crimea1
-
Upload
nasrudinscriber -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of crimea1
1
ANALISIS AKTOR YANG TERLIBAT PADA KEJADIAN DI CRIMEA DAN SOLUSI
TERBAIK DITINJAU DARI PRINSIP POSITIONING DAN PRINCIPAL NEGOTIATION
1. AKTOR YANG TERLIBAT
Konflik segitiga: Rusia – Eropa (EU)– Amerika Serikat (AS). Berawal dari
NATO yang menganggap Ukraina sangat strategis sehingga perlu dirangkul agar masuk
ke EU. NATO dan EU pun membujuk agar Ukraina meninggalkan sekutu lamanya Rusia
dan beralih ke NATO dan EU. Ukraina sendiri terpecah: bagian Barat lebih suka
bergabung ke NATO dan EU dan bagian Timur lebih suka ke Rusia.
Demikian juga Rusia, sama halnya dengan NATO yang memandang Ukraina
adalah strategis bagi kepentingannya, apalagi Ukraina adalah sekutu lama yang
terpenting selama ini. Maka, pada saat Ukraina rusuh, Rusia tentu mendukung Ukraina
Timur, dalam hal ini agar Crimea bergabung ke Rusia. EU dan AS pun meradang karena
ikut campur Rusia dalam konflik Ukraina. Lalu terjadilah saling ancam dan akhirnya saling
jatuhkan sanksi dan akan meluas menjadi perang ekonomi.
Pada titiik perang Ekonomi inilah menjadi menarik sebenarnya siapa lawan dan
siapa kawan. Awalnya, peta konflik adalah Rusia melawan EU dan AS. Tapi tampaknya
Rusia menggunakan senjata yang justru membuat EU sangat mungkin kemudian
berpaling mendekati Rusia dan meninggalkan AS. EU memiliki alasana kenapa pada
akhirnya berbalik ke Rusia dan membangun aliansi dagang dengan Rusia yang semakin
kuat. Pertama, alasan Fundamentalis. Secara energi EU benar-benar amat tergantung
pada Rusia dimana Rusia bisa hentikan pasokan energinya. Jika senjata energi ini
digunakan maka Jerman, selaku pemimpin EU, akan paling terpukul karena kebutuhan
energinya yang besar dari Rusia. Disisi lain Jerman memiliki tanggung jawab membantu
negara-negara EU yang belum pulih dari krisis sama sekali seperti Yunani, Portugal,
termasuk Spanyol dan Italia. Pada saat ini Jerman berada di puncak tertinggi pada
prestasi ekonomi, sehingga bisa menjadi penyanggah pada krisis EU. Sebaliknya apa
yang terjadi jika industri Jerman runtuh karena krisis energi akibat boikot energi dari
Rusia. Hal ini akan membuat krisis EU masuk ke dalam labirin yang panjang. Walaupun
saja senjata energi inipun akan membuat Rusia terpukul karena gasnya tidak akan laku
terjual. Jadi tinggal menunggu siapakah yang paling kuat bertahan, apakah EU atau
Rusia.
Kedua, alasan Pragmatis. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa EU bersatu
dalam EURO dengan segala ongkos yang harus dibayar dan dengan satu tujuan nyata
2
untuk mengimbangi dan mengalahkan mata uang USD dalam perdagangan internasional.
Pada saat ini, Rusia menggunakan senjata ekonomi yaitu pembayaran tanpa USD dollar
pada perdagangan internasional. Rusia sangat mungkin saat dagang dengan EU pakai
Euro. Bahkan sangat mungkin bahwa dengan strategi ini justru Euro akan menjadi mata
uang terkuat di dunia dan hegemoni dunia dapat dipegang oleh Euro, bukan USD lagi.
Apabila hal ini terjadi, dimana mata uang Euro menggantikan USD sebagai mata uang
internasional, maka akan mudah bagi Bank Central Eropa untuk lepas dari krisis EU.
Bank Central EU akan lebih leluasa mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk bailout.
Cara seperti ini (dirty and ugly) terbukti sukses besar dilakukan US selama ini untuk
mengatasi krisis di negaranya.
