PRESENTASI KASUS combutio

37
PRESENTASI KASUS I. Identitas Nama : An. R G Usia : 3 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : - Alamat : Tanggal masuk : 27 Februari 2010 Tanggal periksa : 02 Maret 2010 II. Anamnesis (Alloanamnesis) Keluhan Utama : Tersiram kuah panas sejak 2 hari SMSRS Keluahan tambahan : Demam Riwayat Penyakit Sekarang : 1

Transcript of PRESENTASI KASUS combutio

Page 1: PRESENTASI KASUS combutio

PRESENTASI KASUS

I. Identitas

Nama : An. R G

Usia : 3 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : -

Alamat :

Tanggal masuk : 27 Februari 2010

Tanggal periksa : 02 Maret 2010

II. Anamnesis (Alloanamnesis)

Keluhan Utama : Tersiram kuah panas sejak 2 hari SMSRS

Keluahan tambahan : Demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun karena tersiram kuah bakso yang

panas dua hari sebelum masuk Rumah Sakit. Menurut orang tua pasien kulit

pasien langsung memerah dan mengelupas sesaat setelah tersiram kuah

panas. Kuah panasnya mengenai wajah pasien pada pipi dan dahi sebelah

1

Page 2: PRESENTASI KASUS combutio

kanan, belakang kepala sebelah kiri pasien, lengan kanan pasien, tangan kiri

pasien dan sedikit pada punggung kanan pasein. Setelah itu ibu pasien

langsung menyiram pasien dengan air dingin dan membuka pakaian pasien.

Saat itu pasien menggunakan pakaian dari bahan kaos. Lalu orang tua

pasien membawanya ke Puskesmas terdekat dengan lama perjalanan 10

menit. Disana pasien diperiksa, diberi resep obat dan diperbolehkan pulang.

Orang tua pasien mengatakan beberapa jam setelah pulang dari

Puskesmas timbul lepuh-lepuh di belakang kepala sebelah kiri pasien, lengan

kiri pasien, dan tangan kanan pasien. Pada luka di wajah sebelah kiri pasien

terlihat berwarna putih di tengah luka dan terlihat mengkilat seperti lilin.

Terlihat gambaran kehitaman pada sekitar luka-luka tersebut. Karena

keadaan tidak membaik pasien dibawa ke RS dua hari setelah tersiram kuah

panas.

Sebelumnya di Puskesmas pasien diberi obat sirup amoksisilin, sirup

parasetamol dan salep bioplasenton untuk dioleskan pada lukanya.

Orang tua pasien mengatakan pasien beberapa kali demam setelah

tersiram kuah panas. Keluarganya mengatakan BAK pasien normal dengan

jumlah yang sama seperti sebelum sakit. Keluhan sesak nafas dan bengkak

disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien dalam keadaan sehat ketika tersiram kuah panas.

2

Page 3: PRESENTASI KASUS combutio

- Pasien tidak mempunyai alergi.

- Riwayat sering demam, diare berkepanjangan disangkal pasien.

- Riwayat kejang demam pada waktu 2 bulan diakui pasien.

Riwayat Penyakit keluarga :

- Riwayat adanya alergi pada keluarga pasein disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg

N : 120 x/menit

S : 36,2oC

R : 24 x/ menit

Kepala : normocephal

Mata : Konnjungtiva anemis -/-

Sklera ikterik -/-

Pupil bulat, isokor

Refleks pupil -/-

3

Page 4: PRESENTASI KASUS combutio

Leher : Tiroid tidak teraba membesar

KGB tidak teraba membesar

Thoraks : cor I ; iktus cordis tidak terlihat

P : iktus cordis teraba pada ICS V garis

midclavikula

P : batas jantung sulit dinilai

A ; BJ I-II reguler, murmur(-), gallop(-)

Pulmo : I : pergerakan hemitoraks kanan dan kiri simetris dalam keadaan statis dan

dinamis

P : vokal fremitus hemitoraks kanan dan kiri sama

P ; sonor pada kedua lapangan paru

A ; vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen I : Asimetris

P : supel, nyeri tekan (+), tidak teraba pembesaran hepar lien dan

teraba massa pada kiri bawah

P : Timpani ada perkusi seluruh lapang abdomen

4

Page 5: PRESENTASI KASUS combutio

A : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Superior : Luka bakar (+)

