0,00)* 5,966 2,260 -15,748

+ Sig = < 0,05

Tabel 4 menunjukkan antara 2 kelompok setelah

dilakukan uji statistik dengan Chi Square terlihat pada

kelompok umur reproduktif tidak sehat (umur <20 tahun

atau >35 tahun) secara statistik mempunyai hubungan

yang bermakna terhadap kejadian abortus dibanding

dengan kelompok umur reproduktif sehat dengan nilai

OR=5,966; CI 95%=2,260-15,748; p=0,00, artinya umur

reproduktif tidak sehat mempunyai risiko 5-6 kali

terjadi abortus dibanding dengan ibu hamil dengan usia

reproduktif sehat.

Page 57: Da Swat i 181976

48

Tabel 5 : Hubungan Faktor Risiko Jumlah Paritas Terhadap

Kejadian Abortus

Jumlah Paritas

Abortus Tidak Abortus

X2

(p) OR CI-95%

Paritas

≥ 2

42 (60,9%)

18 (26,1%)

Paritas

< 2

27 (39,1%)

51 (73,9%)

16,985

(0,00) + 4,407 2,139 -9,080

+ Sig = < 0,05 Tabel 5 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan

paritas ≥ 2 mempunyai hubungan yang bermakna terhadap

kejadian abortus dibanding dengan ibu hamil dengan

jumlah paritas < 2 dengan nilai OR 4,407; CI 95%=2,139-

9,080; p=0,00, artinya ibu hamil dengan jumlah paritas

≥ 2 mempunyai risiko 4 kali terjadi abortus dibanding

dengan ibu hamil dengan jumlah paritas < 2.

Page 58: Da Swat i 181976

49

Tabel 6 : Hubungan Faktor Risiko Riwayat Abortus Terhadap

Kejadian Abortus

Riwayat Abortus

Abortus

Tidak

Abortus X2 (p)

OR CI-95%

Ada 10

(14,5%) 7

(10,1)

Tidak ada 59 (85,5%)

62 (89,9%)

0,604

(0,437) 1,501 0,536-4,203

Tabel 6 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan riwayat

abortus pada kehamilan sebelumnya mempunyai risiko

terjadi abortus 1,5 kali dibanding ibu hamil yang tidak

ada abortus pada kehamilan sebelumnya, tetapi secara

statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara

riwayat abortus dengan kejadian abortus dengan nilai

p=0,437 (>0,05).

3. Analisis Multivariat

Analisis ini untuk melihat hubungan antara

beberapa variabel bebas (faktor risiko) dan variabel

terikat (efek) dengan menggunakan analisis regresi

logistik, analisis data menggunakan program SPSS.

Page 59: Da Swat i 181976

50

Tabel 7: Pengaruh Faktor Risiko Umur Reproduktif Tidak

Sehat dan Jumlah Paritas Terhadap Kejadian Abortus

Variabel β OR CI 95% p

Umur < 20 tahun atau > 35 tahun

1,466 4,332 1,576-11,908 0,04

Paritas ≥ 2 1,237 3,446 1,619-7,332 0,01

Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor risiko yang

mempunyai kemaknaan pada analisis bivariat (p=<0,05)

dilakukan analisis secara bersamaan dengan menggunakan

regresi logistik yang menyatakan bahwa faktor risiko

umur reproduktif tidak sehat (umur < 20 tahun atau > 35

tahun) mempunyai risiko yang lebih besar terhadap

kejadian abortus daripada jumlah paritas ≥ 2 (OR=4,332;

CI 95%=1,576-11,908; p = 0,04) ,tetapi secara statistik

faktor risiko jumlah paritas ≥ 2 lebih bermakna

dibanding dengan faktor risiko umur reproduktif tidak

sehat terhadap kejadian abortus dengan nilai p = 0,01.

