core.ac.ukcore.ac.uk/download/pdf/16507004.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
248 -
download
0
Transcript of core.ac.ukcore.ac.uk/download/pdf/16507004.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
KARYA SASTRA NOVEL “JALAN RAYA POS, JALAN
DAENDELS” SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN
SEJARAH
(Studi Kasus pada Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Negeri
kota Salatiga)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister
Oleh:
Ana Ngatiyono
S860809003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
KARYA SASTRA NOVEL “JALAN RAYA POS, JALAN DAENDELS”
SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH
(Studi Kasus pada Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga)
Disusun oleh:
Ana Ngatiyono
S860809003
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. Suyatno Kartodirdjo _______________ ____________
NIP. 130324012
Pembimbing II Dra. Sutiyah M.Pd., M.Hum ______________ ____________
NIP. 19590708 198601 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Dr. Warto, M.Hum.
NIP.196109251986031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
PERNYATAAN
Nama : Ana Ngatiyono
NIM : S860809003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul” Karya Sastra
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah
(Studi Kasus pada Peserta Didik Sekolah Menengah Atas kota Salatiga)” adalah
benar-benar karya sendiri, hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Salatiga, Juli 2011
Yang membuat pernyataan
Ana Ngatiyono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
PERSEMBAHAN
Teriring rasa terimakasih dan rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini
kupersembahkan:
1. Kepada Bapak Dahman dan Ibu Martiyah, terimakasih atas doa,
kesabaran, dukungan, dan keteladannya.
2. Embah Buyut Darmo, Embah Riyoto dan Suniti, terimakasih karena terus
mendoakan cucunya dan semua nasehatnya agar aku bisa menjadi anak
yang baik, bertanggung jawab dan berbakti pada orang tua, serta dapat
hidup lebih baik.
3. Rina I.B terimakasih atas segala doa dan dukungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul ”Karya
Sastra Novel “ Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” Sebagai Sumber Pembelajaran
Sejarah (Studi Kasus pada Peserta Didik Sekolah Menengah Atas kota Salatiga)”,
yang dalam penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Warto, M. Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Suyatno Kartodirdjo, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Dra. Sutiyah M.Pd, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kemudahan, dan semangat dalam penulisan
tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
6. Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Salatiga, Drs. Saptono Nugrohadi M.Pd, M.Si
atas dukungan dan bantuannya.
8. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Salatiga dan Bapak Kepala Sekolah SMA
Negeri 3 Salatiga yang telah memberikan ijin untuk penelitian dan segala
bantuannya.
9. Endah Harini S.Pd, Dra. Suprapti, Dra Sri Maryati, terimakasih atas bantuan
dan dan kerjasamanya dalam penelitian ini.
10. Bapak Dahman dan Ibu Martiyah atas segala dukungan dan doanya.
11. Teman-teman pascasarjana pendidikan sejarah angkatan 2009 terimakasih atas
segala dukungan dan bantuannya.
12. Kak Idris “Idris Hulubalang”....terimakasih atas banyak bantuan dalam
penyelesaian tesis ini.
13. Teman-teman Pendidikan Sejarah UNY Angkatan 2005.
Demikian kata pengantar dari peneliti dan semoga penelitian ini bermanfaat
bagi pembaca. Amin.
Surakarta, Juli 2011
Ana Ngatiyono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………….. i
PENGESAHAN PEMBIMBING…………………………….. ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS…………………………… iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………… iv
MOTTO……………………………………………………….. v
PERSEMBAHAN ……………………………………………. vi
KATA PENGANTAR………………………………………… vii
DAFTAR ISI………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………….. xiii
ABSTRAK…………………………………………………….. xiv
ABSTRACT…………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………. 1
A. Latar belakang Masalah…………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………... 10
C. Tujuan Penelitian………………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian……………………………………….. 11
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR... 14
A. Kajian Teori……………………………………………….. 14
1. Karya Sastra Sejarah………………………………….. 14
a. Pengertian karya Sastra…………………………… 14
b. Hubungan Karya Sastra dan Sejarah………………. 20
c. Fungsi Sastra dan Pembelajaran Sastra……………. 29
2. Novel Sejarah………………………………………….. 33
a. Pengertian Novel Sejarah………………………….. 33
b. Unsur-unsur Novel………………………………… 38
3. Sumber Pembelajaran Sejarah………………………… 48
a. Pengertian Sumber Belajar………………………… 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
b. Macam Sumber Pembelajaran Sejarah……………. 50
c. Fungsi Sumber Pembelajaran Sejarah…………….. 52
d. Peran Sumber Pembelajaran Sejarah……………… 53
e. Kriteria Memilih Sumber Belajar Sejarah………… 54
4. Pembelajaran Sejarah………………………………….. 55
5. Nilai Sejarah…………………………………………… 59
B. Penelitian yang Relevan…………………………………… 61
C. Kerangka Berpikir…………………………………………. 64
BAB III METODE PENELITIAN………………………….. 68
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….. 68
B. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………….. 69
C. Sumber Data……………………………………………….. 71
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………… 72
E. Teknik Cuplikan…………………………………………… 74
F. Validitas Data……………………………………………… 75
G. Teknik Analisis Data………………………………………. 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……. 81
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………. 81
1. Deskripsi Latar………………………………………… 81
2. Sajian Data…………………………………………….. 166
B. Pokok Temuan…………………………………………….. 243
1. Pesan Sejarah yang Terkandung Dalam Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”…………………………….. 243
2. Pemahaman Guru Terhadap Sumber Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Novel…………………. 244
3. Apresiasi Guru Sejarah terhadap Novel “Jalan raya
Pos, Jalan Daendels” Sumber Pembelajaran Sebagai Bahan Pendamping Sumber Pembelajaran Sejarah……
245
4. Relevansi Pengetahuan Sejarah yang Terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels Terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas…………..………………………………………..
246
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
C. Pembahasan………………………………………………... 247
BAB V PENUTUP…………………………………………… 268
A. Kesimpulan………………………………………………... 268
B. Implikasi…………………………………………………… 270
C. Saran……………………………………………………….. 273
DAFTAR PUSTAKA………………………………………… 274
LAMPIRAN………………………………………………….. 279
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hlm.
1. Kerangka Berpikir 66
2. Trianggulasi Sumber 77
3. Tekhnik Analisis 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hlm.
1. Lampiran 1 279
2. Lampiran 2 282
3. Lampiran 3 283
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
ABSTRAK
Ana Ngatiyono, S860809003. 2011. Karya Sastra Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus pada Peserta Didik Sekolah Menengah Atas kota Salatiga). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. . Juli 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pesan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. (2) Pemahaman guru terhadap sumber pembelajaran sejarah dengan menggunakan novel. (3) Apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai bahan pendamping sumber pembelajaran sejarah. (4) Relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga yang terdiri dari SMA Negeri 1, 2, dan 3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus tunggal terpancang. Sumber data terdiri dari dokumen (naskah novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP), informan (guru sejarah dan siswa), tempat dan peristiwa saat proses pembelajaran dengan menggunakan novel. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi langsung, pembahasan novel, dan analisis dokumen. Teknik cuplikan yang dipakai adalah purposive sampling. Validitas data menggunakan trianggulasi data dan metode. Analisis data menggunakan analisis interaktif dengan tiga tahapan analisis, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan yang berinteraksi dengan pengumpulan data secara siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pesan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” adalah bentuk perlawanan pemimpin dan rakyat pribumi terhadap kolonial Belanda mulai dari kota Anyer sampai Panarukan, adanya peristiwa Cadas Pangeran di Sumedang, pemberontakan petani di Cilegon, munculnya garong (gabungan romusha ngamuk) di Cimahi, ataupun perlawanan para jawara di Tangerang. Pesan sejarah yang lain adalah pertumbuhan dan perkembangan kota yang dilalui Jalan Raya Pos, dan mengetahui banyaknya korban Pribumi akibat pembangunan Jalan Raya Pos. (2) pemahaman guru terhadap novel “Jalan raya Pos, Jalan Daendels” hanya terbatas pada sejarah kota-kota di Pulau Jawa yang dilalui Jalan Raya Pos dan relatif tidak memahami secara utuh; (3) Guru sejarah di Sekolah Menengah Atas kota Salatiga berapresiasi tinggi terhadap penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, meskipun dalam penggunaannya diakui ada kendala misalnya membutuhkan alokasi waktu yang lebih banyak. (4) Materi sejarah dalam novel tidak semuanya sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), sehingga guru harus mengklasifikasikannya.
Kata kunci: novel, sumber pembelajaran sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
ABSTRACT
Ana Ngatiyono, S860809003. 2011. novel, be entitled “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” as history learning resources (chase study of State Senior High School students at Salatiga Municipality). Thesis. Surakarta: History Education Study Program, Sebelas Maret University of Surakarta Postgraduate Program. Juli 2011.
This research had the purpose: (1) the historical massages which Contains in the novel Jalan raya Pos, Jalan Daendels; (2) the teachers understanding of learning resources make use of novel; (3) history teacher appreciate to the novel Jalan raya Pos, Jalan Daendels as the associate history material; (4) to know students knowledge after use the novel Jalan raya Pos, Jalan Daendels as associate history material.
The research took location in State Senior High School 1, 2, and 3 Salatiga. The research method was used is the quantitative description with single embedded chase study. The data sources consist of the documents (novel, syllabus, teaching planning implementation and planning). Informant (history teacher and students), places and event is teaching and learning activities. The data collecting techniques uses in dept interviews, direct observation, and document analysis. The citation technique that is used is purposive sampling. The data validity uses data and method triangulation technique. The data analysis uses interactive analysis with: data reducing, data serving, and conclusion drawing that is interacted with the data collection periodically.
The results of the research shows that: (1) history massage in the novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” are: a struggle of local chips and local people to Dutch colonial from Anyer to Panarukan, struggle of local people in Cadas Pangeran at Sumedang, pheasant revolt of Cilegon, rise up the garong (gabungan romusha ngamuk) in Cimahi, and struggle of the jawara in Tangerang. The other history massage is the growth and develop the cities at the Jalan Raya Pos, and get information about genocide of local people when build the roads (2) teachers understanding to novel “Jalan raya Pos, Jalan Daendels” is limited on the city history in Java island in Jalan Raya Pos and relatively had not understood the whole history massages; (3) teacher history in senior high school at Salatiga has have high appreciation to use the novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, even thought has the problem in using, likes need more times to allocated. (4) Not all of the material of history accordance with standard competence and based competence, so the teacher should clasiify. Key word: novel, teaching history resources
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra sebagai sebuah simbol verbal mempunyai beberapa peranan
antara lain sebagai cara pemahaman, cara perhubungan, dan cara penciptaan.
Obyek karya sastra adalah realitas atau apapun yang dianggap realitas oleh
pengarangnya. Apabila realitas itu berupa sebuah peristiwa sejarah maka karya
sejarah tersebut mencoba untuk menterjemahkan peristiwa itu ke dalam bahasa
imaginer dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar
kemampuan pengarang. Karya sastra sejarah dapat menjadi sarana bagi pengarang
untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan tanggapan mengenai suatu peristiwa
sejarah. Karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali sebuah peristiwa
sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang.
Karya sastra baik lisan maupun tulisan menurut Alvian (dalam Lewar,
1998: 6) merupakan artefak (benda hasil kecerdasan manusia), wujud, dan bagian
dari kebudayaan manusia. Sebagai ekspresi dan pernyataan kebudayaan sastra
mempunyai unsur ideas dan activities. Konsep ini menyiratkan keberadaan karya
sastra sebagai bentuk ekspresi dan refleksi pemikiran sastrawan atas realitas
kehidupan yang dihadapi. Keterkaitan antara perkembangan dunia sastra dan
perubahan sosial dalam masyarakat dimungkinkan oleh fungsi dan kedudukan
kesusastraan sebagai bagian dari sistem seni budaya. Perkembangan sastra dalam
berbagai bentuk di antaranya novel sejarah merupakan cara seorang sastrawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
untuk bereskpresi dan menuangkan ide-ide dalam sebuah karya novel yang tetap
mempertahankan unsur sejarah sebagai bagian penting dari substansi novel.
Perkembangan novel dalam bentuk novel sejarah dipengaruhi oleh perkembangan
dan perubahan sosial dalam masyarakat yang khawatir nilai-nilai kepribadian
bangsa Indonesia terkikis oleh arus globalisasi.
Mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas memiliki peran penting
dan strategis dalam membentuk kepribadian bangsa dalam upaya meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas di
Kota Salatiga pada saat ini kurang diminati oleh peserta didik karena dianggap
sebagai pelajaran yang membosankan dan hanya mengandalkan hafalan saja.
Pembelajaran sejarah di sekolah banyak dengan cara yang masih konvensional
yaitu pemberian materi pembelajaran sejarah yang masih berupa rangkaian angka
tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat atau dihafal kemudian diungkap
kembali saat menjawab soal-soal ujian. Sumber belajar yang digunakan guru
sejarah dan peserta didik hanyalah sebatas pada buku-buku teks sejarah, sehingga
akan lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai sumber
pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik dan menarik
(Hartono Kasmadi, 1996: 126).
Prinsip pengajaran yang baik terjadi apabila proses pembelajaran mampu
mengembangkan konsep generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang
jelas dan nyata. Guru sejarah sebagai komponen yang menentukan dalam
implementasi strategi pembelajaran haruslah berusaha menciptakan strategi yang
inovatif guna mengatasi permasalahan dalam pengajaran sejarah. Penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
sumber pembelajaran bervariasi yang dapat merangsang kemampuan berfikir
inilah yang sampai sekarang belum banyak dilaksanakan oleh para guru sejarah di
Sekolah Menengah Atas terutama di Kota Salatiga.
Sementara itu, dalam proses pembelajaran termasuk di dalamnya
pembelajaran sejarah merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi
selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu kelompok pengirim pesan (guru),
komponen penerima pesan (peserta didik), dan komponen pesan itu sendiri yang
berupa materi pelajaran. kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi
kegagalan komunikasi, artinya materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru
tidak dapat diterima secara optimal, lebih parah lagi mereka sebagai penerima
pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Sebagai upaya untuk
mengantisipasi kemungkinan tersebut, maka guru dapat menyusun strategi
pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran yang dapat
mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran dan yang terpenting
adalah membuat proses pembelajaran lebih menarik (Wina Sanjaya, 2009: 162).
Sumber belajar (learning resources) yang digunakan harus sesuai dengan
pengertian pokoknya yaitu semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sesuai dengan
pengertian tersebut, sumber belajar yang akan dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah penggunaan karya sastra dalam
bentuk novel sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
Novel sejarah dapat menjadi alternatif sumber pembelajaran dikarenakan
adanya upaya menciptakan pembelajaran sejarah yang menarik. Kemenarikan itu
diperoleh apabila pembelajaran mengandung upaya meningkatkan pemahaman
terhadap sejarah itu sendiri. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan novel
sejarah dapat memperdalam pengertian pelajar tentang peristiwa penting dan juga
kemungkinan mereka memahami cara hidup dan pandangan hidup orang di masa
lalu. Pengertian penting itu bukan saja data kognitif (nama, tanggal, peristiwa)
dari bahan sastra, tetapi lebih jauh mengandung pengetahuan tentang manusia,
kehidupan, dampak, akibat serta tingkah laku manusia. Sumber pembelajaran
berupa novel sejarah ini dapat digunakan secara efektif untuk menyampaikan
informasi atau pesan, dan dapat merangsang kemampuan berpikir.
Novel sejarah itu berfungsi sebagai perangsang minat, artinya peserta
didik bisa mulai belajar sejarah melalui novel sejarah terlebih dahulu untuk
membangkitkan minat untuk mengatasai kejenuhan setelah membaca buku teks
yang bahasanya kering dan kurang menggugah emosi atau perasaan. Dengan
demikian berbagai macam sumber acuan dalam kegiatan pembelajaran bisa
digunakan secara terpadu atau bergantian. Salah satu caranya guru dapat
memilihkan novel-novel yang mempunyai latar belakang sejarah sebagai sumber
pendukung dari buku teks. Berdasarkan latar belakang di atas maka diwujudkan
dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan karya sastra novel berjudul “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels”
Kenyataannya memang membaca novel sejarah jauh lebih menyenangkan
daripada membaca buku teks sejarah. Hal tersebut terlihat dari penelitian awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
yang pernah dicoba sebelum penelitian ini dilaksanakan dengan mendasarkan
pada indikator ketertarikan peserta didik. Penyebabnya karena novel sejarah
adalah karya fiksi dan buku teks sejarah adalah karya non fiksi. Keduanya
mempunyai perbedaan mendasar dalam cara penyajian maupun bahasanya.
Sebagai karya fiksi novel sejarah disajikan dalam bentuk narasi dan menggunakan
bahasa yang khas (konotatif) sehingga dalam suatu deskripsi mengenai suatu
tempat peristiwa (setting), tokoh (character), maupun peristiwa (incident) nampak
begitu hidup seolah-olah pembaca bisa melihat, mendengar, merasakan dan
mengalami peristiwa itu sendiri. Bahasa dalam karya fiksi (novel) bisa menyentuh
perasaan dan menghanyutkan pembaca. Disamping itu, dalam karya fiksi terdapat
plot dan suspense yang merupakan daya tarik tersendiri bagi pembaca.
Sebaliknya, buku teks sejarah disajikan dalam bentuk eksposisi dan menggunakan
bahasa ilmiah (denotatif) sehingga dalam deskripsi suatu peristiwa, tokoh, dan
tempat kejadian terasa kering, kurang menyentuh emosi pembaca. Kadang-kadang
kalimatnya begitu panjang sehingga pembaca (peserta didik) mengalami
kesukaran dalam memahami isi buku teks tersebut, dan adanya perasaan dipaksa
dalam membaca buku teks karena merupakan buku wajib.
Kelemahan pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Kota Salatiga
belum diupayakan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal ini
terlihat dari data observasi awal yang menunjukkan guru sejarah di Sekolah
Menengah Atas Negeri Kota Salatiga semuanya belum pernah menggunakan
novel sejarah sebagai sumber pembelajaran di kelas. Belum dimanfaatkannya
novel sebagai sumber pembelajaran di sekolah inilah yang melatarbelakangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
penelitian ini. Hal ini dikarenakan penggunaan sumber berupa novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat menjadi sumber pembelajaran sejarah yang menarik
untuk mempelajari sejarah bangsa Indonesia masa Kolonial Belanda.
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” memuat isi sebuah kesaksian
tentang peristiwa kemanusiaan yaitu pembangunan jalan raya pos yang bernama
Jalan Daendels. Pembangunan jalan ini merupakan satu dari banyak kisah tragedi
kerja paksa yang terjadi di sepanjang sejarah di Tanah Hindia. Digunakannya
novel ini sebagai sumber belajar sejarah diharapkan nantinya akan mengurangi
kebosanan dalam pembelajaran sejarah. Selain itu, peserta didik juga diharapkan
dapat menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah
berupa pembangunan Jalan Raya Pos sehingga dalam menghayati peristiwa
sejarah itu dapat lebih mendalam. Nilai-nilai sejarah dan pendidikan sejarah yang
dihayati bertujuan untuk menumbuhkan penghargaan terhadap sejarah bangsa.
Pengetahuan-pengetahuan yang sulit sekali didapat dari buku teks terutama
tentang sejarah perkotaan dapat diperoleh peserta didik dari membaca novel ini.
Alasan mendasar novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dipakai sebagai
sumber pembelajaran menunjuk pada alasan bahwa keberhasilan pembelajaran
sejarah rendah karena kurangnya relevansi dan keterlibatan atau ketertarikan yang
dialami oleh peserta didik. Selain itu, masalah pengajaran sejarah tidak menarik
walaupun telah menggunakan berbagai metode, seperti tugas kelompok, diskusi,
bermain peran, ataupun simulasi. Cara-cara pembelajaran itu tidak cukup berhasil
karena peserta didik kadang-kadang tidak berminat atau menganggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
pembelajaran kurang sungguh-sungguh.(diunduh dari http:// belajarsejarah.com/?
detail= beritanya&id=16&kode =4, tanggal 20 Juni 2010).
Novel sejarah yang dipilih harus mampu menghidupkan masa lampau
masa silam harus dekat dan dialami dalam realitas yang sebenarnya. Novel sejarah
juga harus membuat pembacanya mengalami kejadian-kejadian, merasakan
suasana sesuai zaman, berhadapan dengan tokoh-tokoh yang dihidupkan,
mengenali perasaan-perasaan, semangat, pikiran-pikiran dan motif-motif
perbuatan mereka. Novel sejarah tidak cukup hanya memberikan pengetahuan
tetapi pengalaman konkret subyektif dalam bentuk gambaran-gambaran. Hal
terpenting yang menjadi dasar penggunaan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran diharapkan dapat menambah pemahaman dalam transformasi
peristiwa sejarah yang belum banyak digunakan dalam dunia pendidikan.
Sementara itu, dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
mengandung isi atau kiteria sebagai sebuah novel sejarah yang di dalamnya
peserta didik dapat memahami makna dan seakan-akan menjadi bagian dari
peristiwa itu, karena bahasa yang digunakan lebih imajiner atau mudah dipahami.
Novel ini dipilih sebagai sumber pembelajaran karena relevan dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran sejarah di Sekolah
Menengah Atas. Standar Kompetensi yang sesuai adalah “menganalisis
perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan
pendudukan Jepang.” Dengan Kompetensi Dasar yang sesuai adalah
“menganalisis perkembangan pengaruh Barat dan perubahan ekonomi, demografi,
dan kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa kolonial.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
Dalam pembelajaran sejarah berbasis sastra atau menggunakan karya
sastra sebagai sumber pembelajaran, harus dipahami bahwa karya sastra yang
digunakan bersifat pendukung buku teks dan hanya dipilih karya sastra yang
relevan dengan peristiwa sejarah. Relevan dapat diartikan sesuai dengan materi
yang ada dalam kurikulum yaitu digunakannya novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” ketika guru menjelaskan mengenai periode masa kolonial awal.
Perkembangan kekuasaan bangsa Eropa di Indonesia pada saat pemerintahan
Gubernur Jendral Herman Willem Daendels (1808-1811) dianggap relevan
dengan pesan sejarah yang terdapat dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels”.
Disamping itu, novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” isinya memuat
pengetahuan sejarah terutama sejarah perkotaan. Deskripsi sejarah kota yang
ditampilkan bukan hanya sekadar sejarah pembangunan Jalan Raya Pos saja tetapi
juga sejarah lengkap terkait kota-kota yang dilewati pembangunan jalan.
Pengambaran sejarah kota pada novel ini menjadikan isi novel bukan hanya berisi
pengalaman Pramoedya Ananta Toer dan sejarah seputar pembangunan Jalan
Raya Pos saja. Peserta didik diharapkan mempunyai pengetahuan yang luas
tentang sejarah kota-kota yang dilewati Jalan Raya Pos setelah membaca novel.
Sejarah perkotaan yang ditampilkan, terutama untuk kota-kota besar
dijabarkan periodisasi sejarahnya dari masa ke masa. Misalnya kota Blora atau
Lasem, dalam novel ini sejarah kota dijelaskan mulai dari masa Kerajaan
Majapahit, masa kolonial, sampai kondisi kota masa kontemporer. Peserta didik
diharapkan dapat mengilhami sejarah kota dari masa ke masa sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
melihat dan memahami perkembangan kota. Meskipun pengetahuan tentang
sejarah kota penting bagi peserta didik, namun tujuan utama agar dapat
mengilhami nilai-nilai sejarah, nilai pendidikan sejarah, dan nilai kemanusiaan
terkait dengan pembangunan Jalan Raya Pos.
Pertimbangan lain yang menjadikan dipilihnya novel “Jalan Raya Pos
Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas
Kota Salatiga dikarenakan isi dari novel ini berbeda dengan novel lain. Ditinjau
dari penokohan tidak banyak tokoh yang ada dalam novel, hanya sebuah roman
pengalaman pribadi penulis (Pramoedya Ananta Toer) dilengkapi dengan
pengambaran tokoh-tokoh sejarah yang terlibat dalam setiap peristiwa sejarah
yang diceritakan.
Dilihat dari sudut pandang perbedaan antara fakta dan fiksi, dalam kajian
novel ini tidak banyak menggunakan gaya bercerita yang terlalu fiktif tetapi lebih
banyak berupa fakta sejarah, sehingga hal ini akan membantu peserta didik untuk
memahami isi novel dikaitkan dengan fakta sejarah yang ada yaitu pembangunan
jalan raya pos. Pemilihan karya sastra yang tidak terlalu fiktif ini dilakukan sebab
kemampuan membaca dan pemahaman terhadap fakta dan fiksi disesuaikan
dengan tingkat kemampuan peserta didik di Sekolah Menengah Atas. Hal ini yang
menyebabkan guru harus mempertimbangkan pemilihan novel disesuaikan faktor
bahasa karya sastra yang dipilihnya.
Tujuan utama penggunaan karya sastra dalam bentuk novel sejarah dalam
kegiatan pembelajaran sejarah adalah membuat peserta didik lebih tertarik untuk
mempelajari sejarah dan menjadi sumber pembelajaran yang efektif untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
menyampaikan pesan dalam bentuk materi pembelajaran. Penggunaan sumber
belajar baru yang lebih bervariasi ini juga diharapkan akan menjadi tantangan
baru bagi guru dan peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Salatiga.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ajukan pada penelitian ini adalah:
1. Pesan sejarah apa yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels”?
2. Apakah guru sejarah sudah memahami sumber pembelajaran sejarah dengan
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
3. Bagaimana apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels” sebagai bahan pendamping sumber pembelajaran sejarah?
4. Bagaimana relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah
Atas.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
1. Pesan sejarah apa yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels”.
2. Apakah guru sejarah sudah memahami sumber pembelajaran sejarah
dengan menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
3. Bagaimana apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels” sebagai bahan pendamping sumber pembelajaran sejarah.
4. Bagaimana relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran sejarah di Sekolah
Menengah Atas.”
2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengangkat pesan atau nilai sejarah
dari karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Pesan-pesan sejarah
yang diangkat menjadikan novel dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
sejarah. Penggunaan sumber pembelajaran baru dapat membantu mempermudah
peserta didik memahami jalannya peristiwa sejarah, sehingga dapat membuat
pembelajaran sejarah di sekolah menjadi lebih menarik.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi:
a. Peneliti
1) Bermanfaat menemukan solusi pemecahan permasalahan mengenai
kurangnya minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah
di Sekolah Menengah Atas Kota Salatiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
2) Penelitian ini bermanfaat meningkatkan pengetahuan peneliti
mengenai sumber pembelajaran sejarah dengan menggunakan karya
sastra dalam bentuk novel sejarah.
3) Memberikan hal yang baru bagi pengembangan sumber pembelajaran
sejarah di Sekolah Menengah Atas kota Salatiga.
b. Peserta didik
1) Karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat dijadikan
sebagai sumber pembelajaran sejarah sehingga peserta didik dapat
lebih tertarik untuk belajar sejarah.
2) Penggunaan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan dapat mendorong
aktivitas, motivasi, dan kreatifitas belajar sejarah peserta didik.
c. Guru
1) Karya sastra dalam bentuk novel sejarah memiliki peran yang penting
dalam pengembangan sumber belajar sejarah selain dengan
menggunakan buku teks sehingga dapat menumbuhkan minat dan
motivasi peserta didik dalam pembelajaran sejarah.
2) Menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran
sejarah.
3) Penggunaan karya sastra dalam bentuk novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
guru untuk menjadikan pembelajaran sejarah lebih bervariatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
d. Sekolah
1) Karya sastra dalam bentuk novel sejarah dapat dijadikan salah satu
sumber pembelajaran sejarah di sekolah.
2) Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada
sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran sekolah serta turut
berperan memanfaatkan sumber pembelajaran yang lebih menarik
sebagai pendamping buku teks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Karya Sastra Sejarah
a. Pengertian Karya Sastra
Pada kenyataannya, sastra selalu memiliki keterikatan dengan situasi dan
kondisi di sekitarnya. Hal itu tersirat dalam pernyataan yang dikemukakan Wellek
dan Warren (1949: 94), sebagai berikut:
Literature is a social institution, using as its medium language, a social creation. (…) But, furthermore, literature’ represents’ ‘life’;and ‘life’ is, in large measure, a social reality, even though the natural world and the inner or subjective world of the individual have also been objects of literary ‘imitation’. The poet himself is a member of society, possessed of a specific social status: he receives some degree of social recognition and reward; he addresses audience, however hypothetical. Indeed, literature has usually arisen in close conection with particular social institutions (…). Literature has also social function, or ‘use’, which cannot be purely individual. (Wellek dan Warren, 1949: 94) Dalam kutipan di atas, Wellek dan Warren merinci alasan mengapa sastra
dan lingkungannya disebut mempunyai keterikatan yang erat satu sama lain.
Pertama, sastra merupakan suatu institusi sosial yang juga menggunakan medium
ciptaan masyarakat, yaitu bahasa. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab
sastra memerlukan bahasa agar dapat tersampaikan pada masyarakat dengan baik.
Kedua, sastra mewakili “kehidupan”, yang dalam arti luas disebut sebagai sebuah
realitas sosial. Meskipun hanya rekaan pengarang, ‘kehidupan’ dalam karya sastra
dapat dikatakan sebagai sebuah tiruan yang disusun berdasarkan kehidupan nyata.
Ketiga, pengarang adalah anggota masyarakat, implikasinya ia terikat status sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
tertentu serta berhubungan dengan pembaca yang mengakui dan mengapresiasi
eksistensi pengarang melalui karya-karyanya. Keempat, sastra mempunyai
pertalian erat dengan institusi-institusi tertentu. Sering masyarakat menggunakan
puisi dalam melakukan upacara adat, ritual tertentu, atau hanya sekadar
permainan. Kelima, sastra juga berfungsi sosial atau memiliki “kegunaan” sosial.
Wellek dan Warren (1956:3) dengan tegas menyebutkan , “we must first
make a distinction between literature and literary study. The two are distinct
activities: One is creative, an art, the other, is not pricesely a science, ia a species
a knowledge or of learning.” Jadi harus dibedakan antara sastra dan studi sastra.
Sastra adalah hasil kreatifitas (kegiatan kreatif) dari sebuah karya seni. Studi
sastra akan dipertanyakan, apakah karya sastra itu? Apa sajakah jenis karya sastra
itu? Bagaimana sifat salah satu jenis karya sastra tertentu? Aspek-aspek spesifik
apa sajakah yang dimiliki karya sastra itu? Lebih lanjut mengenai apakah karya
sastra itu, Rene Wellek dan Austin Warren (1956: 8) menyebutkan, “one way is to
define literature as everything in print. We then shall be able to study the medical
profession in the fourteenth centur or planetary motion in the early middle ages
or witchcraft in old and New England.”
Keterikatan sastra pada masyarakat dipertegas oleh Jabrohim (2003: 157),
sastra bukan sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terikat
erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu dilahirkan.
Merupakan suatu hal yang pasti bahwa semua penyair, pengarang, atau seniman
mana pun pada umumnya selalu hidup dalam ruang dan waktu tertentu. Ruang
dan waktu tersebut mempunyai bentuk riil dalam suatu masyarakat atau sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
keadaan sosial yang pada saat bersamaan juga memuat berbagai macam
permasalahan hidup. Di dalam masyarakat banyak elemen berinteraksi, bergumul
satu sama lain.
Karya sastra memiliki bermacam-macam fungsi. Damono (2003: 2)
menyatakan bahwa karya sastra menyajikan gambaran kehidupan dan kehidupan
itu sendiri merupakan sebuah kenyataan sosial. Hal itu menjadi penjelasan
mengapa karya sastra dapat dipakai pengarang untuk mencurahkan segala
permasalahan kehidupan manusia di dalam masyarakat. Melalui karya sastra,
pembaca dapat mengetahui dan memahami salah satu atau beberapa persoalan
yang dapat ditemui dalam kehidupan. Dengan kata lain, sastra memiliki suatu
fungsi, yaitu sebagai cermin dari kenyataan.
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-
mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatarbelakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya (Sarjidu, 2004:
2). Jan van Luxemburg, dkk., (1989: 21) menyatakan bahwa sastra terikat oleh
dimensi waktu dan budaya, karena sastra merupakan hasil kebudayaan.
Dalam sastra terdapat penangganan bahan yang bersifat khusus, termasuk
di dalamnya ialah bagaimana cara penanganan potensi bahasa bagi pengungkapan
karya sastra. Seorang pengarang dapat mengolah dan mengeksploitasi potensi-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
potensi yang terdapat pada bahasa untuk mencapai efek-efek tertentu. Oleh karena
itu, kekhususan dan keunikan pemakaian bahasa dalam karya sastra merupakan
salah satu ciri khasnya. Fenomena yang khas terlihat pada cara pengolahan materi
cerita. Karya sastra memiliki kebenaran cerita dan logika bercerita sendiri. Urutan
penyajian cerita maupun logika bercerita dalam karya sastra juga memiliki
kebenaran sendiri yang sama sekali berbeda dari kebenaran dan logika umum.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa semua teks sastra bersifat fiktif atau
rekaan. Kebenaran cerita dalam karya sastra bukanlah kebenaran faktual atau
nyata, melainkan kebenaran fiksionalitas berdasarkan daya imajinasi dan
kreatifitas pengarang. Tipe dan pola atau peristiwa dan karakter tokoh-tokoh serta
nama tokoh barangkali dapat ditemukan dalam dunia objektif (dunia nyata). Oleh
karena itu apa yang ada dalam karya sastra tertentu hanya bersifat rekaan
(karangan) belaka.
Perkembangan selanjutnya sastra atau seni bagi kalangan Marxisme
merupakan bagian dari superstruktur masyarakat. Berbeda dengan pandangan
Marx yang menganggap bahwa karya seni atau karya sastra tidak mempunyai
otonomi sama sekali dengan infrastrukturnya. Eagleton (1976: 69), berpendapat
berbeda bahwa karya sastra mempunyai otonomi relatif dan merupakan ekspresi
dari ideologi ataupun ideologi ekspresi dari kelas sosial. Keotonomian relatif dari
produksi karya sastra pada kenyataannya merupakan bagian dari variable
kesejarahan. Karya sastra dalam model tertentu di satu sisi akan secara tepat
melukiskan sistem ideologi masyarakatnya, namun disisi lain hanya melukiskan
materi luarnya saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
Menurut Barnet (dikutip Suripan Sadi Hutomo, 1983: 1) sastra secara
umum adalah as anything written. Pengertian tersebut mengandung dua hal yaitu
pengertian yang luas dan sempit. Dikatakan luas karena segala sesuatu yang
tercetak atau tertulis dapat disebut sebagai karya sastra tanpa harus dibedakan
adanya: (1) Segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang bukan berupa karya
seni. (2) Segala sesuatu yang tercetak dan tertulis yang berupa karya seni.
Dikatakan sempit oleh karena tidak memasukkan sastra lisan (oral literature)
karena dalam kenyataannya ada jenis genre sastra yang dilisankan.
Pada dasarnya sastra adalah seni bahasa. Menurut Robert Frost (dikutip
Suripan Sadi Hutomo, 1983: 2), sastra adalah a performance in words. Sedangkan
menurut Maatje (dikutip Saripan Sadi Hutomo, 1983: 4), sastra adalah een wereld
in woorden, dengan kata lain karya sastra adalah dunia (een wereld) ciptaan
pengarang dengan mempergunakan medium bahasa. Oleh plato, sastra disebut
sebagai reflection of society. Hal tersebut tampak jelas dalam novel sosial (roman
sosial) dan novel sejarah (roman sejarah) (Saripan Sadi Hutomo, 1983: 11).
Menurut Harsya W. Bachtiar (Dikutip Ayatrohaedi, 1983: 17), kesusastraan dapat
diartikan sebagai keseluruhan sastra pengungkapan pemikiran dan perasaan yang
dinyatakan dengan kata-kata yang dianggap bernilai atas dasar bentuk
penyajiannya atau berdasarkan pengaruh yang dapat mengakibatkan perubahan
pada perasaan pendengar atau pembacanya.
Karya sastra dapat berupa fiksi, puisi, ataupun drama. Karya sastra yang
dikategorikan karya sastra fiksi adalah roman sosial, roman sejarah, cerita pendek.
Hal ini tidak terbatas pada segala sesuatu yang tercetak atau tertulis saja, akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
tetapi mencangkup segala sesuatu yang tidak tercetak atau tertulis (lisan). Karya
sastra tidak tunduk pada metode-metode tertentu pada saat seorang sastrawan
menciptakan karyanya sastra tersebut, meskipun sastra tersebut mengandung
unsur-unsur kesejarahan. Hal itu berbeda dengan karya sejarah di mana penulis
harus mengikuti prosedur tertentu yaitu harus tertib dalam penempatan ruang dan
waktu, harus konsisten dengan unsur-unsur lain seperti topografi dan kronologi
serta harus berdasarkan bukti-bukti (Kuntowijoyo, 1981: 3). Dengan demikian
penulis karya sastra mempunyai kebebasan imajinatif yang agak berlebih jika
dibandingkan dengan penulis sejarah.
Karya sastra sebagai seni kata mengandung estetika atau keindahan yaitu
berupa estetika bahasa. Menurut Slamet Mulyana (dikutip Saripan Sadi Hutomo,
1983: 2) estetika atau keindahan yang terdapat dalam karya seni adalah hasil
usaha seniman, bukan keindahan alamiah, dan juga bukan keindahan azali dan
abadi. Keindahan adalah sifat yang memberi kepuasan rohani, apabila dikenal
oleh pikiran karena sifat itu sempurna atau mendekati kesempurnaan. Salah satu
unsur yang mendukung keindahan karya sastra adalah adanya penggunaan bahasa
yang bersifat konotatif. Bahasa ini banyak menggunakan simbol-simbol atau
lambang-lambang. Lambang dan simbol tersebut beraneka warna sesuai dengan
individu senimannya dimana ia berada di suatu tempat dan pada suatu jaman.
Oleh karena itulah untuk memahami karya sastra dianjurkan untuk memahami
tiga macam kode, yaitu kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra (Teeuw, 1978:
334). Dalam bahasa (tertulis) atau karya sastra, makna dari suatu kata atau kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
tidak dimaknai secara tunggal melainkan dibuka kemungkinan makna lainnya
(Alex Sobur, 2006: 106).
b. Hubungan antara Karya Sastra dan Sejarah
Menurut A. Teeuw (dikutip Edi S. Ekadjati, 1983: 19), karya sastra sejarah
adalah karya tulis yang bersifat ganda, yaitu bersifat sastra dan sejarah. Dilihat
dari sudut sastra, karya sastra sejarah termasuk salah satu jenis sastra. Karya sastra
yang bernilai sejarah biasanya bahannya diambil dari sejarah. Demikian halnya
dengan penggunaan bahasa, antara tulisan sejarah dan karya sastra berbeda.
Sejarah lebih cenderung menggunakan referential simbolism dengan menunjuk
secara tegas kepada objek, pikiran, kejadian, dan hubungan-hubungan. Sedangkan
sastra lebih banyak pesan-pesan subjektif pengarang (Kuntowijoyo, 2006: 173).
Menurut Sartono Kartodirdjo (dikutip Edi S. Ekadjati, 1983: 19) karya
sastra sejarah merupakan karya sejarah (historiografi). Hanya berdasarkan unsur-
unsur yang dikandungnya karya sejarah tersebut digolongkan menjadi karya
sejarah tradisional sehingga menghasilkan karya sejarah yang bersifat dan
mengandung unsur-unsur tradisonal. Sebagian besar sejarawan mengatakan
bahwa karya sastra merupakan alat bantu dari ilmu sejarah. Akan tetapi, tidak bisa
dipungkiri bahwa karya sastra mempunyai sumbangsih besar untuk sejarawan dan
historiografi. Dari karya sastra bisa diambil pengetahuan dan informasi yang tidak
dimiliki oleh dokumen tertulis maupun arsip yang berperspektif pemerintah.
Dengan demikian dengan karya sastra sejarah pembaca dapat menerobos ruang
kosong yang tidak dimiliki arsip maupun dokumen tertulis lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
Sastra, baik tertulis maupun lisan, yang memberikan keterangan tentang
masa lampau yang memberikan informasi pantas untuk disebut sebagai bahan-
bahan dokumenter bagi studi sejarah. Sebagai sumber dokumenter, sastra
mempunyai kekhasan yaitu sifatnya yang naratif sehingga dapat dikategorikan
sebagai accepted history, misalnya babad, hikayat, tambo, atau kronik dan annals.
Berkaitan dengan karya sastra tersebut, seni sastra dianggap sebagai jejak sejarah
yang mengandung informasi tentang apa yang dianggap terjadi dan bermakna
dalam skala luas dan sempit. Sastra termasuk sumber sejarah dilihat dari corak
informasinya dapat digolongkan menjadi sumber naratif. Sumber naratif ialah
sumber yang berisi uraian lengkap, kebanyakan adalah sumber tertulis terutama
yang menyangkut masalah sosial, politik, kultural, dan agama. Sumber naratif
juga di dalamnya memuat historiografi tradisional, biografi, kenang-kenangan
(memoir), kronik, annals, atau inkripsi. (Sugihastuti, 2009: 160)
Relasi antara teks sastra dan kenyataan sejarah dibangun sesuai dengan
teks itu sendiri, tetapi teks kesusastraan tidak dapat berhubungan simplistik
dengan kenyataan sejarah. Dalam beberapa novel (misalnya novel sejarah)
pembaca akan lebih memahami sebagai wacana sejarah daripada karya sastra,
artinya teks kesusastraan hanya dapat dipahami sebagai penanda langsung dari
kenyataan sejarah. karya sastra mungkin berisi kenyataan dan akurasi data sejarah,
namun operasi data tersebut tetap diperlakukan secara fiktif dan mengikuti hukum
produksi realitas tekstual.
Relevansi antara realitas tekstual dan sejarah yang dirujuk menempatkan
ideologi dalam realitas sejarah sebagai kekuatan produksi. Eagleton (1976: 70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
menegaskan bahwa bagian dari sejarah sudah difiksikan dan ditafsirkan sesuai
dengan terminologi ideologi produksi sebagai model perantara sisipan ideologi
dalam karya sastra. Jadi realitas sejarah secara ideologis menjadi kekuatan kedua.
Ketentuan masuknya sejarah dalam karya sastra tidak hanya sebagai kesejarahan
teks, tetapi masuk secara ideologis sebagai ukuran pembuktian penentu kehadiran
dan penyimpangannya. Sejarah dalam teks sastra berfungsi sebagai penanda akhir
dalam kesusastraan (Eagleton, 1976: 72). Hal ini terjadi karena secara ideologis
sejarah menjadi struktur dominan yang menandai karakter teks dan pengaturan
dari pembelokan kenyataan yang dibangun dalam karya sastra.
Hal yang membedakan antara teks sastra dan penulisan sejarah yaitu
objeknya. Historiografi mempunyai objeknya sendiri yaitu sejarah itu sendiri.
Sedangkan karya sastra merupakan hermeneutik dari historigrafi. Karya sastra
merekontruksi kenyataan sejarah keluar dari kategori yang mengikatnya. Teks
dikarakterkan oleh keganjilan antara abstrak dan kenyataan. Karya sastra berada
dalam fenomena wacana historiografi dan filsafat. Karya sastra menyerupai
historiografi dalam kepadatan tekturnya dan juga beranalogi dengan wacana
filsafat pada keadaan yang umum terjadi. Hanya saja kekurangan yang nampak
dalam karya sastra adalah kurangnya referensi nyata (Eagleton, 1976: 78). Tidak
semua jenis karya sastra mengandung keefektifan yang menjadi unsur paling
pokok, misalnya karya sastra yang menceritakan pengalaman pribadi penulis, atau
biografis. Dalam konteks ini Karya sastra bentuk novel dengan judul “Jalan Raya
Pos, Jalan Dandels” adalah salah satu jenis karya sastra yang berupa penceritaan
pengalaman pribadi penulis yaitu Pramoedya Ananta Toer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
Jika diamati dengan seksama, teks narasi dan teks sejarah memiliki suatu
persamaan. Keduanya sama-sama dikonstruksi dengan berdasarkan pada waktu
lampau (past time). Hal itu lebih terlihat jika kalimat-kalimat yang menyusun
kedua jenis teks tersebut ditulis dalam bahasa asing, misalnya bahasa Inggris.
Kebanyakan kalimat dalam kedua jenis teks itu menggunakan pola yang dalam
tata bahasa Inggris disebut sebagai past tense. Pola itu harus digunakan untuk
menunjukkan pada pembaca bahwa suatu hal atau peristiwa terjadi atau
bereksistensi di masa lalu (Green dan Le Bihan, 1998: 256). Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa meskipun teks narasi (fiksional) dan teks sejarah (faktual)
bertolak belakang dalam hal sifat, keduanya mempunyai struktur yang sama.
Sebagai konsekuensi logis dari persamaan tersebut, terdapat kemungkinan untuk
saling tertukar dan saling berbaur karena sulitnya mengidentifikasi teks mana
yang tergolong fiksional dan mana yang tergolong faktual. Walaupun memiliki
kesamaan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, sejarah dan sastra
mempunyai tujuan yang sama sekali berbeda, tetapi pada dasarnya saling
melengkapi satu sama lain (Ratna, 2005: 337).
Pernyataan itu telah disinggung sebelumnya oleh Jauss (1983: 25) bahwa
sejarah sastra (suatu rangkaian peristiwa sastra) berperan sebagai suatu metode
resepsi sastra dan memposisikan sejarah dan sastra sebagai dua entitas yang saling
melengkapi (1982: 3-45). Hutcheon (dikutip Ratna, 2005: 337-338),
mengemukakan bahwa sejarah, menurut Aristoteles, sastra sejarah tidak hanya
mampu menceritakan masa lalu saja tetapi juga mampu menceritakan hal-hal yang
belum terjadi karena sastra dihasilkan dengan perenungan atau kontemplasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
menjadikannya lebih bersifat filosofis sejarah yang hanya menceritakan masa lalu
tanpa perenungan. Perbedaan di atas diwariskan pada dua macam karya sastra
yang berkaitan erat dengan sejarah; yaitu sastra sejarah dan novel sejarah.
Keduanya berbeda menurut konsep hubungan yang terjadi di antaranya, sesuai
dengan zamannya.
Kelahiran karya sastra tidak lepas dari kemampuan intersubjektivitas
pengarang untuk menggali kekayaan masyarakat, memasukkannya ke dalam karya
sastra, yang pada akhirnya dapat dinikmati oleh pembaca. Kemampuan pengarang
dalam melukiskan pengalaman yang diperoleh dalam masyarakat dan kemampuan
pembaca untuk memahami suatu karya sastra menjadi unsur penting yang
menentukan kekayaan suatu karya sastra. Hubungan karya sastra dengan
masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan
hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting baik dalam
usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan maupun memberikan pengakuan
terhadap suatu gejala kemasyarakatan.
Kebebasan sekaligus kemampuan karya sastra untuk memasukkan hampir
seluruh aspek kehidupan manusia menjadikan karya sastra sangat dekat dengan
aspirasi masyarakat. Demikian juga dengan cara-cara penyajian yang berbeda
dibandingkan dengan ilmu sosial dan humaniora membawa ciri-ciri tersendiri
terhadap sastra. Penyajian secara tak langsung, dengan menggunakan bahasa
metaforis konotatif, memungkinkan untuk menanamkan secara lebih intens
masalah-masalah kehidupan terhadap pembaca. Artinya, ada kesejajaran antara
ciri-ciri karya sastra dengan hakikat kemanusiaan. Fungsi sosial karya sastra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
sesuai dengan hakikatnya yaitu imajinasi dan kreativitas adalah kemampuannya
dalam menampilkan dunia kehidupan yang lain yang berbeda dengan dunia
kehidupan sehari-hari. Selama membaca karya sastra pembaca secara bebas
menjadi raja, dewa, perampok, dan berbagai sublimasi lain. Bakhtin (dikutip
Ratna, 2005: 81), menyebutkan ciri-ciri karya sastra seperti ini sebagai karnaval,
manusia berganti rupa melalui topeng.
Penggunaan karya sastra dari sebuah peristiwa sejarah diharapkan akan
membuat pembelajaran sejarah semakin dinamis dengan mengajarkan sejarah dari
pendekatan arus bawah masyarakat yang terpinggirkan oleh sejarah dan
kekuasaan (history from bellow). Berbagai bentuk karya sastra baik novel dan
yang lainnya menjadi lebih dari sekedar alat bantu karena bisa menjelaskan lebih
detail dinamika yang terjadi dalam peristiwa sejarah, artinya bahwa karya sastra
merupakan alat untuk berdialektika dalam sejarah dengan semangat zaman (zeit
gheist) yang terkandung didalamnya. Kuntowijoyo (2006: 171), yang akrab
dengan dunia karya sastra mengatakan bahwa sastra dan sejarah pada era sekarang
mempunyai perbedaan yang tipis. Bahkan tidak sedikit pula karya sastra seperti
novel memuat fakta-fakta dalam suatu peristiwa sejarah. Hal itu seakan-akan
menunjukkan sastra dan sejarah mempunyai hubungan yang erat.
Karya sastra sebagai simbol verbal mempunyai beberapa peranan di
antaranya cara pemahaman (model of comprehension), cara perhubungan (mode of
communication), dan cara penciptaan (mode of creation). Objek karya sastra
adalah realitas yaitu realitas yang dimaksudkan oleh pengarang itu sendiri.
Apabila realitas tersebut berupa peristiwa sejarah maka karya sastra dapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
Pertama, mencoba menterjemahkan peristiwa tersebut dalam bahasa imajiner
dengan maksud memahami peristiwa sejarah sesuai dengan kadar kemampuan
pengarang. Kedua, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan tanggapan mengenai suatu peristiwa
sejarah. Ketiga, seperti halnya karya sejarah, karya sastra dapat merupakan
penciptaan kembali sebuah peristiwa sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya
imajinasi pengarang.
Dalam karya sastra yang menjadikan peristiwa sejarah sebagai bahan,
ketiga peranan simbol tersebut menjadi satu. Perbedaan masing-masing hanya
sebatas pada campur tangan dan motivasi pengarangnya. Karya sastra yang berupa
perhubungan kedua unsur itu mempunyai kadar yang sama, namun demikian
karya sastra dalam penciptaan kadar aktualitas dan faktisitasnya lebih rendah dari
pada imajinasi pengarang. Perbedaan-perbedaan tersebut lebih merupakan asumsi
teoritis yang pelaksanaanya sukar membedakan cara-cara itu di antara karya sastra
(Kuntowijoyo, 2006: 172).
Hubungan antara karya sastra dan sejarah dapat dilihat pula dari karya-
karya sastra yang digunakan sebagai sumber sejarah. Karya fiksi misalnya novel,
nyanyian, puisi, bermanfaat terutama bagi para sejarawan yang menaruh minat
terhadap masalah sosial pada kurun waktu tertentu. Menurut William Graham
Summer (dikutip Ayatrohaedi, 1987: 39) karya sastra jenis itu dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dokumen para sejarawan dalam setiap kemampuannya. Karya
sastra tersebut dapat (1) Mengungkapkan rasa suka dan tidak suka, harapan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
ketakutan pengarang. (2) Memberikan pengertian terhadap warna lokal,
lingkungan, dan membantu membentuk pandangan pengarang kepada sejarawan.
Karya sastra sejarah ditulis berdasarkan bukti sejarah dan dengan
sendirinya nilai kesejarahan dapat lebih dipertangungjawabkan. Tentu saja dalam
karya sastra di dalamnya secara sengaja pencipta memasukkan hal-hal yang
sifatnya fiktif, terutama dalam penokohan. Di samping memang terdapat tokoh-
tokoh yang memang diakui keberadaannya dalam peristiwa sejarah, dalam karya
sastra juga muncul tokoh-tokoh tambahan yang muncul dan lahir dari daya cipta
pengarang. Dalam hal-hal tertentu, tidak mustahil seluruh tokoh yang muncul
merupakan tokoh fiktif (misalkan namanya). Para ahli sejarah haruslah
menyesuaikan tokoh-tokoh tersebut dengan tokoh yang pernah hidup. Tokoh-
tokoh tetralogi dalam karya Pramoedya Anantatoer (dilarang terbit), ini
merupakan contoh dari karya sastra jenis ini (Ayatrohaedi, 1987: 40)
Selain sastra sejarah, perkembangan penulisan sejarah Indonesia secara
garis besar mengenal tiga bentuk penulisan sejarah menurut ruang dan waktu.
Pertama, penulisan sejarah tradisional yang berupa kidung, usana, silsilah, tambo,
babad, dan sejarah. Teeuw (dikutip Taufik Abdullah dan Abdurrahman
Surjomihardjo, 1985: 22) mengungkapkan bahwa beberapa daerah di Indonesia
memiliki tradisi penulisan sejarahnya sendiri yang cukup penting dan biasanya
tidak terpisah dari sastra sejarah. Kedua, penulisan sejarah kolonial dan Ketiga,
penulisan sejarah nasional. Di samping itu pembagian penulisan sejarah dibagi
berdasarkan metode, pendekatan ilmiah yang dipergunakan penulisnya, maupun
tema pokok yang dipakai sebagai dasar rekonstruksi sejarah sesuai dengan asas-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
asas studi modern mengenai sejarah. Ditinjau dari isi dan tujuan penulisan karya
sejarah dapat dibedakan pula sebagai kisah ceritera, bentuk didaktis, bentuk
dramatis, bentuk heroik, bentuk patriotis, bentuk sastra politik, sampai bentuk
karya sastra ilmiah (Abdurrahman Surjomihardjo, 1978: 116)
Sebelum muncul banyak karya sastra sejarah (novel), sebenarnya diawali
dari berbagai bentuk sejarah tradisional. Sejak masa Hindu sudah ada tradisi
penulisan sejarah meskipun sebatas pada tradisi Purana yang selanjutnya
berkembang menjadi tarikh-tarikh dinasti. Perkembangan itu tetap saja ditandai
dengan ciri-ciri tidak dikenal umum, dibesar-besarkan, kurang data yang otentik,
dan pengabaian topografi serta kronologi. Penulisan sejarah terus mengalami
perkembangan dengan munculnya epik-epik sejarah masa Budha seperti
pancatantra dan Jataka yang bersifat jenaka dan tradisi berkisah untuk penulisan
genealogis-genealogis Budhis. Cerita dan kronik tersebut berkisar pada bentuk-
bentuk pemujaan sampai pada bentuk hagiografi yang dipakai dalam pendidikan
moral dan agama. Dimulai dari tradisi Srilangka yang disebut Vamsa
menghasilkann beberapa kronik yang dengan prakarsa pihak keraton, dari sinilah
timbul tradisi penulisan sejarah. Karya-karya ini berbentuk traikh dan kisah
jenaka, awalnya hanya ditulis dalam bentuk sajak dan pemakaian hanya terbatas`
pada kalangan keraton. Keberhasilan suatu kronik ini lebih ditentukan oleh nilai
sastranya daripada kecermatan metode sejarahnya. (Taufik Abdullah, 1985: 4).
Secara garis besar ciri-ciri historiografi tradisional antara lain; (1) Karya-
laryanya kuat dalam hal genealogis, tetapi lemah dalam hal kronologi dan detail
biografis; (2) Tekanannya ada pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
penggunaan sejarah sebagai alat pengajaran agama; (3) Memfokuskan perhatian
pada kingship (konsep mengenai raja) serta tekanan diletakkan pada kontinuitas
dan loyalitas yang ortodoks; (4) Pertimbangan-pertimbangan kosmologis dan
astrologis cenderung untuk menyampaikan keterangan-keterangan mengenai
sebab-akibat dan ide kemajuan (progress) (Taufik Abdullah, 1985: 9). Dari
historiografi tradisional yang ciri-cirinya tidak menggunakan metode ilmiah (lebih
besar unsur sastranya) dan historiografi modern dengan metode penulisan ilmiah
berkembang menjadi karya sastra yang substansi isinya adalah sejarah.
Dalam penggunaan imajinasi yang sifatnya a priori sastra dan sejarah
sifatnya hampir sama. Keduanya sama-sama membuat gambaran yang sifatnya
koheren, yang dapat dipahami yang sanggup menerangkan dan membenarkan diri
sendiri, sebagai hasil dari aktifitas yang otonom. Perbedaannya adalah sastra
mempunyai objek persepsi hal-hal yang ada sekarang, sedangkan sejarah adalah
objeknya masa lampau. Keterbatasan sejarah terletak pada objeknya tidak dalam
peranan imajinasi. Hubungan yang erat antara karya sastra terutama dalam bentuk
novel sejarah dengan sejarah menjadikan karya sastra sejarah dapat digunakan
sebagai sumber pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.
c. Fungsi Sastra dan Pembelajaran Sastra
Dalam bidang pendidikan sastra sangat penting bagi peserta didik dalam
upaya pengembangan rasa, cipta, dan karsa. Hal yang lepas dari fungsi utama
sastra yakni sebagai penghalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan
kepedulian sosial, penum-buhan apresiasi budaya, dan penyalur gagasan,
imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif. Sastra akan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
memperkaya pengalaman batin pembacanya. Sebagai karyai majinatif,
sebagaimana diungkapkan Meeker (1972: 8), sastra merupakan konstruksi unsur-
unsur pengalaman hidup, di dalamnya terdapat model-model hubungan-hubungan
dengan alam dan sesama manusia, sehingga sastra dapat mempengaruhi
tanggapan manusia terhadapnya. Tindak kekerasan dan anarkisme yang akhir-
akhir ini marak di masyarakat, salah satu sebabnya adalah karena mereka tidak
memiliki kepekaaan rasa, akal budi, dan solidaritas sosial yang kesemuanya itu
dapat dibina melalui pembelajaran sastra dengan sering “menggauli sastra”.
Mengingat, lebih dari 45 tahun masyarakat Indonesia jauh dari sastra (Ismail,
2002: 1-3).
Sastra memiliki fungsi yang tinggi dalam pengembangan cita, rasa, dan
karsa manusia. Secara luas fungsi sastra tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut: (1) Sastra dapat merangsang kita untuk memahami dan menghayati
kehidupan yang ditampilkan pengarang dalam karyanya setelah melalui
interpretasinya; (2) Sastra menyarankan berbagai kemungkinan moral, sosial,
psikologis sehingga membuat orang dapat lebih cepat mencapai kematangan
mental dan kemantapan bersikap yang terjelma dalam perilaku dan pertimbangan
pikiran dewasa; (3) Melalui sastra orang dapat meresapi, menghayati secara
imajinatif kepentingan-kepentingan di luar dirinya dan mampu melihat segala
sesuatu dari sudut pandang yang lain, berganti-ganti menurut wawasan pengarang
dan karya yang dihadapinya. “Poetry begins with delight and ends in wisdom”,
demikian diungkapkan Robert Frost (Graves, dalam Sayuti, 2002: 41); (4) Melalui
sastra, budaya atau tradisi suatu bangsa diteruskan secara regeneratif baik cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
berpikir, adat-istiadat, sejarah, perilaku religius, maupun bentuk-bentuk budaya
lainnya; (5) Karya sastra memberikan sesuatu kepada pembaca dalam hal
mempertinggi tingkat pengenalan diri sendiri dan lingkungan, yang pada
gilirannya akan dapat mempertinggi dan mempertajam kesadaran sosial (social
awareness).
Lazar (1993: 24) menjelaskan, bahwa fungsi sastra adalah: (1) Sebagai alat
untuk merangsang peserta didik dalam menggambarkan pengalaman, perasaan,
dan pendapatnya; (2) Sebagai alat untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya dalam mempelajari
bahasa; dan (3) Sebagai alat untuk memberi stimulus dalam pemerolehan
kemampuan berbahasa. Dalam bahasa yang lebih sederhana pembelajaran sastra
memiliki fungsi psikologis, ideologis, edukatif, moral, dan kultural. Adapun
fungsi pembelajaran sastra menurut Lazar (1993: 24) adalah: (1) Memotivasi
peserta didik dalam menyerap ekspresi bahasa; (2) Alat simulatif dalam language
acquisition; (3) Media dalam memahami budaya masyarakat; (4) Alat
pengembangan kemampuan interpretatif; dan (5) Sarana untuk mendidik manusia
seutuhnya (educating the whole person).
