COVER.docx
-
Upload
widya-isra -
Category
Documents
-
view
50 -
download
3
description
Transcript of COVER.docx
TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
OLEH :
GUSTRIA NORA
NPM : 12070083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hakikat Pembelajaran Apresiasi Sastra, teknik-teknik pembelajaran apresiasi
sastra dan pendekatan-pendekatan dalam apresiasi sastra serta bagaimana aplikasinya
dalam pengajaran sastra, khususnya prosa, puisi dan drama” yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan dosen.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya ada pada allah, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis
bisa memperbikinya dimasa yang mendatang.
Padang, September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………......…………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………........ iii
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...... 1
2.1 Hakikat Pembelajaran Apresiasi Sastra Serta Proses
Pembelajarannya Di Sekolah....................................................................... 1
2.2 Teknik-Teknik Apresiasio Sastra Menurut Suyatno……………....………. 7
2.3 Pendekatan-Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra dan Aplikasinya
Dalam Pengajaran Sastra Khususnya Prosa, Puisi dan Drama................... 18
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...... 23
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..... 23
3.2 Saran……………………………………………………………………....... 24
KEPUSTAKAAN……………………………………………………………………..... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sastra adalah suatu bentuk tanda seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk
dibaca dan dinikmati, serta selanjutnya dimanfaatkan, antara lain untuk mengembangkan
wawasan kehidupan. Jadi, pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa
sastra merupakan salah satu tanda bentuk seni yang dapat diapresiasi. Pembelajaran sastra
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra.
Kegiatan mengapresiasikan karya sastra berkaitan erat dengan pelatihan mempertajam
perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan
lingkungan hidup. Dari maksud pembelajaran sastra di atas, dapat diketahui bahwa muara akhir
pengajaran sastra adalah terbinanya apresiasi dan kegemaran terhadap sastra yang didasari oleh
pengetahuan dan keterampilan di bidang sastra.
S. Effendi (dalam Aminudin, 2004:35) mengatakan bahwa apresiasi sastra adalah
kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu hakikat pembelajaran apresiasi sastra?
b. Bagaimana proses pembelajaran apresiasi sastra di sekolah?
c. Apa sajakah teknik-teknik pembelajaran apresiasi sastra menurut suyatno?
d. Bagaimana cara mengaplikasikan pendekatan dalam pengajaran sastra khususnya puisi,
prosa dan drama.
3. Tujuan penulisan
a. Untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap hakikat pembelajaran apresiasi sastra.
b. Untuk menambah wawasan mahasiswa mengeanai apresiasi sastra.
c. Mempermudah dalam perkuliahan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Sastra
Rosenblatt (1983: 16) menegaskan bahwa pengajaran sastra itu melibatkan peneguhan
kesadaran tentang sikap etik. Hampir mustahil membicarakan cipta sastra seperti novel, puisi
atau drama tanpa menghadapi masalah etik dan tanpa menyentuhnya dalam konteks filosofi
sosial, tanpa menghadapkan siswa pada masalah kehidupan sosial yang digeluti sepanjang hari di
tengah-tengah masyarakat yang dihidupi dan menghidupinya.
Dalam kaitan itu Rosenblatt menyarankan beberapa prinsip yang memungkinkan
pengajaran sastra mengemban fungsinya dengan baik yaitu:
1. Siswa harus diberi kebebasan untuk menampilkan respons dan reaksinya.
2. Siswa harus diberi kesempatan untuk mempribadikan dan mengkristalisasikan rasa
pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca dan dipelajarinya.
3. Guru harus berusaha untuk butir-butir kontak di antara pendapat para siswa.
4. Peran dan pengaruh guru harus merupakan daya dorong terhadap penjelajahan pengaruh
vital yang inheren di dalam sastra itu sendiri.
Dari prinsip di atas Rosenblatt menggarisbawahi bahwa makna yang diperoleh dan
diberikan siswa dalam proses penjelajahan sastra haruslah merupakan hasil dari transaksi antara
aktifitas jiwa siswa dengan kata-kata yang diterangkan dalam halaman-halaman cipta sastra itu.
Dengan kata lain, makna itu diciptakan, dibentuk dan diwujutkan oleh siswa sendiri, sebagai
pembaca dalam kegiatan membacanya. Tegasnya, makna yang diperolehnya merupakan
maknanya sendiri, bukan yang direncanakan penulis atau makna yang ditawarkan guru.
Menurut Robert E. Probst (1984), “pengajaran sastra” haruslah mampu memampukan
siswa menemukan hubungan antara pengalamannya dengan cipta sastra yang bersangkutan.
Substansi sastra adalah pengalaman kemanusiaan. Hubungan kompleks yang melibatkan
seseorang.
Dalam pengajaran sastra, melebihi disiplin ilmu yang lain harus disadari bahwa pusat dan
porosnya terletak di dalam sastra itu sendiri. Siswa musti melihat cipta sastra itu bukan dari
perspektif para ahli, pengarang atau guru, melainkan dari perspektifnya sendiri. Dia tidak
mungkin memandang wacana atau dunia lainnya melalui mata orang lain. Karena sastra tidak
berkaitan langsung dengan sains dan data yang dapat digeneralisasikan, maka pantaslah jika
setiap pribadi siswa senantiasa terkait dengan perspektifnya, dengan hubungannya yang unik
dengan dunia yang dihadapannya. Dia tidak rela melangkahi (bypassing) hati nuraninya.
