contoh
-
Upload
victoria-sampson -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of contoh
Kasus Gangguan Jiwa
Mutilasi Ibu Kandung, Sigit Sering Berhalusinasi
Merdeka.com - Tim Dokter Spesialis Kejiwaan RS Polri menyatakan pelaku
mutilasi ibu kandung, Sigit Indra Tayana (40),mengalami gangguan jiwa besar.
Sehingga pria lajang itu tega memotong dan menguliti ibunya RA Siti Amini (80)
hingga menjadi tengkorak.
Henny Riana, dokter spesialis jiwa RS Polri mengatakan, pihaknya akan
melengkapi berbagai data untuk memeriksa jenis gangguan jiwa yang dialami oleh
Sigit. Henny menambahkan Sigit juga kerap berhalusinasi dan memiliki tingkat
emosional yang labil.
"Ada perasaan halusinasi. Halusinasinya seperti apa, saat ini masih kita
lakukan pemeriksaan mendalam. Dia itu tak merasa melakukan tindakan itu," terang
Henny kepada wartawan, Kamis (17/7).
Namun demikian dokter hingga kini belum bisa menjawab seputar kasus
mutilasi yang melibatkan Sigit. Henny mengatakan masih ada data-data yang perlu
kembali dilengkapi oleh pihaknya.
"Kita periksanya bertahap-tahap. Dalam pemeriksaan psikiatri itu ada
observasi. Tentu kita mesti mendapatkan data yang bersangkutan dari keluarga
dulu. Nanti kalau misalnya sudah lengkap akan disampaikan," ucapnya.
Lebih lanjut, Henny mengatakan, meskipun mengalami gangguan jiwa, Sigit
terkadang dapat merespons pembicaraan seseorang kepada dirinya. Namun
terkadang dia juga ngelantur saat ditanya tim dokter.
"Kadang jawabnya bener, kadang ngelantur, makanya kita butuh data dari
keluarga perihal kejiwaannya," terangnya. (mdk/ren)
Analisa Kasus Berdasarkan Model Konseptual Keperawatan Jiwa
Berdasarkan model konsep Psycoanalytical yang dikemukakan oleh Freud dan
Erickson, menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau
insting). Dalam kasus di atas,pasien tidak mampu dalam menggunakan
akalnya dalam mematuhi norma maupun agama,mengingat pasien sampai
tega membunuh ibunya. Mungkin juga pasien mengalami gangguan pada
masa oralnya dulu sehingga menimbulkan trauma ketika dewasa atau dulu
mada saat masih anak-anak pernah mengalami kekersan atau ditelantarkan.
Proses terapi pada model ini bisa dengan metode hipnotis agar pasien dapat
mengungkapkan pikiran-pikiran bawah sadarnya atau bisa dengan melakukan
komunikasi terapeutik setelah terjalin hubungan saling percaya antara pasien
dengan perawat sehingga pasien bisa mengungkapkan pikirannya.
Berdasarkan model konsep Interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan dan
Peplau menyatakan bahwa kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan. Dalam kasus di atas
pasien mungkin mengalami ancaman saat dia berhubungan dengan orang lain
sehingga menimbulkan kecemasan. Pasien bisa saja takut tidak diterima oleh
orang-orang disekitarnya dan merasa tidak aman sehingga tega membunuh
ibunya sendiri.
Proses terapi pada model ini adalah Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan
dihormati. Sebagai seorang perawat kita bisa berbagi mengenai apa yang
dirasakan pasien dan apa yang dicemaskan saat berhubungan dengan orang
lain dan perawat berusaha mendorong rasa aman pasien dalam berhubungan
dengan orang lain.
Berdasarkan model konsep Sosial yang dikemukakan oleh Caplan dan Szasz
menyatakan bahwa seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor social dan faktor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang. Dalam kasus di atas
mungkin pasien mempunyai banyak masalah terkait dengan lingkungannya
yang tidak terselesaikan sehingga pasien mengalami stress dan memunculkan
penyimpangan perilaku yaitu pasien membunuh ibunya.
Proses terapi pada model ini yaitu dengan memberikan dukungan sosial
(social support) dan modifikasi lingkungan. Dalam memberikan terapi ini harus
melibatkan teman pasien dan keluarga,selain itu kita juga bisa menggali
sistem sosial pasien seperti suasana di rumah dan di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan model konsep Existensial yang dikemukakan oleh Ellis dan
Rogers menyatakan bahwa gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Dalam kasus di
atas mungkin saja pasien gagal dalam mencapai cita-citanya ssehingga
pasien tidak memiliki kebanggan terhadap dirinya, menganggap dirinya tidak
berharga dan tidak berguna.
Prinsip dalam proses terapi pada model ini adalah dengan mengupayakan
individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, mendorong untuk
menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang
perilakunya dari orang lain. Pasien bisa menjalani terapi aktivitas kelompok
sehingga dapat memperluas kesadaran diri pasien melalui kritik dan saran.
Berdasarkan model konsep Supportive Therapy yang dikemukakan oleh
Wermon, Rockland menyatakan bahwa penyebab gangguan jiwa dalam
konsep ini adalah factor biopsikososial dan respon maladaptive saat ini. Dalam
kasus di atas mungkin saja pasien mengalami beberapa masalah misal dari
aspek biologis pasien sering migraine,dari aspek psikologinya pasien adalah
seorang yang pemarah,dan dari aspek sosialnya pasien sulit untuk bergaul.
Masalah-masalah tersebut terakumulasi sehingga menyebabkan gangguan
jiwa.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya. Sebagai seorang perawat kita bisa membantu pasien mengidentifikasi
coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan pasien.
Berdasarkan model konsep Medical yang dikemukakan oleh Meyer dan
Kraeplin menyatakan bahwa gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifaktor yang kompleks meliputi aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor
sosial. Sehingga fokus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostik, terapi somatik,farmakologik dan teknik interpersonal.
Dalam kasus di atas berdasarkan model konsep medical ini mungkin saja
dalam keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat gangguan jiwa atau
secara genetik pasien mempunyai keturunan gangguan jiwa. Dalam hal ini
perawat berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi farmakologi.