CRITC REPORT - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_RajaAmpat_2001.pdf · sebanyak 14...
Transcript of CRITC REPORT - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_RajaAmpat_2001.pdf · sebanyak 14...
1
NATIONAL CRITC
CCRRIITTCC RREEPPOORRTT
BASE LINE STUDY KEPULAUAN RAJAAMPAT, PAPUA
DESEMBER 2001
COREMAP CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM
Jl.Raden Saleh No. 43 Jakarta 10330 Telp. (021) 3143080 Fax. (021) 3143082
Email : [email protected] - WebSite : http://www.coremap.or.id
2
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kepulauan Rajaampat merupakan salah satu gugusan pulau di bagian barat laut kepala burung
propinsi Irian Jaya. Kepulauan ini terdiri dari 4 pulau besar, yaitu Pulau Salawati, Pulau Waigeo, Pulau
Batanta dan Pulau Misool. Secara geografis kepulauan Rajaampat terletak pada 00o30’33’’ Lintang
Utara - 01o00’00’’ Lintang Selatan dan 124o30’00’’ – 131o30’00’’ Bujur Timur.
Terumbu karang di kepulauan Rajaampat sangat kaya akan jenis-jenis hewan atau tumbuhan.
Kepulauan ini merupakan salah satu daerah yang berada pada jantung jaringan koral (coral triangle),
yaitu daerah yang memiliki keragaman terumbu karang tinggi, selain Australia, Papua New Guinea dan
Filipina. Kepulauan Rajaampat telah dicadangkan oleh pemerintah sebagai kawasan konservasi, baik
untuk konservasi darat maupun kawasan konservasi laut. Kawasan konservasi di Rajaampat terdiri dari
cagar alam Pulau Misool Selatan, cagar alam Pulau Batanta Barat, cagar alam Pulau Waigeo Barat dan
cagar alam Pulau Salawati Utara. Kawasan konservasi Waigeo Barat telah diusulkan sebagai cagar
alam berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.395/Kpts/Um/1981 dengan luas 153.000 hektar.
Selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 81/Kpts-II/93 kawasan perairan Kepulauan
Rajaampat, meliputi antara lain pulau Mutus, p. Golf, p.Biansyi dan sekitarnya ditetapkan sebagai Suaka
Margasatwa Laut.
Dalam rangka mempersiapkan desain COREMAP tahap kedua Kepulauan Rajaampat telah dipilih
oleh pemerintah daerah Propinsi Irian Jaya sebagai lokasi COREMAP fase II. Oleh karena itu telah
dilakukan baseline studi ekologi di kawasan Rajaampat. Tujuan baseline studi ini adalah
mengumpulkan data-data dasar mengenai kondisi karang, ikan, lamun, mangrove serta kondisi
lingkungan perairan setempat. Data yang diperoleh akan digunakan untuk penyusunan desain fase II
COREMAP-LIPI.
Pemetaan
Kawasan terumbu di Pulau Boni dan sekitarnya memanjang sepanjang kira-kira 53,27 km. Reef flat
tersebar setempat-setempat di sepanjang garis pantai menempel ke Pulau Waigeo, Boni dan
Bombedari. Reef flat yang terlebar terdapat di Pulau Boni dengan lebar sekitar 1,35 km. Reef dalam
yang terbesar memiliki sumbu panjang sekitar 6,75 km, dan sumbu pendek 3,75 km. Mangrove terdapat
di sepanjang pantai dengan pola keberadaan yang tidak menerus, terutama di muara-muara sungai dan
di teluk-teluk yang ada di sepanjang pantai Waigeo Timur Laut itu
Terumbu Pulau-pulau Ayu terdiri dari dua buah reef platform yang berkedudukan dengan orientasi
yang saling tegak lurus. Platform Ayu Besar berorientasi relatif utara – selatan, sedang Ayu Kecil
berorientasi timur – barat. Keduanya sama-sama memiliki lagoon yang besar dengan bentuk yang
sesuai dengan bentuk masing-masing platform. Terumbu Ayu Besar memiliki sumbu panjang 33,30 km,
3
sumbu pendek 18,35 km; memiliki lagoon dengan sumbu panjang 29,28 km dan sumbu pendek 13,99
km; dengan reef flat terlebar 3,91 km dan tersempit 1,08 km. Di atasnya terdapat 4 buah pulau utama
dan banyak pulau-pulau kecil. Terumbu Ayu Kecil memiliki sumbu panjang 19,15 km, sumbu pendek
7,55 km, memiliki lagoon dengan sumbu panjang 13,09 km dan sumbu pendek 3,68 km; dengan reef flat
terlebar 3,91 km dan tersempit 0,83 km. Di atasnya terdapat sebuah pulau yang besar dan tiga pulau-
pulau kecil. Mangrove terdapat di beberapa pulau, tetapi luasan arealnya terlalu sempit untuk dapat
terlihat pada citra satelit.
Gugusan Pulau-pulau Batangpele terdiri dari pulau-pulau terumbu, yaitu pulau Miosmengkara,
Miosarar Besar, Miosarar Kecil, Loyetmo, Yetsiep, Yefkabu, Mutus dan pulau-pulau non-terumbu, yaitu
pulau Gof Besar, Gof Kecil, Biansyi Besar. Terumbu yang ada di gugusan pulau tersebut dapat
dibedakan menjadi terumbu yang menempel ke pulau (islanded reef), terumbu dangkal yang soliter
(shallow water reef), dan terumbu dalam yang soliter (deep water reef). Di beberapa pulau terdapat
lagoon yang dalam. Rataan terumbu terlebar terdapat di Pulau Yetsiep, yaitu sekitar 0,72 km.
Karang
Dari hasil RRA terlihat bahwa persentase tutupan karang hidup di Boni (reef top 6.14 + 5.92%; reef
edge 15.39 + 11.56%) relatif lebih jelek dibandingkan dengan di P.P. Ayu (reef top 6.28 + 8.46%; reef
edge 24.67 + 11.13%) dan P.P. Batang Pele(reef top 25.36 + 18.42%; reef edge 23.81 + 17.43%). Hasil
LIT menunjukkan bahwa persentase tutupan karang hidup di Pulau Boni adalah sebesar 35,02%, di
Pulau Ayu 51,07% dan di Pulau-pulau Batang Pele 40,86%. Nilai Indeks merataan yang dihitung dari
jenis-jenis karang batu yang dijumpai saat LIT menunjukkan bahwa di P.P. Batang Pele memiliki nilai
indeks kemerataan yang relatif lebih tinggi (0.872 – 0.934) dibandingkan dengan di lokasi lainnya
(Pulau-pulau Ayu 0.758 – 0.861; Pulau Boni 0.05). Artinya, jenis karang batu di lokasi ini jauh lebih
merata dan tak ada satu jenis karang batu pun yang lebih dominan dibanding jenis karang batu lainnya.
Selama pengamatan, berhasil dijumpai 293 spesies karang batu, 153 jenis dijumpai di Boni, 277 jenis di
P.P. Ayu dan 205 jenis di P.P. Batang Pele.
Ikan Karang
Sensus ikan karang yang dilakukan diidentifikasi sebanyak 395 jenis ikan yang mewakili 115 marga dari
42 suku. Jumlah total kelimpahan individu dari ikan yang ditemukan adalah sebanyak 81.142 ekor. Ikan
indikator yang dijumpai sebanyak 34 jenis ikan kepe-kepe yang mewakili 5 marga dari suku Chaetodontidae
dengan jumlah individu sebanyak 2.370 ekor. Hasil analis kelimpahan menunjukkan bahwa jenis-jenis yang
menonjol adalah : Chaetodon vagabundus, Chaetodon baronessa, Chaetodon kleinii dan Chaetodon
ephipium. Di daerah Reef Top umumnya didominasi oleh jenis ikan Chaetodon vagabundus, C, trifasciatus
dan C. citrinelus sedangkan pada daerah Reef Edge didominasi oleh jenis Chaetodon trifasciatus,
Chaetodon kleinii, Heniochus varius dan Chaetodon baronessa.
4
Ikan target dijumpai sebanyak 159 jenis, terdiri dari 43 marga dari 17 suku dengan jumlah individu
sebesar 19.773 ekor. Sebagian besar ikan-ikan tersebut dijumpai dalam ukuran dewasa. Jenis ikan
kerapu (Cephalopholis spp dan Epinephelus spp) ditemukan sebanyak 354 ekor. Ikan –ikan tersebut
umumnya ditemukan di daerah Pulau-Pulau Batang Pele dan Pulau-Pulau Ayu di daerah Reef Edge .
Secara spesifik juga ditemukan jenis kerapu bebek (Cromileptis altivelis), ikan Maming /Napoleon
wrases (Cheilinus undulatus), ikan Bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum),ikan Kakatua/
Parrotfish (Scarus spp), ikan Bibir Tebal /Sweetlips (Plectorhynchus spp) dan ikan Kakap/Snaper
(Lutjanus spp).
Kelompok ikan “major grup “ diperkirakan ditemukan lebih dari 202 jenis yang mewakili 72 marga
dari 24 suku dengan jumlah individu 58.999 ekor. Beberapa jenis yang mempunyai nilai tinggi sebagai
ikan hias antara lain jenis-jenis seperti : Balistoides conspiculum (Triger kembang), Pomacanthus
imperator (Betmen), Pigoplites diacanthus, Pomacanthus xanthomethopon, Centropyge bicolor,
Paracanthurus hepatus (Letter enam). Dari hasil pengamatan terlihat beberapa jenis ikan yang
umumnya ditemukan hampir pada semua lokasi penelitian serta senantiasa hadir dalam jumlah yang
banyak adalah seperti : Chromis ternatensis, Chromis viridis,Chromis margaritifer Amblyglyphidodon
curacao dan Pomacentrus molucensis.
Lamun
Hasil penelitian telah teridentifikasi 7 jenis lamun yaitu : Thallasia hemprichii,, Cymodocea
serrulata, C. rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis dan Syringodium
isoetifolium. Di Pulau Boni padang lamun di dominasi oleh T. hemprichii dengan tutupan 65%,
kerapatan 265 + 200,47 tegakan/m2 dan total biomassa 15.010,4 + 81,35 gram berat basah/m2. Di
Pulau-pulau Ayu T. hemprichii juga mendominasi lokasi penelitian dengan tutupan 32%, kerapatan 86 +
25,80 tegakan/m2 dan total biomassa 7.637 + 396,94 gram berat basah/m2. Di Pulau-pulau Batang
Pele, lamun didominasi oleh S. isoetifolium dengan tutupan 35%, kerapatan 518 + 210,91 dan total
biomassa 30.106 + 73,84 berat basah/m2.
Mangrove
Hasil pencuplikan data baik dari transek maupun koleksi bebas di Kepulauan Raja Ampat didapatkan
sebanyak 14 jenis mangrove yang termasuk dalam 10 marga dan 8 suku Dari ke 14 jenis tersebut, 3 jenis
mangrove merupakan jenis yang ditemukan pada semua tempat, yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata dan Bruguiera gymnorrhiza.
Pada masing-masing pulau mempunyai jenis dominan dan coodominan yang bervariasi. Di P. Waigeo, P.
Dorekar dan P. Yefnawan untuk pohon didominasi oleh Bruguiera gymnorrhiza, di P. Boni Besar dan Pulau
Biansyi Kecil didominasi Rhizophora apiculata sedangkan di Pulau Manyaifun didominasi Rhizophora
5
mucronata. Untuk kategori belta di Pulau Waigeo, Pulau Dorekar, dan Pulau Biansyi Kecil diduduki jenis
Rhizophora apiculata dan di Pulau Boni Besar, Pulau Manyaifun didominasi Bruguiera gymnorrhiza.
Diameter pohon rata-rata terbesar terdapat di Pulau Dorekar, sedang untuk belta di Pulau Boni Besar.
Rata-rata pohon tertinggi di Pulau Waigeo, sedang untuk belta di Pulau Dorekar. Secara keseluruhan
kepadatan pohon mangrove di Raja Ampat ini mencapai 464 batang/hektar. Kepadatan pohon terbanyak
didapatkan di Pulau Biansyi Kecil (550 batang/hektar), sedang untuk belta di Pulau Waigeo (1840
batang/hektar). Dari pencuplikan enam transek tersebut diketahui bahwa ketebalan maksimal mangrove
sekitar 100 m dan yang paling tebal adalah di P. Boni Besar (110 m).
Kriteria pohon didominansi oleh Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai penting 112,63 % , untuk codominan
didominasi oleh Rhizophora apiculata dengan nilai penting 84,76 %. Kriteria belta (anak pohon) hutan
mangrove di daerah Rajaampat ini didominasi oleh Rhizophora apiculata dengan nilai penting 110,69 %,
codominan diduduki jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai penting 92,50 %.
Kepadatan semai untuk keseluruhan mencapai 3214 semai/hektar. Kondisi mangrove di P.P. Raja Ampat
ini tipis akan tetapi dapat dikatakan hutan tua, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pohon yang mempunyai
diameter besar terutama pohon yang berdiameter lebih dari 20 cm jumlahnya sekitar 283 batang/hektar.
Sedang tipisnya mangrove di pulau-pulau tersebut disebabkan kondisi habitat dan lingkungan yang tidak
menunjang perkembangan mangrove.
Kualitas Perairan
Kualitas air di perairan Rajaampat tergolong bersih dan belum terlihat adanya pengaruh kegiatan
manusia (limbah rumah tangga). Kadar oksigen terlarut di seluruh lokasi yang diteliti berkisar antara
5,81 - 7,76 ppm (6,45+0,48 ppm). Kadar nitrat berkisar antara < 1,00 – 22,41 ppb (2,13+4,07 ppm)
Kadar nitrit berkisar antara < 1,00 – 15,14 ppb. Kadar fosfat berkisar antara 1,23 – 48,85 ppb
(5,18±7,10 ppb). Kadar TSS berkisar antara 1,16 – 6,08 ppm (3,85±0,81 ppm). Salinitas dan pH air
permukaan di perairan Pulau-pulau Rajaampat adalah tinggi dan homogen (S = 35 %o; pH =
8,25+0,07).
Oseanografi
Nilai parameter oseanografi di perairan Rajaampat di lapisan permukaan (2-10 m) adalah sebagai berikut
: suhu berkisar antara 29,653 – 30,877 oC; salinitas antara 33,940 – 34,232 psu; kecerahan antara 72 – 85 %.
Nilai kekeruhan (turbiditas) sangat rendah, nilainya < 1 NTU dan kadang-kadang hampir 0 (nol). Intensitas
matahari mampu menembus sampai kedalaman 60 hingga 135 meter. Kecepatan arus pada kedalaman 13
meter berkisar antara 9 - 98 cm/detik.
6
PENGANTAR
Dalam rangka mempersiapkan COREMAP fase II, maka Pemerintah Daerah Propinsi Papua memilih
Kepulauan Rajaampat sebagai lokasi COREMAP fase II. Sebagai tindak lanjutnya, maka CRITC-Nasional
melakukan baseline studi ekologi di daerah tersebut. Pada baseline studi ini data-data yang dikumpulkan
adalah data karang, ikan karang, lamun, mangrove, kualitas air serta beberapa parameter oseanografi. Metode
pengumpulan data telah disepakati bersama dalam pertemuan yang diadakan pada bulan Agustus 2001. Salah
satunya adalah menggunakan Rapid Reef Resources Assessment dan Line Intercept Transect untuk melihat
kondisi karang, ikan karang serta lamun. Data yang terkumpul diharapkan dapat digunakan untuk
mempersiapkan desain COREMAP fase II.
Baseline studi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan serta kerjasama dari berbagai pihak. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada, Tim peneliti, Kapten serta ABK Kapal Riset Baruna Jaya VIII, Pemerintah
Daerah Propinsi Papua, Pemda Kabupaten Sorong, Conservation International Indonesia, serta berbagai pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Tanpa bermaksud mengecilkan arti usaha dari para peneliti, kami percaya bahwa masih banyak
kekurangan dari laporan ini. Oleh sebab itu segala kritik dan saran sangat dibutuhkan.
Mengetahui Asisten Direktur Bidang Informasi dan Penelitian Koordinator, Dr. Suharsono Dra. Nurul Dhewani, Msi.
7
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF 2 PENGANTAR 6 DAFTAR ISI 7 DAFTAR TABEL 9 DAFTAR GAMBAR 11 DAFTAR LAMPIRAN 13 1. PENDAHULUAN 14
1.1. Latar Belakang 14 1.2. Tujuan dan Sasaran 16 1.3. Hasil yang Diharapkan 16
2. METODOLOGI 17 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 17 2.2. Pemetaan 23 2.3. Karang 23 2.4. Ikan Karang 24 2.5. Lamun 25 2.6 Mangrove 35 2.6. Kualitas Perairan 37 2.7. Oseanografi 41 3. HASIL DAN BAHASAN 45 3.1. Kondisi Umum Kawasan RajaAmpat 45
3.1.1. Pemetaan 45 3.1.2. Karang 48 3.1.3. Ikan Karang 49 3.1.4. Lamun 53 3.1.5. Mangrove 55 3.1.6. Kualitas Perairan 59
3.1.5.1. Oksigen 59 3.1.5.2. Nitrit dan Nitrat 59 3.1.5.3. Fosfat 59 3.1.5.4. TSS 60 3.1.5.5. Salinitas dan pH 60
3.1.6. Oseanografi 61 3.1.6.1. Suhu 61 3.1.6.2. Salinitas 61 3.1.6.3. Kecerahan 62 3.1.6.4. Kekeruhan (turbiditas) 63 3.1.6.5. Intensitas Matahari 64
3.2. Kondisi Masing-masing Lokasi Penelitian 65
3.2.1. Pulau Boni dan sekitarnya, Waigeo Utara 65 3.2.1.1. Karang 65 3.2.1.2. Ikan Karang 66 3.2.1.3. Lamun 72 3.2.1.4. Kualitas Perairan 73 3.2.1.5. Arus 78
8
3.2.2. Pulau-Pulau Ayu 81
3.2.2.1. Karang 81 3.2.2.2. Ikan Karang 82 3.2.2.3. Lamun 89 3.2.2.4. Kualitas Perairan 89 3.2.2.5. Arus 94
3.2.3. Pulau-Pulau Batang Pele 97
3.2.3.1. Karang 97 3.2.3.2. Ikan Karang 98 3.2.3.3. Lamun 103 3.2.3.4. Kualitas Perairan 104 3.2.3.5. Arus 108
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 4.1. Kesimpulan 109 4.2. Rekomendasi 109 DAFTAR PUSTAKA 110
9
DAFTAR TABEL
Tabel Hal1. Kawasan Konservasi di Kepulauan Rajaampat, Kabupaten Sorong. 152 Jumlah Stasiun Pengamatan untuk Setiap Lokasi dan Bidang Kajian 173 Konsentrasi Terumbu Karang di Pulau-pulau Batang Pele 204 Persentase Tutupan Bentic Lifeform Hasil LIT di Kepulauan Rajaampat 485 Jumlah Spesies, Jumlah Individu, Nilai H’ dan J’ hasil LIT di Kepulauan Rajaampat 496 Jumlah Jenis, Jumlah Suku dan Jumlah Individu Ikan Berdasarkan Kategori Karang
Hasil RRA di Perairan Rajaampat. 49
7 Kekayaan ikan “Indikator Species “ (Famili Chaetodontidae) pada Beberapa Lokasi Pengamatan
50
8 Jumlah Individu, Jenis dan Famili Ikan Target , Indikator dan Major di Pulau Boni dan Sekitarnya, Pulau–pulau Ayu, dan Pulau-pulau Batang Pele
52
9 Kelimpahan Serta Sebaran Individu , Famili dan Jenis Kelompok Ikan Target, Indikator dan Major di Pulau Ayu, Boni dan Pulau Batang Pele
53
10 Distibusi Lamun di Kawasan Kepulauan Rajaampat, Sorong, Irian Jaya 5411 Jenis-jenis Mangrove yang Didapat di Kepulauan Rajaampat. 5612 Jenis Mangrove yang Didapatkan pada Setiap Lokasi Baik di dalam maupun di luar
transek 57
13 Ciri-ciri Khas Struktur Hutan Mangrove di Kepulauan Rajaampat 5714 Kerapatan Nisbi (KN), Frekuensi Nisbi (FN), Dominasi Nisbi (DN) dan Nilai Penting
(NP) Pohon Mangrove di Kepulauan Rajaampat. 58
15 Kerapatan Nisbi (KN), Frekuensi Nisbi (FN), Dominasi Nisbi (DN) dan Nilai Penting (NP) Anak Pohon Mangrove di Kepulauan Rajaampat.
58
16 Kelas Diameter dan Tinggi Pohon per Hektar Mangrove di Kepulauan Rajaampat. 5817 Kelas Diameter dan Tinggi Belta per Hektar Mangrove di Kepulauan Rajaampat 5818 Kualitas Air di Perairan Rajaampat, Sorong, Papua 6019 Hasil RRA di Tubir (reef edge) dan Rataan Terumbu (reef top)di Pulau Boni dan
Sekitarnya (Waigeo Timur Laur) 65
20 Komposisi 10 Jenis Ikan Dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif, di Perairan Pulau Boni dan sekitarnya.
67
21 Komposisi 10 jenis ikan Major dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif yang Berada di Perairan Pulau Boni dan sekitarnya.
68
22 Komposisi 10 Jenis Ikan Indikator dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif yang Berada di Perairan Pulau Boni dan Sekitarnya.
69
23 Komposisi 10 Jenis Ikan Target dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif di Perairan Pulau Boni dan Sekitarnya
70
24 Komposisi 10 Jenis Ikan yang Dominan di Daerah Reef Edge Pulau Boni 7125 Komposisi 10 Jenis Ikan Karang yang Dominan pada Daerah Reef Top di Pulau Boni 7226 Rata-rata Kerapatan (Tegakan / m2), Total Biomasa (gram berat basah/m2), Rata-rata
Tutupan dan Dominansi Jenis di Pulau Boni dan sekitarnya 73
27 Kecepatan dan Arah Arus Dominan di Pulau Boni dan Sekitarnya, Kepulauan Rajaampat, Oktober 2001
78
28 Hasil RRA di Tubir (reef edge) dan Rataan Terumbu (reef top)di Pulau-pulau Ayu 8129 Komposisi 10 Jenis Ikan dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif di
Perairan Pulau Pulau Ayu . 83
30 Komposisi 10 Jenis Ikan Major dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif di Perairan Pulau pulau Ayu
84
31 Komposisi 10 Jenis Ikan Indikator dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif di Perairan Pulau pulau Ayu
86
32 Komposisi 10 Jenis Ikan Target dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase 87
10
Kumulatif di Perairan Pulau Ayu 33 Komposisi 10 Jenis Ikan di Daerah Reef Top di Pulau Ayu. 8834 Komposisi Ikan di Daerah Reef Edge di P. Ayu. 8935 Rata-rata Kerapatan (tegakan / m2), Total Biomasa (gram berat basah/m2), Rata-rata
Tutupan dan Dominansi Jenis di Pulau- pulau Ayu 89
36 Kecepatan dan Arah Arus Dominan di Pulau Pulau Ayu, Kepulauan Rajaampat, Oktober 2001
94
37 Hasil RRA di Tubir (reef edge) dan Rataan Terumbu (reef top)di Pulau-pulau Batang Pele.
97
38 Komposisi 10 Jenis Ikan dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif yang berada di Perairan Pulau Pulau Batang Pele .
99
39 Komposisi 10 Jenis Ikan Major dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif yang berada di Perairan Pulau Pulau batang Pele
99
40 Komposisi 10 Jenis Ikan Indikator dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif yang Berada di Perairan Pulau Pulau batang Pele
100
41 Komposisi 10Jenis Ikan Target dengan Kelimpahan dan Proporsi Persentase Kumulatif yang Berada di Perairan Pulau Pulau Batang Pele
101
42 Komposisi 10 Jenis Ikan yang Dominan di Daerah Reef Edge Pulau Batang Pele 10243 Komposisi 10 Jenis Ikan yang Dominan di Daerah Reef Top Pulau Batang Pele 10344 Rata-rata Kerapatan (tegakan / m2), Total Biomasa (gram berat basah/m2), Rata-rata
Tutupan dan Dominansi Jenis di Pulau- pulau Batang Pele 104
45 Kecepatan dan Arah Arus Dominan di Pulau Pulau Batang Pele, Kepulauan Rajaampat, Oktober 2001
108
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal 1a. Peta Kawasan Waigeo Timur Laut 18 1b. Peta Kawasan Pulau-Pulau Ayu 21 1c. Peta Kawasan Pulau-pulau BatangPele 22 2a. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefTop Waigeo Timur Laut 26 2b. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefTop Pulau-Pulau Ayu 27 2c. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefTop Pulau-Pulau BatangPele 28 3a. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefEdge Waigeo Timur Laut 29 3b. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefEdge Pulau-Pulau Ayu 30 3c. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefEdge Pulau-Pulau BatangPele 31 4a. Peta Lokasi Penelitian LIT Waigeo Timur Laut 32 4b. Peta Lokasi Penelitian LIT Pulau-Pulau Ayu 33 4c. Peta Lokasi Penelitian LIT Pulau-Pulau Batang Pele 34 5 Stasiun Penelitian Mangrove 36
6a. Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Laut Waigeo Timur Laut 38 6b. Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Laut Pulau-Pulau Ayu 39 6c. Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Laut BatangPele 40 7a. Peta Lokasi Penelitian Oseanografi Waigeo Timur Laut 42 7b. Peta Lokasi Penelitian Oseanografi Pulau-Pulau Ayu 43 7c. Peta Lokasi Penelitian Oseanografi Pulau-Pulau BatangPele 44 8 Persentase live coral cover di Kepulauan Rajaampat 48 9 Profil Tegak Suhu di Perairan Kepulauan Rajaampat, Sorong 61 10 Profil Tegak Salinitas di Perairan Kepulauan Rajaampat, Sorong 62 11 Profil Tegak Kecerahan Air di Perairan Kepulauan Rajaampat, Sorong 63 12 Profil Tegak Intensitas Matahari di Perairan Kepulauan Rajaampat, Sorong 64 13 Komposisi Kelimpahan Ikan Karang di P.Boni 66 14 Komposisi 10 jenis Ikan Major di P. Boni 68 15 Komposisi 10 jenis Ikan Indicator di P. Boni 69 16 Komposisi 10 jenis Ikan Target di P. Boni 70
17a Distribusi oksigen terlaru, nitrat, nitrit, fosfat, salinitas dan suhu di Perairan Pulau Waigeo Utara Bagian Barat
76
17b Distribusi oksigen terlaru, nitrat, nitrit, fosfat, salinitas dan suhu di Perairan Pulau Waigeo Utara Bagian Barat
77
18a Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 13 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong 79 18b Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 20 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong 79 18c Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 50 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong 80 18d Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 100 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong 80 19 Komposisi 10 jenis ikan 83 20 Komposisi 10 jenis ikan Major 84 21 Komposisi 10 jenis ikan indikator 85 22 Komposisi 10 jenis ikan Target 86
23a Distribusi oksigen terlaru, nitrat, nitrit, fosfat, salinitas dan suhu di Perairan Pulau-pulau Ayu 92 23b Distribusi oksigen terlaru, nitrat, nitrit, fosfat, salinitas dan suhu di Perairan Pulau-pulau Ayu 93 24a Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 13 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong 95 24b Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 20 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong 95 24c Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 50 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong 96 24d Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 100 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong 96 25a Distribusi oksigen terlaru, nitrat, nitrit, fosfat, salinitas dan suhu di Perairan Pulau-pulau
Batang Pele 107
25b Distribusi oksigen terlaru, nitrat, nitrit, fosfat, salinitas dan suhu di Perairan Pulau-pulau Batang Pele
108
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. Hal1 Tabel Jumlah dan Sebaran Jenis Karang Batu Hidup di Kepulauan Rajaampat,
Sorong 120
2 Gambar Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Edge dan Reef Top di Seluruh Lokasi Penelitian
Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Edge P. Boni dan sekitarnya 124 Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Edge Pulau-pulau Ayu 125 Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Edge Pulau-pulau Batang Pele 126 Persentase Tutupan LifeForm Hasil RRA Reef Edge P. Boni dan sekitarnya 127 Persentase Tutupan LifeForm Hasil RRA Reef Edge Pulau-pulau Ayu 128 Persentase Tutupan LifeForm Hasil RRA Reef Edge pulau-pulau Batang Pele 129 Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Top P. Boni dan sekitarnya 130 Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Top Pulau-Ayu 131 Persentase Tutupan Karang Hidup Hasil RRA Reef Top Pulau-pulau Batang Pele 132 Persentase Tutupan LifeForm Hasil RRA Reef Top P. Boni dan sekitarnya 133 Persentase Tutupan LifeForm Hasil RRA Reef Top Pulau-pulau Ayu 134 Persentase Tutupan LifeForm Hasil RRA Reef Top Pulau-pulau Batang Pele 1354 Gambar Karang Karang dari jenis Acropora sp. (tengah) diantara Porites sp 136 Beberapa jenis karang yang dijumpai di lokasi penelitian (Porites sp., Pocillopora
sp., Echinopora sp.) 136
Karang dari jenis Acropora sp. (tengah) diantara Porites sp 136 Kima (Tridacna sp.) 137 Karang Acropora sp., diantara dominasi karang Porites sp. 137 Karang Seriatopora hystrix 137 Lobophyllia sp. 138 Kalamunat (Sea anemone) 138 Beberapa koloni Acropora sp. 1385 Gambar Kegiatan Penelitian Tim kualitas air 139 Analisa data yang dilakukan di KR. Baruna Jaya VIII 139 Tim Terumbu Karang dan Ikan Karang 139 Pertemuan harian yang dilakukan di KR.Baruna Jaya VIII 140 Analisa kualitas air 140 Tim Peneliti Baseline Studi Rajaampat 1416 Tabel Posisi Geografi Stasiun Penelitian di Kepulauan Raja Ampat 142
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang Indonesia dan sumber daya yang berada di dalamnya telah dimanfaatkan oleh
masyarakat melalui berbagai macam cara. Dalam sepuluh tahun terakhir ini kondisi terumbu karang
Indonesia mengalami penurunan sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan karena adanya berbagai
tekanan. Menurut hasil penelitian Puslitbang Oseanologi tahun 1998 kondisi terumbu karang yang ada di
Indonesia 6,20 % dalam kondisi sangat baik, sedangkan 70 % dalam keadaan sedang atau sangat buruk.
Beberapa penyebab utama rusaknya terumbu karang oleh kegiatan manusia, antara lain adalah : 1)
penangkapan ikan dan biota terumbu karang lainnya secara terus menerus; 2) penggunaan racun dan bahan
peledak; 3) pencemaran dan pelumpuran yang disebabkan pembangunan di pesisir yang tidak terkendali; 4)
pengambilan dan penambangan karang untuk bahan dasar kapur dan bahan bangunan. Demikian pula
penangkapan biota dengan cara merusak kelestarian sumber daya seperti penggunaan bahan peledak atau
zat kimia telah merebak hampir di seluruh perairan Indonesia.
Dalam upaya memperlambat kerusakan dan menghindari semakin parahnya kondisi terumbu karang
maka Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu karang
(COREMAP). Tujuan utama program ini adalah untuk pengelolaan pemanfaatan sumber daya terumbu
karang yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program COREMAP akan
berlangsung selama 15 tahun dan di bagi menjadi 3 tahapan. Tahap pertama (inisiasi) selama 3 tahun, tahap
kedua (akselerasi) selama 6 tahun dan tahap ketiga (institusionalisasi) selama 6 tahun.
Tahap pertama program COREMAP telah dilaksanakan di 4 propinsi, yaitu Riau, Sulawesi Selatan, Irian
Jaya dan Kupang dan akan berakhir pada bulan Oktober 2002. Untuk mempersiapkan tahap kedua maka
akan dilakukan perluasan daerah di propinsi Irian Jaya Oleh karena itu pihak pemerintah daerah setempat
diminta agar mengusulkan calon lokasi COREMAP tahap kedua berdasarkan 14 kriteria yang telah
ditentukan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kawasan Rajaampat dipilih dan diusulkan oleh
pemerintah daerah propinsi Irian Jaya sebagai calon lokasi COREMAP tahap kedua.
Dalam rangka mempersiapkan desain COREMAP tahap kedua di lokasi yang telah ditentukan maka
diperlukan informasi dasar tentang keadaan lokasi tersebut. Oleh karena itu telah dilakukan baseline
studi ekologi di kawasan Rajaampat.
Kepulauan Rajaampat merupakan salah satu gugusan pulau di bagian barat laut kepala burung
propinsi Irian Jaya. Kepulauan ini terdiri dari 4 pulau besar, yaitu Pulau Salawati, Pulau Waigeo, Pulau
Batanta dan Pulau Misool. Secara geografis kepulauan Rajaampat terletak pada 00o30’33’’ Lintang
Utara - 01o00’00’’ Lintang Selatan dan 124o30’00’’ – 131o30’00’’ Bujur Timur.
14
Kepulauan Rajaampat telah dicadangkan oleh pemerintah sebagai kawasan konservasi, baik untuk
konservasi darat maupun kawasan konservasi laut. Kawasan konservasi di Kepulauan Rajaampat
disarikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kawasan Konservasi di Kepulauan Rajaampat, Kabupaten Sorong.