Inferior : Tidak ada kelainan

STATUS LOKALIS

- Luka bakar pada pipi dan dahi kanan. (6,5%)

Eritema(+), hiperemia(+), bulla(+), krusta(+), waxing appearance(+)

- Luka bakar pada belakang kepala sebelah kiri (6,5%)

Eritema(+), hiperemia(+), bulla(+), krusta(+),

- Luka bakar pada lengan kiri (2%)

Eritema(+), hiperemia(+), krusta(+)

- Luka bakar pada tangan kiri dan punggung kiri (6%)

Eritema(+), hiperemia(+), bulla(+), krusta(+)

IV. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

WBC : 25300

5

Page 6: PRESENTASI KASUS combutio

Granulosit : 21000

HGB : 16,4

HCT : 47,9

MCV : 79,8

PLT : 446000

V. Saran Pemeriksaan :

- Uji tusuk jarum untuk membedakan anestesi pada derajat II-III

- GDS

- AGD

- Elektrolit

VI. Diagnosis Kerja

Luka bakar derajat II-III 14,5 %

VII. Diagnosis banding

Luka bakar derajat II-III 14,5 % + infeksi sekunder

VIII. Penatalaksanaan

Medikamentosa :

- IVFD RL 14,5% x 12kg x 4ml = 696 cc

348 cc untuk 8 jam pertama setelah terpapar

6

Page 7: PRESENTASI KASUS combutio

348 cc untuk 16 jam berikutnya

348 cc untuk hari kedua

RL maintenance saat ini : 11 gtt

- Sulfadiazine zalp

- Cefotaksim 2x500 mg IV

- Antrain 2x150mg IV

- Roborantia (Vitamin A, E, C)

Non Medikamentosa

- Diet tinggi kalori tinggi protein

- Monitor output urin

- Kebersihan luka

Debridement

IX. Prognosis

Ad Vitam : ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

7

Page 8: PRESENTASI KASUS combutio

TINJAUAN PUSTAKA

Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering terjadi. Jenis dan berat

memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengen

cedera oleh sebab lain.

Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga

pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. 1

II.1. Patofosiologi Luka Bakar

Pada luka bakar perubahan suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas

langsung atau radiasi elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan

beberapa faktor, termasuk kondisi jaringan yang terkena sewaktu kontak dengan sumber

tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan

struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedang tulang yang paling tahan.

Sumber-sumber radiasi elektromagnetik meliputi sinar X, gelombang mikro, sinar UV

dan cahaya tampak. Radiasi ini dapat merusak jaringan baik dengan panas (gelombang

mikro) atau ionisasi (sinar X).

Sel-sel dapat menahan temperatur hingga 44oC tanpa kerusakan bermakna.

Antara 44oC-51oC, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat

kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Di atas

8

Page 9: PRESENTASI KASUS combutio

51oC, protein mengalami denaturasi dan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di

atas 70oC menyebabkan kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya periode

penyinaran yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat

mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi, tetapi pada rentang panas yang

lebih tinggi, hal ini tidak efektif.2

II.2. Respon Metabolisme terhadap Luka Bakar

Sekresi katekolamin, kortisol, glukagon, renin angiotensin, antidiuretic hormon, dan

aldosteron meningkat. Energi berasal dari pemecahan simpanan glikogen dan pada

proses glikolisis anaerob.

Hipermetabolisme sering terjadi pada periode sesudah luka bakar. Tanda-tandanya

adalah peningkatan basala rate menjadi dua kali lipat.

Evaporasi air dapat mencapai 300 mL/m2/jam (normal 15 mL/m2/jam.