Page 60: Da Swat i 181976

51

B. PEMBAHASAN

Analisis kejadian abortus berdasarkan faktor

risiko umur pada tabel 4 terlihat bahwa umur

reproduktif tidak sehat (umur < 20 tahun atau > 35

tahun) mempunyai hubungan yang bermakna terhadap

kejadian abortus (OR=5,966; CI95%=2,260-15,748; p=0,00)

sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

faktor umur reproduktif tidak sehat (< 20 tahun atau >

35 tahun) mempunyai hubungan dengan kejadian abortus

dapat diterima dan dapat dikatakan bahwa ibu hamil

dengan umur reproduktif tidak sehat (<20 tahun atau >35

tahun) berisiko 5-6 kali lebih tinggi mengalami abortus

dibanding dengan ibu hamil pada umur reproduktif sehat

(umur 20-35 tahun).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Widijanti, W

at al (1997), melaporkan bahwa terdapat 6 kasus abortus

(35,3%) dari 17 kasus patologi kehamilan trimester I

pada usia remaja (<20 tahun) dan angka ini cukup tinggi

bila dibandingkan dengan frekuensi abortus umumnya

yaitu antara 10-15%.

Penelitian yang dilakukan oleh Jacoeb, T.Z (2003)

mendapatkan bahwa peningkatan umur ibu cukup berdampak

terhadap kejadian abortus dimana frekuensi kejadian

Page 61: Da Swat i 181976

52

abortus umur > 35 tahun terdapat 13,4% dan umur > 40

tahun meningkat sebesar 23,1%. Hal serupa juga dijumpai

oleh Goldman (2005) bahwa seiring dengan meningkatnya

usia ibu mempunyai hubungan yang bermakna terhadap

kejadian abortus dengan OR 2,0 CI 95%, p=0,05.

Menurut Sangian D dan Rattu R.B (1997),

komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi dalam

kehamilan pada usia remaja (<20 tahun) dapat membawa

dampak yang kurang baik terhadap ibu dan janinnya

dibanding wanita hamil dengan masa reproduktif sehat

(umur 20-35 tahun). Keadaan tersebut erat kaitannya

dengan keadaan anatomi dan fisiologi dari organ

reproduksi yang masih dalam tumbuh kembang sehingga

belum optimal untuk kehamilan dan persalinan yang

fisiologis. Menurut Eastman cit Dasuki D at al (1997),

kehamilan yang terjadi setelah umur 35 tahun fungsi

uterus menurun oleh karena adanya vaskularisasi ke

uterus yang kurang adekuat.

Analisis kejadian abortus berdasarkan faktor

risiko jumlah paritas ≥ 2 pada tabel 5 menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna terhadap kejadian abortus

(OR = 4,407; CI 95% 2,139-9,080; p = 0,00), sehingga

hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah paritas ≥ 2

berhubungan dengan kejadian abortus dapat diterima dan

Page 62: Da Swat i 181976

53

dapat dikatakan bahwa ibu hamil dengan paritas ≥ 2

berisiko 4 kali lebih tinggi mengalami abortus pada

kehamilan berikutnya dibanding dengan ibu hamil dengan

paritas < 2.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Warburton at al, 1986 (dalam Cunningham,

1995) melaporkan bahwa risiko terjadinya abortus

semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah paritas.

Hal serupa juga dilaporkan oleh Kady at al (2005) dalam

penelitiannya bahwa multiparitas akan meningkatkan

berbagai komplikasi dalam obstetri antara lain abortus,

kelahiran bayi prematur, ruptur uterine bahkan kematian

ibu maupun janin.

Menurut Eastman, cit Dasuki D at al (1997),

multiparitas dan grandemultiparitas akan meningkatkan

terjadinya komplikasi dalam kehamilan. Pada

multiparitas dan grandemultiparitas, fungsi uterus

untuk menunjang tumbuh kembang janin menurun oleh

karena menurunnya kapasitas sirkulasi darah ke uterus

dan menurunnya fungsi myometrium sehingga vaskularisasi

ke uterus tidak adekuat dan mengakibatkan gangguan

sirkulasi dari ibu ke janin dan hal ini akan berakhir

dengan kematian janin.

Page 63: Da Swat i 181976

54

Analisis kejadian abortus berdasarkan faktor

risiko riwayat abortus sebelumnya pada tabel 6

menunjukkan bahwa riwayat abortus pada kehamilan

sebelumnya mempunyai risiko 1,5 kali dibanding ibu

hamil tanpa adanya abortus pada kehamilan sebelumnya,

sehingga dapat dikatakan bahwa ibu hamil dengan riwayat

abortus pada kehamilan sebelumnya mempunyai risiko 1,5

kali dibanding dengan ibu hamil tanpa riwayat abortus,

tetapi secara statistik tidak ada hubungan yang

bermakna antara riwayat abortus pada kehamilan

sebelumnya dengan kejadian abortus dengan nilai p =

0,437 (> 0,05). Hal ini mungkin disebabkan oleh besar

sampel yang relatif kecil disamping adanya berbagai

faktor etiologik tertentu yang pada penelitian ini

tidak dapat dideteksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Jacoeb T.Z (2003),