LOKASI STATUS YANG DIUTAMAKAN LUAS (Ha) ACUAN
Kepulauan Ayu p. SM Atol, karang, kepulauan berpasir, sarang penyu
1
p. Cagar Alam Waigeo Barat
SK Mentan 395/Kpts/Um/5/81 Pantai berbatu dikelilingi karang 153.000 ha 2
Kepulauan Raja Ampat
SK Menhut 81/Kpts-II/93
Kepulauan karang, karang, sarang penyu hijau & hawkssbill, Nautilus perongga (Nautilus
pompilus), Triton terompet (Chelonia tritonis) keong kepala kambing (Cassis cormuta)
60.000 ha 3
Cagar Alam Batanta Barat
SK Mentan 912/Kpts/Um/10/81 Pantai 10.000 ha 1,2
p. Cagar Alam Salawati Utara
SK Mentan/ Kpts/Um/1/81 Pantai 57.000 ha 1,2
p. Cagar Alam P. Misool
SK Mentan 716/Kpts/Um/10/82 Pantai 84.000 ha 1,2
Keterangan :
p = diusulkan
1. Bakosurtanal, 1998; 2. Conservation International Indonesia, 2001; 3. SK Menhut 81/Kpts-II/93
Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non vulkanik
yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis yang cukup lebat.
Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar diantara keempat pulau tersebut ada yang berupa pulau
karang dan pulau non vulkanik. Pulau-pulau kecil tersebut umumnya ditumbuhi oleh pohon kelapa dan
semak belukar.
Terumbu karang di kepulauan Rajaampat sangat kaya akan jenis-jenis hewan atau tumbuhan.
Kepulauan ini merupakan salah satu daerah yang berada pada jantung jaringan koral (coral triangle),
yaitu daerah yang memiliki keragaman terumbu karang tinggi, selain Australia, Papua New Guinea dan
Filipina. Hasil kerjasama antara Conservation International Indonesia, Universitas Cendrawasih dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2001) menyimpulkan bahwa kondisi laut di daerah ini tergolong
sangat baik. Para peneliti telah berhasil mengidentifikasikan 450 jenis terumbu karang, 950 jenis ikan
karang dan 600 jenis moluska di sekitar pulau Batantan, pulau Waigeo dan pulau Gam. Dari hasil
15
identifikasi tersebut diduga ditemukan 7 spesies baru karang, 3 jenis ikan baru yaitu : satu jenis ikan
gobi (Eviota), 2 jenis ikan kardinal (Apogon), dan satu jenis hiu (Hemiscyllium).
Dari segi ekonomi Kepulauan Rajaampat sangat penting karena daerah ini memberikan kontribusi
yang cukup tinggi kepada PAD Kabupaten Sorong. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai
nelayan dengan mengumpulkan hasil laut seperti ikan, lola bia, teripang dan sirip ikan hiu.
Penangkapan ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dan kerapu/goropa menjadi target utama karena
mudah dikumpulkan dan harganya cukup tinggi. Namun sayangnya penggunaan bius banyak
digunakan untuk menangkap ikan-ikan tersebut. Factsheet dari Conservation Internasional Indonesia
menyatakan bahwa sianida masih digunakan untuk menangkap ikan napoleon dan kerapu/goropa di 7
desa. Di samping penggunaan racun/bius ancaman penggunaan bahan peledak (bom) sangat
dikhawatirkan. Hasil penelitian Conservation International Indonesia (2001) menunjukkan bahwa dari 23
desa yang diteliti, 12 desa membenarkan adanya penggunaan bom oleh orang yang tak dikenal, 9 desa
menggunakan potassium sianida untuk menangkap ikan dan 7 desa menggunakan baik potassium
sianida maupun bom untuk menangkap ikan.
Tujuan Dan Sasaran
Tujuan baseline studi ini adalah mengumpulkan data-data dasar mengenai kondisi karang, ikan,
lamun, mangrove serta kondisi lingkungan perairan setempat. Data yang diperoleh akan digunakan
untuk penyusunan desain fase II COREMAP-LIPI.
Hasil Yang Diharapkan
Dari hasil studi ini diharapkan akan dapat dibuat Laporan yang berisi informasi tentang kawasan
Rajaampat dan sekitarnya serta peta tematik sumberdaya perairan tersebut.
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian baseline studi di Kepulauan Rajaampat dilakukan dari tanggal Oktober sampai
November 2001. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 daerah (Gambar 1), yaitu:
1. Sisi timur dan utara pulau Waigeo (dari Tanjung Pamali sampai pulau Boni)
2. Pulau-pulau Ayu (terdiri dari 1 reef besar dan 1 reef kecil)
3. Pulau-pulau Batang Pele (terdiri dari 14 pulau)
16
Ketiga lokasi penelitian tersebut di atas dipilih berdasarkan konsentrasi sebaran terumbu karang di
kawasan Rajaampat yang dilihat dari hasil citra dan peta laut. Pengamatan yang dilakukan meliputi
bidang kajian Oseanografi, GIS, Terumbu karang, Ikan, Mangrove, Lamun dan Kualitas air. Posisi dan
jumlah stasiun pengamatan berbeda untuk masing-masing kajian. Jumlah stasiun pengamatan untuk
masing-masing kajian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Stasiun Pengamatan untuk Setiap Lokasi dan Bidang Kajian
Jumlah stasiun Bidang kajian P. Boni dsk Pulau-pulau Ayu Pulau-pulau Batang Pele Oseanografi 5 7 6 GIS : - titik ikat (GCP) - titik interpretasi
2 54
2
100
3 13
Kualitas air 15 21 25 Koral (reef edge) 19 41 80 Ikan karang (reef egde) 19 41 80 Karang (reef top) 14 36 36 Ikan karang (reef top) 14 36 36 Mangrove 2 1 3 Lamun 14 36 5 Line Intercept Transect 1 5 3
Kondisi dari ketiga lokasi penelitian yang dipilih diuraikan sebagai berikut :
Pulau Boni dan sekitarnya Lokasi penelitian ini terletak di Pulau Waigeo Bagian Timur Laut (gambar 1a). Pengamatan dilakukan
mulai dari Tanjung Pamali (sebelah timur P. Waigeo) dan berakhir di P. Boni (sebelah timur laut P. Waogeo).
Untuk memudahkan pengelompokan lokasi penelitian maka daerah ini disebut sebagai Pulau Boni dan
sekitarnya. Rataan terumbu karang dari Tanjung Pamali sampai dengan Pulau Boni relatif sempit. Bagian
terumbu yang agak lebar terdapat hanya di sekeliling Pulau Boni. Umumnya sepanjang pantai curam terdiri
dari batu cadas.
17
Gambar 1a. Peta Kawasan Waigeo Timur Laut
18
Pulau-pulau Ayu Pulau-pulau Ayu terletak di Lautan Pasifik, berada lebih kurang 106 mil laut ke arah utara dari kota Sorong
atau sekitar 25 mil laut dari Kabare (Waigeo Utara). Di sebelah utara dibatasi oleh Samudra Pasifik dan
Kepulauan Asia, di sebelah selatan oleh Samudra Pasifik dan Pulau Waigeo, di sebelah barat dan timur
dibatasi oleh Samudra Pasifik. Kepulauan ini diusulkan sebagai Suaka Margasatwa.
Pulau-pulau Ayu berada di atas 2 hamparan terumbu karang, satu hamparan terumbu yang sangat luas
dan satu hamparan lainnya lebih kecil (gambar 1b). Di atas hamparan terumbu karang yang luas memanjang
dari utara ke selatan, didalamnya terdapat 11 pulau yaitu : P. Kuan, P. Ros, P. Abdon, P. Reni, P. Kanober,
P. Kofot, P. Apop, P. Mandung P. Awarisi dan P. Padanganreer. Hamparan terumbu karang yang lebih
sempit memanjang dari barat ke timur, didalamnya terdapat 3 buah pulau, yaitu : P. Ayu, P. Oerbabo besar
dan P. Oerbabo kecil. Secara keseluruhan luas daratan lebih kurang 781 ha, sedangkan luas hamparan
terumbu karang adalah 60.000 ha (DIRJEN PHPA, 1989).
Secara administrative Pulau-pulau Ayu berada dalam wilayah desa Dorekar dan desa Rutum, Kecamatan
Waigeo Utara Kabupaten Sorong.
Topografi Pulau-pulau Ayu bervariasi antara melingkar dengan konfigurasi tepian daratan rata dan
melingkar memanjang dengan konfigurasi tepian daratan berbentuk tanjung. Konfigurasi perairan melandai
kearah laut dan sampai pada jarak 300 – 400 meter melembah membentuk slope-slope yang curam.
Kedalaman air bervariasi dengan bagian yang terdalam sampai 1698 meter terdapat di sebelah utara pulau
Oerbabo atau sebelah barat P. Abdon.
Pulau-pulau Batang Pele Pulau-pulau Batang Pele merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di sebelah barat bagian
utara kota Sorong atau di sebalah barat Pulau Waigeo (gambar 1c). Di sebelah utara dan timur dibatasi oleh
pulau Waigeo, di sebelah selatan oleh selat Dampi dan sebelah barat oleh P. Gag. Gugusan pulau-pulau di
kawasan tersebut terdiri dari 14 pulau, yaitu : P. Fwojo, P. Miosarar besar, P. Miosarar kecil, P.
Miosmengkara, P. Yefnabi besar, Yefnabi kecil, P. Mutus, P. Yefmo, P. Yettsiep, P. Yefkabu, P. Biantsyi
besar, P. Biantsyi kecil, P. Gof besar, P. Gof kecil, P. Yefnawan. Luas bentangan daratan lebih kurang 8460
ha (DIRJEN PHPA, 1989). Menurut SK Menteri Kehutanan No. 81/Kpts-II/93 yang dikeluarkan tanggal 16
Februari 1993 pulau-pulau Batang Pele tersebut termasuk ke dalam Suaka Margasatwa Laut Kepulauan Raja
Ampat.
Topografi pulau-pulau Batang Pele bervariasi antara bentuk melingkar memanjang dengan tepian daratan
membentuk tanjung atau melekuk kedalam ke arah daratan membentuk teluk. Dasar perairan memiliki
konfigurasi menonjol ke permukaan air, mendatar dan melandai di bagian tepi karang membentuk slope-slope
yang curam. Kedalaman perairan bervariasi dan pada bagian tepi pulau yang berkarang kedalaman perairan
anatara 3-12 meter. Pada bagian luar hamparan karang kedalaman perairan antara 16-117 meter. Sebaran
terumbu karang di 14 pulau disajikan dalam Tabel 3.
19
Tabel 3. Konsentrasi Terumbu Karang di Pulau-pulau Batang Pele
Nama Pulau Letak Terumbu Karang
Fwojo Barat
Miosmengkara Barat daya
Miosarar Besar Sekeliling pulau
Miosarar Kecil Barat dan selatan
Yetmo Barat dan barat daya lebih tebal daripada timur laut
Yetsiep Selatan dan tengggara
Yefkabu Sekeliling pulau
Yefnabi Kecil Barat lebih tebal dari keliling pulau
Mutus Sekeliling pulau
Gof Besar Selatan
Gof Kecil Utara lebih tebal daripada barat, timur dan selatan
Biantsyi Besar Utara lebih tebal daripada selatan
Biantsyi Kecil Barat
Yefnawan Timur dan barat
20
Gambar 1b. Peta Kawasan Pulau-Pulau Ayu
21
Gambar 1c. Peta Kawasan Pulau-pulau BatangPele
22
Pemetaan
Citra satelit adalah data dasar yang dipergunakan untuk pembuatan peta dasar. Citra satelit yang
dipergunakan adalah citra digital Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper Plus (atau Landsat ETM+) pada
kanal sinar tampak dan kanal infra merah dekat (band 1, 2, 3, 4 dan 5). Saluran ETM+ 7 tidak dipergunakan
dalam studi ini karena studinya lebih mengarah ke perairan. Infra-merah dekat ETM+ 4 dan 5 tetap dipakai
karena band 4 berguna untuk perairan dangkal, dan band 5 untuk pengenalan mangrove.
Citra yang dipergunakan citra dengan cakupan penuh (full scene) yang mencakup kawasan seluas
185 x 185 km per segi. Ukuran piksel 30 x 30 meter per segi. Untuk kawasan Waigeo bagian barat
dipergunakan citra dari perekaman tanggal 26 September 1999 (Path/Row: 108/60), sedang Waigeo
bagian timur perekaman tanggal 5 September 2000 (Path/Row: 107/60).
Pengolahan citra dilakukan dengan mempergunakan software Image Analysis pada Extension
ArcView versi 3.1. Prosedur pengolahan citra yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Citra dibebaskan atau dikurangi dari pengaruh noise yang ada. Koreksi untuk mengurangi noise ini
dilakukan dengan teknik smoothing menggunakan filter low-pass.
2) Koreksi geometri. Koreksi ini dilakukan untuk menempatkan citra pada proyeksi geografik, agar
sesuai dengan tuntutan software yang menggunakan sistem decimal degree. Titik GCP yang
dipergunakan adalah yang terbaca dari citra itu sendiri.
3) Pembuatan citra false color composite. Citra ini dibuat untuk keperluan interpretasi citra secara
visual maupun klasifikasi otomatis. Dalam studi ini, untuk keperluan delineasi batas unit-unit
interpretasi dipergunakan band 5,3,1 untuk saluran warna merah, hijau dan biru.
4) Delineasi batas unit-unit interpretasi dilakukan dengan cara mendigitasi pada layar komputer. Untuk
memperoleh hasil digitasi yang baik, digitasi dilakukan pada skala tampilan citra yang lebih besar
dari pada yang dikehendaki untuk ditampilkan. Batas-batas yang didelineasi adalah batas unit-unit
morfologi utama perairan dangkal seperti tepi terumbu, tepi lagoon dan tepi kawasan mangrove.
Survei lapangan untuk pengumpulan data dan verifikasi dilakukan pada bukan Oktober 2001.
Penentuan posisi titik-titik pengamatan di lapangan dilakukan dengan GPS merek Garmin tipe 12CX
dengan ketelitian posisi absolut 15 meter. Untuk keperluan kerja di lapangan dipergunakan juga Peta
Rupa bumi dari Bakosurtanal dan Peta Laut dari Dinas Hidro Oseanografi TNI-Al untuk keperluan
orientasi nama-nama tempat dan pulau-pulau.
Karang
Pengamatan terumbu karang, dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Pengamatan secara kualitatif dilakukan secara visual, sedangkan pengamatan secara kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan metode RRA (Rapid Reef Resources Assessment) dan LIT (Line
Intercept Transect). Untuk metode RRA, beberapa titik pengamatan pada daerah Reef Top (rataan
23
terumbu) dan Reef Edge (lereng terumbu) di pilih pada setiap lokasi yang akan diteliti. Titik pengamatan
reef top dan reef edge di setiap lokasi digambarkan dalam Gambar 2a, 2b, 2c dan Gambar 3a, 3b, 3c.
Dengan snorkeling, pengamat berenang selama sekitar 5 menit pada titik pengamatan tersebut dan
memperkirakan persentase tutupan substrat maupun biota yang dijumpainya. Setiap posisi titik
pengamatan tersebut dicatat dengan menggunakan GPS. Jumlah titik stasiun yang diamati dengan
metode RRA adalah 226 titik stasiun.
Untuk metode LIT, dipilih 1 titik stasiun di Pulau Boni dan sekitarnya (Gambar 4a), 5 titik stasiun di
Pulau Ayu (Gambar 4b) dan 3 titik stasiun di Pulau Batang Pele (Gambar 4c). Penentuan titik LIT
berdasarkan pada hasil pengamatan di hari sebelumnya. Titik-titik tersebut diharapkan dapat mewakili
kondisi terumbu karang yang ada. Panjang garis transek adalah 50 m yang diletakkan sejajar garis
pantai pada kedalaman antara 5 m. Untuk tiap-tiap lokasi yang dipilih, dilakukan 2 kali ulangan transek.
Semua yang ada dibawah garis transek (biotik amaupun abiotik) dicatat dengan ketelitian mendekati
centimeter. Dari jenis dan banyaknya kehadiran karang batu yang dijumpai saat LIT, dihitung indeks
keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index=H’) (Shannon, 1948; Zar,1996) dan indeks
kemerataan (evenness index=J’) (Pielou, 1966; Zar 1996). Untuk melengkapi data kekayaan jenis
karang, dilakukan juga koleksi bebas di sekitar lokasi transek.
Ikan Karang
Sensus ikan karang dilakukan bersama-sama dengan pengamatan karang. Metode sensus visual
untuk mendapatkan data kelimpahan ikan karang yang digunakan adalah :
1. Metode Rapid Reef Resources Assesment (RRA)
2. Metode Line Intercep Transek (LIT)
Peralatan yang digunakan dalam melakukan sensus visual adalah masker, fin dan papan pencatat.
Pencatat berenang (fin swimming) sepanjang 10 m dengan lebar pengamatan 5 m kiri dan kanan
selama 5 menit. Luas daerah pengamatan setiap stasiun diperkirakan 100 m 2 (10 m x 2 x 5 m) .
Pencatatan ikan dilakukan pada daerah reef top (rataan terumbu) dan daerah reef edge (lereng
terumbu) . Jumlah seluruh stasiun RRA adalah 226 stasiun.
Metode Line Intercep Transek (LIT) dikembangkan oleh Asean Australia Project (Dartnall & Jones,
1986). Peralatan yang digunakan dalam melakukan transek dan sensus visual adalah peralatan selam
(scuba diving), papan pencatat dan meteran bawah air (50 m) . Garis transek ditarik sejajar garis pantai
sepanjang 50 m. Pengamatan ikan karang dilakukan mengikuti garis transek yang telah dibuat dengan
lebar pengamatan sejauh 2,5 m dari sisi kiri dan kanan garis transek. Diperkirakan luas bidang
pengamatan ikan yang disensus adalah 250 m 2. Sensus ikan dilakukan pada kedalaman 5 m, dan
dilakukan 3 kali ulangan, sehingga total luas daerah yang disensus pada masing-masing stasiun
penelitian adalah 750 m 2 .
24
Identifikasi jenis ikan dibantu melalui buku panduan ikan karang yang kedap air karangan Kuiter
(1992) dan Leiske & Myers (1995). Ikan yang disensus kemudian diklasifikasikan atas tiga kelompok
besar yaitu :
Ikan target : Jenis-jenis ikan dalam kelompok ini adalah ikan konsumsi atau pangan yang memiliki nilai ekonomis
dan hidup berasosiasi dengan perairan karang. Ikan ini dapat dibedakan menurut kelompoknya yaitu
ikan-ikan yang bersifat menyendiri (soliter) atau dalam kelompok kecil dan ikan yang bersifat
bergerombol (schooling) . Untuk ikan yang bersifat soliter atau dalam kelompok kecil pencatatan
dilakukan individu per individu (actual coun) sedang untuk jenis ikan yang bergerombol (schooling)
dengan kelimpahan yang tinggi pencatatan dilakukan dengan penaksiran (abundance kategory).
Ikan Indikator : Ikan yang tergolong dalam kelompok ini adalah ikan yang hidupnya berasosiasi sangat erat dengan
terumbu karang , seperti ikan kepe-kepe (butterfly fishes) dari suku Chaetodontidae. Ikan ini dapat
dihitung dengan mudah di dalam air karena sifat hidupnya yang menyendiri, berpasangan atau
membentuk kelompok kecil dan jarang sekali hidup dalam kelompok besar.
Ikan Major : Jenis – jenis ikan dari kelompok ini meliputi semua ikan yang tidak termasuk di kedua kelompok
diatas yang umumnya belum diketahui peranan utamanya, selain dalam rantai makanan di alam. Pada
umumnya jenis ikan pada kelompok ini adalah ikan-ikan berukuran kecil dan dimanfaatkan sebagai
ikan hias. Pencatatan terhadap kelompok ikan ini lebih banyak dilakukan secara taksiran (semi
kuantitatif), karena pada umumnyanya bersifat membentuk gerombolan (schooling).
Lamun
Metode RRA (Rapid Reef Resource Assessment ) digunakan untuk membantu mempetakan distribusi
lamun dengan waktu pengamatan yang relatif singkat yaitu 5 menit per stasiun pengamatan. Metode transek
garis yang telah dimodifikasi dari Dartnall dan Jones (1986) dan English et al 1994 digunakan untuk
pengambilan contoh lamun. Pengamatan dengan metode RRA di Pulau Boni dan sekitarnya dilakukan pada
14 stasiun, di Pulau-pulau Ayu 36 stasiun, sedangkan di Pulau Batang Pele 5 stasiun.
Untuk pengamatan kelimpahan, komposisi jenis dan biomasa lamun dilakukan pengambilan contoh
secara acak sebanyak tiga kali dengan bingkai 25 cm x 25 cm yaitu pada bagian pinggir, tengah dan dekat
tubir. Lamun diambil diidentifikasi dan diestimasi persen tutupan pada setiap lokasi transek. Contoh-contoh
lamun tersebut diberi tanda (label) dan dibawa ke laboraturium untuk dibersihkan, dicuci dengan air asin dan
diidentifikasi. Kemudian setiap contoh lamun dipisahkan menurut jenisnya dan dihitung jumlah tegakannya
serta ditimbang dengan berat basah. Setiap titik/stasiun pengambilan contoh dicatat posisinya dengan GPS.
25
Gambar 2a. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefTop Waigeo Timur Laut
26
Gambar 2b. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefTop Pulau-Pulau Ayu
27
Gambar 2c. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefTop Pulau-Pulau BatangPele
28
Gambar 3a. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefEdge Waigeo Timur Laut
29
Gambar 3b. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefEdge Pulau-Pulau Ayu
30
Gambar 3c. Peta Lokasi Penelitian RRA ReefEdge Pulau-Pulau BatangPele
31
Gambar 4a. Peta Lokasi Penelitian LIT Waigeo Timur Laut
32
Gambar 4b. Peta Lokasi Penelitian LIT Pulau-Pulau Ayu
33
Gambar 4c. Peta Lokasi Penelitian LIT Pulau-Pulau Batang Pele
34
Mangrove
Untuk mengetahui struktur dan komposisi mangrove di kawasan Pulau-pulau Rajaampat dilakukan
pencuplikan data dengan menggunakan transek. Transek dilakukan dengan cara membuat garis tegak lurus
pantai kearah darat dengan membuat petak-petak (Cox, 1969). Sebelum melakukan pencuplikan data
dilakukan pengamatan lapangan yang meliputi seluruh kawasan hutan yang bertujuan untuk melihat secara
umum keadaan fisiognomi dan komposisi tegakan hutan serta keadaan pasang surutnya.
Data vegetasi dari setiap transek dicuplik dengan menggunakan metode kuadrat (Qosting 1956) yang
ukurannya sebagai berikut :
- 10 x 10 meter untuk pohon (diameter batang > 10 cm),
- 5 x 5 meter untuk anak pohon (diameter 2 - < 10 cm)
- 1 x 1 meter untuk semai (diameter 2 cm dan kurang dari 1,5 meter).
Pada setiap petak tersebut semua tegakan diidentifikasi jenisnya, diukur diameternya dan tingginya serta
dihitung jumlah individu masing-masing jenis. Data yang diperoleh dianalisa dengan cara Cox (1967).
35
Gambar 5. Stasiun Penelitian Mangrove
36
Lingkungan Perairan
Penelitian kualitas air dilakukan bersamaan dengan penelitian terumbu karang (Gambar 6a, 6b, 6c).
Parameter kualitas air yang diteliti adalah oksigen terlarut (DO), nutrien (nitrat, nitrit, fosfat), salinitas, pH
dan zat padat tersuspensi (TSS).
Contoh air permukaan (± 1 meter) diambil dengan Van Dorn. Kadar oksigen terlarut ditentukan dengan
modifikasi Winkler (Carritt et al. 1966). Contoh air yang diambil segera disaring dengan kertas saring
sellulosa ester 0,45 um, dimasukkan ke dalam botoll polietilen, kemudian disimpan (tidak lebih dari 28 hari)
dalam freezer (- 4oC). Kadar nitrit ditentukan dengan metode spektrofotometrik berdasarkan pembentukan
senyawa diazonium (Strickland et al. 1968). Kadar nitrat ditentukan dengan metode spektrofotometrik setelah
direduksi terlebih dahulu menjadi nitrit (Grasshoff 1976). Kadar fosfat ditentukan dengan metode
spektrofotometrik didasarkan pada pembentukan senyawa komplek fosfomolibdat (Koreleff 1976). Kadar zat
padat tersuspensi ditentukan dengan metode gravimetric (APHA-AWWA-WPCF 1980). Nilai salinitas diukur
langsung dengan menggunakan Refraktometer. Demikian pula untuk nilai pH juga diukur langsung dengan
menggunakan pH meter.
37
Gambar 6a. Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Laut Waigeo Timur Laut
38
Gambar 6b. Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Laut Pulau-Pulau Ayu
39
Gambar 6c. Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Laut BatangPele
40
Oseanografi
Pengamatan parameter oseanografi dilakukan di 18 stasiun (Gambar 7a, 7b, 7c ).
Suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan dan intensitas matahari. Pengukuran suhu, salinitas, kecerahan, turbiditas dan intensitas matahari terhadap kedalaman dilakukan
dengan menggunakan CTD Model SBE 911 Plus. Sistem CTD tersebut diturunkan dari kapal Baruna Jaya
VIII ke dalam air secara perlahan selama lebih kurang 10 menit. Data parameter direkam dalam monitor
untuk dianalisa lebih lanjut. Pada survey kali ini CTD diturunkan hingga kedalaman maksimum 300 meter.
Analisa data menggunakan paket program SEASAVE (Sea-Bird Electronics, Inc., 1998). Program ini
dapat memberikan gambaran data suhu, salinitas, kecerahan, turbisitas dan yang lainnya dengan interval
kedalaman 1 m dari permukaan hingga 300 m (dapat dilihat pada hasil print stasiun CTD ). Nilai suhu
dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, salinitas dalam psu, kecerahan dalam persen (%), turbididas dalam
NTU sedangkan intensitas matahari dalam meter.
Pengukuran Arus Laut
Pengukuran kecepatan arus di perairan Rajaampat dilakukan dengan menggunakan ADCP (Acoustic
Doppler Current Profiler) frekuensi 75 kHz. Lokasi pengukuran arus dilakukan di Pulau Boni dan sekitarnya,
Pulau-pulau Ayu dan Pulau-pulau Batang Pele. dengan cara membuat trek (lintasan) mengelilingi pulau pada
kedalaman laut antara 30 hingga 300 m. Kuat arus diukur dengan ketebalan lapisan 5 m dan jumlah lapisan
20. Lama perekaman data setiap trek di setiap lokasi berkisar antara 5 hingga 7 jam tergantung panjang
lintasan (trek ADCP). Kedalaman pengukuran untuk menggambarkan stik arus kecepatan dan arah dipilih
pada kedalaman 13, 20, 50 dan 100 m. Dimulai dari kedalaman 13 meter karena kedalaman ini merupakan
kedalaman minimum yang dapat dideteksi oleh ADCP.
41
Gambar 7a. Peta Lokasi Penelitian Oseanografi Waigeo Timur Laut
42
Gambar 7b. Peta Lokasi Penelitian Oseanografi Pulau-Pulau Ayu
43
Gambar 7c. Peta Lokasi Penelitian Oseanografi Pulau-Pulau BatangPele
44
III. HASIL DAN BAHASAN
Kondisi Umum Kawasan Rajaampat
Pemetaan
Peta akhir hasil analisis didiskripsi dan dibahas berdasarkan data hasil pengamatan lapangan.
Selain itu dibahas pula geometri citra dan keterbatasan yang ada dalam pemrosesan hingga tersusun
peta akhir.
Geometri Citra
Data mentah (raw data) citra sudah dalam kondisi terkoreksi geometri, karena produk data Landsat
7 ETM+ yang dipasarkan merupakan data level 1G. Pada level ini data sudah terkoreksi geometri
dengan datum WGS’84 menggunakan sistem koordinat Universal Tranverse Mercator (UTM).
Berdasarkan keterangan yang tertera dalam dokumen produk data Landsat 7, data yang direkam satelit
setelah tanggal 28 April 2000 mempunyai tingkat kesalahan posisi kurang dari 50 meter. Ketelitian ini
dapat dinaikkan lagi dengan aplikasi koreksi geometri menggunakan Ground Control Point (GCP) lokal
sampai mencapai kesalahan kurang dari 15 meter.
Dalam studi ini, koreksi geometri dengan menggunakan GCP lokal tidak dapat dilaksanakan, karena
tidak memadainya jumlah GCP yang dapat dikumpulkan untuk dijadikan GCP lokal. Selanjutnya, agar
dapat dilakukan pengeplotan dengan sistem koordinat decimal degree, dilakukan koreksi geometri
dengan mengunakan titik-titik GCP yang dibaca dari citra itu sendiri. Hasilnya adalah bahwa semua titik-
titik ground check di lapangan yang tersebar di tepi terumbu, termasuk titik-titik yang akan dijadikan
GCP lokal, ternyata semuanya dapat diplotkan dengan baik pada peta dasar dan citra satelit tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesalahan posisi citra hasil koreksi diri sendiri itu kurang dari 1 piksel
citra (kurang dari 30 meter). Oleh karena itu, pada studi ini, koreksi geometri dengan GCP lokal tidak
dilakukan lagi. Kondisi ini berlaku baik untuk citra Waigeo Timur yang direkam setelah tanggal 28 April
2000, maupun Waigeo Barat yang direkam sebelum tanggal tersebut.
Gambaran Umum Daerah Studi
Daerah studi terpisah dalam tiga kawasan terumbu yang berbeda, yaitu kawasan terumbu Waigeo
Timur Laut yang membentang di sepanjang pantai timur laut Pulau Waigeo mulai dari Tanjung Monfafa
sampai Tanjung Wariai; kawasan terumbu Pulau-pulau Ayu di lepas pantai utara Pulau Waigeo; dan
kawasan terumbu Pulau-pulau Batangpele yang tersebar di lepas pantai tenggara Pulau Waigeo.
45
Terumbu Karang Pulau Boni dan sekitarnya. Kawasan terumbu ini memanjang sepanjang kira-kira 53,27 km. Reef flat tersebar setempat-
setempat di sepanjang garis pantai menempel ke Pulau Waigeo, Boni dan Bombedari. Reef flat yang
terlebar terdapat di Pulau Boni dengan lebar sekitar 1,35 km.
Selain reef dangkal (shallow water reef), di dalam komplek ini juga terdapat reef dalam (deep water
reef) yang berada di kedalaman sampai sekitar 37 meter. Reef dalam tersebut, ada yang terpisah dari
reef dangkal, tetapi ada pula yang merupakan kelanjutan dari reef dangkal yang menempel ke Pulau
Waigeo. Reef dalam yang terbesar memiliki sumbu panjang sekitar 6,75 km, dan sumbu pendek 3,75
km.
Mangrove terdapat di sepanjang pantai dengan pola keberadaan yang tidak menerus, terutama di
muara-muara sungai dan di teluk-teluk yang ada di sepanjang pantai Waigeo Timur Laut itu. Areal
mangrove yang cukup luas, sehingga dapat dikenali dengan jelas pada citra satelit, terdapat di teluk dan
pantai di kawasan Pulau Boni dan Bombedari.
Terumbu Karang Pulau-pulau Ayu Terumbu Pulau-pulau Ayu terdiri dari dua buah reef platform yang berkedudukan dengan orientasi
yang saling tegak lurus. Platform Ayu Besar berorientasi relatif utara – selatan, sedang Ayu Kecil
berorientasi timur – barat. Keduanya sama-sama memiliki lagoon yang besar dengan bentuk yang
sesuai dengan bentuk masing-masing platform,
Terumbu Ayu Besar memiliki sumbu panjang 33,30 km, sumbu pendek 18,35 km; memiliki lagoon
dengan sumbu panjang 29,28 km dan sumbu pendek 13,99 km; dengan reef flat terlebar 3,91 km dan
tersempit 1,08 km. Di atasnya terdapat 4 buah pulau utama dan banyak pulau-pulau kecil.
Terumbu Ayu Kecil memiliki sumbu panjang 19,15 km, sumbu pendek 7,55 km, memiliki lagoon
dengan sumbu panjang 13,09 km dan sumbu pendek 3,68 km; dengan reef flat terlebar 3,91 km dan
tersempit 0,83 km. Di atasnya terdapat sebuah pulau yang besar dan tiga pulau-pulau kecil.
Mangrove terdapat di beberapa pulau, tetapi luasan arealnya terlalu sempit untuk dapat terlihat
pada citra satelit.
Terumbu Pulau-pulau Batangpele. Sebutan “Pulau-pulau Batangpele”, untuk menyebutkan sekelompok pulau-pulau yang terletak di
lepas pantai sebelah tenggara Pulau Waigeo, diberikan karena melihat kenyataan bahwa belum ada
satu nama yang spesifik untuk menyebut gugusan pulau tersebut, baik pada Peta Hidrografi dari Dinas
Hidro-oseanografi TNI-AL maupun pada Peta Lingkungan Laut Nasional tahun 1993 dari Bakosurtanal.