Menurut Bleich (1987: 133) tujuan institusi pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
sampai ke perguruan tinggi adalah mensistesiskan ilmu pengetahuan, bukan Cuma sekedar
menyajikannya belaka. Pengajaran mestilah direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses
menampilkan kebermaknaan. Siswa tidak boleh hanya dicekoki dengan akumulasi informasi
tentang segala-galanya, melainkan diajak untuk memperolehnya secara mandiri.
Keterlibatan mental yang mandiri itulah yang dituntut kurikulum 1984 yang menganut
dua pendekatan utama yaitu pendekatan CBSA dan pendekatan Proses. Pendekatan CBSA ini
perannya sangat mendasar, yaitu meningkatkan kadar keaktifan belajar siswa. Terutama
keaktifan siswa lambat dan siswa sedang, agar dapat memperoleh pencapaian belajar yang
setaraf dengan siswa cepat.
Pengamatan siswa jadi sangat menarik karena beberapa alasan. Hal itu menunjukkan:
1. Betapa pentingnya pengalaman pribadi di dalam membentuk bacaan atau wacana
tertentu.
2. Hal itu juga menunjukkan bahwa pengalaman pribadi dapat mengalihkan isyu yang
diketengahkan. Misalnya siswa mampu menampilkan rincian yang tidak disampaikan
oleh penyairnya.
3. Juga menunjukkan betapa cepat dan mudahnya diskusi yang mengandung masalah ruwet
dapat dibicarakan secara bergairah.
Louise Rosenblat menyimpulkan bahwa sastra merupakan seni pemapanan. Tidak hanya
buku memapankan pembaca tetapi pembaca juga memapankan wacana dalam menciptakan
makna. Ketika pembaca jadi lebih berpengalaman dalam merespon wacana, pemapanannya
menjadi semakin kompleks. Proses membaca merupakan proses yang menyeluruh.
Judy (1981) mengemukakan empat kaitan membaca dengan sastra, yaitu:
1) Keterampilan membaca;
2) Proses merespons;
3) Analisis dan kritik dan
4) Pengetahuan sastra dan sejarah budaya.
Perlu diperhatikan dua cara “mengajar” membaca yang dapat dilakukan guru (Purves, 1972) :
1. Serasikan siswa dengan buku yang dibacanya, maksudnya guru harus menggunakan
buku dan bahan-bahan bacaan lainnya seperti yang dipesankan John Steinbeck, yaitu
selalu memiliki butir-butir kontak dengan pembaca. Guru tidak boleh memberikan atau
menyarankannya hanya karena alasan buku itu merupakan hasil sastra yang bagus atau
klasik.
2. Tegaskan tujuan membaca.
Jika keserasian antara siswa dan buku terbina rapi, siswa senantiasa akan berusaha
menyelesaikan bacaannya untuk menemukan sesuatu yang dicarinya. Selanjutnya siswa dapat
berbagi respons, menulis buku harian dan jurnal, mengubah karya sastranya sendiri, menerapkan
nilai-nilai sastra yang dihayatinya atau mencari buku lain yang sama topiknya.
Guru dapat melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan dan melestarikan hasrat
menbaca siswa antara lain :
1) Usahakan pengadaan bahan bacaan yang bervariasi,
2) Sediakan waktu membaca siswa.
3) Berikan waktu seperlunya untuk proses pemanasan prabaca dengan secara teratur
menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah minat baca siswa.
4) Biarkan siswa menghentikan bacaannya kalau yang bersangkutan tidak menyenangi atau
tidak memahami bacaannya.
5) Laksanakan kegiatan membaca bersuara agar siswa mengikuti keseluruhan wacana atau
menyimakkannya dengan cermat.
6) Berikan bantuan kepada siswa untuk dapat memahami bacaan yang sukar dalam bentuk
tutorial, diskusi kelompok.
Sastra adalah suatu bentuk tanda seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk
dibaca dan dipahami serta selanjutnya dimanfaatkan, antara lain untuk mengembangkan
wawasan kehidupan. Jadi pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa
sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi. Oleh karena itu, pembelajaran
sastra haruslah bersifat apresiatif. Dari maksud pembelajaran sastra di atas, dapat diketahui
bahwa muara akhir pengajaran sastra adalah terbinanya apresiasi dan kegemaran terhadap sastra
yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan di bidang sastra.
S. Effendi (dalam Aminudin, 2004:35) mengatakan bahwa apresiasi sastra adalah
kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik
apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya,
menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian
dari hidupnya.
Pembelajaran apresiasi sastra merupakan bagian integral dari pembelajaran komponen
pemahaman bahasa. Artinya, pembelajaran sastra terpusat pada pemahaman, penghayatan, dan
penikmatan atas karya sastra. Prinsip-prinsip pembelajaran apresiasi sastra yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran sastra dapat meningkatkan kepekaan rasa terhadap budaya bangsa, khususnya
bidang keseniaan.
2. Pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan keterampilan pengajaran karya estetis
melalui bahasa.
3. Pembelajaran sastra bukan merupakan pengajaran sejarah sastra, aliran, dan teori tentang
sastra.
4. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan dari karya-
karya tersebut.
Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi
karya sastra. Kegiatan mengapresiasikan karya sastra berkaitan erat dengan pelatihan
mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat,
budaya, dan lingkungan hidup.
2. Proses Pembelajarannya Di Sekolah
Dalam Ensiklopedi Indonesia (1980) dijelaskan bahwa apresiasi sastra adalah sikap
menghargai sastra berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya. Badudu dan Zain (1996)
menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah pemahaman, penghargaan, penilaian yang positif
terhadap karya sastra.