menemukan bahwa abortus lebih sering terjadi bila sudah

pernah mangalami abortus pada kehamilan sebelumnya

dimana abortus terjadi sekitar 11,5-20% dengan 1

abortus pada kehamilan sebelumnya, abortus terjadi

sekitar 28-29,4% dengan 2 abortus pada kehamilan

sebelumnya dan abortus terjadi sekitar 43% dengan 3

abortus pada kehamilan sebelumnya.

Page 64: Da Swat i 181976

55

Menurut Polland, 1977 (dalam Cunningham 1995)

melaporkan bahwa jika seorang wanita tidak pernah

melahirkan bayi hidup dan sudah mengalami sedikitnya

satu kelahiran mati (baik abortus spontan maupun

kematian janin atau neonatus) maka risiko terjadinya

abortus adalah 46%. Menurut Calvin (dalam

Prawirohardjo, 2002) melaporkan bahwa dari 141 wanita

hamil yang sebelumnya mengalami abortus 1-4 kali

berturut-turut, terdapat 22,4% akan mengalami abortus

pada kehamilan berikutnya.

Berbagai kondisi yang berperan dalam abortus

yang berulang antara lain adanya respon antibodi ibu.

Dengan pertumbuhan trofhoblast akan menekan rangsangan

sistem antibodi spesifik igG sehingga kadarnya akan

menurun dalam peredaran darah pada wanita hamil

tersebut. Hal ini merupakan faktor yang akan menghambat

bahkan menolak pertumbuhan dan perkembangan janin dan

mengakibatkan terlepasnya buah kehamilan dari tempat

implantasinya. (Sweet BR, 1997).

Setelah dilakukan analisis secara bersamaan dengan

menggunakan regresi logistik pada faktor risiko yang

mempunyai kemaknaan pada analisis bivariat (p=<0,05)

menunjukkan bahwa faktor risiko umur reproduktif tidak

sehat (umur <20 tahun atau >35 tahun) mempunyai risiko

Page 65: Da Swat i 181976

56

yang lebih besar terhadap kejadian abortus daripada

jumlah paritas ≥ 2 (OR=4,332; CI 95%=1,576-11,908).

Menurut Harlap at al, 1980 (dalam Cunningham 1995)

dalam penelitiannya menemukan bahwa lebih dari 80%

kejadian abortus pada 12 minggu pertama dan anomali

kromosom merupakan penyebab yang sekurang-kurangnya

separuh dari abortus dini.

Polland at al, 1981 (dalam Cunningham 1995)

mengidentifikasi secara morfologis adanya disorganisasi

pertumbuhan pada 40% abortus (baik embrio maupun janin)

yang dikeluarkan secara spontan sebelum umur kehamilan

20 minggu. Diantara sejumlah embrio dan janin tersebut

frekuensi perkembangan morfologis yang abnormal adalah

70%. Dari sejumlah embrio yang dilakukan pemeriksaan

kultur jaringan dan analisa kromosom, 60% terlihat

mempunyai abnormalitas kromosom dan nampaknya

pertambahan usia maternal berkaitan dengan kenaikan

insiden defek tersebut.

Page 66: Da Swat i 181976

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Faktor risiko umur reproduktif tidak sehat (umur

<20 tahun atau >35 tahun) berhubungan dengan

kejadian abortus dengan nilai OR=5,966; CI=2,260-

15,748; p=0,00; dibanding ibu hamil dengan usia

reproduktif sehat (umur 20-35 tahun).

2. Faktor risiko jumlah paritas ≥ 2 berhubungan

dengan kejadian abortus dengan nilai OR=4,407;

CI=2,139-9,080; p=0,00, dibanding dengan ibu hamil

dengan paritas < 2.

3. Faktor risiko adanya riwayat abortus meningkatkan

kejadian abortus 1,5 kali dibanding ibu hamil yang

tidak memiliki riwayat abortus tetapi secara

statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna

dengan kejadian abortus dengan nilai p=0,437

(>0,05).

