Contoh Proposal
-
Upload
akil-ladzinrank -
Category
Documents
-
view
192 -
download
5
Transcript of Contoh Proposal
LEMBAR PENGESAHAN
Program Studi Magister Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Menerangkan bahwa proposal penelitian magister yang disusun oleh :
Nama : Made Ganesh Darmayanti
NIM : 20510304
Telah disetujui sebagai prasyarat untuk melakukan penelitian magister.
Bandung, Februari 2012,
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Magister Kimia Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Yana Maolana Syah Prof. Dr. Ing. Cynthia Linaya Radiman
NIP. 196208091992031003 NIP. 195402171977012001
1
DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
ABSTRAK......................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Batasan Masalah..............................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian.............................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Teknik Perolehan Minyak Melalui Enhanced Oil Recovery (EOR)...............4
2.2. Kegunaan dan Karakteristik Polimer dalam EOR...........................................5
2.3. Poliakrilamida..................................................................................................6
2.4. Karagenan........................................................................................................7
2.5. Rumput Laut (Eucheuma cottonii)..................................................................8
III. METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................9
3.1. Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................9
3.1.1. Alat........................................................................................................9
3.1.2. Bahan.....................................................................................................9
3.2. Prosedur Kerja.................................................................................................9
3.2.1. Penyiapan Bahan Baku..........................................................................9
3.2.2. Ekstraksi Karagenan dari Rumput Laut (Eucheuma cottonii).............10
3.2.3. Kopolimerisasi Karagenan-graft-akrilamida.......................................11
3.2.4. Penentuan Spektrum Infra Merah........................................................12
3.2.5. Penentuan Massa Molekul Rata-Rata Karagenan...............................12
3.2.6. Penentuan Efisiensi Grafting...............................................................13
3.2.7. Pengukuran Reologi Polimer...............................................................13
IV. JADWAL PELAKSANAAN.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................v
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Poliakrilamida
Gambar 2. Struktur Karagenan
Gambar 3. Eucheuma cottonii
Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Kerja Secara Umum
3
ABSTRAK
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan teknik eksplorasi minyak bumi yang dapat
meningkatkan perolehan minyak sekaligus menjaga kestabilan prooduktivitas sumur minyak.
Pada teknik injeksi polimer dalam proses EOR, polimer berperan sebagai agen pengontrol
mobilitas dan meningkatkan viskositas fluida yang diinjeksikan. Poliakrilamida dan Xanthan
yang selama ini telah digunakan sebagai bahan polimer utama dalam aplikasi EOR, memiliki
sifat ketahanan yang rendah dalam kondisi salinitas dan temperatur tinggi. Hal inilah yang
mendorong perlunya riset dalam menemukan bahan polimer yang justru viskositasnya menjadi
tinggi pada salinitas tinggi, ketersediaannya cukup melimpah, dan lebih ekonomis. Polimer lokal
karagenan dari rumput laut memenuhi kriteria tersebut, sehingga dapat berpotensi sebagai bahan
polimer dalam aplikasi EOR. Dalam penelitian ini, karagenan akan diekstraksi dari rumput laut
(Eucheuma cottonii) yang diperoleh dari Pulau Lombok. Ekstraksi akan dilakukan dalam tiga
variasi pelarut yaitu akuades, KOH 0,3 N, dan campuran akuades, NaOH 0,1 N, NaCl 10%,
kemudian diendapkan dengan isopropil alkohol (IPA). Selain itu, pada karagenan hasil ekstraksi
akan dilakukan kopolimerisasi graft dengan menggunakan poliakrilamida. Karagenan dan
kopolimer yang dihasilkan akan dikarakterisasi dengan FTIR untuk penentuan gugus fungsinya,
ditentukan massa molekul rata-ratanya, dan diukur viskositas dan reologinya untuk mengetahui
ketahanannya terhadap shear rate, temperatur, dan salinitas garam NaCl, KCl, dan CaCl2.
Polimer yang dihasilkan diharapkan memiliki sifat yang sesuai dengan aplikasi EOR.
Kata kunci : Enhanced Oil Recovery, karagenan, Eucheuma cottonii, viskositas, reologi.
4
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alvarado, Vladimir and Eduardo Manrique. Enhanced Oil Recovery Field Planning and
Development Strategies. 2010. USA : Elsevier Inc.