Frye (1974: 129) mengemukakan bahwa melalui pembelajaran sastra yang
apresiatif diharapkan dapat membentuk pengembangan imajinasi pada peserta
didik. Hal tersebut sangat mungkin untuk dicapai sebab sastra menyediakan
peluang (pemaknaan yang) tak terhingga. Sebagai contoh, melalui membaca
roman, peserta didik dapat mengenali tema tertentu, bagaimana tema dicerminkan
dalam plot, bagaimana karakter hadir dalam sikap atau nilai-nilai, dan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
pengisahan menjadi bagian dari pandangan tertentu. Melalui teks drama, peserta
didik juga dapat berlatih berpikir kritis dalam menyikapi kehidupan, sebab
menurut Satoto (1998: 2), dalam drama (absurd) dapat ditemukan cara
pengungkapan baru terhadap keresahan, keputusasaan, dan ketidakpuasan
terhadap kehidupan sosial. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sastra memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi kehidupan.
Dalam proses pembelajaran, sastra dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai
alat untuk meningkatkan kepekaan peserta didik terhadap nilai-nilai kearifan
dalam menghadapi kehidupan yang kompleks dan multidimensi. Termasuk di
dalamnya: realitas sosial, lingkungan hidup, kedamaian dan perpecahan, kejujuran
dan kecurangan,cinta kasih dan kebencian, kesetaraan dan dan bias jender,
keshalihan dan kezhaliman, serta ketuhanan dan kemanusiaan. Alhasil, melalui
pembelajaran sastra, peserta didik diharapkan akan tumbuh menjadi manusia
dewasa yang berbudaya, mandiri, sanggup mengaktualisasikan diri dengan
potensinya, mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan baik,
berwawasan luas, mampu berpikir kritis, berkarakter, halus budi pekertinya, dan
peka terhadap lingkungan sosial masyarakat dan bangsanya. Dengan demikian,
menurut Sayuti (2002: 46) pembelajaran sastra yang apresiatif niscaya akan
memberikan kontribusi yang bermakna bagi proses pendidikan secara
komprehensif.
Dalam bahasa positivisme terdapat korelasi positif antara pembelajaran
sastra dengan pembelajaran bidang studi lain. Untuk dapat mencapai korelasi
positif tersebut paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan: Pertama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
pembelajaran sastra harus dilakukan secara kreatif. Cara-cara tradisional yang
lebih bersifat verbalistik dan inner ideas sudah saatnya ditinggalkan dan diganti
dengan cara inovatif yang lebih dinamis, kritis, dan kreatif. Kedua, bahan-bahan
(karya sastra) yang diberikan kepada peserta didik hendaknya merupakan karya-
karya yang diprediksikan dapat membuat mereka lebih kritis, lebih peka terhadap
nilai-nilai dan beragam situasi kehidupan.
2. Novel Sejarah
a. Pengertian Novel Sejarah
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif biasanya
dalam bentuk cerita. Novel biasanya lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan
lebih kompleks dari cerita pendek serta tidak dibatasi keterbatasan struktural
metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-
tokoh dan kelakuan dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada
sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut (diunduh dari www. wikipedia.co.id, pada
tanggal 5 Februari 2011).
Novel juga merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan
mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan
tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.
Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui
cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Menurut khasanah kesusastraan
Indonesia modern, novel berbeda dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur
cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita) juga lebih banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam penyajian alur
cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu banyak.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia.
Bentuk sastra ini paling banyak beredar di masyarakat, hal ini dikarenakan daya
komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat
demikian memang benar, tetapi juga ada kelanjutannya yakni bahwa tidak semua
yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah
novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik
dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada masyarakat. Novel syarat
utamanya harus menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang
selesai membacanya.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri, yaitu novel yang
isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya
dibaca untuk kepentingan hiburan saja. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola-
pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial,
sedang novel hiburan hanya berfungsi personal. Novel berfungsi sosial apabila
novel tersebut ikut membina masyarakat menjadi manusia. Sedangkan novel
hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihadirkan dapat membina
manusia atau tidak, tetapi yang terpenting adalah novel yang dimaksud dapat
memikat dan membuat orang tertarik membacanya.
Menurut Kuntowijoyo (2006: 178), bagi karya sastra yang menggunakan
peristiwa sejarah sebagai bahan baku, ada ketentuan-ketentuan tertentu selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
banyak kebebasannya. Novel sejarah yang secara sengaja menggunakan peristiwa
sejarah sebagai bahan, mempunyai ikatan dengan historical truth, meskipun
kebenaran sejarah bersifat relatif. Pengarang novel sejarah dapat menggunakan
masa lampau yang luas untuk menolak atau mendukung suatu interpretasi atau
gambaran sejarah yang sudah mapan. Novel sejarah juga dapat lahir sebagai
jawaban intelektual dan literer terhadap problematika suatu jaman dengan
menggunakan masa lampau sebagai refleksi.
Menurut George Lucacs (dikutip Kuntowijoyo, 2006: 179) novel sejarah
tidak perlu tokoh sejarah sebagai tokoh utamanya atau tokoh-tokoh sejarah
sebagai tokoh-tokohnya. Realitas sejarah muncul dalam novel sejarah dapat
dilihat melalui historical authenticity, historical faithfulness, dan authenticity of
local colour yang terdapat di dalamnya. Historical authenticity (keaslian sejarah)
adalah kualitas dari kehidupan batin, moralitas, heroisme, kemampuan untuk
berkorban, keteguhan hati, yang khas untuk suatu jaman. Melukiskan secara benar
semangat jaman (zeitgeist) yang menjadi tugas bagi sejarawan lewat peristiwa
sejarah yang aktual, menjadi tugas pula bagi penulis novel melalui lukisannya
yang imajiner. Oleh karena itu, penulis novel sejarah perlu mempelajari tulisan-
tulisan sejarah mengenai objeknya secara mendalam. Selanjutnya yang dimaksud
dengan historical faithfulness (kesetiaan sejarah) ialah keharusan-keharusan
sejarah yang didasarkan pada basis sosial ekonomi rakyat yang sesungguhnya.
Authenticity of local colour yaitu deskripsi yang setia mengenai keadaan-keadaan
fisik, tata cara peralatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 50
Novel sejarah sendiri merupakan suatu genre tradisi sastra modern yang
lahir di Barat pada awal abad ke-19. Genre ini mengisahkan tokoh dan peristiwa
historis tertentu. Dalam novel sejarah yang cenderung bersifat fiksional, unsur
sejarah seperti tokoh dan peristiwa historis digunakan semata-mata sebagai fakta
sejarah yang menjadi dasar penceritaan, sedangkan cara penyusunan unsur-unsur
tersebut menjadi suatu kisah adalah sepenuhnya bersifat khayal. Novel sejarah,
jika dibandingkan dengan sastra sejarah, kurang mengedepankan peran sebagai
dokumentasi sosial. Namun, ia lebih menonjol dalam fungsi estetis sebagai karya
fiksi, tanpa menghilangkan sama sekali fungsi historisnya. Novel sejarah juga
tidak semata-mata memberikan pemahaman sejarah, tetapi juga dialektika antara
masa lalu dengan kontemporeritas masyarakat sastra pada umumnya (Ratna,
2005: 350-351).
Lukacs berpendapat (dikutip Ratna, 2005: 231), bahwa ciri-ciri novel
sejarah selain yang telah disebutkan sebelumnya ialah unsur-unsur psikologi dan
sikap sehingga tokoh-tokoh dan peristiwa dapat mewakili masa tertentu. Ratna
(2005: 233) menegaskan bahwa novel sejarah mempunyai beberapa karakteristik
yang menonjol sebagai suatu genre. Karakteristik pertama yaitu bahwa novel
sejarah memiliki fungsi-fungsi ganda, fungsi estetis dan dokumen sosial.
Karakteristik kedua ialah bahwa sejarah dalam novel jenis ini berfungsi sebagai
latar belakang saja, bukan sebagai tujuan utama seperti dalam penulisan sejarah.
Karakteristik ketiga ialah bahwa novel sejarah bersifat lebih sosiologis dari pada
historis. Karakteristik keempat ialah bahwa novel sejarah memberikan
pertimbangan lain pada pembaca, tidak seperti fakta sejarah yang dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
mengandung kebenaran yang dapat dipercaya. Dengan kata lain, novel sejarah
mengajak pembaca melihat suatu peristiwa dengan cara pandang yang berbeda
dari apa yang telah dipaparkan dalam teks sejarah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel sejarah adalah karya
sastra fiksi yang menggunakan sumber-sumber sejarah sebagai bahan
penulisannya. Novel sejarah dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
sejarah apabila substansi isinya mengandung unsur-unsur sejarah yang mendalam.
Pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber pembelajaran berupa novel
sejarah diharapkan dapat menarik peserta didik untuk mempelajari materi sejarah
karena bahasa yang digunakan lebih bersifat konotatif.
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” merupakan cerita atau penuturan
dari perjalanan pengarang yang sekaligus sebagai tokoh utama cerita. Tuturan
perjalanan yang dihadirkan dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
difiksikan oleh penulis dengan gaya bahasa yang bersifat konotatif tanpa
menghilangkan unsur historisnya. Gaya bahasa konotatif merupakan salah satu
dari ciri sebuah novel. Kebenaran yang dihadirkan penulis dalam novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” bersifat relatif berdasarkan pengetahuan dan
subjektifitasnya. Gambaran sejarah yang terdapat dalam buku-buku sejarah
terutama buku teks sejarah dengan interpretasi yang sudah mapan berusaha untuk
ditolak dan didukung dengan menggunakan masa lampau yang luas dan
pandangan pribadi penulis sebagai dasarnya. Novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” juga dapat lahir sebagai jawaban intelektual dan literer terhadap
permasalahan suatu jaman dengan menggunakan masa lampau sebagai refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
Permasalahan yang dimaksudkan oleh penulis adalah terpuruknya bangsa
Indonesia sehingga berusaha merefleksi peristiwa masa lampau dari pembangunan
Jalan Raya Pos untuk menjawab permasalahan. Berdasarkan kriteria tersebut,
karya sastra “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat dikategorikan sebagai novel
sejarah.
b. Unsur-Unsur Novel
Konsep fungsi (prinsip-prinsip antarhubungan unsur-unsur dalam karya)
memegang peranan penting dalam teori strukturalisme. Unsur-unsur memiliki
kapasitas untuk melakukan reorganisasi dan regulasi diri, membentuk dan
membina hubungan antar unsur, yang pada akhirnya membentuk suatu totalitas.
Dengan demikian, unsur tidak memiliki arti di dalam dirinya sendiri, melainkan
dapat dipahami semata-mata dalam proses antar hubungan (Ratna, 2005: 76).
Unsur karya fiksi (novel) adalah penokohan, alur, dan latar (Wellek, 1990: 283).
Sementara itu, menurut Stanton (1999: 19), kategori fakta cerita ialah alur, tokoh,
dan latar. Sedangkan Luxemburg (1989: 137) beropini bahwa tokoh, ruang-ruang,
dan peristiwa-peristiwa ialah seluruh elemen yang membangun dunia rekaan.
Ruang yang ada dalam cerita berfungsi sebagai dunia yang memuat berbagai
peristiwa, serta tokoh.
1) Tema
Menurut arti katanya tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau
sesuatu yang telah ditempatkan. Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang
berarti menempatkan atau meletakkan (diunduh dari http://fendy-
studentsite.blogspot.com/2010/10/pengertian-tema-judul- topik. html, pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
tanggal 20 Juni 2011). Tema adalah persoalan utama yang diungkapkan oleh
pembuat cerita di dalam sebuah karya tulis, novel, cerpen, puisi. Tema biasa
didapat dari suatu keadaan atau motif tertentu yang terdiri dari suatu objek
peristiwa kejadian atau lainnya.
Tema secara garis besar dikatakan sebagai gagasan, ide, atau pikiran
utama yang mendasari suatu karya sastra. Dengan kata lain, tema adalah sesuatu
yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang
menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian
cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam
banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik
serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema ada
yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara
implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema
sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian
peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang
mengiringi tema sentral
Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat
dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut proses
penyusunan sebuah karangan. Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah
selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang membaca
sebuah roman/novel sejarah. Selesai membaca novel akan meresaplah ke dalam
pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan itu (diunduh dari
http://pendidikan.infogue.com/pengertian_tema, pada tanggal 20 Juni 2011).
2) Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan
secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam
tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan
dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran,
peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan
utama cerita. (diunduh dari http://fendy-studentsite.blogspot. com/2010/10/
pengertian-tema-judul- topik-amanat. html, pada tanggal 20 Juni 2011).
3) Alur
Alur dapat dikatakan sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah
cerita. Dalam perspektif formalisme, alur atau plot disebut dengan terminologi
sjuzet atau syuzhet. Sementara itu, dalam pandangan naratogi istilah wacana
naratif juga merujuk pada alur (Ratna, 2005: 137). Adapun Forster (dikutip Green
dan LeBihan, 1996: 64) memiliki argumen tersendiri mengenai apa yang disebut
dengan alur atau plot.
“Aspects of the Novel” (1926) draws a distinction between ‘plot’ and ‘story’. He states that ‘The King died and then the Queen died’ is a story and ‘The King died and the Queen died of grief’ is a plot. They are both features of narrative, but the plot transforms the events by combining temporal succession with ‘cause’. (...) In the Forster example, the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
statement of the ‘cause’ of the Queen’s death transforms the story into a plot, or story into discourse. Dalam kutipan di atas, Forster mendefinisikan plot (alur) dengan
membandingkannya terhadap story (kisah/cerita). Ia memberikan dua rangkaian
kalimat sebagai contoh; yakni “Sang Raja wafat dan kemudian sang Ratu wafat”
dan “Sang Raja wafat dan sang Ratu wafat karena berduka”. Kalimat pertama,
lanjut Forster, merupakan suatu rentetan cerita semata. Kalimat tersebut
menyiratkan keruntutan kronologis (temporal succession). Namun, tidak
ditemukan adanya sebuah hubungan sebab akibat yang masuk akal di antara
kedua peristiwa dalam kalimat tersebut. Sementara itu, kalimat kedua tidak hanya
menunjukkan urutan kejadian, tetapi juga menjelaskan kepada pembaca bahwa
terdapat sebuah hubungan sebab-akibat yang logis di antara kedua kejadian.
Berdasarkan penjelasan Forster, dapat disimpulkan bahwa plot atau alur
merupakan rangkaian kronologis yang menunjukkan hubungan kausalitas dari
berbagai peristiwa di dalam suatu narasi. Adapun menurut Zaimar, uraian teks
atas satuan isi cerita memiliki bermacam-macam kriteria, salah satu di antaranya
ialah makna (Noor, 1999: 24). Sebuah teks, lanjut Zaimar, dapat diurai menjadi
sejumlah satuan isi cerita yang biasa disebut sebagai sekuen. Sekuen dapat
didefinisikan sebagai bagian ujaran yang terbentuk oleh suatu satuan makna
(Noor, 1999: 24).
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat
disusun berdasarkan tiga hal, yaitu: pertama, berdasarkan urutan waktu terjadinya
(kronologi) atau disebut alur linear. Kedua, berdasarkan hubungan sebab akibat
(kausal) atau disebut alur kausal. Ketiga, berdasarkan tema cerita disebut alur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri
sendiri, apabila salah satu episode dihilangkan namun cerita tersebut masih dapat
dipahami.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut: Pertama, bagian awal, terdiri
atas (1) paparan (exposition); (2) rangsangan (inciting moment), dan (3) gawatan
(rising action). Kedua, bagian tengah, terdiri atas: (1) tikaian (conflict); (2)
rumitan (complication), dan (3) klimaks. Ketiga, bagian akhir, terdiri atas (1)
leraian (falling action), dan (2) selesaian (denouement). Adapun hal yang harus
dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau
episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok
persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis yang bertujuan untuk
menemukan elemen novel yang selanjutnya, yaitu tokoh utama. Di samping itu,
analisis tersebut juga menerangkan kembali teks dengan menunjukkan urutan
satuan isi cerita. Uraian satuan isi cerita dijelaskan dengan menjadikannya sebagai
urutan sejumlah sekuen. Sekuen-sekuen tersebut juga dapat diurai menjadi
sekuen-sekuen yang lebih kecil jika memungkinkan (Noor, 1999: 25).
4) Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa cerita. Dalam karya sastra prosa, pada dasarnya ada dua
jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama, menurut Saad
(1967: 122) dapat ditentukan melalui tiga cara: (1) Tokoh yang paling terlibat
dengan tema; (2) Tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
lain; dan (3) Tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Budianta
(2003: 86) menyebutkan bahwa di samping tokoh utama (protagonis), ada jenis-
jenis tokoh lain, yang terpenting adalah tokoh lawan (antagonis), yakni tokoh
yang diciptakan untuk mengimbangi tokoh utama. Konflik di antara mereka itulah
yang menjadi inti dan menggerakkan cerita. Forster membedakan tokoh dalam
dua kriteria, yaitu tokoh berwatak datar/ pipih (flat character) dan tokoh berwatak
bulat (round character).
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau
membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu, pertama,
tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan
tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis). Kedua, tokoh tambahan. Tokoh
tambahan diartikan sebagai tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam
peristiwa cerita. Ketiga, tokoh lataran. Tokoh lataran diartikan sebagai tokoh
yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Adapun teori tentang tokoh yang akan digunakan sebagai landasan analisis
ialah teori characterization milik Seymour Chatman. Dengan berlandaskan pada
pemahaman M. H. Abrams mengenai sastra, Chatman berargumen bahwa elemen
tokoh dalam karya sastra seyogyanya ditelaah menurut dua aspek, yaitu
penampilan dan kepribadian (Noor, 1999: 55-56). Penampilan dan kepribadian
dapat dirinci menjadi actions (tindakan), manners of thought and life (cara
berpikir dan gaya hidup), habits (kebiasaan), emotions (perasaan), desires
(keinginan), instincts (naluri) (Noor, 1999: 55-56).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada
dua metode penyajian watak tokoh, yaitu, metode analitis/langsung/diskursif,
yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara
langsung. Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh
melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang.
Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau
tempat tokoh. Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM (diunduh dari
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam- prosa,
tanggal 20 Juni 2011), ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu: (1) melalui
apa yang diperbuatnya; (2) tindakan-tindakannya terutama bagaimana ia bersikap
dalam situasi kritis; (3) melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat
mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau
pria, kasar atau halus; (4) melalui penggambaran fisik tokoh. Melalui pikiran-
pikirannya; (5) melalui penerangan langsung.
5) Latar
Latar (setting) merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu karya
sastra. Latar merupakan segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
terjadinya lakuan dalam karya sastra. Latar, menurut Hudson (1961: 68) dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu latar fisik/material dan latar sosial. Latar
fisik/material meliputi tempat, waktu, dan alam fisik di sekitar tokoh cerita,
sedangkan latar sosial merupakan penggambaran keadaan masyarakat atau
kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
dan waktu tertentu, pandangan hidup, sikap hidup, adat-istiadat, dan sebagainya
yang melatari peristiwa.
Budianta (2003: 86) menambahkan bahwa latar adalah lingkungan yang
dapat berfungsi sebagai metonimia, metafora, atau ekspresi tokohnya. Istilah lain
bagi “latar” ialah “ruang”. Ruang merupakan tempat atau lokasi terjadinya
peristiwa-peristiwa dalam cerita (Noor, 1999:120-121). Dengan merujuk pada
pengertian tersebut, makna ruang dan latar kurang lebih adalah sama. Latar tidak
hanya berfungsi sebagai wadah bagi cerita untuk berkembang. Namun, menurut
Mieke Bal (dikutip Noor, 1999: 122-123), latar dalam bentuk keadaan ruang dan
isinya juga dapat memberikan nilai positif dan negatif tentang seorang tokoh.
Sebagai contoh, seorang tokoh yang suka berada di ruang terbuka dapat diartikan
sebagai orang yang cenderung extrovert (berkepribadian terbuka). Sementara itu,
orang yang bertempat tinggal di sebuah rumah kos kumuh dan sempit dapat
dianggap sebagai seseorang yang kurang berada. Singkatnya, latar dapat
digunakan untuk mengetahui berbagai watak khas tokoh secara implisit.
6) Sudut Pandang (Point of View)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang
pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah
‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan
peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan,
serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya
dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan
tokoh ‘aku’ tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
a. Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
(1) ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan
berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat
batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu
yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita.
Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang,
diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki
kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam
cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
(2) ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan
sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal
peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,
sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah
yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si
‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap
berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya
tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
b) Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’,
narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama
tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke
dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang
terhadap bahan ceritanya:
(1) ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa
saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui
segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal
tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang
melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam
lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu
ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan
dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan,
pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan
tindakan nyata.
(2) ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang
mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak
berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang
dilihatnya saja) (diunduh dari http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/
unsur‐unsur‐intrinsik‐dalam‐ prosa, tanggal 20 Juni 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
7) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam
upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus
didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-
satunya hal yang membentuk gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara
pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak
akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena
pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan
selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda, misalnya berterus
terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa
dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, dan
adegan peperangan. (diunduh dari http://abdurrosyid. wordpress.
com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam- prosa, tanggal 20 Juni 2011)
3. Sumber Pembelajaran Sejarah
a. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan
belajar, sehingga memperoleh kemudahan informasi, pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan yang diperlukan (Mulyasa, 2009: 177). Sumber belajar dapat
diartikan pula semua sumber (data, manusia, barang, maupun material) yang dapat
digunakan peserta didik secara sendiri maupun secara bersama-sama, biasanya
menggunakan tata cara formal untuk memfasilitasi belajar, sumber belajar ini
termasuk pesan-pesan, manusia, peralatan, material, teknik-teknik, dan tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
atau lingkungan (AETC, 1997: 8). Menurut Depdiknas (2007: 8) sumber belajar
adalah rujukan objek/badan yang digunakan untuk kegiatan belajar yang berupa
media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan
budaya. Sejalan dengan itu Arief S. Sadiman (2004: 16) menjelaskan yang
dimaksud dengan sumber belajar atau pembelajaran adalah segala sumber yang
ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan atau mempermudah
terjadinya proses belajar. Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam rangka mempelajari bahan dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Wina Sanjaya,
2009: 174).
Nana Sudjana (2001: 76) menjelaskan yang dimaksud dengan sumber
belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan dalam
proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian
atau keseluruhan. Sumber belajar juga merupakan informasi yang disajikan dan
disimpan dalam berbagai media, yang dapat membantu peserta didik dalam proses
belajar sebagai bagian dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas dalam bentuk
cetakan, video format perangkat lunak atau kombinasi dalam berbagai format
yang dapat digunakan oleh peserta didik atau guru (Abdul Majid, 2008: 170).
Menurut Dirjen Dikti (1983: 12) sumber pembelajaran sejarah adalah
sesuatu yang digunakan untuk mempelajari sejarah, Menurut AECT (dikutip
Karwono, 2008: 1) sumber pembelajaran sejarah adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan peserta didik dalam belajar sejarah dan menampilkan kompetensinya.
Depdiknas (2003: 6) mendefinsikan sumber belajar sejarah adalah semua sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
(baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunkan untuk memberikan
fasilitas kemudahan bagi peserta didik.
Depdiknas (2006: 11) sumber pembelajaran sejarah merupakan tempat di
mana bahan ajar dapat diperoleh. Sumber pembelajaran sejarah adalah rujukan,
objek, atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran sejarah, yang
berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam
sosial, dam budaya. Penentuan sumber pembelajaran didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencampaian kompetensi.
Berdasarkan Sumber belajar dalam website bced didefinisikan “Learning
resources are defined as information, represented and stored in a variety of media and
formats, that assists student learning as defined by provincial or local curricula. This
includes but is not limited to, materials in print , video, and soft ware formats, as well
as combinations of these formats intended f or use by teachers and students” (diunduh
dari http: // www.bced.gov.bc.ca/ irp/appski l l/asleares.htm, pada tanggal 20
Februari 2011). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber
pembelajaran sejarah adalah segala sesuatu yang digunakan untuk membantu
peserta didik dalam mempelajari bahan ajar sejarah sehingga kompetensinya dapat
dikuasai dengan baik.
b. Macam Sumber Pembelajaran Sejarah
Sumber pembelajaran sejarah sangat beragam macamnya. Menurut
Depdiknas (2006: 12) sumber-sumber sejarah adalah sebagai berikut, buku teks,
laporan hasil penelitian, jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
pakar bidang studi, buku kurikulum, penerbitan berkala seperti harian, minguan,
bulanan, dan bulanan, internet, media audio visual (TV, Video, VCD, Kaset
Audio), lingkungan (alam, sosial, seni budaya, tekhnik, industri, dan ekonomi).
Menurut Nugroho Notosusanto (1981: 1) sumber pembelajaran sejarah
meliputi sumber lisan, sumber tertulis, dan sumber benda. Sumber lisan yaitu
keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari peristiwa sejarah dari dari orang
yang menerima keterangan itu secara lisan. Sumber tertulis yaitu sumber yang
diperoleh dari peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang
terjadi masa lampau, seperti prasasti, piagam, dokumen, babad, naskah, surat
kabar, laporan, rekaman, dan sebagainya. Sumber benda yaitu sumber sejarah
yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan, seperti alat, senjata,
patung, perhiasan, gedung, dan hasil budaya lainnya.
Menurut Depdiknas (2003: 6) sumber pembelajaran sejarah meliputi
pesan, orang, bahan, peralatan, tekhnik, dan lingkungan. Pesan adalah informasi
yang disampaikan oleh komponen belajar yang berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan
data. Dalam dunia pendidikan terutama sekolah pesan adalah seluruh meteri
dalam semua mata pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik. Orang
adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah, dan penyaji
pesan, seperti guru, dosen, pustakawan, tenaga ahli dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas sumber-sumber pembelajaran sejarah terdiri
dari sumber lisan, sumber tertulis, dan sumber benda. Sumber pembelajaran
sejarah dapat berwujud buku, laporan hasil penelitian, jurnal, karya sastra,
ataupun pesan, orang, bahan dan lingkungan. Penggunaan novel “Jalan Raya Pos,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
Jalan Daendels” merupakan jenis sumber belajar tertulis dalam bentuk karya
sastra yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam mempermudah dan
merangsang ketertarikan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Salatiga.
c. Fungsi Sumber Pembelajaran Sejarah
Sumber pembelajaran sejarah mempunyai banyak fungsi. Menurut
Depdiknas (2004) sumber pembelajaran sejarah mempunyai fungsi antara lain:
1) Meningkatkan produktifitas pembelajaran dengan jalan: (a) Mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk mengunakan waktu secara lebih
baik; (b) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga
dapat lebih banyak dalam membina dan mengembangkan semangat
belajar.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya individual yaitu
memberikan kebebasan peserta didik untuk menyampaikan pendapat dan
tanggapan terhadap sesuatu hal dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran
individual dapat dicapai dengan cara: (a) Mengurangi kontrol guru yang
kaku dan tradisional dan; (b) Memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
(a) Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan; (b)
Pengembangan bahan pengajaran yang dlandasi oleh penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
4) Lebih mematabkan pembelajaran, dengan jalan; (a) Meningkatkan
kemampuan sumber belajara; (b) Penyajian informasi dan bahan secara
lebih konkret.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu; (a) Mengurangi kesenjangan
antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan relitas yang
sifatnya konkret; (b) Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografi.
Fungsi sumber pembelajaran yang dijelaskan di atas memperkuat alasan
sekaligus mengambarkan arti penting mengenai penggunaan sumber belajar
sejarah dalam bentuk novel sejarah karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” guna meningkatkan minat belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga.
d. Peran Sumber dalam Pembelajaran Sejarah
Menurut Karwono (2006: 8) sumber belajar memiliki peran yang sangat
erat dengan pembelajaran yang dilakukan, adapun peranan tersebut dalam
pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut:
1) Peranan sumber belajar dalam pembelajaran individual.
Pola komunikasi dalam belajar individual yang dipengaruhi oleh peranan
sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Pembelajaran individual
menitikberatkan pada peserta didik, sedangkan guru mempunyai peranan sebagai
penunjang atau fasilitator sehingga peranan sumber belajar sangatlah penting.
2) Peranan sumber belajar dalam belajar klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
Pola komunikasi dalam belajar klasikal yang digunakan adalah komunikasi
langsung antara guru dan peserta didik. Hasil belajar sangat bergantung oleh
kualitas guru, karena guru merupakan sumber belajar yang utama. Sumber lain
seolah-olah tidak ada peranannya karena frekuensi belajar didominasi interaksi
dengan guru.
3) Peranan sumber belajar dalam kelompok
Pola sumber belajar dalam kelompok dapat dibedakan menjadi empat
yakni pola intruksional tradisional, pola intruksional dengan sumber belajar
berupa orang dibantu sumber lain, pola intruksional dengan sumber belajar berupa
orang (guru) bekerjasama dengan sumber belajar lainnya, pola intruksional
dengan belajar mandiri, dan pola sistem intruksional.
e. Kriteria Memilih Sumber Belajar Sejarah
Menurut Nana Sudjana (2001: 84-85) dalam memilih sumber belajar harus
memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) Ekonomis, tidak harus terpatok pada
harga yang mahal; (2) Praktis, tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit
dan langka; (3) Mudah, dekat dan tersedia dilingkungan kita; (4) Fleksibel, dapat
dimanfaatkan untuk tujuan instruksional; (5) Sesuai dengan tujuan, mendukung
proses dan pencapaian tujuan belajar dapat menumbuhkan motivasi dan minat
belajar peserta didik.
Lebih lanjut Nana Sudjana menjelaskan bahwa kriteria sumber belajar itu
adalah: (1) Memiliki guna untuk memotivasi; (2) Memiliki tujuan untuk
pengajaran; (3) Memiliki guna untuk penelitian; (4) Memiliki tujuan untuk
memecahkan masalah; (5) Memiliki tujuan untuk presentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
Berdasarkan kriteria di atas, Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat
disimpulkan masuk dalam kategori sumber belajar sejarah. Hal ini dikarenakan
penggunaan novel sejarah ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik dalam belajar sejarah. Penggunaan sumber belajar ini diharapkan
akan mengatasi kebosanan peserta didik, sehingga dapat memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran sejarah yang umumnya kurang diminati oleh
peserta didik khususnya di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Salatiga.
4. Pembelajaran Sejarah
Menurut I Gde Widja (2002: 95), pembelajaran sejarah adalah suatu
aktifitas belajar mengajar dimana seorang guru menerangkan pada peserta
didiknya tentang gambaran kehidupan masa lampau. Menurut Sartono Kartodirdjo
(1989: 20), pembelajaran sejarah merupakan serangkaian kegiatan belajar
mengajar dengan harapan agar peserta didik dapat mengembangkan fungsi genetis
dan fungsi didaktis. Menurut Soedajatmoko (dalam Kardiyat Wiharyanto, 1995:
9) sejarah diajarkan dalam pendidikan formal karena sejarah merupakan alat
penting untuk membentuk warga negara yang baik dan untuk mengembangkan
rasa cinta dan setia kepada negara.
Proses pembelajaran sejarah pada dasarnya merupakan proses pendidikan
yang secara umum diartikan sebagai usaha mengembangkan daya manusia agar
dapat membangun dirinya dan bersama sesamanya dapat membudayakan alam
dan membangun masyarakat. Untuk mewujudkannya harus ditumbuhkan
kesadaran sejarah yakni suatu sikap jiwa untuk memenuhi secara cepat paham
kepribadian nasional, dan pembelajaran sejarah juga sebagai salah satu sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
untuk menanamkan sarana pembelajaran sejarah tersebut. (Kardiyat Wiharyanto,
2001: 6).
Suatu proses pembelajaran mengandung dua tujuan, yaitu tujuan yang
sifatnya eksplisit dan tujuan implisit. Pengetahuan eksplisit berkaitan dengan
perolehan pengetahuan dan keterampilan, sedangkan implisit berkaitan dengan
perolehan pendamping seperti berpikir kreatif dan sikap terbuka untuk menerima
perbedaan pendapat (Kardiyat Wiharyanto, 2001: 155). Pembelajaran sebagai
suatu proses merupakan rangkaian kegiatan guru dalam rangka membuat peserta
didik belajar. Tujuan pembelajaran adalah membantu para peserta didik agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu dapat membuat
tingkah laku peserta didik bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya.
Menurut I Gde Widja (1989: 27) tujuan pembelajaran sejarah dapat dipilih
sejalan dengan taksonomi Bloom, yang mencangkup ranah pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang aspek-aspek beserta rinciannya. Ranah pengetahuan: (1)
Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia waktu yang lampau
baik dalam aspek eksternal maupun internalnya; (2) Menguasai pengetahuan
tentang fakta-fakta khusus dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu,
tempat serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut; (3) Mengetahui
pengetahuan tentang unsur-unsur umum yang terlihat pada sejumlah peristiwa
masa lampau; (4) Mengetahui pengetahuan tentang unsur perkembangan dari
peristiwa masa lampau yang berlanjut, yang menyumbangkan peristiwa masa
lampau dengan masa kini, dan (5) Menumbuhkan pengertian hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
fakta, keterkaitan fakta, pengaruh sosial dan kultural terhadap peristiwa sejarah
dan sebaliknya.
Ranah pengembangan sikap meliputi: (1) Menumbuhkan kesadaran
sejarah pada peserta didik agar mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan
tuntutan jaman pada waktu mereka hidup; (2) Menumbuhkan sikap menghargai
kepentingan atau kegunaan masa lampau bagi kehidupan masa kini suatu bangsa;
(3) Menumbuhkan sikap menghargai aspek kehidupan bagi masa kini dari
masyarakat dimana mereka hidup, yaitu masyarakat hasil dari pertumbuhan
masyarakat pada masa lampau, dan (4) Menumbuhkan kesadaran akan perubahan-
perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan
menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.
Selain dua ranah pengembangan di atas, pembelajaran sejarah juga
bertujuan untuk mengembangkan ranah pengembangan keterampilan yang
meliputi: (1) Meningkatkan pengembangan kemampuan dasar di kalangan peserta
didik berupa kemampuan penyusunan sejarah yang antara lain meliputi
pengumpulan jejak-jejak sejarah, kritik sejarah, interpretasi, serta menulis sejarah
sedaerhana; (2) Keterampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah kesejarahan (misalnya peranan tokoh dan hubungan peristiwa);
(3) Keterampilan menelaah buku sejarah, bertanya, berpikir analitis tentang
masalah-masalah sosial historis di kalangan masyarakatnya, dan (4) Keterampilan
bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup (rekonstruksi secara hidup dari
peristiwa sejarah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
Agar tujuan pengembangan pembelajaran sejarah tersebut tercapai, maka
diperlukan strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran. Menurut J.R David
(dikutip Wina Sanjaya, 2009: 126) dalam dunia pendidikan strategi diartikan
sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
educational goal”. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kemp (dikutip Wina Sanjaya, 2009: 126) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru
dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Menurut Dick and Carey (dikutip Wina Sanjaya, 2009: 126) strategi
pembelajaran adalah suatu materi atau prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik.
Sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang dilaksanakan untuk
melaksanakan strategi. Metode merupakan langkah teknis yang harus diambil
pengajar sejarah untuk mengefektifkan strategi yang digunakan (Kardiyat
Wiharyanto, 2001: 3). Labih lanjut dikatakan bahwa alasan pokok pemilihan
metode adalah pencampaian tujuan pengajaran yang ditentukan. Pengembangan
pembelajaran juga membutuhkan pendekatan pembelajaran yang diartikan sebagai
titik tolak terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya, strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung pada pendekatan
tertentu. Roy Killen (dikutip Wina Sanjaya, 2009: 127) mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
(teacher centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik
(student centred approaches). Hal itu juga berlaku pada pendekatan pembelajaran
sejarah sehingga metode dan strategi mengajarnya juga harus disesuaikan agar
pembelajaran berjalan secara efektif.
Pengajaran sejarah yang berbobot sangatlah bergantung pada guru sebagai
komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran. Tanpa seorang guru bagaimanapun bagusnya suatu strategi dan
metode pengajaran, maka strategi dan metode itu tidak dapat diaplikasikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan sangat tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan tekhnik, metode, dan taktik
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi peserta didik yang diajarnya, tetapi juga sebagai
pengelola pembelajaran (manager of learning). Guru sejarah dalam hal ini
haruslah berperan sebagai pengelola pembelajaran yang baik dengan selalu
menciptakan inovasi dalam pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan
metode dan strategi pengajaran yang baru dan efektif. Menurut Winarno
Surachmad (1990: 16) selain guru, proses interaktif pendidikan terdapat unsur-
unsur lain yang terlibat yaitu: (1) Tujuan; (2) Peserta didik; (3) Bahan; (4).
Metode; (5) Situasi dan sumber; (6) Penilaian.
5. Nilai Sejarah
Konsep nilai sejarah menurut Muhammad Taufik dan Sumijati
Atmosudiro dalam Humanika 18(3), April (2005: 428) menyatakan nilai sejarah
(historic value) sebagai nilai kesejarahan yang dimiliki suatu obyek atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
peristiwa-peristiwa yang penting yang melibatkan obyek tersebut. Nilai sejarah
tersebut dapat diketahui baik dari sumber tertulis, seperti prasasti dan karya sastra
maupun sumber tak tertulis misalnya gaya bangunan, seni arca, dan unsur-unsur
bangunan lainnya.
Deny Wahyu Hidayat dan kawan-kawan, dalam Arya Ronald (2008: 162):
berpendapat bahwa nilai sejarah adalah sejauh mana sumber daya arkeologi itu
dilatar belakangi oleh peristiwa sejarah yang dianggap penting serta yang
berkaitan secara simbolis dengan peristiwa terdahulu dari segi sejarah. Nilai
sejarah menurut I Gde Widja (1989: 8) adalah nilai-nilai masa lampau yang telah
teruji oleh zaman. Fungsi sejarah adalah mengabadikan pengalaman-pengalaman
masyarakat di waktu yang lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan
pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan problema-problema yang
dihadapinya.
Menurut Vernon (dikutip Subaryana, 1994: 9), nilai atau values pada
dasarnya merupakan sesuatu yang inheren pada diri pribadi manusia. Nilai juga
merupakan sesuatu yang luhur dan dijunjung tinggi oleh setiap masyarakat. Oleh
karena itu, nilai mengilhami anggota masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan
cara yang diterima oleh masyarakat (Gabriel, 1991: 31). Nilai merujuk pada sikap
orang terhadap suatu hal yang baik, namun nilai sifatnya abstrak dan metafisis
yang hanya tampak dan kelihatan secara nyata dalam perilaku orang yang
menghayatinya. Oleh karena itu, nilai memberikan suatu sikap dalam masyarakat
(Subaryana, 1994: 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 75
Anton Baker (1995: 282) menjelaskan nilai sebagai isi pemahaman (ide)
manusia dan setiap pengkosmos tentang diri dan tentang yang lain. Sedangkan
hakekat nilai adalah sebagai isi evaluasi pengkosmos tentang diri sendiri dan
tentang substansi-substansi yang lain. Jadi nilai dapat disimpulkan sebagai obyek
formal bagi taksasi pengkosmos yang mempunyai kegunaan bagi pengkosmos,
harga kesenangan yang diberikan, apa yang enak, yang praktis, yang dikagumi,
tetapi juga yang tidak menarik, yang dianggap tanpa mutu, tanpa guna, yang
kotor, yang menjijikan, yang menakutkan, yang membahayakan, nilai itu
merangsang agar dikejar, didambakan, dinikmati, atau dihindari.
Deddy Mulyana (2005: 27) mendefinisikan nilai sebagai sistem-sistem
kepercayaan, nilai dan sikap. Dimensi-dimensi evaluatif ini meliputi kualitas-
kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan
kebutuhan, dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai suatu tatanan
nilai yang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderung menyerap unsur-unsur
lain misalnya aspek budaya, sejarah, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
bahasa, dsb. Uraian beberapa definisi di atas maka nilai dapat diartikan
keberhargaan dan kebaikan yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh suatu
masyarakat serta akan tampak apabila terwujud dalam perilaku manusia.
Menurut Collingwood (1956: 10), nilai sejarah adalah “the values of
history, then, is that it teachs us what man has done and then that man is”.
Disimpulkan bahwa nilai-nilai sejarah adalah apa yang telah sejarah ajarkan
kepada kita yakni mengenai apa yang manusia kerjakan dan apa sebenarnya
manusia itu sendiri. Menurut Deny Wahyu Hidayat dkk, (dikutip Arya Ronald,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 76
2008: 162), nilai sejarah adalah sejauh mana sumber daya arkeologi itu
dilatarbelakangi oleh peristiwa sejarah yang dianggap penting serta yang berkaitan
secara simbolis dengan peristiwa terdahulu dari segi sejarah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai sejarah adalah sesuatu yang dianggap
baik dan bermanfaat dan dijunjung tinggi masyarakat pendukungnya, terutama
tercermin dalam tindakan dan perilaku yang positif, serta makna dari peristiwa-
peristiwa sejarah itu sendiri. Nilai-nilai yang memiliki dimensi-dimensi meliputi
kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan
kebutuhan, dan kesenangan yang cenderung menyerap aspek kesejarahan
berdasarkan nilai-nilai kebenaran individu (obyektifitas) yang berakar dalan diri
serta diupayakan untuk direalisasikan yang dapat mewarnai kepribadian kelompok
atau kepribadian bangsa.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan digunakan peneliti sebagai bahan
perbandingan dan pengkajian yang lebih mendalam di antaranya sebagai berikut:
1. Tesis yang ditulis oleh Joko Rewang, 2008. Gambar Pahlawan Nasional
sebagai Media Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus SMP di Kabupaten
Boyolali). Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa gambar pahlawan
nasional digunakan sebagai media pembelajaran untuk merangsang pemikiran,
perasaan, perhatian, dan kemampuan peserta didik atau mendorong proses
belajar. Penggunaan media pembelajaran ini bermanfaat untuk menciptakan
pembelajaran sejarah yang efektif. Penggunaan gambar pahlawan nasional ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai-nilai nasionalisme di kalangan peserta
didik yang pada masa sekarang sudah mulai memudar. Penelitian ini belum
mengungkap manfaat gambar pahlawan sebagai media pembelajaran sejarah,
sehingga penulis menganggap perlu juga menggunakan sumber pembelajaran
sejarah dengan novel sejarah agar proses pembelajaran berjalan menarik bagi
guru dan peserta didik.
2. Tesis yang ditulis oleh Suharto, 2009. Museum Kretek Sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah di SMA I Gebag Kudus. Dalam penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa kondisi yang dihadapi guru dalam memanfaatkan
Museum Kretek dihadapkan pada kendala teknis dan non teknis, kendala
intern dan ekstern yang berasal dari kepala sekolah, guru, peserta didik, orang
tua, dan pengelola museum kretek. Penelitian ini mengkaji peran museum
sebagai sumber pembelajaran sejarah dengan melakukan kajian kelemahan
dan kekuatan Museum Kretek di Kudus. Pada penelitian ini tidak mengangkat
nilai-nilai budaya yang dimiliki Museum Kretek sehingga pengajaran sejarah
yang komprehensif dengan melakukan kajian multi dimensional akan
menemui kendala. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dalam
mengkaji penggunaan karya sastra novel sebagai sumber pembelajaran
sejarah.
3. Tesis Suranto, 1999. Proses Pembelajaran Sejarah Nasional Indonesia dan
Umum (SNIU) di Sekolah Menengan Umum (SMU) Studi Kasus di SMU
Negeri Kota Administratif Jember). Tesis ini menyimpulkan bahwa
pembelajaran Sejarah Nasional Indonesia dan Umum di SMU Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
Administratif Jember kebanyakan masih bersifat konvensional yaitu guru
mendominasi kegiatan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa
melibatkan peserta didik agar berpikir aktif dan kreatif, sehingga pembelajaran
hanya berorientasi pada materi dalam kurikulum dan kurang diminati peserta
didik. Tesis ini berguna bagi penulis untuk menjelaskan bagaimana kondisi
pembelajaran sejarah secara umum di Sekolah Menengah Atas Negeri kota
Salatiga.
4. Tesis Neneng Dwi Setyowati. 2004. dengan judul Fungsionalisasi Benda
Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar dan Peningkatan Kesatuan Sejarah
Bangsa Peserta didik Sekolah Menengah umum Kabupaten Boyolali.
Kesimpulan yang diambil peneliti adalah: benda cagar budaya sebagai sumber
belajar dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Hasil
penelitian fungsionalisasi benda cagar budaya sebagai sumber belajar
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa benda cagar budaya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah, dan keanekaragaman
peninggalan sejarah dan kebudayaan yang ada di kabupaten Boyolali dapat
dijadikan sebagai alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Hasil penelitian
tersebut dapat menjadi bahan kajian dalam memperkaya kajian teori dan
membantu pembahasan tentang novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sebagai sumber pembelajaran sejarah.
C. Kerangka Berpikir
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Guru bukan hanya berfungsi sebagai sumber belajar dan fasilitator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 79
proses pembelajaran, tetapi guru juga harus mampu menjadi pengelola
pembelajaran (learning manajer), yaitu berperan dalam menciptakan iklim belajar
yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara nyaman dan menarik.
Secara mendasar dalam pembelajaran sejarah, seorang guru sejarah mempunyai
dua tugas pokok yaitu membuat Silabus dan Rencana Program Pembelajaran
(RPP) dan melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada mata
pelajaran sejarah guru dituntut untuk membuat pembelajaran semakin kondusif,
komunikatif, efektif, interaktif dan yang terpenting adalah diminati oleh peserta
didik. Kegiatan pembelajaran yang dianggap menarik oleh peserta didik akan
mempermudah tugas guru melaksanakan transfer ilmu dalam bentuk penyampaian
materi pembelajaran. Hal yang menjadi dasar guru dalam memodifikasi sumber
pembelajaran sejarah adalah harus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada silabus yang di dalamnya memuat
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Semua perangkat
pembelajaran tersebut disusun oleh guru berdasarkan pada kurikulum. Selain
guru, proses interaksi pembelajaran sejarah pasti terdapat unsur-unsur lain yang
saling mendukung yaitu materi pembelajaran, metode, dan sumber pembelajaran.
Tujuan dari pembelajaran sejarah adalah meningkatnya kesadaran peserta
didik terhadap masyarakat, lingkungannnya, dan negaranya melalui pemahaman
nilai dan pesan sejarah. Agar tujuan pembelajaran sejarah dapat tercapai maka
dibutuhkan strategi, metode, dan sumber pembelajaran yang bervariatif agar dapat
membangkitkan minat dan rasa senang peserta didik. Salah satu bagian dari upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah adalah dengan menggunakan sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
pembelajaran yang bervariatif. Pembelajaran sejarah akan berjalan efektif apabila
sumber yang digunakan dapat mengatasi kebosanan peserta didik terhadap mata
pelajaran sejarah.
Sesuai dengan fokus penelitian mengenai penggunaan karya sastra novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran maka penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk menggali pesan apa saja yang terdapat dalam
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, untuk mengetahui bagaimana
pemahaman guru terhadap penggunaan sumber belajar dengan novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels”, mengetahui bagaimana apresiasi guru terhadap penggunaan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai bahan pendamping sumber
pembelajaran sejarah, serta dapat mengetahui relevansi pegetahuan sejarah yang
terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terhadap Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran sejarah di Sekolah
Menengah Atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 81
Skema kerangka pikir yang penulis gunakan adalah sebagai berikut
PEMBELAJARAN SEJARAH
SILABUS
RPP
SUBER PEMBELAJARAN
NOVEL SEJARAH “JALAN RAYA POS JALAN
DAENDELS
PESAN SEJARAH PEMAHAMAN GURU SEJARAH
MATERI SEJARAH DALAM NOVEL “JALAN RAYA POS, JALAN DAENDELS” YANG
APRESIASI GURU SEJARAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga
yang meliputi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Salatiga, Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Salatiga, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Salatiga. alasan
pemilihan tempat penelitian berdasarkan tingkat homogenitas sekolah yaitu sama-
sama sekolah negeri di kota Salatiga Hasil penelitian diharapkan dapat membantu
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sejarah.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan yaitu dimulai pada
bulan Juli 2010 sampai dengan April 2011. Perincian waktu yang diperlukan:
a. Persiapan : 3 bulan (1 Agustus – 30 Oktober 2010).
b. Pengumpulan data : 3 bulan (1 November– 30 Januari 2010).
c. Analisis : 2 bulan (1 Februari – 31 Maret 2010).
d. Penyusunan laporan : 2 bulan (1 April 2011 – 30 Mei 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini merupakan penelitian dasar
yang berbentuk kualitatif. Menurut Sugiyono (2005: 1) penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Moleong (2001: 2)
menjelaskan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitan yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah salah satu dari dua
pendekatan dari metodologi yang terdapat dalam penelitian sosial, yang meliputi
sebuah pemahaman secara mendalam dari tingkah laku manusia dan alasan-lasan
yang mempengaruhi tingkah laku manusia, menelusuri bagaimana dan mengapa
pembuatan keputusan.
Adapun tujuan penelitian ini diantaranya dapat menggali pesan sejarah
yang terdapat dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, untuk mengetahui
bagaimana pemahaman guru terhadap penggunaan sumber pembelajaran dengan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, mengetahui bagaimana apresiasi guru
terhadap penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai bahan
pendamping sumber pembelajaran sejarah, serta dapat mengetahui bagaimana
relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 84
Adapun strategi yang digunakan adalah studi kasus tunggal. Suatu
penelitian disebut studi kasus tunggal, jika penelitian tersebut terarah pada satu
sasaran, satu lokasi atau subjek. Sedangkan studi kasus terpancang (embedded
case study research) karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan
dalam proposal sebelum peneliti melakukan penelitian langsung di lapangan dan
menggali permasalahan di lapangan (Sutopo, 1996: 43). Jumlah lokasi studi tidak
menentukan kasus tunggal atau ganda, tetapi yang paling penting mendasar adalah
adanya persamaan dan perbedaan karateristik. Sasaran dan lokasi menyangkut
tentang Penggunaan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai
sumber pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas kota Salatiga yang
sebelumnya belum pernah digunakan untuk sumber pembelajaran.
Sedangkan pendekatan studi kasus pada analisi kualitatif merupakan cara
khusus dalam pengumpulan data, penyusunan data, dan menganalisis data.
Tujuannya adalah untuk mencari informasi yang komprehensif sistematis dan
mendalam tentang kasus yang menarik. Hal yang penting dalam studi kasus
adalah informasi harus sedetail dan selengkap mungkin. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Patton (1983: 303), “The case study approach to qualitative
analysis is a specific way of collecting data, organizing data, analyzing data. The
purpose to gather comprehensive systematic and in depth about each case of
interest. The starting point for case analysis, then, is making sure at the
information for each case is a complete as possible”.
Jadi studi kasus ini digunakan untuk mencari informasi yang komprehensif
dari kasus-kasus yang menarik dalam penelitian dengan menggunakan karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 85
sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran
sejarah di Sekolah Menengah Atas kota Salatiga. Kemenarikan tersebut
dikarenakan belum pernah digunakannya karya sastra novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah pada Sekolah Menengah
Atas Negeri kota Salatiga.
C. Sumber Data
1. Informan atau Nara Sumber
Informan atau nara sumber dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dari penelitian dengan
menggunakan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai
sumber pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga.
Informan tersebut terdiri dari guru sejarah. Informan dari guru Sejarah di SMA
Negeri 1 Salatiga adalah Endah Harini, dari SMA Negeri 2 Salatiga adalah
Suprapti, dan SMA Negeri 3 Salatiga adalah Sri Maryati.
2. Dokumen atau Arsip
Dokumen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah novel
yang berjudul “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Dokumen lain mencangkup
perangkat administrasi dalam pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan inventaris media dan sumber pembelajaran
yang terdiri dari film dokumenter, internet, maupun buku teks sejarah kelas XI
untuk Sekolah Menangah Atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih
yang pertanyaanya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau kelompok subjek
untuk dijawab (Sudarwan Danim, 2002: 130). Menurut Patton (1983: 196)
wawancara adalah the purpose of intervewing in to find out what is in and on
some one else’s mind. Tujuan mewawancarai adalah mencari apa yang ada dalam
pikiran seseorang sehingga dapat diperoleh data yang akurat. Teknik ini dilakukan
di luar proses pembelajaran secara terpisah dengan tujuan tidak adanya pengaruh
antar masing-masing pihak.
Wawancara dilakukan secara mendalam atau in-dept interviewing. Dalam
penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dengan dua
cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data.
Pada konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip
wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam
mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi
(Sudarwan Danim, 2002: 130).
Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur yaitu wawancara bebas.
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang komentar atau
jawaban secara bebas. Wawancara untuk memperoleh data dalam penelitian
penggunaan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah ini dilakukan terhadap pihak-pihak yang terlibat secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 87
langsung maupun tidak langsung terhadap penelitian. Pihak yang terlibat secara
langsung adalah guru sejarah yang mengajar di kelas XI IPA pada Sekolah
Menengah Atas Negeri kota Salatiga. Wawancara dilakukan secara mendalam
atau in-dept interviewing. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui
pemahaman guru sejarah terhadap sumber pembelajaran sejarah dengan
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Selain itu penelitian juga
untuk mengetahui apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels” sebagai bahan pendamping sumber pembelajaran sejarah.
2. Studi Dokumen (Content Analysis)
Untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
penelitian, maka teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang yang
berupa perangkat kegiatan pembelajaran meliputi silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan jenis arsip yang dikumpulkan
berupa nama guru sejarah, koleksi buku sejarah, sumber pembelajaran sejarah
yang digunakan guru, dan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
Hasil pencatatan yang kemudian menjadi content analysis dalam pelaksanaanya
diusahakan untuk mencatat tentang hal yang berkaitan dengan kajian yang diteliti
baik yang tertulis dalam dokumen, arsip, maupun yang tersirat dalam
pembelajaran sejarah (Sutopo, 2002: 69). Hasilnya akan dibandingkan dengan
arsip, dokumen dan data lain yang berkaitan maupun yang didapat melalui
wawancara. Studi dokumen bertujuan untuk mengetahui pesan sejarah dan
relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.
E. Tekhnik Cuplikan
Menurut Sutopo (2006: 229) teknik cuplikan (sampling) yang digunakan
bukanlah cuplikan statistik atau yang bisa dikenal sebagai probability sampling
yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif cenderung
menggunakan teknik cuplikan yang sifatnya selektif dengan menggunakan
pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan dari
peneliti, maupun karakter empirisnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling (cuplikan) dengan criterion based selection
sebagaimana yang dikemukakan oleh Goetz dan Le Comte (dikutip Sutopo, 2006:
229)
Purposive Sampling digunakan dengan pertimbangan dapat memilih
informan secara seletif dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki
mengenai karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah. Purposive Sampling digunakan untuk menentukan guru
sejarah yang digunakan sebagai informan dalam wawancara.
Sementara strategi yang digunakan adalah cuplikan internal sampling
sebagaimana yang dikemukakan yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen (1982)
(dikutip Sutopo, 2006: 229) yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa
diambil begitu peneliti mempunyai suatu pikiran umum yang muncul mengenai
apa yang sudah dipelajari, dengan siapa akan berbicara, kapan perlu melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
observasi yang tepat (time sampling), dan beberapa jumlah serta macam dokumen
yang perlu di telaah.
Pada cuplikan yang bersifat internal, diharapkan dapat mewakili
informasinya bukan populasinya. Dalam teknik cuplikan informan yang
jumlahnya kecil dapat menjelaskan informasi tertentu secara lengkap dan benar
dibandingkan dengan banyak informan atau narasumber tetapi kurang mengetahui
dan memahami informasi yang sebenarnya. Sampling dalam penelitian sifatnya
yang internal mengarah pada kemungkinan generalisasi teoritis. Dengan
menerapkan strategi tersebut diharapkan peneliti mendapatkan data yang lengkap
dan akurat serta sifatnya reliable. Teknik cuplikan yang sifatnya internal ini
digunakan untuk menentukan guru sejarah yang dijadikan informan. Guru sejarah
harus dipilih berdasarkan pembagian jam mengajar yaitu bagi guru yang mengajar
kelas XI IPA karena telah menguasai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.
Pemilihan informan yang tepat diharapkan benar-benar dapat memberikan
informasi yang baik dan lengkap terkait dengan penggunaan karya sastra novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah.
F. Validitas Data
Menurut Sugiyono (2006: 117) dalam penelitian kualitatif, kriteria utama
terhadap hasil penelitian adalah valid, reliable, dan objektif. Lebih lanjut,
Moleong (2001: 31) menjelaskan teknik yang digunakan untuk menguji validitas
data dalam penelitian ini adalah trianggulasi. Trianggulasi yaitu teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 90
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data.
Dalam triangulasi ini data yang dilampirkan wajib menggunakan beragam sumber
data. Artinya data yang sejenis akan lebih mantab kebenarannya apabila diperoleh
dari beberapa sumber data. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber data
yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya apabila dibandingkan dengan data
sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber
yang sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya.
Triangulasi sumber yang memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-
beda untuk menggali data yang sejenis di sini tekanannya pada perbedaan sumber
data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain. Dengan cara mengali
data dari sumber yang berbeda-beda serta pengumpulan data yang berbeda maka
data yang sejenis dapat teruji kemantaban dan kebenarannya, teknik ini tetap
dinyatakan sebagai teknik triangulasi sumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 91
Wawancara Informan
Data
‘content analysis’ Dokumen / arsip
Trianggulasi dalam bentuk lain
Informan 1
Data wawancara Informan 2
Informan 3
Skema 1. Trianggulasi Sumber
Sumber: (Sutopo, 2006: 94)
Perbandingan-perbandingan sumber ini diperoleh dari membandingkan
sumber yang beragam dari hasil wawancara dengan guru sejarah yang terlibat
dalam penelitian tentang karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sebagai sumber pembelajaran sejarah yang belum pernah digunakan sebagai
sumber pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga.
Selain itu perbandingan sumber juga dilakukan dengan membandingkan antara
sumber hasil wawancara dengan sumber tertulis atau dokumen yang sudah ada
sebelumnya. Dari berbagai sumber tersebut peneliti dapat memperoleh data hasil
perspektif dan persepsi yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 92
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2006: 87) teknik analsis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat
simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Sutopo (2006: 230) menjelaskan analisis penelitian kualitatif bersifat
induktif, bahwa semua simpulan dibentuk dari semua informasi yang diperoleh
dari lapangan. Proses analisis ini dilakukan bersamaan sejak awal dengan proses
pengumpulan data, dengan melakukan beragam teknik refleksi bagi pendalaman
dan pemantapan data. Setiap data yang diperoleh akan selalu dikomparasikan
setiap unit atau kelompoknya untuk melihat keterkaitannya sesuai dengan tujuan
penelitian.
Dalam penelitian ini unit analisis kasus meliputi penelitian terkait dengan
penggunaan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga. Proses
analisis dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data dalam
bentuk refleksi.
Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis kasus
dengan menggunakan model analisis interakatif Miles dan Huberman (2000: 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 93
Kegiatan pokok analisis model ini meliputi; pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, simpulan-simpulan atau penarikan kesimpulan dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan data tertulis di lapangan. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya. Reduksi data ini berlanjut
terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir lengkap.
