cokriging

6

Click here to load reader

description

Estimasi Pencemaran Udara oleh Debu dan Gas NO2 di Udara Kalimantan Selatan Menggunakan Cokriging

Transcript of cokriging

Page 1: cokriging

1

Abstrak—Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi

konsentrasi debu dan NO2 di udara Kalimantan Selatan.

Kondisi udara di Kalimantan selatan tidak seratus persen bersih

dari polusi, khususnya polusi udara oleh debu dan NO2.

Geostatistik merupakan salah satu ilmu yang dapat

mengestimasi pesebaran dan jumlah polusi udara di suatu

wilayah. Pada makalah ini dibahas estimasi debu dan di udara

menggunakan metode cokriging. Dalam penentuan model

variogram dicobakan tiga model yaitu spherical, eksponential,

dan gaussian. Digunakan RSS yang terkecil untuk memilih

model yang sesuai. Diduga konsentrasi debu dan NO2

dipengaruhi arah angin sehingga digunakan dua jenis

variogram yaitu anisotropi dan isotropi. Hasil yang diperoleh

variorgam isotopi yang sesuai untuk cokriging konsentrasi debu

dan NO2 di Udara Kalimanatan Selatan.

Kata Kunci—Cokriging, Variogram, Isotropi, Anisotropi,

Debu

I. PENDAHULUAN

dara merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi

makhluk hidup. Kebersihan udara yang dihirup

menunjukan kualitas kesehatan bagi makhluk hidup

yang menghirup udara tersebut. Indonesia merupakan negara

yang berada di wilayah tropis. Sehingga dengan letak wilayah

Indonesia tersebut membuat kondisi lingkungan yang kering

apabila dimusim kemarau. Debu merupakan salah satu

sumber polusi udara. Debu merupakan butiran-butiran tanah

ataupun zat yang kering dan mudah dihembuskan oleh angin.

Di Indonesia banyak kendaraan bermotor dan Industri yang

dapat mencemari udara. Salah satu gas yang dihasilkan dari

asap kendaraan bermotor maupun industry adalah NO2[1].

Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi di

Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan[2]. Pulau

Kalimantan merupakan salah satu pulau yang dilalui garis

khatulistiwa sehingga membuat iklim di Kalimantan berhawa

tropis, begitu juga untuk Provinsi Kalimantan Selatan yang

terletak di pulau tersebut. Secara geografis Provinsi

Kalimantan Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara

pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di

bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang

dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah. Kalimantan

Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran

rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah

kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga

kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar.

Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan

tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah.

Kondisi udara di Kalimantan selatan tidak seratus persen

bersih dari polusi, khususnya polusi udara oleh debu dan

NO2[3]. Polusi udara oleh debu dan NO2 sangat mudah

menyebar dikarenakan masa dari zat tersebut sangatlah

ringan. Sebaran polusi udara oleh debu dan NO2 dapat

dipengaruhi oleh lokasi tempat beserta kondisi dari kecepatan

dan arah angin. Pada umumnya jika suatu wilayah tercemar

oleh polusi oleh debu maka wilayah yang berdeketan akan

kena dampak dari polusi tersebut. Sehingga diperlukan

perhitungan untuk mengetahui seberapa dampak dan seberapa

besar perluasan dari polusi udara oleh debu tersebut.

Geostatistik merupakan salah satu ilmu yang dapat

mengestimasi pesebaran dan jumlah polusi udara di suatu

wilayah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk

mengestimasi kasus tersebut adalah cokriging. Cokriging

merupakan suatu interpolasi yang berlandaskan suatu ukuran

beberapa variabel dan wilayah tertentu. Metode tersebut dapat

menggambarkan perkiraan polusi udara disuatu wilayah.

