Contoh Bab 1 Proposal

download Contoh Bab 1 Proposal

of 4

description

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN BAB 1

Transcript of Contoh Bab 1 Proposal

PENGARUH LATIHAN NAPAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA PASEIEN PPOM DI RSU PROVINSI NTB TAHUN 2013

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, empisema dan asma. PPOM merupakan kondisi irreversible yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara dari paru paru (Smeltzer dan Bare, 2001). PPOM merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama. Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan yang disebut PPOM (Price dan Wilson, 2005). Word Health Organization (WHO) memperkirakan menjelang tahun 2020 prevalensi PPOM akan meningkat. Akibat sebagai penyakit tersering peringkatnya akan meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 sebagai penyebab penyakit tersering dan akan meningkat dari ke-6 menjadi ke-3 sebagai penyebab kematian di dunia (Sudoyo, Aru W. et al, 2006). PPOM merupakan penyebab kematian ke-5 terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa (Smeltzer & Bare, 2001). Di Amerika Serikat antara tahun 2000-2004, ada rata-rata 120.000 kematian per tahun akibat PPOM dengan frekuensi 42 kematian per 100.000 orang. Kira-kira setengah dari meninggal sejak 10 tahun yang lalu didiagonsa menderita PPOM. Data prevalensi PPOM pada populasi dewasa saat ini bervariasi pada setiap negara diseluruh dunia. Tahun 2000, prevalensi PPOM di Amerika dan Eropa berkisar 5-9% pada individu usia diatas 45 tahun. Data penelitian lain menunjukkan prevalensi PPOM bervariasi dari 7,8% - 32,1% di beberapa kota Amerika Latin. Prevalensi PPOM di Asia Pasifik rata-rata 6,3% , yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura dan tertinggi 6,7% di Vietnam. Untuk Indonesia, penelitian Cronic Obstuction Pulmonal Desease (COPD) working group tahun 2002 di 12 negara asia pasifik menunjukkan estimasi prepalensi PPOM indonesia sebesar 5,6% (susanto,2012).Di indonesia sendiri tidak ada data yang akurat tentang PPOM pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1989,PPOM menduduki peringkat ke lima sebagai penyebab kesakitan dari 10 penyakit penyebab kesakitan di indonesia, SKRT Departemen kesehatan republik indonesia (Depkes RI) pada tahun 1992 menunjukkan angka kematian karena PPOM menduduki peringkat ke tujuh (Yunus, f , 2005) Berdasarkan SKRT pada tahun 2001, peringkat PPOM meningkat menjadi peringkat ke tiga penyebab kematian di indonesia ( Shinta,2008) Faktor resiko terpenting penyebab PPOM adalah merokok,disamping penyebab resiko lainnya seperti polusi udara,faktor genetik dan lain lainnya (Sudoyo, et al, 2006) Secara nasional berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2010, persentase terbesar menurut kelompok umur pertama kali merokok adalah pada umur 15-19 tahun, yaitu sebesar 43,3 %, kemudian kelompok umur 10-14 tahun 17,5 %dan kelompok umur 20-24 tahun 14,6 %. Diantara para perokok, sebanyak 1,7 % yang pertama kali merokok pada usian 5-9 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Indonesia telah menghisap rokok/mengunyah tembakau pada usia muda. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menduduki peringkat ke-22 dari 33provinsi berdasarkan perilaku merokokyang mana hal ini ikut berpengaruh terhadap kesehatan paru masyarakat (Kemenkes RI, 2011).Data dari Rekam Medis RSU Provinsi NTB didapatkan bahwa sepanjang tahun 2012, 343 orang dirawat dengan penyakit pernapasan. Penderitaan Atelektasis 1 orang (0,29%), Empiema 6 orang (1,75 %), Fibrotik Kistik 6 orang (1,75%), Pneumonia 30 orang (8,75%), Efusi pleura 38 orang (11,08%), PPOM 93 orang (27,11%), dan TB paru 169 orang (49,27%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penyakit PPOM menempati urutan ke-2 penyakit paru di RSUD Provinsi NTB dengan persentasi 27,11% atau sekitar 93 orang dimana dalam 3 bulan berkahir (Oktober, November, Desember) terjadi peningkatan kasus dari 21 orang, 32 orang sampai dengan 40 orang dengan rata-rata saturasi oksigen dibawah 95%. Berdasarkan pengalaman empiris selama praktik klinik keperawatan bahwa peneliti mendapatkan 10 pasien-pasien yang menderita PPOM tidak pernah melakukan latihan pernapasan dengan alasan jika menarik napas dalam dan mengeluarkan dengan pelan akan semakin membuat sesak pernapasannya, dan pasien tampak sangat bergantung pada terapi kuratif dari pada terapi rehabilitatif latihan pernapasan.Untuk memfasilitasi fungsi pernapasan yang baik adalah dengan latihan napas dalam dan batuk efektif yang sering diindikasikan untuk pasien yang memiliki keterbatasan ekpansi dada seperti pasien dengan PPOM. Tindakan mengajarkan dan mendorong pasien untuk mempertahankan napas dalam secara terus menerus merupakan salah satu strategi paling aman. Lebih efektif dan tidak mahal untuk menjaga ekpansi paru (kozier, 2009).Berdasarkan data data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh latihan napas dalam dan batuk efektif terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOM di RSU Provinsi NTB guna mengetahui efektivitas latihan napas terhadap saturasi oksigen. Latihan pernapasan diharapkan dapat membantu pasien-pasien penderita PPOM dalam meningkatkan dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalh diatas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh latihan napas dalam dan batuk efektif terhadap saturasi oksigen pada pasie PPOM di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB ?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umumPenelitian ini akan dilakukan untukmengetahui pengaruh latihan napas dalam dan batuk efektif terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOM di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.2. Tujuan Khususa.Mengidentifikasi saturasi oksigen sebelum latihan napas dalam dan batuk efektif pada pasien PPOM di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.b.Mengidentifikasi saturasi oksigen setelah latihan napas dalam dan batuk efektif pada pasien PPOM di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.c.Menganalisa pengaruh latihan napas dalam dan batuk efektif terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOM di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.

D. Manfaat PenelitianManfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian, baik bagi kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :1. Bagi Rumah Sakit Umum Provinsi NTBa.Sebagai bahan masukan khususnya tenaga perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan di ruang rawat inap dengan cara memberikan modalitas perawatan latihan napas dalam dan batuk efektif terhadap pasien PPOM.b.Memperkaya ilmu pengetahuan tentang latihan napas dalam dan batuk efektif pada pasien PPOM.2. Bagi penelitinUntuk menembah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri tentang pentingnya latihan napas dalam dan batuk efektif akan pengaruhnya terhadap saturasi oksigen pada pasie PPOM.3. Bagi pengembangan ilmua. Dapat dijadikan informasi bagi akademik/pendidikan untuk kegiatan belajar mengajar atau sumber pengetahuan tentang modalitas keperawatan latihan napas dalam dan batuk efektif pada pasien PPOM.b. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang kebutuhan latihan napas dalam dan batuk efektif pada pasien PPOM.4. Bagi pasienSebagai fakta ilmiah bahwa latihan napas dalam dan batuk efektif pada penderita PPOm sangat diperlukan untuk memperoleh keadekuatan dalam mempertahankan oksigenasi.