2. Sajian Data
Penyajian diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
melihat penyajian itu dapat memahami apa yang sedang terjadi dan yang harus
dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.
3. Penarikan Simpulan atau Verifikasi
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk lebih mengembangkan
ketelitian, misalnya dengan cara berdiskusi dan juga dengan melakukan repetisi
dalam satuan data yang berbeda. Sehingga konklusi yang didapatkan akan
semakin jelas, meningkat secara eksplisit dan akan memiliki landasan yang
semakin kuat. Simpulan akhir tidak akan dirumuskan sampai proses pengumpulan
data akhir, sedangkan simpulan data sementara dirumuskan dalam pelaksanaan
analisis dengan data verifikasi, gerak pengulangan, dan penelurusan data kembali.
Simpulan yang dirumuskan kurang mantab dicarikan pendukungnya dengan
melakukan pengumpulan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 94
teknik analisis data tersebut dapat digabarkan sebagai berikut:
( 1 ) ( 2 )
( 3 )
Skema 2. Proses Model Analisis interaktif
Sumber: (Sutopo, 2006:120)
Pengumpulan data
Sajian data
Penarikan simpulan/
ifik i
Reduksi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 95
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Latar
a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Salatiga adalah kota kecil di propinsi Jawa Tengah yamg mempunyai
luas wilayah ± 56,78 km 2, terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan,
berpenduduk 176.795 jiwa. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan
Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah selatan Kota Semarang
atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta. Adapun 4 kecamatan yang terdapat
di Salatiga terdiri, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo.
(diunduh dari http://www.pemkot-salatiga.go.id, pada tanggal 2 Mei 2011).
Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota regional
Jawa Tengah yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta, dan berada
di kawasan pembangunan strategis JOGLOSEMAR (Jogja, Solo dan
Semarang), serta menjadi bagian dari kawasan andalan KEDUNGSAPUR
(Kendal, Demak, Ungaran, Semarang, Salatiga, Purwodadi).
Salatiga berada pada ketinggan 450-800 meter di atas permukaan laut
dan berhawa sejuk serta dikelilingi oleh keindahan alam berupa gunung
(Merbabu, Telomoyo, Gajah Mungkur). Salatiga terkenal sebagai tempat
mobilitas urbanisasi dari daerah hinterland (pedalaman) ke kota Salatiga, yang
dipengaruhi oleh fungsi kota Salatiga sebagai kota pariwisata, kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 96
pendidikan, kota olah raga, serta kota jasa dan kota perdagangan (diunduh dari
http://www.hati-beriman.blogspot.com, pada tanggal 2 Mei 2011).
Secara geomorfologis Salatiga yang terletak di daerah pedalaman Jawa
Tengah dipagari oleh beberapa gunung dan pegunungan. Di sebelah Selatan
terdapat Gunung Merbabu yang kakinya langsung berpadu dengan
pegunungan Telomoyo dan gunung Gajah Mungkur. Perpaduan kaki kedua
gunung itu membentuk batas Barat Daya Salatiga. Di sebelah Utara terdapat
pegunungan Payung dan pegunungan Rong. Sedang di sebelah Barat Laut ada
Rawa Pening. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung itu menyebabkan
Salatiga terletak pada dataran yang nampaknya miring ke arah Barat berkisar
5-10 derajat. Dengan demikian Salatiga merupakan dataran dan sekaligus
lereng dari gunung dan pegunungan yang mengitarinya.
Akibat keadaan geografis dikelilingi pegunungan, iklim di Salatiga
menjadi sangat sejuk sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang
yang datang ke Salatiga. Bahkan, sejak jaman prasejarah, jaman Hindu Budha,
dan juga jaman Islam (madya), Salatiga sudah mempunyai posisi sangat
penting secara kosmologis, geografis, budaya, sosial, ekonomi, hingga
historis, yang dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan sejarah
yang dapat menunjukkan pentingnya keberadaan Kota Salatiga.
Keberadaan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di lingkungan
kota Salatiga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Beberapa benda-benda peninggalan sejarah peninggalan masa Hindu Budha
yang dapat dimanfaatkan adalah Prasasti Plumpungan sebagai cikal bakal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 97
lahirnya Salatiga. Prasasti ini layak dijadikan sumber pembelajaran sejarah
sesuai materi Hindu Budha. Hal ini dikarenakan, Prasasti Plumpungan
merupakan peninggalan Raja Bhanu sejak 750 Masehi yang isinya ketetapan
hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa
Hampra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah
administrasi kota Salatiga.
Benda bersejarah lain sekitar kota Salatiga yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembelajaran sejarah adalah peninggalan kolonial Belanda.
Pada umumnya benda-benda peninggalan sejarah masa kolonial di kota
Salatiga berupa bangunan-bangunan kuno yang tersebar di setiap kecamatan.
Bangunan-bangunan tersebut sebagian besar bercirikan arsitektur Eropa,
namun ada pula yang bernuansa Cina dan Jawa. Secara keseluruhan
bangunan-bangunan kuno tersebut bisa dikatagorikan ke dalam bangunan
rumah tinggal, bangunan kantor baik pemerintah maupun swasta, tempat
ibadah, gedung sekolah, dan jenis katagori lain seperti panti asuhan, rumah
sakit, hotel, bahkan rumah tahanan.
1) Bangunan rumah tinggal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
antara lain; (a) Rumah dinas Walikota Salatiga, bangunan ini semula adalah
rumah dinas Asisten Residen Belanda, terletak di wilayah eksklusif di tengah‐
tengah kota Salatiga tepatnya di Jalan Diponegoro; (b) Rumah keluarga Jati
Patah, pernah menjadi tempat tinggal Ibu Hartini Soekarno (istri mantan
Presiden RI pertama), bangunan ini didirikan pada awal abad ke‐19 oleh orang
Belanda sebagai tempat tinggal; (c) Rumah tinggal gaya arsitektur Belanda Cina
dan rumah tinggal keluarga Belanda di Jalan Diponegoro; (d) Asrama dan rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 98
dinas Corp Polisi Militer (CPM) di Jalan Diponegoro; (e) Asrama militer di Jalan
Yos Sudarso; (f) Asrama Kepatihan, rumah berarsitektur Jawa yang terletak di
Jalan Adi Sucipto ini dibangun pada tahun 1810 sebagai rumah pejabat patih; (g)
Rumah keluarga Cina Belanda, bangunan yang terletak di Jalan Semeru,
kelurahan Kalicacing ini berarsitektur perpaduan Cina dan Belanda yang
dibangun pada sekitar tahun 1890‐an; (h) Rumah dinas Komandan KOREM 073
yang didirikan 1900‐an di Jalan Diponegoro; (i) Rumah dinas TNI AD (Tangsi
Bambu) dan Tangsi 411, bangunan ini didirikan tahun 1800‐an yang awalnya
sebagai rumah dinas tentara Belanda.
2) Bangunan yang berbentuk tempat ibadah antara lain, (a) Gereja Protestan
Indonesia Bagian Barat (GPIB), berdasarkan angka tahun yang tertulis
pada loncengnya GPIB sudah berdiri atau dibangun pada tahun 1828
Masehi; (b) Klenteng Amurvabhumi, dibangun pada tahun 1872 di Jalan
Sukowati No.13, dibangun pada masa kolonial Belanda untuk pemujaan
kaum Budha, Taoisme, dan Konghuchu; (c) Gereja Kristen Jawa Tengah
Bagian Utara (GKJTU), dibangun pada tahun 1918 dengan gaya arsitektur
mengandalkan filsafat Eropa abad pertengahan; (d) Gereja Pentekosta Di
Indonesia (GPDI), bangunan Belanda yang dibangun pada tahun 1900-an;
(e) Gereja Mawar Sharon, tempat ibadah ini terletak di Jalan Sukowati,
awalnya adalah gedung tempat pertunjukan bioskop yang dibangun
Belanda pada awal abad ke-20; (f) Susteran Kebon Pala, didirikan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1940-an sebagai gedung untuk
para biarawati Katolik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 99
3) Bangunan kolonial yang berfungsi sebagai tempat perkantoran antara lain,
(a) Bank Central Asia (BCA), bangunan berada di Jalan Diponegoro
bangunan ini awalnya adalah Hotel Blue Mastin yang dibangun pada abad
ke-19; (b) Kantor Pegadaian Salatiga Utara, kantor Pegadaian ini dibangun
pada abad ke-19 oleh Pemerintah Kolonial Belanda, semula adalah gedung
Balai Lelang; (c) Kantor Komando Distrik Militer (KODIM), merupakan
tempat tinggal Bapak Niti Semito, seorang konglomerat pribumi pada
masa kolonial Belanda. Didirikan sekitar tahun 1900-an terletak di Jalan
Diponegoro; (d) Gedung Kubah Kembar, bangunan ini didirikan pada
tahun 1850 Masehi sebagai benteng pertahanan dan asrama tentara
Belanda atau KNIL; (e) Kantor Denpom ( Corps Polisi Militer ), gedung
ini didirikan pada tahun 1900; (f) kantor Pengadilan Agama, bangunan
terletak di Jalan Diponegoro ini semula adalah kantor pejabat Controleur
Belanda yang dibangun pada tahun 1900-an; (g) Kantor Pemerintah Kota
Salatiga, dulunya merupakan rumah tinggal untuk Ratu Yuliana apabila
mengunjungi Hindia Belanda didirikan pada abad ke-19; (h) Pendopo
Polisi Resort Salatiga, dibangun pada tahun 1810 sebagai kantor
Kepatihan; (i) Kantor Dinas Tata Kota, berdiri sekitar tahun 1900-an,
bangunan ini milik yayasan Cungwa Cungwe, yaitu sekolah untuk anak-
anak keturunan Tionghoa; (j) Gedung Pertemuan Daerah (GPD), awalnya
adalah Sociteit Harmonie untuk tempat dansa-dansa orang kulit putih; (k)
Bank Jateng Cabang Salatiga, dibangun pada abad ke-19 berfungsi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 100
hotel orang-orang kulit putih; (l) Kantor Pos, dibangun pada tahun 1900-
an sebagai kantor pos.
4) Bangunan sekolah masa kolonial yang dapat dijadikan sumber pembelajaran di
lingkungan kota Salatiga antara lain, (a) SD Negeri 1 Salatiga, dibangun pada
abad 20 dengan nama Eerste Europeesche Lagere School; (b) SD Margosari,
dibangun pada awal abad ke‐20 dahulunya adalah gedung Hollandsche Chinese
School (HCS); (c) SD Marsudirini 78, dulunya adalah tempat ibadah dan tempat
pendidikan Katolik; (d) SMP Negeri 1 Salatiga, dahulunya adalah gedung Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO); (e) SMP Negeri 2 Salatiga, dibangun pada
1919, dahulunya adalah Gouvernements Meisjes Kweekschool atau Sekolah Guru
Puteri Negeri; (f) SMP Negeri 9, dibangun pada tahun 1825 sebagai Balai
kesenian; (g) SMA Negeri 3 Salatiga, dibangun pada abad 19, awalnya adalah
Normaalschool atau sekolah setingkat SMA sekarang; (h) SMK Kristen, didirikan
pada 1920, awalnya tanah partikelir milik Belanda yang difungsikan sebagai
Sekolah Rakyat Sedio Tomo; (i) Roncalli, awalnya adalah rumah pengusaha
Tionghoa; (j) Gedung Pakuwon, dahulunya digunakan sebagai tempat perjanjian
antara Pangeran Sambernyowo dan Raden Mas Said (Perjanjian Salatiga)
Dari diskripsi tentang gambaran umum kota Salatiga, dapat
disimpulkan bahwa Salatiga adalah kotamadya terkecil yang mempunyai
sejarah panjang, sehingga pemahaman sejarah harus ditingkatkan terutama
untuk kalangan pelajar. Peninggalan-peninggalan sejarah masa Hindu-
Budha maupun kolonial Belanda sangat bagus apabila dimanfaatkan sebagai
sumber pembelajaran sejarah. Akan tetapi dalam pemanfaatannya
mempunyai kendala di antaranya, membutuhkan biaya besar dan alokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 101
waktu yang banyak karena tempatnya menyebar di seluruh penjuru kota
Salatiga. Oleh karena itulah, salah satu cara mengembangkan sumber
pembelajaran yang lebih mudah, murah, dapat meningkatkan daya kritis
peserta didik dan membutuhkan alokasi waktu yang sedikit digunakan karya
sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah. Tujuannya adalah meningkatkan minat peserta didik di
Sekolah Menengah Atas kota Salatiga terhadap pelajaran sejarah sekaligus
meningkatkan pemahaman terhadap sejarah bangsa.
Dilihat dari segi pendidikan, Salatiga adalah salah satu kota yang
mendapatkan predikat kota pendidikan. Status tersebut tercermin dalam
lambang kota Salatiga berupa patung Ganesha yang artinya adalah perlambang
bahwa peranan dan fungsi Salatiga sebagai kota yang menyumbangkan ilmu
pengetahuan. Salatiga sebagai kota pendidikan, dikarenakan memiliki 4
perguruan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE AMA), Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA)
dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), khusus untuk UKSW dijuluki
sebagai "Indonesia mini" dikarenakan mahasiswa terdiri dari berbagai suku di
Indonesia dan beragam budaya nusantara sering menjadi kegiatan rutin tahunan
dilaksanakan oleh UKSW.
Predikat sebagai kota pendidikan tidak hanya terlihat dari jumlah
universitas, tetapi juga dilihat dari kualitas dan jumlah instansi pendidikan
lainnya baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)
negeri maupun swasta. Sekolah-sekolah menengah di Salatiga melalui Internet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 102
dihubungkan dalam Jaringan Pendidikan Salatiga. Kota Salatiga mempunyai
3 SMA Negeri, 1 Madrasah Aliyah Negeri, 2 Madrasah Aliyah swasta, 5 SMA
swasta. Komposisi SMA/MA di Salatiga terdiri dari SMA Negeri 1 Salatiga,
SMA Negeri 2 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, MAN Kota Salatiga, MA
Asorkaty, MA Plus Al Madinah, SMA Kristen 1 Salatiga, SMA kristen 2
Salatiga, SMA Laboratorium Satya Wacana Salatiga, SMA Katholik
Theresiana, dan SMA Muhamadiyah.
Sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas Kejuruan (SMK), kota
Salatiga mempunyai 3 SMK Negeri dan 4 SMK Swasta yang terdiri dari SMK
1 Salatiga (SMEA), SMK Negeri 2 Salatiga (STM), dan SMK Negeri 3
Salatiga (STM), sedangkan untuk SMK Swasta diantaranya SMK Kristen 1
Salatiga, SMK Kristen 2 Salatiga, SMK Saraswati, SMK Pelita, dan SMK
Diponegoro. Di Salatiga ada 10 SMP Negeri, 1 MTs Negeri dan beberapa
SMP swasta seperti SMP Stella Matutina, SMP Kristen 1 Salatiga, SMP
Kristen 2 Salatiga, dan SMP Laboratorium Satya Wacana. Adapun beberapa
SD Negeri yang tersebar di banyak daerah dan juga swasta yang banyak
terpusat diperkotaan.
Lokasi penelitian ini diambil 3 Sekolah Menengah Atas Negeri di kota
Salatiga. Alasan pemilihan lokasi penelitian dikarenakan sama-sama sebagai
sekolah negeri di kota Salatiga sehingga sedikit banyak mempunyai
persamaan baik dalam pembelajaran, kurikulum, maupun dalam kecerdasan
peserta didik.
1) SMA Negeri 1 Salatiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 103
SMA Negeri 1 Salatiga berlokasi di Jalan Kemiri No. 1 kota
Salatiga, letaknya bersebelahan dengan Kampus Universitas Kristen Satya
Wacana dan berada di pusat kota. Sarana transportasi menuju sekolah
relatif mudah karena berada di dekat jalan arteri/utama, mudah dijangkau
baik oleh peserta didik yang tempat tinggalnya asli berasal dari kota
Salatiga maupun dari luar kota misalnya dari Kabupaten Semarang atau
Boyolali. Lokasi sekitar banyak terdapat berbagai sarana penunjang
pendidikan diantaranya adalah tempat foto copy, warung internet, kantin,
ataupun rumah kos khusus untuk peserta didik yang rumahnya jauh
bahkan berasal dari luar kota.
SMA Negeri 1 Salatiga awalnya adalah SMA B Yayasan didirikan
oleh beberapa tokoh terkemuka, terutama mereka yang berada di DPRD
Salatiga dan beberapa ilmuwan seperti Djoko Soetontro tanggal 1 Juli
1956. Pembentukan yayasan ini dimaksudkan untuk membantu warga di
Salatiga agar memiliki pendidikan lebih lanjut dan mendapatkan ujian
nasional di Salatiga sebagai persyaratan untuk mendaftar dan mengikuti
ujian nasional di Semarang.
SMA B didirikan sebagai sebuah sekolah menengah swasta senior
pada tanggal 1 Agustus 1954 di Jalan Diponegoro No. 39, pendirian itupun
setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah. SMA B secara resmi
diumumkan sebagai SMA Negeri 1 Salatiga (satu-satunya Sekolah
Menengah Atas Negeri di Salatiga) dua tahun kemudian pada 1 Agustus
1956. Keterbatasan daerah untuk mengelola dan masih sedikitnya peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 104
didik maka SMA Negeri 1 awalnya hanya membuka kelas Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) saja. Perkembangan selanjutnya sekolah mulai
stabil, memiliki sumber daya manusia yang memadai, dan didukung oleh
administrasi yang lebih baik, sehingga berani membuka SMA A (untuk
kelas Jurusan Bahasa) dan SMA C (untuk kelas Jurusan Ilmu Sosial) pada
tahun 1958/1959. SMA Negeri 1 Salatiga pada awal tahun 1960-an
terpaksa meminjam Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK) di jalan
Kemiri no 2, selanjutnya meminjam SMP 2 Salatiga dan SMP Negeri 1
Salatiga. Kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi dua yaitu di waktu
pagi hari dan sebagian di waktu sore hari
Pada tanggal 27 Mei 1966 SMAN 1 Salatiga diizinkan oleh
Pembantu Pelaksana Kuasa Perang (PEPEKUPER) Salatiga menempati
gedung yang letaknya di Jalan Kesatrian (sekarang Jalan A. Yani) dan
gedung di sebelahnya yang terletak di Jalan Diponegroro No. 39. Dengan
adanya bangunan baru maka sekolah-sekolah yang tadinya digunakan
dikembalikan fungsinya seperti semula. Beberapa kelas SMA Negeri 1
Salatiga kemudian menempati daerah yang berlokasi di Jalan Kemiri No 1
Salatiga. Awal mula penempatan gedung baru tersebut ketika M.
Soedijono, Walikota serta Pemimpin Yayasan SMA Negeri 1 Salatiga
berhasil memperoleh tanah. Hasilnya kelas di Jalan Kesatrian dan Jalan
Diponegoro, secara bertahap berubah menjadi Jalan Kemiri No 1. Terlepas
dari kenyataan bahwa sebagian tanah belum bisa ditempati (sekitar 7749
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 105
meter persegi tanah masih sengketa), semua kelas dapat diselenggarakan
di daerah sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Saat ini SMA Negeri 1 Salatiga mempunyai visi “Terwujudnya
insan yang berbudaya, berkepribadian, berkhlak mulia, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing nasional dan
internasional”. Sedangkan misinya adalah, (1) Memotivasi peserta didik
agar berakhlak mulia; (2) Meningkatkan kecerdasan, keterampilan,
kepribadian, budaya cinta tanah air, serta berdaya saing secara nasional
dan internasional; (3) Menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi; (4) Menyiapkan peserta didik untuk
mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke luar negeri; (5)
Meningkatkan pencapaian akademik peserta didik secara nasional dan
internasional; (6) Meningkatkan pembelajaran berbasis Information
Technology (IT) dan berbahasa internasional; (7) Meningkatkan
kemampuan pengelolaan sekolah secara nasional dan internasional; (8)
Membangun jejaring dan menigkatkan kemitraan secara nasional dan
internasional.
Sejak tahun 2011 ada ciri khas baru bagi lulusan SMA negeri 1
Salatiga. Peserta didik yang telah lulus memperoleh lisensi dari Colleague
Board Amerika Serikat untuk menyelenggarakan Standarized Achievement
Test (SAT). Peserta didik yang lulus tes ini tidak perlu melakukan tes lagi
jika ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Amerika Serikat,
mereka dapat secara langsung memilih perguruan tinggi mana yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 106
dimasuki. Apabila nilai ujian SAT-nya tinggi peserta didik yang berminat
melanjutkan di Amerika Serikat dapat memilih Chicago University, tetapi
apabila nilai SAT-nya rendah maka dapat memilih perguruan tinggi lain
yang berada di bawahnya.
SMA Negeri 1 Salatiga telah menggunakan KTSP secara penuh.
Fasilitas penunjang pendidikan bukan menjadi masalah. Sejak 26 April
2010 SMA Negeri 1 telah melaksanakan sistem moving class untuk
menambah keefektifan pembelajaran sebagai salah satu bentuk pelayanan
terhadap peserta didik. Sistem moving class artinya pembelajaran tidak
terpaku dalam satu kelas saja, tetapi dibagi dalam kelas-kelas yang
masing-masing kelas disediakan untuk satu mata pelajaran. Berdasarkan
keterangan yang diperoleh dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Prasarana Widodo Heri Iswanto (wawancara tanggal 13 Mei 2011),
diperoleh data mengenai sarana belajar mengajar yang ada yaitu 32 ruang
kelas masing-masing dilengkapi dengan 1 buah unit komputer dan LCD,
peta Indonesia dan peta dunia, serta whiteboard dan alat-alat kebersihan ,
4 laboratorium bahasa dilengkapi dengan alat pendingin udara, masing-
masing 2 ruang laboratorium fisika, kimia, dan biologi, 1 ruang
laboratorium astronomi dilengkapi dengan teropong bintang, 5 ruang
laboratorium komputer ber-AC, perpustakaan, mushola, ruang agama
Katolik, dan ruang agama Kristen, Gedung Serba Guna (GSG), lapangan
basket. Terkait dengan kualitas tenaga pendidik semuanya sudah di atas
rata-rata dan professional di bidangnya. Seluruh pendidik berjumlah 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 107
guru PNS, hampir 30 persen telah melanjutkan studi lanjut S 2 dan hampir
80 persen telah lolos sertifikasi guru.
SMA Negeri 1 Salatiga sebagai salah satu SMA favorit di kota
Salatiga menyediakan sumber belajar yang cukup lengkap, antara lain: (1)
Internet, jaringan internet dapat dimanfaatkan oleh guru selama 24 jam
dengan syarat telah mendaftar ke bagian pengelola internet. Setelah
mendaftar guru hanya butuh menulis akun dan pasword untuk
menggunakan internet. Akses yang cepat ini mendukung bagi guru untuk
mencari bahan ajar yang sekiranya bermanfaat bagi peserta didik. Guru
dapat mencari materi, kemudian gambar-gambar yang terkait dengan
materi, bahkan dengan mengunduh video dan film dokumenter yang dapat
membantu pengembangan sumber belajar dan mendukung proses
pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD). SMA Negeri 1 Salatiga menyediakan 5 area hotspot yaitu di
ruang guru dengan nama Cybersmanone, di ruang multimedia dengan
nama Smanssaomni, di Gedung Serba Guna (GSG) dengan nama
Cybersmanonehall, di area ruang kelas XII dengan nama Hotspot Timur
Atas, di area kelas XI dan X dengan mana Hotspot Barat Bawah.
Sama halnya dengan guru, peserta didik dapat memanfaatkan
internet setelah mendaftar ke bagian pengelola internet. Namun hal yang
membedakan bahwa peserta didik hanya dapat memanfaatkan internet
pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada saat istirahat dan setelah jam
pembelajaran di sekolah berakhir. Tujuaanya agar peserta didik tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 108
menggunakan internet pada jam pelajaran sehingga fokus mengikuti
pelajaran, apabila pelajaran tersebut membutuhkan sarana internet maka
guru yang bersangkutan harus membawa peserta didik ke ruang
multimedia atau terlebih dahulu menghubungi pengelola internet untuk
menghidupkan hotspot. Pada waktu-waktu yang telah ditentukan, peserta
didik dapat memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran sejarah
misalnya mencari materi pendukung dan bahan bacaan dari apa yang telah
disampaikan guru atau sekedar mengerjakan tugas mata pelajaran sejarah.
Agar pemanfaatan potensi internet sebagai sumber pembelajaran
dapat maksimal, sekolah sering menyelenggarakan pelatihan atau In
House Training (IHT) bagi para guru. Pelatihan yang dilakukan adalah
bagaimana memanfaatkan e-mail yang efektif untuk pembelajaran, guru
dituntut mempunyai blog sendiri untuk tempat mengupload bahan materi
ajar, guru harus mempunyai akun e-learning yaitu peserta didik yang
sudah didaftar dapat mengunduh materi ajar, dapat menyertakan tugas, dan
dapat mengevaluasi. Selain itu, guru harus mempunyai akun moodle yaitu
media yang memungkinkan peserta didik dan guru belajar jarak jauh
karena peserta didik dapat langsung chating dan mengunduh materi yang
telah disajikan guru. Kendala yang dihadapi sangatlah besar karena tidak
semua guru mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi
sehingga sebagian besar guru hanya mempunyai akun selanjutnya tidak
dikelola dengan baik. Jadi sumber pembelajaran melalui internet belum
dimanfaatkan secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 109
Kendala lain yang dihadapi dari pemanfaatan internet terkait
dengan kebiasaan peserta didik yang membuka alamat internet yang
kurang mendukung pembelajaran, bahkan sebagian besar waktu mereka
digunakan untuk membuka facebook, kaskus, twitter, atau situs-situs lain
yang sama sekali tidak ada hubungan dengan pelajaran. Selain itu, banyak
dari peserta didik yang sudah mempunyai modem sendiri, sehingga saat
mengikuti pelajaran tetap saja mengakses internet terutama pada mata
pelajaran dengan guru-guru yang kurang memperhatikan aktivitas peserta
didik di kelas. Pernyataan tentang bagaimana peserta didik memanfaatkan
internet diperoleh dari keterangan Roy Ardiansyah, peserta didik kelas XI
IA 1 (Wawancara pada 14 Mei 2011), ia mengatakan bahwa internet ia
gunakan untuk mencari sumber belajar, karena minatnya yang besar
terhadap pelajaran sejarah maka sangat senang sekali untuk mencari bahan
bacaan sejarah, bahkan sekarang sedang banyak mencari bahan-bahan
yang mendukung penelitiannya tentang benda-benda peninggalan Hindu
dan Budha di kota Salatiga dan sekitarnya untuk diajukan dalam penelitian
yang didanai Bloggrant.. Ia jarang membuka internet untuk situs-situs lain
seperti facebook atau twitter.
Pernyataan berbeda diperoleh dari Ida Sefira, peserta didik kelas
XI IA 3 (Wawancara pada 14 Mei 2011), ia mengatakan bahwa membuka
akses internet sebagian besar waktunya untuk facebook. chatting dan
membuka situs lain yang tidak ada hubungan dengan pembelajaran apalagi
pelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan, ia kurang berminat terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 110
pelajaran sejarah yang dinilainya pelajaran yang cukup sulit menginggat
daya hafalnya kurang. Namun apabila ada tugas sejarah dari guru, maka ia
sempatkan untuk mencari bahan dari buku dan internet.
Selain internet, guru dan peserta didik dapat memanfaatkan buku-
buku teks dan buku referensi sejarah lainnya yang dapat diperoleh di
perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah meminjamkan buku-buku
teks termasuk buku sejarah kepada peserta didik. Buku pinjaman sekolah
ini wajib dikembalikan di akhir tahun ajaran. Buku teks sejarah yang
dipinjamkan adalah buku teks sejarah bilingual, dari segi subtansi isi buku
bilingual kurang lengkap dibandingkan buku terbitan Erlangga atau
Yudistira. Perpustakaan menyediakan juga buku-buku sejarah dari
beberapa penerbit lain yang dapat dipinjam oleh peserta didik. Sejak tahun
pelajaran 2010/2011, mereka dapat pula memanfaatkan buku-buku
elektronik (e-book) yang telah dicetak oleh sekolah. Buku elektronik
termasuk buku sejarah terdiri dari banyak pilihan dengan penulis yang
berbeda, meskipun untuk jenjang dan jurusan yang sama. Oleh karena itu,
sebelum e-book dicetak terlebih dahulu diperiksa kelayakannya oleh guru
sejarah yang bersangkutan.
Guru dan peserta didik dapat menambah referensi karena terdapat
juga buku-buku sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai tambahan bahan
bacaan. Buku-buku itu misalnya buku tentang sejarah kota Salatiga,
Sejarah Nasional Indonesia dari jilid I sampai VI, Sejarah Kebudayaan
Indonesia (SKI), Kerajaan Majapahit, Biografi para Pahlawan Nasional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 111
Para Diktator di Dunia, Sejarah Indonesia Modern, ataupun buku tentang
masa Prasejarah yang diperoleh dari Sangiran.
Buku teks sejarah, buku referensi sejarah, internet sampai sekarang
telah dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Guru dapat
memanfaatkan potensi lain sebagai sumber pembelajaran karena terdapat
sumber lain di perpustakaan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan, yaitu
novel-novel sejarah. Novel sejarah yang tersedia di perpustakaan SMA
Negeri 1 Salatiga didominasi oleh karya Pramoedya Ananta Toer misalnya
Anak Semua Bangsa, Bumi Manusia, Rumah Kaca, Arok Dedes, Larasati,
dan Jalan Raya Pos Jalan Daendels. Ada pula karya Y.B Mangunwijaya
seperti Burung-Burung Rantau dan Burung-Buurung Manyar. Novel lain
yang ada sebagian besar adalah novel fiktif yang cocok untuk
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Penggunaan sumber pembelajaran berupa novel sejarah dalam
kegiatan pembelajaran belum pernah dilakukan oleh guru sejarah,
meskipun sering membaca di berbagai sumber yang menyarankan untuk
mencoba menggunakan novel sejarah sebagai salah satu sumber
pendamping buku teks. Hal ini dikarenakan banyak guru belum
mengetahui kriteria novel yang dapat digunakan sebagai sumber
pembelajaran dan masih jarang novel yang dapat dipakai sebagai sumber
pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang diberikan di kelas. Selain itu, masih ada keraguan dari
keefektifan penggunaan novel sejarah karena peserta didik kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 112
akan dibingungkan antara fakta yang sebenarnya dan fiksi yang termuat
dalam isi novel. (Catatan lapangan nomor 1. Wawancara dengan Endah
Harini, lokasi di SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011). Sebagai
langkah awal penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran
sejarah, maka dalam penelitian ini digunakan satu novel sejarah dari
Pramoedya Ananta Toer sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Pada tahun 2010/2011, SMA Negeri 1 Salatiga terdiri dari 32
Kelas. Kelas X terdiri atas 10 Kelas, kelas XI dan XII terbagi menjadi
masing-masing 11 kelas. Kelas XI terbagai menjadi 6 kelas IPA, 4 kelas
IPS, dan 1 Kelas bahasa. Sedangkan untuk kelas XII terbagai menjadi 6
kelas IPA, 3 kelas IPS, dan 2 kelas Bahasa. Seluruh jumlah peserta didik
adalah 1.200 peserta didik. Mereka dipilih dengan seleksi yang ketat
karena tuntutan standarisasi dan kualitas. Berdasarkan keterangan dari
Sutikno, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 1 Salatiga
(wawancara tanggal 13 Mei 2011), peserta didik yang diterima di SMA
Negeri 1 memiliki nilai SKHU rata-rata 8. Diwajibkannya para peserta
didik mengikuti psikotes dan unjuk keahlian berdasarkan sertifikat
kejuaraan pada saat seleksi penerimaan, ternyata proses itu sangat
mempengaruhi intake peserta didik yang diterima karena mereka memiliki
kecerdasan dan perilaku yang baik.
Dalam aplikasi dan pengembangan mata pelajaran sejarah, terdapat
4 guru sejarah yang mengabdi di sekolah ini, yakni Rini Budiastuti, Endah
Harini, Agus Eko Tjahyono, dan Ana Ngatiyono. Keempat guru lulusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 113
universitas yang berbeda, namun semuanya dari Program Studi Pendidikan
Sejarah atau dapat dikatakan berasal dari latar belakang keguruan,
sehingga mempunyai kemampuan mengajar yang baik dan profesional.
Rini Budiastuti adalah lulusan dari Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas
Satya Wacana, Endah Harini lulusan Universitas Satya Wacana dan tahun
2010 lulus Program Pasca Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas
Maret Surakarta, dan Agus Eko Tjahyono adalah lulusan Program Studi
Pendidikan Sejarah Universitas Satya Wacana juga, serta Ana Ngatiyono
adalah lulusan Jurusan Program Studi Pendidikan sejarah Universitas
Negeri Yogyakarta.
Rini Budiastuti adalah guru sejarah paling senior karena
pengabdiannya lebih dari 25 tahun. Endah Harini dan Agus Eko Tjahjono
berasal dari angkatannya yang sama dengan masa pengabdian sekitar 9
tahun. Sedangkan Ana Ngatiyono adalah guru baru yang baru ditempatkan
pada bulan April 2010. Ketiga guru yang disebutkan di awal merupakan
guru yang telah lolos setifikasi sehingga telah menjadi guru sejarah dengan
predikat profesional dan mempunyai beban mengajar minimal 24 jam
setiap minggu.
Keempat guru mempunyai cara dan strategi sendiri-sendiri dalam
mengajar. Agus Eko Tjahjono seringkali mengadopsi acara kuis dari
televisi Gosip atau Fakta sebagai metode pembelajaran di kelas dan
peserta didik sangat antusias mengikutinya. Ia Jarang menggunakan
sumber pembelajaran selain buku teks dan jarang pula menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 114
media pembelajaran berbasis IT misalnya menyajikan power point di kelas
dan lebih menyukai ceramah di kelas dengan diselingi humor dalam
menjelaskan materi. Terkait dengan pengalamannya menyelenggarakan
pembelajaran di luar sekolah (studi wisata sejarah), Agus Eko Tjahjono
sudah berpengalaman karena dalam kalender akademik sudah menjadi
program wajib bahwa kelas X dilaksanakan studi wisata sejarah dengan
tujuan Sangiran, Keraton Mangkunegaran dan Kasunanan Surakarta, serta
pabrik gula Tasikmadu (Sondokoro). Pada tahun-tahun ajaran berikutnya
tujuan bisa saja berubah sesuai dengan selera yang dikehendaki oleh
peserta didik.
Rini Budiastuti menggunakan metode pemberian tugas dan peserta
didiknya ternyata mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan memuaskan.
Dalam pembelajaran di kelas jarang menggunakan media pembelajaran
berbasis IT seperti power point dan sumber pembelajaran yang digunakan
adalah buku teks sejarah dan LKS. Ia juga menggunakan film sejarah
sebagai media sekaligus sumber belajar. Sedangkan Endah Harini sering
menggunakan media pembelajaran berbasis IT yaitu penyajian materi
dengan power point dan memanfaatkan benda-benda peninggalan kolonial
di Salatiga sebagai sumber pembelajaran sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas XI jurusan yang
diampunya.
2) SMA Negeri 2 Salatiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 115
SMA Negeri 2 Salatiga beralamat di Jalan Tegalrejo 79 Salatiga
Kode Pos 50731, Telpon:(0298) 322250 Fax. (316638). Website resmi
SMA Negeri 2 Salatiga adalah sma2salatiga.sch.id (diunduh dari
http://sma2salatiga.sch.id, pada tanggal 3 Mei 2011). Sekolah ini
memiliki visi unggul dalam prestasi, beriman dan bertakwa. SMA Negeri
2 saat ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri dengan nilai Akreditasi
baik di kota Salatiga dengan didukung fasilitas yang cukup lengkap,
ditunjang oleh kepala sekolah, guru dan karyawan yang berdedikasi tinggi.
Meskipun tidak terletak di lokasi yang strategis namun SMA
Negeri 2 Salatiga merupakan sekolah yang nyaman untuk melaksanakan
proses pembelajaran. Berada jauh dari pusat kota Salatiga dan berlokasi di
daerah Tegalrejo SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai lingkungan sekolah
yang hijau, sejuk, dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, namun
karena letaknya yang agak jauh dari pusat kota dan sarana transportasi
menuju sekolah yang terbatas, menyebabkan sekolah ini menjadi pilihan
terakhir dari tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di kota
Salatiga. Akibatnya intake peserta didik berada di urutan paling bawah
bila dibandingkan dengan dua SMA Negeri yang lain. Hal ini dibenarkan
oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Hendrawati (wawancara
tanggal 16 Mei 2011).
SMA Negeri 2 merupakan kategori mandiri pertama di kota
Salatiga dengan didukung berbagai fasilitas yang memadai. Ini terbukti
pada saat Akreditasi bulan Juni 2007, SMA Negeri 2 Salatiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 116
Terakreditasi A dengan nilai 96,23. Penilaian ini diperoleh dari unsur
kurikulum, kepeserta didikan, kehumasan, dan tidak kalah pentingnya
sarana prasarana yang cukup bagus.
Dari segi prasarana kelas memang belum sepenuhnya maksimal
karena di setiap kelas belum terpasang LCD proyektor sehingga bagi guru
terutama guru sejarah yang menginginkan mengajar dengan berbasis IT
harus memasang sendiri. LCD proyektor dapat dipinjam di bagian
kurikulum dan prasarana. Pelaksanaan pembelajaran telah menggunakan
moving class meskipun belum sepenuhnya berjalan secara maksimal.
Hambatannya adalah belum mempunyai ruang khusus untuk setiap mata
pelajaran, waktu yang terbuang pada saat perpindahan kelas juga menjadi
pertimbangan untuk terus dilaksanakan moving class. Dari pertimbangan
itu, sistem moving class yang dicoba pada awal semester satu tahun ajaran
2010/2011 hanya bertahan selama 3 bulan. Sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran antara lain, laboratorium Fisika, Kimia, dan
Biologi, lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan voli, musholla,
ruang internet (multimedia), dan gedung pertemuan. SMA Negeri 2
Salatiga belum mempunyai laboratorium IPS.
Dalam segi pembelajaran, di samping pembelajaran di kelas juga
menyediakan sarana pembelajaran pada Online School. Online School ini
diharapkan mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu belajar dan
menjadi sarana belajar yang efektif bagi peserta didik. Intermet mulai aktif
digunakan sebagai sumber pembelajaran mulai tahun 2009. Guru dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 117
memanfaatkan akses internet melalui hotspot yang dipasang di ruang guru
dengan nama “KangGuru”. Hotspot terpasang 24 jam dapat dimanfaatkan
oleh guru untuk mengakses data yang terkait dengan pembelajaran.
Sebenarnya guru sejarah dapat memanfaatkan akses internet untuk
mencari tambahan referensi bacaan terkait materi ajar ataupun mencari
gambar-gambar peristiwa, benda-benda atau tokoh yang berhubungan
dengan materi sejarah tertentu. Akses internet relatif cepat karena belum
banyak guru yang memanfaatkannya.
Kendalanya dalam pembelajaran sejarah karena ketiga guru sejarah
di SMA Negeri 2 Salatiga belum memanfaatkan secara optimal sumber
pembelajaran dari internet untuk mencari bahan materi ajar, video/film
dokumenter atau gambar-gambar terkait peristiwa sejarah. hanya
Suwandhi yang sering mengunduh materi dan bahan bacaan pendukung
buku teks. Sebagian besar dari mereka hanya memanfaatkan buku teks
atau paket sebagai bahan ajar utama. Pernyataan itu dipertegas oleh
Suprapti (wawancara tanggal 16 Mei 2011), yang mengatakan bahwa
dirinya jarang sekali menggunakan internet, hanya ketika ada`waktu
kosong disempatkan untuk mencari sumber-sumber pendukung yang
sekiranya tidak tercantum dalam buku teks. Hal berbeda disampaikan
Puniyem (wawancara 16 Mei 2011), yang menyatakan bahwa ia jarang
sekali mengakses internet yang disediakan sekolah karena menurutnya
menggunakan buku teks dengan metode mengajar yang menarik sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 118
cukup menyampaikan pesan atau nilai yang terkandung dalam setiap
materi sejarah.
Peserta didik juga dapat memanfaatkan akses internet tetapi lebih
terbatas hanya untuk kepentingan pembelajaran. Dengan online school
yang dicoba dikembangkan sebenarnya bertujuan agar peserta didik dan
guru dapat melakukan aktivitas belajar mengajar melalui e-mail, namun
sampai sekarang belum terlaksana secara optimal. Hal ini dikarenakan
hanya guru-guru yang sudah paham IT yang mampu menggunakan,
padahal hampir 60 % guru belum mempunyai pemahaman IT yang bagus.
Walaupun banyak guru yang sudah mempunyai e-mail namun, belum
dikelola dengan baik untuk dimanfaatkan sebagai penunjang pembelajaran
melalui Online School. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Kepala
Sekolah, Purwadi (wawancara tanggal 16 Mei 2011) .
Hambatan lain yang dialami peserta didik dalam memanfaatkan
internet sebagai sumber pembelajaran adalah terbatasnya area hotspot,
hanya di ruang multimedia dan kelas-kelas yang berdekatan dengan ruang
guru saja yang mudah untuk mengakses internet. Mereka dapat
memanfaatkan internet kapan saja karena tidak diatur waktunya. Dari
penyataan Muhamad Solikhin kelas XI IA 2 (wawancara pada 16 Mei
2011) agar tetap bisa menggunakan internet, ia membeli modem sehingga
tidak terkendala oleh terbatasnya area hotspot. Dengan harga modem yang
semakin murah menyebabkan banyak peserta didik dapat memanfaatkan
internet tidak hanya di sekolah tetapi dimana saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 119
Peserta didik banyak memanfaatkan internet untuk mencari
tambahan materi pembelajaran atau sekedar mengerjakan tugas meskipun
terkadang mereka mengakses bukan untuk kepentingan pembelajaran
tetapi membuka situs-situs lain yang tidak ada kaitan dengan
pembelajaran. Wahyu Arif Hidayat XI IA 2 (wawancara tanggal 16 Mei
2011) mengatakan bahwa ia sering membawa laptop ke sekolah sehingga
pada jam-jam di luar pelajaran selalu ke pelataran mushola yang
bersebelahan dengan ruang guru untuk mengakses internet, ia sering
mengakses sumber-sumber bacaan yang mendukung pembelajaran
misalnya materi Biologi, Fisika, atau Kimia. Untuk mata pelajaran sejarah
ia hanya sekedar memanfaatkan ketika mengerjakan tugas sejarah yang
diberikan guru. Membuka situs Facebook menjadi hal yang biasa dan
menjadi “menu" wajib ketika berhadapan dengan internet.
Guru sejarah dan peserta didik juga dapat memanfaatkan buku-
buku teks sejarah yang disediakan di perpustakaan. Perpustakaan
meminjamkan buku teks termasuk buku teks sejarah kepada setiap peserta
didik dan wajib dikembalikan setelah tahun ajaran selesai. Buku sejarah
yang dipinjamkan adalah bukanlah buku bilinggual tetapi buku terbitan
Yudistira. Perpustakaan sekolah juga menyediakan buku sejarah dari
penerbit lain termasuk juga buku bilinggual yang dapat dipinjam masing-
masing selama satu minggu dan dapat diperpanjang. Sebagian besar
koleksi perpustakaan hanya buku-buku teks saja, sangat jarang sekali
terdapat buku referensi sejarah lain sebagai tambahan bahan bacaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 120
dapat mendukung bahan materi ajar. Buku sejarah yang ada hanya Sejarah
Nasional Indonesia (SNI) jilid I sampai VI dan Sejarah Indonesia Modern
karya M.C Ricklef. Koleksi novel sejarah juga sangat terbatas sekali hanya
ada novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia,
Arok Dedes, dan Anak Semua Bangsa. Koleksi novel yang lain adalah
novel fiktif.
Guru sejarah di SMA Negeri 2 Salatiga masih terbatas pada
penggunaan buku teks sejarah Sejarah Nasional Indonesia (SNI). Terkait
dengan sumber pembelajaran dari buku teks, SMA Negeri 2 Salatiga
belum memanfaatkan buku elektronik (e-book) secara maksimal artinya
bahwa buku-buku itu hanya didownload sebagian guru saja. E-book belum
dicetak sehingga peserta didik belum dapat memanfaatkan, padahal
program e-book adalah layanan buku murah dari Kementerian Pendidikan
Nasional Indonesia (Kemendiknas).
Suprapti guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Salatiga
menyatakan bahwa penggunaan novel berlatar sejarah sebagai sumber
pembelajaran baru ia dengar, dan menurutnya untuk menjadikan efektif
penggunaan sumber tersebut pasti akan menemukan kesulitan. Dalam
kegiatan pembelajaran ia menggunakan buku teks dengan metode utama
adalah ceramah karena alokasi waktu yang terbatas dan disesuaikan
dengan kemampuan peserta didik. Keberhasilan kegiatan pembelajaran
yang diukur dari nilai siswa setelah menjawab soal-soal Tes Tengah
Semester atau Tes Akhir Semester menjadi beban tersendiri bagi guru, di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 121
satu sisi mereka terbebani dengan keharusan menggunakan sumber
pembelajaran yang bervarisi, di sisi yang lain mereka terbebani dengan
kewajiban membuat siswa dapat menjawab soal test sesuai Standar
Kometensi dan Kompetensi Dasar. (Catatan lapangan nomor 1, wawancara
dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011).
Kurikulum yang diterapkan sepenuhnya telah menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahun 2010/2011
SMA Negeri 2 Salatiga memiliki 28 Kelas terdiri dari 10 kelas X, 10 kelas
XI dan 8 kelas XII. Kelas XI terbagi atas beberapa kelas, yakni 5 kelas
IPS, 3 Kelas IPA, dan 2 kelas Bahasa. Kelas XII terbagi menjadi 8 kelas
yakni 4 kelas IPS, 3 kelas IPA, dan 1 kelas Bahasa. Guru sejarah
berjumlah tiga yaitu Suwandhi, Suprapti, dan Puniyem. Seluruh guru
sejarah telah tersertifikasi sehingga sudah mendapatkan predikat guru
profesional dengan jam mengajar minimal 24 jam pelajaran setiap minggu.
Suprapti merupakan guru sejarah yang paling senior karena telah
mengabdi hampir selama 26 tahun.
Suprapti merupakan guru sejarah lulusan Program Studi
Pendidikan Sejarah dari IKIP Semarang, sedangkan Puniyem adalah
lulusan dari Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Satya Wacana
Salatiga. Ia telah mengabdi selama kurang lebih 15 tahun. Satu lagi guru
sejarah yang masa pengabdiannya lebih pendek baru sekitar 9 tahun adalah
Suwandhi, guru yang akrab disapa pak Wandhi ini adalah lulusan dari
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Satya Wacana Salatiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 122
Semua guru sejarah adalah lulusan dari program studi pendidikan sejarah
atau program studi keguruan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi mereka
mempunyai kualitas yang baik dalam mengajar apalagi pengalaman
mengajar yang sudah lama menjadikannya lebih peka terhadap kebutuhan
peserta didik.
Metode mengajar yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 2
Salatiga belum mengoptimalkan beberapa sumber pembelajaran yang ada
di sekitar. Hal ini dipertegas oleh Suprapti yang lebih suka menggunakan
metode ceramah yang dirasa lebih efektif mengingat kemampuan peserta
didik dan alokasi waktu yang tersedia sangat terbatas. Dalam menjelaskan
materi pembelajaran Hindu Budha dan masa kolonial Belanda guru belum
memanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah jaman Hindu Budha dan
kolonial di Salatiga, begitu juga dengan menggunakan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran sejarah.
3) SMA Negeri 3 Salatiga
SMA Negeri 3 Salatiga berlokasi di Jalan Kartini No. 34 Salatiga.
Sarana transportasi menuju sekolah relatif mudah karena letaknya yang
berada di tengah kota. SMA 3 (Eks SPG) Salatiga menempati seluruh
Gedung serta lokasi Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Salatiga sejak
dialihfungsikan. Sejak penjajahan Jepang sekolah ini digunakan untuk
Sihang Gakko. Pada jaman penjajahan Belanda, sekolah ini digunakan
sebagai Gauverment Jongens Normal School. Tahun 1945-1947 digunakan
untuk Sekolah Guru Laki-Laki (SGL).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 123
Pada pendudukan Belanda tahun 1948 hingga tahun 1950
digunakan oleh tentara Belanda. Tahun 1950-1951 digunakan oleh Tentara
Nasional. Tahun 1951 digunakan lagi untuk Sekolah Pendidikan Guru
(SGB) hingga tahun 1960 dengan nama SGB Negeri 1. Tahun 1959-1960
dipakai bersama-sama oleh SGB Negeri 1 dan SGTK Negeri. Tahun 1960-
1964 SGA dan SGTK diintegrasikan menjadi SPG hingga tahun 1991.
Tahun 1991 SPG Negeri Salatiga dialihfungsikan menjadi SMA 3
Salatiga. (diunduh dari http :/ /sman 3 salatiga. com/ index.php?pilih=
hal&id=9, pada tanggal 18 Mei 2011)
Peserta didik SMA Negeri 3 umumnya mempunyai tingkat
kecerdasan yang sebenarnya juga patut diperhitungkan. Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum, Aris Kusmanto (wawancara tanggal 18 Mei
2011), diungkapkan bahwa rata-rata SKHU peserta didik yang diterima di
SMA Negeri 3 adalah 7,5. Mereka enggan untuk masuk ke SMA Negeri 1
karena berbagai alasan, misalnya karena SMA Negeri 1 dengan statusnya
sebagai RSBI dikenal biayanya relatif lebih mahal. Alasan yang lain
adalah karena ingin lebih berprestasi dengan tidak terlalu banyak saingan,
juga karena dari segi transportasi SMA Negeri 3 Salatiga relatif lebih
mudah dijangkau karena letaknya yang di tengah kota.
SMA Negeri 3 Salaatiga mempunyai misi “Unggul Prestasi Serasi
dalam Budi Pekerti Berdaya Saing Global”. Misi yang diharapkan dalam
mewujudkan visi sebagai berikut: (1) Menyediakan pelayanan belajar yang
efektif dengan sumber belajar yang memadai; (2) Melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 124
remedial/pengayaan yang berkelanjutan. Penambahan jam pada pelajaran
yang diujikan secara nasional kepada peserta didik kelas X, XI, XII; (3)
Melaksanakan UHT (Ulangan harian terprogram) kepada peserta didik
kelas X, XI, XII pada semester I dan II; (4) Kerjasama dengan lembaga
bimbingan belajar untuk persiapan ke SPMB; (5) Pelatihan dan
mendorong peserta didik mengenal potensi diri untuk bersaing dalam
setiap even/kegiatan; (6) Menyediakan wahana pembinaan peserta didik
bidang non akademis, melalui kegiatan ekstrakurikuler; (7) Memasukkan
pelajaran bimbingan karier dan budi pekerti ke dalam kegiatan
intrakurikuler bagi peserta didik kelas X dan XI; (8) Menkoordinasi
pembinaan mental spiritual yang berkesinambungan; (9) Mengajak orang
tua/wali murid memberikan bimbingan dalam hal budi pekerti yang baik;
(10) Menyediakan wahana komunikasi, koordinasi antara sekolah, orang
tua, masyarakat dan instansi yang terkait untuk menunjang terlaksananya
program sekolah; (11) Memberikan pelatihan ketrampilan komputer bagi
peserta didik yang tidak akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
sehingga peserta didik mampu mengidentifikasi, menggunakan dan
mereparasi macam-macam peralatan elektronika.
Kriteria yang dimiliki oleh SMA Negeri 3 Salatiga adalah kinerja
sekolah indikator terakreditasi A, rerata nilai Ujian Nasional 3 tahun
terakhir 75 dengan presentase 100 %. SMA 3 Salatiga telah melaksanakan
manajemen berbasis sekolah. Rata-rata satu kelas berjumlah 34 peserta
didik. Guru-gurunya hampir 90% memenuhi kualifikasi akademik S 1 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 125
telah sesuai dengan latar belakang pendidikan. Ada juga guru yang
berprestasi dari tingkat kota sampai dengan tingkat nasional misalnya
Saptono Nugrohadi yang meraih predikat guru berprestasi nasional Dinas
Pendidikan dan kebudayaan. Saptono Nugrohadi sekarang menjadi Kepala
Sekolah SMA Negeri 1 Salatiga.
Fasilitas belajar secara umum yang tersedia cukup memadai,
walaupun sarana penunjang pendidikan sejarah belum memadai secara
maksimal. LCD proyektor masih sangat terbatas, tidak semua ruang kelas
tersedia karena hanya ruang multimedia saja yang dipasang. Sarana
prasarana pendukung pembelajaran antara lain, laboratorium Fisika,
Kimia, Biologi, lapangan voli, lapangan basket, gedung pertemuan, dan
musholla. Laboratorium IPS sebenarnya sudah ada namun koleksi buku-
buku dan benda-benda sejarah penunjang pembelajaran masih kurang,
termasuk koleksi film-film sejarah yang masih langka.
Sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan
peserta didik di SMA Negeri 3 Salatiga antara lain, akses internet.
Tuntutan pembelajaran yang berbasis IT menjadikan sekolah harus
memanfaatkan akses internet untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Guru maupun peserta didik di SMA Negeri 3 Salatiga dapat mengakses
internet sebagai sumber pembelajaran karena hotspot sudah terpasang di
ruang guru dan ruang multimedia. Guru dapat memanfaatkan akses
internet dari hotspot tanpa batas waktu untuk mengakses informasi
maupun sumber pembelajaran. SMA Negeri 3 Salatiga sudah banyak guru-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 126
guru yang memanfaatkan sumber pembelajaran dari internet termasuk
guru-guru mata pelajaran sejarah yaitu Suwardjo, Maryati dan Lestari.
Guru sejarah dapat memanfaatkan internet untuk mencari bahan
ajar atau sekedar menambah bacaan yang dapat mendukung penyampaian
materi pembelajaran. Agar pembelajaran lebih menarik maka dengan
memanfaatkan internet guru dapat menambah koleksi gambar-gambar atau
video dokumenter yang sesuai dengan materi ajar. Lain halnya dengan
guru, peserta didikpun dapat memanfaatkan internet tetapi diatur pada
jam-jam tertentu yaitu pada saat istirahat dan waktu usai jam pelajaran.
Oleh karena itu, mulai jam pulang sekolah yaitu pukul 14.15 mereka dapat
memanfaatkan internet untuk mencari bahan-bahan yang terkait dengan
materi pembelajaran ataupun untuk mencari bahan tugas sekolah. Namun
banyak juga yang memanfaatkan internet hanya untuk membuka situs
pertemanan facebook.
Pemanfaatan internet dikalangan peserta didik SMA Negeri 3
Salatiga diperoleh dari keterangan Sandi Tirta Prasadana kelas XI IPA 2
(wawancara tanggal 18 Mei 2011) yang menyatakan bahwa sebagian ia
menggunakan internet hanya sebatas untuk mencari bahan tugas,
selebihnya digunakan untuk membuka facebook, kompas.com atau
bolanews. Hal berbeda diungkapkan oleh Mutiara Bintang Timur kelas XI
IPA 4 (wawancara tanggal 18 Mei 2011) yang menyatakan bahwa dengan
adanya akses internet dapat membatu dalam menyelesaikan tugas sekolah
dan mengisi waktu untuk mencari informasi yang terkait dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 127
pembelajaran, terkait dengan facebook ia hanya sekedar membuka dan
tidak menggunakannya secara berlebihan. Ia mencari sumber bacaan
sejarah apabila diberikan tugas oleh guru.
Sumber pembelajaran lain yang dapat digunakan oleh guru dan
peserta didik adalah buku teks. Sama dengan sekolah menengah yang lain,
perpustakaan meminjamkan buku teks termasuk juga buku sejarah kepada
peserta didik dan wajib dikembalikan saat tahun ajaran selesai, apabila ada
buku yang dihilangkan maka wajib menganti dengan buku baru atau
membayar denda. Buku teks sejarah yang dipinjamkan adalah buku
terbitan Erlangga. Dari segi isinya, buku teks tersebut sudah cukup
lengkap dan bagus meskipun tampilannya agak kurang menarik dengan
keterbatasan gambar. Buku teks yang berasal dari penerbit lain, termasuk
buku sejarah bilingual juga disediakan oleh perpustakaan untuk
dimanfaatkan dengan cara dipinjam dengan batasan waktu tertentu.
Soendari (wawancara pada 18 Mei 2011) petugas perpustakaan
menyatakan untuk menambah bahan belajar sejarah, peserta didik banyak
meminjam buku teks yang bilingual, alasan mereka adalah dapat belajar
dua hal sekaligus yaitu belajar sejarah sambil belajar bahasa Inggris.
Namun banyak pula yang meminjam buku dari penerbit Yudistira dengan
alasan sebagai perbandingan saja. Sementara hampir semua guru
mengunakan buku pokok terbitan Erlangga karena isinya lengkap.
SMA Negeri 3 Salatiga belum memanfaatkan secara optimal buku-
buku teks elektronik atau sering disebut e-book. Hanya masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 128
guru dan peserta didik yang mengunduh e-book yang dapat memanfaatkan,
hal ini dikarenakan belum ada kebijakan dari sekolah untuk mencetaknya.
Namun direncanakan mulai tahun ajaran 2011/2012 akan segera
merealisasikan untuk mencetak buku elektronik termasuk e-book sejarah
agar dapat dimanfaatkan peserta didik secara massal. E-book merupakan
program dari Kementrian Pendidikan Nasional untuk meluncurkan buku
murah agar dapat dijangkau semua lapisan masyarakat dengan
pertimbangan bahwa e-book sudah melalui tahap penyaringan yang ketat
sehingga sisinya cukup lengkap dan bagus. Koleksi buku-buku sejarah
selain buku teks tidak begitu banyak hanya buku-buku dasar saja seperti
Sejarah Nasional Indonesia (SNI), Sejarah Indonesia Modern dan Sejarah
Kebudayaan Indonesia. Sedangkan koleksi novel sejarah sangat minim
sekali sebagian besar didominasi oleh novel fiktif biasa yang cocok untuk
bahan kajian mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Menurut Sri Maryati, salah guru mata pelajaran sejarah SMA
Negeri 3 Salatiga, penggunaan materi ajar yang berasal dari sumber
pembelajaran berupa novel sejarah. Menurutnya permasalahan dalam
pembelajaran sejarah yaitu terbentur sedikitnya jam pelajaran sejarah yang
ada di kelas XI, sedangkan materi yang harus disampaikan sangat banyak.
Untuk kelas XI IPA guru berkewajiban menyampaikan materi dua Standar
Kompetensi dan 6 Kompetensi Dasar dengan alokasi waktu satu jam
pelajaran setiap minggu. Selain itu, guru belum mendapatkan rekomendasi
dari hasil penelitian ilmiah yang merekomendasikan novel-novel sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 129
apa saja yang layak pakai sebagai sumber di sekolah. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian ilmiah untuk menganalisis novel yang cocok
digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah. (Catatan lapangan nomor
1, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal
18 Mei 2011).
Kurikulum sudah sepenuhnya mengacu pada KTSP. Jumlah
seluruh kelas tahun pelajaran 2010/2011 ada 28 kelas yang terdiri dari 10
kelas untuk kelas X, 10 kelas untuk kelas XI, dan 8 kelas untuk kelas XII.
