D E P U T I B I D A N G I N V E S T I G A S I Jalan ... 2012(1).pdf · memberikan gambaran secara...
-
Upload
trannguyet -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of D E P U T I B I D A N G I N V E S T I G A S I Jalan ... 2012(1).pdf · memberikan gambaran secara...
Badan Pengawasan Keuangan dan PembangunanD E P U T I B I D A N G I N V E S T I G A S IJalan Pramuka Nomor 33 Jakarta Telp: 021859497902185910031 (hunting); Faksimili: 02185906467
Nomor : LAP-72/D6/2013Tanggal : 29 Januari 2013
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 i
Kata Pengantar
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun
2012 berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP
merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi dalam rangka
mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 diharapkan dapat
memberikan gambaran secara lengkap mengenai pertanggungjawaban atas
pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang Investigasi beserta
seluruh direktorat yang berada dalam struktur di bawahnya dalam rangka
menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Pada tahun 2012 sebagian besar kegiatan dalam rangka mencapai sasaran
program dapat dilaksanakan melebihi target. Namun demikian, masih ada
beberapa kegiatan yang belum memenuhi target kinerja dan dengan penuh
kesadaran hal tersebut akan menjadi perhatian yang sungguh-sungguh bagi
seluruh jajaran di lingkungan Deputi Bidang Investigasi untuk meningkatkan
kinerja dengan lebih baik dan profesional pada tahun-tahun mendatang.
Deputi Kepala BPKPBidang Investigasi
Eddy Mulyadi SoepardiNIP 19541030 198603 1 001
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 ii
Ringkasan Pimpinan
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan adanya perubahan lingkungan yang
sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan serta tuntutan publik yang
semakin tinggi atas kualitas pelayanan BPKP telah merumuskan visi:
Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercayauntuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas.
Berdasarkan visi BPKP tersebut telah dirumuskan 4 (empat) misi. Misi BPKP
yang terkait dengan Deputi Bidang Investigasi adalah misi 1:
Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitaskeuangan negara
yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebasKKN.
Untuk tahun 2012, pencapaian kinerja Deputi Bidang Investigasi berdasarkan
outcome dari program kegiatan rata-rata sebesar 113,22%, yaitu berdasarkan
indikator :
1) Persentase tingkat pemahaman dan kepedulian publik atas permasalahan
korupsi sebesar 95,80% atau 105,33 dari target 75%.
2) IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud
Control Plan sebanyak 12 instansi atau 100% dari target outcome sebanyak
12 instansi.
3) IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan sebanyak 8
instansi atau 133,33% dari target 6 instansi.
4) Persentase terselesaikannya kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan,
Klaim, dan Eskalasi sebesar 100% atau 119,05% dari targetnya sebesar 84%.
5) Target persentase penyerahan kasus pada Instansi Penegak Hukum
terealisasi 93,08% atau 109,51% dari target sebesar 85%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 iii
6) Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh instansi berwenang terealisasi
35,29% atau 117,65% dari target 30%.
7) Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi
standar terealisasi 97,38% atau 114,56% target 85%.
8) Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti
tercapai 9% atau 90% dari target 10%.
9) Persentase masukan yang direspon Presiden tercapai 75% atau 107,14%
dari target 70%.
Pencapaian sasaran outcome tersebut didukung dengan peningkatan kapasitas
SDM, sarana prasarana pelaksanaan tugas, dan tersedianya anggaran
pelaksanaan kegiatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 iv
DAFTAR ISI
HalamanKata Pengantar i
Ringkasan Pimpinan ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Data Umum Organisasi 1B. Sumber Daya Manusia 5C. Sarana dan PrasaranaD. Sistematika Penyajian
67
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 9
A. Rencana Strategis 9B. Penetapan Kinerja Tahun 2012 15
BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 18
A. Pengukuran Kinerja 18B. Akuntabilitas KeuanganC. Lain-Lain
5152
BAB 4 PENUTUP 64
LAMPIRAN
1. Rencana Kegiatan Tahun 20122. Capaian Program Tahun 20123. Kinerja Kegiatan Tahun 2012
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Data Umum Organisasi1. Tugas dan Fungsieputi Bidang Investigasi merupakan salah satu unit organisasi
eselon satu di lingkungan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) sebagaimana tertuang di dalam
Keputusan Presiden Nomor 142 tahun 2004 tentang Unit
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
LPND, dan terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001
tanggal 20 Pebruari 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP, Deputi
Bidang Investigasi mempunyai tugas:
Melaksanakan perumusan kebijakan
di bidang investigasi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis investigasi dan penyusunan rencana
investigasi;
2) Penyusunan pedoman teknis dan pemberian bimbingan teknis investigasi;
3) Koordinasi dan pelaksanaan investigasi terhadap kasus penyimpangan
yang berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran
pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha
milik negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan
pemerintah, dan badan usaha milik daerah;
DDddDD
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 2
4) Pemberian bantuan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran
pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha
milik negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan
pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan pihak yang
berwenang, instansi atau badan usaha yang bersangkutan, instansi
penyidik dan/atau instansi/lembaga yang berwenang lainnya;
5) Pemantauan tindak lanjut hasil investigasi;
6) Evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan investigasi;
7) Analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil investigasi.
2. Visi dan MisiVisi Deputi Bidang Investigasi adalah:
Menjadi investigator yang profesional, berintegritas, dan berperan aktif dalam
pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), dan penanggulangan
hambatan kelancaran pembangunan dalam mewujudkan Good Governance.
Misi Deputi Bidang Investigasi adalah:
1) Membantu terwujudnya aparatur negara yang bersih dan
terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik.
2) Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasan KKN
dan penanggulangan hambatan kelancaran pembangunan.
3. Struktur OrganisasiBerdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001
tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi,
dijabarkan lebih lanjut ke dalam unit-unit organisasi yang meliputi 3 (tiga)
Kepala Direktorat yang masing-masing memiliki beberapa Kepala Sub
Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional Auditor. Untuk urusan Tata
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 3
Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat
Utama.
Struktur Organisasi Deputi Bidang Investigasi sebagai berikut:
Deputi BidangInvestigasi
Eddy Mulyadi Soepardi
Direktur InvestigasiInstansi PemerintahTytut Ratih Kusumo
Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah
Pusat IAgustina Arumsari
Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah
Pusat IINasrul Wathon
Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah
DaerahFadjar Irawan
Kelompok JabatanFungsional
Direktur InvestigasiBUMN dan BUMDGatot Darmasto
Kasubdit InvestigasiBUMN
Juliver Sinaga
Kasubdit InvestigasiBUMD
Syaiful R. Hasibuan
Kelompok JabatanFungsional
Direktur InvestigasiHambatan Kelancaran
PembangunanAgus Sukaton W.
Kasubdit InvestigasiHambatan KelancaranPembangunan Instansi
PemerintahHieronymus Saktyo P
Kasubdit InvestigasiHambatan KelancaranPembangunan BUMN
dan BUMDDani Kusnandar
Kelompok JabatanFungsional
Kasubbag Tata UsahaY. Joko Sapta Handaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 4
Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
Tugas pokok dan fungsi :
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan
koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan
investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi pada
instansi pemerintah pusat dan daerah.
Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha MilikDaerah
Tugas pokok dan fungsi:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan
koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan
investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap
kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara pada
Badan Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah.
Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
Tugas pokok dan fungsi :
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan
koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan
investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 5
hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan
daerah, Badan Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI
Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha pengawasan, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan dan administrasi Jabatan Fungsional di Deputi Bidang
Investigasi.
B. Sumber Daya ManusiaJumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 1 Januari 2012 sebanyak 103
orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2012 sebanyak 108
orang, maka secara total terjadi penambahan jumlah pegawai sebanyak 5
orang. Jumlah pegawai tersebut dapat klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan golongan
GolRuang
Totala b c d e
IV 4 14 4 3 - 25
III 4 12 17 38 - 71
II - - 9 3 - 12
I - - - - - -Total 8 26 30 44 - 108
2. Berdasarkan jabatan
UraianPosisiawal
1-1-2012
Mutasi Posisiakhir
31-12-2012Tambah Kurang
Struktural:- Eselon I- Eselon II
137
---
---
137
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 6
- Eselon III- Eselon IV
- - - -
FungsionalAuditor:- Ahli Madya- Ahli Muda- Ahli Pratama- Penyelia- Pelaksana
Lanjutan- Pelaksana
1627-94
9
-75--
-
----4
2
163459-
7
FungsionalLainnya 27 - 1 26
Jumlah 103 12 7 108
Berdasarkan data di atas terlihat adanya jumlah penambahan yang lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah pengurangan pegawai di Deputi Bidang
Investigasi, hal tersebut terjadi karena adanya mutasi dari dan ke unit kerja lain,
promosi, serta perbantuan ke instansi lain.
C. Sarana dan PrasaranaSarana dan Prasana Deputi Bidang Investigasi per 31 Desember 2012 adalah
sebagai berikut:
No. Nama barang Jumlah
1 Mesin Ketik Manual 1
2 Mesin Foto Copy 1
3 Mesin Foto Copy Lainnya 1
4 Lemari Besi/Metal 11
5 Lemari Kayu 68
6 Filling Cabinet Besi 12
7 Brankas 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 7
8 Electric White Board 4
9 Alat Penghancur Kertas 3
10 Meja Kerja Kayu 174
11 Kursi Besi/Metal 233
12 Sice 42
13 Meja Rapat 7
14 Meja Makan Kayu 5
15 Kaca Hias 4
16 Handy Cam 1
17 Audio Visual 4
18 Receiver VHF/FM 2
19 Faximile 3
20 PC Unit 53
21 Note Book 32
22 Printer 28
23 Scanner 6
24 External 10
25 Pesawat Telephone 8
D. Sistematika PenyajianLaporan Akuntabilitas Kinerja merupakan media untuk mengkomunikasikan
capaian kinerja suatu unit organisasi. Capaian kinerja tahun 2012 diukur
berdasarkan Penetapan Kinerja tahun anggaran (TA) 2012 yang merupakan
komitmen Deputi Bidang Investigasi untuk mencapai kinerja sebaik-baiknya
sebagai upaya memenuhi misi organisasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini menginformasikan pencapaian kinerja Deputi
Bidang Investigasi selama tahun 2012 tersebut dibandingkan dengan Rencana
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 8
Kinerja (Penetapan kinerja) Tahun 2012 sebagai tolok ukur keberhasilan
tahunan organisasi. Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah
kinerja (Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana
kinerja berikutnya.
Sistematika penyajian LAKIP, adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian umum mengenai tugas dan fungsi Deputi Bidang
Investigasi, visi dan misi, struktur organisasi, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, serta sistematika penyajian.
BAB II RENCANA STRATEGIS
Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra) yang
menggambarkan visi, misi, tujuan, serta program dan kegiatan
Deputi Bidang Investigasi. Bab ini juga menguraikan mengenai
Penetapan Kinerja (Tapkin) yang menggambarkan kegiatan-
kegiatan dalam rangka mencapai target program serta pencapaian
indikator keberhasilannya tahun anggaran 2012.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Berisi uraian mengenai pengukuran kinerja, capaian masing-
masing indikator kinerja, dan akuntabilitas keuangan.
BAB IV PENUTUP
Berisi uraian secara singkat mengenai keberhasilan dan
kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan
dengan kinerja kedeputian, serta strategi pemecahan masalah
yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 9
BAB IIPERENCANAAN STRATEGIS
A. Rencana Strategisencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen
yang bersifat taktis strategis yang menjabarkan strategis
pelaksanaan tugas dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh
Deputi Bidang Investigasi.
