D

download D

of 7

Transcript of D

D. PembahasanTabel 3.1 Perhitungan Mikroba Secara Langsung

KelompokJumlah MikrobaRata- rataJumlah Mikroba/ml

12 & 1645922,5 x 108

9 & 13601230 x 108

10 & 1445922,5 x 108

11 & 15448,822 x 108

1 & 57915,839,5 x 108

2 & 67815,639 x 108

3 & 710621,253 x 108

4 & 86813,634 x 108

17 & 198917,844,5 x 108

18 & 2015430,877 x 108

Sumber : Laporan SementaraMenurut Hamita dan Radji (2006), terdapat empat cara umum yang digunakan untuk memperkirakan besar jumlah populasi mikroorganisme yaitu perhitungan langsung, pengukuran langsung, perhitungan tidak langsung dan pengukuran tidak langsung. Dalam praktikum acara 3a perhitungan menggunakan perhitungan langsung. Perhitungan langsung dimana sel dihitungan langsung menggunakan mikroskop atau menggunakan penghitung partikel elektronik. Untuk memudahkan perhitungan dibawah mikroskop, digunakan haemocytometer, karena di dalam haemocytometer terdapat kotak- kotak yang mempunyai volume standar yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya koloni mikroba yang diamati.Menurut Elrod dan Stansfield dalam Schaums Outline Genetika edisi Keempat (1998), sel budding adalah pertunasan sel, tunas adalah bentuk reproduksi aseksual dari sel. Pertunasan adalah sebuah proses mitosis yang biasanya disertai olehsitokinesis yang tidak sama rata. Siklus seksualnya melibatkan penyatuan keseluruhan sel yang berasal dari tipe-tipe perjodohan yang berbeda, sehingga membentuk sebuah zigot diploid. Sel diploid itu dapat menghasilkan progeni diploid secara aseksual melalui pertunasan ataupun progeni haploid melalui meiosis. Keempat nukleus haploid membentuk askospora yang terbungkus oleh askus. Pecahnya askus melepaskan spora-spora haploid tersebut, yang lalu bergeminasi menjadi sel-sel khamir baru.

Dalam praktikum acara 3a ini, sampel yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae atau yang lebih dikenal dengan yeast atau ragi. Menurut Thimann dalam The Life of Bacteria (1964), yeast digunakan karena yeast dapat membelah diri dalam medium yang aerobik. Pertumbuhan yeast terbilang lebih cepat dibandingkan dengan mikroba lain. Yeast tidak dapat tumbuh dalam media sintetis dan tidak memerlukan vitamin untuk dapat tumbuh.