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang mengantarkan tercapainya tujuan
yang diinginkan. Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran sastra tidak hanya membuat siswa mengenal, memahami serta menghafal defenisi
sastra dan sejarah sastra melainkan untuk menumbuh kembangkan akal budi siswa melalui
kegiatan pengalaman bersastra yang berupa apresiasi sastra, ekspresi sastra, dan kegiatan telaah
sastra sehingga tumbuh suatu kemampuan untuk menghargai sastra sebagai sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan.
Pembelajaran sastra diberbagai jenjang pendidikan formal hingga saat ini belum
mencapai sasaran yang diinginkan. Tujuan akhir pembelajaran sastra yaitu penumbuhan dan
peningkatan apresiasi sastra pada siswa belum menggembirakan. Menurut Hamid (2009) hal ini
disebabkan 2 faktor:
(1) Pengetahuan dan kemampuan dasar dalam bidang kesastraan pada guru
sangat terbatas.
(2) Buku dan bacaan penunjang pembelajaran sastra di Indonesia misalnya SMP dan SMA
terbatas.
Pembelajaran apresiasi sastra yang belum diajarkan secara maksimal oleh guru bahasa
dan sastra Indonesia membuat daya apresiasi dan minat siswa terhadap pembelajaran apresiasi
tidak berkembang. Padahal mengapresiasi karya sastra merupakan kegiatan yang perlu dilakukan
siswa untuk mengapresiasikan pikiran dan perasaan siswa. Pembelajaran apresiasisastra
seharusnya menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mengajak.
Oleh sebab itu, untuk mewujudkan dan mengembalikan pembelajaran sastra pada tujuan
tersebut. Maka pembelajaran apresiasi sastra yang saat ini lesu dan tidak berdaya ini harus
kembali di berdayakan. Dalam rangka pemberdayaan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah,
maka ada beberapa hal yang harus diupayakan, yaitu sebagai berikut:
1. Sikap Guru
Selama ini guru seolah terpasung kreativitas dan jiwa inovasinya dalam melaksanakan
tugasnya bila hasil upayanya hanya selalu dikaitkan dengan hasil Ujian Nasional. Bila siswa
meraih nilai Ujian Nasional yang tinggi, maka hal ini di jadikan indikator bahwa guru yang
bersangkutan telah cukup berhasil dalam melaksanakan pembelajaran. Anggapan yang
demikian berakibat banyak guru yang cenderung pada pelatihan mengerjakan soal kepada
siswa-siswinya.
Untuk itu, pemberdayaan pembelajaran apresiasi sastra sikap guru perlu di ubah. Dalam
diri guru harus ditumbuhkan sikap untuk membuang jauh-jauh orientasi ki nilai Ujian
Nasional, sebab pembelajaran apresiasi sastra harus dijadikan siswa sebagai bekal
kehidupannya seperti nilai-nilai kehidupan.
2. Peran Guru
Dalam pembelajaran apresiasi sastra selama ini, terkesan bahwa guru banyak berperan
sebagai informator tunggal. Sehingga terbuka kemungkinan guru di jadikan sumber utama
informasi bagi siswa. Hal ini melahirkan kecenderungan guru untuk memerankan diri sebagai
‘hakik’ yang sangat menentukan “ini benar” dan “ ini salah”.
3. Kualifikasi Guru
Secara teknis, guru-guru bahasa umumnya tidak otomatis juga mampu menjadi guru sastra.
Akibatnya, pembelajaran apresiasi sastra akan cenderung bersifat teknis –teoritis. Berkenaan
dengan hal tersebut, pemberdayaan pembelajaran apresiasi sastra akan semakin berarti
apabila guru bahasa mau dan mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai
guru sastra. Guru harus benar-benar memahami hakikat dan tujuan pembelajaran apresiasi
sastra, termasuk di dalamnya mampu dan terampil mengapresiasi karya sastra.
4. Lingkungan Yang Mendukung
Pemberdayaan pembelajaran apresiasi sastra tidak dapat di lepaskan bila lingkungan yang
ada turut mendukung. Hal ini diciptakan baik oleh guru, siswa, maupun sekolah. Salah satu
di antaranya adalah penyediaan bacaan-bacaan sastra. Dalam hal ini perpustakaan memegang
peran yang utama. Untuk menyisiatinya, guru dapat mengajak siswa mengumpulkan bacaan
sastra dari media cetak atau internet
3. Teknik-teknik pembelajaran apresiasi sastra
1. Awali cerita berarti mengosongkan satu paragraf pada bait pertama cerita.
Tujuannya adalah agar siswa dapat membuat sebuah awalan (paragraf pertama)
cerita yang sudah ada dengan benar dan runtut berdasarkan isi cerita yang sudah ada.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar cerita yang paragraf pertamanya sudah dibuat kepada
masing-masing siswa (kelompok),
(3) Siswa mengidentifikasi lembar cerita yang diterimanya,
(4) Siswa membuat salah satu paragraf pertama atau awalan cerita yang sudah ada isi
ceritanya,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) Siswa yang lain memberikan tanggapan dari hasil presentasi temannya,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
2. Akhiri cerita artinya mengakhiri cerita berdasarkan isi cerita yang ada dengan cara
mengosongkan paragraf akhir.
Tujuannya adalah agar siswa dapat mengakhiri cerita dengan benar dan runtut
berdasarkan isi cerita yang sudah ada.