Sehingga dengan cokriging diharapkan dapat mengestimasi

kondisi pencemaran udara di Kalimantan Selatan, khususnya

Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Tanah Bumbu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Variogram digunakan untuk menentukan jarak di mana nilai-

nilai data pengamatan menjadi tidak saling bergantung atau

tidak ada korelasinya. Ada 2 jenis variogram yaitu variogram

eksperimental dan variogram teoretis. Variogram

eksperimental didapatkan berdasarkan data sampel hasil

pengukuran, sedangkan variogram teoretis adalah variogram

yang disusun menurut fungsi atau model tertentu sebagai

pengganti variogram eksperimental untuk analisis lebih

lanjut. Variogram teoretis terdiri atas variogram isotropi dan

anisotropi.

Untuk mengukur variabilitas variabel teregionalisasi

𝑧(𝑥) adalah dengan menghitung jarak antara pasangan data,

misal 𝑢𝑖 dan 𝑢𝑗, yang berlokasi di 𝑥𝑖 dan 𝑥𝑗 di domain spasial

𝒟. Jarak antara kedua nilai tersebut dilambangkan 𝛾∗.

2

2

i j

j

u ui

(1)

Kedua titik 𝑥𝑖 dan 𝑥𝑗 dalam ruang geografi dapat

dihubungkan dengan vektor ℎ𝑖𝑗 = 𝑥𝑗 − 𝑥𝑖. Oleh karena itu

persamaan 1 menjadi

2( ( ) ( ))

*2

i iij

u x h u xh

(2)

Estimasi Pencemaran Udara oleh Debu dan Gas NO2 di Udara

Kalimantan Selatan Menggunakan Cokriging

Muktar Redy Susila,

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

Email : [email protected]

U

Page 2: cokriging

2

Karena jarak merupakan kuadrat dari beda, maka tanda

dari vektor h dapat diabaikan.

*( ) *( )i i jh h (3)

Rata-rata dari jarak 𝛾∗(ℎ𝑖𝑗) dapat dibentuk oleh kelas-

kelas dalam vektor ℌ dengan mengumpulkan semua 𝑁(ℎ)

pasangan titik yang dapat dihubungkan oleh vektor h. Kelas-

kelas dalam vektor ℌ yang mempunyai panjang interval sama

dan tidak tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya.

Variogram eksperimental adalah rata-rata jarak 𝛾∗(ℎ𝑖𝑗) dalam

kelas-kelas ℌ, dirumuskan dengan[4].

2

( , )|

1*( ) ( ( ) ( ))

2 ( )ij

k i ij i

i j h h

u x h u xN h

(4)

dengan ℎ𝑖𝑗 𝜖 k . Atau dinyatakan dalam nilai datanya,

persamaan (4) menjadi:

2

( , )|

1( ) ( )

2 ( )j

i j

i j hi h

h u uN h

(5)

Berikut adalah contoh variogram eksperimental

Gambar 1 Contoh Variogram Eksperimental

Gambar 1 adalah contoh variogram berdasarkan data

sampel hasil pengukuran, sedangkan variogram teoretis

adalah variogram yang disusun menurut fungsi atau

model tertentu sebagai pengganti variogram

eksperimental untuk analisis lebih lanjut. Variogram

teoretis terdiri atas variogram isotropi dan anisotropi. Ada beberapa komponen dalam variogram yaitu sill, nugget,

dan range. Sill adalah nilai variogram untuk jarak pada saat

besar-nya konstan, sill ini besarnya bisa sama dengan varians

data. Range adalah jarak pada saat variogram mencapai sill.

Secara teori nilai awal variogram adalah nol. Ketika lag

mendekati nol nilai variogram disebut sebagai nugget, yang

mewakili variasi pada lag yang sangat kecil, termasuk error

pengukuran.

Setelah didapatkan variogram ekperimental, kemudian

diganti oleh variogram teoretis yang bentuknya paling

mendekati variogram eksperimental. Ada 2 macam variogram

teoretis, yaitu variogram isotropi dan variogram anisotropi.

