Skenario RUMAHKU SURGAKUEps #1ISTRI SHALIHAH

1. INT. RUMAH PAK SABAR. PAGICast : Pak Sabar, Bu Sabar, Bulan

Pak Sabar keluar dari kamar dan mendapati singkong rebus di meja makan yang diletakkan di sebuah baskom. Pak Sabar senang dan langsung mengambil kursi dan duduk di atasnya.

PAK SABARSungguh beruntung punya istri yang tahu kesukaan suami. Pagi-pagi sudah dikasih singkong rebus.

Pak Sabar mengambil singkong rebus dari baskom dan langsung memakannya. Pak Sabar nyengir keasinan.

PAK SABAR Asin banget!

Saat itu Ibu Sabar muncul dari dalam dapur dan melihat ekspresi Pak Sabar. Bu Sabar terlihat sedih.

BU SABARSingkongnya ga enak ya, Pak?

Pak Sabar kaget melihat Bu Sabar. Pak Sabar langsung mengubah ekspresinya seperti orang yang senang dan kembali menggigit singkong. Saat menggigit Pak Sabar nyengir, tetapi dia tetap berusaha untuk terlihat menikmati.

BU SABARBapak suka?

Pak Sabar mengangguk dengan ekspresi senang yang dipaksa. Bu Sabar senang kemudian masuk ke dalam dapur. Setelah Bu Sabar masuk, Pak Sabar langsung mengambil gelas dan minum. Pak Sabar terlihat lega, tetapi Pak Sabar kaget ketika Bu Sabar keluar sambil membawa singkong dalam jumlah yang banyak.

PAK SABARBanyak banget, Bu, singkongnya?

BU SABARIni Cuma sisa aja, Pak. Sebagian lagi sudah dikasih ke Basir dan Surya. Bulan yang ngantar.

PAK SABAR

1

Bu, Rasulullah kan menyuruh kita untuk memberikan barang yang terbaik. Kenapa ibu memberikan singkong ini kepada Surya dan Basir?

Bu Sabar kaget. Pak Sabar menutup mulutnya serba salah.

BU SABARJadi menurut Bapak singkong ini tidak baik? Apa karena rasanya tidak enak?

PAK SABARBu..Bukan begitu. Maksud..maksud Bapak.

BU SABARMaksud Bapak apa?

PAK SABAR(VO)(muka mantab)Katakanlah yang benar walau itu pedih.

Bu Sabar melihat Pak Sabar dengan pandangan memelas. Pak Sabar semakin salah tingkah. Muka Pak Sabar yang awalnya penuh percaya diri, berubah menjadi iba ketika melihat Bu Sabar.

PAK SABAR(berkata meyakinkan)Maksud bapak, Ibu cantik hari ini. Katanya mau pengajian ke masjid? Cepetan berangkat, jangan sampai telat.

Bu Sabar tersipu malu mendengar pujian Pak Sabar. Pak Sabar hanya bisa senyum kecut.

CUT TO

2. INT. RUMAH PAK TILEP. PAGICast : Pak Tilep, Bu Tilep

Pak Tilep terlihat sudah memakai seragam siap untuk berangkat kerja. Bu Tilep mengeluarkan baju barunya dari dalam plastik dan mengepas baju baru tersebut di depan Pak Tilep.

BU TILEPBagus ga, Pak? Mau ibu pakai buat pengajian siang ini.

PAK TILEP(kaget)Ibu beli baju baru? Duit dari mana?

BU TILEPBapak ini orang Indonesia banget. Kalau ditanya bukannya jawab, tapi malah balik bertanya.

2

PAK TILEP(kesal)Ee...pagi-pagi sudah bikin masalah. Cuman jawab gitu aja susah amat sih? Sekarang jawab pertanyaan Bapak. Dapat duit dari mana?

BU TILEP(kesal)Ya dari duit tabungan. Duit dari mana lagi?

PAK TILEP(tersenyum senang)Ternyata, Ibu rajin nabung juga ya?

Pak Tilep kemudian mendekati meja makan dan membuka tudung saji. Tidak ada makanan sama sekali. Pak Tilep kaget.

PAK TILEP(marah)Loh, Bu. Kok ga ada makanan?

BU TILEP(nyengir)Kan tadi sudah bilang. Beli sepatu dari tabungan.

PAK TILEPApa hubungannya duit tabungan sama makanan?

