Coretan pemilu

2
CORETAN (KECIL) PEMILU Semakin dekatnya hari pemilihan umum, 9 April 2014, para peserta pemilu (partai) mulai menghias diri untuk unjuk aksi dengan berbagai variasi guna menarik simpati walau terkadang tidak sedap dihati karena mengusik kenyamanan nurani. Bukan hal biasa melihat aksi (partai) di sana sini melalui orasi dibumbui janji-janji yang kita tidak tahu hanya sekedar janji atau akan menjadi sebuah bukti. Namun, tidak perlu takut untuk memilih walau diobral ribuan janji yang entah kapan akan menjadi saksi dan bukti dari sebuah orasi. Berpuluh partai mulai menampakkan diri, berbaur untuk menyakinkan sebuah visi dengan segudang misi yang menjadi amunisi. Banyak cara dilakukan untuk menarik simpati dari bakti sosial hingga meresahkan sosial (masyarakat). Salah satunya konvoi partai, mungkin maksudnya untuk mensosialisasikan. Namun tidak jarang ditemui, atau bahkan hampir semua partai, berlagaknya para peserta konvoi layaknya seperti jagoan sehingga mengusik kenyamanan sosial. Dengan angkuh, tarian, teriakan knalpot blombongan menghiasi, memekakan telinga. Apakah ini yang akan dicontoh, dipilih, dijadikan panutan, dijadikan pemimpin. Sekali-kali tidak. Bukankah sudah ada aturannya, tata terib cara kampanye atau konvoi dijalan. Ironisnya, penegak disiplin yang ada hanya memandang, melihat tapi tak melihat. Entah siapa yang akan menegakkan hukum, kalau semuanya jadi begini. Katanya butuh kenyamanan, ketenangan tapi tidak mau berbuat nyaman dan tenang, butuh keadilan tapi tidak mau berbuat adil. Memilih terkadang menjadi hal yang sulit bagi setiap orang namun lebih sulit kalau tidak ada pilihan. Hal ini bisa terjadi dalam segala hal, apalagi dalam waktu dekat ini akan adanya pesta demokrasi. Mengapa memilih terkadang menyulitkan ? karena ketidaktahuan kita, atau memang tidak mau tahu, atau sebenarnya tahu tapi tidak mau tahu, atau memang tidak tahu kalau diri kita tidak tahu. Sebuah problema yang dialami oleh sang pemilih. Adanya perbandingan akan mempermudah dalam hal memilih, setidaknya yang dipilih lebih dari satu. Kesulitan akan bertambah apabila semua calon yang akan dipilih tidak memiliki atau tidak sesuai kriteria. Sulit. Memang sulit memilih yang lebih baik dari yang baik tapi lebih sulit memilih yang terbaik dari yang buruk. Kerapkali dorongan dalam diri untuk golput bila menghadapi hal demikian. Meraba yang tidak bisa diraba, hanya melihat sekilas berita yang penuh pesona,

Transcript of Coretan pemilu

Page 1: Coretan pemilu

CORETAN (KECIL) PEMILU

Semakin dekatnya hari pemilihan umum, 9 April 2014, para peserta pemilu

(partai) mulai menghias diri untuk unjuk aksi dengan berbagai variasi guna menarik

simpati walau terkadang tidak sedap dihati karena mengusik kenyamanan nurani.

Bukan hal biasa melihat aksi (partai) di sana sini melalui orasi dibumbui janji-janji yang

kita tidak tahu hanya sekedar janji atau akan menjadi sebuah bukti. Namun, tidak perlu

takut untuk memilih walau diobral ribuan janji yang entah kapan akan menjadi saksi

dan bukti dari sebuah orasi. Berpuluh partai mulai menampakkan diri, berbaur untuk

menyakinkan sebuah visi dengan segudang misi yang menjadi amunisi.

Banyak cara dilakukan untuk menarik simpati dari bakti sosial hingga

meresahkan sosial (masyarakat). Salah satunya konvoi partai, mungkin maksudnya

untuk mensosialisasikan. Namun tidak jarang ditemui, atau bahkan hampir semua

partai, berlagaknya para peserta konvoi layaknya seperti jagoan sehingga mengusik

kenyamanan sosial. Dengan angkuh, tarian, teriakan knalpot blombongan menghiasi,

memekakan telinga. Apakah ini yang akan dicontoh, dipilih, dijadikan panutan,

dijadikan pemimpin. Sekali-kali tidak. Bukankah sudah ada aturannya, tata terib cara

kampanye atau konvoi dijalan. Ironisnya, penegak disiplin yang ada hanya memandang,

melihat tapi tak melihat. Entah siapa yang akan menegakkan hukum, kalau semuanya

jadi begini. Katanya butuh kenyamanan, ketenangan tapi tidak mau berbuat nyaman

dan tenang, butuh keadilan tapi tidak mau berbuat adil.

Memilih terkadang menjadi hal yang sulit bagi setiap orang namun lebih sulit

kalau tidak ada pilihan. Hal ini bisa terjadi dalam segala hal, apalagi dalam waktu dekat

ini akan adanya pesta demokrasi. Mengapa memilih terkadang menyulitkan ? karena

ketidaktahuan kita, atau memang tidak mau tahu, atau sebenarnya tahu tapi tidak mau

tahu, atau memang tidak tahu kalau diri kita tidak tahu. Sebuah problema yang dialami

oleh sang pemilih. Adanya perbandingan akan mempermudah dalam hal memilih,

setidaknya yang dipilih lebih dari satu. Kesulitan akan bertambah apabila semua calon

yang akan dipilih tidak memiliki atau tidak sesuai kriteria. Sulit. Memang sulit memilih

yang lebih baik dari yang baik tapi lebih sulit memilih yang terbaik dari yang buruk.

Kerapkali dorongan dalam diri untuk golput bila menghadapi hal demikian.

Meraba yang tidak bisa diraba, hanya melihat sekilas berita yang penuh pesona,

Page 2: Coretan pemilu

melenakan mata menggoda perasaan. Ilusi mulai menerpa, menjalar bagai akar.

Sepertinya diri dilanda gundah melihat keadaan yang abstrak. Duhai pemilih, pilihlah

pilihanmu menurut hatimu bukan karena pesona dan materi yang sesaat.

By : Opissen Yudisyus, [email protected]