Kelas XI terdiri dari 4 kelas untuk IPS, 5 kelas untuk IPA, dan 1 kelas
untuk Bahasa. Kelas XII terbagi menjadi 3 kelas IPA, 4 kelas IPS, dan 1
kelas Bahasa. Peserta didik berasal dari berbagai kalangan, namun yang
terbanyak adalah dari kalangan perkotaan. Guru sejarah di SMA Negeri 3
Salatiga ada 3 guru yaitu Suwardjo, Lestari, dan Sri Maryati. Suwardjo
dan Lestari merupakan guru lulusan dari Program Studi Pendidikan
Sejarah IKIP Semarang, sedangkan Maryati merupakan lulusan Program
Studi Pendidikan Sejarah Universitas Satya Wacana Salatiga. Sama
dengan dua sekolah negeri yang lain, guru di SMA Negeri 3 Salatiga
adalah lulusan jurusan kependidikan dan keguruan sehingga memang
benar-benar ahli dalam hal pembelajaran sejarah. Rata-rata pengabdian
ketiga guru senior ini telah lebih dari 20 tahun, bahkan Maryati ditahun
2011 ini sudah harus pensiun. Semua guru telah tersertifikasi sehingga
sudah berpredikat sebagai guru sejarah profesional. Semua guru harus
mengajar minimal 24 jam setiap minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 130
Diperoleh keterangan yang diperoleh dari Suwardjo (wawancara
18 Mei 2011) bahwa model pembelajaran yang dilakukan sebagian besar
masih menggunakan metode ceramah karena dirasa lebih efektif dengan
kemampuan peserta didik dan alokasi waktu yang terbatas. Metode
pembelajaran lain sebagian kecil menggunakan diskusi dan penugasan.
Guru belum memanfaatkan secara optimal sumber belajar internet karena
dalam mengajar masih jarang menggunakan media pembelajaran berbasis
IT seperti power point atau flash. Begitu pula dengan sumber
pembelajaran di sekitar kota Salatiga berupa peninggalan Hindu Budha
dan kolonial Belanda yang belum dimanfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
bersangkutan. Alasannya adalah alokasi waktu yang dibutuhkan besar
karena peninggalan-peninggalan sejarah tersebar di seluruh penjuru kota
Salatiga, selain itu program pembelajaran di luar sekolah membutuhkan
tambahan dana yang cukup besar. Guru juga belum sadar bahwa novel
sejarah dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Hal ini
dipertegas dari keterangan Maryati yang menyatakan dalam berbagai
workshop yang pernah diikuti tidak pernah ada narasumber yang
menyatakan tentang novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah.
b. Materi Sejarah Kelas XI (Pemerintahan Daendels di Indonesia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 131
Sejarah merupakan mata pelajaran umum sehingga bukan hanya IPS
saja yang memperoleh pelajaran tetapi setiap jurusan di SMA harus
mendapatkan mata pelajaran sejarah. Keunikan dari pembelajaran sejarah di
Indonesia adalah perbedaan pembagian jam di masing-masing jurusan,
biasanya jurusan IPS dan Bahasa lebih banyak, sementara jurusan IPA lebih
sedikit menerima pembagian jam perminggu. Padahal apabila mengacu pada
mata pelajaran umum, seperti halnya Agama dan PKn maka tidak ada
perbedaan antara IPA, IPS, dan Bahasa terkait pembagian jam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran sejarah di SMA. Dampaknya Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar berbeda-beda sehingga isi materi pembelajaran menjadi
berbeda untuk setiap jurusan, meskipun jenjang kelasnya sama.
Materi pelajaran Sejarah di jurusan IPS objek peristiwa sejarah yang
dikaji lebih pendek kronologi dan periodisasinya namun materi dibahas secara
mendalam dan detail, hal ini hampir sama dengan jurusan Bahasa.
Kemungkinan pertimbangannya adalah, sejarah dalam paradigma pendidikan
di Indonesia sangat identik dengan pembelajaran IPS. Kondisi ini akan berbeda
dengan materi yang disampaikan pada jurusan IPA, biasanya kronologi dan
periodisasi lebih panjang, namun peristiwa sejarah yang disampaikan tidak
detail dan mendalam.
Kelas XI IPA mengulas materi dalam beberapa kelompok besar yakni
(1) perkembangan negara tradisional di Indonesia (Hindu Budha); (2)
perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan dari masa VOC,
Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 132
Jepang; (3) proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia; (4)
terbentuknya negara Kebangsaan Indonesia; (5) perkembangan masyarakat
Indonesia sejak Proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin; (6) pergantian
pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru. Standar
Kompetensi yang disampaikan pada semester pertama adalah “Menganalisis
perjalanan bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan
kebangsaan, hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia” sedangkan Standar Kompetensi pada semeseter dua
adalah “Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi
hingga lahirnya Orde Baru”.
Materi yang diberikan kepada peserta didik pada kelas XI IPA cukup
beragam, karena mengulas sejarah sejak munculnya kerajaan tradisional
bercorak Hindu dan Budha, perkembangan persebaran dan kerajaan Islam,
masuknya VOC dan praktik penjajahan Belanda yang didalamnya terdapat
materi pembangunan Jalan Raya Pos yang lebih dikenal dengan Jalan daendels,
dinamika pergerakan kebangsaan Indonesia, perkembangan masyarakat
Indonesia sejak Proklamasi sampai Demokrasi Terpimpin, dan pergantian
pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru.
Materi pokok yang menjadi objek penelitian adalah Pemerintahan
Daendels di Indonesia (1808-1811). Dalam buku-buku teks pelajaran
dijelaskan bahwa sejak tahun 1908 Daendels diangkat menjadi gubernur
jenderal wilayah Hindia Belanda. Bangkrutnya pemerintahan VOC akibat
korupsi para pegawainya dan salah urus serta merosotnya keadaan kota Batavia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 133
pada akhir abad ke 18, serta makin gencarnya ancaman Inggris atas Jawa,
memaksa pemerintahan Belanda mengirim seorang Gubernur Jendral baru
yaitu Herman Willem Daendels (1808-1811). Tugas utamanya dalah
mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Untuk mewujudkan upaya
tersebut perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan.
Beberapa kebijakan yang dilakukannya untuk mencapai tujuan adalah
dengan kerja rodi orang-orang pribumi memperkuat pertahanan dengan cara
membangun ketentaraan, membangun Jalan Raya Pos, membangun pelabuhan,
dan membuat permusuhan raja-raja Jawa dengan Daendels. Di antara kebijakan
tersebut yang paling menyengsarakan rakyat dan terkenal ke seluruh dunia
adalah pembangunan Jalan Raya Pos yang menghubungkan antara barat dan
timur pulau Jawa. Jalan yang sangat terkenal monumental karena membentang
sejauh 1.000 km dari Anyer sampai Panarukan hanya dalam kurun waktu
kurang lebih satu tahun.
Gubernur Jendral Herman Willem Daendels (1808-1811), memerintah
Hindia Belanda dalam waktu yang cukup singkat (kurang lebih 3,5 tahun).
Warisan yang ditinggalkannya baik dalam bidang pemerintahan maupun
pembangunan fisik rintisannya mempunyai pengaruh yang sangat besar sampai
akhir abad ke-19. Gaya arsitektur di Hindia Belanda yang disebut sebagai
Indische Empire, merupakan rintisan dari Gubernur Jenderal Daendels
(Tjahjono, 1998: 110-111).
Kebijakan-kebijakan Daendels antara lain; Pertama, membangun
ketentaraan. Usaha memperkuat angkatan perang, Daendels melatih orang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 134
orang Indonesia karena ada beberapa alasan mendasar yaitu tidak mungkin ia
menambahkan tentaranya dengan orang-orang yang didatangkan dari negeri
Belanda. Penambahan pasukan dari Belanda akan membutuhkan dana yang
sangat besar. Pembangunan angkatan perangnya dilengkapi dengan
pembangunan tangsi-tangsi atau benteng-benteng, pabrik mesiu dan juga
rumah sakit tentara (M.C Ricklefs, 2005: 171).
Kedua, pembangunan Jalan Raya Pos. Jalan Raya Pos adalah jalan
yang panjangnya kurang lebih 1000 kilometer yang terbentang sepanjang utara
Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan. Dibangun pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Daendels. Ketika baru saja menginjakkan kakinya di Pulau
Jawa, Daendels berencana untuk membangun jalur transportasi sepanjang
pulau Jawa guna mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Angan-angan
Daendels untuk membangun jalan yang membentang antara pantai Anyer
hingga Panarukan, direalisasikannya dengan mewajibkan setiap penguasa
pribumi lokal untuk memobilisasi rakyat, dengan target pembuatan jalan sesuai
jarak (kilometer) yang sudah disepakati.
Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju Cisarua dan
seterusnya sampai ke Sumedang. Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di
Sumedang, proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang
sulit karena terdiri atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak
melakukan proyek tersebut dan akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya
Pangeran Kornel turun tangan dan langsung menghadap Daendels untuk
meminta pengertian atas penolakan para pekerja. Ketika mengetahui hal ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 135
Daendels memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von
Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri, bukit padas berhasil
diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung. Sampai
Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para
bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu
dan masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan
beras serta jatah garam setiap minggu (diunduh dari
http://sejarahkitablogspot.com, pada tanggal 13 Mei 2011).
Setibanya di Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh
ribu gulden yang disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis
dan di luar dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek
pembangunan jalan tersebut. Ketika Daendels berkunjung ke Semarang pada
pertengahan Juli 1808, ia mengundang semua bupati di pantai utara Jawa.
Dalam pertemuan itu Daendels menyampaikan bahwa proyek pembangunan
jalan harus diteruskan karena kepentingan mensejahterakan rakyat.
Para bupati diperintahkan menyediakan tenaga kerja dengan
konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja bagi para bupati
tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara itu para
bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini
akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti
residen VOC. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan
dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai
di Pekalongan. Sebenarnya jalan yang menghubungkan Pekalongan hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 136
Surabaya telah ada, karena pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa
Nicolaas Engelhard telah menggunakannya untuk membawa pasukan Madura
dalam rangka menumpas pemberontakan Bagus Rangin di Cirebon. Jadi
Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan pembukaan
jalan dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling ujung
di Jawa Timur saat itu (diunduh dari www.encycopeidiabritanica-
Hermanwillemdaendels.com. pada tanggal 13 Mei 2011)
Pekerjaan yang dijalankan dengan tangan besi Daendels dapat
diselesaikan hanya dalam waktu setahun saja (1808). Suatu prestasi yang luar
biasa pada zamannya. Karena itulah nama Daendels dan Jalan Raya Pos
dikenal dan mendunia hingga kini. Untuk orang Belanda pekerjaan
menyelesaikan jalan pos ini merupakan keberhasilan yang gemilang, namun
lain halnya dengan para pekerja rodi/pribumi, setiap jengkal jalan itu
merupakan peringatan terhadap penderitaan orang pribumi yang mati pada
waktu pembuatan jalan tersebut.
Ketiga, membangun pelabuhan setelah pembangunan jalan raya pos
dinyatakan selesai. Awalnya Daendels memerintahkan pembuatan perahu-
perahu kecil, karena perahu-perahu perang Belanda tidak mungkin dikirim dari
Belanda ke Indonesia. Selanjutnya membuat pelabuhan-pelabuhan sebagai
tempat bersandarnya kapal-kapal perang. Awalnya Daendels merencanakan
membangun pelabuhan di wilayah Banten Selatan. Pembuatan pelabuhan itu
mengakibatkan ribuan jiwa meninggal akibat kerja paksa dan malaria. Disini
terjadi pertentangan antara Daendels dan sultan Banten. Disamping itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 137
pembuatan pelabuhan Merak mengalami kegagalan dan hanya usaha
memperluas pelabuhan di Surabaya yang cukup memuaskan (M.C Ricklefs,
2005: 171).
Keempat, membuat permusuhan dengan raja-raja Jawa. Daendels
mengasingkan Sultan Banten ke Ambon setelah dianggap gagal menyelesaikan
sejumlah besar pekerjaan yang harus dikerjakan di Banten Selatan.
Mangkubumi (perdana menteri Banten) yang dianggap tiang perlawanan
terhadap Belanda dibunuh dan mayatnya dibuang ke laut. Permusuhan juga
dilancarkan kepada raja di Jawa Tengah, Sultan Ngajogjakarta yang yang
menentang tata cara sopan santu antara orang Belanda dengan raja-raja Jawa
diserrbu dan isi keraton dirampas.
Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis
sehingga mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua
raja pribumi harus mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta
perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini, Daendels mengubah jabatan
pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen menjadi
minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan
sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu,
Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para
Minister di kratonnya. Jika di zaman VOC para residen Belanda diperlakukan
sama seperti para penguasa daerah yang menghadap raja-raja Jawa, dengan
duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada raja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 138
Jawa, Minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu (M.C Ricklefs, 2005:
172) .
Minister berhak duduk sejajar dengan raja, memakai payung seperti
raja, tidak perlu membuka topi atau mempersembahkan sirih kepada raja, dan
harus disambut oleh raja dengan berdiri dari tahtanya ketika Minister datang di
kraton. Ketika bertemu di tengah jalan dengan raja, Minister tidak perlu turun
dari kereta tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh berpapasan dengan
kereta raja. Meskipun di Surakarta Sunan Paku Buwono IV menerima
ketentuan ini, di Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono II tidak mau
menerimanya. Daendels harus menggunakan tekanan agar Sultan Yogya
bersedia melaksanakan aturan itu.Tetapi dalam hati kedua raja itu tetap tidak
terima terhadap perlakuan Daendels ini. Jadi ketika orang-orang Inggris
datang, maka mereka bersama-sama dengan para raja "mengkhianati" orang
Belanda (www.encycopeidiabritanica-Hermanwillemdaendels.com. Diunduh
pada tanggal 13 Mei 2011).
Pernyataan perang dengan Keraton Yogyakarta diawali dari
Pemberontakan Raden Rangga (kepala pemerintahan sultan untuk wilayah luar
atau mancanegara). Pemberontakan ini menyebabkan dikeluarkannya
ultimatum oleh Daendels yang ditujukan kepada Hamengkubuwana II. Raja
harus menyetujui perubahan terhadap upacara istana yang berkaitan dengan
kedudukan minister Eropa, dan meminta pertanggungjawaban atas
pemberontakan Rangga. Sultan menolak sehingga pada bulan Desember 1810
Daendels bergerak menuju Yogyakarta dengan membawa 3.200 serdadu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 139
memaksa agar Hamengkubuwana turun tahta yang masih menjadi regent atau
wakil raja (Hamengkubuwana III).
Daendels melakukan perampasan uang sebesar 500.000 gulden.
Daendels kemudian memaksakan perjanjian-perjanjian baru yang melibatkan
pengabungan banyak daerah ke dalam wilayah pemerintahan Belanda, kepada
Surakarta dan Yogyakarta. Sesuai dengan diterimanya kedaulatan maka uang
sewa daerah peisisir yang telah dibayarkan oleh Batavia sejak 1746
dihapuskan. Daendels juga menghapuskan insentif finansial yang paling
penting bagi istana-istana Jawa. Kebencian raja-raja Jawa terhadap Daendels
membuat raja-raja menjalin hubungan rahasia dengan Inggris agar dapat
mengusir Belanda dari Pulau Jawa (M.C Ricklefs, 2005: 172).
Kelima, menjual tanah-tanah rakyat kepada pengusaha swasta Belanda,
cina, maupun Arab. Kemudian munculah tanah-tanah partikelir yang dikelola
oleh pihak-pihak swasta. Para pengusaha swasta ini terkenal dengan
tindakannya yang kejam kepada rakyat Jawa. Para pengusaha dan pemilik
tanah memiliki hak-hak yang istimewa sehingga dapat dikatakan bahwa tanah
partikelir bagaikan negara dalam negara..
Keenam, pembangunan kota baru. Kota Batavia yang dulunya mendapat
julukan sebagai Queen of the East sudah lama sebelum datangnya Daendels
menjadi kota yang tidak sehat lagi. Setibanya Daendels di Batavia (5 Januari
1808), kotanya sebagian sudah merupakan daerah berawa dan dijangkiti
penyakit malaria serta kolera. Sebagai gebrakannya yang pertama, ia segera
memerintahkan untuk memindahkan pusat kota lama yang ketika itu sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 140
tidak sehat lagi ke daerah pedalaman yang disebut dengan Weltevreden. Pada
tgl 28 Pebruari 1809 ia segera mengusulkan untuk mendirikan sebuah Kantor
dan rumah kediaman Gubernur Jendral yang baru di Weltevreden (sekarang
daerah Jatinegara). Gedung yang baru tersebut terkenal dengan sebutan
‘Gouvernements Hôtel’ (Tjahjono, 1998: 110-111).
Daendels menghendaki bangunan yang berskala monumental tersebut
segera dikerjakan sebelum musim hujan tiba. Bangunan tersebut merupakan
gedung yang tebesar pada jamannya di Jawa. Tingginya 3 lantai, terdiri dari
gedung utama dengan luasan 242 x 84 kaki, sedangkan gedung sayapnya
dengan ukuran 80 x 84 kaki (lebar fasade keseluruhannya kurang lebih 150
M). Gedung dibagian belakang digunakan sebagai kantor, tempat tinggal para
pelayan, kandang kuda dan tempat penyimpanan kereta.
Di depan bangunan tersebut terdapat sebuah tugu yang dipuncaknya
terdapat patung singa, yang menurut banyak pengamat mirip dengan yang ada
di taman Waterloo di Belgia. Tidak diragukan lagi bahwa gedung yang
dirancang oleh Daendels untuk kantor Gubernur Jenderal ini merupakan
bangunan kantor yang terbesar yang pernah dibangun di Hindia Belanda. Di
depan bangunan terdapat lapangan luas yang dinamakan ‘Paradeplaats’ pada
tahun 1828 berganti nama menjadi ‘Waterlooplein’ (sekarang menjadi
lapangan banteng) dan ‘Koningplein’ (sekarang Medan Merdeka)
‘Gouvernements Hôtel’ yang berskala monumental ini menunjukkan ambisi
dari seorang penguasa yang ingin menunjukkan kekuasaannya lewat bangunan
fisik pemerintahan (Pauline D Millone, 1996: 407).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 141
Karya sastra novel yang berjudul “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” ini
digunakan untuk memberkikan gambaran bagaimana pembangunan Jalan Raya
Pos yang dikenal dengan Jalan Daendels yang tidak dapat diperoleh peserta
didik dari kajian buku teks dengan kajian yang singkat. Isi novel yang
memberikan banyak kajian tentang sejarah sosial dan sejarah perkotaan akan
meningkatkan minat peserta didik mempelajari sejarah masa pemerintahan
Daendels di Indonesia. Pemahaman terhadap novel ini diharapkan
meningkatkan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah berupa
Jalan Raya Pos dan ikut merasakan bagaimana penderitaan yang dialami oleh
orang-orang pribumi pada masa penjajahan.
c. Isi Novel “ Jalan Raya Pos Jalan Daendels” karya Pramoedya Ananta Toer
1) Gambaran umum Pramoedya Ananta Toer
Novel “Jalan Raya Pos Jalan Daendels” merupakan salah satu
novel sejarah karya Pramoedya Ananta Toer. Digunakannya novel ini
tidak lepas dari berbagai pertimbangan terutama yang terkait dengan diri
pengarang. Pramoedya Ananta Toer atau yang sering dikenal dengan
nama Pram adalah tokoh fenomenal dalam sejarah kesusastraan Indonesia.
Pramoedya Ananta Toer dilahirkan di Blora, Jawa Tengah pada tanggal 6
Februari 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Nama asli
Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis
dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul “Cerita
Dari Blora”. Secara luas dikenal sebagai salah satu pengarang yang
produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 142
lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.
(diunduh dari http :// lenteramayapada. blogspot.com/2009/03/biografi-
pramoedya- ananta-toer11.html pada 18 Mei 2011)
Hal-hal yang menarik dari Pramoedya Ananta Toer antara lain,
Pertama, Pram adalah salah satu penulis prosa terbaik di Indonesia bahkan
di dunia karena dunia internasional mengakuinya sehingga ia pernah
dicalonkan sebagai salah satu pemenang hadiah nobel. Kedua,
keterlibatannya dalam organisasi Lekra menyebabkan ia menjadi sosok
yang menyimpang pada jaman organisasi itu berjaya, paling tidak bagi
kelompok manifesto kebudayaan, kelompok seniman yang berseberangan
dengannya. Ketiga, pada masa Orde Baru berjaya, ia harus menjalani nasib
sebaliknya pada jaman sebelumnya yaitu mendekam di Pulau Buru. Buku-
bukunya pun tidak boleh beredar di Indonesia. Keempat, Pram menerima
hadiah Magsaysay, hal yang kemudian menimbulkan pro dan kontra di
kalangan sastrawan. Kelima, ketika Orde Baru runtuh munculah kebebasan
termasuk juga terhadap karya-karya Pram sehingga mulai banyak dikaji
dalam berbagai penelitian. (Acep Iwan Sadi, 2000: 286).
Hal menarik dari karya sastra Pramoedya Ananta Toer adalah
ketika membicarakan sejarah dan kekuasaan. Dalam karya-karyanya Pram
menempatkan dua hal tersebut sebagai suatu yang sangat erat berkaitan.
Sejarah bagi Pram adalah sebuah perjuangan untuk menciptakan wacana
baru dalam masyarakat yang telah dikungkung oleh wacana lain yang telah
mapan. Pengungkapan hal ini, ia sering menggunakan dua frase penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 143
dari Maxim Gorki, yakni “the people must know their history” dan “if the
enemy does not surrender be must be destroyed” (masyarakat harus
mengetahui sejarah mereka dan jika musuh tidak mau mengalah, ia harus
dihancurkan).
Frase kedua memberikan petunjuk yang pertama yakni bagaimana
sejarah itu dimaknai. Sejarah harus disikapi sebagai suatu yang dialektis,
sesuatu yang boleh diubah karena nilai sebuah peristiwa dalam sejarah
selalu tidak bisa lepas dari kekuasaan atau wacana tertentu yang
mengungkungnya. Jika terdapat pihak lain yang menolak wacana baru
tersebut maka apabila tidak mau menyerah harus dihancurkan. Oleh
karena itu, menurut Pram sastra harus bersifat revolusioner. Paham
revolusioner Pram telah membawanya pada konflik panjang dua kubu
seniman dan cendekiawan antara manifesto politik dengan manifesto
kebudayaan pada pra G 30 SPKI sekitar tahun 1960-an. Di satu pihak
adalah para seniman dan cendekiawan yang bergabung dalam Lembaga
Kesenian Rakyat (Lekra), berafiliasi pada Partai politik PKI, bersemboyan
bahwa politik sebagai Panglima (Manifesto Politik), dan berpedoman pada
paham realisme sosialis dan Marxisme Leninisme.
Melalui rubrik Lentera, Pramoedya Ananta Toer dan teman-teman
sastrawan seideologi menganyang musuh-musuhnya yang umumnya
adalah pendukung Manifesto Kebudayaan dan penulis di majalah Sastra
asuhan H.B Jassin, misalnya H.B Rendra, Sutan takdir Ali Sjahbana, Titie
Said, Bur Rasuanto, atau pengikut Manifesto Kebudayaan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 144
bersebreangan dengan ideologi Manifesto Politik dan semboyan politik
sebagai Panglima. Menurut Pramoedya Ananta Toer (dikutip Soediro
Satoto, 2000: 229), “ tidak ada satupun kekuatan yang bisa`menyalahkan
Manipol yang merupakan rumusan tepat dari gerak hidup masyarakat dan
bangsa Indonesia”. Sebaliknya para pendukung Manifesto Kebudayaan
bahwa politik sebagai Panglima merupakan sumber arogansi kekuatan dan
kekuasaan yang memasung kreativitas para seniman.
Pramoedya Ananta Toer dalam perjalanan hidup dan karier seninya
pernah merasakan berbagai penghargaan, salah satunya adalah
penganugerahan hadiah Magsaysay yang berlangsung di Manila tanggal
31 Agustus 1995. Penghargaan ini mengundang banyak reaksi keras oleh
para seniman, termasuk sastrawan, dan cendekiawan pendukung
Manifesto Kebuadayaan. Sejak berlangsungnya penganugerahan Hadiah
Magsaysay kepada Pramoedya Ananta Toer pada tanggal 31 Agustus 1955
sampai awal september 1995 tidak kurang dari 70 artikel , berita, transkrip
wawancara, ataupun surat pernyataan yang menentang penganugerahan
tersebut.
Condongnya pemikiran Pram terhadap politik sebagai ideologi
sastranya terlihat dalam ceramah pada seminar Sastra yang
diselenggarakan oleh fakultas sastra Universita Indonesia Jakarta pada 26
Januari 1963, ia berkata, “Politik adalah Panglima, sebab tanpa politik
kebudayaan dan sastra tidak dapat menentukan haluan yang besar”
(Soediro Satoto, 2000: 231). Sebaliknya dalam kesempatan lain, ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 145
Pram berceramah di Fakultas Sastra UGM Yogyakarta pada tanggal 2
April 1964 (dikutip Soediro Satoto, 2000: 231), ia berkata:
sastra sebagai ide selalu mendahului politik, tetapi sastra sebagai praktik sosial selalu tertinggal dari praktik politik. Sastrawan pada hakekatnya adalah politik individual, sedangkan politik merupakan pernyataan objektif dari organisme-organisme sosial. Karena itu apabila para sastrawan tidak ingin ketinggalan dalam perkembangan politik maka para sastrawan haruslah aktif dalam perjuangan rakyat dan revolusinya
Berdasarkan pernyataan-pernyataan Pram dalam ceramahnya di
beberapa tempat tersebut menunjukkan bahwa di satu sisi Pram adalah
penganut paham politik orang yang tidak berpolitik. Di sisi lain, Pram
tunduk kepada paham politik sebagai Panglima (Soekito, 1995: 12-13).
Pertarungan ideologi telah membawa Pram pada ideologi komunis, tetapi
Wiratmo Soekito berpendapat bahwa Pram tidak berideologi Komunis, hal
itu didasarkan pada novel yang berjudul Cerita dari Blora (1952), karya
yang ditulis lima tahun sebelum bergabung bersama Lekra. Isi di
dalamnya Pramoedya menentang pemberontakan Komunis 1948 di
Madiun.
Dhaniel Dhakidae (Dhakidae, 1995: 94), menilai bahwa peristiwa
sastra penganugerahan Hadiah Magsaysay kepada sastrawan Indonesia
Pramoedya Ananta Toer bukan sekedar “badai dalam cangkir” yang
diandaikan bahwa kontroversi tentang peristiwa tersebut hanya terbatas
dalam bidang sastra. Meskipun demikian peristiwa penganugerahan
tersebut juga mempengaruhi berbagai bidang kehidupan sastra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 146
Novel-novel sejarah yang dibuat oleh Pramoedya Ananta Toer
mengungkap sejarah yang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah. Hal
tersebut menjadi salah satu dari banyak alasan pemilihan hasil karya sastra
Pramoedya Ananta Toer sebagai sumber pembelajaran sejarah. Pandangan
politik Pramoedya sangat menentukan gaya bahasa, gaya bercerita, tema-
tema yang disajikan dalam setiap karya-karyanya, dan setiap karya
mempunyai cirri khas yakni bernada satire (sindiran) terhadap bangsa
Indonesia. Menurutnya sejarah bukan hanya menjadi milik orang-orang
besar dan kota-kota besar saja tetapi sejarah bermula dari desa, kota kecil
bersama-sama rakyat lapisan bawah bersama-sama menciptakan sejarah
baru. (Acep Iwan Sadi, 2000: 288-289).
Berdasarkan paham politik yang dianut Pramoedya Ananta toer,
karya-karya yang dibuat mencerminkan kecenderungan isinya ke arah
ideologinya yaitu paham komunis dan anti pemerintah Orde Baru. Penjara
yang mengkungkung Pramoedya pada masa Orde baru memberikan
inspirasi terhadap karya-karyanya, diantaranya novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels”. Intisari dari isi novel adalah bentuk sindiran kepada
pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia. Menurutnya Indonesia adalah
bangsa yang kaya tetapi lemah. Bangsa yang sejak lama diperintah oleh
bangsa-bangsa lain.
2) Garis Besar Isi Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 147
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” mengisi kekosongan
literatur tentang Jalan Raya Pos dalam khazanah buku-buku berlatar
belakang sejarah dewasa ini. Karya sastra seperti novel memiliki
keunggulan dan mempunyai karateristik yang tidak sama dengan buku
sejarah, geografi, matematika, ataupun politik. Sebelum menghasilkan
suatu karya dalam bentuk novel, penulisnya telah melewati berbagai tahap
yang tidak diketahui orang di luar lingkungannya. Penulis dimungkinkan
telah melakukan pengembaraan, melibatkan diri, membaca, menyelidik,
memilih data, bahkan telah mengasingkan diri. Sebuah novel umumnya
terdapat segala unsur kehidupan yang bergabung erat walaupun tersusun
dalam bentuk kronologis.
Pengkajian novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” yang dilakukan
harus diawali dengan upaya menemukan rahasia yang terkandung dalam
novel. Menurut Wellek dan Warren (dikutip Sahlam Mohamad Saman,
2001: 3) bahwa pengkajian karya sastra harus ditegakkan konsep “the
wholeness” sebagaimana yang diungkapkannya “A literary work is not a
simple object but rather a hightly complex organization of stratified with
multiple meanings and relationship”.
Keseluruhan itu dianggap akan memantapkan nilai kepanduan
organik suatu karya, namun faktor relationship atau hubungan dengan
beberapa hal eksternal seperti pengarangnya, masyarakat atau lingkungan,
serta milieu harus dilaksanakan ketika sebuah kajian terhadap novel
dilakukan. Hal ini dikarenakan sebuah novel termasuk novel “Jalan Raya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 148
Pos, Jalan Daendels” adalah “a whole system of signs, serving a spesific
aesthetic purpose”. Setiap pengarang pasti menyelipkan nilai yang
dipercaya dan diyakini ke dalam karyanya, begitu juga pendangan hidup
dan falsafahnya (Sahlan Mohamad Saman, 2001: 5).
Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels dikenal dan selalu diajarkan di
bangku-bangku sekolah namun tidak ada buku yang secara khusus
mengungkap sejarah pembuatan dan sisi-sisi kelam di balik pembuatan
Jalan Raya Pos. Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” merupakan
sebuah reportase sejarah tentang pembangunan Jalan Raya Pos yang
diprakarsai Maarschalk en Gouverneur General Meester Herman Willem
Daendels pada 1809.
Jalan Raya Pos atau yang lebih dikenal sebagai Jalan Daendels
merupakan proyek yang sangat prestisius saat itu, tepatnya untuk
persiapan menghadapi serbuan Inggris yang ingin menguasai Jawa. Jalan
ini membentang 1000 kilometer di bagian utara Pulau Jawa dari Anyer di
Provinsi Banten saat ini sampai Panarukan di Jawa Timur. Dibangun
hanya dalam waktu satu tahun dengan mengerahkan tenaga rodi rakyat
Hindia Belanda. Karya ini berupa Reportase yang disajikan dalam bentuk
tuturan perjalanan ini bisa katakan sebagai pesan terakhir Pengarang
(Pramoedya Ananta Toer) untuk bangsa Indonesia. Sebuah tulisan bernada
satire tentang bangsa Indonesia yang kaya tetapi lemah dan terjajah.
Karya sastra ini ditulis dengan mengalir, tanpa pembagian bab.
Pada halaman-halaman awal penulis menguraikan awal ketertarikannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 149
pada Jalan Raya Pos yang memakan banyak korban jiwa para pekerja
paksa yang digolongkan sebagai genosida. Ada beberapa genosida yang
awalnya dilakukan oleh Jan Pietersz Coen (1621) di Bandaneira, Daendels
dengan Jalan Raya Posnya (1808), Cuulturstelsel alias Tanampaksa pada
masa Pemerintah Kolonial Belanda (1830-1870), genosida pada zaman
Jepang di Kalimantan, genosida yang dilakukan oleh Raymond Westerling
(1947) hingga genosida terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia di awal-
awal pemerintahan Orde Baru (Pramoedya Ananta Toer, 2010: 5-6).
Pramoedya Ananta Toer kemudian mengurai sejarah tercetusnya
ide pembuatan Jalan Raya Pos di benak Daendels, setelah itu membagi
karya sastranya ini berdasarkan kota-kota yang dilewati dan berada di
sepanjang Jalan Raya Pos. Pramoedya mencatat dan mengurai 39 kota
yang berada dalam jalur Jalan Raya Pos, baik kota-kota besar seperti
Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya, maupun kota-kota kecil yang
namanya jarang terdengar oleh masyarakat umum seperti Juwana, Porong,
Bangil.
Secara rinci penulis mengungkap sejarah terbentuknya kota,
dampak sosial saat dibangunnya Jalan Raya Pos, hingga keadaan kota-kota
tersebut pada masa kini. Inilah salah satu hal yang menarik dari Isi novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” karena selain menyajikan pembangunan
Jalan Raya Pos juga tentang sejarah kota dari masa ke masa, sehingga
diharapkan peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
dengan membaca dan menjadikan novel ini sebagai sumber pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 150
sejarah. Pengetahuan baru terkait dengan sejarah kota-kota kecil di Jawa
juga diharapkan membuat karya ini lebih menarik apabila dijadikan
sebagai sumber pembelajaran sejarah. Novel ini telah menggunakan
pendekatan sejarah perkotaan secara detail yaitu penyusunan data sesuai
dengan pokok masalah berdasarkan dokumen tertulis maupun tidak
tertulis. Tujuannya adalah untuk mendapat gambaran yang menyeluruh
mengenai proses-proses, faktor-faktor dan segi-segi masyarakat kota di
waktu lampau dan kini serta fungsi kota dalam masyarakat.
(Abdurrachman Surjomihatdjo, 1979: 158)
Selain hal-hal diatas, masih banyak terdapat fakta-fakta yang
menjadi pesan sejarah menarik dalam pembangunan Jalan Raya Pos dalam
karya ini. Hal yang dirasa penting misalnya ketika pembangunan jalan
sampai di kota Sumedang pembangunan jalan harus melalui daerah yang
sangat berat untuk ditembus, yaitu di daerah Ciherang Sumedang, yang
sekarang dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Pekerja paksa harus
memetak pegunungan dengan peralatan sederhana, seperti kampak,
cangkul, atau sabit. Akibat medan yang sangat berat, maka untuk pertama
kalinya ada angka jumlah korban yang jatuh mencapai 5.000 orang
(Pramoedya Ananta Toer, 2010: 70).
Selanjutnya pada saat pembangunan jalan sampai di daerah
Semarang, Daendels mencoba menghubungkan Semarang dengan Demak.
Medan yang sulit kembali menghadang. Medan yang berat itu bukan
hanya karena tanahnya tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 151
sebagian dari wilayah adalah laut pedalaman atau teluk-teluk dangkal.
akibatnya kerja paksa untuk pengerukan rawa menjadi hal utama.
Meskipun angka-angka korban di daerah ini tidak pernah dilaporkan,
mudah diduga betapa banyak para pekerja paksa yang kelelahan dan
kelaparan itu menjadi korban malaria (Pramoedya Ananta Toer, 2010: 94).
Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat
pembangunan Jalan Raya Pos sebanyak 12.000 orang (Pramoedya Ananta
Toer, 2010: 23). Jumlah tersebut adalah yang berhasil dicatat, diyakini
jumlah korban lebih dari itu. Menariknya isi novel ini adalah
pengungkapan sisi-sisi kelam di balik pembangunan Jalan Raya Pos yang
sangat sedikit sekali disinggung dalam buku teks sejarah. Pram juga
senantiasa menyelipkan penggalan kenangan-kenangan masa muda dirinya
pada kota-kota di sepanjang Jalan Raya Pos yang pernah di singgahi. Ada
kenangan yang pahit, mengesankan, dan lucu yang pernah dialaminya di
berbagai kota yang ditulisnya di novel ini.
Sebut saja pengalaman lucu ketika masa muda penulis yang sedang
bertugas sebagai tentara di daerah Cirebon. Dalam kegelapan malam
secara tak disengaja ia pernah buang hajat di sebuah tungku dapur yang
disangkanya kakus, padahal tungku itu masih berisi sisa singkong rebus
untuk rangsum para laskar rakyat (Pramoedya Ananta Toer, 2010: 79).
Cerita-cerita lucu bermanfaat untuk membangkitkan minat peserta didik
belajar sejarah panjang bangsa Indonesia pada masa Daendels. Banyak isi
menarik dan menyajikan hal-hal yang baru itulah kenapa penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 152
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah pendamping buku teks dalam mempelajari
perkembangan masyarakat Indonesia di bawah kolonial Belanda masa
pemerintahan Herman William Daendels.
d. Analisis Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Dandels”.
1) Tema dan Topik
Tema novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dinyatakan secara
eksplisit karena dengan hanya membaca dapat secara langsung mengetahui
apa tema dari novel itu. Secara langsung dan jelas tema yang diangkat
Pramoedya Ananta Toer adalah tentang sejarah kota-kota di Jawa yang
dilalui pembangunan Jalan Raya Pos pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Daendels. Tema novel yang diangkat bersifat mengikat setiap
peristiwa yang dihadirkan,. Buktinya semua cerita tentang novel adalah
seputar pembangunan Jalan Raya Pos yang dibagi dalam kota-kota yang
dilewati pembangunan jalan. Hal ini diperjelas bagaimana Pramoedya
Ananta Toer menceritakan sejarah, ekonomi, sosial budaya, maupun
kehidupan sosial masa kini kota-kota yang dilewati pembangunan jalan.
Apapun cerita penulis tentang kisah perjalanannya dan sejarah serta seluk
beluk kota-kota yang pernah disingahinya pasti di awal maupun ujung
cerita selalu mengacu dan kembali pada tema utama yaitu pembangunan
Jalan Raya Pos.
Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari isi novel, sebagai salah
satu contoh tema utama diletakkan di awal cerita adalah pada saat penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 153
bercerita tentang kota Bogor yang pada masa kolonial Belanda disebut
dengan Buitenzorg terjemahan dari bahasa Perancis San Souci yang
artinya tanpa beban pikiran, santai saja. Dijelaskan bahwa 22 kilometer di
selatan depok, Jalan Raya Pos sampai di Bogor. Pembangunan dari
Batavia sampai Bogor diberitakan lancar artinya tidak ada korban yang
jatuh. Sesuatu yang tidak mungkin mengingat adanya kerja paksa,
birokrasi kompeni yang korup, dan pembesar pribumi yang sama
korupnya. Setelah menjelaskan tema utama tentang pembangunan Jalan
Raya Pos, penulis kemudian bercerita tentang kota Bogor pada umumnya.
Bogor terkenal di dunia internasional karena Kebun Rayanya yang
memilki koleksi tumbuhan terkaya di dunia, Bogor juga terkenal karena
istananya tempat para gubernur jenderal silih berganti tinggal di istana
megah yang sekarang menjadi istana negara.
Bogor juga memiliki curah hujan yang tinggi rata-rata setahun 432
cm, sehingga Bogor dijuluki Kota Hujan. Cerita kemudian kembali jauh
kebelakang menelusuri sejarah Bogor yang merupakan ibukota Kerajaan
Padjajaran, dulunya bernama Pakuan didirikan 1335 Saka atau 1433
masehi. Cerita perjalanan penulis disampaikan pula pada bagian akhir
cerita tentang Bogor, ia pernah menghadiri pertemuan di Kota Bogor
bahkan setelah keluar dari penjaran di Pulau Buru ia menghadiri
perkawinan seorang anak Wakil Presiden Adam Malik. Daya ingatnya
tentang suatu tempat sangat tinggi, misalnya penulis ingat di salah satu
sudut istana Bogor terdapat patung wanita “Si Denok” hasil pahatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 154
seniman Trubus. Patung “Si Denok” adalah patung kesayangan Bung
Karno (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 56-57).
Sebaliknya, contoh tema cerita tentang kota yang diletakkan di
belakang atau ujung cerita dapat dicontohkan pada saat penulis bercerita
tentang kota Priangan. Dikatakan bahwa Priangan berbeda dengan Jawa
Tengah, pendudukanya adalah etnis Sunda yang bahasanya digambarkan
seperti orang menyanyi. Kehidupan yang damai membuat penduduk
Priangan tidak pernah berniat untuk meninggalkan dari gunung-
gunungnya di Priangan. Mereka tidak menyukai kekerasan, raja-raja yang
berkedudukan di wilayah ini dalam mencapai posisi sebagai “nomor satu”
dengan memecahkan segala persoalan secara damai caranya dengan dialog
bersama. Pada masa Sultan Agung memerintah Mataram, pernah berusaha
menaklukan raja-raja di Priangan dalam upaya menggunakan jalan darat
menuju Batavia agar memperoleh kemenangan melawan VOC. Upaya
Mataram tidak mengalami hambatan yang berarti karena raja-raja Priangan
tidak menyukai kekerasan.
Bumi Priangan masyarakatnya berbeda dengan wilayah lain di
wilayah timurnya, Jawa Tengah, Jawa Timur, sampai Bali yang
menceritakan sejarahnya dengan perang. Hal yang sama pernah dialami
kompeni Belanda karena secara mudah masuk ke Priangan (orang Belanda
menyebutnya dengan “Si Jelita”). Priangan dijadikan pundi-pundi uang
untuk membiayai kekuasaan dan keuntungannya melalui Koffiestelsel alias
Tanampaksa Kopi. Masuknya Kompeni Belanda menyebabkan pergaulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 155
seks dengan penduduk Pribumi, sehingga menyebarkan “darah Eropa”
dalam kehidupan Pribumi. Setelah diceritakan secara umum gambaran
Priangan, barulah di bagian akhir diceritakan bagaimana pembangunan
Jalan Raya Pos yang melewati kota ini.
Jalan Raya Pos menjurus ke tenggara sejauh kurang dari 10
kilometer sampai ke Ciawi sampai di kaki Gunung Pangrango. Untuk
menghindari wilayah yang bergunung-gunung Jalan Raya Pos membelok
ke Timur menyusuri Ci Liwung sampai di Cisarua. Di sepanjang jalan
terdapat banyak kebun teh dan banyak pohon kopi yang ditebang karena
Koffiestesel telah dihapus akibat menurunnya harga kopi di pasaran
internasional. Pembangunan Jalan Raya Pos dilanjutkan dengan rute
Cisarua-Cigeneng sepanjang 22 kilometer memotong punggung gunung
Pangrango. Saat jalan raya dibuat Cisarua adalah milik tuan tanah
Riemsdijk. Pembangunan jalan raya yang menanjak dapat dibayangkan
berapa banyak korban berjatuhan karena kecelakaan, kelelahan, kehabisan
tenaga atau kelaparan. Pembuatan Jalan Raya Pos di sekitar Cisarua adalah
pembuatan jalan bukan sekedar melebarkan dengan membelah punggung
gunung yang terjal (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 58-59).
Dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” adalah tentang sejarah kota-kota yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Pos yang berjarak kurang lebih 1.000 kilometer
dari Anyer sampai Panarukan. Tema-tema bersifat mengikat pada setiap
cerita dan peristiwa tentang kota-kota yang dilewati pembangunan Jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 156
Raya Pos. Tema utama sebagian besar diletakkan di awal cerita dan hanya
sedikit yang diletakan di bagian akhir cerita dari masing-masing kota.
2) Amanat
Pesan yang ingin disampaikan Pramoedya Ananta Toer melalui
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat dikategorikan pesan yang
sifatnya eksplisit yaitu penyampaian pesan yang berhubungan dengan
gagasan utama cerita. Pesan yang ingin disampaikan pada intinya bahwa
Indonesia di masa lampau pernah mengalami sejarah kelam ketika
pembangunan Jalan Raya Pos karena rakyat dipaksa melakukan kerja
paksa demi menyelesaikan proyek Gubernur Jenderal Daendels.
Pentingnya sejarah bagi perkembangan kehidupan manusia, maka penulis
melalui novelnya memberi pesan agar tidak melupakan sejarah.
Sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama
mengenai keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin, sistem
perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal
penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah,
manusia dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan
kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Selain itu, manusia juga
dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari
filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-
macam, sepanjang zaman. Pentingnya belajar sejarah ditulis oleh seorang
filsuf dari Spanyol, George Santayana yang mengungkapkan bahwa
“Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 157
mengulanginya.” (Diunduh dari https:// korananakindonesia. Wordpress
.com, pada 21 Juni 2011)
Filsuf dari Jerman, George Wilhelm Friedrich Hegel
mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah bahwa “Inilah yang
diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan
tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat
darinya.” Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya,
Winston Churchill, yang mengatakan bahwa “Satu-satunya hal yang kita
pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya.”
Begitu pula dengan Jasmerah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan
Sejarah) adalah bunyi salah satu semboyan yang dikumandangkan
Soekarno yang harus diperhatikan benar oleh para generasi muda
Indonesia. Semboyan ini tentunya bukan sekedar omong kosong belaka.
Dengan mengetahui sejarah bangsanya maka seeorang dapat menghargai
kehebatan dan jerih payah pendahulunya dalam membangun negeri ini
dengan keringat darah. Bila manusia benar mengahayati arti sejarah maka
dapat membuat menciptakan semangat kebangsaan dan nasionalisme yang
kuat yang dapat membabat habis benih-benih pepecahan bangsa. (diunduh
dari https://korananakindonesia. wordpress.com, pada 21 Juni 2011).
Masa-masa kelam yang pernah dialami ini janganlah dilupakan
begitu saja tetapi harus dicari makna di balik peristiwa itu. Apabila sejarah
itu dilupakan maka akan semakin sering terjadi pengulangan sejarah,
karena manusia tidak pernah belajar dari sejarah. Menurut penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 158
pengulangan genosida terus terulang begitu juga pada masa Orde Baru
yang dibangun di atas luka genosida yang menelan ratusan, bahkan jutaan
manusia. Luka genosida yang dimaksudkan adalah pembantaian terhadap
orang-orang yang terlibat dari Gerakan 30 S PKI pada masa awal Orde
Baru berkuasa (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 6).
Fakta-fakta yang dihadirkan dari tuturan perjalanan penulis ini
ditujukan untuk membuka ingatan yang satire, bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang kaya tetapi lemah. Bangsa yang dikatakan sebagai
bangsa sejak lama bermental diperintah oleh bangsa-bangsa lain. Bangsa
yang penguasanya dianggap lebih “asyik” memupuk ambisi berkuasa dari
pada mengusahakan kesejahteraan rakyat. Dengan kesadaran rakyat akan
kondisi bangsa Indonesia sekarang yang masih dikuasai bangsa asing,
meskipun hanya dalam bidang ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran pembaca untuk ikut berpartisipasi memajukan bangsanya.
3) Penokohan
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” secara jelas menceritakan
kisah perjalanan dari penulis yaitu Pramoedya Ananta Toer. Tokoh yang
dihadirkan dalam novel adalah tokoh sentral yaitu Pramoedya Ananta Toer
atau penulis itu sendiri. Tokoh sentral sifatnya protagonis karena
menghadirkan pesan-pesan dan nilai-nilai positif melalui amanat dalam
setiap sekuel peristiwa. Penjelasan setiap pembangunan Jalan Raya Pos
dan sejarah, kondisi sosial, budaya di kota-kota yang dilewati dari Anyer
sampai Panarukan, tokoh utama terpusat pada penulis (Pramoedya Ananta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 159
Toer), tokoh sentral ini yang memberikan berbagai pesan baik secara
eksplisit maupun implisit pada penjelasan atau ceriteranya terhadap suatu
kota tertentu. Tokoh sentral adalah penulis dapat dibuktikan dari salah
satu bagian cerita berikut:
Kata meneer Guru-sudah tak dapat kuingat lagi namanya Marsrchalk en Gouverneur Generaal, Mr. Herman Willem Daendels, Sang Tuan Besar Guntur memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos melalui panjatahan para bupati yang kabupatennya dilalu jalan ini....Tempat kelahiranku, Blora, tidak dilalui Jalan Raya Pos. Dalam liburan-liburan panjang aku suka bersepeda kemana-kemana, antaranya menjelajahi ruas Jalan Raya Pos Rembang-Lasem, ruas jalan yang habis-habisnya kukagumi: lebar, bersih, diapit pepohonan asam rindang, dan lalu lintas tak putus-putusnya....Kekagumanku mungkin sama waktu melihat auto bahn pertama kali di Jerman pada 1960....Anehnya, sejak kecil tidak pernah Jalan Raya Pos alias Jalan Daendels jadi pokok percakapan dalam keluarga, diantara teman-teman, bahkan tidak sewaktu kami mengembarai wilayah sekitar ruas Rembang-Lasem. Lebih aneh lagi kalau diingat, ibuku semasa gadis tiggal bersama ayah dan ibu tirinya tepat di sudut baratdaya alun-alun Rembang. Ayahku tinggal di pavilyun dua lantai di sebelah kanan rumah kakek. Bibiku, adik ibuku yang tinggal serumah dengan kakek, mengajar di sekolah gadis “kartini School” dalam kompel kabupaten di sebelah timur alun-alun (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 8-9)
Selain tokoh utama, penokohan disajikan dalam bentuk tokoh
lataran yaitu tokoh yang hanya berfungsi sebagai latar suatu peristiwa. Isi
novel yang hanya berkisah tentang perjalanan Pramoedya Ananta Toer
menyebabkan tokoh lain dalam cerita didominasi oleh tokoh lataran,
misalnya tokoh Daendels dan Napoleon. Hal ini dapat dibutikan dari
bagian cerita berikut:
Ia diangkat jadi Gubernur Jenderal Hindia oleh Lodewij Napoleon pada 1808 untuk menyelamatkan Jawa, satu-satunya pulau besar yang belum dikuasai Inggris....Daendels dianggap orang paling tepat. Sikapnya tidak kenal kompromi juga dianggap cocok untuk melakukan perombakan-perombakan sesui dengan mutiara-mutiara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 160
yang dihasilkan oleh Revolusi Perancis. Banyak yang diharapkan dari dirinya oleh Lodewijk Napoleon. Ia diharapkan memulai babak baru dalam pemerintahan di Hindia, putus arang dari pemerintahan sebelumnya. Ia diharapkan memerangi penyalahgunaan kekuasaan, membenahi perdagangan dan pertanian” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 19).
Dari kutipan di atas dapat digambarkan bahwa Napoelon adalah
sosok yang mempunyai ambisi tinggi, namun mempunyai pola pikir yang
kritis dan cermat, buktinya saat menunjuk Daendels harus didasarkan pada
berbagai pertimbangan. Sedangkan Daendels adalah tokoh yang
digambarkan sebagai sosok yang keras hati dan keras kepala, tidak mau
menerima perbedaan pendapat, angkuh, dan kejam.
Tokoh lain yang berfungsi sebagai tokoh lataran, antara lain Sultan
Ageng, JP Coen, Soekarno, hal itu disebutkan dalam bagian cerita sebagai
berikut:
Banten semasa pemerintahan Sultan Ageng dalam paroh kedua abad 17 adalah kerajaan pribumi pertama yang secara tidak sadar menyerap kekuatan dari Eropa....sultan memerintahkan pembangunan kapal-kapalnya menurut model Eropa sehingga mampu menempuh pelayaran jarak jauh, menjelajahi seluruh Nusantara, Filipina, dan India...Dalam satu tahun setelah menguasai Jayakarta, Coen telah mendatangkan 800 orang Tionghoa untuk usaha pembangunannya....untuk keamanan Batavia, Coen membangun 4 benteng masing-masing dinamai dengan nama-nama batu mulia. Sehingga penduduk menamai kota ini dengan sebutan kota Intan....Dalam perang dingin antara Timur dan Barat, Dunia Kedua dan Dunia Pertama, Soekarnolah yang menemukan Dunia Ketiga, Dunia Harapan yang terlepas dari Timur dan Barat, Komunisme dan Kapitalisme....Pandangan jauh Soekarno yang membuat Indonesia menjadi mercusuar Asia Afrika. Dan ini bukan penampilan Soekarno dalam sejarah umat manusia. Penampilan yang pertama adalah semasa muda ia merintis dan berhasil dengan gemilang melahirkan nasion Indonesia....”(Pramoedya Ananta Toer, 2005: 35-66).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 161
Dari kutipan di atas mengambarkan watak tokoh lataran dalam
novel. Sultan Ageng digambarkan sebagai tokoh yang tidak kolot karena
bersedia menerima hal-hal yang berasal dari Belanda, meskipun demikian
ia tetap anti pada penjajahan Belanda. Sebagai seorang raja, ia mempunyai
prinsip yang kuat namun idealismenya yang tinggi tidak diimbangi dengan
kekuatan yang dimiliki. Tokoh Soekarno jelas digambarkan sebagai sosok
nasionalis, tegas, dan berani menentang segala bentuk penjajahan.
Metode penyampaian watak tokoh disampaikan dalam dua metode
sekaligus. Pertama, metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian
watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
Metode ini dapat dibuktikan dari bagian cerita berikut:
….sang Marsrchalk en Gouverneur Geneeral van Indie ini, yang diagungkan di Hindia sebagai pengalas dasar perombakan-perombakan di Hindia, penggalang Jalan Raya Pos yang takkan pernah lepas dari namanya, ternayata sejak paroh kedua abad lalu semakin lama dimunculkan sebagai tokoh kontroversial. Ia juga digambarkan sebagai orang yang berhati baja sekaligus berkepala angin, tak punya kekuatan untuk menghadapi argumentasi, baik dan buruk, benar dan salah, dan langsung mengancam dengan bentakan akan menembak mati lawan berargumentasi. Ia seorang pengagum Napoleon, dan ia bayangkan dirinya sebagai Napoleon kecil. Lingkungan dan bawahannya harus melaksanakan perintahnya, dengan gambaran diri layaknya Napoleon kecil, dengan karier militernya, beberapa kali melakukan coup terhadap negaranya sendiri....malah di bidang kemiliteran, bidangnya sendiri, sebagai jenderalpun ia mulai dipertanyakan keunggulannya. Dan dengan bukti-bukti. Sebagai administrator yang hebat? pemberontakan Banten dan Cirebon disodorkan sebagai bukti kegoblokannya. Demikian halnya dengan pembangkangan Sultan Sepuh, Yogyakarta, dinilai sebagai akibat kecerobohannya dan ketidaktahuannya tentang tradisi kolonial” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 162
Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh
melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan
pengarang. Pengambaran tokoh yang lain termasuk tokoh sentralnya
banyak digambarkan melalui pemikirannya dan lakuan tokoh. Sebagai
contoh dapat terlihat dari bagian cerita berikut:
….dalam masa pendudukan militeris Jepang bukan tanpa mempertaruhkan jiwanya, ia (Soekarno) pergunakan kelamahan Jepang yang membutuhkan bantuan kaum nasionalis, untuk melaksanakan pendidikan politik secara massal, yang tak pernah terjadi semasa kolonial Hindia Belanda, dan secara psikologis menaikkan harga diri manusia Indonesia di depan Hegemoni kekuasaan-kekuasaan penjajah Barat....semua yang diupayakan bermuara pada kemerdekaan nasional pada 17 Agustus 1945, tanpa mengucurkan darah setetespun (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 66).
Dari kutipan dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui watak
Soekarno harus terlebih dahulu berpikir dan memahami teks. Watak yang
digambarkan dalam cerita, Soekarno adalah sosok yang cerdik, pandai
memanfaatkan kesempatan, penuh pertimbangan dalam bertindak, dan
sabar menunggu sesuatu yang tepat untuk bertindak.
4) Alur (Plot)
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Dandels” ini menggunakan alur
tematik. Apabila salah satu bagian cerita dihilangkan, maka cerita akan
tetap dapat dipahami. Tema pokok adalah sejarah pembangunan Jalan
Raya Pos melalui kota-kota yang dilewati pembangunan Jalan. Tema
pokok itulah yang menjadi acuhan dalam cerita meskipun karateristik
setiap kota yang diceritakan berbeda. Sebagai contoh, dalam menceritakan
antara kota Semarang dengan Demak hal yang menjadi penghubung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 163
adalah tema cerita namun kareteristik kedua kota pasti berbeda. Jadi
apabila karateristik yang berkaitan dengan kota Demak tidak disampaikan,
pembaca tetap memahami cerita.
Penulis mengungkapkan pembangunan Jalan Raya Pos di awal
cerita dari kota Semarang. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari penggalan
cerita berikut
Tetapi untuk mencapai Semarang, ibukota Jawa Tengah, Jalan Raya Pos meninggalkan pantai utara karena tertumbuk oleh rawa-rawa pantai yang luas sepanjang 30 kilometer penuh sampai ke Semarang. Maka jalan agak dilengkungkan ke tenggara. Itupun tidak langsung membelah kota Semarang tetapi sedikit di selatannya (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 87). Cerita tentang kota Semarang kemudian dilanjutkan dengan
mendeskripsikan sejarah karateristiknya dari masa ke masa. Cerita dimulai
dari wilayah geografis Semarang sebelum berubah menjadi kota, asal mula
nama semarang yang dikaitkan dengan cerita pelayaran Cheng Ho,
Semarang pada masa VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda, perjuangan
rakyat Semarang melawan Jepang, dan perkembangan Semarang masa
Kerajaan Mataram.
Begitu pula dengan deskripsi tentang kota Demak, penulis
menyampaikan tema utama pada bagian awal cerita. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dari penggalan cerita berikut
Barang 28 kilometer sedikit sorong ke timurlaut, Jalan Raya Pos mencapai Demak….medan yang sangat sulit menghadang. Bukan hanya karena tanahnya yang tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga sebagian dari padanya adalah laut pedalaman, atau teluk-teluk dangkal. Untuk bisa membikin jalan kerja pengurukan menjadi hal pekerjaan pokok….Daendels juga diberitakan memerintahkan penggalian kanal di sebelah utara Jalan Raya Pos, bukan saja untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 164
mendapatkan tanah galian buat menimbun Jalan Raya Pos, melainkan juga untuk menghubungkan Kali Serang di timur dengan Kali Tuntang di barat untuk lalu lintas air…(Pramoedya Ananta Toer, 2005: 94) Cerita tentang kota Demak bukan hanya mengenai pembangunan
Jalan Raya Pos, melainkan tentang sejarah dan karateristik kota. Cerita
dimulai dari sejarah Demak masa Majapahit, Islamisasi di pantai utara
Jawa, Demak masa diperintah Raden Patah, pembangunan masjid Agung
Demak, perkembangan kota masa VOC, dan kondisi sosial ekonomi masa
diterapkan Cultuurstelsel. Pembaca akan tetap memahami hubungan
antara kota Semarang dan Demak seandainya sejarah dan karateristik kota
tidak disampaikan asalkan di setiap deskripsi kota selalu mengungkapkan
sejarah pembangunan Jalan Raya Pos. Jadi disimpulkan bahwa tema
utama novel yang menjadi acuhan untuk menghubungkan cerita bukan
deskripsi panjang tentang sejarah kotanya.
5) Latar (setting)
Latar dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” adalah kota-
kota yang dilalui pembangunan Jalan Raya Pos. Sesuai alur cerita, latar
dapat disajikan sebagai berikut.
(1) Blora‐Rembang (Jawa Tengah), menceritakan pembangunan Jalan Raya Pos,
kelahiran Boedi Oetomo pada awal abad 20, Peranan Rembang pada masa
Portugis pada abad‐16, latar sosialnya adalah perkembangan kota Rembang
sebagai kota pesisir dengan mata pencaharian mayoritas penduduknya
nelayan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 165
(2) Lasem, menceritakan kota awal mula kota Lasem pada masa Majaphit pada
abad ke‐13, masa kolonial Belanda pada abad ke‐19 terlihat dari perang
Diponegoro, Jawa masa Daendels abad ke‐19, Perancis masa pemerintahan
Napoleon Bonaparte pada abad ke‐18 sampai awal abad ke 19, dan
perjalanan Daendels menuju Indonesia pada awal abad ke‐19. Sedangkan
latar sosial adalah perkembangan kota mulai dari fungsi kota Lasem sebagai
pusat perlawanan terhadap Kompeni pada abad ke‐18, fungsi Lasem sebagai
kota penghasil beras sehingga banyak ekspor, wilayah Juwana sebagai kota
pusat kerajinan tembaga dan kuningan di seluruh Hindia, rusaknya hutan jati
karena ekspor terus menerus, dan banyaknya korban akibat pembangunan
Jalan Raya Pos yang berusaha melewati medan berat di kota ini.
