CTD

26
1 Cumulative Trauma Disorders dan Hubungannya Dengan Pekerjaan Makalah Kelompok Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat Kelompok E6 Ervin Juliet Latuiperissa (102009078) Yoda Desika Kolim (102011014) Rebecca Yolanda (102011017) Baby Ventisa (102011179) Ryan Gustomo (102011209) Alice Pratiwi (102011272) Hendra Sucipta (102011403)

description

cumulative trauma disorder

Transcript of CTD

2

Cumulative Trauma Disorders dan Hubungannya Dengan Pekerjaan Makalah Kelompok Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Kelompok E6Ervin Juliet Latuiperissa (102009078)Yoda Desika Kolim (102011014)Rebecca Yolanda (102011017)Baby Ventisa (102011179)Ryan Gustomo (102011209)Alice Pratiwi (102011272)Hendra Sucipta (102011403)Farah Waheeda Binti Patul Muin (102011428)

PendahuluanBanyak orang yang bekerja untuk waktu lama di satu meja, lokasi kerja atau di satu pabrik melaporkan angka kejadian bermakna berupa nyeri leher, bahu, lengan dan tangan yang terus-menerus dirasakan dan disertai rasa pegal. Pada beberapa pekerja tidak jelas diketahui penyebabnya tapi gejala tersebut pada banyak pejkerja dapat dihubungkan dengan kondisi bahawa mereka harus melakukan kerja berulang-ulang dalam kondisi ergonomic yang kurang ideal. Sehingga timbullah satu penyakit yang dinamakan Cumulative Trauma Disorder yaitu satu gangguan pada tulang dan sendi-sendi tubuh badan. Secara umumnya, Cumulative Trauma Disorder adalah salah satu istilah dari kerusakan pada system otot rangka atau musculoskeletal. Pekerjaan mekanik dengan menggunakan postur tubuh tertentu dalam durasi yang cukup lama dan gerakan berulang-ulang dalam waktu yang lama atau forceful exertion memungkinkan timbulnya trauma pada bagian tubuh tertentu. Trauma tersebut timbul akibat terkumpulnya keluhan-keluhan kecil pada otot rangka sehingga menimbulkan kerusakan yang berarti dan menimbulkan rasa sakit pada bagian tubuh yang mengalami cedera.Untuk mengetahui apakah CTD ini merupakan penyakit akibat kerja (PAK) atau bukan maka dilakukan 7 langkah diagnosis okupasi.Diagnosis KlinisAnamnesisLangkah pertama dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan melakukan diagnosis klinis. Diagnosis klinis terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan tempat kerja seandainya diperlukan. Pada anamnesis, antara yang perlu ditanyakan pada pasien adalah riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat pekerjaan. Pada pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan umum dan khusus. Pemeriksaan penunjang boleh dilakukan sesuai dengan indikasi penyakit. Pemeriksaan tempat kerja boleh dilakukan untuk memeriksa beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penerangan, kebisingan dan kelembapan. Pada kasus perempuan berusia 40 tahun ini tidak dilakukan pemeriksaan tempat kerja.Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan fisik dan memanfaatkan fasilitas penunjang yang ada (seperti yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit). Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.Pertanyaan untuk anamnesis dititikberatkan pada keluhan utama yang mengganggu pasien sampai ia datang untuk berobat. Penyakit yang mengenai keluhan pada musculoskeletal terutama perlu ditanyakan keluhan lain yang dirasakan. Nama : Ny. N Usia: 30 tahun Riwayat penyakit Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada tangan kanan sejak 1 minggu terakhir saat dan setelah bekerja. NyeriIdentifikasi lokasi nyeri, tentukan kualitas nyeri apakah menusuk atau berdenyut, identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi gerakan, kapan frekuensi nyeri meningkat, hilang atau tidak pada saat istirahat, hilang atau tidak dengan pengobatan, apakah nyeri juga dirasakan ketika bangun tidur? Kekuatan sendiIdentifikasi sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan, dan remisi kekakuan beberapa kali sehari? BengkakBerapa lama terjadi pembengkakan, disertai atau tidak dengan nyeri, dan penyebab panas atau kemerahan? Deformitas dan imobilitasKapan terjadi (tiba-tiba atau bertahap), ada tidaknya keterbatasan gerak, semakin memburuk atau tidak dengan aktivitas, dan penggunaan alat bantu? Perubahan sensoriAda tidaknya rasa baal pada bagian tubuh tertentu dan apakah ada hubungan dengan nyeri? Riwayat penyakit tambahan : kesemutan pada tangan kanan. Riwayat penyakit dahulu: - Riwayat penggunaan obat: - Riwayat penyakit keluarga: - Riwayat sosial dan ekonomi: -Riwayat pekerjaan: tukang rujak ulek Lama bekerja: sudah sejak lama Riwayat pekerjaan sebelumnya: - Alat kerja: ulekan, pisau Bahan kerja: buah-buahan, bumbu rujak Proses kerja: mengulek bumbu rujak, mengupas buah lalu mencampurkannya Barang yang diproduksi: rujak ulek Waktu bekerja sehari: - Kemungkinan pajanan yang dialami: - Alat pelindung diri yang digunakan: - Hubungan gejala dan waktu kerja: gejala dirasakan saat bekerja