Namun menurut SK Menhut No. 81/KPTS-II/93 ‘Pulau-pulau Batang Pele” termasuk dalam kawasan
Suaka Margasatwa Laut Kepulauan Raja Ampat. Untuk membedakan Kepulauan Rajaampat yang ada
dalam Peta dan SML Kepulauan Raja Ampat, maka nama lokasi penelitian ini diambil dari nama pulau
yang terbesar yang ada di dalam gugusan pulau-pulau tersebut.
46
Gugusan Pulau-pulau Batangpele terdiri dari pulau-pulau terumbu, yaitu pulau yang terbentuk
karena pertumbuhan karang. dan pulau-pulau non-terumbu, yaitu yang pembentukannya tidak berkaitan
dengan pertumbuhan karang. Dari citra satelit, terumbu yang ada di gugusan pulau tersebut dapat
dibedakan menjadi : 1) terumbu yang menempel ke pulau (islanded reef), 2) terumbu dangkal yang
soliter (shallow water reef), dan 3) terumbu dalam yang soliter (deep water reef). Di beberapa pulau
terdapat lagoon yang dalam. Rataan terumbu terlebar terdapat di Pulau Yetsiep, dengan lebar sekitar
0,72 km. Rataan terumbu yang luas terdapat di sekitar pulau-pulau Miosmengkara, Miosarar Besar,
Miosarar Kecil, Loyetmo, Yetsiep, Yefkabu, dan Mutus. Semua pulau-pulau tersebut adalah pulau-pulau
terumbu. Pulau-pulau non-terumbu dengan rataan terumbu yang cukup luas adalah Pulau Gof Besar,
Gof Kecil, dan Biansyi Besar.
Klasifikasi
Liputan citra satelit ketiga kawasan terumbu yang teliti cukup baik dan relatif bersih dari tutupan
awan ( 5 %). Klasifikasi citra dilakukan pada citra false color composite dengan band 5,3,1, yang
merupakan kombinasi yang terbaik untuk dapat melakukan interpretasi visual citra daerah studi.
Dengan kombinasi band tersebut, pada citra dapat dikenali hal-hal berikut:
1) Pulau dapat dikenali dengan mudah dari warna umumnya yang merah.
2) Areal mangrove, bila cukup luas, dapat dikenali dengan mudah dari warnanya yang merah
gelap.
3) Tubuh-tubuh reef atau terumbu dapat dibedakan menjadi reef dangkal dengan warna biru
muda, dan reef dalam dengan warna biru tua.
4) Pada skala yang lebih detil, daerah rataan terumbu dapat dibedakan menjadi: daerah tutupan
koral, daerah seagrass, dan daerah bertutupan pasir.
Dalam penelitian ini, berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan, daerah rataan terumbu dapat
dibedakan menjadi:
1) Daerah tutupan koral, dengan kenampakan tutupan koral dominan sampai 100%.
2) Daerah tutupan seagrass, meliputi daerah bertutupan seagrass sangat jarang samai 100%. Di
dalam daerah ini kadang-kadang dijumpai koloni-koloni koral dan kantong-kantong daerah
bertutupan pasir.
3) Daerah tutupan pasir, meliputi daerah bertutupan pasir 100 % sampai bertutupan pasir dengan
kantong-kantong tutupan seagrass dan koloni-koloni koral.
47
Karang
Secara keseluruhan, dari RRA diketahui bahwa persentase tutupan karang hidup di daerah Reef
Edge relatif masih lebih baik bila dibandingkan dengan di daerah Reef Top, kecuali di daerah Pulau-
pulau Batang Pele (Gambar dibawah ini). Selain faktor-faktor alami, aktivitas manusia yang banyak
dilakukan di daerah Reef Top mungkin juga berperan dalam hal ini. Berdasarkan pengamatan
dilapangan, terutama di P.P. Batang Pele, terlihat banyaknya pecahan-pecahan karang yang hancur
tak beraturan yang diduga akibat bahan peledak, dan ini juga dikuatkan oleh informasi dari penduduk
disekitar lokasi ini yang menceritakan bahwa mereka sering melihat nelayan-nelayan dari luar kawasan
ini yang menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan.
6.14
15.89
6.28
24.6725.3623.81
0
5
10
15
20
25
30
Reef Top Reef edge
% li
ve c
oral
P. Boni
P. Ayu
P. Batang Pele
Gambar 8. Persentase live coral cover di Kepulauan Rajaampat
Dari hasil RRA pula menunjukkan bahwa persentase tutupan karang hidup di Boni relatif lebih jelek
dibandingkan dengan di P.P. Ayu dan P.P. Batang Pele. Hal ini didukung pula dengan hasil LIT yang
dilakukan di 8 titik pengamatan (1 titik pengamatan di Boni, 4 titik pengamatan di P.P. Ayu dan 3 titik
pengamatan di P.P. Batang Pele) dimana persentase tutupan karang hidup di Boni relatif lebih rendah
dibanding di lokasi lainnya (lihat Tabel 4).
Tabel 4 Persentase Tutupan Bentic Lifeform Hasil LIT di Kepulauan Rajaampat
Bentic Life Form A B C D E F G H
Hard Coral 35.02 57.59 31.65 48.91 66.13 37.43 39.38 45.76
Hard Coral (Acropora) 11.33 12.04 3.45 11.02 19.03 4.37 24.74 24.26
Hard Corals (Non-Acropora) 23.69 45.55 28.20 37.89 47.10 33.06 14.64 21.5
Dead Scleractinia 0.90 10.19 18.73 4.17 2.70 2.86 17.84 9.18
Algae 54.25 8.97 40.84 33.58 15.58 28.18 9.62 1.85
Other Faauna 1.31 15.39 8.78 4.69 15.59 19.19 12.19 8.19
Abiotic 8.52 7.86 0.00 8.65 0.00 12.35 20.97 35.02 Keterangan : A. P. Boni bagian Utara E. St.4 PP Ayu (reef I) bagian Utara B. St. 1 PP Ayu (reef I) bagian Selatan F. P. Yefnawan bagian Barat C. St. 2 PP Ayu (reef II) bagian Selatan G. P. Mutus bagian Barat D. St. 3 PP Ayu (reef I) bagian Timur H. P. Miosarar bagian Barat
48
Nilai Indeks kemerataan yang dihitung dari jenis-jenis karang batu yang dijumpai saat LIT
menunjukkan bahwa di P.P. Batang Pele memiliki nilai indeks kemerataan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan di lokasi lainnya (Tabel 5). Ini berarti bahwa setiap jenis karang batu di lokasi ini
jauh lebih merata. Tak ada satu jenis karang batu yang lebih dominan dibanding jenis karang batu
lainnya.
Selama pengamatan, berhasil dijumpai 294 spesies karang batu, dimana 153 jenis dijumpai di Boni,
277 jenis di P.P. Ayu dan 205 jenis di P.P. Batang Pele.
Tabel 5. Jumlah Spesies, Jumlah Individu, Nilai H’ dan J’ hasil LIT di Kepulauan Rajaampat
A B C D E F G H
Jumlah Individu 123 185 179 268 290 153 65 108
Jumlah Spesies 32 53 41 74 45 75 34 40
H’ 1.212 1.492 1.308 1.609 1.253 1.751 1.415 1.396
J’ 0.805 0.865 0.811 0.861 20.758 0.934 0.924 0.872Keterangan : A. P. Boni bagian Utara E. St.4 PP Ayu (reef I) bagian Utara B. St. 1 PP Ayu (reef I) bagian Selatan F. P. Yefnawan bagian Barat C. St. 2 PP Ayu (reef II) bagian Selatan G. P. Mutus bagian Barat D. St. 3 PP Ayu (reef I) bagian Timur H. P. Miosarar bagian Barat
Ikan Karang
Sensus ikan karang dilakukan di tiga perairan di Pulau Pulau Radja Ampat yaitu : Pertama, di
perairan antara Tg. Pamali sampai daerah Boni ( 19 St RRA Reef Edge, 14 St RRA Reef Top dan 1 St
LIT). Kedua, di perairan Pulau Pulau Ayu (42 St RRA Reef Edge, 36 St RRA Reef Top dan 4 St LIT) ;
dan ketiga di perairan Pulau-Pulau Batang Pele ( 80 St RRA Reef Edge, 36 St RRA Reef Top dan 3 St
LIT).
Dari ketiga perairan tersebut berhasil diidentifikasi sebanyak 395 jenis ikan perairan karang yang mewakili
115 marga dari 42 suku (Lampiran 1 - 7). Jumlah total kelimpahan individu dari ikan yang ditemukan adalah
sebanyak 81.142 ekor (Tabel 6) .
Tabel 6. Jumlah Jenis, Jumlah Suku dan Jumlah Individu Ikan Berdasarkan Kategori Karang Hasil RRA di Perairan Rajaampat.
Kategori Jumlah Jenis Jumlah Marga Jumlah Suku Jumlah Individu
Major 202 72 24 58.999
Target 159 43 17 19.773
Indikator 34 5 1 2.370
TOTAL 395 115 42 81.142
49
Ikan “Indicator Species” Sebanyak 34 jenis ikan kepe-kepe yang mewakili 5 marga dari suku Chaetodontidae telah dijumpai
selama penelitian dengan jumlah individu sebanyak 2.370 ekor. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini tidak terlalu berbeda jauh dengan yang diperoleh Aleen (2000) dalam penelitian pada 45 lokasi
penyelaman LIT di daerah Kepuluan Radja Ampat yang memperoleh 39 jenis ikan indikator. Lokasi
penelitian di Radja Ampat ini dapat dikatakan cukup tinggi dalam hal keanekaragaman jenis ikan
indikator bila dibandingkan dengan beberapa lokasi lainnya yang ada di Indonesia seperti terlihat pada
Tabel 7dibawah ini.
Tabel 7. Kekayaan ikan “Indikator Species “ (Famili Chaetodontidae) pada Beberapa Lokasi Pengamatan
Lokasi Pengamatan Jumlah genus
Jumlah jenis Pustaka
Pulau Lizard Terumbu Polinesia Laut Flores Selat Sunda Kepulauan Padaido, Biak Teluk Ambon Kepulauan Derawan, Kaltim Pulau-Pulau Radja Ampat Pulau Ayu,Batang Pele & Boni
3 3 3 3 4 4 6 7 5
20 15 23 29 29 27 34 38 34
Anderson et al, 1981 Bell et al, 1985 Adrim dan Hutomo, 1989 Hutomo et al, 1991 Hukom, et al, 2001 Bawole, 1998 Hukom, 2001 Allen, 2001 Studi ini
Hasil analis kelimpahan menunjukkan bahwa jenis-jenis yang menonjol adalah : Chaetodon
vagabundus, Chaetodon baronessa, Chaetodon kleinii dan Chaetodon ephipium. Keempat jenis ikan
tersebut umumnya ditemukan hampir disetiap lokasi penelitian serta dalam jumlah yang relatif besar
dibandingkan dengan jenis lainnya.
Untuk pengamatan yang dilakukan di daerah Reef Top umumnya didominasi oleh jenis ikan Chaetodon
vagabundus, C, trifasciatus dan C. citrinelus sedangkan pada daerah Reef Edge didominasi oleh jenis
Chaetodon trifasciatus, Chaetodon kleinii, Heniochus varius dan Chaetodon baronessa.
Ikan “Target Species” Ikan target yang berhasil diidentifikasi sebanyak 159 jenis ikan yang terdiri dari 43 marga dari 17
suku dengan jumlah individu sebesar 19.773 ekor. Sebagian besar ikan-ikan tersebut dijumpai dalam
ukuran dewasa. Kelompok ikan target yang menonjol adalah : Caesio cunning, Caesi lunnaris dan
Pterocaesio tile dari suku Caesionidae , Lutjanus fulvus, Lutjanus gibbus, Lutjanus fuviflamma, Lutjanus
bigutatus, Lutjanus decusssatus dari suku Lutjanidaee diikuti oleh Parupeneus multifasciatus dan
Parupeneus bifasciatus dari suku Mullidae kemudian Siganus vulpinus dan Siganus pueleus dari suku
Siganidae.
Selain itu pula perlu dikemukakan beberapa jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
senantiasa menjadi target penangkapan oleh para nelayan. Jenis ikan kerapu (Cephalopholis spp dan
50
Epinephelus spp) ditemukan sebanyak 354 ekor yang tergolong dalam 16 jenis. Ikan –ikan tersebut
umumnya ditemukan di daerah Pulau-Pulau Batang Pele dan Pulau-Pulau Ayu di daerah Reef Edge .
Secara spesifik juga ditemukan jenis kerapu bebek (Cromileptis altivelis) hanya di daerah Boni
sebanyak 2 ekor yang berukuran sekitar 80 cm . Ikan tersebut ditemukan di daerah luar transek (Line
Intercep Transek/ LIT) pada kedalaman 20 m. Ikan Maming /Napoleon wrases (Cheilinus undulatus)
ditemukan sebanyak 3 ekor pada lokasi P. Ayu . Ditemukannya ikan Kerapu bebek hanya di daerah
Boni dan Ikan Maming di daerah Pulau Ayu menunjukkan bahwa di daerah Radja Ampat kedua jenis
ikan tersebut cukup mengalami tekanan penangkapan yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan pula
dengan terdapatnya beberapa keramba pengumpul ikan tersebut pada beberapa lokasi di daerah
tersebut. Demikian pula dengan jenis ikan bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum) yang
hanya ditemukan sebanyak 23 ekor pada lokasi Batang Pele dan Pulau Boni. Sedangkan ketiga jenis
ikan lainnya seperti ikan kakatua/ Parrotfish (Scarus spp) ikan bibir Tebal /Sweetlips (Plectorhynchus
spp) dan ikan kakap/Snaper (Lutjanus spp) ditemukan masih ditemukan cukup banyak di hampir semua
lokasi penelitian. Ikan kakatua ditemukan sebanyak 2559 ekor yang tergolong dalam 21 jenis
sedangkan ikan bibir tebal ditemukan sebanyak 999 ekor yang termasuk dalam 7 jenis serta ikan kakap
ditemukan sebanyak 4464 ekor yang tergolong dalam 15 jenis. Kelimpahan dan Jumlah jenis dari ikan-
ikan Target yang bernilai ekonomis tinggi tersebut dapat dilihat pada Lampiran .. .
Ikan Lainnya (Major Group) Diperkirakan lebih dari 202 jenis ikan kelompok “major grup “ yang mewakili 72 marga dari 24 suku
dengan jumlah individu 58.999 ekor ditemukan dalam penelitian ini. Ikan-ikan tersebut umumnya terdiri
dari ikan-ikan yang tubuhnya berukuran kecil dan di alam berperan dalam rantai makanan. Sebagian
besar anggota kelompok ini memiliki warna tubuh yang indah dan menarik, sehingga banyak dipasarkan
sebagai komoditi ikan hias . Beberapa jenis yang mempunyai nilai tinggi sebagai ikan hias antara lain
jenis-jenis seperti : Balistoides conspiculum (Triger kembang), Pomacanthus imperator (Betmen),
Pigoplites diacanthus , Pomacanthus xanthomethopon, Centropyge bicolor, Paracanthurus hepatus
(Letter enam).
Dari hasil pengaamatan terlihat beberapa jenis ikan yang umumnya ditemukan hampir pada
semua lokasi penelitian serta senantiasa hadir dalam jumlah yang banyak adalah seperti : Chromis
ternatensis, Chromis viridis,Chromis margaritifer Amblyglyphidodon curacao dan Pomacentrus
molucensis.
Sebaran Ikan Karang Pada ketiga Perairan Ikan karang yang tersebar di ketiga lokasi penelitian Rajaampat memperlihatkan bahwa Pulau-
Pulau Batang Pele memiliki tingkat keanekaragaman jenis tertinggi (322 jenis) kemudian diikuti oleh
Pulau-Pulau Ayu ( 294 jenis) dan kemudian lokasi Boni dan sekitarnya (201 jenis) (Tabel 8)
51
Tabel 8. Jumlah Individu, Jenis dan Famili Ikan Target , Indikator dan Major di Pulau Boni dan Sekitarnya, Pulau–pulau Ayu, dan Pulau-pulau Batang Pele
Kelompok Ikan
Pulau-Pulau Ayu Pulau Boni dan sekitarnya
Pulau-Pulau Batang Pele
Individu Jenis Famili Individu Jenis Famili Individu Jenis Famili Ikan Target 8423
119 16 2485
87 12 8867
135 16
Ikan Indikator
1350
29 1 208
21 1 812
30 1
Ikan Major 22271
146 20 5818
93 12 29908
157 19
Total 32044 294 37 9511 201 26 39587 322 36
Jumlah total jenis ikan karang yang lebih banyak di daerah Batang Pele dibanding lokasi lainnya
diduga disebabkan karena dua hal yaitu :
Pertama jumlah stasiun pengamatan di daerah Batang Pele lebih banyak dibanding dengan dua
perairan lainnya, sehingga jumlah jenis ikan karang akan bertambah bila jumlah stasiun pengamatan
bertambah. Kedua , pada daerah Batang Pele jumlah pulau-pulau kecil yang menjadi daerah
pengamatan lebih banyak.
Kedua faktor penyebab tersebut diatas dapat dibenarkan bila dibandingkan dengan apa yang
diperoleh Consevasion International di daerah Radja Ampat. Jumlah jenis ikan karang yang diperoleh
sebanyak 950 jenis, diperoleh dari penyelaman pada 45 gugusan pulau-pulau kecil, dengan
pengamatan menggunakan sensus bebas pada kedalaman 3 – 45 meter.
Daerah perairan Radja Ampat dapat dikatakan sebagai daerah yang mempunyai tingkat
keanekaragaman jenis ikan karang yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan beberapa daerah yang
ada di Indonesia.
Beberapa jenis ikan dapat menjadi penciri dari masing-masing Pulau. Jenis ikan Hemitaurichthys
polilepis sebagai ikan penciri dari Pulau Ayu sebagai daerah yang memiliki kecerahan air yang tinggi.
Ikan Chaetodon oktofasciatus sebagai penciri ikan dari daerah Pulau Batang Pele sebelah selatan yang
tingkat kecerahan airnya rendah. Jenis Chromis lineata sebagai penciri ikan daerah transek Boni yang
memiliki kondisi karang cukup baik.
Dari sebaran ikan pada daerah Reef Edge dan Reef Top terlihat bahwa jumlah jenis ikan di daerah
Reef Edge lebih tinggi dibanding dengan daerah Reef Top. Pada daerah Reef Edge ditemukan 222
jenis sedangkan pada daerah Reef Top sebanyak 134 jenis. Pada Tabel 9 disajikan kelimpahan dan
sebaran ikan target , indikator dan major di ketiga perairan (Ayu, Boni dan Batang Pele).
52
Tabel 9. Kelimpahan Serta Sebaran Individu , Famili dan Jenis Kelompok Ikan Target, Indikator dan Major di Pulau Ayu, Boni dan Pulau Batang Pele
I n d I v I d u Reef Top Reef Edge L I T
Kategori ikan
lokasi Min Max Min Max Mn Mx Target Lokasi
762 boni
1059 Ayu
417 boni
6249 pele
1343 boni
3915 ayu
Indikator Lokasi
75 pele
173 ayu
55 boni
597 pele
75 boni
703 ayu
Major Lokasi
1070 boni
3086 pele
699 boni
20134 pele
4049 boni
15.690 ayu
F a m i l i Reef Top Reef Edge L I T
Kategori ikan
lokasi Mn Mx Mn Mx Mn Mx Target Lokasi
9 pele
10 ayu - boni
12 boni
16 ayu
11 boni
14 ayu
Indikator Lokasi
1 1 1 1 1 1
Major Lokasi
6 boni
10 ayu
7 boni
12 ayu
13 boni
16 ayu
J e n i s Reef Top Reef Edge L I T
Kategori Ikan
lokasi Mn Mx Mn Mx Mn Mx Target Lokasi
29 boni
47 pele
52 boni
93 pele
57 boni
105 ayu
Indikator Lokasi
9 pele
14 ayu
15 boni
32 ayu
15 pele
29 ayu
Major Lokasi
51 boni - ayu
73 pele
52 boni
97 ayu
61 boni
121 ayu
Lamun
Hasil yang diperoleh selama penelitian dari lima (5) lokasi pengamatan tertera pada Tabel 8. Terdapat 7
jenis lamun yang teridentifikasi pada lokasi penelitian yaitu : Thallasia hemprichii,, Cymodocea serrulata, C.
rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium. Dari Tabel 10
sebut dapat dilihat pula variasi distribusi lamun pada masing-masing pulau.
53
Tabel 10. Distibusi Lamun di Kawasan Kepulauan Rajaampat, Sorong, Irian Jaya.
Lokasi Jenis P. Boni dsk P. Ayu P. Batang Pele
POTAMOGETONACEAE Halophila ovalis + - + Cymodocea rotundata + - + C. serrulata + + + Syringodium iosetifolium + + + HYDROCHARITACEAE Enhalus acroides + + + Halodule uninervis + - + Thallassia hemprichii + + + TOTAL 7 4 7
Tipe padang lamun Berdasarkan hasil penelitian yang rinci dari tiga (3) lokasi pengamatan, maka padang lamun umumnya
homogen yang dapat digolongkan pada tipe dengan menggunakan ciri umum lokasi, tutupan dan tipe
substrat yaitu : Padang lamun yang berasosiasi dengan terumbu karang. Tipe ini umumnya dapat ditemukan
di lokasi-lokasi di daerah pasang-surut dan rataan terumbu karang yang dangkal.
Vegetasi dari padang lamun pada lokasi-lokasi yang diteliti pada umumnya adalah tipe campuran dengan
kombinasi dari beberapa jenis lamun yang tumbuh di daerah pasang surut mulai dari pinggir pantai sampai ke
tubir. Secara umum kombinasinya adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Halophyla ovalis serta
Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium. Hal ini hampir sama dengan padang lamun di perairan
Indonesia umumnya untuk tipe campuran yaitu : E. acoroides dan T. hemprichii (Heijs & Brouns 1986; Azkab
1991).
Kerapatan merupakan elemen dari struktur komunitas yang dapat digunakan untuk mengestimasi
produksi (Jacobs 1984). Kerapatan pada setiap jenis lamun mempunyai variasi, secara kuantitatif terdapat
perbedaan pada setiap lokasi penelitian dengan jenis yang sama, khususnya untuk jenis Halophila ovalis.
Begitu pula dengan hasil tutupan, yang terbesar ditemukan di Pulau Waigeo, sedangkan yang terkecil di
Pulau-Pulau Ayoe.
Pada rataan terumbu Pulau-pulau Rajaampat khususnya di reef edge tidak ditemukan lamun. kecuali di P.
Miosarar ditemukan Enhalus acoroides dengan persentase penutupan rata-rata 2 %. Kecenderungan
ketidakhadiran lamun di lokasi ini dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap 61 stasiun di reef edge dengan
kedalaman 4-7 meter tidak dijumpai lamun. Substrat dasar pada kedalaman tersebut umumnya didominasi
oleh terumbu karang. Namun indikasi keberadaannya tetap ada, dengan ditemukannya serasah dari
beberapa jenis lamun. Serasah tersebut diduga berasal dari lamun yang tumbuh di sekitar lokasi yang
berdekatan dengan daratan pada kedalaman di bawah 4 meter.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ketiga lokasi pengamatan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa lamun umumnya ditemukan hampir di seluruh stasiun pengamatan di reef top pada
54
kedalaman 1-3 meter. Kepadatannya relatif lebih tinggi di Pulau Waigeo khususnya di sekitar Pulau Boni
dengan tutupan rata-rata 65 %. Hal ini memberikan indikasi bahwa keberadaan lamun di perairan ini cukup
besar, terutama bila dikaitkan dengan biota yang berasosiasi dengan padang lamun, potensi sumberdaya
lamun cukup tinggi, khususnya dari segi perikanan dan sumbangan nutrisinya pada ekosistem terumbu
karang disekitarnya.
Suatu fenomena menarik dijumpai di lokasi pengamatan yang terletak di Pulau-pulau Batang Pele.
Walaupun areal rataan terumbunya relatif sempit, namun dengan kehadiran mangrove serta struktur pantai
yang membentuk lekukan-lekukan tertentu menciptakan suatu areal yang tenang dan terlindung dari arus dan
gempuran ombak. Keadaan demikian merupakan areal yang ideal dan memberikan kondisi yang optimum
bagi tumbuh dan berkembangnya lamun di daerah tersebut. Tujuh jenis lamun yang ditemukan pada daerah
ini umumnya tumbuh secara bersamaan dengan kerapatan serta biomassa yang relatif tinggi.
Mangrove
Dari hasil pencuplikan data baik transek (6 transek) maupun koleksi bebas di Kepulauan Rajaampat
didapatkan sebanyak 14 jenis mangrove yang termasuk dalam 10 marga dan 8 suku (Tabel 11). Dan 14 jenis
tersebut, 3 jenis mangrove merupakan jenis yang ditemukan pada semua transek/tempat pencuplikan data.
Jenis tersebut adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Bruguiera gymnorrhiza. Selain itu
juga dapat diketahui banyaknya jenis pada masing-masing pulau (Tabel 12).
Pada Tabel 13 terlihat bahwa pada masing-masing pulau mempunyai jenis dominan dan coodominan
yang bervariasi. Pada transek di P. Waigeo (I), P. Dorekar (II) dan P. Yefnawan(V) untuk pohon didominasi
oleh Bruguiera gymnorrhiza, transek P. Boni Besar (III) dan Pulau Biansyi Kecil (VI) didominasi Rhizophora
apiculata dan transek Pulau Manyaifun (IV) didominasi Rhizophora mucronata. Sedang untuk belta transek
Pulau Waigeo (I), Pulau Dorekar (II), dan Pulau Biansyi Kecil (VI) diduduki jenis Rhizophora apiculata dan
untuk transek Pulau Boni Besar (III), Pulau Manyaifun (IV) didominasi Bruguiera gymnorrhiza.
Diameter pohon rata-rata terbesar terdapat pada transek Pulau Dorekar, sedang untuk belta pada transek
Pulau Boni Besar. Rata-rata pohon tertinggi pada transek Pulau Waigeo, sedang untuk belta pada transek
Pulau Dorekar. Kepadatan pohon terbanyak didapatkan pada transek Pulau Biansyi Kecil (550 batang/hektar),
sedang untuk belta pada transek Pulau Waigeo (1840 batang/hektar). Dari pencuplikan enam transek tersebut
diketahui bahwa ketebalan maksimal mangrove sekitar 100 m dan yang paling tebal adalah di P. Boni
Besae(110 m).
Secara keseluruhan kepadatan pohon mangrove di Rajaampat ini mencapai 464 batang/hektar (Tabel
16). Kepadatan pohon di daerah ini lebih besar bila dibandingkan dengan kepadatan mangrove di daerah
Bintuni (448 batang/hektar) dan Muara Digul (420 batang/hektar). Demikian juga untuk belta (Tabel 17), di
daerah ini lebih banyak bila dibandingkan dengan Bintuni (626 batang/hektar) dan untuk Digul (1344
batang/hektar). Akan tetapi jumlah jenis mangrovenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan daerah Bintuni
(19 jenis) dan di Muara Digul (36 jenis).
55
Analisa dari transek menunjukkan bahwa untuk kriteria pohon (Tabel 14) Bruguiera gymnorrhiza
merupakan jenis yang dominan dengan nilai penting 112,63 % , untuk codominan didominasi oleh
Rhizophora apiculata dengan nilai penting 84,76 %. Apabila dibandingkan dengan hutan mangrove di Bintuni,
maka di daerah ini jenis pohon yang dominan adalah Rhizophora apiculata untuk codominan adalah
Sonneratia alba. Sedang untuk daerah di muara Digul jenis dominan adalah Avicennia alba untuk codominan
adalah Xylocarpus moluccensis.
Untuk kriteria belta (anak pohon) (Tabel 15) hutan mangrove di daerah Rajaampat ini didominasi oleh
Rhizophora apiculata dengan nilai penting 110,69 %, codominan diduduki jenis Bruguiera gymnorrhiza
dengan nilai penting 92,50 %. Di daerah Bintuni dominasi belta diduduki oleh Rhizophora apiculata,
codominan adalah Ceriops tagal. Sedang di muara Digul untuk belta dominasinya adalah Bruguiera
cylindrica, codominan adalah Xylocarpus moluccensis.
Dari pencuplikan data semai diketahui bahwa kepadatan semai untuk keseluruhan mencapai 3214
semai/hektar. Berdasarkan data-data tersebut di atas dapat diketahui bahwa kondisi mangrove di P.P.
Rajaampat ini tipis akan tetapi dapat dikatakan hutan tua. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pohon yang
mempunyai diameter besar terutama pohon yang berdiameter lebih dari 20 cm jumlahnya sekitar 283
batang/hektar. Sedang tipisnya mangrove di pulau-pulau tersebut disebabkan kondisi habitat dan lingkungan
yang tidak menunjang perkembangan mangrove. Oleh karena itu hutan mangrove yang tipis dan relatif masih
baik ini perlu dipertahankan demi kelestarian lingkungan di sekitarnya.
Tabel 11. Jenis-jenis Mangrove yang Didapat di Kepulauan Rajaampat.
Marga J e n i s
1 Acanthaceae 1 Acanthus illicifolius L.
2 Cobretaceae 2 Lumnitzera littorea (JACK) VOIGTH
3 Lythraceae 3 Pemphis acidula J.R.G. FORT
4 Malvaceae 4 Thespesia populnea (L.) SOL.EX
5 Palmae 5 Oncosperma filamentosa L.
6 Pteridaceae 6 Acrostichum aureum L.
7 Rhizophoraceae 7 Bruguiera gymnorrhiza (L) LAMK.
8 B. parviflora (ROXB) W. BA. EX GRIFF
9 Ceriops tagal (Perr.) C.B. ROB.
10 Rhizophora apiculata BC.
11 R. mucronata LMK.
12 R. stylosa GRIFF
8 Sonneratiaceae 13 Sonneratia alba J. SMITH
14 Sonneratia ovata BACK
56
Tabel 12. Jenis mangrove yang didapatkan pada setiap lokasi baik di dalam maupun di luar transek
Lokasi J e n i s 1 2 3 4 5 6
Rhizophora apiculata + + + + + + R. mucronata + + + + + + R. stylosa - - + - - + Bruguiera gymnorrhiza + + + + + + B. parviflora - + - - + - Sonneratia alba - + + - - - Sonneratia ovata - + - + - - Ceriops tagal - + + - - + Lumnitzera littorea + - + + + + Pemphis acidula - + - - + + Thespesia populnea + - + - + - Acrostichum aureum + + - + - + Acanthus illiccifolius + + + - + + Oncosperma filamentosa + - + + - - TOTAL 8 10 10 7 7 7
Keterangan :
1. Waigeo 2o16’564’’ LU dan 118o 36’274’’ BT 4. Manyaifun 0o 20’ 788’’ LU dan 130o 13’ 701 BT
2. Dorekar (P.Ayu) 0o 21’980’’ LU dan 131o 02’840’ BT 5. Yefnawan 0o 18’045’’ LU dan130o 20’ 787’’ BT
3. Boni Besar 0o 21’984’’ LU dan131o 02’841 BT 6. Biansyi Kecil 0o 17’ 808’’ LU dan 130o 22’ 530’’ BT
Tabel 13. Ciri-ciri khas struktur hutan mangrove di Kepulauan Rajaampat
Lokasi Atribut vegetasi
I II III IV V VI Pohon Bg (160,61 %) Bg (90,86 %) Ra (93,02 %) Rm (118,85 %) Bg (123,41 %) Ra (147,34 %)
Ra (117,44 %) Sa (72,34 %) Sa (70,88 %) Bg (113,39 %) Rm (97,68 %) Bg (59,96 %)
Belta Ra (200,89 %) Ra (104,25 %) Bg (113,69 %) Bg (138,80 %) Ra (139,82 %) Ra (121,94 %)
1. Tipe Komunitas (dominan, coodominan sp)
Bg (68,25 %) Sa ( 75,58 %) Ra (87,47 %) Rm (78,87 %) Bg (86,78 %) Rm (77,94 %)
Pohon 23,63 30,93 24,43 28,50 25,94 24,36 2. Diameter rata-rata (cm) Belta 4,26 5,82 6,13 5,26 4,18 5,69
Pohon 24,26 15,87 14,80 20,84 16,21 15,95 3. Tinggi rata-rata ( m ) Belta 3,78 4,91 4,57 3,70 2,63 3,94
Pohon 540 533 428 433 475 550 4. Kepadatan (batang/Ha)
Belta 1840 1466 1533 1800 1600 1600
5. Ketebalan mangrove (m) 100 50 110 100 80 75
Keterangan :
Bg = Bruguiera gymnorrhiza I = P. Waigeo
Ra = Rhizophora apiculata II = P. Dorekar (P. Ayu)
Sa = Sonneratia alba III = P. Boni Besar
Ra = Rhizophora mucronata IV = P. Manyaifun
V = P. Yefnawan
VI = P. Biansy Kecil
57
Tabel 14. Kerapatan Nisbi (KN), Frekuensi Nisbi (FN), Dominasi Nisbi (DN) dan Nilai Penting (NP) Pohon
Mangrove di Kepulauan Rajaampat.