Alat yang digunakan berupa mikroskop dan haemocytometer. Haemocytometer sebenarnya merupakan alat untuk menghitung jumlah sel darah merah, tetapi dapat digunakan untuk menghitung sel bakteri. Menurut Hadioetomo dalam Mikrobiologi Dasar dalam Praktek (1985) dan Madigan dalam Brock Biology of Microorganisms (2000), alat ini sangat mudah digunakan, praktis, murah, mudah, tidak membutuhkan banyak peralatan dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Tetapi memiliki beberapa kekurangan antaranya adalah tidak dapat membedakan sel yang hidup dan yang mati bila tanpa pewarna, ukuran sel yang terlalu kecil sulit dilihat dibawah mikroskop dan mungkin ada beberapa sel yang tidak terjangkau pandangan, ketepatan dalam perhitungan sulit untuk dibuktikan, bila sel tersebar diperlukan kontras cahaya dari mikroskop yang banyak, dan kurang cocok untuk suspensi yang mempunyai konsentrasi rendah.Tingkat pengenceran sampel dalam praktikum ini sebesar 10-3 yang kemudian diambil 1 ml sampel untuk diamati. Pengamatan ini dilakukan pada 5 kotak sedang yang terdapat pada haemocytometer. Jumlah bakteri per ml diketahuai dari perhitungan dengan membagi jumlah bakteri dengan jumlah kotak yang diamati kemudian dikalikan dengan volume dan faktor pengenceran. Dilihat dalam tabel 3.1 bahwa pengamatan kelompok 1 dan 5 mendapatkan jumlah mikroba sebesar 79, sehingga rata-rata jumlah mikroba dalam satu kotak sedang sebesar 15,8 sehingga jumlah mikroba per ml sebesar 39,5 x 108. Untuk kelompok 2 dan 6 mendapatkan jumlah mikroba sebesar 78, rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 15,6 dan jumlah mikroba per ml sebesar 39 x 108. Dalam pengamatan kelompok 3 dan 7 didapatkan jumlah mikroba sebesar 106, sehingga rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 21,2 dan jumlah mikroba per ml sebesar 53 x 108. Pada kelompok 4 dan 8 mendapatkan jumlah mikroba sebesar 68, sehingga rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 13,6 sehingga jumlah mikroba per ml sebesar 34 x 108.Pada kelompok 12 dan 16 jumlah mikroba yang didapat sebesar 45, sehingga rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 9 dan jumlah mikroba per ml sebesar 22,5 x 108. Kelompok 9 dan 13 mendapatkan jumlah mikroba sebesar 60, sehingga rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 12 dan jumlah mikroba per ml sebesar 30 x 108. Dalam kelompok 10 dan 14 mendapatkan jumlah mikroba sebesar 45, sehingga rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 9 dan jumlah mikroba per ml sebesar 22,5 x 108. Kelompok 11 dan 15 mendapatkan jumlah mikroba sebesar 44, sehingga rata-rata jumlah dalam satu kotak sedang sebesar 8,8 dan jumlah mikroba per ml sebesar 22 x 108. Dalam kelompok 17 dan 19, jumlah mikroba yang didapat sebanyak 89, rata-rata jumlah mikroba dalam satu kotak sedang sebesar 17,8, sehingga jumlah mikroba per ml sebesar 44,5 x 108. Dan kelompok 18 dan 20, jumlah mikroba yang didapat sebanyak 154, rata-rata jumlah mikroba dalam satu kotak sedang sebesar 30,8, jadi jumlah mikroba per ml sebesar 77 x 108.Tabel 3.2 Perhitungan Mikroba Secara Tidak LangsungSampelUlanganTingkat PengenceranJumlah KoloniJumlah Mikroba (cfu/ml)

Sosis110-4100106

10-56464 x 105

10-66060 x 106

210-4237237 x 104

10-5189189 x 105

10-6115115 x 106

310-41616 x 105

10-51212 x 106

10-6Speader-

Air Jeruk110-4115115 x 104

10-5170170 x 105

10-66-

210-4117117 x 104

10-5110110 x 105

10-66969 x 106

310-47676 x 104

10-5163163 x 105

10-6TBUD (>300)-

Saos Cabai110-49494 x 104

10-56363 x 105

10-65656 x 106

210-4TBUD (>300)-

10-5126126 x 105

10-6104104 x 106

Sumber : Laporan SementaraDalam praktikum acara 3b ini, menggunakan metode penghitungan secara tidak langsung. Metode ini ada 2 cara yaitu dengan dua cara yaitu spread plate dan pour plate Menurut Patangga (2012), cara pour plate dilakukan dengan menambahkan secara aseptis sebanyak 1 ml starter inokulum bakteri salah satu anggota kombinasi ditambahkan pada 12 ml medium NA yang bersuhu 50C kemudian dihomogenkan dengan menggoyang-goyangkan gelas erlenmeyer. Selanjutnya medium beserta inokulum bakteri dituangkan ke dalam cawan petri steril dan cawan petri ditutup, kemudian diinkubasi.

Plate Count Agar (PCA) merupakan media yang digunakan untuk penghitungan pour plate ini. Menurut Rully (2008), PCA sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA terbuat dari casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose dan agar, maka terbentuk suspensi 22,5 g/L. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalam PCA mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta yeast extract yang mensuplai vitamin B kompleks.Dari tabel 3.2 Perhitungan mikroba secara tidak langsung, dapat dilihat bahwa dari tiap sampel diberi perlakukan dengan 3 pengulangan dan beda tingkat pengenceran pada tiap pengulangan. Sampel yang digunakan dari bentuk padat, cair dan pasta yaitu sosis, air jeruk dan saus cabai. Tingkat pengenceran yang digunakan yaitu 10-4, 10-5 dan 10-6.