4. Hasil penelitian ini belum dapat dipercaya

sepenuhnya oleh karena besar sampel yang dapat di

rangkum tidak sesuai dengan hasil perhitungan

57

Page 67: Da Swat i 181976

58

besar sampel, sehingga nilai power (β) dalam

penelitian ini mengalami penurunan dan hanya

mencapai 50%.

B. SARAN

1. Dari hasil penelitian ini mungkin dapat

dijadikan masukan bahwa apabila ditemukan

keadaan-keadaan yang pada penelitian ini

berpengaruh terhadap kejadian abortus selayaknya

dapat digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan

terhadap kemungkinan terjadinya abortus.

2. Peningkatan pengawasan pada ibu hamil sehingga

skrining lebih awal terhadap komplikasi

kehamilan (abortus) dapat diminimalkan pada saat

ANC.

3. Untuk peneliti selanjutnya, kiranya dapat

melakukan penelitian dengan subyek penelitian

yang lebih besar sehingga nilai power (β) dapat

mencapai nilai yang maksimal, dan bila

memungkinkan dalam bentuk prospektif sehingga

kelengkapan, kecermatan dalam memperoleh

informasi yang dapat menimbulkan bias dalam

pengukuran dapat dihindari.

Page 68: Da Swat i 181976

59

DAFTAR PUSTAKA Affandi B, Gunardi E.R, Santoso S.S.I, Hadisaputra W,

Djajadilaga, 1999, Dampak Abortus Terhadap Kesehatan Ibu di Indonesia, Berkala Obstetri dan Ginekologi 23 (3), Jakarta.

, 2004, Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium Indonesia http://www.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDGBI Goal4.pdf, 5-4-2005.

, 2003, Reproductive Health Profile, http://www.

Ministry Reproductive Health Profile, 5-4-2005. Budiarto E, 2002, Metodologi Penelitian Kedokteran:

Sebuah Pengantar, EGC, Jakarta. Chalik TMA, 1991, Risiko Kehamilan dan Persalinan Anak

Pertama pada Remaja dan Dewasa Muda, Berkala Obstetri dan Ginekologi 17 (3), Jakarta.

Chalik TMA, 1997, Hemoragi Utama Obstetri dan

Ginekology, Widya Medika, Jakarta. Cunningham, 1995, Obstetri William Edisi 18, EGC,

Jakarta. Dalono J.B, 2003, Psikoneuroimunologi dalam Bidang

Obstetri dan Ginekologi, Berkala Obstetri dan Ginekologi 27 (4), Jakarta.

Depkes RI, 1998, Penatalaksanaan Klinis Pasca Abortus

dan Komplikasinya, Jakarta. Eastman NJ, dalam Dasuki D, Legowo D, Hasibuan S, 1997,

Kajian Tentang Faktor Umur dan Paritas Terhadap Terjadinya Plasenta Previa, Berkala Kesehatan Klinik 5 (4), Yogyakarta.

Goldman J.C, Malone F.D, Vidaver J, Ball R.H, 2005, http ://www.intl.greenjournal.org/cgi/content/Impactofmaternal Age on Obstetric Outcome/abstract/104/4/784, 16-6-2005.

Page 69: Da Swat i 181976

60

Hacker NF, J. Goerge More, 2001, Essensial Obstetri dan

Gynekology, edisi 2, EGC, Jakarta.

Hartono B, 2004, http://www.idd-indonesian.net/index. php/URLS=Journals&Files=Jurnal 13 htm Perkembangan Fetus Dalam Kondisi Defisiensi Yodium dan Cukup Yodium, 16-6-2005.

Hertig dan Sheldon, dalam Obstetri William Edisi 18, 1995, EGC, Jakarta.

Ichsan T.M dan Sibuea H.D, 1997, Abortus Septik dan

Syok Septik, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU/RSU Adam Malik, Medika 26 (6), Medan.

Jacoeb T.Z, 2003, Nasib Kehamilan Triwulan Pertama:

Manfaat Penentuan Progesteron dan Antibodi Antikardiolipin Serum, Farmacia, II (11), Jakarta.

Kamila Y, 2004, Perbandingan Kadar Alfa Tokoferol dan

Lipid Peroksida Plasma pada Penderita Abortus di RSUP Sardjito Yogyakarta, Berkala Obstetri dan Ginekologi, jakarta.