BU TILEPYa adalah, Pak. Yang ibu pakai itu duit tabungan belanja. Makanya pagi ini ibu tidak beli makanan, biar bisa irit.

Pak Tilep melongo. Bu Tilep masih sibuk mengepas baju barunya.

CUT TO

3. EXT. WARUNG EMBUN. PAGICast : Surya, Bulan, Hanif

Hanif duduk di kursi panjang. Surya memberi Hanif kopi.

SURYAIni Bang, kopinya. Mantab..masih panas.

HANIFBener Surya. Lebih mantab lagi kalau aku boleh ngutang.

Surya mendelik ke arah Hanif. Hanif cengengesan serba salah dan minum kopi tetapi kepanasan. Surya ketawa.

SURYA

3

Mantab kan?

Bulan datang membawa rantang dan mendatangi Surya. Bulan memakai baju main biasa dan tidak berjilbab. Surya kaget melihat Bulan. Hanif salah tingkah dan tersenyum malu kepada Bulan.

HANIFEh..ada Dik Bulan.

SURYABulan..kok jilbabnya enggak dipakai.

BULANLagi gerah nih, Bang.

SURYALho..gimana sih kamu? Bukannya kamu sudah janji buat pakai jilbab terus? Lagian menutup aurat dengan jilbab kan itu wajib bagi wanita yang sudah baligh kayak kamu.

Hanif hanya bisa melihat pertengkaran Bulan dan Surya tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala Hanif melihat ke orang yang bicara.

BULAN(kesal-bersungut-sungut)Udah deh..Abang kalau mau ceramah di masjid saja. (kepada Hanif)Iya kan, Bang!

HANIF(gugup)I..Iya..Iya..Bener, Bang. Kalau ceramah di masjid.

Hanif tersenyum kepada Bulan. Surya melotot ke arah Hanif. Hanif diam dan menunduk. Bulan memberikan rantang berisi singkong rebus.

BULAN(kesal)Nih ada singkong rebus dari Ibu. Assalamu’alaikum.

SURYA, HANIFWa’alaikumussalam.

Bulan pergi meninggalkan Surya dan Hanif setelah Surya menerima rantang berisi singkong. Surya hanya geleng-geleng melihat tingkah Bulan. Surya membuka rantang dan mencium bau harum dari asap yang mengepul. Hanif terlihat kepingin.

SURYA

4

Harum.. Ibu masih inget saja kesukaan Surya.

HANIFGimana engga inget? Tinggal Cuma sebelahan.

Surya kembali mendelik kepada Hanif. Hanif kembali salah tingkah dan mau minum kopi tapi tidak jadi karena kepanasan memegang cangkir bukan pada bagian gagang. Hanif nyengir kepada Surya sambil memperhatikan rantang berisi singkong.

SURYAMau? Ambil aja Bang.

Hanif langsung mengambil singkong dengan senang dan langsung memakannya. Muka Hanif sangat memelas saat makan singkong dan memuntahkan singkong.

HANIFAsin banget. Minum..minum..

Hanif minum kopi panas dan kembali menyemburkan kopi karena kepanasan. Surya menggeleng kesal. Hanif yang melihat Surya kesal, langsung kabur meninggalkan Surya.

HANIF(teriak)Ngutang duluu..!

CUT TO

4. INT. KONTRAKAN BASIR. PAGICast : Basir, Irfan, Bulan

Irfan dalam posisi tengkurap sedang diurut oleh Basir di bagian punggung. Kepala Irfan berada di atas bantal sambil kedua tangannya diletakkan di bawah bantal. Irfan keenakan.

IRFANKeluarga di komplek kita ini unik ya, Bang Basir. Pak Sabar dan keluarganya terkenal harmonis dan penuh canda. Pak Tilep dan Bu Tilep hampir tiap hari bertengkar untuk masalah kecil sekalipun.

BASIR Irfan. Namanya juga beda keluarga pasti beda pula keadaan. Walaupun Pak Sabar dan istrinya selalu harmonis, lihat saja anaknya, si Surya. Apa keluarganya harmonis.

IRFAN Enggak juga sih, Bang. Tapi kalau saya sama Bulan kalau nikah nanti pasti harmonis. Menurut saya Bulan

5

termasuk criteria istri shalihah. (beat)Ya..di situ Bang..enak..!