[2] Abhijit Samanta; Keka Ojha; Ashis Sarkar; and Ajay Mandal. Surfactant and Surfactant-
Polymer Flooding for Enhanced Oil Recovery. Advances in Petroleum Exploration and
Development 2011, 2 (1), 13-18.
[3] Lucas, E. F.; Claudia R. E. Mansur; Luciana Spinelli; and Yure G. C. Queiros. Polymer
Science Applied to Petroleum Production. IUPAC, Pure and Applied Chemistry 2009, 81
(3), 473–494.
[4] Iglauer, Stefan; Yonfu Wu; Patrick Shuler; Yongchun Tang; and William A. G. Dilute Iota-
and Kappa- Carrageenan Solutions with High Viscosities in High Salinity Brines. Journal
of Petroleum Science and Engineering 2011, 75, 304-311.
[5] Sheng, James J. Modern Chemical Enhanced Oil Recovery Theory and Practice. 2011.
USA : Elsevier Inc.
[6] Ramirez, W. Fred. 1987. Application of Optimal Control Theory to Enhanced Oil Recovery.
Amsterdam : Elsevier Science Publishers H. V.
[7] Maria de Melo and Elizabete Lucas. Characterization and Selection of Polymers for Future
Research on Enhanced Oil Recovery. Chemistry and Chemical Technology 2008, 2 (4),
295-303.
[8] Taylor, K. C. and Nasr-El-Din, H. A. Water-soluble Hydrophobically Associating Polymers
for Improved Oil Recovery: A Literature Review. Journal of Petroleum Science and
Engineering 1998, 19, 265–280.
[9] Distantina, Sperisa; Fadilah; Rochmadi; M. Fahrurrozi; and Wiratni. Proses Ekstraksi
Karagenan dari Eucheuma cottonii. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010, ISSN :
1411-4216.
[10] Handito, D.; S. Anggrahini; and D. W. Marseno. Ekstraksi dan Identifikasi Karagenan dari
Rumput Laut Eucheuma cottonii Pulau Lombok. Agrosains 2005, 18 (4), 501-509.
[11] Japrax. Rumput Laut Eucheuma cottonii, November 30, 2010.
http://www.gangganglaut.blogspot.com/2010/11/rumput-laut-eucheuma-cottonii.html
(diakses Februari, 2012).
5
PROPOSAL
Penelitian Magister 1, Program Magister Kimia ITB, 2012
Kelompok Keilmuan :
Kimia Fisik dan Anorganik
Pengusul :
Made Ganesh Darmayanti / 20510304
Pembimbing :
Prof. Dr. Ing. Cynthia Linaya Radiman
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012
6
PENGGUNAAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) SEBAGAI POLIMER UNTUK APLIKASI ENHANCED OIL RECOVERY (EOR)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingginya kebutuhan energi dunia, terutama untuk minyak bumi, telah mendorong
berkembangnya teknik Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk menggantikan teknik-teknik
eksplorasi sebelumnya. Teknik ini dapat meningkatkan perolehan minyak sekaligus tetap
menjaga kestabilan produktivitas sumur, dan telah diterapkan di berbagai negara seperti
Cina, Amerika Serikat, dan Kanada.[1] Pemerintah Indonesia pun, sejak 2011 lalu, telah
mewajibkan semua kontraktor yang terlibat dalam usaha eksplorasi minyak bumi untuk
menerapkan EOR dalam upaya menanggulangi penurunan produksi minyak bumi yang
terjadi sejak 10 tahun terakhir.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi sweep pada proses EOR, suatu larutan polimer
digunakan sebagai agen pengontrol mobilitas.[2] Larutan polimer ini akan meningkatkan
viskositas fluida yang diinjeksikan ke dalam sumur minyak, sehingga crude oil akan
terdorong menuju sumur produksi. Proses inilah yang umumnya menjadi perhatian para
peneliti dan mendorong perkembangan riset dalam menemukan material polimer yang
sesuai.
Jenis polimer yang utama dan telah sejak dahulu digunakan dalam EOR ada dua, yaitu
polisakarida dan poliakrilamida (PAM). Polisakarida yang umum digunakan adalah Xanthan
Gum (XG) yang dihasilkan dari reaksi biosintesis mikroorganisme Xanthamonas campestris.