Variogram isotropi hanya tergantung dari jarak dan tidak pada

arah. Sedangkan variogram anisotropi bergantung pada jarak

dan arah. Berikut ini rumus untuk variogram isotropi:

1. Model Spherical

3

1.5 0.5 ;( )

;

o oo o

o o

h hC C h A

h A A

C C h A

(6)

2. Model Exponential

( ) 1 expoo

hh C C

A

(7)

3. Model Gaussian

2

2( ) 1 expo

o

hh C C

A

(8)

Variogram anisotopi mempunyai rumus yang mirip

variogram isotropi, hanya pada perhitungan range (A) pada

variogram anisotropi menggunakan major range (𝐴1) dan

minor range (𝐴2).

2 2 2 21 2cos sin (A A A

(9)

di mana 𝐴1 adalah parameter range untuk major axis (𝜙) dan

𝐴2 adalah parameter range untuk minor axis (𝜙 + 90), 𝜙

adalah sudut variasi maksimum dan 𝜃 adalah sudut antara

lokasi yang berpasangan. Rumus untuk masing-masing model

variogram anisotropi diberikan sebagai berikut.

1. Model Spherical

3

1.5 0.5 ;( )

;

o

o

h hC C h A

h A A

C C h A

(10)

2. Model Exponential

( ) 1 expoo

hh C C

A

(11)

3. Model Gaussian

2

2( ) 1 expo

hh C C

A

(12)

Kriging adalah metode geostatistika yang digunakan

untuk mengestimasi atribut di sebuah titik sebagai kombinasi

linear dari nilai sampel yang terdapat di sekitar titik yang akan

diestimasi. Estimasi dari titik yang tidak tersampel

menggunakan kombinasi linear terboboti dari titik-titik

tersampel:

1

n

j

j

v w v

(13)

v adalah estimasi variabel V pada lokasi X0; 𝑤𝑗 adalah bobot

dari kriging; 𝑣 adalah data pada lokasi yangtelah dilakukan

pengukuran. Kesalahan estimasi kriging dirumuskan oleh:

0 0 0

1

n

i i

I

R V V w V V

(14)

Nilai error diharapkan sama dengan 0, sehingga persamaan

(14) menjadi:

Page 3: cokriging

3

0

1

0 0

1

1

1

( )

0

0 ( ) ( )

1

n

i i

i

n

i i

i

n

i

i

n

i

i

E R E wV V

E wV E V

E V w E V

w

(15)

Varians error dari kriging adalah

2 2

0

1 1 1

2

n n n

i j ij i i

i j i

R w w C w C

(16)

Dengan memanfaatkan Lagrange Multiplier untuk

meminimumkan varians error pada persamaan (16)

didapatkan:

1 1

0, 1,2,...,

n n

i ij

i j

w C Ci i n

(17)

Persamaan (17) ditulis dalam bentuk matriks berikut:

1 01

1 0

1

1

1 1 0 1

C DW

i in i

nn nn n

C C w C

wC C C

(18)

Sehingga untuk mencari pembobot w adalah: 1w C D (19)

Metode cokriging adalah metode untuk mengestimasi

yang meminimalkan kesalahan estimasi dengan

memanfaatkan korelasi silang antara beberapa variabel[5]. tR w Z (20)

Dimana w merupakan pembobot yang harus unbias dan

varians error yang dihasilkan harus sekecil mungkin.

III. METODOLOGI

A. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data

konsentrasi debu dan NO2 di udara Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2013. Data konsentrasi debu di udara Kalimatan

Selatan merupakan data sekunder yang diambil dari Badan

Pusat Statistik.

B. Langkah Analisis

Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan data konsentrasi debu dan NO2 di

Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013.

2. Melakukan estimasi konsentrasi debu dan NO2 di udara

Kalimantan Selatan dengan langkah-langkah sebagai

berikut: i. Melakukan penghitungan variogram eksperimental

ii. Melakukan analisis variogram teoritis dengan cara

membuat model variogram Exponential, Spherical

dan Gaussian.

iii. Memilih model variogram teoretis terbaik.

iv. Melakukan interpolasi cokriging menggunakan

variogram teoretis yang terpilih.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Konsentrasi Debu di Udara Kalimantan

Selatan

Konsentrasi debu dan NO2 di Provinsi Kalimantan

Selatan pada tahun 2013 memiliki variansi yang tinggi

diantara wilayah pengamatan. Hal ini menunjukan bahwa

tingkat pencemaran udara oleh debu dan NO2 berbeda-beda

disetiap titik-titik pengamatan.