Basir masih memijit perut Irfan, tetapi tiba-tiba terdengar suara kentut. Basir mengendus-endus bau dan tampak kesal.

BASIREnak sih enak. Tapi jangan kentutin muka orang dong.

IRFANMaaf, Bang. Namanya juga lagi sakit perut.

BASIRTapi tadi kamu bilang mau nikah sama Bulan? Emangnya dia mau sama kamu?

IRFANSiapa sih Bang yang bisa nolak rayuan maut dari Irfan?

BASIRKamu bisa aja. Pagi-pagi sudah ngegombal.

IRFANBukan ngegombal, Bang. Tapi ini fakta. Kenyataan. Setiap kali ketemu sama Bulan, pasti aku kasih puisi.

Inframe : Bulan datang sambil membawa rantang dan mendengar percakapan Basir dan Irfan. Basir dan Irfan tidak tahu kedatangan Bulan.

BASIRKamu ini berani ngomong kalau ga ada orangnya. Kalau ada Bulan beneran apa berani ngomong?

IRFANKalau bulan ada di sini. Aku langsung buatkan seribu puisi.

BULAN(dehem)Emang bener Bang Irfan? (ngejek)Biasanya juga kalau ketemu cuman diam seribu bahasa.

Irfan kaget dan langsung bangun dari tidurnya. Irfan malu. Basir yang tidak tahu kalau Irfan berdiri, kaget karena memijit kaki Irfan.

BANG BASIRLoh, Fan. Kok baru kentut sekali badanmu jadi kecil gini?

6

Irfan tersenyum kecut melihat Basir. Bulan tertawa ditahan.

CUT TO

5. EXT. WARUNG EMBUN. PAGICast : Embun, Surya, Pak Tilep, Koh Lim, Farid

Embun keluar dari dalam rumah dan terlihat sudah rapi dengan pakaian muslimah yang warnanya sudah pudar. Surya tidak memperhatikan Embun karena sedang menggendong Farid yang sedang menangis.

EMBUNBang..biar Embun gendong Farid dulu.

SURYAGa usah. Lebih baik sekarang kamu cepat ke masjid.

EMBUNTapi, Bang.

SURYASudah..ga apa-apa. (kesal) Nanti kalau Abang ga ngijinin kamu ke masjid, dikira ga ngasih kebebasan lagi. Abang bisa kok ngurus Farid.

Embun terlihat sedih karena Surya tidak memperhatikan dirinya. Insert : Koh Lim datang dan melihat kesedihan Embun.

EMBUNKalau gitu, Embun pergi ke masjid dulu, ya, Bang.

SURYAIya..Iya..!

Surya tidak mempedulikan Embun karena Farid menangis semakin kencang. Koh Lim duduk di bangku dan menegur Surya.

KOH LIMHaya..Surya..kamu jangan kasar gitu sama istri. Kasihan.

SURYA Kasihan gimana, KOh? Kan saya sengaja ngurus Farid biar Embun bisa pergi ikut pengajian di masjid.

KOH LIMTapi..ngomong-ngomong bau apa ini?

7

Inframe : Pak Tilep datang saat Koh Lim mengatakan ada yang bau. Koh Lim mencium-cium bajunya. Pak Tilep tampak kesal dan ikut-ikutan mencium badannya. Surya juga mencium bau tidak enak dan mencari asal bau. Pak Tilep semakin kesal.

SURYAIya..bau apa ya?

PAK TILEP(kesal)Apa-apaan sih? Orang baru datang dibilang bau.

Surya memegang pantat anaknya dan kaget.

SURYASiapa yang ngomongin Pak RT? Nih, Farid buang air. Maaf ya. Saya masuk dulu.

Surya buru-buru masuk ke dalam rumah untuk mengganti popok sekali pakai Farid. Pak Tilep hanya nyengir.

CUT TO

6. EXT. MUSHALLA. SIANGCast : Embun, ekstrass

Embun terlihat sampai di depan mushalla. Ibu-ibu yang lain sudah berada di dalam mushalla. Embun ingin menaruh sandal. POV Embun : sandal ibu-ibu lain yang terlihat bagus. Insert : sandal embun yang berupa sandal jepit dan terlihat sudah jelek. Embun melepas sandal dan masuk ke dalam mushalla.