Namun, aplikasi kedua polimer ini, terutama biopolimer, dalam EOR masih terbatas karena
hal ketersediaannya dan harganya yang relatif mahal.[3] Selain itu, PAM dan Xanthan
memiliki resistensi yang cukup rendah pada peningkatan temperatur sehingga rentan
terdegradasi, serta mengalami penurunan viskositas yang cukup tajam pada kondisi salinitas
tinggi.[4]
7
Terkait dengan beberapa kekurangan tersebut, penelitian terhadap penemuan jenis polimer
baru yang lebih ekonomis, ketersediaannya cukup, dan tahan salinitas tinggi menjadi sangat
menarik. Pemanfaatan komoditas polimer lokal juga menjadi pertimbangan yang penting.
Adapun jenis polimer yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah karagenan.
Karagenan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah kelas
Rhodophyceae, dan selama ini digunakan dalam industri makanan, kosmetik, pasta gigi,
farmasi, dan industri minuman. Meskipun telah diketahui bahwa karagenan memiliki
viskositas cukup tinggi dalam larutan garam,[4] namun penelitian terhadap karagenan untuk
aplikasi EOR masih sangat terbatas.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui potensi karagenan sebagai bahan polimer untuk
aplikasi EOR, dilihat dari viskositas dan reologinya. Karagenan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karagenan yang diekstraksi dari rumput laut (Eucheuma cottonii) yang
relatif ekonomis dan banyak dibudidayakan di wilayah perairan Pulau Lombok, Nusa
Tenggara Barat.
1.2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, karagenan yang diekstraksi dari rumput laut (Eucheuma cottonii)
menggunakan tiga pelarut berbeda, diteliti viskositasnya. Pada ekstrak karagenan dengan
viskositas tertinggi dilakukan kopolimerisasi graft dengan akrilamida. Karagenan dan
kopolimer karagenan-graft-akrilamida yang dihasilkan diukur viskositas dan reologinya
untuk mengetahui ketahanannya terhadap shear rate, temperatur, dan salinitas garam NaCl,
KCl, dan CaCl2, yang diharapkan memiliki sifat yang sesuai dengan aplikasi EOR.
8
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Rumput laut (Eucheuma cottonii) yang digunakan diperoleh dari Pantai Grupuk,
Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, dengan umur panen sekitar 30
hari, dan ciri-ciri berwarna coklat kemerahan, memiliki banyak cabang, dan bertalus
silindris.
1.3.2. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi karagenan dari rumput laut (Eucheuma
cottonii) adalah akuades, KOH 0,3 N, dan campuran akuades, NaOH 0,1 N, dan NaCl
10% yang filtratnya diendapkan dalam isopropil alkohol (IPA).
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Untuk melakukan ekstraksi karagenan dari rumput laut (Eucheuma cottonii).
1.4.2. Untuk melakukan kopolimerisasi graft karagenan dengan akrilamida.
1.4.3. Untuk melakukan karakterisasi terhadap sifat reologi karagenan dan karagenan-graft-
akrilamida.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknik Perolehan Minyak Melalui Enhanced Oil Recovery (EOR)
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan istilah umum untuk suatu teknik dalam
meningkatkan jumlah crude oil yang dapat diekstraksi dari suatu lahan minyak. Prosesnya
melibatkan injeksi bahan kimia, gas-gas, dan/atau energi termal ke dalam reservoir. Dengan
EOR, 30-60 % atau lebih, minyak original reservoir dapat diekstraksi dibandingkan dengan
hanya 20-40 % jika dilakukan dengan primary dan secondary recovery. Keuntungan dari
EOR adalah dapat meningkatkan jumlah minyak yang dapat diekstraksi dan memperpanjang
sisa waktu produksi dari lahan minyak menjadi sekitar 25 tahun lagi.[5]
Metode Enhanced Oil Recovery (EOR) dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu proses
termal yang didalamnya termasuk steam flooding, steam stimulations, dan in-situ combustion;
proses kimia yang di dalamnya termasuk injeksi surfaktan-polimer, polymer flooding, dan
caustic flooding; dan proses miscible displacement yang di dalamnya termasuk miscible
hydrocarbon displacement, injeksi karbondioksida, dan injeksi gas inert. Polymer flooding
dipandang sebagai metode yang layak dikembangkan untuk masa depan dalam petroleum
recovery.[6]
Metode polymer flooding didasarkan pada injeksi larutan polimer ke dalam sumur injeksi,
yang kemudian bergerak melalui reservoir menuju sumur produksi. Pergerakan ini dapat
terjadi karena interaksi fisiko-kimia dari larutan polimer, sistem batuan reservoir, dan fluida.