II.3. Diagnostik

Anamnesis :

Adanya riwayat terkena paparan sinar matahari, api, air panas, zat kimia, listrik,

radiasi atau suhu dingin. Harus ditanyakan dengan jelas tanggal, jam dan lokasi

geografis dari cedera. Perlu pula diketahui keadan pasien sebelum sakit, penyakit kronis

sebelumnya, penyakit pembuluh darah koroner, DM, penyakit paru kronis, penyakit

serebrovaskular, dan AIDS, karena memperburuk prognosis.4

9

Page 10: PRESENTASI KASUS combutio

Pemeriksaan Fisik :

Pengamatan pertama yang tepat dapat mengenali kesulitan seperti cedera inhalasi yang

berat, yang menimbulkan kerusakan jalan napas atas dan obstruksi, atau keracunan

karbon monoksida yang mendekati letal. Pengamatan kedau yang menyeluruh dapat

dideteksi adanya cedera-cedera lain yang menyertainya.

Pemeriksaan penunjang :

Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu diperoleh

segera. AGD dan karboksihemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian

oksigen dapat menuutupi keparahan keracunan karbon monoksida yang dialami

penderita.3

II.3. Derajat Luka Bakar

Luka bakar bisanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman

luka bakar. Walaupun demikian, beratnya luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan

letak luka. 1

II.3.1. Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu

tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga

10

Page 11: PRESENTASI KASUS combutio

memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari woll.

Bahan sintetis yang mudah terbakar seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar

juga mudah lumer pada suhu tinggi, sehingga menjadi lengket dan memperberat

kedalaman luka bakar.1

Luka bakar secar klasik, dibagi atas derajat satu, derajat dua dan derajat tiga.

Pembagian berdasarkan kedalaman kulit yang terbakar.

1. Luka bakar derajat satu, hanya mengenai epidermis luar. Ditandai oleh eritema

dan hiperemia. Perubahan jaringan sangat minimal, fungsi proteksi kulit tetap

utuh, edema kulit minimal dan jarang ditemukan efek sistemik. Nyeri dan gejala

utama biasanya membaik dalam 48-72 jam. Dalam 5-10 hari, epitelium yang

rusak mengelupas sediki demi sedikit, tanpa menimbilkan bekas. Kejadian yang

paling sering pada luka bakar derajat satu adalah karena terpapar sinar matahari.3

2. Luka bakar derajat dua, melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian dari

dermis. Gejala sisitemik dan proses penyembuhan berhubungan langsung

dengan banyaknya elemen epitel lapisan dermis sehat yang tersisa. Luka bakar

yang superfisial, ditandai oleh lepuh. Untuk yang lebih dalam adanya gambaran

kemerahan yang disisinya ada lapisan putih sebagai batas tegas dengan jaringan

sehat sekitaranya. Timbulnya bula yang berisi cairan eksudat yang keluar dari

pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Pada luak derajat dua

yang superfisial biasanya sembuh dalam 10-14 hari kecuali terjadi infeksi. Pada

luka derajat dua yang lebih dalam penyembuhan terjadi dalam 25-35 hari dengan

ditutupi oleh epitel yang rapuh yang tumbuh dari sisa epitel yang masih sehat,

11

Page 12: PRESENTASI KASUS combutio

misalnya epitel kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut.

Hipertrofi pada bekas luka biasanya terjadi karena pecahnya bulla. Konversi

oleh bakteri mungkin terjadi. Skin grafting pada luka derajat dua yang dalam

jika munkin dapat memeperbaiki penampilannya.1,3

3. Luka bakar derajat tiga, meliputi seluruh kedalaman epidermis dan dermis atau

organ yang lebih dalam. Luka terlihat berwarna putih dan gambaran lilin. Luka

bakar derajat tiga ini biasanya disebabkan oleh pemaparan yang lama, yang

mengenai jaringan lemak dan jaringan di bawahnya, gambarannya dapat

berwarna coklat, merah kehitaman atau hitam. Dapat juga didiagnosis

berdasarkan berkurangnya sensasi rasa nyeri, capillary refill yang sedikit dan

tekstur kulit yang tidak normal. Seluruh elemen epitel hancur menjadikan tidak

adanya lagi potensi untuk reepitelisasi.3

II.3.2. Luas Luka Bakar

Sewkatu pasien diperiksa untuk pertama kalinya, dilakukan penilaian presentase

luka pada seluruh daerah permukaan tubuh (TBSA). Pada luka yang besar (>20%)

tindakan ini dapat mempengaruhi jumlah cairan yang diberikan untuk resusitasi.