Rencana Strategis Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 tidak terlepas
dari Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang
disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010–2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Presiden No.5 Tahun 2010 pada tanggal 15 Maret 2010.
Rencana Strategis berisi merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan kegiatan dalam rangka
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Rencana Strategis Tahun 2010-
2014 mengalami perubahan yang signifikan diselaraskan dengan restrukturisasi
program yang dilakukan oleh Bappenas dan adanya mandat baru BPKP seiring
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008.
1. Pernyataan VisiDalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bebas dari KKN, kepada
pemerintah diamanatkan untuk mengimplementasikan dan menegakkan
kebijakan dan program anti korupsi secara bertahap dan sistematis,
mengembangkan lingkungan sosial yang anti korupsi, memperluas dan
mengembangkan partisipasi warga negara, mengembangkan infrastruktur anti
korupsi, meningkatkan pembaharuan administrasi pada bidang-bidang rawan
RR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 10
korupsi dalam rangka membangun good governance dalam pengelolaan
pemerintahan dan pembangunan di Indonesia.
Semangat reformasi tersebut menjadi inspirasi bagi BPKP sebagai pengawas
internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden untuk
mereposisi dan meredefinisi perannya agar dapat mendorong terwujudnya
sistem pengawasan nasional yang efektif. reposisi dan redefinisi peran BPKP
ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional
dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik
dalam sektor pemerintahan maupun sektor publik.
Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut
mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya
kelancaran pembangunan yang berkesinambungan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi
telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa
mendatang. Visi tersebut mengacu pada kebijakan pengawasan nasional dan
visi BPKP yang telah ditetapkan sebelumnya. Visi Deputi Bidang Investigasi
sebagaimana dinyatakan dalam rencana strategis adalah sebagai berikut:
“Menjadi investigator yang profesional, berintegritas dan berperan aktif
dalam pemberantasan KKN dan penanggulangan hambatan kelancaran
pembangunan dalam mewujudkan Good Governance”
Demi terwujudnya visi yang telah disepakati tersebut, Deputi Bidang Investigasi
dan seluruh jajarannya mempunyai komitmen yang kuat bahwa dalam
pelaksanaan tugas audit investigatif mendatang harus berani menampilkan
dirinya sebagai auditor investigatif dengan mengembangkan kapabilitas,
berdisiplin pada pelaksanaan tugas, menghargai waktu, berorientasi pada
pencapaian hasil yang berkualitas, serta memiliki integritas moral dan etika
yang lebih baik.
Dengan integritas yang tinggi, Deputi Bidang Investigasi membantu pemerintah
untuk mengungkap kasus-kasus yang berindikasi KKN dan penanggulangan
hambatan kelancaran pembangunan bekerja sama dengan aparat penegak
hukum untuk kepentingan publik dalam rangka pemberantasan KKN.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 11
Deputi Bidang Investigasi menanggapi tuntutan masyarakat terhadap
pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik
sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat
dari pengaruh globalisasi.
2. Pernyataan MisiVisi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan
oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi.
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi
menetapkan misi sebagai berikut:
Misi Kesatu:
“Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih dan
terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik”
Misi Kedua:
“Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasan KKN
dan penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan”
Penetapan misi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misi kesatu, yaitu: “Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih
dan terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik”,
Misi ini dilatarbelakangi suatu tekad bahwa untuk mengakomodasi aspirasi
masyarakat yang sangat cepat berubah, dipersyaratkan suatu manajemen
pemerintahan yang responsif, antisipatif dan mampu mengarahkan masyarakat
menjalani perubahan dan melakukan perbaikan–perbaikan. Melalui manajemen
pemerintahan yang demikian, diharapkan pemerintah dapat bekerja dengan
lebih efisien, efektif, responsif dan aspiratif terhadap perubahan. Hal ini
menimbulkan inspirasi bagi administrasi pemerintahan yang baik, meliputi
transparansi, partisipatif, dan akuntabel.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 12
Misi kedua, yaitu: “Meningkatkan Kualitas Hasil Investigasi Di Bidang
Pemberantasan KKN dan Penanggulangan Hambatan Kelancaran
Pembangunan”
BPKP sebagai lembaga yang memiliki tugas utama melakukan pengawasan
pembangunan, tidak terlepas dari kegiatan pemeriksaan yang menjadi bagian
dari kegiatan pengawasan. dalam melakukan pemeriksaan, termasuk yang
dilakukan atas permintaan kejaksaan atau kepolisian. BPKP melalui Deputi
Bidang Investigasi harus dapat berperan aktif membantu manajemen
pemerintah di dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, yang salah satu
tugasnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap kasus-kasus penyimpangan
yang merugikan negara dan berindikasi tindak pidana korupsi. Hal ini sejalan
dengan salah satu butir misi sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR
No.IV/MPR/1999 yang menyatakan antara lain, bahwa untuk mewujudkan visi
bangsa indonesia di masa depan perlu diwujudkan “Aparatur negara yang
berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif,
transparan dan bebas dari KKN”.
Dengan peran yang sangat strategis, diharapkan Deputi Bidang Investigasi
akan mampu memenuhi aspirasi atau harapan bangsa dan negara untuk
mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel dan aparatur negara yang
bersih. Dengan adanya instansi pemerintah yang akuntabel akan tumbuh
budaya berakuntabilitas di seluruh jajaran pemerintahan dan juga masyarakat
secara luas, yang merupakan salah satu pilar dari ciri-ciri kepemerintahan yang
baik (good governance), sehingga harapan masyarakat Indonesia untuk
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dapat segera
direalisasikan.
3. TujuanPenjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam
jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi
Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang
Investigasi dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan
fungsi Deputi Bidang Investigasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 13
Dalam rangka mencapai misinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan
tujuan:
Misi Kesatu, yaitu: “ Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih
dan terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik”,
dengan tujuan:
TUJUAN1) Meningkatkan pemahaman mengenai praktek-praktek penyelenggaraan GoodGovernance.
2) Perbaikan penyelenggaraan manajemen pelaksanaan pembangunan.
3) Terakomodasinya beberapa upaya strategi pemberantasan KKN dalamperaturan perundang-undangan.
Misi Kedua, yaitu: “Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang
pemberantasan KKN dan penanggulangan Hambatan Kelancaran
Pembangunan”, dengan tujuan:
TUJUAN
1) Meningkatkan hasil audit investigatif sesuai dengan persyaratan hukum untukdiproses selanjutnya dan tindak lanjut atas rekomendasi evaluasi HambatanKelancaran Pembangunan (HKP).
2) Meningkatkan kapasitas Sarana dan Prasarana penunjang kegiatanpenanganan kasus KKN dan Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP).
4. Program dan KegiatanDengan mempertimbangkan restrukturisasi program yang dirancang oleh
Bappenas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan Program Pengawasan
Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan outcome meningkatnya
kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 14
penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi dan kegiatan teknis sebagai
berikut:
1) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada
Kementrian/Lembaga.
2) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD.
3) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan.
Program dan kegiatan tersebut dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan
program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan
kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Indikator
Kinerja Utama Deputi Bidang Investigasi mempunyai tujuan:
Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan
pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara.
dengan indikator hasil (outcome) sebagai berikut:
1) Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi.
2) IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud
Control Plan (FCP).
3) IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan.
4) Persentase terselesaikannya kasus Hambatan Kelancaran
Pembangunan (HKP), klaim, dan Penyesuaian Harga.
5) Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum.
6) Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang.
7) Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigatif yang
memenuhi standar.
8) Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti.
9) Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 15
B. Penetapan Kinerja Tahun 2012okumen Penetapan Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan
pada sumber daya yang dimiliki. Dokumen ini berisi sasaran
strategis, indikator kinerja utama, target kinerja, dan anggaran.
Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 dijabarkan setiap tahun ke
dalam Rencana Kinerja yang berisi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
target program yang telah ditetapkan. Rencana Kinerja dikaitkan dengan
Kebijakan Pengawasan akan dijabarkan ke dalam usulan PKP2T (Program
Kerja Pembinaan dan Pengawasan Tahunan) dan PKAU (Program Kerja
Administrasi Umum). Usulan-usulan tersebut kemudian dievaluasi dari aspek
anggarannya. Usulan-usulan PKP2T dan PKAU yang mendapat alokasi
anggaran kemudian digabungkan menjadi suatu Rencana Kerja Tahunan
(RKT). Target dari indikator kinerja program masing-masing program
ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik masing-masing indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan
dalam bentuk kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai
untuk menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program. Program
yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil kegiatan
dituangkan dalam satu dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin).
Dalam dokumen Penetapan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2012
tersebut, telah ditetapkan program dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Rincian Program berikut indikator kinerja, satuan dan targetnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
DD
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 16
Tabel 2.1. Indikator Outcome
NO PROGRAM UTAMAINDIKATOR OUTCOME
Uraian Target Satuan
1. Program PengawasanIntern AkuntabilitasKeuangan Negara danPembinaanPenyelenggaraan SistemPengendalian InternPemerintah.
Sasaran Outcome:Meningkatnya kualitaspengawasan internakuntabilitas keuanganNegara dan pembinaanpenyelenggaraan SPIPterkait kegiatan investigasi.
Persentase pemahamandan kepedulian atasPermasalahan Korupsi
75 %
JumlahIPP/IPD/BUMN/BUMDberisiko fraud yangmengimplementasikanFraud Control Plan (FCP)
12 Instansi
JumlahIPP/IPD/BUMN/BUMDyangmembuat/mengkoreksikebijakan
6 Instansi
Persentaseterselesaikannya KasusHambatan KelancaranPembangunan (HKP),Penyesuaian Harga danKlaim
84 %
Persentase Penyerahankasus kepada InstansiPenegak Hukum
85 %
Hasil Audit Investigatif yangditindaklanjuti oleh InstansiBerwenang
30 %
Persentase telaahanterhadap LaporanPenugasan Investigasiyang memenuhi standar
85 %
Reviu terhadap laporan danpengaduan masyarakatditindaklanjuti 10 %
Persentase masukan yangdirespon Presiden 70 %
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 17
Tabel 2.2. Indikator Kinerja Output Kegiatan
NO OUTCOME Indikator Output Satuan Target
1Persentase pemahaman dankepedulian atas PermasalahanKorupsi
Laporan Hasil SosialisasiProgram Anti Korupsi Laporan 264
2
IPP/IPD/BUMN/BUMD berisikofraud yangmengimplementasikan FraudControl Plan (FCP)
Laporan HasilBimtek/Asistensi/Implementasi FCP
Laporan 103
3IPP/IPD/BUMN/BUMD yangmembuat/mengoreksikebijakan
Laporan Hasil KajianPengawasan Laporan 29
4Persentase terselesaikannyakasus HKP, Klaim danPenyesuaian Harga
Laporan Hasil audit.Investigatif atas HKP,Penyesuaian Harga danKlaim
Laporan 147
5 Persentase Penyerahan kasuspada Instansi Penegak Hukum
Laporan Hasil AuditInvestigatif, PKKN, PKA ataspermintaan instansi penyidik
Laporan 1.618
6Hasil Audit Investigatif yangditindaklanjuti oleh InstansiBerwenang
Laporan Hasil AuditInvestigatif atas permintaaninstansi lainnya
Laporan 9
7
Persentase TelaahanTerhadap Laporan PenugasanInvestigasi yang memenuhistandar
Laporan hasil Peer Reviuatas Laporan PenugasanInvestigasi
Laporan 906
8Reviu terhadap laporan danpengaduan masyarakatditindaklanjuti
Laporan Hasil Reviu laporandan pengaduan masyarakat Laporan 138
9 Persentase masukan yangdirespon Presiden
Laporan Hasil Pengawasanatas Permintaan Presiden Laporan 4
Total 3.218
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 18
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun anggaran 2012 yang
ditujukan untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah
ditetapkan. Dalam uraian berikut disajikan pula akuntabilitas Deputi
Bidang Investigasi dari aspek keuangan, Sumber Daya Manusia dan sarana
prasarana sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
Melalui penetapan indikator kinerja dan evaluasi kinerja diharapkan dapat
diidentifikasi hambatan-hambatan, kendala-kendala dan keterbatasan-
keterbatasan yang dijumpai untuk selanjutnya diupayakan tindakan
pemecahannya dalam rangka peningkatan kinerja pada periode mendatang.A. Pengukuran KinerjaUntuk menilai tingkat pencapaian sasaran ditetapkan indikator kinerja sebagai
dasar penilaian capaian sasaran. Indikator tersebut ditetapkan berdasarkan
input dan output dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian
sasaran tersebut. Input dari setiap kegiatan meliputi satuan Sumber Daya
Manusia dan Dana yang digunakan, sedangkan output diukur dengan satuan
jumlah kegiatan, laporan dan obyek yang dihasilkan. Outcome diukur
berdasarkan manfaat hasil output dari satu atau beberapa kegiatan dikaitkan
dengan sasaran yang hendak dicapai.