Dalam proses ini, larutan polimer berperan mendorong minyak menuju sumur produksi. Agar
dapat berperan baik dalam fungsi teknis tersebut, viskositas fase pendorong (larutan polimer),
harus mendekati viskositas fase minyak yang didorong, guna meningkatkan efisiensi
sweeping dan jumlah oil recovery. Walaupun prinsip ini terlihat relatif sederhana, pada
dasarnya, keberhasilan proses polymer flooding bergantung pada dua hal penting : 1)
pemilihan polimer yang sesuai dengan reservoir dan 2) desain larutan polimer yang akan
diinjeksikan. Polimer yang digunakan biasanya didasarkan pada karakteristik molekul
10
polimer dan sistem reservoir, dan dikonfirmasi melalui serangkaian tes laboratrium tertentu
sesuai tujuan yang diinginkan.[7]
2.2. Kegunaan dan Karakteristik Polimer dalam EOR
Polimer dalam EOR berguna dalam meningkatkan viskositas air yang diinjeksikan dan
mengurangi permeabilitas dari media berpori, sehingga menyebabkan peningkatan efisiensi
sweep secara vertikal dan areal, dan sebagai konsekuensinya, meningkatkan oil recovery.
Tujuan utama injeksi polimer adalah mengontrol mobilitas, yaitu dengan mengurangi rasio
mobilitas antara air dan minyak. Pengurangan atau reduksi rasio mobilitas diperoleh dengan
meningkatkan viskositas fase aqueous. Mekanisme lainnya dari minyak residual yang mobile
setelah water flooding adalah adanya suatu gaya viscous yang besar dan tegak lurus
permukaan minyak-air untuk mendorong minyak residual. Gaya ini harus dapat mengatasi
gaya-gaya kapiler dalam minyak residual, memindahkannya, menggerakkannya, dan
melakukan recovery. Injeksi polimer membantu meningkatkan sweep efficiency.[2]
Karakteristik utama dari polimer agar dapat digunakan dalam EOR adalah dapat larut dalam
air. Hal ini disesuaikan dengan peran polimer untuk meningkatkan viskositas fase air yang
diinjeksikan sebagai pendorong. Suhu dan salinitas juga menjadi parameter yang utama.
Polimer yang digunakan harus memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kondisi ekstrim
terkait kenaikan suhu dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Faktor penting lainnya
adalah degradasi shear (mechanical degradation) yang terjadi pada dua tempat yang berbeda:
1) saat polimer mengalir dari permukaan menuju media berpori (melalui pipa, katup, dan
sebagainya) dan 2) saat polimer mengalir dalam media berpori (reservoir). Pada peristiwa
yang pertama, penurunan viskositas terjadi karena putusnya rantai polimer yang disebabkan
mechanical shearing selama larutan mengalir, terutama dalam daerah-daerah pembatas,
seperti pompa-pompa dan katup. Polimer yang baik adalah polimer yang tahan terhadap shear
rate.[7]
11
2.3. Poliakrilamida
Poliakrilamida (PAM) merupakan polimer yang larut dalam air. Polimer ini dibuat dari
monomer akrilamida. Struktur Akrilamida ditunjukkan oleh Gambar 1. Hal terpenting yang
dimiliki oleh poliakrilamida adalah sifat larutan yang memiliki viskositas yang tinggi pada
konsentrasi yang rendah, mudah larut dalam air, sifat reologi dan kemampuan ikatan
hidrogennya. Oleh karena itu, PAM dapat digunakan dalam aplikasi di bawah permukaan
tanah seperti EOR. PAM digunakan untuk kontrol mobilitas dan kontrol permeabilitas suatu
fluida.[8]
Gambar 1. Struktur Poliakrilamida
Oleh karena harganya yang relatif murah dan ketersediaannya yang tinggi, lebih dari 95%
aplikasi polimer untuk EOR di seluruh dunia menggunakan Partially Hydrolized
Polyacrylamide (PHPA) dalam proses polymer flooding. Penggunaan poliakrilamida telah
berevolusi menjadi poliakrilamida terhidrolisis sebagian, karena larutan aqueous akan lebih
mudah terjaga viskositasnya apabila menggunakan molekul bermassa molar rendah
dibandingkan jika menggunakan poliakrilamida tak termodifikasi, sehingga sistem akan