Cara menerapkannya:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar cerita paragraf akhir sudah dihilangkan kepada masing-
masing siswa (kelompok),
(3) Siswa mengidentifikasi lembar cerita yang diterimanya,
(4) Siswa membuat ending dari sebuah cerita yang sudah ada isi ceritanya,
(5) Siswa mempresentasikan hasil ppekerjaan di depan kelas,
(6) Siswa yang lain memberi tanggapan dari hasil presentasi temannya,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran itu.
3. Ganti tokoh
Tujuannya yaitu agar siswa dapat mengingat dan lebih mengenal nama seseorang
berdasarkan pengetahuan siswa baik karakter maupun sifatnya dalam cerita.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkt tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar cerita yang nama-nama tokohnya sudah dikosongkan
kepada masing-masing siswa,
(3) Siswa mengidentifikasikan lembar cerita yang diterimanya,
(4) Siswa memberi nama pada lembar cerita yang nama tokohnya tidak ada,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
4. Ganti setting
Tujuannya agar siswa dapat mengingat dan lebih mengenal nama-nama daerah
berdasarkan pengetahuan siswa terutama karakteristik tempat yang cocok dalam cerita
tersebut.
Cara menerapkan yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar cerita yang settingnya dikosongkan kepada masing-masing
siswa,
(3) Siswa mengidentifikasi lembar cerita yang diterimanya,
(4) Siswa memberi nama pada lembar cerita yyang nama tempatnya tidak ada,
(5) siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
5. Urutan plot
Tujuannya adalah agar siswa dapat mengurutkan sebuah cerita dengan benar, urut
dan runtut berdasarkan potongan-potongan plot yang ada.
Cara menerapkannya:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan amplop yang berisi potongan-potongan plot kepada masing-
masing siswa (kelompok),
(3) Siswa mengidentifikasi potongan plot yang diterimanya,
(4) Siswa mendiskusikan dan mengurutkan plot tersebut,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas,
(6) Siswa yang lain memberi tanggapan dari hasil presentasi temannya,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran itu.
6. Diagram/skema tokoh
Tujuannya ialah agar siswa dapat membuat sebuah skema tokoh dengan benar dan
lengkap berdasarkan cerita yang dibacanya.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkt tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar fotokopi cerita kepada masing-masing siswa,
(3) Siswa membaca dan mengidentifikasi cerita yang diterimanya,
(4) Siswa mendiskusikan dan membuat skema tokoh tersebut,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) Siswa (kelompok lain memberikan tanggapan,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
7. Tabel kesan tokoh
Tujuannya agar siswa dapat membuat kesan pribadi terhadap tokoh sebuah cerita
dalam bentuk tabel dengan benar berdasarkan cerita yang dibacanya.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkt tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar fotokopi cerita kepada masing-masing siswa,
(3) Siswa membaca dan mengidentifikasi cerita yang diterimanya,
(4) Siswa mendiskusikan dan membuat tabel kesan tokoh tersebut,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) Siswa (kelompok lain memberikan tanggapan,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
8. Bursa gaya bahasa
Tujuannya yaitu agar siswa dpat mengidentifikasi sebuah cerita dengan cepat dan
benar berdasarkan gaya bahasa yang dipakai dalam cerita tersebut.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa mengambil potongan cerita,
(3) Siswa membaca dan mengidentifikasi potongan cerita yang diambilnya,
(4) Siswa mendiskusikan dan mengartikan gaya bahasa dalam cerita tersebut,
(5) Siswa mengelompokkan potongan gaya bahasa yang sama,
(6) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(7) Siswa memberikan tanggapan atas presentasi temannya,
(8) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
9. Putar peribahasa
Tujuannya yaitu agar siswa dapat memaknai berbagai macam peribahasa secara
tepat dan benar.
(1) Guru memberikan penjelasan singkt tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membentuk kelompok masing-masing dua orang,
(3) Guru membagikan lembar manila yang berisi peribahasa yang berbeda-beda kepada
masing-masing siswa,
(4) Siswa menerima langsung mengucapkan arti peribahasa tersebut,
(5) Siswa mencatat hasil diskusinya,
(6) Siswa menukarkan lembar tersebut kepada siswa lain,
(7) Jika dirasa sudah cukup perputerannya siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di
depan kelas,
(8) Siswa lain memberikan tanggapan atas presentasi temannya,
(9) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
10. Ubah tema ke dalam gerakan
Tujuannya agar siswa dapat membuat sebuah gerakan tanpa harus bersuara
dengan cepat dan benar sesuai tema cerita yang ada.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa mengidentifikasi lembar cerita,
(3) Siswa membuat sebuah gerakan yang sesuai dengan tema secara urut,
(4) Siswa mempresentasikan hasil gerakannya di depan kelas,
(5) Siswa lain mengartikan gerakan tersebut ke dalam sebuahh tuliisan, jika belum jelas
gerakan minta diulang,
(6) Setelah selesai semuanya, kelompok saling menilai hasil pekerjaan temannya,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
11. Ubah ke dalam gambar
Tujuannya agar siswa dapat membuat sebuah alur cerita dalam bentuk gambar
dengan benar berdasarkan cerita yang dibacanya.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar cerita singkat kepada masing-masing siswa,
(3) Siswa mengidentifikasi lembar cerita ,
(4) Siswa membuat beberapa gambar yang sesuai dengan cerita secara urut,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) Siswa (kelompok) lain memberikan tanggapan tentang hasil pekerjaan temannya,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
12. Menulis cerita singkat
Tujuannya agar siswa dapat membuat sebuah cerita dengan cepat berdasarkan
gagasan yang terdapat dalam pikiran mereka.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru memberi waktu 5 – 10 menit untuk siswa melamunkan sebuah peristiwa atau
kejadian sehari-hari atau hal yang diinginkan,
(3) Siswa menulis cerita singkat yang berdasarkan lamunannya,
(4) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
(5) Siswa (kelompok) lain memberikan komentar tentang hasil pekerjaan temannya,
(6) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.
