Contoh Feature

2
Contoh Feature ‘Pengamen’ Gitar Kecil dan Kursi Roda Wajahnya yang polos, badannya yang mungil, tenaganya yang masih terbatas namun semangat hidupnya amatlah luar biasa, itulah gambaran dari seorang anak bernama Sendi (7) yang sekarang menduduki bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 1. Dan anak sekecil itu harus menjadi tulang punggung keluarganya sendiri semenjak di tinggalkan almarhum ayahnya. Dia anak pertama dan satu-satunya dari pasangan Bu Sarimah dan Alm Pa Darmin, Pa Darmin 2 tahun yang lalu meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Hari-harinya kini hanya bersama ibunya dijalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras agar bisa bertahan hidup di sepetak rumah yang amatlah sederhana. Aktifitasnya dimulai dari pagi hari dari pukul 07.00 Sendi menjalani harinya seperti biasa, pergi ke sekolahnya menuntut ilmu dengan semangat belajar yang luar biasa. Dia termasuk anak yang pintar dan dapat bersosialisasi yang baik dengan teman-temannya. Setelah jam 10.00 tiba waktu Sendi sekolahpun selesai, dia bergegas kembali ke rumah untuk menemui ibunya dan menyempatkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya dahulu. Setelah selesai barulah dia makan siang dan dilanjutkan mengerjakan pekerjaan di rumahnya dahulu, membersihkan alat-alat makan dan menyapu rumahnya, barulah sekitar pukul 12.00 siang pun Sendi dan Ibunya sudah siap pergi untuk mencari nafkah demi menyambung nafas kehidupannya. Dengan pakaian yang seadanya dibawah teriknya matahari mereka mengamen dari rumah ke rumah, jalan ke jalan, dan Sendi yang sering mengamen dari bis ke bis pun dijalankannya. Sendi mengamen dengan menyanyi mengalunkan nada indah dari suara murninya di tambah dengan alunan suara gitar kecil yang dibawanya. Bayarannya pun tak seberapa, uang recehanpun menjadi harapan, dia sudah amat bersyukur ada orang yang memberinya. Penghasilan mereka tiap harinya pun tak menentu, ”Gimana rejekinya aja, kadang banyak kadang juga sedikit.. Ya namanya juga ngamen belum tentu ada yang ngasih juga” ucap Ibu Sarimah. Sedikitnya penghasilan mereka per hari bisa sampai Rp.40.000,- atau besarnyapun Rp.60.000,- kalau lagi banyak rejekinya. “Uang banyak ini buat Ibu, biar Ibu sembuh dan ngga pake kursi roda lagi.” Ujar Sendi dengan nada polosnya. Dan uang itu mereka manfaatkan untuk biaya makan sehari-hari juga untuk kelanjutan kebutuhan sekolah Sendi. Ibunya hanya ingin Sendi tetap sekolah, sebagai anak satu-satunya Ibu Sarimah inginkan Sendi jadi anak yang lebih baik, mampu sekolah dan bisa membahagiakan Ibunya dan Ayahnya kelak, walaupun keadaan sekarang yang dijalaninya masih penuh dengan perjuangan. Keadaan yang terbatas tak membuat mereka berputus asa, Ibu Sarimah dan Sendi tetap

description

feature

Transcript of Contoh Feature

Contoh FeaturePengamen Gitar Kecil dan Kursi RodaWajahnya yang polos, badannya yang mungil, tenaganya yang masih terbatas namun semangat hidupnya amatlah luar biasa, itulah gambaran dari seorang anak bernama Sendi (7) yang sekarang menduduki bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 1. Dan anak sekecil itu harus menjadi tulang punggung keluarganya sendiri semenjak di tinggalkan almarhum ayahnya.

Dia anak pertama dan satu-satunya dari pasangan Bu Sarimah dan Alm Pa Darmin, Pa Darmin 2 tahun yang lalu meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Hari-harinya kini hanya bersama ibunya dijalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras agar bisa bertahan hidup di sepetak rumah yang amatlah sederhana.

Aktifitasnya dimulai dari pagi hari dari pukul 07.00 Sendi menjalani harinya seperti biasa, pergi ke sekolahnya menuntut ilmu dengan semangat belajar yang luar biasa. Dia termasuk anak yang pintar dan dapat bersosialisasi yang baik dengan teman-temannya. Setelah jam 10.00 tiba waktu Sendi sekolahpun selesai, dia bergegas kembali ke rumah untuk menemui ibunya dan menyempatkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya dahulu.