lebih tahan terhadap degradasi oleh efek shearing. Karakteristik ini terkait dengan
perpanjangan atau ekspansi rantai polimer (misalnya, peningkatan volume hidrodinamik),
karena gaya tolak (repulsion) muatan negatif yang ada dalam molekul polimer melalui reaksi
hidrolisis.[3]
Walaupun PHPA digunakan secara luas, muatan negatifnya membuat PHPA tidak memiliki
ketahanan terhadap keberadaan garam-garam, sehingga tidak cocok digunakan untuk
reservoir dengan salinitas tinggi. Terkait dengan hal tersebut, beberapa studi perlu dilakukan
untuk mensintesis polimer-polimer yang memiliki viskositas tinggi, tahan terhadap efek
shearing, salinitas tinggi, dan temperatur tinggi.[7]
12
2.4. Karagenan
Karagenan adalah polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies rumput laut merah
Rhodophyceae, dan polimer ini merupakan pengulangan unit disakarida. Karagenan adalah
galaktan tersulfatasi linier hidrofilik. Galaktan tersulfatasi ini diklasifikasi berdasarkan
adanya unit 3,6-anhydro galactose (DA) dan posisi gugus sulfat, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2. Tiga jenis karagenan komersial yang paling penting adalah karagenan kappa,
iota, dan lambda. Karagenan mu adalah prekursor karagenan kappa, sedangkan karagenan
nu adalah prekursor karagenan iota. Jenis karagenan yang berbeda ini diperoleh dari spesies
Rhodophyceae yang berbeda. Secara alami jenis iota dan kappa dibentuk secara enzimatis
dari prekursornya oleh sulfohydrolse.[9]
Gambar 2. Struktur Karagenan (Distantina, et al., 2010)
13
Saat ini, dominasi pemungutan (ekstraksi) jenis kappa karagenan berasal dari rumput laut
tropis Kappaphycus alvarezii, yang di dunia perdagangan dikenal sebagai Eucheuma
cottonii. Sedangkan Eucheuma denticulatum (dengan nama dagang Eucheuma spinosum)
adalah spesies utama untuk menghasilkan jenis karagenan iota. Karagenan lambda
diproduksi dari spesies Gigartina dan Condrus.
2.5. Rumput Laut Eucheuma cottonii
Indonesia memiliki potensi kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut.
Penyebaran rumput laut terdapat hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia, termasuk di
pantai perairan Pulau Lombok (pantai Lombok Timur seperti di Desa Pemongkong dan
Sukaraja). Pada tahun 2001, produksi rumput laut di wilayah ini mencapai 23.953 ton,
dengan jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan adalah Eucheuma cottonii.[10]
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma cottonii
Gambar 3. Eucheuma cottonii (Japrax, 2010)
Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna cokelat kemerahan, bertalus silindris,
percabangan talus berujung runcing, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), hidup pada
lapisan fotik perairan tropis, dan berkoloni.
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1. Alat
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas yang
umum seperti : erlenmeyer 250 mL; gelas kimia (ukuran 50 mL, 100 mL, dan 250
mL); labu ukur (ukuran 50 mL, 100 mL, 250 mL, dan 500 mL); pipet volum (ukuran
5 mL, 10 mL, dan 25 mL); viskometer Ostwald; corong; termometer; pipet tetes;
mortar (grinder); blender; kain saring; kertas saring; batang pengaduk; hotplate; water
bath; indikator pH universal; dan stopwatch. Untuk menimbang sampel dan bahan
digunakan neraca analitis. Untuk mengeringkan sampel digunakan oven dan untu
kopolimerisasi digunakan microwave. Penentuan gugus fungsi dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer FTIR-8400 SHIMADZU dengan metode pellet KBr.
Pengukuran reologi dilakukan dengan viskometer Fann VG.
3.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi karagenan dari
rumput laut (Eucheuma cottonii) hasil ekstraksi; akuades; etanol teknis 90%; KOH 0,3
N; NaOH 0,1 N; NaCl 10%; isopropil alkohol (IPA); akrilamida; kalium persulfat
(KPS).