J e n i s KN (%) FN (%) DN (%) NP (%) Bruguiera gymnorrhiza 40,77 32,72 39,14 112,63 Rhizophora apiculata 26,94 32,72 25,10 84,76 Rhizophora mucronata 16,15 18,18 8,40 52,73 Rhizophora stylosa 6,92 5,45 2,66 5,03 Sonneratia alba 5,38 7,29 11,56 24 ,23 Sonneratia ovata 3,07 1,82 2,85 7,74 Ceriops tagal 0,77 1,82 0,29 2,88
Tabel 15. Kerapatan Nisbi (KN), Frekuensi Nisbi (FN), Dominasi Nisbi (DN) dan
Nilai Penting (NP) Anak Pohon Mangrove di Kepulauan Rajaampat.
J e n i s KN (%) FN (%) DN (%) NP (%) Bruguiera parviflora 1,85 1,79 2,10 5,74 Bruguiera gymnorrhiza 30,55 26,78 35,17 92,50 Rhizophora mucronata 13,89 16,07 13,38 43,34 Rhizophora stylosa 8,33 7,14 9,64 25,11 Rhizophora apiculata 38,90 37,51 34,28 110,69 Sonneratia alba 2,78 3,57 2,12 8,47 Ceriops tagal 3,70 7,14 3,31 14,15
Tabel 16. Kelas Diameter dan Tinggi Pohon per Hektar Mangrove di Kepulauan Rajaampat.
T i n g g i ( m ) Diameter (cm) 5 - <10 10 - < 15 15 - < 20 20 - < 25 25 - <30 > 30 Jumlah 10-< 15 7 21 11 21 11 14 85 15 - < 20 7 26 39 18 14 18 122 20 - < 25 7 8 32 11 21 18 97 25 < 30 - 4 11 14 21 25 75 > 30 - - 8 21 28 28 85 Jumlah 21 59 101 85 95 103 465
Tabel 17. Kelas Diameter dan Tinggi Belta per Hektar Mangrove di Kepulauan Rajaampat
T i n g g i ( m ) Diameter (cm) 2 - < 4 4 - < 6 6 - < 8 > 8 Jumlah
2 - < 4 244 14 - - 258 4 - < 6 215 200 100 - 515 6 - < 8 100 357 71 14 542 8 - <10 14 42 157 14 227 Jumlah 573 613 328 28 1542
58
Kualitas Perairan
Kualitas perairan Rajaampat tergolong masih bersih, jernih dan belum terlihat adanya pengaruh
kegiatan manusia. Hal ini ditandai oleh tingginya dan homogennya kadar oksigen terlarut (5,81 - 7,76
ppm; 6,45+0,48 ppm), rendahnya kadar TSS (1,16 – 6,08 ppm; 3,85+0,81 ppm) serta kadar nitrit
(<1,00 – 15,14 ppm; 0,84+0,71 ppm) yang lebih rendah dari kadar nitrat (< 1,00 – 22,4 ppm; 2,13+4,07
ppm). Dari ketiga perairan yang diteliti (perairan pantai Waigeo Utara, perairan Pulau-pulau Ayu,
perairan Pulau-pulau Batang Pele) terlihat bahwa perairan Pulau-pulau Batang Pele lebih baik
dibandingkan kedua perairan lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh kadar oksigen terlarut yang lebih tinggi
serta kadar nitrit yang lebih rendah di perairan Pulau-pulau Batang Pele.
Oksigen terlarut Kadar oksigen terlarut di seluruh lokasi yang diteliti berkisar antara 5,81 - 7,76 ppm (6,45+0,48
ppm)(Tabel 18). Data ini menunjukkan bahwa kisaran kadar oksigen di perairan Pulau-pulau Batang
Pele tergolong tinggi dan homogen. Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota adalah lebih besar dari 4
ppm (Men.Neg. KLH 1988). Seluruh perairan Pulau-pulau Rajaampat masih sesuai dengan Baku Mutu
Air Laut tersebut karena tidak ditemukan adanya lokasi yang kadar oksigen terlarutnya < 4 ppm.
Tingginya dan homogennya kadar oksigen terlarut ini menunjukkan bahwa perairan Pulau-pulau
Rajaampat masih bersih dan belum terlihat adanya kegiatan yang akan menurunkan kadar oksigen
tersebut .
Nitrat dan Nitrit Kadar nitrat berkisar antara < 1,00 – 22,41 ppb (2,13+4,07 ppm). Kisaran kadar ini lebih tinggi
dibandingkan dengan perairan terumbu karang di TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (< 1,00 - 9,69 ppb).
Kadar nitrat di perairan Pulau-pulau Rajaampat sangat bervariasi (2,13+4,07 ppm). Bervariasinya kadar
nitrat ini bukan disebabkan adanya limbah yang masuk, tetapi di beberapa lokasi terdapat hutan
mangrove dan padang lamun.
Kadar nitrit berkisar antara < 1,00 – 15,14 ppb (Tabel 18). Seperti nitrat, kadar nitrit juga sangat
bervariasi (0,84+2,71 ppm). Kadar nitrit yang sangat bervariasi seperti ini juga ditemukan di perairan
terumbu karang TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Jadi bervariasinya kadar nitrit ini bukan disebabkan
masuknya limbah, tetapi keadaan alamnya yang seperti itu.
Fosfat Kadar fosfat berkisar antara 1,23 – 48,85 ppb (5,18±7,10 ppb). Kisaran kadar fosfat ini lebih tinggi
dibandingkan dengan yang di TN Wakatobi Sulawesi Tenggara (4,82+2,42 ppb); perairan Takalar,
Sulawesi Selatan (5,34+1,88 ppb) dan Pantai Carita, Banten (7,70±4,05 ppb). Hal ini menunjukkan
59
bahwa perairan Pulau-pulau Rajaampat termasuk perairan yang cukup subur. Seperti nitrat dan nitrit
yang kadarnya sangat bervariasi, kadar fosfat di perairan ini juga sangat bervariasi (8,99±12,84
ppb)(Tabel 16). Bervariasinya kadar fosfat ini bukan disebabkan adanya limbah yang masuk ke perairan
tersebut, tetapi kondisi alamnya yang seperti itu.
Zat padat tersuspensi (TSS) Kadar TSS berkisar antara 1,16 – 6,08 ppm (3,85±0,81 ppm)(Tabel 18). Data ini menunjukkan
bahwa perairan Pulau-pulau Rajaampat tergolong jernih. Kisaran kadar ini hampir sama dengan yang di
perairan Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara (2,76 – 5,02 ppm; 3,81+0,49 ppm). Kadar
maksimum TSS untuk kehidupan biota adalah 80 ppm. Berdasarkan ini kualitas perairan Pulau-pulau
Rajaampat masih sesuai dengan Baku Mutu Air (Men. KLH 1988).
Salinitas dan pH Salinitas dan pH air di perairan Pulau-pulau Rajaampat adalah tinggi dan homogen (S = 35 %o;
pH = 8,25+0,07). Tingginya salinitas dan pH ini adalah normal karena berhubungan langsung dengan
Samudra Pasifik. Salinitas dan pH seperti ini adalah normal di perairan bebas. Kisaran kedua
parameter tersebut masih sesuai dengan Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota yaitu pH = 6,5-8,5
dan perubahan salinitas hanya boleh + 10 % (Men. KHL 1988).
Tabel 18. Kualitas Air di Perairan Rajaampat, Sorong, Papua
Parameter P. Boni dsk. Pulau-pulau Ayu Pulau-pulau Batang Pele
DO (ppm) 5,87 – 7,22 ( 6,22 + 0,349)
5,81 – 7,18 ( 6,36 + 0,38 )
6,00 – 7,76 ( 6,62 + 0,568 )
Nitrat (ppb) <1,00 – 22,411 ( 4,133 + 6,438 )
<1,00 – 6,839 ( 1,075 + 1,974 )
<1,00 – 10,759 ( 1,822 + 3,224 )
Nitrit (ppb) <1,00 – 15,142 ( 2,847 + 4,978 )
<1,00 – 1,604 ( 0,137 + 0,435 )
<1,00 – 2,619 ( 0,233 + 0,666 )
Fosfat (ppb) 1,230 – 48,846 ( 8,989 + 12,842 )
1,230 – 9,166 ( 3,183 + 2,633 )
1,230 – 13,134 ( 4,563 + 3,331 )
TSS (ppm) 2,89 – 5,56 ( 3,95 + 0,65 )
1,16 – 5,53 ( 3,99 + 0,86 )
2,09 – 6,08 ( 3,68 + 0,85 )
Salinitas (permil) 35 35 35
pH 8,15 – 8,27 ( 8,21 + 0,047 )
8,18 – 8,30 ( 8,24 + 0,037 )
8,14 – 8,63 ( 8,28 + 0,083 )
60
Oseanografi
Suhu Dari hasil pengamatan suhu yang dilakukan pada 18 stasiun CTD di tiga lokasi penelitian sekitar
perairan Kepulauan Rajaampat (Waigeo bagian timur, Kep. Ayu dan Pulau-pulau Batang Pele )
menunjukkan bahwa suhu permukaan laut (2 m) berkisar antara 29,653 – 30,877 oC, suhu minimum
terdapat di st 13 (29,653 oC ) sedangkan maksimum di st 9 (30,877 oC). Dari hasil pengamatan selama
penelitian tersebut terlihat adanya percampuran (mixing layer) dari kedalaman sekitar permukaan
hingga 75 meter. Ini ditunjukkan dengan fluktuasi suhu pada kedalaman permukaan hingga sekitar 70
meter hanya sekitar 1 oC ( Gambar 9 ). Sedangkan dari kedalaman dibawah 100 meter hingga 300
meter nampak sekali gradien suhu yang lebih besar dan merupakan lapisan termoklin. Berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan pada Ekspedisi Pulau Rinca 1994 dimana dijumpai fluktuasi nilai suhu
permukaan berkisar 4 oC (23.9 oC – 27.5 oC ).
Gambar 9. Profil Tegak Suhu di Perairan Kepulauan Rajaampat, Sorong
Salinitas Nilai salinitas (kadar garam) dinyatakan dalam satuan psu (practical salinity unit). Dari hasil
pengukuran salinitas air laut pada 23 stasiun CTD diperoleh bahwa nilai salinitas pada permukaan (2 m)
berkisar antara 33,940 – 34,232 psu. Dari profil tegak salinitas menunjukkan bahwa fluktuasi salinitas
yang lebih tinggi terdapat pada kedalaman 100 m hingga 225 meter yang nilainya berkisar 34.7 hingga
35.4 psu, dari sini terlihat adanya nilai salinitas yang cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan
keadaan nilai salinitas di perairan Indonesia pada umumnya yang nilainya kurang dari 34 psu. Berbeda
dengan hasil pengamatan salinitas di Kep. Wakatobi yang nilai salinitasnya berkisar 34.5 psu pada
kedalaman yang sama. Nilai salinitas tertinggi di jumpai pada stasiun CTD no 7 ( Ayau 7) yaitu sebesar
61
35.4 pada kedalaman 132 m hingga kedalaman 230 meter nilainya masih berkisar 35.4 psu (Gambar
10). Dari karakter ini menunjukkan bahwa nilai salinitas yang cenderung tinggi, terutama pada kolom air
pada kedalaman antara 100 hingga 225 meter tersebut adalah diduga sangat dipengaruhi oleh adanya
massa air yang berasal dari Lautan Pasifik Utara yang mempunyai salinitas lebih besar dari 35 psu.
Massa air ini sering di jumpai di sebelah utara Pulau Irian hingga perairan Mamberamo bagian luar
pada penelitian Indotropic I bulan Mei 1999 (Hadikusumah dan L.F. Wenno 1999), mendapatkan nilai
salinitas 35.5 psu pada kedalaman 160 – 200 meter dan pada kedalaman 200 – 300 m menurun sekitar
35 psu. Dan sebagai pembanding selanjutnya data dari hasil penelitian Indotropic II juga di muara
sungai Mamberamo pada bulan Agustus 2000 (Hadikusumah,Nurhayati dan L.F. Wenno 2000) dengan
nilai salinitas >35.5 psu pada kedalaman 120 – 220 meter.
Dari hasil ketiga penelitian yang dilakukan di perairan sebelah utara Pulau Irian Jaya, semua
menunjukkan pola sebaran vertical salinitas yang sama, maka dugaan salinitas diatas 35 psu tersebut
berasal dari Samudera Pasifik tidaklah berlebihan.
Gambar 10. Profil Tegak Salinitas di Perairan Kepulauan Rajaampat
Kecerahan Nilai kecerahan pada sekitar lapisan permukaan (2 – 10 m) di perairan Waigeo berkisar antara 72 –
85 %. Kecerahan minimum sebesar 72,21 % terdapat pada stasiun 19 yang berlokasi dekat dengan
daratan Waigeo bagian barat, sehingga tampak jelas pengaruh daratan terhadap kecerahan dan
maksimum 85,38 % pada st.8. Kecerahan pada lapisan permukaan umumnya lebih besar dari 80 %
kecuali pada st 19 (70,8 %). Hal ini menunjukkan bahwa perairan di lokasi penelitian sangat jernih
dimana pengaruh daratan relatif kecil. Apabila kecerahan air dinyatakan 85 % pada alat
transmissometer maka cahaya yang tembus sebanyak 85 % sedangkan yang diserap oleh partikel lain
15 %. Nilai kecerahan 85 % menunjukkan bahwa air tersebut sangat jernih, sedangkan nilai kecerahan
62
dibawah 60 % adalah relatif kurang jernih yang dijumpai di lokasi/perairan estuarin. Fluktuasi kecerahan
terlihat dari permukaan (2 m) hingga kedalaman sekitar 100 m, sedangkan dari kedalaman 100 m
hingga dekat dasar laut dapat dikatakan mempunyai nilai yang konstan. Profil tegak kecerahan
menunjukkan bahwa pada permukaan sedikit lebih rendah, dan makin dalam kecerahan meningkat
walaupun peningkatannya relatif kecil (Gambar 11).
Gambar 11. Profil Tegak Kecerahan Air di Perairan Kepulauan Rajaampat, Sorong
Kekeruhan /turbiditas Kekeruhan merupakan kebalikan daripada kecerahan. Kekeruhan akan mempengaruhi daya
tembus sinar matahari dalam kolom air. Bila kecerahan tinggi, maka nilai kekeruhan akan semakin kecil.
Kecerahan air di perairan Waigeo dan sekitarnya cukup tinggi dengan nilai >84 %, maka nilai kekeruhan
(turbiditas) sangat rendah dan nilainya < 1 NTU dan kadang-kadang hampir 0 (nol). Berbeda dengan
nilai turbiditas di perairan estuarin yang nilainya sangat tinggi, sebagai contoh penelitian Indo Tropic
1999 yang penelitiannya di Muara Sungai Mamberamo Irian Jaya (Nurhayati & Suyarso (1999). Pada
lokasi di muara sungai, terjadinya lapisan turbiditas maksimum diduga berasal dari melayangnya
kembali materi sedimen (resuspension). Melayangnya materi sedimen ini sendiri dapat disebabkan oleh
berbagai proses interaksi seperti arus pasut, gelombang internal maupun permukaan serta aktivitas
biologi. Oleh karena itu, pada lokasi penelitian yang dilakukan di sekitar perairan Waigeo adalah
merupakan perairan yang jernih seperti umumnya perairan laut dalam di Indonesia, karena lokasinya
jauh dari muara sungai besar.
63
Irradian (Intensitas Cahaya Matahari). Pengukuran daya tembus cahaya matahari di perairan Waigeo dilakukan pada waktu pagi hingga
sore hari sekitar 20 stasiun dari 23 stasiun yang tergabung dalam pengukuran CTD. Dari hasil
pengukuran tersebut hampir semua stasiun pengukuran CTD menunjukkan bahwa intensitas matahari
mampu menembus pada kedalaman antara 60 hingga 135 meter kedalam laut. Kecuali pada stasiun
CTD no 21 yang hanya mampu menembus kedalam laut hanya 40 meter, ini disebabkan pada
pengukuran kecerahan di stasiun no 21 selain waktu pengukurannya sore hari, lokasi pengukurannya
sangat dekat dengan pulau Miomengkara Nilai daya tembus terdalam terlihat pada stasiun CTD no
yaitu sampai pada kedalaman 135 m pada pukul 11:10 LT dan terendah pada stasiun CTD no 21 pada
pukul 15:45 LT. (Gambar 12). Hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut sangat jernih bila
dibandingkan dengan perairan Indonesia pada laut dangkal pada umumnya.
Gambar 12. Profil Tegak Intensitas Matahari di Perairan Rajaampat, Sorong
64
Kondisi Masing-masing Lokasi Penelitian
Pulau Boni dan sekitarnya, Waigeo Utara
Karang
Rataan terumbu umumnya agak landai (100 – 300 ) sampai kedalaman sekitar 5 m, kemudian
semakin kedalam sudut kemiringannya semakin bertambah. Pada lokasi ini, dipilih 33 titik
pengamatan untuk RRA yang terdiri dari 14 titik pengamatan di reef top dan 19 titik pengamatan di
reef slope. Hasil RRA menunjukkan bahwa persentase tutupan karang hidup di daerah Reef Top
umumnya rendah, antara 0 % - 21 %, dengan persentase tutupan tertingginya dijumpai pada titik
pengamatan 13. Sedangkan di daerah reef edge, persentase tutupan karang hidup berkisar antara
0%-40%, dimana persentase tutupan karang yang >25% hanya dijumpai pada titik pengamatan 5,
15, 16 dan 19. (lihat table 19). Baik di Reef Top maupun di Reef Edge, substrat umumnya berupa
pasir ataupun karang mati yang telah ditumbuhi algae.
Tabel 19. Hasil RRA di tubir (reef edge) dan rataan terumbu (reef top)di Pulau Boni dan sekitarnya (Waigeo Timur Laur)
Reef Top Reef Edge Benthic
Jumlah 14 stasiun Jumlah 19 stasiun % Pasir 15.00 ± 11.81 12.58 ± 22.27 % Rubble 8.29 ± 8.42 6.72 ± 6.91 % Live Coral 6.14 ± 5.92 15.89 ± 11.56 % Dead Coral 0.00 2.78 ± 11.79 % Dead Coral Algae 43.64 ± 29.14 31.50 ± 18.68 % Soft Coral 1.71 ± 2.16 9.33 ± 8.55 % Sponges 1.86 ± 4.74 6.94 ± 5.94 % Algae 15.57 ± 18.96 17.67 ± 11.36 % Seagrass 6.57 ± 20.65 0.0000 % Others 1.31 ± 1.49 1.44 ± 1.82
Hasil LIT yang dilakukan di lokasi ini, persentase rata-rata tutupan karang hidup 35,02 %
dimana hampir sepertiganya didominasi oleh Acropora. Karang batu yang memiliki bentuk
pertumbuhan bercabang seperti Porites cylindrica juga banyak dijumpai di lokasi ini. Indeks
keanekaragaman jenis 1.492 dan indeks kemerataan 0.865
Dari hasil pengamatan bebas, dilokasi ini dijumpai 153 jenis karang batu yang termasuk dalam
60 marga (Lihat lampiran 1).
65
Ikan Karang
Sebaran Ikan Karang Pengamatan ikan di Pulau Waigeo Timur Laut dilakukan mulai dari Tanjung Pamali sampai
Pulau Boni. Jumlah seluruh jenis ikan karang yang berhasil disensus dengan metode RRA dan LIT
adalah sebanyak 201 jenis terdiri dari 75 marga dan 27 suku dengan jumlah individunya 9511 ekor.
Dari daerah transek tersebut terlihat bahwa jenis ikan Chromis lineata, Chromis ternatensis
dan Lutjanus gibbus merupakan jenis ikan yang sangat dominan. Menurut Leiske dan Myers (
1994) Chromis lineata umumnya hadir pada daerah yang tutupan karang hidupnya cukup tinggi .
Dari pengamatan pada tiga pulau (Ayu, Boni dan Batang Pele) ternyata jenis ikan C. lineata,
kelimpahan individu ikan ini (85%) terdapat di daerah Pulau Boni dan menempati urutan pertama
dari 10 jenis ikan dominan di daerah tersebut.
Komposisi kelimpahan di P. Boni
5810
1510
1095
440
370
345300
274
248
230
210
189
3701
Ikan lainnya Chromis lineata Chromis ternatensisChromis margaritifer Lutjanus gibbus Neopomacentrus azysronCirrhilabrus cyanopleura Ctenochaetus strigosus Crysiptera cyaneaCaesio lunaris Caesio cunning Acanthurus lineatus
Gambar 13. Komposisi Kelimpahan Ikan Karang di P.Boni
Sepuluh jenis ikan yang dominan di daerah Boni menempati 54 % dari seluruh jenis ikan karang yang
terdapat di daerah Boni. Komposisi 11 jenis ikan karang yang dominan tersebut terdiri dari 6 jenis ikan
kategori Major dan 5 jenis kategori ikan target. serta termasuk dalam lima famili yaitu Pomacentridae ,
Lutjanidae, Caesionidae, Labridae, dan Acanthuridae.
Pada daerah ini terlihat bahwa jenis ikan Acanthurus lineatus walaupun memiliiki jumlah individu
yang tidak terlalu tinggi namun ditemukan hampir pada seluruh stasiun di daerah Boni.
Kehadirannya mencapai 67 % atau hadir di 23 stasiun dari 36 stasiun yang disensus. Komposisi
jenis 10 ikan karang yang dominan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
66
Tabel 20. Komposisi 10 jenis ikan dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif, di perairan Pulau Boni dan sekitarnya.
Famili Jenis Kategori ikan
Kelimpahan Individu (ekor)
(9511 ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Presentase kumulatif
( % ) Presentase
Kehadiran (36 St )
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Lutjanidae Pomacentridae Labridae Acanthuridae Pomacentridae Caesionidae Caesionidae Acanthuridae
Chromis lineata Chromis ternatensis Chromis margaritifer Lutjanus gibbus Neopomacentrus azysron Cirrhilabrus cyanopleura Ctenochaetus strigosus Crysiptera cyanea Caesio lunaris Caesio cunning Acanthurus lineatus
Major Major Major Target Major Major Target Major Target Target Target
1510 1095 440 370 345 300 274 248 230 210 189
15,87 11,51 4,62 3,89 3,62 3.15 2,88 2,60 2,41 2,20 1,98
15,87 27,38 32 35,89 39,51 42,66 45,54 48,14 50,55 52,75 54,74
14 (5) 22 (8) 38 (14) 8 (3) 19 (7) 6 (2) 50 (18) 33 (12) 19 (7) 3 (1) 64 (23)
Ikan Major Jumlah jenis ikan karang yang berhasil diidentifikasi di Pulau Boni adalah 93 jenis yang
termasuk dalam 46 marga dan 14 suku dengan jumlah individunya 5818 ekor. Pulau Boni
menempati urutan ketiga setelah Pulau Batang Pele dari sisi keanekaragaman jenis ikan Major.
10 jenis ikan major yang dominan di daerah Pulau Boni menempati 76 % dari seluruh jenis ikan
major yang terdapat di daerah Pulau Boni ini. Dari 10 jenis ikan tersebut 9 jenis termasuk dalam
famili Pomacentridae dan satu jenis adalah famili Labridae. 9 jenis dari famili Pomacentridae
tersebut terdiri dari enam marga yaitu Chromis , Neopomacentrus, Crysiptera, Plectroglyphidodon ,
Dascylus dan Pomacentrus.
Jenis ikan Chromis lineata menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan
jumlah persentase sebanyak 30 %., namun ikan ini hanya hadir 14 % atau hanya hadir di lima
stasiun. Jenis ikan Chromis margaritifer yang menempati urutan ketiga dari 10 jenis ikan yang
dominan ternyata memiliki sebaran yang cukup luas pada daerah pulau Boni . Ikan ini hadir hampir
pada setiap stasiun di daerah ini. Komposis 10 jenis ikan yang dominan di daerah Pulau Boni dapat
dilihat pada Tabel 21 dibawah ini.
67
Komposisi 10 jenis ikan major di P. Boni
1424
1510
1095
440
345
300248
124
115
115
102
4394
Ikan lainnya Chromis lineataChromis ternatensis Chromis margaritiferNeopomacentrus azysron Cirrhilabrus cyanopleuraCrysiptera cyanea Chromis xanthuraPlectroglyphidodon lacrymatus Chromis atripesDascylus trimaculatus
Gambar 14. Komposisi 10 jenis ikan Major di P. Boni
Tabel 21. Komposisi 10 jenis ikan Major dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif yang berada di perairan Pulau Boni dan sekitarnya.
Famili Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Presentase kumulatif
( % ) Presentase Kehadiran
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Labridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae
Chromis lineata Chromis ternatensis Chromis margaritifer Neopomacentrus azysron Cirrhilabrus cyanopleura Crysiptera cyanea Chromis xanthura Plectroglyphidodon lacrymatus Chromis atripes Dascylus trimaculatus
1510 1095 440 345 300 248 124 115 115 102
25,95 18,82 7,56 5,92 5,15 4,26 2,13 1,97 1,97 1,75
25,95 44,77 52,33 59,25 64,40 68,66 70,79 72,76 74,73 76,48
14 (5) 22 (8) 38 (14) 19 (7) 6 (2)
33 (12) 22 (8) 28 (10) 8 (3) 8 (3)
Ikan Indicator Jumlah jenis ikan indicator yang berhasil diidentifikasi di Pulau Boni dan sekitarnya adalah
sebanyak 21 jenis yang termasuk dalam 2 marga dengan jumlah individu ikan sebesar 208 Ekor.
10 jenis ikan indikator yang dominan di daerah Pulau Boni menempati 91 % dari seluruh jenis
ikan indikator yang terdapat di daerah Pulau Boni ini. 10 jenis ikan indikator tersebut terdiri dari dua
marga yaitu Chaetodon dan Heniochus.
Jenis ikan Chaetodon vagabundus menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut,
dengan jumlah persentase individu sebanyak 24 % serta persentase kehadirannya (persentage of
68
occurence) cukup tinggi yakni 39 %. Komposisi 10 jenis ikan indikator yang dominan di daerah
Pulau Boni dapat dilihat pada Tabel 22. dibawah ini.
Komposisi 10 jenis ikan indikator di P. Boni
1726
7
11 18 1513
15
24
51
11
191
Ikan lainnya Chaetodon baronessa Chaetodon benneti
Chaetodon citrinelus Chaetodon ephipium Chaetodon ornatissimus
Chaetodon rafflesi Chaetodon semeion Chaetodon trifasciatus
Chaetodon vagabundus Heniochus varius
Gambar 15. Komposisi 10 jenis ikan indikator
Tabel 22. Komposisi 10 jenis ikan indikator dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif yang berada di perairan Pulau Boni dan sekitarnya.
Marga Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Presentase kumulatif
( % ) Presentase Kehadiran
Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Heniochus Chaetodon
Chaetodon vagabundus Chaetodon baronessa Chaetodon trifasciatus Chaetodon ephipium Chaetodon semeion
Chaetodon ornatissimus Chaetodon rafflesi
Chaetodon citrinelus Heniochus varius
Chaetodon benneti
51 26 24 18 15 15 13 11 11 7
24,51 12,50 11,53 8,65 7,21 7,21 6,25 5,28 5,28 3,36
24,51 37,01 48,54 57,19 64,40 71,61 77,86 83,14 88,42 91,78
39 (14) 25 (9) 22 (8) 17 (6) 22 (8) 19 (7) 14 (5) 14 (5) 11 (4) 8 (3)
Ikan Target Jumlah jenis ikan target yang berhasil diidentifikasi di daerah Pulau Boni dan sekitarnya adalah 87
jenis yang termasuk dalam 27 marga serta 12 suku dengan jumlah indiividu sebesar 2485 ekor. 10 jenis
ikan target yang dominan di daerah Boni menempati 64 % dari seluruh jenis ikan target yang terdapat
di daerah Boni . 10 jenis ikan Target tersebut terdiri dari empat famili yaitu Lutjanidae, Acanthuridae,
Caesionidae, dan Scariidae Jenis ikan Lutjanus gibbus menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan
tersebut, dengan jumlah persentase individu sebanyak 14 % serta persentase kehadirannya
69
(persentage of occurence) yakni hanya 8 %. Ikan ini hadir hanya pada tiga stasiun. Jenis ikan
Ctenochaetus strigosus yang menempati urutan kedua dari 10 jenis ikan yang dominan ternyata memiliki
sebaran yang cukup luas pada daerah Boni. Persentase kehadiran ikan ini yakni 50 %, lebih tinggi bila
dibanding dengan jenis Lutjanus gibbus yang menempati urutan pertama. Ctenochaetus strigosus
merupakan ikan target yang umumnya ditemukan di daerah Terumbu Karang. Ikan ini sangat berkait erat
dengan presentase tutupan Algae. Menurut Russ (1995) Ctenochaetus strigosus dan Cteniochaetus
binnotatus umumnya menempati daerah reef slope, reef crest dan daerah back reef , selanjutnya
dikatakan pula bahwa sifat hidup ikan ini sebagai pemakan tumbuhan (herbivora) maka
kertergantungannya terhadap algae dan seagrass sangat besar. Komposisi jenis 10 ikan target yang
dominan dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah ini.
Komposisi 10 jenis ikan target di P. Boni
883
370
274230
210
189
91
75
60
52
51
1602
Ikan lainnya Lutjanus gibbus Ctenocahetus strigosus
Caesio lunaris Caesio cunning Acanthurus lineatus
Scarus dimidiatus Caesio pissang Pterocaesio tile
Caesio teres Scarus bleekerii
Gambar 16. Komposisi 10 jenis ikan Target
Tabel 23. Komposisi 10 jenis ikan Target dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif di perairan Pulau Boni dan sekitarnya.
Famili Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Presentase kumulatif
( % )
Presentase Kehadiran
(36 St)
Lutjanidae Acanthuridae Caesionidae Caesionidae Acanthuridae
Scaridae Caesionidae Caesionidae Caesionidae
Scariidae
Lutjanus gibbus Ctenocahetus strigosus
Caesio lunaris Caesio cunning
Acanthurus lineatus Scarus dimidiatus Caesio pissang Pterocaesio tile Caesio teres
Scarus bleekerii
370 274 230 210 189 91 75 60 52 51
14,88 11,02 9,25 8,45 7,60 3,66 3,02 2,41 2,09 2,05
14,88 25,90 35,15 43,60 51,20 54,86 57,88 60,29 62,38 64,43
8 (3) 50 (18) 19 (7) 1 (2)
64 (23) 25 (9) 1 (2) 8 (3) 1 (2) 19 (7)
70
Sebaran Ikan di Daerah Reef Edge Pulau Boni Pengamatan ikan karang pada daerah Reef edge dilakasanakan pada 19 stasiun dan
menemukan 118 jenis termasuk 18 famili dengan jumlah individu 1171 ekor, pada daerah ini
ditemukan 52 jenis ikan major, 14 jenis ikan indikator dan 52 jenis ikan target.
10 jenis ikan yang dominan di daerah reef Edge menempati 54 % dari seluruh jenis ikan
karang yang terdapat di Boni. 10 jenis ikan karang yang dominan tersebut terdiri dari 4 jenis ikan
kategori target dan 6 jenis ikan kategori major grup, serta termasuk dalam empat famili yaitu
Pomacentridae, Lutjanidae, Caesionidae dan Acanthuridae.
Jenis ikan Chromis margaritifer menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan
jumlah persentase individu sebanyak 10 % serta persentase kehadirannya (persentage of
occurence) yang cukup tinggi yakni 49 %. Ikan ini hadir hampir pada setiap stasiun menunjukkan
bahwa daerah reef edge di Pulau Boni.
Komposisi jenis 10 ikan karang yang dominan dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini.
Tabel 24. Komposisi 10 jenis ikan yang dominan di daerah Reef Edge Pulau Boni
Famili Jenis Kategori ikan Kelimpahan
Individu 1171 (ekor)
Proporsi Kehadiran
( % )
Presentase kumulatif
(%)
Presentase Kehadiran
(19 St)
Pomacentridae Lutjanidae Pomacentridae Pomacentridae Caesionidae Pomacentridae Acanthuridae Caesionidae Pomacentridae Pomacentridae
Chromis margaritifer Lutjanus fulvus Chromis ternatensis Neopomacentrus azysron Caesio lunaris Chromis lineata Ctenocahetus strigosus Pterocaesio trilineata Pomacentrus lepidogenys Chromis xanthura
Major grup Target
Major grup Major grup
Target Major grup
Target Target
Major grup Major grup
128 92 85 85 70 50 31 30 29 29
10,93 7,85 7,26 7,26 5,98 4,27 2,64 2,56 2,47 2,47
10,93 18,78 26,04 33,3 39,28 43,55 46,19 48,75 51,22 53,69
47 (9) 31 (6) 26 (5) 21 (4) 26 (5) 10 (2) 31 (6) 5 (1) 31 (6) 26 (5)
Sebaran Ikan Karang Di Daerah Reef Top Boni Pengamatan ikan karang pada daerah Reef Top di daerah Boni dilakukan pada 14
stasiun. Keanekaragaman jenis ikan karang pada daerah Reef Top di daerah Pulau Boni ditemukan
sebanyak 93 jjenis yang termasuk dalam 16 famili, terdiri dari 47 jenis ikan major, 36 jenis ikan
target dan 10 jenis ikan indikator. Jenis ikan Neopomacentrus azysron merupakan jenis ikan yang
memiliki kelimpahan tertinggi dan ditemukan hanya 21 % (hanya 3 stasiun) . Walaupun hanya hadir
pada tiga stasiun namun karena senantiasa hadir dalam jumlah yang cukup besar sehingga total
nilai kelimpahan individunya menjadi tinggi.