Dengan kedua alasan tersebut, jika EU dapat berdamai dengan Rusia justru
"Perang Ekonomi" ini akan menguntungkan posisinya untuk mengalahkan rival bebuyutan
yaitu AS. Bagi Eropa sesungguhnya rival ekonominya bukan Rusia tapi AS. Jadi, perang
ekonomi ini justru membuat EU semakin menguntungkan posisinya dalam mengambil alih
kepemimpinan atas AS. Disisi lain, jika EU tetap bersama AS dan melawan Rusia, maka
yang terpukul adalah EU. Dalam perang ekonomi ini pukulan Rusia dengan senjata
pasokan energinya memukul Eropa langsung di jantung kehidupannya. Sementara AS
yang menikmati EU dan Rusia berperang, paling hanya membantu EU dengan
membekukan asset Rusia di AS. Jika demikian, Rusia akan membalas dengan
menasionalisasi perusahaan EU yang di Rusia. Padahal begitu banyak perusahaan
Jerman dan EU yang beroperasi di Rusia. Hal ini akan membuat EU semakin jatuh.
Masyarakat Eropa sadar betul bahwa saat ini yang membuat AS dapat memimpin
dunia adalah karena Eropa sering kali menjadi korban atas perang di benuanya sendiri.
Jadi, Eropa tidak ingin kembali menjadi korban dalam perang ekonomi ini, sementara AS
yang akan menikmati keuntungan ganda yaitu Eropa sebagai rival ekonomi-nya lumpuh,
sementara Rusia sebagai rival militernya terpuruk. Apabila hal ini terjadi, Eropa memiliki
dilema moral. Eropa tidak dapat membiarkan Rusia berbuat sesuatu terhadap Ukrania di
depan mata Eropa, karena akan menjatuhkan harga diri bangsa Eropa. Jad apabila
perang ekonomi ini ingin terus dilangsungkan, Rusia harus dapat menjaga "muka bangsa
Eropa". Jika Rusia berhasil, maka pecundang dalam perang ekonomi ini adalah AS.
2. SOLUSI YANG TERBAIK DITINJAU DARI PRINSIP POSITIONING DAN
PRINCIPAL NEGOTIATION.
Solusi. Walaupun referendum telah dilaksanakan, namun perlu diingatkan bahwa
semua prosedur referendum harus sesuai hukum internasional dan sesuai dengan
3
konstitusi Ukraina dan Ukraina-pun harus memberi ijin untuk diadakan referendum pada
Crimea dengan berlandaskan pada Pasal no 1 Piagam PBB yang menyatakan bahwa
hak setiap warga negara untuk menentukan nasib sendiri. Dalam proses pelaksanaan
referendum Crimea, hasil akhir menyatakan bahwa rakyat Crimea bersatu dengan Rusia
dan akhirnya menjadi polemik di dunia internasional sehingga membuat AS serta EU tidak
mengakuinya. Perlu dicatat bahwa ketiadaan pengakuan dapat ber-konsekuensi pada
ketiadaan hubungan diplomatik yang dapat mempengaruhi sebuah Crimea dalam
menyuarakan haknya atau negara lain dalam menyuarakan kewajiban negara terhadap
Criema.
Kondisi Crimea bisa saja menjadi makmur di bawah pemerintahan Rusia, namun
dengan keberadaan Crimea di wilayah Rusia telah memunculkan sengketa internasional
antara Rusia – EU – AS sehingga diperlukan upaya diplomasi preventif yakni aksi untuk
mencegah timbulnya sengketa di antara negara-negara: Rusia versus EU – AS,
mencegah sengketa yang ada meluas menjadi konflik, dan membatasi penyebaraannya
agar tidak menimbulkan terjadinya perang Dunia Ketiga. Diplomasi preventif meliputi
upaya seperti pencarian fakta, jasa baik, dan kunjungan persahabatan. Jika hal ini
dilakukan maka perlu adanya evaluasi ulang mengenai referendum yang telah
berlangsung.
Perdamaian meliputi aksi mendamaikan para pihak yang bermusuhan dengan
menggunakan cara-cara damai yang diperinci dalam Bab VI Piagam PBB. Penjagaan
Kedamaian yaitu menempatkan personil PBB di lapangan serta pembinaan perdamaian
yaitu aksi untuk mengidentifikasi dan mendukung struktur-struktur yang dapat membantu
perdamaian. Sehingga tentara Rusia yang ditempatkan di semenanjung Crimea dan
menjadi ancaman bagi Ukraina menjadi lebih bersahabat guna menghasilkan sebuah
referendum ulang yang sesuai dengan hukum internasional dan berlangsung dengan
damai.