Sesuai dengan Rencana Kerja tahun 2012, Deputi Bidang Investigasi
merencanakan pencapaian 1 (satu) program utama melalui 9 indikator
outcome. Secara keseluruhan, rata-rata capaian kinerja Deputi Bidang
Investigasi dari 9 (sembilan) indikator outcome mencapai 113,22%
sebagaimana diikhtisarkan dalam tabel 3.1. Rincian capaian kinerja per
indikator adalah sebagai berikut:
AA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 19
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Outcome
NO URAIAN HASIL SATUAN TARGET
REALISASIOUTCOME
CAPAIANTahun2012(%)
TAHUN2011
TAHUN2012
1. Persentase pemahamandan kepedulian ataspermasalahan korupsi
% 75 77,98 95,80 105,33
2. IPP/IPD/BUMN/BUMDberisiko fraud yangmengimplementasikanFCP
Instansi 12 13 12 100,00
3. IPP/IPD/BUMN/BUMDyangmembuat/mengoreksikebijakan
Instansi 6 10 8 133,33
4. Persentaseterselesaikannya kasusHKP, klaim danekskalasi
% 84 94,90 100,00 119,05
5. Persentase penyerahankasus kepada instansipenegak hukum
% 85 93,64 93,08 109,51
6. Hasil Audit Investigatifyang ditindaklanjuti olehInstansi Berwenang
% 30 23,30 35,29 117,65
7. Persentase telaahanterhadap laporanpenugasan investigasiyang memenuhi standar
% 85 96,04 97,38 114,56
8. Reviu terhadap laporandan pengaduanmasyarakatditindaklanjuti
% 10 12,16 9,00 90,00
9. Persentase masukanyang dimanfaatkanPresiden
% 70 100,00 75,00 107,14
Rata-rata CapaianKinerja 113,22
Realisasi outcome Tahun 2012 sebesar 113,22% atau turun 3,52% dari
realisasi Tahun 2011 sebesar 116,74%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 20
Indikator kinerja outcome tersebut di atas dicapai melalui kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP,
dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Capaian Kinerja Output
NO INDIKATOR KINERJAOUTPUT
OUTPUT
SATUAN TARGET REALISASI2011
REALISASI2012
CAPAIAN(%)
1. Laporan Hasil SosialisasiProgram Anti Korupsi Laporan 264 287 509 192,80
2.Laporan HasilBimtek/Asistensi/Evaluasiatas Implementasi FCP
Laporan 103 83 120 116,50
3. Laporan Hasil KajianPengawasan Laporan 29 28 65 224,14
4.
Laporan Hasil AuditInvestigatif Hambatankelancaranpembangunan,Penyesuaian Harga, danKlaim
Laporan 147 221 198 134,69
5.
Laporan hasil AuditInvestigatif, PenghitunganKerugian KeuanganNegara, dan PemberianKeterangan Ahli
Laporan 1.618 1.719 2.089 129,11
6.Hasil Audit Investigatifatas permintaan InstansiLain
Laporan 9 41 17 188,89
7.Laporan Hasil Peer Reviuatas Laporan PenugasanInvestigasi
Laporan 906 38 1.680 185,43
8. Laporan Hasil Reviu atasPengaduan Masyarakat Laporan 138 15 104 75,36
9.Laporan HasilPengawasan atasPermintaan Presiden
Laporan 4 2 3 75,00
Jumlah 3.218 2.434 4.774 147,03
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 21
Uraian capaian masing-masing indikator kinerja outcome sebagai berikut:
1. Persentase Pemahaman dan Kepedulian atas PermasalahanKorupsi
Dalam rangka pencapaian tujuan meningkatkan pemahaman mengenai
praktek-praktek penyelenggaraan good governance, Deputi Bidang Investigasi
pada tahun 2012 telah menetapkan suatu sasaran berupa peningkatan
pemahaman publik terhadap permasalahan korupsi, dengan target sebesar
75%. Berdasarkan penetapan sasaran tersebut, diharapkan akan meningkatkan
kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Capaian
indikator kinerja outcome ini dalam tahun 2012 sebesar 95,80% dicapai melalui
kegiatan berikut:
1) Melaksanakan Sosialisasi Program Anti Korupsi
Sosialisasi program anti korupsi ditujukan kepada masyarakat yang bersifat
majemuk. Untuk efektifitas pelaksanaan program, terlebih dahulu ditentukan
fokus grup-fokus grup dalam masyarakat sebagai target sosialisasi program
anti korupsi, termasuk didalamnya menentukan materi sosialisasi yang sesuai
dengan fokus grup tersebut.
Kriteria pemilihan fokus group sebagai berikut:
(1) Sebagai individu langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara;
(2) Jumlah anggotanya relatif besar dan tersebar di Indonesia;
(3) Relatif terorganisir;
(4) Memiliki peran prospektif;
(5) Memiliki pengaruh di masyarakat;
Setelah kegiatan pemilihan fokus grup sebagai target sosialisasi dan
penyusunan bahan sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi secara
langsung maupun tidak langsung.
Pada tahun 2012, Sosialisasi Program Anti Korupsi (Sos-PAK) dilaksanakan
oleh 25 Perwakilan BPKP, dengan jumlah peserta sebanyak 6.401 orang atau
213 % dari jumlah target peserta sebanyak 3.000 orang, dengan target jumlah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 22
peserta untuk setiap Perwakilan adalah sebanyak 120, orang. Sebanyak 17
Perwakilan BPKP berhasil melampaui target peserta dan 8 perwakilan belum
mencapai target peserta. Terdapat 5 (lima) fokus group yang menjadi target
sasaran, yaitu: Kepala Madrasah/Kepala Sekolah, Mahasiswa, Pelajar, SKPD
dan PPK (Pegawai Negeri Sipil) serta Tokoh Masyarakat.
Selain target dan fokus group yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Investigasi,
beberapa Perwakilan BPKP melaksanakan Sos-PAK dengan tambahan fokus
group lainnya, yaitu Anggota Kepolisian, Pelaksana Program Pemberdayaan
Fakir, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan. Oleh karena itu, tiga fokus group tambahan tersebut tidak
diikutsertakan dalam penghitungan skor pemahaman dan kepedulian.
Secara umum, pemahaman dan kepedulian responden terhadap
pemberantasan korupsi pada seluruh provinsi sudah cukup baik. Hal ini
ditunjukkan oleh rata-rata skor pemahaman sebesar 4,64 dan rata-rata skor
kepedulian adalah sebesar 4,84 dari skala 6, yang secara rinci disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Rata-Rata Skor Pemahaman dan Kepedulianterhadap Pemberantasan Korupsi berdasarkan Wilayah
No Perwakilan BPKP Pemahaman Kepedulian Pemahaman Kepedulian
1 Kalimantan Selatan 5.10 5.25 Tinggi Tinggi
2 DKI Jakarta 5.04 5.22 Tinggi Tinggi
3 Jawa Tengah 5.03 5.04 Tinggi Tinggi
4 Jambi 5.01 5.19 Tinggi Tinggi
5 Jawa Timur 4.99 5.07 Rendah Tinggi
6 Daerah IstimewaYogyakarta
4.96 4.96 Rendah Rendah
7 Sulawesi Tenggara 4.90 4.91 Rendah Rendah
8 Lampung 4.89 5.17 Rendah Tinggi
9 Kalimantan Barat 4.88 5.10 Rendah Tinggi
10 Bengkulu 4.83 4.86 Rendah Rendah
11 Sulawesi Tengah 4.81 4.99 Rendah Rendah
12 Nangroeh AcehDarussalam
4.79 5.07 Rendah Tinggi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 23
13 Banten 4.79 5.00 Rendah Tinggi
14 Bali 4.78 4.82 Rendah Rendah
15 Kalimantan Timur 4.78 4.88 Rendah Rendah
16 Sumatera Barat 4.74 5.03 Rendah Tinggi
17 Sumatera Utara 4.74 5.08 Rendah Tinggi
18 Sulawesi Utara 4.73 5.05 Rendah Tinggi
19 Jawa Barat 4.70 4.80 Rendah Rendah
20 NTT 4.57 4.80 Rendah Rendah
21 Sulawesi Selatan 4.53 4.75 Rendah Rendah
22 Sumatera Selatan 4.51 4.83 Rendah Rendah
23 Maluku 4.48 4.69 Rendah Rendah
24 Riau 4.42 4.75 Rendah Rendah
25 Papua 4.29 4.64 Rendah Rendah
Rata –rata 4.64 4.84
Skor variabel pemahaman berada pada kisaran 4,29 hingga 5,10 dengan skor
rata-rata keseluruhan adalah 4,64 (cukup baik); skor tersebut menunjukkan
bahwa pemahaman masing-masing wilayah setelah diadakan sosialisasi adalah
tergolong cukup baik sampai baik, sedangkan pada variabel kepedulian berada
pada kisaran 4,64 hingga 5,25, dengan skor rata-rata keseluruhan adalah 4,84
(cukup baik). Hal ini menunjukkan bahwa, secara umum, diperoleh gambaran
bahwa tingkat pemahaman pada masing-masing wilayah masih lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat kepedulian.
Data tersebut menunjukkan bahwa, secara umum, upaya sosialisasi yang
dilakukan di 25 provinsi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan anti
korupsi dan sekaligus meningkatkan kepedulian masyarakat akan anti korupsi
masih perlu dilanjutkan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 24
Sos-PAK di Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat
Sos-PAK di Ambon fokus grup Mahasiswa
Sos-PAK di Perwakilan BPKP DIY
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 25
2) Penyamaan Persepsi
Salah satu tahapan dalam audit investigatif adalah kegiatan penyamaan
persepsi atas kasus yang ditangani. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu audit investigatif melalui pemberian masukan atas kasus
yang sedang dihadapi. Hasil dari kegiatan penyamaan persepsi ini berupa
persetujuan untuk dilimpahkan kasus ke Aparat Penegak Hukum (APH) atau
perlu adanya tambahan prosedur audit untuk memperkuat indikasi TPK. Dalam
pelaksanaan kegiatan ini, Deputi Bidang Investigasi juga melibatkan Biro
Hukum dan Humas BPKP sebagai narasumber di bidang hukum.
Kegiatan ini dalam tahun 2012 telah dilakukan sebanyak 124 kali atau 113,76%
dari target yang telah ditetapkan sebanyak 109 kali.
Kegiatan penyamaan persepsi yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP
dilaporkan dalam Laporan Koordinasi Hasil Pengawasan yang dibuat setiap
triwulan. Realisasi laporan koordinasi hasil pengawasan sebanyak 100 laporan
atau 100% dari rencana sebanyak 100 laporan.