Hukom (2001) dalam penelitiannya di Teluk Ambon menyatakan bahwa ikan jenis
Neopomacentrus azysron ini sangat berasosiasi dengan penutupan dan jumlah jenis karang yang
rendah serta turbititas yang tinggi (kecerahannya rendah). Dari 10 jenis ikan yang dominan ternyata
71
yang memiliki sebaran yang cukup luas adalah jenis ikan Thalasomma hardwickey. Ikan ini dapat
dikatakan sebagai ikan yang umumnya ditemukan di daerah Reef Top karena hadir hampir di
setiap stasiun di daerah Reef Top. Presentase kehadiran ikan ini mencapai 78 %. Komposisi jenis
dari 10 jenis ikan yang dominan di daerah Reef Top di daerah Boni dapat dilihat pada Tabel 25
dibawah ini.
Tabel 25. Komposisi 10 jenis ikan karang yang dominan pada daerah Reef Top di daerah Boni
Famili Jenis Kategori ikan Kelimpahan
Individu 1873 (ekor)
Presentase Jumlah
Individu (%)
Presentase kumulatif
(%)
presentase Kehadiran
(14 St)
Pomacentridae Acanthuridae Pomacentridae Acanthuridae Pomacentridae Pomacentridae Labridae Acanthuridae Chaetodontidae Pomacentridae
Neopomacentrus azysron Ctenochaetus strigosus Chrysiptera cyanea Acanthurus lineatus Pomacentrus molucensis Dascylus melanurus Thalasomma hardwickey Acanthurus triostegus Chaetodon vagabundus Chromis viridis
Major grup Major grup Major grup
Target Target
Major grup Target Target
Major grup Major grup
260 198 178 139 74 60 53 50 44 40
13,88 10,57 9,50 7,42 3,95 3,20 2,83 2,66 2,35 2,14
13,88 24,45 33,95 41,37 45,33 48,53 51,36 54,02 56,38 58,52
21 (3) 64 (9) 57 (8) 78 (11) 21 (3) 14 (2) 78 (11) 50 (7) 71 (10) 7 (1)
Lamun
Rataan terumbu Pulau Waigeo sebelah utara yang berhadapan langsung dengan laut lepas (terbuka)
umumnya didominasi oleh substrat pecahan karang mati dengan sedikit pasir. Dari lokasi tersebut
berhasil dilakukan pengamatan pada 14 stasiun dan dijumpai tiga jenis lamun yaitu : Enhalus acoroides,
Halodule uninervis dan Thalassia hemprichii. Ketiga jenis lamun tersebut tumbuh pada substrat dasar
pasir yang berada di antara pecahan karang dengan tutupan rata-rata 30 %, didominasi oleh Thallasia
hemprichii.
Pada areal yang tenang terlindung dari hempasan ombak dan bersubstrat pasir dijumpai 6 jenis
lamun yaitu : Cymodecea rotundata, C. serrulata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia
hemprichii dan Syringodium isoetifolium dengan luas tutupan 65 %. Thalassia hemprichii merupakan
jenis yang dominan dengan kerapatan 265 tegakan/m2. Total biomassa lamun pada areal ini adalah
66.692,08 gram, dengan rata-rata biomassa lamun adalah 9.527.44 gram berat basah/ m2.
Sebaran lamun di Pulau Waigeo terkonsentrasi pada areal-areal yang tenang dan terlindung dari
hempasan ombak. Pada areal tersebut substrat lebih didominasi oleh pasir dengan sedikit lumpur. Pada
areal ini 6 jenis lamun tersebut dijumpai secara bersamaan pada suatu lokasi.
Lain halnya pada areal yang terbuka dan selalu mendapat gempuran ombak, lamun hanya dijumpai
pada lokasi-lokasi tertentu seperti di antara batu-batu karang yang masih terdapat substrat pasirnya
72
dengan kerapatan yang relatif rendah. Kehadiran ketiga jenis lamun tersebut sering dijumpai secara tidak
bersamaan. Kondisi perairan yang selalu bergolak tersebut serta substrat yang lebih didominasi batu dan
pecahan karang mati menyebabkan hanya lamun memiliki sistem perakaran yang kuat yang bisa tumbuh
dengan baik.
Tabel 26. Rata-rata kerapatan (tegakan / m2), total biomasa (gram berat basah/m2), rata-rata tutupan dan dominansi jenis dipulau Boni dan sekitarnya
Jenis Kerapatan (N=18)
Total biomassa (N=18)
Tutupan % (N=18) dominansi
Halodule uninervis 114 ± 14,43 773,30 ± 9,12 Cymodocea rotundata 195 ± 76,91 4.543,6 ± 134,45 C. serrulata 132 ± 57,35 3.770,9 ± 175,26 Syringodium isoetifolium 85 ± 39,32 8.107,2 ± 316,81 Enhalus acoroides 51 ± 15,14 33.887,6±569,09 Thalassia hemprichii 265 ± 200,47 15.010,4 ±81,35 Halophila ovalis 77 ± 27,70 599,08 ± 15,77
65 Thalassia hemprichii
Kualitas Perairan
Oksigen terlarut Kadar oksigen terlarut dalam perairan rataan terumbu karang pantai utara Waigeo berkisar
antara 5,87 - 7,22 ppm (6,22+0,35 ppm). Kadar tertinggi (7,22 ppm) ditemukan di Stasiun.7. Dari
stasiun 7 kadar oksigen cenderung menurun sedikit menuju utara dan selatan (Gambar 17a dan
17b). Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota adalah lebih besar dari 4 ppm (Men.Neg. KLH
1988). Perairan pantai utara Waigeo masih sesuai dengan Baku Mutu Air Laut tersebut karena di
sepanjang pantai utara Waigeo tidak ditemukan adanya lokasi yang kadar oksigen terlarutnya < 4
ppm. Kadar oksigen terlarut di sepanjang pantai utara Waigeo ini adalah sama dengan yang di
perairan TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (5,28 – 7,59 ppm). Dibandingkan dengan di perairan
pantai lainnya di Indonesia, kisaran kadar oksigen terlarut di perairan ini tergolong tinggi. Dari
variansi kadarnya (variansi = 5,5 %) terlihat bahwa kadar oksigen terlarut di sepanjang pantai utara
Waigeo adalah homogen. Tingginya dan homogennya kadar oksigen terlarut ini menunjukkan
bahwa perairan pantai utara Waigeo masih bersih dan belum terlihat adanya kegiatan yang akan
menurunkan kadar oksigen tersebut .
Nitrat dan Nitrit Kadar nitrat di perairan rataan terumbu karang pantai Waigeo Utara berkisar antara < 1,00 –
22,41 ppb. Kadar tertinggi ditemukan di pantai Tg. Sarenbon (St. 3)(Gambar 17a dan 17b).
Tingginya kadar nitrat di stasiun 3 ini karena di pantai Tg. Sarenbon terdapat hutan mangrove.
Dibandingkan dengan perairan terumbu karang di TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kisaran kadar
73
nitrat di perairan pantai utara Waigeo ini lebih tinggi dari yang di perairan Pulau Kaledupa (< 1,00 -
9,69 ppb); P. Wangi-wangi (< 1,00 – 6,23 ppb) dan Karang Kaledupa (< 1,00 – 6,79 ppb), namun
hampir sama dengan yang di perairan P. Tomia (< 1,00 – 22,46 ppb). Berbeda dengan kadar
oksigen terlarut yang homogen, kadar nitrat di sepanjang pantai Waigeo Utara ini sangat bervariasi
(4,13±6,44 ppb). Kadar nitrat yang sangat bervariasi seperti ini biasanya ditemukan di perairan
pantai yang banyak menerima limbah pemukiman atau industri. Namun bervariasinya kadar nitrat di
perairan terumbu karang Waigeo Utara ini bukan disebabkan adanya limbah yang masuk, karena di
sekitar lokasi penelitian hanya ada 2 desa kecil dan tidak ada industri. tetapi kondisi alamnya yang
memang seperti itu. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa di perairan terumbu karang TN
Wakatobi, Sulawesi Tenggara, juga ditemukan hal yang sama yaitu kadar nitratnya sangat
bervariasi (P. Tomia = 2,85+5,84 ppb; P. Kaledupa = 1,74+2,86 ppb; P. Wangi-wangi = 1,77+2,42
ppb; Karang Kaledupa = 1,72+2,31 ppb).
Kadar nitrit berkisar antara < 1,00 – 15,14 ppb. Kadar tertinggi (15,14 ppb) ditemukan di stasiun
3 (Gambar 17a dan 17b). Kisaran kadar ini biasa ditemukan di perairan pantai Indonesia, namun
lebih tinggi dibandingkan dengan yang di perairan terumbu karang TN Wakatobi, Sulawesi
Tenggara (< 1,00 - 4,20 ppb; 0,66 ±1,28 ppb). Seperti nitrat, kadar nitrit di perairan ini juga sangat
bervariasi (2,85+4,98 ppb). Kadar nitrit yang sangat bervariasi seperti ini juga ditemukan di perairan
terumbu karang TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Pulau Tomia = 0,73+1,32 ppb; P. Kaledupa =
0,07+0,28 ppb; P. Wang-wangi = 0,90+1,34 ppb; Karang Kaledupa = 0,96+1,59 ppb). Di perairan
yang masih bersih atau perairan yang kadar oksigen terlarutnya tergolong tinggi (> 5 ppm), kadar
nitrit umumnya tidak terdeteksi ( < 1 ppb) dan lebih rendah dari kadar nitrat. Di perairan terumbu
karang Waigeo Utara ini dari 15 lokasi pengamatan terdapat 8 lokasi yang kadarnya > 1ppb yaitu St.
2 (1,94 ppb); St. 3 (15,14 ppb), St. 4 (3,63 ppb); St. 5 (14,13 ppb); St. 6 (2,62 ppb); St. 7 (3,63 ppb
dan di St. 9 (1,60 ppb). Namun hanya 1 stasiun yang kadar nitrit-nya lebih tinggi dari kadar nitrat
yaitu di St. 2 (nitrit = 1,94 ppb; nitrit = < 1 ppb). Kondisi ini bukan disebabkan oleh dampak kegiatan
manusia, tetapi keadaan alamnya yang seperti itu. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan kadar nitrit
di lokasi dekat pemukiman serta lokasi yang jauh dari pemukiman. Di lokasi dekat pemukiman (St.
14), kadar nitritnya rendah (< 1 ppb), sedangkan di lokasi yang jauh dari pemukiman kadar nitritnya
tinggi yaitu 3,63 ppb di St. 4 dan 2,62 ppb di St. 6.
Fosfat Kadar fosfat berkisar antara 1,23 – 48,85 ppb (8,99±12,84 ppb). Kadar tertinggi (48,85 ppb)
ditemukan di St. 5, sedangkan kadar terendah (1,23 ppb) ditemukan di St. 1. Kisaran kadar fosfat ini
lebih tinggi dibandingkan dengan yang di TN Wakatobi Sulawesi Tenggara (4,82+2,42 ppb);
perairan Takalar, Sulawesi Selatan (5,34+1,88 ppb) dan Pantai Carita, Banten (7,70±4,05 ppb). Hal
ini menunjukkan bahwa perairan pantai Waigeo Utara termasuk perairan yang subur. Seperti nitrat
dan nitrit yang kadarnya sangat bervariasi, kadar fosfat di perairan ini juga sangat bervariasi
74
(8,99±12,84 ppb). Bervariasinya kadar fosfat ini bukan disebabkan adanya limbah yang masuk ke
perairan tersebut, tetapi kondisi alamnya yang seperti itu. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan
kadar fosfat di lokasi yang dekat dan yang jauh dari pemukiman. Kadar fosfat di lokasi yang dekat
dengan pemukiman (St. 14)(3,88 ppb) lebih rendah dibandingkan di lokasi yang jauh dari
pemukiman (St. 7) yaitu 9,17 ppb.
Zat padat tersuspensi (TSS) Kadar TSS berkisar antara 2,89 – 5,56 ppm (3,95±0,65 ppm). Data ini menunjukkan bahwa
perairan pantai utara Waigeo tergolong jernih. Kisaran kadar ini hampir sama dengan yang di
perairan Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara (2,76 – 5,02 ppm; 3,81+0,49 ppm). Seperti
di perairan TN Wakatobi, zat padat tersuspensi di perairan ini juga berasal dari detritus. Kadar
maksimum TSS untuk kehidupan biota adalah 80 ppm. Berdasarkan ini kualitas perairan pantai
utara Pulau Waigeo masih sesuai dengan Baku Mutu Air (Men. KLH 1988).
Salinitas dan pH Salinitas dan pH air di perairan pantai Waigeo Utara adalah tinggi dan homogen (S = 35 %o).
Tingginya salinitas ini adalah normal karena berhubungan langsung dengan Samudra Pasifik.
Seperti salinitas, pH air juga homogen (8,15 – 8,27; 8,21+0,05). Salinitas dan pH seperti ini adalah
normal di perairan bebas. Kisaran kedua parameter tersebut masih sesuai dengan Baku Mutu Air
Laut untuk kehidupan biota yaitu pH = 6,5-8,5 dan perubahan salinitas hanya boleh + 10 % (Men.
KHL 1988)
.
75
N
1 0 1 Kilometers
PulauFringing reefMangrove
#Y Stasiun
KONDISI KUALITAS AIRPULAU WAIGEO UTARA
BAGIAN BARAT
Copyright :Proyek COREMAP
ADB Loan INO-1613-2001-
Sumber data :Survey Lapangan Okt. 2001Basemap dibuat berdasarkanCitra Satelit Landsat 7 ETMtanggal 5 Sep. 2000 (Path/Row: 107/60)
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
1
2
3
4
5
67
8
910
1112
1314
15
0°15' 0°15'
0°10' 0°10'
0°5' 0°5'
0°00' 0°00'
131°5'
131°5'
131°10'
131°10'
131°15'
131°15'
131°20'
131°20'
131°25'
131°25'
0 0
Parameter Nilai Satuan
DO 6.14 ppm
pH 8.16 -
TSS 2.89 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.710 ppm
pH 8.260 -
TSS 3.560 mg/L
Salinitas 35.00 o/oo
Nitrat 7.833 ppb
Nitrit 1.604 ppb
Fosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 5.87 ppm
pH 8.26 -
TSS 4.13 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat 2.136 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.01 ppm
pH 8.25 -
TSS 3.29 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 5.94 ppm
pH 8.24 -
TSS 3.6 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.28 ppm
pH 8.25 -
TSS 3.96 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 11.811 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.13 ppm
pH 8.27 -
TSS 3.82 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.04 ppm
pH 8.24 -
TSS 3.38 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 3.875 ppb
LEGENDA :
Gambar 17a. Distribusi oksigen terlarut, nitrat, nitrit , fosfat, TSS, salinitas dan pH di perairan Pulau Waigeo Utara Bagian Timur
76
PulauFringing reefMangrove
#Y Stasiun
4 0 4 Kilometers
N
KONDISI KUALITAS AIRPULAU-PULAU WAIGEO UTARA
BAGIAN TIMUR
Sumber data :Survey Lapangan Okt. 2001Basemap dibuat berdasarkanCitra Satelit Landsat 7 ETM +tanggal 5 Sep. 2000 (Path/Row: 107/60)
Copyright :Proyek COREMAP
ADB Loan INO-1613-2001-
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y#Y
1
2
3
4
567
8
910
111213
1415
0°20' 0°20'
0°15' 0°15'
0°10' 0°10'
0°5' 0°5'
0°00' 0°00'
131°5'
131°5'
131°10'
131°10'
131°15'
131°15'
131°20'
131°20'
131°25'
131°25'
0 0
Parameter Nilai Satuan
DO 6.1 ppm
pH 8.16 -
TSS 5.56 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit 1.942 ppb
Fosfat 5.198 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6 ppm
pH 8.15 -
TSS 4.04 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.140 ppm
pH 8.150 -
TSS 4.440 mg/L
Salinitas 35.000 o/oo
Nitrat 22.411 ppb
Nitrit 15.142 ppb
Fosfat 27.683 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.240 ppm
pH 8.170 -
TSS 3.910 mg/L
Salinitas 35.00 o/oo
Nitrat 7.188 ppb
Nitrit 3.634 ppb
Fosfat 5.198 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.450 ppm
pH 8.180 -
TSS 4.000 mg/L
Salinitas 35.000 o/oo
Nitrat 13.184 ppb
Nitrit 14.126 ppb
Fosfat 48.846 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.070 ppm
pH 8.170 -
TSS 3.820 mg/L
Salinitas 35.00 o/oo
Nitrat 4.909 ppb
Nitrit 2.619 ppb
Fosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 7.220 ppm
pH 8.230 -
TSS 4.890 mg/L
Salinitas 35.00 o/oo
Nitrat 4.337 ppb
Nitrit 3.634 ppb
Fosfat 9.166 ppb
LEGENDA :
Gambar 17b. Distribusi oksigen terlarut, nitrat, nitrit , fosfat, TSS, salinitas dan pH di perairan Pulau Waigeo Utara Bagian Timur
77
Arus
Pengamatan arus di Pulau Boni dan sekitarnya (Waigeo Timur Laut) diukur pada 4 lapisan
kedalaman, yaitu 13 m, 20 m, 50 m dan 100 meter (Gambar 17, 18, 19, 20). Kecepatan dan arah
arus pada waktu pasang dan waktu surut di setiap kedalaman disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 27. Kecepatan dan arah arus dominan di Pulau Boni dan sekitarnya, Kepulauan Rajaampat, Oktober 2001
Kedalaman Kecepatan Rata-rata (cm/detik)
Kecepatan tertinggi
(cm/detik) Arah dominan
WAKTU PASANG
13 m 20 75 tenggarra 20 m 17 66 Barat 50 m 12 60 Barat laut 100 m 9 25
WAKTU SURUT 13 m 18 75 Barat daya 20 m 18 66 Barat daya 50 m 18 60 Barat daya/utara 100 m 16 17 Timur laut
Kecepatan arus di P. Waigeo bagian timur dengan lokasi pengamatannya mulai dari tanjung
Momfafa atau tanjung Pemali bergerak ke utara menyusuri pantai hingga di sekitar pulau Boni,
menunjukkan bahwa pada lapisan kedalaman 13 meter terlihat arus lebih kuat bila dibandingkan
dengan kedalaman yang lainnya. Kecepatan terkuat pada waktu air menuju pasang terdapat
dilokasi Tanjung Pamali dengan kekuatan arus sekitar 75 cm/detik menuju kearah tenggara
yaitu arus yang menyusur sejajar pantai. Kecepatan arus berangsur menurun seiring
menurunnya kedalaman hingga 100 meter, sedangkan arah arus sampai kedalaman 100
meter hampir sama namun pada kedalaman 100 meter dilokasi sekitar tanjung Saobas terjadi
perbedaan arah arus, yaitu kearah timur menuju ke laut lepas sedangkan pada kedalaman 13,
20, dan 50 meter arah arus relatif sama yaitu mengarah ke barat bahkan mendekati ke utara
bila pada waktu air menuju surut (gambar: 4a dan 4b). Kecepatan rata-rata selama pengukuran
pada kedalaman 13 m sekitar 20 cm/det, kedalaman 20 m sebesar 17 cm/det, kedalaman 50
m sebesar 12 cm/det dan pada kedalaman 100 m sekitar 9 cm/det. Kecepatan arus minimum
adalah 1 cm/det sedangkan arus paling kuat sekitar 75 cm/det.
78
Gambar 18a. Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 13 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong
Gambar 18b. Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 20 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong
79
Gambar 18c. Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 50 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong
Gambar 18d. Kecepatan dan arah arus pada kedalaman 100 meter Di sekitar P. Waigeo Timur, Sorong
80
Pulau-pulau Ayu
Karang
Pulau-pulau Ayu terdiri atas beberapa pulau karang, dimana pulau-pulau tersebut mempunyai 2
buah reef, satu yang berukuran agak besar (terdiri dari Pulau Kuan, P. Ros, P. Abdon, P. Reni, P.
Kanober, P. Kofot, P. Apop, P. Mandung, P. Awarisi dan P. Padanganreer) dan satunya lagi
berukuran lebih kecil (P. Ayu, P. Oerbabo Besar dan P. Oerbabo Kecil). Seperti halnya di Boni,
rataan terumbu umumnya landai sampai kedalaman 3-5 m, kemudian semakin kedalam, sudut
kemiringanan semakin curam, bisa mencapai 800 .
RRA dilakukan di 36 titik pengamatan di Reef Top, dan 42 titik pengamatan di di Reef Edge.
Walaupun persentase tutupan karang hidup di lokasi ini rendah, tetapi agak lebih baik bila
dibandingkan dengan di lokasi Boni dan sekitarnya. Persentase tutupan karang hidup di Reef Top
berkisar antara 0 % - 38 %, dimana persentase tutupan karang hidup yang >25% hanya dijumpai
pada titik pengamatan 9 dan 26. Sedangkan di Reef Edge, persentase tutupan karang hidupnya
antara 4 % - 56 %, dimana persentase tutupan karang hidup yang >50% hanya dijumpai pada titik
pengamatan 55.
Tabel 28. Hasil RRA di tubir (reef edge) dan rataan terumbu (reef top)di Pulau-pulau Ayu
Reef Top Reef Edge) Benthic
Jumlah 36 stasiun Jumlah 42 stasiun % Pasir 46.00 ± 25.04 7.52 ± 5.11 % Rubble 6.50 ± 7.98 9.98 ± 7.14 % Live Coral 6.28 ± 8.46 24.67 ± 11.13 % Dead Coral 0.39 ± 2.02 0.81 ± 3.16 % Dead Coral Algae 18.36 ± 21.30 25.71 ± 17.68 % Soft Coral 2.86 ± 7.45 15.31 ± 12.66 % Sponges 1.83 ± 2.06 4.71 ± 2.50 % Algae 10.31 ± 13.89 7.52 ± 6.96 % Seagrass 4.86 ± 10.81 0.2 + 0.15 % Others 2.61 ± 2.85 3.74 ± 3.05
Untuk LIT, dilakukan di 4 site, yaitu di St.1, St.2, St.3 dan St.4. Diantara site pengamatan
tersebut, persentase tutupan karang hidup yang terendah di jumpai pada St.2 dgn persentase
tutupan rata-rata 31.65 %, sedangkan persentase tutupan karang hidup yang tertinggi dijumpai
pada St.4 dengan persentase tutupan rata-rata 66.13 %. Walaupun pada saat dilakukan LIT,
persentase tutupan karang hidup pada St.2 memiliki nilai yang terendah dibanding tiga stasiun
81
lainnya, tetapi pada stasiun 2 ini memiliki nilai indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan
yang tertinggi (lihat Tabel 4 Kondisi Umum). Ini menunjukkan bahwa jenis karang di St.2 yang
ditemukan pada saat LIT lebih beragam dan kehadiran dari masing-masing jenisnya lebih merata
walaupun ukuran koloninya relatif tidak begitu besar.
Dari hasil pengamatan bebas yang dilakukan di Pulau-pulau Ayu baik di Reef Besarnya maupun
di Reef Kecilnya, berhasil dijumpai 277 jenis karang batu, dimana 238 jenis yang termasuk dalam
69 marga dijumpai di Reef Besar PP. Ayu, dan 225 jenis yang termasuk dalam 69 marga di Reef
Kecil PP.Ayu.
Ikan Karang
Sebaran Ikan Karang
Di Kepulauan Ayu pengamatan dilakukan pada dua gugusan pulau yaitu pulau Ayu besar dan P.
Ayu kecil. Jumlah jenis ikan karang yang berhasil disensus pada daerah ini sebanyak 294 jenis
terdiri dari 100 marga dan 37 suku dengan jumlah individu sebanyak 33.635 ekor.
Di perairan Pulau Ayu dilakukan pengamatan dengan metode line transek padadi empat stasiun
yaitu di daerah Reef Ayu Besar sebelah Barat, sebelah Utara dan sebelah Timur serta di Reef Ayu
Kecil sebelah Selatan. Dari keempat lokasi pengamatan transek tersebut keanekaragaman jenis
ikan pada panjang transek 50 m (luasan 250 m2) adalah berkisar antara 135 – 200 jenis . Dari
keempat lokasi transek tersebut terlihat daerah reef Ayu besar sebelah Barat memiliki jumlah jenis
yang cukup tinggi yaitu sekitar 180 – 200 jenis sedangkan yang relatif rendah adalah pada lokasi
Ayu sebelah Utara yang berkisar antara 135 – 157 jenis.
Lokasi Ayu Besar sebelah Barat tersebut merupakan daerah yang cukup potensil sebagai salah
satu lokasi bagi tujuan kegiatan wisata selam (scuba diving), karena memiliki jumlah jenis ikan yang
cukup tinggi serta pemadangan bawah air yang indah. Pada daerah tersebut pada kedlaman 40 m
ditemukan jenis-jenis ikan Pseudochromis spp (nona manis ) dalam jumlah besar (500 – 800 ekor)
yang bergerombol di sekitar Gorgonian (Sea fan).
Hasil pengamatan pada 8 stasiun transek di daerah Radja Ampat ternyata lokasi P. Ayu Besar
sebelah Barat yang memiliki jumlah jenis ikan tertinggi dibanding dengan lokasi lainnya baik di
Pulau Batang Pele maupun di Daerah Boni.
Untuk pengamatan yang dilakukan dengan metode RRA baik pada daerah Reef Edge maupun
daerah Reef Top berhasil dicapai 42 stasiun pada daerah Reef Edge dan 36 stasiun pada daerah
Reef Top. Untuk daerah Reef Top di Pulau Ayu keanekaragaman jenis ikan adalah sebesar 103
jenis sedangkan pada daerah Reef Edge sebesar 197 jenis. Tingginya jumlah jenis pada daerah
Reef Edge dibandingkan dengan daerah Reef Top disebabkan karena pada daerah Reef Edge tutu
pan karangnya lebih tinggi dari pada daerah Reef Top. Pada daerah Reef Top di daerah Pulau Ayu ,
sebagian besar substratnya terdiri dari pasir.
82
Pada pulau-pulau Ayu tersebut 10 jenis ikan yang menempati urutan teratas ikan dominan
dapat dilihat pada Tabel 29. dibawah ini. Jumlah total kelimpahan dari 10 jenis yang dominan
tersebut menempati 51, 12 %.
Kelimpahan ikan di Pulau Ayu
16350
6297
4193
1626
875
802
770
740
734
717
531
17285
Ikan lainnya Chromis ternatensisChromis margaritifer Lutjanus fulvusCaesio lunaris Chromis viridisChromis lineata Pterocaesio trilineataChromis xanthura Lutjanus gibbusDascylus reticulatus
Gambar 19. Komposisi 10 Jenis Ikan di Pulau-pulau Ayu
Tabel 29. Komposisi 10 jenis ikan dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif di perairan Pulau Pulau Ayu .
Famili Jenis Kategori ikan Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase jumlah individu
( % )
Presentase kumulatif
( % )
presentase Kehadiran
(90 St) Pomacentridae Pomacentridae Lutjanidae Caesionidae Pomacentridae Pomacentridae Caesionidae Pomacentridae Lutjanidae Pomacentridae
Chromis ternatensis Chromis margaritifer Lutjanus fulvus Caesio lunaris Chromis viridis Chromis lineata Pterocaesio trilineata Chromis xanthura Lutjanus gibbus Dascylus reticulatus
Major grup Major grup
Target Target
Major grup Major grup
Target Major grup
Target Major grup
6297 4193 1626 875 802 770 740 734 717 531
18,72. 12,47 4,83 2,60 2,38 2,28 2,20 2,18 2,13 1,57
18,72 31,19 36,02 38,62
41 43,28 45,48 47,66 49,79 51,36
36 (32) 48 (43) 40 (36) 21 (19) 7 (6)
13 (12) 9 (8)
43 (39) 13 (12) 16 (15)
Ikan Major Jumlah jenis ikan karang kategori Major yang tercatat di Pulau Ayu adalah 146 jenis yang
termasuk dalam 57 marga dan 20 suku dengan jumlah individu sebanyak 22.271 ekor. Pulau
Ayu menempati urutan kedua setelah Pulau Batang Pele dari sisi keanekaragam jenis ikan
Major.
10 jenis ikan major yang dominan di daerah Pulau Ayu menempati 51 % dari seluruh jenis
ikan major yang terdapat di daerah Pulau Ayu ini. Dari 10 jenis ikan tersebut 9 jenis termasuk
83
dalam famili Pomacentridae dan satu jenis adalah famili Labridae. 9 jenis dari famili
Pomacentridae tersebut terdiri dari tiga marga yaitu Chromis , Dascylus dan Pomacentrus.
Jenis ikan Chromis ternatensis menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut,
dengan jumlah persentase sebanyak 18 %. Jenis ikan ini pula merupakan jenis ikan yang
menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan yang ada di daerah Radja Ampat. Kelimpahan
individu ikan ini sebanyak 63 % berasal dari Pulau Ayu.
Jenis ikan Chromis margaritifer yang menempati urutan kedua dari 10 jenis ikan yang dominan
ternyata memiliki sebaran yang cukup luas pada daerah pulau Ayu ini. Ikan ini hadir hampir pada
setiap stasiun di daerah ini. Komposis 10 jenis ikan yang dominan di daerah Pulau Ayu dapat dilihat
pada Tabel 30 dibawah ini.
Komposisi 10 jenis ikan major di Pulau Ayu
72866297
4193
802
770
734
531
480
471
380
327
14985
Ikan lainnya Chromis ternatensisChromis margaritifer Chromis viridisChromis lineata Chromis xanthuraDascylus reticulatus Chromis atripesChromis weberi Pomacentrus philipinusPseudochromis squamipinis
Gambar 20. Komposisi 10 jenis ikan Major di Pulau-pulau Ayu
Tabel 30. Komposisi 10 jenis ikan Major dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif di perairan Pulau pulau Ayu
Famili Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase jumlah individu
( % )
Presentase kumulatif
( % ) presentase Kehadiran
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Labridae
Chromis ternatensis Chromis margaritifer Chromis viridis Chromis lineata Chromis xanthura Dascylus reticulatus Chromis atripes Chromis weberi Pomacentrus philipinus Pseudochromis squamipinis
6297 4193 802 770 734 531 480 471 380 327
18,72. 12,47 4,83 2,60 2,38 2,28 2,20 2,18 2,13 1,57
18,72 31,19 36,02 38,62
41 43,28 45,48 47,66 49,79 51,36
36 (32) 48 (43) 7 (6)
13 (12) 43 ( 39) 16 (15) 8 (7)
20 (18) 24 (22) 8 (7)
84
Ikan Indicator Jumlah jenis ikan indicator yang ada di Pulau Ayu adalah sebanyak 29 jenis yang termasuk
dalam 4 marga dengan jumlah individu ikan sebesar 1350 Ekor. 10 jenis ikan indikator yang
dominan di daerah Pulau Ayu menempati 70 % dari seluruh jenis ikan indikator yang terdapat
di daerah Pulau Ayu ini. 10 jenis ikan indikator tersebut terdiri dari tiga marga yaitu Chaetodon,
Hemitauricthys dan Heniochus
Jenis ikan Hemitauricthys polilepis menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut,
dengan jumlah persentase individu sebanyak 21 % serta persentase kehadirannya
(persentage of occurence) yakni hanya 18 %. Jenis ikan ini biasanya terdapat di daerah tubir
serta membentuk gerombolan ikan (schooling fish). Leiske dan Myers (1994) menyatakan
bahwa ikan ini umumnya ditemukan di daerah lereng terumbu, daerah tubir serta memiliki
tingkat kecerahan air yang tinggi dan bersifat sebagai pemakan zooplankton. Jenis ikan ini
hanya ditemukan di daerah Pulau Ayu sedangkan pada kedua pula lainnya (Boni dan Batang
Pele) tidak ditemukan, hal ini menunjukkan bahwa pada daerah Pulau Ayu mempunyai tingkat
kecerahan air yang tinggi sehingga cocok bagi kehadiran ikan ini. Hukom (2000) melaporkan
bahwa Ikan ini umumnya ditemukan di daerah yang tingkat kecerahan airnya sangat tinggi
seperti di daerah Taman Laut Bunaken (SULUT), Pulau Pulau Supriori- Biak (PAPUA), Taman
Laut Hoga –Wakatobi (SULTENG) dan Taman Laut Maumere (NTT).
Jenis ikan Chaetodon trifasciatus yang menempati urutan kedua dari 10 jenis ikan yang
dominan ternyata memiliki sebaran yang cukup luas pada daerah pulau Ayu ini. Persentase
kehadiran ikan ini yakni 40 %, lebih tinggi bila dibanding dengan jenis Hemitauricthys polilepis.