Penentuan daerah luka dapat dilakukan dengan Rule of Nine. Dalam rumus ini, tiap

daerah anatomi ditentukan presentase TBSA-nya, yang merupakan perkalian 9.

12

Page 13: PRESENTASI KASUS combutio

Tiap anggota gerak atas diberi angka 9%, tiap anggota gerak bawah diberi angka 18%,

batang tubuh depan dan belakang masing-masing 18%, kepala dan leher 9% serta

perineum dan genitalia 1%. Tetapi kita tetap perlu waspada pada persentasi relatif

bagian anatomi tubuh, yang berbeda pada orang dewasa dan anak-anak. Pada anak-

anak, kepala dan leher memiliki daerah permukaan yang jauh kebih besar daripada

orang dewasa dan anggota gerak bawah yang lebih kecil. Untuk menghindari kesulitan

ini, bagan seperti bagan Lund-Bowder dapat digunakan untuk menentukan TBSA luka

bakar pada setiap umur. Pada pemerksaan ringkas luka bakar yang kecil, satu

permukaan tangan pasien dapat digunakan sebgai penetuan 1% daerah permukaan

tubuh.3

III.4. Penatalaksanaan

Terapi

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan

menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen

pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakanya dengan cepat menyjatuhkan diri

dan berguling agar bagian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan dahan yang panas

juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau

menceburkan diri keair dingin , atau melepaskan baju yang tersiram air panas.

Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka

bakar dalam air atau menyiramnya dengan air yang mengalir selama sekurang-

13

Page 14: PRESENTASI KASUS combutio

kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu

tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi cepat meluas.

Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan

mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian

yang terbakarselama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk

menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan

demikian, luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derjat satu.

Pencelupan dan penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin tidak usah

steril.

Pendinginan luka baker harus dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama

Pada luka baker ringan, prisip penanganan adalah mendinginkan daerah yang terbakar

dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa sel epitel untuk

berplorifikasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau

terbuka. Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka baker ringan,

dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukan gejala syok, bila penderita

menunjukan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan

oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau buat trakeostomi.

Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati, dan

memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan

keracunan CO, diberikan oksigen murni. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka

dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau

menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita

14

Page 15: PRESENTASI KASUS combutio

dimandikan dahulu, penderita dimandikan dahulu. Selanjutnya, diberikan pencegahan

tetanus berupa ATS dan/ atau toksoid. Analgetik diberikan bila penderita kesakitan.

III.4.1. Resusitasi pada Penderita Luka Bakar

Terapi dasar penderita luka bakar yang besar dengan menghindari komplikasi

defisiensi cairan dan elektrolit pada periode pasca-luka bakar dini. Penentuan

presentase TBSA luka menjadi tahap awal dalam menghitung kebutuhan cairan. Juga

pasien harus ditimbang beratnya pada awal terapi untuk menentukan berat dasar sebagai

pedoman terapi. Kateter urina digunakan sebagai indeks perfusi ginjal dan untuk

mengevaluasi keefektifan resusitasi cairan. Pada penderita luka bakar dengan inahalasi

paru atau pada penderita dengan penyakit kardiovaskular dan paru, pemantauan tekan

sentral dengan kateter Swan-Ganz harus dilakukan.

Dua sistem yang paling sering digunakan dalam menghitung kebutuhan cairan

saat ini adalah Modifikasi Brooke dan Parkland. Kedua rumus ini menghitung

kebutuhan cairan berdasarkan luas daerah luka bakar dikali berat pasien dalam

kilogram, dikali volume larutan RL yang akan diberikan dalam 24 jam pasca luka bakar.

Pada kedua perhitungan, setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama

resusitasi, seperempat dari seluruh jumlah semula diberikan tiap 8 jam berikutnya.