CONT’D TO

7. INT. MUSHALLA. SIANGCast : Bu Sabar, Embun, Bu Tilep, ekstrass

Bu Tilep terlihat bergaya dengan pakaian barunya yang terlihat lebih ngejreng dari yang lain. Bu Tilep berdiri, sedang yang lain duduk. Orang-orang melihat Bu Tilep dan terlihat takjub dengan baju Bu Tilep. Bu Tilep tampak bangga.

IBU 1Bagus banget bajunya, Bu.

BU TILEPIya..dong. Saya pesennya saja tiga bulan baru kelar. Biasa. Kalau di butik kan memang agak lama.

8

Bu Tilep duduk dan tersenyum. Ibu-ibu yang lain terlihat makin takjub. Embun masuk ke dalam mushalla dan memberi salam.

EMBUNAssalamu’alaikum.

ALLWa’alaikumussalam.

Embun menyalami ibu-ibu yang hadir duluan kemudian duduk di dekat Bu Sabar. Bu Tilep melihat Embun dengan sinis.

BU TILEP(menyindir Embun)Kalau saya sih, biar sudah umur, tapi masih berusaha tampil modis. Biar enak dilihat orang. Kasihan kan kalau orang ngelihat kita makai baju kucel. Apalagi umur kita masih muda.

Embun terlihat sedih. Bu Sabar geleng-geleng kepala melihat kelakuan Bu Tilep.

BU SABARBu..jangan kayak gitu. Itu namanya ria. Allah itu tidak pernah melihat orang dari penampilan, tapi dari taqwanya.

Bu Tilep langsung terdiam tidak enak. Insert : masuk seorang ibu dengan pakaian sama persis Bu Tilep.Ibu-ibu yang lain tampak kaget melihat baju ibu yang baru datang sama persis dengan baju Bu Tilep. Bu Tilep salah tingkah. Ibu yang baru datang langsung mendekati Bu Tilep.

IBU 2Aduh, Bu Tilep. Kok bajunya bisa sama ya? Bu Tilep ngutang juga di tempat Koh Lim?

Ibu-ibu yang lain tidak berkata apa-apa, tetapi tatapan mereka sudah cukup menghukum Bu Tilep. Bu Tilep nyengir dan malu setengah mati.

CUT TO

8. INT. KAMAR KONTRAKAN SURYA. PAGICast : Surya,

Surya membawa Farid yang tidak memakai celana ke dalam kamar. Surya menidurkan Farid di tempat tidur yang tidak ada ranjangnya kemudian mencari-cari popok untuk Farid di lemari. Farid tidak bisa diam dan berjalan ke luar kamar. Surya menggendong Farid. Keadaan kamar jadi berantakan karena Surya

9

mengobrak-abrik lemari pakaian untuk mencari popok. Surya kesal karena tidak menemukan popok.

SURYA(kesal)Di mana sih naruh popok?

Surya melihat sekeliling dan ke tembok. Matanya tertuju ke kantong plastic hitam yang tergantung di dinding. Surya mengambil plastic dan ternyata ada popok di dalam plastic.

SURYANaruh plastic di kantong hitam. Di kantong putih kan bisa, jadi ga ribet nyarinya.

Surya memakaikan popok sekali pakai ke Farid. Surya bingung bagaimana memakaikan popok itu.

SURYAYang depan yang mana ini?

Surya asal memakaikan popok dan ternyata Surya memakaikan dalam posisi terbalik. Surya tidak tahu.Insert : tanda bagian popok yang seharusnya di bagian depan, berada di bagian belakang. Surya memperhatikan kamar yang berantakan. Surya kesal.

SURYA(marah)Aahh..ngapain saja sih, kerjanya Embun di rumah? Kamar berantakan gini dibiarkan saja.

Surya mencoba untuk membereskan kamar tidur, tetapi Farid tiba-tiba menangis. Surya bingung.

SURYA(bingung)Aduh..kenapa lagi nih Farid?

Surya membuka celana Farid, tetapi Farid tidak buang air. Surya mencoba mendiamkan dengan cilukba, tetapi Farid terus menangis. Surya membuat mukanya jadi lucu, tetapi Farid semakin menangis dengan keras. Surya stress.

SURYA(kesal-teriak)Aah..bisa diam ga sih?

Farid yang dibentak semakin menjadi-jadi tangisnya. Surya semakin panik.

SURYACup..cup..jangan nangis ya.