Dari jenis sampel, jumlah bakteri yang ada sangat berbeda, begitu pula pada tingkat pengenceran masing-masing sampel. Sampel padat yaitu sosis didapatkan jumlah mikroba dalam tiga kali pengulangan berturut-turut sebesar 106 cfu/ml, 237 x 104 cfu/ml dan 16 x 104 cfu/ml. Pada sampel air jeruk didapatkan data tiga kali pengulangan berturut-turut 115 x 104 cfu/ml, 117 x 104 cfu/ml dan 76 x 104 cfu/ml. Untuk sampel saus cabai, didapatkan data dua kali pengulangan berturut-turut sebesar 94 x 104 cfu/ml, dan 126 x 105 cfu/ml.

Berdasarkan perhitungan pengulangan kedua (lihat pada lampiran), didapatkan bahwa jumlah bakteri pada sosis sebesar 237 x 104 cfu/ml. Dengan cara yang sama jumlah bakteri pada air jeruk sebesar 117 x 104 cfu/ml. Dan jumlah bakteri per ml pada saus cabai sebesar 126 x 105 cfu/ml. Menurut Elrod dan Stansfield dalam Schaums Outlines Genetika Edisi Keempat (2007) mikroba dapat tumbuh dalam kaldu atau medium cair atau pada medium yang dipadatkan. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sampel padat yaitu sosis mengandung jumlah mikroba yang lebih banyak dibandingkan sampel cair (air jeruk) dan pasta (saus cabai). Sampel cair yaitu air jeruk mengandung jumlah mikroba yang paling sedikit dari ketiga sampel. Dari tabel dapat dilihat bahwa setiap sampel, pengulangan dan faktor pengenceran yag berbeda menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan plate count antara lain: tingkat pengenceran, suhu dan ketelitian melihat koloni. Menurut Purwoko dalam Fisiologi Mikroba (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan mikroba dengan menggunakan Total Plate Count adalah pengenceran yang digunakan untuk melarutkan atau melepas mikroba dari substratnya ke dalam air. Suhu udara sekitar, apabila suhu sekitar terlalu panas dapat memicu kematian sel. Ketelitian dalam perhitungan jumlah sel dari pengenceran yang dilakukan. Ketelitian dalam melihat koloni yang terbentuk, bisa saja satu koloni berasa dari dua sel.E. KesimpulanBerdasarka praktikum Acara III Perhitungan Mikroba dapat disimpulkan bahwa:

a. Perhitungan jumlah mikroba dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan haemocytometer dengan bantuan mikroskop. b. Perhitungan jumlah mikroba dapat dilakukan secara tidak langsung, salah satu caranya dengan metode pour plate.c. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung dengan haemacytomater menggunakan suspensi Saccaromyces cerevisiae.d. Hasil perhitungan jumlah mikroba secara langsung kelompok 12 dan 16 sebesar 22,5 x 108 jumlah sel/ml.e. Perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung dengan pour plate method menggunakan sosis, air jeruk dan saus cabai.

f. Media yang digunakan dalam praktikum perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung adalah Plate Count Agar (PCA).g. Hasil perhitungan mikroba secara tidak langsung pada sampel sosis dengan tiga kali pengulangan sebesar 106 cfu/ml, 237 x 104 cfu/ml, dan 16 x 104 cfu/ml.h. Hasil perhitungan mikroba secara tidak langsung pada sampel air jeruk dengan tiga kali pengulangan secara berturut sebesar 115 x 104 cfu/ml, 117 x 104 cfu/ml, dan 76 x 104 cfu/ml.i. Hasil perhitungan mikroba secara tidak langsung pada sampel saus cabai dengan tiga kali pengulangan sebesar 94 x 104 cfu/ml dan 126 x 104 cfu/ml.

j. Urutan jumlah mikroba pada sampel uji sosis > saus cabai > air jeruk.

k. Faktor yang mempengaruhi perhitungan mikroba secara tidak langsung yaitu tingkat pengenceran, suhu dan ketelitian melihat koloni.