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Penyiapan Bahan Baku
Rumput laut (Eucheuma cottonii) segar dibersihkan dari kotoran, seperti pasir dan
garam, dengan cara dicuci menggunakan air sampai bersih, kemudian dikeringkan
dibawah sinar matahari sampai kering dan beratnya konstan. Rumput laut kering yang
telah bersih diperkecil ukurannya dengan grinder, kemudian diblender menjadi
tepung.
15
3.2.2. Ektraksi Karagenan dari Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
3.2.2.1. Ekstraksi dengan pelarut aquades
Tepung rumput laut (Eucheuma cottonii) kering dengan berat 2,5 g direndam
dalam akuades selama 15 menit. Setelah itu disaring dengan kain kemudian
rumput laut diekstraksi. Ekstraksi dilakukan dalam erlenmeyer yang
dipanaskan dalam shacker water bath. Mula-mula pelarut dipanaskan terlebih
dahulu, setelah mencapai suhu 90°C rumput laut dimasukkan dan waktu
ekstraksi (30-40 menit) mulai dihitung. Rasio rumput laut kering – pelarut
adalah 1:30 (g/mL). Volume pelarut dijaga konstan dengan cara
menambahkan akuades panas setiap saat. Setelah waktu ekstraksi 30-40
menit, ekstraksi dihentikan dengan cara filtrat dipisahkan dari ampas rumput
laut. Filtrat ini ditampung ke dalam gelas kimia yang berisi etanol teknis 90%
dengan 3 kali volum filtrat, sambil diaduk sehingga terbentuk serat-serat
hidrokoloid (serat karagenan). Setelah didiamkan sekitar 30 menit, serat ini
disaring dan dicuci dengan akuades sampai air cucian ber-pH netral.
Karagenan basah dikeringkan dalam oven 60°C sampai beratnya konstan
sehingga diperoleh karagenan kering (kertas karagenan).
3.2.2.2. Ekstraksi dengan pelarut KOH
Ekstraksi karagenan dengan pelarut KOH 0,3 N dilakukan seperti ekstraksi
karagenan dengan akuades, tetapi rumput laut kering yang digunakan
sebanyak 5 g.
3.2.2.3. Ekstraksi panas dalam suasana basa dan pengendapan karagenan dengan
isopropil alkohol (IPA)
Tepung rumput laut kering (±30 g) dimasukkan dalam wadah tahan panas dan
ditambah akuades (50 kali berat tepung rumput laut kering), kemudian
ditambah larutan NaOH 0,1 N sampai pH-nya mencapai pH 8 dan direbus
(diekstraksi) selama ±1 jam pada suhu 80-90°C. Setelah itu disaring dengan
kain saring dan cairan filtrat yang diperoleh ditampung dalam gelas kimia,
16
kemudian ditambah larutan NaCl 10% (5% dari volume filtrat) dan
dipanaskan sampai suhu 60°C. Cairan filtrat dituang ke gelas kimia berisi
cairan isopropil alkohol (IPA) (2 kali volume filtrat) untuk diendapkan,
sambil diaduk selama 15 menit, kemudian endapan (berbentuk serat
karagenan) yang terbentuk disaring dengan kain saring. Endapan karagenan
direndam lagi dalam IPA sampai terendam semua selama 15 menit agar
diperoleh serat karagenan yag lebih kaku. Endapan karagenan disaring
kembali dengan kain saring. Serat karagenan yang diperoleh dikeringkan
dalam oven pada suhu 50-60°C sampai kering. Serat karagenan kering
diblender kemudian diayak menjadi tepung.
3.2.3. Kopolimerisasi Karagenan-graft-akrilamida
Dalam kopolimerisasi ini, karagenan yang digunakan adalah ekstrak karagenan
dengan viskositas paling tinggi (optimal). Larutan akrilamida dalam 10 mL air
terdestilasi ditambahkan ke dalam dispersi karagenan (1-2 g) dalam 35 mL air
terdestilasi. Ke dalam campuran tersebut kemudian ditambahkan KPS dalam 5 mL air
terdestilasi dan diaduk. Campuran tersebut kemudian diradiasikan dalam microwave
(60%) selama 90-120 detik. Campuran akan berubah menjadi viscous dan berwarna
putih. Campuran ini kemudian ditambahkan ke dalam IPA (2 kali campuran, w/w),
diaduk dengan baik, kemudian didiamkan selama 20 jam. Endapan putih solid yang
terbentuk dikoleksi dengan filtrasi. Sampel solid dicuci dengan 50 mL campuran 60%
dan 80% IPA-air untuk menghilangkan homopolimer yang tak bereaksi dalam produk,
kemudian dicuci kembali dengan 100% IPA untuk menghilangkan sisa air dari produk
akhir. Produk solid, karagenan-graft-akrilamida, kemudian dikering-anginkan.
Kopolimer karagenan-graft-akrilamida dipreparasi dengan tiga variasi rasio berbeda
dari akrilamida dan KPS, dengan berat karagenan dibuat konstan :
karagenan:akrilamida:KPS (w/w), 1:2,0:0,20 ; 1:3,0:0,30 ; dan 1:4,0:0,40.
17
3.2.4. Penentuan Spektrum Infra Merah
Gugus fungsi yang terdapat pada senyawa dalam sampel ditentukan dengan
menggunakan spektroskopi serapan infra merah. Spektrum IR dari sampel ditentukan
dengan menggunakan spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red) – 8400
SHIMADZU. Metode yang digunakan adalah dengan pelet KBr. Spektrum FTIR
sampel akan dibandingkan dengan data spektrum FTIR karagenan komersial untuk
ditentukan jenis karagenannya sesuai kemiripan serapan gugus fungsinya.
3.2.5. Penentuan Massa Molekul Rata-Rata Karagenan
Penentuan massa molekul rata-rata karagenan dilakukan melalui metode viskometri.
Waktu alir fluida sebanding dengan viskositas fluida. Dengan demikian dapat
dituliskan rumus sebagai berikut :
ηsp=
η−η0
η0
≅t−t 0
t0
dengan,
ηsp = viskositas spesifik,
t = waktu alir larutan pada viskometer Ostwald, dan
t0 = waktu alir pelarut pada viskometer Ostwald.
Pada konsentrasi larutan encer, berlaku hubungan :
limc→ 0
η sp
c= [ η ]
dengan,
c = konsentrasi larutan (gram per 100 mL), dan
[ η ] = viskositas intrinsik
Persamaan Mark-Houwink :
[ η ]=K M va
dengan,
K = 10-4 dan a = 0,9
18
Dengan mengalurkan nilai ηsp/c terhadap c dan menarik kurva pada sumbu c = 0,
maka dapat diperoleh nilai [ η ], sesuai dengan persamaan Huggins :
ηsp
c=[ η ]+k [ η ]2 c
3.2.6. Penentuan Efisiensi Grafting
Efisiensi grafting (%E) ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
%E=W g−W 0
W a
x 100
dengan,
Wg = massa kopolimer yang dihasilkan (gram),
W0 = massa karagenan awal yang digunakan (gram), dan
Wa = massa akrilamida yang ditambahkan (gram).
3.2.7. Pengukuran Reologi Polimer
Reologi karagenan akan ditentukan dengan menggunakan viskometer Fann VG. Pada
penelitian ini, akan diamati pengaruh dari shear rate, temperatur, dan salinitas garam
NaCl, KCl, dan CaCl2 terhadap viskositas polimer.
19
Diagram alir prosedur kerja yang akan dilakukan pada penelitian ini, secara keseluruhan
ditunjukkan sebagai berikut :
Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Kerja Secara Umum
20
- Dilakukan pengukuran spektrum IR, viskositas dinamik, dan reologi
Karagenan-graft-akrilamida
- Dilakukan pengukuran spektrum IR, massa molekul, dan reologi
- Ditambahkan akrilamida dan KPS dengan variasi berbeda- Diradiasikan dalam microwave 90-120 detik- Campuran ditambahkan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dan didiamkan
selama 20 jam- Endapan difiltrasi, dicuci kembali dengan pelarut ekstraksi, dan dikering-anginkan
Karagenan
- Dibersihkan dan dikeringkan- Diekstraksi dalam tiga variasi pelarut yaitu akuades; KOH 0,3 N; dan
campuran akuades, NaOH 0,1 N, dan NaCl 10% yang kemudian diendapkan dengan isopropil alkohol
Rumput Laut Eucheuma cottonii