Creeping Eruption

6
A. DEFINISI Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berke kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tamban berasal dari anjing dan kucing. 4 B. ETIOLOGI Penyebab umum dari CLM adalah; a. Ancylostoma braziliense (cacing pada anjing dan kucing), peny paling sering. b. Ancylostoma caninum (anjing) penyebabpaling banyak kedua setelah a.braziliense. c. Uncinaria stenocephala (anjing ) d. Bunostomum phlebotomum (sapi) 2 Penyebab yang lebih jarang ditemukan adalah: e. Ancylostoma ceylonicum dan Ancylostoma tubaeforme (kucing) f. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (manusia) g. Strongyloides papillosus (kambing) dan Strongyloides westeri (kuda) h. Pelodera ( Rhabditis) strongyloides 2 i. Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly (Lalat) 4 C. PATOGENESIS Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatan anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum . Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly. Biasanya larva stadium ketiga siklus hidup. Nematoda hidup pada hospes (anjing, kucing a babi), ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan menjadi larva yang mempu mengadakan penetrasi kekulit. Larva ini tinggal berjalan – jalan tanpa tujuan sepanjang dermo – epidermal, setelah bebera atau hari, akan timbul gejala di kulit 4 . 1

Transcript of Creeping Eruption

A. DEFINISI Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelokkelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.4 B. ETIOLOGI Penyebab umum dari CLM adalah;a.

Ancylostoma braziliense (cacing pada anjing dan kucing), penyebab Ancylostoma caninum (anjing) penyebab paling banyak kedua Uncinaria stenocephala (anjing ) Bunostomum phlebotomum (sapi)2 Ancylostoma ceylonicum dan Ancylostoma tubaeforme (kucing) Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (manusia) Strongyloides papillosus (kambing) dan Strongyloides westeri Pelodera (Rhabditis) strongyloides2 Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly (Lalat)4

paling sering.b.

setelah a.braziliense.c. d.

Penyebab yang lebih jarang ditemukan adalah:e. f. g.

(kuda)h. i.

C. PATOGENESIS Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, seperti Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidup. Nematoda hidup pada hospes (anjing, kucing atau babi), ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan berubah menjadi larva yang mempu mengadakan penetrasi kekulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan jalan tanpa tujuan sepanjang dermo epidermal, setelah beberapa jam atau hari, akan timbul gejala di kulit4.

1

A

B

Gambar 1. (A) Siklus hidup cacing (B) Fotomikrograf kulit yang menunjukkan nematoda creeping eruption dalam terowongan dengan pembesaran 480x (Kirby Smith, et al) Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh parasit, tetapi disebabkan oleh reaksi inflammasi dan alergi oleh sistem immun terhadap larva dan produknya3. Pada hewan, Larva ini mampu menembus dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam. Sedangkan pada manusia, larva memasuki kulit melalui folikel, fissura atau menembus kulit utuh menggunakan enzim protease, tapi infeksi nya hanya terbatas pada epidermis karena tidak memiliki enzym collagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi kebagian kulit yang lebih dalam2. D. GEJALA KLINIS Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas4. Mula mula, pada point of entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang

2

khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok kelok (snakelike appearance bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul dengan lebar 2 3 mm, panjang 3 4 cm dari point of entry, dan berwarna kemerahan2,3,4. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam atau hari4. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM2. Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelokkelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa sentimeter dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa sentimeter setiap harinya4. Umumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan panjang 2 5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati.

Gambar 2. (A) dan (B) Terowongan CLM pada kaki. (C) Terowongan yang disertai krusta. Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila pasien sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder. Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum atau dermis Tempat predileksi adalah di tempat tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada6. E. DIAGNOSIS

3

Berdasarkan bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya4.

A

B

C

Gambar 3. (A) CLM dengan waktu infeksi 2 minggu (B) dan (C) Lesi pada gambar A diperbesar. F. DIAGNOSIS BANDING 1. Skabies: Pada skabies terowongan yang terbentuk tidak sepanjang seperti pada penyakit ini 2. Dermatofitosis : Bentuk polisiklik menyerupai dermatofitosis 3. Dermatitis insect bite : Pada permulaan lesi berupa papul, yang dapat menyerupai insect bite4. Herpes zooster : Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul

papul lesi dini dapat menyerupai herpes zooster4 G. LANGKAH LANGKAH PENCEGAHAN-

Di Amerika serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan cacing pada anjing dan kucing, dan terbukti mengurangi secara signifikan insiden penyakit ini5

-

Larva cacing umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindungi, karena itu penting sekali memakai alas kaki, dan menghindari kontak langsung bagian tubuh manapun dengan tanah5.

4

H. PENATALAKSANAAN Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow, piperazine citrate, dan elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna, karena larva sering tidak lolos atau tidak mati. Demikian pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine dan antimony jugatidak berhasil. Terapi pilihan saat ini adalah dengan preparat antihelmintes baik topikal maupun sistemik2. a) Sistemik (Oral)1. Tiabendazol

(Mintezol),

antihelmintes

spektrum

luas.

Dosis

50

mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah4.2. Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara

oklusi selama 24 48 jam4. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan dan dicampur dengan vaseline, di oleskan tipis pada lesi, lalu ditutup dengan band-aid/kasa. Campuran ini memberikan jaringan kadar antihelmints yang cukup untuk membunuh parasit, tanpa disertai efek samping sistemik.3. Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari

berturut turut4.4. Ivermectin (Stromectol)

b) Agen Pembeku Topikal1. Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45

detik sampai 1 menit, selama 2 hari berturut turut4.2. Nitrogen liquid4 3. Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena

tidak diketahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya4.4. Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal

(Calamine lotion atau Cortisone) untuk mengurangi gatal4.

5

DAFTAR PUSTAKA1. Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview, Treatment

and Medication. Diunduh dari www.emedicine.com. Pada tanggal 29 Desember 2009. Update terakhir 20 November 2009.2. Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh dari

www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migrans/ clinical%20presentation.html pada tanggal 29 Desember 20093. Aisah S. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI. 125-6 (2007)4. Dugdale,DC. Diunduh dari

www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm Update terakhir 12 Maret 20085. Anonymous. Cutaneous Larva Migrans. Diunduh dari

www.en.wikipedia.org/wiki/Cutaneous_larva_migrans

6