3) Pembinaan/Quality Assurance
Pelaksanaan pembinaan/Quality Assurance, dilaksanakan oleh Deputi Bidang
Investigasi selaku rendal atas pelaksanaan kegiatan pengawasan di Perwakilan
BPKP. Selama tahun 2012, telah dilaksanakan pembinaan/Quality Assurance
sebanyak 86 penugasan atau 409,52% dari target yang telah ditetapkan
sebanyak 21 kali.
4) Forum Investigasi
Forum Investigasi merupakan sarana bagi Deputi Bidang Investigasi dan Unit
Kerja Bidang Investigasi pada Kantor Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia
untuk melakukan komunikasi, koordinasi, penyamaan persepsi dan
pengembangan kompetensi auditor. Forum Investigasi juga menjadi sarana
kebersamaan dan wadah berbagi pengalaman dan pengetahuan yang dapat
meningkatkan sikap kritis dan tanggap dalam pelaksanaan tugas-tugas
keinvestigasian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 26
Tujuan diselenggarakan rapat kerja adalah:
a. Meningkatkan kepercayaan publik (auditan, akademisi, LSM, dan Aparat
Penegak Hukum/APH) terhadap BPKP.
b. Meningkatkan Kinerja Organisasi.
c. Menurunkan risiko audit melalui peningkatan kompetensi SDM Bidang
Investigasi.
Pada Tahun 2012 kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali yaitu Rapat
Kerja regional Bidang Investigasi Wilayah Barat dan Wilayah Timur. Tema
rapat kerja ini adalah “Peningkatan Kepercayaan Publik, Kinerja Organisasi,
dan Penurunan Risiko Audit melalui Peningkatan Kompetensi SDM Bidang
Investigasi”.
Penyelenggaraan Rapat Kerja Regional Bidang Investigasi Wilayah Barat
dilaksanakan di Semarang pada tanggal 7 s.d 9 Maret 2012, diikuti oleh
Perwakilan BPKP di Sumatera dan Jawa, dengan jumlah peserta sebanyak 33
orang. Materi yang disampaikan antara lain:
a. Pengantar Audit Investigatif disampaikan oleh Deputi Informasi dan Data
KPK.
b. Tinjauan Hukum terhadap Gugatan kepada Instansi Pemerintah
disampaikan oleh Ketua PTUN Semarang.
c. Masalah Hukum dalam Audit Investigatif disampaikan oleh Martinus
Swasono (Tenaga Ahli).
d. Gugatan Hukum kepada BPKP disampaikan oleh Kepala Biro Hukum dan
Humas BPKP.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 27
Rapat Kerja Regional Bidang Investigasi Wilayah Timur dilaksanakan di
Balikpapan pada tanggal 14 s.d 16 Maret 2012, diikuti oleh 44 peserta. Materi
yang disampaikan antara lain:
a. Pengarahan Rencana Aksi Peningkatan Kapabilitas Investigasi BPKP
disampaikan oleh Deputi Bidang Investigasi.
b. Gugatan Hukum kepada BPKP yang disampaikan oleh Kepala Biro
Hukum dan Humas BPKP.
c. Audit Investigatif: Sebuah Pengantar disampaikan oleh Deputi Bidang
Informasi dan Data KPK.
d. Tinjauan Hukum Administrasi Negara terhadap produk BPKP berupa LHAI
dan LHPKKN dalam perspektif PTUN disampaikan oleh Hakim PTUN
Samarinda.
Rencana tindak setelah dilaksanakan rapat kerja adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kompetensi SDM investigasi melalui sertifikasi, workshop,
seminar, lokakarya, dan penyelenggaraan diklat keinvestigasian.
b. Menyempurnakan pedoman keinvestigasian.
c. Menindaklanjuti kesepakatan Criminal Justice System (CJS).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 28
Capaian outcome ini menggunakan 9.086 OH atau 110,98% dari rencana
sebesar 8.187 OH dan realisasi dana sebesar Rp4.924.381.000,00 atau
115,92% dari anggaran sebesar Rp4.247.927.000,00
2. IPP/IPD/BUMN/BUMD Berisiko Fraud yangMengimplementasikan Fraud Control Plan (FCP)
FCP merupakan suatu pengendalian yang dirancang dan diimplementasikan
secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan
kejadian berindikasi korupsi. Tujuan dari sasaran ini adalah perbaikan
penyelenggaraan manajemen organisasi pemerintah melalui pemanfaatan hasil
kajian yang dilakukan oleh BPKP.
Untuk mencapai sasaran ini, diperlukan adanya kegiatan pengkajian atas
sistem pengendalian manajemen pelaksana pembangunan guna
mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan yang membuka peluang,
motif, dan pembenaran terjadinya KKN.
Tahapan FCP meliputi :
a. Sosialisasi FCP, adalah kegiatan penyebaran informasi FCP oleh tim kerja
FCP kepada organisasi atau pihak lain yang berkepentingan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 29
b. Diagnostic Assesment (DA) FCP, dilaksanakan setelah dilakukan
sosialisasi yang bertujuan untuk menentukan eksistensi dan implementasi
FCP yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan organisasi
dalam mencegah dan mendeteksi fraud.
c. Bimbingan teknis FCP, meliputi transfer pengetahuan mengenai FCP dan
membantu penyusunan pedoman praktis FCP.
d. Evaluasi atas Implementasi FCP, bertujuan untuk menilai sejauh mana
organisasi telah mengembangkan dan mengimplementasikan FCP dan
apa hambatannya.
e. Monitoring dan Tindak Lanjut FCP, dilakukan terhadap setiap tahapan
FCP yang telah dilaksanakan oleh organisasi. Tujuannya adalah untuk
mengkaji apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana,
mengidentifikasi masalah yang muncul agar dapat diatasi, mengetahui
kaitan antara kegiatan implementasi FCP dengan tujuan untuk
memperoleh ukuran kemajuan.
Dalam tahun 2012, Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP
merealisasikan kegiatan pengkajian sistem pengendalian manajemen pada
instansi pemerintah yang secara khusus dirancang untuk mencegah KKN.
Kegiatan ini meliputi sosialisasi FCP, diagnostic assesment, bimbingan teknis
FCP serta evaluasi atas implementasi FCP. Realisasi pelaksanaan FCP pada
tahun 2012 sebanyak 120 penugasan berupa sosialisasi FCP sebanyak 68
penugasan, diagnostic assesment sebanyak 25 penugasan, bimbingan teknis
sebanyak 15 penugasan, dan evaluasi atas implementasi sebanyak 12
penugasan.
Instansi yang mengimplementasikan FCP sebanyak 12 instansi yaitu:
a. Pemerintah Kabupaten Batubara – Sumatera Utara
b. Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Kabupaten Batanghari
c. RSUD Kota Cilegon
d. PT Bank NTB
e. PDAM Kabupaten Gunung Kidul.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 30
f. RSUD Tanah Bumbu – Kalimantan Selatan
g. PT Garuda Indonesia
h. PDAM Kabupaten Klaten
i. PDAM Kabupaten Sleman
j. Badan Usaha Proyek kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Tempat
Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan Pemkot
Bandung
k. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul
l. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat
Capaian outcome ini menggunakan 4.042 OH atau 75,74% dari rencana
sebesar 5.337 OH dan realisasi dana sebesar Rp956.228.000,00 atau 71,05%
dari anggaran sebesar Rp1.345.905.000.000,00
3. IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan
Indikator kinerja outcome ini dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
1) Kajian Hasil Pengawasan
Sebagai implementasi dari strategi pemberantasan KKN, khususnya dalam
rangka pencegahan tindak pidana korupsi diperlukan kajian terhadap peraturan
perundangan-undangan yang berlaku untuk mengidentifikasikan potensi
terjadinya KKN. Deputi Bidang Investigasi berupaya memberikan
masukan/usulan penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan
yang diidentifikasikan berpotensi penyebab KKN. Target Deputi Bidang
Investigasi sebanyak 2 penugasan, terealisasi 4 penugasan. Target Perwakilan
BPKP sebanyak 25 penugasan, terealisasi 21 penugasan.
Dari 25 penugasan yang digunakan oleh IPP/IPD/BUMN/BUMD terkait untuk
membuat/mengoreksi kebijakan sesuai dengan saran yang diberikan sebanyak
8 penugasan yaitu:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 31
a. Kajian aspek pencegahan korupsi atas Peraturan Bupati Bengkalis
mengenai Tata Cara Pemberian Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Belanja Bantuan Penerimaan Kabupaten Bengkalis.
b. Kajian Pengawasan atas Permenkeu RI Nomor: 49/PMK.02/2012 tentang
Tatacara Revisi Anggaran TA 2012.
c. Kajian atas Draft Petunjuk Operasional PBJ Dana PNBP BLU RSUP
Sardjito.
d. Kajian atas Peraturan Gubernur Lampung Nomor: 30 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Prov. Lampung.
e. Kajian Peraturan Bupati Tanah Bambu Nomor: 22 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Dana APBD untuk Honorarium Pelayanan Medis
Berdasarkan Kinerja pada RSUD Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
f. Kajian Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 29 Tahun 2008
tanggal 21 Oktober 2008.
g. Kajian atas Peraturan Bupati Batang Nomor: 46 Tahun 2011.
h. Kajian atas Keputusan Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor: 171 Tahun 2012 tanggal 31 Juli
2012.
2) Penyusunan/Penyempurnaan Pedoman
Pada tahun 2012, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penyempurnaan
Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI). PPBI adalah norma yang
menjadi pedoman bagi segenap auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dalam merencanakan, melaksanakan, melaporkan,
mengendalikan dan memantau tindak lanjut penugasan bidang investigasi,
dengan tujuan tercapainya produk bidang investigasi yang berkualitas dan
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders).
PPBI ini ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 1314/K/D6/201216
tanggal Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 32
Perubahan dari PPBI tahun 2009 ke PPBI tahun 2012 sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan organisasi (kualitas proses, hasil kegiatan)
1) Dasar Pemberlakuan PPBI tahun 2009 tidak ada sedangkan PPBI
tahun 2012 berdasarkan Peraturan Kepala BPKP.
2) Penyesuaian Daftar Istilah, beberapa istilah mengalami perubahan
disesuaikan dengan kondisi saat ini.
3) Penyesuaian PPBI tahun 2012 dengan ketentuan dan MoU terkini, yaitu
di up date dengan ketentuan yang relevan. .
b. Format dan kelengkapan PPBI 2009 tidak sesuai dengan aktivitas BPKP
(Assurance dan Consulting) dalam bidang keinvestigasian.
c. Penyesuaian substansi PPBI 2009 dari aspek peningkatan pengendalian,
tahapan kerja, kejelasan pedoman dalam rangka merespon risiko.