Pemeriksaan FisikPemeriksaan pada bahu: inspeksi bahu untuk melihat adanya deformitas dan asimetris, bahu harus dipalpasi untuk menemukan daerah nyeri tekan setempat, rentang gerak untuk abduksi, adduksi, rotasi eksternal dan internal, dan fleksi diperiksa dan dibandingkan dengan sisi lainnya.Pemeriksaan pada siku: palpasi pada siku untuk mengetahui adanya pembengkakan, massa, nyeri tekan, atau nodulus. Periksa juga fleksi dan ekstensi. Untuk memeriksa pronasi dan supinasi, siku harus di fleksikan 90 dan diletakkan di atas meja.Pemeriksaan pada pergelangan tangan : palpasi sendi pergelangan tangan di antara ibu jari dan telunjuk, dengan memperhatikan adanya nyeri tekan, bengkak, atau kemerahan. Rentang gerak dorsofleksi dan fleksi palmar perlu di catat.Pemeriksaan pada tangan : palpasi sendi metacapophalangeal dan aspek medial dan lateral dari sendi interfalangs proksimal dan distal di antara ibu jari dan telunjuk perhatikan setiap pembengkakan, kemerahan, atau nyeri tekan. Perhatikan pergerakan jari tangan secara abduksi, aduksi, oposisi, rotasi.Pada skenario 8, pemeriksaan fisik look,feel,movement : merah, nyeri, pergerakan terbatas pada manus dekstra.1Pemeriksaan Penunjang Laju endap darah (LED)Pemeriksaan laju endap darah sangat sensitif bagi peradangan (inflamasi) tetapi tidak dapat mengetahui penyebab dari peradangan tersebut. Peningkatan laju endap darah menunjukkan adanya peradangan (inflamasi) dalam tubuh. Rheumatoid factorFaktor rheumatoid merupakan autoantibody yang dimiliki oleh penderita Rheumatoid Arthritis. Hasil pemeriksaan positif dengan adanya antibody anti-RA33 kemungkinan besar mengidap Rheumatoid Arthritis. Asam urat darahPada keadaan normal, kadar asam urat plasma normal laki-laki diatas 17 tahun adalah 3,4 7 mg/dl, sedangkan pada wanita diatas 17 tahun adalah 2,4 6 mg/dl. Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin. Asam urat kemudian akan dieksresikan melalui ginjal. Pemeriksaan ini tidak bernilai diagnostik. RontgenX-Ray merupakan salah satu jenis pemeriksaan yuang dapat memberikan gambaran kondisi keadaan tulang, apakah ada fraktus, infeksi tulang, kelainan bawaan, destruksi sendi pada arthritis, osteoporosis tahap lanjut atau tumor fase awal atau yang sudah bermetastase. EMG (electromyography)EMG adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi kondisi dari saraf tepi (motorik maupun sensorik) dari otak. Pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi neuropati atau myopati akibat kerusakan saraf otak.2Diagnosa KlinisCummulative Trauma DisorderCumulative Trauma Disorders(CTDs)adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal(musculosceletal disorders)berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher).Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling rentan terhadap risiko terkena CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya CTDs.Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain.Seringkali CTDs tidak terlihat dan sangat jarang memperlihatkan tanda awal yang nyata. CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti otot, tendon, syaraf dan lain-lain. Oleh karenanya CTDs sering disebut jugamusculoskeletal disorders(MSDs). Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. CTDs biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan carpal(carpal tunnel syndrome), tendinitis, tenosinovitis dan bursitis.Selainmusculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut CTDs adalahWork-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),Repetitive Strain Injuries (RSI)atauOveruse Syndrome.3,4Gambaran Klinis1. Gejala Subjektif:a. Timbulnya rasa nyeri yang hebat, atau rasa menusuk atau terbakar yang dicetuskan oleh gerakan lengan atau mulai dirasakan pada saat istirahat. Biasa dimulai dari tempat tertentu, yang menyebar ke satu sisi anggota badan atas atau keduanya.b. Parestesia yang sering diikuti diaestesia (rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa tertusuk-tusuk, rasa lemah, dan rasa lelah) serta rasa dingin di bagian tertentu ekstremitas atas.c. Rasa nyeri tekan atau rasa kram dilokalisasi timbulnya rasa nyerid. Terhambatnya gerakan akibat rasa nyeri regional (pada leher/bahu)e. Biasanya rasa nyeri bertambah berat dengan adanya stress mental, sebalimya berkurang saat liburan, atau istirahat panjang.Pada pemeriksaan fisik, ditemukan rasa nyeri tekan atau rasa kram dilokalisasi timbulnya rasa nyeri, terhambatnya gerakan akibat rasa nyeri regional (pada leher, bahu, lengan, tangan).5