Komposisi 10 jenis ikan indikator di P. Ayu
396 284
136 118
110
63
63
5748
41
34
954
Ikan lainnya Hemitauricthys polilepis Chaetodon trifasciatus
Chaetodon kleini Chaetodon vagabundus Chaetodon ephipiumChaetodon trifascialis Chaetodon ornatissimus Chaetodon melanotus
Chaetodon baronessa Heniochus crysostomus
Gambar 21. Komposisi 10 jenis ikan Indicator di Pulau-pulau Ayu
85
Tabel 31. Komposisi 10 jenis ikan indikator dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif di perairan Pulau pulau Ayu
Marga Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase jumlah
individu ( % )
Presentase kumulatif
( % ) presentase Kehadiran
Hemitauricthys Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Heniochus
Hemitauricthys polilepis Chaetodon trifasciatus Chaetodon kleini Chaetodon vagabundus Chaetodon ephipium Chaetodon trifascialis Chaetodon ornatissimus Chaetodon melanotus Chaetodon baronessa Heniochus crysostomus
284 136 118 110 63 63 57 48 41 34
21,03 10,07 8,74 8,15 4,67 4,67 4,22 3,56 3,03 2,52
21,03 31,10 39,84 48,58 53,25 57,92 62,14 65,07 68,10 70,62
18 (16) 40 (36) 28 (25 32 (29) 27 (24) 17 (15) 18 (16) 17 (15) 12 (11) 18 (16)
Ikan Target Jumlah jenis ikan target yang ada di Pulau Ayu adalah 119 jenis termasuk dalam 39 serta
16 suku yang seluruhnya berjumlah 8423 ekor.
10 jenis ikan target yang dominan di daerah Pulau Ayu menempati 73 % dari seluruh jenis
ikan target yang terdapat di daerah Pulau Ayu ini. 10 jenis ikan target tersebut terdiri dari empat
famili yaitu Lutjanidae, Acanthuridae, Caesionidae dan Scolopsis
Jenis ikan Lutjanus fulvus menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan
jumlah persentase individu sebanyak 19 % serta persentase kehadirannya (persentage of
occurence) yang cukup tinggi yakni 40 %. Ikan ini hadir hampir pada setiap stasiun. Komposisi
jenis 10 ikan target yang dominan dapat dilihat pada Tabel 32 dibawah ini.
Komposisi 10 jenis ikan target di P. Ayu
2248
285
875
364
497346
1626
717
317
408740
6175
Ikan lainnya Caesio cunning Caesio lunaris
Caesio teres Ctenochaetus strigosus Gnatodentex aurolineatus
Lutjanus fulvus Lutjanus gibbus Lutjanus kasmira
Monotaxis granducolis Pterocaesio trilineata
Gambar 21. Komposisi 10 jenis ikan Target
86
Tabel 32. Komposisi 10 jenis ikan Target dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif di perairan Pulau Ayu
Sebaran Ikan Karang di Daerah Reef Top Pulau Ayu
Pengamatan ikan karang pada daerah Reef Top dilakukan pada 36 stasiun
Keanekaragaman jenis ikan karang pada daerah Reef Top di daerah Pulau Ayu ditemukan
sebanyak 103 jjenis yang termasuk dalam 21 famili, terdiri dari 51 jenis ikan major ,38 jenis ikan
target dan 14 jenis ikan indikator .
Jenis ikan Chromis viridis (betok hijau) merupakan jenis ikan yang memiliki kelimpahan
tertinggi dan ditemukan hanya 11 % (hanya 4 stasiun) . Walaupun hanya hadir pada empat
stasiun namun karena senantiasa hadir dalam jumlah yang cukup besar sehingga total nilai
kelimpahan individunya menjadi tinggi. Kehadiran jenis ikan Chromis viridis sangat terkait erat
dengan tipe terumbu karang coral branching . Leiske dan Myers (1994) menyatakan bahwa
sifat hidup ikan ini umumnya ditemukan di daerah reef flat dan daerah pasang surut serta
umumnya berasosiasi dengan tipe karang Coral branching. Dari 10 jenis ikan yang dominan
ternyata yang memiliki sebaran yang cukup luas adalah jenis ikan crysiptera cyanea . ikan ini
dapat dikatakan sebagai ikan yang umumnya ditemukan di daerah Reef Top karena hadir
hampir di setiap stasiun di daerah Reef Top
Komposisi jenis dari 10 jenis ikan yang dominan di daerah Reef Top dapat dilihat pada
Tabel 33. dibawah ini.
Famili Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase jumlah individu
( % )
Presentase kumulatif
( % ) presentase Kehadiran
Lutjanidae Caesionidae Caesionidae Lutjanidae Acanthuridae Lutjanidae Caesionidae Scolopsidae Lutjanidae Caesionidae
Lutjanus fulvus Caesio lunaris Pterocaesio trilineata Lutjanus gibbus Ctenochaetus strigosus Monotaxis granducolis Caesio teres Gnatodentex aurolineatus Lutjanus kasmira Caesio cunning
1626 875 740 717 497 408 364 346 317 285
19,30 10,38 8,78 8,51 5,89 4,84 4,32 4,10 3,76 3,38
19,30 29,68 38,46 46,97 52,86 57,70 62,02 66,12 69,88 73,26
40 (36) 21 (19) 9 (8)
13 (12) 41 (37) 41 (37) 12 (11) 10 (9) 3 (3)
11 (10)
87
Tabel 33. Komposisi 10 jenis ikan di daerah Reef Top di Pulau Ayu.
Famili Jenis Kategori ikan
Kelimpahan Individu
3617 (ekor)
Presentase Jumlah
Individu (% )
Prosentase kumulatif
( % ) prosentase Kehadiran
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Engraulidae Acanthuridae Labridae Acanthuridae Scolopsidae Pomacentridae Pomacentridae
Chromis viridis Chrysiptera cyanea Dascylus melanurus Stolephorus sp Ctenochaetus strigosus Halichoeres sp Acanthurus triostegus Scolopsis lineatus Dishistoides fasciatus Dascylus trimaculatus
Major grup Major grup Major grup Target Target Major grup Target Target Major grup Major grup
752 370 280 180 162 121 103 91 72 68
20,79 10,22 7,74 4,97 4,47 3,34 2,84 2,52 1,99 1,88
20,79 31,01 38,75 43,72 48,19 51,53 54,37 56,89 58,88 60,76
11 (4) 47 (17) 17 (6) 8 (3) 33 (12) 39 (14) 36 (13) 19 (7) 22 (8) 17 (6)
Sebaran Ikan di Daerah Reef Edge Pulau-pulau Ayu Pengamatan pada daerah reef edge di Pulau Ayu dilakukan sebanyak 42 stasiun. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa pada daerah ini ditemukan sebanyak 197 jenis yang termasuk
dalam 25 famili. Pada daerah ini ditemukan 67 jenis ikan major, 32 jenis ikan indikator dan 98
jenis ikan target.
10 jenis ikan yang dominan di daerah reef Edge menempati 51 % dari seluruh jenis ikan
karang yang terdapat di daerah Reef Edge di Pulau Ayu ini. 10 jenis ikan karang yang dominan
tersebut terdiri dari 7 jenis ikan kategori target, 2 jenis ikan kategori major grup dan 1 jenis ikan
kategori indikator. Serta termasuk dalam empat famili yaitu Lutjanidae, Caesionidae,
Pomacentridae, dan Chaetodontidae.
Jenis ikan Lutjanus fulvus menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan
jumlah persentase individu sebanyak 18 % serta persentase kehadirannya (persentage of
occurence) yang cukup tinggi yakni 67 %. Ikan ini hadir hampir pada setiap stasiun
menunjukkan bahwa daerah reef edge di Pulau Ayu sangat potensil dengan ikan-ikan targetnya.
Komposisi jenis 10 ikan target yang dominan dapat dilihat pada Tabel 34. dibawah ini.
88
Tabel 34. Komposisi ikan di daerah Reef Edge di P. Ayu.
Famili Jenis Kategori ikan Kelimpahan
Individu 9221 (ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Prosentase kumulatif
( % )
prosentase Kehadiran
(42 St)
Lutjanidae Caesionidae Pomacentridae Pomacentridae Caesionidae Lutjanidae Caesionidae Lutjanidae Caesionidae Chaetodontidae
Lutjanus fulvus Pterocaesio trilineata Chromis margaritifer Chromis xanthura Caesio lunaris Lutjanus kasmira Caesio teres Gnadotendex aurolineatus Caesio cunning Hemitauricthys polylepis
Target Target
Major grup Major grup
Target Target Target Target Target
Indikator
1562 740 723 476 355 317 275 236 215 199
18,72 12,47 4,83 2,6 2,38 2,28 2,2 2,18 2,13 1,57
18,72 31,19 36,02 38,62
41 43,28 45,48 47,66 49,79 51,36
67 (28) 14 (6) 71 (30) 69 (29) 24 (10) 7 (3) 14 (6) 14 (6) 14 (6) 26 (11)
Lamun
Di rataan terumbu Pulau Ayoe yang didominasi substrat pasir dan pecahan karang dilakukan
pengamatan pada 37 stasiun. Pada areal ini ditemukan empat (4) jenis lamun yaitu: Cymodocea
serrualata, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium dan Thallasia hemprichii, dengan tutupan rata-
rata 35%. Jenis yang dominan pada areal ini adalah Thallassia hemprichii dengan kerapatan 91
tegakan/m2. Total biomasa dari ke empat (4) jenis lamun pada areal ini adalah 1.804,8 gram berat
basah/m2
Tabel 35. Rata-rata kerapatan (tegakan / m2), total biomasa (gram berat basah/m2), rata-rata tutupan dan dominansi jenis di Pulau- pulau Ayu
Jenis Kerapatan (N=18)
Total biomassa (N=18)
Tutupan % (N=18) dominansi
Cymodocea serrulata 4 ± 2,12 85 ± 3,78 Syringodium isoetifolium 38 ± 7,78 125 ± 3,42 Enhalus acoroides 29 ± 21,33 22.410 ± 245,07 Thalassia hemprichii 86 ± 25,80 7.637 ± 396,94
32 Thalassia hemprichii
Kualitas Perairan
Oksigen terlarut Kadar oksigen terlarut dalam perairan rataan terumbu karang Pulau-pulau Ayu berkisar antara
5,81 - 7,18 ppm (6,36+0,38 ppm). Kadar tertinggi 7,18 ppm ditemukan di St. 9. Dari stasiun 9,
kadar oksigen terlarut menurun sedikit menuju utara (St.10 = 6,64 ppm dan St. 15 = 6,93 ppm) dan
menuju selatan (St. 8 = 6,81 ppm)(Gambar 22a dan 22b). Walaupun terjadi penurunan kadar,
89
namun tidak ditemukan adanya lokasi yang kadar oksigen terlarutnya lebih rendah dari 4 ppm yang
merupakan batas Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota (Men.Neg. KLH 1988). Kisaran kadar
oksigen terlarut di perairan Pulau-pulau Ayu ini adalah sama dengan yang di perairan terumbu
karang TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (5,81 - 7,22 ppm; 6,30+0,37 ppm). Namun tergolong
tinggi dibandingkan dengan di perairan pantai lainnya di Indonesia. Dari variansi kadarnya
(6,36+0,38 ppm) terlihat bahwa kadar oksigen terlarut di perairan Pulau-pulau Ayu tergolong
homogen. Tingginya dan homogennya kadar oksigen terlarut ini menunjukkan bahwa seluruh
perairan Pulau-pulau Ayu masih bersih dan belum terlihat adanya kegiatan yang akan menurunkan
kadar oksigen tersebut.
Nitrat dan Nitrit Kadar nitrat di perairan rataan terumbu karang Pulau-pulau Ayu berkisar antara < 1,00 – 6,84
ppb (1,08+1,97 ppb). Seperti oksigen terlarut, kadar tertinggi (6,84 ppb) dtemukan di St. 9. Dari St.
9 (6,84 ppb), kadar nitrat menurun tajam ke arah utara yaitu menjadi tidak terdeteksi ( < 1ppb) di St.
10 dan St. 15 (Gambar 22a dan 22b). Kisaran kadar nitrat ini lebih rendah dibandingkan dengan
yang di perairan terumbu karang TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (2,00+3,55 ppb). Berbeda
dengan kadar oksigen terlarut yang homogen, kadar nitrat di perairan Pulau-pulau Ayu ini sangat
bervariasi (1,08±1,97 ppb). Kadar nitrat yang sangat bervariasi seperti ini biasanya ditemukan di
perairan pantai yang banyak menerima limbah pemukiman atau industri. Namun bervariasinya
kadar nitrat di perairan terumbu karang ini bukan disebabkan adanya limbah yang masuk, tetapi
kondisi alamnya yang memang seperti itu. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa di
perairan terumbu karang TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara, juga ditemukan hal yang sama yaitu
kadar nitratnya sangat bervariasi (P. Tomia = 2,85+5,84 ppb; P. Kaledupa = 1,74+2,86 ppb; P.
Wangi-wangi = 1,77+2,42 ppb; Karang Kaledupa = 1,72+2,31 ppb).
Kadar nitrit berkisar antara < 1,00 – 1,60 ppb. Kadar tertinggi (1,6 ppb) ditemukan di stasiun 7.
Seperti nitrat, kisaran kadar ini juga lebih rendah dibandingkan dengan yang di perairan terumbu
karang TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (< 1,00 - 4,20 ppb; 0,66 ±1,28 ppb). Di perairan yang
masih bersih atau perairan yang kadar oksigen terlarutnya tergolong tinggi (> 5 ppm), kadar nitrit
umumnya tidak terdeteksi ( < 1 ppb) dan lebih rendah dari kadar nitrat. Kondisi ini juga ditemukan
di perairan Pulau-pulau Ayu. Dari 21 lokasi pengamatan, hanya 2 lokasi yang kadar nitritnya
terdeteksi (St. 2= 1,27 ppb; St. 7 = 1,60 ppb); dan tidak ditemukan adanya lokasi yang kadar
nitritnya lebih tinggi dari kadar nitratnya. Hal ini menunjukkan bahwa perairan terumbu karang
Pulau-pulau Ayu benar-benar masih bersifat alami.
Fosfat Kadar fosfat berkisar antara 1,23 – 9,17 ppb (3,18±2,63 ppb). Kadar tertinggi (9,17 ppb)
ditemukan di St. 17. Dari stasiun 17 (9,17 ppb) kadar menurun menuju arah selatan. Kisaran kadar
90
fosfat ini lebih rendah dibandingkan dengan di perairan terumbu karang Waigeo Utara (1,23 –
48,85 ppb; 8,99±12,84 ppb), namun sama dengan yang di perairan Pulau Kaledupa, TN Wakatobi
(1,57 – 7,59 ppb; 3,98+1,95 ppb). Hal ini disebabkan di perairan terumbu karang Pulau-pulau Ayu
tidak terdapat hutan mangrove.
Zat padat tersuspensi (TSS) Di perairan Pulau-pulau Ayu, kadar TSS berkisar antara 1,16 – 5,53 ppm (3,99±0,86 ppm).
Kadar ini hampir sama dengan yang di perairan pantai Waigeo Utara (2,89 – 5,56 ppm; 3,95±0,65
ppm) dan sedikit lebih tinggi dari yang di perairan TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara ((2,76 – 5,02
ppm; 3,81+0,49 ppm).
Data ini menunjukkan bahwa perairan Pulau-pulau Ayu tergolong jernih. Seperti di perairan TN
Wakatobi dan di perairan pantai Waigeo Utara, zat padat tersuspensi di perairan ini juga berasal
dari detritus. Kadar maksimum TSS untuk kehidupan biota adalah 80 ppm. Berdasarkan ini kualitas
perairan Pulau-pulau Ayu masih sesuai dengan Baku Mutu Air (Men. KLH 1988).
Salinitas dan pH Salinitas air di perairan pulau-pulau Ayu adalah tinggi dan homogen (35 %o). Tingginya salinitas
ini adalah normal karena berhubungan langsung dengan Samudra Pasifik. Seperti salinitas, pH air
juga homogen (8,18 – 8,30; 8,24+0,04). Salinitas dan pH seperti ini adalah normal di perairan
bebas. Kisaran kedua parameter tersebut masih sesuai dengan Baku Mutu Air Laut untuk
kehidupan biota yaitu pH = 6,5-9 dan perubahan salinitas hanya boleh + 10 % (Men. KHL 1988).
91
Fringing reefPulauLagoon
#Y Stasiun
2 0 2 Kilometers
N
KONDISI KUALITAS AIRPULAU-PULAU AYU
BAGIAN UTARA
Sumber data :Survey Lapangan Okt. 2001Basemap dibuat berdasarkanCitra Satelit Landsat 7 ETM +tanggal 5 Sep. 2000 (Path/Row: 107/60)
Copyright :Proyek COREMAP
ADB Loan INO-1613-2001-
#Y
#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
9
10
11
1213
15
1617
18
19
Parameter Nilai Satuan
DO 5.94 ppm
pH 8.23 -
TSS 3.69 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 6.251 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 7.18 ppm
pH 8.3 -
TSS 4.04 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat 6.839 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.64 ppm
pH 8.26 -
TSS 4.63 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.93 ppm
pH 8.28 -
TSS 1.16 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.13 ppm
pH 8.21 -
TSS 3.73 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.41 ppm
pH 8.21 -
TSS 5.53 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 9.166 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.89 ppm
pH 8.24 -
TSS 3.96 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.11 ppm
pH 8.21 -
TSS 3.87 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 7.18 ppm
pH 8.3 -
TSS 4.04 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat 6.839 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.34 ppm
pH 8.22 -
TSS 3.69 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
LEGENDA :
0°30' 0°30'
0°33' 0°33'
0°36' 0°36'
0°39' 0°39'
131°6'
131°6'
131°9'
131°9'
131°12'
131°12'
Gambar 22a. Distribusi oksigen terlarut, nitrat, nitrit , fosfat, TSS, salinitas dan pH di perairan Pulau-pulau Ayu
92
N
1 0 1 Kilometers
Fringing reefPulauLagoon
#Y Stasiun
KONDISI KUALITAS AIRPULAU-PULAU AYUBAGIAN SELATAN
Copyright :Proyek COREMAP
ADB Loan INO-1613-2001-
Sumber data :Survey Lapangan Okt. 2001Basemap dibuat berdasarkanCitra Satelit Landsat 7 ETM tanggal 5 Sep. 2000 (Path/Row: 107/60)
#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y #Y
#Y
#Y
12
3
4
5
6
7
8 1420
21
0°15' 0°15'
0°18' 0°18'
0°21' 0°21'
0°24' 0°24'
0°27' 0°27'
0°30' 0°30'
130°57'
130°57'
131°00'
131°00'
131°3'
131°3'
131°6'
131°6'
131°9'
131°9'
131°12'
131°12'131
131
Parameter Nilai Satuan
DO 6.03 ppm
pH 8.27 -
TSS 4.18 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.340 ppm
pH 8.290 -
TSS 3.640 mg/L
Salinitas 35.00 o/oo
Nitrat 3.060 ppb
Nitrit 1.265 ppb
Fosfat 9.166 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.34 ppm
pH 8.28 -
TSS 5.42 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.81 ppm
pH 8.24 -
TSS 4.27 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.13 ppm
pH 8.24 -
TSS 4.09 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat 4.879 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.21 ppm
pH 8.29 -
TSS 4.13 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.320 ppm
pH 8.270 -
TSS 3.910 mg/L
Salinitas 35.00 o/oo
Nitrat 2.346 ppb
Nitrit 1.604 ppb
Fosfat 7.843 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.13 ppm
pH 8.2 -
TSS 3.56 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.05 ppm
pH 8.2 -
TSS 4.97 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 1.23 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6 ppm
pH 8.2 -
TSS 3.38 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat <1.000 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 6.81 ppm
pH 8.29 -
TSS 4 mg/L
Salinitas 35 o/oo
Nitrat 3.704 ppb
Nitrit <1.000 ppb
Fosfat 2.553 ppb
LEGENDA :
Gambar 22b. Distribusi oksigen terlarut, nitrat, nitrit , fosfat, TSS, salinitas dan pH di perairan Pulau-pulau Ayu
93
Arus
Pengamatan arus di Pulau Pulau Ayu diukur pada 4 lapisan kedalaman, yaitu 13 m, 20 m, 50 m
dan 100 meter. Kecepatan dan arah arus pada waktu pasang dan waktu surut di setiap kedalaman
disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 36. Kecepatan dan arah arus dominan di Pulau Pulau Ayu, Kepulauan Rajaampat, Oktober 2001
Kedalaman Kecepatan Rata-rata (cm/detik)
Kecepatan tertinggi
(cm/detik) Arah dominan
WAKTU PASANG
13 m 37 98 Tenggara 20 m 37 94 Tenggara 50 m 27 84 Tenggara 100 m 17 50 Tenggara
WAKTU SURUT 13 m 34 84 Barat laut 20 m 33 83 Barat laut 50 m 31 79 Barat laut 100 m 20 49 Barat laut
Pola arus sepanjang trek yang melingkar di perairan Kepulauan Ayu baik Atol Ayu besar
dan Atol Ayu kecil menunjukkan pola yang hampir sama di semua baik pada kedalaman 13, 20,
50 dan 100 m. Kuat arus pada kedalaman 13 meter sekitar 98 cm/detik ke arah tenggara pada
waktu air menuju pasang. Pada waktu air menuju surut arah arus bergerak ke barat laut hingga
utara dengan kecepatan kurang dari 84 cm/detik. Pada kedalaman 20 meter kuat arus rata-rata
adalah 37 cm/detik dengan kecepatan maksimum 94 cm/detik. Dari hasil pengamatan arus di
lokasi Kepulauan Ayu menunjukkan bahwa pola arahnya hampir sama baik pada kedalaman
13, 20, 50 dan 100 m, sedangkan kecepatannya makin kebawah (100 meter) semakin menurun.
94
Gambar 23a. Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 13 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong
Gambar 23b. Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 20 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong
95
Gambar 23c. Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 50 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong
Gambar 23d. Kecepatan dan Arah Arus pada kedalaman 100 meter Di Pulau-pulau Ayu, Sorong
96
Pulau-pulau Batang Pele
Karang
Pulau-pulau Batang Pele merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terdiri dari 15 pulau, yaitu : P.
Fwojo, P. Miosarar besar, P. Miosarar kecil, P. Miosmengkara, P. Yefnabi besar, Yefnabi kecil, P. Mutus,
P. Yefmo, P. Yettsiep, P. Yefkabu, P. Biantsyi besar, P. Biansyi kecil, P. Gof besar, P. Gof kecil dan P.
Yefnawan. Pantai umumnya memiliki hamparan pasir putih, dan pada beberapa lokasi pantainya dipenuhi
oleh hutan mangrove. Rataan terumbu umumnya landai sampai kedalaman 3-5 m, kemudian semakin
kedalam, sudut kemiringannya bertambah, walaupun tidak terlalu curam.
Pada lokasi ini terdapat 116 titik pengamatan untuk RRA yang terdiri dari 36 titik pengamatan di
Reef Top dan 80 titik pengamatan di Reef Slope.. Pada Reef Top, persentase tutupan karang
hidupnya berkisar antara 0%-68%, dimana persentase tutupan karang hidup yang >50% dijumpai
pada titik pengamatan 11, 18 dan 19. Pada titik pengamtan 33 dan 35 tidak dijumpai karang hidup
sama sekali. Pada Reef Edge, persentase tutupan karang hidup berkisar antara 0-71 %, dimana
persentase tutupan karang hidup yang >50% dijumpai pada titik pengamatan 5, 29, 30, 31, 35,36,49
dan 55. Karang hidup tidak dijumpai pada titik pengamatan 4 dan 69.
Tabel 37.Hasil RRA di tubir (reef edge) dan rataan terumbu (reef top)di Pulau-pulau Batang Pele.
Reef Top Reef Edge
Benthic Jumlah 36 stasiun Jumlah 80 stasiun
% Pasir 17.33 ± 19.70 17.20 ± 13.56 % Rubble 7.42 ± 4.38 12.68 ± 6.82 % Live Coral 25.36 ± 18.42 23.81 ± 17.43 % Dead Coral 0.39 ± 1.23 0.25 ± 0.93 % Dead Coral Algae 27.94 ± 16.47 23.18 ± 18.92 % Soft Coral 1.92 ± 2.96 7.65 ± 5.74 % Sponges 0.81 ± 1.33 4.26 ± 2.64 % Algae 13.31 ± 15.97 5.06 ± 4.24 % Seagrass 3.17 ± 4.36 0.08 + 0.57 % Others 2.36 ± 2.00 5.84 ± 5.35
Hasil LIT yang dilakukan di 3 pulau di Batang Pele yaitu P. Yefnawan, P. Mutus dan P. Miosarar
memperlihatkan bahwa persentase tutupan karangnya sangat rendah. Persentase tutupan karang
hidup di P. Yefnawan, P. Mutus dan P. Miosarar adalah berturut-turut 37.43 %, 39.38 % dan 43.21
%.
97
Dari hasil pengamatan bebas yang dilakukan di Batang Pele, berhasil dijumpai 205 jenis karang
batu dimana 135 jenis (55 marga) dijumpai di P. Yefnawan, 125 jenis (54 marga) di P. Mutus dan
119 jenis (48 marga) di P. Miosarar (Lihat Lampiran 1).
Ikan Karang
Sebaran Ikan Karang Di Kepulauan Batang Pele pengamatan dilakukan pada 10 gugusan pulau-pulau kecil yaitu
pulau Miosmangara, P. Miossarar, P. Yetsif, P. Yefkabu, P. Mutus, P. Yefnawan, P. Biansi Besar, P.
Biansi Kecil, P. Gof Besar, P. Gof kecil. Jumlah jenis ikan karang yang berhasil disensus pada
daerah ini sebanyak 322 jenis terdiri dari 108 marga dan 36 suku dengan jumlah individu sebanyak
39587 ekor.
Di perairan Pulau Batang Pele dilakukan pengamatan dengan metode line transek pada tiga
stasiun yaitu di daerah Pulau Yehnawan, Pulau Mutus dan Pulau Miosarar. Dari ke tiga lokasi
pengamatan transek tersebut keanekaragaman jenis ikan pada panjang transek 50 m (luasan 250
m2) adalah berkisar antara 129 – 179 jenis . Dari ketiga lokasi transek tersebut terlihat daerah
Pulau Miosarar memiliki jumlah jenis yang cukup tinggi yaitu sekitar 151 – 179 jenis sedangkan yang
relatif rendah adalah pada lokasi Pulau Mutus yang berkisar antara 129 – 146 jenis.
Pengamatan yang dilakukan dengan metode RRA pada daerah Reef Edge berhasil dicapai 80
stasiun sedangkan pada Reef Top berhasil dicapai 42 stasiun . Untuk daerah Reef Top di Pulau Batang
Pele keanekaragaman jenis ikan adalah sebesar 129 jenis sedangkan pada daerah Reef Edge sebesar
205 jenis. Tingginya jumlah jenis pada daerah Reef Edge dibandingkan dengan daerah Rreef Top diduga
disebabkan karena berbedanya jumlah stasiun pengamatan yang cukup besar (1 : 2) serta disebabkan
karena pada daerah Reef Edge tutu pan karangnya lebih tinggi dari pada daerah Reef Top. Jumlah total
kelimpahan dari 10 jenis yang dominan tersebut menempati 54 %. Chromis viridis merupakan jenis ikan
yang menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah total individu terbanyak di Pulau Batang Pele. Ikan
ini menempati 12 % dari seluruh total ikan yang ada di Batang Pele serta kehadirannya sebesar 41 %
sedangkan ikan yang kehadirannya terdapat hampir di setiap stasiun adalah jenis Pomacentrus
molucensis dengan persentase kehadiran sebesar 70 % atau hadir pada 88 stasiun dari 125 stasiun
pengamatan. Hal yang menarik yang dapat dilaporkan pula bahwa pada Pulau Batang Pele ini hadir jenis
ikan Chaetodon oktofasciatus . Ikan ini dikenal sebagai ikan penciri air yang keruh. Pada daerah Ayu dan
Boni ikan ini tidak terlihat namun pada daerah Batang Pele cukup banyak ditemukan. Ikan ini biasanya
terdapat di perairan berturbiditi tinggi seperti di Pulau Seribu. 10 jenis ikan yang menempati urutan teratas
dapat dilihat pada Tabel 38. dibawah ini.
98
Tabel 38. Komposisi 10 jenis ikan dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif yang berada di perairan Pulau Pulau Batang Pele .
Famili Jenis Kategori ikan
Kelimpahan Individu (ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Presentase kumulatif
( % )
presentase Kehadiran ( 125 St)
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Caesionidae Pomacentridae Labridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae
Chromis viridis Amblyglyphidodon curacao Chromis ternatensis Pomacentrus molucensis Caesio cunning Chrysiptera cyanea Cirrhilabrys cyanopleura Neopomacentrus azysron Abudefduf sexfasciatus Pomacentrus nigromanus
Major grup Major grup
Target Target
Major grup Major grup
Target Major grup
Target Major grup
4895 2818 2588 2474 1808 1787 1696 1453 935 930
12,36 7,11 6,53 6,24 4,56 4,51 4,28 3,67 2,36 2,34
12,36 19,47
26 32,24 36,80 41,31 45,59 49,26 51,62 53,96
41 (52) 64 (80) 32 (40) 70 (88) 24 (30) 57 (59) 15 (19) 17 (22) 35 (44) 36 (46)
Ikan Major Jumlah jenis ikan karang yang yang berada di Pulau Pulau batang Pele adalah 157 jenis yang
termasuk dalam 61 marga dan 19 suku dengan jumlah individu 29908 ekor. Jumlah total 10 jenis
ikan major dominan di daerah Pulau Pulau batang Pele menempati 67 % dari seluruh jenis ikan
major yang terdapat di daerah Pulau Batang Pele. Jenis Chromis viridis merupakan jenis ikan yang
menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan yang ada di daerah Batang Pele dan menempati 16 %
dari jumlah individu sedangkan kehadirannya mencapai 41 % . Komposisi jenis 10 ikan karang yang
menempati urutan tertinggi dalam hal jumlah individu dapat di lihat pada Tabel 39 dibawah ini.
Tabel 39. Komposisi 10 jenis ikan major dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif yang berada di perairan Pulau Pulau batang Pele
Famili Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase Jumlah
Individu ( % )
Presentase kumulatif
( % )
presentase Kehadiran (125 St)
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae
Labridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae
Chromis viridis Amblyglyphidodon curacao
Chromis ternatensis Pomacentrus molucensis
Chrysiptera cyanea Cirrhilabrys cyanopleura
Neopomacentrus azysron Abudefduf sexfasciatus
Pomacentrus nigromanus Pomacentrus amboinensis
4895 2818 2588 2474 1787 1696 1453 935 930 725
16,36 8,75 8,65 8,27 5,97 5,67 4,85 3,12 3,10 2,42
16,36 25,11 33,76 42,03
48 53,67 58,52 61,64 64,74 67,16
41 (52) 64 (80) 32 (40) 70 (88) 57 (59) 15 (19) 17 (22) 35 (44) 36 (46) 10 (13)
99
Ikan Indicator Jumlah jenis ikan indicator yang ada di Pulau Pulau Batang Pele adalah sebanyak 30 jenis yang
termasuk dalam2 marga dengan jumlah individu ikan sebesar 812 Ekor . 10 jenis ikan indikator
yang dominan di daerah Pulau Boni menempati 85 % dari seluruh jenis ikan indikator yang
terdapat di daerah Pulau Batang Pele . 10 jenis ikan indikator tersebut terdiri dari dua marga yaitu
Chaetodon dan Heniochus.
Jenis ikan Chaetodon baronessa menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan
jumlah persentase individu sebanyak 14 % serta persentase kehadirannya (persentage of
occurence) cukup tinggi yakni 31 %. Komposisi 10 jenis ikan indikator yang dominan di daerah
Pulau Batang Pele dapat dilihat pada Tabel 40. dibawah ini.