Volume larutan RL yang dianjurkan pada rumus modifikasi Brooke dan Parkland

masing-masing 4cc kg per luka bakar dan 2 cc per kg persen luka besar . Keduannya

memberikan cukup cairan untuk perhitungan awal kebutuhan resusitasi, seperti terlihat

15

Page 16: PRESENTASI KASUS combutio

dengan keberhasilan pada sebagian besar penderita. Tetapi dokter yang ikut serta

menangani resusitasi pasien luka bakar harus waspada bahwa masing-masing rumus

dapat digunakan hanya sebagai pedoman untuk menentukan kebutuhan cairan.

Pemantau yang teliti dan cermat atas sensorium, pengeluaran urin, dan tekanan vaskular

sentral dengan perubahan terapi berikutnya dalam terapi cairan yang ditentukan oleh

respon pasien, adalah metode resusitasi yang tepat. Perubahan kesadaran pada awal

pasca luka bakar pada penderita dengan gas darah arteri yang normal, harus membuat

dokter mewaspadai adanya penurunan aliran serebrovaskular. Urin output harus 30-50

cc per jam pada penderita luka bakar yang berhidrasi baik, dengan fungsi ginjal yang

normal. Bila output urin rendah atau ada ketidakstabilan kardiovaskular pada pemberian

volume intra vena yang tampaknya cukup besar, maka pemasangan kateter termodilusi

Swan-Ganz untuk memantau tekana jantung kiri dan kanan serta curah jantung,

merupakan tindakan yang tepat. Walaupun kateter ini dapat menimbulkan komplikasi

vaskular dan septik, namun manfaatnya sering melebihi resiko penggunaan jangka

pendek selama resusitasi awal.

Resisutasi pada anak membuthkan perubahan parameter. Rumus yang sama

dapat digunakan berdasarkan berat badan dalam kilogran dikalikan persentase TBSA

dari bagan seperti bagan Lund-Bower. Kebutuhan cairan keseluruhan untuk 24 jam

pertama 3 ml per kg per TBSA dan diberikan setengah pada 8 jam pertama dan

seperempat pada tiap jam berikutnya. Natrium bikarbonat ditambahkan pada tiap liter

RL. Resusitasi cairan yang cukup dapat diperiksa denagn memantau tanda-tanda vital

16

Page 17: PRESENTASI KASUS combutio

dan pengeluaran urin. Pada anak, berat 30 kg atau kurang, pengeluaran urin harus tetap

1ml per kg per jam.

Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan awal cairan pada penderita luka bakar

adalah dengan menggunakan 2-4ml per kg, per TBSA. Rentang ini dapat digunakan

sebgai pedoman untuk pemberian cairan berdasarkan indeks perfusi.2

II.4.2. Periode Post Resusitasi

Cairan intravena selam 24 jam perlu disertai dengan glukosa ada cairan garam

hipotonik untuk menggantikan kehilangan akibat evaporasi dan juga diberikan protein

plasma untuk menjaga agar volume sirkulasi tetap adekuat. Evaporasi akan terus

dipertimbangkan sampai luka telah sembuh atau dilakukan skin grafted. Dapat

diestimasi dengan (25 x % burn) x m2 TBS

Perawatan bertujuan untuk menurunkan stimulasi dari katekolamin dan menyediakan

kalori yang cukup untuk melawan efek hipermetabolisme. Hipotermia, nyeri dan

ansietas harus dikontrol ketat. Hipovolemia harus dicegah dengan cairan yang cukup.

Pemberian nutrisi dapat dimuai sedini mungkin untuk memaksimalkan penyembuhan

luka dan meminimalisasi defisiensi imun.

Profilaksis penisilin pada pasien luka bakar masih kontroversial.

Vitamin A, E, C dan Zinc diberikan sampai lukanya tertutup. Dosis rendah heparin

mungkin juga menguntungkan seperti pada pasein dengan cedera jaringan lunak.3

17

Page 18: PRESENTASI KASUS combutio

III.4.3. Permasalahan Pasca Luka Bakar

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat

berkembang menjadi cacat berat, kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan

menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali,

terutama bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program

fisioterpi intensif dan kontraktur yang memerlukan tindakan bedah. Pada cacat estetik

yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa percaya diri

penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi, terutama jika cacat

mengenai wajah atau tangan. Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat

terjadi ateletaksis, pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma1.

