combutio
-
Upload
berastia-anis-savitri-tjerita -
Category
Documents
-
view
172 -
download
0
Transcript of combutio
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Arlin
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Alamat : Jl. Bromo, Lumbang Kuning
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : -
No CM : 475777
Ruangan : ICU V
Tanggal Pemeriksaan : 1 Juli 2013
II. SUBJEKTIF
Anamnesis :
1. Keluhan Utama : Nyeri dan panas di seluruh badan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri di seluruh tubuh dan luka di kepala, leher, badan, kedua tangan
dan kaki yang melepuh setelah terkena ledakan kompor gas pagi hari pukul 11.55 WIB
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-) Diabetes Mellitus (-) Gastritis (+)
Riwayat Alergi
Alergi obat (-) alergi makanan (-)
III. OBJEKTIF
1. Status Generalis
Airway : Clear
Breath : Simetris, Spontan, RR 28x/mnt
Circulation : Nadi 88x/menit, Tensi 120/60 mmHg, Cap refill 2detik
Disability : GCS 4-5-6
Exsposure : 36, 0C
1
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Kompos Mentis
Kepala : Simetris, Oedema
Mata : A (-/-) I (-/-)
Palpebra : Oedema
Alis : Hilang karena terbakar
Hidung : Bulu hidung: Terbakar
Mulut : Bibir : Oedema
Thorax : Simetris, terdapat luka bakar pada dinding thorax depan
dan belakang
Paru
Inspeksi : Tidak ada retraksi, pengembangan dada
simetris
Palpasi : Fremitus raba simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), tidak ada
suara napas tambahan (ronkhi/wheezing)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : tidak ada trill
Perkusi : batas jantung terkesan normal
Auskultasi : Suara S1/S2 Tunggal tanpa suara
tambahan
Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi, terdapat luka bakar
pada daerah perut dan pinggang
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak
ada defans muskler
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus normal
2
2. Status Lokalis
Capitis et coli
Look : Terdapat rambut yang sedikit terbakar dan luka bakar hampir di
seluruh kepala dan leher dengan luka terlihat jaringan dermis yang
mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial partial thickness burn).
Terdapatnya luka bakar pada wajah, bulu hidung yang tampak ikut
terbakar, liur atau sputum berwarna hitam atau mengandung jelaga
mengindikasikan bahwa pasien mengalami trauma inhalasi.
Feel : terdapat nyeri tekan pada luka dan gatal pada wajah dan leher
Movement : Gerakan otot wajah dan leher terbatas oleh rasa nyeri
Thorax
3
Look: terdapat luka bakar di daerah dada dan punggung dengan luka yang
pada epidermis yang mengindikasikan luka bakar grade 1 (superficial
thickness) dan pada punggung juga terdapat luka yang terlihat jaringan
dermis yang mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial partial
thickness burn)
Feel: terdapat nyeri tekan pada luka
Movement: gerakan terbatas oleh karena nyeri
Abdomen
Look : terlihat luka bakar dengan luka terlihat jaringan dermis pada perut dan
pinggang belakang mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial partial
thickness burn).
Feel : terasa nyeri pada saat palpasi
Movement : gerak terbatas oleh karena nyeri
Extremitas
Atas:
4
Look : terdapat luka bakar dengan dasar luka dermis dan tampak adanya
bula pada telapak tangan mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial
partial thickness burn). Luka terdapat mulai dari bagian proksimal
humerus sampai dengan distal radius atau ulnar dan sedikit daerah palmar
dan falang.
Palpasi : nyeri pada saat palpasi.
Movement : terasa nyeri bila digerakkan
Bawah:
5
Look : terdapat luka bakar dengan dasar luka dermis mengindikasikan
luka bakar tingkat 2 (superficial partial thickness burn). Luka terdapat
mulai dari bagian proksimal femur sampai dengan distal cruris dan sedikit
daerah pedis
Palpasi : nyeri pada saat palpasi.
Movement : terbatas oleh karena nyeri
3. Evaluasi Luas Luka bakar
6
Luka bakar diperkirakan seluas 90% dari tubuh.