13. Bursa judul cerita yaitu menutup judul cerita kemudisn siswa disuruh membaca dan
menentukan apa judul yang tepat untuk cerita.
Tujuannya agar siswa dapat memahami dengan cepat isi sebuah cerita
berdasarkan judul yang dibaca.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru memberi waktu 5 – 10 menit untuk siswa membaca bermacam-macam buku
cerita secara bergantian,
(3) Siswa menganalisis isi buku cerita,
(4) Guru menarik kembali buku cerita,
(5) Guru bertanya kepada siswa apa isi dari buku cerita yang judulnya dibacakan,
(6) Siswa yang mengerti menjawab dengan mengangkat tangan,
(7) Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu, siswa yang berhasil menjawab dengan
benar diberi penghargaan.
14. Komentari cerita
Tujuannya agar siswa dapat mengembangkan wawasan berfikir dalam memahami
isi cerita lewat komentar cerita.
Cara menerapkannya yaitu:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membentuk kelompok dan membagikan lembar fotokopi cerita serta lembar
folio kosong,
(3) Siswa menganalisis dan mendiskusikan di antara anggota kelompoknya,
(4) Siswa menuliskan komentar tentang isi cerita di sisi kiri atau kanan bacaan,
(5) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya,
(6) Siswa yang lain memberikan tanggapan,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
15. Baca puisi serempak
Tujuannya yaitu agar siswa dapat membac puisi dengan benar tentang lafal,
intonasi dan gerakan sesuai temanya secara serempak.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa membentuk kelompok,
(3) Siswa bereksplorasi tentang membaca puisi secara bersama-sama atau bergantian tiap
bait di dalam kelompok,
(4) Siswa menampilkan hasil eksplorasinya di depan kelas,
(5) Siswa memberikan komentar tentang isi dari puisi itu,
(6) Secara serempak siswa satu kelas membaca bersama-sama,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
16. Baca puisi individu
Tujuannya agar siswa dapat mengapresiasi puisi dengan ekspresi lisannya.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa membaca puisi secara perseorangan di depan kelas,
(3) Siswa memberikan komentar tentang isi dari puisi itu,
(4) Siswa lain memberikan penilaian tantang penampilan temannya,
(5) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
17. Melagukan puisi
Tujuannya yaitu agar siswa dapat dengancepat membuat sebuah lagu berdasarkan
puisi yang disenanginya.
Cara menerapkan;
(1) Guru memberikan penjelasn singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa mengidentifikasikan lagu-lagu yang disenanginya,
(3) Siswa mengganti bait-bait lagu dengan bait puisi yang disenanginya,
(4) Siswa menyajikan di depan kelas,
(5) Siswa lain memberikan penilaian tentang penampilan temannya,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
18. Memerankan puisi
Tujuannya yaitu agar siswa dapat memerankan isi puisi dengan benar berdasarkan
imajinasi mereka.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa membentuk kelompok,
(3) Siswa mengidentifikasi puisi yang dipilihnya ke dalam peran-peran yang akan
ditampilkannya,
(4) Siswa berlatih bermain peran di dalam kelompoknya,
(5) Siswa secra berkelompok menampilkan peran yang akan dimainkan di depan kelas,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
19. Menarasikan puisi
Tujuannya yaitu agar siswa dapat mengubah bermacam-macam bentuk puisi
menjadi sebuah cerita narasi dengan cepat dan benar.
Cara menerapkannya:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa mengidentifikasikan puisi yang dipilihnya
(3) Siswa mengubah puisi yang telah diidentifikasikan itu ke dalam cerita/narasi secara
perorangan,
(4) Siswa melaporkan hasilnya di depan kelompoknya,
(5) Siswa lain memberikan penilaian tentang penampilan temannya,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
20. Mengganti puisi
Tujuannya yaitu agar siswa dapat membuat pariasi puisi itu berdasarkan imajinasi
yang dimiliki dengan benar.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar fotokopi puisi dan polio kosong,
(3) Siswa mengganti sebagian persajakan puisi dengan kata-katanya sendiri,
(4) Siswa membacakan puisi pekerjaannya di depan kelompok,
(5) Siswa lain memberikan komentar tentang penampilan temannya,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
21. Menuliskan puisi berdasarkan objek langsung
Tujuannya yaitu agar siswa dapat menulis puisi dengan cepat dan tepat
berdasarkan objek yang dilihatnya secara langsung.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru mengajak siswa untuk jalan-jalan keluar kelas dam melihat-lihat lingkungan
disekitar,
(3) Guru memberikan tugas siswa untuk membuat puisi berdasarkan objek yang
dilihatnya dengan tema yang dipilihnya,
(4) Siswa mengidentifikasi objek dan menuangkan imajinasinya ke dalam puisi
berdasarkan pengamatan terhadap objek,
(5) Guru dan siswa kembali ke kelas, siswa membaca hasil pekerjaannya di depan kelas,
(6) Siswa lain memberikan tanggapan tentang penampilan temannya,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
22. Menulis puisi berdasarkan lamunan
Tujuannya agar siswa dapat menulis puisi dengan cepat dan benar berdasarkan
lamunan atau imajinasinya.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru mengajak siswa untuk melamun sejenak 5-10 menit tentang sesuatu sesuai tema
hari itu,
(3) Siswa menuliskan hasil lamunannya ke dalam bentuk puisi,
(4) Siswa membaca puisi secara perseorangan di depan kelas,
(5) Siswa lain memberikan penilaian tantang penampilan temannya,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
23. Menulis puisi berdasarkan gambar
Tujuannya yaitu agar siswa dapat membuat puisi dengan cepat dan benar
berdasarkan gambar yang dilihatnya.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Siswa menerima gambar dari guru,
(3) Siswa mengidentifikasikan gambar dari guru
(4) Siswa menulis puisi berdasarkan hasil identifikasi yang dibuatnya,
(5) Siswa lain memberikan komentar dan penilaian tantang isi puisi itu,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
24. Menuliskan puisi berdasarkan cerita
Tujuannya agar siswa dapat membuat puisi dengan cepat berdasarkan cerita yang
dibacanya.