Luka sengatan listrik

Kecelakaan akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listik mengaliri tubuh, karena

adanya loncatan arus atau karena tegangan tinggi, antara lain akibat petir.

18

Page 19: PRESENTASI KASUS combutio

Arus listrik

Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap syaraf dan otot. Energi

panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka bakar

pada jaringan tersebut.Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang

mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu bunga api listrik

dapat mencapai 2.500 C. Kejang tetanik yang kuat pada otot skelet dapat menimbulkan

fraktur kompresi vetebra, pada otot dada (m,interkostal) keadaan ini menyebabkan

gerakan nafas terhenti sehingga penderita dapat mengalami asfiksia.

Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf, pembuluh darah.,

otot, kulit, tendo dan tulang. Jaringan yang tahanannya tinggi akan lebih banyak dialiri

arus dan panas yang timbul lebih tinggi. Panas yang timbul pada pembuluh darah akan

merusak intima sehingga terjadi trombosis yang timbul pelen-pelan, pada kecelakaan

tersengat arus listrik didaerah kepala, penderita dapat pingsan lama dan dapat henti

nafas, dapat juga terjadi udem otak.

Pengobatan

Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus listrik harus diputus, harus diingat

penderita mengandung muatan listrik selama masih berhubungan dengan sumber arus,

19

Page 20: PRESENTASI KASUS combutio

kalau perlu dilakukan resusitasi jantung dengan masase jantung dan nafas buatan dari

mulut kemulut, umumnya perlu pemberian cairan lebih banyak dari yang diperkirakan

karena sering kerusakan jauh lebih luas dari yang disangka, kalau banyak terjadi

kerusakan otot, urin akan berwarna gelap oleh mioglobin: penderita ini perlu diberi

manitol dengan dosis awal 25gr, disusul dosis rumat 12,5 gram/jam, kalau perlu manitol

diberikan sampai enam kali, bila ada udem otak diberikan diuretik dan kortikosteroid.

Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jaringan mati secara bertahap,

bila luka pada ekstremitas mungkin perlu fisiotomi pada hari pertama untuk mencegah

sindrom kompartemen.

Tersambar petir

Patogenesis, petir bervoltase 20-100 juta volt dan arus dapat mencapai 20.000 ampere

dengan suhu inti sampai 30.000 kelvin, kecelakaan tersambar petir dapat terjadi melalui

empat cara.

Cara pertama terjadi bila seseorang secara terbuka berada dilapangan luas sehingga

orang itulah yang dicapai oleh muatan listrik dari awan sebelum mencapai bumi,

kecelakaan ini disebut tersambar langsung.

Cara kedua terjadi bila seseorang berada didalam daerah paling jauhdua meter sekitar

batang pohon yang tersambar petir karena terjadi loncatan arus listrik dari batang

pohon, ini disebut tersambar samping.

20

Page 21: PRESENTASI KASUS combutio

Cara yang ketiga terjadi bila korban bersandar pada pohon atau didanau yang tersambar

petir yang disebut tersambar kontak

Cara yang keempat terjadi bila melangkah berdiri, berdiri, atau jongkok dekat tanah

yang tersambar petir, kejadian ini disebut tersambar langkah.

Biasanya pada kejadian tersambar langsung atau tersambar samping, arus listrik masuk

dikepala melalui lubang kepala, yaitu telinga, mata atau mulut, dan mencapai bumi

melalui leher, tubuh dan kaki. Pada jalan arus listrik terdapat sebagian otak, pusat

pernafasan, dan jantung sehingga korban dapat pingsan, henti nafas, maupun henti

jantung.

Resusitasi, biasanya orang akan sadar kembali dalam tertentu, sedangkan kelumpuhan

pusat nafas juga akan berlalu setelah lima sampai sepuluh menit, biasanya asistolik juga

akan pulih bila nafas buatan mulut kemulut dilakukan secara memadai. Oleh karena itu,

korban korban akan selamat bila diberikan resusitasi berupa nafas buatan segera setelah

kecelakaan.