IV. P EMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
7
Foto Thorax
Dari hasil foto thorax AP didapat:
1. Cor: bentuk dan ukuran normal
2. Pulmo: tidak ada konsolidasi
3. Sinus costophrenicus tajam
Kesimpulan: NORMAL
Lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Haemoglobin 17,9 P: 12-16 g/dl
Leukosit 28500 4000-11000 cmm
Diff. Count 2/-/7/74/15/2 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%
Hematokrit 48 P: 35-47
Trombosit 386000 150000-450000 cmm
Gula darah acak sewaktu 101 <140 mg/dl
8
SGOT 44 P: <41
SGPT 49 P: <41
Alkali fosfatase 110 60-240 U/l
Bilirubin direct 0,23 < 0,25 mg/dl
Bilirubin total 0,51 < 1,1 mg/dl
Creatinine 0,8 0,5-1,1 mg/dl
BUN 9,5 10-20 mg/dl
Uric Acid 3,6 P: 2-6 mg/dl
Natrium 134,7 135-155 mmol/l
Kalium 4,33 3,6-5,5 mmol/l
Clorida 100,5
V. ASSESMENT & PLANNING
Diagnosa: Combustio termis 90% grade I-IIA
Penatalakasaan:
Physical Status: ASA 1 (pasien normal dan sehat fisik dan mental)
Tatalaksana bedah: resusitasi cairan, debridement, rawat luka
Tatalaksana anestesi: anastesi umum (GA) dengan Total Intravenous Anasthaesi
(TIVA).
Premedikasi: atropine, midazolam, phetidin HCl
Induksi: ketamin
Antimual: cedantron
Analgetik post operasi: ketopain
VI. PEMBAHASAN
DEFINISI
Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai
kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak
langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
9
ANATOMI KULIT
Kulit berperan sebagai suatu pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan luar. Kulit merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari
berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75m2, rata-rata tebal kulit 1-2mm, paling tebal 6mm pada telapak
tangan dan kaki dan 0,5 mm pada penis.
Gambar: anatomi kulit manusia
Kulit manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Epidermis
Epidermis terbagi atas 4 lapisan, yaitu:
1) stratum germinativum atau lapisan basal
2) stratum spinosum atau lapisan malphigi
3) stratum granulosum atau lapisan granular
4) stratum korneum atau lapisan tanduk
10
Epidermis mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, mengandung rambut
dan kuku.
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari
jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah
terjalin lebih longgar (pars retikularis). Lapisan pars retikularis mengandung pembuluh darah,
syaraf, rambut, kelenjar keringat dan sebaseus.
3. Jaringan subkutan atau hypodermis
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan
subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Jaringan ini mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi dari jaringan
ini adalah penyekat panas, pelindung trauma dan tempat penumpukan energy.
PATOFISIOLOGI
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terkena suhu tinggi akan merusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
animea.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta
elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan
cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kult akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible
water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu :
gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi
urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau
uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan
dahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain.
CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi. Tanda
11
keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat
terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, dan penderita akan meninggal.
5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka
bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama dengan gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan “Tukak Curling” yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematemesis
melena.
FASE LUKA BAKAR
Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3
fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga tersebuttidaklah
berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka
berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi.
Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD /Unit luka bakar. Pada
fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan
gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi
trauma , inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian
utama penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat
hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem
instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka
12
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan timbulnya kontraktur.
PENYEBAB LUKA BAKAR
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.
DIAGNOSA
Diagnose dari luka bakar atau combustio ditegakkan berdasarkan:
1. DERAJAT KEDALAMAN
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab
dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang
lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
Klasifikasi baru klasifikasi
tradisional
kedalaman luka bakar bentuk klinis
Superficial
thickness
Derajat 1 Lapisan Epidermis Erythema(kemerahan),
Rasa sakit seperti
tersengat,
13
blisters(Gelembung
cairan)
Partial
thickness —
superficial
Derajat 2 Epidermis Superficial
(Lapisan papillary) dermis
Blisters (Gelembung
cairan), Cairan bening
ketika gelembung
dipecah, dan rasa sakit
nyeri
Partial
thickness —
deep
Deep (reticular)
dermis
Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit
seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full
thickness
Full thickness Derajat 3 Dermis dan struktuir tubuh
dibawah dermis Fascia,
Tulang, or Otot
Berat, adanya eschar
seperti kulit yang meleleh,
cairan berwarna , tidak
didapatkan sensasi rasa
sakit
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak
dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara
spontan tanpa pengobatan khusus.
14
Gambar: anatomi kulit manusia. Luka bakar derajat I
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
1) Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ – organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.
2) Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.