(3) Anyer, menceritakan Anyer sebelum dan sesudah letusan Krakatau pada
akhir abad ke‐19, perjuangan rakyat Banten bersama Sultan Banten
berjuang melawan kompeni Belanda pada abad ke‐19, kebijakan awal dari
Daendels dan pembangunan Jalan Raya Pos di kota ini. Sejarah sosial adalah
lancarnya sarana transportasi setelah pembangunan Jalan Raya Pos, Anyer‐
Jakarta yang biasanya ditempuh 4 hari diringkas menajdi 1 hari. Sejarah Pers
di Indonesia dimulai dengan diterbitkan Bataviasche Koloniale Courant.
(4) Cilegon, diceritakan pemberontakan rakyat pada akhir abad ke‐19 atau
tepatnya 1887. Sejarah sosial yang ditampilkan adalah gagalnya Daendels
membangun Benteng karena Malaria, perkembangan kota Cilegon sebagai
daerah industri yaitu banyak didirikan pabrik besi baja Cilegon.
(5) Banten, diceritakan pendaratan bangsa Portugis di Banten pada abad awal
abad ke‐16, kedatangan bangsa Belanda pada akhir abad ke‐16, Banten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 166
pada masa Islam pada abad ke‐17, Banten masa Sultan Ageng pada
pertengahan abad ke‐17, pemberontakan DI TII Jawa Barat pada
pertengahan abad ke‐20. Latar sosialnya adalah kerasnya watak rakyat
Banten terhadap penindasan bangsa asing, buktinya perlawanan rakyat yang
besar melawan Belanda. DI TII juga merupakan gerakan ketidakpuasan
sebagian rakyat Banten terhadap pemerintah Republik Indonesia.
(6) Serang, diceritakan inspirasi Multatuli sehingga menghasilkan karangan Max
Havelaar pada awal abad ke‐20, kebijakan Presiden Soekarno membangun
patung Multatuli pada pertengahan abad ke‐20. Latar sosialnya adalah
perkembangan pendidikan di Serang, serang adalah kota yang melahirkan
intelektual pribumi pertama yang menamatkan HBS 5 tahun, dan pribumi
pertama yang duduk di anggota Dewan Hindia, Pemerintah Agung Hindia,
dan satu‐satunya pribumi yang jadi delegasi Belanda di Volkenbond.
(7) Tangerang, diceritakan masa kolonial Belanda pada abad ke‐19, masa
ekonomi liberal pada akhir abad ke‐19. Latar sosial adalah pergolakan dan
perlawanan dari gerombolan penduduk untuk menghadapi kolonial dan
tuan tanah, perkembangan industri topi bambu, perkembangan industri
kecap, Tangerang pada masa kini yang berubah menjadi kota industri di
samping perdagangan dan pemukiman buruh dan birokrat yang bekerja di
Jakarta, serta jalur lalu lintas yang padat antara Tagerang‐Jakarta.
(8) Batavia, diceritakan pembangunan kota Batavia oleh JP Coen pada awal
abad ke‐17, perkembangan VOC dari abad ke‐17 sampai 18, masa perang
dunia II pada abad ke‐20, penyerangan Mataram atas Batavia pada abad ke‐
17, pembangunan kota baru oleh Daendels yang dinamakan Weltevreden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 167
pada awal abad 19, pertentangan Belanda dengan Spanyol, kebangkitan
Jakarta setelah masa kemerdekaan pada pertengahan abad ke‐20. Latar
sosialnya adalah perkembangan pemukiman Tionghoa di Batavia karena
masuknya imigran setelah kebijakan Coen untuk mendatangkan wanita
Eropa sebagai istri para serdadu dan pejabat Kompeni, perkembangan
Batavia sampai Jakarta sekarang menjadi kota perdagangan, perkembangan
pembangunan kota Batavia sehingga mendapat julukan “Ratu Timur” karena
kemegahan bangunannya yang berdampak pada kemakmuran, menurunnya
nasib petani karena didesak oleh pembangunan industri, perluasan wilayah
Batavia menjadikan pertumbuhan penduduk yang pesat, dan penduduk
yang multi rasial dan multi etnis di Batavia.
(9) Meester Cornelis/Jatinegara, diceritakan asal mula nama Meester Cornelis
yang merupakan penghargaan terhadap cornelis yang menjadi imam
Katholik bagi orang‐orang Portugis pada pertengahan abad ke‐17 tepatnya
tahun 1661, tempat penahanan penulis pada tahun‐tahun masa revolusi
nasional (1947‐1949), tempat tahanan penulis masa Orde Lama (1960‐
1961), dan penjara pada masa orde Baru (1967‐1998). Latar sosialnya adalah
kondisi tahanan pada masa Orde Lama dan masa Orde Baru,
berkembangnya Jatinegara menjadi kota dengan gedung‐gedung baru yang
berdesakan antara instansi pemerintahan dan perdagangan. Serta
perkembangan wilayah DKI menjadi tempat yang semrawut tidak terkendali
pertumbuhannya.
(10) Depok, diceritakan tentang Depok pada masa VOC yang merupakan
tanah milik C. Chastelein pada abad ke‐17, masa kemerdekaan dan revolusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 168
kemerdekaan pada pertengahan abad ke‐20. Latar sosialnya adalah
perkembangan pengkristenan dan larangan adanya komunitas Tionghoa di
Depok, serta perkembangan Depok menjadi kota universitas atau perguruan
tinggi dan kota administrasinya di Bogor.
(11) Buitenzorg atau Bogor, diceritakan Kebun Raya Bogor dengan koleksi
tumbuhan terkaya di dunia, istana Bogor yang dibangun sebagai penganti
istana lama dua lantai yang dihancurkan gempa bumi pada 11 Oktober
1834. Latar sosialanya adalah rata‐rata hujan Bogor adalah 432 cm sehingga
mendapat julukan “Kota Hujan” sehingga menjadi kota tujuan wisata karena
kenyamanannya, tanahnya subur karena berada di kaki Gunung Salak
sehingga dimanfaatkan untuk perkembunan kopi, teh, kina pada masa
kolonial.
(12) Priangan, diceritakan serbuan Mataran ke Batavia yang harus melewati
dan melawan penguasa‐penguasa di Priangan pada awal abad ke‐17, masa
kolonial Belanda dan penerapan Koffiestelsel atau Tanampaksa Kopi pada
abad ke‐19. Latar sosialnya adalah kondisi tanah‐tanah yang didominasi
pegunungan berdampak pada kehidupan masyarakat yang tidak menyukai
kekerasan. Karateristik wilayah berbeda dengan kota‐kota di Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Bali. Terjadinya percampuran antara darah Eropa dan
Pribumi karena pergaulan seks, kondisi geografis dan faktor etnis Sunda
menjadikan gadis‐gadis Priangan tampak cantik, letaknya di punggung
gunung Pangrango sehingga banyak kebun teh dan kebun kopi, serta
banyaknya sumber mata air panas 43 derajat celcius dengan kadar garam
rendah menjadikan potensi wisata di Priangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 169
(13) Cianjur, diceritakan kenangan penulis sebagai seniman Lekra sebelum
peristiwa Gerakan 30 S PKI, dan kondisi para tahanan politik pada masa
Orde Baru pada abad ke‐20. Latar Sosialnya adalah alam Cianjur yang unik di
bagian utara mengalir sungai‐sungai ke utara sampai ke Laut Jawa dan di
bagian selatan mengalir Samudera Hindia sehingga Cianjur terkenal sebagai
daerah yang subur dan penghasil besar terbesar.
(14) Bandung, latar dihadirkan dari kota Bandung yang dikenal sebagai Parijs
van Java karena letaknya ketinggian rata‐rata 700 meter di atas permukaan
laut, Bandung sebagai pusat militer pada abad ke‐20, Bandung pada masa
revolusi kemerdekaan pada abad ke‐20, dan pelaksanaan Konferensi Asia
Afrika pada abad ke‐20. Latar sosialnya adalah keindahan Bandung yang
letaknya di bawah Gunung Tangkubanperahu sehingga kotanya dingin dan
nyaman yang menjadi tujuan wisata.
(15) Sumedang, diceritakan berbagai kasus genosida yaitu masa JP Coen
pada awal abad ke‐17, masa pembangunan Jalan Raya Pos awal abad ke‐19,
genosida pasca perang Jawa pada abad ke‐19 sampai abad ke‐20, genosida
pada masa revolusi kemerdekaan yang dilakukan Westerling pada abad ke‐
20, dan genosida yang dilakukan oleh Orde Baru terhadap pelaku Gerakan
30 S PKI pada abad ke‐20. Latar Sosialnya adalah letak Sumedang di kaki
Gunung Burangrang dan Tunggul di Utara dengan Gunung Calancang di
Selatan membuat tanah di Sumedang sangat subur penduduknya berkulit
cerah dengan kulit yang lembut, wanitanya terlihat lebih menarik dari pada
bagian pulau Jawa yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 170
(16) Cirebon, diceritakan Cirebon pada masa Islam pada abad ke‐15 yaitu
muncul nama Sunan Gunung Jati yang dikatakan sebagai pendiri kota
Cirebon, perkembangan Cirebon masa VOC pada abad ke‐17 sampai abad
ke‐18 yang menyebabkan kehilangan kewibawaanya karena VOC banyak
mengambil wilayahnya, perlawanan rakyat Cirebon terhadap kebijakan VOC
pada akhir abad ke‐18, perkembangan Cirebon masa Tanampaksa pada
abad ke‐18, kondisi perjuangan di Cirebon pada masa revolusi kemerdekaan
pada pertengahan abad ke‐20. Latar sosial adalah Cirebon dilanda
keresahan sosial dengan banyaknya kegagalan panen, wabah pes, bencana
kelaparan, penjarahan, dan perampokan pada abad ke‐17 sampai abad ke‐
18 sehingga terjadi pergolakan antara rakyat dengan Kompeni, sultan, dan
penduduk Tionghoa.
(17) Tegal, diceritakan peranan kota Tegal ketika masih menjadi bagian dari
Kerajaan Mataram pada abad ke‐17, perkembangan kota Tegal pada masa
VOC pada abad ke‐17 sampai abad ke‐18. Latar sosialnya adalah dengan
tanah yang subur dan hasil bumi yang melimpah kota‐kota di pesisir
terutama Tegal menjadi sasaran perompak, Tegal adalah gudang beras Jawa
Tengah dan memasok beras ke bagian Timur Nusantara.
(18) Pekalongan, diceritakan perkembangan pekalongan setelah perjanjian
antara VOC dan pakubuwana III dengan hasil jatuh ke tangan Belanda pada
pertengahan abad ke‐18, pekalongan masa Tanampaksa pada abad ke‐19,
peristiwa pergolakan dan perlawanan melawan Jepang pasca proklamasi
kemerdekaan pertengahan abad ke‐20. Latar sosialnya adalah letak
pekalongan berada di pesisir pantai utara Jawa sehingga dinamakan tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 171
ikan “kalong”, mata pencaharian sebagian penduduk adalah nelayan, dan
Pekalongan sebagai salah satu komoditi batik gaya pesisir di Indonesia.
(19) Semarang, diceritakan sejarah asal mula Semarang sejak masa Cheng Ho
pada abad ke‐15, perkembangan Semarang masa perdagangan VOC pada
abad ke‐17 sampai abad ke‐18, Pertempuran 5 hari di Semarang pada masa
revolusi kemerdekaan pertengahan abad ke‐20 (1945‐1949). Latar
sosialanya adalah tidak lepasnya kota Semarang dari banjir tahunan karena
sejak dulu merupakan daerah genangan Kali Garang. Oleh karena itu,
secara periodik meskipun telah dibangun kanal banjir di barat dan timur
kota Semarang tetap terkena banjir 30 tahunan.
(20) Demak, diceritakan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa pada
abad ke‐16, pembangunan masjid Agung Demak pada abad ke‐16, Demak
masa VOC pada abad ke‐17 sampai abad ke‐18 karena hampir satu abad
menjadi daerah di bawah kekuasaan Kompeni Belanda, pelaksanaan
Tanampaksa dengan jumlah penduduk terbanyak yang tewas karena
kelaparan pada abad ke‐19. Latar sosialnya adalah letak wilayah Demak
yang rendah dan dulunya adalah rawa yang dikeringkan menyebabkan
banjir yang tetap mengancam.
(21) Kudus, diceritakan tentang Demak masa Islam dan Sunan Kudus pada
abad ke‐16. Latar sosialnya adalah munculnya Kudus sebagai kota dagang
dengan muncul para pedagang‐pedagang pribumi terutama fabrikan rokok
kretek, perkembangan pabrik rokok berpengaruh terhadap tenaga kerja
wanita yang bekerja di pabrik‐pabrik rokok, Perkembangan pabrik gula di
Kudus yang sudah mempunyai pabrik gula golongan tertua di Jawa yaitu di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 172
Rendeng, kondisi tanah Kudus yang subur telah menjadikannya sebagai
penghasil kapok terkemuka selama hampir satu abad, dan banyaknya
peninggalan‐peninggalan Islam sejak jaman Wali Songo diantaranya Menara
Masjid Kudus telah menjadikannya sebagai tujuan wisata Ziarah.
(22) Pati, diceritakan perkembangan kota Pati pada masa Islam pada abad
ke‐15, perkembangan sastra masa Islam pada abad ke‐15. Latar sosialnya
adalah perkembangan kota Pati sebagai penghasil kapok terkemuka,
perkembangan ekonomi masa kolonial ketika masih beroperasi 3 pabrik
gula, dan kawasan hutan jati menyebabkan daerah ini sebagai daerah
pencuri kayu jati.
(23) Juwana, perkembangan kota Juwana sebagai bandar perdagangan Cina
pada abad ke‐18 sampai abad ke‐19, nasib orang‐orang Cina di Juwana pada
masa Orde Baru pada abad ke‐20. Latar sosialnya adalah adanya adat Peh
Cun (sedekah laut) karena Juwana adalah wilayah dengan komunitas
Tionghoa yang lumayan banyak, wilayahnya di pesisir Pantai Utara Jawa
sehingga banyak mengembangkan produksi garam, dan terdapat tempat
pelelangan ikan yang setiap tahun meningkat.
(24) Tuban, diceritakan tentang Ekspedisi Pamalayu dan berbagai
penaklukan Kubilai Khan pada abad ke‐13, perkembangan Tuban pada masa
Majapahit pada abad ke‐13 sampai abad ke‐15 sebagai Kadipaten Tuban,
penyebaran Islam di Tuban pada abad ke‐15, kondisi Tuban masa VOC pada
abad ke‐17 sampai abad ke‐18 sebagai kota yang terdapat pos‐pos
pergantian kereta pos yaitu Selogentong, Pakis, Bedahan, Sesan, Sambaran,
Ralangan, Deket, Gemining, Ambanggambang. Latar sosialnya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 173
perkembangan perdagangan dan budaya di Tuban akibat hubungannya
dengan Cina buktinya terdapat peninggalan penting yaitu kelenteng Kwan
Sing Bio di Pantai sebelah barat kota Tuban.
(25) Gresik, diceritakan perkembangan Islam dan peninggalan‐peninggalan
Islam pada awal abad ke‐15, pembangunan Benteng masa VOC pada
pertengahan abad ke‐18, Hancurnya pelabuhan Gresik pada masa
pemerintah kolonial Belanda pada abad ke‐19. Latar sosialnya adalah
perkembangan kota Gresik dalam bidang ekonomi sejak masa Daendels
yaitu dijadikan sebagai daerah kerajinan “bedil” sebagai pengembangan dari
kerajinan kuningan dan perunggu, Gresik menduduki peringkat tertinggi
dalam kesejahteraan rakyat karena pelabuhannya sebagai pusat lalu lintas
perdagangan antar pulau dan Internasional, kerajinan rakyatnya mencapai
tingkat tinggi, Gresik juga terkenal perikanan terbaik di seluruh Jawa Timur
diantaranya menjadi sentra produksi bandeng, perkembangan ekonomi di
kota Gresik setelah masa kemerdekaan sangat pesat dengan dibangunnya
pabrik Semen Gresik yang disusul oleh industri‐industri besar lainnya antara
lain pabrik aspal, petrokimia, pabrik payung, pabrik roda kereta api yang
merupakan pertama di Indonesia dan Asia, pabrik diothyl phitalate (DOP),
bahan pembuat plastik yang merupakan pertama di Indonesia. Peninggalan‐
peninggalan Cina seperti kelenteng Cina Tua dan makam‐makam lama
seperti halnya makan Maulana Malik Ibrahim, makan Sunan Giri, dan
benteng VOC di Mangare semakin memperkaya budaya Gresik.
(26) Surabaya, diceritakan pertumbuhan kota Surabaya pada masa
penyebaran Islam abad ke‐15, pertumbuhan kota sejak portugis dan Spanyol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 174
masuk ke Nusantara pada abad ke‐16, pertumbuhan dan perkembangan
kota Surabaya masa Mataram dan VOC pada abad ke‐17 sampai abad ke‐18,
perjuangan rakyat Surabaya pada abad ke‐20 yaitu perjuangan melawan
Jepang, Belanda, dan pada masa revolusi kemerdekaan mempertahankan
kemerdekaan dari Inggris dan Sekutu. Latar sosialnya adalah perkembangan
prasarana ekonomi dan perdagangan Internasional karena letaknya di
pinggir pantai yang memiliki muara yang dapat menampung sungai‐sungai
besar dari pedalaman. Surabaya terkenal pula dengan tambak bandeng
secara turun temurun, namun sekarang mulai terdesak oleh pembangunan.
(27) Sidoarjo, diceritakan tentang pertumbuhan kota pada masa Hindu yaitu
abad ke‐12, pertumbuhan dan perkembangan kota masa pemerintah
kolonial Belanda pada abad ke‐18 sampai 19. Latar sosialnya adalah
perkembangan ekonomi rakyat yang menggantungkan pada hasil laut,
buktinya adalah hasil‐hasilnya kerupuk, petis, trasi, dan bandeng.
(28) Porong, diceritakan asal muasal nama Porong dan pertumbuhannya
pada masa Hindu pada abad ke‐11, pertumbuhan kota masa kolonial
Belanda abad ke‐19. Latar sosialnya adalah wilayahnya yang terkenal
dengan banjir sehingga dibangun proyek Brantas.
(29) Bangil, diceritakan pertumbuhan kota pada masa kolonial pada abad ke‐
19. Latar sosialnya adalah jumlah penduduk yang padat karena letaknya
strategis yaitu pusat lalu lintas yang menghubungkan Surabaya di utara,
Pasuruan di timur, dan Malang di selatan. Pertumbuhan ekonomi ditopang
oleh perkebunan kopi dan pabrik gula, serta di wilayah timur dan utara
terdapat tambak‐tambak perikanan rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 175
(30) Pasuruan, diceritakan pertumbuhan kota masa Kerajaan Surapati dan
VOC pada abad ke‐17 sampai abad ke‐18. Latar sosialnya adalah kesuburan
wilayah Pasuruan sehingga cocok untuk pertanian, perkebunan, peternakan,
dan kerajinan rakyat.
(31) Probolinggo, diceritakan pertumbuhan kota pada masa Majapahit pada
abad ke‐3, perkembangan kota pada masa VOC abad ke‐17 sampai 18,
pertumbuhan kota masa pemerintah kolonial Belanda dan Inggris pada abad
ke‐19 yang disertai dengan pemberontakan. Latar sosialnya adalah
perkembangan pendidikan dengan dibangunnya Kweekschool atau Sekolah
Pendidikan Guru, pertanian didukung tanah yang subur membuat
Kabupaten Probolinggo menjadi salah satu gudang besar Jawa Timur,
pertumbuhan dan perkembangan kota juga tidak lepas dari pembangunan
industri kertas koran di Leces yang produksinya melampaui kebutuhan
dalam negeri.
(32) Besuki, diceritakan pertumbuhan kota pada masa Tanampaksa pada
abad ke‐19 yang merupakan penghasil tembakau. Latar sosialnya adalah
terserapnya tenaga kerja di perkebunan tembakau Na‐Oogst yang sampai
sekarang tujuan ekspor utama adalah Bremen, Jerman.
(33) Panarukan, diceritakan pertumbuhan kota pada masa VOC abad ke‐17
sampai abad ke‐18 dengan pembangunan benteng, perkembangan kota
masa pemerintah kolonial Belanda pada abad ke‐19 tepatnya masa
Tanampaksa karena Panarukan adalah pengekspor penting kopi ke luar
negeri. Sejarah sosialnya adalah masuknya agama Kristen pada waktu
Portugis datang petengahan abad ke‐16, para wanita terutama janda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 176
mencari perlindungan gereja untuk menghindari pembakaran janda dan
menyelamatkan anak‐anaknya dari keyatim‐piyatuan. Pembakaran janda
merupakan tradisi lama dalam agama Hindu.
6) Sudut pandang (point of view)
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” menggunakan sudut
pandang orang pertama (first person point of view), dengan ‘Aku sebagai
tokoh utama karena si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah
laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri,
maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya.
Sudut pandang dalam novel ini dapat dilihat dari penggalan cerita berikut:
Tempat kelahiranku, Blora, tidak dilalui Jalan Raya Pos. Dalam liburan-liburan panjang aku suka bersepeda kemana-mana, antaranya menjelajahi ruas Jalan Raya Pos Rembang-Lasem, ruas jalan yang tak habis-habisnya kukagumi: lebar, bersih, diapit pepohonan asam rindang, dan lalulintas tak putus-putusnya. Bis Bromo dan Tan seperti tak lelah-lelahnya pulang-balik Surabaya-Semarang. Tak jarang berjam-jam kunikmati pemandangan jalan raya ini dari pojok utara Alun-alun Rembang. Kekagumanku mungkin sama waktu melihat Auto Bahm pertama kali di Jerman pada 1960. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 8)
….karena takut pada Ayah, hanya bila ia tidak kelihatan saja, aku baru berani membongkari perpustakaaanya. Dengan diam-diam kuambil majalah atau buku yang ada gambarnya. Dengan kemampuan bahasaku yang minim, teks-teks gambar kadang beberapa halaman aku bacai. Sekali waktu terdapat gambar Daendels. Nama yang sudah kukenal itu dengan sendirinya menarik untuk membaca keterangan tentangnya.” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 15)
Penggalan cerita lain yang dapat menerangkaan bahwa si “aku”
adalah tokoh utama adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 177
....belum lagi membaringkan badan perutku melintir. Piket menunjukkan tempat kamar kecil. Tempat itu gelap tak tembus pandang. Kaki menggerayangi tahta kakus. Begitu mendapatkan ketinggian langsung nongkrong. Aneh, barang buangan itu jatuh memantulkan bunyi minor. Membersihkan diripun tangan gerayangan mencari sumur. Dan waktu membasuh itu korek logam itu jatuh dari kantong celana. Curiga dengan suara minor aku kembali ke kakus. Sinar api korek itu?masyaallah, ternyata yang kuberaki bukan tahta kakus tapi tungku dapur. Dan kotoranku jatuh ke dalam periuk rendah yang masih ada sisa singkong rebus. Celaka ini bisa jadi tuduhan aku agen provokator, dan tembak menembak bisa terjadi dan bisa merembet jadi tembak menembak antara tentara lawan laskar. Kopralku kutarik dari tikar di pendopo markas. Sekali lagi kami melarikan diri” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 79.
7) Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan penulis dalam novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” secara garis besar tidak menggunakan tata bahasa baku
sebagaimana dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Bahasa yang
hiperbola juga dipakai penulis untuk mengungkapkan hal-hal tertentu,
seperti terlihat dari penggalan cerita berikut: “Jalan Raya Pos Banten
Lama-Serang nampaknya seperti semasa Daendels, lebar 7 meter diapit
hamparan kehijauan, dengan puncak pohon-pohon kelapa yang
bersentuhan dengan langit” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 39). Gaya
bahasa lain adalah personifikasi, hal tersebut dapat dilihat dari penggalan
cerita berikut:
Baiklah, kita memasuki wilayah Priangan atau Parahyangan, tempat para hyang (leluhur atau dewa) bersemayam. Jalan Raya Pos menjurus ke tenggara sejauh kurang dari 10 kilometer sampai ke Ciawi di kaki Gunung Pangrangro. Menghindari kenaikan-kenaikan punggung gunung, Jalan Raya Pos membelok ke timur, menyusuri Ciliwung dan barang 12 kilometer kemudian sampai di Cisarua (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 178
Gaya bahasa yang digunakan penulis adalah gaya bahasa yang
sifatnya satire (sindiran), bahwa kita adalah bangsa kaya tapi lemah.
Bangsa yang sejak lama bermental diperintah oleh bangsa-bangsa lain.
Bangsa Indonesia dengan kondisi alam yang subur dan memiliki sumber
daya alam melimpah ternyata belum bisa bangkit karena telah dibiasakan
bermental diperintah oleh bangsa asing yang selama berabad-abad
berkuasa atas Indonesia. Mental itulah yang menyebabkan sebagian besar
pemimpin di Indonesia tidak berani mengambil keputusan, kurang bisa
mandiri, kurang memiliki inisiatif untuk memajukan bangsanya.
2. Sajian Data
a. Pesan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels”
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dalam novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” adalah peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di kota-
kota di Pantai Utara Jawa yang dilalui oleh pembangunan Jalan Raya Pos.
Pesan sejarah yang ingin disampaikan di awali dari kota dimana titik awal
pembangunan jalan.
1) Anyer
Pesan sejarah yang disampaikan penulis melalui cerita tentang kota
Anyer terdapat dalam penggalan cerita berikut:
....maka orang sudah tak sempat mengingat lagi bahwa tempat ini pernah menjadi medan perlawanan rakyat melawan Kompeni Belanda, baik sebelum maupun sesudah Daendels. Anyer secara tradisional adalah bagian dari Kesultanan Banten. Dan secara tradisional pula Kesultanan Banten dan rakyatnya melawan penjajahan asing. Anyer tak terkecuali. Terhadap bombardemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 179
dengan merian Kompeni, rakyat bertahan di balik perbentengan dari batang-batang kelapa yang kenyal terhadap peluru meriam. Bila terdesak, dengan perahu-perahu kecil mereka menyeberang ke Pulau Sangiang atau meneruskan perlawanan ke Lampung, yang secara tradisional adalah bagian dari Kesultanan Banten” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 28).
Dari penggalan cerita di atas diperoleh bahwa pesan sejarah yang
hendak disampaikan adalah gigihnya perlawanan rakyat Anyer yang pada
waktu itu termasuk wilayah Kesultanan Banten untuk melawan kekuasaan
bangsa asing mulai dari Portugis pada abad ke-16, Kompeni Belanda
(VOC) pada abad ke-17, dan masa kolonial Belanda pada abad ke-18.
2) Cilegon
Pesan sejarah yang ingin disampaikan oleh penulis dari cerita
tentang kota Cilegon terdapat dalam penggalan cerita berikut:
sekitar 19 kilometer ke barat, Jalan Raya Pos sampai ke Cilegon. Juga tempat ini secara tradisional merupakan wilayah Kesultanan Banten dengan tradisi perlawanannya terhadap Kompeni dan kolonialisme. Sejarah tak dapat melupakan betapa terjadi pemberontakan rakyat pada 1887 dengan dibunuhinya penduduk Eropa termasuk Asisten Residennya” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 30).
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan yang ingin
disampaikan dari peristiwa sejarah di kota Cilegon adalah perlawanan
rakyat melawan kolonialisme Belanda. Perlawanan terhadap penindasan
bangsa asing tidak hanya bisa dilakukan oleh para pemimpin besar tetapi
juga oleh petani dan rakyat kecil terbukti dengan meletusnya
pemberontakan petani pada tahun 1887.
3) Banten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 180
Pesan sejarah yang hendak disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Banten terdapat dalam penggalan cerita berikut:
....persaingan antara Banten dan Batavia sebagai bandar dagang tak pernah menyusut. Jadi dalam pemerintahan van Imhoff, seorang gadis Arab, Fatimah, oleh Kompeni Belanda dipersembahkan pada Sultan Arifin dari Banten. Begitu diperistri, Fatimah langsung melancarkan aksi-aksinya sesuai dengan yang dikehenddaki Kompeni Belanda. Langkah pertama adalah mengajukan dakwaan pada Sultan bahwa putra mahkota Banten berniat hendak menyerbu istana, membunuh Sultan, dan mengangkat diri sendiri sebagai Sultan Banten. Karena percaya pada Fatimah tanpa pikir panjang putera mahkota ditangkap, diserahkan pada kompeni dengan permintaan dibuang ke Ambon. Dengan senang hati Kompeni mengabulkan....Rakyat Banten yang pendapatnya tentang Sultan baru tidak dipinta, menjadi marah dan meledak pemberontakan besar pada Oktober 1750. Terkena sekali pukul tentara Ratu Fatimah hancur. Juga bala bantuan Kompeni yang didatangkan dari Batavia, termasuk kesatuan-kesatuan artilerinya. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 34)
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari penggalan cerita di
atas menunjukkan bahwa sebagai seorang pemimpin haruslah selalu hati-
hati dan waspada terhadap segala kemungkinan yang direncanakan musuh.
Selain itu sikap tidak mudah percaya terhadap perkataan orang juga harus
dimiliki, sikap kritis melihat sesuatu dengan bukti penting untuk
mengantisipasi upaya musuh melancarkan politik pecah belah. Sultan
Banten adalah korban dari politik pecah belah yang dilancarkan Kompeni
Belanda.
4) Serang
Pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Serang terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Serang masih berada dalam wilayah (Karisedenan) Banten, ibukota Kabupaten Lebak. Tempat ini menjadi masyur dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 181
sejarah Indonesia. Di sini pengarang Belanda Multatuli mendapatkan inspirasinya untuk menulis karya abadinya, Max Havelaar, yang memberikan kesaksian historis betapa orang Jawa teraniyaya oleh penjajahan Belanda....di pihak lain karya tersebut membangkitkan kesadaran pada para intelektual Pribumi akan keadaannya sebagai rakyat jajahan, yang dengan landasan pengetahuan dari pendidikan Eropa yang mereka terima, berkembang menjadi semangat nasional....Serang, ibukota Kabupaten Lebak, juga melahirkan intelektual Pribumi pertama, Pangeran Ahmad Djajadiningrat. Pribumi pertama yang menamatkan HBS 5 tahun, juga pribumi pertama yang pernah duduk sebagai anggota Dewan Hindia, Pemerintah Agung Hindia, dan satu-satunya yang pernah menjadi delegasi Belanda di Volkenbond. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 38-39)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah pengaruh Politik Etis pada awal
abad ke-20 terhadap perkembangan kaum intelektual Pribumi di kota
Serang, ibukota Kabupaten Lebak. Perjuangan melawan kolonial Belanda
mulai dilakukan bukan lagi didominasi dengan senjata tetapi dengan
pendidikan. Para intelektual pribumi mulai masuk dalam birokrasi Belanda
dan memperjuangkan aspirasi untuk lepas dari kesengsaraan dan menjadi
bangsa yang merdeka.
5) Tangerang
Pesan sejarah yang akan disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Tangerang terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Jalan Raya Pos dengan sejumlah tikungan ke tenggara dan timurlaut sejauh lebih dari 50 kilometer membawa orang sampai ke Tangerang. Wilayah ini pernah jadi pemusatan pemberontak yang berhasil mengulingkan Ratu Fatimah, gadis Arab itu, dari Kesultanan Banten. Pemimpinnya yang kharismatik, Kyai Tapa, meluaskan perlawanannya terhadap Kompeni Belanda sampai ke seluruh Priangan, dan untuk waktu lama mengusik Tanampaksa kopi, darah hidup Kompeni....penduduk yang tidak berdaya secara hukum menghadapi persengkokolan kolonial dan tuantanah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 182
melahirkan para jawara atau para jagoan sebagai kekuasaan tandingan, dengan aksi-aksinya, yang menurut aturan hukum yang berlaku adalah kriminal. Mereka membentuk gerombolan-gerombolan yang menganggu kemapanan kolonial dan tuantanah. Namun perlindungan pada tuantanah tetap lebih unggul berbanding para jawara dengan gerombolannya. Tradisi jawara tanpa tuantanah dalam era kemerdekaan nasional menjadi sumber kriminalitas. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 40-41)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah perubahan sosial yang terjadi di
Tangerang pada abad ke-19 sampai abad ke-20 diakibatkan kesewenang-
wenangan pemerintah kolonial dan tuantanah terhadap rakyat. Perubahan
sosial ini terlihat dari munculnya para jawara yang melakukan tindakan-
tindakan kriminal untuk menganggu para tuantanah dan Pemerintah
Kolonial Belanda. Tindakan kriminal adalah cara mereka untuk
melakukan perlawanan dengan caranya sendiri, meskipun sebagian besar
gerakan disebabkan oleh faktor ekonomi.
6) Batavia
Pesan sejarah yang akan disampaikan penulis dari cerita di kota Batavia
terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Batavia berpenduduk multi‐rasial dan multi‐etnis sejak didirikan oleh Coen. Para tawanan perang tinggal di kamp‐kamp tawanan yang terbagi ras dan etniknya seperti kampung Bali, Kampung Jawa, Kampung Ambon, Kampung Bandan (mestinya: Banda), Bahasa Arab, Kampung Koja, Kampung Melayu, Kampung Bugis. Sebagian budak‐budak India yang dibebaskan Kompeni dinamakan Mardijkers, sedangkan orang‐orang Tionghoa yang berhasil menembus kebebasannya dan membangun Kampung Cina sendiri yang lebih terkenal dengan Pecinan. Pengertian Kamp ini kemudian diserap dalam bahasa Melayu/Indonesia menjadi kampung. Pergaulan antar‐ras dan antar‐etnik melahirkan lingua franca Melayu‐Betawi, juga apa yang kelak dinamai seni dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 183
budaya Betawi yang mempunyai kecenderungan Tionghoa terutama dalam musik dan tari. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 48). Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah yang
ingin disampaikan penulis adalah menjelaskan multikultural di Batavia‐Jakarta
mulai abad ke‐17. Awalnya Batavia adalah pusat kamp tahanan yang berasal dari
berbagai suku bangsa yang berbeda. Munculnya budaya Betawi adalah satu
wujud akulturasi antar budaya karena adanya saling penghargaan antar masing‐
masing budaya yang berbeda sehingga melahirkan budaya baru.
7) Meester Cornelis/Jatinegara
Pesan sejarah yang akan disampaikan penulis dari cerita di kota Meester
Cornelis atau Jatinegara terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Semasa kekuasaan Kompeni Belanda, Meester Cornelis terdiri sepenuhnya atas tanah‐tanah swasta, dan pada pokoknya diperuntukkan perkebunan kelapa dan pertanian sawah, dan juga perkebunan tebu sebagai keluarbiasaan. Setelah Batavia memindahkan pusat pertahanan Batavia, tempat ini menjadi kota militer dengan tangsi‐tangsi besar dan pernah juga terdapat sekolah militer, yaitu kursus pendidikan perwira, dan sekolah teknik pembikinan senjata. Belanda juga mendirikan penjara pusat sipil yang besar di cipinang dan rumah tahanan luarbiasa Bukit Duri. (Pramoedya Ananta, 2005: 53)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah terjadinya perubahan tata kota di
Jatinegara yang semula berupa tanah-tanah partikelir (tanah milik swasta)
yang diperuntukkan untuk perkebunan berubah menjadi pusat militer dan
penjara pada abad ke-19. Berubahnya Jatinegara sebagai pusat pendidikan
militer (kursus pendidikan perwira dan teknik pembuatan senjata)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 184
membuat peranannya semakin besar dan strategis selama masa kolonial
Belanda.
8) Depok
Pesan sejarah yang akan disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Depok terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Depok sendiri semasa Kompeni Belanda alias VOC milik C. Chastelein, anggota Dewan Hindia alias Pemerintahan Agung Hindia, yang dibelinya 100 ringgit. Dengan surat wasiat tertanggal 13 Maret 1714 tanah swastanya ia serahkan kepada budak-budak beliannya yang beragama Kristen dan keturunannya, dengan syarat dengan selama-lamanya tanah tersebut menjadi milik dan garapan bersama, tanpa boleh dijual, disewakan, atau digadaikan. Syarat lain yang disebutkan adalah tak bolehnya orang Tionghoa tinggal di situ, tak boleh jual beli candu dan berjudi. Para budak yang dibebaskan berasal dari Bali, Sulawesi, dan Timor, dan lain-lain, sejumlah kira-kira 200 orang. Mereka juga diperlengkapi dengan sekitar 300 sapi, dan dua perangkat gamelan, serta 50 tombak berhiasan perak, dan sejumlah barang lain...dari masyarakat di luarnya mereka menuntut dipanggil “tuan’ seperti terhadap orang-orang Eropa. Untuk meningkatkan kekristenannya, pada Januari 1879 dibuka sebuah seminari. Dimulai dengan jatuhnya Hindia Belanda pada 1942, lebih-lebih semasa revolusi yang bersambung dengan kemerdekaan nasional, keeksklusifan masyarakat Kristen Depok tidak dapat bertahan terhadap perubahan politik. Juga status tanah mereka sudah tak bisa dipertahankan sesuai dengan surat wasiat Chastelein. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 55).
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah perubahan sosial masyarakat bekas
budak dan keturunannya di kota Depok pada abad ke-19. Sebagai akibat
dari pengkristenan yang diupayakan Belanda di wilayah jajahannya,
Chastelein sang pemilik tanah merelakan tanahnya untuk para budak yang
beragama Kristen. Tujuannya agar masyarakat beragama Kristen semakin
meningkat. Diberikannya tanah menjadikan kedudukan dan status para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 185
budak naik, tidak lagi menjadi budak tetapi berubah menjadi tuantanah
sehingga mereka meminta untuk dipanggil tuan layaknya orang Eropa.
9) Biutenzorg/Bogor
Pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Bogor terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Wilayah ini juga terkenal dengan tingginya curah hujan rata-rata dalam setahun 432 cm, sehingga kota Buitenzorg/Bogor mendapat julukan Kota Hujan. Kenyamanan udara membuat warga ibukota negara suka melarikan diri ke wilayah sini di waktu-waktu liburan. Disamping itu juga membuat terkenal adalah batu bertuliskan bertahun 1355 Saka (1433 Masehi) dengan inskripsi dalam bahasa Sunda Kuno dan batu dengan gambar dua tapak kaki di sampingnya. Karena kehadiran batu-batu tua tersebut, tempat keberadaannya dinamai Batutulis. Barang dua abad sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Jawa, Buitenzorg/Bogor menurut penyelidikan yang makin lama makin menentu merupakan ibukota Kerajaan Padjajaran, bernama Pakuan, didirikan pada 1355 Saka atau 1433 Masehi, sebagaimana tertulis dalam Batutulis tersebut. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 57)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah pertumbuhan dan perkembangan
kota Bogor dari masa Hindu, masa kolonial Belanda, sampai masa
Indonesia merdeka. Bogor sebagai kota yang diidamkan sebagai tempat
hunian karena kenyamanannya. Masa Hindu, Bogor diketahui sebagai
ibukota Kerajaan Padjajaran pastilah kota sebagai ibukota kerajaan adalah
kota yang nyaman. Masa kolonial Belanda dibangun rumah gubernur
jenderal dan Kebun Raya Bogor, ini menunjukkan bahwa Bogor adalah
tempat tinggal dan peristirahatan yang nyaman bagi orang-orang Belanda.
Sampai sekarang Bogor tetap menjadi tujuan wisata masyarakat ibukota
yang ingin mencari kenyamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 186
10) Priangan
Pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Bogor terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Baiklah, kita memasuki wilayah Priangan atau Parahyangan, tempat para hyang (=leluhur atau dewa) bersemayam. Jalan Raya Pos menjurus ke tenggara sejauh kurang dari 10 kilometer sampai ke Ciawi di kaki Gunung Pangrangro. Menghindari kenaikan-kenaikan punggung gunung, Jalan Raya Pos membelok ke timur, menyusuri Ciliwung dan barang 12 kilometer kemudian sampai di Cisarua....Ruas Jalan Raya Pos Cisarua-Cugeneng, sepanjang 22 kilometer memotong punggung utara Gunung Pangrango, Kompeni menamainya waktu itu gunung-gunung Biru. Sewaktu jalan raya ini dibikin Cisarua adalah milik tuan tanah Riemsdijk. Dan justru di sini jalan raya itu mulai menanjak. Tak dapat dibayangkan berapa banyak korban berjatuhan karena kecelakaan, kelelahan, kehabisan tenaga, atau kelaparan. Ini adalah benar-benar pembikinan jalanan baru, tidak sekedar melebarkan. Pada waktu itu belum jadi kebiasaan menggunakan dinamit. Punggung gunung yang terjal berlipat-lipat itu harus dipapras dengan tenaga manusia. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 61)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah pada saat pembangunan Jalan Raya
Pos melewati Priangan telah menelan banyak korban jiwa penduduk
pribumi. Medan yang berat untuk menembus gunung membuat rakyat
tidak kuat karena kelaparan maupun kecelakaan, pembangunan jalan di
wilayah Priangan merupakan jalan baru bukan hanya sekedar melebarkan
sehingga beban kerja rakyat sangat berat.
11) Cianjur
Pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Cianjur terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Baru sekali kusinggahi tempat ini, hanya karena kebetulan bertemu dengan salah satu bekas tapol, salah satu pendiri Lekra yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 187
sebelum peristiwa 30 September 1965 dipecat dari semua jabatan organisasi....tentu saja, eks tapol memang telah dibikin tak punya kepastian hukum sejak dirampas kebebasannya oleh Orde Baru. Lebih dari itu: kekalahan dan kemenangan di pengadilan pun bukan soal. Soalnya adalah benar atau tidak benar. Adil atau tidak adil. Dan mungkin aku boleh percaya bahwa ia masih tetap tegar. Tanpa ketegaran, sudah lama tapol atau eks tapol mati merana. Dan mungkin justru itu yang dikehendaki Orde Baru atau Horde Baru. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 62)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah pembunuhan karakter terhadap tokoh-
tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Lekra
sebagai salah satu organisasi kesenian PKI pada masa Orde Baru harus
dibubarkan, termasuk para tokoh-tokoh dan pengikutnya yang selama
pemerintahan Soeharto banyak mendapatkan ketidakadilan dengan
dijadikan tapol tanpa proses peradilan.
12) Cimahi
Pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dari cerita tentang
kota Cimahi terdapat dalam penggalan cerita berikut berikut:
Sebelum 1913 tempat ini bernama Cikolot. Perubahan nama ini terjadi semasa pemerintahan Gubernur Jenderal van Heutsz di Bandung dibangun tempat pemusatan tentara Hindia dan di Cikolot dibangun tangsi besar KNIL dengan rumah sakit militer yang juga besar. Sejak itu Cimahi menjadi kota militer....Dalam ngomong-ngomong dengan mereka seorang prajurit bercerita tentang banyaknya garong merajalela di sekitar. Yang dimaksudkan adalah kelompok bersenjata-bersenjata yang tidak bergabung dengan tentara dan laskar. Dalam vakum kekuasaan, mereka melakukan perampokan di mana saja bila dianggap tidak ada penjagaan tentara atau laskar. Biasanya mereka bersenjata api pendek. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 63)
Dari penggalan cerita di atas, pesan sejarah yang ingin
disampaikan adalah perubahan sosial kota Cianjur menjadi kota militer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 188
Selain itu, terjadi kekacauan keamanan di Cimahi yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok ini oleh orang Cimahi disebut
dengan garong (gabungan romusaha ngamuk) pada masa Revolusi
Kemerdekaan. Garong merupakan kelompok yang orientasi utama pada
ekonomi sehingga menganggu keamanan dan ketentraman penduduk
maupun orang-orang Belanda.
13) Bandung
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dalam ceritanya tentang
kota Bandung terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Kota Bandung sendiri semasa masa kolonial dimashurkan sebagai Parijs van Java, juga pusat kemiliteran abad 20....Bandung, ibukota Priangan, semasa era kemerdekaan nasional juga mashur di dunia, sebagai ibukota Asia-Afrika, karena disinilah untuk pertama kali diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika, 1955....Bandung juga terkenal sebagai kota ‘Lautan Api’ karena semasa Revolusi kota ini menjadi ‘Lautan api’ dalam mempertahankan kemerdekaan nasional. Priangan si Jelita yang ribuan tahun hidup dalam kedamaian nyatanya tak segan berlumuran dan terbakar demi kemerdekaan nasional. Setiap orang Indonesia kenal lagu revolusi Halo-halo Bandung itu. Sekali-kali juga diperdengarkan di forum-forum internasional. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 65)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah peranan kota Bandung pada masa
revolusi fisik tahun 1945-1950. Kota Bandung juga berperan penting
dalam perpolitikan internasional seperti pernah menjadi tuan rumah
penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Masa Orde Baru
peranan kota ini juga mencolok terutama sebagai pusat militer pemerintah.
14) Sumedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 189
Pesan sejarah yang disampaikan oleh penulis dari cerita tentang
kota Sumedang terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Daendels dalam pembangunan Jalan Raya Pos menghadapi banyak kesulitan dengan penguasa Pribumi setempat terutama dalam melaksanakan bagian Cadas (Jurang) Pangeran. Penduduk Sumedang bangga terhadap perlawanan ini. Untuk mengenangnya telah didirikan patung Pangeran Kornel berhadapan dengan Daendels. Dalam berjabat tangan, Pangeran Kornel memberikan tangan kirinya sedang tangan kananya memegang hulu keris. Dalam pembikinan inilah untuk pertama kali ada angka jumlah kurban yang jatuh 5.000 orang. Bahwa angka yang diberikan begitu bulatnya telah menunjukkan tidak rincinya laporan, hanya taksiran. Mungkin kurang, mungkin lebih. Setidak-tidaknya ini adalah genosida tidak langsung demi pembangunan, demi kelangsungan penjajahan dan kebesaran, kekayaan dan kemajuan Eropa....Genosida tak langsung dilakukan kekuasaan Belanda di Hindia setelah usai Perang Jawa 1825-1930. Akibat perang besar selama 5 tahun itu Hindia Belanda bangkrut, dan kebangkrutannya membikin Nederland mengalami krisis keuangan. Gubernur Jenderal Van den Bosch memberlakukan Tanampaksa atau Cultuurstelsel. Tak lain dari petani yang dikerahkan untuk kerjapaksa. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 70-71)
Dari penggalan cerita di atas, pesan sejarah yang disampaikan
penulis adalah politik kolonial Belanda telah menimbulkan kesengsaraan
bagi rakyat. Kebijakan masa Dandels maupun Tanampaksa telah membuat
banyak korban meninggal, peristiwa itu oleh penulis dikatakan sebagai
“genosida tidak langsung”. Selain itu, pesan sejarah yang lain adalah
perlawanan penguasa Pribumi dan rakyat melawan segala penindasan oleh
Daendels maupun pemerintah kolonial Belanda. Pangeran Kornel
merupakan tokoh legendaris yang telah menjadi simbol perlawanan rakyat
Sumedang. Perlawanan itu dikenang sebagai peristiwa Cadas Pangeran.
15) Cirebon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 190
Pesan sejarah yang disampaikan oleh penulis dari cerita tentang
kota Cirebon terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Dalam peralihan Hindu ke Islam, Cirebon menempati lembaran penting dalam sejarah Indonesia yang tak dapat lepas dari nama anumerta: Sunan Gunungjati. Malah ia dipercaya sebagai pendiri Cirebon. Sebenarnya ia adalah seorang Arab yang pada mulanya bermukim di tengah-tengah masyarakat pedagang Pribumi yang telah memeluk Islam. Namanya yang panjang, Syeh Nuruddi Ibrahim Ibn Maulana Israel....Para sultan Cirebon dipercaya keturunan penyebar Islam ini....pada abad ke-18 sejak 1719 bahkan sampai 1805 wilayah Cirebon dilanda keresahan yang nampak tak ada akhirnya: kegagalan panen, wabah pes, bencana kelaparan, perampokan, dan penjarahan, dan dengan sendirinya pembunuhan. Di bawah pimpinan Mirsa, rakyat yang menganggap Kompeni, sultan, dan penduduk Tionghoa sebagai biang keladi kesengsaraan mereka, memberontak. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 76)
Dari penggalan cerita di atas pesan sejarah yang disampaikan
penulis adalah proses Islamisasi di kota Cirebon yang mengakibatkan
peralihan dari Hindu ke Islam pada abad ke-18. Selain itu, perlawanan
Pribumi terhadap penindasan sultan yang sewenang-wenang, Kompeni
Belanda, dan Penduduk Tionghoa karena ketiga kelompok besar itu
dianggap sebagai pihak yang menyebabkan kesengsaraan rakyat. Bentuk
perlawanan dilakukan rakyat dengan berbagai cara diantaranya
perampokan, penjarahan, dan pembunuhan. Perlawanan-perlawanan itu
digunakan sebagai simbol menentang semua kebijakan kolonial dan
perdagangan penduduk Tionghoa.
16) Brebes
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Brebes terdapat dalam penggalan cerita berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 191
Kali Pamali yang memungkinkan wilayah Brebes menjadi daerah gula, mengairi sejumlah besar kebun dan tebu dan berdirinya tiga pabrik gula. Satu pabrik di antaranya berdiri di ketanggungan Barat, semasa kolonial sebuah tanah swasta. Letnan Gubernur Jenderal Raffles menghadiahkannya pada seorang bupati Brebes yang berjasa kepadanya. Sebagian tanah tersebut kemudian ditebus kembali oleh pemerintah kolonial sedang sisanya telah pecah-belah dijual pada perorangan. (Pramoedya, 2005: 80)
Dari penggalan cerita di atas pesan sejarah yang disampaikan
penulis adalah pertumbuhan dan perkembangan kota Brebes. Tanah yang
sekarang menjadi kota Brebes adalah tanah milik swasta pada masa
kolonial Belanda abad ke-19. Tanah itu berubah status pada masa Inggris
pimpinan Raffles, karena Brebes (sekarang) dahulunya adalah tanah
pemberian Raffles kepada bupati yang telah berjasa kepadanya.
17) Tegal
Pesan sejarah yang disampaikan oleh penulis dari cerita tentang
kota Tegal terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….baik sebelum maupun setelah ofensif Mataram ke Batavia, 1629, Tegal adalah gudang beras Jawa Tengah, dan memasok ke bagian timur Nusantara. Juga dalam mengekspornya, para pedagang antar pulau selalu harus waspada terhadap bajak-lanun....konon orang Tionghoa sudah bermukim di kota bandar ini sejak sebelum abad ke-10. Bisa dipercaya karena posisi Tegal sebagai gudang beras, dan sampai bangkrutnya VOC dan berganti jadi Hindia Belanda....dalam ofensif Mataram pada 1628 dan 1629 Tegallah yang diperintah Mataram menyediakan beberapa kapal pengangkut dan panglima sekaligus....Tegal tak dapat dipisahkan dari peristiwa sejarah yang sebagai kelanjutan dari jatuhnya Laut Jawa ke tangan Kompeni, juga merasuknya ke pedalaman wilayah Kerajaan Jawa. ....terhalau oleh pasukan Trunojoyo yang seperti air bah menerjang dari Surabaya ke Mataram, ditinggalkan oleh para pangeran dan perabot kerajaan, Amangkurat melarikan diri ke utara....ia menuju Tegal meminta bantuan VOC. Itu terjadi pada 1677. Sebelumnya, pada tahun itu juga benteng yang dibangun trunojoyo di surabaya jatuh ke tangan Belanda pada 13 April 1677. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 82-83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 192
Dari penggalan cerita di atas, disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah peranan kota Tegal pada masa Kerajaan
Mataram abad ke-17 yaitu sebagai gudang beras dan penyedia kapal
pengangkut prajurit pada saat Mataram berusaha menyerang Kompeni di
Batavia. Pesan sejarah lain yang disampaikan bahwa Tegal adalah tempat
palarian Amangkurat dari Mataram setelah pemberontakan Trunojoyo
pada abad akhir abad ke-17.
18) Pekalongan
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Pekalongan terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Sudah semasa Daendels wilayah Pekalongan berpenduduk jauh lebih rapat dari wilayah-wilayah lain. Pada 1743, wilayah ini melalui perjanjian antara VOC dengan Paku Buwono II jatuh ke tangan Belanda. Demikian juga sepanjang pesisir utara sampai ke Pasuruan di Jawa Timur....di dalam kota, ibukota, berdiri Monumen 3 Oktober 1945, antara pemuda bersenjata tajam dan berbambu runcing melawan tentara Jepang dan Kempetei yang bersenjata api. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 85)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah jatuhnya seluruh pesisir utara pantai
Jawa sampai Pasuruan Jawa Timur kepada Belanda tidak terkecuali
Pekalongan pada pertengahan abad ke-18. Pesan lain yang disampaikan
adalah perjuangan rakyat Pekalongan melawan Jepang masa Revolusi
Kemerdekaan pada Oktober 1945. Dengan senjata yang tradisonal, rakyat
Pekalongan tetap maju berjuang melawan Jepang yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 193
persenjataan modern. Bentuk perjuangan rakyat yang harus dijadikan
inspirasi bagi generasi bangsa.
19) Semarang
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Semarang terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Para sejarawan Cina dan Indonesia juga belum mendapat kesepakatan, toh Semarang tak bisa dilepaskan nama Sam Po Toa Lang atau Cheng Ho atau Cheng He, Laksamana besar Cina yang dengan armada besar dari 26 wakang (kapal layar besar) dengan 1000 awak setiap kapalnya melakukan pelayaran 7 kali ke barat Cina dalam abad ke-15....setelah jatuh ke tangan VOC atau Kompeni Belanda pada Januari 15 Januari 1678, maka mulai 1743 Semarang menjadi tempat kedudukan Gubernur Pantai Utara-Timur Jawa. Semasa Daendels menjadi kedudukan kepala Landrostambt, dan semasa Raffles menjadi kedudukan Residen...Itu semasa Jepang. Semasa Revolusi tentu lain lagi, dua bulan setelah Proklamasi, tepatnya 14 Oktober, Jepang menolak menyerahkan senjatanya pada para pemuda. Dan itu pertikaian bersenjata. Pertempuran dengan Jepang tidak hanya terjadi di kota, juga merambah ke tempat-tempat di luar dan sekitarnya....Peringatan pertempuran 5 hari diabadikan dalam Monumen Tugu Muda di depan Gedung Lawangsewu, sedang gedung Kompetei di Simpanglima kini dijadikan museum Kodam IV Diponegoro. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 89)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah Semarang mmerupakan daerah tujuan
pendaratan ekspedisi Cina di pulau Jawa karena nilai strategis pelayaran
dan perdagangan yang dimilikinya pada abad ke-15. Nilai sejarah lain
yang ingin disampaikan adalah perkembangan dan fungsi kota Semarang
masa VOC dan Raffles sebagai kota pusat kekuatan VOC dan kolonial di
pulau Jawa setelah Batavia. Perjuangan rakyat dan para pemuda di kota
Semarang masa Revolusi Kemerdekaan dengan adanya perlawanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 194
terhadap Jepang yang diperingati melalui Monumen Tugu Muda juga
disampaikan sebagai pesan sejarah.
20) Demak
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dalam cerita kota Demak
terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Melemah dan berantakannya Majapahit memberi kesempatan pada Demak untuk muncul sebagai Kerajaan Islam pertama di Jawa. Rajanya, yang selama ini dianggap Raden Patah (dari Fattah, yang berarti kemenangan), berasal dari koloni Cina di Palembang. Semula ia bernama Jin Bun....Boleh jadi semasa raja pertama Demak kota ini merupakan pelabuhan sebagaimana halnya dengan kota Jepara, mengingat kerajaan ini berorientasi ke laut. Malah salah seorang putera tertua, yang oleh Portugis dikenal dengan nama Pati Unus, pada 1512 telah menyerang Portugis di Malaka, dan kalah. Lima tahun setelah itu raja pertama Demak wafat....Pajang menderita kekalahan mutlak pada tahun 1604. Lebih seabad kemudian, pada 1746, Demak berada dalam kekuasaan Kompeni Belanda, VOC, dan abad selanjutnya pada 1848/49 Demak sebagai kabupaten dengan penduduk 336.000 jiwa; karena genosida tidak langsung Cultuurstelsel alias Tanampaksa, dua pertiga penduduknya tewas.... Sewaktu Daendels melanjutkan usahanya mnghubungkan Semarang dengan Demak, medan sangat sulit menghadang. Bukan hanya karena tanahnya tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga sebagian daripadanya adalah laut pedalaman, atau teluk-teluk dangkal. Walau angka-angka tidak pernah dilaporkan, mudah diduga berapa banyaknya pekerja paksa yang kelelahan dan lapar itu menjadi makanan empuk malaria yang ganas itu. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 94)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis tentang kota Demak antara lain, sejarah awal
mula Kerajaan Demak yaitu masa pemerintahan Raden Patah pada abad
ke-15, sejarah perlawanan Kerajaan Demak melalui Pati Unus terhadap
keberadaan Portugis di Malaka karena dianggap sebagai saingan dagang
pada awal abad ke-16, sejarah Demak pada masa dikuasai oleh pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 195
kolonial Belanda melalui kebijakan Cultuurstelsel pada abad ke-19. Masa
Cultuurstelsel inilah rakyat Demak menderita kelaparan karena lahan
tanaman padi harus diganti tanaman yang berorientasi pada ekspor yaitu
tebu. Pesan sejarah yang utama adalah beratnya medan berupa rawa-rawa
yang harus dilalui pada saat pembangunan Jalan Raya Pos menyebabkan
banyak rakyat meeninggal, terutama akibat malaria.
21) Kudus
Pesan sejarah yang ingin disampaikan oleh penulis dari cerita
tentang kota Kudus terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Barang 22 kilometer arah serong ke timurlaut Jalan Raya Pos sampai ke Kudus, sebuah nama yang berasal dari bahasa Arab yang berarti: bersih, suci, murni. Sudah dari namanya orang sudah menduga bahwa kota ini menempati matarantai penting dalam penyebaran matarantai penting dalam penyebaran Islam tingkat pertama di Jawa. Dan memang tidak keliru. Disini pada abad ke-16, Sunan Kudus berkedudukan, bukan hanya sebagai penyebar Islam, juga sebagai politikus yang ikut memainkan kekuasaan dalam Kerajaan Demak….yang paling mengesankan pendatang adalah menara (minaret) masjid Kudus, sedang bagi penduduk setempat adalah makan Pangeran atau Sunan Kudus….Kudus juga memiliki pabrik gula dari golongan tertua di Jawa, yaitu Rendeng. Berarti perkebunan tebu sudah berkembang pada abad 19”. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 95)
Dari penggalan cerita di atas pesan sejarah yang disampaikan
penulis dari kota Kudus antara lain, sejarah penyebaran Islam di Kudus
yang dilakukan oleh salah satu Wali Songo yaitu Sunan Kudus pada abad
ke-16 dan sejarah praktek pelaksanaan Cultuurstelsel atau Tanampaksa
pada abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda yang dampaknya
adalah munculnya pabrik-pabrik tebu di wilayah Kudus
22) Juwana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 196
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Juwana terdapat dalam penggalan cerita dari kutipan berikut:
….semula kota ini berkembang pesat sebagai kota Bandar dan kota dagang. Banyak penduduknya terutama yang Tionghoa menjadi kaya-raya berkat perdagangan dan penyaluran candu untuk konsumsi setempat maupun diteruskan ke pedalaman. setelah pemerintah kolonial memonopolinya, proses kemunduran berjalan dengan cepat. Pembukaan jalan kereta api Semarang-Juwana membuat pengangkutan melalui laut beralih ke darat. Juga di bidang administrasi mengalami kemerosotan. Semula berstatus keasisten-residenan, kemudian tinggal jadi kabupaten dan mulai 1 Januari 1902 tinggal jadi distrik atau kawedanan. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 99)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang ingin disampaikan penulis adalah sejarah kota Juwana sebagai kota
perdagangan pada masa kolonial Belanda abad ke-19 yang didominasi
oleh penduduk Tionghoa. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangn kota
yang diwarnai hubungan pertentangan Tionghoa dengan kolonial setelah
Perang Cina abad ke-18 menjadi pesan sejarah lain.