10

Surya berusaha menjadi badut, tetapi Farid menangis semakin nangis.

SURYAGimana ini? (beat-berpikir)O..iya. Mendingan aku kasih ke Bulan.

Surya kemudian keluar dari dalam kamar sambil menggendong Farid yang terus menangis.

CONT’D TO

9. EXT. WARUNG SURYA. PAGICast : Surya, Basir, Ngkoh Lim, Irfan

Surya keluar dari dalam rumah kontrakan sambil menggendong Farid. Ngkoh Lim dan Pak Tilep kaget melihat Farid yang menangis Bombay.

NGKOH LIMHayaa..kenapa tuh, si Falid?

SURYASaya juga ga tahu. Dari tadi nangis terus.

PAK TILEPBisa jadi dia kangen sama ibunya.

SURYAKangen gimana, Pak? Belum juga ada sepuluh menit ibunya pergi ke masjid ikut pengajian.

Farid menangis semakin kencang. Surya tambah bingung. Insert : Bulan datang dan langsung menggendong Farid.

BULANKenapa sayang? Cup..cup..!

Farid diam setelah digendong Bulan.

BULANBang…Farid, Bulan bawa pulang saja ya.

SURYAIya, deh. Nanti abang ambil ke rumah. Warung lagi ramai.

Farid dibawa Bulan ke rumah. Surya kembali melayani pembeli warung.

PAK TILEP

11

Kamu hebat juga, Surya. Bisa ngurus anak. (beat)Saya minta mi rebus dong.

SURYAIya, Pak. Bentar.

Surya kemudian terlihat sibuk menyiapkan mi rebus untuk Pak Tilep. Koh Lim mengeluarkan pakaian muslimah dari dalam tasnya.

KOH LIMSurya. Owe punya barang bagus. Pas buat istri kamu.

Koh Lim memberikan pakaian kepada Surya, tetapi Surya menolak.

SURYANggak, Koh. Embun masih punya pakaian bagus. Lagian ngapain juga saya beliin istri yang enggak bisa ngatur rumah.

KOH LIMHayaa..elo orang keterlaluan. Owe tahu sendiri, Embun itu istri yang baik. Bisa jaga anak sama jualan.

PAK TILEPBener, Surya. Kalau istriku mah boro-boro. Belum juga punya anak tetapi rumah terus berantakan.

Surya melihat Pak Tilep dan Koh Lim dengan pandangan tidak setuju. Insert : Irfan datang dan melihat pakaian muslimah yang dibawa oleh Koh Lim. Irfan tampak senang dengan pakaian yang dibawa oleh Koh Lim dan mengambil pakaian sambil melihat-lihatnya.

IRFANWah..Koh. Bagus banget bajunya. Berapaan?

KOH LIMKalau kontan dua ratus ribu. Tapi kalau nyicil lima puluh ribu sebulan.

IRFAN(kaget)Mahal amat, Koh. Ga bisa kurang.

KOH LIMHayaa..itu sudah harga bagus. Udah ambil aja dulu.

PAK TILEPMemangnya mau dikasih siapa, Fan?

12

Irfan mendekat ke telinga Pak Tilep. Surya ikut memperhatikan.

IRFAN(berbisik)Buat Bulan.

Surya kaget dan terlihat marah.

SURYAHeh…, jangan coba-coba ganggu adikku ya. Pakai ngasih-ngasih baju segala.

Irfan terlihat ketakutan kemudian pergi meninggalkan warung Surya.

KOH LIMHeii..baju owe..

Irfan berhenti berlari dan kembali memberikan baju kepada Koh Lim masih dengan takut-takut. Surya mengacungkan tangannya kepada Irfan. Irfan melempar baju kepada Koh Lim dan kabur.

CUT TO

10. INT. RUMAH PAK SABAR. SIANGCast : Pak Sabar, Bulan, Farid

Bulan masuk ke dalam rumah bersama dengan Farid. Pak Sabar menyambut Farid dengan senang.

PAK SABAREe…ada cucu kakek yang paling ganteng. Ayo sini..ikut Kakek. (bertanya kepada Bulan)Pakai popok kan?

BULAN(menyerahkan Farid)Pakai Kek. Farid kan selalu pakai popok praktis biar pipisnya engga kemana-mana.