Gambar: anatomi kulit manusia. Luka bakar derajat II
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan
subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak
dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam
kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak
15
dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Gambar: anatomi kulit manusia. Luka bakar derajat III
2. LUAS LUKA BAKAR
Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama Rule of
Nine atau Rule of Wallace.
16
Gambar: skema pembagian luas luka bakar dengan Rule of Nine
Kepala dan leher 9 %
Lengan 18 %
Badan Depan 18 %
Badan Belakang 18 %
Tungkai 36 %
Genitalia/perineum 1 %
Total 100 %
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 %
dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and
Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
Gambar: skema pembagian luas luka bakar dengan modifikasi Rule of Nine
KRITERIA BERAT RINGANNYA
(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang17
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
Indikasi rawat inap:
1. Penderita syok/ terancam syok bila luas luka bakar >10% pada anak atau >15% pada
dewasa.
2. Terancam edema laring akibat terhirup asap atau udara hangat.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat seperti pada wajah, mata,
tangan, kaki, perineum.
PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan pembatasan
pembentukan jaringan parut. Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada
penderita trauma -trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.
I. Evaluasi
A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi
dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan
infuse untuk mempertahankan volume sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan
penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain,
18
misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau
mengalami patah tulang punggung / spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang
tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan
napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah di alami
sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.
1) Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka
bakarnya.
2) Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)
II. Penanganan
1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma lain
yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang
endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasanga scalp
vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30
cc/jam untuk anak-anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun. Pada
kasus ini diberikan Nacl, Aminofluid dan Futrolit (mineral sorbitol) yang mana cairan ini
kaya akan elektrolit yang mampu menutupi semua kekurangan elektrolit yang hilang akibat
luka bakar ini.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah
urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten
pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler.
19
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita
tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Antibiotika diindikasikan bila didapatkan tanda-tanda infeksi dari hasil laboratorium dengan
adanya peningkatan dari jumlah leukosit di dalam darah (leukositosis).
12. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement
dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi
dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang
tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 :
30
13. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar) dengan teknik
eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan
permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan
tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
14. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan
dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat
menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka
bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu
split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive
penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh
dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.
III. Anasthaesi pada operasi debridement luka bakar
Debridement dilakukan di kamar OK dengan menggunakan anastesi umum dengan Total
Intravenous Anasthaesi (TIVA).
obat-obat premedikasi yang digunakan antara lain:
1. Atropin
Atropin adalah alkaloid alami dari "Atropa Belladonna", merupakan antagonis kompetitif
reseptor kolinergik muskarinik. Obat ini diserap dari saluran gastro-intestinal, dan
20
diekskresikan dalam urin. Atropin mengalami metabolisme hati dan memiliki waktu
paruh plasma 2-3 jam. Ampul atropin harus disimpan jauh dari cahaya dan tidak boleh
dibekukan.
Kerja: atropin bekerja menurunkan sekresi bronkial dan saliva, menghambat bradikardia
terkait dengan beberapa obat yang digunakan dalam anestesi seperti halotan,
suksametonium dan neostigmine, dan juga membantu mencegah bradikardi dari stimulasi
vagal berlebihan.
Dosis dan Administrasi: Sekitar 0,25 mg digunakan sebagai premedikasi pada orang
dewasa yang diinjeksikan secara intravenous atau intramuskular 30-60 menit sebelum
operasi.
2. Midazolam
Midazolam atau dikenal dengan merek Milos adalah obat golongan benzodiazepine yang
digunakan untuk menimbulkan efek sedasi. Dapat digunakan pada penderita gangguan
jantung. Juga berefek hypnosis bila digunakan pada dosis besar, pengurangan rangsangan
ansietas, relaksasi otot yang sedang. Dosis iv 2 mg.
3. Petidine HCL
Adalah salah satu obat analgesik golongan narkotik (analgesik sentral). Petidine telah
digunakan untuk mengatasi otot yang kaku (spasme). Tidak sama seperti morfin yang
memang sudah diciptakan oleh alam, petidin diciptakan melalui sintentis. Petidin
termasuk dalam golongan obat yang hampir sama struktur kimianya dengan metadon dan
fentanil yang merupakan dua jenis penghilang nyeri yang sudah cukup dikenal. Sediaan
yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Akan tetapi sebagian besar pasien tertolong
dengan dosis parenteral 100 mg.