23) Rembang
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Rembang terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….teluk ini sejak dahulu menjadi tempat galangan kapal. Armada Pati Unus, yang menyerang Portugis ke Malaka pada 1 Januari 1513, nampaknya juga dibuat disini. Serangan itu memang dipatahkan Portugis….Rupa-rupanya di Teluk Rembang ini juga dibangun armada-armada Ratu Kalinyamat untuk membantu para pejuang yang melawan Portugis. Mula-mula membantu Johor pada 1550 dalam penyerangan ke Malaka, kemudian membantu Aceh pada 1573 dan 1574. Diperkirakan di Teluk Rembang armada Trenggono dibikin. Ratusan perahu dengan membawa ribuan prajurit yang dikirimkan untuk mengislamkan Pasuruan di Jawa Timur, yang berakhir dengan kekalahan. Meriam-meriamnya tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 197
berdaya menghadapi penduduknya yang mengukuhi Shiwaisme. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 11)
Dari penggalan cerita di atas, pesan sejarah yang disampaikan
penulis adalah sejarah peranan kota Rembang sebagai pusat armada perang
pada saat Kerajaan Demak menyerang Portugis di Malaka pada abad ke-
16. Tujuan penyerangan adalah demi kepentingan perdagangan pada abad
ke-16, armada Ratu Kalinyamat saat menyerang Portugis dan membantu
sesama kerajaan Islam pada abad ke-16. Serta peranan kota Rembang
dalam proses Islamisasi Pasuruan masa Sultan Trenggono pada abad ke-
16, meskipun berakhir dengan kegagalan.
23) Tuban
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Tuban terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….dari pelabuhannya ini, pada 1275, Raja Singasari, Kertanegara, mengirimkan ekspedisi militer Pamalayu untuk menaklukan wilayah-wilayah Sumatera dan Singapura yang dulunya bernama Tumasik. Tujuan penaklukan adalah untuk menanggulangi ekspansi pengaruh Kubilai Khan dari Utara.…Raja Mongol dari Kerajaan Langit, ternyata tidak dapat dibendung. Berkali-kali sejak 1276 ia mengirimkan utusan kepada Kertanegara agar sendiri datang mengadap Beijing. Utusan terakhir telah meluapkan kemarahannya sehingga tak segan-segan ia menciderai wajah sang utusan….Kerajaan mengirimkan ekspedisi penghukuman dengan kekuatan 20.000 prajurut Mongol, Cina, dan Tar, diangkut dengan 1.000 kapal….sesampainya di Singasari ternyata Kertanegara telah tewas akibat pemberontakan raja bawahannya dari Kediri, Jayakatwang. Menantu Kertanegara menggunakan balatentara Kubilai Khan untuk menyerang Kediri….itulah yang kemudian menjadi raja pertama Majapahit….munculnya nama baru ini berkat diangkatnya kawan seperjuangan Wijaya menjadi adipati mancanegara Tuban….pengangkatan tersebut terjadi pada 1293….tidak puas dengan hanya mendapatkan wilayah kadipaten di luar kekuasaan langsung, Ranggalawe yang menjadi tulang punggung berdirinya Majapahit, karena tak diangkat menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 198
mahapatih, angkat senjata dan berontak….tujuhpuluh lima kilometer ke timur, Jalan Raya Pos mencapai Sidayu atau Sedayu. Semasa VOC diantara dua kota tersebut terdapat pos-pos pergantian kereta pos, yaitu Silogentong, Pakis, Bedahan, Sesan, Sambaran, Ralangan, Deket, Gemining, Ambangambang dan lain-lain. Namun tempat-tempat tersebut tinggal jadi desa atau dusun pantai Kabupaten Lamongan, yang telah kehilangan artinya yang penting dan terhapus dari peta. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 101).
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis dari penuturannya tentang kota Tuban antara
lain, sejarah Tuban sebagai kota Pelabuhan pada masa Kerajan Singasari
pada abad ke-13, sejarah munculnya Kerajaan Majapahit yang didirikan
oleh Raden Wijaya pada abad ke-13, dan pemberontakan Ranggalawe
kepada Majapahit karena ketidakpuasan terhadap jabatan yng diterimanya
hanya sebagai Adipati Mancanegara Tuban. Selain itu, pesan sejarah lain
adalah pertumbuhan dan perkembangan kota Tuban semenjak jaman VOC
sampai dengan kondisi yang sekarang. Secara garis besar pesan yang
ingin disampaikan adalah peranan penting kota Tuban semasa jaman
tengah dalam sejarah Jawa.
24) Gresik
Pesan sejarah yang disampaikan oleh penulis dari cerita tentang
kota Gresik terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….Gresik sebuah kota tua, juga Bandar tua pada selat yang memisahkan Jawa dari Madura. kota ini juga masyhur karena adanya makam Malik Ibrahim, yang ada batu nisannya terpahat kata-kata antara lain: wafat pada hari Senin, hari kedua pada bulan Rabiul awal tahun 822 atau tahun 1419 Masehi….dalam rangka Pan Islamisme alamiah, yaitu perlawanan para pedagang Islam terhadap hegemoni laut Spanyol dan Portugis, yang di Jawa berbetuk penyebaran agama Islam pada tingkat awal, Malik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 199
Ibrahim dipromosikan sebagai wali pertama yang menyebarkan Islam….semasa Daendels, kota yang masyhur akan kerajinan kunigan dan perunggu ini disulap menjadi sentra pembikinan bedil, seiring dengan Semarang yang disulap menjadi produsen peluru. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 105-106)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah sejarah masuknya Islam di wilayah
Gresik yang diperkirakan abad ke-15 dengan ditemukannya makam Malik
Ibrahim, sejarah perlawanan para pedagang Islam terhadap ancaman
perdagangan dari Spanyol dan Portugis pada abad ke-16. Selain itu pesan
sejarah yang lainnya adalah pertumbuhan dan perkembangan kota pada
masa Daendels yaitu abad ke-19 yang berubah menjadi pusat kerajinan
senjata atau ‘bedil’.
25) Surabaya
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota Surabaya terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….kemajuan kehidupan Surabaya terhenti dan kemudian surut dengan munculnya Portugis dan Spanyol yang telah merajai lautan dan menghalau para pedagang Asia/Islam. Kemunduran ini kemudian diakhiri dengan pukulan kematian dari pedalaman. Seorang raja pedalaman yang tebelakang, yang hanya tau berkuasa, kelak terkenal dengan gelarnya Sultan Agung, menyerang negara Bandar Surabaya yang sedang memudar itu dengan tentara darat sebesar 90.000 orang….pada 1625 itu Surabaya ditaklukan oleh Mataram. Hanya saja tidak melalui perang . Mataram tidak bisa menerobosi perbentengan kota. Sungai yang menjadi alur pelayaran dari pedalaman ke kota diracuni dengan berbagai bangkai. Surabaya dilanda wabah….Surabaya akhirnya takluk melalui diplomasi. Putra terpenting Adipati Surabaya yang bernama Pangeran Pekik di sandera ke Mataram. Dialah yang membudayakan Mataram….pada segi yang lain Surabaya tidak lagi jadi pusat perdagangan Nusantara dan Internasional….nasib Pangeran Pekik di Mataram tidak jauh beda dari negara kota Bandar mereka, negara kelahiran yang ia cintai. Ia dan seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 200
keluarganya dihabisi di Mataram karena alasan-alasan sepele. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 110)
Dari Kutipan di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah yang
disampaikan penulis dari adalah sejarah pertumbuhan dan perjalanan kota
Surabaya pada masa VOC dan dikuasi oleh Mataram abad ke-17, sejarah
penaklukan Kerajaan Mataram terhadap wilayah-wilayah sekitar termasuk
Surabaya pada abad ke-17.
26) Sidoarjo
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Sidoarjo terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Sebuah batu prasasti yang dikeluarkan Raja Erlangga pada 959 C atau 1047 Masehi, menyebutkan tempat ini bernama Kahuripan, yang menjadi pusat pemerintahan Raja Erlangga. Batu prasasti yang dinamai Kelagen itu juga menyebutkan tentang perintah sang raja untuk menyalurkan limpahan air dari sungai besar disebabkan banyaknya tanggul-tanggul yang bobol, dan para petani melarikan diri karena kehilangan mata pencaharian. Rakyat bergembira dengan kepedulian raja. Dengan pembetulan tanggul-tanggul tersebut penderitaan para petani menjadi berkurang….dari prasasti tersebut dapat diketahui bahwa masalah air telah ditangani pada abad 11. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 117).
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah sejarah masa Kerajaan Medang Kamulan
ketika diperintah oleh Raja Erlangga (Airlangga) pada abad ke 11 yang
kebijakan-kebijakannya sangat mempedulikan rakyatnya. Sidoarjo masa
Kerajaan Medang Kamulan merupakan pusat pemerintahannya dengan
nama Kahuripan. Setelah Kerajaan dipisah menjadi dua antara Panjalu dan
Kediri, Kahuripan dijadikan sebagai ibukota dari Panjalu.
27) Porong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 201
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Porong terdapat dalam penggalan cerita berikut:
Konon nama porong berasal dari nama pemerintahan Erlangga pada abad 11, yang pada mulanya adalah nama galangan air pengendali banjir. Sebuaj jembatan besar membentangi sungai ini, yang karena dirusakkan banjir diperbarui pada 1850. Sepuluh tahun kemudian, 1860, kembali banjir meruntuhkannya. Pemerintah kolonial dengan berbagai cara telah membangun galangan air yang terkenal dengan nama Delta-Werken. Semasa kemerdekaan nasional menjadi bagian dari Proyek Brantas. Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah sejarah pembangunan galangan
pengendali banjir yang sudah dilakukan sejak abad ke-11 yaitu masa
pemerintahan Raja Erlangga. Pembangunan galangan air tersebut
dilanjutkan pada masa kolonial pada abad ke-19, dan masa kemerdekaan
nasional pada abad ke-20.
28) Bangil
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Bangil terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….bahkan menjadi pusat lalulintas yang menghubungkan Surabaya di utara. Pasuruan di timur dan Malang di selatan. Juga berpenduduk cukup banyak, malah pernah kenjadi kabupaten dengan kebun-kebun kopi bersebaran. Juga kebun-kebun tebu dengan pabrik gulanya sekalian. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 119)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah sejarah perkembangan Bangil pada masa
pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19. Pertumbuhan kota karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 202
letak yang strategis sehingga dan tanah yang subur, maka dimanfaatkan
sebagai lahan perkebunan.
29) Pasuruan
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Pasuruan terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….Bangil sekarang bukan lagi kabupaten, hanya sebuah kecamatan (onderdistrict)….tempat ini pernah menjadi pusat kerajaan semasa VOC, tidak sampai melahirkan dinasti, kemudian lenyap selama-lamanya. Kerajaan berumur pendek ini, 1686-1706, adalah kerajaan Surapati….percintaanya dengan puteri sang Endeleer anggota Dewan Hindia sampai gadis itu hamil menyebabkan ia dikirim ke sel-sel bawah tanah Stadhuis di Batavia. Di sini ia membuat persekutuan perlawanan, mendobrak penjaranya dan melakukan perlawanan. Untuk dapat mengetahui cara perang gaya Eropa, sebentar ia bisa mengabungkan diri dengan angkatan perang Kompeni sampai mencapai pangkat letnan. Begitu merasa cukup mengetahui dan berpraktek gaya Eropa mulai ia mempersatukan para pelawan Kompeni, bergerak ke timur, menarik para pelawan VOC dari Kraton Kartasura, menggelar perang semu, yang mengakibatkan pasukan Kompeni di bawah komando Kapten Tack masuk dalam perangkat dan dibatantai. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 119-121)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan penulis adalah sejarah perlawanan Untung Surapati
yang berasal dari Pasuruan (Kerajaan Surapati) terhadap VOC pada akhir
abad ke-17 sampai awal abad ke-18. Strategi perang yang tepat
membuatnya dapat memporak-porandakan pasukan Belanda.
30) Probolinggo
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Probolinggo terdapat dalam penggalan cerita berikut:
….dalam tahap awal kekuasaan VOC, Probolinggo pernah dijadikan ibukota Provinsi Oosthoek (Jawa Timur), kemudian jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 203
ibukota karisidenan. Semasa keerdekaan nasional status administrasinya adalah ibukota kabupaten bernama sama. Tempat ini berganti nama dari Banger menjadi Probolinggo menjelang abad 18. Pemerintah kolonial berusaha menyelamatkan pelabuhan Probolinggo dengan menggali saluran sepanjang 1 kilometer ke arah laut dengan turao dan tanggul batu….Probolinggo yang terletak di tepi Selat Madura ini mencatat peristiwa tragis di masa pemerintahan peralihan Inggris pada 18 Juni 1813….pada waktu itu kota ini milik seorang Tionghoa yang membelinya dari pemerintah semasa Daendels seharga sepuluh juta dolar dengan cara mencicil….Mayor Tionghoa pemiliknya menanggani tanah terlantar tersebut dengan intensif sehingga dalam sepuluh tahun bukan saja cicilannya menjadi lunas, juga tanah tersebut berubah jadi tanah pertanian yang subur, membikin Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi terkaya di Jawa. Sukes Mayor Tionghoa-tuantanah tersebut membuatnya kaya raya berlebihan, suka berpesta dengan para pejabat kolonial sehingga membuat petani terperas tidak dapat lagi menahan kegeramannya…pada hari tersebut ia membuat pesta kecil yang dihadiri oleh Letkol Inggris Frazer dan istrinya, Kapten McPherson dan Cameron, dan Letnan Robertson dan Cameron dri Resimen 78 tentara Inggris….Perwira Inggris yang selamat melarikan diri ke rumah Mayor Tionghoa tersebut dan mengerahkan penghuni rumah dan penduduk Tionghoa untuk membela rumah tersebut. Sia-sia. Probolinggo dihancurka sama sekali oleh pemberontak. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 124-125).
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan oleh penulis adalah sejarah pertumbuhan dan
perkembangan kota Probolinggo pada masa VOC abad ke-17 sampai abad
ke-18 dan masa kolonial Belanda abad ke-19, serta sejarah perlawanan
rakyat Probolinggo terhadap pemilik tanah partikelir yang dianggap
menyebabkan kesengsaraan rakyat, dalam hal ini adalah tuantanah
Tionghoa pada awal abad ke-19.
31) Panarukan
Pesan sejarah yang disampaikan penulis dari cerita tentang kota
Panarukan terdapat dalam penggalan cerita berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 204
Kota ini menjadi akhir dari Jalan Daendels karena pada masa menjadi pelabuhan terpenting di bagian tertimur pantai utara pulau Jawa. Pada 1859 pelabuhan dibuka untuk perdagangan umum, tetapi karena longsor ditarik kembali dan tak pernah diperbaiki lagi. Sebagai pengantinya dibangun dermaga yang menusuk ke laut. Dengan prasarana timpang ini Panarukan tetap jadi pengekspor kopi dan gula ke luar negeri, juga jadi tempat penumpukan hasil pertanian dari sepanjang pantai Selat Bali. Semasa VOC disini juga ada benteng Kompeni sebagai terjemahan siap perang….Laporan petualang Inggris yang pernah datang kemari bersama armada Demak pada 1546 masih belum bisa dikukuhkan. Yang sudah pasti setelah kerajaan-kerajaan Hindu Jawa berjatuhan dan muncul kerajaan-kerajaan Islam masyarakat Panarukan belum memeluk Islam. Beberapa tahun kemudian, 1559, orang-orang Portugis datang lagi, masyarakat Panarukan juga belum memeluk Islam, juga pada 1595 waktu pertama kali Belanda menyingahi. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 128)
Dari penggalan cerita di atas disimpulkan bahwa pesan sejarah
yang disampaikan oleh penulis adalah sejarah Panarukan sebagai kota
pelabuhan dan perdagangan pada masa kolonial Belanda begitu pula pada
masa Daendels abad ke-19. Disampaikan pula pertumbuhan kehidupan
keagamaan mulai dari masa Portugis sampai dengan awal Belanda di
Indonesia pada abad ke-16.
b. Pemahaman guru terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sebagai sumber pembelajaran sejarah
Bagaimana pemahaman guru sejarah terhadap novel sejarah dan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terlihat dari data hasil wawancara
dan observasi dengan guru sejarah. Pemahaman Endah Harini tentang
novel sejarah dijelaskan sebagai berikut
“Menurut saya novel sejarah itu adalah semacam novel-novel biasa yang banyak cerita fiktifnya, namun ada hal yang membedakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 205
yaitu menggunakan latar cerita sejarah, misalnya jaman Majapahit atau masa penjajahan dan ada tokoh-tokoh sejarahnya. Tapi saya belum pernah membaca, ya meskipun di perpustakaan mungkin ada. Saya pun belum tahu benar judul-judul novel yang dikategorikan novel sejarah.” (Catatan lapangan nomor 2 wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011)
Atas dasar itulah Endah Harini belum menggunakan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran pendamping buku teks. Pemahamannya
tentang pengertian novel sudah tepat yaitu menggunakan sejarah sebagai
latar cerita, tetapi ia belum pernah membaca novel-novel sejarah karena
keterbatasan literatur yang dimilikinya, meskipun diperpustakaan
sebenarnya telah disediakan. Ia juga mengalami kesulitan menyebutkan
judul-judul novel sejarah, sehingga ia belum bisa memahami makna dan
pengertian novel sejarah itu secara keseluruhan.
Sedangkan pemahamannya terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sebagai pembelajaran sejarah, ia jelaskan bahwa:
Saya sudah membaca novel Jalan Raya Daendels ini. Yang saya pahami dari novel ini adalah isinya memuat pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan dan sejarah dari kota-kota yang dilalui Jalan Raya Pos. Tetapi pembangunannya hanya dijelaskan sedikit pada bagian awal atau akhir dari deksripsi kota, korban-korban juga yang diceritakan akibat pembangunan hanya di kota-kota tertentu. Tidak seperti novel-novel yang lain yang pernah tak baca, novel ini berisi perjalanan penulis yang disisipkan tentang sejarah kota. Isinya juga banyak cerita pribadi. Inti novel saya sudah paham, tetapi jujur saja harus ekstra membaca soalnya sejarah kotanya dari berbagai periode tidak difokuskan pada satu periode saja. (Catatan lapangan nomor 2 wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011)
Dari pernyataan di atas, Endah Harini sudah cukup memahami
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Pemahamannya terhadap isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 206
novel adalah sejarah pembangunan Jalan Raya Pos dan sejarah dari kota-
kota yang dilalui pembangunan jalan. Namun pesan sejarah yang
disampaikan dalam setiap cerita dari kota-kota yang dilalui oleh
pembangunan Jalan Raya Pos belum dipahami secara menyeluruh.
Pernyataan berbeda disampaikan Suprapti tentang bagaimana
pemahamannya terhadap novel sejarah. Ia menjelaskan bahwa dirinya
kurang memahami pengertian tentang novel sejarah, menurutnya mungkin
secara umum novel sejarah adalah novel yang ceritanya mengambil cerita
sejarah. Pengertian secara pasti tentang novel sejarah belum diketahui
karena ia pernah baca definisi secara tepat dari novel sejarah. Ia juga
menyatakan bahwa “novel sejarah sebagai sumber pembelajaran adalah
hal yang baru dan belum pernah saya dapatkan selama dibangku
perkuliahan dan di kegiatan pelatihan serta seminar. Paling-paling benda-
tentang benda purbakala sebagai sumber belajar. Ini cukup unik dan patut
kita coba di pembelajaran selanjutnya” (Catatan lapangan nomor 2,
wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16
Mei 2010).
Pemahaman Suprapti terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sudah cukup baik. Ia menjelaskan bahwa:
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dari judulnya saya awalnya mengira-ngira bahwa sisinya tentang pembangunan Jalan Daendels. tapi ternyata setelah saya baca, pembangunan jalan sama korban-korban hanya dibahas dibagian kecil tiap kota. Saya awalnya juga tidak menyangka kalau isinya malah sejarah kota. Saya jadi binggung karena memuat peristiwa sejarah yang beragam, tidak fokus pada pembangunan jalan saja. Jadi menurut saya sebenarnya malah memuat banyak Kompetensi Dasar nanti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 207
Saya sama sekali belum paham bagaimana cara menggunakan novel ini sebagai sumber belajar apalagi bagaimana cara menggunakan belum pernah saya dapatkan dari seminar-seminar, sehingga tadi dikelas anak hanya saya suruh baca dan bertanya apabila ada sesuatu yang belum jelas” (Catatan lapangan nomor 2, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2010).
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa secara garis basar
pemahaman Suprapti terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
belum menyeluruh. Pemahamannya tentang novel ini adalah sejarah kota-
kota, namun pesan-pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis pada
setiap kota belum dipahami. Kisah penulis di berbagai kota yang dilewati
pembangunan jalan dengan menyampaikan berbagai pesan-pesan sejarah
belum dipahami secara baik. Sehingga masih binggung bagaimana
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dengan baik.
Belum mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menggunakan novel
dari berbagai seminar yang ia ikuti menjadi salah satu kendala juga.
Hal senada juga disampaikan oleh Sri Maryati mengenai
pemahamannya terhadap novel sejarah. Menurutnya novel sejarah adalah
novel yang menjadikan sejarah sebagai peristiwa yang diceritakan oleh
penulis di dalam tulisannya, tetapi pernyataan itu menurut pendapat
pribadinya tanpa ada dasar teori yang jelas, karena ia sendiri belum pernah
membaca definisi novel sejarah atau jenis novel sejarah, sehingga
mengalami kesulitan menyebutkan salah satu judul novel sejarah
Indonesia (Catatan lapangan nomor 2, wawancara dengan Sri Maryati,
lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 208
Pemahaman Maryati terhadap novel sejarah “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah juga sudah cukup baik.
Tetapi ia belum bisa menilai keefektifan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” apabila digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Ia
menjelaskan bahwa
“pemahaman saya tentang novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sekilas dilihat dari judulnya tentu saja isinya tentang Jalan Daendels yang dari Anyer sampai Panarukan dengan dilatari sejarah kota-kota yang dilewati Jalan Raya Pos di sekitar Pantai Utara Jawa. Cukup tepat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah apabila materi yang disampaikan sudah sampai pada Kompetensi Dasar yang sesuai. Tapi apakah tipe novel seperti ini efektif atau tidak saya belum tau karena belum pernah baca kriteria novel sejarah, tetapi dikelas saya lihat anak-anak serius membaca” (Catatan lapangan nomor 2, wawancara dengan Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Setelah membaca novel “Jalan Pos, Jalan Daendels” Endah Harini
mengaku kesulitan dalam memahami alur cerita yang ada di dalam novel
tersebut, menurutnya alur cerita di dalam novel seolah-olah hanya bertutur
pengalaman si penulis dengan latar peristiwa yang beraneka ragam,
dimana satu sekuel kota dengan kota lainnya memiliki latar sejarah yang
berbeda-beda, hal ini tidak seperti apabila kita membaca novel-novel pada
umumnya.secara lengkap ia menjelaskan bahwa:
Saya sedikit mengerti isi novel ini yakni tentang pembangunan Jalan Raya Pos, tetapi setelah saya baca agak banyak, lama-lama binggung dengan alur ceritanya karena berisi sejarah kota dengan beragam peristiwa sejarah. alur cerita menurut saya maju mundur. Isinya juga tentang perjalanan penulis saya contohkan di bagian depan isi, penulis bercerita tempat kelahiranya di Blora dan tahunya dia dengan sosok Daendels. Jadi saya harus membaca berulang-ulang untuk mengetahui maksud si penulis di dalam tulisannya ini. Selain itu karena biasanya novel banyak peristiwa fiktif maka saya membadingkan dengan buku atau sumber sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 209
yang lain. Nampaknya novel ini bukanlah sebuah novel yang ringan dan mudah dibaca. Mungkin perlu strategi khusus. (Catatan lapangan nomor 3, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Endah Harini
dapat memahami pesan novel dengan cara membacanya berulang-ulang.
Hal itu disebabkan karena pesan yang ingin disampaikan penulis dalam
novel beragam yaitu setiap kota-kota yang dilewati Jalan Raya Pos.
Anggapannya bahwa novel cenderung fiktif, maka ia melakukan
perbandingan dengan cara membaca buku sejarah atau sumber sejarah
yang lain untuk mendapatkan pesan sejarah. Cukup kesulitan untuk
memahami pesan yang terkandung menyebabkan Endah Harini
berkesimpulan bahwa novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” bukan
novel ringan dan mudah dibaca atau dipahami sebagaimana novel-novel
fiktif yang ada, meskipun demikian ia mengakui alur cerita yang tidak
runtut dan maju mundur bukan sebuah halangan untuk menggunakan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran
sejarah.
Suprapti mengaku harus membaca secara berulang-ulang untuk
memahami pesan penulis yang termuat di dalam novel “Jalan Pos, Jalan
Daendels”, ia mengaku menemui kesulitan untuk menemukan maksud
pesan penulis yang ada di dalam alur ceritanya. Suprapti menjelaskan
bahwa:
seperti yang tadi saya katakan, awalnya saya hanya mengira isinya adalah pembangunan Jalan itu. Tapi ternyata pembangunan jalan itu hanya dijelaskan sedikit, dan banyak sejarah kotanya. Sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 210
kota dijelaskan bukan fokus pada satu peristiwa sejarah tapi malah dari waktu ke waktu sehingga membuat saya cukup binggung. Alur cerita yang terkadang tidak runtut membuat saya kurang memahami sebenarnya pesan sejarah apa yang ingin disampaikan. Makanya saya baca berulang-ulang, dan memang menurut saya cara itu merupakan salah satu cara yang terbaik untuk memahami pesan novel ini.” (Catatan lapangan nomor 3, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Dari keterangan di atas disimpulkan bahwa Suprapti kurang
memahami pesan yang akan disampaikan dari isi novel. Oleh karena itu,
untuk dapat memahami ia membaca isi novel secara berulang-ulang dari
kota-kota yang diceritakan penulis. Pendapat Suprapti terhadap novel
senada dengan Endah Harini yaitu masih kurang paham terhadap alur
ceritanya karena isi novel tidak fokus pada satu peristiwa yaitu
pembangunan Jalan Raya Pos di kota-kota yang dilalui, tetapi di setiap
kota diceritakan berbagai peristiwa sejarah dengan periodisasi yang
berlainan sehingga pesan sejarah yang terkandung dapat memuat Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang lain.
Cara berbeda dilakukan Sri Maryati untuk memahami isi novel. Ia
menjelaskan bahwa:
cara memahami novel ini memang harus baca secara keseluruhan, namun karena waktu yang tidak memungkinkan saya coba memahaminya dengan membaca satu per satu sekuel cerita. Menurut saya itulah cara yang cukup efektif karena memang menurut pemahaman awal saya si penulis ingin menyampaikan pesan perbagian cerita yakni per kota-kota yang dibahas. Setelah selesai pencarian pesan, saya baru melanjutkan ke sekuel cerita selanjutnya. Intinya memang sejarah kota-kota yang dilalui Jalan Raya Pos itu dan yang pasti adalah pengalaman penulis. Di sampul belakang saya sempat baca, nada bahasa adalah satire, jadi saya simpulkan sendiri bahwa isinya sindiran pada pemerintah mungkin didasari oleh kekecewaan Pramoedya masa Orde Baru. Buktiny ia menyatakan genosida terbesar justru terjadi pada masa Orde Baru”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 211
(Catatan lapangan nomor 3, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Dari keterangan Maryati, disimpulkan bahwa ia cukup baik
memahami isi novel. Cara pemahaman tidak dilakukannya dengan
membaca berulang-ulang isi novel, karena menurutnya itu tidak efektif.
Oleh karena itu, cara pemahamannya dengan membaca setiap bagian cerita
novel yaitu setiap kota-kota yang dilalui pembangunan Jalan Raya Pos.
Cara yang seperti itu menurutnya lebih efektif, karena penulis berusaha
menyampaikan setiap pesan novel dari cerita tentang kota-kota itu. Gaya
bahasa yang dipake penulis, sudah bisa dipahami oleh Sri Maryati yaitu
tulisan bernada sindiran terhadap pemerintah Orde Baru.
Penemuan pesan-pesan sejarah dari masing-masing guru sejarah di
SMA Negeri 1, 2, dan 3 Salatiga berbeda satu sama lain, mengenai
penyebabnya belum diketahui secara pasti, akan tetapi diperkirakan
disebabkan oleh tingkat pemahaman masing-masing guru terhadap isi
cerita novel. Penemuan pesan sejarah dari novel “Jalan Pos, Jalan
Daendels” menurut Endah Harini adalah sejarah kota-kota di pulau Jawa
yang dilalui oleh Jalan Raya Pos dimulai dari Anyer di Jawa Barat sampai
Panarukan di Jawa Timur, dengan periodisasi sejarah bervariatif dari abad
ke-16 pada awal kedatangan bangsa Barat di Banten, masa kolonial
Belanda abad ke-18 sampai 19, pada masa revolusi fisik tahun 1945,
sampai seputar peristiwa sejarah terbaru abad ke-20. Ia juga menjelaskan
bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 212
Menurut saya kejadian atau peristiwa sejarah yang direkam oleh penulis di dalam ceritanya disampaikan secara tidak berurutan waktu kejadiannya, contohnya begini saat penulis cerita tentang Anyer cerita diawali dari letusan Krakatau itu kan akhir abad ke-19, cerita selanjutnya tentang pembangunan Jalan pada awal abad 19. Jadi kurang memerhatikan aspek kronologisnya. Menurut saya sangat jelas terlihat bahwa si penulis lebih menekankan pada ruang tempat peristiwa terjadi sementara waktunya agak diabaikan. makanya ketika membaca novel tersebut, saya seperti membolak-balik buku sejarah untuk menemukan urutan ceritanya (Catatan lapangan nomor 4, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMAN.1 Salatiga. Tanggal 14 Mei 2011).
Secara garis besar, Endah Harini mengetahui pesan sejarah yang
disampaikan yaitu sejarah kota-kota yang dilalui Jalan Raya Pos. Namun yang
menjadi permasalahan adalah kurang pemahaman secara menyeluruh terhadap
pesan yang terkandung dalam novel karena urutan waktu kejadian yang tidak
kronologis. Menurutnya pembaca akan lebih mudah memahami pesan apabila
penulis tidak hanya memperhatikan tempat kejadian peristiwa tetapi lebih
fokus pada urutan waktu terjadinya peristiwa itu.
Pesan sejarah yang didapatkan oleh Suprapti setelah membaca novel
“Jalan Pos, Jalan Daendels” adalah rentang ruang yang luas dan waktu
kejadian yang sangat panjang dari abad ke-14 sampai dengan abad ke-20.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa
seperti yang tadi saya katakan itu, awalnya memang saya kira isinya cuma terkait pembangunan jalan, namun setelah saya baca berulang-ulang kalau menurut saya pesan sejarah yang ingin disampaikan sejarah kota-kota dengan tempat yang banyak yaitu 39 kota dan rentang waktu yang sangat panjang juga, ada peristiwa sejarah dari mulai abad 14 sampai 20, walaupun hanya penggalan-penggalan cerita aja tapi itu sudah mewakili pesan yang disampaikan penulis novel ini”. (Catatan lapangan nomor 4, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 213
Adapun pesan sejarah yang ia temukan antara lain, pulau Jawa
menjadi panggung sejarah berbagai peristiwa penting di bidang politik
yaitu berbagai kekuasaan pribumi dan rakusnya bangsa kulit putih
terhadap tanah pulau Jawa yang subur, perlawanan penduduk lokal, serta
geliat ekonomi dan bisnis di pulau Jawa. Hampir sama dengan Endah
Harini, Suprapti juga kesulitan untuk memahami pesan sejarah karena alur
cerita yang tidak urut atau runtut dan tidak fokus pada satu periodisasi
sejarah. (Catatan lapangan nomor 4, wawancara dengan Suprapti, lokasi
SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011).
Pesan sejarah yang didapatkan Maryati dari novel “Jalan Pos, Jalan
Daendels” adalah peristiwa yang terjadi di kota-kota di pulau Jawa yang
dilalui pembangunan Jalan Raya Pos, dengan rentang waktu pada abad ke-
15 sampai dengan abad ke-20. Menurutnya, pesan sejarah yang
disampaikan penulis di dalam cerita antara lain pertumbuhan,
perkembangan, bahkan kemerosotan kota-kota di pulau Jawa, berbagai
bentuk perlawanan penguasa lokal dan penduduk lokal terhadap penguasa
Belanda pada abad ke-19 sampai abad ke-20, sejarah perekonomian
(perkebunan, perdagangan) di pulau Jawa pada masa penjajahan bangsa
Barat pada abad ke-19 sampai dengan abad ke-20. (Catatan lapangan
nomor 4, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga,
tanggal 18 Mei 2011).
Sedangkan strategi yang akan digunakan Endah Harini dalam
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” untuk kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 214
pembelajaran adalah dengan meminta peserta didik membaca satu demi
satu bagian novel tersebut kemudian meminta peserta didik mencatat
pesan-pesan sejarah yang penting dan menurut mereka menarik, sekaligus
diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal dalam novel yang dirasa
belum jelas dan belum bisa dipahami. Ia kemudian meminta peserta didik
untuk mencari dampak positif dan negatif dari isi novel terutama sebagai
dampak dari pembangunan Jaln Raya Pos. Menurutnya kendala yang akan
ditemui dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” adalah tidak cukupnya waktu bagi peserta didik
untuk dapat menyelesaikan bacaan novel sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan karena isi novel yang cukup tebal. Pemahaman peserta didik
juga kurang karena alur cerita novel tidak runtut dengan periodisasi dan
kronologi sejarah yang sangat luas. (Catatan lapangan no 5, wawancara
dengan Endah Harini, lokasi di SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei
2011)
Suprapti mempunyai strategi yang hampir sama dalam
menggunakan novel sejarah “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, ia akan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
selanjutnya diberi kesempatan bagi mereka yang ingin mempresentasikan
hasil yang diperoleh setelah membaca novel. Menurutnya tanpa adanya
tantangan bagi peserta didik untuk mempresentasikan maka diyakini tidak
akan sungguh-sungguh apabila diminta untuk membaca novel. Kendala
yang akan dihadapi dalam menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 215
Daendels” dalam kegiatan pembelajaran menurutnya adalah persiapan
guru yang dirasa kurang karena banyak tugas yang lain membuat tidak
fokus untuk membaca dan memahami isi novel. Selain itu, novel yang
cukup tebal sehingga peserta didik sebagian besar sudah lelah apabila
membaca secara keseluruhan. (Catatan lapangan nomor 5, wawancara
dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011)
Sri Maryati mempunyai cara yang sama dalam menggunakan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels yaitu peserta didik diberikan
kesempatan untuk membaca novel kemudian menulisnya di kertas yang
selanjutnya disampaikan di depan kelas. Menurutnya kendala yang akan
ditemui pada saat menggunakan novel ini sebagai sumber pembelajaran
adalah kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pesan sejarah secara
keseluruhan karena waktu yang terbatas untuk menyelesaaikan bacaan
novel yang cukup tebal untuk bahan bacaan di kalangan peserta didik
setingkat Sekolah Menengah Atas. (Catatan lapangan nomor 5, wawancara
dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
c. Apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos Jalan Daendels”
sebagai bahan pendamping sumber pembelajaran sejarah
Beragam pendapat disampaikan oleh guru sejarah terhadap isi
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Endah Harini menjelaskan bahwa
“novel karangan Pramoedya ini memiliki tingkat kesulitan dalam hal
pemahaman isi yang cukup tinggi, tadi saya katakan bahwa novel ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 216
bukanlah novel yang ringan mengingat gaya penurutan dan gaya ceritanya
yang unik, yang berbeda dengan penulis Indonesia lainnya.” (Catatan
lapangan nomor 6, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1
Salatiga, tanggal 14 Mei 2011). Menurutnya isi novel ini memiliki
kekayaan nilai sejarah yang tinggi, sehingga jarang ditemui pada novel-
novel di Indonesia lainnya bahkan novel sejarah Pramoedya yang lain
belum tentu mempunyai kekayaan sejarah yang sama. Pesan sejarah yang
sangat banyak merupakan kelebihan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” karena peserta didik banyak mendapatkan pengetahuan dan
pesan sejarah yang tidak mereka peroleh dari buku teks sejarah.
Keunikannya inilah yang menjadikan novel ini perlu dipelajari dan
isinya dibahas sebagai salah satu sumber pembelajaran sejarah. Hal ini
dikarenakan isinya sangat relevan dengan peristiwa-peristiwa sejarah
yang terjadi di pulau Jawa pada rentang waktu yang sangat panjang pada
abad ke-15 sampai dengan abad ke-20. Ia berpendapat sangat jarang
novelis memiliki kekayaan wawasan sejarah sebaik Pramoedya, dengan
kelugasan dan kesederhanaan cara penyampaiannya, namun memuat pesan
sejarah yang sangat banyak.
Terkait dengan isi novel, Endah Harini menyampaikan lagi
kelemahan novel yang ada pada alur ceritanya yang maju mundur.
Alangkah baiknya jika periodisasi kronologi sejarahnya diperhatikan agar
peserta didik mudah membaca karena sejarah tidak bisa dipisahkan dari
kronologi dan periodisasi. Menurutnya Pramoedya sangat terikat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 217
urutan ruang sehingga para pembaca novelnya yang memiliki orientasi
sejarah dengan urutan waktu sebagai pedoman pemahaman cerita sejarah,
mereka harus berpikir agar dapat mengikuti alur ceritanya. Hal itu yang
sepertinya menjadi kelemahan dalam pengaplikasian novel ini dalam
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Meskipun menurutnya bukan
kelemahan yang berarti. (Catatan lapangan nomor 6, wawancara dengan
Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011).
Pengalaman lain yang dialami Suprapti adalah kesulitan dalam
menginterpretasikan isi dan pesan yang ditulis oleh Pramoedya di dalam
novelnya “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Lebih lanjut ia jelaskan
bahwa kisah dan peristiwa sejarah yang disajikan pengarang ditulis dengan
gaya penulisan novel yaitu lebih bebas tidak seperti halnya tulisan dalam
buku teks sejarah. Menurutnya yang membedakan dengan kaidah
penulisan sejarah ilmiah adalah kuat tidaknya keterkaitan peristiwa dengan
temporal (waktu terjadinya peristiwa) dan spacial (tempat peristiwa). Oleh
karena itu, karyanya perlu diinterpretasikan ulang dengan konsep
pemahaman sejarah yaitu berdasarkan pendekatan ruang dan waktu yang
lebih runtut sehingga mudah apabila diaplikasikan dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang fungsinya sebagai sumber pembelajaran
pendamping buku teks sejarah. (Catatan lapangan nomor 6, wawancara
dengan Suprapti, lokasi SMA Neger 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011).
Sedangkan menurut Sri Maryati, pendapatnya mengenai isi novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dijelaskan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 218
Menurut kacamata saya novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” ini merupakan novel yang spektakuler dan sangat menarik untuk dibaca terutama untuk kalangan pedidik karena banyak informasi sejarah yang selama ini tidak dalam buku teks, dengan membaca ini anak-anak juga pasti akan bertambah pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah kota di Jawa, meskipun konsekuensinya mereka kesulitan dalam mereka memahami secara utuh”. (Catatan lapangan nomor 6, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMAN.3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Dari pernyataan di atas, Sri Maryati berpendapat bahwa isi novel
memuat bayak peristiwa sejarah kota-kota di Jawa yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Daendels ini. Pengetahuan-pengetahuan yang
mungkin tidak akan di dapat apabila hanya menggunakan buku teks
sejarah sebagai sumber pembelajaran. Isi novel yang tidak fiktif belaka
dan menghadirkan peristiwa-peristiwa sejarah menjadi daya tarik
tersendiri. Oleh karena itu, sangat baik apabila guru membaca dan
memahami pesan sejarah yang tekandung walaupun hanya sekedar sebagai
pengetahuan. Meskipun menurutnya banyak kelebihan dalam novel namun
untuk mencari pesan sejarah memerlukan tingkat kecermatan membaca
dan pemahaman yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan gaya penulisan dan
gaya bahasa yang dipakai penulis bukanlah bahasa yang simple dan mudah
dimengerti apalagi oleh peserta didik. Peristiwa sejarah dari kota-kota
inilah yang menyebabkan novel ini memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan novel lain. (Catatan lapangan nomor 6, wawancara dengan
Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Selain pendapatnya terhadap isi novel, Sri Maryati mengaku
bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 219
Pada awalnya saya agak malas untuk membaca novel ini. Penyebabnya karena bahasanya menurut saya yang agak aneh saja dan berbelit. Awalnya saya juga terjebak ruang di dalam penulisan cerita-ceritanya di dalam novel ini, namun akhirnya saya menemukan cara yaitu dipahami satu persatu dan sadar bahwa banyak sekali pesan sejarah yang ada dalam isi novel. (Catatan lapangan nomor 6, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011). Menurut pendapat Endah Harini, novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
memiliki isi cerita yang syarat dengan pesan sejarah, akan tetapi untuk
mengambil pesan sejarah yang terkandung dalam cerita novel, pembaca perlu
memiliki wawasan pengetahuan sejarah yang cukup baik. Penyebab utama
karena dalam novel sering tidak mencantumkan tahun peristiwa sejarah terjadi.
Sebagaimana yang ia jelaskan bahwa
Terkadang penulis hanya menuliskan peristiwa sejarah saja tanpa diberi tahun yang jelas, saya ambilkan contoh di kota Banten peristiwa DI/TII tidak diberikan tahun yang jelas, kemudian di Serang penulisan buku Ma Havelaar oleh Multatuli juga tanpa tahun yang jelas. Masih banyak peristiwa lain yang penyampaiannya seperti itu. (Catatan lapangan nomor 7, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011 ).
Oleh karena itu, diperlukan proses interpretasi ulang cerita dalam novel
dengan menggunakan data sejarah dari arsip dan dokumen pendukung yang
lain. Pesan sejarah yang ingin disampaikan pengarang adalah sejarah sosial,
seperti perlawanan petani di wilayah Cilegon terhadap penguasa tanah‐tanah
partikelir pada abad ke‐20, perlawanan pemimpin lokal dan rakyat di
Parahyangan terhadap pemerintahan Daendels yang mengeksploitasi ekonomi
dan tenaga penduduk pribumi untuk pembukaan Jalan Raya Pos pada abad ke‐
19. Pesan sejarah sosial berupa bahwa penjajahan asing itu tidak selamanya
buruk, akan tetapi memiliki juga nilai kemanusiaan, seperti pada terbentuknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 220
komunitas budak yang dimerdekakan di daerah Depok pada abad ke‐18, dan
masih banyak lagi pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dalam novel ini
(Catatan lapangan nomor 7, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri
1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011 ).
Menurut Suprapti, pesan sejarah yang termuat di dalam novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” sangat kaya dan beragam, novel ini berusaha memuat
berbagai pesan sejarah dari Anyer di ujung barat pulau Jawa sampai Panarukan
di ujung timur pulau Jawa, novel ini memuat berbagai pesan sejarah dari
berbagai kejadian dengan rentang waktu yang sangat panjang, dari abad ke‐14
sampai abad ke‐20. Ia juga menjelaskan bahwa
penyampaian peristiwa sejarah yang saya tangkap dari novel ini memang tidak secara detail dan lengkap dari satu peristiwa sejarah tertentu, mungkin bisa saya katakan sebagai cuplikan‐cuplikan peristiwa sejarah di kota‐kota itu, namun saya rasa sudah mampu memberikan suguhan cerita sejarah yang menarik, dan memberian wawasan pengetahuan sejarah tentang kota‐kota yang dilalui Jalan Raya Pos. (Catatan lapangan nomor 7, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011 ).
Suprapti juga menemukan berbagai kejadian‐kejadian menarik yang
menurutnya mungkin tidak akan ia dapatkan dari buku‐buku teks sejarah saja,
misalnya perjalanan Daendels sehingga sampai di Jawa, perluasan kota Batavia
yang menjadi Jakarta sekarang ini, peristiwa Cadas Pangeran di Cianjur, ataupun
asal mula suatu kota yang awalnya adalah tanah milik perorangan seperti kota
Depok. Selain itu, ia juga menemukan istilah‐istilah yang kemudian menjadi
popular pada puluhan tahun kemudian, seperti, Paris van Java (julukan Bandung
karena keindahannya), garong (Gabungan Romusha Ngamuk) di Cimahi, atau
ada istilah diselong yang sebenarnya berasal dari anak cucu Untung Surapati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 221
yang dibuang ke Ceylon karena melakukan perlawanan kepada Belanda. Bagi
pembaca yang tidak memiliki latar belakang disiplin ilmu sejarah, buku ini cukup
menarik untuk dibaca karena kekayaan nuansa di dalam tulisannya. Terkait
dengan peserta didik, ia mengatakan bahwa novel ini cocok bagi mereka yang
memang benar‐benar menyukai sejarah, namun bagi mereka yang hanya
sekedar kewajiban mengikuti pelajaran sepertinya terlalu berat. (Catatan
lapangan nomor 7, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga,
tanggal 18 Mei 2011 ).
Isi dan pesan sejarah yang terkandung di dalam novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” menurut Sri Maryati sangat menarik, dan mampu
menumbuhkan daya afeksasi pembaca. Cerita perjalanan penulis yang dikemas
dengan memanfaatkan latar sejarah sebagai unsur kekuatan novel. Lebih lanjut
ia menjelaskan bahwa “menurut pandangan saya setelah membaca novel ini
ditemukan ada kekhasannya yaitu cara bercerita dengan latar sejarah mampu
memberikan nuansa romantic Indonesia tempo dulu, atau lebih tepatnya
romatisme sejarah kota‐kota di Jawa pada masa lampau.” (Catatan lapangan
nomor 7, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal
18 Mei 2011).
Romatisme sejarah yang dimaksudkan Maryati adalah peristiwa‐
peristiwa perlawanan rakyat dan penguasa terhadap kolonialisme bangsa Barat,
suasana sosial beberapa kota di Jawa yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan kota, romantisme Parahyangan beberapa ratus tahun yang lalu,
dan semua peristiwa sejarah yang bersetting pada abad ke‐15 sampai dengan
abad ke‐20. Isi novel mampu memberikan suasana berbeda bagi pembaca di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 222
kalangan peserta didik yang terbiasa menghadapi kebekuan bahan bacaan pada
buku teks sejarah di sekolah. Menurutnya peserta didik juga dapat memperoleh
banyak pengetahuan dari kota‐kota di Jawa yang dilalui oleh Jalan Raya Pos.
Daya tarik yang ada menurutnya membuat peserta didik mulai menyukai mata
pelajaran sejarah karena seolah‐olah mereka diajak “berjalan‐jalan” mengelilingi
kota‐kota di Jawa dari Anyer sampai Panarukan. Pesan sejarah disampaikan
dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, sehingga mampu
membangkitkan dan menumbuhkan kenangan pembaca akan Jawa tempo dulu.
(Catatan lapangan nomor 7, wawancara dengan Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3
Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Mengenai penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran
mata pelajaran sejarah di kelas, Endah Harini berpendapat bahwa penggunaan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber belajar merupakan
sebuah penawaran yang menarik, mengingat hal ini merupakan hal yang baru.
Menurutnya novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” baik apabila digunakan
sebagai sumber pembelajaran karena nilai sejarah yang sangat beragam
sehingga dapat membeikan pengetahuan baru bagi peserta didik. pengetahuan
baru itu yang akan membuat peserta didik semakin tertarik untuk belajar
sejarah. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
Menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” adalah sebuah terobosan baru dalam pengembangan sumber pembelajaran sejarah. saya jujur belum pernah menggunakan novel sejarah apapun sebagai sumber belajar, oleh karenanya saya sangat tertarik ketika dimulai penggunaan novel sejarah sebagai sumber melalui penelitian ini. Anak‐anak nantinya juga memiliki banyak pengetahuan tentang berbagai peristiwa sejarah pada kota‐kota yang dilalui Jalan Raya Pos, sayangnya Jalannya tidak lewat Salatiga. Apalagi anak‐anak yang berasal dari salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 223
satu kota itu kan merasa tertantang untuk mengetahui seluk beluk kotanya. (Catatan lapangan nomor 8, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei 2011)
Dari pernyataan di atas memang ada ketertarikan dengan digunakannya
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran
pendamping buku teks. Endah Harini tetap mengharapkan adanya rekomendasi
novel‐novel yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dari pihak terkait
atau mungkin ada penelitian yang ilmiah tentang itu. Menurutnya hal itu
dianggap penting agar guru‐guru di sekolah mempunyai rambu‐rambu
pemanfaatan novel sejarah dalam kegiatan belajar mengajar karena belum
semua guru paham tentang novel sejarah. Selama ini pandangan para guru
hanya menganggap bahwa novel adalah sumber sekaligus media pembelajaran
untuk sastra atau bahasa Indonesia, meskipun novel tersebut menggunakan
latar atau tokoh sejarah di dalam penggambaran ceritanya. (Catatan lapangan
nomor 9, wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal
14 Mei 2011).
Pendapat berbeda disampaikan Suprapti terhadap novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” apabila digunakan sebagai sumber
pembelajaran sejarah. ia menjelaskan bahwa:
Penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran memang hal yang bagi saya atau mungkin guru-guru yang lain di Salatiga adalah hal yang baru. Karena dari dulu setiap ketemu MGMP tidak pernah membicarakan hal ini sebagai sumber pembelajaran. Saya cukup senang dengan adanya penelitian ini karena setidaknya menghasilkan gambaran umum dan pengetahuan bagi saya pribadi kalau ada sumber pembelajaran berupa novel. Akan tetapi menurut pandangan saya, novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ini” isinya sangat luas tidak terfokus pada satu kajian Kompetensi Dasar yaitu masa Daendels, sehingga peserta didik terlihat kesulitan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 224
memahami isinya. Menurut saya novel ini cocok untuk para mahapeserta didik sejarah yang membutuhkan kajian lebih kritis. Tapi ini sudah cukup bagus untuk memulai, dan tantangan bagi saya dan teman-teman guru sejarah SMA Negeri 2 Saltiga untuk mengembangkannya. (Catatan lapangan nomor 9, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011)
Suprapti juga menambahkan perlunya kegiatan semacam workshop atau
seminar tentang pemanfaatan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran.
Kegiatan ini sangat penting agar guru‐guru di sekolah memiliki kesamaan
persepsi dan pemahaman tentang cara menggunakan novel sejarah yang baik,
efektif, dan tentunya dapat menggali hal‐hal menarik dalam cerita novel agar
dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sejarah.
Selain itu, dengan seminar atau workshop, guru mengetahui manfaat novel
sejarah apabila digunakan dalam kegiatan pembelajaran. (Catatan lapangan
nomor 9, wawancara dengan Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 18
Mei 2011).
Sri Maryati yang dari awal sudah tertarik dengan penggunaan novel
berpendapat berbeda terkait penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah. ia menjelaskan bahwa;
Saya tertarik dengan terobosan baru penggunaan novel sebagai pembelajaran sejarah, mungkin guru‐guru sejarah di SMA lain yang pak Ana teliti juga berpendapat sama seperti saya. Penggunaan novel ini merupakan hal yang pertama saya lakukan selama sebagai guru dan mengajar di SMA Negeri 3 Salatiga. ini merupakan sesuatu yang menarik bagi saya. Terkait dengan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ini” digunakan sebagai sumber pembelajaran saya juga sangat mendukung. Seperti yang tadi saya katakan, novel ini sebagai salah satu cara mencairkan kebekuan pada peserta didik yang selama ini dominan menggunakan buku teks. Isi dan pesan sejarah yang adapun dapat menambah wawasan bagi peserta didik. (Catatan lapangan nomor 9,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 225
wawancara dengan Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Menurut pendapat Sri Maryati dalam rangka mengurangi kendala dalam
penggunaan novel sejarah, guru‐guru perlu diberi pembekalan bagaimana cara
menggunakan novel sejarah sebagai sumber belajar agar efektif dan efesien bagi
peserta didik, serta mempunyai pemahaman cara‐cara menggali nilai‐nilai
sejarah dari novel sejarah yang akan digunakan. Usulan itu disampaikan karena
ia mengaku selama dibangku perkuliahan sendiri belum pernah diberikan materi
perkuliahan dan referensi untuk memanfaatkan novel sebagai sumber belajar
atau materi sejarah. Oleh karena itu, hal‐hal teknis dan strategi pemanfaatan
sangat penting diberikan pembekalan kepada guru‐guru agar memiliki latar
pengetahuan yang sama dalam penggunaan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran. Cara itu dinilainya akan sangat penting guna mengatasi kendala‐
kendala teknis mengingat guru‐guru memiliki tingkat kemampuan yang tidak
sama. Ia juga sangat mendukung perlunya semacam workshop tentang
penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Sekolah
Menengah Atas kota Salatiga. (Catatan lapangan nomor 9, wawancara dengan
Sri Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
Endah Harini memberikan penjelasan bahwa sebuah stategi
pemanfaatan sumber belajar yang baru dan belum pernah dicoba seperti halnya
penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” hendaknya diawali dengan
sebuah kegiatan sosialisasi bagi guru‐guru sejarah di Salatiga. Sosialisasi ini
bertujuan agar para guru memiliki pengetahuan untuk menggunakan sumber
dengan baik dan pemilihannya sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 226
Dasar yang diajarkan, agar nantinya mampu mengatasi kendala‐kendala dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sangat
diperlukan kegiatan‐kegiatan seperti seminar atau workshop dengan tema
penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Kegiatan‐kegiatan tersebut berguna untuk semakin mengasah
kemampuan guru‐guru dalam mencari strategi yang tepat saat pembelajaran di
kelas ketika menggunakan novel sejarah, sasaran utama agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Hal terpenting dari kegiatan
seminar atau workshop menurutnya adalah memberi bekal pengetahuan dan
pengalaman kepada guru, sehingga dapat membimbing peserta didik
menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran dengan baik.
Selanjutnya ia berpendapat bahwa sebuah TOR (Term of Reference) sangat
penting sebagai arahan dalam penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sebagai sumber pembelajaran. (Catatan lapangan nomor 10,
wawancara dengan Endah Harini, lokasi SMA Negeri 1 Salatiga, tanggal 14 Mei
2011).
Pendapat senada dikemukakan oleh Suprapti yang menyarankan
diadakan semacam seminar atau workshop agar penggunaan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran dapat lebih maksimal. Begitu pula dengan
penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah. Ia mengatakan butuh persiapan yang matang agar
dalam memanfaatkan novel itu lebih terencana sehingga dapat
mengatisipasi segala kekurangan dalam novel, serta mempunyai strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 227
khusus agar peserta didik tertarik dengan novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels. (Catatan lapangan nomor 10, wawancara dengan Suprapti,
lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011).
Suprapti menambahkan bahwa diperlukan dukungan yang baik dari
pihak-pihak terkait, misalnya dengan pengadaan novel-novel sejarah
sebagai sumber bacaan bagi guru dan peserta didik. Novel-novel sejarah
yang ada hendaknya baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas,
sehingga guru dan peserta didik memiliki kekayaan sumber yang beragam
dan memiliki alternatif bahan bacaan. Penekanan yang dilakukan guru
sejarah terhadap peserta didik akan pentingnya membaca novel dapat
menumbuhkan gairah dan minat membaca. Selain itu, secara perlahan
akan menumbuhkan daya afeksasi sejarah di kalangan peserta didik
Sekolah Menengah Atas kota Salatiga. Hasil yang diharapkan dari para
peserta didik yaitu agar mereka memiliki kecintaan pada sejarah dan
budaya bangsanya sendiri. Menurut Suprapti rasa nasionalisme tinggi
terhadap bangsa dan negara salah satunya diwujudkan dengan
penghargaan terhadap pelajaran sejarah, termasuk benda-benda
peninggalan sejarah. (Catatan lapangan nomor 10, Wawancara dengan
Suprapti, lokasi SMA Negeri 2 Salatiga, tanggal 16 Mei 2011).
Pendapat senada diungkapkan Sri Maryati, ia butuh persiapan dan
rencana yang panjang untuk menganalisis dahulu isi dan pesan sejarah
sebelum menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai
sumber pembelajaran sejarah. Menurutnya dengan terlebih dahulu di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 228
analisis guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan pertanyaan
yang diajukan peserta didik. Sangat dimungkinkan apabila guru
menghendaki peserta didik mempelajari terfokus pada pembangunan Jalan
Raya Pos dan dampak yang ditimbulkan, guru dapat langsung
menunjukkan kepada peserta didik bagian-bagian yang harus dipelajari.
Terbukti bahwa tanpa persiapan yang matang ia sempat kesulitan ketika
menentukan bagaimana cara yang baik menggunakan novel ini.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa pasti terdapat kelebihan,
kelemahan, dan kendala dalam setiap penggunaan sumber pembelajaran.
Menurutnya mekipun banyak kendala dan kelemahan tetapi novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” layak dikembangkan untuk digunakan kembali
sebagai sumber pembelajaran. Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” ini
mempunyai banyak kelebihan yang pokok antara lain menambah
pengetahuan peserta didik tentang kota-kota yang dilalui pembangunan
Jalan Raya Pos, banyak hal-hal baru yang tidak ada dalam buku teks
sejarah ada dalam isi novel, dan bahasa novel yang tidak kaku membuat
mudah bagi peserta didik memahami pesan sejarah yang disampaikan
penulis.
Berkaitan dengan penggunaan novel sejarah secara luas, Sri
Maryati menambahkan bahwa diperlukan sebuah program yang terpadu
antar Sekolah Menengah Atas di kota Salatiga dengan standar TOR (Term
of Reference), dan workshop bersama. Kegiatan tersebut diharapkan akan
mampu menyamakan persepsi dalam penggunaan novel sejarah sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 229
sumber belajar dikalangan guru sejarah Sekolah Menengah Atas di kota
Salatiga. Ia juga berharap pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) sejarah kota Salatiga agar lebih aktif membahas penggunaan
sumber-sumber pembelajaran baru termasuk penggunaan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran. Selanjutnya ia menginginkan adanya
sebuah program terpadu antara bidang studi sejarah dan bahasa Indonesia
untuk membantu menganalisis novel-novel sejarah, sehingga guru sejarah
akan lebih mudah sekaligus memantapkan penggunaan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran sejarah di kalangan guru dan peserta didik.
Sebuah kegiatan penyeleksian novel sejarah yang baik akan sangat penting
guna membangun karakter peserta didik yang gemar membaca,
menghargai sejarah dan budaya bangsanya sendiri, serta menumbuhkan
upaya melestarikan budaya lokal daerahnya dalam kerangka melestarikan
budaya nasional. (Catatan lapangan nomor 10, wawancara dengan Sri
Maryati, lokasi SMA Negeri 3 Salatiga, tanggal 18 Mei 2011).
d. Relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.
Terdapat beragam pengetahuan sejarah yang terkandung dalam isi
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Pengetahuan sejarah yang utama adalah
sejarah kelam pembangunan Jalan Raya Pos dan sejarah kota‐kota yang dilewati
pembangunan jalan di sekitar pantai utara pulau Jawa mulai dari Anyer sampai
Panarukan. Pengetahuan tentang sejarah kota disajikan dengan kronologi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 230
periodisasi yang sangat luas. Oleh karena itu, pengetahuan sejarah dalam novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” mencangkup beberapa Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum mata pelajaran sejarah di
Sekolah Menengah Atas.