2. Gejala Objektif: meskipun sebagian besar penderita mengeluhkan rasa nyeri regional yang hilang timbul/menetap yang hebat, tetapi umumnya pada pemeriksaan fisik jarang ditemukan kelainan yang bermakna. Kadang-kadang ditemukan tanda-tanda klinis berikut ini:5a. Rasa nyeri tekan pada palpasi di lokalisasi timbulnya rasa nyeri.b. Keterbatasan gerak fleksi/ekstensi sendi leher, abduksi/elevasi sendi bahu.c. Tes provokatif menunjukan hasil positif kerika menahan sikap fleksi/ekstensi sendi leher, tes penekanan pleksus brakhialis Elvey, tes Phalen dan tes Tinnel pada kasus carpa tunnel syndrome, tes Finkelstein pada penyakit De Quervain,dll.d. Tes Finkelstein menunjukan false positive pada terperangkapnya komponen sensoris n.radialis.e. Perubahan sensibilitasf. Fenomena vasomotor rasa dingin, sianosis/kepucatan di daerah rasa nyeri.5,6

Klasifikasi PenyakitBerdasarkan beratnya gambaran klinis, The Occipational Repetition Strain Injuries Advisory Committee mengklasifikasikan penyakit ini dalam tiga derajat:Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh padaperformancekerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat;Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnyaperformancekerja;Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secararepetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.6Jenis-jenis keluhanMusculoskeletal Disorders(MSDs)antara lain:a. Sakit LeherSakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher, peningkatan tegangan otot ataumyalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku;b. Nyeri PunggungNyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan komputer;c.Carpal Tunnel SyndromeMerupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus;d.De Quervains TenosynovitisPenyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasitenosinoviumdan dua tendon yang berasa di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorongspace bardengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi padatenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah;e.Thoracic Outlet SyndromeMerupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan.Thoracic Outlet Syndromedisebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang dalam menggunakankeyboarddanmouse;f.Tennis ElbowTennis elbowadalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis elbowdisebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.g.Low Back PainLow back painterjadi apabila ada penekanan pada daerahlumbalyaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan padadiscus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja.7,8Diagnosis Bandinga. Tendinitisb. De Quervain Diseasec. Rhematoid ArthritisRheumatoid Arthritis atau dikenal dengan penyakit reumatik adalah gangguan sendi yang dicirikan adanya inflamasi dan merupakan penyakit auto imunitas. Sistem imun di dalam tubuhnya gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing sehingga sistem imunnya akan menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovial dan jaringan ikat. Penyakit ini bersifat menahun dan sistemik, dan seringkali progresif. Sebagian besar pasien dengan rematik arthritis ini tubuhnya membentuk antibody yang disebut rheumatoid factor (faktor rematoid). Faktor ini menentukan agresivitas atau keganasan dari penyakit.6Rheumatoid Arthritis biasanya terjadi secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Peradangan biasanya bersifat simetris. Sendi yang biasa meradang adalah sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut, dan pergelangan kaki. sendi yang meradang basanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Beberapa penderita merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari. Pada umumnya, sendi yang terkena akan membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Sendi dapat terhenti dalam satu posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya.6,8