Kerja: Petidin merupakan obat golongan opioid yang memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan menghambat kerja asetilkolin
(senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor,
21
tertama pada reseptor mu, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan
asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak
dirasakan oleh pasien. Onset petidin termasuk cepat dimana efek dapat dirasakan setelah
15 menit obat dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam.
obat induksi yang diberikan adalah:
Ketamin
merupakan sediaan anestesi yang memiliki efek analgesik (penghilang nyeri), hipnotik
dan amnesia (hilangnya memori jangka pendek). Bila digunakan dengan benar, obat ini
sangat berguna dan juga serbaguna. Ketamin tersedia dalam tiga konsentrasi yang
berbeda 10mg/ml, 50mg/ml dan 100mg/ml. 50mg/ml paling sering digunakan karena
dapat digunakan untuk im atau diencerkan untuk i.v.
Efek-efek ketamine pada :
1. Pernapasan Sistem
Menggunakan ketamin jalan napas biasanya terpelihara dengan baik. Bila ketamin
diberikan perlahan respirasi biasanya terawat dengan baik, sebaliknya bila injeksi i.v
diberikan secara cepat pernapasan dapat berhenti untuk sementara waktu tetapi
biasanya mulai lagi dalam waktu satu menit. Ketamin adalah bronkodilator yang
efektif.
2. Kardiovaskular Sistem
Menggunakan ketamin dapat terjadi peningkatan baik dalam tekanan darah dan detak
jantung. Kenaikan ini biasanya mencapai maksimalnya sekitar 2 menit setelah injeksi
dan mengendap lebih dari 15 - 20 menit. Ada variasi yang luas dalam respon individu
dan kadang-kadang bisa ada kenaikan besar dalam tekanan darah. Risiko ini tidak
terkait dengan sejarah preoperatif hipertensi.
Hal ini meningkatkan beban kerja jantung yang berarti bahwa ketamin harus
dihindari, jika mungkin, pada pasien dengan penyakit jantung iskemik. Pasien dengan
22
diabetes harus memiliki data EKG, untuk menyingkirkan "silent" iskemia (iskemia
tanpa nyeri dada), karena ini adalah gejala umum dari diabetes tidak terkontrol.
3. CNS
Ketamin menghasilkan anestesi disosiatif. Hal ini berarti, tidak seperti dengan agen
anestesi lainnya ketamin dapat membuat mata pasien terbuka dan pasien dapat
membuat gerakan refleks selama operasi berjalan. Ketamin memiliki onset lebih
lambat setelah i.v. bolus (1-5 menit). Durasi aksi tergantung pada rute jalan masuk
(20-30 menit untuk im dan 10-15 menit untuk iv).
Ketamin memberikan analgesia yang sangat baik dan dapat digunakan tanpa
analgesik lainnya.
Dalam pemulihan pasien dapat mengalami gelisah, halusinasi. Halusinasi dapat
dikurangi dengan premedikasi dengan benzodiazepin (diazepam biasanya 0.15mg/kg
oral 1 jam sebelum operasi atau 0.1mg/kg).
Ketamin meningkatkan tekanan intrakranial dan untuk alasan ini harus dihindari
sedapat mungkin pada pasien dengan cedera kepala akut.
4. GIT
Ketamin meningkat Salivasi. Hal ini dapat menyebabkan masalah saluran napas
karena spasme laring atau obstruksi. Untuk mengurangi salivasi ini atropin biasanya
diberikan baik sebagai premed 30 menit sebelum operasi, atau pada saat induksi iv.
5. Otot Rangka
Ketamin meningkatkan tonus otot rangka. Paling menonjol setelah bolus iv awal dan
secara bertahap menurun. Efek ini meningkat dengan pemberian benzodiazepin.
Dosis dan Administrasi: Ketamin dapat diberikan secara intravena (induksi 1-2mg/kg,
0.5mg/kg pemeliharaan) atau intramuskular (induksi 5-10mg/kg, 3-5mg/kg
pemeliharaan) untuk anestesi atau oral (15mg/kg bagi seorang anak untuk maksimum
dari 500mg untuk orang dewasa) untuk sedasi.23
Obat Analgesik Post operasi yang diberikan adalah:
Ketorolac atau Ketopain (Soho)
Ketorolac tromethamine ((±)-5-benzoyl-2,3-dihydro-1H-pyrrolizine-1-carboxylic acid, 2-
amino-2-(hydroxymethyl)-1,3-propanediol) adalah senyawa Anti Inflamasi Non Steroid
(AINS) yang bekerja pada jalur siklooksigenase, menghambat biosintesis prostaglandin
dengan aktivitas analgesik kuat, antiinflamasi dan antipiretika. Ketorolac dapat mengatasi
nyeri ringan sampai berat pada kasus-kasus emergensi, nyeri musculoskeletal, pasca
operasi minor dan mayor, kolik ginjal dan nyeri pada kanker.