Tabel 1 Statistika Deskriptif Konsentrasi Debu dan NO2

Variabel Rata-rata Varians Minimum Maksimum

Debu 69,98 978,14 34 145,7

NO2 1,128 4,265 0,258 7,337

Pencemaran udara oleh debu dan NO2 paling tinggi yaitu di

Kabupaten Tapin 145,7 230 ug/nM3 untuk debu dan 7,337 230

ug/nM3 untuk NO2.

B. Estimasi Konsentrasi Debu di Udara Kalimantan Selatan

Menggunakan Cokriging

Untuk mengestimasi konsentrasi debu langkah pertama

yaitu melakukan penghitungan variogram. Variabel debu

dijadikan sebagai variabel primer, sedangkan NO2 sebagai

variabel sekunder. Dalam pemilihan variogram teoretis, akan

dibandingkan antara variogram isotropi dan anisotropi.

Berikut adalah variogram untuk isotropi

Tabel 2 Nilai Properti Variogram Isotropi

Polutan Model Nugget Sill Range RSS

Debu Spherical 1 1629 115000 3,13E+05

Exponential 1 2112 235800 3,88E+05

Gaussian 1 1632 8608 1,54E+05

NO2 Spherical 0,01 6,766 85400 15,7

Exponential 0,01 9,029 193200 18,8

Gaussian 0,01 7,286 74824,6 11,7

DebuxNO2 Spherical 0,1 101,2 121300 1907

Exponential 0,1 101,2 171900 2586

Gaussian 0,1 101,2 89893,4 1093

Dicobakan tiga pendekatan model untuk mendapatkan

model variogram isotropi yaitu spherical, exponential, dan

gaussian. Pendekatan dipilih berdasarkan nilai RSS(Residual

Sum Squared) yang terkecil.

Berdasarkan Tabel 2 nilai properti isotropi, variogram

isotropi debu mencapai sill pada range 8608 m, artinya debu

akan tidak memiliki dependensi lagi pada saat jarak 8608 m

atau lebih. Untuk gas NO2 akan tidak memiliki dependensi

lagi pada saat jarak 7424,6 m atau lebih. Sedangkan cross-

variogram didapatkan range sebesar 89893,4 m yang artinya

Page 4: cokriging

4

debu dan NO2 tidak memiliki dependensi lagi pada jarak

89893,4 atau lebih.

Berikut adalah estimasi cokriging konsentrasi debu di

udara Kalimantan Selatan menggunakan variogram isotropi.

Gambar 2 Estimasi Debu dengan Interpolasi Cokriging Menggunakan

Variogram Isotropi

Pada interpolasi cokriging dihasilkan range konsentrasi debu

antara 7-201 230 ug/nM3 yang terdiri atas 14 interval dan

ditunjukkan dengan gradasi warna yang berbeda. Pada

gambar 2 estimasi debu dengan interpolasi cokriging

menggunakan variogram terdapat tanda X yang merupakan

titik-titik pengamatan. Sebagian besar hasil interpolasi

konsentrasi debu di udara Kalimantan selatan berada pada

range 48-76 230 ug/nM3. Berdasarkan interpolasi tersebut

dapat dievaluasi dengan nilai R2. Nilai R2 yang dihasilkan dari

interpolasi tersebut yaitu 100% yang artinya hasil interpolasi

dapat dikatakan sesuai.

Selanjutnya melakukan interpolasi cokriging

menggunakan variogram anisotropi. Alasan penggunaan

variogram anisotropi karena ada indikasi bahwa arah angin

juga turut mempengaruhi persebaran debu. Berikut adalah

nilai property variogram anisotropi.