Pajanan Yang DialamiLangkah kedua dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu pajanan yang dialami oleh pasien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Pajanan yang dinilai haruslah meliputi pajanan yang dialami saat ini dan juga pajanan yang dialami sebelumnya. Informasi mengenai pajanan yang dialami oleh pasien boleh didapatkan melalui anamnesis. Faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit ini antara lain:1. Sikap kerja. Terutama pada pekerjaan yang mengharuskan penggunaan otot untuk jangka waktu yang lama dalam mempertahankan posisi kerja yang kurang nyaman, mengangkat/mendorong/menarik beban, fleksi/ekstensi leher, lengan, atau tangan, mempertahankan sikap lengan/pergelangan tangan yang canggung atau jari-jari dalam posisi menjepit/mecubit/memegang erat.2. Sifat dasar pekerjaan. Pekerjaan yang mengharuskan bekerja dengan posisi lengan atau tangan yang tidak lurus untuk jangka waktu yang lama (fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi, rotasi pergelangan tangan), menyentak, mengibas, dan melenggok-lenggok tangan di sendi pergelangan tangan yang berulang, bekerja dengan posisi lengan abduksi/fleksi ke muka lebih dari 30, dan menggunakan alat bantu genggam yang bergetar.3. Faktor psikologis adanya faktor psikologis dapat memberatkan atau mencetuskan timbulnya penyakit ini. Misalnya; beban kerja yang berlebihan, tekanan kecepatan pekerjaan, pekerjaan yang kurang bervariasi, ketidaksesuaian paha dengan rekan kerja, dan kurangnya kontrol dan dukungan dari atasan.9Pemajanan yang biasa terjadi: Beban dinamik- pergerakan anggota gerak yang berulang-ulang dan sering. Pergerakan dengan jangkauan gerak secara penuh, misalnya pronasi ke supinasi dan kembali lagi. Sikap atau sikap yang janggal (tidak nyaman) dengan jangkauan gerakan yang ekstrem, misalnya hiperfleksi atau hiperekstensi atau deviasi ulnar/medial pergelangan.9

Hubungan Pajanan dengan PenyakitLangkah ketiga dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu hubungan pajanan yang dialami oleh pasien dengan penyakit. Langkah ini dimulai dengan identifikasi pajanan yang ada, lalu dicari apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami pasien tersebut. Hubungan antara pajanan dengan penyakit ini haruslah didukung oleh bahan ilmiah seperti literatur atau penelitian. Seandainya belum ada bahan ilmiah yang mampu membuktikan hubungan antara pajanan dan penyakit, seorang dokter boleh menggunakan pengalaman yang ada padanya untuk menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit. Ditanyakan juga pada pekerja apakah pada pendapatnya keluhan yang dialami terkait dengan pekerjaan beliau. Namun, penentuan apakah pajanan ini ada hubungan dengan penyakit tersebut haruslah dilakukan berdasarkan teknik evidence based.Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan menggunakan banyak tenaga dapat merupakan penyebab utama kebanyakan CTD. Tetapi tidak ada yang bisa menentukan berapa besar pengulangan dan pengerahan tenaga yang dapart menyebabkan CTD.Bila otot harus terus berkontraksi lebih dari sekitar 15-20% dari kemampuan maksimalnya, maka akan menyebabkan sirkulasi darah yang terganggu yang dapat menyebabkan iskemik yang menyebabkan ketegangan pada otot. Pada CTD yang terjadi di tangan, lengan, bahu, dan leher kontraksi otot yang terus menerus dan pergerakan tendon dikatakan sebagai penyebab yang utama. Juga gerakan tangan kedalam dan ke luar dengan menekuk pergelangan tangan, deviasi pergelangan tangan dari posisi normal, dan menggenggam bisa membuat stress dari otot.8,10Pajanan Yang DialamiLangkah kedua dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu pajanan yang dialami oleh pasien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Pajanan yang dinilai haruslah meliputi pajanan yang dialami saat ini dan juga pajanan yang dialami sebelumnya. Informasi mengenai pajanan yang dialami oleh pasien boleh didapatkan melalui anamnesis. Faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit ini antara lain:4. Sikap kerja. Terutama pada pekerjaan yang mengharuskan penggunaan otot untuk jangka waktu yang lama dalam mempertahankan posisi kerja yang kurang nyaman, mengangkat/mendorong/menarik beban, fleksi/ekstensi leher, lengan, atau tangan, mempertahankan sikap lengan/pergelangan tangan yang canggung atau jari-jari dalam posisi menjepit/mecubit/memegang erat.5. Sifat dasar pekerjaan. Pekerjaan yang mengharuskan bekerja dengan posisi lengan atau tangan yang tidak lurus untuk jangka waktu yang lama (fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi, rotasi pergelangan tangan), menyentak, mengibas, dan melenggok-lenggok tangan di sendi pergelangan tangan yang berulang, bekerja dengan posisi lengan abduksi/fleksi ke muka lebih dari 30, dan menggunakan alat bantu genggam yang bergetar.6. Faktor psikologis adanya faktor psikologis dapat memberatkan atau mencetuskan timbulnya penyakit ini. Misalnya; beban kerja yang berlebihan, tekanan kecepatan pekerjaan, pekerjaan yang kurang bervariasi, ketidaksesuaian paha dengan rekan kerja, dan kurangnya kontrol dan dukungan dari atasan.5Pemajanan yang biasa terjadi: Beban dinamik- pergerakan anggota gerak yang berulang-ulang dan sering. Pergerakan dengan jangkauan gerak secara penuh, misalnya pronasi ke supinasi dan kembali lagi. Sikap atau sikap yang janggal (tidak nyaman) dengan jangkauan gerakan yang ekstrem, misalnya hiperfleksi atau hiperekstensi atau deviasi ulnar/medial pergelangan.