Tabel 40. Komposisi 10 jenis ikan indikator dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif yang berada di perairan Pulau Pulau batang Pele
Marga Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Proporsi Kehadiran
( % )
Presentase kumulatif
( % )
presentase Kehadiran (125 St)
Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Chaetodon Heniochus Chaetodon
Chaetodon baronessa Chaetodon kleini Chaetodon trifasciatus Heniochus varius Chaetodon vagabundus Chaetodon punctatofasciatus Chaetodon oktofasciatus Chaetodon rafflesi Chaetodon trifascialis Chaetodon melanotus
114 111 103 96 73 64 55 37 21 13
14,03 13,66 12,68 11,82 8,99 7,88 6,77 4,55 2,58 1,60
14,03 27,69 40,37 52,19 61,18 69,06 75,83 80,38 82,96 84,56
31 (39) 26 (32) 40 (49) 21 (26) 22 (28) 11 (14) 8 (10) 17 (22) 10 (12) 4 (5)
Ikan Target Jumlah jenis ikan Target yang terdapat di daerah Batang Pele adalah sebanyak 135 jenis yang
termasuk dalam 42 marga serta 16 suku dengan jumkah individu sebesar 8867 ekor. 10 jenis ikan
target yang dominan di daerah Pulau Batang Pele menempati 54 % dari seluruh jenis ikan
indikator yang terdapat di daerah Pulau Batang pele ini. 10 jenis ikan target tersebut terdiri dari
lima famili yaitu Caesionidae, Lutjanidae, Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae
Jenis ikan Caesio cunning menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan jumlah
persentase individu sebanyak 20 % serta persentase kehadirannya (persentage of occurence)
yakni sebesar 24 % . Komposisi 10 jenis ikan target yang dominan dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
100
Tabel 41. Komposisi 10 jenis ikan Target dengan kelimpahan dan proporsi persentase kumulatif yang berada di perairan Pulau Pulau Batang Pele
Famili Jenis Kelimpahan
Individu (ekor)
Presentase Jumlah Individu (
% )
Presentase kumulatif
( % )
presentase Kehadiran (125 St)
Lutjanidae Acanthuridae Caesionidae Caesionidae Caesionidae Scaridae Lutjanidae Scaridae Acanthuridae Siganidae
Caesio cunning Ctenocahetus striatus Caesio caerulea Caesio lunaris Pterocaesio tile Scarus dimidiatus Lutjanus biggutatus Scarus sordidus Zebrasomma scopas Siganus virgatus
1808 547 465 410 300 262 259 244 239 223
20,39 6,16 5,24 4,62 3,38 2,95 2,92 2,75 2,69 2,51
20,39 26,55 31,79 36,41 39,79 42,74 45,66 48,41 51,10 53,61
24 (30) 41 (51) 2 (2) 6 (7) 4 (5)
52 (65) 14 (18) 38 (48) 40 (50) 7 (9 )
Sebaran Ikan di Daerah Reef Edge Pulau Pulau Batang Pele
Pengamatan ikan karang pada daerah Reef edge dilaksanakan pada 80 stasiun dan
menemukan 205 jenis termasuk 24 famili dengan jumlah individu 26.980 ekor, pada daerah ini
ditemukan 91 jenis ikan major, 21 jenis ikan indikator dan 93 jenis ikan target.
10 jenis ikan yang dominan di daerah reef Edge menempati 63 % dari seluruh jenis ikan karang
yang terdapat di daerah Batang Pele . 10 jenis ikan karang yang dominan tersebut terdiri dari 9
jenis ikan kategori major grup dan 1 jenis ikan kategori target , serta termasuk dalam tiga famili
yaitu Pomacentridae, Labridae dan Caesionidae.
Jenis ikan Chromis viridis menempati urutan pertama dari 10 jenis ikan tersebut, dengan jumlah
persentase individu sebanyak 16 % serta persentase kehadirannya (persentage of occurence)
yang cukup tinggi yakni 50 %. Ikan ini hadir hampir pada setiap stasiun menunjukkan bahwa
daerah reef edge di Pulau Batang Pele.
Komposisi jenis 10 ikan karang yang dominan di daerah Reef Edge dapat dilihat pada Tabel 42.
dibawah ini.
101
Tabel 42. Komposisi 10 jenis ikan yang dominan di daerah Reef Edge Pulau Batang Pele
Famili Jenis Kategori ikan
Kelimpahan Individu
26980 (ekor)
Presentase Jumlah
Individu (% )
Presentase kumulatif
( % )
presentase Kehadiran
(80)
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Caesionidae Pomacentridae Pomacentridae Labridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae
Chromis viridis Abudefduf curacao Chromis ternatensis Caesio cunning Neopomacentrus azysron Crysisptera cyanea Cirrhilabrus cyanopleura Pomacentrus molucensis Abudefduf sexfasciatus Pomacentrus nigromanus
Major grup Major grup Major grup
Target Major grup Major grup Major grup Major grup Major grup Major grup
4580 2503 2168 1418 1392 1269 1230 1189 759 713
16,97 9,27 8,03 5,25 5,16 4,70 4,55 4,40 2,81 2,65
16,97 26,24 34,27 39,52 44,68 49,38 53,93 58,33 61,14 63,79
50 (40) 76 (61) 36 (29) 33 (26) 24 (19) 38 (30) 14 (11) 65 (52) 36 (29) 45 (36)
Sebaran Ikan Karang di Daerah Reef Top Pulau Pulau Batang Pele Pengamatan yang dilakukan dengan metode RRA pada daerah Reef Edge berhasil dicapai 80
stasiun sedangkan pada Reef Top berhasil dicapai 42 stasiun . Untuk daerah Reef Top di Pulau
Batang Pele keanekaragaman jenis ikan adalah sebesar 129 jenis sedangkan pada daerah Reef
Edge sebesar 205 jenis. Tingginya jumlah jenis pada daerah Reef Edge dibandingkan dengan
daerah Rreef Top diduga disebabkan karena berbedanya jumlah stasiun pengamatan yang cukup
besar (1 : 2) serta disebabkan karena pada daerah Reef Edge tutu pan karangnya lebih tinggi dari
pada daerah Reef Top.
Pengamatan ikan karang pada daerah Reef Top di daerah Batang Pele dilakukan pada 42
stasiun . Keanekaragaman jenis ikan karang pada daerah Reef Top di Batang Pele ditemukan
sebanyak 129 jenis yang termasuk dalam 18 famili, terdiri dari 75 jenis ikan major ,45 jenis ikan
target dan 9 jenis ikan indikator .
Jenis ikan Pomacentrus molucensis merupakan jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi
dan kelimpahannya sebesar 25 % dari seluruh ikan yang ditemukan pada daerah Reef Top.
Kehadiran ikan ini cukup tinggi pada daerah Reef Top yaitu sebesar 75 % atau ditemukan di 27
stasiun dari 36 stasiun pengamatan. Komposisi jenis dari 10 jenis ikan yang dominan di daerah Reef
Top dapat dilihat pada Tabel 43. dibawah ini.
102
Tabel 43. Komposisi 10 jenis ikan yang dominan di daerah Reef Top Pulau Batang Pele
Famili Jenis Kategori ikan
Kelimpahan Individu
3086 (ekor)
Presentase Jumlah
Individu (%)
Presentase kumulatif
( %)
presentase Kehadiran
(36 St)
Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Pomacentridae Labridae Pomacentridae Acanthuridae Pomacentridae Pomacentridae Acanthuridae
Pomacentrus molucensis Chrysiptera cyanea Chromis viridis Abudefduf sexfasciatus Halichoeres chloropterus Amblyglyphidodon curacao Ctenochaetus striatus Pomacentrus chrysurus Pomacentrus simsiang Acanthurus blochii
Major grup Major grup Major grup Major grup Major grup Major grup
Target Major grup Major grup
Target
770 405 150 113 111 110 98 88 83 76
24,95 13,12 4,86 3,66 3,59 3,56 3,17 2,85 2,68 2,46
24,95 38,07 42,93 46,59 50,18 53,74 56,91 59,76 62,44 64,9
75 (27) 72 (26) 11 (4) 27 (10) 55 (20) 27 (10) 38 (14) 41 (15) 22 (8) 5 (2)
Lamun
Cakupan areal Pulau-pulau Batang Pele meliputi 11 pulau-pulau kecil. Pengamatan dilakukan pada
41 stasiun. Dari hasil pengamatan ditemukan tujuh jenis lamun yang tumbuh mulai dari subtrat pasir
hingga pasir dengan pecahan karang. Jenis-jenis lamun tersebut yaitu : Cymodocea rotundata, C.
serullata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium dan Thalassia
hemprichii. Total biomassa lamun pada areal ini adalah 60.373,20 gram, dengan rata-rata biomassa
adalah 264,11 gram berat basah/m2, yang didominasi jenis Syringodium isoetifolium (kerapatan 518
tegakan/m2).
Bentangan reef flat di Pulau-pulau Batang Pele relatif sempit bila dibandingkan dengan lokasi-lokasi
lainnya. Namun demikian hampir setiap pulau dijumpai tumbuhan mangrove dan lekukan-lekukan garis
pantainya membentuk areal-areal yang tenang dan terlindung dari hempasan ombak serta memiliki
substrat berupa pasir dengan sedikit lumpur. Kondisi demikian merupakan areal yang ideal bagi lamun
untuk tumbuh dengan baik. Sehingga sering dijumpai kehadiran beberapa jenis lamun secara bersamaan
dengan kerapatan dan biomassa yang relatif tinggi.
Karena areal reef flatnya yang relatif sempit dan tetap tergenang walaupun air surut, sehingga
lamun dapat tumbuh dengan baik dan dapat memanfaatkan nutrient secara maksimal. Sistem
perakaran mangrove dapat berfungsi sebagai nutrient trap, dan sering pula lamun dijumpai tumbuh
sampai mencapai areal mangrove. Ke tujuh jenis lamun yang tercatat di Pulau-pulau Batang Pele
sering dijumpai secara bersamaan pada satu lokasi. Suatu fenomena yang ideal bagi pertumbuhan
lamun di perairan Pulau-Pulau Rajaampat, Sorong – Irian jaya.
103
Tabel 44. Rata-rata kerapatan (tegakan / m2), total biomasa (gram berat basah m2), rata-rata tutupan dan dominansi jenis di Pulau-pulau Batang Pele.
Jenis Kerapatan (N=18)
Total biomassa (N=18)
Tutupan % (N=18) dominansi
Halodule uninervis 107 ± 16,88 738,6 ± 8,52 Cymodocea rotundata 51 ± 36,67 2.053,4 ± 45,10 C. serrulata 19 ± 6,97 776 ± 12,24 Syringodium isoetifolium 518 ± 210,91 30.106 ± 73,84 Enhalus acoroides 42±17,64 23.603,8±922,94 Thalassia hemprichii 32 ± 25,16 2.699,6 ± 114,84 Halophila ovalis 53 ± 33,31 395,8 ± 11,53
35 Syringodium isoetifolium
Kualitas Perairan
Oksigen terlarut
Kadar oksigen terlarut dalam perairan rataan terumbu karang Pulau-pulau Batang Pele berkisar
antara 6,00 - 7,76 ppm. Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota yang ditetapkan adalah lebih
besar dari 4 ppm (Men.Neg. KLH 1988). Ini berarti seluruh perairan Pulau-pulau Batang Pele
memenuhi Baku Mutu tersebut. Kadar oksigen terlarut di perairan terumbu karang Pulau-pulau
Batang Pele ini lebih tinggi dibandingkan dengan di perairan pantai Waigeo Utara (5,87 – 7,22 ppm);
perairan Pulau-Pulau Ayu (5,81 - 7,18 ppm) maupun perairan terumbu karang TN Wakatobi (5,28 –
7,59 ppb). Selain kadarnya tinggi, distribusinya juga homogen (6,62+0,57 ppm). Tingginya dan
homogennya kadar oksigen terlarut ini menunjukkan bahwa seluruh perairan Pulau-pulau Batang
Pele sangat bersih dan masih benar-benar bersifat alami.
Nitrat dan Nitrit Kadar nitrat di perairan rataan terumbu karang berkisar antara < 1,00 – 10,76 ppb. Kadar
tertinggi (10,76 ppb) ditemukan di pantai Pulau Miosangar Kecil (Gambar 24a dan 24b). Kadar nitrat
di perairan Pulau-pulau Batang Pele ini lebih rendah dibandingkan dengan yang di perairan terumbu
karang Waigeo Utara (< 1,00 – 22,41 ppb; 4,13+6,44 ppb); hampir sama dengan yang di TN
Wakatobi, Sulawesi Tenggara (< 1,00 – 22,46 ppb; 2,00+3,55 ppb), namun lebih tinggi dibandingkan
dengan di perairan pulau-pulau Ayu (< 1,00 – 6,84 ppb; 1,08+1,97 ppb). Seperti di perairan terumbu
karang lainnya, kadar nitrat di perairan terumbu karang Pulau-pulau Batang Pele juga sangat
bervariasi ((1,82+3,22 ppb). Kadar nitrat yang sangat bervariasi seperti ini biasanya ditemukan di
perairan pantai yang banyak menerima limbah pemukiman atau industri. Namun bervariasinya kadar
nitrat di perairan terumbu karang Pulau-pulau Batang Pele bukan disebabkan adanya limbah yang
masuk, tetapi karena kondisi alamnya yang memang seperti itu. Pendapat ini didukung oleh
104
kenyataan bahwa kadar nitrat di perairan yang dekat pemukiman (St. 14 = 1,35 ppb dan St. 15 = <
1,00 ppb) lebih rendah dibandingkan dengan yang jauh dari pemukiman (St. 9 = 9,19 ppb dan St. 17
= 6,48 ppb).
Kadar nitrit berkisar antara < 1,00 – 2,62 ppb (0,23+0,67 ppb). Seperti nitrat, kisaran kadar ini
juga lebih rendah dibandingkan dengan yang di perairan terumbu karang Waigeo Utara (< 1,00 –
15,14 ppb; 2,85+4,98 ppb)), TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara (< 1,00 - 4,20 ppb; 0,66 ±1,28 ppb),
namun lebih tinggi dari yang di Pulau-pulau Ayu, Waigeo Utara (< 1,00 – 1,60 ppb; 0,14+0,44 ppb).
Seperti di perairan terumbu karang lainnya (TN Wakatobi, Waigeo Utara, Pulau-pulau Ayu) kadar
nitrit di perairan terumbu karang Pulau-pulau Batang Pele inipun sangat bervariasi ((0,23+0,67 ppb).
Di perairan yang masih bersih atau perairan yang kadar oksigen terlarutnya tinggi (> 5 ppm), kadar
nitrit umumnya tidak terdeteksi ( < 1 ppb) dan lebih rendah dari kadar nitrat. Kondisi ini juga
ditemukan di perairan Pulau-pulau Batang Pele. Dari 25 lokasi pengamatan, hanya 3 lokasi yang
kadar nitritnya terdeteksi (St. 7 = 1,60 ppb; St. 17 = 2,62 ppb; St. 22 = 1,60 ppb); dan tidak ditemukan
adanya lokasi yang kadar nitritnya lebih tinggi dari kadar nitratnya. Hal ini menunjukkan bahwa
perairan terumbu karang Pulau-pulau Batang Pele benar-benar masih bersifat alami.
Fosfat Kadar fosfat berkisar antara 1,23 – 13,13 ppb (4,56±3,33 ppb). Kisaran kadar fosfat ini lebih
rendah dibandingkan dengan di perairan Waigeo Utara (1,23 – 48,85 ppb; 8,99+12,84 ppb), namun
lebih tinggi dibandingkan dengan di perairan Pulau-Pulau Ayu (1,23 – 9,17 ppb; 3,18+2,63 ppb).
Kadar fosfat di perairan Pulau-pulau Batang Pele bagian timur lebih tinggi dari yang di sebelah barat.
Hal ini disebabkan di perairan Pulau-pulau Batang Pele sebelah timur banyak ditemui hutan
mangrove. Seperti nitrat dan nitrit yang kadarnya sangat bervariasi, kadar fosfat di perairan ini juga
bervariasi (4,56±3,33 ppb). Bervariasinya kadar fosfat ini bukan disebabkan adanya limbah yang
masuk ke perairan tersebut, tetapi kondisi alamnya yang seperti itu. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan kadar fosfat di lokasi yang dekat dan yang jauh dari pemukiman. Kadar fosfat di
lokasi yang dekat dengan pemukiman (St. 14 = 2,55 ppb) lebih rendah dibandingkan di lokasi yang
jauh dari pemukiman (St. 7) yaitu 13,13 ppb).
Zat padat terlarut (TSS) Di perairan Pulau-pulau Batang Pele, Waigeo Selatan, kadar TSS berkisar antara 2,09 – 6,08
ppm (3,68±0,85 ppm). Kadar tertinggi (6,08 ppm) ditemukan di stasiun 16 (Gambar 24a dan 24b).
Tingginya kadar TSS di stasiun 16 ini disebabkan di sekitarnya terdapat hutan Mangrove. Kisaran
kadar ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang di perairan Pulau-pulau Ayu (1,16 – 5,53 ppm),
perairan pantai Waigeo Utara (2,89 – 5,56 ppm) dan yang di perairan TN Wakatobi, Sulawesi
Tenggara (2,76 – 5,02 ppm). Data ini menunjukkan bahwa perairan Pulau-pulau Batang Pele lebih
subur dibandingkan dengan ketiga perairan tersebut. Seperti di perairan pantai Waigeo Utara dan
105
perairan Pulau-pulau Ayu, zat padat tersuspensi di perairan ini juga berasal dari detritus. Kadar
maksimum TSS untuk kehidupan biota adalah 80 ppm. Berdasarkan ini kualitas perairan pantai utara
Pulau Waigeo masih sesuai dengan Baku Mutu Air (Men. KLH 1988).
Salinitas dan pH Salinitas air di perairan terumbu karang Pulau-pulau Batang Pele adalah tinggi dan homogen (35
%o). Tingginya salinitas ini adalah normal karena berhubungan langsung dengan Samudra Pasifik.
Seperti salinitas, pH air juga homogen (8,14 – 8,63; 8,28+0,08). Salinitas dan pH seperti ini adalah
normal di perairan bebas. Kisaran kedua parameter tersebut masih sesuai dengan Baku Mutu Air
Laut untuk kehidupan biota yaitu pH = 6,5-9 dan perubahan salinitas hanya boleh + 10 % (Men. KHL
1988).
106
MangroveFringing ReefPulauLagoon
#Y Stasiun
1 0 1 Kilometers
N
Parameter Nilai SatuanDO 6.00 ppmpH 8.18 -TSS 5.02 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
#Y#Y
#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
1112
13
14
1516
17
18
19
20
21
22
23
24
25
0°22' 0°22'
0°21' 0°21'
0°20' 0°20'
0°19' 0°19'
0°18' 0°18'
130°19'
130°19'
130°20'
130°20'
130°21'
130°21'
130°22'
130°22'
130°23'
130°23'
130°24'
130°24'
Parameter Nilai SatuanDO 6.18 ppmpH 8.14 -TSS 3.69 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 1.230 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 7.600 ppmpH 8.290 -TSS 2.130 mg/LSalinitas 35.00 o/ooNitrat 5.089 ppbNitrit 1.604 ppbFosfat 9.166 ppb
KONDISI KUALITAS AIRPULAU-PULAU BATANGPELE
BAGIAN UTARA
Sumber data :Survey Lapangan Okt. 2001Basemap dibuat berdasarkanCitra Satelit Landsat 7 ETM +tanggal 5 Sep. 2000 (Path/Row: 107/60)
Copyright :Proyek COREMAP
ADB Loan INO-1613-2001-
LEGENDA :Parameter Nilai SatuanDO 6.27 ppmpH 8.26 -TSS 3.47 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.38 ppmpH 8.26 -TSS 4.13 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 13.134 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.44 ppmpH 8.28 -TSS 3.64 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.53 ppmpH 8.29 -TSS 6.08 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 1.230 ppb
Parameter Nilai Satuan
DO 7.450 ppmpH 8.280 -TSS 3.600 mg/LSalinitas 35.00 o/ooNitrat 6.477 ppbNitrit 2.619 ppbFosfat 9.166 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.16 ppmpH 8.22 -TSS 2.58 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.01 ppmpH 8.27 -TSS 3.60 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 7.34 ppmpH 8.31 -TSS 3.20 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat 7.231 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.40 ppmpH 8.28 -TSS 2.09 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat 1.352 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.38 ppmpH 8.26 -TSS 3.38 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat 1.352 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.98 ppmpH 8.28 -TSS 3.69 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 5.198 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 7.35 ppmpH 8.30 -TSS 3.47 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Gambar 24a. Distribusi oksigen terlarut, nitrat, nitrit , fosfat, TSS, salinitas dan pH di perairan Pulau-pulau Batang Pele Bagian Utara
107
N
P. W ai geo
P. B atangpe le
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
0°25' 0°25'
0°24' 0°24'
0°23' 0°23'
0°22' 0°22'
0°21' 0°21'
130°14'
130°14'
130°15'
130°15'
130°16'
130°16'
130°17'
130°17'
130°18'
130°18'
130°19'
130°19'
1 0 1 Kilometers
MangroveFringing ReefPulauLagoon
#Y Stasiun
Parameter Nilai SatuanDO 6.01 ppmpH 8.24 -TSS 4.97 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 1.230 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.28 ppmpH 8.26 -TSS 3.47 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 6.521 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.40 ppmpH 8.27 -TSS 3.64 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.15 ppmpH 8.26 -TSS 3.38 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat 10.759 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 6.251 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.40 ppmpH 8.26 -TSS 3.11 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.27 ppmpH 8.26 -TSS 3.60 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.850 ppmpH 8.270 -TSS 4.580 mg/LSalinitas 35.000 o/ooNitrat 1.954 ppbNitrit 1.604 ppbFosfat 13.134 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 7.63 ppmpH 8.32 -TSS 3.78 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat 2.136 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 7.79 ppmpH 8.63 -TSS 3.82 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat 9.191 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 2.553 ppb
Parameter Nilai SatuanDO 6.27 ppmpH 8.23 -TSS 3.96 mg/LSalinitas 35 o/ooNitrat <1.000 ppbNitrit <1.000 ppbFosfat 3.875 ppb
KONDISI KUALITAS AIRPULAU-PULAU BATANGPELE
BAGIAN SELATAN
Copyright :Proyek COREMAP
ADB Loan INO-1613-2001-
Sumber data :Survey Lapangan Okt. 2001Basemap dibuat berdasarkanCitra Satelit Landsat 7 ETMtanggal 5 Sep. 2000 (Path/Row: 107/60)
LEGENDA :
Gambar 24b. Distribusi oksigen terlarut, nitrat, nitrit , fosfat, TSS, salinitas dan pH di perairan Pulau-pulau Batang Pele Bagian Selatan
108
Arus
Pengamatan arus di Pulau Pulau Batang Pele diukur pada 3 lapisan kedalaman, yaitu 13 m, 20
m dan 50 m (Gambar 31 dan 32). Kecepatan dan arah arus pada waktu pasang dan waktu surut di
setiap kedalaman disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 45. Kecepatan dan arah arus dominan di Pulau Pulau Batang Pele, Kepulauan Rajaampat, Oktober 2001
Kedalaman Kecepatan Rata-rata (cm/detik)
Kecepatan tertinggi
(cm/detik) Arah dominan
WAKTU PASANG 13 42 60 Utara – timur laut 20 39 53 Utara – timur laut 50 37 53 Utara – timur laut
WAKTU SURUT 13 9 22 Selatan – barat daya 20 11 32 Selatan – barat daya 50 11 40 Selatan – barat daya
Dari hasil pengamatan diperoleh suatu gambaran kecepatan arus yang berbeda dengan kecepatan
arus di Pulau Boni dan Pulau Ayu. Di Pulau-pulau Batang Pele kecepatan arus pada saat surut lebih
kuat dibandingkan dengan saat pasang. Hal ini merupakan kebalikan dari keadaan arus di Pulau Boni
dan Pulau Ayu.
109
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
− Jumlah jenis karang di Kepulauan Rajaampat adalah 293 jenis dan terbanyak dijumpai di Pulau-pulau
Ayu. Hasil LIT dan RRA memperlihatkan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau-pulau Ayu dikategorikan
baik, sedangkan di Pulau-pulau Batang Pele dan Pulau Boni dikatagorikan sedang.
− Perairan Rajaampat memiliki keanekaragaman jenis ikan yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan
beberapa perairan di Indonesia. Pada umumnya daerah reef edge memiliki jenis ikan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah reef top. Hemitaurichthys polilepis merupakan ikan penciri di
Pulau-pulau Ayu; Chaetodon oktofasciatus ikan penciri Pulau-pulau Batang Pele dan Cromis lineata
merupakan ikan penciri Pulau Boni dan sekitarnya.
− Kepadatan lamun di Pulau Boni lebih baik daripada di Pulau-pulau Ayu dan pulau-pulau Batang Pele.
− Kondisi hutan mangrove di Kepulauan Rajaampat tergolong tipis dan dapat dikatakan sebagai hutan
tua.
− Kualitas perairan Rajaampat tergolong bersih, jernih dan belum terlihat adanya pengaruh kegiatan
manusia.
− Kondisi suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan dan intensitas matahari di perairan Kepulauan
Rajaampat tergolong baik, sedangkan kecepatan arus tergolong cukup kuat.
Rekomendasi
- Keberadaan terumbu karang di Kepulauan Rajaampat perlu dijaga dari kerusakan lebih lanjut. Hal
ini sangat berkaitan dengan kebedaraan biota-biota lainnya seperti ikan karang, moluska atau
hewan-hewan lain yang hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang.
- Keberadaan hutan mangrove dan lamun perlu dilestarikan, karena secara tidak langsung kedua
ekosistem ini memberikan sumbangan nutrisi bagi kelangsungan hewan-hewan yang hidup
berasosiasi dengan terumbu karang.
110
DAFTAR PUSTAKA
Adrim , M dan M. Hutomo, 1989. Species composition , distribution and abundance of Chaetodontidae
along reef transect in. Flores Sea. Netherlands Journall of Sea Rersearch, 23 : 85 – 93.
----------------, 2001. Ekos struktur dan Distribusi Spasial Temporal Ikan Karang (Family Pomacentridae) Di
Perairan Teluk Ambon. Pesisir dan Pantai Indonesia VI. P3 O LIPI, 2001.
American Publich Health Association; American water works Assocition dan Water Pollution Control
Federation 1980. Standard methods for the examination of water and wastewater. APHA,AWWA,WPCF.
15th eds.
Anderson, G.R.V., A.H. Her;ich, P.R. Ehrlich, J.D. Roughgarden, B.C Russel and F.H. Talbot. 1981 The
Community structure of coral reef fishes. Amerrican Naturalist, 117 : 476 - 495.
Anonim, 1994. Laporan Ekspedisi Pulau Rinca. Jakarta, 3 September – 7 Oktober 1994: 38 – 42.
BAKOSURTANAL, 1988. Atlas Sumber Daya Kelautan. PT. Bhinneka Surya Pratama, Jakarta.
Banjarnahor, J. 1999. Water current of the Mamberamo adjacent waters. In: Proceeding of the Indo – Tropics
Workshop, Jakarta, 6 – 7 December : 17 – 22.
Bawole, R. 1998. Distribusi spasial ikan Chaetodontidae dan peranannya sebagai indikator kondisi terumbu
karang di perairan Teluk Ambon. Thesis S2 Program Pasca sarajan IPB.
Bell, J. D. Hamerlien-Vivien and R. Galzin , 1985. Large scale spatial variation in abundance of butterflyfish
(Chaetodontidae) on Polinesia Reefs . Procedings of the 5 th International coral Reef Congres , Tahiti
pp. 421 – 426.
Carritt D.E. dan J.H. Carpenter, 1966. Comparison and evaluation of currently modifications of Winkler
method for determining dissolved oxygen in seawater. A NASCO Report. J. Mar. Res. (24)3 : 286 – 318.
Conservation International Indonesia, 2001. Laporan umum hasil penelitian Marine RAP di Kepulauan
Radja Ampat, Sorong Irian Jaya. Seri Penelitian No. 05.
Conservation International Indonesia. Kepulauan Raja Ampat, Sorong. Factsheet.
Cox., G.W. 1967. Laboratory manual of general ecology. M.W.C. Brown Company, Minneapolis, Minnesota 165
pp.
Dartnall, A. J and M. Jones, 1986. A Manual of survey methods for living resources incoastal area. Asean
Australia Cooperative Program in Marine Science . Australia Institute of Marine Science . 168 p.
Direktorat Bina Program Kehutanan 1981. Tegakan Hutan Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan.
Direktorat Bina Program Kehutanan 1980. Risalah Hutan Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan.
Dirjen PHPA, 1990. Laporan Survai Penilaian Potensi Sumber Daya Alam Laut Dalam Rangka Penetapan
Kawasan Konservasi Laut DI Kepulauan Ayu, Irian Jaya. Proyek Pengembangan Kawasan Pelestarian Laut.
Bogor. 34 hal.
English, S. : C. Wilkinson and V.baker, 1997. Survey Manual for Tropical Resources. 2nd edition. Australian
Institute of Marine Science. Townsville; 390p
111
Grasshoff, K. 1976. Determination of nitrate. Dalam : Methods of seawater analysis. (Grasshoff eds.).
Verlag Chemie-Weinheim- New york : 137 – 145.
Hadikusumah And L.F.Weno 1999. The distributions of temperature and salinity in the Mamberamo Waters, Irian
Jaya. In : Proceeding of the Indo – Tropics Workshop, Jakarta, 6 – 7 December : 24 – 39.
Hadikusumah, Nurhayati dan L.F.Wenno 2000. Variasi suhu dan salinitas di Perairan Mamberamo Irian Jaya,
Agustus 2000. Dalam: Perairan Indonesia , Jakarta, Mei 2001: 21 – 32.
Hukom, F. D. 2001. Asosiasi antara komunitas ikan karang (Famili Chaetodontidae) dengan bentuk
pertumbuhan karang di perairan Kepulauan Derawan , Kalimantan Timur. Pesisir dan Pantai Indonesia
VI. P3 O LIPI, 2001.
Hukom, F.D , La Tanda, Y. Laurens dan S. Wouthuyzen. 2001. Sensus ikan karang di Pulau Pulau
Padaido. Laporan Akhir, Pengkajian Metodologi Pendugaan Stock Ikan Karang di Pulau Biak dan Pulau
Pulau Padido.
Hutomo , M , S.R. Suharti and I.H.. Harahap, 1991. Spatial variability in the Chaetodontidae fish community
structure of Sunda Straits Reefs. Procedings of the regional Symposium on Living Resources in
Coastal Areas, Philipine .pp : 151 – 161.
Koreleff, F. 1976. Determination of phosphorus. Dalam : Methods of seawater analysis. (Grasshoff eds.).
Verlag Chemie-Weinheim- New york : 117 – 126.
Kuiter , R.H. 1992 . Tropical reef fishes of the western pacific, Indonesia and adjascent waters. Penerbit
Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 314 halaman.
Leiske , E and R. Myers, 1995. Coral reef fishes of Indo Pacific and Caribean. Harper collin Publish. 400 pp.
Men KLH, 1988. Pedoman penentuan Baku Mutu Lingkungan. Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota.
Sekretariat Men. Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Nurhayati And Suyarso 1999. Horizontal distribution of water turbidity in the Mamberamo waters, Irian Jaya. In :
Proceeding of the Indo – Tropics Workshop, Jakarta, 6 – 7 Desember : 41 – 47.
Odum., W.E. and E.J. Heald 1972. Tropic analysis of an estuarine mangrove community. Bull of Marine
Science 22 : 671 – 738.
Pieloum E.C., 1996. The measurement of diversity in different types of biological collection. J. Theoret. Biol
13: 131-144
Qosting., H.J. 1956. The study of plant communities : An introduction to plant ecology, 2 nd ed W.H.
Freeman and co. San Francisco and London 440 p.
Russ, G. 1995. Distribution and Abundance of Herbivorous grazing fishes in yhe central Great Barrier Reef.
Patterns of zonation of mid-shelf and outershelf reefs. Marine Ecology. Vol. 20 : 35 – 44.
Sea-Bird Electronics, Inc., 1998. CTD Data Acquisition Software Sea Soft. Bellevue, Washington 98005 USA.
Shannon, C.E., 1948. A mathematical theory of communication. Bell System Tech. J.27. 379-423, 623-656
SK Menteri Kehutanan No. 81/Kpts-II/93.
112
Strickland J.D.H. dan T.R. Parsons, 1968. Determination of reactive nitrite. Dalam : A practical handbook of
seawater analysis (Stevenson J.C ; L.W. Billingsley and R.H. Wigmore eds). Fis. Res. Board. Can.
Canada : 77 – 78.