Tabel 3 Nilai Properti Variogram Anisotropi

Polutan Model Nugget Sill Range

Minor

Range

Major RSS

Debu Spherical 121 3516,941 252000 252000 3,76E+06

Exponential 1 2887,941 283800 283800 3,66E+06

Gaussian 474 3156,941 173205,0808 173291,68 3,94E+06

NO2 Spherical 1,81 18,13302 341200 341200 238

Exponential 1,17 17,88302 507600 507600 237

Gaussian 3,81 20,13302 286654,4087 286654,40 242

DebuxNO2 Spherical 0,1 223,5847 273300 273300 27727

Exponential 0,1 221,7847 441900 441900 27923

Gaussian 22,5 213,1847 195548,5362 195548,53 27923

Berdasarkan Tabel 3 nilai properti anisotropi, variogram

isotropi debu mencapai sill pada range 283800 m, artinya

debu akan tidak memiliki dependensi lagi pada saat jarak

283800 m atau lebih. Untuk gas NO2 akan tidak memiliki

dependensi lagi pada saat jarak 507600 m atau lebih.

Sedangkan cross-variogram debu dan NO2 tidak memiliki

dependensi lagi pada jarak 273300 atau lebih.Berikut adalah

estimasi cokriging konsentrasi debu di udara Kalimantan

Selatan menggunakan variogram isotropi.

Gambar 3 Estimasi Debu dengan Interpolasi Cokriging Menggunakan

Variogram Anisotropi

Berdasarkan gambar 3 estimasi debu dengan cokriging

menggunakan variogram anisotropi dihasilkan sebagian besar

interpolasi konsentrasi debu di udara Kalimantan selatan

berada pada range 58-89 230 ug/nM3. Berdasarkan interpolasi

tersebut dapat dievaluasi dengan nilai R2. Nilai R2 yang

dihasilkan dari interpolasi tersebut yaitu 100% yang artinya

hasil interpolasi dapat dikatakan sesuai.

Hasil perbandingan variogram isotropi dan anisotropi

diperjelas dengan plot hasil interpolasi dengan data aktual

pada gambar 3 sebagai berikut.

Gambar 4 Perbandingan Nilai Estimasi Debu dengan Data Aktual

Tampak pada gambar 4 hasil estimasi menggunakan

variogram isotropi dan anisotropi sama-sama mengikuti pola

data aktual. Sehingga untuk memilih variogram yang sesuai

dipilih berdasarkan RSS. Sehingga dipilih variogram yang

sesuai untuk mengestimasi konsentrasi debu yaitu

menggunakan variogram isotropi.

C. Estimasi Konsentrasi NO2 di Udara Kalimantan Selatan

Menggunakan Cokriging

Untuk mengestimasi konsentrasi gas NO2 diudara

Kalimantan Selatan digunakan langkah seperti pada tahap

mengestimasi konsentrasi debu pada pembahasan

sebelumnya. Variabel NO2 dijadikan sebagai variabel primer,

sedangkan debu sebagai variabel sekunder. Berikut adalah

variogram isotropi

Tabel 4 Nilai Properti Variogram Isotropi

Polutan Model Nugget Sill Range RSS

Debu Spherical 1 1629 115000 3,13E+05

Exponential 1 2112 235800 3,88E+05

Gaussian 1 1628 85736,52 1,54E+05

9583057. 9653329. 9723601. 9793873.

Northing

232329.

289188.

346048.

Ea

sti

ng

x x

x

x

x

x

x

x

x

x x Debu

201.

187.

173.

159.

146.

132.

118.

104.

90.

76.

62.

48.

35.

21.

7.

9583057. 9653329. 9723601. 9793873.

Northing

232329.

289188.

346048.

Ea

sti

ng

x x

x

x

x

x

x

x

x

x x Debu

143.

136.

128.

120.

112.

105.

97.

89.

81.

74.

66.

58.

50.

43.

35.

Barit

oKua

la

Tana

hLau

t

Taba

long

Balang

an

H.S.Ut

ara

H.S.Te

ngah

H.S.