1) Ruang lingkup penugasan bidang investigasi, penegasan tentang
mandat audit atas pengembangan hasil audit operasional, pengaduan
masyarakat, permintaan instansi penyidik/penetapan pengadilan,
permintaan obyek penugasan (termasuk organ perseroan dan organ
perum mnrt UU No.19 Tahun 2003)
2) Pelaksanaan Penugasan Bidang Investigasi
a) Penerimaan Penugasan
Ekspose harus dilakukan untuk semua penugasan
keinvestigasian.
b) Pengumpulan dan Evaluasi Bukti
Apabila sampai 2 kali permintaan data tidak dipenuhi, unit kerja
mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penugasan.
c) Pengkomunikasian Hasil Penugasan Kepada Pihak Yang
Berkepentingan
Hasil Audit Investigatif (non penyidik) dibahas dahulu dengan
pimpinan obyek penugasan.
d) Pelaporan
Laporan bentuk surat diterbitkan apabila tidak dijumpai
penyimpangan.
e) Kertas Kerja Penugasan
Setiap unit kerja harus menyimpan seluruh dokumen penugasan,
mulai dari permintaan sampai dengan selesainya penugasan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 33
3) Pedoman Pelaksanaan
a) Pengembangan Hasil Audit
Agar melakukan koordinasi dengan Pimpinan Unit Pengawas
LPNK/Pemda/BUMN/BUMD/ Badan Hukum pemerintah lainnya
untuk memperoleh mandat audit.
b) Laporan/Pengaduan Masyarakat
Laporan pengaduan yang disimpulkan layak untuk ditindaklanjuti
dilakukan koordinasi dengan APH (Kejaksaan ,Kepolisian,KPK)
agar diperoleh mandat penugasan dan kepastian pihak yang
harus menindaklanjuti hasil audit yang berindikasi TPK.
c) Permintaan bantuan tenaga dari Instansi Penyidik/Penetapan
Pengadilan, harus dengan persetujuan Deputi Kepala BPKP
Bidang Investigasi.
Pada Tahun 2012 Deputi Bidang Investigasi juga melakukan penyempurnaan
Petunjuk Teknis Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan, Audit
Penyesuaian Harga dan Audit Klaim. Penugasan tersebut baru diselesaikan
pada Januari 2013 dan telah ditetapkan dalam Peraturan Deputi Kepala BPKP
Bidang Investigasi nomor : PER-01, PER-02, dan PER-03 tahun 2013 tanggal 2
Januari 2013.
Dengan diterbitkannya Petunjuk Teknis tersebut diharapkan dapat menjadi
acuan dalam kegiatan evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, audit
penyesuaian harga dan klaim yang dilaksanakan oleh semua unit di lingkungan
BPKP.
Capaian outcome ini sebesar 133,33% menggunakan 2.727 OH atau 122,73%
dari rencana sebesar 2.222 OH dan realisasi dana sebesar Rp741.322.000,00
atau 155,25% dari anggaran sebesar Rp477.510.000.000,00.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 34
4. Persentase Terselesaikannya Kasus Hambatan Kelancaran
Pembangunan, Klaim, dan Penyesuaian Harga
1) Penanganan Kasus HKP, Penyesuaian Harga, dan Klaim
Dalam rangka penyelesaian penugasan di Bidang Ke HKP an sesuai dengan
penetapan kinerja tahun 2012 telah ditetapkan persentase terselesaikannya
kasus HKP, Penyesuaian Harga dan Klaim sebesar 84 %.
Indikator Output Persentase Terselesaikannya Kasus Hambatan Kelancaran
Pembangunan, Klaim, dan Penyesuaian Harga selama 5 (lima) tahun sebagai
berikut:
No. Jenis Laporan 2010 2012 2012 2013 2014
1 Laporan Hasil Evaluasi HKP 97 97 67 65 68
2 Laporan Hasil AuditPenyesuaian Harga danKlaim
82 87 67 77 87
3 Laporan Hasil Telaahan yangditindaklanjuti
179 184 134 142 155
Realisasi kegiatan-kegiatan terkait dengan sasaran penyelesaian penugasan di
bidang keHKPan pada Direktorat Investigasi HKP tahun 2012 yang telah
diterbitkan LHE dan diselesaikan/dikirim SPM adalah sebagai berikut :
No UraianLaporanTerima
LaporanDitindaklanjuti
1 Laporan Evaluasi HKP 90 90
2 Laporan Audit Penyesuaian
Harga
73 73
3 Laporan Audit Klaim 35 35
Jumlah 198 198
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 35
Realisasi penugasan Tahun 2012 sebanyak 198 laporan atau 147,76% dari
rencana 5 tahunan sebesar 134 laporan.
Penugasan Evaluasi HKP Tahun 2012 antara lain:
a. Penyelesaian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Penyelesaian
Proyek Penggantian Pipanisasi CB-1 Tasikmalaya-Ujungberung
b. Penyelesaian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Penanganan
Utilitas Milik PT PLN (Persero) pada Pembangunan Jalan Tol Akses
Tanjung Priok Paket 2 Seksi E2 Cilincing-Jampea (JBIC ODA Loan No. IP-
529).
c. Penyelesaian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Pembangunan
Jembatan Banjir Kanal Barat milik SNVT Jalan Metropolis yang
bersinggungan dengan Struktur Bangunan Konstruksi Paket Pekerjaan A-1
(1) West Floodway/Garang River Improvement milik Balai Besar Sungai
Pemali Juana.
d. Penyelesaian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Pembangunan
Jalan Kereta Api Jalur Ganda Tegal, Pekalongan, Semarang Kementerian
Perhubungan bersinggungan dengan Struktur Bangunan Konstruksi Paket
Pekerjaan A-1 (1) West Flood Way/Gorong River Improvement milik Balai
Besar Sunga Pemalijuana.
Penugasan Audit Penyesuaian Harga Tahun 2012 antara lain:
a. Audit Penyesuaian Harga Satuan dan Nilai Kotrak atas Pekerjaan
Pembangunan Pelabuhan Laut Teluk Segintung, penghematan keuangan
negara sebesar Rp25.077.293.281,39.
b. Audit Penyesuaian Harga Pekerjaan Pembangunan Waduk Jatigede pada
SNVT Pembangunan Waduk Jatigede Periode Januari 2012 s.d Desember
2012, penghematan keuangan negara sebesar Rp21.459.084.772,42 dan
USD594.889,52.
c. Audit Penyesuaian Harga atas Proyek PLTP Ulubelu (2 x 55 MW) JICA
Loan Nomor IP-525 pada PT PLN (Persero), penghematan keuangan
negara sebesar Rp6.084.076.235,00.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 36
Penugasan Audit Klaim Tahun 2012 antara lain:
a. Audit Klaim atas Pelaksanaan Kontrak Jasa Pemborongan Pekerjaan
Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Merapi dengan penghematan keuangan
negara sebesar Rp3.105.760.000,00.
b. Audit Klaim atas Pekerjaan Jaringan Tersier dan Pencetakan Sawah
Daerah Irigasi Batang Tonggar Kabupaten Pasaman Barat Loan JBIC IP-
505 TA 2006 s.d 2008, penghematan keuangan negara sebesar
Rp19.265.035.783,13.
c. Audit Klaim Piutang PT Jakarta Komunikasi kepada PT Solusindo Kreasi
Pratama berdasarkan Perjanjian Kerjasama Penataan, Pembangunan, dan
Pengoperasian Menara Telekomunikasi Bersama, penghematan keuangan
negara sebesar Rp6.181.034.087,00.
2) Pemantauan Tindak Lanjut
Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP), Audit
Penyesuaian Harga, dan Audit Klaim Tahun 2012 sebanyak 198 laporan
dengan nilai koreksi sebesar Rp215.266.302.330,62 dan USD598.093,14
dengan rincian sebagai berikut:
No Uraian JmlLap
MataUang Usulan Panitia Hasil Audit Koreksi
1 EvaluasiHKP
90 - - -
2 AuditPenyesuaianHarga
73 Rp 482.567.155.927,79 359.399.536.771,59 123.167.619.156,21
USD 4.614.303,78 4.016.264,64 598.039,143 Audit Klaim 35 Rp 557.119.416.311,46 465.020.733.137,05 92.098.683.174,41
Jumlah 198 Rp 1.039.686.572.239,25 824.420.269.908,63 215.266.302.330,62USD 4.614.303,78 4.016.264,64 598.039,14
Capaian outcome sebesar 119,05% menggunakan 11.792 OH atau 114,60%
dari rencana sebesar 10.290 OH dan realisasi dana sebesar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 37
Rp2.211.771.000,00 atau 84,15% dari anggaran sebesar
Rp2.628.480.000.000,00
5. Persentase Penyerahan Kasus kepada Instansi Penegak
Hukum
Indikator kinerja persentase penyerahan jumlah kasus yang dilimpahkan
kepada Instansi Penegak Hukum sebesar 85%. Capaian kinerja outcome pada
tahun 2012 adalah sebesar 109,51%. Capaian tersebut menyerap dana
sebesar Rp15.025.513.850,00 atau 89,51% dari anggaran sebesar
Rp16.786.313.000,00 dan menggunakan OH sebanyak 58.197 OH atau
82,96% dari 70.160 OH.
Jumlah penyerahan kasus ke Instansi Penegak Hukum sesuai dengan Renstra
BPKP tahun 2010 s.d 2014 dengan rencana sebagai berikut:
No. Jenis Laporan 2010 2012 2012 2013 2014
1 Laporan Hasil Audit Investigatif 198 210 217 225 230
2 Laporan Hasil PenghitunganKerugian Keuangan Negara
430 550 610 660 665
3 Laporan Pemberian KeteranganAhli
630 805 840 890 900
4 Laporan Hasil Telaahan yangditeruskan ke Instansi PenegakHukum untuk ditindaklanjuti
628 760 827 885 895
Jumlah 1.886 2.325 2.494 2.660 2.690
Dalam tahun 2012, jumlah Laporan Hasil Pengawasan yang diterima sebanyak
2.064 laporan, yang diserahkan ke Aparat Penegak Hukum (APH) untuk
ditindaklanjuti sebanyak 1.633 laporan atau 97,96% dari target yang ditetapkan
sebanyak 1.667 laporan, yang terdiri atas:
Formatted: Font: (Default) Arial, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Arial, Indonesian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 38
No Jenis LaporanJumlahLaporanDiterima
2012
Diserahkanke AparatPenegakHukum(APH)2012
Realisasi2012(%)
1 Laporan Hasil Audit Investigatif 170 136 80,00
2 Laporan Hasil PenghitunganKerugian Keuangan Negara
499 489 98,00
3 Laporan Pemberian KeteranganAhli
1.395 1.008 72,26
Jumlah 2.064 1.633 78,70
Mengacu pada indikator outcome program bahwa target indikator outcome
tahun 2012 adalah persentase penyerahan jumlah kasus yang diserahkan ke
Instansi Penegak Hukum sebesar 85%, maka realisasi penyerahan kasus tahun
2012 adalah sebesar 109,51%
Capaian kinerja outcome tersebut dicapai melalui kegiatan:
1) Audit Investigatif atas Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi
Audit investigatif adalah serangkaian proses pengumpulan dan pengujian bukti-
bukti terkait dengan kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan
keuangan negara dan/atau perekonomian negara, untuk memperoleh simpulan
yang mendukung tindakan litigasi dan/atau tindakan korektif manajemen.
Prinsip utama dalam audit investigatif adalah tindakan mencari kebenaran,
dengan memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Tindak lanjut hasil audit investigatif
dikategorikan menjadi 2 (dua) yakni tindakan korektif oleh manajemen dalam
kasus non-tindak pidana korupsi dan untuk kasus tindak pidana korupsi, tindak
lanjutnya adalah sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan audit investigatif sebagian besar untuk memenuhi permintaan
Aparat Penegak Hukum (APH) Kejaksaan RI (Kejaksaan Agung RI, Kejaksaan
Tinggi di provinsi dan Kejaksaan Negeri di Kabupaten dan Kota), Kepolisian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 39
Negara RI (Mabes Polri, Kepolisian Daerah di Provinsi, Kepolisian Wilayah dan
Sektor di Kabupaten dan Kota), dan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Pelaksanaannnya dilakukan oleh unit kerja BPKP Deputi Bidang Investigasi di
BPKP Pusat dan seluruh Bidang Investigasi BPKP Perwakilan di 25 Provinsi
seluruh Indonesia dan 8 Perwakilan BPKP Madya.