Hubungan Pajanan dengan PenyakitLangkah ketiga dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu hubungan pajanan yang dialami oleh pasien dengan penyakit. Langkah ini dimulai dengan identifikasi pajanan yang ada, lalu dicari apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami pasien tersebut. Hubungan antara pajanan dengan penyakit ini haruslah didukung oleh bahan ilmiah seperti literatur atau penelitian. Seandainya belum ada bahan ilmiah yang mampu membuktikan hubungan antara pajanan dan penyakit, seorang dokter boleh menggunakan pengalaman yang ada padanya untuk menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit. Ditanyakan juga pada pekerja apakah pada pendapatnya keluhan yang dialami terkait dengan pekerjaan beliau. Namun, penentuan apakah pajanan ini ada hubungan dengan penyakit tersebut haruslah dilakukan berdasarkan teknik evidence based.Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan menggunakan banyak tenaga dapat merupakan penyebab utama kebanyakan CTD. Tetapi tidak ada yang bisa menentukan berapa besar pengulangan dan pengerahan tenaga yang dapart menyebabkan CTD.Bila otot harus terus berkontraksi lebih dari sekitar 15-20% dari kemampuan maksimalnya, maka akan menyebabkan sirkulasi darah yang terganggu yang dapat menyebabkan iskemik yang menyebabkan ketegangan pada otot. Pada CTD yang terjadi di tangan, lengan, bahu, dan leher kontraksi otot yang terus menerus dan pergerakan tendon dikatakan sebagai penyebab yang utama. Juga gerakan tangan kedalam dan ke luar dengan menekuk pergelangan tangan, deviasi pergelangan tangan dari posisi normal, dan menggenggam bisa membuat stress dari otot.8Peranan Faktor IndividuPada tahap ini, perlu diketahui status kesehatan fisik dari pasien seperti adanya riwayat penyakit pada keluarga, atopi/alergi, kebiasaan dari pasien, kesehatan mental dan higiene perorangan dari pasien.Faktor risiko di luar pekerjaan yang mempengaruhi perkembangan carpal tunnel syndrome antara lain: jenis kelamin wanita, arthritis rheumatoid, diabetes mellitus, myxedema, akromegali, kehamilan, pemakaian obat hormonal, gout, edema karena gagal jantung, kegemukan dan sebagainya.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya CTD:1. UmurPada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat.

2. Jenis kelaminOtot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena CTDs lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3:1.