Farid berpindah gendongan dari Bulan ke gendongan Pak Sabar. Pak Sabar menimang Farid dengan senang kemudian menggendong Farid dengan merapatkannya ke dada. Tiba-tiba raut muka Pak Sabar berubah.

PAK SABARLhoo..lhoo..apa ini? Kok anget..!

Pak Sabar meraba pantat Farid dan tersenyum.

PAK SABARAlhamdulillah dapet rezeki dari cucu.

13

Bulan kaget mendengar ucapan Pak Sabar.

BULANLho, Pak. Kan Farid pakai popok. Kok masih tembus juga.

PAK SABARNah itu dia. Ini bisa jadi pelajaran buat kamu. Manusia sudah berusaha, Allah yang nentuin. Kita sudah berusaha memberi popok, tapi Allah yang nentuin popoknya nembus atau tidak.

Farid tiba-tiba menangis kencang. Bulan menggendong Farid dan berusaha menenangkan, tetapi tidak bisa.

BULANCupp..Cup..sayang.

Farid menangis semakin keras. Bulan bingung.

PAK SABARCoba kamu ganti dulu popoknya. Di dalam masih ada kan?

BULANIya, Pak. (kepada Farid)Sayang..gatel ya.

Bulan membuka celana Farid dan terlihat popok praktis. Bulan kaget.

BULANOo..pantesan aja nembus. Masangnya kebalik.

Bulan membawa Farid ke belakang, tetapi Farid masih menangis keras.

CUT TO

11. EXT. WARUNG SURYA. SIANGCast : Surya, Basir, Ngkoh Lim

Surya kaget mendengar suara tangis Farid.

SURYAAduh! Kenapa lagi si Farid. (kepada Koh Lim dan Pak Tilep)Tuh bener kan. Gara-gara Embun pergi ke pengajian, Farid nangis terus.

KOH LIM

14

Haya..bukannya tadi elo sendiri yang nyuruh Embun pergi pengajian?

Surya tidak berkata apa-apa dan terlihat salah tingkah. Surya kemudian pergi meninggalkan warung. Koh Lim dan Pak Tilep hanya saling pandang dan geleng kepala.

PARALEL CUT

12. INT. MUSHALLA. SIANGCast : Embun, Bu Sabar, Bu Tilep, ekstrass

Ustadzah sedang memberikan pengajian. Orang-orang mendengarkan dengan takzim. Tiba-tiba terdengar suara Farid yang menangis. SFX : Suara Farid yang menangis. Embun terlihat khawatir.

EMBUNAduh..Farid nangis. (kepada Bu Sabar)Bu..Embun pulang dulu,ya. Farid nangis.

BU SABARJangan..biar Surya yang ngurus. Kamu juga harus memberi kesempatan kepada Surya untuk mengurus anak.

EMBUNTapi, Bu…

Bu Sabar tidak menjawab, hanya menenangkan Embun dengan memegang pundak Embun sambil mengangguk.

BU TILEPEmbun..kamu enggak kasihan anaknya nangis seperti itu? Tega amat jadi ibu. (kepada Bu Sabar)Bener enggak, Bu?

BU SABARBu..saya yang nyuruh Embun untuk tetap di sini.

Bu Tilep salah tingkah. Tidak lama suara tangis Farid tidak terdengar lagi. Embun tenang.

CUT TO

13. EXT. POSKAMLING. SIANGCast : Basir, Hanif, Irfan

Hanif sedang berjaga di poskamling dan terlihat ngomel sendiri. Tanpa pengetahuan Hanif, Basir datang dari arah belakang sambil meraba jalan menggunakan tongkat.

15

HANIFCoba saja aku jadi pengusaha, enggak bakalan aku ngutang di tempat Bang Surya. Dan Bulan, sudah pasti aku jadikan istri.

Basir menggunakan tongkatnya dan tidak sengaja mengenai kaki Hanif. Hanif kesakitan dan menoleh ke belakang.

HANIF(kesakitan)Aduh..Bang Basir..kalau mukul tongkat lihat-lihat dong.

Bukannya berhenti, Basir malah memukulkan tongkat semakin keras. Hanif semakin kesakitan dan menghindar. Basir mengenai tempat kosong.

HANIFBang Basir kok marah sih?

BASIRGimana enggak marah? Kamu bilang kalau mukul tongkat lihat-lihat. (membuka kaca mata)Memangnya aku bisa melihat?