Penyulit, penyulit dini pada kecelakaan tersambar petir langsung dan tersambar petir

samping merupakan perforasi membran timpani dan konjungtivitis, dan katarak lensa

sebagai penyulit lama.

Pencegahan sewaktu datang guntur dapat dicari perlindungan dirumah, gedung atau

sangkar faraday, seperti mobil.

21

Page 22: PRESENTASI KASUS combutio

Luka akibat zat kimia

Luka akibat zat kimia biasanya merupakan luka bakar, ini dapat terjadi akibat

kelengahan, pertengkaran, kecelakaan kerja, dan kecelakaan diindustri atau

dilaboratorium, dan akibat penggunaan jat beracun akibat peperangan

Zat kimia seperti kaporit, kalium permanganas, dan asam kromat dapat bersifat

oksidator, bahan korosif, seperti fenol dan fosfor putih, serta larutan basa, seperti

kallium hidroksida menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi akibat

penggaramandapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat, flourat,dan klorida.

Asam sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air. Gas yang dipakai dalam

peperangangan menimbulkan luka bakar dan menyebabkan anoksia sel bila berkontak

dengan kulit atau mukosa, asam flourida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia,

asam tanat, kromat, formiat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau

diabsorbsi. Lisol menyebabkan methhemoglobinemia.

pengobatan pada umumnya penanganan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia

secara massif, yaitu dengan mengguyur penderita dengan air mengalir sambil kalau

perlu, diusahakan membersihkan pelan-pelan secara mekanis. Sebagai tindakan lanjut

kalau perlu dilakukan resusitasi perbaikan keadaan umum, serta pemberian cairan serta

elektrolit. Pada kecelakaan akibat sam flourida, pemberian kalsium glukonat 10%

dibawah jaringan yang terkena berman faat mencegah ion flour menembus jaringan dan

menyebabkan dekalsifikasi tulang. Ion flour akan terikat menjadi kalsium flourida yang

22

Page 23: PRESENTASI KASUS combutio

tidak larut. Jika ada luka dalam, mungkin diperlukan luka debridemen yang disusul

cangkok kulit dan rekonstruksi. Pejanan jat kimia pada mata perlu tindakan darurat

segera berupa irigasi dengan air atau sebaliknya larutan garam 0,9% secara terus-

menerus sampai penderita dirawat dirumah sakit.

Cedera suhu dingin

Cedera akibat suhu dingin terutama terjadi pada bagian ujung tubuh yang langsung

terkena suhu dingin, seperti jari kaki dan tangan, telinga, dan hidung. Factor

kelembaban udara yang rendah serta angina kencang memperberat kerusakan pada

daerah yang tidak terlindung pakaian, seperti hidung, telinga, dan tangan. Baju dan

pakaian yang ketat dan kaku, atau yang lembab dan basah,seperti kaos kaki dan sepatu

basah, berpengaruh buruk.beratnya kerusakan dibagi menjadi berapa derajat, pada derjat

satu ditemukan hyperemia dan udem, seperti pada luka bakar derajat satu. Pada derajat

dua terjadi nekrosis kulit dan subkutis, terdapat juga nyeri seperti pada luka bakar yang

biasanya berlangsung sampai lima minggu, kemudian terbentuk kropeng yang berwarna

hitam dan mngelupas. Luka ditangani seperti luka bakar derajat tiga. Pada derajat empat

terjadi kerusakan seluruh jaringan, terjadi mumifikasi yaitu bagian tubuh tersebut

berwarna hitam dan mengkerut, batas jaringan mati menjadi jelas dan dalam waktu satu

bulan tampak demarkasi bagian tubuh yang mati sehingga dapat dilakukan amputasi.

Pengobatan semua pakaian dan baju yang ketat dilonggarkan, bagian yang sakit secara

perlahan-lahan dihangatkan kembali dengan merendamnya dalam air suam-suam kuku

(kira-kira 30 C), selanjutnya diberikan perawatan pada luka bakar biasa.1

23

Page 24: PRESENTASI KASUS combutio

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: PRESENTASI KASUS combutio

1. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 67-84

2. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.1994.Hal151-163.

3. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw

Hill.2006.Page 245-259.

4. Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC 2000.

25