Cara menerapkan:
(1) Memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
(3) Guru membagikan cerita,
(4) Siswa membaca cerita secaraa berkelompok,
(5) Siswa membuat puisi sesuai ide cerita,
(6) Siswa membacakan puisinya di depan kelompok/ kelas,
(7) Siswa memberikan komentar tentang isi dari puisi itu,
(8) Siswa lain memberikan penilaian tentang penampilan temannya,
(9) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
25. Meneruskan puisi
Tujuannya yaitu agar siswa dapat meneruskan sebuah puisi dengan benar dan
runtut sesuai dengan temanya.
Cara menerapkannya:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagikan lembar fotokopi puisi yang belum selesai,
(3) Siswa meneruskan puisi tersebut sehingga menjadi puisi yang utuh,
(4) Siswa membacakan hasil kerjanya di depan kelompok/kelas,
(5) Siswa memberiakn komentar tentang isi dari puisi itu,
(6) Siswa lain memberikan penilaian tentang penampilan temannya,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
26. Mengawali puisi
Tujuannya agar siswa dapat membuat bait pertama puisi yang belum ada
awalannya dengan cepat, benar dan runtut sesuai isi.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagi siswa dalam kelompok maksimal 2 orang,
(3) Guru membagi lembar puisi sesuai jumlah kelompok, antar kelompokberlaianan
judul,
(4) Siswa mendiskusikan dan meneruskan puisi sesuai dengan gagasan,
(5) Siswa membaca puisi yang dibuatnya di depan kelompok/kelas,
(6) Siswa memberikan komentar tentang isi dari puisi itu,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
27. Baca puisi secara berpasangan
Tujuannya yaitu agar siswa dapat membaca puisi secara berpasangan dengan
lafal, intonasi, dan gerakan sesuai dengan gerakan temannya.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membentuk kelompok,
(3) Siswa dengan pasangannya mengidentifikasikan puisi yang telah dipilihnya,
(4) Siswa membaca puisi secara bersama-sama atau bergantian tiap bait,
(5) Siswa memberikan komentar tentang isi dari puisi itu,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
28. Memerankan tokoh
Tujuannya yaitu agar siswa dapat menampilkan berbagai macam karakter tokoh
cerita dengan tepat.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok,
(3) Guru membagi buku cerita ke kelompok, masing-masing kelompok berbeda judul,
(4) Siswa mendiskusikan isi cerita dan membagi tugas,
(5) Anggota kelompok memerankan tokoh dalam cerita secara tunggal di depan
kelompok/kelas,
(6) Siswa lain memberikan komentar tentang penampilan temannya,
(7) Siswa merefleksikan hasil belajarnya,
(8) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
29. Membuat naskah drama
Tujuannya yaitu agar siswa dapat membuat naskah drama dengan cepat dan
runtut.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok,
(3) Siswa mendiskusikan tema dan membuat naskah drama berdasarkan kesepakatan
kelompok,
(4) Kelompok melaporkan hasil pekerjaan di depan kelas,
(5) Siswa lain memperhatikan dan memberikan komentar tentang penampilan temannya,
(6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
30. Bermain drama
Tujuannya agar siswa dapat mengeksfresikan diri dan mengeksploitasi
kemampuannya ke dalam sebuah drama.
Cara menerapkan:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil,
(3) Kelompok mengidentifikasi naskah drama yang akan dipentaskan dengan membagi
peran kepada anggota kelompok,
(4) Kelompok berlatih dan mendiskusikan format pementasan,
(5) Di hari berikutnya, siswa mementaskan drama di depan kelas/panggung dengan
setting yang bagus,
(6) Siswa lain memperhatikan dan memberikan komentar tentang penampilan temannya,
(7) Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
4. Pendekatan-Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra Dan Aplikasinya Dalam Pengajaran Sastra
Khususnya Prosa, Puisi Dan Drama.
1. Pengajaran Puisi
Puisi dapat didefenisikan sebagai sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan
lebih padat daripada pemakaian bahasa biasa. Kehadiran cipta sastra membawakan
semacam rasa dan persepsi tentang kehidupan; memperluas dan mempertajam kontak-
kontak kita dengan pengalaman. Kita memiliki suatu kebutuhan batin agar dapat hidup
lebih bermakna dan dengan kesadaran penuh ingin mengetahui pengalaman orang lain
serta memahami lebih baik lagi pengalaman kita sendiri.