Hanif hanya nyengir.

BASIRLagian kamu siang-siang gini kerjanya Cuma ngayal terus. Pakai acara pingin nikah sama Bulan lagi.

HANIFEmang enggak boleh Bang? Kata orang kan hidup itu berawal dari mimpi. Orang bisa ke bulan kan awalnya Cuma bermimpi.

Irfan datang tanpa pengetahuan Hanif dan Basir.

BASIRIya. Betul itu. Tapi kalau mimpi enggak ada usahanya mana mungkin kamu bisa jadi pengusaha terus nikah sama Bulan. Lagian, memang kamu tidak takut saingan sama Irfan buat nikahin Bulan?

HANIFLhoo..kenapa harus takut? Apa sih yang ditakutin dari Irfan? Sama-sama makan nasi..sama-sama minum air. Kalau misalnya dia makan batu, terus minum pasir baru aku takut.

IRFAN

16

Oo..gitu ya? Kalau misalnya nanti enggak aku pinjemin duit lagi, takut enggak?

HANIF(belum sadar ada Irfan)Enggak. Rezeki itu datangnya dari Allah, bukan dari Irfan.

Irfan langsung berdiri di depan Hanif. Hanif kaget.

IRFANYa sudah. Kalau gitu, mulai bulan depan, aku enggak akan minjemi duit lagi ke kamu.

Hanif salah tingkah. Basir tertawa.

CUT TO

14. INT. RUMAH PAK SABAR. SIANGCast : Pak Sabar, Embun, Farid, Surya

Surya masuk ke dalam rumah dan Nampak kaget. POV Surya : Pak Sabar jongkok sambil menjaga Farid yang duduk di kursi. Pak Sabar sudah belepotan susu di mukanya. Farid tertawa dan masih menghamburkan susu ke muka Pak Sabar. Pak Sabar pasrah.

SURYAPak..kenapa Farid dibiarin saja kayak gitu?

PAK SABARGapapa. Namanya juga anak-anak. Biarkan dia berkreatifitas.

SURYATapi, Pak. Jangan dibiarin buang-buang susu kayak gitu.

PAK SABAR(tersenyum)Surya..anak kecil itu jangan terlalu banyak dilarang. Kamu ga mau kan saat besar nanti Farid jadi anak yang kurang percaya diri karena waktu kecilnya sering dilarang. (beat)Lagian..Waktu kamu kecil dulu malah lebih nakal dari pada Farid.

SURYA(menahan kesal)Semua gara-gara Embun. Anak nangis sekenceng itu masih juga ga peduli. Perlu dikasih pelajaran tuh orang.

Surya keluar dengan marah.

17

PAK SABARSurya..tunggu..!

Pak Sabar berusaha mengejar, tetapi Farid kembali menangis. Pak Sabar kembali bermain dengan Farid.

CUT TO

15. INT. MUSHALLA. SIANGCast : Pak Sabar, Bu Sabar,

Pengajian sudah selesai. Ibu-ibu bersalam-salaman antara satu dengan yang lain. Bu Tilep bersalaman dengan Embun dan Bu Sabar dengan muka masam. Saat bersalaman dengan Ibu yang memakai pakaian yang sama dengannya, Bu Tilep semakin masam. Ibu-ibu yang lain tersenyum melihat adegan itu. Bu Sabar dan Embun berjalan bersama ke luar mushalla. Tiba-tiba seorang ibu dengan pakaian yang bagus mendatangi Embun.

IBU 3Nak Embun. Bisa bicara sebentar.

Embun dan Bu Sabar berhenti. Ibu 3 memberi senyum kepada Bu Sabar dan Embun.

IBU 3Maaf, Bu Sabar. Ada perlu sedikit dengan Embun.

BU SABARYa sudah. Silahkan Bu. Kalau begitu saya duluan. Assalamu’alaikum.

Embun mencium tangan Bu Sabar sebelum Bu Sabar pergi.

IBU 3Begini, Nak Embun. Saya berencana mengadakan selamatan dan mesen makanan ke tempat Nak Embun. Kira-kira bisa gak ya?

EMBUN(senang)Bisa, Bu. Bisa banget..!

IBU 3Tapi dikasih harga murah ya..

EMBUNGampang Bu kalau masalah harga. Yang penting Ibu senang dengan makanan dari saya.