Seluruh pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” memuat dua Standar Kompetensi yaitu, “Menganalisis
perjalanan bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan
kebangsaan, hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia” dan “Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia
sejak masa Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru”. Sedangkan penggolongan
Kompetensi Dasar (KD) akan dimulai dari titik awal pembangunan Jalan yaitu
kota Anyer.
1) Anyer
Pengetahuan sejarah yang terdapat dari deskripsi tentang kota Anyer
sebagian besar sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam penggalan cerita berikut
Pada 5 Januari 1808 Daendels selamat sampai di Jawa. Ia mendarat di Anyer tanpa surat identitas dan surat tugas, karena telah hilang dalam pelayaran penyamarannya….tetapi Anyer yang didarati Daendels bukan Anyer yang sekarang. Pantai dan beberapa desanya telah disapu habis oleh gelombang pasang letusan Krakatau 1883….Jadi waktu Daendels menginjakkan kaki pertama kali di Anyer, tempat ini adalah sebuah Bandar yang ramai, tempat pertemuan antar kapal‐kapal layar Cina yang hendak pulang meneruskan pelayaran ke barat….Keberhasilannya sampai di Jawa saja ia berhak menggunakan gelar Maarschalk van Holland berdasarkan amanat lisan (semua dokumen telah hilang dalam pelayaran) dari Raja Belanda, Lodewijk Napoleon….pertama kali diterbitkan surat kabar dengan tujuan mempropagandakan kebijakannya: Bataviasche Koloniale Courant….Pada 1809 terlaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 231
pembangunan Jalan Raya Pos, Anyer‐Panarukan, sekitar 1.000 kilometer, dalam waktu satu tahun. Satu rekor dunia pada masanya. Anyer‐Batavia yang pernah ditempuhnya selama 4 hari, setelah ruas Jalan Raya Pos tersebut selesai, dapat ditempuh hanya dalam 1 hari. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 29‐30) Pengetahuan sejarah sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD)
“Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan:
dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan
Pendudukan Jepang”. Oleh karena itu, pengetahuan sejarah dari deskripsi
tentang kota Anyer dapat digunakan oleh guru sebagai sumber pembelajaran
sejarah sesuai dengan materi ajar tentang “Pemerintahan Daendels di
Indonesia”.
2) Cilegon
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Cilegon yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Sekitar 19 kilometer ke barat, Jalan Raya Pos sampai ke Cilegon….dari Cilegon ke baratlaut sebuah ruas alan 14 kilometer menghubungkanya dengan Merak dengan teluk bernama sama dengan dengan pulau Merak di lepas pantai. Untuk pertahanan menghadapi serbuan Inggris, juga Daendels membangun benteng di sini untuk mengawasi perariran Selat Sunda. Tetapi pembangunan benteng tersebut gagal total. Baik pekerja paksa Pribumi, serdadu infanteri maupun kesatuan artileri disapu habis oleh malaria. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 30) Pengetahuan sejarah di atas dapat digunakan oleh guru sebagai sumber
pembelajaran sesuai dengan materi ajar tentang “Pemerintahan Daendels di
Indonesia”. Sedangkan pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul
novel diantaranya tentang sejarah pemberontakan rakyat pada tahun 1887
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 232
dengan dibunuhinya penduduk Eropa termasuk Asisten‐Residennya. Peristiwa
tersebut dikenal dengan pemberontakan petani Banten meskipun tetap sesuai
dengan Kompetensi Dasar “Membandingkan perkembangan masyarakat
Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda,
Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”.
Terdapat pula pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan dalam
Kompetensi Dasar (KD) yang lain yaitu tentang pembangunan industri di kota
Cilegon yang dimungkinkan karena bantuan keuangan dari Uni Soviet pada
tahun 1960‐an atau masa Orde Lama. Sejak jatuhnya Orde Lama pembangunan
industri besi baja yang belum selesai menjadi rebutan banyak pihak. Pesan
sejarah tersebut dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis pergantian
pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru”.
3) Banten
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Banten yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Sepuluh kilometer ke barat Cilegom, Jalan Raya Pos sampai ke Banten, bekas pusat Kesultanan Banten. Tidak mengherankan, dengan berbagai alasan, Daendels dalam tahun pertama sebagai gubernur jenderal telah memporak‐porandakan kekuasaan Sultan Banten dan menyita bagian‐bagian tertentu wilayahnya. Ia curiga jangan‐jangan Banten bermain mata dengan Inggris sebagaimana halnya dengan Kerajaan Palembang. Bukan kebetulan apabila Daendels memerintahkan pembangunan jalan Anyer‐Batavia sebagai prioritas utama. Dengan adanya jalan ini secara teoritis tentaranya akan segera dapat didatangkan dari Batavia bila menyerbu Inggris. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 36). Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dan dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 233
perkembangan negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”.
Pengetahuan sejarah tersebut, antara lain, (a) Persekutuan Kerajaan Banten
terhadap Portugis untuk melawan Pan‐Islamisme sporadic terutama dari
Islamisasi Banten dari kerajaan Demak; (b) Kekalahan Portugis dari Kerajaan
Demak sehingga Banten menjadi bagian dari kerajaan Islam; (c) Sejarah proses
Islamisasi Kerajaan Demak ke seluruh Jawa Barat pada abad ke‐17; (d) Sejarah
Kesultanan Islam Banten yang melakukan perlawanan terhadap Kompeni
Belanda. Adapun pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan dalam KD
“Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga
Demokrasi Terpimpin” adalah sejarah tentang DI/TII yang disampaikan melalui
pengalaman pribadi penulis.
4) Serang
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Serang yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Dari Banten lama Jalan Raya Pos membelok ke selatan, disebabkan memang tidak bisa menembus ke timur, sebuah padang rawa‐rawa pantai yang seakan tidak ada tepinya, dan secara turun temurun menjadikan pembiakkan malaria yang mematikan. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 38) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel dapat
dimasukkan dalam KD “Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan
nasionalisme Indonesia”. Pengetahuan sejarah tersebut, antara lain, (a) Serang
yang merupakan ibukota Kabupaten Lebak tempat yang menjadi mashur dalam
sejarah Indonesia karena seorang pengarang Belanda Multatuli mendapatkan
inspirasinya untuk menulis karya abadinya, Max Havelaar, yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 234
kesaksian historis tentang kekejaman Belanda terhadap orang Jawa; (b)
pengaruh politik Etis terhadap perkembangan intelektual pribumi sehingga
memunculkan intelektual Pribumi pertama yang berasal dari Serang yaitu
Pangeran Ahmad Djajadiningrat.
5) Tangerang
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Tangerang yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut “Jalan Raya Pos dengan sejumlah tikungan ke tenggara dan
timurlaut sejauh lebih dari 50 kilometer membawa orang sampai ke Tangerang”
(Pramodeya Ananta Toer, 2005: 40).
Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Membandingkan
perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC,
Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan
Jepang”. Pengetahuan sejarah tersebut, antara lain, (a) Sejarah perlawanan
para Jawara di Tangerang melawan tuan tanah dan pemerintah kolonial; (b)
Sejarah pelaksanaan kebijakan Tanampaksa (Cultuurstelsel). Adapula
pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis
pergantian pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru”
yaitu cerita tentang pengalaman pribadi penulis sebagai tahanan politik masa
Orde Baru karena dianggap terlibat dalam Gerakan 30 S PKI. Penulis mengatakan
bahwa “Tapol, kematian, perampokan, kelaparan adalah salah satu metode
untuk mendirikan Orde Baru”. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 235
6) Batavia
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Batavia yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Duapuluh lima kilometer ke timur Jalan Raya Pos sampai di Batavia, kota yang dibangun oleh Jan Pietersz Coen….kembali pada Daendels, yang diagungkan sebagai pembuat Jalan Raya Pos alias Jalan Daendels. Dialah yang memperluas Batavia sampai ke pedalaman. Waktu itu Batavia, yang terkepung oleh rawa‐rawa pantai sangat tidak sehat. Untuk membuat Batavia menjadi sehat Daendels memerintahkan menghacurkan benteng‐benteng Kota Intan agar kota mendapatkan hawa yang lebih segar. Perluasan ke selatan menggunakan wilayah Gambir yang oleh Belanda dinamai Weltevreden….untuk menangkal serbuan Inggris tanpa benteng kota, ia pusatkan pertahanannya lebih ke selatan Weltevreden, ke Meester Cornelis. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 49)
Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” tetapi dapat dimasukkan dalam KD “Membandingkan
perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC,
Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan
Jepang”, antara lain, (a) sejarah pembangunan kota Batavia oleh J.P Coen
menurut pola kota Belanda dengan sejumlah kanal, jalan raya, dan gedung; (b)
persaingan dagang antara Kompeni Belanda dengan Portugis, Inggris, dan
Spanyol memperbutkan kekuasaan atas jalan pelayaran internasional; (c)
lahirnya budaya Betawi karena percampuran ras diantara para tawanan perang
yang tinggal di Batavia secara turun temurun sejak masa J.P Coen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 236
7) Meester Cornelis/Jatinegara
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Meester
Cornelis/Jatinegara yang sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” terdapat dalam penggalan cerita berikut.
Setelah Daendels memindahkan pusat pertahanan Batavia, kota ini menjadi kota militer dengan tangsi‐tangsi besar dan pernah juga terdapat sekolah militer, yaitu kursus pendidikan perwira, dan sekolah teknik pembikinan senjata….Semasa kekuasaan Kompeni, Jalan Raya Pos menghubungkan Masteer Cornelis dengan bagian Batavia kota sehingga dalam waktu pendek tempat ini juga jadi pemukiman yang menyenangkan, lebih sehat daripada di bagian kota lama. Kemudian juga jadi kota administrasi. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 54) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis pergantian
pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru”.
Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita tentang pengalaman
penulis ketika menjadi tahahan politik saat dipenjara oleh Jenderal Nasution di
penjara Cipinang karena dianggap terlibat dalam Gerakan 30 S PKI.
8) Depok
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Depok yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut “Jalan Raya Pos membentang ke selatan sepanjang 22 kilometer
melalui Pasaminggu, Lentengagung dan Pondokcina sampai Depok”.
Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” dan dapat dimasukkan dalam KD “Membandingkan perkembangan
masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan
Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”, adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 237
cerita tentang perubahan sosial masyarakat bekas budak dan keturunannya di
kota Depok pada abad ke‐19. Sebagai akibat dari pengkristenan yang
diupayakan Belanda di wilayah jajahannya, Chastelein sang pemilik tanah
merelakan tanahnya untuk para budak yang beragama Kristen.
9) Buitenzorg/Bogor
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Bogor yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Duapuluh dua kilometer ke selatan Depok, Jalan Raya Pos sampai di Bogor. Semasa colonial lebih dikenal dengan nama Buitenzorg, terjemahan dari Perancis, Sans Souci yang berarti tanpa beban pikiran, santai saja.pembangunan Jalan Raya Pos dari Batavia sampai sini diberitakan lancer saja. Artinya tak diberitakan adanya korban yang jatuhrasanya tidak mungkin karena dasarnya adalah kerjapaksa, birokrasi Kompeni yang korup, dan pembesar‐pembesar Pribumi yang sama korupnya. Jadi sama halnya dengan pembangunan jarak Anyer‐Batavia, ‘aman‐aman saja’” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 56) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan
negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”. Pengetahuan sejarah
tersebut tentang ibukota Kerajaan Padjajaran, bernama Pakuan yang didirikan
1335 Saka atau 1433 Masehi seperti yang tercantum dalam Batu Tulis Bogor.
Selain itu, terdapat juga pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan dalam KD
”Menganalisis pergantian pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai
lahirnya Orde Baru”. Pengetahuan sejarah terdapat dalam cerita penulis tentang
sosok Trubus seorang seniman yang hilang karena masuk dalam anggota Lekra,
organisasi seniman pendukung Soekarno yang sangat dimusuhi oleh Orde Baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 238
10) Priangan
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Priangan yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Baiklah, kita memasuki wilayah Priangan atau Parahyangan, tempat para hyang (=leluhur atau dewa) bersemayam. Jalan Raya Pos menjurus ke tenggara sejauh kurang dari 10 kilometer sampai ke Ciawi di kaki Gunung Pangrangro. Menghindari kenaikan‐kenaikan punggung gunung, Jalan Raya Pos membelok ke timur, menyusuri Ciliwung dan barang 12 kilometer kemudian sampai di Cisarua....Ruas Jalan Raya Pos Cisarua‐Cugeneng, sepanjang 22 kilometer memotong punggung utara Gunung Pangrango, Kompeni menamainya waktu itu gunung‐gunung Biru. Sewaktu jalan raya ini dibikin Cisarua adalah milik tuan tanah Riemsdijk. Dan justru di sini jalan raya itu mulai menanjak. Tak dapat dibayangkan berapa banyak korban berjatuhan karena kecelakaan, kelelahan, kehabisan tenaga, atau kelaparan. Ini adalah benar‐benar pembikinan jalanan baru, tidak sekedar melebarkan. Pada waktu itu belum jadi kebiasaan menggunakan dinamit. Punggung gunung yang terjal berlipat‐lipat itu harus dipapras dengan tenaga manusia…..titik tertinggi yang dilewati adalah puncak. Menurut laporan seorang perwira Inggris pada 1815, bila cuaca terang melalui jurang‐jurang yang menganga di bawah kaki. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 61) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan
negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”. Pengetahuan sejarah
tersebut adalah serbuan Sultan Agung ke Batavia dengan terlebih dahulu
menguasai Priangan. Bupati Sunda harus membayar mahal pada Mataram,
dengan kehormatan. Banyak putera‐putera mereka yang disandera dan di Jawa‐
kan.
11) Cinjur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 239
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Cianjur yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Hanya menuruni beberapa kilometer lereng timur Gunung Gede dan orang pun sampai ke Cianjur, 460 meter di atas permukaan laut….dari Cianjur ke timur sejauh 40 kilometer Jalan Raya Pos mendatar dan mendaki lagi waktu memasuki Padalarang. Pada waktu jalan ini diikin atau ditingkatkan Padalarang masih berupa dusun yang tidak berarti. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 62) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis pergantian
pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru”.
Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita penulis yang mengisahkan
tentang nasib salah seorang tahanan politik yang merupakan salah satu tokoh
pendiri Lekra. Pada masa Orde Baru tahanan politik yang dianggap terlibat
dalam Gerakan 30 S PKI dibuat tidak mempunyai kepastian hukum dan dirampas
kebebasanya.
12) Cimahi
Tidak banyak pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Cimahi
yang sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Hanya
disampaikan bahwa tiga kilometer ke tenggara, Jalan Raya Pos sampai ke
Cimahi. Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Merekonstruksi
perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi
Terpimpin”. Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita tentang salah
satu bentuk perubahan sosial dalam masyarakat dengan munculnya kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 240
yang disebut dengan garong (gabungan romusaha ngamuk) pada masa Revolusi
Kemerdekaan. Kelompok ini dapat dikategorikan sebagai salah satu sejarah lokal
di daerah Cimahi.
13) Bandung
Tidak banyak pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Cimahi
yang sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Hanya
disampaikan bahwa “Tak sampai lima kilometer ke tenggara, melalui lapangan
terbang Andir, Jalan Raya Pos sampai ke Bandung, di sebuah dataran tinggi
bekas kawah purba” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 64). Pengetahuan sejarah
yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat
dimasukkan dalam KD “Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia
sejak proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin”. Pengetahuan sejarah tersebut
terdapat dalam cerita tentang, (a) Perjuangan kota Bandung pada masa Revolusi
Kemerdekaan yang dikenal sebagai ”lautan api”; (b) sejarah Bandung sebagai
tuan rumah Konferensi Asia Afrika yang pertama pada masa pemerintahan
presiden Soekarno. Pengetahuan sejarah yang akan mengambarkan bagaimana
posisi Indonesia menghadapi pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur; (c)
pandangan presiden Soekarno yang melahirkan nasion Indonesia dan
mengusahakan kemerdekaan yang muaranya pada proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.
14) Sumedang
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Sumedang yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 241
Sekitar empatpuluh kilometer ke timur, sedikit ke timurlaut, Jalan Raya Pos sampai di kota Sumedang, melalui lembah dan bukit pertemuan kaki Gunung Burangrang dan Tunggul di utara dengan Gunung Calancang di selatan….Daendels dalam pembangunan Jalan Raya Pos menghadapi banyak kesulitan dengan penguasa Pribumi setempat terutama dalam melaksanakan bagian Cadas (Jurang) Pangeran. Penduduk Sumedang bangga terhadap perlawanan ini. Untuk mengenangnya telah didirikan patung Pangeran Kornel berhadapan dengan Daendels. Dalam berjabat tangan, Pangeran Kornel memberikan tangan kirinya sedang tangan kananya memegang hulu keris. Dalam pembikinan inilah untuk pertama kali ada angka jumlah kurban yang jatuh 5.000 orang. Bahwa angka yang diberikan begitu bulatnya telah menunjukkan tidak rincinya laporan, hanya taksiran. Mungkin kurang, mungkin lebih. Setidak‐tidaknya ini adalah genosida tidak langsung demi pembangunan, demi kelangsungan penjajahan dan kebesaran, kekayaan dan kemajuan Eropa….untuk berhasilnya proyek pembangunan jalannya, Daendels tidak bergeming melihat ribuan jiwa Pribumi melayang. Sekali lagi laporan orang Inggris pada 1815 itu: seluruh Jalan Raya Pos itu kurban tewas diperkirakan diperkirakan sejumlah 12.000 orang. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 69‐70). Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels dapat dimasukkan dalam KD “Membandingkan
perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC,
Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan
Jepang”. Pesan sejarah tersebut terdapat dalam cerita tentang, (a) Sejarah
genosida yang dilakukan oleh J.P Coen pada masa VOC; (b) Sejarah genosida
pada masa diterapkannya kebijakan Cultuurstelsel (Tanampaksa). Hal itu
terdapat dalam penggalan cerita “....di banyak daerah, demi panen komoditi
untuk membiayai penjajahan dan penjajah, ribuan petani Jawa tewas kelaparan
karena tak sempat menggarap sawah dan ladangnya. Tentu saja keluarganya
ikut tewas. Di Grobogan sampai‐sampai orang tak sempat menguburkan para
korban” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 71)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 242
15) Karangsembung
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Karangsembung yang
sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam
penggalan cerita berikut.
….Jalan Raya Pos Daendels menjulur berkelok dan bertikung ke timur, lebih kurang 100 kilometer ke Karangsembung, titik akhir tahap pertama pembangunan jalan ini. Sepanjang jalan tanahnya subur luar biasa….tempat ini dipilih Daendels karena sebelum ia berkuasa telah menjadi pusat pergudangan komoditi, yang dari sini diangkuti melalui darat ke Karawang atau diteruskan, juga lewat darat ke Batavia, dan bisa melalui sungai Ci Manis ke teluk Cirebon untuk melanjutkannya melalui angkatan laut ke Batavia, bahkan ke Cirebon saja. Sebelum jalanan ke Karangsembung selesai sepenuhnya, residen Cirebon memohon Daendels agar pembangunan diteruskan sampai ke ibukota Karisedenan Cirebon. Dan Daendels hanya cukup dengan mengangguk saja. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 74).
Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” dan dapat dimasukkan dalam KD
“Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia di bawah
penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris,
sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang” terdapat dalam cerita tentang
penghapusan Cultuurstelsel dan Koffiestelsel sehingga Karangsembung
kehilangan “vitalitasnya” terdesak oleh kota pelabuhan Cirebon.
16) Cirebon
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Cirebon yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 243
….Di Bandar ini terdapat pos militer penting sebelum apalagi semasa Daendels dan terdapat bagian kota dengan penduduk Eropa yang meninggali gedung‐gedung yang apik. Penduduknya yang cukup banyak. Beberapa tahun saja setelah kepergian Daendels sebagian terbesar penduduk kota Cirebon disapu oleh wabah pes….untuk menghindari kemungkinan bangkitnya lagi perlawanan rakyat, Daendels melarang orang Tionghoa untuk tinggal di pedalaman, semua bentuk penyewaan tanah dihapus, penyanderaan terhadap mereka yang tak mampu membayar hutang‐hutangnya dihapus….masih dalam usaha untuk menangkis ketidakpuasan rakyat Daendels menyunat kekuasaan dan wilayah para sultan Cirebon untuk lebih mengurangi beban rakyat. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 75) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dan dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis
perkembangan negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”
terdapat dalam cerita tentang Islamisasi di Cirebon yang pertama kali dilakukan
oleh Sunan Gunungjati. Penyebaran Islam kemudian dilakukan oleh
keturunannya yang bernama Hasanudin yang berhasil menaklukan Kerajaan
Banten dan mengiIslamkannya. Selain itu, terdapat pula pengetahuan sejarah
yang dapat dimasukkan dalam KD “Membandingkan perkembangan masyarakat
Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda,
Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”. Pengetahuan sejarah
tersebut terdapat dalam cerita tentang, (a) Sejarah Cirebon pada masa VOC
yang meyebabkan Kesultanan Cirebon kehilangan banyak wilayahnya; (b)
Sejarah perlawanan rakyat terhadap penindasan yang dilakukan oleh Sultan,
Kompeni Belanda, dan orang Tionghoa pada abad ke‐18.
Adapula pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan ke dalam KD
“Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 244
Demokrasi Terpimpin” yaitu terdapat dalam cerita tentang pengalaman penulis
dalam perjuangannya melalui Laskar Rakyat pada masa Revolusi Kemerdekaan.
Kenangan penulis akan memberikan gambaran kepada pembaca (peserta didik)
tentang kondisi pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
17) Tegal
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Tegal yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
….Sebelas kilometer kemudian, setelah Jalan Raya Pos mendekati pantai tibalah orang di Tegal, terletak di hampir terdalam garis teluk lebar. Kota dibelah oleh Jalan Raya Pos dari timur ke barat dan oleh kali Gung dari selatan ke utara sampai ke laut….Semasa colonial, Jalan Raya Pos, selain membelah kota juga membelah batas rasial. Sebelah utara jalan raya menjadi pemukiman Eropa, bagian selatannya pemukiman Tionghoa, dan di luar kedua‐duanya baru pemukiman Pribumi. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 82‐83). Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dan dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis
perkembangan negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”
terdapat dalam cerita tentang Kerajaan Mataram Islam. Diceritakan bagaimana
peranan kota Tegal pada saat Sultan Agung menyerang Batavia dan peristiwa
pemberontakan Trunojoyo terhadap Amangkurat.
18) Pekalongan
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Pekalongan yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 245
Enampuluh kilometer terus ke timur, Jalan Raya Pos mencapai Pekalongan….Dalam membangun jalan menuju ke Pekalongan para pekerjapaksa menerobos hutan belantara yang tidak sehat. Inggris lagi yang memberitakan: kurban yang tewas 4.000 orang waktu menerobos membikin jalan raya ini….Sudah semasa Daendels wilayah Pekalongan berpenduduk jauh lebih rapat dari wilayah‐wilayah lain. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 84) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dan dapat dimasukkan dalam KD “Merekonstruksi
perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi
Terpimpin” terdapat dalam cerita tentang pertempuran rakyat Pekalongan
melawan Jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan. Pertempuran dikarenakan
Jepang menunda‐nunda perundingan dan mempersiapkan jebakan. Saat
berlangsung perundingan tentang pengambilalihan kekuasaan dan penyerahan
senjata, pihak Kempei dari luar gedung melakukan penembakan terhadap para
pemuda. Perlawanan rakyat diperingati setiap tanggal 3 Oktober.
19) Semarang
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Semarang yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Tetapi untuk mencapai Semarang, ibukota Jawa Tengah, Jalan Raya Pos meninggalkan pantai utara karena tertumbuk oleh rawa‐rawa pantai yang luas sepanjang 30 kilometer penuh sampai ke Semarang. Maka jalan agak dilengkungkan ke tenggara. Itupun tidak langsung membelah kota Semarang, tetapi sedikit ke selatannya. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 87)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 246
Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Merekonstruksi
perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi
Terpimpin”. Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita tentang
pertempuran para pemuda melawan Jepang karena penolakan penyerahan
senjata oleh pihak Jepang. Pertempuran melawan Jepang pasca Proklamasi
Kemerdekaan lebih dikenal dengan Pertempuran 5 hari di Semarang dengan
Tugu Muda sebagai simbol peringatan.
20) Demak
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Demak yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Dalam pembangunan jalan sampai ke Demak sejumlah besar sungai pantai kecil-mengecil mengadang para pekerja. Bahkan Demak sendiri dibelah Kali Tuntang yang sedang-sedang saja besarnya. Sewaktu Daendels melanjutkan usahanya menghubungkan Semarang dan Demak, medan yang sangat sulit menghadang Sewaktu Daendels melanjutkan usahanya mnghubungkan Semarang dengan Demak, medan sangat sulit menghadang. Bukan hanya karena tanahnya tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga sebagian daripadanya adalah laut pedalaman, atau teluk-teluk dangkal. Walau angka-angka tidak pernah dilaporkan, mudah diduga berapa banyaknya pekerja paksa yang kelelahan dan lapar itu menjadi makanan empuk malaria yang ganas itu….Dengan pengalian sejumlah kanal lain untuk pembuangan air, Daendels boleh bangga berhasil dapat dikeringkan lebih kurang 36.000 bau rawa, menjadi sawah. Dan tetap tidak diberitakan berapa yang tewas. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 94)
Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 247
negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”. Pengetahuan sejarah
tersebut terdapat dalam cerita tentang berdirinya Kerajaan Islam Demak sebagai
kerajaan Islam pertama di pulau Jawa di bawah kepemimpinan Raden Patah
(Fattah). Raja berasal dari koloni Cina di Palembang yang nama aslinya adalah Jin
Bun. Selain itu diceritakan tentang penyerbuan Pati Unus ke Malaka untuk
menyerang Portugis pada 1512. Pengetahuan sejarah yang lain dapat
dimasukkan dalam kD “Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia
di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris,
sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”. Pesan sejarah tersebut terdapat
dalam cerita tentang jumlah korban penduduk Demak yang diakibatkan
kebijakan Cultuurstelsel atau Tanampaksa masa Pemerintah Kolonial Belanda.
21) Pati
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Pati yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut. “Masih agak sorong ke timurlaut, Jalan Raya Pos sampai ke Pati
setelah menempuh jarak 20 kilometer melalui kaki selatan Gunung Muria….Pati
sebagai ibukota kabupaten mengalami pasang surut. Setelah Jalan Raya Pos
sampai ke sini sehingga yang semula tidak berarti menjadi penting.” (Pramoedya
Ananta Toer, 2005: 96)
22) Juwana
Pengetahuan sejarah dalam deskripsi tentang kota Juwana dapat
dimasukkan dalam KD “Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia
di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris,
sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”. Pengetahuan sejarah tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 248
terdapat dalam cerita tentang perlawanan rakyat Pati untuk menghancurkan
segala sesuatu yang berbau Eropa dan orang‐orang Eropa, terutama para
pengusaha nila dengan Indigocultuurnya yang banyak memeras tenaga dan
waktu para petani. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 99).
23) Rembang
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Rembang yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels membentang 1.000 kilometer sepanjang utara pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan….Daendels memerintahkan untuk melebarkan sampai 7 meter. Semua batu untuk peninggian dan pengerasan, rakyat kecil, para petani, yang harus setor, tanpa imbalan….Jalan Raya Pos Rembang‐Lasem membentang menyusuri pantai….Sebelum Daendels, sebenarnya sudah ada jalan ke timur sampai ke Gresik. Jadi Jalan Raya Pos dari sini sampai ke Gresik bukan jalan baru. Daendels hanya memerintahkan pelebaran dan pengerasan. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 10‐12) Pengetahuan sejarah yang tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan
negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam) di Indonesia”. Pengetahuan sejarah
tersebut terdapat dalam cerita tentang Islamisasi yang dilakukan oleh Sultan
Trenggono dengan mengirimkan armada dari Teluk Rembang untuk
mengIslamkan Pasuruan di Jawa Timur. Selain itu, diceritakan tentang galangan
kapal Pati Unus dalam penyerangannya terhadap Portugis di Malaka.
24) Tuban
Pengetahuan sejarah yang terdapat dari deskripsi tentang kota Tuban
tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, namun dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 249
dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan negara tradisional (Hindu‐
Buddha dan Islam)”. Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita
tentang, (a) Ekspedisi Pamalayu oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari
untuk menanggulangi pengaruh dari ekspansi Kubilai Khan; (b) Pemberontakan
Raja Kediri yaitu Jayakatwang terhadap Kertanegara; (c) Pendirian Kerajaan
Majapahit oleh Raden Wijaya; (d) Pemberontakan Ranggalawe terhadap Raden
Wijaya karena tidak puas dengan hanya mendapatkan wilayah kabupaten di luar
kekuasaan langsung.
25) Gresik
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Rembang yang sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” terdapat dalam penggalan
cerita berikut.
Lima kilometer di selatan kota Sedayu, Jalan Raya Pos harus menyeberangi Bengawan Solo, dan barang 22 kilometer ke selatan sampailah ke kota Gresik….semasa Daendels, kota yang masyhur akan kerajinan kunigan dan perunggu ini disulap menjadi sentra pembikinan bedil, seiring dengan Semarang yang disulap menjadi produsen peluru. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 105‐106) Pengetahuan sejarah yang idak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels”, dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan
negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam)”. Pengetahuan sejarah tersebut
terdapat dalam cerita tentang penyebaran Islam pertama di wilayah Gresik oleh
Malik Ibrahim, dibuktikan dengan adanya makam.
26) Surabaya
Pengetahuan sejarah yang terdapat dari deskripsi tentang kota Surabaya
tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, namun dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 250
dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan negara tradisional (Hindu‐
Buddha dan Islam)”. Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita
tentang penyerangan Surabaya oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.
Takluknya Surabaya melalui diplomasi ditandai dengan ditawannya Pangeran
Pekik. Dampaknya adalah ia membawa sastra Jawa Timur dan tangganada Pelok
ke Jawa Tengah.
Terdapat pula pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan dalam KD
”Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga
Demokrasi Terpimpin”. Pesan sejarah tersebut terdapat dalam cerita penulis
tentang saat‐saat menjelang Proklamasi kemerdekaan dan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran 10 November 1945 merupakan
perjuangan heroik melawan sekutu dan Belanda yang berusaha menguasai
kembali Indonesia. Peringatan terhadap perjuangan rakyat Surabaya maka
setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
27) Sidoarjo dan Porong
Pengetahuan sejarah yang terdapat dari deskripsi tentang kota Sidoarjo
dan Porong tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”,
namun dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis perkembangan negara
tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam)”. Pengetahuan sejarah tersebut terdapat
dalam cerita tentang kebijakan dari Raja Erlangga di Kahuripan untuk
menyalurkan limpahan air dari sungai besar karena disebabkan oleh tanggul
yang bobol. Kebijakan tersebut termuat dalam Prasasti Kelagen pada 959 Saka
atau 1047 Masehi. Porong juga merupakan wilayah pemerintahan Erlangga pada
abad ke‐11yang mulanya adalah nama galangan air pengendali banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 251
28) Pasuruan
Pengetahuan sejarah yang terdapat dari deskripsi tentang kota Sidoarjo
dan Porong tidak sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”,
namun dapat dimasukkan dalam KD “Membandingkan perkembangan
masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan
Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”.
Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita tentang perlawanan
Untung Surapati dari Kerajaan Pasuruan terhadap Kompeni Belanda.
Perlawananya menggunakan gaya Eropa dengan taktik perang semu yang
mengakibatkan pasukan Kompeni di bawah Kapten Tack masuk dalam
perangkap. Untung Surapati merupakan salah satu pahlawan nasional.
29) Probolinggo
Pengetahuan sejarah yang sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” hanya menjelaskan tentang “Tigapuluh kilometer menyusuri
pantai Selat Madura sedikit serong ke tenggara, Jalan Raya Pos sampai ke
Probolinggo….sepanjang pantai selatan Madura, telah ada jalan yang bisa dilalui
kereta sebelum Daendels membangunnya, atau lebih tepat melebarkannya jadi
7 meter” (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 125).
Meskipun demikian, pengetahuan sejarah sebagian besar dapat
dimasukkan dalam KD “Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia
di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris,
sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”. Pengetahuan sejarah tersebut
terdapat dalam cerita tentang, (a) Pemberontakan rakyat terhadap tuan tanah
Tionghoa pada masa pemerintahan Inggris; (b) kemajuan pendidikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 252
didirikan Kweekschool atau Sekolah Pendidikan Guru pada tahun 1875 dan
sekolah lanjutan khusus anak‐anak pegawai negeri dan orang‐orang terkemuka.
Adapula pengetahuan sejarah lain yang dapat dimasukkan dalam KD
“Menganalisis perkembangan negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam)”.
Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita tentang peninggalan dari
Kerajaan Majapahit yaitu Candi Jabung. Candi itu disebut dalam kitab
Negarakertagama dan pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk.
30) Kraksaan, Besuki, dan Panarukan
Pengetahuan sejarah dari deskripsi tentang kota Kraksaan, Besuki, dan
Panarukan yang sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
terdapat dalam penggalan cerita berikut.
Duapuluh dua kilometer ke timur, Jalan Raya Pos sampai ke Kraksaan, sebuah kota kecamatan (onderdistrict) yang terbelah oleh sebuah sungai kecil bernama sama….Duapuluh kilometer ke timur lagi sampai ke kota Besuki….Duapuluh delapan kilometer menyusuri pantai arah sedikit timurlaut, Jalan Raya Pos sampai ke terminal Panarukan. Kota ini menjadi akhir Jalan Daendels karena pada masanya menjadi pelabuhan terpenting di bagian tertimur pantai utara pulau Jawa. (Pramoedya Ananta Toer, 2005: 126‐127) Pengetahuan sejarah sebagian besar dapat dimasukkan dalam KD
“Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan:
dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan
Pendudukan Jepang”. Pengetahuan sejarah tersebut terdapat dalam cerita
tentang, (a) Perkebunan tebu dan pabrik gula di Kraksaan pada masa
Cultuurstelsel; (b) Perkembunan tembakau naoogst di Besuki sejak masa
kolonial; (c) Pembangunan benteng pada masa VOC di Panarukan. Adapula
pengetahuan sejarah yang dapat dimasukkan dalam KD “Menganalisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 253
perkembangan negara tradisional (Hindu‐Buddha dan Islam)” yaitu cerita
tentang upaya kristenisasi Portugis pada abad ke‐16 yang mendapatkan
sambutan masyarakat terutama wanita untuk menghindari pembakaran janda
seperti yang berlaku pada adat Hindu.
B. Pokok Temuan
1. Pesan sejarah yang terkandung di dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
Pesan sejarah yang terkandung dalam novel memiliki dimensi‐dimensi
meliputi kualitas‐kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan
memuaskan kebutuhan, dan kesenangan yang cenderung menyerap aspek
kesejarahan berdasarkan nilai‐nilai kebenaran individu (obyektifitas) yang berakar
dalan diri serta diupayakan untuk direalisasikan yang dapat mewarnai kepribadian
kelompok atau kepribadian bangsa. Inti pesan sejarah yang ditemukan dalam novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” adalah tentang pembangunan Jalan Raya Pos dari
Anyer sampai Panarukan. Pembangunan Jalan ini merupakan periode kelam dalam
sejarah Hindia Belanda karena terjadi eksploitasi tenaga kerja Pribumi oleh
Daendels. Di samping itu masih terdapat beberapa pesan sejarah yang
berhubungan dengan sejarah kota‐kota yang dilalui pembangunan Jalan Raya Pos.
Pesan sejarah tersebut meliputi berbagai hal antara lain; (a) Sejarah pertumbuhan
dan perkembangan kota‐kota di Jawa yang dilalui oleh pembangunan Jalan Raya
Pos; (b) Perlawanan pemimpin lokal dan rakyat Pribumi melawan penjajahan
bangsa Asing; (d) Sejarah perubahan sosial masyarakat; (e) Sejarah Lekra dan
Gerakan 30 S PKI; (f) Sejarah peranan bangsa Indonesia dalam dunia internasional;
(g) Sejarah kerajaan Mataram masa Islam; (h) Sejarah masa Cultuurstelsel di Jawa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 254
(i) Sejarah sosial ekonomi Jawa; (j) Sejarah kerajaan‐kerajaan Hindu Budha di
Indonesia; (k) Sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa.
2. Pemahaman guru terhadap sumber pembelajaran sejarah dengan menggunakan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
Terdapat beragam pemahaman guru bidang studi sejarah di Sekolah
Menengah Atas Negeri di kota Salatiga terhadap sumber pembelajaran
sejarah dengan menggunakan novel. Pemahaman sebagian besar guru
terhadap novel sejarah adalah novel dengan latar belakang cerita sejarah dan
di dalam isinya menyebutkan tokoh-tokoh sejarah. Pemahaman lain dari guru
tentang novel sejarah diartikan dengan novel yang mengambil cerita sejarah
ataupun novel yang menjadikan sejarah sebagai peristiwa yang diceritakan
oleh penulis di dalam tulisannya. Terkait dengan penggunaan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah, guru sejarah
di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga mempunyai beragam
pemahaman. Pemahaman guru ditentukan oleh rincinya pesan sejarah yang
ditemukan dalam isi novel. Selain itu, pemahaman guru ditentukan pula oleh
strategi yang dipakai oleh guru ketika menggunakan novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah.
3. Apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan pos Jalan Deandels, sebagai bahan
pendamping sumber pembelajaran sejarah.
Terdapat beragam apresiasi guru bidang studi sejarah di Sekolah Menengah
Atas Negeri di kota Salatiga terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sebagai bahan pendamping sumber pembelajaran sejarah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian guru tertarik dan merasa tertantang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 255
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah. Novel ini dianggap tepat karena dapat memberikan
pengetahuan tentang peristiwa sejarah pada kota‐kota yang dilalui pembangunan
Jalan Raya Pos. Menurut guru dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
mempunyai banyak pengetahuan dan pesan sejarah yang sulit didapatkan dari
buku teks sejarah. Pengungkapan cerita dari kisah perjalanan penulis dan sejarah
kota dengan menggunakan bahasa karya sastra (novel) yang cenderung tidak kaku
juga menjadi daya tarik tersendiri. Akan tetapi adapula guru sejarah yang merasa
kurang cocok apabila novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” digunakan sebagai
sumber pembelajaran bagi peserta didik setingkat Sekolah Menengah Atas karena
beberapa pertimbangan yaitu kajian novel yang terlalu berat dengan kronologis
waktu yang tidak fokus pada satu periodisasi sejarah tertentu, sehingga
diperkirakan membuat mereka kesulitan untuk memahami pesan sejarah pada
novel. Oleh karena itulah, novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dianggap lebih
cocok untuk kalangan akademisi misalnya mahasiswa.
4. Relevansi pengetahuan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pada mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” kaya akan pengetahuan
sejarah yang dapat diperoleh oleh guru maupun peserta didik. Pengetahuan
sejarah tersebut sebagian besar tidak terdapat dalam buku teks sejarah.
Pengetahuan sejarah yang sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran pada materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 256
tentang “Pemerintahan Daendels di Indonesia” sesuai dengan Kompetensi
Dasar (KD) yang bersangkutan. Sedangkan pengetahuan sejarah yang lain
relevan dengan dua Standar Kompetensi (SK) dan enam Kompetensi Dasar
(KD). Standar Kompetensi (SK) tersebut adalah “menganalisis perjalanan
bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan,
hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia” dan “merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa
Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru”. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)
antara lain, (a) Menganalisis perkembangan negara tradisional (Hindu-
Buddha dan Islam) di Indonesia; (b) Membandingkan perkembangan
masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan
Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang; (c)
Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia;
(d) Menganalisis terbentuknya negara Kebangsaan Indonesia; (e)
Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi
hingga Demokrasi Terpimpin; (f) Menganalisis pergantian pemerintahan dari
Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru
C. Pembahasan
Dipilihnya karya sastra sebagai sumber pembelajaran karena
menyajikan gambaran kehidupan yang merupakan interpretasi dari sebuah
kenyataan (Damono, 2003: 2). Oleh karena itu, digunakan sebuah karya sastra
dalam pembelajaran dimaksudkan untuk menyajikan sebuah gambaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 257
kehidupan yang tersaji dalam pesan yang merupakan sebuah kenyataan. Jenis
karya sastra yang digunakan pastilah menyesuaikan dengan jenis
pembelajarannya, apabila pembelajaran sejarah maka jenis sastra haruslah
sastra sejarah. Secara umum dasar penggunaan sumber pembelajaran sejarah
hendaknya menggunakan sumber-sumber yang berasal dari karya-karya
sejarah seperti buku, artikel, film yang mengandung unsur sejarah. Oleh
karena itu karya sastra sejarah karena mengandung unsur sejarah dapat
digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Hal ini merujuk pada sebuah
pengertian yang disampaikan Sartono Kartodirdjo bahwa karya sastra sejarah
merupakan karya sejarah (historiografi) (Edi S. Ekadjati, 1983: 19).
Penggunaan karya sastra novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sebagai sumber pembelajaran sejarah dilatarbelakangi oleh upaya untuk
mengembangkan sumber pembelajaran yang menarik. Dalam novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” menghadirkan realitas berupa peristiwa sejarah
sehingga pengarang mencoba menterjemahkan peristiwa tersebut dengan
bahasa imajiner dengan maksud memahami peristiwa sejarah sesuai dengan
kadar kemampuannya, menjadikan karya itu sebagai sarana bagi pengarang
untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tanggapan mengenai peristiwa
sejarah, dan dapat digunakan oleh pengarang untuk menciptakan sebuah
peristiwa sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasinya
(Kuntowijoyo, 2006: 172). Selain itu, dalam novel sejarah pengarang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-
gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung. Hal-hal inilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 258
yang menjadikan karya sastra sejarah mempunyai perbedaan dengan sumber
pembelajaran yang lain, strategi yang baik akan menjadikan karya sastra
sejarah sebagai sumber pembelajaran yang menarik.
Secara umum pesan sejarah dapat dikatakan sama dengan nilai-nilai
sejarah yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Nilai sejarah adalah
sejauh mana sumber daya arkeologi itu dilatarbelakangi oleh peristiwa sejarah
yang dianggap penting serta yang berkaitan secara simbolis dengan peristiwa
terdahulu dari segi sejarah. Nilai sejarah dapat juga diartikan sebagai sesuatu
yang dianggap baik dan bermanfaat dan dijunjung tinggi masyarakat
pendukungnya, terutama tercermin dalam tindakan dan perilaku yang positif,
serta makna dari peristiwa-peristiwa sejarah itu sendiri. Nilai-nilai yang
memiliki dimensi-dimensi meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan,
kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan, dan kesenangan yang
cenderung menyerap aspek kesejarahan berdasarkan nilai-nilai kebenaran
individu (obyektifitas) yang berakar dalan diri serta diupayakan untuk
direalisasikan yang dapat mewarnai kepribadian kelompok atau kepribadian
bangsa.
Pesan sejarah yang terdapat dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” diperoleh dan ditangkap oleh masing-masing guru berbeda-beda.
Perbedaan penangkapan terhadap pesan sejarah sangat tergantung oleh
kecenderungan menyerap aspek kesejarahan berdasarkan nilai-nilai kebenaran
individu (objektifitas) yang berakar dari dalam diri mereka masing-masing.
Pesan sejarah yang didapat masing-masing pembaca juga tergantung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 259
strategi bagaimana memahami secara menyeluruh isi dan pesan sejarah yang
terkandung dalam novel tersebut.
Dari penelitian yang telah dilakukan, pesan sejarah yang terdapat
dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sangat beragam. Pada dasarnya
pesan yang disampaikan pasti mengandung dimensi kemanfaatan dan estetika.
Berdasarkan pendekatan tersebut, dapat diperoleh berbagai pesan sejarah yang
terkandung dalam novel. Pesan sejarah meliputi, sejarah pembangunan Jalan
Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1.000 kilometer dengan
dikerjakan menggunakan kerja rodi rakyat pribumi. Penyampaian sejarah
pembangunan jalan ini bermanfaat bagi pembaca (guru dan peserta didik) agar
mengetahui latar belakang, tujuan, dan pelaksanaan pembangunan Jalan Raya
Pos. Pemahaman terhadap pesan sejarah akan bermanfaat pada penghargaan
yang tinggi pada sejarah. Penulis mengambarkan peristiwa sejarah
pembangunan Jalan Raya Pos dengan mendeskripsikan bagaimana
penderitaan dan kesengsaraan rakyat Pribumi karena harus membelah gunung,
menebang pohon, menutup rawa-rawa, menghadapi serangan malaria ganas,
maupun melewati jurang-jurang curam hanya untuk melaksanakan perintah
Daendels. Pesan sejarah itu akan bermanfaat untuk menumbuhkan kesadaran
pembaca termasuk peserta didik berperan serta ikut mengisi negara yang
sudah merdeka dengan hal-hal yang baik.
Selain sejarah pembangunan Jalan Raya Pos, masih banyak pesan
sejarang yang ditemukan dalam penelitian ini. Pesan sejarah paling paling
banyak terkandung adalah sejarah pertumbuhan dan perkembangan kota yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 260
dilalui pembangunan Jalan Raya Pos mulai dari Anyer sampai Panarukan dari
masa ke masa. Secara garis besar sejarah pertumbuhan dan perkembangan
kota-kota antara lain terlihat dari cerita yang disampaikan penulis tentang
Jakarta/Batavia berubah menjadi kota multietnis karena adanya penghargaan
dan penerimaan terhadap keberagaman budaya yang menghasilkan budaya
Betawi dengan segala keindahannya, perkembangan Jatinegara dari tanah-
tanah partikelir menjadi pusat militer kolonial Belanda, Bogor sebagai kota
tujuan wisata karena kenyamanan alamnya terbukti dengan dibangun istana
Bogor dilengkapi Kebon Raya Bogor, Cimahi sebagai pusat militer pada masa
kolonial, Semarang sebagai pusat kekuatan VOC dan kolonial yang kedua
setelah Batavia, Juwana menjadi kota dagang pada masa kolonial Belanda
abad ke-19 karena banyak penduduk Tionghoa, Gresik awalnya hanyalah
pusat pusat kerajinan kuningan dan perunggu namun diubah menjadi pusat
kerajinan senjata “bedil” pada masa Daendels, dan pertumbuhan kota Bangil
karena letaknya yang strategis karena berada di jalur yang menghubungkan
kota-kota besar di Jawa Timur.
Pesan sejarah yang dapat mewarnai kepribadian bangsa adalah
berbagai bentuk perlawanan pemimpin lokal dan rakyat pribumi melawan
penjajahan bangsa Asing. Dari novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
berbagai perlawanan disajikan untuk menginspirasi peserta didik agar
menghargai perjuangan bangsa untuk meraih kemerdekaan. Bentuk-bentuk
perlawanan tersebut antara lain, perlawanan rakyat di Anyer sebuah
perlawanan heroik melawan Kompeni Belanda, munculnya pemberontakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 261
petani di Cilegon yang terkenal dengan “Pemberontakan Petani Banten” karya
monumental dari Sartono Kartodirdjo yang digambarkan sebagai sebuah aksi
perlawanan dengan melakukan pembunuhan terhadap Residen Belanda,
perlawanan rakyat Sumedang dengan pemimpinnya Pangeran Kornel
melawan kekejaman Daendels yang memaksakan pembangunan jalan dengan
medan yang sangat berat, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Cadas
Pangeran. Pada masa revolusi kemerdekaan diceritakan perlawanan rakyat
pekalongan terhadap Jepang hanya dengan senjata tradisional, sejarah
pertempuran rakyat Semarang yang terkenal dengan pertempuran 5 hari di
Semarang yang diperingati dengan dibangun monumen Tugu Muda,
perlawanan rakyat Bandung pada masa revolusi fisik dengan membakar kota
Bandung Selatan dan terkenal dengn peristiwa “Bandung Lautan Api”,
penyerangan Kerajaan Demak terhadap Portugis karena kepentingan
perdagangan, perlawanan Untung Surapati terhadap VOC dengan strategi
yang bagus berhasil memporak porandakan pasukan Kapten Tack, serta
perlawanan rakyat Probolinggo terhadap tuan tanah Tionghoa karena dianggap
sebagai biang kesengsaraan rakyat.
Pesan perubaan sosial masyarakat juga mewarnai isi dari novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai pesan sejarah yang mencerminkan
karateristik suatu wilayah kota. Sejarah perubahan sosial masyarakat,
misalnya munculnya jawara di Tangerang sebagai kelompok yang menjadi
sumber kriminalitas melawan kemapanan pemerintah kolonial dan para
tuantanah Tionghoa, perubahan sosial masyarakat bekas budak di kota Depok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 262
sebagai akibat dari pengkristenan yang dilakukan Belanda di wilayah
jajahannya. Perubahan sosial juga diwarnai dengan aksi-aksi kelompok yang
dikategorikan sebagai kriminalitas, peristiwa tersebut antara lain munculnya
garong yang merupakan singkatan dari gerombolan romusha ngamuk sebagai
kelompok yang menganggu keamanan rakyat pasca kemerdekaan di wilayah
Cimahi, orientasi garong adalah murni ekonomi dengan memanfaatkan
kondisi masyarakat dan pemerintah yang masih belum stabil. Pesan sejarah
tentang perubahan sosial masyarakat diakibatkan oleh pemberlakuan Politik
Etis pada awal abad ke-20 misalnya di wilayah Serang yang mencetak kaum
intelektual pribumi yang mulai memperjuangkan kemerdekaan melalui cara
yang berbeda yakni menyampaikan aspirasi setelah berhasil masuk dalam
birokrasi Belanda.
Secara rinci hasil analisis novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
menghasilkan berbagai pesan sejarah yang sangat beragam. Pesan‐pesan sejarah
lain yang berusaha disampaikan antara lain, sejarah Lekra dan Gerakan 30 S PKI yang
mendaatkan perlakuan tidak adil setelah peralihan kekuasaan dari Soerkarno
kepada Soeharto, pesan sejarah ini terlihat dari pengalaman penulis di kota Cianjur.
Sejarah peranan bangsa Indonesia dalam dunia Internasional, pesan terdapat dalam
penggalan cerita tentang kota Bandung yang berhasil menjadi tuan rumah dalam
penyelenggaraan KAA (konferensi Asia Afrika) tahun 1955. Pesan sejarah masa
kerajaan terdapat dalam penggalan cerita tentang sejarah Kerajaan Mataram
terlihat dari cerita di kota Tegal yang dinyatakan sebagai gudang beras Mataram dan
tempat pelarian Amangkurat dari serbuan pemberontak Trunojoyo serta sejarah
penaklukan Mataram atas Surabaya yang merupakan Bandar dagang besar pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 263
awal abad ke‐17. Selain itu, terdapat pesan sejarah tentang awal mula kerajaan
Majapahit yang berhasil didirikan oleh Raden Wijaya dengan memanfaatkan tentara
Mongol untuk menyerang Jayakatwang, pesan ini diceritakan di bagian kota tuban.
Sejarah masa Cultuurstelsel di Jawa juga menjadi pesan wajib yang
menunjukkan dan mengambarkan sejarah kelam bangsa Indonesia di bawah
penjajahan Belanda. Pesan terdapat dalam penggalan cerita tentang kota Demak
dimana hampir sepertiga penduduknya tewas karena kebijakan Tanampaksa yang
sangat menyengsarakan disebabkan tanaman padi rakyat harus ditanami dengan
tanaman yang berorientasi ekspor misalnya tebu. Kebijakan cultuurstelsel sangat
mempengaruhi sejarah sosial ekonomi Jawa terutama pada masa kolonial, misalnya
muculnya banyak perkebunan‐perkebunan dan pabrik tebu di Demak, Brebes.
Disampaikan juga sejarah Islamisasi di Pulau Jawa, hal ini terdapat dalam penggalan
cerita tentang kota Kudus yang sejak abad ke‐16 melalui Sunan Kudus telah ada
proses Islamisasi, dan Gresik dengan Malik Ibrahim yang dianggap sebagai wali
pertama penyebar Islam.
Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa pemahaman guru
beragam tentang penggunaan novel sejarah dan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah. Upaya memperoleh
pemahaman guru yang baik terkait penggunaan novel sebagai sumber
pembelajaran sejarah harus dilakukan. Langkah awal yang harus dilakukan
adalah menyamakan pemahaman guru-guru bidang studi sejarah dalam
penggunaan novel sebagai sumber pembelajaran sejarah. Proses tersebut
sebagai bagian dari kegiatan peningkatan kemampuan dan kompetensi guru-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 264
guru di era persaingan global seperti sekarang ini. Upaya peningkatan
pemahaman guru dalam penggunaan novel sejarah bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan sumber pembelajaran
dalam rangka mempelajari sejarah yang ada di sekitarnya secara seluas-
luasnya. Pemahaman yang baik akan sangat bermanfaat untuk mendasari guru
agar memiliki pengetahuan ataupun wawasan yang luas dan mendalam dalam
menggunakan novel sebagai sumber pembelajaran sejarah. Tujuan utama
peningkatan pemahaman guru adalah memberikan fasilitas kemudahan bagi
peserta didik dalam mempelajari sejarah.
Peningkatan pemahaman guru bidang studi sejarah dapat dilakukan
dengan: (1) mengadakan lokakarya bagi guru dengan mendatangkan
narasumber-narasumber yang berkompeten dan berpengalaman dalam
menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran, seperti sejarawan,
peneliti, sastrawan, Balai Pelatihan Guru, pihak universitas, penerbit buku,
atau penulis sehingga guru mendapatkan pemahaman bagaimana cara
menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah; (2)
Pembuatan sejenis TOR (Term of Reference) atau guidance/petunjuk
pemanfaatan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah, sehingga
guru-guru memiliki persepsi yang sama tentang bagaimana menentukan cara
dan strategi dalam menggunakan novel sebagai sumber pembelajaran sejarah;
(3) Merekomendasikan novel-novel yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga; (4)
Membentuk kelompok-kelompok kerja yang beranggotakan guru-guru sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 265
yang kegiatannya antara lain berupaya memfasilitasi guru dan peserta didik
dalam meningkatkan pemahaman dan apresiasi mereka terhadap novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran.
Meningkatnya pemahaman guru terhadap penggunaan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran sejarah akan mengarah pada fungsi novel
sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah, yaitu: (1) Meningkatkan
produktivitas pembelajaran dengan jalan mempercepat laju belajar dan
membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik, serta
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak dalam membina dan mengembangkan semangat belajar peserta didik;
(2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang bersifat individual yang
mengurangi kontrol guru dan memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya; (3) Lebih memantapkan
pembelajaran dengan jalan penyajian informasi dan bahan secara lebih
konkret; (4) Memungkinkan belajar seketika yang mengurangi kesenjangan
pembelajaran antara realitas dengan pembelajaran verbal dan abstrak dengan
memberikan pengetahuan yang bersifat langsung; (5) Penyajian pembelajaran
yang lebih luas, yang menyajikan informasi yang mampu menembus batas
geografi.
Pemahaman guru dalam penggunaan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran sejarah harus mengetahui nilai lebih dan daya saing novel
sejarah sebagai sumber pembelajaran ditinjau dari keriteria memilih sumber
belajar sejarah, novel sejarah umumnya memenuhi kriteria: (1) ekonomis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 266
karena harganya yang murah; (2) praktis, karena novel sejarah tidak
memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) novel sejarah
mudah didapat di toko-toko buku dan di perpustakaan sekolah, dan di
perpustakaan daerah Salatiga; (4) novel sejarah sangat fleksibel sehingga
dapat dimanfaatkan untuk tujuan instruksional; (5) penggunaan novel sejarah
dapat mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi dan minat belajar peserta didik karena novel sejarah
tidak semata-mata memberikan pemahaman sejarah, tetapi juga dialektika
antara masa lalu dengan kontemporeritas masyarakat sastra pada umumnya.
Dari keriteria tentang novel sejarah memperoleh kesimpulan bahwa
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” telah memenuhi kriteria dasar sebagai
sumber pembelajaran sejarah. Novel ini dapat diperoleh dengan harga yang
murah sehingga telah mencapai kriteria ekonomi. Kriteria Praktis sudah
tercapai karena novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” tidak memerlukan
pengelolaan yang rumit dan sulit karena hanya dianalisis untuk mencari nilai
atau pesan sejarahnya. Novel ini mudah didapat karena masih banyak dijual di
toko buku, disediakan di perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan daerah
Salatiga. Kriteria fleksibel juga diperoleh karena dapat digunakan untuk tujuan
instruksional dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan Kompetensi Dasar
(KD) “Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesiadi bawah
penjajahan dari nasa VOC sampai Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris,
sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang”. Kriteria sebagai novel sejarah
juga tercapai karena dengan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 267
mendukung proses dan pencapaian tujuan pembelajaran. Peserta didik
mendapatkan banyak pengetahuan baru terutama sejarah kota-kota yang
dilalui pembangunan Jalan Raya Pos yang tidak mereka dapatkan dari buku
teks sejarah sehingga menumbuhkan minat dan ketertarikan bagi mereka.
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” layak dijadikan sumber
belajar karena ditulis berdasarkan bukti sejarah sehingga dengan sendirinya
nilai dan pesan sejarah yang termuat dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun
memang isinya sangat terikat pada historical truth (kebenaran sejarah yang
sifatnya relatif) dimana pengarangnya dapat menggunakan masa lampau yang
luas untuk mendukung suatu gambaran sejarah yang sudah mapan. Selain itu,
novel ini mengandung banyak nilai dan pesan sejarah yang digolongkan
menjadi historical authenticity, historical faithfulness, dan authenticity of
local colour yang terdapat di dalamnya. Historical authenticity (keaslian
sejarah) adalah kualitas dari kehidupan batin, moralitas, heroisme,
kemampuan untuk berkorban, keteguhan hati, yang khas untuk suatu jaman.
Penulis novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” berhasil melukiskan secara
benar semangat jaman (zeitgeist) yang menjadi tugas bagi sejarawan lewat
peristiwa sejarah yang aktual. Isi dari cerita mengenai sejarah kota-kota yang
dilalui pembangunan Jalan Raya Pos disajikan secara mendalam karena
merupakan penuturan perjalanan dari penulis. Selanjutnya yang dimaksud
dengan historical faithfulness (kesetiaan sejarah) ialah keharusan-keharusan
sejarah yang didasarkan pada basis sosial ekonomi rakyat yang sesungguhnya,
sebagai contohnya adalah gerakan-gerakan rakyat yang menentang penjajahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 268
sehingga berdampak pada perubahan sosial, dan perkembangan ekonomi dari
kota-kota yang dilalui pembangunan Jalan Raya Pos. Serta Authenticity of
local colour yaitu deskripsi yang setia mengenai keadaan-keadaan fisik, tata
cara peralatan. Deskripsi fisik terlihat dari pengambaran fisik kota-kota yang
dilalui pembangunan Jalan Raya Pos.
Pengajaran sejarah bergantung pada beberapa faktor, salah satunya
adalah guru sebagai komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya
berperan sebagai model tetapi juga berperan sebagai pengelola pembelajaran.
Guru sejarah dituntut untuk menciptakan inovasi dalam pengembangan
sumber pembelajaran yang dapat meningkatkan ketertarikan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran sejarah pendamping buku teks merupakan salah satu bentuk
inovasi dalam pembelajaran sejarah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa apresiasi guru beragam terhadap
penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah. sebagian besar guru menganggap bahwa novel ini
mempunyai nilai lebih apabila digunakan sebagai sumber pembelajaran
sejarah. Penggunaan novel sejarah “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dalam
kegiatan pembelajaran memberikan banyak keuntungan bagi guru dan peserta
didik, diantaranya mendapatkan banyak pengetahuan sejarah melalui pesan-
pesan sejarah dalam novel yang tidak ditemukan dalam buku teks.