Aspek dalam pengenalan puisi
Puisi tidak hanya menaruh perhatian pada keindahan, kebenaran filosofis, dan
persuasi belaka, tetapi segala aspek pengalaman, sebab keindahan dan kebenaran
filosofis merupakan bagian dari aspek pengalaman. Puisi merupakan bentuk yang
paling padat dan syarat makna, yang disampaikan dengan kata-kata yang terbatas.
Dalam membaca puisi perlu di perhatikan beberapa langkah efektif, sebagai berikut:
1. Bacalah sebuah puisi berulangkali.
Sebuah puisi yang baik tidak akan menampakkan makna utuhnya dalam satu kali
baca, sebab sebuah puisi yang baik perlu dibaca dan diamati secara berulang-
ulang.
2. Gunakanlah selalu kamus ketika membaca puisi.
Sangat tidak masuk akal keinginanhendak memahami sebuah puisi tanpa
memahami kata-kata yang digunakannya.
3. Bacalah puisi sambil mendengarkan gema suaranya dalam sanubari.
Puisi ditulis untuk didengarkan: maknanya disampaikan melalui suara dan melalui
cetakan.
4. Perhatikanlah secara seksama sesuatu yang disampaikan sebuah puisi.
5. Berlatihlah membaca bersuara sebuah puisi berulangkali.
Konsep Pengajaran Puisi:
1. Yang bukan penggemar dan bukan pembaca puisi yang baik, sebaiknya jangan
menjadi guru puisi. Bagaimana mungkin seorang guru dapat menggairahkan daya
respon dan analisis siswa, sedangkan guru sendiri tidak pernah lagi merespon dan
menganalisis puisi.
2. Guru puisi sebaiknya hanya mengajarkan puisi yang benar-benar dihayatinya.
3. Guru hendaknya mengutamakan unsur pengalaman dalam proses belajar-
mengajar.
4. Guru hendaknya mengajarkan mekanik puisi secara induktif. Mekanik puisi
disini, yakni segala sesuatu yang menyangkut meter, rima, dan kosa kata khusus
puisi, metafor, dan simbol.
5. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk memilih sendiri puisi yang hendak
dibaca, dipelajari dan didiskusikannya.
6. Siswa yang ditugaskan membaca dan mempelajari puisi, sewaktu-waktu
hendaknya diminta menyatakan pendapatnya dengan bahasa yang puitis.
7. Siswa hendaknya ditolong mengungkapkan bahwa puisi itu ditulis untuk segala
hal.
2. Pengajaran Prosa
Kemampuan siswa merespon dan menganalisis cerpen merupakan modal dasar bagi
telaah novel dan bentuk prosa lainnya setelah siswa meninggalkan bangku sekolahnya.
Ciri khas cerpen
Ciri penanda cerpen adalah kehadiran tiga unsur dalam cerpen tersebut, yaitu:
pendek, padat dan padu. Cerpen pendek itu hanya sepuluh seperempat halaman
ketikan, ukuran kuarto, dengan satu setengah spasi. Sebuah cerpen menawarkan
tantangan yang khusus pada para pembaca. Padu, kepaduan ini menuntut pembaca
secara psikologis dalam proses pemahaman cerpen tersebut, seperti tuntutan intuitif
yang dihadapi penulis ketika menyusunnya.
Konsep pengajaran cerpen :
a. Guru harus membatasi tujuannya dalam pengajaran sebuah cerpen. Seringkali
terjadi, guru menuangkan segala pengetahuannya tentang genre pada saat
membicarakan cerpen tersebut. Hal ini lebih dari hanya sekedar kebiasaan buruk,
tetapi akibat perencanaan yang jelek, guru sering mengabaikan fokusnya dan
membatasi tujuannya.
Sangat bijaksana, kalau guru menetapkan tujuan yang jelas dalam
perancanganprogram dan setia dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.
b. Guru harus memfokuskan proses belajar mengajarnya pada teks cerpen tersebut.
Penetapan tujuan-tujuan yang diprioritaskan, sebagai sesuatu yang enensialdi
dalam persiapan pengajaran, berarti menemukan butir-butir interseksi di
antaralatar belakang siswa-siswa. Kegagalan yang lazim dalam pelaksanaan
satuan pelajaran tertentu adalah kegemaran guru menggunakan prosedur deduktif.
c. Guru mengatur proses belajar mengajar itu berkembang dari kongkrit ke abstrak,
dari teks ke ektratekstual, selagi guru menggerakkan siswa melampaui tingkat
cerita yang sederhana. Tujuan akhir guru tentulah pemantapan keterampilan siswa
sebagai pembaca.
Guru tentu berharap mengembangkan lebih lanjut kemampuan siswa. Guru
hendak memberi siswa pengalaman yang cukup dalam pendekatan cerpen dari
berbagai perspektif untuk meyakinkan bahwa abstraksi alur dan tema itu hanyalah
alat untuk pemerolehan pemahaman yang lebih mendasar tentang cerpen, lebih dari
Cuma sekedar catatan yang harus dihafalkan diluar kepala.
3. Pengajaran Drama
Hakikat Drama
Drama merupakan bentuk yang paling konkrit yang secara artistik dapat
menciptakan kembali situasi kemanusiaan, dan hubungan kemanusiaan. Kekongkritan
ini bersumber dari fakta, bahwa kalau dalam komunikasi berbentuk cerita cenderung
menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau yang kini telah
berakhir, maka dalam bentuk drama peristiwa-peristiwa itu abadi, disini dan
sekarang.