3. Ukuran tubuh / antropometriMeskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan terhadap timbulnya CTDs.

4. Kesehatan / kesegaran jasmaniPada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%.10

Tetapi didalam skenario tidak di jelaskan tentang riwayat penyakit dahulu atau keluarga pasien dan kebiasaan pasien.Faktor Lain di Luar PekerjaanPada tahap ini perlu diketahui hobi dari pasien, kebiasaan pasien, apakah ada pajanan di rumah yang memperberat penyakit, dan apakan pasien memiliki pekerjaan sambilan lain selain pekerjaan utamanya sebagai tukang rujak ulek dalam skenario.Diagnosis OkupasiHasil dari pendekatan klinis terhadap Ny.N yang didasari dnegan bukti klinis dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien mengalami cummulative trauma disorder (CTD) yang diduga karena pajanan fisik dari pekerjaannya, yaitu sebagai tukang rujak ulek. CTD gangguan dari sistem muskuloskeletal dan sistem saraf, CTD juga dikenal sebagai Repetitive Strain Injuries (RSI) bisa terjadi pada beberapa bagian tubuh seperti pergelangan tangan, siku, bahu, punggung, leher, pinggul, dan pergelangan kaki. CTD bisa disebabkan karena melakukan pekerjaan yang berulang-ulang dan membutuhkan tenaga yang cukup besar yang pada skenario ibu ini bekerja sebagai tukang rujak ulek yang mengharuskan ibu ini untuk menggunakan tangannya terus menerus.PengobatanUntuk kasus akut, satu-satunya pengobatan yang terbaik adalah dengan mengurangi aktivitas fisik pada anggota tubuh bagian atas yang sakit. Sedangkan untuk kasus yang menahun, diperlukan terapi dengan cara menggerakan lengan yang sakit tanpa/dengan beban dengan meningkatkan kecepatan dan durasi secara perlahan-lahan; terapi ini harus diawasi oleh petugas medis. Pemberian obat-obatan analgesik dan anti-inflamasi sangat membantu untuk mengurangi rasa nyeri. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan dalam bentuk dekompresi saraf, umumnya dilakukan pada kasus sindroma terjepitnya saraf tepi. Untuk kasus menahun, diperlukan rehabilitasi medik dan vokasional agar pasien dapat mengembalikan kapasitas fisik dan mentalnya.PencegahanAda 7 kondisi yang secara spesifik harus dihindari yaitu:1. Kegiatan dengan banyak pengulangan.2. Pekerjaan yang membutuhkan perpanjangan tenaga berulang lebih dari 30% dari kemampuan otot pasien.3. Menempatkan posisi tubuh pada posisi ekstrim seperti menekuk pergelangan tangan yang berlebihan.4. Pekerjaan yang membutuhkan pekerja mempertahankan posisi tubuh yang sama dalam waktu yang lama.5. Bekerja dengan menggunakan alat yang bergetar dan menimbulkan getaran pada bagian tubuh atau seluruh tubuh.6. Mengekspose bagian tubuh pada udara dingin7. Kombinasi dari kondisi-kondisi diatas11KesimpulanCumulative trauma disorder (CTD) adalah penyakit akibat kerja, yang disebabkan oleh ergonomi yang buruk. Ergonomi yang tidak baik akan menimbulkan suasana bekerja yang kurang aman, disamping bisa mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja.CTD yang tidak ditangani akan menyebabkan pekerja tidak dapat memberikan kemampuan bekerja yang maksimal. Hal ini akan mengurangkan tenaga kerja di kantor maupun pabrik.Pada kasus perempuan, 30 tahun yang mengeluh nyeri di lengan kanan ini menderita CTD dan harus ditangani dengan segera. Hal ini karena dia bekerja sebagai tukang ulek gado-gado dan pekerjaannya membutuhkan tangannya untuk bekerja terutama lengan yang dominan. Oleh itu, adalah amat penting untuk melakukan diagnosis okupasi yang teliti agar bisa memberikan terapi dan edukasi yang benar ke atas pasien.Daftar Pustaka1. Bethany V, Keith V. Mechanisms leading to musculoskeletal disorders.Vol. 134 No. 10. Jam Dent Assoc ;United States: 2003p. 1344-1350.2. Rahmaniyah Dwi Astuti. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadapkelelahan muskuloskeletal. Gema Sakti Publisher; Jakarta: 2007.p.78-84.3. Darlis. Pertimbangan ergonomi pada perancangan stasiun kerja. Sigma Epsilon, vol 13 (4): 105-110.4. Santoso, G. Ergonomi manusia, peralatan dan lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher;Jakarta: 2003.p.56-65.5. Ridley, J. Hukum-hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Health & Safety in Brief. 2008.6. Gleadle J. At a glace pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.p.93.7. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2006.8. A definition of cumulative trauma disorders. Diunduh dari: http://www.impacto.ca/pdf/lct.pdf. 9. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.p. 223-3610. Sudoyo A W et all. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 200911. Herrington JM, Gill FS. Buku saku kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.p. 210-1