Selatan

Tapin

Banjar

Banjarba

ru

Banjarmas

in

150

125

100

75

50

Ko

nse

ntr

asi D

eb

u

Aktual

estimasi ISO

estimasi ANISO

Variable

Page 5: cokriging

5

Tabel 4 (Lanjutan) Nilai Properti Variogram Isotropi

Polutan Model Nugget Sill Range RSS

NO2 Spherical 0,01 6,766 85400 15,7

Exponential 0,01 9,029 193200 18,8

Gaussian 0,01 7,286 74824,59 11,7

NO2xDebu Spherical 0,1 101,2 121300 1907

Exponential 0,1 101,2 171900 2586

Gaussian 0,1 101,2 89893,44 1093

Berdasarkan Tabel 4 nilai properti isotropi, debu akan

tidak memiliki dependensi lagi pada saat jarak 85736 m atau

lebih. Untuk gas NO2 akan tidak memiliki dependensi lagi

pada saat jarak 74824,59 m atau lebih. Sedangkan cross-

variogram debu dan NO2 tidak memiliki dependensi lagi pada

jarak 89893,4 atau lebih. Berikut adalah estimasi cokriging

konsentrasi NO2 di udara Kalimantan Selatan menggunakan

variogram isotropi.

Gambar 5 Estimasi NO2 dengan Interpolasi Cokriging Menggunakan

Variogram Isotropi

Berdasarkan gambar 5, sebagian besar hasil interpolasi

konsentrasi gas NO2 di udara Kalimantan selatan berada pada

range 0,26-1,77 230 ug/nM3. Nilai R2 yang dihasilkan dari

interpolasi tersebut yaitu 100% .

Selanjutnya melakukan interpolasi cokriging

menggunakan variogram anisotropi.

Tabel 5 Nilai Properti Variogram Anisotropi

Polutan Model Nugget Sill Range

Minor

Range

Major RSS

Debu Spherical 121 3516,941 252000 252000 3,76E+06

Exponential 1 2887,941 283800 283800 3,66E+06

Gaussian 484 3166,941 174763,9 174763,9 3,94E+06

NO2 Spherical 1,83 18,15302 343000 343000 238

Exponential 1,17 17,88302 507600 507600 237

Gaussian 3,81 20,13302 286654,4 286654,4 242

NO2xDebu Spherical 0,1 223,5847 273300 273300 27727

Exponential 0,1 221,7847 441900 441900 27923

Gaussian 22,5 213,1847 195548,5 195548,5 27923

Berdasarkan Tabel 5 nilai properti anisotropi, gas NO2

akan tidak memiliki dependensi lagi pada saat jarak 283800

m atau lebih. Untuk gas NO2 akan tidak memiliki dependensi

lagi pada saat jarak 507600 m atau lebih. Sedangkan cross-

variogram debu dan NO2 tidak memiliki dependensi lagi pada

jarak 273300 atau lebih. Berikut adalah estimasi cokriging

konsentrasi NO2 di udara Kalimantan Selatan menggunakan

variogram anisotropi.

Gambar 6 Estimasi NO2 dengan Interpolasi Cokriging Menggunakan

Variogram Anisotropi

Berdasarkan gambar 6, sebagian besar hasil interpolasi

konsentrasi gas NO2 di udara Kalimantan selatan berada pada

range 0,05-0,64 230 ug/nM3. Nilai R2 yang dihasilkan dari

interpolasi tersebut yaitu 100%.

Hasil perbandingan variogram isotropi dan anisotropi

diperjelas dengan plot hasil interpolasi dengan data aktual

NO2 pada gambar 7 sebagai berikut

Gambar 7 Perbandingan Nilai Estimasi NO2 dengan Data Aktual

Tampak pada gambar 7 hasil estimasi menggunakan

variogram isotropi dan anisotropi sama-sama mengikuti pola

data aktual. Sehingga untuk memilih variogram yang sesuai

dipilih berdasarkan RSS. Sehingga dipilih variogram yang

sesuai untuk mengestimasi konsentrasi debu yaitu

menggunakan variogram isotropi.