Kady ED, Gilbert MW, Xing G, Smith HL, 2005,

http://www.intl.greenjournal.org/cgi/content/Maternal and Neonatal Outcome of Assaults During Pregnancy/abstract/105/357/363, 16-6-2005.

Knuppel R.A, 1993, High Risk Pregnancy Second Edition,

Independence Square West, Pennsylvania. Lemeshow S, Hosmer Jr.D.W, Klar J, Lwanga S.K, 1997,

(terjemahan) Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, terjemahan, Gadjah mada University Press, Yogyakarta.

Lubis Z, 2003, Status Gizi Ibu Hamil Serta

Pengaruhnya Terhadap Bayi yang Dilahirkan, http//www.Inasp.com.1-5-2005

Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Panyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Page 70: Da Swat i 181976

61

Murti B, 2003, Prinsip dan Riset Epidemiologi, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta. Nathin H.A, 1996, Gambaran USG Vaginal 41 Kasus Abortus

Iminens dengan Usia Kehamilan 12 Minggu atau Kurang di Lab/UPF Obstetri Ginekologi FK UNAIR/RSUD DR Soetomo Surabaya, Berkala Obstetri dan Ginekologi 5 (2), jakarta.

Prawirohardjo S, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga,

YBP-SP, Jakarta. Rekam Medik, 2003, RSUD Labuang Baji Makassar.

Rekam Medik, 2003, RSU Haji Makassar.

Rekam Medik, 2003 RSIA Siti Khadijah Makassar.

Saifuddin, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta.

Saifuddin, 2002, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta. Sastroasmoro S dan Ismael S, 2002, Dasar-Dasar

Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-2, Binapura Aksara, Jakarta.

Sangian D, Rattu R.B, 1997, Kehamilan dan Persalinan

pada Wanita Usia Remaja di RSUP Manado, Berkala Obstetri dan Ginekologi 21 (3), Jakarta.

Shane B, 2002, Mencegah Perdarahan Pasca Salin : Edisi

Khusus Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, http://www.path.org/resource/pub_Outlook htm, 5-4-2005.

Sulistyawati S, Dalono J.B, 1999, Hubungan Antara

Beberapa Faktor Resiko Terhadap Insiden Abortus Provokatus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Berkala Obstetri dan Ginekologi, jakarta.

Supadi, Pramono, Nawi, 2000, Statistika Kesehatan,

Bagian Ilmu kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 71: Da Swat i 181976

62

Sweet BR, 1997, Mayes’ Midwiferi 12TH Edition, Bath Press, London.

Tanjung M.T, 2001, Kematian Maternal tahun 1995-1999 di

RSIA Sri Ratu Medan, Berkala Nusantara 34 (4), Medan.

Warburton, 1986, Etiologi Abortus Spontan dalam

Cunningham, Obstetri William Edisi 18, EGC, Jakarta.

Widiamoko S dan Pramono HN, 2001, Permasalahan Infeksi

TORCH pada Kehamilan, Berkala Obstetri dan Ginekologi 36 (1), jakarta.

Widijanti W, Fasibah I.S, Madjid O.A, 1997, Kehamilan

Usia Remaja, Berkala Obstetri dan Ginekologi 21 (1), Jakarta.

Yosep, 1996, Perdarahan Selama Kehamilan, Cermin Dunia

Kedokteran 112, Jakarta.

Page 72: Da Swat i 181976

63

Lampiran FORMULIR PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO,UMUR, PARITAS DAN RIWAYAT ABORTUS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Identitas Responden

1. Tanggal kunjungan/masuk RS :

2. Nomor responden :

3. Nomor register :

4. Nama :

5. Umur : tahun

6. Pendidikan

a. Tidak tamat SD :

b. Tamat SD :

c. Tamat SMP :

d. Tamat SMA :

e. Tamat PT :

7. Alamat :

8. Kehamilan ke(Gravid)

a. I :

b. II :

c. III :

d. IV :

e. ≥ 5 :

9. Jumlah anak (paritas) :

a. 0 :

Page 73: Da Swat i 181976

64

b. I :

c. II :

d. III :

e. IV :

f. ≥ 5 :

10. Riwayat abortus sebelumnya :

a. Ya :

b. Tidak :

11. Umur kehamilan : minggu

12. Diagnosis :

13. Tindakan :

a. Konservatif :

b. Digital :

c. Kuret :

14. Penyakit penyerta :

Peneliti,

(Daswati)