Setelah selesai barulah dia makan siang dan dilanjutkan mengerjakan pekerjaan di rumahnya dahulu, membersihkan alat-alat makan dan menyapu rumahnya, barulah sekitar pukul 12.00 siang pun Sendi dan Ibunya sudah siap pergi untukmencari nafkah demi menyambung nafas kehidupannya.

Dengan pakaian yang seadanya dibawah teriknya matahari mereka mengamen dari rumah ke rumah, jalan ke jalan, dan Sendi yang sering mengamen dari bis ke bis pun dijalankannya. Sendi mengamen dengan menyanyi mengalunkan nada indah dari suara murninya di tambah dengan alunan suara gitar kecil yang dibawanya.

Bayarannya pun tak seberapa, uang recehanpun menjadi harapan, dia sudah amat bersyukur ada orang yang memberinya. Penghasilan mereka tiap harinya pun tak menentu, Gimana rejekinya aja, kadang banyak kadang juga sedikit.. Ya namanya juga ngamen belum tentu ada yang ngasih juga ucap Ibu Sarimah.

Sedikitnya penghasilan mereka per hari bisa sampai Rp.40.000,- atau besarnyapun Rp.60.000,- kalau lagi banyak rejekinya. Uang banyak ini buat Ibu, biar Ibu sembuh dan ngga pake kursi roda lagi. Ujar Sendi dengan nada polosnya. Dan uang itu mereka manfaatkan untuk biaya makan sehari-hari juga untuk kelanjutan kebutuhan sekolah Sendi.

Ibunya hanya ingin Sendi tetap sekolah, sebagai anak satu-satunya Ibu Sarimah inginkan Sendi jadi anak yang lebih baik, mampu sekolah dan bisa membahagiakan Ibunya dan Ayahnya kelak, walaupun keadaan sekarang yang dijalaninya masih penuh dengan perjuangan.

Keadaan yang terbatas tak membuat mereka berputus asa, Ibu Sarimah dan Sendi tetap bertahan hingga saat ini semenjak ditinggalkan suaminya untuk selama-lamanya. Dan kondisi Ibu Sarimah saat ini yang mengalami cacat, kedua kakinya di amputasi karena kecelakaan terseret kereta api yang menimpanya 1 tahun lalu. hingga saat ini kemanapun Ibu Sarimah harus menggunakan kursi roda.

Ibu Sarimah selalu menemani anaknya mengamen, di sepanjang jalan Sendi mendorong kursi roda Ibunya apalagi disaat jalanan menanjak dengan tenaga kecilnya Sendi tetap mendorong kursi roda tersebut, dan di saat jalanan menurun Sendipun duduk di pangkuan ibunya. Dan di saat Sendi mengamen di bis Ibunya mengamen pula di bawah lampu merah sambil menjual minuman gelas. Di bawah terik matahari Ibunya setia menunggu hingga anaknya kembali.

Aktifitas itu dilakukan terus setiap hari oleh Sendi dan Ibunya. Siang hingga malam, panas dan hujan tak terasa asing bagi tubuh mereka untuk mencari nafkah ditengah padatnya aktifitas orang-orang yang tak biasa seperti mereka. Tidak ada gantungan harapan kepada orang lain yang dapat membantunya kecuali tetap kuat tegar menjalani hari-harinya dengan pengorbanan sendiri.

Hingga waktu menunjukan pukul 20.00 malam, mereka pun kembali lagi ke rumahnya, sebelum sampai rumah mereka membeli 2 nasi bungkus untuk makan malam yang akan mereka makan nanti di rumah bersama-sama. Setelah sampainya di rumah mereka bergegas untuk istirahat, merebahkan badan melepas rasa lelah, penat, panas dingin di perjalanan setelah seharian mencari uang.

Tak lama ssbelum tidur mereka membersihkan dirinya dan menghabiskan waktu malamnya dengan berbincang-bincang juga menghitung hasil yang mereka dapatkan hari ini. Setelah selesai merekapun makan malam dengan menu nasi bungkus yang dibelinya tadi di simpang jalan.

Malam semakin larut segeralah mereka tidur, Sendi bersiap untuk tidur didalam dekapan sang Ibu yang selalu bersamanya, penuh dengan hangat dan tak lupa mengantarkan doa sebelum mata terpejam special untuk ayah tercinta disana. Dan mereka selalu berharap agar di hari esok mereka tetap dalam keadaan sehat, terjaga dan bisa kembali mengamen lagi untuk bertahan hidup. Dan Sendi suatu saat nanti akan menjadi anak yang membanggakan bagi kehidupan keluarga kecilnya.(*