Dalam pelaksanaan audit investigatif, auditor BPKP dengan menggunakan
teknik audit investigatif melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan relevan,
evaluasi bukti-bukti, wawancara dan prosedur lainnya yang terkait dalam
rangka mengidentifikasi:
(1) Jenis penyimpangan yang terjadi;
(2) Fakta dan proses kejadian;
(3) Penyebab terjadinya penyimpangan;
(4) Dampak penyimpangan;
(5) Pihak-pihak yang terkait.
Sebelum dilakukan audit investigatif kasus berindikasi TPK atas permintaan
Aparat Penegak Hukum (APH), terlebih dahulu diadakan pembahasan bersama
atas kasus yang akan diaudit dan bukti-bukti yang telah dimiliki oleh Aparat
Penegak Hukum (APH). Hasil pembahasan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan apakah permintaan audit tersebut dapat ditindak lanjuti dengan
audit investigatif atau tidak.
Sebelum laporan diterbitkan, hasil audit dibahas dengan Aparat Penegak
Hukum (APH) untuk memperoleh masukan dari penyidik dalam rangka
memperkuat unsur-unsur tindak pidana korupsi khususnya yang terkait dengan
unsur melawan hukum yang dilakukan oleh pihak yang diduga melakukan
tindak pidana korupsi. Bila ternyata memenuhi unsur-unsur tindak pidana
korupsi, dibuat berita acara kesepakatan dengan Aparat Penegak Hukum
(APH) bahwa Aparat Penegak Hukum (APH) akan menindaklanjuti kasus
tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPKP telah melakukan Audit Investigatif pada tahun 2012 atas kasus yang
berindikasi tindak pidana korupsi sebanyak 184 penugasan, dari jumlah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 40
tersebut telah dapat diselesaikan sebanyak 170 laporan atau 77,63% dari
target tahun 2012 sebanyak 219 laporan.
Audit Investigatif yang dilaksanakan antara lain:
(1) Penyimpangan dalam Penyaluran Beras Miskin (Raskin) Tahun 2008 oleh
Tim Raskin Kabupaten Sumenep dengan nilai kerugian keuangan negara
sebesar Rp18.248.891.325,00
(2) Penyimpangan atas Kegiatan Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
pada Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Merauke TA 2012
dengan nilai keugian keuangan negara sebesar Rp18.490.838.625,00
Tidak tercapainya target audit investigatif dalam tahun 2012 karena dalam
tahap penyelidikan dilaksanakan sendiri oleh APH sedangkan dalam
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara BPKP diminta bantuannya untuk
menghitung keuangan negara.
Hasil audit investigatif yang terbukti mengandung unsur-unsur tindak pidana
korupsi diserahkan kepada Aparat Penegak Hukum sebanyak 136 laporan
dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp185.430.874.864,30.
Rincian penyerahan kasus ke Aparat Penegak Hukum (APH) tampak dalam
tabel berikut:
NoNama Aparat
PenegakHukum
Kasus %Jumlah KerugianKeuangan Negara
Rupiah USD(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kejaksaan 53 38,97 92.687.377.607,78 -
2 Kepolisian 82 60,29 92.652.619.983,52 -
3 KPK 1 0,74 90.877.273,00 -
Jumlah 136 100,00 185.430.874.864,30 -
Laporan Hasil Audit Investigatif yang diserahkan ke Aparat Penegak Hukum
diproses lebih lanjut dengan rincian tahapan tindak lanjut sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 41
NoTahapan
Tindak LanjutKasus
Kasus %Jumlah Kerugian Keuangan
NegaraRupiah USD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Penyelidikan 82 60,29 136.488.883.769,77 -
2 DihentikanPenyelidikan 1 0,74 76.870.000,00 -
3 Penyidikan 36 26,47 34.893.243.581,09 -
4 DihentikanPenyidikan - - - -
5 Dilimpahkan kePengadilan 4 2,94 4.690.300.373,42 -
6 Penuntutan 10 7,35 8.196.661.784,02 -7 Dihentikan
Penuntutan - - - -8 Diputus 3 2,21 1.084.915.356,00 -
Jumlah 136 100,00 185.430.874.864,30 -
Selain 136 Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) yang diserahkan ke Aparat
Penegak Hukum (APH) tersebut, terdapat LHAI yang tidak terdapat unsur
tindak pidana korupsi sebanyak 21 laporan.
2) Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam mengungkap terjadinya tindak
pidana korupsi sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3
Undang-undang No. 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi adalah terdapat kerugian negara, yang dapat berupa kerugian
keuangan negara dan atau kerugian perekonomian negara.
Kerugian keuangan negara yang dimaksudkan disini adalah sesuai dengan
Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasaan Tindak
Pidana Korupsi. Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan Keuangan
Negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 42
dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:
(1) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat
lembaga negara, baik ditingkat pemeritah pusat maupun pemerintah daerah
(2) Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertangungjawaban BUMN
dan BUMD, Yayasan, Badan Hukum dan perusahaan yang menyertakan
modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian
dengan negara.
Kemudian senada dengan pengertian keuangan negara menurut UU No.31
tahun 1999 tersebut, dalam UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan keuangan negara adalah semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
dan kegiatan dalam bidang fiskal,moneter dan pengelolaan perusahaan negara
atau badan lain dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Selanjutnya dijelaskan dalam pasal 2 UU No.17 Tahun 2003 tersebut bahwa
keuangan negara meliputi:
a. Hak negara yang dapat dinilai dengan uang yang meliputi hak memungut
pajak, hak mencetak dan mengedarkan uang, hak melakukan pinjaman.
b. Kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang meliputi kewajiban
menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga.
c. Penerimaan dan pengeluaran negara yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan kekayaan negara.
d. Kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan
perusahaan negara dalam rangka pemyelenggaraan pemerintahan negara.
e. Kekayaan negara yang dikelola sendiri atau dikelola oleh pihak lain, yang
berupa uang, kertas berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 43
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyeleggaraan tugas pemerintahan dan atau kepentingan umum.
g. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
h. Hak, kewajiban, kebijakan dan kegiatan lainnya dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan perusahaan.
Dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara auditor
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang relevan, merekonstruksikan
proses dan fakta kejadian serta menghitung jumlah kerugian keuangan negara
berkaitan dengan akibat dari perbuatan dugaan tindak pidana korupsi yang
telah terjadi. Bukti-bukti yang relevan dengan kasus tersebut disiapkan oleh
Aparat Penegak Hukum (APH).
Selama tahun 2012, BPKP telah melakukan Audit dalam rangka Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara 538 penugasan, dari jumlah tersebut telah dapat
diselesaikan sebanyak 499 laporan atau 105,50% dari target tahun 2012
sebanyak 473 laporan.
Jumlah Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang
diserahkan ke Aparat Penegak Hukum (APH) sebanyak 489 laporan dengan
nilai total kerugian keuangan negara sebesar Rp2.622.027.243.703,36 dan
USD9.990.210,93 dengan rincian sebagai berikut :
NoNama Aparat
PenegakHukum (APH)
JumlahLaporan
Jumlah Kerugian Keuangan Negara
(Rp) (USD)
1 Kejaksaan RI 230 2.122.398.318.892,85 9.990.210,93
2 Kepolisian RI 252 263.119.814.897,51 -
3 KPK 7 236.509.109.913,00 -
Jumlah 489 2.622.027.243.703,36 9.990.210,93
Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara diserahkan ke
instansi penegak hukum untuk diproses lebih lanjut dengan rincian tahapan
tindak lanjut sebagai berikut:
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 44
NoTahapan
tindak lanjutkasus
Kasus %Nilai Kerugian Keuangan Negara
Rupiah USD(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Penyidikan 376 76,89 2.275.330.694.355,91 -
2 DihentikanPenyidikan 3 0,61 13.337.303.339,00 -
3 Dilimpahkan kePengadilan 24 4,91 26.725.999.778,17 -
4 Penuntutan 60 12,27 159.144.104.535,52 9.990.210,93
5 DihentikanPenuntutan 1 0,21 252.999.100,00 -
6 Diputus 25 5,11 147.236.142.594,76 -
Jumlah 489 100,00 2.622.027.243.703,36 9.990.210,93
Penugasan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang dilaksanakan
pada Tahun 2012 antara lain:
a. Kasus Pengadaan dan Pemasangan Solar Home System (SHS) pada
Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tahun 2007 – 2008 sebesar
Rp144.821.161.382,00.
b. Kasus Pemberian Kredit yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang dan
Pejabat BRI Veteran Palembang sebesar RP123.816.000.000,00.
c. Kasus Pemberian Kredit oleh PT Bank BNI Sentra Kredit Menengah
(SKM) Jalan Pemuda Medan sebesar Rp117.500.000.000,00.
d. Kasus Proyek Bioremediasi pada PT Chevron Pacific Indonesia (PT
CPI) Tahun 2006 s.d 2012 sebesar USD9,990,210.93.
e. Kasus penggunaan dana APBD Kota Bandung pada Pos Anggaran
Dana Bantuan Sosial TA 2009 s.d 2010 sebesar Rp66.558.880.000,00.
3) Pemberian Keterangan Ahli
Selain bantuan perhitungan kerugian negara, Deputi Bidang Investigasi juga
memberikan bantuan tugas pemberian keterangan ahli baik atas kasus-kasus
yang berasal dari BPKP maupun dari Aparat Penegak Hukum (APH).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 45
Pada tahun 2012 Deputi Bidang Investigasi telah melaksanakan pemberian
keterangan ahli sebanyak 1.354 penugasan atau 157,44% dari target yang
ditetapkan 860 penugasan.
Penugasan Pemberian Keterangan Ahli antara lain dilakukan pada:
a. Kasus dalam penempatan investasi PT Askrindo pada PT RAM, PT HAM,
PT JI dan PT JS tahun 2004 s.d 2009 dengan nilai kerugian keuangan
negara sebesar Rp442.105.523.871,00.
b. Kasus penyimpangan Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu pada Hutan Tanaman di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau yang
diikuti dengan penerbitan Rencana Kerja Periode Januari 2003 s.d Mei
2004 sebesar Rp153.024.496.294,89.
c. Kasus penyimpangan dalam pemberian fasilitas kredit oleh PT BRI
(Persero) KCP Veteran Palembang dengan nilai kerugian keuangan negara
sebesar Rp123.816.000.000,00.
d. Kasus penyimpangan dana APBD Kabupaten Lampung Timur TA 2005 –
2008 sebesar Rp119.448.199.800,00.
e. Kasus pengelolaan dana investasi PT KAI tahun 2008 pada PT Optima
Kharya Capital Management sebesar Rp100.000.000.000,00.
4) Pemantauan Tindak Lanjut
Pelaksanaan kegiatan monitoring perkembangan tindak lanjut atas
LHAI/LHPKKN yang diserahkan kepada Aparat Penegak Hukum (APH)
dilaporkan kepada Kepala BPKP, seiring dengan tuntutan penyampaian laporan
atensi dari BPKP kepada Presiden dan penyediaan informasi untuk mendukung
kehumasan BPKP.