Zar, J.H., 1996 Biostatical Analysis. Second edition. Prentice-Hall Int. Inc. New jersey; 663p
113
LAMPIRAN
114
Lampiran 1. Jumlah dan Sebaran Sebaran jenis karang batu hidup di Rajaampat dan sekitarnya
No. Suku L O K A S I Jenis A B C D E F I ASTROCOENIIDAE
1 Stylocoeiniella armata 1 1 1 0 0 0 2 S. guentheri 1 0 0 0 0 0 3
II POCILLOPORIDAE 4 Pocillopora damicornis 1 2 1 1 1 1 5 P. eydouxi 1 1 0 0 0 0 6 P. meandrina 1 1 0 0 0 0 7 P. verrucosa 1 2 1 2 1 1 8 P. woodjonesi 1 1 0 0 0 0 9 Seriatopora caliendrum 1 1 1 0 1 0
10 S. hystrix 2 2 1 1 1 1 11 Stylophora pistillata 2 2 2 2 2 1 12 Palauastrea ramosa 1 1 0 0 0 0 13 Madracis kirby 1 1 0 0 0 0
III ACROPORIDAE
14 Montipora monasteriata 1 1 1 1 0 0 15 M. tuberculosa 1 0 0 0 1 0 16 M. hoffmeisteri 1 1 0 0 0 0 17 M. millepora 1 0 1 1 0 1 18 M. spongodes 0 1 0 1 0 0 19 M. spumosa 1 1 1 0 1 0 20 M. undata 1 1 1 0 1 1 21 M. danae 0 1 0 0 0 1 22 M. verrucosa 1 0 0 1 1 0 23 M. incrassata 0 1 1 0 0 1 24 M. foveolata 0 1 0 0 0 0 25 M. venosa 2 2 1 1 1 1 26 M. digitata 1 1 0 1 0 1 27 M. hispida 1 2 0 0 1 0 28 M. efforescens 1 1 0 0 0 0 29 M. grisea 1 1 0 1 0 1 30 M. stellata 1 1 0 1 0 0 31 M. informis 1 2 1 1 1 1 32 M. foliosa 1 1 0 0 0 0 33 M. aequituberculata 1 1 0 0 0 1 34 M. turgescens 1 1 0 0 0 0 35 M. crassituberculata 1 0 0 0 1 0
115
36 Anacropora forbesi 1 1 0 1 0 0 37 A. puertogelerae 1 0 0 0 0 0 38 A. reticulata 0 1 1 0 1 0 39 A. matthai 1 0 0 0 0 0 40 Acropora abrolhosensis 1 1 0 0 0 1 41 A. aculeus 0 1 0 0 1 0 42 A. acuminata 1 2 0 0 0 1 43 A. anthocercis 0 0 1 1 0 0 44 A. aspera 1 1 1 0 1 1 45 A. austera 1 0 0 0 0 0 46 A. brueggemanni 1 1 1 0 0 2 47 A. carduus 1 1 1 0 0 2 48 A. caroliniana 1 1 0 0 1 0 49 A. cerealis 1 1 1 0 0 0 50 A. clathrata 1 1 1 1 0 1 51 A. cuneata 1 2 0 1 1 0 52 A. cytherea 1 1 0 1 0 0 53 A. danai 1 0 1 0 1 0 54 A. dendrum 1 1 1 0 1 1 55 A. digitifera 1 2 1 1 0 0 56 A. divaricata 1 1 1 1 1 1 57 A. donei 0 0 0 0 0 1 58 A. echinata 1 2 0 1 1 0 59 A. elseyi 0 1 1 0 0 0 60 A. florida 0 1 0 1 1 1 61 A. formosa 1 1 1 0 1 0 62 A. gemmifera 2 0 1 1 0 1 63 A. glauca 1 0 1 0 0 0 64 A. grandis 0 1 0 0 1 1 65 A. granulosa 1 1 0 0 0 0 66 A. horrida 1 1 0 1 0 1 67 A. humilis 1 1 1 1 1 1 68 A. hyacinthus 1 2 1 2 1 1 69 A. jaquelineae 0 1 1 0 0 1 70 A. kirstyae 1 0 0 1 0 0 71 A. latistella 1 1 0 1 0 0 72 A. longicyathus 1 1 1 0 0 0 73 A. lovelli 1 1 0 0 0 0 74 A. microclados 0 1 0 0 0 1 75 A. microphthalma 1 2 1 1 1 0 76 A. millepora 1 0 0 0 0 0 77 A. nana 1 1 0 1 0 0 78 A. nasuta 2 1 1 1 1 1 79 A. nobilis 1 2 1 1
116
80 A. palifera 1 2 2 1 1 1 81 A. palmerae 1 1 0 0 0 0 82 A. paniculata 1 0 0 0 0 0 83 A. pulchra 1 1 0 1 1 0 84 A. robusta 1 1 0 0 0 1 85 A. samoensis 1 0 0 0 0 86 A. sarmentosa 1 1 1 0 87 A. secale 1 1 1 0 88 A. selago 1 89 A. solitaryensis 1 1 1 90 A. spicifera 1 91 A. stoddarti 1 1 1 92 A. subglabra 1 1 1 1 1 1 93 A. subulata 1 94 A. tenuis 1 1 1 1 1 1 95 A. turtuosa 1 1 96 A. valenciennesi 1 1 1 1 1 97 A. valida 1 98 A. vaughani 1 1 99 A. loripes 1 1 1
100 A. speciosa 1 1 101 A. verweyi 1 1 102 A. yongei 1 1 1 103 Astreopora explanata 1 1 1 1 104 A. gracilis 1 1 105 A. listeri 1 106 A. myriophthalma 1 1
IV PORITIDAE 107 Porites annae 1 1 1 1 1 1 108 P. cylindrica 1 2 1 1 2 109 P. lichen 1 1 110 P. lobata 1 1 1 1 1 1 111 P. lutea 1 1 1 1 1 1 112 P. nigrescens 1 1 1 2 1 1 113 P. rus 1 2 1 1 1 1 114 P. solida 1 1 115 P. vaughani 1 1 116 Goniopora columna 1 1 1 117 G. djiboutiensis 2 1 1 1 1 118 G. lobata 1 1 119 G. minor 1 120 G. palmensis 1 1 1 1 121 G. pandoraensis 1 1 1
117
122 G. pendulus 1 1 123 G. stokesi 1 1 1 1 124 G. stutchburyi 1 125 G. tenuidens 1 1 1 1 126 Alveopora catalai 1 1 1 127 A. gigas 128 A. spongiosa 1 1 1 129 A. tizardi 1
V SIDERASTREIDAE 130 Pseudosiderastrea tayami 1 1 1 1 1 1 131 Psammocora contigua 1 1 132 P. digitata 133 P. explanulata 1 1 1 134 P. profundacella 1 1 1 135 P. superficialis 1 1 136 Coscinaraea columna 1 1 1 137 C. exesa 1 1 1 1 138 C. marshae 1 1 139 C. wellsi 1 1 1
VI AGARICIIDAE 140 Pavona cactus 1 1 1 141 P. clavus 1 1 142 P. decussata 2 1 143 P. explanulata 1 1 1 1 1 1 144 P. minuta 1 145 P. varians 1 1 2 1 1 146 P. venosa 1 1 1 1 147 Leptoseris explanata 1 1 148 L. foliosa 1 1 1 149 L. mycetoseroides 1 1 1 150 L. papyracea 1 1 1 151 L. scabra 1 152 L. yabei 1 1 153 Gardineroseris planulata 1 1 1 154 Coeloseris mayeri 2 1 2 1 1 1 155 Pachyseris rugosa 1 1 1 1 1 1 156 P. speciosa 1 2 1 1 1 1
VII FUNGIIDAE 157 Cycloseris patelliformis 1 1 158 C. vaughani 1 1 1 159 Diaseris distorta 1 1
118
160 D. fragilis 1 1 161 Heliofungia actiniformis 1 1 1 1 1 1 162 Fungia concinna 1 1 1 163 F. danai 1 1 164 F. echinata 1 1 165 F. fungites 1 1 166 F. molluccensis 1 1 1 167 F. paumotensis 1 168 F. repanda 1 1 1 1 169 F. scruposa 1 1 170 F. scutaria 1 1 1 1 171 F. simplex 1 1 1 1 1 172 F. valida 1 1 173 Herpolitha limax 1 1 1 1 1 1 174 Polyphyllia talpina 1 1 1 1 175 Halomitra pileus 1 1 176 Sandalolitha robusta 1 1 1 1 1 1 177 Lithophyllon edwardsi 1 1 178 L. elegans 1 1 179 Podabacia crustacea 1 1 1 1 1 1 180 Zooplius echinata 1 181
VIII OCULINIDAE 182 Galaxea astreata 1 1 1 1 1 1 183 G. fascicularis 1 1 1 1 1 184 Acrhelia horrescens 1 1 1
IX PECTINIIDAE 185 Echinophyllia aspera 1 186 E. echinata 1 187 Oxypora glabra 1 1 1 1 1 1 188 O. lacera 1 1 1 1 1 1 189 Mycedium elephantotus 1 2 1 1 190 Pectinia alcicornis 1 1 1 1 191 P. lactuca 1 1 1 1 192 P. paeonia 1 1 1 1
X MUSSIDAE 193 Blastomussa merleti 1 194 B. wellsi 1 195 Cynarina lacrymalis 1 1 1 1 1 1 196 Scolymia australis 1 1 1 1 1 1 197 S. vitiensis 1 1 198 Acanthastrea bowerbanki 1 1
119
199 A. echinata 1 1 1 200 A. hillae 1 1 1 201 Lobophyllia corymbosa 1 1 1 1 1 1 202 L. diminuta 1 1 1 203 L. hataii 1 1 204 L. hemprichii 1 1 1 1 1 1 205 L. pachysepta 1 1 206 Symphyllia radians 1 1 1 1 1 1 207 S. recta 1 1 208 S. valenciennesii 1 1 1 209 S. agaricia 1 1 1
XI MERULINIDAE 210 Hydnophora exesa 1 1 1 1 211 H. microconos 1 1 1 212 H. pilosa 1 1 213 H. rigida 1 214 Merulina ampliata 1 1 1 2 1 2 215 M. scabricula 1 1 1 1 1 1 216 Scapophyllia cylindrica 1 1
XII FAVIIDAE 217 Caulastrea curvata 1 1 1 218 C. furcata 1 1 219 C. tumida 1 1 1 220 Favia favus 1 1 221 F. laxa 2 2 1 1 1 1 222 F. lizardensis 1 223 F. maritima 1 1 1 224 F. matthaii 1 1 1 1 225 F. maxima 1 1 1 1 226 F. pallida 1 1 227 F. rotumana 1 1 1 1 228 F. rotundata 1 1 1 1 1 229 F. speciosa 1 1 1 230 F. stelligera 1 1 1 231 F. veroni 1 1 1 1 232 Barabattoia amicorum 1 233 Favites abdita 1 1 1 1 1 1 234 F. chinensis 1 1 1 1 235 F. complanata 1 1 1 236 F. flexuosa 1 1 1 237 F. halicora 1 1 1 238 F. pentagona 1 1 1
120
239 F. russelli 1 1 1 240 Goniastrea aspera 1 1 241 G. australensis 1 1 242 G. favulus 1 1 1 243 G. palauensis 1 1 1 1 244 G. pectinata 1 1 245 G. retiformis 1 1 1 1 246 Platygyra daedalea 1 1 1 1 247 P. lamellina 1 1 1 1 248 P. pini 1 1 1 1 1 1 249 P. sinensis 1 1 1 250 Leptoria phrygia 1 1 1 1 1 1 251 Oulophyllia bennettae 1 252 O. crispa 1 1 253 Montastrea annuligera 1 1 254 M. curta 1 1 1 1 255 M. magnistellata 1 1 1 1 1 1 256 M. valenciennesi 1 1 1 257 Plesiastrea versipora 1 1 258 Diploastrea heliopora 1 1 1 1 259 Leptastrea inaequalis 1 1 260 L. pruinosa 1 1 1 1 261 L. purpurea 1 1 1 262 L. transversa 1 1 1 263 Cyphastrea chalcidicum 1 1 1 1 1 1 264 C. japonica 1 1 265 C. microphthalma 1 1 1 1 1 1 266 C. serailia 1 1 1 1 1 1 267 Echinopora gemmacea 1 1 268 E. horrida 1 1 1 1 269 E. lamellosa 1 1 1 1 1 1 270 E. mammiformis 1 1 1 1 1 1
XIII TRACHYPHYLLIIDAE 271 Trachyphyllia geoffroyi 1 1 1 1 1 1
XIV CARYOPHYLLIIDAE 272 Euphyllia ancora 1 1 1 1 1 1 273 E. cristata 1 1 1 1 1 274 E. divisa 1 1 1 275 E. glabrescens 1 1 1 1 1 1 276 Catalaphyllia jardinei 1 1 277 Plerogyra sinuosa 1 1 1 1 1 1 278 Physogyra lichtensteini 1 1 2 1 1 1
121
XV DENDROPHYLLIIDAE 279 Turbinaria peltata 1 1 1 1 280 T. frondens 1 2 1 1 281 T. mesenterina 1 1 1 282 T. reniformis 1 1 1 1 283 T. stellulata 1 1 1 284 T. conspicua 1 1 1 285 Heteropsammia cochlea 1 1 1 286 Tubastrea faulkneri 1 1 1 1 287 T. micrantha 1 1 1 1
XVI TUBIPORIDAE 288 Tubipora musica 1 1 1 1 1 1
XVII HELIOPORIDAE 289 Heliopora coerulea 1 1 1 1 1 1
XVIII MILLEPORIDAE 290 Millepora platyphylla 1 1 1 1 291 M. tenella 1 1 1 292 M. exaesa 1 1 1 1
XIX STYLASTERIDAE 293 Distichopora sp. 1 1 1 1 294 Stylaster sp. 1 1 1 1
Jumlah species 236 225 142 135 125 119 Keterangan : A. Reef I, PP. Ayu 0 = Tidak dijumpai B. Reef II, P. Ayu 1 = dijumpai C . Pulau Boni 2 = dominan D. Pulau Yefnawan E. Pulau Mutus F. Pulau Miosarar
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
Karang dari jenis Acropora sp. (tengah) diantara Porites sp.
Beberapa jenis karang yang dijumpai di lokasi penelitian
(Porites sp., Pocillopora sp., Echinopora sp.)
Karang dari jenis Acropora sp. (tengah) diantara Porites sp
135
Kima (Tridacna sp.)
Karang Acropora sp., diantara dominasi karang Porites sp.
Karang Seriatopora hystrix
136
Lobophyllia sp.
Kalamunat (Sea anemone)
Beberapa koloni Acropora sp.
137
Tim kualitas air
Analisa data yang dilakukan di KR. Baruna Jaya VIII
Tim Terumbu Karang dan Ikan Karang
138
Pertemuan harian yang dilakukan di KR.Baruna Jaya VIII
Analisa kualitas air
139
TIM PENELITI BASELINE STUDI RAJAAMPAT
1. Koordinator : 1. Dra. Nurul Dhewani M.S., Msi 2. Koral : 2. Giyanto, Ssi, MSc. 3. Agus Budiyanto 4. Ricoh Siringo-ringo 5. Rio Harianto 3. Ikan Karang : 6. Ir. Frensly D. Hukom, Msi. 7. Ir. La Tanda 8. Yahmantoro 4. Lamun : 9. Ir. Safar Doddy, Msi. 10. S. Purwanto
5. GIS : 11. Drs. Wahyu Budisetiyawan, MT 12. Achmad Effendi 6. Mangrove : 13. Subagya Wijaya 7. Kualitas Air : 14. Drs. Horas P. Hutagalung 15. Abdul Rozak 8. Oseanografi : 16. Sudarto 9. Data Analis : 17. Dewirina Z, Amd 18. Widodo 10 Administrator : 19. Mayudi
140
Tabel 6. Tabel Posisi Geografi Stasiun Penelitian di Kepulauan Raja Ampat
I. REEF TOP Waigeo Timur
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 1 00o 12’43.1” S 131o 18’29.2” E 8 00o 04’29.5” S 131o 09’41.1” E 2 00o 11’46.5” S 131o 18’43.1” E 9 00o 04’24.5” S 131o 08’24.7” E 3 00o 09’25.3” S 131o 17’07.5” E 10 00o 03’48.9” S 131o 06’19.8” E 4 00o 08’32.3” S 131o 15’54.7” E 11 00o 03’00.7” S 131o 04’58.4” E 5 00o 08’20.3” S 131o 13’56.0” E 12 00o 02’43.5” S 131o 04’07.5” E 6 00o 07’38.7” S 131o 11’53.7” E 13 00o 02’08.1” S 131o 03’48.4” E 7 00o 05’58.0” S 131o 11’01.7” E 14 00o 01’33.9” S 131o 04’01.9” E
Reef Besar Ayu Reef Kecil Ayu
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 15 00o 21’52.9” S 131o 06’52.7” E 45 00o 22’34.1” S 130o 57’03.7” E 16 00o 22’32.4” S 131o 08’14.4” E 46 00o 21’35.1” S 130o 58’18.8” E 17 00o 24’28.5” S 131o 09’06.5” E 47 00o 21’37.9” S 130o 58’51.8” E 18 00o 25’40.0” S 131o 09’48.7” E 48 00o 21’09.2” S 131o 00’00.0” E 19 00o 26’38.7” S 131o 10’56.4” E 49 00o 20’56.6” S 131o 02’14.3” E 20 00o 27’38.1” S 131o 12’30.8” E 50 00o 21’27.4” S 131o 03’38.6” E 21 00o 29’26.9” S 131o 13’17.7” E 22 00o 31’41.4” S 131o 13’20.1” E 23 00o 33’30.7” S 131o 12’23.2” E 24 00o 36’37.5” S 131o 12’08.7” E 25 00o 28’35.6” S 131o 10’44.2” E 26 00o 38’18.0” S 131o 08’34.5” E 27 00o 37’16.1” S 131o 07’03.7” E 28 00o 35’01.9” S 131o 06’58.5” E 29 00o 34’07.7” S 131o 07’04.7” E 30 00o 32’38.8” S 131o 06’48.4” E 31 00o 31’27.2” S 131o 06’47.8” E 32 00o 29’45.2” S 131o 06’53.3” E 33 00o 29’05.3” S 131o 06’21.6” E 34 00o 28’17.0” S 131o 05’04.9” E 35 00o 27’32.4” S 131o 03’39.1” E 36 00o 25’41.5” S 131o 04’11.5” E 37 00o 22’35.4” S 131o 04’06.8” E 38 00o 22’51.9” S 131o 03’19.2” E 39 00o 23’18.6” S 131o 02’51.1” E 40 00o 23’59.4” S 131o 01’03.4” E 41 00o 24’41.3” S 131o 59’18.0” E 42 00o 25’45.2” S 131o 57’04.3” E 43 00o 23’23.3” S 131o 55’00.3” E 44 00o 22’29.8” S 131o 55’49.3” E
Pulau-pulau Batang Pele
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 1 00o 23’44.9” S 130o 15’02.8” E 19 00o 21’13.0” S 130o 20’36.1” E 2 00o 23’45.2” S 130o 15’34.6” E 20 00o 20’44.6” S 130o 20’24.9” E 3 00o 23’30.1” S 130o 15’10.2” E 21 00o 18’04.6” S 130o 20’35.9” E 4 00o 23’10.6” S 130o 15’26.0” E 22 00o 17’51.4” S 130o 20’11.4” E 5 00o 23’22.0” S 130o 16’24.9” E 23 00o 17’44.3” S 130o 20’44.2” E 6 00o 23’00.2” S 130o 16’11.9” E 24 00o 18’38.2” S 130o 21’26.7” E 7 00o 23’32.8” S 130o 16’33.4” E 25 00o 18’54.5” S 130o 21’03.6” E 8 00o 24’00.0” S 130o 16’51.3” E 26 00o 19’04.7” S 130o 21’38.1” E 9 00o 22’34.3” S 130o 16’24.7” E 27 00o 19’09.7” S 130o 22’46.0” E
10 00o 22’19.4” S 130o 16’01.8” E 28 00o 19’42.1” S 130o 22’52.1” E 11 00o 21’57.4” S 130o 16’44.4” E 29 00o 19’15.5” S 130o 23’23.9” E 12 00o 22’30.0” S 130o 17’11.0” E 30 00o 19’07.7” S 130o 23’38.0” E 13 00o 22’53.4” S 130o 17’25.4” E 31 00o 18’22.9” S 130o 22’50.7” E 14 00o 22’41.2” S 130o 18’02.0” E 32 00o 17’36.9” S 130o 22’31.8” E 15 00o 21’55.4” S 130o 18’16.2” E 33 00o 18’08.6” S 130o 22’12.0” E
141
16 00o 22’05.5” S 130o 19’08.9” E 34 00o 20’23.3” S 130o 23’11.1” E 17 00o 21’37.9” S 130o 19’10.0” E 35 00o 20’15.6” S 130o 23’38.9” E 18 00o 21’03.3” S 130o 19’57.9” E 36 00o 21’09.8” S 130o 23’21.5” E
II. REEF EDGE
Waigeo Timur No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude
1 00o 17’35.0” S 131o 20’21.6” E 11 00o 06’13.6” S 131o 11’15.3” E 2 00o 16’12.9” S 131o 19’22.2” E 12 00o 05’11.6” S 131o 10’06.5” E 3 00o 14’12.0” S 131o 17’45.1” E 13 00o 04’06.8” S 131o 08’53.1” E 4 00o 12’43.9” S 131o 18’50.3” E 14 00o 03’41.7” S 131o 06’51.9” E 5 00o 11’34.1” S 131o 18’43.9” E 15 00o 02’41.0” S 131o 06’02.2” E 6 00o 09’56.4” S 131o 18’08.3” E 16 00o 01’10.4” S 131o 04’54.4” E 7 00o 09’23.2” S 131o 17’68.0” E 17 00o 00’37.9” S 131o 03’46.5” E 8 00o 08’24.5” S 131o 15’59.5” E 18 00o 01’14.6” S 131o 03’07.0” E 9 00o 08’13.0” S 131o 14’04.0” E 19 00o 01’36.3” S 131o 02’18.5” E
10 00o 07’35.0” S 131o 11’57.5” E
Reef Besar Ayu Reef Kecil Ayu No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude
20 00o 21’46.1” S 131o 06’24.1” E 47 00o 22’08.7” S 130o 54’50.3” E 21 00o 22’09.2” S 131o 08’00.2” E 48 00o 22’50.3” S 130o 56’46.6” E 22 00o 23’10.9” S 131o 09’00.6” E 49 00o 24’26.1” S 130o 54’37.9” E 23 00o 24’53.1” S 131o 09’37.4” E 50 00o 26’02.9” S 130o 55’27.3” E 24 00o 25’50.7” S 131o 10’13.7” E 51 00o 26’01.2” S 130o 57’12.8” E 25 00o 26’46.3” S 131o 11’46.8” E 52 00o 25’30.7” S 130o 59’04.1” E 26 00o 27’54.6” S 131o 13’16.1” E 53 00o 24’29.1” S 130o 00’37.1” E 27 00o 29’52.6” S 131o 13’39.8” E 54 00o 23’49.4” S 131o 02’28.1” E 28 00o 31’46.2” S 131o 13’34.4” E 55 00o 21’57.5” S 130o 56’59.0” E 29 00o 33’08.4” S 131o 12’39.1” E 56 00o 21’26.8” S 130o 58’16.2” E 30 00o 34’50.7” S 131o 12’32.0” E 57 00o 20’56.7” S 131o 00’00.0” E 31 00o 36’26.0” S 131o 12’50.9” E 58 00o 20’45.1” S 131o 02’07.3” E 32 00o 37’53.2” S 131o 12’01.8” E 59 00o 21’22.6” S 131o 04’13.2” E 33 00o 39’02.5” S 131o 11’02.5” E 60 00o 21’48.7” S 131o 04’34.6” E 34 00o 39’05.7” S 131o 09’17.2” E 61 00o 22’52.7” S 131o 03’55.3” E 35 00o 39’43.2” S 131o 07’25.1” E 36 00o 38’23.7” S 131o 06’57.2” E 37 00o 36’31.3” S 131o 06’24.6” E 38 00o 35’23.2” S 131o 06’36.7” E 39 00o 34’03.6” S 131o 06’43.3” E 40 00o 32’58.7” S 131o 05’31.4” E 41 00o 31’40.5” S 131o 04’45.3” E 42 00o 30’07.0” S 131o 04’14.7” E 43 00o 28’28.5” S 131o 03’50.4” E 44 00o 26’52.6” S 131o 03’37.4” E 45 00o 24’48.2” S 131o 04’14.7” E 46 00o 23’34.1” S 131o 04’45.5” E
Pulau-pulau Batang Pele (Waigeo Selatan) Pulau-pulau Batang Pele (Waigeo Selatan)
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 1 00o 24’02.0” S 130o 13’23.2” E 1 00o 20’35.8” S 130o 23’11.2” E 2 00o 24’13.1” S 130o 13’24.3” E 2 00o 21’16.7” S 130o 23’17.1” E 3 00o 24’19.4” S 130o 13’42.0” E 3 00o 20’44.6” S 130o 23’37.2” E 4 00o 24’00.9” S 130o 13’48.1” E 4 00o 20’36.0” S 130o 24’00.0” E 5 00o 22’31.7” S 130o 16’10.7” E 5 00o 19’57.2” S 130o 23’59.5” E 6 00o 22’31.7” S 130o 16’14.9” E 6 00o 20’00.5” S 130o 23’37.0” E 7 00o 22’42.4” S 130o 16’41.4” E 7 00o 19’53.4” S 130o 19’29.2” E 8 00o 22’22.8” S 130o 16’57.7” E 8 00o 19’46.0” S 130o 23’48.5” E 9 00o 21’55.5” S 130o 16’50.3” E 9 00o 19’19.3” S 130o 24’03.5” E
10 00o 22’02.3” S 130o 17’07.4” E 10 00o 18’58.7” S 130o 24’11.5” E 11 00o 21’51.5” S 130o 17’23.7” E 11 00o 18’49.1” S 130o 23’02.7” E 12 00o 21’52.8” S 130o 17’59.3” E 12 00o 18’41.5” S 130o 23’42.4” E 13 00o 22’12.5” S 130o 18’27.1” E 13 00o 18’35.3” S 130o 23’35.4” E
142
14 00o 22’31.5” S 130o 19’18.9” E 14 00o 19’04.8” S 130o 23’34.7” E 15 00o 22’43.7” S 130o 18’00.9” E 15 00o 18’57.0” S 130o 23’23.4” E 16 00o 22’53.9” S 130o 17’31.6” E 16 00o 18’47.7” S 130o 22’53.3” E 17 00o 22’54.2” S 130o 17’14.9” E 17 00o 18’26.9” S 130o 22’48.4” E 18 00o 23’16.8” S 130o 16’30.1” E 18 00o 18’16.1” S 130o 23’01.4” E 19 00o 23’00.4” S 130o 16’16.8” E 19 00o 17’55.3” S 130o 22’48.8” E 20 00o 22’55.5” S 130o 15’58.1” E 20 00o 17’35.4” S 130o 22’31.3” E 21 00o 22’56.8” S 130o 15’35.6” E 21 00o 18’00.1” S 130o 22’08.7” E 22 00o 23’11.4” S 130o 15’24.6” E 22 00o 18’45.9” S 130o 18’45.9” E 23 00o 23’26.4” S 130o 15’45.1” E 23 00o 19’09.7” S 130o 21’27.8” E 24 00o 23’35.3” S 130o 16’03.6” E 24 00o 18’56.9” S 130o 21’02.9” E 25 00o 23’48.3” S 130o 15’37.3” E 25 00o 18’40.2” S 130o 21’04.8” E 26 00o 23’34.6” S 130o 15’24.7” E 27 00o 23’27.3” S 130o 15’03.6” E 28 00o 23’40.9” S 130o 14’57.9” E 29 00o 23’57.0” S 130o 15’15.4” E 30 00o 24’01.9” S 130o 15’32.8” E 31 00o 23’44.0” S 130o 16’20.1” E 32 00o 23’29.8” S 130o 16’35.5” E 33 00o 23’34.8” S 130o 16’52.7” E 34 00o 23’50.3” S 130o 17’03.3” E 35 00o 24’40.0” S 130o 17’17.0” E 36 00o 24’35.8” S 130o 17’10.7” E 37 00o 24’43.3” S 130o 17’00.0” E 38 00o 24’57.4” S 130o 18’34.7” E 39 00o 25’17.5” S 130o 18’25.4” E 40 00o 21’46.4” S 130o 19’29.5” E 41 00o 21’37.3” S 130o 19’14.9” E 42 00o 21’40.6” S 130o 18’50.2” E 43 00o 21’59.3” S 130o 19’03.9” E 44 00o 22’10.2” S 130o 19’22.2” E 45 00o 21’10.9” S 130o 20’02.9” E 46 00o 21’16.4” S 130o 20’21.2” E 47 00o 21’02.3” S 130o 20’45.5” E 48 00o 20’38.5” S 130o 20’46.6” E 49 00o 20’45.0” S 130o 20’18.7” E 50 00o 17’59.1” S 130o 20’18.7” E 51 00o 17’50.7” S 130o 20’56.0” E 52 00o 17’49.9” S 130o 20’19.2” E 53 00o 17’42.8” S 130o 20’02.4” E 54 00o 17’57.4” S 130o 20’15.0” E 55 00o 18’04.7” S 130o 20’32.9” E
III. KUALITAS AIR
Waigeo Timur Pulau Boni No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude
1 00o 17.677‘ S 131o 20.533‘ E 10 00o 04.095‘ S 131o 07.354‘ E 2 00o 14.562‘ S 131o 17.930‘ E 11 00o 02.643‘ S 131o 05.983‘ E 3 00o 12.081‘ S 131o 19.344‘ E 12 00o 01.460‘ S 131o 05.259‘ E 4 00o 10.464‘ S 131o 18.522‘ E 13 00o 00.683‘ S 131o 03.707‘ E 5 00o 08.988‘ S 131o 17.129‘ E 14 00o 02.412‘ S 131o 03.769‘ E 6 00o 07.977‘ S 131o 14.797‘ E 15 00o 00.683‘ S 131o 04.734‘ E 7 00o 07.787‘ S 131o 12.504‘ E 16 00o 03.787‘ S 131o 05.777‘ E 8 00o 06.053‘ S 131o 11.132‘ E 9 00o 04.219‘ S 131o 09.010‘ E
Reef Ayu
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 1 00o 22.118’ S 131o 06.226’ E 12 00o 30.568’ S 131o 08.037’ E 2 00o 22.046’ S 131o 04.519’ E 13 00o 30.327’ S 131o 09.891’ E 3 00o 21.371’ S 130o 59.932’ E 14 00o 28.189’ S 131o 10.118’ E 4 00o 22.021’ S 130o 58.109’ E 15 00o 35.327’ S 131o 06.928’ E
143
5 00o 23.111’ S 130o 55.477’ E 16 00o 39.103’ S 131o 07.218’ E 6 00o 24.666’ S 130o 59.851’ E 17 00o 38.457’ S 131o 10.941’ E 7 00o 25.772’ S 131o 04.387’ E 18 00o 34.575’ S 131o 12.074’ E 8 00o 28.029’ S 131o 03.861’ E 19 00o 30.407’ S 131o 12.313’ E 9 00o 32.891’ S 131o 05.798’ E 20 00o 28.821’ S 131o 12.987’ E
10 00o 34.505’ S 131o 07.630’ E 21 00o 25.507’ S 131o 09.555’ E 11 00o 32.536’ S 131o 10.084’ E
Batang Pele
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 1 00o 23.627’ S 130o 14.933‘ E 14 00o 20.961’ S 130o 19.886‘ E 2 00o 22.984’ S 130o 16.178‘ E 15 00o 21.184’ S 130o 20.109‘ E 3 00o 23.560’ S 130o 16.199‘ E 16 00o 21.290’ S 130o 20.478‘ E 4 00o 23.936’ S 130o 17.018‘ E 17 00o 20.043’ S 130o 22.991‘ E 5 00o 23.092’ S 130o 16.859‘ E 18 00o 20.333’ S 130o 23.468‘ E 6 00o 22.733’ S 130o 16.722‘ E 19 00o 19.948’ S 130o 23.771‘ E 7 00o 21.972’ S 130o 16.654‘ E 20 00o 19.592’ S 130o 23.400‘ E 8 00o 22.912’ S 130o 17.329‘ E 21 00o 19.057’ S 130o 23.184‘ E 9 00o 22.269’ S 130o 18.317‘ E 22 00o 18.333’ S 130o 23.734‘ E
10 00o 21.881’ S 130o 18.148‘ E 23 00o 18.635’ S 130o 21.762‘ E 11 00o 22.291’ S 130o 19.000‘ E 24 00o 18.030’ S 130o 21.078‘ E 12 00o 22.194’ S 130o 19.290‘ E 25 00o 18.828’ S 130o 21.072‘ E 13 00o 21.620’ S 130o 20.049‘ E
IV. MANGROVE
No. St. Longitude Latitude 1 02o16.564' 131o36.274' P. Waigeo 2 02o21.980' 131o02.840' P.Ayu 3 0o21.984' 131o02.841' P.Boni Besar 4 0o20.788' 130o13.701' P.Miosasar 5 0o18.045' 130o20.287' P.Yefnawan 6 0o17.808' 130o22.530' P.Biansi Kecil
V. OSEANOGRAFI
Waigeo Timur Laut Reef Ayu No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude
1 131o 21’27.4’’ E 00o 17’05.4’’ S 6 131o 06’07.9’’ E 00o 20’30.0’’ N 2 131o 19’59.8’’ E 00o 12’05.1’’ S 7 131o 14’35.3’’ E 00o 30’02.2’’ N 3 131o 15’00.7’’ E 00o 06’48.6’’ S 8 131o 09’55.7’’ E 00o 40’51.1’’ N 4 131o 08’53.9’’ E 00o 30’42.0’’ S 9 131o 06’00.7’’ E 00o 34’36.0’’ N 5 131o 02’58.1’’ E 00o 02’04.6’’ S 10 131o 02’07.7’’ E 00o 30’00.9’’ N 11 130o 52’33.1’’ E 00o 25’01.0’’ N 12 131o 04’17.6’’ E 00o 12’55.9’’ N
Batang Pele
No. St. Longitude Latitude No. St. Longitude Latitude 13 130o 14’16.8’’ E 00o 23’46.0’’ S 16 130o 14’59.0’’ E 00o 21’20.6’’ S 14 130o 14’59.5’’ E 00o 26’57.8’’ S 17 130o 18’13.4’’ E 00o 19’19.5’’ S 15 130o 11’43.5’’ E 00o 23’24.4’’ S 18 130o 21’41.4’’ E 00o 17’02.6’’ S