Embun dan Ibu 3 berjalan ke luar mushalla masih sambil berbincang-bincang tentang pesanan makanan.

18

CUT TO

16. EXT. MUSHALLA. SIANGCast : Pak Sabar, Bu Sabar,

Surya datang di depan mushalla dan melihat-lihat ke dalam sambil menahan marah.

SURYAKe mana tuh si Embun?

Surya melihat banyak sandal di depan mushalla dan bagus-bagus. Surya kaget ketika melihat sandal istrinya yang sangat jelek.

SURYAMasya Allah..sandalnya bagus semua.

POV Surya : sandal di depan masjid yang bagus hingga pandangan terarah ke sebuah sandal jepit yang jelek.

SURYAAstaghfirullah..siapa sih pakai sandal butut kayak gitu? Apa suaminya ga pernah beliin sandal.

SFX : suara ibu-ibu yang keluar dari dalam mushalla. Surya bersembunyi di balik tembok mushalla. Ibu-ibu keluar dari dalam mushalla dengan baju yang bagus. Surya memperhatikan ibu-ibu yang keluar dari dalam mushalla. Bu Tilep dan Bu Sabar sudah keluar dari dalam mushalla. POV Surya : Suasana pintu mushalla sepi. Semua sudah keluar. Surya keluar dari dalam mushalla dan Nampak kesal.

SURYAKe mana sih tuh orang?

Surya sangat kesal dan berniat masuk ke dalam mushalla. Insert : Embun dan Ibu 3 keluar dari dalam mushalla.Surya kaget dan berniat sembunyi, tetapi terlambat.

EMBUNBang Surya..!

Surya melihat ke arah Embun dan tersenyum kecut. Surya memperhatikan pakaian yang dikenakan Ibu 3 dan Embun. Perbedaan yang sangat mencolok. Embun terlihat sangat kucel.

SURYAYa Allah..ternyata istriku pakaiannya paling jelek.

19

Surya sedih memperhatikan Embun dan terlihat melamun. Embun khawatir dan mendekati Surya.

EMBUNAbang tidak apa-apa?

SURYA(gelagapan)Eh..enggak..enggak.

EMBUNAlhamdulillah Bang. Kita dapat pesanan makanan.

SURYAAlhamdulillah.

Ibu 3 mendatangi Embun dan pamitan.

IBU 3Jangan lupa ya pesanan saya. (beat)Mari..saya duluan.

Ibu 3 tersenyum kepada Surya dan Embun. Surya dan Embun menganggukkan kepala sambil membalas senyum. Surya masih memperhatikan baju Embun. Embun yang belum memakai sandal kemudian mengambil sandal yang tersisa.Insert : sandal jepit yang jelek dipakai oleh Embun. Surya kaget dan terperanjat.

SURYAAstaghfirullah..Embun sandal kamu? (beat)Maafin Abang. (terbata)Abang..Abang..!

Surya tidak melanjutkan ucapannya. Air mata mengalir dari kedua mata Surya. Embun terlihat bingung.

EMBUNBang..Abang kenapa?

Surya tidak apa-apa kemudian menarik tangan Embun. Embun mengikuti Surya.

CUT TO

17. EXT. WARUNG SURYA. SIANGCast : All cast

Surya datang bersama Embun dan menanyakan baju yang ditawarkan Koh Lim.

SURYAKoh..mana baju tadi?

20

KOH LIMHaya..elo orang telat. Udah dibeli Bu Sabar.

EMBUNBaju apa, Bang?

SURYABukan..bukan apa-apa.

KOH LIMItu..baju yang owe tawarin tapi Surya ga mau. Baju buat elo.

Surya malu. Bu Sabar dan Pak Sabar datang sambil membawa Farid. Bu Sabar memberikan baju kepada Embun.

BU SABAREmbun..itu buat kamu.

Embun menerima baju pemberian Bu Sabar yang ternyata berasal dari Koh Lim. Surya malu hati.

PAK SABARSurya..sebagai suami, kamu harus memperhatikan kebutuhan istri. Belikan baju yang bagus untuk istri kamu. Terus kamu harus

Surya malu. Semua kaget dengan tangisan Farid. Embun menggendong Farid dan mengecek pantat Farid. Ternyata lagi-lagi Farid buang air besar.

BULANPantesan. Buang air.

Semua tertawa.

FREEZE

21