D. Estimasi Konsentrasi NO2 dan CO di Kabupaten Kota

Baru dan Kabupaten Tanah Bumbu

Pada laporan BDLH Kalimantan Selatan pada tahun 2013

tidak terdapat data pencemaran udara untuk Kabupaten Kota

Baru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Sehingga di estimasi nilai

konsentrasi debu dan gas NO2 di dua Kabupaten tersebut

menggunakan cokriging dengan variogram isotropi.

Tabel 6 Estimasi Nilai Konsentrasi Debu dan NO2

No Kabupaten Northing Easting Debu(230

ug/NM3 )

NO2(400

ug/Nm3)

1 Kota Baru 9668020,61 382958,41 70 0,9

2 Tanah

Bumbu 9618411,71 340936,8 70 0,9

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah

dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

cokriging yang digunakan mengestimasi konsentrasi debu dan

9583057. 9653329. 9723601. 9793873.

Northing

232329.

289188.

346048.

Ea

sti

ng

x x

x

x

x

x

x

x

x

x x NO2

7.32

6.82

6.31

5.81

5.30

4.80

4.29

3.79

3.29

2.78

2.28

1.77

1.27

0.76

0.26

9583057. 9653329. 9723601. 9793873.

Northing

232329.

289188.

346048.

Ea

sti

ng

x x

x

x

x

x

x

x

x

x x NO2

7.10

6.51

5.93

5.34

4.75

4.16

3.58

2.99

2.40

1.82

1.23

0.64

0.05

-0.53

-1.12

Barit

oKua

la

Tana

hLau

t

Taba

long

Balang

an

H.S.Ut

ara

H.S.

Teng

ah

H.S.Se

latan

Tapin

Banjar

Banjar

baru

Banjarmas

in

8

7

6

5

4

3

2

1

0

Ko

nse

ntr

asi N

O2

NO2

estimasiISO

estimasiANISO

Variable

Page 6: cokriging

6

NO2 di udara Kalimantan Selatan yang sesuai yaitu

menggunakan variogram isotropi. Berdasarkan hasil estimasi

konsentrasi debu dan NO2 di Kabupaten Kota Baru dan

Kabupaten Tanah Bumbu diperoleh nilai estimasi untuk debu

udara di kedua Kabupaten adalah 70 230 ug/NM3 dan untuk

NO2 yaitu 0,9 230 ug/NM3 untuk kedua kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hadiwidodo, M. dan Huboyo, H.S.(2006). Pola Penyebaran Gas NO2 di

Udara Ambien Kawasan Utara Kota Semarang Pada Musim Kemarau

Menggunakan Program ISCST3. Jurnal Presipitasi, Vol. 1, No. 1.

[2] Badan Pusat Statistik (2015). Provinsi Kalimantan Selatan [On-line]

diakses 27 Maret 2015, tersedia di http://www.bps.go.id.

[3] BLDH Provinsi Kalsel (2013). Buku Data SLDH. Kalimantan Selatan:

Pemprov Kalsel. [4] Isaaks, H.E. dan Srivastava, R.M. (1989). Applied Geostatistics. New

York: Oxford University Press.

[5] Weckernagel, Hans. 1995. Multivariate Geostatistics, An Introduction

with Applications.Berlin : Springer.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Konsentrasi Debu dan NO2 Di udara

Kalimantan Selatan 2013

No KAB easting northing NO2 Debu

1 Banjarmasin 232328,56 9632152,1 0,3622 94,21

2 Banjarbaru 259255,19 9613906,68 0,2579 66,91

3 Banjar 277681,08 9632808,73 0,7095 51,81

4 Tapin 282870,67 9677476,41 7,3374 145,7

5 H.S.Selatan 303946,18 9694094,86 0,639 81,8

6 H.S.Tengah 335546,92 9710830,08 0,6451 46,6

7 H.S.Utara 298635,8 9729926,55 0,4252 61,4

8 Balangan 346047,89 9742825,49 0,7166 47,8

9 Tabalong 340733,43 9793873,13 0,3595 52,8

10 Tanah Laut 256691,77 9583057,11 0,4504 34

11 Barito Kuala 240671,31 9660223,55 0,5053 86,7