Penggunaan novel sejarah membuat pembelajaran sejarah semakin dinamis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 269
karena dapat menjelaskan lebih detail dinamika yang terjadi di dalam
peristiwa sejarah, hal ini terlihat dari deskripsi sejarah yang detail dalam
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan kota-kota yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Pos.
Novel ini mampu menjadi alat berdialektika dalam sejarah dengan
semangat zaman yang terkandung di dalamnya, hal ini terlihat dari deskripsi
tentang berbagai bentuk perlawanan rakyat dan pemimpin lokal peribumi
terhadap berbagai bentuk penjajahan bangsa asing. Novel sejarah “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” dapat mengajak peserta didik melihat suatu peristiwa
dengan cara pandang yang berbeda dengan apa yang dipaparkan dalam buku
teks sejarah, hal ini terlihat dari deskripsi tentang pembangunan jalan dengan
banyak korban rakyat peribumi yang tewas, baik karena kelelahan, kelaparan,
malaria, atau kecelakaan akibat medan yang berat. Cara pandang berbeda juga
dapat dilakukan oleh peserta didik ketika mendapati pesan sejarah yang
mengemukakan sejarah Lekra dan korban-korban akibat Gerakan 30 S PKI.
Fakta-fakta yang dianggap benar oleh penulis, mungkin saja dinilai peserta
didik sebagai fakta yang kurang tepat karena mempunyai cara pandang yang
berbeda.
Guru dituntut untuk menguasai materi sejarah dan isi novel sejarah
apabila digunakan sebagai sumber pembelajaran. Penguasaan sumber
bertujuan agar guru mampu menggali novel sejarah sesuai dengan perannya.
Penguasaan materi novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” yang baik
diperlukan kegiatan peningkatan apresiasi guru terhadap novel sejarah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 270
memberikan pemahaman peran novel sejarah sebagai sumber pembelajaran
sejarah. Peran novel sejarah adalah: (1) Peran novel sejarah dalam
pembelajaran individual adalah pada pola pembelajaran yang menitik beratkan
pada peserta didik, guru hanya berperan sebagai penunjang/fasilitator,
sehingga peran novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sangat penting sebagai
sumber pembelajaran yang dapat dieksplorasi peserta didik dalam kegiatan
belajar individualnya, eksplorasi yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap pesan sejarah dan pengetahuan yang
diperoleh peserta didik setelah membaca novel; (2) Peran novel sejarah dalam
belajar klasikal adalah pola komunikasi langsung antara guru dan peserta
didik, kualitas hasil belajar sangat bergantung pada kualitas guru, karena guru
merupakan sumber belajar yang utama, sehingga penguasaan guru terhadap
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pendamping sangat
penting guna meningkatkan kualitas hasil belajar. Penguasaan guru dapat
diwujudkan dengan memahami secara keseluruhan pesan sejarah yang
disampaikan sehingga mempunyai strategi yang tepat bagaimana
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah; (3) Peranan sumber belajar dalam kelompok: pada pola
ini sumber belajar berupa orang (guru) bekerjasama dengan sumber lainnya,
artinya adalah novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” merupakan salah satu
bagian dari sumber pembelajaran yang dapat digunakan guru sebagai sumber
pembelajaran sejarah. Guru harus mampu bekerja sama dan berinovasi dengan
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”. Hal ini dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 271
peranan guru selama ini hanya berfungsi sebagai sumber belajar tunggal,
padahal realitanya peserta didik membutuhkan tantangan baru yang dapat
membuat mereka lebih tertarik dalam kegiatan pembelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah dengan sumber novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sejalan dengan fungsi pembelajaran sastra (novel sejarah juga
merupakan salah satu bentuk karya sastra) antara lain: (1) Sebagai alat untuk
merangsang peserta didik dalam menggambarkan pengalaman, perasaan, dan
pendapatnya. Cerita novel yang berupa kisah perjalanan penulis dan banyak
dilukiskan gambaran tentang sejarah kota yang dilalui Jalan Raya Pos dapat
merangsang peserta didik mengambarkan pengalaman dan perasaan tentang isi
dan pesan sejarah yang disampaikan di setiap kota-kota yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Pos. Novel ini dapat pula merangsang peserta didik
untuk mengemukakan pendapatnya mengenai benar atau salah, suka atau tidak
suka terhadap pesan sejarah yang disampaikan penulis dalam novelnya
sehingga membuat mereka membaca sumber pembelajaran yang lain sebagai
pembanding; (2) Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai alat bantu
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan emosinya
dalam proses pembelajaran sejarah.
Kemampuan intelektual diketahui dari pengetahuan yang diperoleh
peserta didik dan kemampuan analisis dalam menemukan pesan sejarah yang
disampaikan penulis, sedangkan kemampuan emosi terlihat dari penghargaan
terhadap sejarah bangsa sehingga bersungguh-sungguh belajar sejarah setelah
mengetahui berbagai pesan sejarah bangsa dalam isi novel. pesan sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 272
berhasil membuat empati peserta didik terhadap kondisi bangsa Indonesia
pada masa penjajahan; (3) Sebagai alat untuk stimulus dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” adalah
sebagai sumber pembelajaran pendamping buku teks menarik minat peserta
didik karena bahasanya lebih mudah dipahami, tidak terlalu kaku dan ilmiah
sehingga novel sejarah terkesan tidak membosankan untuk dibaca. Isinya
memberikan gambaran peserta didik mengenai sisi kelam pembangunan Jalan
Raya Pos dan sejarah kota-kota yang tidak diperoleh dari buku teks.
Pengetahuan baru tentang sejarah kota seakan-akan membuat peserta didik
diajak berjalan-jalan dan berkeliling di kota-kota antara Anyer sampai
Panarukan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” itulah yang menjadi daya tarik dan rangsangan bagi peserta
didik untuk mengikuti pelajaran sejarah.
Fungsi sumber novel sejarah dalam pembelajaran sejarah adalah
sebagai media mempelajari budaya dan alat untuk mendidik manusia
seutuhnya, membentuk pengembangan imajinasi pada peserta didik dengan
pengisahan menjadi bagian dari pandangan tertentu. Fungsi tersebut sesuai
dengan fungsi sosial novel sejarah yaitu ikut membina masyarakat menjadi
manusia, yang memahami. Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
mempunyai fungsi sebagai media mempelajari budaya, budaya yang
dimaksudkan adalah keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan
serta struktur-struktur kemasyarakatan, keagamaan yang membentuk ciri-ciri
khas sesebuah masyarakat. Novel ini juga dapat mendidik manusia seutuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 273
dengan pemahaman terhadap pesan-pesan sejarah yang disampaikan, peserta
didik akan mempunyai penghargaan yang besar pada sejarah bangsanya.
Peserta didik menjadi manusia yang memahami sejarah panjang bangsanya.
Selain itu, novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” juga mempunyai fungsi
pengembangan imajinasi peserta didik karena mampu membawa daya
imajinasi ke kondisi peristiwa yang sebenarnya sehingga menumbuhkan
empati kepada sejarah bangsa.
Novel sejarah dapat dijadikan sebagai sumber belajar karena dapat
memberikan kemudahan informasi, pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan. Novel sejarah dapat digunakan secara sendiri ataupun bersama-
sama untuk memfasilitasi belajar baik secara langsung ataupun tidak langsung,
sebagian pesan di dalam isinya atau keseluruhan isinya, sehingga dapat
membantu peserta didik dalam proses pembelajaran sejarah sebagai bagian
dari kurikulum.
Penggunaan novel sejarah oleh sebagai sumber pembelajaran sejarah
di SMA Negeri kota Salatiga dapat menjadi wahana dalam pencapaian tujuan
pembelajaran yang mencakup ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Ranah pengetahuan yang dapat dicapai dengan penggunaan novel sejarah
sebagai sumber pembelajaran sejarah adalah: (1) Menguasai pengetahuan
tentang aktivitas-aktivitas manusia waktu yang lampau baik aspek internal
maupun eksternal; (2) Menguasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus dari
peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat dan kondisi pada waktu
peristiwa tersebut terjadi; (3) Mengetahui pengetahuan tentang unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 274
umum yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau; (4) Mengetahui
pengetahuan tentang unsur perkembangan dari peristiwa masa lampau yang
berlanjut yang menyumbangkan peristiwa masa lampau dengan masa kini; (5)
Menumbuhkan pengertian hubungan antara fakta, keterkaitan fakta, pengaruh
sosial dan kultural terhadap peristiwa sejarah dan sebaliknya.
Novel sejarah “Jalan Raya pos, jalan Deandels” menyajikan informasi
kesejarahan yang memiliki nilai-nilai atau pesan sejarah yang dikemas utuh
dalam bentuk cerita perjalanan penulis dan deskripsi sejarah kota-kota yang
dilalui Jalan Raya Pos. Sebuah jalan hasil dari kebijakan pemerintah kolonial
Belanda pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels abad ke-19.
Secara garis besar informasi kesejarahan dapat diklasifikasikan:
1. Pengetahuan yang dapat diperoleh tentang aktivitas manusia pada waktu
lampau antara lain tentang pembuatan Jalan Raya Pos masa Daendels dengan
mengerahkan kerja rodi rakyat pribumi, dalam pembangunan rakyat pribumi
menderita karena harus bekerja dengan tanpa upah dan waktu yang tidak
dibatasi dengan dihadapkan pada medan yang berat.
2. Pengetahuan tentang fakta‐fakta khusus dari peristiwa masa lampau sesuai
pengetahuan dengan waktu, tempat dan kondisi pada waktu peristiwa tersebut
terjadi. Contohnya adalah pengetahuan tentang perlawanan petani terhadap
pemerintah kolonial Belanda dan para pemilik perkebunan swasta yang merebut
tanah‐tanah pertanian milik mereka pada akhir abad ke‐19 sampai awal abad
ke‐20.
3. Pengetahuan tentang unsur‐unsur umum yang terlihat pada sejumlah peristiwa
masa lampau. Pengetahuan unsur‐unsur umum yang diperoleh antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 275
tindakan sewenang‐wenang dan kekejaman Daendels terhadap rakyat pribumi
untuk memaksakan proyek pembangunan Jalan Raya Pos menyebabkan
munculnya perlawanan rakyat.
4. Pengetahuan tentang unsur perkembangan dari peristiwa masa lampau yang
berlanjut yang menyumbangkan peristiwa masa lampau dengan masa kini.
Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” mengandung pengetahuan masa lampau
yang berguna bagi kehidupan masa kini. Pengetahuan tersebut terlihat dari
dampak yang ditimbulkan dari pembanguanan Jalan Raya Pos. Perkembangan
sarana transportasi di pulau Jawa akibat pembangunan Jalan Daendels
memberikan sumbangan terhadap peristiwa masa lampau baik positif maupun
negatif.
5. Pengetahuan hubungan antara fakta, keterkaitan fakta, pengaruh sosial dan
cultural terhadap peristiwa sejarah dan sebaliknya. Pengetahuan ini dapat
dilihat dari pesan sejarah antara lain, pembangunan Jalan Raya Pos
dilatarbelakangi kebijakan Daendels untuk memperlancar mobilisasi pasukan
Belanda ketika perang dengan Inggris atau pembangunan Jalan Raya Pos telah
menyebabkan banyaknya korban jiwa penduduk pribumi.
Semua kriteria dari ranah pengetahuan yang beragam dari sebuah
novel sejarah sudah ada dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”,
sehingga dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Oleh karena
itu, beragamnya pengetahuan sejarah menjadikan isi novel tidak fokus pada
satu Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar (KD) tertentu. Sesuai
dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, maka pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 276
sejarah relevan dengan Standar Kompetensi (SK) “Menganalisis perjalanan
bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan,
hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia”. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) yang relevan adalah
“Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan:
dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan
Pendudukan Jepang”. Relevan dengan SK dan KD menjadikan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
sejarah pada materi ajar tentang “Pemerintahan Daendels di Indonesia”.
Pengetahuan sejarah yang lain tidak sesuai dengan judul novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels”, namun tetap relevan dengan dua Standar
Kompetensi (SK) dan enam Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi
(SK) tersebut adalah “Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia dari negara
tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan, hingga terbentuknya negara
kebangsaan sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” dan
“Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi
hingga lahirnya Orde Baru”. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) antara lain,
(a) Menganalisis perkembangan negara tradisional (Hindu-Buddha dan
Islam) di Indonesia; (b) Membandingkan perkembangan masyarakat
Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia
Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang; (c) Menganalisis
proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia; (d)
Menganalisis terbentuknya negara Kebangsaan Indonesia; (e) Merekonstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 277
perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi
Terpimpin; (f) Menganalisis pergantian pemerintahan dari Demokrasi
Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 278
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara prinsip novel “Jalan Raya Pos, Jalan daendels” dapat digunakan
sebagai sumber pembelajaran sejarah. Novel ini mempunyai banyak pesan sejarah
yang berusaha disampaikan, pesan sejarah yang paling utama adalah sejarah
Hindia Belanda pada masa Daendels dengan salah satu kebijakannya membangun
Jalan Raya Pos. Cerita novel menyampaikan bagimana sisi-sisi kelam ketika
pembangunan Jalan Raya Pos yang mengakibatkan ribuan rakyat Pribumi
menderita bahkan tewas akibat eksploitasi tenaga kerja oleh Daendels. Praktek
eksploitasi terhadap tenaga kerja Pribumi bukan hanya dilakukan oleh Daendels
tetapi juga oleh para pembesar-pembesar Pribumi yang hanya menuruti perintah
atasan demi kepentingan mereka sendiri tanpa mempedulikan nasib rakyat. Secara
lebih luas pesan sejarah yang terkandung dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” adalah sejarah kota-kota yang dilalui pembangunan Jalan Raya Pos
meliputi sejarah pertumbuhan dan perkembangan kota dari masa ke masa dengan
periodisasi dan kronologis yang sangat luas dari abad ke-14 sampai abad ke-20,
dan sejarah perlawanan rakyat pribumi dan pemimpin lokal terhadap penjajahan
bangsa asing.
Penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran merupakan hal yang baru di kalangan guru-guru sejarah di Sekolah
Menengah Atas kota Salatiga. Penggunaan sumber yang sebelumnya belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 279
pernah digunakan menyebabkan pemahaman guru beragam. Pemahaman guru
tentang novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran
masih sangat terbatas. Terbatasnya pemahaman guru hanya pada pesan yang
paling dominan dari isi novel yaitu tentang sejarah kota-kota yang dilalui oleh
pembangunan Jalan Raya Pos. Hal tersebut menyebabkan beragam pula cara dan
strategi guru untuk menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai
sumber pembelajaran.
Pemahaman yang beragam terhadap novel sejarah menyebabkan
perbedaan apresiasi. Setelah diberikan novel untuk dipelajari, guru sejarah di
Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga mempuyai apresiasi yang tinggi
dengan digunakannya novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah. Menurut pendapat mereka novel ini sangat baik dan
menarik apabila digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah karena sedikit
menghilangkan kebekuan peserta didik yang selama ini hanya menggunakan buku
teks sebagai sumber pembelajaran sejarah. Selain itu, novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” mempunyai pesan sejarah yang sangat banyak, sehingga akan
banyak pula pengetahuan sejarah yang diperoleh peserta didik. Banyak
pengetahuan sejarah dari novel yang tidak diperoleh dari buku teks sejarah.
Pengetahuan sejarah yang terdapat dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” tidak seluruhnya sesuai dengan judulnya yaitu tentang pembangunan
Jalan Raya Pos oleh Daendels. Pengetahuan sejarah tentang pembangunan Jalan
Raya Pos dan Daendels relevan dengan materi ajar “Pemerintahan Daendels di
Indonesia” yang masuk dalam Kompetensi Dasar (KD) “Membandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 280
perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC,
Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan
Jepang”. Oleh karena itu, novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat
digunakan sebagai sumber pembelajaran ketika kegiatan pembelajaran sampai
pada Kompetensi Dasar (KD) tersebut. Sedangkan pengetahuan sejarah yang tidak
sesuai dengan judul novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat dimasukkan
dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dan
dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran ketika materi ajar sampai pada SK
atau KD bersangkutan.
B. Implikasi
Penggunaan karya sastra sejarah dalam bentuk novel dalam kegiatan
pembelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik lebih tertarik untuk mempelajari
sejarah dan menjadi sumber pembelajaran yang efektif untuk menyampaikan
pesan dalam bentuk materi pembelajaran. Pembelajaran sejarah dengan
menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran akan mampu
menumbuhkan daya afeksasi peserta didik dalam mempelajari dan mencintai
sejarah bangsanya sendiri. Penggunaan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran akan mampu memperkaya khasanah pengetahuan sejarah guru dan
peserta didik. Pengetahuan akan diperoleh melalui sajian informasi peristiwa latar,
sehingga mereka mampu mengembangkan imajinasinya ke peritiwa-peristiwa
sejarah di masa lampau. Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat
mengembangkan imajinasi tentang sejarah pembangunan Jalan Raya Pos dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 281
berbagai peristiwa kelam yang pernah dialami bangsa Indonesia. Sejarah kota-
kota yang dihadirkan dalam novel akan mampu membuat peserta didik tertarik
karena seolah-olah mereka diajak “jalan-jalan” di kota-kota yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Pos.
Penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber
pembelajaran sejarah mengharuskan guru mempunyai pemahaman yang besar
terhadap isi dan substansi novel. Pemahaman seorang guru menentukan pesan
sejarah yang ditemukan setelah membaca novel. Semakin banyak pesan sejarah
yang dapat digali oleh guru semakin besar pula pesan sejarah yang akan diperoleh
peserta didik. Selain itu, dengan pemahaman yang baik menjadikan guru
mempunyai strategi dan metode yang tepat ketika menggunakan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah. Penggunaan
strategi yang tepat sangat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu, guru harus mempunyai rencana yang matang dalam pembelajaran
dengan menentukan novel sejarah yang sesuai dengan materi pembelajaran dalam
yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk
meningkatkan pemahaman guru terhadap novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran sangat diperlukan seminar atau workshop yang membahas
bagaimana penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Novel sejarah yang baik dan berkualitas dapat menjadi buku sumber
penunjang dalam pembelajaran sejarah dalam upaya mengembangkan kreativitas
belajar mengajar guru dan peserta didik di dalam kelas. Guru mempunyai
apresiasi yang tinggi terhadap sumber belajar baru dan kaya akan pesan sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 282
karena dianggap memungkinkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Meskipun demikian, pemilihan sumber baru hendaknya memperhatikan berbagai
pertimbangan terutama dari peserta didik. Pemilihan novel sejarah yang disertai
gambar-gambar ilustrasi dan fokus pada Kompetensi Dasar (KD) tertentu
dianggap akan lebih membuat peserta didik tertarik dan mudah untuk memahami
isinya. Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” mempunyai kriteria yang baik
apabila digunakan sebagai sumber pembelajaran. Banyak pengetahuan yang tidak
dapat diperoleh guru dan peserta didik hanya dalam buku teks sejarah. Akan tetapi
pengetahuan sejarahnya terlalu luas dan memuat beberapa Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD), oleh karenanya peserta didik maupun guru
akan kesulitan untuk memahami secara keseluruhan isi novel. Guru perlu
mengklasifikasikan pengetahuan sejarah sesuai dengan SK dan KD yang
bersangkutan sehingga dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah
yang lebih efektif.
C. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi dan workshop pemanfaatan novel sejarah sebagai
sumber belajar bagi guru di kota Salatiga sebagai upaya peningkatan
kemampuan guru dalam penguasaan dan pemanfaatan novel sejarah sebagai
sumber belajar, dengan peneliti sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.
2. Perlu adanya dukungan dari berbagai pihak terkait dalam pemanfaatan novel
sejarah sebagai sumber belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 283
3. Perlu adanya komitmen yang kuat, keberanian dan peningkatan kreativitas dan
kemampuan teknis guru dalam memanfaatkan novel sejarah sebagai sumber
belajar.
4. Perlu adanya peningkatan peran organisasi profesi, pihak terkait serta peran
serta masyarakat dalam upaya pemanfaatan novel sejarah sebagai sumber
belajar.
5. Guru dalam memilih novel sejarah sebagai sumber pembelajaran harus fokus
pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tertentu.
6. Guru dalam memilih novel sejarah sebagai sumber pembelajaran harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menarik peserta didik, misalkan
memilih novel sejarah yang banyak gambar-gambar ilustrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 284
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 285
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman Surjomihardjo. 1979. Pembinaan Bangsa dan Masalah
Historiografi. Jakarta: Yayasan Idayu. Acep Iwan Saidi. 2000. Pramoedya Ananta Toer: Wacana Sejarah dan
Kekuasaan dalam Ideologi Realisme Sosialis. Surakarta: Muhamaddiyah University Press.
Ariel haryanto. 1983. Sastra, Sejarah, dan Sejarah Sastra. Basis. ____________. 1985. Perdebatan Sastra Kontekstual. Jakarta: Rajawali Press. Alex Sobur. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. Amir Hamzah Sualeman. 1981. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Praktis.
Jakarta: Depdikbud. Arief S. Sadiman. 2005. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Aristo Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Arya Ronald. 2008. Kekayaan dan Kelenturan Arsitektur. Surakarta:
Muhammadiyah University Press. Ayatrohaedi. 1983. Karya Sastra Sebagai Sumber Sejarah. Jakarta: Depdikbud. Bakker, Anton. 1995. Kosmologi dan Ekologi. Filsafat Tentang Kosmos Sebagai
Rumah Tangga Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Budianta, Melani., dkk. 2003. Membaca Sastra Indonesia. Magelang: Indonesia Colingwood, R.G. 1956. The Idea of History. New York: Galaxy Book. Depdiknas. 1995. GBPP Mata Pelajaran Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta:
Depdiknas. Edi. S. Ekadjati. 1983. Sumbangan Karya Sastra Sejarah Terhadap Sejarah di
Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Eddy Supangkat. 2001. Salatiga Kota Seribu Nuansa. Salatiga: Planet Salatiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 286
Frye, Nortthop. 1974. The Educated Imagination. Bloomington dan London: Indiana University Press.
Gabriel, R.H. 1991. Nilai Amerika: Pelestarian dan Perubahan, (terj). Paul
Surono Hargosoewoyo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gerlach, dkk. 1980. Teaching and Media Systemic Aproach. New Jersey: Price
Hall inc. Englewood Clifs. Green, Keith dan Jill LeBihan. 1996. Critical Theory and Practice: A
Coursebook. Routledge: London. Hartono Kasmadi. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang:
IKIP Semarang Press. Heinich, R Michael Molenda, dkk. 1996. Intructional Media and Technologies for
Learning. Englewood cliffsm N.J Prentice Hall inc. Hudson, W.H. 1961. An Introduction to the Study of Literature. London: George
G. Harrap & Co. Ltd. Issac, Sthephen dan William B Michael. Handbook in Reseach and Evaluation.
California: EdITS publisher. Jabrohim, (ed.). 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya.
Jauss, Hans Robert. 1982. Toward an Aesthetic of Reception. Minneapolis: the University of Minessota Press.
Kardiyat Wiharyanto. 2001. Model-Model Pembelajaran Sejarah. Semarang:
IKIP Semarang Press. Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Lazar, Gillian. 1993. Literature and Language Teaching, Answer Guide Teachers
and Trainers. United Kingdom: Cambridge University Press. Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal, Williem G. Wertsjein. 1989. Pengantar Ilmu
Sastra (penerjemah Dick Hartoko). Jakarta: PT. Gramedia. Miles, Matthew dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Peterjemah Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 287
Millone, Pauline D. 1996. Indische Culture and its Relationship to Urban Life, dalam majalah “Comparative Studies in Society and History”, vol. 9, Juli-Otober 1996.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. 2007. Bandung: Citra Aditya Bakti. Pramoedya Ananta Toer. 2010. Jalan Raya pos Jalan Daendels. Jakarta: Lentera
Dipantara. . 2010. Larasati. Jakarta: Lentera Dipantara Ratna, Nyoman Kutha, S. U. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi
Fiksi dan Fakta. Denpasar: Pustaka Pelajar. Redyanto Noor. 1999. Perempuan Idaman Novel Indonesia: Erotik dan Narsistik.
Semarang: Penerbit Bendera. ____________. 2005. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo
Semarang. Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press. Sapardi Djoko Damono. 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. ____________________. 2003. Sosiologi Sastra. Semarang: Magister Ilmu
Susastra UNDIP. Saripan Sadi Hutomo. 1983. Sastra Daerah dan Penulisan dalam Sejarah Lokal.
Jakarta: Depdikbud. Soediro Satoto. 1998. Tokoh dan Penokohan dalam Caturlogi Drama ‘Orkes
Madun’ Karya Arifin C. Noer. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
_____________. 2000. Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press Subaryana. 1994. Pengajaran Sejarah dan Aktualisasi Nilai-Nilai Sejarah.
Yogyakarta: Kopertis Wilayah V. Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 288
Sugihastuti. 2009. Teori Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Suminto A Sayuti. 2002. “Sastra dalam Perspektif Pembelajaran: Beberapa
Catatan”, dalam Riris K. Toha-Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesia tera.
Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press. Stanton, Robert. 1999. Dasar-Dasar Teori Fiksi (diindonesiakan oleh Suminto A.
Sayuti). Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Stokes, Jean. 2006. How to Do Media and Cultural Studies (diindonesiakan oleh
Santi Indra Astuti). Yogyakarta: Penerbit Bentang. Taufik Abdullah dan Abdurrahman Surjomihardjo. 1985. Ilmu Sejarah dan
Historiografi Arah dan Perpektif. Jakarta: PT Gramedia Taufik Ismail. 2002. “Setelah Menguap dan Tertidur 45 Tahun” dalam Jabrohim
dkk. (Ed). 2002. Dinamika Global-Lokal dalam Perkembangan Sastra. Yogyakarta: Pertemuan Ilmiah Nasional Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia XIII.
Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tjahjono, G. 1998. Indonesia Heritage Architecture. Singapore: Archipelago
Press. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Vernon, G.M. (1965). Human Interaction: an Intruduction to Sociology. New
York: The Ronald Press Company. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1949. Theory of Literature. London: Penguin
Books Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran sejarah.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. __________. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan strategi serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depsikbud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 289
Winarno Surachmat. 1990. Mewujudkan Nilai-Nilai Hidup dalam Tingkah Lak: Sebuah Ikhtisar Pedoman Metodologik. Bandung: Tarsito.
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Zaimar, Okke KS. 2005. “Strukturalisme dan Psikoanalisa” makalah Pelatihan
Kritik Sastra, 7-10 Desember 2005. Depok: Departemen Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Sumber Internet http://www.hati-beriman.blogspot.com, diunduh pada tanggal 2 Mei 2011). http://sma2salatiga.sch.id, diunduh pada tanggal 3 Mei 2011 http://lenteramayapada.blogspot.com/2009/03/biografi-pramoedya- ananta
toer11.html , diunduh pada tanggal 18 Mei 2011 http: //www.mail-archive. com/[email protected]/msg 00535. html,
diunduh pada tanggal 17 Juni 2011 http://fendy-studentsite.blogspot.com/2010/10/pengertian-tema-judul- topik. html,
diunduh pada tanggal 20 Juni 2011 http://pendidikan.infogue.com/pengertian_tema, diunduh pada tanggal 20 Juni 2011 https:// korananakindonesia. Wordpress .com, diunduh pada tanggal 21 Juni 2011 https://korananakindonesia. wordpress.com, diunduh pada tanggal 21 Juni 2011 http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa,
diunduh pada tanggal 20 Juni 2011 http:// belajarsejarah.com/?detail=beritanya&id=16&kode=4, diunduh pada
tanggal 20 Juni 201 www.encycopeidiabritanica-Hermanwillemdaendels.com. Diunduh pada tanggal
13 Mei 2011) http://sejarahkitablogspot.com, diunduh pada tanggal 13 Mei 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 290
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA, OBSERVASI
DAN PENCATATAN DOKUMEN
1. Pedoman Wawancara
Wawancara guru
Tujuan Ketercapaian:
a. Mengetahui pemahaman guru terhadap novel sebagai sumber pembelajaran
sejarah
b. Mengetahui apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels”
Daftar Pertanyaan:
a. Mengetahui pemahaman guru terhadap novel sebagai sumber pembelajaran
sejarah:
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang novel sejarah?
2. Apakah bapak/ibu telah memanfaatkan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran sejarah?
3. Bagaimana cara bapak/ibu memanfaatkan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran sejarah?
4. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu tentang novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels”?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 291
5. Bagaimana cara bapak/ibu memahami isi dan pesan sejarah yang
disampaikan oleh penulis dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”?
6. Bagaimana cara bapak/ibu menyampaikan isi dan pesan sejarah yang ada
di dalam novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” kepada peserta didik?
7. Strategi apa yang bapak/ibu gunakan dalam memanfaatkan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” dalam kegiatan pembelajaran?
8. Kendala-kendala apa saja yang bapak/ibu temukan dalam pemanfaatan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dalam kegiatan pembelajaran?
b. Mengetahui apresiasi guru sejarah terhadap novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels”:
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang isi novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels”?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang isi pesan sejarah yang ada di
dalam novel “Jalan Raya Pos Jalan Daendels”?
3. Bagaimana pendapat bapak/ibu apabila novel “Jalan Raya Pos Jalan
Daendels” dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah
menengah atas?
4. Apakah harapan bapak/ibu apabila novel “Jalan Raya Pos Jalan Daendels”
dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 292
2. Pedoman Observasi
Sekolah menengah atas negeri di kota Salatiga
1. Kondisi lingkungan sekolah menengah atas negeri kota Salatiga.
2. Daya dukung fasilitas pendidikan dan sumber pembelajaran yang dimiliki
Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga.
3. Kegiatan persiapan mengajar guru di Sekolah Menengah Atas Negeri kota
Salatiga.
4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru sejarah di dalam kelas di
Sekolah Menengah Atas Negeri kota Salatiga dengan menggunakan novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
3. Pedoman Pencatatan Dokumen
1. Naskah Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” 2. Silabus 3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mata pelajaran sejarah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 293
Lampiran 2 DAFTAR INFORMAN
No Nama Instansi
1. Endah Harini S.Pd Guru Sejarah SMA Negeri 1
Salatiga 2. Dra. Suprapti Guru Sejarah SMA Negeri 2
Salatiga 3. Dra. Sri Maryati Guru Sejarah SMA Negeri 3
Salatiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 294
Lampiran 3 DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1 Peta kota Salatiga
(Sumber: http://www.salahati-berimanmap.blogspot.com)
Lokasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 295
Gambar 2
SMA Negeri 1 Salatiga tampak depan (Foto: TyoTemanggung/T2)
Gambar 3
Pintu gerbang SMA Negeri 2 Salatiga (Foto: TyoTemanggung/T2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 296
Gambar 4
Pintu gerbang SMA Negeri 3 Salatiga (Foto: TyoTemanggung/T2)
Wawancara dengan Guru
Gambar 5
Peneliti wawancara dengan Endah Harini (guru sejarah SMA Negeri 1 Salatiga) (Foto: TyoTemanggung/T2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 297
Gambar 6
Peneliti wawancara dengan Suprapti (guru sejarah SMA Negeri 2 Salatiga) (Foto: TyoTemanggung/T2)
Gambar 7
Peneliti wawancara dengan Sri Maryati (guru sejarah SMA Negeri 3 Salatiga) (Foto: TyoTemanggung/T2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 298
Catatan Lapangan Nomor 1 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Penggunaan sumber pembelajaran berupa novel sejarah dalam kegiatan
pembelajaran belum pernah dilakukan meskipun sering membaca di berbagai
sumber yang menyarankan untuk mencoba menggunakan novel sejarah sebagai
salah satu sumber pendamping buku teks. Hal ini dikarenakan ia belum
mengetahui kriteria novel yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran dan
masih jarang novel yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diberikan di kelas.
Selain itu, ia masih ragu keefektifan penggunaan novel karena peserta didik
kemungkinan akan dibingungkan antara fakta yang sebenarnya dan fiksi yang
termuat dalam isi novel.
Catatan Peneliti:
Sesuai dengan dokumen persiapan pembelajaran baik dalam Silabus maupun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Endah Harini belum pernah menggunakan
sumber pembelajaran dengan novel sejarah. Sumber pembelajaran yang selama ini
dipakai adalah buku teks sejarah dan sumber dari internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 299
Catatan Lapangan Nomor 1 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut Suprapti, penggunaan novel berlatar sejarah sebagai sumber
pembelajaran baru ia dengar, dan menurutnya untuk menjadikan efektif
penggunaan sumber tersebut pasti akan menemukan kesulitan. Dalam kegiatan
pembelajaran ia menggunakan buku teks dengan metode utama adalah ceramah
karena alokasi waktu yang terbatas dan disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik. Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang diukur dari nilai siswa setelah
menjawab soal-soal Tes Tengah Semester atau Tes Akhir Semester menjadi beban
tersendiri bagi guru, di satu sisi mereka terbebani dengan keharusan menggunakan
sumber pembelajaran yang bervarisi, di sisi yang lain mereka terbebani dengan
kewajiban membuat siswa dapat menjawab soal test sesuai Standar Kometensi
dan Kompetensi Dasar.
Catatan Peneliti:
Berdasarkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dimiliki oleh Suprapti menunjukkan bahwa ia belum pernah menggunakan novel
sejarah sebagai sumber pembelajaran. Ia hanya menggunakan buku paket dan
LKS sebagai sumber dengan metode utama adalah ceramah. Hal tersebut
dikarenakan alokasi waktu pembelajaran sejarah di kelas XI IPA hanya 1 jam
pelajaran setiap minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 300
Catatan Lapangan Nomor 1 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Sri Maryati mengungkapkan permasalahan dalam pembelajaran sejarah
yaitu terbentur sedikitnya jam pelajaran sejarah yang ada di kelas XI, sedangkan
materi yang harus disampaikan sangat banyak. Untuk kelas XI IPA guru
berkewajiban menyampaikan materi dua Standar Kompetensi dan 6 Kompetensi
Dasar dengan alokasi waktu satu jam pelajaran setiap minggu. Alokasi waktu
yang sedikit tersebut yang membuat Sri Maryati enggan menggunakan variasi
sumber yang lain selain buku teks sejarah. Ia juga belum pernah menggunakan
novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah. Menurutnya hal itu
dikarenakan guru belum mendapatkan rekomendasi dari hasil penelitian ilmiah
yang merekomendasikan novel-novel sejarah apa saja yang layak pakai sebagai
sumber di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan penelitian ilmiah untuk
menganalisis novel yang cocok digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Catatan peneliti:
Berdasarkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dimiliki Sri Maryati memang benar bahwa sumber pembelajaran yang dipakai
adalah buku teks sejarah. Ia belum menggunakan variasi sumber termasuk novel
sejarah untuk sumber belajar.
Catatan Lapangan Nomor 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 301
Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut pendapat Endah Harini novel sejarah itu adalah semacam novel-
novel biasa yang banyak cerita fiktifnya, namun ada hal yang membedakan yaitu
menggunakan latar cerita sejarah, misalnya jaman Majapahit atau masa
penjajahan dan ada tokoh-tokoh sejarahnya. Karena alasan itulah Endah Harini
belum menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran pendamping
buku teks. Pemahamannya tentang pengertian novel sudah tepat yaitu
menggunakan sejarah sebagai latar cerita. Pemahamannya terhadap isi novel
adalah sejarah pembangunan Jalan Raya Pos dan sejarah dari kota-kota yang
dilalui pembangunan jalan. Namun pesan sejarah yang disampaikan dalam setiap
cerita dari kota-kota yang dilalui oleh pembangunan Jalan Raya Pos belum
dipahami secara menyeluruh.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Endah Harini tentang novel sejarah cukup tepat, memang
novel sangat identik dengan karya fiktif sehingga pemahaman seperti itu adalah
sebuah hal yang biasa. Sementara pemahamannya tentang novel tidak sesuai
dengan apa yang ia ajarkan di kelas, dari hasil penelitian saat kegiatan
pembelajaran pemahaman Endah Harini cukup bagus karena dapat menjelaskan
pesan sejarah lain selain pembangunan Jalan Raya Pos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 302
Catatan Lapangan Nomor 2 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Suprapti menjelaskan bahwa dirinya kurang memahami pengertian tentang
novel sejarah, menurutnya mungkin secara umum novel sejarah adalah novel yang
ceritanya mengambil cerita sejarah. Pengertian secara pasti tentang novel sejarah
belum diketahui karena ia pernah baca definisi secara tepat dari novel sejarah. Ia
juga menyatakan bahwa belum pernah menggunakan novel sejarah sebagai
sumber pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan belum pernah ia dapatkan selama
dibangku perkuliahan dan di kegiatan pelatihan serta seminar. pernyataan di atas
menunjukkan bahwa secara garis basar pemahaman Suprapti terhadap novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” belum menyeluruh. Pemahamannya tentang
novel ini adalah sejarah kota-kota, namun pesan-pesan sejarah yang ingin
disampaikan penulis pada setiap kota belum dipahami.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Suprapti tepat karena dari hasil pengamatan di kelas saat
kegiatan pembelajaran, ia agak kebinggungan bagaimana menggunakan novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, sehingga strategi yang dilakukan hanya
menyuruh peserta didik untuk membaca dan menanyakan seputar Jalan Daendels
saja tidak menyinggung sejarah kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 303
Catatan Lapangan Nomor 2 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut Sri Maryati novel sejarah adalah novel yang menjadikan sejarah
sebagai peristiwa yang diceritakan oleh penulis di dalam tulisannya, tetapi
pernyataan itu menurut pendapat pribadinya tanpa ada dasar teori yang jelas,
karena ia sendiri belum pernah membaca definisi novel sejarah atau jenis novel
sejarah, sehingga mengalami kesulitan menyebutkan salah satu judul novel
sejarah Indonesia. Pemahamannya tentang Novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sudah cukup baik. Secara garis besar ia mengungkapkan bahwa isinya
tentang Jalan Daendels yang dari Anyer sampai Panarukan dengan dilatari sejarah
kota-kota yang dilewati Jalan Raya Pos di sekitar Pantai Utara Jawa.
Catatan Peneliti:
Pernyataan dari Sri Maryati terkait pemahaman terhadap novel sejarah dan
novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” disampaikan dengan jujur sesuai dengan
pengetahuannya. Pemahamannya terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” memang cukup baik hal itu terbukti saat pengamatan saat pembelajaran
di kelas dimana Sri Maryati cukup komunikatif dengan peserta didik ketika
menyampaikan isi sejarah kota yang merupakan latar dari cerita tentang
pembangunan Jalan Raya Pos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 304
Catatan Lapangan Nomor 3 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Endah Harini dapat memahami pesan novel dengan cara membacanya
berulang-ulang. Hal itu disebabkan karena pesan yang ingin disampaikan penulis
dalam novel beragam yaitu setiap kota-kota yang dilewati Jalan Raya Pos.
Anggapannya bahwa novel cenderung fiktif, maka ia harus melakukan
perbandingan dengan cara membaca buku sejarah atau sumber sejarah yang lain
untuk mendapatkan pesan sejarah. Cukup kesulitan untuk memahami pesan yang
terkandung menyebabkan Endah Harini berkesimpulan bahwa novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels” bukan novel ringan dan mudah dibaca atau dipahami
sebagaimana novel-novel fiktif yang ada.
Catatan Peneliti:
Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, Endah Harini telah
membaca novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dua kali karena dengan hanya
membaca satu kali ia belum paham secara garis besar tentang isi novel. Dari hasil
pengamatan di kelas, ia memakai pengetahuannya yang diperoleh dari buku teks
sejarah untuk membandingkan dengan isi dalam novel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 305
Catatan Lapangan Nomor 3 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Suprapti mengatakan bahwa ia kurang memahami pesan yang akan
disampaikan dari isi novel. Oleh karena itu, untuk dapat memahami ia membaca
isi novel secara berulang-ulang dari kota-kota yang diceritakan penulis. Pendapat
Suprapti terhadap novel senada dengan Endah Harini yaitu masih kurang paham
terhadap alur ceritanya karena isi novel tidak fokus pada satu peristiwa yaitu
pembangunan Jalan Raya Pos di kota-kota yang dilalui, tetapi di setiap kota
diceritakan berbagai peristiwa sejarah dengan periodisasi yang berlainan sehingga
pesan sejarah yang terkandung dapat memuat Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang lain.
Catatan Peneliti;
Pernyataan yang disampaikan Suprapti sesuai dengan diperoleh peneliti
dalam pengamatan saat penelitian. Ia memang membutuhkan membaca berulang-
ulang untuk memahami isi novel. Meskipun hanya membaca separoh novel
namun sudah dibaca sebanyak dua kali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 306
Catatan Lapangan Nomor 3 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Dari keterangan Maryati, disimpulkan bahwa ia cukup baik memahami isi
novel. Cara pemahaman tidak dilakukannya dengan membaca berulang-ulang isi
novel, karena menurutnya itu tidak efektif. Oleh karena itu, cara pemahamannya
dengan membaca setiap bagian cerita novel yaitu setiap kota-kota yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Pos. Cara yang seperti itu menurutnya lebih efektif,
karena penulis berusaha menyampaikan setiap pesan novel dari cerita tentang
kota-kota itu. Gaya bahasa yang dipake penulis, sudah bisa dipahami oleh Sri
Maryati yaitu tulisan bernada sindiran terhadap pemerintah Orde Baru
Catatan peneliti :
Strategi atau cara yang dipakai Sri Maryati untuk memahami pesan sejarah
atau isi novel memang menggunakan tekhnik untuk memahami bagian per bagian
kota yang dilewati Jalan Raya Pos. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan saat
penelitian, ia cukup menguasai pesan sejarah yang disampaikan penulis di tiap-
tiap kota yang dilalui pembangunan Jalan Raya Pos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 307
Catatan Lapangan Nomor 4 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini M.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Penemuan pesan sejarah dari novel “Jalan Pos, Jalan Daendels” menurut
Endah Harini adalah sejarah kota-kota di pulau Jawa yang dilalui oleh Jalan Raya
Pos dimulai dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur, dengan
periodesasi sejarah bervariatif dari abad ke-16 pada awal kedatangan bangsa Barat
di Banten, masa kolonial Belanda abad ke-18 sampai 19, pada masa revolusi fisik
tahun 1945, sampai seputar peristiwa sejarah terbaru abad ke-20.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Endah Harini tentang temuannya dari novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” sesuai dengan hasil pengamatan saat pembelajaran di kelas. Ia
menyampaikan pesan-pesan sejarah yang diperoleh dari novel terhadap peserta
didik sama dengan apa yang ia sampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 308
Catatan Lapangan Nomor 4 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Pesan sejarah yang didapatkan oleh Suprapti setelah membaca novel
“Jalan Pos, Jalan Daendels” adalah rentang ruang yang luas dan waktu kejadian
yang sangat panjang dari abad ke-14 sampai dengan abad ke-20. Adapun pesan
sejarah yang ia temukan antara lain, pulau Jawa menjadi panggung sejarah
berbagai peristiwa penting di bidang politik yaitu berbagai kekuasaan pribumi dan
rakusnya bangsa kulit putih terhadap tanah pulau Jawa yang subur, perlawanan
penduduk lokal, serta geliat ekonomi dan bisnis di pulau Jawa.
Catatan Peneliti:
Ketika wawancara memang banyak pesan sejarah yang dikatakan
diperoleh dari Suprapti setelah membaca novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
namun dalam proses pembelajaran di kelas ia hanya menyinggung tentang
pembangunan Jalan Raya Pos sedangkan tentang sejarah kota maupun perlawanan
tidak coba ia berikan petunjuk agar peserta didik mendapatkan pesan sejarah
sesuai dengan yang ia pahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 309
Catatan Lapangan Nomor 4 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Pesan sejarah yang didapatkan Maryati dari novel “Jalan Pos, Jalan
Daendels” adalah peristiwa yang terjadi di kota-kota di pulau Jawa yang dilalui
pembangunan Jalan Raya Pos, dengan rentang waktu pada abad ke-15 sampai
dengan abad ke-20. Menurutnya, pesan sejarah yang disampaikan penulis di
dalam cerita antara lain pertumbuhan, perkembangan, bahkan kemerosotan kota-
kota di pulau Jawa, berbagai bentuk perlawanan penguasa lokal dan penduduk
lokal terhadap penguasa Belanda pada abad ke-19 sampai abad ke-20, sejarah
perekonomian (perkebunan, perdagangan) di pulau Jawa pada masa penjajahan
bangsa Barat pada abad ke-19 sampai dengan abad ke-20.
Catatan Peneliti:
Sesuai dengan hasil pengamatan pada saat dilaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” Sri Maryati
menyampaikan petunjuk kepada peserta didik agar mampu memahami dan
menemukan pesan-pesan sejarah sesuai dengan apa yang ia temukan. Misalnya
untuk menyampaikan perlawanan penduduk local, maka peserta didik diminta
membuka dan membaca pada halaman tertentu yang terdapat pesan sejarah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 310
Catatan Lapangan Nomor 5 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Strategi yang digunakan Endah Harini dalam menggunakan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” untuk kegiatan pembelajaran adalah dengan meminta
peserta didik membaca satu demi satu bagian novel tersebut kemudian meminta
peserta didik mencatat pesan-pesan sejarah yang penting dan menurut mereka
menarik, sekaligus diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal dalam novel
yang dirasa belum jelas dan belum bisa dipahami. Ia kemudian meminta peserta
didik untuk mencari dampak positif dan negatif dari isi novel terutama sebagai
dampak dari pembangunan Jaln Raya Pos.
Catatan Peneliti:
Pernyataan yang disampaikan Endah Harini terkait dengan strategi dalam
menggunakan novel untuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan hasil
pengamanatan yang dilakukan peneliti saat berlangsung kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 311
Catatan Lapangan Nomor 5 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Suprapti mempunyai strategi yang hampir sama dalam menggunakan
novel sejarah “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”, ia memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk membaca dan selanjutnya diberi kesempatan bagi
peserta didik yang ingin mempresentasikan hasil yang diperoleh setelah membaca
novel. karena menurutnya tanpa adanya tantangan bagi peserta didik untuk
mempresentasikan maka diyakini tidak akan sungguh-sungguh membaca novel.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Suprapti terkait dengan strategi dalam menggunakan novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” kurang sesuai dengan hasil pengamatan peneliti
saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Ia hanya meminta peserta didik untuk
membaca kemudian menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan
Jalan Raya Pos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 312
Catatan Lapangan Nomor 5 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Sri Maryati mempunyai cara yang sama dalam menggunakan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels yaitu peserta didik diberikan kesempatan untuk
membaca novel kemudian menulisnya di kertas yang selanjutnya disampaikan di
depan kelas.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Sri Maryati terkait dengan penggunaan novel “Jalan Raya Pos,
Jalan Daendels” kurang sesuai dengan yang hasil pengamatan peneliti saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Peserta didik disuruh membaca novel
kemudian ditunjuk untuk membacakan pengetahuan yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 313
Catatan Lapangan Nomor 6 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Endah Harini menjelaskan bahwa “Novel karangan Pramoedya ini
memiliki tingkat kesulitan dalam hal pemahaman isi yang cukup tinggi, tadi saya
katakan bahwa novel ini bukanlah novel yang ringan mengingat gaya penurutan
dan gaya ceritanya yang unik, yang berbeda dengan penulis Indonesia lainnya.
Menurutnya Isi novel ini memiliki kekayaan nilai sejarah yang tinggi, sehingga
jarang ditemui pada novel-novel di Indonesia lainnya bahkan novel sejarah
Pramoedya yang lain belum tentu mempunyai kekayaan sejarah yang sama. Pesan
sejarah yang sangat banyak merupakan kelebihan novel karena peserta didik
banyak mendapatkan pengetahuan dan pesan sejarah yang tidak mereka peroleh
dari buku teks sejarah.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Endah Harini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti karena
dalam kegiatan pembelajaran di kelas ia cukup tertarik dengan penggunaan novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran. Ketertarikan
dapat terlihat dari bagaimana caranya memberikan petunjuk bagaimana
menggunakan novel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 314
Catatan Lapangan Nomor 6 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Suprapti mengungkapkan kisah dan peristiwa sejarah yang disajikan
pengarang ditulis dengan gaya penulisan novel yaitu lebih bebas tidak seperti
halnya tulisan dalam buku teks sejarah. Menurutnya yang membedakan dengan
kaidah penulisan sejarah ilmiah adalah kuat tidaknya keterkaitan peristiwa dengan
temporal (waktu terjadinya peristiwa) dan spacial (tempat peristiwa). Oleh karena
itu, karyanya perlu diinterpretasikan ulang dengan konsep pemahaman sejarah
yaitu berdasarkan pendekatan ruang dan waktu yang lebih runtut sehingga mudah
apabila diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang fungsinya
sebagai sumber pembelajaran pendamping buku teks sejarah.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Suprapti tentang novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
sesuai dengan apa yang ia lakukan saat pembelajaran di kelas. Ia terlihat cukup
binggung dengan cerita dalam novel karena urutan kejadian yang tidak runtut.
Sehingga menympaikan kepada peserta didik juga tidak focus pada satu
Kompetensi Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 315
Catatan Lapangan Nomor 6 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Sri Maryati berpendapat bahwa isi novel memuat bayak peristiwa sejarah
kota-kota di Jawa yang dilalui pembangunan Jalan Raya Daendels ini.
Pengetahuan-pengetahuan yang mungkin tidak akan di dapat apabila hanya
menggunakan buku teks sejarah sebagai sumber pembelajaran. Isi novel yang
tidak fiktif belaka dan menghadirkan peristiwa-peristiwa sejarah menjadi daya
tarik tersendiri. Oleh karena itu, sangat baik apabila guru membaca dan
memahami pesan sejarah yang tekandung walaupun hanya sekedar sebagai
pengetahuan.
Catatan Peneliti:
Pernyataan Sri Maryati sesuai dengan hasil pengamatan peneliti yang
menemukan bahwa memang Sri Maryati cukup tertarik dengan novel “Jalan Raya
Pos, Jalan Daendels”. Hal itu terlihat dari banyaknya pesan sejarah yang ia
temukan dalam novel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 316
Catatan Lapangan Nomor 7 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut Endah Harini pesan sejarah yang ingin disampaikan pengarang
adalah sejarah sosial, seperti perlawanan petani di wilayah Cilegon terhadap
penguasa tanah-tanah partikelir pada abad ke-20, perlawanan pemimpin lokal
dan rakyat di Parahyangan terhadap pemerintahan Daendels yang mengeksploitasi
ekonomi dan tenaga penduduk pribumi untuk pembukaan Jalan Raya Pos pada
abad ke-19. Pesan sejarah sosial berupa bahwa penjajahan asing itu tidak
selamanya buruk, akan tetapi memiliki juga nilai kemanusiaan, seperti pada
terbentuknya komunitas budak yang dimerdekakan di daerah Depok pada abad
ke-18, dan masih banyak lagi pesan sejarah yang ingin disampaikan penulis dalam
novel ini.
Catatan Peneliti:
Pesan sejarah yang diperoleh oleh Endah Harini sesuai dengan
disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ia meminta kepada peserta didik untuk
mencari dampak negtif dan positif dari pembangunan Jalan Raya Pos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 317
Catatan Lapangan Nomor 7 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Suprapti juga menemukan berbagai kejadian-kejadian menarik yang
menurutnya mungkin tidak akan ia dapatkan dari buku-buku teks sejarah saja,
misalnya perjalanan Daendels sehingga sampai di Jawa, perluasan kota Batavia
yang menjadi Jakarta sekarang ini, peristiwa Cadas Pangeran di Cianjur, ataupun
asal mula suatu kota yang awalnya adalah tanah milik perorangan seperti kota
Depok. Selain itu, ia juga menemukan istilah-istilah yang kemudian menjadi
popular pada puluhan tahun kemudian, seperti, Paris van Java (julukan Bandung
karena keindahannya), garong (Gabungan Romusha Ngamuk) di Cimahi, atau ada
istilah diselong yang sebenarnya berasal dari anak cucu Untung Surapati yang
dibuang ke Ceylon karena melakukan perlawanan kepada Belanda.
Catatan Peneliti:
Pengetahuan yang diperoleh Suprapti dari novel Jalan Raya Pos memang
cukup baik karena menemukan berbagai fakta-fakta yang sama sekali tidak
terdapat dalam buku teks sejarah. Namun dari hasil pengamatan peneliti saat
berlangsung kegiatan pembelajaran, ia belum mencoba agar peserta didik
membuka halaman novel yang sesuai dengan pesan yang ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 318
Catatan Lapangan Nomor 7 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut Sri Maryati setelah membaca novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” diperoleh romatisme sejarah peristiwa-peristiwa perlawanan rakyat
dan penguasa terhadap kolonialisme bangsa Barat, suasana sosial beberapa kota di
Jawa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan kota, romantisme
Parahyangan beberapa ratus tahun yang lalu, dan semua peristiwa sejarah yang
bersetting pada abad ke-15 sampai dengan abad ke-20.
Catatan Peneliti:
Pengetahuan dan pesan sejarah yang diperoleh Sri Maryati memang
diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas saat digunakan novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran sejarah. Setelah peserta
didik mengungkapkan hasil temuannya tentang pesan sejarah dalam novel, Sri
Maryati kemudian meminta peserta didik membuka isi novel yang berkaitan
dengan perlawanan rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 319
Catatan Lapangan Nomor 8 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Mengenai penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran mata
pelajaran sejarah di kelas, Endah Harini berpendapat bahwa penggunaan novel
“Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber belajar merupakan sebuah
penawaran yang menarik, mengingat hal ini merupakan hal yang baru.
Menurutnya novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” baik apabila digunakan
sebagai sumber pembelajaran karena nilai sejarah yang sangat beragam sehingga
dapat membeikan pengetahuan baru bagi siswa. pengetahuan baru itu yang akan
membuat peserta didik semakin tertarik untuk belajar sejarah.
Catatan peneliti:
Endah Harini memang memberikan apresiasi tinggi terhadap novel “Jalan
Raya Pos, Jalan Daendels” sebagai sumber pembelajaran. Hal ini terlihat dari
hasil pengamatan peneliti saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan novel, Endah Harini begitu bersemangat untuk menyampaikan
fakta-fakta yang kemungkinan tidak ada dalam buku teks sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 320
Catatan Lapangan Nomor 8 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut Suprapti novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ini” isinya sangat
luas tidak terfokus pada satu kajian Kompetensi Dasar yaitu masa Daendels,
sehingga siswa terlihat kesulitan untuk memahami isinya. Menurutnya novel ini
cocok untuk para mahasiswa sejarah yang membutuhkan kajian lebih kritis. Ia
juga menambahkan bahwa penggunaan novel sudah cukup bagus untuk memulai,
dan tantangan baginya dan teman-teman guru sejarah SMA Negeri 2 Saltiga untuk
mengembangkannya. Meskipun sangat bagus karena banyak pesan sejarah yang
termuat tetapi karena daya kritis dan kemampuan peserta didik setingkat SMA
kurang maka menurutnya kurang efektif.
Catatan Peneliti:
Hasil pengamatan peneliti saat berlangsung kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” masih banyak peserta didik
yang kurang bergairah untuk membaca suatu literature sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 321
Catatan Lapangan Nomor 8 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Terkait dengan novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ini” digunakan
sebagai sumber pembelajaran sejarah, Sri Maryati sangat mendukung. Ia
mengatakan bahwa novel ini sebagai salah satu cara mencairkan kebekuan pada
peserta didik yang selama ini dominan menggunakan buku teks. Isi dan pesan
sejarah yang adapun dapat menambah wawasan bagi peserta didik.
Catatan Peneliti:
Ketertarikan Sri Maryati terhadap novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”
terlihat dari cara menyampaikan pesan-pesan sejarah yang belum berhasil
ditemukan oleh peserta didik dengan penuh semangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 322
Catatan Lapangan Nomor 9 dan 10 Sumber data : wawancara dengan Endah Harini S.Pd Tanggal : 14 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 10.00 – 10.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 1 Salatiga
Isi ringkasan data:
Endah Harini tetap mengharapkan adanya rekomendasi novel-novel yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dari pihak terkait atau mungkin ada
penelitian yang ilmiah tentang itu. Menurutnya hal itu dianggap penting agar
guru-guru di sekolah mempunyai rambu-rambu pemanfaatan novel sejarah dalam
kegiatan belajar mengajar karena belum semua guru paham tentang novel sejarah.
Selanjutnya ia berpendapat bahwa sebuah TOR (Term of Reference) sangat
penting sebagai arahan dalam penggunaan novel “Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels” sebagai sumber pembelajaran
Catatan Peneliti:
Pernyataan Endah Harini sesuai dengan kondisi nyata dalam
pengembangan sumber pembelajaran sejarah. Memang selama ini belum ada
penelitian ilmiah tentang penggunaan novel sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Sebuah TOR (Term of Reference) juga belum ada sehingga belum ada acuhan
untuk menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 323
Catatan Lapangan Nomor 9 dan 10 Sumber data : wawancara dengan Dra. Suprapti Tanggal : 16 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 2 Salatiga
Isi ringkasan data:
Suprapti juga menambahkan perlunya kegiatan semacam workshop atau
seminar tentang pemanfaatan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran.
Kegiatan ini sangat penting agar guru-guru di sekolah memiliki kesamaan
persepsi dan pemahaman tentang cara menggunakan novel sejarah yang baik,
efektif, dan tentunya dapat menggali hal-hal menarik dalam cerita novel agar
dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sejarah.
Selain itu, dengan seminar atau workshop, guru mengetahui manfaat novel sejarah
apabila digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Suprapti menambahkan bahwa
diperlukan dukungan yang baik dari pihak-pihak terkait, misalnya dengan
pengadaan novel-novel sejarah sebagai sumber bacaan bagi guru dan peserta
didik. Novel-novel sejarah yang ada hendaknya baik dari segi kualitas maupun
segi kuantitas, sehingga guru dan siswa memiliki kekayaan sumber yang beragam
dan memiliki alternatif bahan bacaan.
Catatan Peneliti:
Harapan yang disampaikan Suprapti sesuai dengan realita yang terjadi
dalam pengembangan pembelajaran sejarah. sejauh yang ditemukan peneliti
memang belum pernah diselenggarakan semacam workshop atau seminar tentang
penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 324
Catatan Lapangan Nomor 9 dan 10 Sumber data : wawancara dengan Dra. Sri Maryati Tanggal : 18 Mei 2011 Peneliti : Ana Ngatiyono Mulai s.d jam : 11.00-11.30 WIB Lokasi : SMA Negeri 3 Salatiga
Isi ringkasan data:
Menurut pendapat Sri Maryati dalam rangka mengurangi kendala dalam
penggunaan novel sejarah, guru-guru perlu diberi pembekalan bagaimana cara
menggunakan novel sejarah sebagai sumber belajar agar efektif dan efesien bagi
peserta didik, serta mempunyai pemahaman cara-cara menggali nilai-nilai sejarah
dari novel sejarah yang akan digunakan. Ia juga sangat mendukung perlunya
semacam workshop tentang penggunaan novel sejarah sebagai sumber
pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas kota Salatiga. Sri Maryati
menambahkan bahwa diperlukan sebuah program yang terpadu antara SMA-SMA
di kota Salatiga dengan standar TOR (Term of Reference), dan workshop bersama
diharapkan akan mampu menyamakan persepsi dalam penggunaan novel sejarah
sebagai sumber belajar dikalangan guru sejarah SMA di kota Salatiga
Catatan Peneliti:
Harapan yang disampaikan Sri Maryati sesuai dengan realita yang
terjadi dalam pengembangan pembelajaran sejarah. sejauh yang ditemukan
peneliti memang belum pernah diselenggarakan semacam workshop atau seminar
tentang penggunaan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran. Sebuah TOR
(Term of Reference) juga belum ada sehingga belum ada acuhan untuk
menggunakan novel sejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah.