contoh Kata Pengantar
-
Upload
anisah-muallifah -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of contoh Kata Pengantar
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya, kami selaku penulis makalah yang berjudul
”Gambaran peminatan siswa yang bekerja dan kuliah di SMK PATRIA BABAT
Tahun 2016”. Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs. H. MUKI M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Babat.
2. Drs. MASYHADI selaku guru pembimbing mata pelajaran sosiologi
3. Rekan-rekan, Orang tua dan semua pihak yag telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun semangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siswa-siswi khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan bagi siswa-siswi, masyarakat dan pembaca.
Lamongan, 10 November 2015
Penyusun
1. 2 LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak dalam
menentukan masa depan bangsa, tanpa pendidikan tidak akan ada penerus cita-cita
luhur untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Melalui pendidikan
yang berkualitas maka masyarakat mempunyai peranan dalam melakukan
perubahan dan pembangunan bangsa. Pendidikan berkualitas bisa ditempuh
melalui Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
sampai Perguruan Tinggi Pendidikan berguna untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan teknologi hanya bisa dilakukan oleh
mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dan memadai
Minat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi hendaknya
selalu dipupuk sejak siswa mulai memasuki Sekolah Menengah Atas maupun
Sekolah Menengah Kejurusan karena pada dasarnya minat itu akan tumbuh
melalui serangkaian proses. Minat itu harus senantiasa dipupuk melalui berbagai
cara, misalnya dengan cara memberikan informasi yang terkai tentang perguruan
tinggi, adanya pendekatan efektif yang bisa dilakukan oleh keluarga maupun
pihak sekolah untuk membangkitkan minat siswa serta adaya lingkungan sekitar
yang kondusif untuk menciptakan minat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Salah satu factor yang berhubungan dengan minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi adalah tingkat pendapatan orang tua. Kondisi keuangan sangat
menentukan dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti pangan, sandang, papan,
kesehatan maupun pendidikan. Asumsi dasar terkait dengan pendapatan adalah
semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya
siswa dalam rangka melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Orang tua yang
memiliki pendapatan yang mencukupi secara finansial sangat menentukan siswa
dalam memperoleh kemudahan dalam belajar. Hal ini sangat diperlukan dalam
rangka menumbuhkan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Selain factor tingkat pendapatan orang tua fasilitas belajar juga sangat
menentukan kenyamanan dan semangat belajar siswa. Menurut Sadirman (2001 :
6), fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah dan
memperlancar hasil belajar yang dicapai. Sedangkan menurut The Lian Gie
(2002:33) untuk belajar yang baik hendaknya tersedia lain. Sehingga sangat jelas
bahwa fasilitas belajar dapat menunjang tercapainya mutu pendidikan yang baik.
Jadi pada prinsipnya fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan
untuk belajar. Dengan tersedianya fasiltas yang memadai diharapkan siswa akan
memperoleh kenyamanan, semangat belajar dan prestasi yang baik.
Selain factor pendapatan orang tua dan fasilitas belajar factor lain yang
berhubungan dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
adalah factor komunitas, teman sebaya. Komunitas teman sebaya terdiri dari
sekelompok anak yang memiliki umur relative sama dan memiliki kesukaan
maupun hobi yang sama. Factor komunitas teman sebaya dilingkungan tempat
tinggal maupun dilingkungan sekolah sangat menentukan dorongan positif untuk
melanjutkan studinya, karena dalam penentuan sebuah keputusan biasanya anak
remaja masih cenderung dipengaruhi/ mengikuti pendapat teman-temannya.
1. 3 RUMUSAN MASALAH
Untuk menentukan solusi yang tepat dalam suatu permasalahan, maka terlebih
dahulu permasalahan tersebut dianalisis dan disusun ke dalam bentuk formulasi yang
sistematis. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana hubungan antara tingat pendapatan orang tua dengan minat siswa
siswi SMK PATRIA BABAT untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan
bekerja.
2. Bagaimana hubungan antara fasilitas belajar siswa dengan minat siswa siswi
SMK PATRIA BABAT untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan bekerja.
3. Bagaimana hubungan antara komunikasi teman sebaya dengan minat siswa
siswi SMK PATRIA BABAT untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan
bekerja.
1. 4 BATASAN MASALAH
Dengan perumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka penulis
membatasi masalah yang akan dianalisis mengingat adanya keterbatasan waktu
dalam proses penyusunan yaitu hubungan tingkat pendapatan orang tua dan
hubungan komunikasi teman sebayanya.
1. 5 TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui hubungan tingkat pendapatan orang tua siswa dengan minat
siswa siswi SMK PATRIA BABAT untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
dan bekerja.
2. Mengetahui hubungan fasilitas belajar siswa dengan minat siswa-siswi
SMK PATRIA BABAT untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan
bekerja.
3. Mengetahui hubungan komunikasi teman sebaya dengan minat siswa-siswi
SMK PATRIA BABAT ke perguruan tinggi dan bekerja.
1. 6 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi siswa, mendapatkan informasi tentang pentingnya melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih inggi dan dapa menumbuhkan semangat
belajar.
2. Bagi guru, mendapat informasi data pendukung untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa yang dapat diperhatikan dalam dukungan orang
tua, fasilitas belajar dan komunitas belajar siswa sebagai pertimbangan
untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Bagi sekolah, dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses
pembelajaran,informasi dan fasilitas untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam upaya menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan
mempuyai minat yang tinggi untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gambaran menurut beberapa ahli :
a) KATHERINE KLIPPER MERSETH
Gambar itu bernilai lebih dari seribu kata-kata
b) TAMIYA ONODERA
Gambar adalah sebuah copy dari alam secara phisis
c) SUDJONO
Gambar adalah proses jiwa kita dan bukan gambar jiplakan karya orang lain
d) DONALD PREZIOSI
Gambar adalah temporal linier dari sebuah bahasa
e) W. J. MITCHEL
Gambar adalah merupakan sebuah petunjuk diri yang terdapat dalam sebuah
struktur referensi
f) M. P. HODGES
Gambar tidak hanya berupa sekumpulan benda-benda fisik
g) JAMES B. PAWLEY
Gambar adalah sesuatu yang bisa dilihat dan terdiri dari beberapa pertemuan
ruang antara beberapa fitur
h) NED BLOCK
Gambar adalah mewakili dari sesuatu yang telah ditetapkan serta memiliki
kualitas atau karakteristik dari bentuk dan warna dari sesuatu yang diwakilinya
i) ELAINE HODGES
Gambar merupakan pengoptimalan dari sebuah output tertentu yang terkadang
dibutuhkan beberapa pencitraan yang bertujuan untuk membuatnya menjadi
lebih baik
j) HARALICK & SHAPIRO
Gambar adalah sebuah representasi spasial dari fenomena objek, adegan, atau
lainnya
2.2 Pengertian peminatan
Peminatan adalah suatu keputusan yang dilakukan peserta didik untuk
memilih kelompok matapelajaran sesuai minat, bakat, dan kemampuan
selama mengikuti pembelajaran di SMA. Pemilihan peminatan dilakukan atas
dasar kebutuhan untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan bekerja.
2.3 Hakikat Kerja
Hakikat Kerja Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam
aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan
kerja. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah
karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong
penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial,
menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja untuk
mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada
hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik (As’ad, 2002:46).
2.4 Hakikat dan Fungsi Perguruan TinggiPerguruan tinggi adalah tempat pesemaian bibit-bibit pemikir, intelektual,
dan profesional dengan berbagai macam jenis dan arus pemikiran keilmuan yang terus berubah dan berkembang. Fungsi utama Perguruan Tinggi adalah membentuk kompetensi para mahasiswa sebagai calon pemikir, ilmuwan, dan profesional yang mampu menampilkan pemikirannya secara akademis (filosofis–logis). Mahasiswa, dengan sarana berpikir filosofis-logis, akan dibimbing agar mampu menggarap dan mengembangkan alam pemikirannya sedemikian rupa, sesuai bidang akademisnya, menjadi pengetahuan, dan melalui pengetahuan akan terbentuk ilmu–ilmu, yang kemudian akan terus berkembang. Pikiran-pikiran keilmuan yang dikembangkan di perguruan tinggi itulah yang kemudian menghasilkan pikiran-pikiran teknologi yang akan melahirkan teknologi sebagai sebuah kekuatan yang menentukan dalam kehidupan manusia modern. Pikiran-pikiran teknologis itu kemudian berkembang menjadi pikiran-pikiran industrial yang mampu manciptakan berbagai pemikiran sistemik (input, out put, dan out come) yang sinergis dalam membangun sebuah kehidupan masyarakat modern itu sendiri. Akhirnya, pikiran itu sendirilah yang telah mendorong lahirnya berbagai pemikiran kritis dalam rangka tugas menyiasati, baik ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri yang cendrung mengorbankan manuisia dan kemanusiaan itu sendiri. Berpikir secara filosofis-logis, artinya, berpikir secara kritis, rasional, obyektif, dan normatif karena harus menaati prinsip-prinsip berpikir yang sehat dan lurus, bukan berdasarkan kemauan atau dorongan emosi belakah. Studi Filsafat ilmu, dalam sebuah kedudukan kurikuler di Perguruan Tinggi, bermaksud mengorientasikan sebuah pola pemikiran yang bersifat kritis, radikal,
sistimatis, logis, holistik, komprehensif-integratif, dan eksistensialistik. Ciri berpikir tersebut merupakan fondasi filosofis yang kokoh dalam menyanggah serta memekarkan setiap setiap arus pemikiran yang menjadi lahan pengembangan diri para intelektual muda. Hal mana, begitu penting dan strategis bagi para mahasiswa dalam membangun kompetensi dirinya selaku pemikir, ilmuwan, calon profesional yang mampu memahami dan mengerjakan pikirannya secara tepat, sehat, dan benar dalam bidang keilmuan yang ditekuninya.
Prinsipnya, perguruan tinggi harus mampu membimbing mahasiswa untuk dapat membangun pikiran-pikiran keilmuannya secara filosofis untuk makin menemukan eksistensi “ilmuan pemikir”, bukan sekedar ilmuan “foto kopi”.
Sebuah realitas dunia kemahasiswaan di Perguruan Tinggi di mana mahasiswa dibimbing untuk melakukan komunikas keilmuan, baik secara internal keilmuan maupun lintas keilmuan. Mereka dibimbing untuk melakukan eksplorasi pemikiran, menggagasnya, dan mengkomunikasikan atau mendebatkan pikiran-pikirannya secara terbuka. Mereka belajar untuk saling mengkritik dan saling mempertajam ide-ide dengan berbagai ruang pemaknaan. Mereka secara bebas dan terbuak melaukan transaksi dan negosiasi pemikiran untuk memecahkan topik pembelajaran atau permasalahan aktual yang terjadi dalam lingkungan alam maupun dalam lingkungan sosialnya. Melalui itu, mereka mampu menyuguhkan kebenaran-kebenaran serta validitas dan keabsahan pemikiran yang diterima secara luas dan berlaku universal. Pendeknya, tidak ada sebuah kejeniusan pemikiran keilmuan apa pun yang bersifat ilmu atau keilmiahan tanpa sebuah norma pembimbingan maupun pertanggungjawaban filosofis-logis yang memadai.
Pengalaman menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa dan out put perguruan tinggi yang belum dapat mengerjakan pikirannya secara tepat dan benar, karena belum terlatih secara matang dalam membangun dan menguji pikiran-pikirannya secara kritis, terbuka, dan terstruktur. Mereka, karenanya, cenderung menghafal, memfotokopi, dan mengikuti secara buta berbagai warisan pemikiran serta berbagai rumusan formal dari norma apa pun tanpa sebuah pertimbangan kritis. Bahkan, banyak yang hanya mengikuti kuliah Filsafat ilmu secara formalistik untuk mengejar target pencapaian sistem kredit semester (SKS) yang harus ditempuh, tanpa berusaha membangun sebuah kompetensi pemikiran yang memadai dengan melakukan transfer of knowledge secara efektif dan sistimatis.
2.5