Drama merupakan salah satu instrumen yang sangat penting dalam proses, yang
disebut para ahli sosiologi sebagai proses yag memungkinkan setiap individu
menginternalisasikan peranan-peranan sosialnya. Keutamaan drama tidak hanya
terletak pada kekongkritan peniruan artistiknya terhadap perilaku kemanusiaan yang
sesungguhnya, tetapi juga pada kekongkkritan bentuk, yang memungkinkan para
penikmatnya mampu memikirkan segala sesuatu tentang situasi kemanusiaan.
Konsep pengajaran drama:
Mengapa kita mengajarkan drama?, tanya Dwight L. Burton (1997). Pertanyaan
itu dijawabnya sendiri dengan mengatakan, Agaknya, alasan yang paling penting
ialah untuk dapat mengungkapkan lebih banyak tentang kemanusiaan, tentang orang,
dalam segala kekomplekan dan konflik-konfliknya, itulah yang membentuk pelajaran
drama.
Drama menyodorkan cermin, yang memungkinkan masyarakat dapat melihat
dirinya. Drama memberikan hidup, pengaruh, bentuk dan substansi pada kata-kata
yang tercetak.
Ada beberapa perangkat dasar yang menjadi tujuan-tujuan khusus dalam drama,
sebagai berikut:
1. Pengembangan kenikmatan dan keterampilan membaca dan menafsirkan drama,
dan memperkenalkan siswa dengan sejumlah karya drama yang signifikan.
2. Pengenalan tradisi drama dan perannya dalam sejarah kemanusiaan.
3. Pengembangan standar dan cita rasa terhadap drama, film dan televisi.
4. Perangsangan perhatian terhadap permainan drama dan penunjangan selera
masyarakat.
5. Peningkatan pengertian siswa tentang pentingnya drama sebagai sumber
pemekaran wawasan terhadap masalah-masalah pribadi dan sosial.
Model pengajaran drama
Guru hendaknya dapat mengatur kesinambungan waktu tersebut secara tertib dan
urut, sehingga perolehan belajar dapat di capai dengan optimal. Sebelum menyusun
program pengajaran atau satuan pelajaran drama, perlu dilacaki terlebih dahuluaspek-
aspek proses belajar mengajar yang perlu dipertimbangkan terutama aspek strategi
pengajaran yang akan menentukan arah kegiatan siswa.
Guru juga perlu memperhatikan masalah-masalah khusus di dalam proses belajar
mengajar drama, antara lain:
(a) Masalah perhatian siswa
(b) Masalah verse
(c) Masalah penekanan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jadi Sastra adalah suatu bentuk tanda seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir
untuk dibaca dan dipahami serta selanjutnya dimanfaatkan, antara lain untuk
mengembangkan wawasan kehidupan. Jadi pembelajaran sastra seharusnya ditekankan
pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi.
Oleh karena itu, pembelajaran sastra haruslah bersifat apresiatif.
Pembelajaran apresiasi sastra merupakan bagian integral dari pembelajaran
komponen pemahaman bahasa. Artinya, pembelajaran sastra terpusat pada pemahaman,
penghayatan, dan penikmatan.
Dalam pengajaran keterampilan apresiasi sastra, seorang guru membutuhkan
keterampilan dalam mengajar. Untuk memperoleh keterampilan itu di butuhkan teknik-
teknik pembelajaran sastra. Adapun teknik tersebut yaitu: awali cerita, akhiri cerita, ganti
tokoh, ganti setting, urutan plot, diagram/skema tokoh, tabel kesan tokoh, bursa gaya
bahasa, putar peribahasa, ubah tema ke dalam gerakan, ubah tema ke dalam gambar,
menulis cerita singkat, bursa judul cerita, komentari cerita, baca puisi serempak, baca
puisi individu, melagukan puisi, memerankan puisi, menarasikan puisi, mengganti puisi,
menulliskan puisi berdasarkan objek langsung, menuliskan puisi berdasarkan cerita,
meneruskan puisi, mengawali puisi, baca puisi berpasangan, memerankan tokoh,
membuat naskjah drama, dan bermain drama.
Puisi tidak hanya menaruh perhatian pada keindahan, kebenaran, filosofis, dan
persuasi belaka, tetapi juga segala aspek pengalaman, sebab keindahan dan kebenaran
filosofis merupakan bagian dari aspek pengalaman.
Drama merupakan bentuk yang paling kongkrit yang secara artistik dapat
menciptakan kembali situasi kemanusiaan, dan hubungan kemanusiaan. Kekongktiran
tersebut bersumber dari fakta.
2. Saran
Dengan adanya makalah Pembelajaran Apresiasi sastra ini, penulis berharap
pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi, Serta dapat membantu dalam
pemahamannya terhadap hakikat, teknik-teknik pembelajaran apresiasi sastra dan
pendekatan dalam pengajaran apresiasi sastra. Penulis juga menyadari bahwa sempurna
hanyalah milik Allah, oleh sebab itu disisni penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga kedepan nanti dapat bermanfaat bagi penulis.
.
DAFTAR RUJUKAN
Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Djojosuroto, Kinayati dan Surastina. Pembelajaran Apresiasi Sastra: Sebagai Sarana
Pengembangan Kreativitas Guru. 2009. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Bahasa Indonesia Respon dan Analisis. Padang: Dian
Dinamika Press.
Rosenblatt, Louise M. 1983. Literature As Exploration. New York: The Modern
Language Assosiaciation of America.
Suyatno. 2004. Teknik-Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.