Monitoring perkembangan tindak lanjut atas LHAI yang diserahkan ke Aparat
Penegak Hukum (APH) tahun 2005 sampai dengan 31 Desember 2012
sebanyak 1.252 kasus, dengan perkembangan sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 46
No Tahapan tindaklanjut kasus
JumlahKasus
Nilai Kerugian Keuangan Negara(Rp) (USD)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Penyelidikan 324 856.606.598.224,54 11.659.811,59
2 DihentikanPenyelidikan 31 30.532.309.574,28 105.990,44
3 Penyidikan 199 390.267.998.345,70 -
4 DihentikanPenyidikan 56 78.826.967.371,14 3.526,14
5 Dilimpahkan kePengadilan 47 102.053.566.631,95 -
6 Penuntutan 120 161.456.931.901,85 9.400.000,00
7 DihentikanPenuntutan 5 3.831.631.652,72 -
8 Diputus 395 1.025.385.966.928,32 90.431,91
9 Dikoordinasikan 75 402.099.005.410,74 6.844.591,31
Jumlah 1.252 3.051.060.976.041,24 28.104.351,39
Monitoring perkembangan tindak lanjut atas LHPKKN yang diserahkan ke
Aparat Penegak Hukum (APH) tahun 2005 sampai dengan 31 Desember 2012
sebanyak 3.117 kasus, dengan perkembangan sebagai berikut:
NoTahapanTindakLanjutKasus
JumlahKasus
Nilai Kerugian Keuangan Negara
(Rp’000.000.) (USD’000) (RM’000) (KIP’000) (GBP) (Yuan’000) (Baht’000)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Penyidikan 1.115 4.311.837,00 112.321,46 - - 2.160,24 10.275,89 5.249,16
2 DihentikanPenyidikan 56 173.180,25 13.500,75 - - - - -
3DilimpahkankePengadilan
151 847.008,95 - - - - - -
4 Penuntutan 389 1.358.150,76 23.193,17 - - - - -
5 DihentikanPenuntutan 10 5.338,75 - - - - - -
6 Diputus 1.396 8.599.208,64 69.680,76 21.925,99 5.470,28 - - -
Jumlah 3.117 15.294.724,35 218.696,14 21.925,99 5.470,28 2.160,24 10.275,89 5.249,16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 47
Pemantauan Tindak Lanjut atas Laporan Hasil Audit Investigasi Non TPK
sebagai berikut:
No. Uraian Kejadian Nilai (Rupiah)
1 Saldo Temuan per 1 Januari 2012
dan Temuan Tahun 20123.066 3.350.719.111.274,48
2 Tindak Lanjut Tahun 2012 2.640 2.680.887.420.173,48
3 Saldo Temuan yang belum
ditindaklanjuti
per 31 Desember 2012
426 669.831.691.101,00
Berdasarkan data diatas, tindak lanjut atas Laporan Hasil Audit Investigasi Non
TPK adalah 86,11% dari nilai saldo temuan.
Capaian outcome sebesar 109, 51% menggunakan 61.356 OH atau 85,33%
dari rencana sebesar 71.904 OH dan realisasi dana sebesar
Rp15.602.031.000,00 atau 95,70% dari anggaran sebesar
Rp16.303.768.000,00
6. Hasil Audit Investigatif yang Ditindaklanjuti oleh Instansi
Berwenang
Pada Tahun 2012 terdapat 17 penugasan audit investigatif atas permintaan
Instansi Lain atau 188,89% dari 9 rencana penugasan, dengan rincian sebagai
berikut:
No. Instansi PemintaJumlahLaporan
Nilai Temuan
Rupiah USD
1 Pemerintah Daerah 12 216.265.216.308,86 -
2 BUMN 4 539.735.927.103,84 51.789.025,08
3 Lembaga Keuangan 1 2.285.957.600,00 -
JUMLAH 17 758.287.101.012,70 51.789.025,08
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 48
Penugasan Audit Investigatif atas permintaan Instansi Lain diantaranya:
a. Audit Investigatif dugaan penyimpangan pelaksanaan kerjasama
operasi/kemitraan PT LEN Industri (Persero) dengan PT Gomsu Daguzi
Tahun 2007.
b. Audit Investigatif atas penyewaan dan penagihan sewa kapal keruk PT
Rukindo pada SSS International Holding setelah kontrak berakhir.
c. Audit Investigatif dugaan penyimpangan dalam kegiatan penjaminan L/C
dan SKBDN Tahun 2002 s.d 2010 serta investasi PT Askrindo dalam
bentuk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), Repo Saham, Obligasi,
Reksadana, dan Saham Tahun 2005 s.d 2010.
Dari 17 laporan, ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang sebanyak 6 laporan
atau 35,29%. Capaian outcome sebesar 117,65%. Capaian outcome ini
menggunakan 1.092 OH atau 91,38% dari rencana sebesar 1.195 OH dan
realisasi dana sebesar Rp147.250.000,00 atau 67,65% dari anggaran sebesar
Rp217.663.000,00.
7. Persentase Telaahan terhadap Laporan Penugasan
Investigasi yang memenuhi standar
Dalam rangka pelaksanaan fungsi Perencanaan dan Pengendalian (RENDAL)
kegiatan keinvestigasian, setiap hasil audit investigasi yang dilakukan oleh
Perwakilan BPKP dilakukan penelaahan untuk memperoleh keseragaman mutu
kualitas hasil audit.
Jumlah laporan yang diterima dan diproses dalam tahun 2012 nampak sebagai
berikut:
Jumlah LHAI yang diterima : 170 Laporan
Jumlah LHAI yang telah ditelaahdengan hasil :- Diteruskan ke Aparat Penegak
Hukum (APH): 136 laporan
- Di File (tidak terbukti TPK) : 13 laporan
- Non TPK : 21 laporan
Jumlah 170 Laporan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 49
Tidak ada laporan dalam proses penelaahan per 31 Desember 2012.
Sama halnya dengan kegiatan audit investigatif, setiap LHPKKN yang diterima
Deputi Bidang Investigasi dilakukan penelaahan untuk menyamakan persepsi
dan metode perhitungan kerugian negara.
Jumlah LHPKKN yang diterima : 499 Laporan
Jumlah LHAI yang telah ditelaahdengan hasil :
- Diteruskan ke Aparat PenegakHukum (APH)
: 489 laporan
- Di File (tidak terbukti TPK) : 2 laporan
Jumlah : 491 Laporan
Laporan dalam proses penelaahanper 31 Desember 2012
: 8 Laporan
Jumlah LHP Evaluasi HKP, Penyesuaian Harga, dan Klaim yang diterima
Deputi Bidang Investigasi dan dilakukan penelaahan sebagai berikut:
LHP Evaluasi HKP : 90 Laporan
LHP Audit Penyesuaian Harga : 73 Laporan
LHP Audit Klaim : 35 Laporan
Jumlah 198 Laporan
Jumlah LHP Evaluasi HKP, Penyesuaian Harga, dan Klaim yang ditindaklanjuti
sebagai berikut:
LHP Evaluasi HKP : 90 Laporan
LHP Audit Penyesuaian Harga : 73 Laporan
LHP Audit Klaim : 35 Laporan
Jumlah 198 Laporan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 50
Capaian kinerja outcome sebesar 114,56% ini menyerap dana
Rp241.874.000,00 atau 106,47% dari Rp227.182.000,00 dan menggunakan
OH sebanyak 3.770 OH atau 117,23% dari rencana 3.276 OH.
8. Reviu Terhadap Laporan dan Pengaduan Masyarakat yang
Ditindaklanjuti
Informasi dugaan KKN umumnya disampaikan melalui surat pengaduan
masyarakat dan permintaan dari KPK, Aparat Penegak Hukum (APH), serta
instansi lainnya. Setiap surat pengaduan atau tembusan surat pengaduan baik
yang diterima secara langsung melalui Kepala BPKP atau Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dilakukan penelaahan untuk ditindaklanjuti.
Surat pengaduan yang diterima Deputi Bidang Investigasi ditindaklanjuti untuk
diteliti, diaudit, diketahui atau diteruskan kepada instansi terkait/Perwakilan
BPKP.
Perwakilan BPKP disamping menerima penerusan surat pengaduan dari Deputi
Bidang Investigasi, juga menerima surat pengaduan baik secara langsung
maupun tembusan dari instansi terkait atau masyarakat. Surat pengaduan
tersebut juga dilakukan penelaahan untuk ditindaklanjuti.
Dalam tahun 2012, surat pengaduan yang diterima Deputi Bidang Investigasi
sebanyak 105 surat pengaduan. Dari jumlah tersebut seluruhnya atau 100%
dari jumlah yang diterima telah dilakukan penelaahan dengan rincian :
- Jumlah Surat Pengaduan yang diterima 105 surat.
- Ditangani oleh Direktorat dibawah Deputi Bidang Investigasi untuk dilakukan
pengumpulan data tambahan, sebagai bahan informasi dan di file sebanyak
96 surat.
- Diteruskan ke instansi terkait/Perwakilan BPKP untuk dilakukan audit
sebanyak 9 surat.
Jumlah surat pengaduan tersebut belum termasuk surat pengaduan yang
diterima langsung oleh Perwakilan BPKP di luar penerusan dari Deputi Bidang
Investigasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 51
Capaian kinerja outcome sebesar 90% ini menyerap dana sebesar
Rp21.820.000,00 atau 97% dari anggaran sebesar Rp22.555.000,00 dan
menggunakan OH sebanyak 52 OH atau 30% dari rencana 172 OH.
3. Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden
Penugasan pengawasan atas permintaan Presiden direncanakan 4 penugasan
terealisasi 3 penugasan atau 75%. Capaian kinerja outcome menggunakan OH
sebanyak 175 OH atau 74,47% dari rencana 235 OH.B. Akuntabilitas KeuanganUntuk dapat mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatannya pada tahun 2012,
Deputi Bidang Investigasi memperoleh pendanaan dari DIPA sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA OUTPUT ANGGARAN(Rp)
REALISASI(Rp)
CAPAIAN(%)
1. Laporan Hasil SosialisasiProgram Anti Korupsi
4.247.927.000 4.924.381.000 115,92
2. Laporan HasilBimtek/Asistensi/Evaluasi atasImplementasi FCP
1.345.905.000 956.228.000 71,05
3. Laporan Hasil KajianPengawasan
477.510.000 741.322.000 155,25
4. Laporan Hasil AuditInvestigatif Hambatankelancaran pembangunan,Penyesuaian Harga, danKlaim
2.628.480.000 2.211.771.000 84,15
5. Laporan hasil AuditInvestigatif, PenghitunganKerugian Keuangan Negara,dan Pemberian KeteranganAhli
16.303.768.000 15.602.031.000 95,70
6. Hasil Audit Investigatif ataspermintaan Instansi Lain
217.663.000 147.250.000 67,65
7. Laporan Hasil Peer Reviu atasLaporan PenugasanInvestigasi
227.182.000 241.874.000 106,47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 52
8. Laporan Hasil Reviu atasPengaduan Masyarakat
22.555.000 21.820.000 96,74
9. Laporan Hasil Pengawasanatas Permintaan Presiden
207.580.000 0 0,00
10. Dukungan Pengawasan 2.791.857.000 2.931.883.000 105,02
Jumlah 28.470.427.000 27.778.560.000 97,57
C. LAIN-LAINPada tahun 2012 Deputi Bidang Investigasi juga melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
1. Penandatanganan Pakta Integritas
Dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2012 di Aula Gandhi BPKP Pusat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 53
2. Workshop Komputer Forensik Dasar
Dilaksanakan pada tanggal 20 s.d 21 Februari 2012 di Jakarta dengan jumlah
peserta sebanyak 30 orang dengan narasumber dari Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Deputi Bidang Informasi dan Data KPK, dan Deputi Bidang Investigasi BPKP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 54
Instruktur workshop adalah Zil Irfan Rusli dari KPK
3. Workshop Keinvestigasian di Perwakilan BPKP Provinsi
Papua Barat
Dilaksanakan pada tanggal 16 s.d 18 Oktober 2012 di Manokwari, Papua Barat.