Ketorolac memiliki afikasi analgesik yang setara dengan morfin atau petidin. Terapi
kombinasi dengan golongan opioid dapat mengurangi kebutuhan opioid sebanyak 25-
50%, dan untuk beberapa pasien hal tersebut dapat menurunkan efek samping yang
disebabkan karena induksi opioid serta dapat mempercepat normalisasi fungsi saluran
Obat antimual yang diberikan adalah:
Ondansetron atau Cedantron
Ondancetron termasuk kelompok obat Antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja dengan
menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT3) berikatan pada
reseptornya yang ada di CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) dan di saluran cerna yang
sangat efektif mengatasi mual dan muntah.
Dosis: ondansetron dalam bentuk sediaan injeksi 4 mg/2 ml dan 8 mg/4 ml yang dalam
pemakaian sehari-hari biasanya dipakai adalah dalam dosis 4 mg/2 ml yang diberikan secara
intravenous atau intramuscular.
Follow up pasien post operasi (1/7/2013)
24
Pasien saat dianamnesa dalam kondisi sadar, GCS 4-5-6 dan tampak lemah dengan
keluhan utama masih sakit di seluruh badan, gatal di daerah wajah dan leher, pasien juga
mengeluh pusing, mual serta muntah. Nafas bebas dan spontan dengan Tensi 120/60, Suhu 360C,
Nadi 88x/menit, Frekuensi napas 28 x/menit
Terapi:
Infus Futrolit 1000cc/24jam
Infuse aminofuid 500cc/24jam
Infuse Nacl 1000cc/24jam
Injeksi Ondancetron 4 mg 3x1
Injeksi Ranitidin 1 ampul 3x1
Injeksi Ceftriaxone 1 g 2x1
Injeksi Ketorolac 30mg 3x1
Injeksi dexamethason 1 ampul 1x1
2/7/2013
Pasien dalam kondisi sadar, GCS 4-5-6 masih tampak lemah dengan keluhan utama masih sakit
di seluruh badan, gatal di daerah wajah dan leher juga masih, mual serta muntah juga masih.
Nafas bebas dan spontan dengan Tensi 110/70, Suhu 360C, Nadi 86x/menit, Frekuensi napas 26
x/menit
Terapi:
Infus Futrolit 1000cc/24jam
Infuse aminofuid 500cc/24jam
Infuse Nacl 1000cc/24jam
Injeksi Ondancetron 4 mg 3x1
Injeksi Ranitidin 1 ampul 3x1
Injeksi Ceftriaxone 1 g 2x1
Injeksi Ketorolac 30mg 3x1
Injeksi dexamethason 1 ampul 1x1
3/7/2013
25
Pasien saat dianamnesa dalam kondisi sadar, GCS 4-5-6 dan masih tampak lemah dengan
keluhan utama masih sakit di seluruh badan, gatal pada wajah dan leher juga masih, mual serta
muntah sudah berkurang. Nafas bebas dan spontan dengan Tensi 100/60, Suhu 36,30C, Nadi
89x/menit, Frekuensi napas 24 x/menit
Terapi:
Infus Futrolit 1000cc/24jam
Infuse aminofuid 500cc/24jam
Infuse Nacl 1000cc/24jam
Injeksi Ondancetron 4 mg 3x1
Injeksi Ranitidin 1 ampul 3x1
Injeksi Ceftriaxone 1 g 2x1
Injeksi Ketorolac 30mg 3x1
Injeksi dexamethason 1 ampul 1x1
DAFTAR PUSTAKA
26
1. M Sjaifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, 2006
2. David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University Press, 2006
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya. 2006
4. Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
5. Sabiston. Buku Ajar Bedah. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1995
6. Anatomi kulit manusia. [internet] 2013 available form:
http://www.slideshare.net/guest36f60b/anatomi-kulit-presentation
7. Fakultas kedokteran UI. Kapita Selekta Kedoktean. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. 2000
8. Atropine. [internet] 2013 available form: http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u06/u06_017.htm
9. Ketamine in anasthaesi practice. [internet] 2013 available form: http://www.frca.co.uk/article.aspx?
articleid=100644
27