Jumlah peserta sebanyak 23 orang terdiri dari 18 orang dari Perwakilan BPKP
Provinsi Papua Barat dan 5 orang dari Perwakilan BPKP Provinsi Papua
dengan narasumber dari Deputi Bidang Investigasi. Materi yang disampaikan
terdiri dari:
a. Audit investigatif
b. Pra perencanaan dan perencanaan penugasan audit investigatif
c. Pengumpulan dan evaluasi bukti
d. Penghitungan kerugian keuangan negara
e. Pemberian keterangan ahli
f. Pelaporan hasil audit investigatif dan penghitungan kerugian keuangan
negara
g. Audit penyesuaian harga
h. Audit klaim
i. Evaluasi hambatan kelancaran pembangunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 55
4. Internalisasi Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI)
Dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 1 s.d 3 November 2012 dan diikuti
oleh seluruh pegawai Deputi Bidang Investigasi. Materi yang disampaikan
antara lain:
a. PPBI
b. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
c. Audit Penyesuaian Harga
d. Audit Klaim
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 56
5. Workshop Keinvestigasian di Perwakilan BPKP Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 8 November 2012 di Lombok, Nusa Tenggara
Barat dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang terdiri dari 22 orang dari
Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dan 2 orang dari Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan narasumber dari Deputi Bidang
Investigasi. Materi yang disampaikan sama dengan materi yang disampaikan
pada Workshop Keinvestigasian di Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 57
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 58
6. Workshop Keinvestigasian di Gorontalo
Dilaksanakan pada tanggal 4 s.d 6 Desember 2012 di Gorontalo dengan
jumlah peserta sebanyak 20 orang dari Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo
dan narasumber dari Deputi Bidang Investigasi. Materi yang disampaikan sama
dengan materi yang disampaikan pada Workshop Keinvestigasian di
Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat.
7. Laboratorium Komputer Forensik
Teknologi Informasi telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang
demikian pesat dan telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan
manusia dalam berbagai bidang. Handphone yang dulu hanya dipergunakan
untuk komunikasi suara, sekarang dapat dipergunakan untuk komunikasi data
misalnya mengirim email, menerima email, memposting data ke server
database, menjelajah internet, mengirim dan menerima file gambar serta
mengolah, melakukan komunikasi suara dan gambar dan lain-lain. Komputer
yang dulunya hanya digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan kata dan
lembar kerja sekarang sudah dapat digunakan untuk mengolah data dalam
jumlah yang banyak dengan lokasi server database yang tersebar di berbagai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 59
negara dan tempat. Begitu juga dengan perkembangan teknologi di bidang
transaksi keuangan. Pembayaran transaksi keuangan yang dulunya harus
menggunakan uang tunai, dengan perkembangan teknologi orang cukup
menggunakan sebuah kartu untuk dapat melaksanakan transaksi keuangan di
berbagai belahan dunia yang lain, atau cukup dengan sebuah laptop yang
terkoneksi ke internet dan mempunyai rekening bank dan kata sandi orang
sudah bisa melakukan transaksi apapun dan dimanapun menggunakan internet
tersebut. Kemajuan teknologi ini tentu juga membawa kemudahan bagi orang-
orang yang berniat jahat antara lain melakukan fraud (kecurangan).
Penggunaan komputer dan media digital lain oleh para pelaku kecurangan akan
meninggalkan jejak (trail) yang bisa dikumpulkan dan dievaluasi para auditor
forensik untuk bukti audit.
Perkembangan teknologi juga telah diantisipasi dengan berbagai ketentuan
perundang-undangan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 5 ayat (1)
berbunyi “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetakannya merupakan alat bukti hukum yang sah, ayat (2) berbunyi “Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.” Perluasan pengertian alat
bukti tersebut juga ditegaskan dalam Rancangan Undang Undang (RUU)
KUHAP yang sedang dalam proses legislasi menjadi UU. Di pasal 175 ayat (1)
RUU KUHAP berbunyi “alat bukti yang sah mencakup : barang bukti, surat-
surat, bukti elektronik, keterangan seorang ahli, keterangan seorang saksi,
keterangan terdakwa dan pengamatan hakim.”
Dengan adanya perkembangan teknologi dan perubahan hukum tersebut di
atas, kemampuan seorang auditor forensik untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti/dokumen elektronik merupakan suatu keharusan. Auditor
akan menghadapi kesulitan yang sangat besar dalam membuktikan
ada/tidaknya fraud (kecurangan) kalau hanya mengandalkan teknik
pengumpulan dan evaluasi bukti secara manual/tradisional. Menghadapi hal
tersebut, Deputi Bidang Investigasi bermaksud untuk membentuk satuan tugas
(Satgas) komputer forensik untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 60
keinvestigasian terutama audit investigatif dan audit dalam rangka
penghitungan kerugian keuangan negara.
Komputer Forensik adalah suatu aktifitas/kegiatan yang bertujuan untuk:
a. Pengumpulan data/fakta dari sistem komputer (harddisk, usb-stick, log,
memory-dump, internet, dll) – termasuk di dalamnya data yang sudah
terhapus,
b. Mendokumentasikan fakta-fakta yang ditemukan dan menjaga integritas
data selama proses forensik dan hukum dengan proteksi fisik, penanganan
khusus, pembuatan image, dan menggunakan algoritma HASH untuk
pembuktian / verifikasi,
c. Merunut kejadian (chain of events) berdasarkan waktu kejadian.
d. Memvalidasi kejadian-kejadian tersebut dengan metode “sebab-akibat”.
e. Mendokumentasikan hasil yang diperoleh dan menyusun laporan.
f. Proses hukum (pengajuan delik, proses persidangan, saksi ahli, dll.
Untuk menunjang kegiatan komputer forensik tersebut, tahun anggaran 2012
telah dilakukan pengadaan hardware dan software sebagai berikut:
a. Hardware
Hardware komputer forensik meliputi:
a) 2 (dua) set server (CPU, monitor, UPS, Switch, kabel jaringan).
b) 2 (dua) unit laptop.
c) 2 (dua) set toolkit komputer forensik.
d) 2 (dua) unit mobile storage.
e) 1 (satu) unit kunci pengaman elektrik dengan sidik jari (Access Control
Terminal).
b. Software
a) 1 (satu) unit/lisensi windows server.
b) 2 (dua) unit/lisensi computer forensic software.
c) 2 (dua) unit/lisensi portable computer forensic software.
d) 1 (satu) unit/lisensi messenger analysis software.
e) 2 (dua) unit/lisensi password recovery software.
f) 3 (tiga) unit/lisensi internet security software.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 61
c. Inventaris
a) 1 (satu) brankas (lemari tahan api).
b) 6 (enam) set inventaris kantor (meja kerja, kursi, lemari, partisi).
Selain itu juga telah menyertakan personil Deputi Investigasi untuk mengikuti
pelatihan Computer Forensic I dan Computer Forensic II di Bandung selama 10
(sepuluh) hari.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 62
Dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi Deputi Kepala BPKP
Bidang Investigasi telah memberikan kuliah umum sebagai berikut:
1. Pada tanggal 11 April 2012 di Universitas Bengkulu dengan topik Upaya
untuk mengantisipasi penyalahgunaan wewenang dalam menagemen
keuangan Negara.
2. Pada tanggal 3 April 2012 di STEKPI Jakarta dengan topik Peran Audit
Investigatif dalam Pemberantasan TPK.
3. Pada tanggal 24 Mei 2012 di Universitas Udayana Bali dengan topik Peran
Audit Investigatif dalam Pemberantasan TPK.
4. Pada tanggal 21 Mei 2012 di Universitas Hasanudin Makasar dengan topik
Peran Audit Investigatif dalam Pemberantasan TPK.
5. Pada tanggal 20 Juni 2012 di Universitas Mataram dengan topik Kontribusi
Auditor Forensik dalam Penanganan Kasus Berindikasi Tindak Pidana
Korupsi.
Kuliah Umum Deputi Investigasi, Prof. Dr. Eddy Mulyadi di Universitas MataramRabu, 20 Juni 2012
topik: "Kontribusi Auditor Forensik dalam Penanganan Kasus Berindikasi Tindak PidanaKorupsi"
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 63
Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi juga melaksanakan sosialisasi denganrincian sebagai berikut:1. Narasumber pada Workshop KPK di Semarang pada tanggal 20 Maret
2012.2. Narasumber dalam rangka tindak lanjut atas rekomendasi BPK di Bali pada
tanggal 20 April 2012 dengan topik Mengantisipasi PenyalahgunaanWewenang dalam Manajemen Keuangan Negara.
3. Narasumber dalam rangka tindak lanjut atas rekomendasi BPK diBalikpapan pada tanggal 14 Mei 2012.
4. Narasumber dalam rangka tindak lanjut atas rekomendasi BPK di Manadopada tanggal 22 Mei 2012.
5. Pembicara dalam Seminar Anti Korupsi di Pemprov Sumatera Selatan padatanggal 25 Mei 2012.
6. Narasumber pada kegiatan peningkatan kapasitas Aparat Penegak Hukum(APH) di Provinsi Bengkulu pada tanggal 09 Oktober 2012.
7. Narasumber hasil koordinator dan supervisi Pelayanan Publik pada PemdaProv Kaltim di Samarinda pada tanggal 06 November 2012.
8. Narasumber hasil koordinator dan supervisi Pelayanan Publik pada PemdaProvinsi Sulawesi Selatan di Makasar pada tanggal 13 s.d 14 November2012.
9. Narasumber hasil koordinator dan supervisi Pelayanan Publik pada PemdaProvinsi Sumatera Barat di Padang pada tanggal 20 sd 21 November 2012.
Seminar Pencegahan Korupsi melalui peningkatan kualitas pelayanan publikdan pengelolaan APBD di Kota Makassar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 64
BAB IVPENUTUP
erdasarkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, LAKIP merupakan media
pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi dalam
pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilakukan.
Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran yang telah dirumuskan dan strategi atau
cara-cara untuk pencapaiannya serta penetapan indikator kinerja sebagai
media pengukuran kinerja yang jelas dan tepat, maka dapat ditetapkan tingkat
pencapaian kinerja untuk suatu periode tertentu.
Untuk tahun 2012, capaian kinerja outcome program menunjukkan rata-rata
113,22% sedangkan capaian kinerja output menunjukkan 147,03%. Dana yang
digunakan untuk mendapatkan capaian outcome tersebut adalah sebesar
Rp27.778.560.000 atau 97,57% dari anggaran sebesar Rp28.470.427.000 dan
menggunakan OH sebesar 100.570 OH atau 90,08% dari rencana sebesar
111.649 OH.
Program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh Deputi Bidang Investigasi
tahun 2012 terfokus pada investigasi praktek-praktek KKN dan hambatan
kelancaran pembangunan. Investigasi terhadap kasus indikasi praktek-praktek
KKN lebih menekankan kepada kualitas dan kuantitas hasil investigasi dengan
indikator terpenuhinya persyaratan hukum untuk dapat diproses lebih lanjut
oleh instansi penyidik. Sedangkan investigasi terhadap hambatan kelancaran
pembangunan mempunyai tiga dimensi, yaitu: (i) mengatasi hambatan
pembangunan yang terjadi; (ii) memperbaiki manajemen pelaksanaan
pembangunan khususnya proyek-proyek; dan (iii) memperdalam dan
meneruskan kasus hambatan pembangunan yang berindikasi KKN kepada
tahap investigasi praktek KKN.
BB
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 65
Pembinaan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
asset utama dalam mencapai keberhasilan untuk mewujudkan visi, dan misi
akan terus ditingkatkan baik intensitas maupun kualitasnya. Diharapkan dalam
masa yang akan datang ada perbaikan dan penambahan sarana pendukung
kerja mengingat sarana yang dimiliki saat ini belum cukup memadai dalam
jumlahnya.
Akhirnya, tanpa mengabaikan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada,
Deputi Bidang Investigasi bertekad untuk selalu terus menerus meningkatkan
perbaikan atas kinerjanya secara optimal sebagai perwujudan dari
pertanggungjawaban amanah yang diemban.